uin syarif hidayatullah jakarta official...

112
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DI KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh: Dandy Darmawan NIM : 1112070000146 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN RELIGIUSITAS

    TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DI KECAMATAN

    BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

    Oleh:

    Dandy Darmawan

    NIM : 1112070000146

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1440 H / 2019 M

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN

    RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DI

    KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG” telah diujikan

    dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta pada 29 Juli 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

    satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

    Jakarta, 29 Juli 2019

    Sidang Munaqasyah

    Dekan/Ketua Wakil Dekan/Sekretaris

    . Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. .

    NIP. 19620724 198903 2 001

    . Bambang Suryadi, Ph. D .

    NIP. 19700529 200303 1 002

    Anggota

    . Liany Luzvinda, M.Si. .

    NIP. 19780216 200710 2 001

    . Drs. Akhmad Baidun, M.si. .

    NIP. 19640814 200112 1 001

    Pembimbing

    . Miftahuddin, M.Si. .

    NIP. 19730317 200604 1 001

    PERNYATAAN

  • iii

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Dandy Darmawan

    NIM : 1112070000146

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH KEPUASAN

    KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA APARATUR DESA

    DI KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG adalah benar

    merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

    penyusunannya. Adapun kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah saya

    cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses

    yang semestinya sesuai dengan peraturan yang berlaku jika ternyata skripsi ini

    sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

    Jakarta, Juli 2019

    Dandy Darmawan .

    NIM: 1112070000146

  • iv

  • v

    MOTTO

    Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.

    The important thing is not to stop questioning.

    (Albert Einstein)

    Persembahan:

    Karya ini saya persembahkan untuk keluarga, Sahabat dan

    Teman-Temanku yang selalu memberi semangat, dukungan,

    dan do’a yang tulus.

    Terimakasih untuk semuanya.

  • vi

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi B) Juli 2019 C) Dandy Darmawan D) Pengaruh kepuasan kerja dan religiusitas terhadap kinerja aparatur desa di

    Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.

    E) XIII + 78 halaman + lampiran F) Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

    kinerja. Penulis menduga bahwa variable kepuasan kerja (mencakup pekerjaan

    itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, dan rekan kerja) dan religiusitas

    (general religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,

    unvengefulnes dan involve God) mempengaruhi kinerja.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan total sampel yang

    digunakan berjumlah 163 aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten

    Karawang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability

    sampling dengan metode purposive sampling. Penulis menggunakan alat ukur

    Task Performance Scale yang dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan

    Kubisiak (1994) untuk mengukur kinerja, The Job Descriptive Index yang

    dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin (1969) untuk mengukur

    kepuasan kerja dan alat ukur yang diadaptasi dari skala religiusitas Kendler

    (2003) untuk mengukur religiusitas. Untuk menguji validitas alat ukur

    menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Multiple

    Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

    Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan indeks signifikansi

    0.000 (p

  • vii

    ABSTRACT

    A) Faculty of Psychology

    B) July 2019

    C) Dandy Darmawan

    D) The influence of job satifaction and religiosity on performance of village

    officials in Banyusari District, Karawang Regency.

    E) XIII + 74 pages + attachments

    F) This research was conducted to examine the factors that influence performance.

    The author guessed that the variable job satisfaction (including the work itself,

    salary, promotion opportunities, superiors, and coworkers) and religiosity (general

    religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,

    unvengefulnes and God involvement) affect performance

    This study used a quantitative approach with a total sample of 163 village officials

    in Banyusari District, Karawang Regency. In this study used a non-probability

    sampling technique with a purposive sampling method. The author using a Task

    Performance Scale measure developed by Borman, Ackerman, and Kubisiak

    (1994) to measure performance, The Job Descriptive Index developed by Smith,

    Kendall & Hullin (1969) to measure job satisfaction and adapted measuring

    instruments from the Kendler (2003) religious scale to measure religiosity. To test

    the validity of the measuring instrument using Confirmatory Factor Analysis

    (CFA) and Multiple Regression Analysis techniques used to test the research

    hypothesis.

    Based on the results of multiple regression calculations obtain an significance

    index of 0.000 (p

  • viii

    KATA PENGANTAR.

    Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang

    telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan

    islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

    dengan lancar dan tepat pada waktunya.

    Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

    yang telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari

    itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D,

    Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa

    dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.

    2. Miftahuddin, M.Si, dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing

    penulis, memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak masukkan

    selama menyelesaikan skripsi.

    3. Ilmi Amalia, M.Psi, Psikolog, dosen pembimbing akademik yang telah

    membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini dan selalu

    memberikan motivasi dan saran kepada penulis.

    4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu

    yang berharga kepada penulis. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN

    Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

    5. Kepada aparatur desa se-Kecamatan Banyusari yang telah bersedia

    meluangkan waktunya untuk menjadi responden pada penelitian ini.

    6. Kepada Camat Banyusrari dan jajarannya yang telah membantu proses

    perizinan dan pelaksanaan pengambilan data penelitian di Kecamatan

    Banyusari Kabupaten Karawang

    7. Kepada kedua orangtua penulis, Ibunda Neneng Rokayah dan Ayahanda Agus

    Subhan yang tanpa henti memanjatkan doa di setiap ibadahnya, kasih sayang

  • ix

    yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan untuk

    penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasihat yang baik atas

    segala suka duka penulis.

    8. Kepada Istri penulis Safa Khairun Nisa dan anak-anaku tersayang Aqila

    Nadhifa dan Alzam Haziq yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,

    nasihat dan segala kebahagiaan yang diberikan kepada penulis.

    9. Untuk sahabat dan teman-teman penulis Ghazi, Dery, Mazaya, Saepudin,

    Dani, Maksum dan Adhitya yang telah memberikan bantuan dan dukungan

    kepada penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang, canda tawa, motivasi

    serta pendampingan yang diberikan selama ini, pada momen kontenstasi

    penulis dan momen yang lain dalam keadaan suka maupun duka.

    10. Seluruh sahabat psikologi UIN yang telah memberikan semangat dan

    kebahagiaan. Terima kasih atas segala bantuan psikologis dan motivasinya.

    11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. terima kasih telah

    membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,

    dan do’anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak sekali

    kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan dapat

    disampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan

    penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun

    orang lain, dan pihak yang berkepentingan.

    Jakarta, Juli 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

    HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iii

    HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

    ABSTRAK ......................................................................................................... vi

    ABSTRACT ....................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

    BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 5

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

    1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................ 8

    BAB 2 : LANDASAN TEORI ............................................................................ 10

    2.1 Kinerja ................................................................................................... 10

    2.1.1 Definisi Kinerja ........................................................................... 10

    2.1.2 Dimensi Kinerja ........................................................................... 11

    2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Kinerja ............................................ 14

    2.1.4 Pengukuran Kinerja ..................................................................... 15

    2.2 Kepuasan Kerja ...................................................................................... 15

    2.2.1 Definisi Kepuasan Kerja ............................................................. 15

    2.2.2 Dimensi Kepuasan Kerja ............................................................. 17

    2.2.3 Pengukuran Kepuasan Kerja ....................................................... 19

    2.3 Religiusitas ............................................................................................. 19

    2.3.1 Definisi Religiusitas ................................................................... 19

    2.3.2 Dimensi Religiusitas ................................................................... 21

    2.3.3 Pengukuran Religiusitas ............................................................. 23

    2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 24

    2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 26

    BAB 3 : METODE PENELITIAN .................................................................... 28

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 28

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ......................... 28

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 30

  • xi

    3.3.1 Alat ukur Kinerja ......................................................................... 31

    3.3.2 Alat ukur Kepuasan Kerja ........................................................... 32

    3.3.3 Alat ukur Religiusitas .................................................................. 32

    3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 34

    3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Kinerja ........................................ 35

    3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Pekerjaan itu sendiri ................... 36

    3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Gaji ............................................. 37

    3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Kesempatan Promosi ................. 38

    3.4.5 Uji Validitas Konstruk Skala Atasan ....................................... 39

    3.4.6 Uji Validitas Konstruk Skala Rekan Kerja ............................... 40

    3.4.7 Uji Validitas Konstruk Skala General Religiosity .................... 41

    3.4.8 Uji Validitas Konstruk Skala Social Religiosity ....................... 43

    3.4.9 Uji Validitas Konstruk Skala Forgiveness ................................ 44

    3.4.10 Uji Validitas Konstruk Skala God as Judge ............................. 45

    3.4.11 Uji Validitas Konstruk Skala Thankfulness .............................. 46

    3.4.12 Uji Validitas Konstruk Skala Unvengefulness .......................... 47

    3.4.13 Uji Validitas Konstruk Skala Involve God ................................ 48

    3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 49

    3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 51

    BAB 4 : HASIL PENELITIAN .......................................................................... 53

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 53

    4.2 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ....................................................... 54

    4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian ................................................................. 56

    4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 58

    4.4.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 58

    4.4.2 Analisis Proporsi Varians Masing-masing Variabel ................... 63

    BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ......................................... 65

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 65

    5.2 Diskusi ................................................................................................... 65

    5.3 Saran ...................................................................................................... 69

    5.3.1 Saran Teoritis.................................................................................69

    5.3.2 Saran Praktis..................................................................................70

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72

    LAMPIRAN.........................................................................................................76

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert ................ 30

    Tabel 3.2 Blueprint Skala Kinerja......................................................................... 31

    Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Kerja ........................................................... 32

    Tabel 3.4 Blueprint Skala Religiusitas ................................................................. 33

    Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Kinerja .................................................. 36

    Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Konstruk Pekerjaan itu sendiri ............................ 37

    Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Konstruk Gaji ....................................................... 38

    Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Konstruk Kesempatan Promosi............................ 39

    Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Konstruk Atasan................................................... 40

    Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Konstruk Rekan Kerja ....................................... 41

    Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Konstruk General Religiousity .......................... 42

    Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Konstruk Social Religiousity ............................. 43

    Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Konstruk Forgiveness ........................................ 44

    Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Konstruk God as judge ...................................... 46

    Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Konstruk Thankfulness....................................... 47

    Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Konstruk Unvengefulness .................................. 48

    Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Konstruk Involve God ........................................ 49

    Tabel 4.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 53

    Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................. 55

    Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 56

    Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 57

    Tabel 4.5 Tabel R-Squre Seluruh Sampel ............................................................. 58

    Tabel 4.6 Tabel Anova Seluruh Sampel ............................................................... 59

    Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ........................................................................ 59

    Tabel 4.8 Tabel Proporsi Varians Masing-Masing Variabel ................................ 63

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir ............................................................... 25

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

    perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

    sistematika penulisan

    1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

    Tuntutan peningkatan kinerja aparatur Pemerintah semakin gencar disuarakan.

    Mengingat setelah terjadinya reformasi di Indonesia, peran aparatur Pemerintah

    sebagai pelayan publik menjadi sorotan utama bagi masyarakat. Perubahan

    paradigma apartur pemerintah yang dahulu dianggap seorang penguasa, sekarang

    berubah menjadi seorang pelayan masyarakat (wuri, kaunang & pioh, 2015).

    Perubahan paradigma yang terjadi menyebabkan kinerja aparatur

    Pemerintah semakin disoroti oleh masyarakat. Menurut komisioner Ombudsman

    bidang penyelesaian laporan, Budi Santoso mengatakan, keluhan mengenai

    kinerja pemerintah paling banyak dilaporkan oleh masyarakat, yaitu sebesar

    41,8%. Kemudian kepolisian sebesar 13,3%, instansi pemerintah atau kementerian

    sebesar 10,7% dan badan pertahanan nasional sebesar 6,8%. Hal ini menunjukan

    bahwa kinerja pemerintah masih kurang dimata masyarakat Indonesia

    (www.pikiran-rakyat.com, 2014).

    Aksi protes terhadap kinerja aparatur Pemerintah pernah terjadi terjadi di

    Kabupaten Karawang. Puluhan orang dari lima organisasi lembaga swadaya

    masyarakat (LSM), yakni GIBAS, PENA, BPPKB, Laskar NKRI dan KPMP,

  • 2

    mendatangi kantor pemerintah Kabupaten Karawang. Mereka mengeluhkan

    kinerja pemerintah yang masih buruk (www.potretkarawang.com, 2014).

    Salah satu kasus kurangnya kinerja aparatur yang terjadi di pemerintahan

    desa adalah ketika ada warga yang mendatangi kantor desa untuk mengurus surat-

    surat keterangan. Namun tidak dapat dilayani karena tidak ada perangkat desa

    yang hadir sehingga warga harus datang ke rumah kepala desa. Ada kalanya

    kepala desa tidak berada dirumah karena kesibukan atau kegiatan di luar desa.

    Seandainya kepala desa ada di rumah, masyarakat harus menunggu sekretaris desa

    untuk mempersiapkan berkas yang dibutuhkan (wuri, et. al. 2015).

    Kinerja aparatur desa yang buuk dapat menyebabkan terhambatnya warga

    dalam mengurus surat-surat, salah satunya adalah persyaratan untuk membuat

    KTP. Salah satu kasus sulitnya membuat KTP dialami oleh Jaya, salah seorang

    warga Cengkareng, Jakarta Barat. Kartu identitasnya belum tercetak padahal

    sudah dua bulan menunggu. Pria yang bekerja serabutan ini sudah bolak balik

    mengurus ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)

    Kabupaten/Kota (www.cermati.com, 2018). Begitupula dengan Ismail, salah

    seorang warga Sukamakmur, Kecamatan Moro-Moro. Sebagai pendatang, ia harus

    mendapat izin dari pemerintah desa dan membuat KTP setempat. Namun, Ismail

    ditolak pemerintah desa setempat karena tidak bisa membawa surat pengantar

    pindah dari daerah asal. Karena tidak punya KTP, Anak-anak yang lahir di Moro-

    Moro pun umumnya tidak memiliki akta kelahiran dan kartu keluarga. Bahkan

    tidak memiliki hak politik dalam pemilihan umum. Selama 14 tahun mereka

    hanya memilih pada Pemilu Presiden 2004 (Kompas.com, 2012).

    http://kompas.com/

  • 3

    Kinerja aparatur pemerintah yang baik dapat menjadikan masyarakat lebih

    maju dan sejahtera. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten

    Bandung, aparat dan warga desa yang berada di Kecamatan Pangalengan bahu-

    membahu untuk memajukan desa. Setelah hampir satu dekade, warga Desa

    Pangalengan berhasil bangkit dari keterpurukan akibat bencana dan bahkan

    meraih prestasi. (www.ayoandung.com, 2019). Begitu pula yang terjadi di Desa

    Sukamanah Kabupaten Bogor yang berhasil menjadi percontohan desa maju dan

    sudah mempunyai aset sampai milyaran rupiah. (www.berdesa.com, 2018)

    Kinerja aparatur merupakan indikator yang penting bagi kesuksesan

    pemerintah. Menurut Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter, 1994)

    kinerja adalah perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan

    organisasi. Dalam lingkungan pemerintah desa, kepala desa dan seluruh perangkat

    desa sebagai pelaksana tugas pemerintah di desa diharapkan dapat melaksanakan

    tugas pemerintah desa dengan baik demi terciptanya kesejahteraan dan

    pembangunan rakyat di desa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun

    2014 tentang pemerintahan daerah, menerangkan bahwa desa adalah kesatuan

    masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

    urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

    masyarakat, hak asal usul atau hak tradisional yang diakui dalam sistem

    pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Kinerja aparatur Pemerintah ada yang baik dan ada yang buruk. Banyak

    faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur Pemerintah, salah satu faktor yang

    mempengaruhi kinerja aparatur Pemerintah adalah kepuasan kerja. Smith (dalam

    http://www.berdesa.com/

  • 4

    Ramayah et.al, 2001) menjelaskan kepuasan kerja adalah perasaan subjektif yang

    dirasakan oleh seseorang. Kepuasan kerja merefleksikan perasaan aparatur

    terhadap pekerjaannya dan akan berdampak pada kinerja aparatur tersebut.

    Kepuasan kerja dapat menyebabkan adanya peningkatan atau penurunan

    kinerja aparatur. Sehingga, aparatur yang puas akan lebih produktif dibandingkan

    dengan aparatur yang tidak puas. Apabila terdapat aparatur yang merasakan

    ketidakpuasan terhadap pekerjaannya akan menyebabkan kinerja menurun

    (Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1994).

    Penelitian yang dilakukan Judge, Thoresen, Bono dan Patton (2001)

    membuktikan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Penelitian Halil

    Zaim, İrfan Kurt, dan Selman Tetik (2012) menunjukan kepuasan kerja

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Namun, penelitian yang

    dilakukan oleh Erline Kristine (2017) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh

    negatif dan signifikan terhadap kinerja.

    Selain kepuasan kerja, variabel religiusitas juga menarik untuk dilihat

    pengaruhnya terhadap kinerja. Religiusitas merupakan salah satu variabel yang

    dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja. Aviyah dan Farid (2014)

    menjelaskan bahwa tingkat kesadaran religious seseorang dapat menimbulkan

    dorongan yang kuat dan dapat menjadi motivator untuk mengarahkan seseorang

    dalam bekerja. Menurut Amaliah, Aspiranti & Purnamasari (2015), dengan

    adanya religiusitas maka seseorang yang beragama seharusnya akan selalu

    berusaha melakukan yang terbaik, tidak melanggar aturan dalam bersikap

  • 5

    dan bertingkah laku dalam setiap aktivitasnya sesuai dengan norma dan

    aturan yang telah diatur dalam agamanya.

    Penelitian yang dilakuakn oleh Amaliah. et. al. (2015) menunjukan

    religiusitas mempengaruhi kinerja secara signifikan. Selain itu penelitian yang

    dilakukan Alfisyah dan Anwar (2018) juga menunjukan bahwa religiusitas

    mempengaruhi kinerja secara signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh

    Khairunnisa (2016) menunjukan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap

    kinerja.

    Berdasarkan berbagai uraian latar belakang masalah tersebut, penelitian ini

    meneliti tentang pengaruh Kepuasan Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja

    Aparatur Desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang dalam rangka

    memahami masalah tersebut.

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan masalah

    Masalah pada penelitian ini dibatasi hanya pada variabel kepuasan kerja dan

    religiusits yang diduga mempengaruhi kinerja aparatur desa di Kecamatan

    Banyusari Kabupaten Karawang. Adapun batasan definisi dari variabel yang

    diteliti adalah sebagai berikut:

    1. Kinerja

    Kinerja dalam penelitian ini mengacu pada Borman dan Motowidlo (dalam Van

    Scotter, 1994) sebagai perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada

    tujuan organisasi.

  • 6

    2. Kepuasan kerja

    Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah perasaan subjektif yang dirasakan

    oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif pegawai

    yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman. Yang

    terdiri dari lima dimensi, yaitu : Pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi,

    atasan, dan rekan kerja, (Smith dalam Ramayah et.al, 2001).

    3. Religiusitas

    Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perwujudan individu

    penganut agama yang menggambarkan hubungan individu dengan Tuhannya

    (dimensi religiusitas general religiosity, serta hubungan dengan individu lain

    maupun sesama penganut agamanya (dimensi religiusitas social religiosity),

    kemampuan individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa kasih sayang;

    dan saling memaafkan terhadap sekitar (dimensi religiusitas forgiveness),

    kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan

    mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim (dimensi religiusitas God

    as judge), kemampuan individu tersebut bersyukur (dimensi religiusitas

    thankfulness), individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa

    dendam (dimensi religiusitas unvengefulness) dan kemampuan individu

    melambangkan Tuhannya yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya

    terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusannya (dimensi religiusitas involved God),

    (Kendler, et.al, 2003).

  • 7

    1.2.2 Perumusan masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan

    sebagai berikut:

    1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan religiusitas

    secara bersama-sama terhadap kinerja?

    2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pekerjaan itu sendiri terhadap

    kinerja?

    3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan gaji terhadap kinerja?

    4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kesempatan promosi terhadap

    kinerja?

    5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan atasan terhadap kinerja?

    6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan rekan kerja terhadap kinerja?

    7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan general religiosity terhadap kinerja?

    8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap kinerja?

    9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan forgiveness terhadap kinerja?

    10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan god as judge terhadap kinerja?

    11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan thankfulness terhadap kinerja?

    12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan unvengefulnes terhadap kinerja?

    13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan involve god terhadap kinerja?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan penelitian

    Berdasarkan masalah-masalah yang di bahas dalam latar belakang penelitian ini,

    maka tujuan penelitian ini adalah:

  • 8

    1. Menguji pengaruh kepuasan kerja dan religiusitas secara bersama-sama

    terhadap kinerja kinerja aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten

    Karawang.

    2. Menguji pengaruh masing-masing dimensi kepuasan kerja dan religiusitas

    terhadap kinerja kinerja aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten

    Karawang.

    1.3.2 Manfaat penelitian

    Manfaat dilaksanakannya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    manfaat teoritis dan praktis, yang akan dijabarkan dibawah ini:

    1. Manfaat teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wacana keilmuan, terutama

    psikologi industri dan organisasi dalam mempelajari tingkah laku manusia dalam

    organisasi. Serta dapat menambah bukti empiris mengenai pengaruh kepuasan

    kerja dan religiusitas terhadap kinerja.

    2. Manfaat praktis

    Dengan diadakannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat

    digunakan untuk bahan pertimbangan bagi instansi atau pemerintahan terkait.

    Khususnya untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintah berdasarkan variabel-

    variabel yang diteliti

    1.4 Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan penyusunan dan pemahaman, skripsi ini disusun dengan

    sistematika penyusunan sebagai berikut:

  • 9

    Bab 1: Pendahuluan

    Penelitian ini diawali dengan penjelasan tentang latar belakang masalah yang

    menjadi pemicu munculnya permasalahan. Dengan latar belakang masalah

    tersebut ditentukan rumusan masalah yang lebih terperinci sebagai acuan untuk

    menentukan hipotesis. Dalam bab ini pula dijabarkan tentang tujuan dan kegunaan

    penelitian dan pada akhir bab dijelaskan tentang sistematika penelitian yang akan

    digunakan.

    Bab 2. Kajian Pustaka

    Sesuai dengan judul yang tertera, pada Bab 2 ini akan diuraikan tentang landasan

    teori yang menjadi dasar pemikiran dalam mencari pembuktian dan solusi yang

    tepat untuk hipotesis yang akan diajukan.

    BAB 3. Metode Penelitian

    Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang jenis penelitian apa yang

    digunakan, menguraikan variabel dan definisi (definisi operasional), menjelaskan

    populasi dan sampel juga teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji

    instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

    BAB 4. Hasil Penelitian

    Membahas mengenaihasil penelitian yang telah dilakukan meliputi gambaran

    sampel penelitian, analisis deskriptif dan hipotesis penelitian.

    BAB 5. Kesimpulan, Diskusidan Saran

    Menjelaskan lebih lanjut tentang hasil penelitian yang terdiri dari kesimpulan,

    diskusi dan saran.

  • 10

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    Pada bab dua ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan

    dengan penelitian yaitu kinerja, kepuasan kerja, dan religiusitas, serta kerangka

    berfikir dan hipotesis penelitian.

    2.1 Kinerja

    2.1.1 Definisi kinerja

    Berbicara tentang kinerja berarti menilai hasil kerja yang dicapai oleh individu,

    kelompok atau unit kerja. Dalam pekerjaan, kinerja mencakup tindakan atau

    perilaku yang relevan pada tujuan organisasi, yang diukur dalam terminologi dari

    masing-masing keahlian individu. Kinerja adalah hal yang diinginkan organisasi

    atas apa yang dilakukan dan yang telah dilakukan dengan baik oleh individu.

    Kinerja bukanlah akibat dari suatu hasil atau tindakan, melainkan tindakan itu

    sendiri (Landy & Conte, 2004).

    Rothmann dan Coetzer (2003) mendefinisikan kinerja sebagai suatu hal

    multi-dimensi yang menunjukkan seberapa baik karyawan melakukan tugas-

    tugas, inisiatif dan akal yang mereka tunjukkan dalam memecahkan masalah.

    Abramis (1994) mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan tugas atau

    pekerjaan secara efektif oleh karyawan dan melakukan kontribusi yang

    bermanfaat untuk lingkungan kerja sosial

    Menurut Motowidlo dan Kell (dalam Weiner, 2013) kinerja hanya

    mencakup pada perilaku yang dapat membuat perubahan pada pencapaian tujuan

    organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai nilai yang diharapkan organisasi dari

  • 11

    perilaku yang ditampilkan individu selama standar periode waktu tertentu. Hal

    terpenting dalam definisi ini adalah kinerja merupakan sifat dari perilaku. Selain

    itu, Motowidlo dan Kell mengungkapkan sifat dari perilaku yang menjelaskan

    kinerja tersebut mengacu pada nilai yang diharapkan untuk organisasi. Sedangkan

    menurut Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter,1994) kinerja adalah

    perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi.

    Dari berbagai definisi yang dinyatakan oleh beberapa ahli di atas, peneliti

    memilih definisi dari Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter,1994). yaitu

    perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi.

    Penggunaan teori ini dikarenakan sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan

    penelitian ini.

    2.1.2 Dimensi kinerja

    Beberapa sumber memaparkan pendapat para tokoh mengenai dimensi dari

    kinerja sebagai berikut. Campbell (dalam Weiner, 2013) mendeskripsikan

    sebanyak delapan Dimensi dari kinerja. Dimensi tersebut adalah:

    1. Job-specific task proficiency

    Yaitu kemampuan seseorang melakukan tugas-tugas inti pekerjaan secara teknis

    dan yang membedakan dari satu pekerjaan dengan yang lain.

    2. Non-job-specific task proficiency

    Yaitu kemampuan seseorang melakukan tugas yang tidak spesifik dari pekerjaan

    yang diberikan tetapi yang dibutuhkan oleh sebagian besar atau semua pekerjaan

    dalam suatu organisasi.

  • 12

    3. Written and oral communication

    Yaitu kemampuan seseorang menulis atau berbicara kepada audiens dari berbagai

    ukuran.

    4. Demonstrating effort

    Yaitu komitmen sseseorang terhadap tugas-tugas pekerjaannya dan intensitas

    seseorang bekerja pada tugas pekerjaannya.

    5. Maintaining personal discipline

    Yaitu kemampuan seseorang menghindari perilaku negatif seperti penyalahgunaan

    alkohol, melanggar aturan, dan absensi.

    6. Facilitating team and peer performance

    Yaitu kemampuan seseorang mendukung, membantu, dan mengembangkan rekan

    kerja dan membantu fungsi kelompok sebagai unit yang efektif.

    7. Supervision

    Yaitu kemampuan seseorang memengaruhi bawahan melalui interaksi tatap muka.

    8. Management and administration

    Yaitu kemampuan seseorang mengatur hal lain yang bukan fungsi pengawasan

    manajemennya seperti mengatur tujuan organisasi, mengorganisir orang dan

    sumber daya, memantau kemajuan, pengendalian biaya, dan menemukan

    sumber daya tambahan.

    Selain itu, Borman dan Motowidlo membagi dimensi kinerja yang

    dikemukakannya (dalam Weiner, 2013) menjadi dua dimensi. dimensi

    tersebut yaitu:

  • 13

    1. Task performance

    Yaitu nilai yang diharapkan dari perilaku individu selama periode standar waktu

    tertentu untuk produksi barang dan jasa organisasi. Dengan kata lain, mengacu

    pada aktivitas yang biasanya muncul pada deskripsi kerja formal.

    2. Contextual performance

    Yaitu total nilai yang diharapkan dari perilaku individu selama periode standar

    waktu tertentu untuk menjaga dan meningkatkan psikologis, sosial, dan organisasi

    dalam konteks kerja.

    Perbedaan taksonomi Campbell dengan kedua dimensi ini yaitu, model

    Campbell membagi perilaku utamanya berdasarkan kontennya. Sedangkan

    perbedaannya dengan task dan contextual performance yaitu membagi perilaku

    berdasarkan dampaknya terhadap organisasi, memahami bahwa beberapa perilaku

    memiliki implikasi bagi kedua jenis aspek ini (Weiner, 2013).

    Kemudian dari Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) membagi kinerja

    ke dalam tiga dimensi, yaitu:

    1. Task Proficiency/Quality

    Yaitu menguasai tugas, melakukan pekerjan dengan akurat, memperhatikan detail,

    menghindari kesalahan, menghasilkan standar kualitas kerja yang baik.

    2. Productivity

    Yaitu mampu menyelesaikan tugas, menggunakan sumber daya secara efektif,

    mampu memenuhi deadline.

  • 14

    3. Judgment and Problem Solving

    Yaitu membuat keputusan yang baik dan mampu menentukan tindakan yang tepat

    ketika menghadapi masalah.

    Dari beberapa dimensi kinerja yang telah dibahas, penelitian ini mengacu

    pada aspek yang dipaparkan oleh Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994).

    2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

    Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor

    tersebut antara lain :

    1. Kepuasan kerja.

    Kepuasan kerja mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi, tanggung jawab

    organisasi, kesehatan fisik dan mental, sehingga pegawai akan bekerja dengan

    suasana hati yang lebih baik dan akan belajar lebih banyak keterampilan dan

    akhirnya meningkatkan kinerjanya (Coomber dalam Dizgah, et. Al, 2012).

    Kepuasan kerja menyebabkan adanya peningkatan atau penurunan kinerja

    pegawai sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif dibandingkan dengan

    pekerja yang tidak puas, (Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1994). Penelitian

    yang dilakukan Halil Zaim, İrfan Kurt, dan Selman Tetik (2012) serta penelitian

    yang dilakukan Dizgah, Chegini dan Bisokhan (2012) menujukan bahwa

    kepuasan kerja mempengaruhi kinerja secara positif.

    2. Religiusitas

    Tingkat kesadaran religious seseorang dapat menimbulkan dorongan yang kuat

    dan dapat menjadi motivator untuk mengarahkan seseorang dalam bekerja.

    (Aviyah dan Farid, 2014). Hubungan antara religiusitas dengan prasangka sosial

  • 15

    telah lama menjadi perhatian dalam studi ilmiah sebelumnya. Penelitian Amaliah

    et al (2015) menunjukan religiusitas mempengaruhi kinerja secara signifikan.

    2.1.4 Pengukuran kinerja

    Berikut terdapat macam-macam pengukuran kinerja:

    1. Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Tubre, Arthur, dan Bennet (dalam

    Weiner, 2013) terdiri dari 59 item.

    2. Task Performance Scale yang dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan

    Kubisiak (1994). Pengukuran kinerja ini berjumlah sembilan item dan terbagi atas

    tiga dimensi yaitu, Task Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and

    Problem Solving.

    Berdasarkan berbagai uraian pengukuran mengenai kinerja tersebut,

    peneliti akan menggunakan pengukuran kinerja Task Performance Scale yang

    dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994).

    1.2 Kepuasan Kerja

    2.2.1 Definisi Kepuasan Kerja

    Menurut Spector (1996) kepuasan kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang

    menyukai pekerjaannya. Hal ini dirasakan berbeda-beda pada setiap individu,

    jenis pekerjaan yang disukai belum tentu berlaku untuk individu lain. Adapun

    unsur dalam kepuasan kerja menurut Spector (1996) adalah pendapatan,

    kesempatan promosi, supervisi, keuntungan, penghargaan, prosedur, rekan kerja,

    sifat kerja dan komunikasi.

    Menurut Zanna & Rampel, 1988 (dalam Jex, 2002) Kepuasan kerja

    didefinisikan terbagi menjadi 2 komponen yaitu cognitive dan behavioral. aspek

  • 16

    cognitive didefinisikan sebagai keyakinan pegawai terhadap pekerjaan atau situasi

    kerja, seperti pegawai percaya bahwa pekerjaannya menarik bagi dirinya,

    sedangkan aspek behavioral didefinisikan sebagai tingkat kecenderungan perilaku

    pegawai terhadap pekerjaannya yang dapat dilihat dari bagaimana pegawai

    bekerja secara teratur, bekerja keras dalam pekerjaannya dan berniat untuk tetap

    berada di organisasi dalam waktu yang lama.

    Menurut Rogelberg, Allen, Shanock, & Shuffler (2010), kepuasan kerja

    merupakan suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau positif yang

    dihasilkan dari penilaian seseorang terhadap pekerjaan maupun aspek pekerjaan

    tersebut. Definisi ini mencakup reaksi afeksi (perasaan) maupun penilaian kognitif

    (pikiran) seseorang terhadap pekerjaannya. Selain itu, Kadtong dan Usop (2013)

    mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap seorang karyawan terhadap

    pekerjaan, yang biasa disebut sebagi respon suka atau tidak suka terhadap

    pekerjaan itu sendiri, imbalan, promosi, penghargaan atau konteks seperti kondisi

    kerja dan keuntungan.

    Locke (1976) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu tingkat

    emosi yang positif dan menyenangkan individu. Smith (dalam Ramayah et.al,

    2001) menjelaskan kepuasan kerja adalah mengenai perasaan subjektif yang

    dirasakan oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif

    pegawai yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman.

    Dari beberapa pernyataan mengenai definisi kepuasan kerja diatas, peneliti

    menggunakan kepuasan kerja sebagai perasaan subjektif yang dirasakan oleh

    seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif pegawai yang

  • 17

    dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman sesuai dengan

    pendapat Smith (dalam Ramayah et.al, 2001).

    2.2.2 Dimensi Kepuasan Kerja

    Menurut Smith (dalam Ramayah, et al, 2001) dimensi kepuasan kerja dibagi

    menjadi lima bagian yaitu :

    1. Pekerjaan itu sendiri

    Dimensi ini berhubungan dengan tugas-tugas yang menarik, kesempatan untuk

    belajar, dan kemampuan menerima tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap

    individu dalam pekerjaannya (Smith dalam Ramayah et.al, 2001).

    2. Gaji

    Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau

    tidak (Robbins 2001). Hasil penelitian yang dilakukan Theriault, kepuasan kerja

    merupakan fungsi dari jumlah absolute gaji yang diterima, derajat sejauh mana

    gaji memenuhi harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Yang

    terpenting adalah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji

    dipersepsikan adil didasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,

    dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada

    kepuasan kerja.

    3. Kesempatan promosi

    Promosi pekerjaan atau jabatan merupakan perkembangan yang positif dari

    seseorang pegawai karena adanya penilaian yang baik dari tugas yang diberikan

    kepadanya, promosi dapat berarti sebagai kenaikan pangkat, kenaikan jabatan,

    perpindahan lingkungan kerja yang tentu berkorelasi dengan adanya peningkatan

  • 18

    tanggung jawab, gaji, fasilitas dan tunjangan lain yang lebih tinggi dari tingkatan

    jabatan sebelumnya.

    4. Atasan

    Locke (2008) memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepusan

    pegawai dengan atasan (hubungan antara atasan-bawahan). Pertama, hubungan

    fungsional mencerminkan sejauh mana atasan mambantu pegawai untuk

    memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi pegawai, seperti adanya

    pemberian tugas atau wewenang yang lebih tinggi pada pegawai yang

    membutuhkan tantangan baru dalam pekerjaannya. Kedua, hubungan keseluruhan

    didasarkan pada keterkaitan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan

    nilai-nilai yang serupa, seperti adanya kesamaan hobi antara atasan dan pegawai

    yang membuat hubungan keseluruhan antar pribadi menjadi lebih baik tanpa

    adanya proses pendekatan fungsional terlebih dahulu. Tingkat kepuasan kerja

    yang paling besar dengan seorang atasan ialah apabila kedua jenis hubungan

    tersebut adalah positif.

    5. Rekan Kerja

    Menjelaskan bahwa kepuasan kerja yang ada dalam diri pekerja terjadi karena

    mereka ditempatkan dalam jumlah tertentu, berada dalam satu ruang kerja,

    sehingga mereka bisa saling berkomunikasi satu sama lain (kebutuhan sosialnya

    terpenuhi).

  • 19

    2.2.3 Pengukuran Kepuasan Kerja

    Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran kepuasan kerja memiliki banyak

    jenis. Akan tetapi ada alat ukur yang memang dikhususkan untuk mengukur

    kepuasan kerja tersebut, diantaranya yaitu:

    1. Job Descriptive Index yang dibuat oleh Smith & Kendall pada tahun 1969. Alat

    ukur mencakup lima aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, supervisi

    dan rekan kerja.

    2. Fixed-response scale yang didasarkan pada teori discrepancy, contohnya yang

    disebut Need Satisfaction Questionaire, yang dibuat oleh Porter (1961).

    3. The Job Satisfaction Survey (JJS) dikembangkan oleh Spector pada tahun 1985.

    Alat ukur ini terdiri dari sembilan aspek kepuasan kerja yaitu gaji, promosi,

    supervisor, tunjangan, peraturan dan prosedur, rekan kerja, pekerjaan itu sendiri

    dan komunikasi.

    Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur The Job Descriptive

    Index yang dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin pada tahun 1969 yang

    mencakup lima dimensi kepuasan kerja, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi,

    supervisor dan rekan kerja. Alat ukur ini dipilih karena dirasa paling sesuai dan

    paling menggambarkan kepuasan kerja pada aparatur desa.

    1.3 Religiusitas

    2.3.1 Definisi Religiusitas

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang

    mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang

    Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan

  • 20

    manusia serta lingkungannya. Secara etimologis, religi yang berarti agama

    terambil dari bahasa Latin religare yang berarti mengikat kembali. Durkheim

    menyatakan bahwa agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas

    kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci (Pasiak, 2012).

    Dalam aspek perilaku, agama identik dengan istilah religiusitas

    (keberagamaan) yang artinya berhubungan dengan pengetahuan, keyakinan,

    pelaksanaan ibadah dan akidah, dan penghayatan atas agama yang dianutnya

    (Pasiak, 2012). Menurut Fetzer (2003), religiusitas adalah kemampuan individu

    merasakan pengalaman spiritual dalam kesehariannya, mengalami kebermaknaan

    hidup, mengekspresikan agama sebagai sebuah nilai, meyakini ajaran agamanya,

    dapat memaafkan, melakukan praktik agama secara pribadi, menggunakan agama

    sebagai coping, mendapatkan dukungan dari penganut agama yang sama,

    mengalami sejarah keberagamaan, komitmen dalam beragama, mengikuti

    organisasi keberagamaan, dan meyakini pilihan agamanya. Religiusitas juga

    mempengaruhi perilaku, sosial dan psikologis seseorang.

    Kendler, et al.(2003), mengukur religiusitas secara luas, dengan mencoba

    mengembangkan teknik analisis keberagamaan menjadi lebih mudah dengan

    menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih

    representatif. Yaitu adalah perwujudan individu penganut agama yang

    menggambarkan, kemampuan hubungan individu dengan Tuhannya, serta

    hubungan individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun

    sesama penganut agamanya, kemampuan individu menggambarkan pendekatan

    kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar,

  • 21

    kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan

    mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim, kemampuan individu

    tersebut bersyukur, kemampuan individu menggambarkan perilaku yang tidak

    menyimpan rasa dendam dan kemampuan individu melambangkan Tuhannya

    yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan

    dalam urusannya.

    Berdasarkan beberapa definisi yang dijelaskan sebelumnya peneliti

    mengacu pada teori yang dikemukakan oleh kindler et. al. (2003), bahwa yang

    dimaksud dengan religiusitas adalah perwujudan individu penganut agama yang

    menggambarkan, kemampuan hubungan individu dengan Tuhannya, serta

    hubungan individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun

    sesama penganut agamanya, kemampuan individu menggambarkan pendekatan

    kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar,

    kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan

    mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim, kemampuan individu

    tersebut bersyukur, kemampuan individu menggambarkan perilaku yang tidak

    menyimpan rasa dendam dan kemampuan individu melambangkan Tuhannya

    yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan

    dalam urusannya.

    2.3.2 Dimensi religiusitas

    Menurut Kendler, et al., (2003) ada tujuh dimensi religiusitas, yaitu:

    1. General religiosity/coping religious

  • 22

    Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang

    berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka

    selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan

    sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis).

    2. Social religiosity (Religious ‘social support’)

    Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu

    religius lainnya. Hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat

    beribadah sehingga dimensi ini disebut social religiosity. Social religiosity

    dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support.

    3. Forgiveness (sikap memaafkan)

    Kendler, et.al. (2003) menggambarkan forgiveness sebagai sikap perhatian, cinta

    kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan

    istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu.

    4. God as judge (Tuhan sebagai penentu/hakim).

    Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi

    ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik

    maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan

    Tuhan akan memberikan hukuman.

    5. Thankfulness (Bersyukur)

    Kemampuan individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness), merefleksikan

    perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan

    Tuhan.

  • 23

    6. Unvengefulness (Rasa tidak dendam)

    Menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu

    perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.

    7. Involve god (Keterlibatan Tuhan)

    Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif

    dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari).

    2.3.3 Pengukuran religiusitas

    Dalam beberapa penelitian sebelumnya ditemukan instrumen yang digunakan

    untuk mengukur religiusitas:

    1. Fetzer Institute (2003) mengukur religiusitas Brief Multidimensional Measure

    of Religiousness/Spirituality (BMMRS) yang terdiri dari dua belas dimensi, yaitu:

    daily spiritual experience, meaning, value, belief, forgiveness, private religious

    practice, religious/spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,

    commitment, organizational religiousness, religious preference.

    2. Kendler et.al. (2003) mengukur religiusitas yang terdiri dari tujuh dimensi,

    yaitu: general religiousity, social religiousity, involved God, forgiveness, God as

    judge, unvengefulness, thankfulness.

    3. Huber dan Huber (2012) mengembangkan Charles Glock’s Model untuk

    mengukur religiusitas dengan menggunakan Centrality of Religiousity Scale

    (CRS). Terdapat lima dimensi yang diukur, yaitu: intellect, ideology, public

    practice, private practice, experience.

    Untuk mengukur religiusitas dalam penelitian, peneliti menggunakan skala

    religiusitas skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari skala

  • 24

    pengukuran religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al. (2003) dengan tujuh

    dimensi: general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge,

    thankfulness, unvengefulnes dan involve god.

    2.4 Kerangka Berpikir

    Kinerja aparatur sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kesejahteraan

    rakyat, karena kesuksesan pemerintah berasal dari kinerja aparaturnya. Kinerja

    aparatur ada yang baik dan ada yang buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi

    kinerja, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kepuasan kerja.

    Kepuasan kerja akan mencerminkan perasaan aparatur terhadap

    pekerjaannya yang akan berdampak pada kinerja aparatur tersebut. Penelitian

    yang dilakukan Judge, Thoresen, Bono dan Patton (2001) membuktikan

    bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Penelitian Halil Zaim, İrfan

    Kurt, dan Selman Tetik (2012) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh positif

    dan signifikan terhadap kinerja. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Erline

    Kristine (2017) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan

    terhadap kinerja.

    Selain kepuasan kerja, variabel religiusitas juga merupakan salah satu

    dimensi yang dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja. Aviyah dan

    Farid (2014) menjelaskan bahwa tingkat kesadaran religious seseorang dapat

    menimbulkan dorongan yang kuat dan dapat menjadi motivator untuk

    mengarahkan seseorang dalam bekerja..

    Penelitian Amaliah. et. al. (2015) menunjukan religiusitas mempengaruhi

    kinerja secara signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan Alfisyah dan Anwar

  • 25

    (2018) juga menunjukan bahwa religiusitas mempengaruhi kinerja secara

    signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2016)

    menunjukan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap kinerja.

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Kepuasan Kerja dan

    Religiusitas terhadap Kinerja Aparatur Desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten

    Karawang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka kerangka

    berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1: Kerangka Berpikir Penelitian

  • 26

    2.5 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan

    kebenarannya didalam kenyataan (empirical verification), percobaan

    (experimentation) atau praktik (implementation) (Umar, 2003:56). Hipotesis yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah:

    2.5.1 Hipotesis Mayor

    Ada pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan religiusitas terhadap kinerja

    2.5.2 Hipotesis Minor

    H1.1 = Terdapat pengaruh yang signifikan pekerjaan itu sendiri terhadap

    variabel kinerja

    H1.2 = Terdapat pengaruh yang signifikan gaji terhadap variabel kinerja

    H1.3 = Terdapat pengaruh yang signifikan kesempatan promosi terhadap

    variabel kinerja

    H1.4 = Terdapat pengaruh yang signifikan atasan terhadap variabel kinerja

    H1.5 = Terdapat pengaruh yang signifikan rekan kerja terhadap variabel kinerja

    H1.6 = Terdapat pengaruh yang signifikan general religiosity terhadap variabel

    kinerja

    H1.7 = Terdapat pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap variabel

    kinerja

    H1.8 = Terdapat pengaruh yang signifikan forgiveness terhadap variabel kinerja

    H1.9 = Terdapat pengaruh yang signifikan god as judge terhadap variabel

    kinerja

  • 27

    H1.10 = Terdapat pengaruh yang signifikan thankfulness terhadap variabel

    kinerja

    H1.11= Terdapat pengaruh yang signifikan unvengefulnes terhadap variabel

    kinerja

    H1.12= Terdapat pengaruh yang signifikan involve god terhadap variabel kinerja

    Karena tahap selanjutnya adalah uji statistik, maka hipotesis pada

    penelitian ini akan diubah menjadi hipotesis nol.

  • 28

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    Pada bab ini, peneliti mengemukakan tentang metodologi penelitian. Adapun

    penjelasan mengenai metode dimulai dengan deskripsi mengenai populasi,

    variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen

    pengumpulan data, serta metode analisis data. Jenis penelitian, subyek penelitian,

    instrumen yang digunakan, pengumpulan data dan teknik analisa data.

    3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    3.1.1 Populasi dan sampel

    Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah aparatur desa di Kecamatan

    Banyusari Kabupaten Karawang. Populasi dalam penelitian ini terdiri adari 404

    aparatur desa yang tersebar di 12 desa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 163

    responden yang terdiri dari 141 laki-laki dan 22 perempuan.

    3.1.2 Teknik Pengambilan sampel

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk kategori non

    probabilty sampling, yaitu besar peluang untuk terpilihnya anggota populasi

    sebagai sample sama.

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    3.2.1 Variabel Penelitian

    Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : kinerja,

    pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, rekan kerja, general

    religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,

    unvengefulnes dan involve God

  • 29

    Variabel dependen (DV) dalam penelitian ini adalah kinerja, sedangkan

    variabel pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, rekan kerja,

    general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness,

    unvengefulnes dan involve god merupakan variabel independen (IV).

    3.2.2 Definisi Operasional

    Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian, maka

    yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Kinerja

    Perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi

    (Borman & Motowidlo, dalam Van Scotter, 1994). pengukuran kinerja ini

    dapat diperoleh dari skor Task Performance Scale yang dikembangkan oleh

    Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) dengan tiga dimensi yaitu, Task

    Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and Problem Solving.

    2. Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah perasaan subjektif yang dirasakan

    oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif karyawan

    yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman. (Smith

    dalam Ramayah et.al, 2001). Yang terdiri dari lima dimensi, yaitu : pekerjaan itu

    sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan , dan rekan kerja.

    3. Religiusitas

    Religiusitas adalah perwujudan aparatur desa penganut agama di Kecamatan

    Banyusari Kabupaten Karawang berdasarkan dimensi general religiosity, sosial

  • 30

    religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god

    yang diukur dengan skala religiusitas yang diadaptasi dari Kendler, et.al. (2003).

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data

    Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang mana pada setiap

    pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban. Dalam skala ini subjek diminta

    menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian terhadap isi pernyataan dalam empat

    kategori jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat

    Tidak Sesuai (STS).

    Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central

    tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri

    dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable).

    Penskoran tertinggi diberikan pilihan sangat sesuai dan terendah pada pernyataan

    sangat tidak sesuai untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan tertinggi

    untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai

    dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat sesuai. Setiap katagori memiliki

    nilai sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert

    Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

    Sangat Sesuai (SS) 4 1

    Sesuai (S) 3 2

    Tidak Sesuai (TS) 2 3

    Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

    Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tiga alat ukur, yaitu:

    Task Performance Scale, The Job Descriptive Index dan alat ukur yang

  • 31

    diadaptasi dari skala religiusitas Kendler. Penjelasan dari tiga alat ukur tersebut

    adalah sebagai berikut:

    3.3.1 Alat ukur kinerja

    Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diperoleh dari skor pengukuran

    kinerja bernama Task Performance Scale yang diadaptasi dari penelitian

    Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) dengan tiga dimensi yaitu, Task

    Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and Problem Solving.

    Tabel 3.2

    Blue Print Skala Kinerja (Task Performance Scale)

    No. Dimensi Indikator Item Jumlah

    Item Fav Unvaf

    1 Task Proficiency/

    Quality

    - Menguasai tugas - Memperhatikan detail - Menghasilkan

    standar kerja yang

    tinggi

    3

    5

    8

    - 3

    2 Productivity

    - Mampu menyelesaikan tugas

    - Penggunaan sumber daya secara efektif

    - Memenuhi deadline

    1

    6

    9

    - 3

    3 Judgment and

    Problem Solving

    - Mampu menentukan

    tindakan yang akurat,

    - Mampu membuat

    keputusan yang tepat

    2

    4,7

    - 3

    Total Item

    9

    Adaptasi dari item asli tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris ke

    bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh

    responden seperti contoh item pada tabel 3.2. Skala Likert yang digunakan

    dalam instrumen asli tersebut terdiri dari lima rentangan poin dari “Sangat

    Tidak Setuju” hingga “Sangat Setuju”, yang kemudian peneliti modifikasi

    menjadi empat rentang poin dari “Sangat Tidak Sesuai” hingga “Sangat

    Sesuai”.

  • 32

    3.3.2 Alat ukur kepuasan kerja

    Untuk mengukur Kepuasan Kerja, penulis mengadaptasi dari alat ukur The Job

    Descriptive Index yang dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin (1969) yang

    mencakup lima dimensi, yaitu : pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi,

    atasan dan rekan kerja.

    Tabel 3.3

    Blue Print Skala Kepuasan Kerja

    No Dimensi Indikator Nomor Item

    Jumlah Fav Unfav

    1 Pekerjaan itu

    sendiri

    - Pekerjaan yang

    menarik

    - Kemampuan yang

    seuai

    5,

    6,23

    21

    22

    5

    2 Gaji

    - Gaji yang sesuai

    harapan

    - Tunjangan yang adil

    12,13,

    14,15,16

    5

    3 Kesempatan

    Promosi

    - Kesempatan promosi

    - Keadilan promosi

    20

    17,24

    18,19

    5

    4 Atasan

    - Merasa nyamandengan

    atasan

    - Merasa diperhatikan

    atasan

    - Merasa diperlakukan

    adil oleh atasan

    1,2

    3,4

    25

    5

    5 Rekan kerja

    - Menjalin hubungan yang baik dengan

    rekan kerja

    7,8,9,10,11 5

    Total Item 25

    Adaptasi dari item asli tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris ke

    bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh

    responden seperti contoh item pada tabel 3.2.

    3.3.3 Alat ukur religiusitas

    Untuk mengukur religiusitas peneliti mengadaptasi dari skala religiusitas Kendler,

    et al., (2003). Dalam skala ini terdapat tujuh dimensi yaitu general religiosity

    (coping religious); sosial religiosity; forgiveness; Tuhan sebagai penentu/hakim

  • 33

    (god as judge); Rasa berterima kasih (thankfulness); Perasaan tidak dendam

    (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (involve god).

    Berikut adalah blueprint untuk skala variabel Religiusitas yang akan

    digunakan dalam penelitian ini :

    Tabel 3.4

    Blue Print Skala Religiusitas

    No. Dimensi Indikator Favo Unfavo Jumla

    1. General

    religiosity / coping

    - Menggambarkan hubungan

    Indivdu dengan Tuhan

    1, 2, 4,

    11, 14,

    16, 17

    42 8

    - Keterlibatan aktif dengan

    Tuhan dalam sehari-hari

    5, 6,

    10, 13

    43 5

    - Keterlibatan aktif dengan

    Tuhan dalam masa krisis /

    menghadapi kesulitan

    7, 8, 9 44, 45 5

    - Perhatian dan keterlibatan

    individu dengan hal-hal yang

    berkaitan dengan spiritual

    maupun keagamaan

    3, 12,

    15

    - 3

    2. Sosial religiosity - Membina hubungan dengan

    individu sesame manusia

    maupun sesama penganut

    agama

    18, 19,

    20

    46 4

    - Kehadiran di tempat

    beribadah

    21, 22 47 3

    3. Forgiveness - Memaafkan orang lain dan

    diri sendiri

    27, 28,

    29

    - 3

    - Merasakan kepedulian, rasa

    kasih sayang dan saling

    memaafkan pada dunia

    30, 31,

    50

    56 4

    4. God as judge - Mempercayai tuhan sebagai

    penetap takdir

    32, 33 - 2

    - Mempercayai hukum dan

    nilai-nilai dari Tuhan

    34, 35,

    36, 51

    - 4

    5. Thankfulness - Merasakan bersyukur 39, 41 - 2

    - Menggambarkan perasaan

    berterima kasih

    40 55 2

    6. Unvengefulness - Membebaskan diri dari rasa

    dendam

    37, 38,

    57, 61

    52, 53,

    54, 58,

    59, 60

    10

    7. Involve god - Mempercayai Tuhan 23, 24 48 3

    - Meyakini Tuhan 25, 26 49 3

    Jumlah 45 16 61

  • 34

    3.4 Pengujian Validitas Konstruk

    Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka penulis melakukan uji

    validitas menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software

    LISREL 8.7. yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel

    valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun langkah-langkah yang

    dilakukan adalah sebagai berikut :

    1. Menguji apakah hanya satu faktor saya yang menyebabkan item-item saling

    berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji dengan Chi-

    Square, untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara

    matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang

    dihitung menurut teori atau model. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan

    (p>0.05) berarti hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

    antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model tidak ditolak yang

    artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (uni-dimensional). Namun

    jika nilai Chi-Square signifikan (p

  • 35

    - Menggunakan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

    masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada

    sebuah item tidak signifikan (ǀt

  • 36

    satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 6,99, Pvalue =

    0,90282, dan nilai RMSEA 0,000.

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    kinerja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

    hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut

    perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

    koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 dibawah ini.

    Tabel 3.5

    Muatan faktor item kinerja

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.80 0.07 10.72 V

    2 0.75 0.07 11.08 V

    3 0.74 0.07 10.95 V

    4 0.68 0.07 9.49 V

    5 0.69 0.07 9.68 V

    6 0.76 0.07 10.93 V

    7 0.80 0.07 11.91 V

    8 0.68 0.07 9.60 V

    9 0.78 0.07 11.51 V

    Berdasarkan tabel 3.5 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item

    signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan

    faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui

    tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid

    untuk mengukur apa yang hendak diukur.

    3.4.2 Uji validitas konstruk skala pekerjaan itu sendiri

    Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur pekerjaan itu sendiri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

    dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 23,09 Pvalue =

  • 37

    0,00032, dan nilai RMSEA 0,149. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi

    terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

    berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =

    0,26, Pvalue=0,87733, dan nilai RMSEA 0,000.

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    pekerjaan itu sendiri. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

    item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

    nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 dibawah ini.

    Tabel 3.6

    Muatan faktor item pekerjaan itu sendiri

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.09 0.11 0.83 X

    2 0.32 0.10 3.21 V

    3 0.20 0.10 2.02 V

    4 0.70 0.14 4.86 V

    5 0.57 0.13 4.52 V

    Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 2, 3, 4, 5,

    adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item

    nomor 1 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya

    bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor

    score.

    3.4.3 Uji validitas konstruk skala gaji

    Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur gaji. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

    faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 104,44 , Pvalue = 0,00000, dan nilai

  • 38

    RMSEA 0,178. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap model,

    dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

    sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 17,96 Pvalue =

    0,00300, dan nilai RMSEA 0,126.

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    gaji. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

    hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut

    perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

    koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 dibawah ini:

    Tabel 3.7

    Muatan faktor item gaji

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.19 0.08 2.29 V

    2 -0.95 0.13 -7.24 X

    3 -0.72 0.11 -6.54 X

    4 -1.03 0.14 -7.61 X

    5 -0.19 0.08 -2.41 X

    Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor hanya item 1

    yang signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian item nomor 2, 3, 4, dan 5 di

    drop karena memiliki nilai bernilai negatif. Secara keseluruhan artinya dari

    seluruh faktor item gaji item tersebut hanya satu item yang akan ikut dianalisis

    dalam perhitungan berikutnya.

    3.4.4 Uji validitas konstruk skala kesempatan promosi

    Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur promosi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

    satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 85,85, Pvalue = 0,00000, dan

  • 39

    nilai RMSEA 0,316. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap

    model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

    satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,02 Pvalue =

    0,88992, dan nilai RMSEA 0,000.

    Tabel 3.8

    Muatan faktor item kesempatan promosi

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 1.40 0.53 2.63 V

    2 0.03 0.05 0.51 X

    3 -0.50 0.19 -2.67 X

    4 0.62 0.23 2.66 V

    5 0.19 0.10 1.96 V

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    kesempatan promosi. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan

    apakahitem tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan

    melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

    Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 4, dan 5

    adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item

    nomor 2 dan 3 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.

    Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam

    perhitungan factor score.

    3.4.5 Uji validitas konstruk Atasan

    Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

    satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 48,18, Pvalue = 0,00000, dan

  • 40

    nilai RMSEA 0,231. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap

    model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

    satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,00, Pvalue =

    1,00000, dan nilai RMSEA 0,000.

    Tabel 3.9

    Muatan faktor atasan

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.79 0.08 9.58 V

    2 0.84 0.08 10.17 V

    3 0.86 0.09 10.06 V

    4 0.87 0.09 9.29 V

    5 0.56 0.08 6.92 V

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    atasan. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

    hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut

    perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

    koefisien muatan faktor.

    Berdasarkan tabel 3.9 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item

    signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan

    faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui

    tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid

    untuk mengukur apa yang hendak diukur.

    3.4.6 Uji validitas konstruk skala rekan kerja

    Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur hubungan dengan atasan. Dari hasil analisis CFA yang

    dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 29,67

  • 41

    Pvalue = 0,0002, dan nilai RMSEA 0,175. Oleh sebab itu penulis melakukan

    modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

    dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-

    square = 0,09 Pvalue = 0,95506, dan nilai RMSEA 0,000.

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    rekan kerja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item

    tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

    bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 dibawah ini:

    Tabel 3.10

    Muatan faktor rekan kerja

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.78 0.07 11.06 V

    2 0.88 0.07 12.59 V

    3 0.73 0.07 10.19 V

    4 0.58 0.07 7.38 V

    5 0.80 0.07 10.66 V

    Berdasarkan tabel 3.10 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item

    signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan

    faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui

    tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid

    untuk mengukur apa yang hendak diukur.

    3.4.7 Uji validitas konstruk skala general religiosity

    Penulis menguji apakah 21 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur general religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

    dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 1549,13, Pvalue

  • 42

    = 0,00000, dan nilai RMSEA 0,211. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi

    terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

    berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =

    122,03, Pvalue = 0,05804, dan nilai RMSEA 0,038.

    Tabel 3.11

    Muatan faktor general religiosity

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.73 0.07 10.73 V

    2 0.70 0.07 10.00 V

    3 0.72 0.07 10.16 V

    4 0.72 0.07 10.46 V

    5 0.71 0.07 10.80 V

    6 0.68 0.07 10.09 V

    7 0.72 0.07 10.55 V

    8 0.68 0.07 10.12 V

    9 0.56 0.07 8.23 V

    10 0.76 0.07 11.27 V

    11 0.39 0.07 5.49 V

    12 0.57 0.07 8.17 V

    13 0.76 0.07 11.37 V

    14 0.91 0.07 13.59 V

    15 0.75 0.07 10.62 V

    16 0.62 0.07 9.30 V

    17 0.23 0.07 3.16 V

    18 0.12 0.07 1.71 X

    19 0.09 0.07 1.29 X

    20 0.15 0.07 2.12 V

    21 0.20 0.07 2.65 V

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    general religiosity. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

  • 43

    item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

    nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11.

    Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 2, 3, 4,

    5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20 dan 21 adalah signifikan karena t >

    1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 18 dan 19 di drop karena

    memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item

    tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.

    3.4.8 Uji validitas konstruk skala social religiosity

    Penulis menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur social religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

    dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 63,61, Pvalue =

    0,00000, dan nilai RMSEA 0,148. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi

    terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

    berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =

    12,23, Pvalue = 0,20069, dan nilai RMSEA 0,047.

    Tabel 3.12

    Muatan faktor item social religiosity

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.41 0.08 5.44 V

    2 0.60 0.07 8.18 V

    3 0.94 0.07 13.41 V

    4 0.78 0.07 11.03 V

    5 0.70 0.07 8.64 V

    6 0.39 0.08 4.96 V

    7 0.24 0.08 2.74 V

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    social religiosity. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur

  • 44

    faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

    item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

    nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

    Berdasarkan tabel 3.12 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item

    signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan

    faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui

    tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid

    untuk mengukur apa yang hendak diukur.

    3.4.9 Uji validitas konstruk skala forgiveness

    Penulis menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

    satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 105,47, Pvalue = 0,00000, dan

    nilai RMSEA 0,201. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap

    model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

    satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 2,67, Pvalue =

    0,91374, dan nilai RMSEA 0,000.

    Tabel 3.13

    Muatan faktor forgiveness

    No Item Lambda Error Nilai t Signifikan

    1 0.76 0.06 11.72 V

    2 0.85 0.07 12.82 V

    3 0.07 0.07 1.01 X

    4 0.64 0.07 9.59 V

    5 0.42 0.07 5.94 V

    6 0.64 0.07 8.61 V

    7 0.38 0.07 5.25 V

  • 45

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    forgiveness. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item

    tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

    bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13.

    Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 2, 4, 5,

    6, 7 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item

    nomor 3 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya

    bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor

    score.

    3.4.10 Uji validitas konstruk skala God as judge

    Penulis menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

    hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

    satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 100,18, Pvalue = 0,00000, dan

    nilai RMSEA 0,250. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap

    model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi

    satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,27, Pvalue =

    0,87337, dan nilai RMSEA 0,000.

    Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan

    satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu

    God as judge. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor

    yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item

  • 46

    tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

    bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel dibawah ini:

    Tabel 3.14

    Muatan faktor God as judge

    ITEM KOEFESIEN STANDAR

    EROR T-VALUE SIGNIFIKAN

    1 0.72 0.07 10.21 V

    2 0.94 0.06 14.50 V

    3 0.62 0.08 8.21 V

    4 0.76 0.07 11.04 V

    5 0.72 0.08 9.18 V

    6 -0.31