uin syarif hidayatullah jakarta official...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DI KECAMATAN
BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Dandy Darmawan
NIM : 1112070000146
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DI
KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 29 Juli 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 29 Juli 2019
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Wakil Dekan/Sekretaris
. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. .
NIP. 19620724 198903 2 001
. Bambang Suryadi, Ph. D .
NIP. 19700529 200303 1 002
Anggota
. Liany Luzvinda, M.Si. .
NIP. 19780216 200710 2 001
. Drs. Akhmad Baidun, M.si. .
NIP. 19640814 200112 1 001
Pembimbing
. Miftahuddin, M.Si. .
NIP. 19730317 200604 1 001
PERNYATAAN
-
iii
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dandy Darmawan
NIM : 1112070000146
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH KEPUASAN
KERJA DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA APARATUR DESA
DI KECAMATAN BANYUSARI KABUPATEN KARAWANG adalah benar
merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses
yang semestinya sesuai dengan peraturan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, Juli 2019
Dandy Darmawan .
NIM: 1112070000146
-
iv
-
v
MOTTO
Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.
The important thing is not to stop questioning.
(Albert Einstein)
Persembahan:
Karya ini saya persembahkan untuk keluarga, Sahabat dan
Teman-Temanku yang selalu memberi semangat, dukungan,
dan do’a yang tulus.
Terimakasih untuk semuanya.
-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Juli 2019 C) Dandy Darmawan D) Pengaruh kepuasan kerja dan religiusitas terhadap kinerja aparatur desa di
Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
E) XIII + 78 halaman + lampiran F) Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja. Penulis menduga bahwa variable kepuasan kerja (mencakup pekerjaan
itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, dan rekan kerja) dan religiusitas
(general religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,
unvengefulnes dan involve God) mempengaruhi kinerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan total sampel yang
digunakan berjumlah 163 aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability
sampling dengan metode purposive sampling. Penulis menggunakan alat ukur
Task Performance Scale yang dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan
Kubisiak (1994) untuk mengukur kinerja, The Job Descriptive Index yang
dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin (1969) untuk mengukur
kepuasan kerja dan alat ukur yang diadaptasi dari skala religiusitas Kendler
(2003) untuk mengukur religiusitas. Untuk menguji validitas alat ukur
menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Multiple
Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan indeks signifikansi
0.000 (p
-
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2019
C) Dandy Darmawan
D) The influence of job satifaction and religiosity on performance of village
officials in Banyusari District, Karawang Regency.
E) XIII + 74 pages + attachments
F) This research was conducted to examine the factors that influence performance.
The author guessed that the variable job satisfaction (including the work itself,
salary, promotion opportunities, superiors, and coworkers) and religiosity (general
religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,
unvengefulnes and God involvement) affect performance
This study used a quantitative approach with a total sample of 163 village officials
in Banyusari District, Karawang Regency. In this study used a non-probability
sampling technique with a purposive sampling method. The author using a Task
Performance Scale measure developed by Borman, Ackerman, and Kubisiak
(1994) to measure performance, The Job Descriptive Index developed by Smith,
Kendall & Hullin (1969) to measure job satisfaction and adapted measuring
instruments from the Kendler (2003) religious scale to measure religiosity. To test
the validity of the measuring instrument using Confirmatory Factor Analysis
(CFA) and Multiple Regression Analysis techniques used to test the research
hypothesis.
Based on the results of multiple regression calculations obtain an significance
index of 0.000 (p
-
viii
KATA PENGANTAR.
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan penulis berbagai macam nikmat di antaranya nikmat iman dan
islam serta sehat wal afaiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Pada penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu penulis baik secara materi, tenaga ataupun moril, maka dari
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Zahrotun Nihayah M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D,
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa
dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Miftahuddin, M.Si, dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing
penulis, memberikan motivasi dan memberikan penulis banyak masukkan
selama menyelesaikan skripsi.
3. Ilmi Amalia, M.Psi, Psikolog, dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini dan selalu
memberikan motivasi dan saran kepada penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu
yang berharga kepada penulis. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN
Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.
5. Kepada aparatur desa se-Kecamatan Banyusari yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden pada penelitian ini.
6. Kepada Camat Banyusrari dan jajarannya yang telah membantu proses
perizinan dan pelaksanaan pengambilan data penelitian di Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang
7. Kepada kedua orangtua penulis, Ibunda Neneng Rokayah dan Ayahanda Agus
Subhan yang tanpa henti memanjatkan doa di setiap ibadahnya, kasih sayang
-
ix
yang tulus, serta memberikan segala dukungan dan pengorbanan untuk
penulis. Terima kasih sudah menjadi pendengar dan penasihat yang baik atas
segala suka duka penulis.
8. Kepada Istri penulis Safa Khairun Nisa dan anak-anaku tersayang Aqila
Nadhifa dan Alzam Haziq yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,
nasihat dan segala kebahagiaan yang diberikan kepada penulis.
9. Untuk sahabat dan teman-teman penulis Ghazi, Dery, Mazaya, Saepudin,
Dani, Maksum dan Adhitya yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang, canda tawa, motivasi
serta pendampingan yang diberikan selama ini, pada momen kontenstasi
penulis dan momen yang lain dalam keadaan suka maupun duka.
10. Seluruh sahabat psikologi UIN yang telah memberikan semangat dan
kebahagiaan. Terima kasih atas segala bantuan psikologis dan motivasinya.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. terima kasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,
dan do’anya kepada saya, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini terdapat banyak sekali
kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan dapat
disampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun
orang lain, dan pihak yang berkepentingan.
Jakarta, Juli 2019
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7
1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................ 8
BAB 2 : LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
2.1 Kinerja ................................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Kinerja ........................................................................... 10
2.1.2 Dimensi Kinerja ........................................................................... 11
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Kinerja ............................................ 14
2.1.4 Pengukuran Kinerja ..................................................................... 15
2.2 Kepuasan Kerja ...................................................................................... 15
2.2.1 Definisi Kepuasan Kerja ............................................................. 15
2.2.2 Dimensi Kepuasan Kerja ............................................................. 17
2.2.3 Pengukuran Kepuasan Kerja ....................................................... 19
2.3 Religiusitas ............................................................................................. 19
2.3.1 Definisi Religiusitas ................................................................... 19
2.3.2 Dimensi Religiusitas ................................................................... 21
2.3.3 Pengukuran Religiusitas ............................................................. 23
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................. 24
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 26
BAB 3 : METODE PENELITIAN .................................................................... 28
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 28
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ......................... 28
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 30
-
xi
3.3.1 Alat ukur Kinerja ......................................................................... 31
3.3.2 Alat ukur Kepuasan Kerja ........................................................... 32
3.3.3 Alat ukur Religiusitas .................................................................. 32
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 34
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Kinerja ........................................ 35
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Pekerjaan itu sendiri ................... 36
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Gaji ............................................. 37
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Kesempatan Promosi ................. 38
3.4.5 Uji Validitas Konstruk Skala Atasan ....................................... 39
3.4.6 Uji Validitas Konstruk Skala Rekan Kerja ............................... 40
3.4.7 Uji Validitas Konstruk Skala General Religiosity .................... 41
3.4.8 Uji Validitas Konstruk Skala Social Religiosity ....................... 43
3.4.9 Uji Validitas Konstruk Skala Forgiveness ................................ 44
3.4.10 Uji Validitas Konstruk Skala God as Judge ............................. 45
3.4.11 Uji Validitas Konstruk Skala Thankfulness .............................. 46
3.4.12 Uji Validitas Konstruk Skala Unvengefulness .......................... 47
3.4.13 Uji Validitas Konstruk Skala Involve God ................................ 48
3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 49
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 51
BAB 4 : HASIL PENELITIAN .......................................................................... 53
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 53
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ....................................................... 54
4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian ................................................................. 56
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 58
4.4.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 58
4.4.2 Analisis Proporsi Varians Masing-masing Variabel ................... 63
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ......................................... 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 65
5.2 Diskusi ................................................................................................... 65
5.3 Saran ...................................................................................................... 69
5.3.1 Saran Teoritis.................................................................................69
5.3.2 Saran Praktis..................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN.........................................................................................................76
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert ................ 30
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kinerja......................................................................... 31
Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Kerja ........................................................... 32
Tabel 3.4 Blueprint Skala Religiusitas ................................................................. 33
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Kinerja .................................................. 36
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Konstruk Pekerjaan itu sendiri ............................ 37
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Konstruk Gaji ....................................................... 38
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Konstruk Kesempatan Promosi............................ 39
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Konstruk Atasan................................................... 40
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Konstruk Rekan Kerja ....................................... 41
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Konstruk General Religiousity .......................... 42
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Konstruk Social Religiousity ............................. 43
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Konstruk Forgiveness ........................................ 44
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Konstruk God as judge ...................................... 46
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Konstruk Thankfulness....................................... 47
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Konstruk Unvengefulness .................................. 48
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Konstruk Involve God ........................................ 49
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 53
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................. 55
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 56
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 57
Tabel 4.5 Tabel R-Squre Seluruh Sampel ............................................................. 58
Tabel 4.6 Tabel Anova Seluruh Sampel ............................................................... 59
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ........................................................................ 59
Tabel 4.8 Tabel Proporsi Varians Masing-Masing Variabel ................................ 63
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir ............................................................... 25
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan
1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH
Tuntutan peningkatan kinerja aparatur Pemerintah semakin gencar disuarakan.
Mengingat setelah terjadinya reformasi di Indonesia, peran aparatur Pemerintah
sebagai pelayan publik menjadi sorotan utama bagi masyarakat. Perubahan
paradigma apartur pemerintah yang dahulu dianggap seorang penguasa, sekarang
berubah menjadi seorang pelayan masyarakat (wuri, kaunang & pioh, 2015).
Perubahan paradigma yang terjadi menyebabkan kinerja aparatur
Pemerintah semakin disoroti oleh masyarakat. Menurut komisioner Ombudsman
bidang penyelesaian laporan, Budi Santoso mengatakan, keluhan mengenai
kinerja pemerintah paling banyak dilaporkan oleh masyarakat, yaitu sebesar
41,8%. Kemudian kepolisian sebesar 13,3%, instansi pemerintah atau kementerian
sebesar 10,7% dan badan pertahanan nasional sebesar 6,8%. Hal ini menunjukan
bahwa kinerja pemerintah masih kurang dimata masyarakat Indonesia
(www.pikiran-rakyat.com, 2014).
Aksi protes terhadap kinerja aparatur Pemerintah pernah terjadi terjadi di
Kabupaten Karawang. Puluhan orang dari lima organisasi lembaga swadaya
masyarakat (LSM), yakni GIBAS, PENA, BPPKB, Laskar NKRI dan KPMP,
-
2
mendatangi kantor pemerintah Kabupaten Karawang. Mereka mengeluhkan
kinerja pemerintah yang masih buruk (www.potretkarawang.com, 2014).
Salah satu kasus kurangnya kinerja aparatur yang terjadi di pemerintahan
desa adalah ketika ada warga yang mendatangi kantor desa untuk mengurus surat-
surat keterangan. Namun tidak dapat dilayani karena tidak ada perangkat desa
yang hadir sehingga warga harus datang ke rumah kepala desa. Ada kalanya
kepala desa tidak berada dirumah karena kesibukan atau kegiatan di luar desa.
Seandainya kepala desa ada di rumah, masyarakat harus menunggu sekretaris desa
untuk mempersiapkan berkas yang dibutuhkan (wuri, et. al. 2015).
Kinerja aparatur desa yang buuk dapat menyebabkan terhambatnya warga
dalam mengurus surat-surat, salah satunya adalah persyaratan untuk membuat
KTP. Salah satu kasus sulitnya membuat KTP dialami oleh Jaya, salah seorang
warga Cengkareng, Jakarta Barat. Kartu identitasnya belum tercetak padahal
sudah dua bulan menunggu. Pria yang bekerja serabutan ini sudah bolak balik
mengurus ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)
Kabupaten/Kota (www.cermati.com, 2018). Begitupula dengan Ismail, salah
seorang warga Sukamakmur, Kecamatan Moro-Moro. Sebagai pendatang, ia harus
mendapat izin dari pemerintah desa dan membuat KTP setempat. Namun, Ismail
ditolak pemerintah desa setempat karena tidak bisa membawa surat pengantar
pindah dari daerah asal. Karena tidak punya KTP, Anak-anak yang lahir di Moro-
Moro pun umumnya tidak memiliki akta kelahiran dan kartu keluarga. Bahkan
tidak memiliki hak politik dalam pemilihan umum. Selama 14 tahun mereka
hanya memilih pada Pemilu Presiden 2004 (Kompas.com, 2012).
http://kompas.com/
-
3
Kinerja aparatur pemerintah yang baik dapat menjadikan masyarakat lebih
maju dan sejahtera. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung, aparat dan warga desa yang berada di Kecamatan Pangalengan bahu-
membahu untuk memajukan desa. Setelah hampir satu dekade, warga Desa
Pangalengan berhasil bangkit dari keterpurukan akibat bencana dan bahkan
meraih prestasi. (www.ayoandung.com, 2019). Begitu pula yang terjadi di Desa
Sukamanah Kabupaten Bogor yang berhasil menjadi percontohan desa maju dan
sudah mempunyai aset sampai milyaran rupiah. (www.berdesa.com, 2018)
Kinerja aparatur merupakan indikator yang penting bagi kesuksesan
pemerintah. Menurut Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter, 1994)
kinerja adalah perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan
organisasi. Dalam lingkungan pemerintah desa, kepala desa dan seluruh perangkat
desa sebagai pelaksana tugas pemerintah di desa diharapkan dapat melaksanakan
tugas pemerintah desa dengan baik demi terciptanya kesejahteraan dan
pembangunan rakyat di desa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang pemerintahan daerah, menerangkan bahwa desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul atau hak tradisional yang diakui dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kinerja aparatur Pemerintah ada yang baik dan ada yang buruk. Banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur Pemerintah, salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja aparatur Pemerintah adalah kepuasan kerja. Smith (dalam
http://www.berdesa.com/
-
4
Ramayah et.al, 2001) menjelaskan kepuasan kerja adalah perasaan subjektif yang
dirasakan oleh seseorang. Kepuasan kerja merefleksikan perasaan aparatur
terhadap pekerjaannya dan akan berdampak pada kinerja aparatur tersebut.
Kepuasan kerja dapat menyebabkan adanya peningkatan atau penurunan
kinerja aparatur. Sehingga, aparatur yang puas akan lebih produktif dibandingkan
dengan aparatur yang tidak puas. Apabila terdapat aparatur yang merasakan
ketidakpuasan terhadap pekerjaannya akan menyebabkan kinerja menurun
(Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1994).
Penelitian yang dilakukan Judge, Thoresen, Bono dan Patton (2001)
membuktikan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Penelitian Halil
Zaim, İrfan Kurt, dan Selman Tetik (2012) menunjukan kepuasan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Namun, penelitian yang
dilakukan oleh Erline Kristine (2017) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja.
Selain kepuasan kerja, variabel religiusitas juga menarik untuk dilihat
pengaruhnya terhadap kinerja. Religiusitas merupakan salah satu variabel yang
dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja. Aviyah dan Farid (2014)
menjelaskan bahwa tingkat kesadaran religious seseorang dapat menimbulkan
dorongan yang kuat dan dapat menjadi motivator untuk mengarahkan seseorang
dalam bekerja. Menurut Amaliah, Aspiranti & Purnamasari (2015), dengan
adanya religiusitas maka seseorang yang beragama seharusnya akan selalu
berusaha melakukan yang terbaik, tidak melanggar aturan dalam bersikap
-
5
dan bertingkah laku dalam setiap aktivitasnya sesuai dengan norma dan
aturan yang telah diatur dalam agamanya.
Penelitian yang dilakuakn oleh Amaliah. et. al. (2015) menunjukan
religiusitas mempengaruhi kinerja secara signifikan. Selain itu penelitian yang
dilakukan Alfisyah dan Anwar (2018) juga menunjukan bahwa religiusitas
mempengaruhi kinerja secara signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh
Khairunnisa (2016) menunjukan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap
kinerja.
Berdasarkan berbagai uraian latar belakang masalah tersebut, penelitian ini
meneliti tentang pengaruh Kepuasan Kerja dan Religiusitas terhadap Kinerja
Aparatur Desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang dalam rangka
memahami masalah tersebut.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi hanya pada variabel kepuasan kerja dan
religiusits yang diduga mempengaruhi kinerja aparatur desa di Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang. Adapun batasan definisi dari variabel yang
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Kinerja
Kinerja dalam penelitian ini mengacu pada Borman dan Motowidlo (dalam Van
Scotter, 1994) sebagai perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada
tujuan organisasi.
-
6
2. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah perasaan subjektif yang dirasakan
oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif pegawai
yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman. Yang
terdiri dari lima dimensi, yaitu : Pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi,
atasan, dan rekan kerja, (Smith dalam Ramayah et.al, 2001).
3. Religiusitas
Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perwujudan individu
penganut agama yang menggambarkan hubungan individu dengan Tuhannya
(dimensi religiusitas general religiosity, serta hubungan dengan individu lain
maupun sesama penganut agamanya (dimensi religiusitas social religiosity),
kemampuan individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa kasih sayang;
dan saling memaafkan terhadap sekitar (dimensi religiusitas forgiveness),
kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan
mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim (dimensi religiusitas God
as judge), kemampuan individu tersebut bersyukur (dimensi religiusitas
thankfulness), individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa
dendam (dimensi religiusitas unvengefulness) dan kemampuan individu
melambangkan Tuhannya yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya
terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusannya (dimensi religiusitas involved God),
(Kendler, et.al, 2003).
-
7
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan religiusitas
secara bersama-sama terhadap kinerja?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pekerjaan itu sendiri terhadap
kinerja?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan gaji terhadap kinerja?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kesempatan promosi terhadap
kinerja?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan atasan terhadap kinerja?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan rekan kerja terhadap kinerja?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan general religiosity terhadap kinerja?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap kinerja?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan forgiveness terhadap kinerja?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan god as judge terhadap kinerja?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan thankfulness terhadap kinerja?
12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan unvengefulnes terhadap kinerja?
13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan involve god terhadap kinerja?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang di bahas dalam latar belakang penelitian ini,
maka tujuan penelitian ini adalah:
-
8
1. Menguji pengaruh kepuasan kerja dan religiusitas secara bersama-sama
terhadap kinerja kinerja aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang.
2. Menguji pengaruh masing-masing dimensi kepuasan kerja dan religiusitas
terhadap kinerja kinerja aparatur desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
manfaat teoritis dan praktis, yang akan dijabarkan dibawah ini:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wacana keilmuan, terutama
psikologi industri dan organisasi dalam mempelajari tingkah laku manusia dalam
organisasi. Serta dapat menambah bukti empiris mengenai pengaruh kepuasan
kerja dan religiusitas terhadap kinerja.
2. Manfaat praktis
Dengan diadakannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk bahan pertimbangan bagi instansi atau pemerintahan terkait.
Khususnya untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintah berdasarkan variabel-
variabel yang diteliti
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan dan pemahaman, skripsi ini disusun dengan
sistematika penyusunan sebagai berikut:
-
9
Bab 1: Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan penjelasan tentang latar belakang masalah yang
menjadi pemicu munculnya permasalahan. Dengan latar belakang masalah
tersebut ditentukan rumusan masalah yang lebih terperinci sebagai acuan untuk
menentukan hipotesis. Dalam bab ini pula dijabarkan tentang tujuan dan kegunaan
penelitian dan pada akhir bab dijelaskan tentang sistematika penelitian yang akan
digunakan.
Bab 2. Kajian Pustaka
Sesuai dengan judul yang tertera, pada Bab 2 ini akan diuraikan tentang landasan
teori yang menjadi dasar pemikiran dalam mencari pembuktian dan solusi yang
tepat untuk hipotesis yang akan diajukan.
BAB 3. Metode Penelitian
Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang jenis penelitian apa yang
digunakan, menguraikan variabel dan definisi (definisi operasional), menjelaskan
populasi dan sampel juga teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji
instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB 4. Hasil Penelitian
Membahas mengenaihasil penelitian yang telah dilakukan meliputi gambaran
sampel penelitian, analisis deskriptif dan hipotesis penelitian.
BAB 5. Kesimpulan, Diskusidan Saran
Menjelaskan lebih lanjut tentang hasil penelitian yang terdiri dari kesimpulan,
diskusi dan saran.
-
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab dua ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian yaitu kinerja, kepuasan kerja, dan religiusitas, serta kerangka
berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Kinerja
2.1.1 Definisi kinerja
Berbicara tentang kinerja berarti menilai hasil kerja yang dicapai oleh individu,
kelompok atau unit kerja. Dalam pekerjaan, kinerja mencakup tindakan atau
perilaku yang relevan pada tujuan organisasi, yang diukur dalam terminologi dari
masing-masing keahlian individu. Kinerja adalah hal yang diinginkan organisasi
atas apa yang dilakukan dan yang telah dilakukan dengan baik oleh individu.
Kinerja bukanlah akibat dari suatu hasil atau tindakan, melainkan tindakan itu
sendiri (Landy & Conte, 2004).
Rothmann dan Coetzer (2003) mendefinisikan kinerja sebagai suatu hal
multi-dimensi yang menunjukkan seberapa baik karyawan melakukan tugas-
tugas, inisiatif dan akal yang mereka tunjukkan dalam memecahkan masalah.
Abramis (1994) mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan tugas atau
pekerjaan secara efektif oleh karyawan dan melakukan kontribusi yang
bermanfaat untuk lingkungan kerja sosial
Menurut Motowidlo dan Kell (dalam Weiner, 2013) kinerja hanya
mencakup pada perilaku yang dapat membuat perubahan pada pencapaian tujuan
organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai nilai yang diharapkan organisasi dari
-
11
perilaku yang ditampilkan individu selama standar periode waktu tertentu. Hal
terpenting dalam definisi ini adalah kinerja merupakan sifat dari perilaku. Selain
itu, Motowidlo dan Kell mengungkapkan sifat dari perilaku yang menjelaskan
kinerja tersebut mengacu pada nilai yang diharapkan untuk organisasi. Sedangkan
menurut Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter,1994) kinerja adalah
perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi.
Dari berbagai definisi yang dinyatakan oleh beberapa ahli di atas, peneliti
memilih definisi dari Borman dan Motowidlo (dalam Van Scotter,1994). yaitu
perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi.
Penggunaan teori ini dikarenakan sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan
penelitian ini.
2.1.2 Dimensi kinerja
Beberapa sumber memaparkan pendapat para tokoh mengenai dimensi dari
kinerja sebagai berikut. Campbell (dalam Weiner, 2013) mendeskripsikan
sebanyak delapan Dimensi dari kinerja. Dimensi tersebut adalah:
1. Job-specific task proficiency
Yaitu kemampuan seseorang melakukan tugas-tugas inti pekerjaan secara teknis
dan yang membedakan dari satu pekerjaan dengan yang lain.
2. Non-job-specific task proficiency
Yaitu kemampuan seseorang melakukan tugas yang tidak spesifik dari pekerjaan
yang diberikan tetapi yang dibutuhkan oleh sebagian besar atau semua pekerjaan
dalam suatu organisasi.
-
12
3. Written and oral communication
Yaitu kemampuan seseorang menulis atau berbicara kepada audiens dari berbagai
ukuran.
4. Demonstrating effort
Yaitu komitmen sseseorang terhadap tugas-tugas pekerjaannya dan intensitas
seseorang bekerja pada tugas pekerjaannya.
5. Maintaining personal discipline
Yaitu kemampuan seseorang menghindari perilaku negatif seperti penyalahgunaan
alkohol, melanggar aturan, dan absensi.
6. Facilitating team and peer performance
Yaitu kemampuan seseorang mendukung, membantu, dan mengembangkan rekan
kerja dan membantu fungsi kelompok sebagai unit yang efektif.
7. Supervision
Yaitu kemampuan seseorang memengaruhi bawahan melalui interaksi tatap muka.
8. Management and administration
Yaitu kemampuan seseorang mengatur hal lain yang bukan fungsi pengawasan
manajemennya seperti mengatur tujuan organisasi, mengorganisir orang dan
sumber daya, memantau kemajuan, pengendalian biaya, dan menemukan
sumber daya tambahan.
Selain itu, Borman dan Motowidlo membagi dimensi kinerja yang
dikemukakannya (dalam Weiner, 2013) menjadi dua dimensi. dimensi
tersebut yaitu:
-
13
1. Task performance
Yaitu nilai yang diharapkan dari perilaku individu selama periode standar waktu
tertentu untuk produksi barang dan jasa organisasi. Dengan kata lain, mengacu
pada aktivitas yang biasanya muncul pada deskripsi kerja formal.
2. Contextual performance
Yaitu total nilai yang diharapkan dari perilaku individu selama periode standar
waktu tertentu untuk menjaga dan meningkatkan psikologis, sosial, dan organisasi
dalam konteks kerja.
Perbedaan taksonomi Campbell dengan kedua dimensi ini yaitu, model
Campbell membagi perilaku utamanya berdasarkan kontennya. Sedangkan
perbedaannya dengan task dan contextual performance yaitu membagi perilaku
berdasarkan dampaknya terhadap organisasi, memahami bahwa beberapa perilaku
memiliki implikasi bagi kedua jenis aspek ini (Weiner, 2013).
Kemudian dari Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) membagi kinerja
ke dalam tiga dimensi, yaitu:
1. Task Proficiency/Quality
Yaitu menguasai tugas, melakukan pekerjan dengan akurat, memperhatikan detail,
menghindari kesalahan, menghasilkan standar kualitas kerja yang baik.
2. Productivity
Yaitu mampu menyelesaikan tugas, menggunakan sumber daya secara efektif,
mampu memenuhi deadline.
-
14
3. Judgment and Problem Solving
Yaitu membuat keputusan yang baik dan mampu menentukan tindakan yang tepat
ketika menghadapi masalah.
Dari beberapa dimensi kinerja yang telah dibahas, penelitian ini mengacu
pada aspek yang dipaparkan oleh Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994).
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Kepuasan kerja.
Kepuasan kerja mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi, tanggung jawab
organisasi, kesehatan fisik dan mental, sehingga pegawai akan bekerja dengan
suasana hati yang lebih baik dan akan belajar lebih banyak keterampilan dan
akhirnya meningkatkan kinerjanya (Coomber dalam Dizgah, et. Al, 2012).
Kepuasan kerja menyebabkan adanya peningkatan atau penurunan kinerja
pegawai sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif dibandingkan dengan
pekerja yang tidak puas, (Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1994). Penelitian
yang dilakukan Halil Zaim, İrfan Kurt, dan Selman Tetik (2012) serta penelitian
yang dilakukan Dizgah, Chegini dan Bisokhan (2012) menujukan bahwa
kepuasan kerja mempengaruhi kinerja secara positif.
2. Religiusitas
Tingkat kesadaran religious seseorang dapat menimbulkan dorongan yang kuat
dan dapat menjadi motivator untuk mengarahkan seseorang dalam bekerja.
(Aviyah dan Farid, 2014). Hubungan antara religiusitas dengan prasangka sosial
-
15
telah lama menjadi perhatian dalam studi ilmiah sebelumnya. Penelitian Amaliah
et al (2015) menunjukan religiusitas mempengaruhi kinerja secara signifikan.
2.1.4 Pengukuran kinerja
Berikut terdapat macam-macam pengukuran kinerja:
1. Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Tubre, Arthur, dan Bennet (dalam
Weiner, 2013) terdiri dari 59 item.
2. Task Performance Scale yang dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan
Kubisiak (1994). Pengukuran kinerja ini berjumlah sembilan item dan terbagi atas
tiga dimensi yaitu, Task Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and
Problem Solving.
Berdasarkan berbagai uraian pengukuran mengenai kinerja tersebut,
peneliti akan menggunakan pengukuran kinerja Task Performance Scale yang
dikembangkan oleh Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994).
1.2 Kepuasan Kerja
2.2.1 Definisi Kepuasan Kerja
Menurut Spector (1996) kepuasan kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang
menyukai pekerjaannya. Hal ini dirasakan berbeda-beda pada setiap individu,
jenis pekerjaan yang disukai belum tentu berlaku untuk individu lain. Adapun
unsur dalam kepuasan kerja menurut Spector (1996) adalah pendapatan,
kesempatan promosi, supervisi, keuntungan, penghargaan, prosedur, rekan kerja,
sifat kerja dan komunikasi.
Menurut Zanna & Rampel, 1988 (dalam Jex, 2002) Kepuasan kerja
didefinisikan terbagi menjadi 2 komponen yaitu cognitive dan behavioral. aspek
-
16
cognitive didefinisikan sebagai keyakinan pegawai terhadap pekerjaan atau situasi
kerja, seperti pegawai percaya bahwa pekerjaannya menarik bagi dirinya,
sedangkan aspek behavioral didefinisikan sebagai tingkat kecenderungan perilaku
pegawai terhadap pekerjaannya yang dapat dilihat dari bagaimana pegawai
bekerja secara teratur, bekerja keras dalam pekerjaannya dan berniat untuk tetap
berada di organisasi dalam waktu yang lama.
Menurut Rogelberg, Allen, Shanock, & Shuffler (2010), kepuasan kerja
merupakan suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau positif yang
dihasilkan dari penilaian seseorang terhadap pekerjaan maupun aspek pekerjaan
tersebut. Definisi ini mencakup reaksi afeksi (perasaan) maupun penilaian kognitif
(pikiran) seseorang terhadap pekerjaannya. Selain itu, Kadtong dan Usop (2013)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap seorang karyawan terhadap
pekerjaan, yang biasa disebut sebagi respon suka atau tidak suka terhadap
pekerjaan itu sendiri, imbalan, promosi, penghargaan atau konteks seperti kondisi
kerja dan keuntungan.
Locke (1976) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu tingkat
emosi yang positif dan menyenangkan individu. Smith (dalam Ramayah et.al,
2001) menjelaskan kepuasan kerja adalah mengenai perasaan subjektif yang
dirasakan oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif
pegawai yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman.
Dari beberapa pernyataan mengenai definisi kepuasan kerja diatas, peneliti
menggunakan kepuasan kerja sebagai perasaan subjektif yang dirasakan oleh
seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif pegawai yang
-
17
dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman sesuai dengan
pendapat Smith (dalam Ramayah et.al, 2001).
2.2.2 Dimensi Kepuasan Kerja
Menurut Smith (dalam Ramayah, et al, 2001) dimensi kepuasan kerja dibagi
menjadi lima bagian yaitu :
1. Pekerjaan itu sendiri
Dimensi ini berhubungan dengan tugas-tugas yang menarik, kesempatan untuk
belajar, dan kemampuan menerima tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap
individu dalam pekerjaannya (Smith dalam Ramayah et.al, 2001).
2. Gaji
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau
tidak (Robbins 2001). Hasil penelitian yang dilakukan Theriault, kepuasan kerja
merupakan fungsi dari jumlah absolute gaji yang diterima, derajat sejauh mana
gaji memenuhi harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Yang
terpenting adalah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji
dipersepsikan adil didasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada
kepuasan kerja.
3. Kesempatan promosi
Promosi pekerjaan atau jabatan merupakan perkembangan yang positif dari
seseorang pegawai karena adanya penilaian yang baik dari tugas yang diberikan
kepadanya, promosi dapat berarti sebagai kenaikan pangkat, kenaikan jabatan,
perpindahan lingkungan kerja yang tentu berkorelasi dengan adanya peningkatan
-
18
tanggung jawab, gaji, fasilitas dan tunjangan lain yang lebih tinggi dari tingkatan
jabatan sebelumnya.
4. Atasan
Locke (2008) memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepusan
pegawai dengan atasan (hubungan antara atasan-bawahan). Pertama, hubungan
fungsional mencerminkan sejauh mana atasan mambantu pegawai untuk
memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi pegawai, seperti adanya
pemberian tugas atau wewenang yang lebih tinggi pada pegawai yang
membutuhkan tantangan baru dalam pekerjaannya. Kedua, hubungan keseluruhan
didasarkan pada keterkaitan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan
nilai-nilai yang serupa, seperti adanya kesamaan hobi antara atasan dan pegawai
yang membuat hubungan keseluruhan antar pribadi menjadi lebih baik tanpa
adanya proses pendekatan fungsional terlebih dahulu. Tingkat kepuasan kerja
yang paling besar dengan seorang atasan ialah apabila kedua jenis hubungan
tersebut adalah positif.
5. Rekan Kerja
Menjelaskan bahwa kepuasan kerja yang ada dalam diri pekerja terjadi karena
mereka ditempatkan dalam jumlah tertentu, berada dalam satu ruang kerja,
sehingga mereka bisa saling berkomunikasi satu sama lain (kebutuhan sosialnya
terpenuhi).
-
19
2.2.3 Pengukuran Kepuasan Kerja
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran kepuasan kerja memiliki banyak
jenis. Akan tetapi ada alat ukur yang memang dikhususkan untuk mengukur
kepuasan kerja tersebut, diantaranya yaitu:
1. Job Descriptive Index yang dibuat oleh Smith & Kendall pada tahun 1969. Alat
ukur mencakup lima aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, supervisi
dan rekan kerja.
2. Fixed-response scale yang didasarkan pada teori discrepancy, contohnya yang
disebut Need Satisfaction Questionaire, yang dibuat oleh Porter (1961).
3. The Job Satisfaction Survey (JJS) dikembangkan oleh Spector pada tahun 1985.
Alat ukur ini terdiri dari sembilan aspek kepuasan kerja yaitu gaji, promosi,
supervisor, tunjangan, peraturan dan prosedur, rekan kerja, pekerjaan itu sendiri
dan komunikasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur The Job Descriptive
Index yang dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin pada tahun 1969 yang
mencakup lima dimensi kepuasan kerja, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi,
supervisor dan rekan kerja. Alat ukur ini dipilih karena dirasa paling sesuai dan
paling menggambarkan kepuasan kerja pada aparatur desa.
1.3 Religiusitas
2.3.1 Definisi Religiusitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
-
20
manusia serta lingkungannya. Secara etimologis, religi yang berarti agama
terambil dari bahasa Latin religare yang berarti mengikat kembali. Durkheim
menyatakan bahwa agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci (Pasiak, 2012).
Dalam aspek perilaku, agama identik dengan istilah religiusitas
(keberagamaan) yang artinya berhubungan dengan pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan ibadah dan akidah, dan penghayatan atas agama yang dianutnya
(Pasiak, 2012). Menurut Fetzer (2003), religiusitas adalah kemampuan individu
merasakan pengalaman spiritual dalam kesehariannya, mengalami kebermaknaan
hidup, mengekspresikan agama sebagai sebuah nilai, meyakini ajaran agamanya,
dapat memaafkan, melakukan praktik agama secara pribadi, menggunakan agama
sebagai coping, mendapatkan dukungan dari penganut agama yang sama,
mengalami sejarah keberagamaan, komitmen dalam beragama, mengikuti
organisasi keberagamaan, dan meyakini pilihan agamanya. Religiusitas juga
mempengaruhi perilaku, sosial dan psikologis seseorang.
Kendler, et al.(2003), mengukur religiusitas secara luas, dengan mencoba
mengembangkan teknik analisis keberagamaan menjadi lebih mudah dengan
menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih
representatif. Yaitu adalah perwujudan individu penganut agama yang
menggambarkan, kemampuan hubungan individu dengan Tuhannya, serta
hubungan individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun
sesama penganut agamanya, kemampuan individu menggambarkan pendekatan
kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar,
-
21
kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan
mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim, kemampuan individu
tersebut bersyukur, kemampuan individu menggambarkan perilaku yang tidak
menyimpan rasa dendam dan kemampuan individu melambangkan Tuhannya
yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan
dalam urusannya.
Berdasarkan beberapa definisi yang dijelaskan sebelumnya peneliti
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh kindler et. al. (2003), bahwa yang
dimaksud dengan religiusitas adalah perwujudan individu penganut agama yang
menggambarkan, kemampuan hubungan individu dengan Tuhannya, serta
hubungan individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun
sesama penganut agamanya, kemampuan individu menggambarkan pendekatan
kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar,
kemampuan individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki Tuhan dan
mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim, kemampuan individu
tersebut bersyukur, kemampuan individu menggambarkan perilaku yang tidak
menyimpan rasa dendam dan kemampuan individu melambangkan Tuhannya
yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan
dalam urusannya.
2.3.2 Dimensi religiusitas
Menurut Kendler, et al., (2003) ada tujuh dimensi religiusitas, yaitu:
1. General religiosity/coping religious
-
22
Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka
selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis).
2. Social religiosity (Religious ‘social support’)
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu
religius lainnya. Hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat
beribadah sehingga dimensi ini disebut social religiosity. Social religiosity
dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social support.
3. Forgiveness (sikap memaafkan)
Kendler, et.al. (2003) menggambarkan forgiveness sebagai sikap perhatian, cinta
kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak memunculkan
istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu.
4. God as judge (Tuhan sebagai penentu/hakim).
Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi
ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik
maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan
Tuhan akan memberikan hukuman.
5. Thankfulness (Bersyukur)
Kemampuan individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness), merefleksikan
perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan
Tuhan.
-
23
6. Unvengefulness (Rasa tidak dendam)
Menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu
perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.
7. Involve god (Keterlibatan Tuhan)
Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif
dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari).
2.3.3 Pengukuran religiusitas
Dalam beberapa penelitian sebelumnya ditemukan instrumen yang digunakan
untuk mengukur religiusitas:
1. Fetzer Institute (2003) mengukur religiusitas Brief Multidimensional Measure
of Religiousness/Spirituality (BMMRS) yang terdiri dari dua belas dimensi, yaitu:
daily spiritual experience, meaning, value, belief, forgiveness, private religious
practice, religious/spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,
commitment, organizational religiousness, religious preference.
2. Kendler et.al. (2003) mengukur religiusitas yang terdiri dari tujuh dimensi,
yaitu: general religiousity, social religiousity, involved God, forgiveness, God as
judge, unvengefulness, thankfulness.
3. Huber dan Huber (2012) mengembangkan Charles Glock’s Model untuk
mengukur religiusitas dengan menggunakan Centrality of Religiousity Scale
(CRS). Terdapat lima dimensi yang diukur, yaitu: intellect, ideology, public
practice, private practice, experience.
Untuk mengukur religiusitas dalam penelitian, peneliti menggunakan skala
religiusitas skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari skala
-
24
pengukuran religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al. (2003) dengan tujuh
dimensi: general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge,
thankfulness, unvengefulnes dan involve god.
2.4 Kerangka Berpikir
Kinerja aparatur sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kesejahteraan
rakyat, karena kesuksesan pemerintah berasal dari kinerja aparaturnya. Kinerja
aparatur ada yang baik dan ada yang buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kepuasan kerja.
Kepuasan kerja akan mencerminkan perasaan aparatur terhadap
pekerjaannya yang akan berdampak pada kinerja aparatur tersebut. Penelitian
yang dilakukan Judge, Thoresen, Bono dan Patton (2001) membuktikan
bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Penelitian Halil Zaim, İrfan
Kurt, dan Selman Tetik (2012) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Erline
Kristine (2017) menunjukan kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja.
Selain kepuasan kerja, variabel religiusitas juga merupakan salah satu
dimensi yang dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja. Aviyah dan
Farid (2014) menjelaskan bahwa tingkat kesadaran religious seseorang dapat
menimbulkan dorongan yang kuat dan dapat menjadi motivator untuk
mengarahkan seseorang dalam bekerja..
Penelitian Amaliah. et. al. (2015) menunjukan religiusitas mempengaruhi
kinerja secara signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan Alfisyah dan Anwar
-
25
(2018) juga menunjukan bahwa religiusitas mempengaruhi kinerja secara
signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2016)
menunjukan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap kinerja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Kepuasan Kerja dan
Religiusitas terhadap Kinerja Aparatur Desa di Kecamatan Banyusari Kabupaten
Karawang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka kerangka
berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir Penelitian
-
26
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya didalam kenyataan (empirical verification), percobaan
(experimentation) atau praktik (implementation) (Umar, 2003:56). Hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan religiusitas terhadap kinerja
2.5.2 Hipotesis Minor
H1.1 = Terdapat pengaruh yang signifikan pekerjaan itu sendiri terhadap
variabel kinerja
H1.2 = Terdapat pengaruh yang signifikan gaji terhadap variabel kinerja
H1.3 = Terdapat pengaruh yang signifikan kesempatan promosi terhadap
variabel kinerja
H1.4 = Terdapat pengaruh yang signifikan atasan terhadap variabel kinerja
H1.5 = Terdapat pengaruh yang signifikan rekan kerja terhadap variabel kinerja
H1.6 = Terdapat pengaruh yang signifikan general religiosity terhadap variabel
kinerja
H1.7 = Terdapat pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap variabel
kinerja
H1.8 = Terdapat pengaruh yang signifikan forgiveness terhadap variabel kinerja
H1.9 = Terdapat pengaruh yang signifikan god as judge terhadap variabel
kinerja
-
27
H1.10 = Terdapat pengaruh yang signifikan thankfulness terhadap variabel
kinerja
H1.11= Terdapat pengaruh yang signifikan unvengefulnes terhadap variabel
kinerja
H1.12= Terdapat pengaruh yang signifikan involve god terhadap variabel kinerja
Karena tahap selanjutnya adalah uji statistik, maka hipotesis pada
penelitian ini akan diubah menjadi hipotesis nol.
-
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan tentang metodologi penelitian. Adapun
penjelasan mengenai metode dimulai dengan deskripsi mengenai populasi,
variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen
pengumpulan data, serta metode analisis data. Jenis penelitian, subyek penelitian,
instrumen yang digunakan, pengumpulan data dan teknik analisa data.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah aparatur desa di Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang. Populasi dalam penelitian ini terdiri adari 404
aparatur desa yang tersebar di 12 desa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 163
responden yang terdiri dari 141 laki-laki dan 22 perempuan.
3.1.2 Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk kategori non
probabilty sampling, yaitu besar peluang untuk terpilihnya anggota populasi
sebagai sample sama.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : kinerja,
pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, rekan kerja, general
religiosity, social religiosity, forgiveness, God as judge, thankfulness,
unvengefulnes dan involve God
-
29
Variabel dependen (DV) dalam penelitian ini adalah kinerja, sedangkan
variabel pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan, rekan kerja,
general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness,
unvengefulnes dan involve god merupakan variabel independen (IV).
3.2.2 Definisi Operasional
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian, maka
yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja
Perilaku dibawah kontrol individu yang relevan pada tujuan organisasi
(Borman & Motowidlo, dalam Van Scotter, 1994). pengukuran kinerja ini
dapat diperoleh dari skor Task Performance Scale yang dikembangkan oleh
Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) dengan tiga dimensi yaitu, Task
Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and Problem Solving.
2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah perasaan subjektif yang dirasakan
oleh seseorang pegawai, sebuah kondisi menyenangkan, emosi positif karyawan
yang dihasilkan dari penilaian kognitif dari pekerjaan dan pengalaman. (Smith
dalam Ramayah et.al, 2001). Yang terdiri dari lima dimensi, yaitu : pekerjaan itu
sendiri, gaji, kesempatan promosi, atasan , dan rekan kerja.
3. Religiusitas
Religiusitas adalah perwujudan aparatur desa penganut agama di Kecamatan
Banyusari Kabupaten Karawang berdasarkan dimensi general religiosity, sosial
-
30
religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god
yang diukur dengan skala religiusitas yang diadaptasi dari Kendler, et.al. (2003).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang mana pada setiap
pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban. Dalam skala ini subjek diminta
menyatakan kesesuaian dan ketidaksesuaian terhadap isi pernyataan dalam empat
kategori jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat
Tidak Sesuai (STS).
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central
tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri
dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable).
Penskoran tertinggi diberikan pilihan sangat sesuai dan terendah pada pernyataan
sangat tidak sesuai untuk pernyataan favourable. Selanjutnya pernyataan tertinggi
untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai
dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat sesuai. Setiap katagori memiliki
nilai sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Likert
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tiga alat ukur, yaitu:
Task Performance Scale, The Job Descriptive Index dan alat ukur yang
-
31
diadaptasi dari skala religiusitas Kendler. Penjelasan dari tiga alat ukur tersebut
adalah sebagai berikut:
3.3.1 Alat ukur kinerja
Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diperoleh dari skor pengukuran
kinerja bernama Task Performance Scale yang diadaptasi dari penelitian
Borman, Ackerman, dan Kubisiak (1994) dengan tiga dimensi yaitu, Task
Proficiency/Quality, Productivity, dan Judgment and Problem Solving.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kinerja (Task Performance Scale)
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Item Fav Unvaf
1 Task Proficiency/
Quality
- Menguasai tugas - Memperhatikan detail - Menghasilkan
standar kerja yang
tinggi
3
5
8
- 3
2 Productivity
- Mampu menyelesaikan tugas
- Penggunaan sumber daya secara efektif
- Memenuhi deadline
1
6
9
- 3
3 Judgment and
Problem Solving
- Mampu menentukan
tindakan yang akurat,
- Mampu membuat
keputusan yang tepat
2
4,7
- 3
Total Item
9
Adaptasi dari item asli tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh
responden seperti contoh item pada tabel 3.2. Skala Likert yang digunakan
dalam instrumen asli tersebut terdiri dari lima rentangan poin dari “Sangat
Tidak Setuju” hingga “Sangat Setuju”, yang kemudian peneliti modifikasi
menjadi empat rentang poin dari “Sangat Tidak Sesuai” hingga “Sangat
Sesuai”.
-
32
3.3.2 Alat ukur kepuasan kerja
Untuk mengukur Kepuasan Kerja, penulis mengadaptasi dari alat ukur The Job
Descriptive Index yang dikembangkan oleh Smith, Kendall & Hullin (1969) yang
mencakup lima dimensi, yaitu : pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi,
atasan dan rekan kerja.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Kepuasan Kerja
No Dimensi Indikator Nomor Item
Jumlah Fav Unfav
1 Pekerjaan itu
sendiri
- Pekerjaan yang
menarik
- Kemampuan yang
seuai
5,
6,23
21
22
5
2 Gaji
- Gaji yang sesuai
harapan
- Tunjangan yang adil
12,13,
14,15,16
5
3 Kesempatan
Promosi
- Kesempatan promosi
- Keadilan promosi
20
17,24
18,19
5
4 Atasan
- Merasa nyamandengan
atasan
- Merasa diperhatikan
atasan
- Merasa diperlakukan
adil oleh atasan
1,2
3,4
25
5
5 Rekan kerja
- Menjalin hubungan yang baik dengan
rekan kerja
7,8,9,10,11 5
Total Item 25
Adaptasi dari item asli tersebut diterjemahkan dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh
responden seperti contoh item pada tabel 3.2.
3.3.3 Alat ukur religiusitas
Untuk mengukur religiusitas peneliti mengadaptasi dari skala religiusitas Kendler,
et al., (2003). Dalam skala ini terdapat tujuh dimensi yaitu general religiosity
(coping religious); sosial religiosity; forgiveness; Tuhan sebagai penentu/hakim
-
33
(god as judge); Rasa berterima kasih (thankfulness); Perasaan tidak dendam
(unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (involve god).
Berikut adalah blueprint untuk skala variabel Religiusitas yang akan
digunakan dalam penelitian ini :
Tabel 3.4
Blue Print Skala Religiusitas
No. Dimensi Indikator Favo Unfavo Jumla
1. General
religiosity / coping
- Menggambarkan hubungan
Indivdu dengan Tuhan
1, 2, 4,
11, 14,
16, 17
42 8
- Keterlibatan aktif dengan
Tuhan dalam sehari-hari
5, 6,
10, 13
43 5
- Keterlibatan aktif dengan
Tuhan dalam masa krisis /
menghadapi kesulitan
7, 8, 9 44, 45 5
- Perhatian dan keterlibatan
individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual
maupun keagamaan
3, 12,
15
- 3
2. Sosial religiosity - Membina hubungan dengan
individu sesame manusia
maupun sesama penganut
agama
18, 19,
20
46 4
- Kehadiran di tempat
beribadah
21, 22 47 3
3. Forgiveness - Memaafkan orang lain dan
diri sendiri
27, 28,
29
- 3
- Merasakan kepedulian, rasa
kasih sayang dan saling
memaafkan pada dunia
30, 31,
50
56 4
4. God as judge - Mempercayai tuhan sebagai
penetap takdir
32, 33 - 2
- Mempercayai hukum dan
nilai-nilai dari Tuhan
34, 35,
36, 51
- 4
5. Thankfulness - Merasakan bersyukur 39, 41 - 2
- Menggambarkan perasaan
berterima kasih
40 55 2
6. Unvengefulness - Membebaskan diri dari rasa
dendam
37, 38,
57, 61
52, 53,
54, 58,
59, 60
10
7. Involve god - Mempercayai Tuhan 23, 24 48 3
- Meyakini Tuhan 25, 26 49 3
Jumlah 45 16 61
-
34
3.4 Pengujian Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka penulis melakukan uji
validitas menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software
LISREL 8.7. yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel
valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menguji apakah hanya satu faktor saya yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji dengan Chi-
Square, untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori atau model. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan
(p>0.05) berarti hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model tidak ditolak yang
artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (uni-dimensional). Namun
jika nilai Chi-Square signifikan (p
-
35
- Menggunakan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (ǀt
-
36
satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 6,99, Pvalue =
0,90282, dan nilai RMSEA 0,000.
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
kinerja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.5
Muatan faktor item kinerja
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.80 0.07 10.72 V
2 0.75 0.07 11.08 V
3 0.74 0.07 10.95 V
4 0.68 0.07 9.49 V
5 0.69 0.07 9.68 V
6 0.76 0.07 10.93 V
7 0.80 0.07 11.91 V
8 0.68 0.07 9.60 V
9 0.78 0.07 11.51 V
Berdasarkan tabel 3.5 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.2 Uji validitas konstruk skala pekerjaan itu sendiri
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur pekerjaan itu sendiri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 23,09 Pvalue =
-
37
0,00032, dan nilai RMSEA 0,149. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =
0,26, Pvalue=0,87733, dan nilai RMSEA 0,000.
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
pekerjaan itu sendiri. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6
Muatan faktor item pekerjaan itu sendiri
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.09 0.11 0.83 X
2 0.32 0.10 3.21 V
3 0.20 0.10 2.02 V
4 0.70 0.14 4.86 V
5 0.57 0.13 4.52 V
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 2, 3, 4, 5,
adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item
nomor 1 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor
score.
3.4.3 Uji validitas konstruk skala gaji
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur gaji. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 104,44 , Pvalue = 0,00000, dan nilai
-
38
RMSEA 0,178. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 17,96 Pvalue =
0,00300, dan nilai RMSEA 0,126.
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
gaji. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 dibawah ini:
Tabel 3.7
Muatan faktor item gaji
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.19 0.08 2.29 V
2 -0.95 0.13 -7.24 X
3 -0.72 0.11 -6.54 X
4 -1.03 0.14 -7.61 X
5 -0.19 0.08 -2.41 X
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor hanya item 1
yang signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian item nomor 2, 3, 4, dan 5 di
drop karena memiliki nilai bernilai negatif. Secara keseluruhan artinya dari
seluruh faktor item gaji item tersebut hanya satu item yang akan ikut dianalisis
dalam perhitungan berikutnya.
3.4.4 Uji validitas konstruk skala kesempatan promosi
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur promosi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 85,85, Pvalue = 0,00000, dan
-
39
nilai RMSEA 0,316. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,02 Pvalue =
0,88992, dan nilai RMSEA 0,000.
Tabel 3.8
Muatan faktor item kesempatan promosi
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 1.40 0.53 2.63 V
2 0.03 0.05 0.51 X
3 -0.50 0.19 -2.67 X
4 0.62 0.23 2.66 V
5 0.19 0.10 1.96 V
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
kesempatan promosi. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakahitem tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 4, dan 5
adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item
nomor 2 dan 3 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.
Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.4.5 Uji validitas konstruk Atasan
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 48,18, Pvalue = 0,00000, dan
-
40
nilai RMSEA 0,231. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,00, Pvalue =
1,00000, dan nilai RMSEA 0,000.
Tabel 3.9
Muatan faktor atasan
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.79 0.08 9.58 V
2 0.84 0.08 10.17 V
3 0.86 0.09 10.06 V
4 0.87 0.09 9.29 V
5 0.56 0.08 6.92 V
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
atasan. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor.
Berdasarkan tabel 3.9 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.6 Uji validitas konstruk skala rekan kerja
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur hubungan dengan atasan. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 29,67
-
41
Pvalue = 0,0002, dan nilai RMSEA 0,175. Oleh sebab itu penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-
square = 0,09 Pvalue = 0,95506, dan nilai RMSEA 0,000.
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
rekan kerja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 dibawah ini:
Tabel 3.10
Muatan faktor rekan kerja
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.78 0.07 11.06 V
2 0.88 0.07 12.59 V
3 0.73 0.07 10.19 V
4 0.58 0.07 7.38 V
5 0.80 0.07 10.66 V
Berdasarkan tabel 3.10 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.7 Uji validitas konstruk skala general religiosity
Penulis menguji apakah 21 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur general religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 1549,13, Pvalue
-
42
= 0,00000, dan nilai RMSEA 0,211. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =
122,03, Pvalue = 0,05804, dan nilai RMSEA 0,038.
Tabel 3.11
Muatan faktor general religiosity
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.73 0.07 10.73 V
2 0.70 0.07 10.00 V
3 0.72 0.07 10.16 V
4 0.72 0.07 10.46 V
5 0.71 0.07 10.80 V
6 0.68 0.07 10.09 V
7 0.72 0.07 10.55 V
8 0.68 0.07 10.12 V
9 0.56 0.07 8.23 V
10 0.76 0.07 11.27 V
11 0.39 0.07 5.49 V
12 0.57 0.07 8.17 V
13 0.76 0.07 11.37 V
14 0.91 0.07 13.59 V
15 0.75 0.07 10.62 V
16 0.62 0.07 9.30 V
17 0.23 0.07 3.16 V
18 0.12 0.07 1.71 X
19 0.09 0.07 1.29 X
20 0.15 0.07 2.12 V
21 0.20 0.07 2.65 V
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
general religiosity. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
-
43
item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11.
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20 dan 21 adalah signifikan karena t >
1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 18 dan 19 di drop karena
memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.8 Uji validitas konstruk skala social religiosity
Penulis menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur social religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 63,61, Pvalue =
0,00000, dan nilai RMSEA 0,148. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =
12,23, Pvalue = 0,20069, dan nilai RMSEA 0,047.
Tabel 3.12
Muatan faktor item social religiosity
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.41 0.08 5.44 V
2 0.60 0.07 8.18 V
3 0.94 0.07 13.41 V
4 0.78 0.07 11.03 V
5 0.70 0.07 8.64 V
6 0.39 0.08 4.96 V
7 0.24 0.08 2.74 V
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
social religiosity. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur
-
44
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.
Berdasarkan tabel 3.12 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1,96 atau t < -1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid
untuk mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.9 Uji validitas konstruk skala forgiveness
Penulis menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 105,47, Pvalue = 0,00000, dan
nilai RMSEA 0,201. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 2,67, Pvalue =
0,91374, dan nilai RMSEA 0,000.
Tabel 3.13
Muatan faktor forgiveness
No Item Lambda Error Nilai t Signifikan
1 0.76 0.06 11.72 V
2 0.85 0.07 12.82 V
3 0.07 0.07 1.01 X
4 0.64 0.07 9.59 V
5 0.42 0.07 5.94 V
6 0.64 0.07 8.61 V
7 0.38 0.07 5.25 V
-
45
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
forgiveness. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13.
Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1, 2, 4, 5,
6, 7 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item
nomor 3 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor
score.
3.4.10 Uji validitas konstruk skala God as judge
Penulis menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi square = 100,18, Pvalue = 0,00000, dan
nilai RMSEA 0,250. Oleh sebab itu,penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square = 0,27, Pvalue =
0,87337, dan nilai RMSEA 0,000.
Setelah didapat nilai Pvalue > 0,05 dapat dinyatakan bahwa model dengan
satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu
God as judge. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
-
46
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel dibawah ini:
Tabel 3.14
Muatan faktor God as judge
ITEM KOEFESIEN STANDAR
EROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.72 0.07 10.21 V
2 0.94 0.06 14.50 V
3 0.62 0.08 8.21 V
4 0.76 0.07 11.04 V
5 0.72 0.08 9.18 V
6 -0.31