stroke hemoragik.docx
Post on 13-Aug-2015
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STROKE HEMORAGIK
1. KONSEP DASAR
a. Definisi
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukkan thrombus di suatu arteri cerebrum,
akibat emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain ke tubuh, atau akibat
perdarahan otak.pada stroke. Terjadi hipoksia cerebrum yang menyebabkan cedera
dan kematian sel-sel neuron.
Adapun gejala-gejala yang timbul :
Secara tiba-tiba dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam, atau setengah hari.
Serentak dengan hilang kesadaran ( pingsan = koma )
Secara berangsur–angsur dan disertai kesdaran yang menurun
Serentak tanpa gangguan kesadaran
Langsung setelah mendapatkan kejang fokal pada lengan atau tungkai ataupun
sebelah / seluruh tubuh, dengan hilangnya kesadaran sewaktu kejang umum.
Beberapa waktu setelah mendapatkan serangan vertigo atau sakit kepala.
Beberapa waktu setelah mengidap buta mutlak menetap pada sisi yang
berlawanan dengan sisi tubuh tumpuh
Beberapa waktu setelah mengidap buta sementara, sekali atau beberapa kali (
buta puganya )
Serentak atau tidak lama setelah mengidap infark jantung atau berada dalam
keadaan hipotensi.
Gejala-gejal trersebut di atas merupakan manifestasi infark regional dari
otak, daerah subkortikal atupun dengan bantuan otak. Sehingga stroke dapat
didefinisikan sebagai suatu sindroma akibat lesi vaskuler regional dibatang otak,
daerah subkortikal atau kortikal.
b. Etiologi
Ateroskierosis (trombosis)
Embolisme
Hipertensi yang menimbulkan perdarahan interserebral rupture aneurisme
sakular
Trombosis (penyakit tromboklusif)
40 % kaitannya dengan kerusakan local dinding pada akibat anterosklerosis.
Proses aterosklerosis ditandai dengan piak berlemak pada lapisan intima arteri
besar. Bagian intima arteri serebri menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel
ototnya menghilang. Lumina elastika interna robek dan berjumbal, sehingga lumen
pembuluh sebagian berisi oleh materi sklerotik tersebut.
Embolisme
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari penyebab utama stroke.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung,
jarang terjadi berasal dari plak ateromatosa sinus carotikus (carotisintema). Setiap
batang otak dapat mengalami embolisme tetapi biasanya embolus akan menyumbat
bagian-bagian yang sempit.
Pendarahan serebri
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh subtura arteri serebri
extrapasasi darah terjadi didaerah otak dan atau subarakhnoid, sehingga jaringan
yang terletak didekatnya akan tergeser dan tertekan.
c. Patofisologi
Infark regional kortikal, subkortikal maupun infark regional dibatang otak
terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri bertambah atau berkurang mendapat
jatah darah lagi. Jatah darah tidak dapat disampaikan kedaerah tersebut oleh karena
arteri yang bersangkutan tersumbat ataupun pecah. Lesi yang terjadi dinamakan
Infark Iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka
dari itu stroke dapat dibagi dalam:
a) Stroke iskemik
b) Stroke hemoragik
Stroke iskemik dapat dibedakan lagi dalam stroke embolik dan trombotik. Pada
stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus. Pada
stroke emboloik penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang terdapat
bersumber pada arteri serebral, karotis interna, vertebra basilar, arkus aorta
desendens, ataupun katup serta endokardium jantung. Embolus tersebut berupa
suatu trombus yang terlepas dari dinding arteri yaitu ateroskerotik dan berulserasi
ataupun gumpalan trombosit yang terjadi karena fibrasi atrium, gumpalan kulan
karena endokarditis bakteri atau gumpalan darah dan jaringan karena infark mural.
Keadaan arteri-arteri serebral yaitu sudah ateroskerosis atau ateriosklerosik itu
mendasari sebagian besar lesi vaskuler diotak dan batang otak sebagaimana nanti
akan dijelaskan lebih lanjut, arteri-arteri serebral tersebut di atas dapat dianggap
sebagai arteri-arteri yang tidak sehat.
a. Secara structural arteri-arteri tersebut mempermudah terjadinya oklusi dan
turbulensi (karena penyempitan lumen) sehingga mempermudah terjadinya
embolus
b. Secara fungsional arteri-arteri tersebut tidak dapat mengelolah dilatasi dan
kontriksi vaskuler secara sempurna. Sehingga pada keadaan-keadaan yaitu
kritis akan timbul gangguan sirkulasi yang mengakibatkan terjadinya askhemia
dan infark serebri
d. Tanda Dan Gejala
Adapun manifestasi “Stroke” adalah deficit neurogik yaitu dapat berupa:
Hemiparesis
Dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh dari tungkai atau sebaliknya.
Hemihipertensi atau kemiparestesia
Dimana lengan dan tungkai sesisi hipestetik sama beratnya, atau lengan sesisi
lebih hipestetik daripada tungkai atau sebaliknya
Hemiparesis dan hemihipestasia
Diplegia
Yaitu kedua sisi tubuh mempertahankan tanda-tanda kelumpuhan
“uppermotoneurone” (UMN)
Afasi atau disfasia sensorik atau motorik
Hemiparesis dengan apasia / dispasia sensorik / motorik
Hemiparesis dengan hemianopia
Hemiparesis alternans
Hemihipestasia
e. Penatalaksanaan Medik
Untuk penatalaksanaan medik penyakit Hemorogik Stroke adalah obat-obatan.
f. Prognosis
Penderita hemorogik Stroke mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan juga
tidak mampu bergerak, berbicara atau makan secara normal dengan kata lain hasil
akhirnya tidak sembuh total.
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Riwayat Keperawatan
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis (hemiplegia)
Tanda :
Gangguan tonus otot, terjadi kelemahan umum
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung (penyakit jantung vaskuler, GJK,
endokarditis bacterial), polisitemia, riwayat hypotensi postural.
Tanda :
Hipertensi arterial (dapat ditemukan pada CSV) sehubungan adanya
embolisme / malformasi vaskuler
Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidak stabilan fungsi
jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor)
Distritmia, perubahan EKG.
c. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda:
a. Emosi yang labil dan ketidak siapan untuk marah, sedih dan gembira
b. Kesulitan untuk mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria
Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan) bising usus
negative (ileus paralitik)
e. Makanan / Cairan
Gejala:
Nafsu makan hilang
Mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan,
disfagia
Tanda : kesulitan menelan, obesitas (faktor resiko)
f. Neurosensorik
Gejala :
Sinkope / pusing, sakit kepala
Sentuhan : hilangnya rangsangan sensorik, kontralateral
Gangguan rasa pengecpan dan penciuman
Tanda :
Tingkat kesadaran: biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragik
Afasia : gangguan atau kehilangan fungsi bahasa
Kehilangan kemampuan untuk mengenali, gangguan persepsi
Kehilangan kemampuan motorik saat pasien ingin menggerakan
(apraksia)
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkahlaku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot / pasia
h. Pernapasan
Gejala : merokok (faktor resiko)
Tanda : ketidakmampuan menelan / batuk / hambatan jalan napas
i. Interaksi social
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
j. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor resioko),
kecanduan alcohol (resiko)
C. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan data dasar pengkajian klien pada system neorologis (hemorogik
stroke) maka diangkat diagnosa keperawatan berikut:
a) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti pendarahan
b) Skan CT
c) Ultrasonografi Doppler
d) EEG (Electro Enchephalo Gram)
e) Sinar X tengkorak
D. Masalah / Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan interupsi aliran darah sehubungan dengan edema serebral d/d
perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan dalam respon
sensorik / motorik dan gelisah.
Intervensi : tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan /
penyebab khusus selama koma / perubahan tingkat kesadaran
Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi, kerusakan / kemunduran
tanda / gejala neurologist / kegagalan memperbaiki memerlukan
tindakan pembedahan atau pasiaen dipindahkan keruang
perawatan kritis (ICU) untuk mempermudah pemantauan.
Intervensi : pantau / catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya / standart
Rasional : mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan mengetahui
lokasi, luas dan kemajuan kerusakan SSP.
Intervensi (mandiri) : pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi /
hipotensi, frekuensi dan irama jantung
Rasional : variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral
pada daerah vasomotor otak. Hipo / hipertensi dapat menjadi
faktor pencetus serta perubahan terutama adanya bradikardi dapat
terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak
Intervensi (kolaborasi): berikan oksigen sesuai indikasi, dan juga obat sesuai
indikasi seperti anti koagulasi
Rasional : menurunkan hipoksia dan dapat digunakan untuk memperbaiki
aliran darah serebral sehingga mencegah pembekuan saat
embolus / thrombus
b. Gangguan mobilitas fisik / kerusakan s/d edema serebral d/d kelemahan,
parastesia, kerusakan kognitif d/d ketidakmampuan bergerak, kerusakan
koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan / control otot
Intervensi (mandiri): kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan
awal dan dengan cara yang teratur
Rasional : mengidentifikasikan kekuatan / kelemahan dan dapat
memberikan informasi tentang pemulihan.
Intervensi : ubah posisi minimal dua jam (telentang / miring) jika
memungkinkan bias lebih sering jika diletakan pada posisi yang terganggu
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma / ischemia jaringan daerah
yang terkena mengalami pemburukan / sirkulasi yang lebih jelek
Intervensi (kolaborasi): berikan tempat tidur dengan matras bulat,
Rasional : meningkatkan distribusi merata berat badan yang menurunkan
tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu untuk
mengurangi kerusakan kulit / terbentuknya dekubitus
c. Gangguan komunikasi s/d kerusakan sirkulasi serebral d/d ketidakmampuan
berbicara, ketidakmampuan memahami bahasa tertulis / ucapan dan
ketidakmampuan untuk menentukan dan menyebutkan kata-kata
Intervensi (mandiri): kaji tipe derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak
memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian
sendiri
Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral
yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh
tahap komunikasi
Intervensi : tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik seperti
pasien mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya
Intervensi : minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek jika
tidak dapat menulis mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek
Rasional : menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam
membaca yang benar (aleksia) yang merupakan bagian dari afasia
sensoris dan motorik
Intervensi (kolaborasi): konsultasikan dengan / rujuk kepada ahli terapi wicara
Rasional : pengkajian secara individual kemampuan bicara sensoris, motorik
dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan /
kebutuhan terapi
d. Gangguan perubahan persepsi sensorik s/d stress psikologi d/d disorientasi
terhadap waktu, tempat dan orang
Intevensi (mandiri): evaluasi ada gangguan penglihatan, catat ada penurunan
lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi
Rasional : munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negative
terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan
Intervensi : kaji kesadaran sensoris seperti membedakan panas / dingin, tajam
/ tumpul, rasa persendian
Rasional : penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan
kinetic dan berpengaruh terhadap keseimbangan possisi tubuh
dan kesesuaian yang mengganggu ambulasi
Intervensi : dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal. Biarkan
lampu menyala; letakan benda dalam jangkauan pandang penglihatan yang
normal
Rasional : pemberian terhadap adanya orang / benda dapat membantu
masalah persepsi; mencegah pasien dari terkejut
Intervensi : lindungi pasien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya
lingkungan yang membahayakan
Rasional : meningkatkan keamanan pasien yang menurunkan resiko
terjadinya trauma
e. Gangguan menelan, kerusakan s/d resiko tinggi terhadap kerusakan
neuromuskuler / perceptual
Intrvensi (mandiri): bantu pasien dengan mengontrol kepala
Rasional : menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan
meningkatkan kemampuan untuk menelan
Intervensi : letakan pasien pada posisi duduk / tegak selama dan setelah
makan
Rasional : menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan
menurunkan resiko terjadinya aspirasi
Intervensi : letakan makan pada mulut yang tidak terganggu
Rasional : memberikan stimulasi sensorik (termsuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
Intervensi (kolaborasi): berikan cairan melalui IV atau makanan melalui
selang
Rasional : mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
jujga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukan segala sesuatu kedalam.
Makalah Stroke Hemoragik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada
hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan
beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah
dan perusahaan asuransi kesehatan.\
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah
utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah
krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi
rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari
tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.
1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa
masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Stroke
2. Jenis/ Bentuk/ Klasifikasi Stroke
3. Faktor Resiko
4. Mekanisme Kausal Terjadinya Penyakit
5. Tanda dan Gejala Klinis
6. Diagnosis
7. Upaya Pencegahan
8. Pengobatan
1. 3. TUJUAN
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Stroke
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengembalian kesehatan orang yang terkena Stroke
4. Untuk mengetahui cara penyembuhan Stroke.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
1. Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di
dalam pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu
hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa
menit saja, maka dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak
selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin
lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar
dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi
serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita
stroke.
2. Stroke Hemorrhagic meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage)
dan pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang
melindungi otak (subarachnoid hemorrhage).
3. Stroke haemorrhagic , yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di
otak, sehingga terjadi perdarahan di otak. Haemorrhagic stroke umumnya terjadi
karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70 persen kasus haemorrhagic
stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi
menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun
demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada
kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang
terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau
faktor emosional.
Terdapat dua jenis utama pada stroke yang mengeluarkan darah : (intracerebral
hemorrhage dan (subarachnoid hemorrhage. Gangguan lain yang meliputi pendarahan di
dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural, yang biasanya disebabkan oleh
luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dipertimbangkan
sebagai stroke.
2.2. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor risik stroke adalah:
Usia lanjut Hipertensi (tekanan darah tinggi),
Serangan stroke sebelumnya atau transient ischemic attack (TIA),
Diabetes
Kolesterol tinggi
Atrial fibrilasi
2.3. GEJALA STROKE
Untuk mengetahui tanda-tanda stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala
stroke berikut:
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
Penglihatan ganda.
Pusing.
Bicara tidak jelas (rero).
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
2.4. PENGOBATAN
Jika terjadi serangan stroke, yang perlu segera dilakukan adalah pemeriksaan untuk
menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa
diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Stroke dapat disebabkan faktor keturunan? Para ahli kesehatan meyakini, ada
hubungan antara risiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun tidak secara langsung. Pada
keluarga yang banyak anggotanya menderita stroke, kewaspadaan terhadap faktor-faktor
yang dapat menyebabkan stroke harus lebih ditingkatkan. Namun demikian stroke bukan
merupakan penyakit keturunan. Banyaknya kasus stroke dalam keluarga Anda mungkin lebih
disebabkan faktor pola makan, gaya hidup, dan watak yang hampir sama. Makanan bersantan
asal tidak berlebihan sebetulnya tidak berbahaya. Namun jika setiap hari mengonsumsi
makanan berlemak, terutama lemak hewani dalam jumlah berlebihan, apalagi kurang makan
sayur dan buah-buahan segar, tentu akan meningkatkan risiko stroke. Cepat marah, panik,
dan stres, apalagi perokok, kurang olah raga, berat badan berlebih dan kurang tidur akan
melipat gandakan kemungkinan Anda terkena stroke. Data penelitian mengenai pengobatan
stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir
pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya
pengobatan awal/dini serta pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan
pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komunitas dalam masyarakat.
2.5. TANDA-TANDA MUNCULNYA SERANGAN STROKE
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh
informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara
sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat difahami.
Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya
serangan stroke.
2.5.1. Tanda-tanda serangan stroke :
Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada muka, tangan
atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja.
Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan.
Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui sebab musababnya.
Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya tanda-tanda ikutan lain yang bisa
timbul dan atau harus diwaspadai, yaitu;
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.
Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran secara mendadak.
Adapun, untuk menghindari stroke seseorang bisa melakukan tindakan pencegahan termasuk
membiasakan diri menjalani gaya hidup sehat. Berikut adalah 10 langkah yang dapat Anda
lakukan guna menghindarkan diri dari serangan stroke.
1. Hindari dan hentikan kebiasaan merokok. Kebiasaan ini dapat menyebabkan
atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah) dan membuat darah
Anda menjadi mudah menggumpal.
2. Periksakan tensi darah secara rutin. Tekanan darah yang tinggi bisa membuat
pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak
menunjukkan gejala, ceklah tensi darah secara teratur.
3. Kendalikan penyakit jantung. Kalau Anda memiliki gejala atau gangguan
jantung seperti detak yang tidak teratur atau kadar kolesterol tinggi, berhati-
hatilah karena hal itu akan meningkatkan risiko terjadinya stroke. Mintalah
saran dokter untuk langkah terbaik.
4. Atasi dan kendalikan stres dan depresi. Stres dan depresi dapat menggangu
bahkan menimbulkan korban fisik. Jika tidak teratasi, dua hal ini pun dapat
menimbulkan problem jangka panjang.
5. Makanlah dengan sehat. Anda mungkin sudah mendengarnya ribuan kali,
namun penting artinya bila Anda disiplin memakan sedikitnya lima porsi buah
dan sayuran setiap hari. Hindari makan daging merah terlalu banyak karena
lemak jenuhnya bisa membuat pembuluh darah mengeras. Konsumsi makanan
berserat dapat mengendalikan lemak dalam darah.
6. Kurangi garam. Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
7. Pantau berat badan Anda. Memiliki badan gemuk atau obesitas akan
meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung
dan diabetes, dan semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
8. Berolahraga dan aktif. Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu
Anda menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang
sehat dalam darah.
9. Kurangi alkohol. Meminum alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh karena
itu menguranginya berarti menghindarkan Anda dari tekanan darah tinggi.
10. Up date pengetahuan Anda. Dengan mengikuti perkembangan informasi
tentang kesehatan, banyak hal penting yang diperoleh guna menghindari
kemungkinan atau menekan risiko stroke. Berhati-hatilah, beragam hormon
termasuk pil dan terapi penggantian hormon HRT diduga dapat membuat
darah menjadi kental dan cenderung mudah menggumpal.
2.6. STROKE HAEMORAGIK
1) Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus gangguan pembuluh
darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial
biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri.
2) Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka penderita biasanya
masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme. Dan salah satu dari ciri khas
aneurisme adalah kecendrungan mengalami perdarahan ulang (Sylvia A. Price, 1995)
3) Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan).
- Trombosis sinus dura
- Diseksi arteri karotis atau vertebralis
- Vaskulitis sistem saraf pusat
- Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
- Migran
- Kondisi hyperkoagulasi
- Penyalahgunaan obat (kokain dan amfetamin)
- Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)
- Miksoma atrium.
2.6.1. Faktor Resiko :
Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA
atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot
untuk homosistinuria.
Yang dapat diubah : hypertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan obat dan
alcohol, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hyperurisemia dan
dislidemia.
2.6.2. Patofisiologi
Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat otak menerima
seperenam dari curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari oksigen tubuh. Otak sangat
tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada CVA di otak
mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3
sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah
arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau penyumbatan lumen
sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak. Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya,
dapat menimbulkan nekrosis.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah
dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah
secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area
dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik
berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan
terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak
berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.
Di samping itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya aliran
darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural
dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen
Skema :
Perdarahan arteri / oklusi
Penurunan tekanan perfusi vaskularisasi distal
Iskemia Pelebaran kontara lateral
Anoksia Aktivitas elektrik terhenti
Metabolisme Anaerob Pompa natrium dan kalium gagal
Metabolisme Asam Natrium dan air masuk ke sel
Asidosis lokal Edema intra sel
Pompa natrium gagal Edema ekstra sel
Edema dan nekrosis jaringan Perfusi jaringan serebral
Sel mati secara progresif (defisit fungsi otak) ( Satyanegara, 1998)
2.6.3. Tanda dan Gejala
a. Vertebro basilaris, sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral :
Kelemahan salah satu dari empat anggota gerak tubuh
Peningkatan refleks tendon
Ataksia
Tanda babinski
Tanda-tanda serebral
Disfagia
Disartria
Sincope, stupor, koma, pusing, gangguan ingatan.
Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu mata).
Muka terasa baal.
b. Arteri Karotis Interna
Kebutaan Monokular disebabkan karena insufisiensi aliran darah arteri ke retina
Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang wajah.
c. Arteri Serebri Anterior
Gejala paling primer adalah kebingungan
Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai
Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang
Timbul gerakan volunter pada tungkai terganggu
Gangguan sensorik kontra lateral
Dimensi reflek mencengkeram dan refleks patologis
d. Arteri Serebri Posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Afasia visual atau buta kata (aleksia)
Kelumpuhan saraf kranial ketiga – hemianopsia, koreo – athetosis
e. Arteri Serebri Media
Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai lengan)
Kadang-kadang heminopsia kontralateral (kebutaan)
Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena)
Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi
Disfagia
2.6.4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :
1. Breathing (Pernapasan)
- Usahakan jalan napas lancar.
- Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
- Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk.
- Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
2. Blood (Tekanan Darah)
- Usahakan otak mendapat cukup darah.
- Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut.
3. Brain (Fungsi otak)
- Atasi kejang yang timbul.
- Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
4. Bladder (Kandung Kemih)
- Pasang katheter bila terjadi retensi urine
5. Bowel (Pencernaan)
- Defekasi supaya lancar.
- Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde.
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan otak. Di sekitar
zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus diselamatkan. Tindakan
awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga
unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran darah yang
adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri dan oksigen dapat diberikan
pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian
pemeriksaan glukosa darah.
c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter maupun
perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan memastikan bahwa
tindakan medis telah dilakukan. Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani
secara akut. Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena
perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan tekanan darah.
Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus
diturunkan secara bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan
nitropusid.
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi setelah hari
pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa lesi
serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK
mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari
fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat membahayakan aliran balik vena
ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti manitol dan mungkin pemberian
deksamethasone meskipun penggunaannya masih merupakan kontroversial.
d. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun heparinisasi pada
pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi haemoragik.
Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan
heparin dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. Jika pasien
tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka dapat diberikan obat anti platelet.
Obat-obat untuk mengurangi perlekatan platelet dapat diberikan dengan harapan dapat
mencegah peristiwa trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet
merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya
heparin.
e. Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita stroke. Sulit sekali
untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama
pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang
menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hypertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
2.6.5. Komplikasi
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas
2.6.6. Tindakan Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan memakan makanan tanpa
garam atau makanan bayi rendah garam.
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk mempertahankan tekanan darah
selama tindakan pembedahan. Cegah jangan sampai penderita diberi obat penenang
berlebihan dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok, karena resiko
timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral
meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak
menelan pil kontrasepsi.
2.6.7. Dampak Masalah
a. Bagi Individu
1). Biologis
Penderita akan mengalami gangguan pernapasan akibat hilannya reflek batuk dan penurunan
kesadaran hingga terjadi akumulasi secret. Nyeri kepala akibat infark serebri yang luas,
penurunan kesadaran, gangguan kognitif, disorientasi, mual dan muntah, gangguan menelan,
tidak bisa menjalin komunikasi karena klien aphasia, terjadi konstipasi akibat tirah baring dan
kurangnya mobilisasi, dan dekubitus akibat tirah baring yang lama.
2). Psikologis
Cemas sedang akibat hemiparese, terutama pada penderita yang mempunyai beban tanggung
jawab pada keluarganya. Penderita dapat mengalami depresi disamping rasa rendah diri yang
bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas dan
keberadaannya.
3). Sosial
Apabila keadaan sakitnya sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan komunikasi, klien akan
mengalami kesulitan untuk mengadakan interaksi dengan keluarga maupun masyarakat.
Mungkin juga klien akan menarik diri dari interaksi sosial karena merasa harga dirinya
rendah dan merasa tidak berguna.
4). Spiritual
Penderita mungkin akan mengalami kesulitan didalam melakukan kewajiban kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena keterbatasannya. Mungkin juga penderita akan merasa bahwa Tuhan
tidak adil kepada dirinya akibat dari depresi. Penderita juga mengingkari dan menolak
keberadaan dari Yang Maha Kuasa.
b. Bagi keluarga
Penderita akan menjadikan beban bagi keluarga, karena keluarga yang sehat berupaya untuk
mencarikan biaya pengobatan, membantu memberikan perawatan, karena penderita sendiri
sangat tergantung dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Keluarga akan merasa cemas
mengenai keadaannya. Apabila penderita suami atau isteri mungkin menghadapi resiko
depresi dan perubahan emosional.
2.7. HEMORRHAGIC STROKE DAN KEBINGUNGAN
Kebingungan adalah gejala dari stroke hemorrhagic. Sebuah hemorrhagic stroke
terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dalam arteri dan pembuluh darah pecah.
Hemorrhagic Stroke Dan Merokok Salah satu faktor risiko terbesar bagi orang-orang
yang telah menderita hemorrhagic stroke jantung merokok. Bahkan, hal itu bisa saja salah
satu penyebab utama juga. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa merokok memiliki
dampak langsung terhadap tekanan darah. Seorang berbagai tekanan darah secara langsung
meningkatkan kemungkinan mengalami stroke.
Stroke hemorrhagic Ilustrasi Istilah perdarahan berarti pendarahan karena tekanan.
Sebuah stroke hemorrhagic terjadi bila pembuluh darah pecah di dalam otak. Bila pendarahan
terjadi di otak, itu bisa berakibat fatal bagi orang. Beberapa kerusakan seperti stroke lumpuh
atau cacat tetap dapat terjadi sebagai hasilnya.
Stroke hemorrhagic recurrences Stroke adalah salah satu alasan paling umum bagi
orang-orang mati di Amerika Serikat. Sebagian besar stroke yang terjadi menyebabkan
kerusakan serius pada tubuh fisik. Hemorrhagic stroke tidak yang biasa seperti jenis lain,
yang stroke iskemik. Pada catatan perbandingan, hanya 20 persen dari total orang-orang yang
menderita stroke menderita hemorrhagic satu. Iskemik adalah dengan jauh lebih umum.
2.7.1. Theraphy:
1. Injeksi ketorolac 1 ampl/ 8jam
2. Injeksi Bralin 1ampl/ 8jam
3. Injeksi Benocetam 3 gram/12 jam
4. Injeksi Tramadol 1 ampl/8 jam
top related