smk n 3 salatiga tahun ajaran 2015/2016 skripsie-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1439/1/skripsi...
Post on 27-Jun-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL
SMK N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
FITRIYANINGSIH
NIM: 111-12-032
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti.”
(QS. AL-Hujurat 49: 13)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Mutini dan Bapak Subandi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah
mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta
tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat
untuk sesama.
2. Adik tersayang Muhammad Fatkhur Rozak yang selalu memberikan semangat
untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Seluruh teman yang membantu dalam skripsi ini.
4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 3 Salatiga dan Kelompok KKN yang
telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL SMK N 3 SALATIGA
2015/2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak Agus Ahmad Suaidi, Lc,. M.A. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK N 3 Salatiga yang telah memberikan
ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 05 September 2016
Penulis
Fitriyaningsih
NIM 111-12-032
x
ABSTRAK
Fitriyaningsih. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3
Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan
agama Islam berwawasan multikultural dan keberagaman kultur siswa di SMK N
3 Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1)
Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK N 3 Salatiga? (2)
Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di
SMK N 3 Salatiga? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti medapatkan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian
adalah Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru PAI.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) keberagam multikultural yang
ada yaitu Agama Islam, Kristen, Khatolik, ada siswa yang berasal dari kota
maupun dari kabupaten , selain itu keberagaman yang adapun dari berbagai latar
belakang sosial ekonomi, budaya, dan gender. (2) Pelaksanaan pendidikan agama
Islam berwawasan multikultural sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan.
a) siswa yang non Islam saat proses pembelajaran berlangsung ternyata banyak
yang tinggal didalam kelas sebagai siswa pasif daripada keluar kelas, b) dalam
penyampaian materinya pun melalui metode baik itu metode diskusi, ceramah,
TIK, sebab akibat, maupun yang lainnya. c) Selain itu proses pembelajaran tidak
hanya dilakukan di dalam kelas melainkan diluar kelas pun di adakan kegiatan. (3)
Faktor pendukung dan penghambat pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural yaitu : a) faktor pendukung : sudah menyediakan tenaga guru sesuai
dengan agamanya masing-masing, sarana prasarana cukup memadai, dan adanya
dukungan dari pihak sekolah memberi kebijakan bagi siswa yang beragama non
Islam diberi kebebasan untuk tinggal di kelas atau keluar kelas saat pembelajaran
agama Islam berlangsung. b) faktor penghambat : kurang komunikasi antara siswa
dengan wali kelas ketika ada sebuah masalah, ada sebagian siswa yang belum bisa
baca Al-Qur‟an dengan baik, dari sisi pembiayaan masih kurang, dari pihak guru
belum ada persepsi yang sama mengenai nilai-nilai kultural, serta tidak ada
dukungan dari orang tua.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... v
MOTTO ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
F. Metode Penelitian ............................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15
xii
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 17
A. Pendidikan Agama Islam ................................................................. 17
B. Pendidikan Multikultural.................................................................. 24
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........................... 37
A. Paparan Data SMK N 3 Salatiga ....................................................... 37
B. Temuan Penelitian ............................................................................. 50
1. Keberagaman Multikultural SMK N 3 Salatiga .......................... 50
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural
SMK N 3 Salatiga ....................................................................... 51
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama
Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga .................. 55
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 57
A. Keberagaman Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural
SMK N 3 Salatiga ............................................................................. 57
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural
SMK N 3 Salatiga ............................................................................. 60
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam
Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga .................................. 69
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 72
A. KESIMPULAN ................................................................................. 72
B. SARAN-SARAN .............................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
xiii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... 77
LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia
(Yaqin, 2005: 3). Berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku
bangsa, agama, dan kaya akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Kekayaan
dan keanekaragaman agama, etnik, dan kebudayaan, ibarat pisau bermata
dua. Di satu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara
dan memberi nuansa dan dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan
titik pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Krisis
multidimensi yang berawal sejak pertengahan 1997 dan ditandai dengan
kehancuran perekonomian nasional, sulit di jelaskan secara mono-kausal
(Baidhawy, 2005: 21). Keragaman ini diakui atau tidak, banyak
menimbulkan berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini.
Kurang mampunya individu-individu di Indonesia untuk menerima
perbedaan itu mengakibatkan hal yang negatif. Sudah banyak kasus-kasus
kekerasan di Indonesia yang akarnya pada perbedaan tersebut.
Bila bangsa ini ingin kuat, maka diperlukan adanya sikap saling
menghargai, menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari tiap
individu yang beragam itu, seehingga dapat saling membantu bekerjasama
dalam membangun negara menjadi lebih baik.
2
Untuk mempunyai individu-individu yang bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan menghormati individu lainnya diperlukan adanya
pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi satu persoalan. Yang lebih
penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi
indah, dinamis, dan membawa berkah.
Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu
proses pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat
multikulturalisme hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar,
2004: xxvii).
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk
kehidupan publik, selain itu juga diyakini mampu memainkan peranan yang
signifikan dalam membentuk politik dan kultural. Dengan demikian
pendidikan sebagai media untuk menyiapkan dan membentuk kehidupan
sosial, sehingga akan menjadi basis intuisi pendidikan yang menjadi sarat
akan nilai-nilai idealisme (Nuryanto, 2008: 81).
Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat relasi resiprokal
(timbal balik) antara dunia pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat.
Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan
merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di dalam kehidupan
masyarakat yang komplek (Naim, 2008: 13). Dengan demikian, sekolah
adalah epitome (skala kecil) dari masyarakat dalam norma prosedural, kode
perilaku, susunan struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan
tanggung jawab, sekolah mencerminkan nilai-nilai kultural masyarakat.
3
Guru, administrator sekolah, dan para pembuat kebijakan (policy maker)
membawa pengalaman dan perspektif kultural sendiri dan memberikan
pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan pendidikan. Demikian
pula siswa dari berbagai latar belakang etnik dan budaya tak dapat
dielakkan. Berbagai sistem budaya yang berbeda ini berjumpa dalam
sekolah dan ruang kelas yang pluralistik dan dapat menimbulkan konflik
budaya, yang hanya dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas
proses intruksional yang mencerahkan, membuka batasan-batasan kultural
(cultural boundaries) yang kaku dan tidak cair (Baidhawy, 2005: 31).
Guru merupakan faktor penting dalam mengimplikasikan nilai-nilai
keberagaman yang inklusif dan moderat (seperti yang disaratkan pendidikan
multikultural) di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam pendidikan
multikultural karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan
ini. Memiliki keberagaman yang inkluisif dan moderat, maksudnya guru
memiliki pemahaman keberagaman yang humanis, deologis-persuasif,
kontekstual, substantif dan aktif sosial. Apabila guru mempunyai paradigma
tersebut, dia akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan
nialai-nilai keberagaman di sekolah.
Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah
sesuatu yang baru dan ditakuti setidaknya ada tiga alasan untuk itu.
Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan
orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu
sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai
4
tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan
kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu seorang guru PAI diharapkan
mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural
dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradapan yang toleransi,
demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonis serta nilai-nilai kemanusiaan
lainnya.
Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini rentan
terjadinya perselisihan dalam interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal
ini bisa menjadi permasalahan ketika mereka tidak menerima perbedaan-
perbedaan itu.
Contoh kasus ketika di sekolah pernah terjadi persaingan-
persaingan yang dilakukan siswa, baik masalah akademis maupun non-
akademis. Selain itu juga adanya indikasi bahwa, ada siswa yang kurang
senang ketika ada guru yang pilih kasih atau membeda-bedakan dengan
sesama murid.
Guru pendidikan agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai
kondisi dan perkembangan yang terdapat di lembaga tersebut. Selain itu,
guru agama tidak hanya terbatas pada penyampaian materi kepada siswa,
tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing,
mengarahkan, membina siswa dan mampu memberikan suasana yang damai
dan harmonis pada semua warga sekolah.
Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan
menghormati inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan
5
penelitian tentang PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN
MULTIKULTURAL DI SMK NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2015 /
2016.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK Negeri 3
Salatiga ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAI berwawasan multikultural di SMK Negeri
3 Salatiga ?
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui realitas keberagaman multikultural yang ada di lingkungan
SMK Negeri 3 Salatiga.
2. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agam Islam berwawasan
multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural di
SMK Negeri 3 Salatiga.
D. Manfaaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun
teoritis, antara lain:
6
1. Bersifat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis
dalam mengintregasikan pembentukan rasa toleransi antar umat
beragama disekolah atau suatu pendidikan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, yang
dapat digunakan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat
mengadakan penelitian tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga.
2. Bersifat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan atau gagasan baru bagi
para pendidik dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural.
b. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan sekolah.
c. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat
memberi gambaran tentang bagaimana sebuah sekolah dapat
menerapkan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari
timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini,
maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai berikut:
7
1. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192).
Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terancam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
meghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an
dan Al-hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11).
Pendidikan agama Islam adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara
potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil). Lebih ringkasnya lagi pendidikan adalah proses kegiatan
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan
perkembangan subjek didik (Achmadi, 1992: 16).
2. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan
utuh tentang keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan
8
demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan
dunia secara keseluruhan (Sukmadinata, 1999: 61`).
Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap
keanekaragaman yang terjadi di masyarakat . ketimpangan ekonomi,
pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antar agama yang
terjadi, justru membuat masyarakat menjadi semakin terpecah-pecah.
(Soyomukti, 2008 : 76).
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang
bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena
peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26).
Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMK N 3 Salatiga untuk
mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan kepala
sekolah dalam pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
9
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai
keberagaman multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam
bwawasan multikutural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.
Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif
di lingkungan SMK N 3 Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat data utama.
Peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif
kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti
kegiatan (Moleong, 2011:3).
3. Lokasi Penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMK
Negeri 3 Salatiga, Jln Ja‟far Sodiq, Kel. Kalibening, Kec. Tingkir Telp
(0298) 3418850 Salatiga 50744 Jawa Tengah.
10
4. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data
langsung yang peneliti dapatkan berasal dari siswa, guru PAI, kepala
sekolah SMK N 3 Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),
foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat
memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang
telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang ditempuh penelitian
untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subyek maupun
obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian
penulis menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
11
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004: 69).
Observasi atau disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan segala
indra dan dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan (Supranto,
2003:85).
Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud metode observasi
adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan panca indra
yang kemudian diadakan pencatatan-pecatatan. Penulis menggunkan
metode ini untuk mengamati secara langsung, terutama data tentang :
letak geografis serta keadaan fisik SMK Negeri 3 Salatiga, kurikulum
yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga, sarana/prasarana pendidikan yang
ada di SMK Negeri 3 Salatiga.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus
dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan
valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan
dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau
narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu
pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti
12
sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah
siswa, guru PAI, kepala sekolah SMK N 3 Salatiga. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait keberagaman
multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek
penelitian berupa foto terkait proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, buku pedoman yang digunakan, dan visi misi
SMK N 3 Salatiga.
6. Analisis Data
Tahapan akhir dari prosedur penelitian ini adalah analisis data.
Analisis data menurut Patton (Kasiram, 2010: 288) adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Analisis data bermaksud pertama- tama
mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri
dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen
13
berupa laporan, biografi, artikel. Analisis dalam hal ini mengatur urutan
data, memberikan kode dan mengkategorikannya.
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisis data yang
sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh
kesimpulan. Yang bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa
dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam tulisan Meleong (2011 : 324) untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat
kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data
tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri
(Meleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang
digunakan yaitu :
a. Triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari
beberapa sumber data yang berbeda.
14
b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama
dengan metode yang berbeda.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus
perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga
kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan
penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur
menjadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada
dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus
berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek
mudah untuk menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga
mencatat data yang diperlukan.
c. Tahap Analisi Data
Pada tahap ini peneliti mulai mengorganiasasikan data. Data yang
terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan
tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi,
artikel, dan sebagainya.
15
Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya
(Meleong, 2011 : 281).
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab
untuk membahas pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.
Sistematika penulis disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan
Istilah, dan Sistematika Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang : A. pengertian pendidikan agama Islam, tujuan
dan fungsi pendidikan Islam, dan ruang lingkup pendidikan Islam. B.
Pendidikan berbasis multikultural, pengertian multikultural, dimensi-
dimensi pendidikan multikultural, dan pendidikan agama berwawasan
multikultural.
BAB III : PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang : A. gambaran umum SMK N 3 Salatiga seperti
diskripsi daerah penelitian, visi misi dan tujuan sekolah, sejarah singkat
SMK N 3 Salatiga, struktur organisasi sekolah, data guru, karyawan, dan
siswa, tata tertib sekolah, dan data- data lainnya yang terkait. B. Penyajian
16
Data yang ditemukan mengenai kebergaman pendidikan agama Islam
berwawasan Multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan Multikultural, faktor pendukung dan faktor penghambat
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.
BAB IV:PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan hasil penelitian tentang
keberagaman pendidikan agama Islam berwawasan multikultural,
pelaksanaan pendidikan agamaaa Islam berwawasan multikultura, faktor
pendukung dan faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural SMK Negeri 3 Salatiga.
BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berhubungan
dengan pihak terkait (subyek penelitian).
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi agar
mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya bisa
dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam berperan
penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga melahirkan
manusia yang menjadi khalifah di bumi ini.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam mengamalkan ajaran
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadis, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman
(Majid,2014:11).
Daradjat mengemukakan dalam Majid (2014:12) Pendidikan
Agama Islam adalah suatu untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,
menghayati, makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (way of life).
18
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin,
2010:192).
Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung dalam
Al-quran yaitu sebagai kholifah dimuka bumi sesuai dengan ajaran Agama
Islam serta untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar-umat beragama. Dan lebih ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar
lebih mampu memahami, menghayati dan dan mengamalkan ajaran suatu
agama.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan
manusia diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT sebenar-
benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk manusia yang
bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama atau membentuk kepribadian muslim. Adapun tujuan
pendidikan agama Islam antara lain :
a. Membentuk manusia Muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah.
19
b. Membentuk manusia Muslim yang disamping dapat melaksanakan
ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai anggotanya masyarakat.
c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah,
penciptanya.
d. Membentuk mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil
atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur
masyarakat.
e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu Islami
lainnya (Bahruddin, 2010 : 192-193).
Menurut Majid (2014:16) fungsi Pendidikan Agama Islam
disekolah/ madrasah bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan menumpukkan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang lebih tinggi.
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai
berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarganya. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih
20
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangan.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan yang secara umum,
sistem dan fungsionalnya. Dapat dikatakan bahwa pentingnya kedudukan
pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur agama dalam sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama dalam Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan makna bahwa bangsa kita
adalah bangsa yang beragam. Untuk membina bangsa yang beragam.
Pendidikan agama dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional kita.
21
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting
keberadaanya karena pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya atau
proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku
untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan
perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai
ajaran Islam.
3. Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada
keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan
Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubugan manusia dengan
dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
Dari uraian diatas dapat dikatakan ruang lingkup pendidikan agama
Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Al-Qur‟an dan Hadist
Al-Qur‟an dan Hadist adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama
Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan baik di dunia dan
akhirat, dan di dalam Al-Qur‟an dan Hadist itu terdapat petunjuk untuk
mencapai kebahagiaan tersebut.
22
b. Aqidah
Menurut bahasa aqidah berarti keyakinan atau kepercayaan. Menurut
istilah, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang diyakini kebenarannya di
dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dan
tingkah laku sehari-hari. Aqidah atau keyakinan yang harus dipercayai
dan diyakini yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul;
dan hari akhir (Budihardjo, 2012:5).
c. Akhlak
Menurut Asmaran As. ( 2002: 1), Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Namun akhlak yang ada pada seseorang belum sempurna dan perlu
diadakan pembinaan untuk membentuk akhlak yang mulia. Untuk itu,
manusia seharusnya mengikuti akhlak beliau Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. al-Ahzab: 21
Artinya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
d. Fiqh
Kata “fiqh” secara etimologis berarti paham yang mendalam. Fiqh berarti
ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan
ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dengan demikian, secara ringkas
23
dapat dikatakan fiqh adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid
dalam usahanya menemukan hukum Allah (Syarifuddin, 1997: 4).
e. Tarikh dan Kebudayaan Islam
Tarikh dan kebudayaan Islam meliputi sejarah arab pra-Islam,
kebangkitan nabi yang di dalamnya menjelaskan keberadaan nabi sebagai
pembawa risalah, pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, khulafaur
Rasyidin, pergerakan politik dan agama serta berbagai motifnya yang
sangat berpengaruh terhadap politik, agama, kemasyarakatan,
kebudayaan, dan lain-lain (Hasan, 2002 : vvi) .
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulam bahwa pada dasarnya
ruang lingkup pendidikan agama Islam (PAI) berpusat pada sumber utama
ajaran Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana dalam firman Allah
dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 dan Surat Al-Isra‟ ayat 9:
Artinya : “ Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.”
Artinya : “ Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberi petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-
orang mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala besar.”
Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahami Al-
Qur‟an dan hal ini juga dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW sebagai
generasi pertama penerima Al-Qur‟an. Oleh karena itu, mereka meminta
24
penjelasan kepada Rasulullah SAW, yang memang diberi otoritas oleh
Allah SWT. Otoritas ini dinyatakan dalam firman Allah dalam Al-Qur‟an
Surat An-Nahl ayat 44:
Artinya : “ Keterangan-keterangan (Mukjizat) dan kitab-kitab, dan Kami
turunkan Al-Qur‟an, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.”
Dari kedua sumber tersebut, As-Sunnah berfungsi sebagai
penjelasan terhadap Al-Qur‟an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber
pokok ajaran Islam serta dijadikan pijakan atau landasan dalam lapang
pembahasan pendidikan agama Islam.
Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar
maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang
beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan
pendidikan agama Islam seperti tersebut diatas. Yaitu sosok siswa yang
secara terus menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B. Pendidikan Multikultural
1. Pendidikan Berbasis Multikultural
Sejak kemunculannya sebagai sebuah disiplin ilmu pada dekade
1960-an dan 1970-an, pendidikan berbasis multikulturalisme, selanjutnya
disingkat (MBE), telah didefinisikan dalam banyak cara dan dari berbagai
perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal dengan
peristilahan yang hampir sama dengan MBE, yakni pendidikan multikultural
25
seperti yang dipakai dalam konteks kehidupan multikultural negara-negara
Barat. Sejumlah definisi terikat dalam disiplin ilmu tertentu, seperti
pendidikan antropologi, sosiologi, psikologi dan lain sebagainya.
Dalam buku Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking
Context, Process, and Content, karya seorang pakar pendidikan
multikultural dari California State University, Amerika Serikat, Hilda
Hernandez, telah diungkap dua definisi „klasik‟ untuk menekankan dimensi
konseptual MBE yang penting bagi para didik. Definisi pertama
menekankan esensi MBE sebagai perspektif yang mengakui realitas politik,
sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam
pertemuan manusia yang kompleks dan beragam (plural) secara kultur.
Definisi ini juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender,
etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian
dalam proses pendidikan. Definisi kedua yaitu definisi operasional tentang
MBE. Dalam konseptualisasinya, MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan
yang bersifat empowering. Oleh karenanya, MBE menurut Hernandez,
adalah sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa
untuk semua anak didik.
Berkaitan dengan anak didik, MBE membahas tentang etnisitas,
gender, kelas, bahasa, agama, dan perkecualian-perkecualian yang
mempengaruhi, membentuk, dan mempola tiap-tiap individu sebagai
makhluk budaya.
26
MBE juga berkenaan dengan perubahan pendidikan yang
signifikan. Ia menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi
yang kompleks, yang secara luas dan sistematis memengaruhi segala
sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan luar ruangan. Ia menyangkut
seluruh aset pendidikan yang termanifestasikan melalui konteks, proses, dan
muatan. MBE juga memperbincangkan seputar penciptaan lembaga-
lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang
dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan, kesetaraan, dan
keunggulan (Mahfud, 2005 : 188-189).
2. Pengertian Multikultural
Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap
keanekaragaman yang terjadi di masyarakat. Ketimpangan ekonomi,
pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antara agama yang terjadi,
justru membuat masyarakat menjadi terpecah-belah. Pendidikan adalah
suatu cara untuk menciptakan kualitas manusia (Soyomukti, 2008: 76).
Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menggunakan pengetahuan
dan kemapuan yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi diri dan
juga dapat menciptakan demokrasi sosial.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan. Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan
proses dimana setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi (Mahfud, 2006 :
xiii).
27
Pendidikan multikultural adalah pendidikan utuh tentang
keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan (Sukmadinata, 1999 : 61).
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada para siswa seperti, perbedan
etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar
proses pembelajaran lebih efektif dan mudah. Pendidikan multikultural
sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu
bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka
(Yaqin, 2005 : 25).
Menurut Andersen dan Cusher bahwa pendidikan multikultural
dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keberagaman kebudayaan.
Sedangkan pendidikan multikultural menurut James Banks yaitu sebagai
pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin
mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugrah tuhan).
28
3. Dimensi-dimensi Pendidikan Multikultural
James banks menjelaskan (dalam Mahfud, 2006:169), bahwa
pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan
satu dengan yang lain, yaitu :
a. content intregation, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan
kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar,generalisasi dan teori
dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu. content intregation mencakup
pada “apa” yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum dan harus
ditempatkan “di mana” dalam kurikulum tersebut. Dalam dimensi ini
juga mempertimbangkan “siapa” yang harus mengikuti materi
pembelajaran apakah hanya siswa dari etnik tertentu yang relevan dengan
materi atau semua siswa. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
pendekatan pendidikan yang integratif dengan sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mental yang ada dalam masyarakaat karena
siswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki karakteristik
yang harus diakui secara formal didalam pelaksanaan pendidikan.
Perlakuan tersebut tertuang dan diintergrasikan dalam sebuah muatan
kurikulum pedidikan yang direncanakan dalam setiap tahap, jenis, dan
jenjang pendidikan. Materi dapat dikategorikan menjadi dua yakni, teks
dan konteks. Teks berisi materi pelajaran yang bersifat normatif dan
general, sementara konteks merupakan realitas empiris-faktual yang
bersifat partikular. Sumber materi tidak hanya dihasilkan dari guru, tetapi
29
juga berasal dari realitas yang ada disekitarnya. Peran guru disini hanya
sebagai fasilitator, mediator, dan menggunakan sarana pebelajaran agar
dapat dijadikan untuk mengoptimalkan pengetahuan dan pemahaman
siswa (Naim dan Sauqi, 2008 :204). Materi pendidikan multikultural
harus mengajarkan kepada siswa nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai
bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).
b. The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk
memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin).
Bagaimana ia menyajikan asumsi-asumsi kebudayaan yang implisit,
kerangka rujukan, perspektif dalam suatu disiplin ilmu yang
mempengaruhi cara ilmu pengetahuan dikontruksikan. Dimensi ini
mempelajari sejarah perkembangan masyarakat dan perlakuannya, serta
reaksi kelompok etnik lainnya. Sejarah tersebut mencakup hal-hal yang
positif maupun yang negatif yang perlu diketahui oleh peserta didik
dalam upaya mengetahui kondisi masyarakat.
c. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan
cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa
yang beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun (social).
Metode yang bisa diterapkan disini adalah dengan menggunakan metode
komunikatif dengan menjadikan aspek perbedaan sebagai titik tekan.
Metode dialog sangat efektif, apalagi dalam proses belajar mengajar yang
sifat kajian perbandingan agama dan budaya. Selain dalam bentuk dialog,
perlibatan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk
30
“belajar aktif” yang dapat dikembangkan dalam bentuk collaborative
learning (Naim dan Sauqi, 2008 : 57). Setiap manusia dilahirkan sama.
Manusia menjadi berbeda setelah disandarkan kepada kemampuan di luar
dirinya. Hal tersebut kemudian menciptakan stratifikasi. Konsep
pendidikan multikultural mengajarkan bagaimana stratifikasi sosial dapat
dikemas dengan model pendidikan untuk semua elemen masyarakat
dengan kesetaraan tanpa diskriminasi dan dominasi. Pendidikan seperti
ini mau dan mampu memperhatikan kelompok-kelompok yang kurang
beruntung.
d. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian, melatih kelompok
untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan
seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis, ras, dan upaya menciptakan
budaya akademik yang toleran dan inklusif. Reduksi terjadi karena dalam
pergaulan antar kelompok terbuka wawasan untuk mengenal,
mengetahui, sekaligus mengalami pertautan antar karakteristik, serta
pelatihan untuk pemecahan masalah.
e. Empowering school culture and social structure, yaitu dimensi
pemberdayaan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari
kelompok yang berbeda. Selain itu, dapat digunakan untuk menyusun
sruktur sosial yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beragam
sebagai karakteristik struktur sekolah setempat. Konsep ini
menggambarkan proses restrukturisasi kebudayaan dan organisasi
31
sekolah sehingga siswa dari beragam kelompok ras, etnik, dan kelas
sosial mengalami kesetaraan dan penguatan kultur. Perubahan pada aspek
yang terkait dengan kultur sekolah untuk pengutan siswa dari berbagai
kelompok budaya.
Dalam aktvitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan
sasaran dan sekaligus subyek pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami
hakikat peserta didik, para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang
ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya, secara umum peserta didik
memiliki empat ciri yaitu :
a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam
keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemaun dan
sebagainya.
b. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individual.
Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses
untuk menciptakan lingkungan yang setara untuk siswa. Dan menekankan
pentingnya memandang dunia dari berbagai budaya yang berbeda serta
menegaskan perlunya menciptakan sekolah dimana berbagai perbedaan
yang berkaitan dengan ras, etnis, gender, keterbatasan, kelas sosial diakui
32
dan seluruh siswa dipandang sebagai sumber yang berharga untuk
memperkaya proses belajar mengajar.
4. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural
Pendidikan agama berwawasan multikultural megusung
pendekatan diaolgis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam
keragaman dan perbedaan. Pendidikan ini dibangun atas spirit relasi
kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami, dan
menghargai perbedaan, persamaan dan keunikan, dan interdependensi.
Pendidikan agama multikultural memberi pengakuan akan pluralitas, sarana
belajar untuk perjumpaan lintas batas. Secara umum pendidikan
multikultural menegaskan perlunya pembelajaran tetang berbagai hal untuk
masyarakat yang beragam. Bahkan perencanaan pendidikan multikultural
dalam program sekolah pun perlu memberi peluang berbagai konsepsi
pendidikan multikultural yang diungkapkan dalam proses pembuatan
kebijakan sekolah daripada hanya menerima satu definisi. Konsepsi
pendidikan multikultural memuat nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dan
merefleksikan berbagai tingkat pemahaman dalam pembuatan kebijakan
sekolah (Baidhawy, 2005 : 74-75).
Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah gerakan
pembaharuan dan inovasi pendidikan agama dalam rangka menanamkan
kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan
agama-agama, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya,
saling memahami dan mengahargai persamaan, perbedaan dan keunikan
33
agama-agama, terjalin dalam suatu relasi dan interdependensi dalam situasi
saling mendengar dan menerima perbedaan perspektif agama-agama dalam
satu dan lain masalah dengan pikiran terbuka, untuk menemukan jalan
terbaik mengatasi konflik antar agama dan menciptakan perdamaian melalui
sarana pengampunan dan tindakan nirkekerasan (Baidhawy, 2005 : 85).
Pendidikan agama adalah salah satu proses pendidikan yang
penyelenggaraannya diatur dalam peraturan perundangan yang ada.
Kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap agama tertuang
dalam pasal 29 UUD 1945 dan pasal 28 UUD 1945 hasil amandemen.
Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan inti dari segala agama, dan menghormati kebebasan setiap warga
negara untuk memeluk salah satu agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan itu. Pada pasal 31 UUD 1945 hasil amandemen, kaitan antara
pendidikan nasional dan agama itu nampak jelas sekali dengan
ditegaskannya rumusan iman dan takwa disitu. Kaitan itu nampak kembali
dengan jelas dalam rumusan pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, dimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional bermuara pada
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian juga
diatur bahwa pendidikan agama itu diberikan sesuai dengan agama yang
dianut peserta didik dan dianjarkan oleh guru yang seagama dengan peserta
didik dan agama yang diajarkan. Apabila sekolah tidak sanggup
melaksanakan pendidikan agama bagi salah satu agama seperti tidak
memiliki gurunya dan lain-lain maka pemerintah memfasilitasi
34
penyelenggaraan pendidikan agama itu. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan
untuk secara adil menghormati hak pribadi setiap warga negara,
menghindari kerancuan dalam beragama, dan menghindari kemungkinan
pemeluk suatu agama untuk meniadakan pedidikan agama lain, atau bahkan
mengajarkan sesuatu agama yang dipeluknya kepada pemeluk agama lain.
Perpindahan agama adalah hak pribadi setiap warga negara juga, tetapi
perpindahan itu sesungguhnya baru sah dan absah ketika yang bersangkutan
telah beranjak dewasa. Sebelum usia dewas, agama anak-anak harus
diidentifikasi dengan agama orang tuanya. Upaya perpindahan agama anak-
anak mungkin dapat disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Inilah
penghormatan yang luhur dan sejati terhadap hak asasi seseorang untuk
memeluk suatu agama atau pindah agama (Mudzhar, 2004: 5).
Supaya kedua prinsip diatas dapat dipegang teguh, yaitu prinsip
menghormati kebutuhan agama peserta didik, dan prinsip menghormati
keniscayaan kemajemukan, maka pendidikan agama harus diberikan dengan
pendekatan yang tepat. Biasanya ada dua bentuk pendekatan terhadap
pendidikan agama yang sering dipertentangkan satu sama lain. Pertama,
pendekatan dogmatik (dogmatik approach), yaitu pendekatan yang melihat
pendidikan agama disekolah sebagai media transmisi ajaran dan keyakinan
agama tersebut secara “ecclesiastical”. Tujuannya adalah mewujudkan
komitmen dogmatik peserta didik terhadap agamanya. Kedua, pendekatan
ilmu-ilmu sosial (social studies approach), yaitu pendekatan yang melihat
pendidikan agama sekolah sebagai mata pelajaran lainnya (ilmu-ilmu sosial)
35
dan materi agama yang diajarkan dilihat sebagai sesuatu yang sekuler
seperti halnya yang dilakukan oleh ilmu antropologi dan sosiologi
(Mudzhar, 2004: 6).
Kedua pendekatan itu sama-sama mengandung kelemahan.
Kelemahan pendekatan pertama terletak pada potensinya untuk
menumbuhkan fanatisme keagamaan yang tidak pada tempatnya. Sedangkan
kelemahan pendekatan yang kedua terletak pada kecenderungan sekulernya,
sehingga tidak mendorong bagi terwujudnya penganut agama yang baik,
karena itu perlu dipikirkan pedekatan ketiga yang akan mampu melayani
kebutuhan anak (to meet the religions need of the children) dan pada waktu
yang sama juga mendorong harmoni diantara berbagai pemeluk agama
berkat kandungan wawasan multikultur yang ada secara inherent di
dalamnya. Pendekatan ketiga itu sebut saja, pendekatan perencanaan sosial
(social planning approach), yaitu pendekatan yang mendorong pemahaman
dan komitmen peserta didik terhadap agama yang dipeluknya, dan pada
waktu yang sama juga mendorong lahirnya sikap menghormati pemeluk dan
ajaran agama lain untuk hidup saling berdampingan dalam kemajemukkan.
Meskipun secara teoritik pendekatan ketika itu mudah diucapkan, tetapi
pada tataran praktik sulit dilaksanakan bahkan masih perlu dirumuskan
aspek-aspeknya.
Dari seluruh definisi diatas penulis menyimpulkan pendidikan
agama Islam berbasis multikultural adalah sebuah gerakan pembaharuan dan
inovasi pendidikan agama dalam rangka menanamkan kesadaran
36
pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama-agama,
saling memahami dan menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan
agama-agama.
Para guru yang memberikan pendidikan multikultural harus
memiliki kayakinan bahwa, perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai,
sekolah harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia dan
penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok, keadilan dan
kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum,
sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter (yaitu
nilai, sikap, dan komitmen) untuk membantu siswa dari berbagai latar
belakang, sekolah bersama keluarga dan komunitas yang dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung multikultural.
37
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Salatiga
b. Terakreditasi : A
c. Alamat : Jalan Ja‟far Shodiq, Tingkir, Salatiga
d. No. Telpon : (0298) 3418850
e. Kode Pos : 50744
f. Kelurahan : Kalibening
g. Kecamatan : Tingkir
h. Kota : Salatiga
i. Propinsi : Jawa Tengah
j. Tahun Berdiri : 21 Mei 2007
2. Sejarah Singkat SMK N 3 Salatiga
SMK Negeri 3 Salatiga adalah sebuah sekolah menengah kejuruan
(SMK) yang berdiri di kota Salatiga pada tanggal 21 Mei 2007 atas
persetujuan pemerintah kota Salatiga. Pada awalnya bernama SMK Negeri 1
Tingkir tapi pada tanggal 20 Juli 2007 resmi berganti nama menjadi SMK
Negeri 3 Salatiga. SMK Negeri 3 Salatiga merupakan sekolah menengah
kejuruan berstatus negeri termuda di Kota Salatiga. Sekolah ini juga pernah
menjadi salah satu sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)
meskipun RSBI sendiri telah dihapus oleh Mahkamah Konstitusi secara
38
nasional pada tanggal 8 Januari 2013. Keberadaan SMK N 3 Salatiga
dituangkan dengan surat keputusan operasional penyelenggaraan program
keahlian No: 420.5/1510 Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga tanggal 21
Mei 2007.
SMK N 3 Salatiga berada di daerah Kelurahan Kalibening karena
pertimbangan keinginan masyarakat terhadap akan adanya sebuah sekolah
menengah negeri dan keinginan pemerintah Kota Salatiga untuk
mengembangkan potensi daerah yang ada. Dengan demikian keberadaan
sekolah diharapkan akan mewujudkan terjadinya pengembangan potensi
daerah yang berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar.
3. Visi dan Misi SMK N 3 Salatiga
a. Visi SMK N 3 Salatiga
Menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter SMART
(Sejahtera, Mandiri, Bermartabat) untuk menghasilkan tamatan berakhlak
mulia dan berwawasan lingkungan yang siap bersaing di era global.
b. Misi SMK N 3 Salatiga
1) Menyelenggarakan sekolah yang mendasarkan nilai-nilai religius
untuk menumbuhkan akhlak mulia dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Menciptakan lingkungan sekolah yang indah, bersih, tertata, dan
nyaman.
39
3) Menyiapkan tamatan yang mengedepankan soft skill dan hard skill
yang mampu bersaing di era global.
4) Menyelenggarakan pendidikan yang disiplin, terbuka, dan akuntabel.
c. Upaya- upaya dalam mencapai visi, misi, dan tujuan
Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan, SMK N 3 Salatiga
mendasarkan pengelolaan SMK dengan membagi wilayah kerja sebagai
berikut:
1) Bidang Kurikulum
Bidang kurikulum dipimpin oleh seorang Waka urusan Kurikulum di
jabat oleh Bpk. Indaryanto, S.Pd.T. adapun usaha- usaha bidang
kurikulum tertuang dalam rencana program kerjanya.
2) Bidang Kesiswaan
Bidang kesiswaan dipimpin oleh seorang Waka urusan Kesiswaan di
jabat oleh Ibu Dyah Sulistyorini, S.Pd.
3) Bidang Humas
Bidang Humas dipimpin oleh seorang Waka urusan Humas di jabat
oleh Bpk. Daud Lanang Prabowo, S.Pd.
4) Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Waka urusan
Sarana dan Prasarana di jabat oleh Bpk. Siswanto, S.Pd. (Sumber
dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).
4. Struktur Organisasi SMK N 3 Salatiga
a. Kepala : Suripan, S.Pd.
40
b. Wakil Manajemen Mutu dan SDM : Drs. Muh. Towil
c. Koordinator Administrasi Sekolah : Mariati, S.Pd, M.Pd.
d. Wakil Kepala
1) Opendikur : Indaryanto, S.Pd.T.
2) Kesiswaan : Dyah Sulistyorini, S.Pd.
3) Sarana dan Prasarana : Siswanto, S.Pd.
4) Hubungan Mayarakat dan Industri : Daud Lanang, S.Pd.
e. Ketua Kompetensi Keahlian (KKK)
1) Teknik Mekatronika : Zainal Arifin, S.Pd.T.
2) Teknik Mesin (Welding) : Syaefudin Afan E.H., S.T.
3) Teknik Ototronika : Eko Listyo Sahono S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Sukiningsih, S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Hery Winarno, S.P.
6) Teknik Geomatika : Evita Rintarsih, S.Pd.
f. Staf Bidang Manajemen Mutu dan SDM
1) Sekretaris Managemen Mutu dan SDM : Anton Nugroho, S.Pd.
2) Lead Auditor & Kearsipan MM : Dian Adriyanto, S.Pd,
M.Pd.
3) Pengendali Dokumen dan IT : Hendrik Ade Putra, S.Pd.
4) Pengembangan SDM : Ayustina Krisniati, S.P.
g. Staf Bidang Opendikur
1) Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum : Dimas Nico Saputra,
S.Pd.
41
2) Operasional Pembelajaran : M. Chamid, A.Md.
3) Evaluasi Pembelajaran : Siti Sulaikah, S.Pd,
M.Pd.
: Wahyu Sharandavi,
S.Pd.
4) Koordinator Perpustakaan : Puji Wijayanti, S.Pd.
h. Staf Bidang Kesiswaan
1) Keterlaksanaan Kegiatan Osis : Anjar Subagio, S.Pd.
2) Tata Upacara : Achirudin Pasila,
S.Pd.
3) Keterlakasanaan Tatib dan Disiplin : Daniel Adi Prabowo,
S.Pd
Angga Argawastu,
S.Pd.
4) Lapim, LKS, dan Wawasan Wiyata Mandala : Sri Supadmi, S.Pd
5) Kegiatan Ekstrakurikuler : Anggit Dian
Nugroho, S.Pd.
6) Asuransi dan Beasiswa : Fita Indriyani, S.Psi.
i. Staf Bidang Sarana dan Prasarana
1) Inventaris Barang Habis Pakai : Eko Noveri, S.Pd.
2) Pencatat Aset : Arief Rusgiono,
S.Pd
3) Lingkungan : Ardiana Angga, S.Pd
42
4) Pengembangan : Sugimin
5) Maintenance & Repair : Harmin
j. Staf Bidang Humas dan Industri
1) Pokja BKK : Djaru Purnomo,
S.Pd.
2) Pokja Prakerin : Dewi Fatihatuzulfa,
S.Psi.
3) Pokja Humas : Retno Agustin Dwi
A., S.Pd.
k. Sekretaris Kompetensi Keahlian
1) Teknik Mekatronika : Wahyu Sarandafi,
S.Pd.
2) Teknik Mesin (Welding) : Hasan Habib Nur
W.,S.Pd.T
3) Teknik Ototronika : Cahyono Dwi
Atmoko, S.Pd.T.
4) Teknik Sepeda Motor : Sidiq Suprayogi,
S.Pd .
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Devy Listyowati,
S.Pd.
6) Teknik Geomatika : -
l. Bendahara Kompetensi Keahlian
1) Teknik Mekatronika :Mariati, S.Pd, M.Pd.
43
2) Teknik Mesin (Welding) : Djaru Purnomo,
S.Pd.
3) Teknik Ototronika : Dimas Nico Saputra,
S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Eko Noferi Yanto,
S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ifana Tri
Kusumastuti, S.Pd.
6) Teknik Geomatika : -
m. Kepala Bengkel
1) Teknik Mekatronika : Hendrik Ade Putra,
S.Pd.
2) Teknik Mesin (Welding) : Drs. Sugeng Winarto
3) Teknik Ototronika : Ardiana Angga. W,
S.Pd.
4) Teknik Sepeda Motor : Samsul Huda, S.Pd.
5) Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura : Ayustina Krisniati,
S.P.
6) Teknik Geomatika : -
n. Koord. Bimbingan Konseling (BK) : Dra. Ngizatun
o. Koord. Penelitian dan Pengembangan : Dra. Sri Hartati
p. Koord. Unit Usaha Sekolah : Hery Ridawati, S.Pd.
44
q. Koord. Ikatan Kesejahteraan Keluarga (IKK) : Sugiartini, S.Pd.
(Sumber dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).
5. Daftar Guru, Karyawan, dan Siswa SMK N 3 Salatiga
Jumlah personil yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 109
oraang. daftar guru PNS yang ada di SMK N 3 Salatiga semuanya ada 48
orang, sedangkan yang guru tidak tetap 40 orang, karyawan berjumlah 21
sedangkan jumlah siswanya ada 1330, untuk kelas X ada 448 siswa,
sedangkan untuk kelas XI ada 467 siswa, untuk kelas XII ada 415 siswa
(Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).
a. Daftar Karyawan PNS dan Tidak Tetap
Tabel I
Daftar Karyawan
SMK N 3 Salatiga
No Nama Tugas Pekerjaan
PNS
1 Joko Maryono, A.Md. Verifikator Keu.
2 Eko Yuliani Staf Keuangan
3 Tukiman Staf
PEGAWAI TIDAK TETAP
1 Sugimin Koord. Tata Usaha
2 Nazifudin Penjaga Malam
3 Harmin Kebersihan
4 Faizal Ahmad Afiyudi Penjaga Malam
45
5 Mohamad Toha Al Hasan Satpam
6 Muhtari Tukang Kebun
7 Muh. Dahlan Tukang Kebun
8 Munawir Tukang Kebun
9 Buang Kebersihan
10 Indro Setyo Permono Satpam
11 Devis Afista Krishna Nanda Z Toolman Ototronika
12 Nugroho Prod. Mekatronika
13 Sriyono Kebersihan
14 Ahmad Saiful Khadiqunnuha Penjaga Malam
15 Muhammad Bagus Wicaksono Toolman Welding
16 Afdlol Legowo Toolman Ototronika
17 Yuli supriyatiningsih Staf
18 Siti Samsiyah, S.I.Pust. Pustakawan
b. Daftar Siswa SMK N 3 Salatiga
Tabel II
Daftar Jumlah Siswa
SMK N 3 Salatiga
Tahun
Pelajaran
Jumlah
Siswa Kelas
X
Jumlah
Siswa Kelas
XI
Jumlah Siswa
Kelas XII
Jumlah
2016/2017 448 467 415 1330
46
Jumlah
Rombongan
Kelas
13 13 12 38
6. Program , Ekstrakurikuler, Dan Prestasi Sekolah
SMK N 3 Salatiga telah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler
seperti Pramuka, Paskibra, dan PMR sekolah. Tercatat juga telah
mengadakan kegiatan lain seperti ekstrakurikuler Pencak Silat, Karate, Bola
Voli, dan Band. Beberapa anggota paskibra sekolah ini juga telah lolos
seleksi paskibra tingkat kota dan provinsi.
Program dan Prestasi yang pernah dicapai sebagi berikut :
a. Tahun 2011 telah bersitifikasi SMM ISO 9001:2008
b. Seluruh program keahlian sudah terakreditasi
1) Mekatronika Akreditasi A
2) Welding Akreditasi A
3) Ototronika Akreditasi B
4) ATPH Akreditasi B
c. Juara 1 LKS Pengelasan Th 2013 Tk. Kota Salatiga
d. Juara 1 LKS Permesinan Th 2013 Tk. Kota Salatiga
e. Juara 1 LKS ATPH Th 2013 Tk. Kota Salatiga
f. Juara 1 LKS Mekatronika Th 2013 Tk. Kota Salatiga (Sumber
dokumentasi : SMK N 3 Salatiga).
47
7. Sarana dan Prasarana SMK N 3 Salatiga
Sarana prasarana adalah media atau alat dalam melaksanakan suatu
pembelajaran. SMK N 3 Salatiga mempunyai ruang kepala sekeloh 1
ruangan, ruang guru 1 ruangan, kamar mandi siswa ada 12, kamar mandi
guru ada 2, ruang praktek ada 10 ruangan, lahan parkir ada 3, ruang lab.
Komputer 2, 1 ruang lab. Bahasa, 1 ruang lab. Fisika, 1 perpustakaan, 2
kantin sekolah (Sumber dokumentasi: SMK N 3 Salatiga).
Tabel III
Daftar Sarana dan Prasarana
SMK N 3 Salatiga
No Nama Ruang Jumlah Kondisi Ruang
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Wakil Kepala
Sekolah
- -
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Ruang Tamu 1 Baik
6 Ruang Bk/BP 1 Baik
7 Ruang KM/WC Guru 2 Baik
8 Ruang KM/WC Siswa 12 Baik
9 Ruang Lab. Biologi - -
48
10 Ruang Lab. Fisika 1 Baik
11 Ruang Lab. Kimia - -
12 Ruang Lab. Bahasa 1 Baik
13 Ruang Lab. Komputer 2 Baik
14 Ruang Lab. IPS - -
15 Ruang Perpustakaan 1 Baik
16 Ruang Multimedia - -
17 Ruang Teleconference - -
18 Ruang Sanggar Pramuka 1 Baik
19 Ruang OSIS 1 Baik
20 Ruang Kesehatan (UKS) 1 Baik
21 Ruang Majelis Sekolah
(Komite)
- -
22 Ruang Kegiatan Siswa - -
23 Ruang Aula/ Serba Guna - -
24 Ruang Bengkel Praktek 10 Baik
25 Ruang ITC - -
26 Gedung Olahraga Indoor - -
27 Kantin Sekolah 2 Baik
28 Ruang Teaching Factory - -
29 Ruang Unit Produksi 1 Baik
30 Ruang BKK - -
49
31 Ruang Koperasi 1 Baik
32 Ruang Business Center - -
33 Ruang Tempat Uji
Kompetensi (TUK)
- -
No Jenis Sarana Jumlah Kondisi
1 Daya Listrik yang
Dipasang
2 Baik
2 Telepon
PSTN/Faximili/PABX
1 Baik
3 Jaringan Internet Sekolah 3 Baik
4 SIM Perpustakaan 1 Baik
5 Jaringan Air Bersih
PDAM
1 Baik
6 Paving Halaman 1 Baik
7 Jalan Lingkungan
Sekolah
1 Baik
8 Pagar Keliling 1 Baik
9 Lapangan Upacara 1 Baik
10 Lapangan Olahraga 1 Baik
11 Lahan Parkir 3 Baik
50
B. Penyajian Data
1. Keberagaman multikultural di SMK N 3 Salatiga
Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa
keberagaman multikultural di SMK N 3 Salatiga ada beberapa macam.
Menurut Sp selaku Kepala Sekolah keberagaman yang ada di SMK N 3
Salatiga yaitu :
“Dari dinas pendidikan, kita tidak melakukan diskriminasi,
Jadi apapun latar belakang budaya, sosial ekonomi, suku, adat
istiadat tidak menjadi persyaratan, itu berartikan salah satu titik
awal menghargai perbedaan, dari keberagaman lagi kita tidak
menonjolkan unsur kedaerahan entah itu anak-anak kita yang
berdomisili di kota Salatiga, kabupaten Semarang itu pun kita tidak
beda-bedakan itu juga termasuk bentuk keberagaman, tidak
nasionalisme sempit (aku Salatiga, koe kabupaten Semarang, yo
kono).” (W/KS/SP/25-07-2016/10.54 WIB).
Menurut SK selaku guru PAI mengatakan bahwa keberagaman
multikultural yaitu.
“bentuk pendidikan yang ada di SMK N 3 Salatiga itu
bermacam-macam, untuk agamanya yang saya ketahui itu baru tiga
yaitu Islam, Kristen sama Hindu.” (W/G/SK/25-07-2016/14.45
WIB).
Selaku guru PAI DH mengungkapkan kebergaman pendidikan
multikultural.
“bentuk pendidikan multikultural yang ada di SMK 3
Salatiga itu adalah dalam bentuk pembiasaan baik dalam
pembelajaran di kelas maupun kegiatan selama di sekolah sebelum
pembelajaran itu ada doa bersama membaca Asmaul-Husna yang
dilakukan secara masal di pimpin oleh anak di sentral (tempatnya
di ruang guru) dan itu bagi anak yang non muslim itu untuk bisa
menghargai atau menghormati dengan cara dia berdoa sesuai
agama dan kepercayaan masing-masing.” (W/G/DH/25-07-
2016/13.42 WIB).
51
2. Pelaksanaan PAI berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga.
a. content intregation
Dari penelitian di SMK N 3 Salatiga peneliti mendapatkan temuan
mengenai dimensi content intregation (kurikulum yang digunakan).
SP mengungkapkan bahwa kurikulum yang digunakan adalah
“kurikulum 2013 kemudian sama undang- undang karena
disitukan ada delapan standar to mbak. Standar isi lha itu kan isinya
kajian kurikulum, karena kita menggunakan kurikulum 2013.”
(W/KS/SP/25-07-2016/10.54 WIB).
Hal yang sama juga di akui DH.
“Untuk proses pembelajaran kami menerapakan kurikulum
2013. Ketika ada siswa yang non muslim saat proses pembelajaran
PAI berlangsung yaitu : “Dalam proses pembelajaran pendidikan
gama Islam berlangsung yang non muslim boleh ikut boleh tidak.
Kalau ada yang ikut kita persilahkan, ada juga juga banyak anak
non muslim yang ikut. Dan guru tiap agama itu ada sendiri budha
ada agamanya sendiri, kristen ada, katholik ada, Islam ada. Jadi
anak mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan keyakinanya
masing-masing jadi kita juga menerapakn PP No. 55 tahun 2007
yaitu tiap anak itu mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan
agamanya masing-masing.” (W/G/DH/25-07-2016/13.42 WIB).
SK mengungkapkan bahwa saat proses pembelajaran PAI
berlangsung siswa non Islam yaitu
“Ketika ada anak yang non muslim kalau mau ikut dari kami
dipersilahkan, kalaupun tidak mau ikut juga boleh keluar.”
(W/G/SP/25-07-2016/14.45 WIB).
Menurut PA proses pembelajaran PAI berlangsung siswa yang non
Islam.
“Kan jadwal pembelajaran islam sudah ada sendiri, sedangkan
yang non Islam juga sudah ada sendiri. Kalau yang non Islam
biasanya hari Jum‟at.”(W/S/PA/28-07-2016/11.00 WIB).
52
DA juga mengungkapkan bahwa saat pembelajaran PAI
berlangsung siswa yang non Islam
“Siswa yang non Islam biasanya keluar kelas.”(W/S/DA/28-
07-2016/11.20 WIB).
AA juga berpendapat bahwa saat pembelajaran PAI berlangsung
siswa yang non Islam
“keluar kelas”.(W/S/AA/28-07-2016/11.35 WIB).
Dari hasil wawancara tersebut juga selaras dengan hasil observasi
pada 25 Agustus 2016 bahwa ketika proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, guru memasuki ruangan kelas, sebelum proses
pembelajaran dimulai guru bertanya mengenai apakah ada siswa yang non
Islam, jika itu ada siswa diperbolehkan tetap didalam kelas maupun keluar
kelas.
b. The knowledge construction process
Menurut DH guru pendidikan agama Islam implikasi dalam proses
pembelajarannya adalah sebagai berikut.
“Dalam PAI sudah mencakup pendidikan multikultural iya
termasuk bagaimana di dalam menghargai yang lebih tua,
menyanyangi yang lebih muda itu juga termasuk nilai-nilai
multikultural. Kalau anak kepada kakak kelas tidak boleh
sembarangan memanggil.” (W/G/DH/25-07-2016/13.42 WIB).
SK selaku guru pendidikan agama Islam berpendapat bahwa
implikasinya dalam proses pembelajarannta sebagai berikut.
“Dalam PAI itu sudah masuk pendidikan multikultural
karena semua mata pelajaran itu kan sudah mencakup semuanya
baik itu matematika, seperti materi tentang hibah, zakat itu kan
53
pasti ada di pelajaran matematika, kemudian dalam PPKN itu ada
namanya cinta negara, sebenarnya ada Cuma, tinggal gurunya itu
pandai atau bisa memasukan gak materi-materi kesitu dan
kemampuan guru seberapa.” (W/G/SK/25-07-2016/14.45 WIB).
c. An equity paedagogy
Ketika peniliti mengajukan pertanyaan terkait metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung beberapa narasumber
mengungkapakan.
“Metode yang digunakan itu biasanya debat, diskusi itu kan
juga pendidikan multikultural.” (W/G/DH/25-07-2016/13.42 WIB).
“Dengan menggunakan TIK agar siswa tidak bosen, tanya
jawab, sebab akibat, menggunakan angket (kertas kecil kemudian
anak itu disuruh membuat pertanyaan dan jawaban kemudian anak
itu yang ditunjuk untuk maju kedepan dan yang didepan itu
memberi pertanyaan dan yang dibelakang menjawab pertanyaan
itu)”. (W/G/SK/25-07-2016/14.45 WIB).
“Siswa di suruh pinjem buku, lalu dipelajari materinya.”
(W/S/PA/28-07-2016/11.00 WIB).
“Nulis di depan, ceramah, pinjam buku, lalu dipelajari
materinya.” (W/S/DA/28-07-2016/ 11.20).
d. Prejudice reduction
Dari hasil wawancara mengenai dimensi Prejudice reduction
menurut DH selaku guru PAI sebagai berikut
“Dengan model pembelajaran Cooperative learning, basic
learning disitukan membangun kerja sama, menghargai antar
sesama, kemudian dengan model project itu kan titik tumpunya
juga kerja sama dengan bentuk kerja sama itu kan secara inklut
juga termasuk pendidikan multikultural.” (W/G/DH/25-07-
2016/13.42 WIB).
Menurut SP mengenai dimensi Prejudice reduction yaitu.
“Dalam pendidikan agama Islam kan menanamkan nilai-nilai
keimanan, sikap, budi pekerti jadi aktualisasinya antara lain ada
54
shalat dhuha, shalat dzuhur kita fasilitasi, kemudian semaan dan
sebagainya. Kemudian dalam proses pembelajaran juga kita
menghargai dari jenis kelamin meskipun kita sekolah teknik yang
putri juga banyak.” (W/KS/SP/25-07-2016/10.54 WIB).
e. Empowering school culture and social
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai dimensi
pemberdayaan budaya dan sosial siswa di sekolah menurut DH yaitu
“Dalam kegiatan-kegiatan diskusi itu kita tanpa melihat latar
belakang gander dalam pembentukan kelompok itu ada yang laki-
laki ada perempuan anak diberikan kebebasan untuk membentuk
kelompok itu juga ada nilai-nilai kultural kemudian dalam
kegiatan-kegiatan peringatan hari besar Islam itu kita juga
melibatkan dari seluruh unsur dari anak-anak muslim maupun non
muslim untuk terlibat. Contohnya dalam kegiatan mukharam itu
anak-anak non muslim juga terlibat.” (W/G/DH/25-07-2016/13.42
WIB).
Untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural peneliti juga melakukan wawancara dalam hal
mengenai strategi yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan
agama Islam berwawasan multikultural, menurut SP selaku Kepala Sekolah
strategi yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural yaitu:
“Strateginya yaitu karena ini ada hubungan dengan ranah
hukum, anak-anak belajar karena calon- calon pemimpin iya sejak
awal tentang kedisiplinan tata tertib itu tertulis berlaku pada
siapapun anak-anak kita, itu kan strategi nggih. memberikan ruang
gerak pada anak-anak yang punya talenta melalui kegiatan
ekstrakulikuler itu juga bentuk strategi mbak. Kemudian dari sisi
penegakan hukum yang berlaku di SMK N 3 Salatiga yaitu
menerapkan konsep boulding school nggih, jadi disitu ada hak dan
kewajiban. Kemudian anak-anak yang melanggar tata tertib supaya
di situ ada asas adil dan pemerataan kita menggunakan sistem
point. Kalau tidak menggunakan sistem point apabila yang
menanggani guru A dan B kan versinya berbeda-beda justru
55
muncul ketidak adilan (kae enak kae gak enak).” (W/KS/SP/25-07-
2016/10.54 WIB).
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga
a. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK N 3
Salatiga.
Menurut SP selaku Kepala sekolah faktor pendukungnya sebagai
berikut.
“Faktor pendukung yaitu persepsi bapak ibu guru itu harus
sama bahwa kita adalah orang tua kedua, supaya punya persepsi
yang sama cara pengelolaan anak. Dan yang kedua anak-anak juga
sama bahwa di sekolah ini adalah rumah kedua bagi mereka jadi
mereka merasa memiliki, rasa kecintaan terhadap lembaga, dan
nilai-nilai pendidikan. Kemudian ada apa-apa kita komunikasikan
kepada orang tua supaya sinergis orang jawa mengatakan (ono opo
di rembug bareng) sehingga masyarakat merasa memiliki ini adalah
lembaga bukan yang tercabut dari akarnya. Adanya unsur
transparansi dari sisi penganggaran.” (W/KS/SP/25-07-2016/10.54
WIB).
Senada dengan pertanyaan di atas, SK mengungkapkan.
“Faktor pendukung Cuma buku dan internet.” (W/G/SK/25-
07-2016/14.45 WIB).
Sedangkan menurut DH.
” Faktor pendukungnya yaitu sudah menyediakan tenaga
guru sesuai agama masing-masing, kedua siswa, karena
mempunyai latar belakang yang berbeda karena berasal dari
berbagai daerah tidak hanya dari jawa saja, diluar jawa juga ada
walaupun sama-sama satu jawa kan mempunyai adat istiadat yang
berbeda dengan karakter yang berbeda. Ketiga sarana prasarana
namun untuk ruangan khusus misa itu biasanya di kelas ataupun
untuk perayaan hari besar non Islam itu biasanya juga mengadakan
sendiri. Namun anak-anak Islam biasanya juga terlibat dalam
membantu pelaksanaan terutama OSIS (intinya ada kerja sama
yang baik anatar non muslim dengan yang Islam).” (W/G/DH/25-
07-2016/13.42 WIB).
56
b. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan multikultural
Menurut SP selaku Kepala Sekolah faktor penghambatnya sebagai
berikut.
“Kadang-kadang persepsi orang tua anak sekolah iya uwes,
ini karena latar belakang sosial ekonomi, pendidikan sih. Kemudian
setiap anak-anak yang bermasalah sekecil apapun guru BK dan
Wali Kelas itu harus terlibat ada apa itu harus di komunikasikan,
ada problem apa, ini adalah kendala. Kendala yang selanjutnya
adalah dari sisi pembiayaan nah pemerintah sudah memberikan
beberapa anggaran dengan dana BOS dan sebagainya. Tetapi
sebenarnya pengelolaan anak-anak SMK ini kan lebih mahal nah
sekolah ini adalah sekolah teknik maka perlu dikomunikasikan
kepada orang tua. Itu pun tidak selalu semua program kekeh tidak
boleh di ganggu gugat tidak bisa ditawar ndak .” (W/KS/SP/25-07-
2016/10.54 WIB).
SK selaku guru pendidikan agama Islam mengungkapakan bahwa
faktor penghambatnya adalah.
“Dari gurunya kurang menguasai hampir seluruh mapel
(hanya menguasai mapelnya sendiri).” (W/G/SK/25-07-2016/14.45
WIB).
Faktor penghambat disampaikan DH.
“Dari segi guru belum ada persepsi yang sama di dalam
memahami nilai-nilai kultural yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran (baik antara guru-guru agama Islam, kristen,
katholik).” (W/G/DH/25-07-2016/13.42 WIB).
57
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Keberagaman Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di
SMK Negeri 3 Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di
SMK Negeri 3 Salatiga mengenai keberagaman pendidikan agama Islam
berwawasan multikultural maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
Keragaman merupakan kenyataan yang dikehendaki oleh Allah
SWT, keragaman yang disengajakan ini tidak hanya berkenaan dengan ciri-ciri
lahiriah, pikiran, cara pandang, serta kebudayaan, tetapi keragaman dalam
keimanan dan keagamaan. Karena itu, pemaksaan keimanan dan keagamaan
merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Tidak ada
paksaan dalam agama. Jadi multikulturalisme menunjukan pada kesadaran
akan keragaman budaya masyarakat. Kesadaran demikian diharapkan dapat
mengantarkan manusia untuk dapat berinteraksi, dan bertoleransi (Rahardjo,
2010:25-28).
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada para siswa seperti, perbedan etnis,
agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses
pembelajaran lebih efektif dan mudah. Pendidikan multikultural sekaligus juga
untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap
58
demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka (Yaqin, 2005 :
25).
Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah gerakan
pembaharuan dan inovasi pendidikan agama dalam rangka menanamkan
kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan agama-
agama, dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling
memahami dan mengahargai persamaan, perbedaan dan keunikan agama-
agama (Baidhawy, 2005 : 85).
Pendidikan agama Islam berwawasan multikultural adalah salah
satu pendidikan yang dikaitkan dengan keragaman yang ada, baik itu berupa
keragaman agama, etnis, budaya, dan sebagainya. Hal ini banyak kita jumpai di
sekolah umum di satu kelas saja ada berbagai macam siswa yang beragam baik
itu dari segi agama, budaya, bahasa, dan sebagainya.
Begitu juga halnya yang ada di SMK N 3 Salatiga, siswa yang ada
itu sangat beragam. Sebagaimana data yang diperoleh dilapangan,
keberagaman yang ada di SMK N 3 Salatiga yaitu:
1. Dari segi agama. Semua orang di Indonesia tentu menyakini salah satu
agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia
mengakui enam agama yang ada di Indonesia. Agama itu adalah agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan konghucu. Sedangkan di SMK
N 3 Salatiga ada tiga macam agama yaitu agama Islam, Kristen, Katolik.
Seperti kita ketahui keberagaman dalam agama itu benar-benar terjadi.
Agama tidak mengajarkan untuk memaksakan keyakinan kita kepada orang
59
lain. Sehingga kita harus menghormati agama yang diyakini oleh orang lain,
melaksanakan ajaran agama dengan baik, bersikap toleran pada keyakinan
dan ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang mempunyai keyakinan dan
agama yang berbeda.
2. Dari segi budaya. Tiap suku bangsa memiliki adat istiadat dan budaya
sendiri. Budaya dan adat istiadat dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Maka terbentuklah bermacam-macam budaya dan adat istiadat.
Contonya dalam aspek bahasa ada bahasa jawa, bahasa madura, bahasa
sunda, dan sebagainya. Sedangkan dari bentuk kesenian daerah ada
bermacam-macam misalnya alat musik, tarian, lagu, dan seni pertunjukkan.
Contohnya alat musik di Jawa yaitu gamelan, di Jawa Barat ada angklung,
Betawi ada gambang kromong.
3. Dari segi gender. Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu laki-
laki dan perempuan. Gender adalah konsep hubungan sosial yang
membedakan kedudukan, fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat. Misalnya dalam sekolah antara laki-laki atau perempuan
semua dapat menjadi guru. Di SMK N 3 Salatiga pakaiannya harus sopan
dan rapi, untuk siswa putra rambutnya harus pendek, sedangkan siswa putri
ada yang pakai jilbab ada pula yang tidak pakai jilbab begitu juga dengan
guru ataupun karyawan ada yang berhijab ada pula tidak berhijab, di SMK
N 3 Salatiga tidak pernah memandang jenis kelamin disana juga ada siswa
putri yang mengambil jurusan teknik mesin yang seharusnya itu dilakukan
oleh siswa putra namun siswa putri pun juga ada, syaratnya siswa yang
60
ingin masuk di SMK N 3 Salatiga itu tidak buta warna, karena sekolahan ini
termasuk sekolah teknik yang berhubungan dengan listrik jadi siswa harus
mengetahui kabel berwarna putih, biru, dan merah. Apabila siswa tidak bisa
membedakan warna maka akan berbahaya. Sehingga gender adalah
meletakkan kedudukan, fungsi, dan peran antara laki-laki dalam masyarakat
secara sejajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keragaman multikultural yang ada di
SMK N 3 Salatiga itu bermacam-macam, baik dari segi agama, bahasa, gender,
dan lain-lain. Di SMK N 3 Salatiga ini tidak memandang siswa sebelah mata,
maksudnya dari manapun siswa tersebut bisa bersekolah disana, asalkan siswa
tersebut tidak buta warna, sehingga sekolah ini menghargai adanya suatu
perdedaan dan tidak ada yang namanya diskriminasi.
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di
SMK N 3 Salatiga
Pada penelitian ini dikemukakan beberapa hasil wawancara dan
observasi terkait proses pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan
multikutural di SMK N 3 Salatiga. Dalam pelaksanaan pendidikan agama
Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga ini berjalan sebagaimana
mestinya.
a. content intregation
Materi dapat dikategorikan menjadi dua yakni, teks dan konteks.
Teks berisi materi pelajaran yang bersifat normatif dan general, sementara
konteks merupakan realitas empiris-faktual yang bersifat partikular. Sumber
61
materi tidak hanya dihasilkan dari guru, tetapi juga berasal dari realitas yang
ada disekitarnya. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator, mediator, dan
menggunakan sarana pembelajaran agar dapat dijadikan untuk
mengoptimalkan pengetahuan dan pemahaman siswa (Naim dan Sauqi,
2008 :204).
Dalam proses pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan kurikulum.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Tentag Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, seta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam proses pembelajaran di SMK N 3 Salatiga menggunakan
kurikulum 2013, jadi dalam kurikulum 2013 itu mengacu pada delapan
standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Tujuan kurikulum 2013 untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban.
Saat pembelajaran akan berlangsung dimulai berdoa bersama
(membaca asmaul husna) di sentral sehingga siswa yang Islam membaca
asmaul-husna sedangkan yang non Islam berdoa sesuai agama dan
62
kepercayaannya masing-masing. Dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam di dalam satu kelas tidak hanya beragama Islam melainkan non
Islam pun ada. Guru agama Islam memasuki kelas dan mempersilahkan
agama yang non Islam tinggal di kelas ataupun keluar kelas, sehingga siswa
yang agamanya non Islam diberi kebebasan untuk tetap tinggal di kelas
sebagai siswa pasif ataupun keluar kelas untuk belajar sendiri sesuai
agamanya di perpustakaan. Namun banyak siswa yang non Islam tetap
tinggal di kelas sebagai siswa yang pasif.
Setiap siswa non Islam mempunyai guru agamanya masing-
masing. Salah seorang informan mengatakan agama Kristen juga
mempunyai guru agama Kristen, proses pembelajarannya dilakukan pada
hari juam‟at itu dilakukan secara serentak ( baik dari kelas X, XI, dan XII),
namun bagi agama khatolik tidak ada proses pembelajaran justru siswa
diberikan tugas sendiri (belajar sendiri) meskipun guru agama Khatoliknya
ada . Kaitan itu nampak kembali dengan jelas dalam rumusan pasal 4 UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dimana fungsi dan tujuan pendidikan
nasional bermuara pada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Kemudian juga diatur bahwa pendidikan agama itu diberikan sesuai
dengan agama yang dianut peserta didik dan dianjarkan oleh guru yang
seagama dengan peserta didik dan agama yang diajarkan. Apabila sekolah
tidak sanggup melaksanakan pendidikan agama bagi salah satu agama
seperti tidak memiliki gurunya dan lain-lain maka pemerintah memfasilitasi
penyelenggaraan pendidikan agama itu. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan
63
untuk secara adil menghormati hak pribadi setiap warga negara,
menghindari kerancuan dalam beragama, dan menghindari kemungkinan
pemeluk suatu agama untuk meniadakan pedidikan agama lain, atau bahkan
mengajarkan sesuatu agama yang dipeluknya kepada pemeluk agama lain.
Perpindahan agama adalah hak pribadi setiap warga negara juga, tetapi
perpindahan itu sesungguhnya baru sah dan absah ketika yang bersangkutan
telah beranjak dewasa. Sebelum usia dewasa, agama anak-anak harus
diidentifikasi dengan agama orang tuanya. Upaya perpindahan agama anak-
anak mungkin dapat disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Inilah
penghormatan yang luhur dan sejati terhadap hak asasi seseorang untuk
memeluk suatu agama atau pindah agama (Mudzhar, 2004: 5).
b. The knowledge construction process
Pada dimensi ini guru membantu siswa untuk memahami
bagaimana pengetahuan itu tersusun atau mengenai cara pandang dalam
disiplin ilmu, mengkreasikan pengetahuan agar siswa itu paham.
Dalam dimensi ini sesuai dengan hasil wawancara serta observasi
di SMK N 3 Salatiga, melakukan pembelajaran tidak hanya di lingkup
sekolahan. Jadi penerapannya baik di dalam suatu lingkup sekolah ataupun
diluar sekolah telah diterapkan bagaimana menghargai yang lebih tua,
menyanyangi yang lebih muda, kalau adik tingkat kepada kakak kelas tidak
boleh sembarangan memanggil, serta pendidikan agama Islam itu sudah
mencakup semua mata pelajaran baik itu Matematika, PPKN, dan
sebagainya. seperti materi tentang hibah, zakat itu adalah materi tentang
64
menghitung jadi itu juga termasuk pelajaran matematika, kemudian dalam
PPKN itu ada namanya cinta negara. Sehingga guru selalu menghubungkan
materi pembelajaran sesuai dengan kehidupan nyata agar siswa lebih mudah
untuk memahaminya.
c. An equity paedagogy
mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode
pengajaran mereka. Metode yang bisa diterapkan disini adalah dengan
menggunakan metode komunikatif dengan menjadikan aspek perbedaan
sebagai titik tekan. Metode dialog sangat efektif, apalagi dalam proses
belajar mengajar yang sifat kajian perbandingan agama dan budaya. Selain
dalam bentuk dialog, perlibatan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan
dalam bentuk “belajar aktif” yang dapat dikembangkan dalam bentuk
collaborative learning (Naim dan Sauqi,2008 : 57).
Dalam penyampaian materi seorang guru menggunakan sebuah
metode untuk mempermudah dalam penyampaian materinya. Salah seorang
informan mengatakan bahwa beliau menggunakan metode debat, diskusi.
Metode diskusi adalah metode yang dalam penerapannya dengan
cara membentuk suatu kelompok kecil dan memberikan suatu bahasan tema
tertentu, kemudian presentasi depan kelas dengan hasil dari diskusi tersebut.
Dari informan lain pun juga mengatakan bahwa dalam
penyampaian materi menggunakan metode TIK agar siswa tidak bosen serta
menggunakan metode sebab akibat. Ketika metode sebab akibat itu
diterapkan itu dapat memicu siswa untuk lebih kreatif dan giat belajar,
65
metode itu diterapkan dalam menghafal ketika salah seorang siswa tidak
menghafal disuruh membuat pertanyaan plus jawabannya. Sebagai contoh
dalam penerapan metode sebab akibat yaitu ketika siswa tidak menghafal
alasannya apa ditulis dalam kertas sehingga seorang guru dapat mengetahui
alasan siswa tersebut tidak menghafal karena apa, apa karena malas, atau
memang belum bisa membaca Al-Qur‟an.
Seorang informan juga mengatakan bahwa metode yang digunakan
saat pembelajaran berlangsung yaitu dengan mencari materi sendiri di
perpustakaan kemudian dipelajari materinya, setelah itu seorang guru
menerangkan apabila ada yang belum paham siswa bertanya lalu seorang
guru menjelaskan sampai siswa tersebut paham akan materi yang
disampaikannya. Jadi dalam dimensi ini siswa dapat memperoleh
pengalaman pendidikan hak dan persamaan kesempatan belajar
Dari sumber informan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama Islam menggunakan metode debat, diskusi,
sebab akibat, TIK, dll. Semua itu dilakukan agar siswa tidak merasa jenuh
saat pembelajaran berlangsung serta memotivasi siswa agar lebih giat dalam
pembelajaran.
d. Prejudice reduction
Menurut Ma‟arif (2007:40) ada tiga kunci pokok yng dapat dipakai
dalam mengembangkan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural,
khususnya pendidikan agama Islam. Pertama, pendidikan agama Islam
diintregasikan melalui pembelajaran dengan metode diskusi pada kelompok-
66
kelompok kecil. Melalui diskusi siswa bisa bertukar pikiran dengan siswa
yang lainnya demikian pula dengan guru. Guru mengkodisikan diskusi
dengan menyediakan sumber-sumber yang tidak terbatas atau menugaskan
siswanya untuk menemukan kasus yang aktual yang ada di lingkungan
sekitar mereka. Kedua, penumbuhan kepekaan dalam diri siswa terhadap
informasi, terutama yang berkaitan dengan masalah masyarakat
multikultural. Sebab di dalamnya terdapat perbedaan ethno-kultural dan
agama maupun subyek lain yang relevan. Ketiga, mengubah paradigma
yang menavikan sikap saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya yang berada ditengah-tengah masyarakat.
Dalam dimensi ini hasil yang diperoleh peniliti yaitu di SMK N 3
Salatiga menggunakan Model pembelajaran Cooperative learning, model
project dan metode yang digunakan adalah diskusi, TIK, debat, dan lain-
lain. Metode tersebut sudah dijelaskan dalam dimensi An equity paedagogy.
Dalam dimensi Prejudice reduction ini guru melakukan banyak usaha untuk
membantu siswa dalam mengembangkan perilaku postif tentang perbedaan.
Sehingga dalam dimensi ini ini hanya mengulas tentang penerapan dari
metode tersebut, semua metode tersebut digunakan untuk melatih siswa agar
saling bekerja sama serta menghargai perbedaan atau menghargai pendapat
antar kelompok. Karena dalam pendidikan agama Islam menanamkan nilai-
nilai budi pekerti, sikap, akhlak dan sebagainya. Sehingga siswa diharapkan
mampu menghargai apapun bentuk perbedaan yang ada, baik dari segi jenis
kelamin, agama, bahasa, dan lain-lain.
67
Dalam pelaksanaannya pun pendidikan agama Islam tidak hanya
dilakukan di dalam lingkup sekolahan, melainkan diluar sekolahan pun
diterapkannya pendidikan agama Islam berwawasan multikultural. Dari
hasil data yang diperoleh siswa yang diterima di SMK N 3 Salatiga,
sebelum mereka memasuki pembelajaran di SMK N 3 Salatiga ini ada
program pesantren kilat untuk mondok di pesantren agar mengenal adat
istiadat yang ada di lingkungan sekitar sekolah SMK N 3 Salatiga, secara
tidak langsung itu juga mengandung sistem pembelajaran pendidikan agama
Islam berwawasan multikultural yaitu diajarakan mengahargai apapun yang
ada di sekitar sekolah.
e. Empowering school culture and social
Dimensi Empowering school culture and social adalah dimensi
pemberdayaan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari
kelompok yang berbeda. Misalnya berkaitan dengan praktik kelompok,
partisipasi ekstrakurikuler dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di
sekolah. Dari hasil lapangan menunjukkan bahwa berbagai macam budaya
ataupun dari berbagai macam daerah di SMK N 3 Salatiga ini tidak menjadi
masalah, di SMK N 3 Salatiga ini tidak menonjolkan unsur kedaerahan
maksudnya ketika ada siswa yang berasal dari kota maupun kabupaten
ataupun yang lainnya tidak dibeda-bedakan. Dalam pembentukkan
kelompok ataupun sebuah organisasi pun sama tidak melihat dari segi
bahasa, agama, budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh ketika ada kegiatan-
kegiatan peringatan hari besar Islam siswa yang non Islam pun ikut serta
68
dalam membantu pelaksanaanya seperti dalam kegiatan mukharam, begitu
juga sebaliknya ketika siswa non Islam memperingati hari besar non Islam,
siswa Islam ikut membantu dalam pelaksanaannya terutama anggota OSIS.
Pendidikan agama Islam berwawasan multikultural itu perlu akan
adanya strategi. Strategi adalah suatu cara untuk menumbuhkan atau
mewujudkan sesuatu itu terwujud. Begitu juga dengan mengembangkan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural perlu adanya suatu strategi.
Strategi yang dapat dilakukan dalam pendidikan agama Islam berwawasan
multikultural sebagai berikut:
1) Siswa membuat surat pernyataan selama pendidikan siap melasanakan
agama dan keyakinan beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
2) Dengan menerapakan atau mengajarkan kepada siswa tentang kedisiplinan
sejak awal.
3) Menerapkan hak dan tanggung jawab agar siswa tidak melanggar aturan
atau tata tertib yang berlaku. Di SMK N 3 Salatiga ini menggunakan sebuah
sistem point, maksudnya ketika ada siswa melanggar tata tertib yang ada di
SMK N 3 Salatiga akan mendapatkan point, dan itu termasuk kebijakan dari
pihak sekolah, jadi antara guru satu dengan yang lainnya itu sama ketika
memberikan sebuah hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan
tanpa membeda-bedakan antara itu siswa yang pintar ataupun kurang pintar
tergantung point yang diterimanya, sehingga itu tidak akan menimbulkan
rasa iri antar siswa yang mendapatkan hukuman.
69
4) Memberikan ruang gerak pada anak-anak yang punya talenta melalui
kegiatan ekstrakulikuler. Agar bakat yang dimiliki siswa dapat berkembang.
C. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan Agama Islam
Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga
Dalam pendidikan agama islam berwawasan multikultural tidak
lepas dari yang namanya faktor pendukung dan faktor penghambat, dari hasil
data yang diperoleh di lapangan menyebutkan bahwa :
1. Faktor Pendukung Pendidikan Agama Islam berwawasan Multikultural
antara lain :
a. Menyediakan tenaga guru sesuai dengan agamanya masing-masing,
karena tiap anak berhak mendapatkan pembelajaran sesuai dengan
agamanya masing-masing.
b. Adaya dukungan dari pihak sekolah memberi kebijakan bagi siswa yang
beragama non Islam diberi kebebasan untuk tinggal di dalam kelas atau
keluar kelas saat pendidikan agam Islam berlangsung, dengan adanya
sistem ini bisa dikatakan adanya rasa menghargai terhadap berbagai
agama.
c. Adanya unsur transparansi dari segi penganggaran, program. Semua itu
dilakukan dalam bentuk tertulis untuk mengetahui masih kurang apa
tidak dalam pelaksanaan suatu pendidikan.
d. Sarana prasarana memadai. Dengan adanya sarana prasarana bisa
membantu proses belajar mengajar. Seperti buku, internet, mushola, dan
sebagainya.
70
Jadi faktor pendukung inilah yang menjadi penunjang pelaksanaan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural yang ada di SMK
Negeri 3 Salatiga.
2. Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam berwawasan Multikultural
Faktor penghambatnya adalah
a. Ketika siswa mempunyai masalah, siswa kurang berkomunikasi dengan
wali kelas ataupun BK, karena kebanyakan siswa merasa malu atau
tertutup dengan apa yang terjadi.
b. Masih banyak anak yang belum bisa membaca Al-Qur‟an. Semua itu
disebabkan banyak anak yang kurang suka belajar mengaji justru
mereka senang bermain dengan teman-temannya, dan orang tua kurang
memperhatikan hal tersebut.
c. Dari sisi pembiayaan masih kurang, sebenarnya pengelolaan anak-anak
SMK ini lebih mahal dibandingkan sekolah umum lainnya, karena SMK
lebih banyak praktiknya.
d. Dari pihak guru belum ada persepsi yang sama memahami nilai-nilai
kultural, karena mereka hanya menguasai sesuai bidangnya.
e. Tidak ada dukungan dari orang tua, kadang-kadang persepsi orang tua
anak sekolah iya sudah tanpa melihat kelakuan anaknya di dalam
sekolah, ini di karenakan latar belakang sosial ekonomi, pendidikan
orang tua yang rendah .
71
Dengan adanya faktor penghambat ini bisa dijadikan bahan
evaluasi, sehingga apa yang masih kurang dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam berwawasan multikultural ini bisa diperbaiki dalam waktu yang
akan datang.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari Pendidikan Agama Islam
berwawasan Multikultural adalah sebagai berikut :
1. SMK N 3 Salatiga merupakan sekolah yang bernuansa multikultural,
siswanya sangat beragam, berasal dari berbagai etnis yang ada di Indonesia
dengan latar belakang agama yang berbeda, budaya yang berbeda-beda pula.
Pendidikan agama yang ada di SMK N 3 Salatiga yaitu a) Agama Islam, b)
Kristen, c) Khatolik, selain dalam hal agama, keberagaman yang adapun
dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya, etnis, suku pun tidak
menjadi masalah, ada siswa yang berasal dari kota maupun dari kabupaten
jadi siapapun yang ingin bersekolah di SMK N 3 Salatiga dipersilahkan asal
tidak buta warna karena SMK ini termasuk sekolahan teknik.
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan Multikultural di SMK N
3 Salatiga sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan. a) siswa yang
non Islam saat proses pembelajaran berlangsung ternyata banyak yang
tinggal didalam kelas sebagai siswa pasif daripada keluar kelas, b) dalam
penyampaian materinya pun melalui metode baik itu metode diskusi,
ceramah, TIK, sebab akibat, maupun yang lainnya. Dengan adanya metode
tersebut dapat melatih siswa untuk saling bekerja sama, menghargai
perbedaan pendapat maupun yang lain. c) Selain itu proses pembelajaran
tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan diluar kelas pun di adakan
73
kegiatan seperti kegiatan kegiatan hari besar setiap agama seperti
mukharom, baik siswa yang Islam maupun non Islam pun juga terlibat.
3. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural
a. Faktor pendukungnya antara lain : a) Sudah menyediakan tenaga guru
sesuai dengan agamanya masing-masing, b) adaya dukungan dari pihak
sekolah memberi kebijakan bagi siswa yang beragama non Islam diberi
kebebasan untuk tinggal di dalam kelas atau keluar kelas saat pendidikan
agama Islam berlangsung, c) Sarana prasarana cukup memadai. Jadi
faktor pendukung inilah yang menjadi penunjang pelaksanaan pendidikan
agama Islam berwawasan multikultural yang ada di SMK Negeri 3
Salatiga.
b. Faktor penghambatnya antara lain : a) Kurang komunikasi antara siswa
dengan wali kelas ketika ada sebuah masalah, b) ada sebagian siswa yang
belum bisa baca Al-Qur‟an dengan baik, c) dari sisi pembiayaan masih
kurang, d) dari pihak guru belum ada persepsi yang sama memahami
nilai-nilai kultural, d) serta tidak ada dukungan dari orang tua.
74
B. Saran
1. Dalam Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural diperlukan
dukungan dari berbagai pihak, khususnya orang tua siswa dan guru mata
pelajaran umum agar tercipta sikap toleransi.
2. Perlu adanya peningkatan kerja sama antara guru agama Islam dengan guru
mata pelajaran umum dan lembaga-lembaga keagamaan untuk
meningkatkan toleransi umat beragama terutama dikalangan guru dan siswa.
3. Perlu diadakannya sosialisasi pendidikan multikultural agar para guru, siswa
serta seluruh anggota sekolah dapat menjalankan serta menerapkan
pendidikan multikultural dengan lebih baik, tanpa ada rasa terbebani
sedikitpun.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media
Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural.
Jakarta : Erlangga
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta : Lokus
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hasan, Ibrahim. 2002. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
Mudzhar, M.Atho.2004. Pendidikan Agama Dengan Wawasan Multikultural .
Jakarta : Jurnal Edukasi UIN Jakarta.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Ngainun Naim & Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan
Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
76
Nurdin, Muhamad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media
Nuryanto, M. Agus. 2008. Mazhab Pendidikan Kritis Menyikapi Relasi
Pengetahuan Politik dan Kekuasaan. Yogyakarta : Resist Book.
Rahardjo, Mudjia.2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang:
UIN Maliki Press
Soyomukti, Nurani. 2008. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Sukmadinata, Nana Syaodiah. 1999. Pengembangan Kurikulum dan Praktek.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Syarifuddin, Amir.1997. Ushul Fiqh. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Usman, Moh.Uzer. 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. 2012. Perubahan Sosial Dan Pendidikan Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
. 2004. Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa
Depan Dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT. Grafindo
Yaqin, M.Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding
Untuk Demokrasi Dan Keadilan. Yogyakarta : Pilar Media.
77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama Lengkap : Fitriyaningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tanggal Lahir : Kab.Semarang 13 Agustus 1994
Alamat Lengkap : Koripan RT/RW : 08/02 Kec.Susukan
Kab.Semarang
Email : Fitriyaningsih39@gmail.com
Motto : Pengikat ilmu adalah pena, maka tulislah apa yang
kamu kerjakan dan kerjakanlah apa yang kamu
tulis.
B. Riwayat Pendidikan
1. SD N Duren 01 Kec.Tengaran, lulus tahun 2006
2. SMP N 2 Susukan, lulus tahun 2009
3. SMA N 1 Suruh, lulus tahun 2012
4. IAIN Salatiga, lulus tahun 2016
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Karyawan ................................................................................ 45
Tabel II Daftar Siswa ...................................................................................... 47
Tabel III Sarana dan Prasarana.......................................................................... 48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Daftar guru SMK N 3 Salatiga
10. Dokumentasi
DAFTAR SATUAN KETERANGAN KEGIATAN
(SKK)
Nama : Fitriyaningsih
Nim : 111-12-032
Jurusan : PAI
Dosen PA : Agus Ahmad Suaidi, Lc,. M.A.
NO NAMA KEGIATAN TANGGAL
PELAKSANAAN
STATUS NILAI
1. Opak STAIN Salatiga 05-07 September 2012 Peserta 3
2. Opak Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga
08-09 September2012 Peserta 3
3. ODK STAIN Salatiga 10 September 2012 Peserta 2
4. Seminar Entrepreneurship
dan Perkroprasian 2012
(Explore Your
Entrepreneurship Talent)
11 September 2012 Peserta 2
5. Sertifikat Achicvement
Motivation Training
12 September 2012 Peserta 2
6. Sertifikat Library User
Education (Pendidikan
Pemakaian Perpustakaan)
13 September 2012 Peserta 2
7. Sertifikat Pra Youth
Leadership Training (Surat
Cinta Pembasmi Galau)
03 September 2012 Peserta 2
8. Seminar Kesehatan Wanita
Bersama AVAIL
15 Oktober 2012 Peserta 1
9. Seminar Nasional dalam
Rangka Pelantikan HMJ (
Kepemimpinan dan Masa
Depan Bangsa)
23 Februari 2013 Peserta 8
10. Workshop Nasional 4 metode 25 April 2013 Peserta 8
11. Seminar Pendidikan HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
(Menimbang Mutu dan
Kualitas Pendidikan di
Indonesia)
02 Mei 2013 Peserta 2
12. Seminar Nasional
Entrepreneurship
(Menumbuhkan Jiwa
Entrepeneur Generasi Muda)
27 Mei 2013 Peserta 8
13. Seminar HMPS (Kegiatan
Diklat Microteaching)
08 November 2014 Peserta 2
14. Sertifikat GSQ Umum ke-VI
Se-Jawa Tengah
05 November 2014 Peserta 5
15. Seminar Nasional
Mathematies learning with
hypnoteaching
22 November 2014 Peserta 8
16. Sertifikat PAB JQH Al-
Furqon STAIN Salatiga
(Menumbuhkan Karakter
13-14 Desember 2014 Peserta 2
Islami dan Qur‟ani)
17. Talkshow Nasional,
matematika, ilmu atau seni
14 Februari 2015 Peserta 8
18. Sertifikat Gebyar Seni
QUR‟ANI Ke-VII Tingkat
Jawa Tengah (Menyiarkan
Islam Melalui Apresiasi
Maha Karya Seni Qur‟aniy )
08 November 2015 Panitia 6
19. Seminar Nasional
Kewirausahaan dan
Disperindagkop Salatiga
Kewirausahaan (Jiwa Muda,
Berani Berwirausaha)
30 Oktober 2015 Peserta 8
20. Seminar Nasional Al
Khidmah Kampus Kota
Salatiga(Wacana Islam
Nusantara Dalam Menjaga
Kebhinekaan Dan Keutuhan
NKRI)
31 Oktober 2015 Peserta 8
21. Seminar Nasional HMJ
Ahwal Al-Syakhshiyyah
(Hak Gendder Kaum Difabel
Dalam Perspektif Sosiologi
Dan Hukum Islam)
24 Desember 2015 Peserta 8
22. Seminar Nasional PMII 19 Desember 2015 Peserta 8
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:
1. Bagaimana realitas keberagaman multikultural yang ada di SMK Negeri 3
Salatiga?
2. Bagaimana pelaksanaan PAI berwawasan multikultural di SMK Negeri 3
Salatiga?
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan Multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga?
Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
A. Pedoman observasi
1. Gambaran umum SMK N 3 Salatiga
2. Kegiatan proses belajar mengajar SMK N 3 Salatiga
B. Pedoman wawancara
No. Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber
1 Bagaimana realitas keberagaman
multikultural di SMK N 3
Salatiga?
1. Bagaimana realitas
keberagaman
multikultural di SMK
N 3 Salatiga?
Kepala Sekolah, dan
guru
2. Bentuk keberagaman
seperti apa yang ada di
SMK N 3 Salatiga?
Kepela Sekolah, dan
guru
2 Bagaimana pelaksanaan PAI
berwawasan multikultural di SMK
1. Kurikulum apa yang
digunakan di SMK N 3
Kepala Sekolah dan
guru
Negeri 3 Salatiga? Salatiga?
2. Bagaimana cara
penyampaian materi
pendidikan agama di
SMK N 3 Salatiga?
Guru, dan Siswa
3. Apakah guru agama
tiap masing-masing
agama itu ada di SMK
N 3 Salatiga?
Guru, dan Siswa
4. Metode apa saja yang
digunakan dalam
proses mengajar di
SMK N 3 Salatiga?
Guru, dan Siswa
5. Apakah ada perlakuan
khusus bagi penganut
agama tertentu ?
Guru
6. Apakah dalam PAI
selama ini sudah
terdapat muatan
pendidikan
multikutural?
Guru
7. Bagaimana strategi
SMK N 3 Salatiga ini
dalam menciptakan
budaya multikultural
yang baik bagi anak?
Kepela Sekolah
8. Langkah apa sajakah
yang dilakukan oleh
pihak sekolah dalam
pelaksanaan PAI
berwawasan
Multikultural
Kepala Sekolah
3 Apa faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan Multikultural di SMK
Negeri 3 Salatiga?
1. Apa saja faktor
pendukung dalam
pelaksanaan pendidikan
agama Islam
berwawasan
multikultural di SMK
N 3 Salatiga?
Kepala Sekolah, dan
guru
2. Apa saja faktor
penghambat
pelaksanaan pendidikan
agama Islam
berwawasan
multikultural di SMK
N 3 Salatiga?
Kepala Sekolah, dan
guru
C. Pedoman Dokumentasi
1. Identitas Sekolah
2. Sejarah Singkat SMK N 3 Salatiga
3. Visi dan misi
4. Sarana dan prasarana
5. Data ketenagaan dan siswa
6. Ekstrakurikuler dan prestasi siswa
7. Foto-foto proses pembelajaran berlangsung
KODE PENELITIAN
1. Narasumber
a. Kepala Sekolah : Suripan, S.Pd (SP)
b. Guru
1) Dulhadi, S.Ag.,M.Pd.I (DH)
2) Solikhin, S.Pd.i (SK)
c. Siswa
1) Prisci Amelia (PA)
2) Dina Arum (DA)
3) Adine Angga (AA)
2. Metode
Kode Metode Penelitian
W Wawancara
P Observasi
D Dokumentasi
3. Kategori Data
Kode Keterangan
S Siswa
G Guru
KS Kepala Sekolah
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Suripan (SP)
Hari, Tanggal : Senin, 25 Juli 2016
Waktu : 10.54 WIB
Tempat wawancara : Ruang Kepala Sekolah
Jabatan : Kepala Sekolah
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural di SMK N 3 Salatiga tahun 2015/2016.”
Narasumber : Oh, iya mbak silahkan.
Peneliti : Bagaimana sejarah berdirinya SMK N 3 Salatiga?
Narasumber : Nanti minta dokumen keruang kesiswaan saja iya
mbk.
Peneliti : Iya pak, lalu bentuk keberagaman seperti apa yang
ada di SMK N 3 Salatiga ini?
Narasumber : Keberagaman yang pertama dari dinas pendidikan
negeri kita tidak melakukan diskriminasi. Jadi apapun latar belakang ekonomi,
budaya, sosial, suku, adat istiadat tidak menjadi persyaratan itu berartikan salah
satu titik awal menghargai perbedaan.
Peneliti : Kurikulum yang digunakan di SMK N 3 Salatiga
ini apa iya pak ?
Narasumber : Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013
kemudian sama undang- undang karena disitukan ada delapan standar to mbak.
Standar isi lha itu kan isinya kajian kurikulum.
Peneliti : Bagaimana strategi SMK N 3 Salatiga ini dalam
menciptakan budaya multikultural yang baik bagi anak?
Narasumber : Strateginya karena ini ada hubungan dengan ranah
hukum, anak-anak belajar karena calon- calon pemimpin iya sejak awal tentang
kedisiplinan tata tertib itu tertulis berlaku pada siapapun anak-anak kita, itu kan
strategi nggih. Kemudian dari sisi penegakan hukum yang berlaku di SMK N 3
Salatiga yaitu menerapkan konsep boulding school nggih, jadi disitu ada hak
dan kewajiban. Kemudian anak-anak yang melanggar tata tertib supaya di situ
ada asas adil dan pemerataan kita menggunakan sistem point. Kalau tidak
menggunakan sistem point apabila yang menanggani guru A dan B kan
versinya berbeda-beda justru muncul ketidak adilan (kae enak kae gak enak).
Peneliti : Langkah apa sajakah yang dilakukan oleh pihak
sekolah dalam pelaksanaan PAI berwawasan Multikultural?
Narasumber : Siswa membuat surat pernyataan selama
pendidikan siap melasanakan agama dan keyakinan beribadah sesuai keyakinan
masing-masing. Termasuk kebutuhan anak ini gurunya pun kita siapkan sesuai
dengan agama yang Islam gurunya Islam, yang kristen dengan kristen, yang
katholik dengan katholik.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?
Narasumber : Pertama, persepsi bapak ibu guru itu harus sama
bahwa kita adalah orang tua kedua. Kedua adanya anak-anak. Ketiga, sarana
prasarana (ketika mau shalat Dzuhur kita fasilitasi mushola, mukena, dll).
Peneliti : Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?
Narasumber : Kadang-kadang persepsi orang tua anak sekolah
iya uwes. Kurangnya komunikasi antara siswa dengan wali kelas atau guru BK,
dari sisi pembiayaan nah pemerintah sudah memberikan beberapa anggaran
dengan dana BOS dan sebagainya. Tetapi sebenarnya pengelolaan anak-anak
SMK ini kan lebih mahal nah sekolah ini adalah sekolah teknik maka perlu
dikomunikasikan kepada orang tua. Itu pun tidak selalu semua program kekeh
tidak boleh di ganggu gugat tidak bisa ditawar ndak .
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : Iya, sama-sama mbak.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Dulhadi (DH)
Hari, Tanggal : Senin, 25 Juli 2016
Waktu : 13.42 WIB
Tempat wawancara : Ruang BK
Jabatan : Guru PAI
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural di SMK N 3 Salatiga tahun 2015/2016.”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?
Peneliti : Bentuk keberagaman seperti apa yang ada di SMK
N 3 Salatiga?
Narasumber : Bentuk pendidikan multikultural yang ada di SMK
3 Salatiga itu adalah dalam bentuk pembiasaan baik dalam pembelajaran di
kelas maupun kegiatan selama di sekolah sebelum pembelajaran itu ada doa
bersama yang dilakukan secara masal di pimpin oleh anak di sentral
(tempatnya di ruang guru) dan itu bagi anak yang non muslim itu untuk bisa
menghargai atau menghormati dengan cara dia berdoa sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing.
Peneliti : Kurikulum yang digunakan di SMK N 3 Salatiga
ini apa iya pak?
Narasumber : Untuk proses pembelajaran kami menerapakan
kurikulum 2013.
Peneliti : Metode apa saja yang digunakan dalam proses
pembelajaran?
Narasumber : Metode yang digunakan itu biasanya debat, diskusi
itu kan juga pendidikan multikultural.
Peneliti : apakah ada perlakuan khusus bagi siswa yang non
Islam saat pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung?
Narasumber : Dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung yang non muslim boleh ikut boleh tidak. Kalau ada yang
ikut kita persilahkan, ada juga juga banyak anak non muslim yang ikut.
Peneliti : Apakah tiap agama di SMK N 3 Salatiga sudah
ada gurunya?
Narasumber : Guru tiap agama itu ada sendiri budha ada
agamanya sendiri, kristen ada, katholik ada, Islam ada. Jadi anak mendapatkan
pelajaran agama sesuai dengan keyakinanya masing-masing jadi kita juga
menerapakn PP No. 55 tahun 2007 yaitu tiap anak itu mendapatkan pelajaran
agama sesuai dengan agamanya masing-masing.
Peneliti : Apakah dalam pendidikan agama Islam ini sudah
mencakup pendidikan multikultural?
Narasumber : Dalam PAI sudah mencakup pendidikan
multikultural iya termasuk bagaimana di dalam menghargai yang lebih tua,
menyanyangi yang lebih muda itu juga termasuk nilai-nilai multikultural.
Kalau anak kepada kakak kelas tidak boleh sembarangan memanggil.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural?
Narasumber : Faktor pendukungnya yaitu sudah menyediakan
tenaga guru sesuai agama masing-masing, kedua siswa karena mempunyai latar
belakang yang berbeda karena berasal dari berbagai daerah tidak hanya dari
jawa saja, diluar jawa juga ada walaupun sama-sama satu jawa kan mempunyai
adat istiadat yang berbeda dengan karakter yang berbeda. Ketiga sarana
prasarana namun untuk ruangan khusus misa itu biasanya di kelas ataupun
untuk perayaan hari besar non Islam itu biasanya juga mengadakan sendiri.
Namun anak-anak Islam biasanya juga terlibat dalam membantu pelaksanaan
terutama OSIS (intinya ada kerja sama yang baik anatar non muslim dengan
yang Islam).
Peneliti : Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga ini?
Narasumber : Dari segi guru, belum ada persepsi yang sama di
dalam memahami nilai-nilai kultural yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran (baik antara guru-guru agama Islam, kristen, katholik).
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : iya sama-sama. Kalau masih butuh data lagi
silahkan datang kesini.
Peneliti : Oh iya pak. Terimakasih. Assalamu‟alaikum.
Narasumber : Wa‟alaikumsalam.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Solikhin (SK)
Hari, Tanggal : Senin, 25 Juli 2016
Waktu : 14.45 WIB
Tempat wawancara : Mushola
Jabatan : Guru PAI
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam Berwawasan
Multikultural di SMK N 3 Salatiga tahun 2015/2016.”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?
Peneliti : Bentuk keberagaman yang ada di SMK N 3
Salatiga itu apa saja iya pak?
Narasumber : Bentuk pendidikan yang ada di SMK N 3 Salatiga
itu bermacam-macam, untuk agamanya yang saya ketahui itu baru tiga yaitu
Islam, Kristen sama Hindu
Peneliti : Kurikulum yang digunakan itu apa iya pak?
Narasumber : Kurikulum yang dipakai itu kurikulum 2013.
Peneliti : Metode apa saja yang digunakan dalam proses
pembelajaran?
Narasumber : Dengan menggunakan TIK agar siswa tidak bosen,
tanya jawab, sebab akibat, menggunakan angket.
Peneliti : Contoh dalam penggunaan metode angket itu
seperti apa iya pak?
Narasumber : Dalam bentuk kertas kecil kemudian anak itu
disuruh membuat pertanyaan dan jawaban kemudian anak itu yang ditunjuk
untuk maju kedepan dan yang didepan itu memberi pertanyaan dan yang
dibelakang menjawab pertanyaan itu.
Peneliti : Apakah ada perlakuan khusus bagi siswa yang non
Islam saat pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung?
Narasumber : Dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung yang non muslim boleh ikut boleh tidak.
Peneliti : Apakah dalam pendidikan agama Islam ini sudah
mencakup pendidikan multikultural?
Narasumber : Dalam PAI itu sudah masuk pendidikan
multikultural karena semua mata pelajaran itu kan suadah mencakup semuanya
baik itu matematika, seperti materi tentang hibah, zakat itu kan pasti ada di
pelajaran matematika, kemudian dalam PPKN itu ada namanya cinta negara,
sebenarnya ada Cuma, tinggal gurunya itu pandai atau bisa memasukan gak
materi-materi kesitu dan kemampuan guru seberapa.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural?
Narasumber : Buku dan internet.
Peneliti : Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga ini?
Narasumber : Dari gurunya kurang menguasai hampir seluruh
mapel (hanya menguasai sesuai bidangnya saja).
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : Iya sama-sama.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Prisci Amelia (PA)
Hari, Tanggal : Senin, 28 Juli 2016
Waktu : 11.00 WIB
Tempat wawancara : Ruang kelas XII Mekatronika 1
Jabatan : Siswa XII
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam berwawasan
multikultural 2015/2016” .
Narasumber : Wa‟alaikumsalam, O, iya mbak silahkan.
Peneliti : Kenapa kamu memilih sekolah disini?
Narasumber : Iya sesuai dengan dengan jurusan yang saya
inginkan, ditambah di SMK itu melatih keterampilan tidak hanya teori
melainkan langsung terjun langsung atau praktik, ditambah orang tua juga
mendukung untuk sekolah disini.
Peneliti : Bagaimana perasaan kamu sekolah disini?
Narasumber : senang.
Peneliti : Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, apakah siswa yang non Islam keluar kelas?
Narasumber : kan jadwal pembelajran Islam sudah ada sendiri,
sedangkan yang non Islam juga sudah ada sendiri. Kalau non Islam biasanya
hari jum‟at, jadi ada yang ikut di dalam kelas juga ada yang keluar kelas.
Peneliti : Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran biasanya itu apa?
Narasumber : Biasanya guru meminta kita meminjam buku,
kemudian dipelajari materinya, setelah itu guru baru menjelaskan mengenai
materi tersebut.
Peneliti : Selain meyakini kebenaran agama Islam apakah
juga diberi pengetahuan untuk menghargai agama lain.
Narasumber : Iya mbak diberitahu mengenai menghargai agama
lain, atau bentuk toleransi dengan agama lain.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak, tidak kok.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Dina Arum (DA)
Hari, Tanggal : Senin, 28 Juli 2016
Waktu : 11.20 WIB
Tempat wawancara : Depan ruang kelas XII Mekatronika 2
Jabatan : Siswa XII
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam berwawasan
multikultural 2015/2016” .
Narasumber : Wa‟alaikumsalam, iya mbak silahan.
Peneliti : Kenapa kamu memilih sekolah disini?
Narasumber : Karena disini ada jurusan yang saya inginkan .
Peneliti : Bagaimana perasaan kamu sekolah disini?
Narasumber : senang, teman-temannya menyenangkan.
Peneliti : Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, apakah siswa yang non Islam keluar kelas?
Narasumber : Siswa yang non Islam biasanya keluar kelas mbak.
Peneliti : Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran biasanya itu ap?
Narasumber : seperti biasanya yaitu, guru nulis di depan,
ceramah, pinjam buku, kemudian dipelajari materinya.
Peneliti : Selain meyakini kebenaran agama Islam apakah
juga diberi pengetahuan untuk menghargai agama lain.
Narasumber : Iya, diberi pengetahuan untuk saling toleransi
dengan agama lain.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya.
Narsumber : Iya mbak, sama-sama.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nama : Adine Angga (AA)
Hari, Tanggal : Senin, 28 Juli 2016
Waktu : 11.35 WIB
Tempat wawancara : Ruang kelas XII Mekatronika 2
Jabatan : Siswa XII
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat siang dik, perkenalkan nama saya
Fitriyaningsih dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “ Pendidikan Agama Islam berwawasan
multikultural 2015/2016” .
Narasumber : Siang mbak, iya mbak silahkan.
Peneliti : Kenapa kamu memilih sekolah disini?
Narasumber : Karena setelah lulus SMK ini saya ingin langsung
bekerja.
Peneliti : Bagaimana perasaan kamu sekolah disini?
Narasumber : Senang, karena jurusan yang saya ambil sesuai
dengan minat saya.
Peneliti : Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung, apakah siswa yang non Islam keluar kelas?
Narasumber : Keluar kelas mbak, agama saya kan kristen jadi
proses pembejaran dilakukan hari jum‟at.
Peneliti : Waktu pembelajaran berlangsung diikuti oleh
semua siswa apa hanya sesuai dengan jam pembelajarannya itu?
Narasumber : Semua siswa, dari kelas X, XI, dan XII.
Peneliti :Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak, tidak kok.
Daftar Guru PNS
SMK N 3 Salatiga
No Nama Mata Pelajaran
1. Suripan, S.Pd. Sejarah
2 Dra. Sri Hartati Pkn
3 Nuridah, S.Pd. Matematika
4 Sugiartini, S.Pd. Sejarah Indonesia
5 Dra. Ngizatun BP/BK
6 Dian Ardiyanto, S.Pd., M.Pd. Prod. Ototronika
7 Dulhadi, S.Ag., M.Pd.I. Pend. Agama Islam
8 Andria Vineta, S.Si. Fisika/ IPA Terpadu
9 Asih Niyati,S.Pd. Prakarya/KWR
10 Lamini, S.Pd. BP/BK
11 Siti Sulaikah, S.Pd., M.Pd. Bhs. Inggris
12 Hery Ridawati,S.Pd. Pkn
13 Fitri Nurhayati Sih W., S.Pt. Kimia
14 Dyah Sulistyorini, S.Pd. Matematika
15 Mariati, S.Pd., M.Pd. Prod. Mekatronika
16 M.Hafid, S.Ag. Agama Islam
17 Retno Agustin Dwi Astuti, S.Pd. Fisika
18 Drs. Sugeng Winarto Mesin
19 Sri Supadmi, S.Pd. Bhs. Inggris
20 Anis Fadilah, S.Pd., M.Sc. Matematika
21 Achiruddin Pasila, S.Pd. Penjaskes
22 Indaryanto, S.Pd.T. Teknik Mesin
23 Sulistiyo, S.Pd. Seni Budaya
24 Ani Kurniasari, S.Pd. Kimia
25 Daniel Adi Prabowo, S.Pd. Bahasa Jawa
26 Hendrik Ade Putra, S.Pd. Prod. Mekatronika
27 Puji Wijayanti, S.Pd. Bahasa Indonesia
28 Siswanto, S.Pd. Teknik Otomotif
29 Heru Lukman Wicaksono, S.Pd. Bahasa Jepang
30 Evita Rintarsih, S.Pd. Teknik Bangunan
31 Devy listyowati, S.P. Produktif Budidaya
32 Dewi Fatihatuzulfa, S.Psi. BP/BK
33 Djaru Purnomo, S.Pd. Teknik Mesin
34 Sukiningsih, S.Pd. Teknik Mesin
35 Daud Lanang Prabowo, S.Pd. Prod. Mekatronika
36 Syaefudin Afan Eko H., S.T. Teknik Mesin
37 Ayustina Krisniati, S.P. Pertanian
38 Zainal Arifin, S.Pd.T. Prod. Meketronika
39 Mahetasari, S.Ant Sejarah Indonesia
40 Eko Listyo Sahono, S.Pd. Teknik Mesin
41 Samsul Huda, S.Pd. Pend. Teknik Otomotif
42 Arif Rusgiono, S.Pd. Pend. Teknik Otomotif
43 Sidiq Suprayogi, S.Pd. Pend. Teknik Otomotif
44 Cahyono Dwi Atmoko, S.Pd.T. Pend. Teknik Otomotif
45 Eko Nuferi Yanto, S.Pd. Pend. Teknik Otomotif
46 Dimas Nico Saputra, S.Pd. Pend. Teknik Otomotif
47 Drs. Muh Towil Bhs. Indonesia
48 Ifana Tri Kusumastuti, S.P. Pertanian
Guru Tidak Tetap
SMK N 3 Salatiga
No Nama Mengajar Pelajaran
1 Pramesthi Dewi, S.Pd. Prod. Mekatronika/ KKP
2 Hasan Habib Nur W., S.Pd.T. Produktif Mesin
3 Samuel Ngasto Roso, S.Th. Pend. Agama Kristen
4 Anggit Dian Nugroho, S.Pd. Penjaskes
5 Hery Winarno, S.Pd. Produktif Agro
6 Ahmad Abdul Mutholib, S.Pd. Matematika
7 Anton Nugroho, S.Pd. Prakarya/ KWR
8 Angga Arga Wastu, S.Pd. Bhs. Inggris
9 Jupriyanto, S.Pd. Prod. Ototronika
10 Ardiana Angga Widiyanto,
S.Pd.
Oto
11 M. Chamid, A.Md. Simulasi Digital
12 Wiwid Haniffudin, S.Pd. Oto
13 Anjar Subagio, S.Pd. Prakarya/ KWR
14 Novi Widi Atmaja, S.Pd. Prod. Ototronika
15 Nurul Fitri, S.Pd. Bhs. & Sastra Indonesia
16 Aris Nursaid, S.Pd. Matematika
17 Wahyu Sharandavi, S.Pd. Prod. Mekatronika
18 Nor Rosidah, S.Pd. Penjaskes
19 Uswatun Khasanah, S.Pd. Bhs. Inggris/ Bhs. Indonesia
20 Wida Rahayu, S.Pd. Seni Budaya
21 Rina Wijayanti, S.Pd. Pend. Bhs. Jawa
22 Siti Noor Fauziah, S.Pd. Prakarya/KWR
23 Elys Munadziroh, S.Pd. Bhs. Indonesia
24 Fita Indrayani, S.Psi., S.Pd. BP/BK
25 Eko Budi Riyanto, S.Pd. Teknik Mesin
26 Nurul Septiana Rahmawati,
S.Pd.
Bahasa Jepang
27 Ema Apriadi, S.Pd. Bhs. Indonesia
28 Ayus Riana Isnawati, M.Sc. Matematika
29 Tri Rahma Adi S., S.Pd. TSM
30 Solikhin, S.Pd.I Pend. Agama Islam
31 Bayu Afrianto, S.Pd. Prod. Ototronika
32 Drs. Paulus Hau Pita BP/BK
33 Siti Muhtariyah, S.Ag. Pend. Agama Islam
34 Wahyu Sriyanti, B.A. Fisika
35 Dyah Ani, S.Pd. Sejarah Indonesia
36 Rita Permana Kelana Wati,
S.H.,M
PPKn
37 Drs. Eko Sudaryanto Welding
38 Dina Dyah Sari Rahmah, S.Pd. Geomatika
39 Masyhoed, S.Pd. Geomatika
40 Rina Tri Rahayu, S.Pd. Geomatika
DOKUMENTASI
Wawancara dengan SP
Wawancara dengan DH
Wawancara dengan SK
Wawancara dengan PA
Wawancara dengan DA
Visi Misi SMK N 3 Salatiga
Buku yang digunakan di SMK N 3 Salatiga
Kondisi Mushola SMK N 3 Salatiga
top related