granite sumatera rahman wahyudianto ( l2l 009 032 )

28
Sumatra Bukit Barisan di Sumatra dibentuk dengan cara seperti geantiklin Jawa Selatan. Selama Mesosoikum jalur ini merupakan bagian muka busur dari geantiklin yang berukuran lebih luas dari Bukit Barisan saat ini. Endapan di geosinklinal terlipat kuat membetuk isoklin dengan arah gerak dari timur laut ke barat daya. Proto Barisan masih terdapat batuan non-vulkanik. Sepanjang lereng timur dari geantiklin Barisan berumur Kapur masih terdapat granit yang telah mengalami perlipatan kuat. Busur ini dimulai dari pulau Berhala di selat Malaka utara, meluas di sepanjang Suligi-Lipat Kain dan Lisun-Kuantan, serta melipat kuat sampai sebelah timur danau Singkarak dan Jambi. Umur granit di bagian utara jalur (pada granit pembawa timah di Berhala dan Suligi- Lipat Kain) diperkirakan Yura. Di bagian lebih selatan berumur Karbon dan Permokarbon, dan sebagian pasca Trias. Kemungkinan granit di Lampung yang mengintrusi sekis kristalin dan geneis dari komplek batuan dasar tua merupakan bagian dari lipatan ini. Seperti halnya busur vulkanik Pulau Jawa dan Sunda Kecil, pulau Sumatra mengalami tiga siklus aktivitas vulkanisma. Siklus pertama terjadi pada akhir Paleogen dan diakhiri oleh pengangkatan intra Miosen. Pengangkatan ini diikuti oleh intrusi batolit granodiorit, yang menjadi dasar dari batuan vulkanik Andesit tua. Di permukaan kenaikan magma granit ini diikuti oleh erupsi paroksismal dari letusan Katmaian yang mengeluarkan aliran tufa asam dengan jumlah yang sangat besar. Sepanjang Neogen atas, siklus kedua aktivitas vulkanik Pasifik terbentuk dan diakhiri oleh pengangkatan Plio-Plistosen. Selanjutnya erupsi paroksismal itu ditutup oleh letusan magma batolit granit yang berada di dekat permukaan (Semangko, Ranau, Toba). Demikian juga tufa asam Lampung di Sumatra selatan dan tufa Bantam di Jawa Barat dan di selat Sunda dierupsikan pada periode ini. Akhirnya siklus ketiga terbentuk, menumbuhkan kerucut-kerucut vulkanik di sepanjang Bukit Barisan. Sedikit berbeda terdapat pada erupsi efusif basal olivin resen yang terjadi di Sukadana Lampung. Irupsi celah ini terdapat di tepi perisai kontinen Dataran Sunda, dan dapat disebandingkan dengan erupsi efusif basal di Midai, Niut - Karimun Jawa. Kepulauan barat Sumatra memberi gambaran yang berbeda dari busur luar Sistem Pegunungan Sunda. Selama zaman Tersier jalur ini merupaka

Upload: shegeatnoervieand

Post on 23-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

granit sumatera joss

TRANSCRIPT

Page 1: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

SumatraBukit Barisan di Sumatra dibentuk dengan cara seperti geantiklin Jawa Selatan. Selama Mesosoikum jalur ini merupakan bagian muka busur dari geantiklin yang berukuran lebih luas dari Bukit Barisan saat ini. Endapan di geosinklinal terlipat kuat membetuk isoklin dengan arah gerak dari timur laut ke barat daya. Proto Barisan masih terdapat batuan non-vulkanik. Sepanjang lereng timur dari geantiklin Barisan berumur Kapur masih terdapat granit yang telah mengalami perlipatan kuat. Busur ini dimulai dari pulau Berhala di selat Malaka utara, meluas di sepanjang Suligi-Lipat Kain dan Lisun-Kuantan, serta melipat kuat sampai sebelah timur danau Singkarak dan Jambi. Umur granit di bagian utara jalur (pada granit pembawa timah di Berhala dan Suligi-Lipat Kain) diperkirakan Yura. Di bagian lebih selatan berumur Karbon dan Permokarbon, dan sebagian pasca Trias. Kemungkinan granit di Lampung yang mengintrusi sekis kristalin dan geneis dari komplek batuan dasar tua merupakan bagian dari lipatan ini.Seperti halnya busur vulkanik Pulau Jawa dan Sunda Kecil, pulau Sumatra mengalami tiga siklus aktivitas vulkanisma. Siklus pertama terjadi pada akhir Paleogen dan diakhiri oleh pengangkatan intra Miosen. Pengangkatan ini diikuti oleh intrusi batolit granodiorit, yang menjadi dasar dari batuan vulkanik Andesit tua. Di permukaan kenaikan magma granit ini diikuti oleh erupsi paroksismal dari letusan Katmaian yang mengeluarkan aliran tufa asam dengan jumlah yang sangat besar.Sepanjang Neogen atas, siklus kedua aktivitas vulkanik Pasifik terbentuk dan diakhiri oleh pengangkatan Plio-Plistosen. Selanjutnya erupsi paroksismal itu ditutup oleh letusan magma batolit granit yang berada di dekat permukaan (Semangko, Ranau, Toba). Demikian juga tufa asam Lampung di Sumatra selatan dan tufa Bantam di Jawa Barat dan di selat Sunda dierupsikan pada periode ini. Akhirnya siklus ketiga terbentuk, menumbuhkan kerucut-kerucut vulkanik di sepanjang Bukit Barisan. Sedikit berbeda terdapat pada erupsi efusif basal olivin resen yang terjadi di Sukadana Lampung. Irupsi celah ini terdapat di tepi perisai kontinen Dataran Sunda, dan dapat disebandingkan dengan erupsi efusif basal di Midai, Niut - Karimun Jawa.Kepulauan barat Sumatra memberi gambaran yang berbeda dari busur luar Sistem Pegunungan Sunda. Selama zaman Tersier jalur ini merupaka palung busur dari Zona Barisan. Pada zaman Eosen, intrusi basa dan ultrabasa yang terserpentinitisasi hadir. Pada zaman Kwarter pembentukan busur geantiklin pada jalur ini dimulai, dan berlanjut sampai saat ini. Anomali isostatik negatif pada jalur ini menandakan adanya energi potensial yang mmungkin muncul. Pengangkatan pertama dari palung busur ini seluruhnya batuan non-vulkanik, dan sesuai dengan aturan umum dari evolusi orogen di Kepulauan Indonesia.

Pulau Barat Sumatra

Kepulauan ini memberi gambaran yang berbeda dari busur luar Sistem Pegunungan Sunda.  Selama  zaman Tersier  jalur ini merupaka palung busur dari Zona Barisan. Pada zaman Eosen, intrusi basa dan ultrabasa yang terserpentinitisasi hadir. Pada zaman Kwarter pembentukan busur geantiklin pada jalur ini dimulai, dan berlanjut sampai saat ini. Anomali isostatik negatif pada jalur ini menandakan adanya energi potensial yang mmungkin muncul. Pengangkatan pertama dari palung busur ini seluruhnya batuan non-vulkanik, dan sesuai dengan aturan umum dari evolusi orogen di Kepulauan Indonesia.  

Page 2: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Kondisi Geologi

Pola TektonikAktivitas geologi di wilayah Aceh dimulai pada zaman Miosen, yakni saat diendapkannya batuan yang dikenal sebagai Formasi Woyla. Pada zaman tersebut dihasilkan struktur geologi yang berarah selatan-utara, yang diikuti oleh permulaan subduksi lempeng India-Australia terhadap lempeng Eurasia pada zaman Yura Akhir. Pada periode Yura Akhir-Kapur diendapkan satuan batuan vulkanik. Selanjutnya, di atas satuan ini diendapkan batu gamping (mudstone dan wreckstone) secara tak selaras berdasarkan ditemukannya konglomerat atas.Pada akhir Miosen, Pulau Sumatera mengalami rotasi searah jarum jam. Pada zaman Pliopleistosen, arah struktur geologi berubah menjadi barat daya-timur laut, di mana aktivitas tersebut terus berlanjut hingga kini. Hal ini disebabkan oleh pembentukan letak samudera di Laut Andaman dan tumbukan antara Lempeng Mikro Sunda dan Lempeng India-Australia terjadi pada sudut yang kurang tajam. Terjadilah kompresi tektonik global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera dan pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan pada zaman Pleistosen.Pada akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, terjadi kompresi pada Laut Andaman. Sebagai akibatnya, terbentuk tegasan yang berarah NNW-SSE menghasilkan patahan berarah utara-selatan. Sejak Pliosen sampai kini, akibat kompresi terbentuk tegasan yang berarah NNE-SSW yang menghasilkan sesar berarah NE-SW, yang memotong sesar yang berarah utara-selatan.Pola tektonik wilayah Aceh dikontrol oleh pola tektonik di Samudera Hindia. Samudera Hindia berada di atas lempeng samudera (Indian – Australian Plate), yang bergerak ke utara dengan kecepatan 6–8 cm per tahun. Pergerakan ini menyebabkan Lempeng India – Australia menabrak lempeng benua Eropa – Asia (Eurasian Plate). Di bagian barat, tabrakan ini menghasilkan Pegunungan Himalaya; sedangkan di bagian timur menghasilkan penunjaman (subduction), yang ditandai dengan palung laut Java Trench membentang dari Teluk Benggala, Laut Andaman, selatan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, hingga Laut Banda di Maluku.

Page 3: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Gambar 1. Pola Tektonik Wilayah Indonesia

Di Sumatera, penunjaman tersebut juga menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P. Siberut hingga P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik di tengahnya, serta sesar aktif ’The Great Sumatera Fault’ yang membelah Pulau Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh. Sesar besar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma. Patahan aktif Semangko ini diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dan merupakan daerah rawan gempa bumi dan tanah longsor.Di samping patahan utama tersebut, terdapat beberapa patahan lainnya, yaitu: Sesar Aneuk Batee, Sesar Samalanga-Sipopok, Sesar Lhokseumawe, dan Sesar Blangkejeren. Khusus untuk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dihimpit oleh dua patahan aktif, yaitu Darul Imarah dan Darussalam. Patahan ini terbentuk sebagai akibat dari adanya pengaruh tekanan tektonik secara global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera serta pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan. Daerah-daerah yang berada di sepanjang patahan tersebut merupakan wilayah yang rawan gempa bumi dan tanah longsor, disebabkan oleh adanya aktivitas kegempaan dan kegunungapian yang tinggi. Banda Aceh sendiri merupakan suatu dataran hasil amblesan sejak Pliosen, hingga terbentuk sebuah graben. Dataran yang terbentuk tersusun oleh batuan sedimen, yang berpengaruh besar jika terjadi gempa bumi di sekitarnya.Penunjaman Lempeng India – Australia juga mempengaruhi geomorfologi Pulau Sumatera. Adanya penunjaman menjadikan bagian barat Pulau Sumatera terangkat, sedangkan bagian timur relatif turun. Hal ini menyebabkan bagian barat mempunyai dataran pantai yang sempit dan kadang-kadang terjal. Pada umumnya, terumbu karang lebih berkembang dibandingkan berbagai jenis bakau. Bagian timur yang turun akan menerima tanah hasil erosi dari bagian barat (yang bergerak naik), sehingga bagian timur memiliki pantai yang datar lagi luas. Di bagian timur, gambut dan bakau lebih berkembang dibandingkan terumbu karang.Dengan gambaran tersebut di atas, maka tidak hanya wilayah Aceh, namun wilayah-wilayah lain

Page 4: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa dan Nusa Tenggara juga perlu mewaspadai kemungkinan bencana serupa.

Sifat Fisik Batuan dan TanahBatuan di Aceh dapat dikelompokkan menjadi batuan beku dan batuan metamorfik atau malihan, batuan sedimen dan gunungapi tua, batugamping, batuan gunung api muda, serta endapan aluvium. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut.1. Kelompok batuan beku dan batuan metamorfik—terdiri dari: granit, diorit, gabro, sekis, dan batu sabak—terdapat di bagian tengah Bukit Barisan. Batuan bersifat padu, kelulusan airnya rendah, daya dukung fondasi bangunan umumnya baik, mampu mendukung bangunan bertingkat tinggi, dan jarang menjadi akuifer. Granit, diorit, dan gabro dapat digunakan sebagai bahan bangunan, meskipun tidak sebagus andesit. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung hingga pasir. Kesuburan potensialnya tergolong sedang karena kandungan silikanya yang tinggi.2. Kelompok batuan sedimen dan gunung api tua—terdiri dari breksi, konglomerat, dan lava—terdapat di bagian tepi Bukit Barisan dan daerah perbukitan rendah yang membentang dari Sigli hingga Pangkalanbrandan di Sumatera Utara. Sifat batuan umumnya padu, kelulusan airnya rendah, mampu mendukung bangunan bertingkat, dan dapat menjadi akuifer dengan produktifitas kecil hingga sedang. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lanau hingga pasir. Kesuburan potensialnya berkisar rendah hingga sedang.3. Batugamping terdapat memanjang di daerah Lhok Nga, sebelah selatan Banda Aceh, dan di Lampeunerut. Bersifat padu atau berongga, kelulusannya beragam tergantung dari banyaknya rongga. Pada batugamping padu, daya dukung terhadap pondasi tergolong bagus. Batugamping dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan baku semen. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung dan umumnya mempunyai kesuburan potensial tinggi.4. Kelompok batuan gunungapi muda—terdiri dari tufa, aglomerat, breksi volkanik, dan lava—terdapat di daerah perbukitan di sebelah selatan Lhokseumawe. Pada umumnya batuan bersifat agak padu, kelulusan airnya sedang hingga tinggi, dan daya dukung pondasi bagus. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung, lanau dan pasir; kesuburan potensialnya tinggi.5. Kelompok endapan aluvium—terdiri dari lempung dan pasir—terdapat di sepanjang pantai dan di sepanjang DAS Krueng Aceh, termasuk Kota Banda Aceh. Endapan masih bersifat lepas hingga agak padu, kelulusan airnya rendah hingga sedang, daya dukung pondasinya rendah hingga sedang, dan kesuburan potensial tanahnya rendah hingga tinggi.

Page 5: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

]

GEOMORFOLOGI SUMATERA

Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004, http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia.

Page 6: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Gambar 1 Peta Pulau Sumatera

http://www.jakartastreetatlas.com/peta/sumatera.htm

Geomorfologi Pulau Sumatera

Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).

Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).

Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.

Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas

Page 7: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

(http://www.geografi.web.id/2009/08/geomorfologi-sumatera.html)

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial.

Gunung Berapi di Sumatera

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

 

-           Aliran lava

-           Letusan gunung berapi

-           Aliran lumpur

-           Abu

-           Kebakaran hutan

-           Gas beracun

-           Gelombang tsunami

Page 8: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

-           Gempa bumi

 

Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra.

Berikut ini ialah gunung-gunung yang terdapat di Sumatera, Gunung ;

1) Abongabong

Ketinggian 2.985 meter (9.793 kaki), Lokasi Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan, Jenis Stratovolcano.

2)       Bacan Gutang

3)       Balai

4)       Balak

5)       Bandara (NAD)

Ketinggian 3.030  meter, Lokasi Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia, Jenis Gunung tidak berapi

6)       Bapagat

7)       Batee Hitam

8)       Bateekeubeu

9)       Berakah

10)   Bering

11)   Besagi

12)   Besar

13)   Beser

14)   Beteemecica

Page 9: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

15)   Bur ni Telong (NAD)

16)   Geureudong

17)   Daik

Ketinggian 1.165  meter, Lokasi Pulau Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau Indonesia, Jenis Gunung tidak berapi

18)   Dempo (Sumatera Selatan)

Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat 4°02′S 103°08′E / -4.03; 103.13 , Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 2009.

19)   Dingin

Ketinggian 1.279 meter (4.196 kaki) Lokasi Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

20)   Gampang

21)   Garba

22)   Gedang Seblat

Ketinggian 2.050 meter (6.726 kaki), Lokasi Bengkulu, Jambi, Indonesia.

23)   Geureudong

Ketinggian 2,885 meter (9,465 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia, Koordinat 4°48′47″N 96°49′12″E , Jenis stratovolcano Letusan terakhir 1937.

24)   Gumai

25)   Hitam

Ketinggian 1.279 meter (4.196 kaki) Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

26)   Hulu Air Putih

27)   Jabul

28)   Jadi

29)   Kaba

Ketinggian 1.938 meter (6.358 kaki) Lokasi Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan

Page 10: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

30)   Kalau

31)   Kayu Aro

32)   Kerinci

Ketinggian 3,805 m (12.484 ft) Ketinggian topografi 3,805 m (12.484 ft), Lokasi Jambi. Jenis Stratovolcano Busur/sabuk vulkanik Cincin Api, Pasifik Letusan terakhir 2009.

33)   Krakatau

Gunung Krakatau pada lukisan abad ke-19. Ketinggian 813 m (2,667 kaki), Lokasi Selat Sunda, Indonesia, Koordinat 6°6′27″LS,105°25′3″BT, Jenis Kaldera vulkanik. Letusan terakhir 4 Agustus 2009.

34)   Lelematsua

35)   Leuser (NAD)

36)   Lubukraya

Ketinggian 1.862 meter (6.109 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia Koordinat 1°28′41″N 99°12′32″E. / 1.478; 99.209Jenis stratovolcano Letusan terakhir tidak diketahui.

37)   Marapi Sumatera Barat

Koordinat 0°22′50″S 100°28′24″E. / -0.38056; 100.47333 Jenis Stratovolcano Umur batuan Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda Letusan terakhir 2004.

38)   Maras

Ketinggian 699  meter Lokasi Lokasi Pulau Bangka, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Geologi Jenis Gunung tidak berapi

39)   Masurai

Ketinggian 2.980 meter (9.777 kaki) Lokasi Jambi, Indonesia

40)   Mueajan

41)   Nanti

42)   Pandan

43)   Pandan Bungsu

Page 11: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

44)   Panetoh

45)   Panjang

46)   Pantai Cermin

47)   Pasaman

Ketinggian 2.900 meter (9.515 kaki), Lokasi Sumatera Barat, Indonesia Pendakian Rute termudah Desa Durian Kandang

48)   Patah

Ketinggian 2,817 meter (9,242 kaki), Lokasi Sumatra, Indonesia. Koordinat 4°16′S 103°18′E . Letusan terakhir 1994.

49)   Patahsembilan

50)   Payung

51)   Perkison (2300 m) NAD

Ketinggian 2.828  meter, Lokasi Kabupaten Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia. Jenis Gunung tidak berapi.

52)   Pesagi (2.262 m) Lampung

Ketinggian 2.262 meter, Lokasi Lampung. Pendakian Rute termudah Desa Hujung.

53)   Pesawaran (Lampung)

54)   Puet Sague

Ketinggian 2,801 meter, Lokasi Meureudu, Sigli, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia Koordinat 4°54′50″N 96°19′44″E. / 4.914; 96.329 Jenis Komplek Gunung berapi. Letusan terakhir 2000.

55)   Pinapan

56)   Pugung

Ketinggian 1.964 meter (6.445 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia.

57)   Punggur

Ketinggian 1.877 meter (6.158 kaki), Lokasi Lampung, Indonesia.

Page 12: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

58)   Rajabasa (Lampung)

Ketinggian 1,281 m (4.203 kaki). Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat 05°47′00″S 105°37′30″E. / -5.783333; 105.625 Jenis stratovolcano. Letusan terakhir tidak diketahui. Pendakian Rute termudah Desa Marambung.

59)   Ranai

Ketinggian 1.035  meter. Lokasi Pulau Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Jenis Gunung tidak berapi.

60)   Ratai

Ketinggian 1.681 meter (5.515 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia

61)   Ridingan

Ketinggian 1.608 meter (5.276 kaki). Lokasi Lampung, Indonesia

62)   Runcing

63)   Sago (2500 m) Sumatra Barat

Ketinggian 2.261 m (7 ft), Lokasi Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat 0°19′37″S 100°40′14″E

64)   Sanggul

65)   Seblat (Bengkulu)

Ketinggian 2.383 meter (7,818 kaki). Lokasi Bengkulu, Sumatera Selatan. Pegunungan Bukit Barisan. Pendakian Rute termudah Air Lisai

66)   Segama

67)   Sekicau

Ketinggian 1.718 meter (5.636 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

68)   Sembuang

69)   Seminung (Lampung)

70)   Seulawah Agam

Page 13: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Ketinggian 1.726 meter (5.663 kaki), Lokasi Sumatera, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 5°25′51″N 95°39′28″E . Jenis Stratovolcano, Letusan terakhir 1839

71)   Sibayak (2.212 m) Sumatra Utara

Sibayak pada tahun 1987 Ketinggian 2,212 m (7.257 ft), Lokasi Sumatera, Indonesia. Koordinat 3°12′0″N 98°31′0″E. / 3.2; 98.51667 Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 1881

72)   Sibuatan (Sumatera Utara)

73)   Sihabuhabu (Sumatera Utara)

74)   Sinabung (2.475 m) Sumatra Utara

Sinabung pada tahun 1987 Ketinggian 2.460 m (8 ft). Koordinat 3°10′12″N 98°23′31″E . Jenis Stratovolcano. Umur batuan Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 7 September 2010.

75)   Singgalang (2.877 m) Sumatra Barat

Gunung Singgalang Ketinggian 2.877 m (9 ft). Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°23′24″S 100°19′51″E . Jenis stratovolcano.

76)   Sipoimcim

77)   Sorik Marapi

Ketinggian 2.145 meter (7.037 kaki). Lokasi Sumatera Utara, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°41′11″S 99°32′13″E . Jenis Strato, Letusan terakhir 1987. Pendakian Pertama didaki tercatat tahun 1830

78)   Sumbing

Ketinggian 2,507 meter (8,225 kaki). Lokasi Sumatera, Indonesia. Koordinat 2°24′50″S 101°43′41″E . / -2.414; 101.728 Jenis Stratovolcano. Letusan terakhir 1921.

79)   Susup

80)   Talamau (Sumatera Barat)

Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Indonesia. Ketinggian 2.913 m (10 ft). Lokasi Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°16′29.14″N 99°55′46.28″E

81)   Talang (Sumatra Barat)

Page 14: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Ketinggian 2,597 m (8.520 ft). Lokasi Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan. Koordinat 0°58′42″S 100°40′46″E. / -0.97833; 100.67944Jenis Stratovolcano. Umur batuan Pleistosen Busur/sabuk vulkanik Busur Sunda. Letusan terakhir 2007

82)   Tampulonanjing

83)   Tandikat (Sumatra Barat)

Gunung Tandikat (kiri) dan Gunung Singgalang (kanan) dilihat dari Gunung Marapi Ketinggian 2.438 m (8 ft). Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Pegunungan Bukit Barisan Koordinat 0°25′57″S 100°19′1″E. Jenis stratovolcano

84)   Tanggamus (Lampung)

Ketinggian 2.102 meter (6.896 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

85)   Tanggang

Ketinggian 1.162 meter (3.812 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

86)   Tangkit Cumbi

Ketinggian 1.162 meter (3.812 kaki) Lokasi Lokasi Lampung, Indonesia

87)   Tangkit Tebak

88)   Tebo Salak

89)   Tengah Teras

90)   Tinjaulaut

91)   Ulumasen

Ketinggian 2.390 meter (7.841 kaki) Lokasi Lokasi Aceh, Indonesia

 

Bentuk Muka Bumi Sumatera

Bentuk permukaan Pulau Sumatera terdiri dari 3 bagian besar: (1). Bukit Barian, (2) Dataran rendah di bagian timur, (3) Jalur perbukitan (kaki timur bukit barisan).

Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (Aceh) sampai ujung selatan (Lampung) pulau Sumatra, memiliki panjang lebih kurang 1650 km. Rangkaian pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di

Page 15: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Jambi, berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut. Pegunungan Bukit Barisan terletak dekat pertemuan antara pelat tektonik Eurasia dan Australia.

Bukit Barisan Pegunungan

Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh. Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung. Titik tertinggi Gunung Kerinci -elevasi 3.805 m (12.484 ft) Panjang 1.025 mi (1.650 km), utara–selatan.

Jalur perbukitan (kaki gunung bukit barisan) adalah bekas cekungan yang tertimbun oleh endapan tebal, yang kemudian terangkat oleh tenaga endogen. Jalur ini banyak terdapat minyak bumi seperti: Sungai Komering, Sungai Bila dan antara Sungai Besitang-Krueng Meureudu.

1. Topografi Pulau Sumatera

Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :

a)        Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.

b)       Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis yang berulang-ulang. Zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).

1. Zona Barisan Sumatera Selatan

Zona ini dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :

Blok Bengkulu (The Bengkulu Block)

Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10° ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda. Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.

Blok Semangko (The Semangko Block)

Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi

Page 16: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).

Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi.

 

Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California. Memanjang di sepanjang Pulau Sumatra, mulai dari ujung Aceh hingga Selat Sunda, dengan bidang vertikal dan pergerakan lateral meng-kanan (dextral-strike slip).

Sesar ini menyebabkan terjadinya gempa di darat oleh sebab pelepasan energi di sesar/patahan Semangko apabila sesar tersebut teraktifkan kembali (peristiwa reaktivasi sesar) dengan bergesernya lapisan batuan di sekitar zona sesar tersebut. Pergerakan sesar yang merupakan salah satu sesar teraktif di dunia ini diyakini disebabkan oleh desakan lempeng India-Australia ke dalam lempeng Eurasia.

Bagian barat sesar ini bergerak ke utara dan bagian timur bergerak ke selatan. Jika lama tidak terjadi gempa besar, artinya sedang terjadi pengumpulan energi di patahan tersebut. Di sepanjang Patahan Sumatera ini terdapat pula ribuan patahan kecil yang juga dapat mengakibatkan rawan gempa. Seperti halnya gempa asal laut, gempa darat di Sumatera biasanya juga cukup besar dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.

Page 17: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko.

Blok Sekampung (The Sekampung Blok)

Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di Sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan maka Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.

1. Zone Barisan Sumatra Tengah

Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi.

Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di Sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang.

1. Zona Barisan Sumatra Utara

Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.

Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba)

Page 18: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151 terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m. Sejarah pembentukan Tumor Batak tidak diuraikan di sini mengingat memiliki sejarah volcano tectonic yang panjang dan lebih banyak bersifat geologis.

Pegunungan di Aceh

Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit. Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya. Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tektovulkanik maupun erupsi vulkan.

c)        Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.

Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut – Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.

Cekungan di Pulau Sumatera

Cekungan Sumatera Tengah

Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tiga puluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara.

Cekungan Sumatera Selatan

Page 19: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut – tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Tektonik Regional

Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung.

(http://hidayatardiansyah.wordpress.com/2008/02/12/geologi-regional-cekungan-sumatera-selatan/)

Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier (Eosen – Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia.

Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.

Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur cekungan. Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak – gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – selatan. Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan.

Cekungan BengkuluCekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan fore-arc di Indonesia. Cekungan forearc artinya cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore-arc; arc = jalur volkanik). Tetapi, kita menyebutnya demikian berdasarkan posisi geologinya saat ini.

Page 20: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc-nya sendiri tidak ada.

Begitulah yang selama ini diyakini, yaitu bahwa pada sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah, Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan Cekungan Sumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur).

Cekungan Bengkulu merupakan salah satu dari dua cekungan forearc di Indonesia yang paling banyak dikerjakan operator perminyakan (satunya lagi Cekungan Sibolga-Meulaboh). Meskipun belum berhasil menemukan minyak atau gas komersial, tidak berarti cekungan-cekungan ini tidak mengandung migas komersial. Sebab, target-target pemboran di wilayah ini (total sekitar 30 sumur) tak ada satu pun yang menembus target Paleogen dengan sistem graben-nya yag telah terbukti produktif di Cekungan-Cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

Gradient geothermal yang besar ini merupakan anomali pada sebuah forearc basin yang rata-rata di Indonesia sekitar 2.5 F/100 ft atau di bawahnya (Netherwood, 2000); Bila dibandingkan cekungan forearc lain, memang banyak publikasi menyebutkan thermal Cekungan Bengkulu di atas rata-rata. Itu pula yang dipakai sebagai salah satu pemikiran bahwa Cekungan ini dulunya bersatu dengan Cekungan Sumatera Selatan (pada Paleogen)—pemikiran yang juga didukung oleh tatanan tektonostratigrafinya.

Gradient geothermal dipengaruhi konduktivitas termal masing-masing lapisan pengisi cekungan dan heatflow dari basement di bawah cekungan. Apabila basementnya kontinen, maka ia akan punya heatflow yang relatif lebih tinggi daripada basement intermediat dan oseanik. Selain itu, kedekatan dengan volcanic arc akan mempertinggi thermal background di wilayah ini dan berpengaruh kepada konduktivitas termal. Gradient geothermal yang diluar kebiasaan ini, tentu saja baik bagi pematangan batuan induk dan generasi hidrokarbon.

1. Bentuk-bentuk Lahan

Bentuk lahan struktural

Ngarai Sianok, terbentuk akibat adanya patahan Semangko

Bentuk lahan vulkanik

Gunung Api Dempo. Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki), Lokasi Sumatera Selatan.

Bentuk lahan pelarutan

Page 21: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Gua Harimau di wilayah Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan

Bentuk lahan fluvial

Pulau Kemaro, di tengah sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan

Bentuk lahan marin

Bungus Bay, Padang

Gosong Sinyaru

Letak Gosong sinyaru ini Terletak di dekat Pulau sinyaru Kodya padang berjarak kira-kira 3 mil arah selatan teluk bayur. Hanya sekitar 40 menit dari pelabuhan Muara Padang atai sekitar 30 menit dari TPI Bungus, kita sudah sampai kepulau ini dengan mempergunakan perahu 80 HP. Pulau ini merupakan pulau yang relatif kecil yang terletak lebih kurang 11 mill dari pusat kota Padang. Setiap harinya puluhan kapal-kapal nelayan bagan yang berasal dari kawasan Bungus lego jangkar di sekitar perairan pulau ini untuk berlindung dan menunggu hari sore untuk berangkat ketengah laut mencari ikan. Pantainya terdiri dari pasir putih halus dan landai. Keindahan bawah lautnya dapat dilihat di sekeliling pulau yang ditumbuhi oleh karang dari acropora bercabang, heliopora, pada kedalaman 2-3 meter lebih didominasi oleh pertumbuhan karang-karang lunak. Pertumbuhan karang ditemukan sampai dengan kedalaman 15 meter menjadikan panorama lautnya menjadi indah untuk diselami. Lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat penyelaman scuba dan snorkelling karena didukung oleh kejernihan air dan keanekaragaman terumbu karangnya yang cukup padat.

Bentuk lahan biologis

Langkat, Sumut – Kerusakan hutan mangrove (bakau), karena beralih fungsi menjadi lahan tambak dan kebun sawit, semakin nyata terjadi di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Page 22: Granite Sumatera Rahman Wahyudianto ( L2L 009 032 )

Bentuk lahan antropogenik

Teluk bayur

http://adesanjaya.com/tag/pelabuhan-pulau-baai-bengkulu/page/2

Pelabuhan Baai Bengkulu Terletak Di Pantai Barat Pulau Sumatera

Sawahlunto Merupakan Kota Kecil Yang Terletak di Sumatera Barat,

Bentuk lahan denudasional

Bukit Maninjau

Bencana tanah longsor dari perbukitan Leter W di pinggiran Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, awal Oktober 2009 dan merusak empat jorong (kampung) merupakan peristiwa ulangan yang pernah terjadi tahun 1980.

Bentuk lahan glasial

Bentuk lahan angin