skenario b blok 26
Post on 27-Dec-2015
122 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIALSKENARIO B BLOK 26
Kelompok 7Tutor : dr. Wresnindyatsih, Sp. PA, M. Kes
Amir Ibnu Hizbullah 04111401032
M. Addien Prima Nanda 04111401037
Yusti Desita Indri AniMuharam Yoga Kharisma
0411140104204111401043
Maya RentinaDhilah Juas Ainun
0411140105504111401060
Arie Wahyudi Wijaya 04111401071
Teguh Ridho Perkasa 04111401080
Syena Damara Riza Gustam 04111401081
Prabashni Ramani 04111401093
Faris Naufal Afif 04111401077
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2014KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario B Blok 26”
sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan
kita, nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 26 yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis
menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan materi dan
perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga bermanfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, 20 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab II Pembahasan
2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
IV. Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VII. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar
Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Infeksi tropik adalah Blok 26 pada Semester 7 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai Malaria Vivax.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Skenario B Blok 26
Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang timbul sejak pulang
dari Bangka 6 bulan yang lalu. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai mnggigil dan
berkurang setelah keluar keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa
penuh di perut.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi : 96x/menit, RR :
24x/menit, temp axilla 39o celcius
Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB
Thorax : Paru dan jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstrremitas : edema pretibia -/-
Pemeriksaan Penunjang :
Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3
DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form cenderung tebal dan
kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan terdapat Schuffner’s dot
2.2. Klarifikasi Istilah
1. Demam : Kenaikan suhu tubuh di atas normal (37,2o)
2. Menggigil : Keadaan tubuh yang gemetar secara involunter seperti demam
3. Mual : Perasaan tidak nyaman di epigastrium seperti ingin muntah
4. Sklera ikterik : Bagian putih mata yang berwarna kuning
5. Ring form : Gambaran apusan darah berbentuk cincin
6. Schuffner dot : Gambaran pada pulasan darah yang biasanya ditemukan pada
plasmodium ovale dan plasmodium vivax dimana terlihat seperti
titik-titik halus berwarna merah muda yang tampak dalam eritrosit.
7. Ameboid : Gambaran mikroskopik dimana sitoplasma tidak teratur
2.3. Identifikasi Masalah
1. Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang timbul sejak
pulang dari Bangka 6 bulan yang lalu.
2. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai mnggigil dan berkurang setelah keluar
keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa penuh di perut.
3. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi : 96x/menit, RR :
24x/menit, temp axilla 39o celcius
Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB
Thorax : Paru dan jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstrremitas : edema pretibia -/-
4. Pemeriksaan Penunjang :
Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3
DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form cenderung
tebal dan kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan terdapat Schuffner’s dot
2.4. Analisis Masalah
Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang
timbul sejak pulang dari Bangka 6 bulan yang lalu.
a. Apa hubungan riwayat berpergian pasien dengan keluhan ?
Daerah endemis malaria dibedakan menjadi endemis tinggi, endemis
sedang dan endemis rendah. Dikatakan endemis tinggi jika API-nya lebih besar
dari 50 per 1.000 penduduk. Seperti di Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan), dan NTT.
Sedangkan endemis sedang bila API-nya berkisar antara 1 sampai kurang
dari 50 per 1.000 penduduk. Di antaranya di Aceh (Kabupaten Siemeulu), Bangka
Belitung, Kepri (Kabupaten Lingga), Jambi (Kabupaten Batang Hari, Merangin,
dan Sorolangun), Jawa Tengah (Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas,
Pekalongandan Sragen), dan Jawa Barat (Sukabumi, Garut, dan Ciamis). Adapun
endemis rendah bila API-nya 0 - 1 per 1.000. Ini di antaranya sebagian Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
Keadaan geografis Bangka
- Banyak daerah pantai, rawa, air payau, hutan lebat, pada daerah rawa banyak
terdapat hutan bakau.
- Banyak terdapat genagan air seperti danau kecil bekas galian tambang (galian
timah).
- Iklim tropis tipe A, suhunya 26o – 28,1o C.
Habitat Nyamuk
- Anopheles Sundaicus : dikawasan muara sungai (air payau), salinitas 12% -
18%.
- Anopheles Moculatus : didalam kolam air / anak sungai di kawasan bukit.
- Anopheles Vagus, Anopheles Subpictus, Anopheles Tesselatus, Anopheles
Farauti : genangan air bekas galian tanah yang ditumbuhi berbagai jenis rumput,
air jernih dengan pH 6-8, salinitas 0%.
Hubungannya :
Sesuai dengan riwayat berpergiannya ke Bangka sangat berhubungan dengan habitat
nyamuk Anopheles.
b. Apa etiologi dan mekanisme demam yang hilang timbul ?
Plasmodium(virus) masuk System imun bekerja mempertahankan
tubuh Makrofag memfagosit plasmodium Makrofag membentuk APC
(antigen precenting cell) Memicu pengeluaran interleukin 1 (IL 1) sebagai anti
infeksi IL 1 Merangsang sel endothel hypothalamus mengeluarkan Asam
arakhidonat Memicu hipotalamus mensekresi prostaglandin Hypothalamus
meningkatkan setter suhu tubuh pada termogulator Demam
2. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai menggigil dan berkurang setelah
keluar keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa penuh di
perut.
a. Apa makna klinis dari demam muncul setiap hari sejak 6 hari yang lalu disertai
menggigil ?
Menggambarkan bahwa pasien telah masuk ke stadium merozoit dimana
merozoit lolos dari fagositosis di hati dan lien sehingga menimbulkan gejala
b. Apa jenis demam yang menggambarkan kondisi pasien?
Demam intermitten : suhu kembali normal setiap hari umumnya pada pagi
hari namun memuncak pada siang hari
c. Apa etiologi dan mekanisme dari demam disertai menggigil dan berkurang setelah
keluar keringat dingin ?
Pecahnya SDM yang berisi skizon mengeluarkan bermacam-macam
antigenmerangsang makrofag,monosit atau limfosit mengeluarkan berbagai
macam sitokin (diantaranya IL-1) mengaktifkan sel Tmerangsang sel T
untuk memproduksi limfokin menimbulkan panas yang tinggi (disertai dengan
mekanisme TNF alfa) dikompensasi dengan mengigil dan keringat dingin.
d. Apa etiologi dan mekanisme dari sakit kepala ?
infeksi parasit plasmodium siklus RBC mengalami lisis terjadi
penggumpalan terjadi penyumbatan pembuluh darah ke otak sakit kepala
e. Apa etiologi dan mekanisme dari mual dan rasa penuh di perut?
Pada stadiun eksoeritrositik banyaknya sel hati yang rusak hepatomegali
menekan lambungperasaan penuh dan mual
3. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi :
96x/menit, RR : 24x/menit, temp axilla 39o celcius
Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB
Thorax : Paru dan jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstrremitas : edema pretibia -/-
a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
Demam : Timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag.
Monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain
TNF (tumor nekrosis factor). TNFhipothalamuspengaturan set point suhu
tubuh demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan
waktu yang berbeda-beda.
p.falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.vivax/ovale 48 jsm, dan P.malariae
72 jam. Demam pada P.falciparum dapat terjadi setiap hari dan P.malariae demam
timbul selang waktu 2 hari
Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat yang bertambah.
Pembesaran KGB : sel-sel limfosit yang ada di KGB memfagosit merozoit yang
berada sekitarnya Sel limfosit berisi merozoit pembesaran KGB
4. Pemeriksaan Penunjang :
Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3
DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form
cenderung tebal dan kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan
terdapat Schuffner’s dot
a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan penunjang ?
Anemia
Anemia disebabkan oleh:
- Penghancuran eritrosit yang berlebihan
- Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
- Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum
tulang
5. Apa saja diagnosis banding kasus ini ?
Malaria Vivax
Malaria falciparum
6. Apa diagnosis kerja nya?
Malaria tertian
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis (termasuk pemeriksaan penunjang) ?
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan
darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT – Rapid Diagnostik Test).
A. Anamnesis
1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai rasa sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
- Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
- Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
- Riwayat sakit malaria
- Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
- Riwayat mendapat transfusi darah
2. Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan
dibawah ini:
- Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
- Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
- Kejang-kejang
- Panas sangat tinggi
- Mata atau tubuh kuning
- Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
- Nafas cepat dan atau sesak nafas
- Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
- Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
- Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria)
- Telapak tangan sangat pucat
B. Pemeriksaan Fisik
- Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5° C)
- Konjungtiva atau telapak tangan ikterus atau pucat
- Pembesaran limpa (splenomegali)
- Pembesaran hati (hepatomegali)
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple) untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria (positif atau negatif).
2. Pemriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan
menggunakan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Kemampuan rapid test
yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:
- Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum
- Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non falciparum
8. Bagaimana epidemiologinya?
Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic
malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar
didaerah tropis dan subtropis seperti Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara
Afrika.
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir semua wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401
orang, slide positive rate (SPR): annual paracitic index (API): 0,08o/oo. CFR di rumah
sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan, di provinsi Jawa tengah tahun 1999; API
sebanyak 0,35 o/oo, sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan P.vivax.
Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun,
mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07
pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur,
sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.
9. Bagaimana patogenesisnya ?
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada
umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan.
- Sporozoit (dari kelenjar ludah nyamuk anopheles) masuk ke tubuhmenuju hati
(stadium eksoeritrositik) sporozoit berkembang menjadi Schizon cryptozoit
pembelahan menjadi merozoit cryptozoit sel parenkim hati pecah merozoit keluar
beberapa di fagosit oleh makrofag dan yang lainnya mengulang siklus reproduksinya di
parenkim hati.
- Sebagian merozoit lainnya masuk ke dalam sel darah merah (stadium
erotrositik)trofozoitmulai membentuk pigmen malaria (sitoplasma membesar dan
bentuk tidak teratur) schizon mudaschizon matangmenghasilkan banyak merozoit
SDM pecah
- Sebagian merozoit difagosit namun beberapa lainnya meamasuki SDM kembali dan
mengulangi siklus schizogoni, dan sebagian lainnya memasuki siklus seksual
(mikrogametosit(jantan dan makrogametosit (betina) dihisap kembali oleh nyamuk
berfertilisasi zigot (di lambung nyamuk) ookinet ookista sporozoit
10. Bagaimana penatalaksanaanya?
11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi ?
Malaria serebral : 2% pada penderita non-imun. 20-50% menyebabkan kematian.
Gagal ginjal akut: Sering terjadi pada malaria dewasa. Kelainan fungsi ginjal dapat
terjadi karena dehidrasi (>50%) dan hanya 5% disebabkan oleh nekrosis tubular akut.
Kelainan Hati : Karena sel parenkim hati yang terus diserang oleh plasmodium
hepatomegali
12. Apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ?
Tanggap dan waspada terhadap para turis yang baru dari daerah endemis
malaria
Menghindari dari gigitan nyamuk :
- Tidur menggunakan kelambu
- Menggunakan obat pembunuh nyamuk, lotion, asap ,dst
- Memakai proteksi bila berada di alam bebas.
- Vaksinasi malaria bila memungkinkan.
- Konsumsi obat Kloroquin atau doxicycline
13. Bagaimana prognosisnya?
Malaria vivax: prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama 2 bulan atau lebih.
bonam
14. Berapa SKDI untuk kasus ini ?
4a. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
2.5. Sintesis
2.5.1 Malaria Vivax
Daerah endemis malaria dibedakan menjadi endemis tinggi, endemis
sedang dan endemis rendah. Dikatakan endemis tinggi jika API-nya lebih besar
dari 50 per 1.000 penduduk. Seperti di Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
Barat, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan), dan NTT.
Sedangkan endemis sedang bila API-nya berkisar antara 1 sampai kurang
dari 50 per 1.000 penduduk. Di antaranya di Aceh (Kabupaten Siemeulu), Bangka
Belitung, Kepri (Kabupaten Lingga), Jambi (Kabupaten Batang Hari, Merangin,
dan Sorolangun), Jawa Tengah (Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas,
Pekalongandan Sragen), dan Jawa Barat (Sukabumi, Garut, dan Ciamis). Adapun
endemis rendah bila API-nya 0 - 1 per 1.000. Ini di antaranya sebagian Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi.
Keadaan geografis Bangka
- Banyak daerah pantai, rawa, air payau, hutan lebat, pada daerah rawa banyak
terdapat hutan bakau.
- Banyak terdapat genagan air seperti danau kecil bekas galian tambang (galian
timah).
- Iklim tropis tipe A, suhunya 26o – 28,1o C.
Habitat Nyamuk
- Anopheles Sundaicus : dikawasan muara sungai (air payau), salinitas 12% -
18%.
- Anopheles Moculatus : didalam kolam air / anak sungai di kawasan bukit.
- Anopheles Vagus, Anopheles Subpictus, Anopheles Tesselatus, Anopheles
Farauti : genangan air bekas galian tanah yang ditumbuhi berbagai jenis rumput,
air jernih dengan pH 6-8, salinitas 0%.
1. Patogenesis
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada
umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan.
- Sporozoit (dari kelenjar ludah nyamuk anopheles) masuk ke tubuhmenuju hati
(stadium eksoeritrositik) sporozoit berkembang menjadi Schizon cryptozoit
pembelahan menjadi merozoit cryptozoit sel parenkim hati pecah merozoit keluar
beberapa di fagosit oleh makrofag dan yang lainnya mengulang siklus reproduksinya di
parenkim hati.
- Sebagian merozoit lainnya masuk ke dalam sel darah merah (stadium
erotrositik)trofozoitmulai membentuk pigmen malaria (sitoplasma membesar dan
bentuk tidak teratur) schizon mudaschizon matangmenghasilkan banyak merozoit
SDM pecah
- Sebagian merozoit difagosit namun beberapa lainnya meamasuki SDM kembali dan
mengulangi siklus schizogoni, dan sebagian lainnya memasuki siklus seksual
(mikrogametosit(jantan dan makrogametosit (betina) dihisap kembali oleh nyamuk
berfertilisasi zigot (di lambung nyamuk) ookinet ookista sporozoit
2. Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan
pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT – Rapid
Diagnostik Test).
A. Anamnesis
1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai rasa sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
- Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria
- Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
- Riwayat sakit malaria
- Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
- Riwayat mendapat transfusi darah
2. Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan
dibawah ini:
- Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
- Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
- Kejang-kejang
- Panas sangat tinggi
- Mata atau tubuh kuning
- Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
- Nafas cepat dan atau sesak nafas
- Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
- Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
- Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria)
- Telapak tangan sangat pucat
B. Pemeriksaan Fisik
- Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5° C)
- Konjungtiva atau telapak tangan ikterus atau pucat
- Pembesaran limpa (splenomegali)
- Pembesaran hati (hepatomegali)
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple) untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria (positif atau negatif).
2. Pemriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan
menggunakan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Kemampuan rapid test
yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:
- Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum
- Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non falciparum
3. Penatalaksanaan
2.6 Kerangka Konsep
BAB III
KESIMPULAN
Tn Yasin , 38 tahun dengan keluhan demam disertai menggigil menderita Malaria Vivax
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Kumala, Poppy, Dyah Nuswantari. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Volume 1 & 2 Edisi 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Bakta, I.M ., 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC.
Weiss, G.,Goodnough, L.T., 2005. Anemia of Chronic Disease.Nejm, 352 : 1011-1023.
Dunn, A., Carter, J., Carter, H., 2003. Anemia at the end of life: prevalence, significance, and causes in patients receiving palliative care. Medlineplus. 26:1132-1139.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta : Interna Publishing.
top related