referat meningitis tuberkulosa anie
Post on 04-Jun-2018
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
1/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua
orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang mempunyai resiko
tinggi untuk terkena meningitis. Meningitis TB merupakan komplikasi TB pada anak yang
paling sering terjadi pada usia 6 tahun dengan insiden tertinggi terdapat pada usia 2-3 tahun,
berhubungan dengan seringnya terjadi TB milier pada usia tersebut1.
Meningitis tuberkulosa masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas
tuberkulosis anak masih tinggi. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak dengan
kekebalan alamiah yang masih rendah2
.
Terjadinya meningitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh
penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada
permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke
dalamrongga arakhnoid2.
Pengetahuan yang benar mengenai meningitis tuberkulosis dapat membantu untuk
mengurangi angka kematian penderita akibat meningitis, mengingat bahwa insidensikematian akibat meningitis masih cukup tinggi.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
2/21
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
3/21
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
4/21
4
C. EpidemiologiTuberkulosis yang menyerang SSP (Sistem Saraf Pusat) ditemukan dalam tiga
bentuk,yakni meningitis, tuberkuloma, dan araknoiditis spinalis. Ketiganya sering ditemukan
dinegara endemis TB, dengan kasus terbanyak berupa meningitis tuberkulosis. Di Amerika
Serikat yang bukan merupakan negara endemis tuberkulosis, meningitis tuberkulosis meliputi
1% dari semua kasus tuberkulosis5.
Di Indonesia, meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan karena morbiditas
tuberkulosis pada anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja menyerang semua usia, termasuk
bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian tertinggi
dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai dengan 4 atau 6 tahun, jarang ditemukan pada umur
dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah ditemukan pada umur dibawah 3 bulan1,3,4.
Meningitis tuberkulosis menyerang 0,3% anak yang menderita tuberkulosis yang
tidak diobati. Angka kematian pada meningitis tuberkulosis berkisar antara 10-20%. Sebagian
besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang akan kembali normal secara
neurologis dan intelektual.
D. EtiologiMycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang pleomorfik gram
positif, berukuran 0,4 3 , mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup selama berminggu-
minggu dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20 jam).
Bakteri ini merupakan salah satu jenis bakteri yang bersifat intracellular pathogen pada
hewan dan manusia. Selain Mycobacterium tuberkulosis,spesies lainnya yang juga dapat
menimbulkan tuberkulosis adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum,dan
Mycobacterium microti.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
5/21
5
Gambar 2.Mycobacterium tuberculosis
E. PatofisiologiMeningitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai penyebaran tuberkulosis
primer. Biasanya fokus infeksi primer ada di paru-paru, namun dapat juga ditemukan
diabdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak ditemukan adanya fokus primer
(1,2%). Dari fokus primer, kuman masuk ke sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan
kelenjar limfe regional, dan dapat menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier atau
hanya menimbulkan beberapa fokus metastase yang biasanya tenang1,4,5.
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich tahun
1951.Terjadinya meningitis tuberkulosis diawali olen pembentukan tuberkel di otak, selaput
otak atau medula spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen selama masa inkubasi
infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik walaupun jarang. Bila penyebaran
hematogen terjadi dalam jumlah besar, maka akan langsung menyebabkan penyakit
tuberkulosis primer seperti TB milier dan meningitis tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis
juga dapat merupakan reaktivasi dari fokus tuberkulosis (TB pasca primer). Salah satupencetus proses reaktivasi tersebut adalah trauma kepala5.
Kuman kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid atau ventrikel. Tumpahan
protein kuman tuberkulosis ke ruang subarakhnoid akan merangsang reaksi hipersensitivitas
yang hebat dan selanjutnya akan menyebabkan reaksi radang yang paling banyak terjadi di
basal otak. Selanjutnya meningitis yang menyeluruh akan berkembang.Proses ini mungkin
terjadi segera sesudah dibentuknya lesi atau setelah periode laten beberapa bulan atau
beberapa tahun. Jika hal ini terjadi pada pasien yang sudah tersensitasi, maka masuknya basil
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
6/21
6
kedalam ruang subarachnoid menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan perubahan
dalam cairan serebrospinal. Reaksi peradangan ini mula-mula timbul disekitar tuberkel yang
pecah, tetapi kemudian tampak jelas diselaput otak pada dasar otak dan ependym.
Reaksi radang akut di leptomenings tersebut, ditandai dengan adanya eksudat gelatin,
berwarna kuning kehijauan dibasis otak, yang dapat menginfiltrasi pembuluh darah kortiko
meningeal dan menimbulkan radang,obstruksi dan selanjutnya infark serebri. Meningitis
basalis yang terjadi akan menimbulkan komplikasi neurologis, berupa paralisis saraf cranialis
(disfungsi saraf III,IV dan VII), infark karena penyumbatan arteria dan vena, serta
hidrosefalus komunikans karena eksudat mengganggu aliran normal cairan serebrospinal
kedalam dan keluar sistem ventrikel pada setinggi sisterna basilar. Perlengketan yang terjadi
dalam kanalis sentralis medula spinalis akan menyebabkan spinal block dan paraplegia4,5,8
.
BTA masuk tubuh
Tersering melalui inhalasi Jarang pada kulit, saluran cerna
Multiplikasi
Infeksi paru / focus infeksi lain
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
BTA tidak aktif / dormain Bila daya tahan tubuh menurun
Rupture tuberkel meningen
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
7/21
7
Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid
MENINGITIS
Secara patologis, ada tiga keadaaan yang terjadi pada meningitis tuberkulosis:
1. Araknoiditis proliferatif Proses ini terutama terjadi di basal otak, berupa pembentukan
massa fibrotik yang melibatkan saraf kranialis dan kemudian menembus pembuluh darah.
Reaksi radang akut di leptomening ini ditandai dengan adanya eksudat gelatin, berwarna
kuning kehijauan di basis otak. Secara mikroskopik, eksudat terdiri dari limfosit dan sel
plasma dengan nekrosis perkijuan. Pada stadium lebih lanjut, eksudat akan mengalami
organisasi dan mungkin mengeras serta mengalami kalsifikasi. Adapun saraf kranialis
yang terkena akan mengalami paralisis. Saraf yang paling sering terkena adalah saraf
kranial VI, kemudian III dan IV, sehingga akan timbul gejala diplopia dan strabismus. Bila
mengenai saraf kranial II, maka kiasma optikum menjadi iskemik dan timbul gejala
penglihatan kabur bahkan bisa buta bila terjadi atrofi papil saraf kranial II. Bila mengenai
saraf kranial VIII akan menyebabkan gangguan pendengaran yang sifatnya permanen5.
2. Vaskulitis dengan trombosis dan infark pembuluh darah kortikomeningeal yangmelintasi membran basalis atau berada di dalam parenkim otak. Hal ini menyebabkan
timbulnya radang, obstruksi dan selanjutnya infark serebri. Kelainan inilah yang
meninggalkan sekuele neurologis bila pasien selamat. Apabila infark terjadi di daerah
sekitar arteri cerebri media atau arteri karotis interna, maka akan timbul hemiparesis dan
apabila infarknya bilateral akan terjadi quadriparesis. Pada pemeriksaan histologis arteri
yang terkena, ditemukan adanya perdarahan, proliferasi, dan degenerasi. Pada tunika
adventisia ditemukan adanya infiltrasi sel dengan atau tanpa pembentukan tuberkel dan
nekrosis perkijuan. Pada tunika media tidak tampak kelainan, hanya infiltrasi sel yang
ringan dan kadang perubahan fibrinoid. Kelainan pada tunika intima berupa infiltrasi
subendotel, proliferasi tunika intima, degenerasi, dan perkijuan. Yang sering terkena
adalah arteri cerebri media dan anterior serta cabang-cabangnya, dan arteri karotis interna.
Vena selaput otak dapat mengalami flebitis dengan derajat yang bervariasi dan
menyebabkan trombosis serta oklusi sebagian atau total. Mekanisme terjadinya flebitis
tidak jelas,diduga hipersensitivitas tipe lambat menyebabkan infiltrasi sel mononuklear
dan perubahan fibrin5.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
8/21
8
3. Hidrosefalus komunikans akibat perluasan inflamasi ke sisterna basalis yang akan
mengganggu sirkulasi dan resorpsi cairan serebrospinalis2,5.
Adapun perlengketan yang terjadi dalam kanalis sentralis medulla spinalis akan
menyebabkan spinal block dan paraplegia.
F. Manifestasi KlinisGejala klinis Meningitis Tuberkulosis berbeda untuk masing masing penderita.
Faktor faktor yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan
perubahan patologi yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis Meningitis Tb muncul perlahan
lahan dalam waktu beberapa minggu7.
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Kesadaran menurun , tanda kernig dan Brudzinki positif. Gejala
meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta virus apa yang
menyebabkan. Gejala yang paling umum dalam demam tinggi, sakit kepala, pilek,mual,
muntah, kejang. Setelah itu penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dankaku,gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala meningitis meliputi:
Gejala Infeksi akut Panas Nafsu makan menurun Anak Lesu
Gejala kenaikan tekanan Intra Kranial Kesadaran menurun Kejang Ubunubun besar menonjol
Gejala rangsang meningeal Kaku kuduk Kernig Tanda Brudzinski
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
9/21
9
Menurut Lincoln, manifestasi klinis dari meningitis tuberculosa dikelompokkan dalam tiga
stadium1:
1. Stadium I (stadium inisial / stadium non spesifik / fase prodromal)Prodromal, berlangsung 1 3 minggu. Biasanya gejalanya tidak khas, timbul
perlahan- lahan, tanpa kelainan neurologis.
Gejala:
Demam (tidak terlalu tinggi) Lemah Nafsu makan menurun (anorexia) Nyeri perut Sakit kepala tidur terganggu Mual, muntah Konstipasi Apatis irritable1
Pada bayi: Irritable dan ubun- ubun menonjol merupakan manifestasi yang sering
ditemukan; sedangkan pada anak yang lebih tua memperlihatkan perubahan suasana
hati yang mendadak, prestasi sekolah menurun, letargi, apatis, mungkin saja tanpa
disertai demam dan timbul kejang intermiten4,7,9.
Jika sebuah tuberkel pecah ke dalam ruang sub arachnoid maka stadium I akan
berlangsung singkat sehingga sering terabaikan dan akan langsung masuk ke stadium
III1.
2. Stadium II (stadium transisional / fase meningitik)Disebut juga fase meningitik, yang ditandai dengan memberatnya penyakit. Pada fase
ini terjadi rangsangan pada selaput otak/meningen1,4.
Ditandai oleh adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas
lengkung serebri. Pemeriksaan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+)
kecuali pada bayi. Dengan berjalannya waktu, terbentuk infiltrat (massa jelly
berwarna abu) di dasar otak menyebabkan gangguan otak / batang otak 1,3.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
10/21
10
Pada fase ini, eksudat yang mengalami organisasi akan mengakibatkan kelumpuhan
saraf kranial dan hidrosefalus, gangguan kesadaran, papil edema ringan serta adanya
tuberkel di koroid. Vaskulitis menyebabkan gangguan fokal, saraf kranial dan kadang
medulla spinalis. Hemiparesis yang timbul disebabkan karena infark/
iskemia,quadriparesis dapat terjadi akibat infark bilateral atau edema otak yang
berat1,3.
Pada anak berusia di bawah 3 tahun, iritabel dan muntah adalah gejala
utamanya,sedangkan sakit kepala jarang dikeluhkan. Sedangkan pada anak yang lebih
besar,sakit kepala adalah keluhan utamanya, dan kesadarannya makin menurun.
Gejala:
1. Akibat rangsang meningen sakit kepala berat dan muntah (keluhan utama)5.
2. Akibat peradangan / penyempitan arteri di otak Disorientasi Bingung Kejang Tremor Hemibalismus / hemikorea Hemiparesis / quadriparesis Penurunan kesadaran
3. Gangguan otak / batang otak / gangguan saraf kranial Saraf kranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI, dan VII
Tanda: trabismus , diplopia, ptosis, reaksi pupil lambat, gangguan penglihatan
kabur
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
11/21
11
Gambar 3. Kaku Kuduk (Nuchal Rigidity) Pada Penderita Meningitis
3. Stadium III (koma / fase paralitik)1
Terjadi percepatan penyakit, berlansung selama 2-3 minggu Gangguan fungsi otak semakin jelas. Terjadi akibat infark batang otak akibat lesi pembuluh darah atau strangulasi oleh
eksudat yang mengalami organisasi.
Gejala:
Pernapasan irregular Demam tinggi Edema papil Hiperglikemia Kesadaran makin menurun,irritable dan apatik, mengantuk,stupor, koma, otot
ekstensor menjadi kaku dan spasme,opistotonus, pupil melebar dan tidak bereaksi
sama sekali
Nadi dan pernafasan menjadi tidak teratur Hiperpireksia MeninggalTiga stadium tersebut di atas biasanya tidak jelas batasnya antara satu dengan yang
lain, tetapi bila tidak diobati biasanya berlangsung 3 minggu sebelum pasien meninggal.
Dikatakan akut bila 3 stadium tersebut berlangsung selama 1 minggu. Hidrosefalus dapat
terjadi pada kira-kira 2/3 pasien, terutama yang penyakitnya telah berlangsung lebih dari 3
minggu. Hal ini terjadi apabila pengobatan terlambat atau tidak adekuat5.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
12/21
12
G. Diagnosis Anamnesis
Adanya riwayat kejang atau penurunan kesadaran (tergantung stadium penyakit),
adanya riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis (baik yang menunjukkan gejala, maupun
yang asimptomatik), adanya gambaran klinis yang ditemukan pada penderita (sesuai dengan
stadium meningitis tuberkulosis). Pada neonatus, gejalanya mungkin minimalis dan dapat
menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi,distress pernafasan, ikterus,
muntah,diare, hipotermia, kejang (pada 40% kasus), dan ubun-ubun besar menonjol (pada
33,3% kasus).
Pemeriksaan fisikTergantung stadium penyakit. Tanda rangsang meningen seperti kaku kuduk biasanya tidak
ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun1.
Pemeriksaan Penunjang Uji tuberkulin positif. Pada 40% kasus, uji tuberkulin dapat negatif.Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis yang paling
bermanfaat. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas uji tuberkulin pada anak dapatmencapai 90%. Ada Mycobacterium Matypic beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi
hingga saat ini cara mantoux lebih sering dilakukan. Pada uji mantoux, dilakukan
penyuntikan PPD (Purified Protein Derivative) dari kumanMycobacterium tuberculosis.
Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian
depan,disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam
setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Berikut ini adalah interpretasi hasil uji mantoux:
1. Pembengkakan (Indurasi): 04 mm uji mantoux negativeArti klinis : tidak ada infeksiMycobacterium tuberculosa
2. Pembengkakan (Indurasi): 39 mm uji mantoux meragukanHal ini bisa karena kesalahan teknik,reaksi silang dengan atau setelah vaksinasi BCG
3. Pembengkakan (Indurasi) : 10 mm uji mantoux positifArti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
13/21
13
Gambar 4. Uji mantoux padaMycobacterium tuberculosa
Vaksin BCGBila dalam penyuntikan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Gurin) terjadi reaksi cepat
(dalam3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi 5 mm, maka anak dicurigai telah
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Dari hasil pemeriksaan laboratoriumo Darah: anemia ringan, peningkatan laju endap darah pada 80% kasuso Cairan otak dan tulang belakang /liquor cerebrospinalis (dengan cara pungsi
lumbal) Warna: jernih (khas), bila dibiarkan mengendap akan membentuk
batang-batang. Dapat juga berwarna xanhtochrom bila penyakitnya telah
berlangsung lama dan ada hambatan di medulla spinalis.
o Jumlah sel: 100 500 sel / lMula-mula, sel polimorfo nuklear dan limfosit sama banyak jumlahnya, atau
kadang-kadang sel polimorfo nuklear lebih banyak (pleositosis mononuklear).
Kadang-kadang, jumlah sel pada fase akut dapat mencapai 1000 / mm3.
o Kadar protein: meningkat (dapat lebih dari 200 mg / mm3)Hal ini menyebabkan liquor cerebrospinalis dapat berwarna xanthochrom dan
pada permukaan dapat tampak sarang laba-laba ataupun bekuan yang
menunjukkan tingginya kadar fibrinogen10.
o Kadar glukosaBiasanya menurun (liquor cerebrospinalis dikenal sebagai hipoglikorazia.
Adapun kadar glukosa normal pada liquor cerebrospinalis adalah 60% dari
kadar glukosa darah10.
o Kadar klorida normal pada stadium awal, kemudian menuruno Pada pewarnaan Gram dan kultur liquor cerebrospinalis dapat ditemukan
kuman. Untuk mendapatkan hasil positif, dianjurkan untuk melakukan pungsi
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
14/21
14
lumbal selama 3 hari berturut-turut. Terapi dapat langsung diberikan tanpa
menunggu hasil pemeriksaan pungsi lumbal kedua dan ketiga3.
Pemeriksaan radiologio Foto toraks : dapat menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis.o Pemeriksaan EEG (electroencephalography) menunjukkan kelainan kira-kira
pada 80% kasus berupa kelainan difus atau fokal.
o CT- scan kepala : dapat menentukan adanya dan luasnya kelainan di daerahbasal,serta adanya dan luasnya hidrosefalus. Gambaran dari pemeriksaan CT-
Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala pada pasien Meningitis
Tuberkulosis adalah normal pada awal penyakit. Seiring berkembangnya
penyakit, gambaran yang sering ditemukan adalah enhancement di daerah
basal, tampak hidrosefalus komunikans yang disertai dengan tanda-tanda
edema otak atau iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga
ditemukan tuberkuloma yang silent , biasanya di daerah korteks serebri atau
talamus4.
H. Diagnosis BandingGejala pada seluruh tipe meningitis hampir sama, sehingga baku standart dari
diagnosis adalah pemeriksaan CSS dari lumbal fungsi. Berikut adalah perbedaan dari
berbagai jenis meningitis :
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
15/21
15
I. PenatalaksanaanPengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat, termasuk kemoterapi
yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial2.
Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah meningitis
tuberkulosis5.
Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni:
Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis, yakniisoniazid,rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol.
Terapi dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid dan rifampisinhingga 12 bulan. Berikut ini adalah keterangan mengenai obat-obat anti tuberkulosis
yang digunakan pada terapi meningitis tuberkulosis:
IsoniazidBersifat bakterisid dan bakteriostatik. Obat ini efektif pada kuman intrasel dan
ekstrasel, dapat berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh, termasuk
liquor cerebrospinalis,cairan pleura, cairan asites, jaringan kaseosa, dan memiliki
Agen OpeningPressure
Hitung Jenis perml
Glukosa(mg/dl)
Protein Mikrobiologi
Angka Normal 80200 0-5 limfosit 50 - 75 1540 Penemuan (-)
M. bakterial 200-300 100-5000:>80%PMN
100 60% ditemukanpenyebab spesifikpada pewarnaangram, 80% padakultur
M. Virus 90-200 10-3000:limfosit
Normal.menurunpada LCM
danmumps
Normal,tapibisa meningkat sedikit
Isolasivirus,PRCassays
M.tuberculosis 180-300 00-5001:limfosit
Menurun 50-200 TintaIndia,cryptoccocal
antigen,kultur
M. Aseptik 90-200 0-5:limfosit 50-75 15-40 Penemuan biasanegatif
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
16/21
16
adversereaction yang rendah. Isoniazid diberikan secara oral. Dosis harian yang
biasa diberikan adalah 5-15 mg / kgBB / hari, dosis maksimal 300 mg / hari dan
diberikan dalam satu kali pemberian. Isoniazid yang tersedia umumnya dalam
bentuk tablet 100 mg dan 300 mg,dan dalam bentuk sirup 100 mg / 5 ml.
Konsentrasi puncak di darah, sputum, dan liquor cerebrospinalis dapat dicapai
dalam waktu 1-2 jam dan menetap paling sedikit selama 6-8 jam.
Isoniazid terdapat dalam air susu ibu yang mendapat isoniazid dan dapat
menembus sawar darah plasenta. Isoniazid mempunyai dua efek toksik utama,
yakni hepatotoksik dan neuritis perifer. Keduanya jarang terjadi pada anak,
biasanya lebih banyak terjadi pada pasien dewasa dengan frekuensi yang
meningkat dengan bertambahnya usia. Untuk mencegah timbulnya neuritis
perifer, dapat diberikan piridoksin dengan dosis 25-50 mg satu kali sehari, atau 10
mg piridoksin setiap 100 mg isoniazid5.
RifampisinRifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki
semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan) dan kadar serum
puncak dicapai dalam 2 jam. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral, dengan
dosis 10-20 mg / kgBB / hari, dosis maksimalmya 600 mg per hari dengan dosis
satu kali pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan dengan isoniazid, dosis
rifampisin tidak boleh melebihi 15 mg/kgBB / hari dan dosis isoniazid 10 mg/
kgBB / hari. Rifampisin di distribusikan secara luas ke jaringan,cairan tubuh,
termasuk liquor cerebrospinalis5.
Distribusi rifampisin kedalam liquor cerebrospinalis lebih baik pada keadaan
selaput otak yang sedang mengalami peradangan daripada keadaan normal. Efek
samping rifampisin adalah perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum, dan air
mata menjadi warna orange kemerahan. Efek samping lainnya adalah mual dan
muntah, hepatotoksik, dan trombositopenia. Rifampisin umumnya tersedia dalam
bentuk kapsul 150 mg, 300 mg, dan450 mg5.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
17/21
17
PirazinamidPirazinamid merupakan derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada
jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinalis. Obat ini bersifat
bakterisid hanya pada intrasel dan suasana asam dan diresorbsi baik pada saluran
cerna. Dosis pirazinamid 15-30 mg / kgBB / hari dengan dosis maksimal 2 gram /
hari. Kadar serum puncak 45 g / ml tercapai dalam waktu 2 jam. Pirazinamid
diberikan pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat
suasana asam yang timbul akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Efek
samping pirazinamid adalah hepatotoksis, anoreksia, iritasi saluran cerna, dan
hiperurisemia (jarang pada anak-anak). Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet
500 mg5.
StreptomisinStreptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman
ekstraselular pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk
membunuh kuman intraselular. Saat ini streptomisin jarang digunakan dalam
pengobatan tuberkulosis, tetapi penggunaannya penting pada pengobatan fase
intensif meningitis tuberkulosis dan MDR-TB (multi drug resistent-tuberculosis).
Streptomisin diberikan secara intramuskular dengan dosis 15-40 mg / kgBB / hari,
maksimal 1 gram / hari, dan kadar puncak 45-50 g/ ml dalam waktu 1-2 jam.
Streptomisin sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak dapat
melewati selaput otak yang tidak meradang. Streptomisin berdifusi dengan baik
pada jaringan dan cairan pleura dan diekskresi melalui ginjal.
Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal
terhadap isoniazid atau jika anak menderita tuberkulosis berat. Toksisitas utama
streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan
pendengaran,dengan gejala berupa telinga berdengung (tinismus) dan pusing.
Streptomisin dapat menembus plasenta, sehingga perlu berhati-hati dalam
menentukan dosis pada wanita hamil karena dapat merusak saraf pendengaran
janin, yaitu 30% bayi akan menderita tuli berat5.
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
18/21
18
EtambutolEtambutol memiliki aktivitas bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterid jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu, berdasarkan
pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resistensi terhadap obat-obat lain.
Dosis etambutol adalah 15-20 mg / kgBB / hari, maksimal 1,25 gram / hari dengan
dosis tunggal. Kadar serum puncak 5 g dalam waktu 24 jam. Etambutol tersedia
dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Etambutol ditoleransi dengan baik oleh
dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu atau dua kali
sehari, tetapi tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan
meningitis. Kemungkinan toksisitas utama etambutol adalah neuritis optik dan
buta warna merah-hijau, sehingga seringkali penggunaannya dihindari pada anak
yang belum dapat diperiksa tajam penglihatannya.
Penelitian di FKUI menunjukkan bahwa pemberian etambutol dengan dosis
15-25 mg /kgBB / hari tidak menimbulkan kejadian neuritis optika pada pasien
yang dipantau hingga 10 tahun pasca pengobatan. Rekomendasi WHO yang
terakhir mengenai pelaksanaan tuberkulosis pada anak, etambutol dianjurkan
penggunaannya pada anak dengan dosis 15-25 mg / kgBB / hari. Etambutol dapat
diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB resisten-obat jika obat-
obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan5.
Bukti klinis mendukung penggunaan steroid pada meningitis tuberkulosis
sebagai terapi ajuvan. Penggunaan steroid selain sebagai anti inflamasi, juga dapat
menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak. Steroid yang dipakai
adalah prednisone dengan dosis 1-2 mg / kgBB / hari selama 4-6 minggu, setelah
itu dilakukan penurunan dosis secara bertahap (tappering off) selama 4-6 minggu
sesuai dengan lamanya pemberian regimen5.
J. KomplikasiKomplikasi yang paling menonjol dari meningitis tuberkulosis adalah gejala
sisa neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang,
paraplegia, dan gangguan sensori ekstremitas2.
Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf otak, nistagmus,ataksia, gangguan
ringan pada koordinasi, dan spastisitas. Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi
optik dan kebutaan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
19/21
19
streptomisin atau oleh penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-
kira2/3 pasien yang hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang
berhubungan dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental
subnormal. Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh.
Seperlima pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan
hipotalamus, dan akan terjadi prekoks seksual,hiperprolaktinemia, dan defisiensi
ADH, hormon pertumbuhan, kortikotropin dan gonadotropin2.
K. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG 0,05 ml pada bayi
baru lahir daoat efektif hingga 80 % untuk mencagah TB . Vaksinasi BCG menurut
departemen kesehatan RI merupakan vaksin yang diwajibkan mengingat indonesia
merupakan Negara endemik TBC. Apabila bayi baru lahir dari ibu penderita TB aktif
dan diyakini benar bayi mengalami meningitis tuberkulosis, maka berikan suntikan
0,2 ml streptomisin setiap 5 kg berat badan dan segera rujuk. Selain itu adalah
perbaikan pendidikan , sosio ekonomi, dan gizi memberi peran sangat penting.
L. PrognosisMortalitas tergantung virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh penderita,
terlambat atau cepatnya mendapatkan pengobatan yang tepat dan pada cara
pengobatan dan perawatan yang diberikan2.
Prognosis Meningitis TB tergantung umur dan stadium penyakit1,3.
Umur 80%1
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
20/21
-
8/13/2019 Referat Meningitis Tuberkulosa Anie
21/21
top related