referat konstipasi 1.docx
Post on 14-Apr-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 1/16
Referat Konstipasi| 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pola defekasi yang normal umumnya dipandang sebagai petanda anak sehat.
Terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi, orang tua sangat menaruh perhatian
pada frekuensi defekasi dan karakteristik tinjanya. Adanya penyimpangan dari yang diangap
normal pada anak, merangsang orang tua membawa anaknya ke dokter. Pada umumnya orang
tua khawatir tinja anaknya terlalu besar dan keras, nyeri saat berhajat atau defekasinya terlalu
jarang. Pada kenyataannya konstipasi memang merupakan masalah biasa ditemukan pada
anak.
Konstipasi pada anak sering menimbulkan masalah yang cukup serius. Konstipasi
terdiagnosis pada 3% anak yang berobat pada dokter spesialis anak. Keluhan yang
berhubungan dengan defekasi ditemukan pada 25 % anak yang berobat jalan pada dokter
gastroenterologi anak. Diperkirakan prevalensi konstipasi pada populasi anak secara umum
bervariasi antara 0,3 % - 10,1 % dengan 90 % diantaranya merupakan konstipasi fungsional.
(Pedoman Pelayanan Medis IDAI, 2010)
Pola defekasi yang normal umumnya dipandang sebagai petanda anak sehat.
Terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi, orangtua sangat menaruh perhatian pada
frekuensi defekasi dan karakteristik tinjanya. Adanya penyimpangan dari yang dianggap
normal pada anak, merangsang orang tua membawa anaknya ke dokter. Pada umumnya orang
tua khawatir bahwa tinja anaknya terlalu besar, terlalu keras, nyeri waktu berhajat atau
defekasinya terlalu jarang. Kenyataanya, konstipasi memang merupakan masalah yang biasa
ditemukan pada anak.
Pada awalnya penyebab konstipasi mungkin sederhana saja, misalnya kurangnya
konsumsi serat, tetapi karena tidak ditangani secara memadai perjalanan kliniknya kronis,
yang membuat frustasi anak orang tua dan juga dokter yang merawatnya. Di lain pihak,
terdapat kasus-kasus konstipasi akut yang memerlukan diagnosis etiologi dan tindakan segera
dan ada pula kasus konstipasi kronis yang memerlukan kesabaran dan penanganan yang
cermat. (Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011).
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 2/16
Referat Konstipasi| 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Dalam kepustakaan belum ada kesepakatan mengenai batasan konstipasi. Menurut
kriteria klasik, secara umum konstipasi ditegakkan bila terdapat minimal dua kondisi berikut :
(1) Frekuensi dua kali atau kurang dalam seminggu tanpa pemberian laksatif; (2) terdapat dua
kali atau lebih episode soiling/enkopresis setiap minggunya, (3) terdapat periode pengeluaran
feses dalam jumlah besar setiap 7-30 hari (4) teraba massa abdominal atau masa rektal pada
pemeriksaan fisik.
Didalam istilah konstipasi juga dikenal soiling dan enkopresis. Soiling mempunyai
arti sebagai pengeluaran feses secara tidak disadari dalam jumlah sedikit sehingga sering
mengotori pakaian dalam. Sedangkan enkopresis diartikan sebagai pengeluaran feses dalam
jumlah besar secara tidak disadari.
(Pedoman Pelayanan Medis IDAI, 2010)
Dalam kepustakaan belum ada kesepakatan mengenai batasan konstipasi. (Rogers,
1997) mendefinisikan konstipasi sebagai kesulitan melakukan defekasi atau berkurangnya
frekuensi defekasi tanpa melihat apakah tinjanya keras atau tidak. (Lewis dan Mui r, 1996)
menambahkan bahwa kesulitan defekasi yang terjadi menimbulkan nyeri dan distress pada
anak, sedangkan (Abel, 2001) mengatakan konstipasi sebagai perubahan dalam frekuensi dan
konsistensi dibandingkan dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi
berhajat lebih jarang dan konsistensi tinja lebih keras dari biasanya. Definisi lain adalah
frekuensi defekasi kurang dari 3x per minggu. Stefen dan Loein ing-Baucke mengatakan
konstipasi sebagai buang air besar kurang dari 3x perminggu atau riwayat buang air besar
dengan tinja yang banyak dan keras. Penulis sendiri berpendapat bahwa konstipasi adalah
ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yang tercermin dari 3 aspek,
yaitu berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja lebih keras dari
sebelumnya, dan pada palpasi abdomen teraba masa tinja (skibala) dengan atau tanpa
disertai enkopresis (kecipirit). (Buku Ajar GEH IDAI Jilid 1, 2011).
Definisi konstipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang
air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan bukan disebut konstipasi. Namun, berak setiap 3 haridengan tinja yang keras dan sulit keluar, sebaiknya dianggap sebagai konstipasi. Konstipasi
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 3/16
Referat Konstipasi| 3
dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan direktum. Bayi yang sedang
menyusui mungkin sangat jarang buang air besar dengan konsistensi normal, hal ini
umumnya masih dalam batas normal. Konstipasi sesungguhnya yang paling mungkin terjadi
pada masa neonatus adalah akibat penyakit Hirschsprung, pseudo obstruksi intestinum atau
hipotiroidisme. (Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol.2, 2000).
Tabel 1. Frekuensi normal defekasi pada anak
Umur Defekasi/minggu Defekasi/hari
0-3 bulan
ASI
Formula
5-40
5-28
2,9
2,0
6-12 bulan 5-28 1,8
1-3 tahun 4-21 1,4
>3tahun 3-14 1,0
Sumber : Weaver
(Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011)
2.2 KLASIFIKASI
Menurut waktu berlangsungnya adalah :
1. Konstipasi akut
Bila keluhan berlangsung kurang dari 1-4 minggu.
2. Konstipasi kronis
Bila keluhan berlangsung lebih dari 1 bulan.
(Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011).
Menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 :
1. Konstipasi Fungsional : Konstipasi yang tidak ada kelainan patologi yang mendasarinya.
2. Konstipasi Organik : Konstipasi yang ada kelainan patologi yang mempengaruhinya,
contohnya akibat penyakit Hirschsprung khususnya pada bayi.
Tabel 2. Yang membedakan Tanda-tanda Penyakit Hirschsprung dan Konstipasi Fungsional
Variabel Fungsional (didapat) Penyakit Hirschsprung
Riwayat
Mulai konstipasi
Enkopresis
Gagal tumbuh
Setelah umur 2 tahun
Lazim
Tidak Lazim
Saat lahir
Sangat jarang
Mungkin
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 4/16
Referat Konstipasi| 4
Enterokolitis
Nyeri perut
Tidak
Lazim
Mungkin
Lazim
Pemeriksaan
Perut kembung
Pertambahan BB jelek
Tonus anus
Pemeriksaan rektum
Jarang
Jarang
Normal
Tinja diampula
Lazim
Lazim
Normal
Ampula kosong
Laboratorium
Manometri anorektal
Biopsi rektum
Enema barium
Rektum mengembang
karena relaksasi sfingter
interna
Normal
Jumlah tinja banyak, tidak
ada daerah peralihan
Tak ada sfingter atau
relaksasi paradoks atau
tekanan naik
Tak ada sel ganglion
Pewarnaan
asetilkolinesterase
Daerah peralihan,
pengeluaran tertunda
(lebih dari 24 jam).
(Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol.2, 2000).
2.3 INSIDEN
Sekitar 3 % kunjungan ke dokter anak dan 10 % - 15 % kasus yang ditangani oleh ahli
gastroenterologi anak merupakan kasus konstipasi kronis. Sebagian besar (90 % - 95 %)
konstipasi pada anak merupakan konstipasi fungsional, hanya 5 % - 10 % yang mempunyai
penyebab organik. (Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011)
Gejala konstipasi dikeluhkan oleh kira-kira 3 % dari pasien yang datang ke dokter
spesialis anak atau 25 % pasien yang datang ke klinik gastroenterologi. Konstipasi terjadi
pada 1,5 % anak umur 7 tahun, anak laki-laki 6 kali lebih sering dibandingkan anak
perempuan. (Standar Pelayanan Kesehatan Ana IDAI Edisi I, 2004)
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 5/16
Referat Konstipasi| 5
2.4 ETIOLOGI
Penyebab konstipasi akut :
• Diet. Kurangnya asupan serat (dietary fiber ) sebagai kerangka tinja ( stool bulking ), kurang
minum dan meningkatnya kehilangan cairan merupakan faktor penyebab konstipasi.
• Pada anak biasanya karena menahan defekasi akibat pengalaman nyeri pada defekasi
sebelumnya, biasanya disertai fisura ani.
• Infeksi virus.
Infeksi virus dapat menyebabkan ileus nonspesifik dan berkurangnya frekuensi defekasi.
Anak juga mengalami anoreksia serta kehilangan banyak cairan melalui saluran nafas dan
demam.
• Obat.
Obat juga sering menyebabkan efek samping berupa konstipasi akut, seperti antasida,
antikolinergik, antikonvulsan, antidepresan, diuretika, preparat besi, relaksan otot,
narkotika, dan psikotropika.
Penyebab konstipasi kronis :
• Penyebab konstipasi kronis biasanya fungsional, tetapi perlu dipertimbangkan adanya
penyakit Hirschsprung karena berpotensi menimbulkan komplikasi yang serius.
• Pada sekitar 5 % - 10 % bayi dan anak, konstipasi dapat disebakan kelainan anatomis,
neurologis, atau penyebab lain.
(Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011)
Tabel 3. Penyebab konstipasi berdasarkan umur :
Neonatus/Bayi
- Meconium plug
Meconium yang kental dan menyumbat lumen usus paling sering dan paling
ringan dari obstruksi usus distal. Kadang ada hubungannya dengan volvulus,atresia atau perforasi.
- Penyakit Hirschsprung
Karena tidak adanya inervasi saraf akibat kegagalan perpindahan neuroblast
dari usus proximal ke distal. Pada Segmen yang aganglionik rektosigmoid
penderita 75%, sedangkan kolon tanpa sel-sel ganglion terjadi pada 10%.
- Fibrosis kistik (setara ileus mekonium)
- Malformasi anorektal bawaan, termasuk anus imperforata, stenosis ani (anus
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 6/16
Referat Konstipasi| 6
sangat kecil), anal band
- Chronic idiophathic intestinal pseudo-obstruction
- Endokrin : hipotiroid
- Alergi susus sapi
- Metabolik : diabetes insipidus, renal tubular asidosis
- Retensi tinja (menahan tinja)
- Perubahan diet
Toddler dan umur 2-4 tahun
- Fisura ani, retensi tinja
Fisura ani merupakan luka robek kecil sambungan mukokutaneus anus. Lesi
ini ini merupakan lesi yang didapat akibat lewatnya tinja keras secara paksa.
- Toilet refusal
- Alergi susu sapi
- Penyakit Hirschcprung segmen pendek
- Penyakit saraf : sentral atau muskular dengan hipotoni
- Medula spinalis : meningimielokel, tumor, tethered cord
Usia Sekolah
- Retensi tinja
- Ketersediaan toilet terbatas
- Keterbatasan kemampuan mengenali rangsang fisiolog
Adolesen
- Iritable Bowel Syndrome
- Jejas medulla spinalis (kecelakaan, trauma)
- Diet
- Anoreksia
- Kehamilan
Segala usia
- Efek samping obat, perubahan diet, pasca operasi
- Riwayat operasi anal-rektum
- Retensi tinja dan enkopresis akibat distensi tinja kronis
- Perubahan aktivitas fisik, dehidrasi
- Hipotiroid
Sumber : Steffen
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 7/16
Referat Konstipasi| 7
Tabel 4. Penyebab Konstipasi
Non-Organik (Fungsional) : juga dikenal sebagai kebiasaan atau konstipasi
psikogenik.
Organik
I ntestinal
Penyakit Hirschsprung
Stenosis non-rektal
Striktur
Volvulus
Pseudoobstruksi
Obat-obatan
Narkotik
Antidepresan
Psikoaktif (thorazine)
Vinkristin
Metabolik
Dehidrasi
Fibrosis Kistik (setara ileus mekonium)
Hipotiroidisme
Hipokalemi
Asidosis Tubuler Ginjal
Hiperkalsemia
Neuromuskuler
Retardasi psikomotor
Tidak ada otot perut
Distrofi mototrik
Lesi tulang belakang (tumor,spina bifida, diastematomielia)
Amiotonia kongenital
Psikiatri
Anoreksia nervosa
(Diambil dari Behrman RE, Kliegman RM : Nelson essentials of Pediatrics. Philadelphia, WB Saunders, 1990).
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 8/16
Referat Konstipasi| 8
2.5 FAKTOR PREDISPOSISI
Berkurangnya aktifitas fisik pada individu yang sebelumnya aktif merupakan faktor
predisposisi konstipasi, misalnya pada keadaan sakit, pascabedah, kecelakaan atau gaya
hidup bermalas-malasan. Stres dan perubahan aktivitas rutin sehari-hari dapat mengubah
frekuensi defekasi, seperti liburan, berkemah, masuk sekolah kembali setelah liburan,
ketersediaan toilet dan masalah psikososial, dapat menyebabkan konstipasi. (Buku Ajar GEH
IDAI Jilid I, 2011).
2.6 PATOFISIOLOGI
Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor
anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme buang air besar terganggu. Gangguan dapat
terjadi pada kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran
( functional outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya
abnormalitas anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.
Konstipasi pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum.
BAB yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak. Pada
masa bayi dan anak, konstipasi kronik dapat disebabkan lesi anatomis, masalah neurologis,
disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat farmakologis, faktor metabolik atau endokrin.
Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasanya berawal dari
kurangnya makanan berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas.
Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif
(misalnya pada kasus-kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi
usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit Hirschsprung). Stasis
tinja dikolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk
memulai reflek dari rektum, yang normalnya memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui
evakuasi spontan tergantung pada refleks defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan
pada otot-otot rektum. Karenanya retensi tinja dapat disebakan oleh lesi yang melibatkan
otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau
otot-otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani bisa juga
menyebabkan retensi tinja. (Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol.2, 2000).
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 9/16
Referat Konstipasi| 9
Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan
elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon
descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan
yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras
dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan heamorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam
bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang
khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan
skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia pada
penderita dengan sirhosis hepatis merupakan hal yang berbahaya. Terutama jika terjadi kolon
stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya
“hepatik encepalopati”.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang
besar dan keras didalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih
sering terjadi retensi dan kemudian terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan
kolon mengurangi sensitivitas refleks defeksi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari
kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa
oleh anak. Gerakan usus yang tidak disengaja (enkopresis) mungkin keliru dengan diare.
Konstipasi itu sendiri tidak mempunyai pengaruh yang merusak organ sistemik. Stasis
saluran kemih dapat meyertai kasus berat yang lama. Konstipasi bisa menimbulkan
kecemasan, mempunyai dampak emosional yang mencolok pada penderita dan keluargnya.
(Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol.2, 2000).
2.7 GEJALA KLINIS
- Berkurangnya frekuensi defekasi.
- Nyeri dan distensi abdomen, yang sering hilang sesudah defekasi.
- Mempunyai riwayat tinja yang keras dan atau tinja yang sangat besar yang mungkin
menyumbat saluran toilet.
- Enkopresis antara tinja yang keras.
- Bisa mengalami anoreksia dan kurangnya kenaikan BB.
- Pada konstipasi kronik kadang kala sering ditemukan retensi urin, megakistik, dan reflux
vesikoureter.
- Distensi abdomen dengan bising usus normal, meningkat atau berkurang.
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 10/16
Referat Konstipasi| 10
- Teraba masa abdomen kiri dan kanan bawah dan daerah suprapubis.
- Pada kasus berat, masa tinja kadang teraba didaerah epigastrium.
- Fisura ani serta ampula rekti yang besar dan lebar.
(Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011).
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Keluhan kesulitan BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu.
- Nyeri dan distensi abdomen menyertai retensi tinja dan menghilang sesudah defekasi.
- Riwayat tinja yang keras atau tinja yang besar yang mungkin menyumbat saluran toilet,
kecepirit antara tinja yang keras (sering dianggap diare).
- Anoreksia dan berat badan sulit naik.
- Upaya menahan tinja (sering disalah tafsir sebgai upaya mengejan untuk defeksi) dengan
menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan kiri bergantian kedepan dan
kebelakang (seperti berdansa).
- Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi pada
anak.
- Riwayat konsumsi obat-obatan (antasida, antikolinergik, antikonvulsan, antidepresan,
diuretika, preparat besi, relaksan otot, narkotika, psikotropika).
- Pola diet yang berubah, kurang sayur dan buah, banyak minum susu.
- Masalah dalam keluarga, pindah rumah, perubahan akivitas rutin sehari-hari,
ketersediaan toilet, adanya kemungkinan child abuse.
- Umur pada saat awitan gejala timbul, bila gejala timbul sejak lahir, kemungkinaan
penyebab anatomis seperti Hirschsprungharus dipikirkan. Bila awitan gejala timbul pada
saat usia toilet training (> 2 tahun) kemungkinan besar penyebabnya fungsional.
- Adanya demam, perut kembung, anoreksia, nausea, vomiting, penurunan berat badan,
atau berat badan sulit naik mungkin merupakan gejala gangguan organik. Diare berdarah
pada bayi dengan riwayat konstipasi dapat merupakan indikasi dari enterokolitis
komplikasi dari penyakit Hirschsprung.
Pemeriksaan Fisik
- Distensi abdomen dengan bisis usus normal, meningkat, atau berkurang.
- Massa abdomen teraba pada palpasi abdomen kiri dan kanan bawah dan daerah
suprapubis. Pada konsipasi berat masa tinja kadang dapat teraba didaerah epigastrium.- Fisura ani.
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 11/16
Referat Konstipasi| 11
- Pemeriksaan colok dubur : dirasakan tonus sfingter, ukuran rektum, jepitan rektum,
apakah teraba tinja yang mengeras didalam rektum (skibala), adakah massa lain, apakah
terlihat adanya darah dan tinja pada sarung tangan, adakah tinja menyemprot bila jari
dicabut.
- Punggung dilihat adakah spina bifida.
- Neurologi : dilihat tonus, refleks kremaster, refleks tendon.
Pemeriksaan Penunjang
- Uji darah samar dalam tinja dianjurkan pada semua bayi dengan konstipasi dan pada
anak dengan konstipasi yang juga mengalami sakit perut, gagal tumbuh, diare atau
riwayat keluarga menderita polip atau kanker kolorektal. NASPGAN merekomendasikan
pemeriksaan darah samar feses semua anak dengan konstipasi. Bila didapatkan gejala
infeksi saluran kencing dilakukan pemeriksaan urin rutin.
- Pemeriksaan foto polos abdomen untuk melihat kaliber kolon dan masa tinja dalam
kolon. Pemeriksaan ini tidak rutin, dilakukan bila pemeriksaan colok dubur tidak dapat
dilakukan atau bila pada pemeriksaan colok dubur tidak teraba adanya distensi rektum
oleh masa tinja.
- Pemeriksaan enema barium untuk mencari penyebab organik seperti Morbus
Hirschsprung dan obstruksi usus.
- Biopsi hisap rektum untuk melihat ada tidaknya ganglion pada mukosa rektum secara
histopatologis untuk memastikan adanya penyakit Hirschsprung.
- Pemeriksaan manometri untuk menilai motilitas kolon.
- Pemeriksaan lain-lain untuk mencari penyebab organik lain, seperti hipotiroidisme,
hipoparatiroid, diabetes insipidus, ultrasonografi abdomen, MRI,dll.
(Pedoman Pelayanan Medis IDAI, 2010)
2.8 PENANGANAN
Konstipasi Fungsional
Tatalaksana meliputi edukasi orangtua, evakuasi tinja, terapi rumatan, modifikasi perilaku,
obat dan konsultasi.
- Edukasi kepada orangtua mengenai pengertian konstipasi, meliputi penyebab, gejala
maupun terapi yang diberikan.
- Evakuasi atau pembersihan skibala adalah awal yang penting sebelum dilakukan
terapi rumatan. Skibala dapat dikeluarkan dengan obat per oral atau per rektal.Pemberian secara oral merupakan pengobatan yang tidak invasif namun memerlukan
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 12/16
Referat Konstipasi| 12
ketaatan dalam meminum obat. Sebaliknya, pemakaian obat melalui rektal ataupun
enema memberikan efek yang cepat tetapi sering memberikan efek psikologis yang
kurang baik pada anak dan dapat menimbulkan trauma pada anus (Johson dan Oski,
1997). Sehingga pemilihan obat dapat berdasarakan pengalaman klinis atau hasil diskusi
dengan orang tua atau anak yang sudah kooperatif.
A. Obat-obat peroral yang bisa dipakai, adalah :
a. Mineral oil (Parafin liquid) dengan dosis 15-30 ml/tahun umur (max. 240 ml
sehari), kecuali pada bayi.
b. Larutan polietilen glikol (PEG) 20 ml/kgBB/jam (max. 1000 ml/jam) diberikan
dengan pipa nasogastrik selama 4 jam/hari.
B. Evakuasi tinja dengan obat per rektum dapat menggunakan :
a. Enema fosfat hipertonik (3 ml/kgBB 1-2 x/hari max. 6 x enema).
b. Enema garam fisiologis (600-1000 ml) atau 120 ml mineral oil.
c. Pada bayi digunakan supositoria/enema gliserin 2-5 ml. Program evakuasi tinja
dilakukan selama 3 hari berturut-turut agar evakuasi tinja sempurna.
- Setelah berhasil melakukan evakuasi tinja, dilanjutkan dengan terapi rumatan untuk
mencegah kekambuhan, meliputi :
a. Intervensi diet, anak dianjurkan banyak minum, mengkonsumsi karbohidrat dan
serat.
b. Modifikasi prilaku dan toilet training. Segera setelah makan, anak dianjurkan untuk
BAB, berilah waktu sekitar 10-15 menit bagi anak untuk BAB. Bila dilakukan
secara teratur akan mengembangkan refleks gastrokolik pada anak.
c. Pemberian laksatif.
- Laktulosa (larutan 70 %) dapat diberikan dengan dosis 1-3 ml/kgBB/hari dalam 2
kali pemberian.
- Sorbitol (larutan 70%) diberikan 1-3 ml/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
- Mineral oil (parafin liquid) diberikan 1-3 ml/kgBB/hari, tetapi tidak dianjurkan
untuk anak dibawah 1 tahun.
- Larutan magnesium hidroksida (400 mg/5 ml) diberikan 1-3 ml/kgBB/hari,
tetapi tidak diberikan pada bayi dan anak dengan gangguan ginjal.
- Bila respon terapi belum memadai, mungkin perlu ditambahkan Cisapride
dengan dosis 0,2 mg/kgBB/x untuk 3-4x/hari selama 4-5 minggu untuk
menjamin interval defekasi yang normal dengan evakuasi tinja yang sempurna.
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 13/16
Referat Konstipasi| 13
- Terapi rumatan mungkin diperlukan selama beberapa bulan. Ketika anak telah
mempunyai pola defekasi yang teratur tanpa ada kesulitan, maka terapi rumatan
dapat dihentikan. Namun, harus disadarai bahwa sering terjadi kekambuhan dan
kesulitan defekasi dapat berlanjut sampai dewasa.
Konstipasi Organik
Berbagai kelainan organik antara lain Morbus Hirschsprung, Striktura ani merupakan
kelainan konstipasi dan umumnya dapat dilakukan tindakan pembedahan.
(Pedoman Pelayanan Medis IDAI, 2010)
Tatalaksana
Tahap I
• Melakukan modifikasi makanan dengan banyak makanan berserat.
• Banyak minum.
• Olahraga cukup.
• Toilet training.
Tahap 2
• Gunakan laksansia, untuk melunakkan tinja, dosis sesuai umur.
Tahap 3
• Apabila terjadi konstipasi kronik, mohon dirujuk ke dokter spesialis
gastroenterohepatologi anak.
Bedah
Diperlukan pada kasus Hirschsprung, striktura ani dan adanya kelainan organik.
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll).
Bila terjadi konstipasi kronik lebih dari 3 bulanm rujuk konsultan gastroenterohepatologi.
(Standar Pelayanan Kesehatan Anak IDAI Edisi I, 2004)
2.9 LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
• Mengajarkan pola makan yang benar.
• Mengandung cukup serat.
• Pemberian cairan yang cukup.
• Melatih berdefekasi yang benar.
• Toilet training mulai diajarkan sejak usia 1 tahun dan dikatakan gagal apabila pada usis 3
tahun anak belum dapat BAB dengan benar.
(Standar Pelayanan Kesehatan Anak IDAI Edisi I, 2004)
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 14/16
Referat Konstipasi| 14
2.10 KOMPLIKASI
• Nyeri anus atau abdomen
• Enkopresis
• Fisura ani
• Enuresis
Dilaporkan terjadi pada lebih dari 40 % anak dengan enkopresis. Pada beberapa
kasus, eneuresis menghilang bila masa tinja dievakuasi sehingga memungkinkan
kandung kemih mengembang.
• Infeksi saluran kemih/obstruksi ureter
Komplikasi urologis penting lainnya adalah dilatasi kolon distal, sehingga berperan
dalam meningkatkan frekuensi infeksi saluran kemih dan obstruksi ureter kiri.
• Prolaps rektum
• Ulkus soliter
• Sindrom stasis
- Bakteri tumbuh lampau
- Fermentasi karbohidrat, maldigesti
- Dekonjugasi asam empedu
- Steatore
Sindrom statis terutama terlihat pada pseudo-obstruksi. Stigma sosial yang berkaitan
dengan sering kentut dan kecipirit yang menimbulkan bau tidak sedap dapat
mempengaruhi anak. Sebagian besar anak dengan enkopresis kronis akan menyangkal
bila ditanya tentang masalah enkopresisnya dan bahkan sering menyembunyikan celana
dalamnya yang kena kecipirit.
(Buku Ajar GEH IDAI Jilid I, 2011)
2.11 PEMANTAUAN (MONITORING)
Tumbuh Kembang
Pada konstipasi kronik dapat dijumpai gagal tumbuh. Bila ditemukan gagal tumbuh
pasien perlu dirujuk ke konsultan gastrohepatologi dan gizi.
(Standar Pelayanan Kesehatan Anak IDAI Edisi I, 2004)
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 15/16
Referat Konstipasi| 15
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Adanya penyimpangan dari yang diangap normal pada anak, merangsang orang tua
membawa anaknya ke dokter. Pada umumnya orang tua khawatir tinja anaknya terlalu besar
dan keras, nyeri saat berhajat atau defekasinya terlalu jarang. Pada kenyataannya konstipasi
memang merupakan masalah biasa ditemukan pada anak.
Edukasi kepada orangtua mengenai pengertian konstipasi, meliputi penyebab, gejala
maupun terapi yang diberikan dapat mengurangi rasa khawatir pada orang tua dan evakuasi
atau pembersihan skibala adalah awal yang penting sebelum dilakukan terapi rumatan.
Skibala dapat dikeluarkan dengan obat per oral atau per rektal. Pemberian secara oral
merupakan pengobatan yang tidak invasif namun memerlukan ketaatan dalam meminum
obat. Sebaliknya, pemakaian obat melalui rektal ataupun enema memberikan efek yang cepat
tetapi sering memberikan efek psikologis yang kurang baik pada anak dan dapat
menimbulkan trauma pada anus
7/29/2019 referat konstipasi 1.docx
http://slidepdf.com/reader/full/referat-konstipasi-1docx 16/16
Referat Konstipasi| 16
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, dan Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 2 BAB
XVIII : Sistem Saluran Pencernaan, Konstipasi dan Perbedaan Hirschsprung dsn
Fungsional, hal.1274-1275, hal. 1317. 2000. Jakarta : EGC.
Jufrie, Mohammad, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid I Cetakan
kedua, BAB XII : Konstipasi Pada Anak, hal. 201. 2011. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
Pusponegoro, Hardiono D, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I,BAB Gastro-hepatologi : Konstipasi, hal. 53. 2004. Jakarta : Ikatan Kedokteran Anak
Indonesia.
Pudjiati, Antonius H. Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid I, BAB Konstipasi,hal.
175. 2010. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesis.
top related