pendekatan diagnosis dan manajemen untuk lumbar spinal stenosis.docx

Post on 28-Feb-2018

216 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    1/8

    Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untukLumbar Spinal Stenosis (LSS)

    Abstrak

    Lumbar spinal stenosis (LSS)merupakan penyebab utama operasi pada lansia di

    amerika. Namun, lebih dari sepertiga tidak mendapat bantuan yang signifikan dari

    pengobatan bedah itu sendiri. Pola yang berbeda-beda dari nyeri punggung bagian bawah dan

    nyeri pada kaki yang diperberat oleh aktivitas berjalan dan berdiri terkait dengan LSS lebih

    dikenal dengan sebutan Neurogenic Intermittent Claudication (NIC). Terdapat beberapa

    pilihan pengobatan untuk N! termasuk penanganan pembedahan, farmakologi, biomekanis,

    dan terapi konservatif, namun belum ada terapi spesifik yang menjamin hasil akhirnya

    sehingga kita perlu mengetahui lebih dalam terkait diagnosis dan gejala yang timbul akibat

    LSS.

    Pendahuluan

    Lumbal spinal stenosis (LSS) didefinisikan sebagai penyempitan kanal tulang

    belakang, kanal radiks saraf atau foramina vertebral pada bagian lumbal. Penyakit ini

    merupakan penyebab umum nyeri punggung bagian bawah dan merupakan indikasi operasidi amerika untuk sesorang dengan usia di atas "# tahun. $anifestasi penyakit ini dapat

    berupa nyeri sedang hingga berat pada regio lumbal, gluteal %bokong&, dan kaki, terutama

    ketika berjalan ataupun berdiri. 'ejala klinis ini disebut Neurogenic Intermittent

    Claudication (NIC)dan harus dibedakan dari (laudikasi %nyeri atau kram& akibat sumbatan

    pada pembuluh darah perifer. )esiko untuk terkena N! sering meningkat karena adanya

    perubahan postur %*ontoh+ membungkuk &, sedangkan klaudikasio terkait pembuluh darah

    perifer tidak terpengaruh oleh postur. Terkait dengan lumbar stenosis, N! dianggap memiliki

    mekanisme neurovas*ular yang dapat menimbulkan gejala sensorik berupa parastesia. Nyeri

    neuropati sering dikaitkan dengan kondisi seperti post herpetic neuralgia dan diabetic

    neuropati, tetapi nyeri kronis pada punggung bawah kronis lebih seing disebabkan oleh

    karena *edera saraf.

    Epidemiologi and Pola Gejala

    Lumbar spinal stenosis %LSS& degeneratif biasanya mempengaruhi orang yang lebih

    tua dari # tahun dan prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia. ntensitas nyeri dari

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    2/8

    LSS dapat berkisar dari ringan sampai berat. Se*ara umum, rasa sakit meningkat seiring

    semakin lamanya penderita berdiri atau berjalan. Nyeri pada kaki unilateral dikaitkan dengan

    reses lateral dan stenosis neuroforaminal sedangkan nyeri paha posterior dan bokong bilateral

    berkorelasi dengan penyempitan kanal sentral. neurogeni* intermittent *laudi*ation adalah

    alasan yang paling umum dari pasiendengan stenosis tulang belakang lumbar men*ari

    perawatan (Gambar 1). Pasien *enderung hadir dengan gejala sensorik positif seperti

    terbakar dan kesemutan. Lebih jarang mereka melaporkan gejala negatif mati rasa. Tetap,

    defisit neurologis fokal seperti kelemahan motorik dalam distribusi dermatom tertentu yang

    hadir hanya dalam subkelompok ke*il, karena kebanyakan orang dengan LSS hanya

    mengalami gejala ketika tegak.

    Gambar 1

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    3/8

    Assessment

    anyak pasien yang lebih tua dengan bukti pen*itraan menderita lumbal stenosis tidak

    memiliki gejala yang berhubungan dengan penyempitan sehingga sangat penting untuk

    mempertanyakan pasien tentang pengalaman nyeri mereka. )iwayat nyeri yang diringankan

    dengan fleksi ke depan, yang meningkatkan dimensi kanal, merupakan hal penting untuk

    ditanyakan. $enilai lateralisasi dari rasa sakit dan defisit neurologis terkait seperti kelemahan

    atau mati rasa berguna untuk membedakan penyakit ini dari kondisi umum seperti

    polineuropati diabetes dan neuralgia postherpetic. (eputusan untuk operasi dekompresi

    tulang belakang sebagian besar didasarkan pada penilaian keterbatasan fungsional, riwayat

    pasien, dan pemeriksaan pasien se*ara langsung. Penilaian harus men*akup evaluasi

    psikososial menyeluruh faktor-faktor lain yang mungkin akut memodulasi intensitas nyeri.

    Pencitraan

    Pen*itraan aksial, seperti $agneti* )esonan*e imaging %$)& dan !omputed

    Tomography ksial %!T s*an&, memberikan tampakan rin*i anatomi dan se*ara rutin

    digunakan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan adanya dan tingkat keparahan dari

    stenosis lumbar spinal. Penggunaan luas dari !T dan $) telah menyebabkan peningkatan

    tajam dalam diagnosis kondisi ini selama tiga dekade terakhir. /erajat dari stenosismerupakan faktor yang berhubungan dengan gejala.

    Tes Treadmill

    Peneliti telah menggunakan tes fungsional toleransi berjalan untuk menilai respon

    pengobatan setelah operasi pada pasien dengan neurogenik *laudi*ation. Pengujian treadmill

    memiliki beberapa keunggulan yaitu untuk melihat gejala pada pasien sehingga bisa

    diketahui pasien mana yang butuh perhatian medis, selain itu untuk penilaian kemampuan

    status fungsional. Tes treadmill memiliki keuntungan yaitu dapat menilai klaudikasio

    neurogenik. (hasnya pada pasien N! %Neurogeni* ntermittent !laudi*atin& saat dilakukan

    tes treadmill dimulai dengan nyeri minimal saat istirahat dan setelah beberapa menit berjalan

    dapat terjadi nyeri sedang sampai berat. Sehingga banyak yang tidak menyelesaikan hingga

    waktu maksimum yang telah ditentukan. Lihat 'ambar 0 N! tes treadmill.

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    4/8

    Gambar 2

    Tata aksana

    'ambar 1 menggambarkan pilihan pengobatan untuk N!. Pengobatan utama untuk

    gejala N! adalah dekompresi bedah, tetapi pada pasien yang lebih tua berisiko untuk

    mengalami komplikasi perioperative, bagi mereka dengan tingkat keparahan gejala sedang,

    dan untuk pasien dewasa tua yang mengalami N! berulang setelah dekompresi

    Laminektomi, masih belum didapatkan strategi pembedahan yang sesuai dengan strategi

    diagnostik dan pengobatan nyeri se*ara oral. /ekompresi laminektomi, melibatkan reseksi

    tulang dan ligamen di sekitar stenosis, biasanya dianjurkan untuk pasien dengan gejala berat,

    pada gejala persisten perawatan konservatif belum dapat menyembuhkan rasa sakit. Pasien

    dengan multilevel stenosis, yang biasa terjadi pada dewasa tua, *enderung memiliki hasil

    out*ome yang kurang baik dibandingkan pasien dengan single stenosis.

    Pada tahun 233", tlas dan rekan membandingkan hasil dari 42 pasien yang dirawat

    pembedahan dan "5 pasien yang dirawat se*ara konservatif setelah 20 bulan. Pasien dengan

    pembedahan mengalami gejala lebih buruk saat awal kedatangan, namun setelah 2 tahun

    follow-up gejala simptomatik pada pasien pembedahan jauh lebih berkurang dibandingkan

    dengan pasien non-pembedahan. 'ejala predominan diantaranya nyeri kaki atau punggung,

    menjadi jauh lebih baik pada ##6 dari pasien pembedahan, dibandingkan dengan 046 dari

    pasien non-pembedahan.

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    5/8

    Gambar !

    " #T$P

    7 Stop merupakan pengatur jarak interspinosus. 7 stop adalah teknologi baru yang

    mensimulasikan pembukaan saluran saat fle8i ke depan sehingga dapat mengurangi gejala

    klaudikasio neurogenik intermitten %gejala iskemia otot& sekunder akibat dari penyempitan

    atau stenosis lumbar spinal. 7 Stop ditanam antara prosesus spinosus dan berguna untuk

    mengurangi ekstensi patologis spinosus sekaligus memungkinkan fleksi serta rotasi lateral

    pada aksial.

    Penelitian pertama dari 7 Stop menggunakan klaudikasio neurogenik sebagai tolak

    ukur keberhasilan pengobatan. Peran pengobatan dari 7 Stop ini sebenarnya belum jelas,

    tetapi dari beberapa penelitian menjelaskan 7 Stop merupakan pilihan jika pasien dengan

    pengobatan konservatif gagal. Penundaan operasi tidak berhubungan dengan *edera

    irreversible neurologis dalam uji korelasi perawatan bedah dan non-bedah. dapun

    pengobatan non-bedah stenosis tulang belakang yaitu bed rest, pemberian 9NS %NS/&,

    analgesik opioid, kortikosteroid oral dan fisioterapi.

    Terapi %armakologis

    NS/ sering diresepkan untuk meminimalkan respon inflamasi dari akar saraf yang

    terkompresi. Sampai saat ini hanya ada satu terapi farmakologi dari klaudikasio neurogenik.

    /alam penelitian ini, pengobatan gabapentin mengakibatkan peningkatan jarak berjalan kaki,

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    6/8

    penurunan intensitas nyeri punggung dan nyeri kaki saat digerakkan, dan perbaikan dalam

    defisit sensorik dan motorik pada pasien dengan LSS.

    $enurut studi observasional Spine Patient 9ut*omes )esear*h Trial %SP9)T&,

    tatalaksana medikamentosa yang diresepkan untuk pasien stenosis tulang belakang berkisar di

    beberapa kelas obat+ agen antiinflamasi %paling sering digunakan&, analgesik opioid, over-

    the-*ounter remedies %obat yang dijual bebas&, anti-depresan trisiklik, dan rela8ants otot.da

    sedikit bukti klinis, selain anekdot, yang mendukung penggunaan obat-obat ini untuk

    klaudikasio neurogenik intermiten. $ungkin ada pengurangan dalam intensitas nyerimekanik

    dengan mekanisme antiinflamasi yang umumnya terkait dengan stenosis lumbalis.

    Terapi &on'armakologi

    $eskipun obat biasanya diperlukan untuk mengelola rasa sakit dan mempertahankan

    fungsi namun, terapi nonfarmakologis tetap menjadi pilihan pengobatan yang penting.

    ntervensi nonfarmakologis meminimalkan resiko dai efek samping obat dan dapat mengatasi

    nyeri dengan efektif. Suatu gagasan mengatakan bahwa antefle8ion di tulang belakang dapat

    mengurangi intensitas nyeri, dan meningkatkan stabilitas saat berjalan karena dapat

    mengurangi lordosis lumbar dan mengurangi stres pada tulang belakang. Pasien dengan LSS

    sering mendapat manfaat dari pengobatan konservatif dalam program terapi fisik %PT&.Namun latihan ekstensi lumbal harus dihindari, karena ekstensi pada tulang belakang dapat

    meningkatkan lordosis pada lumbal sehingga dapat memperburuk LSS.

    :asil dari sebuah studi yang dilakukan oleh ;hitman tahun 0" menunjukkan

    bahwa pasien yang diobati dengan program terapi fisik nonsurgi*al dapat men*apai perbaikan

    klinis selama " minggu dan 2 tahun, teknik rehabilitasi yang paling efektif masih belum jelas.

    Terapi, latihan, dan treadmill %untuk menjaga berat badan&, memiliki manfaat yang lebih

    besar dibandingkan melakukan program latihan fleksi, berjalan, dan

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    7/8

    #untikan #teroid pada Epidural umbal

    =ika terapi konservatif tidak bermanfaat atau ditoleransi dengan baik, dokter

    perawatan primer dapat mempertimbangkan pemberian lumbar epidural steroid inje*tion

    %L>S& sebagai pelengkap lokal untuk pendekatan medis dan nonfarmakologis.

    >pidural suntikan steroid adalah salah satu intervensi yang paling umum dilakukan

    untuk klaudikasio intermiten neurogenik. Sebuah single L>S telah terbukti untuk menunda

    timbulnya nyeri sedang sampai berat saat berjalan dan meningkatkan toleransi berjalan

    dimana yang diukur dengan penilaian treadmill 2# menit. Penelitian telah menunjukkan

    penurunan rasa sakit yang terkait dengan LSS dan peningkatan status fungsional dan bantuan

    dalam kepuasan se*ara keseluruhan dengan L>S. Lumbar epidural suntikan steroid tersedia

    sekitar sepertiga dari populasi pasien ini lebih dari dua bulan dengan bantuan, dan lebih dari

    satu setengah dengan peningkatan fungsi. $ayoritas patients puas dengan L>S sebagai

    bentuk pengobatan dalam membantu mereka melewati periode yang lebih menyakitkan dari

    kondisi mereka, meskipun banyak reinjeksi diperlukan untuk men*egah kekambuhan selama

    1 tahun.

    Sebuah studi telah menemukan bahwa L>S yang paling berguna dalam mengobati

    distribusi radikuler gejala dengan rasa sakit yang paling parah di kaki. $ereka mungkinmeningkatkan fungsi dan mengurangi intensitas nyeri, tetapi pada pasien dengan stenosis

    bertingkat parah, kegunaan L>S mungkin terlalu singkat untuk menjamin efek samping

    jangka panjang dari paparan berulang kortikosteroid dan biaya. Lumbar suntikan epidural

    steroid yang biasa digunakan sebelum pertimbngan operasi untuk mengurangi rasa sakit yang

    terkait dengan LSS dan N!, sebagai sindrom yang mendasari bervariasi dalam intensitas

    dari waktu ke waktu. eberapa bulan lagi ditandai mungkin meniadakan kebutuhan untuk

    dekompresi bedah tanpa batas pada beberapa pasien.

    esimpulan

    Stenosis spinalis tetap menjadi penyebab utama gangguan mobilitas pada orang

    dewasa yang lebih tua. (laudikasio intermiten neurogeni* merupakan bentuk gejala

    predominan menyakitkan yang membuat pasien datang untuk berobat. Laminektomi tetap

    menjadi pilihan terapi, namun terdapat variasi dalam jumlah dan hasil operasi yang mungkin

    menunjukkan penekanan yang berlebihan pada patoanatomi oleh karena terlalu berpatokan

    pada teknologi pen*itraan.

  • 7/25/2019 Pendekatan Diagnosis dan Manajemen untuk Lumbar Spinal Stenosis.docx

    8/8

    (emajuan terbaru dalam pemahaman patofisiologi sindrom neuropati khas ini

    lokalisasi ke *auda e?uina akan memberikan dasar untuk terapi non-bedah yang ada

    kebutuhan yang belum terpenuhi bergelombang. Sebuah generasi baru terapi non-bedah

    untuk mengobati stenosis tulang belakang lumbar dan klaudikasio intermiten neurogenik

    akan memberikan kemungkinan peningkatan mobilitas dan kemandirian selama kehidupan.

    linical Pearls

    (laudikasio vaskular tidak selamanya meningkat dengan perubahan postur

    %membungkuk& pada pasien yang mengalami nyeri ekstremitas bawah yang

    disebabkan oleh karena pengerahan tenaga.

    Suatu penge*ualian bahwa gejala LSS yang tidak diobati menyebabkan progresifitas

    defisit neurologis. Pada sebagian besar pasien, khasnya ialah intensitas nyeri yang

    hilang timbul.

    *+T*#A, -&*

    Stenosis spinalis degeneratif biasanya mempengaruhi seseorang dengan usia lebih

    dari # tahun dan prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

    Nyeri saat berdiri dan berjalan, juga dikenal sebagai klaudikasio intermiten

    neurogenik %N!@Neurogenic Intermittent Claudicatio&, adalah alasan paling banyak

    orang dengan stenosis spinalis datang berobat.

top related