metode penelitian - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39790/5/bab 4.pdf · minyak goreng di pasar...
Post on 27-Aug-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
22
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan
metode post test only control group design.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Desember 2017 hingga Januari
2018 selama kurang lebih 36 hari.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah tikus putih (Rattus novergicus) strain wistar
dewasa.
4.3.2 Sampel
Sampel diambil secara random dari populasi tikus putih (Rattus
novergicus) strain wistar jantan sebagai hewan coba. Sampel terdiri atas
4 kelompok.
4.3.3 Besar Sampel
Estimasi besar replikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan rumus berikut:
(r – 1)(p – 1) ≥ 15
(r – 1)(4 – 1) ≥ 15
23
4r – 3 ≥ 15
r ≥ 4,5 (Supranto, 2007)
Keterangan:
p = perlakuan
r = jumlah replikasi perlakuan
Dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok dengan menggunakan 5
ekor tikus di setiap kelompok sehingga jumlah total tikus minimal yang
digunakan adalah 20 ekor. Masing – masing kelompok diberikan 2 ekor
tikus cadangan untuk mengantisipasi adanya tikus yang sakit atau mati
saat proses adaptasi atau penelitian sehingga di dalam penelitian ini total
tikus yang digunakan adalah 28 ekor tikus.
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel simple random sampling.
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
a. Kriteria Inklusi Tikus Putih
1) Umur 2-3 bulan
2) Berat badan 150 – 250 gram
3) Jantan, strain wistar
4) Sehat, ditandai dengan gerakan yang aktif (normal) dan bulu yang
tebal berwarna putih serta matanya jernih.
24
b. Kriteria Eksklusi
Tikus yang tidak mau makan, kondisinya menurun atau mati selama
adaptasi
c. Kriteria Drop Out
Tikus yang tidak mau makan, kondisinya menurun atau mati selama
perlakuan.
4.4 Variabel dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel Bebas
Ekstrak Kulit Jeruk Lemon
4.4.2 Variabel Tergantung
Kadar trigliserida pada tikus putih jantan (Rattus novergicus strain
wistar).
4.5 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1. Ekstrak
kulit jeruk
lemon
(Citrus
limon)
Ekstrak kulit
jeruk lemon
adalah ekstrak
kulit jeruk lemon
kering yang
dimaserasi
menggunakan
sistem pelarut
etanol 96% dan
aseton dengan
dosis 125
mg/kgBB, 250
Timbangan mg/kgBB Kategorik
25
mg/kgBB dan
500 mg/kgBB
2. Kadar
Trigliserida
Kadar trigliserida
tikus putih
(Rattus
novergicus strain
wistar)
Menggunakan
rumus
mg/dL Numerik
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian
4.6.1 Bahan
a. Ekstrak Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon)
b. Induksi minyak goreng deep frying 1 ml/100gram BB atau sama
dengan 0,3 – 0,4 ml peroral (Sutejo dan Dewi, 2012)
c. Reagen untuk pemeriksaan kadar trigliserida
d. Diet pakan tikus BR-1
e. Kloroform
4.6.2 Instrumen
a. Alat Pemeliharaan Tikus
1) Kandang tikus
2) Penutup kandang dari anyaman kawat
3) Botol air
4) Timbangan
5) Tempat makan tikus
b. Alat Pembedahan Tikus
1) Gunting
2) Pinset
26
3) Botol sediaan
4) Handscoon
5) Pengait jaringan
6) Pisau bedah
c. Alat lain
1) Sonde
2) Kamera digital
3) Spuit injeksi 3 ml
4) Label
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pembagian Kelompok Tikus
Tikus yang digunakan dibagi menjadi 4 kelompok dengan menggunakan
5 ekor tikus di setiap kelompok sehingga jumlah total tikus minimal yang
digunakan adalah 20 ekor. Masing – masing kelompok diberikan 2 ekor
tikus cadangan untuk mengantisipasi adanya tikus yang sakit atau mati
saat proses adaptasi atau penelitian, sehingga dalam penelitian ini total
tikus yang digunakan adalah 28 ekor tikus.
a. Kontrol positif: diberikan induksi minyak goreng deep frying selama
14 hari tanpa pemberian ekstrak kulit jeruk lemon, kemudian diberi
pakan standar pada 15 hari berikutnya.
b. Kelompok 1: diberikan induksi minyak goreng deep frying 1 ml/100gr
BB tikus selama 14 hari dengan pemberian ekstrak kulit jeruk lemon
sebanyak 25 mg/ekor/hari selama 15 hari
27
c. Kelompok 2: diberikan induksi minyak goreng deep frying 1 ml/100gr
BB tikus selama 14 hari dengan pemberian ekstrak kulit jeruk lemon
sebanyak 50 mg/ekor/hari selama 15 hari
d. Kelompok 3: diberikan induksi minyak goreng deep frying 1ml/100gr
BB tikus selama 14 hari dengan pemberian ekstrak kulit jeruk lemon
sebanyak 100 mg/ekor/hari selama 15 hari
4.7.2 Adaptasi
Proses adaptasi hewan coba dalam kandang dilakukan selama 7 hari
dengan tujuan agar tikus menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
baru.
4.7.3 Penentuan Dosis Ekstrak Kulit Jeruk Lemon
Dosis yang dipakai menurut Muhtadi dalam National Journal of
Physiology, Pharmacy and Pharmacology (2015) adalah 125 mg/kgBB,
250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB. Berat tikus adalah sekitar 150 - 200 gr
sehingga ekstrak kulit jeruk lemon yang diberikan yaitu:
Dosis I = 125 mg/kgBB x (0,15 - 0,2) = 18, 75 - 25 mg/ekor/hari
Dosis II = 250 mg/kgBB x (0,15 - 0,2) = 37,5 - 50 mg/ekor/hari
Dosis III = 500 mg/kgBB x (0,15 - 0,2) = 75 -100 mg/ekor/hari
4.7.4 Pemberian Minyak Goreng Deep Frying
Pembuatan minyak goreng deep frying menggunakan minyak curah yang
dipanaskan berulang sebanyak lima kali untuk menggoreng gorengan
selama 10 menit. Minyak goreng deep frying didapatkan dari membeli
minyak goreng di pasar Mergan dan diberikan kepada penjual gorengan
di sebelah Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Malang untuk
28
digunakan sebanyak lima kali penggorengan. Minyak yang digunakan
adalah minyak yang sama (tidak diganti dan tidak dilakukan penambahan
volume minyak segar). (Budinastiti et al., 2016). Pemberian minyak
goreng deep frying pada tikus diberikan 1 kali dalam sehari 1ml/100gr
BB tikus atau setara dengan 0,3 – 0,4 ml peroral. Dalam penelitian
sebelumnya menunjukkan pemberian minyak goreng deep frying dapat
meningkatkan kadar trigliserida pada tikus selama 15 hari (150-250 g)
(Sutejo dan Dewi, 2012)
4.7.5 Pembuatan Ekstrak Kulit Lemon (Citrus limon)
a. Pembuatan serbuk kulit lemon
Jeruk Lemon didapatkan dari UPT Materia Medica Batu. Kulit jeruk
lemon yang dikumpulkan, dibersihkan dan dipotong – potong kecil,
dikeringkan, dan diblender menjadi bubuk. Bubuk kering ditimbang
dan siap untuk diekstrak.
b. Proses ekstraksi
Ekstrak kulit jeruk lemon disiapkan dengan maserasi atau perendaman
menggunakan sistem pelarut etanol 96% dan aseton dengan rasio 4:1
yang dijauhkan dari sinar matahari dan diaduk selama 3 hari. Maserasi
lalu difilter dengan corong Buchner. Ampas yang tersisa dimaserasi
kembali dua kali lagi. Filtrasi dari ekstrak digabungkan dan
dipekatkan menggunakan evaporator untuk mendapatkan ekstrak
kering.
Ekstrak kulit jeruk lemon yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
29
Dosis 1 (untuk 7 tikus selama 15 hari) :
18,75 - 25 x 7 x 15 = 1968,75 - 2625 mg
Dosis 2 (untuk 7 tikus selama 15 hari) :
37,5 - 50 x 7 x 15 = 3937,5 - 5250 mg
Dosis 3 (untuk 7 tikus selama 15 hari) :
75 - 100 x 7 x 15 = 7875 - 10500 mg
Jadi, total kebutuhan ekstrak kulit jeruk lemon sebanyak 13.781,25 mg –
18.375 mg.
4.7.6 Proses Pengambilan Darah, Anastesi dan Pembedahan Hewan Coba
a. Proses Anastesi
Proses anastesi dilakukan satu persatu terhadap hewan coba yaitu
dengan cara memasukkan hewan coba ke dalam toples kaca yang
berisi kapas yang sudah dicampur dengan kloroform karena bahan ini
mudah didapat. Anastesi dilakukan secara inhalasi pada hewan coba
dengan dosis kloroform 10 ml per 10 hewan coba, anastesi dilakukan
sampai tikus pingsan, kemudian dihitung selama 20 detik, kemudian
langsung diangkat dari toples pembiusan untuk dilakukan
pembedahan
b. Proses Pembedahan
Setelah hewan coba teranastesi dengan baik (keadaan pingsan), hewan
coba diletakkan pada meja lilin dan keempat kaki hewan coba
difiksasi terhadap meja lilin dengan menggunakan jarum pentul.
Dengan menggunakan gunting bedah, dilakukan pembedahan pada
30
abdomen hingga setinggi leher. Dengan menggunakan spuit 3 ml,
darah hewan coba diambil dari ventrikel kiri sebanyak ± 3 ml.
4.7.7 Penguburan Tikus Percobaan
Setelah hewan coba dibedah, harus dipastikan bahwa hewan coba tidak
mengalami recovery. Sebelum dilakukan penguburan hewan coba,
dipastikan bahwa denyut nadi sudah berhenti. Jika hewan coba
mengalami recovery maka harus dilakukan prosedur euthanasia, salah
satunya dengan prosedur Cervical Dislocation, yaitu dengan cara
memisahkan tengkorak dan vertebrae (Alexandru, 2011). Setelah
dibedah, hewan coba akan dikuburkan dengan cara (SEPA,2009) :
1. Tikus dibungkus dengan polibag
2. Tikus dimasukkan ke dalam lubang pada tanah yang kering dengan
kedalaman 1 meter dan jarak minimal 250 meter dari sumber air
3. Masing-masing lubang berisi tidak lebih dari sepuluh ekor tikus
4.7.8 Pemeriksaan Kadar Trigliserida
Pemeriksaan kadar trigliserida dilakukan dengan metode glycerol-3-
phosphate oxidase – phenol aminophenazone (GPO – PAP). Sebanyak
10 µL serum direaksikan dengan reagen trigliserida sebanyak 1000 µL
lalu diinkubasi pada suhu 25oC selama 20 menit atau pada suhu 37oC
selama 10 menit. Serapan larutan dibaca pada panjang gelombang 500
nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pengukuran dilakukan
terhadap reagen yang digunakan sebagai blanko (Baron, 2007).
Trigliserida (mg/dL) =
Absorban Sampel
Absorbansi Standarx konsentrasi standar trigliserida
31
4.8 Alur Penelitian
4.9 Analisis Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji
normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA, uji Bonferroni, uji regresi linier yang
Adaptasi hewan coba selama 7 hari
Kontrol positif
Minyak
goreng deep
frying
1ml/100gram
BB tikus
selama 14 hari
tanpa
dilanjutkan
pemberian
ekstrak kulit
lemon
Kelompok 1
Minyak goreng
deep frying
1ml/100gramB
B tikus selama
14 hari
dilanjutkan
pemberian
ekstrak kulit
lemon 125
mg/kgBB/hari
selama 15 hari
Kelompok 2
Minyak goreng
deep frying
1ml/100gramB
B tikus selama
14 hari
dilanjutkan
pemberian
ekstrak kulit
lemon 250
mg/kgBB/hari
selama 15 hari
Kelompok 3
Minyak goreng
deep frying
1ml/100gramB
B tikus selama
14 hari
dilanjutkan
pemberian
ekstrak kulit
lemon 500
mg/kgBB/hari
selama 15 hari
Pemeriksaan kadar trigliserida
Tikus yang telah dipastikan mati dikubur
Pembedahan dan pengambilan darah pada jantung tikus menggunakan
spuit 3 cc
Analisa data
32
diolah menggunakan program SPSS 23 (Statistical Product and Service
Solution versi 23).
a. Uji normalitas dengan uji Saphiro-Wilk karena besar sampel yang
digunakan ≤ 50. Data dianggap normal jika hasil p > 0,05. Jika hasil p <
0,05 maka data dapat ditransformasi.
b. Uji homogenitas dengan uji Levene digunakan untuk menentukan varian
data sama atau tidak. Apabila distribusi data normal dan homogen
dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.
c. Uji one way ANOVA membuktikan adanya perbedaan yang bermakna
antara kontrol dengan perlakuan dengan perubahan kadar trigliserida. Hasil
uji ANOVA dikatakan ada perbedaan yang bermakna jika signifikansi (sig)
< 0.05
d. Uji Bonferroni digunakan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna
antara masing-masing kelompok perlakuan dalam penelitian.
e. Uji regresi linier untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara dosis
ekstrak kulit jeruk lemon terhadap kadar trigliserida.
4.10 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3
1 Pengurusan Izin x
2 Persiapan buah
lemon dan hewan
coba
x
3 Proses adaptasi
hewan coba
x
4 Pembuatan
ekstrak buah
lemon
x x
5 Pemberian
induksi minyak
x x
33
goreng deep
frying
6 Pemberian
ekstrak buah
lemon
x x
7 Dilakukan
pemeriksaan
kadar trigliserida
x
8 Analisa data
x x
9 Konsultasi dan
revisi akhir
x x x x
top related