lapsus askariasis.docx
Post on 01-Jan-2016
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. Identitas Pasien
Nama : Zulkifli
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 Tahun
Alamat : Jl. Kerung-kerung makassar.
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Tgl. Masuk : 09-08-2013
Tgl. Keluar : 14-08-2013
II. Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri ulu hati.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RS TK-II PELAMONIA dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 tahun
yang lalu sebelum masuk RS.
Nyeri ulu hati yang dirasakan interminten. Pasien juga merasa mual dan muntah. Nafsu
makan baik, namun pasien selalu merasa cepat kenyang. Buang air besar normal bewarna
kuning kecoklatan tanpa disertai darah dan lendir. Buang air kecil normal tidak nyeri dan
berwarna kuning bening. Pada hari ketiga dirawat di RS Pelamonia pasien muntah dan
mengeluarkan cacing yang berukuran kurang lebih 10 cm, pasien mengaku hal ini dialami
pertama kali.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama tidak ada. Riwayat epiktaksis (+) sejak pasien berusia 7 tahun,
riwayat dispepsia (+) sejak duduk di bangku SMP.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 80 x / menit, reguler
- Pernapasan : 18 x /menit
- Suhu : 36,50 C
- Ikterus : -/-
- Oedema : -/-
- Cyanotik : -/-
- Anemia : -/-
- Ptechia : -
- Turgor kulit : Baik
- Tinggi Badan : 162 cm
- Berat badan : 55 Kg
KEPALA
- Bentuk : Normal, simetris
- Rambut : Hitam, tidak mudah tercabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
edema palpebra (-)
pupil isokor kanan = kiri,
Refleksi cahaya (+).
Exophtalmus (+)
- Telinga : Bentuk normal, simetris, membran timpani intak
- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi
- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri saat menelan.
LEHER
Bentuk normal, deviasi trakhea (-), ikut gerakan menelan (+) dan tidak ada pembesaran
KGB.
THORAKS
- Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris
pergerakan napas kanan = kiri.
Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Batas Jantung
Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan
Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
- Auskultasi : Pernapasan vesikuler, rhonki -/- , wheezing -/-
bunyi jantung I-II murni, reguler.
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut tidak membuncit simetris
vena kolateral (-)
caput Medussae (-)
umbilikus tidak menonjol
- Auskultasi : bunyi peristaltik (+), kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Tympani, Shifting dullnes (-)
GENITALIA
♂ Tidak dilakukan evaluasi..
EKSTREMITAS
- Superior : Hangat
Eritema palmaris (-/-)
Sianosis (-/-)
Clubbing finger (-/-)
edema (-/-)
- Inferior : Hangat
edema (-/-)
Sianosis (-/-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Kimia klinik
Fungsi Hati
- SGOT : 72 U/L 0 - 38
- SGPT : 112 U/L 0 - 42
Pemeriksaan darah lengkap
- HCT : 446 H %
- MPV : 77 uM3
- WBC : 1041 103/mm3
- LED : 65
Pemeriksaan USG abdomen
- kesan USG abdomen dalam batas normal
Resume:
Seorang Pria berusia 17 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri ulu hati yang dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluh mual dan muntah. Nafsu
makan baik, namun pasien selalu merasa cepat kenyang. Buang air besar normal dan buang air
kecil normal. Pada hari ketiga dirawat di RS Pelamonia, pasien muntah dan mengeluarkan cacing
yang berukuran kurang lebih 10 cm. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada ulu hati. Pada pemeriksaan laboratorium
SGOT, SGPT meningkat,
DIAGNOSIS KERJA
Askariasis
DIAGNOSIS BANDING
Ileus obstruktif
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
V. PENATALAKSANAAN
1. Albendazole 400 mg (dosis tunggal)
2. Mebendazol 100 mg, 2x1 selama 3 hari
3. Pirantel Pamoat. Dosis tunggal 10mg/kgBB
4. Levamisol Hidroklorida. Dosis tunggal 150 mg untuk dewasa, dan 50 mg untuk orang
dengan berat badan <10 kg
5. Piperazin 30 ml
6. Edukasi :
a. menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran manusia;
b. mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan;
c. mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buah-buahan;
d. melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan makanan apapun
yang jatuh di lantai.
Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat
pembuangan kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus.
Dimanalimbah digunakan untuk irigasi kolam stabilisasi sampah dan beberapa
teknologilainnya yang efektif dalam penurunan transmisi akibat makanan tumbuh
di tanahyang terkontaminasi.10
PENGKAJIAN MASALAH
A. PENDAHULUAN
Ascariasis disebabkan oleh infestasi cacing Ascariasis Lumbrocoides atau cacing gelang.
Ascaris lmbricoides adalah cacing bulat yang besar dan hidup dalam usus halus manusia. Cacing
ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab
dengan sanitasi yang buruk Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak.
Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar
halaman rumah, dibawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.(1)
Infeksi pada manusia terjadi kalau larva cacing ini mengkontaminasi makanan dan
minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus halus dan
kemudian menuju pembuluh darah dan limfe menuju paru. Setelah itu larva cacing ini akan
bermigrasi ke bronkus, faring dan kemudian turun ke esophagus dan usus halus. Lama perjalanan
ini sampai bentuk cacing dewasa 60-75 hari.panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup dalam
usus halus manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai cacing
dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan. (1)
Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot
ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antihelmentik, cacing akan
dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa
di dalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram
protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh
infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi
(malnutrisi). (2)
Telur ini akan menetas di usus, kemudian berkembang jadi larva menembus dinding usus,
lalu masuk ke dalam paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru manusia disebut terinfeksi
sindroma loeffler. Setelah dewasa, Ascaris lumbricoides akan mendiami usus manusia dan
menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan berkembang biak (3)
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.. Pada stadium larva,
Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom
Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia,
dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. (3)
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti
tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran
empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk
menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen (3)
B. DEFINISI
Ascariasis disebabkan oleh infestasi cacing Ascariasis Lumbrocoides biasa
disebut “round worm of man “ atau cacing gelang. Ascaris lmbricoides adalah cacing
bulat yang besar dan hidup dalam usus halus manusia. Ascariasis adalah suatu penyakit
parasit usus pada manusia yang terbesar (1,3)
Ascaris lumbricoides merupakan cacing usus yang terbesar, mampu membesar
sehingga 35cm panjang dan 0,5cm garis tengah. Ascaris hidup di dalam usus dan telurnya
terdapat pada feses orang yang terinfeksi. Jika orang yang terinfeksi defekasi di luar atau
feses orang yang terinfeksi digunakan sebagai baja, maka telur akan berada di tanah, lalu
menjadi matang dan berada dalam bentuk infeksius. Ascariasis disebabkan oleh telur
yang tertelan. Hal ini bisa terjadi apabila jari atau tangan yang mengandungi tanah yang
mengandung telur tadi dimasukkan ke dalam mulut atau terjadi akibat konsumsi sayuran
atau buah yang tidak dicuci, tidak dibuang kulit atau tidak dimasak dengan cara yang
benar (4)
C. EPIDEMIOLOGI
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk Di Indonesia prevalensi askariasis
tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan
pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, dibawah pohon, di tempat
mencuci dan di tempat pembuangan sampah.(1)
D. MORFOLOGI
Cacing dewasa berbentuk giling (silindris) memanjang, berwarna krem / merah
muda keputihan dan panjangnya dapat mencapai 40cm. Ukuran cacing betina 20-35cm,
diameter 3-6mm dan cacing jantan 15-31cm dan diameter 2,4mm. Mulut terdapat tiga
tonjolan bibir berbentuk segitiga (satu tonjolan di bagian dorsal dan dua lainnya di
ventrolateral) dan bagian tengahnya terdapat rongga mulut (buccal cavity). Cacing jantan
mempunyai ujung posterior melengkung ke ventral seperti kait, mempunyai 2 buah
copulatory spicule panjangnya 2mm yang muncul dari orifisium kloaka dan di sekitar
anus terdapat sejumlah papillae. Cacing betina pula mempunyai ujung posterior tidak
melengkung ke arah ventral tetapi luas. Cacing ini juga mempunyai vulva yang sangat
kecil terletak di ventral antara pertemuan bagian anterior dan tengah tubuh dan
mempunyai tubulus genitalis berpasangan terdiri dari uterus, saluran telur (oviduct) dan
ovarium (2)
Gambar 1 Ascaris lumbricoides (dikutip dari kepustakaan 3)
Cacing dewasa berbentuk silinder dan berwarna pink, yang jantan lebih kecil dari
betina. Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina berkisar 22-35 cm.
Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian untaian rambut di ujung
ekornya (posterior), pada betina pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Pada ujung kepala (anterior) terdapat tiga bibir yang tersusun
Chinese word “ 品 ”.(3)
Gambar 2 tiga bibir pada bagian anterior (dikutip dari kepustakaan 3)
Cacing ini telah memiliki saluran pencernaan yang lengkap, organ reproduksi
berbentuk tubular, yang jantan mempunyai tubula reproduktif tunggal, yang betina
mempunyai dua buah tubula reproduktif dan vulva secara ventral terdapat pada bagian
posterior 1/3 bagian anterior tubuh.(3)
Cacing dewasa hidup pada usus manusia . Seekor cacing betina dapat bertelur
sampai 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron,
sedangkan telur yang tidak dibuahi bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur
yang telah dibuahi inilah yang menginfeksi manusia.(3)
Telur Ascaris ditemukan dalam dua bentuk, yang dibuahi (fertilized) dan tidak
dibuahi (unfertilized).
1. Fertil egg
Berbentuk oval, berwarna coklat, rata-rata ukurannya 60 x 45 μm. Kulitnya
tipis terdiri dari ascaroide, lapisan chitin, membran fertil, yang berisi sel telur yang
fertil .Fertil egg msh dalam bentuk uniseluler ketika melewati feses.(3)
Gambar 3. fertile egg (dikutip dari kepustakaan 3)
2. Unfertil egg
lebih panjang dan lebih bulat dibandingkan dari fertil egg.lapisan kitin dan
albumin lebih tipis dari fertil egg tanpa ascaroide dan membran fertil. Berisi granul
refracable yang berbeda ukuran
Gambar 4. infertile egg (dikutip dari kepustakaan 3)
E. ETIOLOGI
Ascariasis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi roundworm eggs. ascariasis adalah infeksi cacing pada usus yang paling
umum. Ditemukan pada orang yang higienisnya buruk, sanitasi yang jelek, dan
penggunaan feses sebagai pupuk (3)
F. SIKLUS HIDUP ASCARIASIS
Gambar 5 siklus hidup Ascariasis Lumbricoides (dikutip dari kepustakaan 4)
Pertama Cacing dewasa tinggal di lumen usus kecil. Cacing betina dapat
menghasilkan sekitar 200.000 telur per hari, Telur dibuahi dapat dicerna tetapi tidak
infektif. Telur subur menjadi infektif setelah 18 hari sampai beberapa minggu tergantung
pada kondisi lingkungan. Setelah telur infektif yang tertelan larva menetas menyerang
mukosa usus, dan dibawa melalui portal, maka sirkulasi sistemik ke paru-paru, Larva
dewasa lanjut dalam paru-paru (10 sampai 14 hari), menembus dinding alveolar, naik
pohon bronkial ke tenggorokan, dan tertelan.Setelah mencapai usus kecil, mereka
berkembang menjadi cacing dewasa (4)
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat
mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21
hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan
tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva
akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem
peredaran, yakni hati, jantung kemudian di paru-paru. (3)
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus,
trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di
usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian
berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja.
Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada
tempatnya (3)
G. GAMBARAN KLINIK
Gejala klinis yang timbul pada penderita disebabkan oleh cacing dewasa dan
larva. Selama bermigrasi larva dapat menimbulkan gejala bila merusak kapiler atau
dinding alveolus paru. Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya perdarahan,
penggumpalan sel leukosit dan eksudat yang akan menghasilkan konsolidasi paru dengan
gejala panas , batuk berdarah, sesak nafas dan pneumonitis askariasis. Pada foto thorax
tampak infiltrate yang mirip pneumonia viral yang menghilang dalam waktu 3 minggu,
keadaan ini disebut sindrom loefler. Pada pemeriksaan darah akan didapatkan eosinofilia.
(1)
Larva cacing ini dapat menyebar dan menyerang organ lain seperti otak, ginjal,
mata, sumsum tulang belakang dan kulit. Dalam jumlah sedikit cacing dewasa tidak akan
menimbulkan gejala kadang- kadang penderita ini mengalami gejala gangguan usus
ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Bila infestasi tersebut
berat dapat menyebabkan cacing-cacing ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi
obstruksi usus (ileus).. Cacing dewasa dapat juga menyebabkan gangguan nutrisi
terutama pada anak-anak. Cacingg ini dapat mengadakan sumbatan pada saluran empedu,
sluran pancreas, divertikel dan usus buntu. Selain hal tersebut diatas, cacing ini dapat
juga menimbulkan gejala alergik seperti urtikaria, gatal- gatal dan eosinofilia. Cacing
dewasa dapat keluar melalui mulut dengan perantaraan batuk, muntah atau langsung
keluar melalui hidung (1)
H. KELAINAN LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan fungsi hati
3. USG
I. DIAGNOSIS
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau
ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. (5). Kadang pada muntahan
penderita terdapat cacing dewasa, Pada pemeriksaan darah jumlah eosinofil meningkat.
Diagnosa pasti dengan pemeriksaan tinja telor/cacing dewasa (9)
Radiografi dada dapat menunjukkan kekeruhan sekilas selama migrasi paru.
Radiografi abdomen dapat menunjukkan pola pusaran cacing intraluminal. Tingkat cairan
udara berbasis sempit tanpa loop buncit usus pada film polos tegak menunjukkan
obstruksi parsial. Tingkat cairan udara berbasis lebar dengan loop buncit menunjukkan
obstruksi lengkap. (6)
Gambar 8: USG abdomen menunjukkan Ascaris sebagai single, panjang,
struktur Echogenic lengkung (panah tipis) di kantong empedu (panah tebal)
(dikutip dari kepustakaan 8)
J. PENATALAKSANAAN
a. PENCEGAHAN
Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah
orang yang terinfeksi penyakit askariasis:10
o menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran
manusia;
o mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan;
o mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buah-
buahan;
o melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan makanan
apapun yang jatuh di lantai.
Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat
pembuangan kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus.
Dimanalimbah digunakan untuk irigasi kolam stabilisasi sampah dan beberapa
teknologilainnya yang efektif dalam penurunan transmisi akibat makanan tumbuh
di tanahyang terkontaminasi.10
b. PENGOBATAN
Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:10,11.12
1. Albendazole
Albendazole mempunyai aktivitas antihelmintik yang besar. Selain
bekerjaterhadap cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas
larvisidal dan ovisidal obat ini secara selektip bekerja menghambat pengambilan
glukosa oleh usus cacing dan jaringan dimana larva bertempat tinggal. Akibatnya
terjadi pengosongan cadangan glikogen dalam tubuh parasit yang mana menyebabkan
berkurangnya pembentukan adenosine triphosphate (ATP). ATP ini penting
untuk reproduksi dan mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.13
Spektrum aktivitasnya sangat luas yaitu meliputi Nematoda, Cestoda
daninfeksi Echinococcus pada manusia. Jadi, albendazole aktif terhadap
Ascarislumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata.13
Albendazole merupakan obat yang aman, hanya sedikit jarang, ditemukan
efek samping berupa mulut kering, perasaan tak enak di epigastrium, mual, lemah dan
diare. S.C.Jagota (1986) meneliti efikasi Albendazole terhadap soil
Transmitted helminthiasis dengan dosis 400 mg dosis tunggal dan tinja
diperiksa ulang pada minggu ketiga setelah pemberian obat pada penelitian ini
diperolehangka kesembuhan 92.2% untuk Ancylostoma duodenale; 90 5% untuk
Trichuristrichiura dan 95.3% untuk Ascaris lumbricoides.13
Setelah pemberian tunggal dosis 400 mg, terlihat efek samping minor yaitu
nyeri pada epigastric dan diare, kurang dari 6% pasien yang mengalaminya.
2. Mebendazol.
Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang
baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa
melihatumur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus
terjadimigrasi ektopik.
3. Pirantel Pamoat.
Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif
untuk menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah
ringandan obat ini biasanya dapat diterima (“welltolerated”). Obat ini
mempunyaikeunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang.
Obat 8 berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel
berbagaicacing Nematoda merupakan hal yang biasa.
4. Levamisol Hidroklorida.
Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif
yangmenyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis
tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan
<10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.
5. Piperazin.
Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius
vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam
dosis tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750mg piperazin). Reaksi
sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan mebendazol. Ada kalanya
dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan tidak tetap dan vertigo
K. PROGNOSIS
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis
baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.
(1).
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis
mencapai 70 hingga 99%. (3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Pohan H.T. Ascariasis. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta : Pusat Penerbitan
FKUI 2007. Hal 2938 - 2942
2. Rasmaliah. Ascariasis. In epidemiologi FKM UISU Universitas Sumatera (online) 2013 (cited
2013 juli 07) available from www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../ikm-jun2007-
11%20(12)
3. Hasnah. Ascariasis (online) 2013 (cited 2013 juli 07) available from :
http://www.docstoc.com/docs/23578868/ASCARIS-LUMBRICOIDES
4. Anonym. Pathogenesis of Ascariasis. Center for disease control and prevention (online) 2013
(cited 2013 juli 07) available from : http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html
5. Anonym. Ascariasis. (online) 2013 (cited 2013 juli 07) available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis
6. Haburchak, David R.Ascariasis Division of Infectious Disease, Medical College of Georgia
available from : http://emedicine.medscape.com/article/212510-overview
7. Anonym. Ascariasis (online) 2013 (cited 2013 juli 07) available from :
http://medicastore.com/penyakit/96/Askariasis_%28infeksi_cacing_gelang_usus%29.html
8. Gude.D. Gallbladder Ascariasis International jurnal of health of Jss University (online) 2013
(cited 2013 juli 07) available from : http://www.ijhas.in/article.asp?issn=MPWK-
0010;year=2013;volume=2;issue=1;spage=56;epage=57;aulast=Gude
9. Anonym. Ascariasis, Bagian Ilmu kesehatan Anak FK USU. (online) 2013 (cited 2013 juli 07)
available from : www.ocw.usu.ac.id/course/download/1125.../mk_itps_slide_ ascariasis .pdf
10. World Health Organization (WHO). Water related diseases: Ascariasis .Communicable Diseases
(CDS) and Water, Sanitation and Health unit (WSH) (cited 2013 juli 07) Available from :
http://www.who.int/water_sanitation_health/diseases/
11. Shoff, William H.PediatricAscariasis. Department of Emergency Medicine,Hospital of the
University of Pennsylvania. (cited 2013 juli 07) Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/996482-overview
12. Syamsu, Yohandromeda. Ascariasis, Respons IgE dan UpayaPenanggulangannya . Program Studi
Imunologi Program Pasca SarjanaUniversitas Airlangga.
13. Jagota SC, 1986. Albendazole, a Broad Spectrum Anthelmintic, in theTreatment of Intenstinal
Nematode and Cestode Infection: A MulticenterStudy in 460 Patients. Clin.Ther ; 8 : 226-231,
1986.
top related