lakip eselon 2014
Post on 12-Jan-2017
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
Direktorat Jenderal Cipta Karya
DAFTAR ISI
PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi RINGKASAN EKSEKUTIF vii LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI I – 2 1.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN I – 13 1.3. RENCANA STRATEGIS I – 20 1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA I – 34 BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN II – 1 2.2. PERJANJIAN KINERJA II – 3 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI III – 1 3.2. REALISASI ANGGARAN III – 33 BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN 4.2. REKOMENDASI
IV – 1 IV – 2
iii
Direktorat Jenderal Cipta Karya
DAFTAR TABEL Tabel i Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 ix Tabel ii Trend Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Periode 2010-2013 x Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS I – 11 Tabel 1.2. Persebaran SDM I – 11 Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin I – 12 Tabel 1.4. Kondisi, Tantangan Pembangunan Tahun 2014 I – 18 Tabel 1.5. Tabel 2.1.
Desain Program Ditjen Cipta Karya Rencana Kinerja Tahunan
I – 33 II – 2
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja II – 4 Tabel 3.1. Kategorisasi Kinerja III – 1 Tabel 3.2. Pengelolaan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014 III – 2 Tabel 3.3. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014 III – 3 Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum
dan Sanitasi Permukiman Perkotaan III – 5
Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Terhadap RPJMN dan Renstra
III – 6
Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9.
Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014
III – 7 III – 10 III – 11 III – 12
Tabel 3.10. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang
III – 15
Tabel 3.11. Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014 III – 16 Tabel 3.12. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur
Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
III – 18
Tabel 3.13. Kinerja Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan
III – 19
Tabel 3.14. Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Ditjen Cipta Karya Periode 2010-2014
III – 23
iv
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 3.15. Fasilitas Kerjasama Multipihak Program CSR oleh Ditjen CK 2010-2014 III – 29 Tabel 3.16. Tren Realisasi Anggaran Periode 2010-2014 III – 33 Tabel 3.17. Tabel 3.18.
Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014
III – 34 III – 34
Tabel 3.19. Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 III – 36
v
Direktorat Jenderal Cipta Karya
DAFTAR GAMBAR Gambar i Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan 2010-2014 xi Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya I – 3 Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM I – 8 Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan
Sanitasi I – 9
Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS I – 10 Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang I – 10 Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis I – 12 Gambar 1.7. Gambar 1.8. Gambar 1.9.
Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya
I – 15 I – 16 I – 31
Gambar 2.1. Pembangunan Revitalisasi Kabupaten Sumbawa Kawasan Istana Dalam Loka NTB
II – 8
Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM III – 10
vi
Direktorat Jenderal Cipta Karya
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I RENCANA KINERJA TAHUNAN LAMPIRAN II PENETAPAN KINERJA LAMPIRAN III PENGUKURAN KINERJA LAMPIRAN IV PETA SEBARAN LOKASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA PER OUTPUT LAMPIRAN V PENGHITUNGAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN PMK 249 TAHUN
2011 LAMPIRAN VI PIAGAM PENGHARGAAN LAMPIRAN VII DOKUMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA LAMPIRAN VIII INOVASI TEKNOLOGI LAMPIRAN IX RENCANA AKSI
vii
Direktorat Jenderal Cipta Karya
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Tahun 2014 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Ditjen. Cipta Karya Tahun 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahunan 2014 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2014. Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 pada hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun bersangkutan. Terhadap pelakasanaan pembangunan bidang Cipta Karya, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
A. Tujuan dan Sasaran
Dalam upaya merealisasikan good governance, Ditjen. Cipta Karya telah melaksanakan berbagai kegiatan dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran serta mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam RENSTRA. Tujuan Ditjen Cipta Karya adalah:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim)
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah
Adapun Visi Ditjen. Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Sejalan dengan visi, telah dirumuskan misi sebagai berikut: [1] Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah, [2] Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya, [3] Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung, [4] Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan [5] Mewujudkan organisasi
viii
Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance. Selanjutnya dengan mengacu kepada tujuan telah pula ditetapkan sasaran strategis Ditjen Cipta Karya sebagai berikut:
1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.
2. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.
3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat.
B. Kinerja sasaran Pencapaian sasaran strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman
perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 10.353 l/det (126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM (99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733 kawasan (96,83%).
2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan revitalisasi kawasan permukiman di 54 kawasan (98,18%)
3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 16.106 desa (102,44%)
Pencapaian sasaran tersebut diperoleh dari capaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Cipta Karya yang telah disepakati di lingkup Ditjen Cipta Karya. Capaian kinerja sasaran (outcome) Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 tercermin dari pencapaian indikator kinerja utama sebagaimana tergambar dalam tabel i berikut:
ix
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel i. Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014
Sumber : LAKIP Es II Cipta Karya 2014
Adapun trend pencapaian sasaran selama periode Renstra 2010 – 2014 adalah sebagai berikut :
x
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel ii. Trend Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Renstra * 2010 2011 2012 2013 2014 **
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8)
l/det - 2,576 5,745 6,381 9,264 10,353
IKK 872 170 178 192 331 321
Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air Minum Kwsn 1,277 71 355 331 728 490
IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 872 170 178 192 331 321
Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 10,142 2,807 1,811 2,312 1,805 1,979
Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kwsn 776 19 65 244 388 148
Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM 505 87 103 124 107 119
PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM 505 87 103 124 107 119
Kab/Kota 674 87 156 138 137 142
Kwsn 1,297 93 203 731 946 733
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota 13 0 0 0 8 5
Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn 921 37 129 630 850 684
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota 236 25 58 46 56 68
Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara
dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahKab/Kota 425 62 98 92 73 69
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu/3RKwsn 376 56 74 101 96 49
Pembangunan Rusunawa TB 250 40 65 53 67 25Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta
Infrastruktur PendukungnyaTB 250 40 65 53 67 25
Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Kwsn 1,355 137 322 411 437 54
Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kwsn 1,355 137 322 411 437 54Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan
Gedung Negara/BersejarahKab/Kota 316 44 134 44 130 25
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Perdesaan/Kumuh/NelayanDesa 36,361 14,848 16,792 16,517 27,569 16,106
Kelurahan/Desa yang Mendapatkan Pendampingan
Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Kel/Desa 10,999 10,948 10,930 10,925 11,066 11,066
Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 25,362 3,900 5,862 5,592 16,503 5,040
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
Meningkatnya Kualitas
Layanan Air Minum dan
Sanitasi Permukiman
Perkotaan
Meningkatnya Kualitas
Kawasan Permukiman dan
Penataan Ruang
Meningkatnya Kualitas
Infrastruktur Permukiman
Perdesaan/Kumuh/Nelayan
Dengan Pola Pemberdayaan
Masyarakat
Sumber : *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)LAKIP Es II Cipta Karya 2014
C. Kinerja Keuangan
Dalam melaksanakan sasaran sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya didukung pendanaan sebesar Rp. 14.549.478.381.000,- dengan capaian sebesar Rp. 13.929.670.602.000,- (95,74%). Adapun trend capaian kinerja keuangan selama periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:
xi
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar i. Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan 2010-2014
Pencapaian anggaran Ditjen Cipta Karya dari tahun 2010 – 2014 sempat mengalami trend meningkat hingga sebesar Rp. 20.890.695.803.000,- ditahun 2013, namun menurun di tahun 2014. Pada tahun 2014 anggaran Ditjen Cipta Karya menurun menjadi Rp. 14.549.478.381.000,- dikarenakan adanya penghematan. Namun demikian, penghematan yang terjadi tidak banyak menurunkan pencapaian output.
D. Kendala
Secara umum, hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan telah tercapai sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan, walaupun masih terdapat beberapa kendala dan permasalahan, antara lain terkait dengan:
a. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
b. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman
khususnya terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda)
c. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat
perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
Rib
u R
p
Rencana
Realisasi
xii
Direktorat Jenderal Cipta Karya
d. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang
menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada
pertengahan tahun anggaran berjalan.
e. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria
seperti kesiapan lahan.
f. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya
E. Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai perbaikan ke depan antara lain:
1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target
kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM,
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya.
2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan,
semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja.
3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman.
4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah
lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya
dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan
bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi
bidang permukiman.
5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan
kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun
pemanfaatan infrastruktur terbangun.
Melalui Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2010-2014.
I-1
Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB I PENDAHULUAN
Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disertai Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, maka setiap Eselon I dan Eselon II pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di akhir tahun anggaran. Begitu pula dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, dimana pada akhir tahun anggaran 2014 menyusun LAKIP Eselon I.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Ditjen Cipta Karya disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan atas kinerja serta capaian yang telah dilaksanakan selama 1 tahun. Hasilnya diharapkan dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran instansi Ditjen Cipta Karya dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun program di tahun berikutnya. Dengan demikian program di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bab ini menjelaskan tentang mandat Ditjen Cipta Karya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang pembentukan organisasi kementerian dan lembaga. Berdasarkan PerPres tersebut, Ditjen Cipta Karya adalah unsur pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang cipta karya. Bab ini juga menggambarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi sesuai dengan Renstra Ditjen Cipta Karya.
Sesuai Peraturan Menteri PU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pasal 538, mandat Ditjen Cipta Karya adalah:
I-2
Direktorat Jenderal Cipta Karya
1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
A. TUGAS DAN FUNGSI
TUGAS
Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
FUNGSI
1. Perumusan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang meliputi permukiman perkotaan dan perdesaan, tata bangunan dan lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, dan drainase, serta bangunan gedung dan rumah negara.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi penyusunan program dan anggaran, evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan, pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi, serta fasilitasi kegiatan strategis nasional, termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
Dalam membantu mewujudkan tugas dan fungsi tersebut, Ditjen Cipta Karya didukung oleh lima (5) unit kerja eselon II yang terdiri atas Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Air Minum, dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman serta satu unit kerja unsur pendukung yang dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. Khusus di bidang air minum dan sanitasi, Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki 2 (dua) Unit Pelayanan Teknis (UPT) berupa Balai Pembinaan Teknik Air minum dan Sanitasi setingkat eselon III yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Jenderal Cipta Karya. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga dibantu oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM) dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, unit pelaksana eselon II di dukung oleh 5 (lima) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan NSPK dan pemberian bimbingan
I-3
Direktorat Jenderal Cipta Karya
teknis. Unit pendukung eselon II di dukung oleh 4 (empat) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi dukungan administrasi dan manajemen keciptakaryaan.
Secara keseluruhan Ditjen Cipta Karya memiliki 5 (lima) Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Badan, 25 (duapuluh lima) Subdirektorat, 5 (lima) Bagian Pendukung, 3 (tiga) Bidang, serta 2 (dua) Balai UPT yang tugas dan fungsinya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk lebih detail terkait struktur organisasi Ditjen Cipta Karya, dapat dilihat pada Gambar 1.1.
B. STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN HUKUM DAN
PER-UU
BAGIAN UMUM
DAN PBMN
SUB DIREKTORAT KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
SUB DIREKTORAT PROGRAM DAN
ANGGARAN
SUB DIREKTORAT KERJASAMA
LUAR NEGERI
SUB DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI
SUB DIREKTORAT
EVALUASI KINERJA
SUB DIREKTORAT PERENCANAAN
TEKNIS
SUB DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN BARU
SUB DIREKTORAT PENINGKATAN
PERMUKIMAN WIL I
SUB DIREKTORAT PENINGKATAN
PERMUKIMAN WIL II
SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN
SUB DIREKTORAT PERENCANAAN
TEKNIS
SUB DIREKTORAT PEMBINAAN
PENGELOLAAN GEDUNG DAN
RUMAH NEGARA
SUB DIREKTORAT WILAYAH I
SUB DIREKTORAT
WILAYAH II
SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN
SUB DIREKTORAT PERENCANAAN
TEKNIS
SUB DIREKTORAT
INVESTASI
SUB DIREKTORAT WILAYAH I
SUB DIREKTORAT
WILAYAH II
SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN
SUB DIREKTORAT PERENCANAAN
TEKNIS
SUB DIREKTORAT
AIR LIMBAH
SUB DIREKTORAT DRAINASE
SUB DIREKTORAT
PERSAMPAHAN
SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN
PEMBINAAN KELEMBAGAAN
SUBBAG TU
SUBBAG TU
SUBBAG TU
SUBBAG TU
SUBBAG TU
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PLP
DIREKTORAT PENGEMBANGAN
AIR MINUM
DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN
DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
DIREKTORAT BINA PROGRAM
BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN ORTALA
I-4
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Adapun tugas dan fungsi unit-unit pendukung Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dalam memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi:
- perencanaan, pembinaan, dan pengembangan pegawai, pengelolaan administrasi kepegawaian serta evaluasi dan penyusunan organisasi dan tata laksana;
- pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, serta pembinaan dan pengelolaan akuntansi, termasuk penyusunan akuntansi keuangan Direktorat Jenderal;
- penyusunan dan pembinaan peraturan perundang-undangan, pembinaan hukum dan pemberian bantuan hukum;
- penyelenggaraan tata usaha dan urusan rumah tangga, serta pengelolaan barang milik negara Direktorat Jenderal;
- pengelolaan sarana dan prasarana penanggulangan darurat bencana; dan
- koordinasi pemantauan, pengelolaan data dan informasi, evaluasi dan pelaporan kejadian bencana alam serta penanggulangannya.
2. Direktorat Bina Program
Dalam merumuskan kebijakan, menyusun rencana, program dan anggaran termasuk sumber pembiayaan, pengelolaan data, dokumentasi, publikasi, serta evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Bina Program menyelenggarakan fungsi :
- penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan, baik di perkotaan maupun di perdesaan;
- penyusunan program dan anggaran penyediaan prasarana dan sarana;
- pengembangan kerjasama dan penyiapan administrasi pinjaman/hibah luar negeri serta pengembangan program investasi;
- evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program;
- pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik; dan
I-5
Direktorat Jenderal Cipta Karya
- pelaksanaan tata usaha Direktorat.
3. Direktorat Pengembangan Permukiman
Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman, Direktorat Pengembangan Permukiman menyelenggarakan fungsi:
- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; dan
- pelaksanaan tata usaha Direktorat
4. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
- penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
I-6
Direktorat Jenderal Cipta Karya
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
- pelaksanaan tata usaha Direktorat.
5. Direktorat Pengembangan Air Minum
Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan fungsi:
- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
- pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum; dan
- pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi:
- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;
- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase, dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
- pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;
I-7
Direktorat Jenderal Cipta Karya
- penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan
- pelaksanaan tata usaha Direktorat.
7. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM)
BPPSPAM bertugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, BPPSPAM menyelenggarakan fungsi:
- Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan strategi
- Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penerapan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) oleh penyelenggara dan masyarakat
- Melakukan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan SPAM
- Memberikan rekomendasi tindak turun tangan terhadap penyimpangan standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan
- Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM oleh koperasi dan badan usaha swasta
- Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat
Unit kerja BPPSPAM memiliki struktur organisasi yang berbeda dari keseluruhan Eselon I. Unit kerja BPPSPAM merupakan badan yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. BPPSPAM dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Peraturan Menteri No 249/PRT/M/2005. BPPSPAM memiliki tugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
I-8
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM
8. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, melalui Sekretaris Jenderal Cipta Karya erdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi memiliki tugas melaksanakan bimbingan teknis dan pemberdayaan pengelolaan sistem penyediaan air minum dan sanitasi dengan tugas pokok mengembangan kurikulum, melaksanakan bimbingan teknis bidang air minum dan sanitasi, serta pelatihan lainnya, dan diseminasi bahan latihan.
KETUA
ANGGOTA ANGGOTA Masyarakat
Pelanggan
ANGGOTA
Penyelenggara
ANGGOTA
Profesi
SEKRETARIS
KABAG UMUM
DAN INFORMASI
KABAG
TATA USAHA
KABAG INFORMASI DAN
TATA LAKSANA
KABAG
KEUANGAN
KEPALA BIDANG PEMANTAUAN DAN
EVALUASI KINERJA
KEPALA BIDANG KAJIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM
KEPALA BIDANG ANALISA KEUANGAN,
INVESTASI DAN PROMOSI
KELOMPOK PROFESIONAL PEJABAT FUNGSIONAL DAN TENAGA AHLI BIDANG
PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN TENAGA AHLI BIDANG LAINNYA
I-9
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dalam penyelenggaraan tugasnya tersebut, Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi menyelenggarakan fungsi:
- Pelaksanaan bimbingan teknik pelayanan air minum dan sanitasi
- Pemberdayaan kemampuan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan system penyediaan air minum dan sanitasi
- Penyebarluasan dan penerapan teknologi rancang bangun sistem penyediaan air minum dan sistem pengolahan sanitasi
- Pengelolaan laboratorium dan bengkel kerja air minum dan sanitasi
- Penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik Negara
- Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi
KEPALA BALAI / KEPALA SATKER
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL KA. SUB. BAG. TATA USAHA
KA. UR. UMUM DAN KEUANGAN
KA. UR. KEPEGAWAIAN
KA. SIE AIR MINUM
KA. SUBSIE AIR MINUM
KA. SIE SANITASI
KA. SUBSIE SANITASI
BENDAHARA PENGELUARAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
PEJABAT PENANDA TANGAN
SPM
PEJABAT PEMUNGUT
PNBP
BENDAHARA
PENERIMAAN
PANITIA POKJA/ PENGADAAN
BARANG JASA
SEKRETARIS DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
I-10
Direktorat Jenderal Cipta Karya
C. KERAGAMAN SDM
Dalam mendukung tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya beserta unit kerja pendukungnya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya didukung oleh 2.177 orang pegawai dengan keragaman SDM sebagai berikut:
Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014
Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS Di tahun 2014, proporsi terbesar SDM Ditjen Cipta Karya berasal dari golongan III sebanyak 1.411 orang (65%) yang terbagi golongan ruang sebagaimana terdapat pada gambar 1.5.
IV/E IV/D IV/C IV/B IV/A III/D III/C III/B III/A II/D II/C II/B II/A I/D I/C I/B I/A
JUMLAH 2 7 13 42 79 122 305 516 468 17 151 350 64 14 22 10 1
2 7 13 42
79 122
305
516
468
17
151
350
64 14 22 10 1
-
100
200
300
400
500
600
GRAFIK GOL. RUANG
Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang
2%
27%
65%
6%
Gol I
Gol II
Gol III
Gol IV
I-11
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa 65% SDM yang berasal dari golongan III, umumnya didominasi oleh SDM dengan golongan ruang III/B sebanyak 516 orang yang sebagian besar merupakan pegawai negeri sipil (masa kerja >5 tahun).
Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS
No. Pendidikan Jumlah
1. S3 8 orang
2. S2 359 orang
3 S1 1.024 orang
4. D III 94 orang
5. SMA 607 orang
6. SMP 46 orang
7. SD 45 orang
Total 2.183 orang
Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014
Jika dilihat dari sisi pendidikan, maka komposisi terbesar ada pada SDM yang berpendidikan S1 sebanyak 1.024 orang (47%) dan SMA sebanyak 607 orang (28%). Kemudian, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, Ditjen Cipta Karya, juga menyediakan/bekerjasama menyediakan dukungan beasiswa dari Universitas dalam maupun luar negeri.
Terhadap persebaran SDM di setiap unit kerja Es II, sebagaimana terlihat pada tabel 1.2. maka akan terlihat persebaran SDM yang kurang lebih merata.
Tabel 1.2. Persebaran SDM
No. Unit Kerja Jumlah
1. Sekretariat Direktorat Jenderal 196 orang
2. Direktorat Bina Program 212 orang
3. Direktorat PBL 374 orang
4. Direktorat Pengembangan Permukiman 443 orang
5. Direktorat Pengembangan PLP 395 orang
6. Direktorat Pengembangan Air Minum 466 orang
7. BPPSPAM 97 orang
Total 2.183 orang
Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014
I-12
Direktorat Jenderal Cipta Karya
1 Orang 11 Orang
34 Orang
Es II
Es III
Es IV
Komposisi terbesar persebaran PNS ada di Direktorat Pengembangan Air Minum sebanyak 466 orang dan yang terendah di BPPSPAM sebanyak 97 orang. Dari analisis kebutuhan pegawai, dapat disampaikan bahwasanya jumlah pegawai di beberapa unit kerja masih belum memadai, hal ini dikarenakan besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan ketersediaan SDM.
Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Unit Kerja Jumlah
1. Laki-Laki 1.386 orang
2. Perempuan 797 orang
Total 2.183 orang
Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014
Berdasarkan jenis kelamin, SDM Direktorat Jenderal Cipta Karya masih didominasi Laki-laki sebanyak 1.386 orang (63%) sementara Perempuan sebanyak 797 orang (37%). Walaupun komposisi SDM Ditjen Cipta Karya didominasi oleh Laki-Laki, namun demikian terdapat beberapa orang Perempuan diantaranya berperan penting dalam pembangunan bidang Cipta Karya karena menduduki posisi strategis. Dimana sebanyak 34 perempuan menduduki posisi Eselon IV, 11 perempuan menduduki posisi Eselon III dan 1 perempuan menduduki posisi Eselon II.
Sumber:Data Kepegawaian, Seditjen 2014
Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis
I-13
Direktorat Jenderal Cipta Karya
1.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
Subbab ini menjelaskan lingkungan strategis yang melatarbelakangi dan memberikan arahan dalam pembangunan bidang Cipta karya. Lingkungan strategis pembangunan bidang Cipta Karya dipengaruhi oleh tantangan dan isu-isu strategis tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya selama tahun 2010-2014. Tantangan serta isu-isu tersebut meliputi:
A. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
Tantangan pembangunan sub bidang ke-Cipta Karya-an sebagaimana tertuang dalam Permenpu No 20/PRT/M/2012 tentang Perubahan kedua atas Permenpu No 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014:
1. Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar yang sampai saat ini masih belum menuai hasil yang optimal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah, sementara konflik sosial yang berkaitan dengan pengelolaan TPA sampah sampai saat ini masih sering terjadi di samping ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang masih belum memadai.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangganya serta mengurangi volume timbulan sampah mulai dari skala rumah tangga dalam rangka mengurangi beban TPA
3. Meningkatkan keterpaduan penanganan sistem drainase mulai dari sistem terkecil (tersier, sekunder) hingga sistem primer yang pelaksanaanya harus selaras dengan RTRW yang berlaku.
4. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan akan menuntut pelayanan sanitasi sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis.
5. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan.
6. Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum.
7. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum.
I-14
Direktorat Jenderal Cipta Karya
8. Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah setiap tahunnya.
9. Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan.
10. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas.
11. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global.
12. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman.
13. Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.
14. Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan.
15. Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang infrastruktur permukiman, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
Isu strategis bidang ke-Cipta Karya-an:
1. Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 247 juta jiwa (BPS, 2013). Diperkirakan jumlah penduduk ini akan terus bertambah, tiap tahunnya bertambah 4 juta-5 juta, atau setara dengan jumlah penduduk Singapura. Menyediakan sarana prasarana permukiman untuk penduduk sebesar itu merupakan tantangan besar bagi Ditjen Cipta Karya karena laju pertumbuhan infrastruktur harus ditingkatkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan jumlah penduduk. Di samping itu, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia cenderung meningkat. Saat ini lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan proporsinya akan terus bertambah di masa mendatang. Pesebaran penduduk Indonesia pun tidak merata. 58 % dari total penduduk atau 143 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk membangun prasarana permukiman secara merata dan berkeadilan karena pengembangan infrastruktur
I-15
Direktorat Jenderal Cipta Karya
permukiman dapat memicu pertumbuhan ekonomi kawasan.
2. Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan
Di samping adanya ketimpangan persebaran penduduk, kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kontribusi kegiatan ekonomi di kawasan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua terhadap PDRB nasional hanya 9.31 % (BPS, 2013), meskipun kawasan timur Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan timur Indonesia perlu diperhatikan pemerintah pusat. Angka penduduk miskin di Indonesia, walaupun setiap tahun terus mengalami penurunan, bisa dikatakan masih cukup besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa (11,25% dari total penduduk Indonesia). Faktor kemiskinan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap pelayanan air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di kawasan permukiman kumuh yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dan aksesibilitas infrastruktur permukiman yang tidak memadai.
Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014
Gambar 1.7. Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan
Padahal infrastruktur permukiman seperti air minum dan sanitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas penduduk sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan permukiman haruslah memberdayakan masyarakat dan berkontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di tanah air.
I-16
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014
Gambar 1.8. Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau
3. Desentralisasi
Sejak diberlakukannya otonomi daerah yang mengacu pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, maka hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan (TURBINWAS) serta tugas lain dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum.Namun, keterbatasan kapasitas yang dimiliki Pemda mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat. Hal ini tercermin dari rendahnya kontribusi Pemda dalam penyediaan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB). Padahal, pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pengembangan infrastruktur permukiman, Selain itu, pembangunan ekspansif disertai ego kedaerahan telah menyebabkan aktivitas eksploitasi lingkungan yang membahayakan daya dukung kawasan/kota. Maka dari itu, kebijakan yang disusun perlu mendorong peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam mengembangkan infrastruktur permukiman yang lebih hijau di daerah masing-masing.
I-17
Direktorat Jenderal Cipta Karya
4. Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim
Kurangnya kesadaran masyarakat dengan paradigma not in my back yard (NIMBY) telah menyebabkan sampah dan air limbah yang belum diolah mengalir ke badan air sehingga terjadi pencemaran. Akibatnya air permukaan tidak bisa lagi digunakan sebagai air baku. Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan fisik infrastruktur saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh, tetapi juga diperlukan adanya perubahan perilaku masyarakat. Perubahan iklim merupakan suatu tantangan yang nyata terutama bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Perubahan iklim global yang disebabkan emisi gas rumah kaca mempengaruhi siklus air sehingga memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas hujan serta menaikan permukaan laut sehingga meningkatkan kerawanan kekeringan dan banjir. 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan operasi. Untuk itu perubahan iklim perlu diantisipasi melalui tindakan adaptasi dan mitigasi agar bisa meminimalisir bencana alam yang dipicu perubahan iklim.
5. Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Dimulai dari adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, maka dibentuklah Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 363/KPTS/M/2009 tentang Pembentukan Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum.
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, pelaksanaan pembangunan yang responsif gender dapat diukur dari 2 (dua) hal yaitu: Pelaku Pembangunan dan Penerima Manfaat Hasil Pembangunan yaitu kondisi dimana seluruh lapisan masyarakat (laki-laki, perempuan, lansia, anak-anak dan kaum difable mempunyai kesetaraan dan keadilan di dalam kesempatan untuk mendapatkan akses, ikut terlibat dalam partisipasi, memiliki kontrol/pengawasan dan menerima manfaat hasil pembangunan.
6. MDGs (Millenium Development Goals)
Pembangunan bidang Cipta Karya yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum juga mengacu kepada lingkungan strategis yang
I-18
Direktorat Jenderal Cipta Karya
berskala internasional, yaitu Millenium Development Goals (MDGs). Millenium Development Goals merupakan agenda masyarakat internasional dalam pencapaian pembangunan untuk pengentasan kemiskinan, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kondisi kehidupan global yang mempunyai milestone pada tahun 2015, yang dideklarasikan oleh para pemimpin dunia pada bulan September 2000 pada Konperensi Tingkat Tinggi Millenium, dengan menetapkan 8 (delapan) butir sasaran utama yang akan dicapai pada tahun target sasaran 2015 dengan tolok ukur kondisi tahun 1990. Adapun ruang lingkup Cipta Karya di dalam MDGs :
Tujuan 7 : Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Target 10 : Penurunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015
Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020
B. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN 2014
Tabel berikut ini berisi informasi tentang kondisi sumberdaya keciptakaryaan (SDM, Asset, anggaran DIPA, dan beban SDM) yang telah diperhitungkan pada saat penyusunan Renstra dan harus dipantau setiap tahun. Kondisi sumberdaya keciptakaryaan tersebut sangat berpengaruh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang harus dihadapi selama melaksanakan Renstra.
Tabel 1.4. Kondisi, dan Tantangan Pembangunan Tahun 2014
Uraian Kondisi dan Tantangan 2012 2013 2014
Kondisi
1. Total SDM Ditjen CK (orang) 2.240 2.177 2.183
2. Pejabat Fungsional (orang) 80 88 207
3. Nilai Aset Tetap (Milyar Rp) 31.614 36.340 37.291
4. Nilai Aset Tidak Tetap (Milyar Rp) 657 1.013 1.026
5. Anggaran (DIPA Realisasi dalam milyar Rp) 12.710 20.890 13.948
6. Beban SDM dalam milyar Rp/kapita 5,67 9,59 6,38 Sumber : DIPA realisasi dari data E-mon 12/12/14; 16:00
I-19
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Sebagaimana tertera pada tabel tersebut, total SDM Cipta Karya mengalami peningkatan dikarenakan ada penambahan pegawai baru, sedangkan jumlah pejabat fungsional mengalami peningkatan (kenaikan jumlah pejabat fungsional antara 2012-2014 sangat signifikan dibandingkan penurunan pada periode 2011-2012).
Adapun beban SDM dalam milyar rupiah di tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,21 milyar, hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran pada tengah dan akhir tahun.
Tantangan Cipta Karya:
1. Sektor AM
- Akses air minum aman nasional (2013) 67,7% dengan rincian jaringan perpipaan sebesar 17,9% dan bukan jaringan perpipaan 48,8% . akses air minum aman di perkotaan sebesar 79,3% dan perdesaan 56,2%
- Masih terdapat idle capacity sebesar 37.900 l/det
- NRW nasional sebesar 33%
- Keterbatasan air baku untuk air minum sebesar 128 m3/det
- Komitmen pemda untuk pendanaan air minum (DDUB) hanya 0,04% dari total APBD (2012)
- Masih terdapat 104 PDAM yang kurang sehat di 2013 (30%) dan 70 PDAM berstatus sakit (20%)
- Kurangnya kompetensi pengelola SPAM di daerah dimana terdapat kebutuhan peningkatan kompetensi pengelola SPAM di seluruh kab/kota mencapai 51.000 orang sementara Kapasitas Balai Teknis Air Minum dan Sanitasi ± 2000 orang/tahun.
I-20
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tantangan Cipta Karya:
2. Sektor PLP
- Akses pelayanan pengelolaan sampah baru 79,80% (2013) dengan rincian di perkotaan sebesar 87% dan perdesaan sebesar 72,60%. Pada kawasan perkotaan, pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 41% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 46%. Pada kawasan perdesaan pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 69,20% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 3,40%.
- Masih rendahnya komitmen pemda dalam pengelolaan sampah yang ditunjukkan dengan besaran anggaran untuk penanganan sampah dibawah 5% dari jumlah anggaran APBD
- Belum seluruh kab/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah (regulator dan operator)
3. Sektor Bangkim
- Luas permukkiman kumuh perkotaan seluas 37.407 Ha atau setara 3.286 kawasan
- Baru 215 kab/kota yang memiliki Sk Walikota/Bupati tentang permukiman kumuh
4. Sektor PBL
- Baru 49% kab/kota memiliki perda BG
- Masih minimnya BG yang memiliki IMB
- 3,1% kab/kota yang baru memiliki SLF
- 0,4% kab/kota yang baru melakukan pendataan BG
- Baru 3 bangunan gedung Negara yang sudah bangunan gedung hijau
5. Pengelolaan Aset
- Belum tertibnya penatausahaan BMN
- BMN yang digunakan/dikuasai Pihak Lain
Sumber: Berbagai sumber, 2014
1.3. RENCANA STRATEGIS
Dalam penyelenggaraan fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyusun Rencana Strategis yang dirancang dan digunakan sebagai acuan awal dalam
I-21
Direktorat Jenderal Cipta Karya
menuju sasaran yang akan dicapai. Penyusunan Rencana Strategis sepenuhnya mempertimbangkan tuntutan lingkungan strategis yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Rencana Strategis yang dimaksud pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dicapai dalam penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya selama lima tahun mendatang dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran.
Dalam Laporan Kinerja ini, digunakan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 yang telah mengalami revisii.
Namun demikian pada bab evaluasi, dibahas juga pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya terhadap Renstra 2010-2014. Rumusan yang konstruktif dan terpadu ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kondisi yang mempengaruhi serta tantangan yang dihadapi.
Untuk itu telah dirumuskan langkah-langkah perencanaan dalam bentuk Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, serta Program Ditjen. Cipta Karya yang dapat digambarkan sebagai berikut:
A. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
VISI dan MISI
Visi Ditjen Cipta Karya selaras dengan Visi Kementerian PU yaitu kehendak untuk mewujudkan infrastruktur yang memadai dan berbasis wilayah artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah beberapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut.
Infrastruktur PU yang terbangun, diharapkan mampu memberi dukungan untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah/daerah; berkontribusi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah bebearapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut.
I-22
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Berdasarkan Visi Kementerian PU tersebut, maka Visi Ditjen Cipta Karya :
Adapun makna dari visi tersebut adalah:
Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.
Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.
Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
Misi Ditjen Cipta Karya pada dasarnya juga harus selaras dengan Misi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Ditjen Cipta Karya tersebut maka ditetapkan misi Ditjen Cipta Karya sebagai berikut :
1. Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance.
Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan
I-23
Direktorat Jenderal Cipta Karya
TUJUAN
Dari lima tujuan Kementerian Umum, terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Visi, Misi serta potensi maupun permasalahan infrastruktur bidang permukiman yang ada. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim)
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah
SASARAN
Dengan mengacu sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum, maka sasaran Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dicapai meliputi:
1. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.
2. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.
4. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman
B. KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
Kebijakan penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan tidak hanya agar sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya saja tetapi juga disesuaikan dengan beberapa dokumen kebijakan dan strategi nasional seperti RPIJM Kab/Kota, Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP-Kota), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), serta kebijakan dan
I-24
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah permukiman (KSNP-SPALP). Kebijakan penyelenggaraan Direktorat Jenderal Cipta Karya tersebut difokuskan pada hal-hal sebagai berikut:
1. AIR MINUM
- Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%).
- Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan.
- Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, di samping mendorong pemerintah provinsi/ kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum.
- Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum.
- Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan aktif dalam memberikan pelayanan air minum.
2. AIR LIMBAH
- Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.
- Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dan pemerintah.
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.
- Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.
3. PERSAMPAHAN DAN DRAINASE
- Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan persampahan dan drainase.
I-25
Direktorat Jenderal Cipta Karya
- Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase.
- Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA.
- Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan.
- Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase.
- Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait.
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.
4. BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
- Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung.
- Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung.
- Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun internasional.
5. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
- Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.
- Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
- Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.
I-26
Direktorat Jenderal Cipta Karya
PROGRAM
Selama kurun waktu 2010-2014, seluruh kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dituangkan dalam satu program pelaksanaan yaitu:
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
KEGIATAN
1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek permukiman.
- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek bangunan gedung dan lingkungan.
- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air limbah dan drainase.
- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air minum.
- Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman
- Jumlah kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi, serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman
- Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK
2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.
3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah rusunawa terbangun.
4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
- Jumlah kawasan permukiman perdesaan ditangani.
- Jumlah kawasan pusat pertumbuhan terbentuk
5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
I-27
Direktorat Jenderal Cipta Karya
- Jumlah desa tertinggal yang ditangani
- Jumlah kelurahan/desa yang meningkat kualitasnya melalui pemberdayaan masyarakat
6. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan yang meningkat fungsinya.
7. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
- Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah
- Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani
8. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan.
9. Terlaksananya pembinaan kemampuan pemda/PDAM, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kabupaten/kota PDAM yang memperoleh pembinaan kemampuan.
10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.
11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak.
KEGIATAN PRIORITAS
Kegiatan Prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman.
2. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan Permukiman.
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan.
I-28
Direktorat Jenderal Cipta Karya
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
7. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan
C. KEBIJAKAN BARU
Ditahun 2014 pelaksanaan kinerja Ditjen CK dipengaruhi oleh beberapa kebijakan baru, yaitu:
1. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur, maka ditetapkan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.
I-29
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Visi dalam RPJPN 2025 tersebut diterjemahkan ke dalam 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utama dalam MP3EI, yaitu: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional; dan (3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
Strategi utama untuk mewujudkan visi tersebut adalah:
a. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya.
Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
b. Penguatan Konektivitas Nasional
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional, yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS), (b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), (c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN), dan (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen tersebut.
c. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional
Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI.
I-30
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam system pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut di atas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi.
2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Keppres Nomor 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro Rakyat mengamanatkan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai coordinator Kelompok Kerja Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan. Sebagai anggota Pokja tersebut adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi & UMKM, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPS, Bappenas, dan BPN. MP3KI merupakan affirmative action atau program keberpihakan terhadap rakyat miskin, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya progrowth atau pertumbunan ekonomi semata, tapi juga pro-poor, pro-job dan pro-environment, temasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin. MP3KI merupakan program yang memiliki target yang kongkrit, terukur dan fokus, serta sinergi dengan berbagai program kemiskinan yang ada di K/L, termasuk ke-4 klaster program penanggulangan kemiskinan. Ke-4 klaster dimaksud adalah: (1) Klaster I, antara lain: Beasiswa miskin, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan BLT (bila diperlukan saat krisis); (2) Klaster II, program-program pemberdayaan masyarakat (PNPM); (3) Klaster III, Kredit Usaha Rakyat; dan (4) Klaster IV: rumah sangat murah, kendaraan umum angkutan murah, air bersih, listrik murah & hemat, peningkatan kehidupan nelayan dan peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.
Tujuan MP3KI adalah akselerasi pertumbuhan dengan pemerataan. Pendekatannya dilakukan berdasarkan peningkatan nilai tambah berbasis komoditi unggulan wilayah. MP3KI diharapkan akan menjadi gerakan nasional dengan melibatkan unsur pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat. MP3KI ini tidak akan berdiri sendiri, tapi akan komplemen dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada (RPJP, RPJMN, MDG dan Penanggulangan Kemiskinan. Dengan demikian pelaksanaan program MP3KI yang dilaksanakan pemerintah pusat harus sinkron dengan program pemerintah-program pemerintah daerah, termasuk sinkronisasi perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi ini terjadi, maka kehadiran MP3KI tidak akan menjadi pesaing dari program-program penanggulangan kemiskinan, baik yang sudah ada di K/L maupun di daerah.
I-31
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Sebaliknya semua akan merasa memiliki. Rumah tangga di kawasan perkotaan yang masuk dalam kategori miskin dan sangat miskin menjadi sasaran penerima manfaat program ini. Kementerian PU membangun lingkungan fisik dari permukiman di mana penerima manfaat tinggal, yaitu umumnya di kawasan maupun kantong-kantong permukiman kumuh di perkotaan. Sedangkan kementerian lain dalam Pokja tersebut diharapkan juga berkontribusi dalam membangun aspek sosial (pendidikan, kesehatan) dan aspek ekonomi. Sehingga masyarakat miskin yang menjadi penerima manfaat dapat mengalami peningkatan taraf kehidupan dalam berbagai aspek, meliputi fisik, sosial, dan ekonominya. Karena tujuan dari program ini selaras dengan tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kesejahteraan masyarakat
Pada tahun 2014 akan dilakukan peningkatan dan perluasan program-program pro-rakyat yang tergabung dalam Klaster IV, dimana program-program ini ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan termarjinalkan. Program-program tersebut ditujukan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui tiga klaster program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, cakupan sasaran, program dan kegiatan untuk pengurangan kemiskinan akan diperluas termasuk juga keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan program. Untuk meningkatkan dukungan dari pihak pihak terkait, maka akan diadakan peningkatan sosialisasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan dari unsur-unsur pemerintahan, swasta, universitas, dan asosiasi pekerja baik di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian, maka pemerintah dapat melakukan implementasi kegiatan program program di Klaster 4 dengan lebih baik.
3. Kebijakan Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:
I-32
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014
Gambar 1.9. Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya
Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan Juli 2014 terdapat 142 kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A.
Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2014, diidentifikasi sebanyak 111 kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi
I-33
Direktorat Jenderal Cipta Karya
karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan memiliki program yang responsif.
Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.
Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif. Pada Klaster E ini juga difasilitasi daerah yang berprestasi dan memiliki inovasi baru. Pada kabupaten/kota tersebut, dilakukan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu berbasis penataan ruang pada entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, dan komunitas/lingkungan.
Adapun desain program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5. Desain Program Ditjen Cipta Karya
ENTITAS BENTUK DUKUNGAN KEGIATAN
SOFTWARE PEMBANGUNAN FISIK
Kawasan
RTBL
Desain
Sektor AM
SPAM MBR (di Rusunawa, Kws Kumuh dan Kws Nelayan)
SPAM di Kawasan KAPET/MP3EI/KEK
SPAM IKK
SPAM di Pel. Perikanan
SPAM di Kws Perbatasan
Sektor Bangkim
Rusunawa
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
PSD Kws Rawan Bencana, Kws Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, & Kws Perdesaan Potensial (agropolitan dan KTM)
Lingkungan
Rencana Kerja Masyarakat/ Community Action Plan
Sektor AM
SPAM Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
PAMSIMAS
Sektor Bangkim
PPIP
Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman (Perbaikan Kampung/KIP)
Sektor PPLP
SANIMAS
Sektor PBL
PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)
Revitalisasi Kawasan, Penataan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014
I-34
Direktorat Jenderal Cipta Karya
1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAKIP
Bab I dimana dalam bab ini menjelaskan tugas fungsi serta struktur organisasi direktorat jenderal cipta karya serta kebijakan-kebijakan yang ada
Bab II dimana dalam bab ini menjelaskan perencanaan yang dilakukan direktorat jenderal cipta karya dalam mencapai target kinerja selama satu tahun anggaran
Bab III dimana dalam bab ini menjelaskan tentang akuntabilitas kinerja terkait analisa capaian terhadap kinerja IKU serta analisa terhadap capaian kinerja keuangannya
Bab IV dimana dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari laporan kinerja ini
Lampiran yang terdiri dari Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Dokumen Perjanjian Kinerja (PK), Dokumen Penilaian Kinerja Kegiatan (PKK), Dokumentasi Kegiatan, Piagam Penghargaan, Peta Persebaran Output, Hasil Perhitungan PMK 249/2011, Rencana Aksi dan Inovasi.
II-1
Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Dalam siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), setelah ditetapkanya Renstra, secara rutin setiap tahun diterbitkanlah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) sebagai acuan dalam penyusunan dokumen pengganggaran. Selanjutnya, keluaran dari dokumen penganggaran (DIPA/RKA-KL) kemudian dirumuskan dalam suatu perjanjian kinerja (PK) yang menjadi landasan bagi unit kerja dalam melaksanakan tugasnya di tahun yang bersangkutan. Bab ini menyampaikan ikhtisar hal-hal penting yang tertera pada dokumen rencana kinerja tahunan (RKT) dan dokumen perjanjian kinerja yang tertera dalam dokumen penetapan kinerja (PK) yang meliputi, output, outcome dan indikator kinerja utama.
2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN
Ditjen Cipta Karya sebagai instansi yang melaksanakan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang diturunkan dari Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Pada pelaksanaannya, RKT ini kemudian dijadikan acuan dalam proses penganggaran. Lebih rinci terkait RKT dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini.
II-2
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 2.1. Rencana Kinerja Tahunan
Sumber: Dokumen RKT Ditjen Cipta Karya, 2014 (Permen PU No 22/2012)
Dalam rangka mencapai sasaran yang telah dirumuskan dalam Renstra Ditjen Cipta Karya, Direktorat Jenderal Cipta karya telah menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Dalam Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mencapai sasaran strategis:
1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan terbinanya kemampuan Pemda melalui PDAM.
2. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang keberhasilan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa terbangunnya rusunawa serta terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan.
3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa meningkatnya infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan.
4. Meningkatnya kualitas pembangunan bidang cipta karya dengan indikator keberhasilan berupa jumlah laporan kebijakan dan
SATUAN TARGET1 2 4 5
01 Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det -
Output penting :- IKK 180 - Kawasan 300 - Desa 1,722 - Kawasan 322
Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 98 Kab/Kota 118
Output penting :- Kab/Kota 13 - Kawasan 55 - Kab/Kota 45 - Kab/Kota 60 - Kawasan 43
Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 101 Output penting :
- PDAM 101 03 Pembangunan Rusunawa Twin Blok 30
Output penting :- Twin Blok 30
Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 262 Output penting :
- Kawasan 262 - Kab/Kota 47
04 Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Desa 15,948 Output penting :
- Kel/Desa 10,948 - Desa 5,000
3
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKUURAIAN
Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan
Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum
Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase PerkotaanJumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahJumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R
Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya
Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan LingkungannyaJumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat
Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman
II-3
Direktorat Jenderal Cipta Karya
strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data dan informasi serta evaluasi kinerja bidang permukiman.
Untuk sasaran ke-empat, tidak dicantumkan dalam RKT karena tidak tercantum dalam Permen PU Nomor 22/PRT/M/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor 03/PRT/M/2010 tentang Penetapan Indikator kinerja Utama di Lingkungan Kementerian PU. Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran-sasaran ini didukung secara khusus oleh unit-unit kerja tertentu yaitu:
1) Direktorat Pengembangan Air Minum yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan air minum bagi 300 kawasan MBR, 180 IKK, 322 kawasan khusus dan 1.722 desa serta pembinaan terhadap 101 PDAM.
2) Direktorat Pengembangan PLP yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off-site di 13 Kab/kota, infrastruktur air limbah on-site di 55 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 45 Kab/kota, infrastruktur TPA di 40 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 63 kawasan
3) Direktorat Pengembangan Permukiman yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan pembangunan 30 TB rusunawa serta sasaran 3 melalui pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di 5.000 desa
4) Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 262 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 47 Kab/kota Serta sasaran 3 melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(P2KP/PNPM) di 10.948 kel/desa.
2.2. PERJANJIAN KINERJA Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB No 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reiviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian Kinerja adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Namun demikian, Perjanjian Kinerja Tahun 2014 tidak mengikuti PerMen PAN dan RB tersebut dikarenakan pada saat disusun di awal tahun 2014 masih diberlakukan Peraturan Menteri PAN dan RB No 29 Tahun 2010 tentang Panduan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
II-4
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja
Sumber: Dokumen Penetapan/Perjanjian Kinerja Ditjen Cipta Karya, 2014
Sesuai dengan besaran anggaran yang diterima oleh Ditjen Cipta Karya sebesar Rp. 16.983.292.181.000,-, pada tahun 2014, Ditjen Cipta Karya berkomitmen dalam pemenuhan pencapaian sasaran:
1. Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan dengan target kinerja berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 8.179 l/det dan 308 IKK, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota, pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 120 PDAM
2. Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang dengan target kinerja pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB, revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan
3. Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat dengan target kinerja peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 15.723 desa/kelurahan.
Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan” didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman melalui kegiatan
SATUAN TARGET1 2 4 5
01 Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det 8,179
Output penting :- IKK 308 - Kawasan 460 - Desa 2,349 - Kawasan 148
Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 712 Kab/Kota 157
Output penting :- Kab/Kota 6 - Kawasan 651 - Kab/Kota 76 - Kab/Kota 75 - Kawasan 61
Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 120 Output penting :
- PDAM 120 03 Pembangunan Rusunawa Twin Blok 25
Output penting :- Twin Blok 25
Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 55 Output penting :
- Kawasan 55 - Kab/Kota 40
04 Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Kel/Desa 15,723 Output penting :
- Kel/Desa 11,073 - Desa 4,650
Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya
Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan LingkungannyaJumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat
Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman
Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan
Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum
Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase PerkotaanJumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahJumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R
3
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKUURAIAN
II-5
Direktorat Jenderal Cipta Karya
sebagai berikut:
- Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan air minum sebesar 8.179 l/detik dan 308 IKK, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan air minum bagi 460 kawasan MBR, 168 kawasan khusus dan 2.349 desa.
- Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggaraan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off site di 6 Kab/kota, infrastruktur air limbah on site di 651 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 76 Kab/kota, infrastruktur TPA di 75 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 61 kawasan.
- Untuk memenuhi target pembinaan kemampuan PEMDA/PDAM Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa pembinaan kemampuan pada 120 PDAM.
Sementara, untuk keberhasilan pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang”, ditandai dengan indikator kinerja berupa pembangunan 25 twin blok Rusunawa serta revitalisasi permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan dimana dalam pelaksanaannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan unit hunian rumah susun beserta infrastruktur pendukungnya sebanyak 25 twin blok dan Unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 55 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 40 Kab/kota.
Pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat” ditandai dengan indikator kinerja berupa peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 15.723 desa dimana dalam pelaksanannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(P2KP/PNPM) di 11.073 kel/desa serta Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di 4.650 desa.
Diluar tiga sasaran utama tersebut, terdapat satu sasaran lain yang juga sama pentingnya yaitu
“Meningkatnya kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman”. Pencapaian sasaran ini ditandai oleh indikator ketersediaan dokumen Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. Di tahun 2014, direncanakan target sasaran ini adalah 171 laporan. Dalam pelaksanaannya, sasaran ini dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program.
II-6
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dari Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan target pada beberapa output. Hal ini disebabkan karena RKT merupakan penjabaran tahunan dari Review Renstra yang perencanaannya sudah dilakukan di awal tahun 2012 dengan anggaran yang masih diprediksi. Sementara pada PK, perencanaan yang ditetapkan sudah memperhatikan isu penganggaran dan isu terkini yang muncul di tahun 2014 (seperti misalnya adanya kebijakan direktif presiden).
Pada pertengahan tahun, berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilakukan penghematan terhadap anggaran Ditjen Cipta Karya sebesar Rp. 2.433.813.800.000,- Adanya penghematan ini, menyebabkan beberapa output terkoreksi targetnya dan anggaran berkurang dari Rp. 16.983.292.181.000, menjadi Rp. 14.549.478.381.000,-
III-1
Direktorat Jenderal Cipta Karya
NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI KATEGORI WARNA
1 AA >85 – 100 Memuaskan
2 A >75 – 85 Sangat Baik
3 B >65 – 75 Baik, Perlu sedikit perbaikan
4 CC >50 – 65 Cukup (memadai), perlu banyak
perbaikan yang tidak mendasar
5 C >30 – 50 Kurang, perlu banyak perbaikan,
termasuk perubahan yang
mendasar
6 D 0 – 30 Sangat Kurang, perlu banyak
sekali perbaikan & perubahan
yang sangat mendasar
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Setelah penetapan kinerja disusun, kemudian dilakukan pemantauan terhadap kinerja yang
dilaksanakan di tahun 2014.Dengan menggunakan bantuan dokumen Rencana Aksi Penetapan
(Perjanjian) Kinerja, Ditjen Cipta Karya melalukan pengelolaan kinerja di tahun ini.
PENGELOLAAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan penilaian indikator kinerja utama secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan dengan mengacu pada Penetapan (Perjanjian) Kinerja yang sudah
disepakati. Penilaian indikator kinerja ini dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi
pengumpulan data kinerja yang hasilnya akan memberikan gambaran keberhasilan dan
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data kinerja ini
kemudian dilakukan kategorisasi kinerja (penentuan posisi) sesuai dengan tingkat capaian kinerja,
yaitu:
Tabel 3.1 Kategorisasi Kinerja
Sumber : Pusat Kajian Strategis, Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
III-2
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dari hasil pencapaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Cipta Karya yang telah
dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan mulai triwulan I sampai dengan triwulan IV selama
tahun 2014, capaian kinerja keenam IKU besarnya bervariasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Pengelolaan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014
B03 B06 B09 B03 B06 B09
1Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
8,179 Liter/detik
308 IKK1.56 38.16 61.14 1.39 18.13 64.65
Jumlah Kawasan MBR yang terlayani Infrastruktur Air Minum. 460 Kawasan 0.15 8.15 12.10 0.40 4.99 13.39 AA
Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 308 IKK 0.26 17.88 28.44 0.45 7.30 31.27 AA
Jumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 1.858 Desa 0.35 9.59 16.41 0.39 4.52 15.51 AA
Jumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 148 Kawasan 0.80 2.54 4.19 0.15 1.31 4.49 AA
Pembinaan Kemampuan Pemda/ PDAM 120 PDAM 4.59 47.85 64.62 1.83 24.07 71.96
Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan. 120 PDAM 4.59 47.85 64.62 1.83 24.07 71.96 AA
Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi146 Kab/Kota
757 Kawasan9.62 34.22 69.76 2.91 17.46 62.94
Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan
Sistem Off-site dan Sistem On-Site.
5 Kab./Kota
(offsite) 699
Kawasan (onsite)
3.64 8.44 20.02 0.74 3.50 16.96 AA
Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan. 70 Kab./Kota 3.95 14.90 30.34 1.95 8.66 27.83 AA
Jumlah Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara
dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.71 Kab./Kota 2.02 10.72 18.48 0.22 5.24 17.74 AA
Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengolah
Sampah Terpadu/3R.58 Kawasan 0.01 0.17 0.91 0.00 0.06 0.41 AA
2Pembangunan Rusunawa 25 Twin Blok 0.65 11.50 43.86 9.29 24.53 66.49
Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta
Infrastruktur Pendukungnya.25 Twin Blok 0.65 11.50 43.86 9.29 24.53 66.49 AA
Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan. 55 Kawasan 2.93 18.70 42.88 1.32 4.68 41.64
Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya. 55 Kawasan 0.22 7.47 17.66 0.43 2.10 16.63 AA
Jumlah Kab./Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung
Negara/ Bersejarah.40 Kab./Kota 2.71 11.24 25.22 0.89 2.59 25.02 AA
3Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan 15.723 Desa 1.63 12.27 43.60 1.89 7.36 29.87
Jumlah Kelurahan/ Desa yang Mendapatkan Pendampingan
Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM).11.073 Kel./Desa 1.60 9.54 28.75 1.71 6.30 22.66 AA
Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman. 4.650 Desa 0.03 2.72 14.85 0.18 1.06 7.21 AA
Sumber : E-Mon , status 29 Desember 2014
Meningkatnya Kualitas
Layanan Air Minum Dan
Sanitasi Permukiman
Perkotaan
Meningkatnya Kualitas
Kawasan Permukiman
Dan Penataan Ruang.
Meningkatnya Kualitas
Infrastruktur
Permukiman Perdesaan/
Kumuh/ Nelayan Dengan
Pola Pemberdayaan
Masyarakat
TARGET KINERJA (%) REALISASI KINERJA (%) EVALUASI *NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA/OUTPUT PENTING
TARGET KINERJA
TOTAL
Tabel di atas menunjukkan pengelolaan kinerja Ditjen Cipta Karya selama tahun 2014 (status
bulan Desember 2014). Dari 6 (enam) IKU, secara umum kinerja periodik menunjukkan informasi
memuaskan dengan hasil akhir untuk keseluruhan IKU tersebut adalah “MEMUASKAN”,
meskipun tidak seluruh kegiatan dapat terealisasi 100%, namun berdasarkan kategori nilai angka
pencapaian telah berada pada range >85%-100% dengan intrepertasi memuaskan.
III-3
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Adapun penjelasan terhadap pengelolaan kinerja setiap IKU dapat dilihat dalam Laporan Rencana
Aksi Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014.
Tabel 3.3 Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Proporsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum l/det 8,179 10,353 126.58%
IKK 308 321 104.22%
Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air
MinumKwsn 460 490 106.52%
IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 308 321 104.22%
Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 1,858 1,979 106.51%
Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air
MinumKwsn 148 148 100.00%
Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM 120 119 99.17%
PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM 120 119 99.17%
Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Kab/Kota 146 142 97.26%
Kwsn 757 733 96.83%
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota 5 5 100.00%
Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn 699 684 97.85%
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase
PerkotaanKab/Kota 70 68 97.14%
Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur
Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir
SampahKab/Kota 71 69 97.18%
Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu/3RKwsn 58 49 84.48%
Pembangunan Rusunawa TB 25 25 100.00%
Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang
Terbangun Beserta Infrastruktur PendukungnyaTB 25 25 100.00%
Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan
BangunanKwsn 55 54 98.18%
Kawasan yang Tertata Bangunan dan
LingkungannyaKwsn 55 54 98.18%
Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan
Bangunan Gedung Negara/BersejarahKab/Kota 40 25 62.50%
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Perdesaan/Kumuh/NelayanDesa 15,723 16,106 102.44%
Kelurahan/Desa yang Mendapatkan
Pendampingan Pemberdayaan Sosial
(P2KP/PNPM)Kel/Desa 11,073 11,066 99.94%
Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur
Permukiman Desa 4,650 5,040 108.39%
Meningkatnya Kualitas
Infrastruktur Permukiman
Perdesaan/Kumuh/Nelayan
Dengan Pola Pemberdayaan
Masyarakat
Meningkatnya Kualitas
Layanan Air Minum dan
Sanitasi Permukiman
Perkotaan
Meningkatnya Kualitas
Kawasan Permukiman dan
Penataan Ruang
Sumber: LAKIP ES II Cipta Karya Tahun 2014
Hingga bulan Desember 2014, tercatat bahwa dari seluruh target kinerja sasaran yang
direpresentasikan oleh IKU, output Pembangunan rusunawa, peningkatan jumlah pelayanan air
minum, Peningkatan infrastruktur permukiman
III-4
Direktorat Jenderal Cipta Karya
perdesaan/kumuh/nelayan telah tercapai 100%, sedangkan output Pembinaan kemampuan
Pemda/PDAM, Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan Revitalisasi kawasan permukiman dan
penataan bangunan belum mencapai 100%. Pencapaian kinerja tertinggi ada pada sasaran
meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi perkotaan pada indikator kinerja
Peningkatan jumlah pelayanan air minum yaitu sebesar 126,58%. Pencapaian kinerja terendah
ada pada sasaran meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang pada
indikator Kabupaten/Kota mendapatkan pengembangan bangunan gedung Negara/bersejarah
sebesar 62,50%. Penjelasan lebih detil terkait analisis dan evaluasi kinerja pada setiap sasaran
dapat dilihat pada sub-bab selanjutnya.
3.1.1. ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2010- 2014 yang
di dalamnya memuat sasaran dengan enam indikator keberhasilannya, telah dijadikan panduan
dalam penyusunan rencana kinerja tahunan dan perjanjian kinerja. Penjelasan prestasi kinerja
sepanjang tahun 2014 sebagaimana pada uraian berikut.
1. Sasaran 1 : Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman
Perkotaan
Pencapaian sasaran ini dinilai dari 3 (tiga) indikator yaitu Peningkatan Jumlah Pelayanan Air
Minum, Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM, dan Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi.
Kinerja sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat
Pengembangan PLP dan Sekretariat BPPSPAM. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
III-5
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum
dan Sanitasi Permukiman Perkotaan
Indikator Kinerja
Utama Satuan
Target Capaian Kinerja
2014
%
Capaian
s.d. 2014
terhadap
Renstra
% Capaian
s.d. 2014
terhadap
RPJMN RPJMN Renstra* 2014**
s.d.
2013
2014
***
Peningkatan jumlah
pelayanan air minum
lt/dt - - 8.179 23.966 10.353 - -
% 70 - - 67,73 70 - 100
IKK 820 872 308 871 321 136,70 145,37
Pembinaan
kemampuan
Pemda/PDAM
PDAM 185 505 120 421 119 106,93 291,89
Peningkatan jumlah
pelayanan sanitasi
Kab/Kota 260 674 146 518 137 97,18 251,92
Kwsn 471 1.297 757 1.973 738 209,02 574,52
% - - - 60,91 61,04 - -
Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010
tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)Perjanjian/Penetapan Kinerja (PK) 2014, ***) LAKIP Dit PLP, Dit PAM 2014
Jika dibandingkan dengan Renstra ataupun RPJMN, ketiga IKU telah terealisasi dengan
memuaskan. Untuk IKU ketiga, dengan satuan kawasan realisasi sangat melebihi Renstra dan
RPJMN dikarenakan adanya Loan terkait USRI di tahun 2012 yang berdampak menambah output
infrastruktur air limbah komunal onsite. Kemudian, terhadap target 2014, tidak seluruh IKU
mencapai target. IKU peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan pembinaan kemampuan
Pemda/PDAM tidak mencapai sasaran. Pada IKU pelayanan sanitasi tercapai 97,26% Kab/Kota
dan 96,83% Kawasan, sedangkan IKU pembinaan kemampuan Pemda/PDAM tercapai 99,17%.
Sementara IKU lainnya telah sesuai/melebihi target yang telah ditetapkan. Salah satu penyebab
tidak maksimalnya pencapaian kinerja beberapa IKU tersebut dikarenakan adanya kebijakan
penghematan anggaran. Lebih detail terkait pencapaian setiap IKU, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum
Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman
melalui peningkatan cakupan pelayanan SPAM di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya
berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan SPAM sebesar 8.179 l/det, pemenuhan
akses air minum aman secara nasional
III-6
Direktorat Jenderal Cipta Karya
sebesar 70% dan pembangunan SPAM di 308 IKK. Hingga akhir tahun 2014, telah terealisasi
10.353 l/det, 70 % cakupan pelayanan dan 321 IKK. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel
3.5.). Peningkatan cakupan pelayanan di tahun 2014 dikarenakan adanya pengalihan alokasi
anggaran dari Satker Pengembangan Strategis ke Satker AM Propinsi dikarenakan tidak
berlakukannya mekanisme usulan pelaksanaan Surat Kuasa Pengguna Anggaran.
Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Terhadap
RPJMN dan Renstra
Indikator
Outcome
Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Cakupan
Pelayanan
l/det 2.576 5.745 6.381 9.264 10.353
% 61,17 63,48 65,05 67,73 70
SPAM IKK IKK 170 178 192 331 321
Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2014
Terhadap target Renstra 2010-2014, pencapaian indikator kinerja ini hingga tahun 2014 telah
mencapai 1.192 kawasan IKK dari target Renstra 2010-2014 sebesar 872 kawasan IKK atau
tercapai 136,70%. Adapun terhadap pencapaian cakupan pelayanan (%), dari target sebesar
70% pada RPJM, telah berhasil dipenuhi dengan kinerja sebesar 100% hingga akhir tahun
2014 serta telah dihasilkan sebanyak 34.319 l/det.
Dalam rangka mendukung pencapaian akses air minum aman (ditunjukkan dengan cakupan
pelayanan dalam persentase), Ditjen Cipta Karya berkontribusi dalam rangka peningkatan
akses aman perpipaan melalui penyediaan instalasi produksi air minum. Dari kontribusi
Ditjen Cipta Karya melalui liter per detik yang dihasilkan setiap tahunnya (tabel 3.5.), rata-
rata mampu berkontribusi sebesar 10,7% terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional
(perpipaan)1. Lebih rinci besaran capaian kontribusi Ditjen Cipta Karya adalah sebagai
berikut:
1 Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya dalam Rangka Meningkatkan
KUalitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan di Tahun 2014 menyatakan bahwa
kontribusi Ditjen Cipta Karya terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional (Perpipaan) adalah sebesar
10,71%. Nilai ini dihitung dari (Jml SR dibangun oleh DJCK (2010-2014)/Total sambungan SR system
perpipaan 2010 s.d. 2013) dikali rata-rata persentase perpipaan (2010-2013)
III-7
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 3.6. Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional
Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Akses AM Aman Nasional *) % 61,17 63,48 65,05 67,73 70,00 (kumulatif)
- Perpipaan *) % 12,72 14,79 16,2 18,6 22,00 (kumulatif)
- Bukan jaringan perpipaan terlindungi
% 48,45 48,69 48,85 49,13 48,00 (kumulatif)
- Jumlah Rumah Tangga/SR (perpipaan nasional) *)
RT
7.782.306
9.213.120
10.271.461
11.912.054
12.240.745
- Kontribusi CK terhadap cakupan pelayanan air minum nasional (perpiaan) **)
%
8,10
9,41
10,31
11,84
14,00
(kumulatif)
Sumber: *) BPS sesuai jumlah penduduk tahun 2010 s/d 2014 dan Dit.PAM, DJCK,
**) Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya, 2014
Dari tabel 3.6. terlihat, bahwa di tahun 2014, dari cakupan pelayanan air minum aman
nasional perpipaan sebesar 22%, Ditjen Cipta Karya berkontribusi sebesar 14%2. Peningkatan
ini diperoleh dari hasil pembangunan dan pengembangan SPAM sekitar 10.353 l/dt di tahun
2014 yang memberi pelayanan kepada 4.141.200 jiwa (jika asumsi 1 L/dt sekitar 80 SR).
Cakupan pelayanan air minum aman sampai dengan 2014 cukup tinggi yaitu sebesar 70%
(perpipaan 22%) dan (bukan jaringan perpipaan terlindungi 48%), hal ini dicapai melalui
kontribusi dari APBD, Pinjaman/Loan/Hibah kepada PDAM, Kerjasama Swasta dengan PDAM,
Kementerian Kesehatan dan masyarakat.
Pencapaian kinerja cakupan pelayanan air minum Cipta Karya di tahun 2014 didukung oleh
Pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) di 321 IKK, 490 Kawasan MBR, 1.979
desa dan 148 kawasan khusus. Secara keseluruhan realisasi output pelayanan air minum
tahun 2014 telah tercapai diatas 100%.
Pada pelaksanaan kegiatan di tahun 2014, terdapat kendala-kendala dan permasalahan yang
dihadapi diantaranya yaitu:
2 Dihitung mengikuti trend 2010-2013 kontribusi SR Ditjen Cipta Karya terhadap SR Nasional (BPS) yakni
sebesar 63,64% dikali capaian perpipaan nasional (22%), artinya kontribusi Cipta Karya meningkat sebesar
2,16% di tahun 2014
III-8
Direktorat Jenderal Cipta Karya
1. Kualitas dokumen perencanaan (RISPAM, DED) yang belum memenuhi standar
ketentuan PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaam Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
2. Dalam hal pendanaan, belum dipenuhinya DDUB sesuai komitmen dalam dokumen
RPIJM serta kurang akuratnya dalam pembuatan harga satuan sehingga terjadi harga
penawaran terlalu rendah
3. Kendala pemenuhan readiness criteria khususnya terkait kesiapan lahan yang berakibat
terjadinya revisi lokasi sasaran, perubahan desain, keterlambatan pelaksanaan kontrak
hingga keterlambatan pelaksanaan pembangunan.
4. Terdapat masalah sosial pada masyarakat sekitar proyek terutama terkait pemanfaatan
sumber air baku
5. Keterlambatan dimulainya pelaksanaan proses pelelangan / pra-kontrak karena: 1]
Belum diselesaikannya perjanjian kerjasama sebagai tindak lanjut MOU dengan Pemda
terkait terhadap lingkup kegiatan APBN TA 2014; 2] Pelelangan gagal; 3]Terbatasnya
personil Pokja Provinsi yang memahami teknis pembangunan SPAM sehingga evaluasi
dan penetapan hasil lelang terlambat; 4] Proses evaluasi dan penetapanpemenangoleh
ULP yang membutuhkan waktu lebih lama memperpanjangpelaksanaanwaktulelang.
6. Pada paska pelaksanaan, masih terdapat SPAM yang belum optimal termanfaatkan
karena belum dipenuhinya tanggung jawab Pemda dan PDAM dalam pemasangan
Sambungan Rumah (SR) serta kualitas dan kuantitas SDM daerah yang kurang memadai
sehingga pengelolaan SPAM terbangun belum optimal
Terhadap permasalahan tersebut, beberapa tindakan yang telah dilakukan di 2014, diantaranya
adalah :
1. Memfasilitasi kab/kota dengan pembinaan dalam menyusun RI-SPAM sesuai dengan
pedoman penyusunan RI-SPAM yang mengikuti ketentuan PP No 16 tentang
Pengembangan SPAM dan PerMen PU No 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Berdasarkan hasil Advisory Penyusunan RI
SPAM Tahun 2014, jumlah kab/kota yang memenuhi muatan PerMen PU No
18/PRT/M/2007 adalah: 38 kab/kota terlegalisasi (sudah ada SK Pergub/Perwal),
kesesuaian >75% sebanyak 149 kab/kota, kesesuaian <75% sebanyak 192 kab/kota dari 348
kab/kota yang menyusun RISPAM (69,18).
III-9
Direktorat Jenderal Cipta Karya
2. Mensosialisasikan, membina dan mendorong Pemda Kab/Kota untuk menyusun DED
terlebih dahulu sesuai dengan PerMen PU No18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan diselesaikan paling lambat 1 tahun
sebelum diusulkan untuk dibangun.
3. Melakukan monitoring ketat terhadap realisasi DDUB dari sejak pengusulan anggaran APBD
Kab/Kota, proses penetapan dengan DPRD, dan pelaksanaan kegiatan yang menggunakan
dana DDUB serta selanjutnya akan mengimplementasikan insentif dan disinsentif bagi
Kab/Kota bagi yang memenuhi/tidak memenuhi komitmen penyediaan dana DDUB.
4. Center of Excellent (CoE)
Menciptakan trainer professional dari SDM bidang air minum (PDAM dan Satker PKPAM)
peserta CoE yang nantinya akan menjadi mentor untuk penyelenggaraan SPAM khususnya
PDAM dan Dinas PU wilayahnya.
5. Pembinaan UPTD / BLUD
Pembinaan UPTD/BLUD dilakukan melalui pemberian bantuan teknis pembentukan
kelembagaan pengelola SPAM IKK yang belum dikelola oleh PDAM.Pembinaan UPTD/BLUD
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SPAM dan isu-isu strategis yang ada.
6. Dukungan Inovasi Teknologi
Dalam rangka meningkatan cakupan pelayanan air minum telah digunakan beberapa
inovasi teknologi seperti Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum
(SWRO), penerapan green technology pada beberapa pembangunan SPAM, Instalasi
Pengolahan Air Siap Minum. Lebih detail terkai penggunan teknologi, dapat dilihat di
lampiran.
b. IKU Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Upaya peningkatan jumlah layanan air minum selain dilakukan melalui pengembangan SPAM
juga dilakukan melalui pembinaan kemampuan pemerintah daerah/PDAM. Pada awal tahun
2014, ditetapkan target pembinaan pemda/PDAM dilakukan pada 120 PDAM dan pada akhir
tahun 2014 memenuhi target sebesar 119 PDAM (99,16%). Tidak maksimalnya pencapaian
target outcome ini di tahun 2014 dikarenakan adanya revisi anggaran. Jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, tren pencapaian outcome ini adalah berfluktuatif dari
pembinaan Pemda/PDAM sebanyak 102 ditahun 2010 menurun menjadi 87 tahun 2011
kemudian meningkat lagi menjadi 124 tahun 2012 dan 119 ditahun 2014.
III-10
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tabel 3.7. Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM
Outcome Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Pembinaan Pemda/PDAM
PDAM 102 87 124 107 119
Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2013, Laporan Kinerja Dit PAM Tahun 2014
Jika dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014 dapat disampaikan bahwa pencapaian
sasaran pada indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target sebesar 106,93%.
Pencapaian yang melebihi target ini dikarenakan adanya bantuan program (banpro) dan
bantuan teknis (bantek) yang dilakukan berulang-ulang pada beberapa PDAM yang sama.
Secara riil jumlah PDAM yang mendapat pembinaan di tahun 2014 adalah sebanyak 40
PDAM3. Pelaksanaan banpro, bantek dan bantuan manajemen diberikan kepada PDAM yang
berstatus kurang sehat dan sakit. Sedangkan jika dibandingkan dengan target RPJMN, maka
pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target 291,89%.
Sumberr: BPPSPAM-net
Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM
Terhadap progres kinerja PDAM di tahun 2014, berdasarkan hasil audit Badan Pendukung
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) menunjukkan dari tahun 2013 ke
tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah PDAM pada setiap status kinerja (lihat gambar 3.3.).
Untuk PDAM sehat, meningkat jumlahnya dari 172 PDAM menjadi 182 PDAM, begitu juga 3 Dari target Renstra 471 PDAM, jumlah riil PDAM hanyalah 206 PDAM. Adapun capaian riil PDAM per tahun
adalah 87 PDAM (2010), 18 PDAM (2011), 33 PDAM (2012), 37 PDAM (2013) dan 40 PDAM (2014).
III-11
Direktorat Jenderal Cipta Karya
dengan PDAM berstatus kurang sehat dan sakit masing-masing berkurang menjadi 103
PDAM dan 74 PDAM.
Bertambahnya daerah pemekaran menjadikan jumlah PDAM meningkat karena setiap
kabupaten/kota menginginkan memiliki PDAM sendiri. Hal ini mengakibatkan banyak sekali
berdiri PDAM baru. Namun demikian, berdirinya PDAM ini rupanya tidak diimbangi oleh
kapasitas SDM maupun manajemen pengelolaannya termasuk dukungan penganggaran
daerah sehingga berakibat banyak PDAM baru yang masuk dalam kategori sakit. Selain
kendala SDM dan manajemen, penyehatan PDAM juga menjadi proses yang menyulitkan
ketika tarif menjadi isu politik di daerah. Dengan adanya kendala-kendala tersebut, beberapa
tindakan telah dilakukan di antaranya:
Evaluasi kinerja penyelenggara SPAM PDAM hanya dilakukan terhadap PDAM yang telah
diaudit kinerjanya oleh BPKP. Karena itu akan dilakukan MoU dengan BPKP untuk
menambah data PDAM yang diaudit.
Meningkatkan komunikasi dengan Pemda dan PDAM melalui peningkatan koordinasi
dengan Kementerian Dalam Negeri dan PERPAMSI.
Pendampingan terhadap PDAM dalam mereview proposal pinjaman perbankan serta
membantu dalam melengkapi dokumen persyaratan pinjaman perbankan
c. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi
Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman
melalui peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya
berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan Sanitasi di 2.480 Kawasan dan 310 kab/kota,
dimana pada akhir tahun 2014, telah terealisasi 733 kawasan (96,83%), 142 kab/kota
(97,26%) dan 61,04% cakupan pelayanan. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel
3.8.).
Tabel 3.8.Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi
Outcome Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
Pelayanan Sanitasi
Kab/Kota 87 156 138 137 142
Kwsn 93 203 731 946 733
Akses Sanitasi Layak
% 55,53 55,60 57,82 60,91 61,04
Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2014
III-12
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dalam upaya mendukung pencapaian akses sanitasi layak (MDGs), Ditjen Cipta Karya
berkontribusi melalui pembangunan infrastruktur air limbah baik offsite dan onsite dengan
capaian kinerja di tahun 2014 adalah 61,04%. Pencapaian kinerja sanitasi di tahun 2014
merupakan akumulasi atas pencapaian pembangunan infrastruktur air limbah, infrastruktur
drainase, serta infrastruktur persampahan dengan rincian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.9. Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014 Output Satuan Rencana Realisasi Kinerja
Infrastruktur air limbah off site Kab/kota 5 5 100,00%
Infrastruktur air limbah onsite Kawasan 699 684 97,85%
Infrastruktur drainase perkotaan Kab/kota 70 68 97,14%
Infrastruktur persampahan TPA Kab/kota 71 69 97,18%
Infrastruktur TPST 3R Kawasan 58 49 84,48%
Sumber: LAKIP Dit PLP Tahun 2014
Adanya APBN-P telah merubah target-target output Sanitasi, pada infrastruktur air limbah
offsite, dari rencana 6 kab/kota menjadi 5 kab/kota. Infrastruktur air limbah onsite berubah
dari 651 kawasan menjadi 699 kawasan. Untuk infrastruktur drainase perkotaan, target
berubah dari 76 kab/kota menjadi 70 kab/kota. Infrastruktur TPA, berubah dari 75 kab/kota
menjadi 71 kab/kota dan untuk infrastruktur 3R, terjadi perubahan target dari 61 kawasan
menjadi 58 kawasan.
Terhadap target Renstra sebesar 674 kab/kota dan 1.297 kawasan, maka pencapaian
outcome pelayanan sanitasi dari tahun 2010 – 2014 adalah 97,18% untuk satuan kab/kota
(infrastruktur drainase+TPA+AL offsite) dan 209,02% untuk satuan kawasan (TPS-3R+AL
onsite). Terhadap target RPJMN sebesar 260 Kab/kota dan 471 kawasan, maka pencapaian
tahun 2010-2014 adalah sebesar 251,92% untuk satuan kab/kota dan 574,52% untuk satuan
kawasan. Salah satu faktor penyumbang keberhasilan pelaksanaan IKU ini adalah adanya
dukungan penggunaan inovasi teknologi (Lebih Rinci terkait Penggunaan Inovasi Teknologi
dapat dilihat di lampiran).
Walaupun secara umum pencapaian jumlah pelayanan sanitasi telah melebihi target, namun
terdapat beberapa kegiatan yang tidak sesuai target diantaranya:
- Pada output Air Limbah dengan sistem off-site ini target tidak tercapai dikarenakan
penghematan (APBN-P) pada 1 paket kegiatan Ground Breaking Jakarta Sewerage di
Satker PPLP Jabodetabek. Untuk sistem on-site terdapat 13 paket kegiatan yang dihemat
diantaranya 1 paket kegiatan IPAL di Kota Bukittinggi yang putus kontrak karena
III-13
Direktorat Jenderal Cipta Karya
pekerjaan fisik terkendala izin galian jalan dari Dinas Bina Marga yang masih belum
terbit, 4 (empat) paket kegiatan Sanimas di provinsi Sumatera Selatan, Pembangunan
IPAL skala kawasan Kota Gorontalo dan Pembangunan Sanimas Kab. Manggarai Barat
dan Kab. Sumba Barat Provinsi NTT karena terkendala lahan dan penolakan dari
masyarakat sehingga tidak dapat dilaksanakan.
- Pada output Infrastruktur Drainase Perkotaan target tidak tercapai dikarenakan
penghematan (APBN-P) pada 6 (enam) paket kegiatan yaitu Kota Medan, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Bangka, Kota Jakarta Timur, Kabupaten Pemalang dan Kota
Pontianak. Selain itu terdapat realisasi pekerjaan yang kurang dari target di provinsi
Sumatera Barat terkait pembangunan Sistem Drainase Primer Kota Payakumbuh
(Lanjutan II) disebabkan pekerjaan fisik terlambat karena sebelumnya terkendala
pembebasan lahan dan lelang ulang. Paket berpotensi tidak selesai karena penyedia jasa
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana, progres fisik maksimal 36%.
Terakhir, Pembangunan Drainase Kota Kupang Provinsi NTT beserta paket supervisinya
dengan total pagu Rp 8,9 Milyar belum kontrak. Proses pengadaan paket sempat
mengalami gagal lelang sebanyak 2 kali dan sanggah banding.
- Pada output Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, direncanakan melayani 75
Kab/Kota, namun pencapaian hanya 69 Kab/Kota. Pada output ini target tidak tercapai
dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 4 (empat) paket kegiatan yaitu Kabupaten
Gowa, ITF Kabupaten Lombok Timur dan Kota Jambi serta Gas TPA Kota Padang.
Terdapat realisasi kurang dari target dikarenakan terdapat paket pembangunan
pengolahan lindi skala kecil TPS 3R-SPA Kota Bekasi tidak dapat dilaksanakan karena
belum ada kesepakatan kesiapan pengelolaan pasca konstruksi dari Dinas Kebersihan
Kota Bekasi. Selain itu. Pada peningkatan kinerja TPA Kabupaten Banyumas tahap II
masih dalam penyelidikan kejaksaan terkait longsornya TPA Banyumas beberapa waktu
lalu.
- Pada output Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R, direncanakan
melayani 61 kawasan namun pencapaian hanya 49 kawasan. Pada output ini terdapat
target yang tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 3 (tiga) paket yaitu
Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tangerang dan Kabupaen Agam. Terdapat realisasi
output yang tidak tercapai di 9 (sembilan) kegiatan yang gagal dilaksanakan, dikarenakan
kendala lahan dan terdapat penolakan
III-14
Direktorat Jenderal Cipta Karya
dari masyarakat antara lain Pembangunan TPA-3R Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau,
Kota Tangerang Selatan dan Kab Raja Ampat.
Dari sisi pencapaian outcome, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014 telah
mampu memberikan pelayanan air limbah sebanyak 519.000 jiwa yang mampu memberikan
kontribusi terhadap peningkatan MDGs menjadi sebesar 59,71% (Laporan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia Bappenas, 2014), pengurangan luasan
genangan seluas 939 Ha dan peningkatan cakupan pelayanan persampahan sebanyak
2.278.000 jiwa.
Sementara terhadap pelaksanaan indikator ini di tahun 2014, terdapat
permasalahan/kendala diantaranya sebagai berikut:
- Permasalahan perencanaan dan penganggaran, misalnya berupa ketidaksiapan
dokumen lelang serta penerbitan NOL yang memakan waktu
- Permasalahan lahan, misalnya perubahan komitmen pemerintah daerah yang tidak
sesuai dengan komitmen di awal penganggaran, kendala pengadaan lahanserta adanya
penolakan warga
- Permasalahan lelang seperti kesalahan dalam pemaketan, keterlambatan pengumuman
lelang, adanya sanggahan pada paket-paket bernilai besar serta adanya gagal lelang
- Permasalahan konstruksi seperti misalnya DED yang ada tidak dapat dilaksanakan karena
perbedaan lokasi maupun kualitas perencanaannya yang buruk, keterbatasan penyedia
material jadi (saluran drainase precast) serta konstruksi drainase dilakukan di daerah
padat keramaian (lalulintas, aktifitas masyarakat) yang tidak mungkin dihambat
- Permasalahan pemberdayaan masyarakat, misalnya terdapat beberapa paket kegiatan
yang baru dapat dilelang setelah proses pemberdayaan selesai sehingga berakibat
progres penyerapan keuangan baru dapat diserap di pertengahan tahun anggaran, serta
keterbatasan kemampuan sebagian besar TFL dibidang teknis, hasil produksi pengolahan
sampah 3R banyak menumpuk tidak terserap/terjual langsung.
- Permasalahan serah terima aset, seperti misalnya daerah menolak serah terima kelola
aset karena keterbatasan APBD untuk operasi pemeliharaan
Terkait permasalahan tersebut, beberapa hal yang telah dilakukan Ditjen Cipta Karya di
tahun 2014 diantaranya adalah:
- Terkait dengan permasalahan perencanaan dan penganggaran serta kesiapan lahan, di
III-15
Direktorat Jenderal Cipta Karya
beberapa kegiatan telah ditandatangani MoU sebagai komitmen dari pemerintah
daerah.
- Untuk permasalahan lelang, dilakukan koordinasi dengan ULP apabila terdapat kendala-
kendala dalam proses lelang.
- Kerjasama dengan kementerian/lembaga eksternal
- Mengaktifkan pokja sanitasi yang telah terbentuk baik di provinsi maupun kab/kota
- Dalam penyelenggaran program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan kegiatan
pelatihan-pelatihan untuk menambah kapasitas dan pengetahuan sumber daya manusia
ditingkat masyarakat, tenaga fasilitator lapangan dan juga pemerintah kabupaten/kota.
2. Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang
Pencapaian sasaran ini dinilai dari 2 (dua) indikator yaitu terbangunnya rusunawa dan
terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan. Unit Kerja yang terkait
dalam capaian sasaran ini adalah Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.10. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang
Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No
02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) LAKIP
Eselon II Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan, 2014
Pencapaian sasaran “meningkatnya kualitas permukiman dan penataan ruang” ditandai
dengan indikator terbangunnya rusunawa dan terevitalisasinya kawasan permukiman dan
penataan bangunan. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas, capaian sasaran
Indikator Kinerja Utama
Satuan
Target Capaian Kinerja
2014 % Capaian s.d. 2014 terhadap Renstra
% Capaian s.d. 2014 terhadap
RPJMN RPJMN Renstra* 2014** s.d.
2013 2014***
Pembangunan rusunawa
TB 270 250 25 225 25 100% 92,59%
Revitalisasi kawasan permukiman & penataan bangunan
Kwsn 1.228 1.355 55 1.276 54 98,15% 108,31%
III-16
Direktorat Jenderal Cipta Karya
pembangunan rusunawa terhadap target renstra sebesar 250 TB telah tercapai sebesar 250
TB (akumulasi dari tahun 2010-2014) atau tercapai 100%.
Sedangkan kegiatan revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan belum
melampaui dari target renstra 1.276 kawasan dan telah tercapai 1.330 kawasan (akumulasi
dari tahun 2010-2014) atau tercapai 98,15%.
Apabila dibandingkan dengan target RPJMN, capaian indikator kinerja pembangunan
rusunawa sampai dengan tahun 2014 telah mencapai 92,59% dan revitalisasi kawasan
permukiman dan penataan bangunan telah mencapai 108,31%. Tidak maksimalnya
pencapaian RPJMN untuk pembangunan rusunawa, dikarenakan adanya keterbatasan
anggaran Ditjen Cipta Karya.
Penjelasan masing-masing indikator kinerja pada sasaran meningkatnya kualitas
permukiman dan penataan ruang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Terbangunnya Rusunawa
Terkait pembangunan rusunawa, dari rencana 250 TB hingga tahun 2014, telah
terealisasi 25 TB atau 100% dari target Renstra dengan unit terbangun sebanyak 24.915
unit. Lebih rinci terkait kinerja pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 3.10.berikut.
Tabel 3.11. Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL
Target Renstra
250 TB
40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB
3.957
unit
6.577
unit
4.396
unit
6.633
unit
2.501 24.915 unit
Realisasi 40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB
3.957
unit
6.577
unit
4.396
unit
6.633
unit
2.501 24.915 unit
Sumber: Tayangan Direktur Pengembangan Permukiman pada Expose Dirjen, Januari 2014 dan sumber lainnya
Jumlah rusunawa yang telah dibangun pada tahun 2014 adalah sebanyak 25 TB. Akan
tetapi baru 5 TB yang dapat dibangun fisiknya di tahun 2014. Kelima Rusunawa yang
bersangkutan berada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Dua puluh TB lainnya akan
dibangun fisiknya di tahun 2015.
III-17
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Permasalahan utama dari terbangunnya rusunawa hingga saat ini adalah terkait
penghunian. Rumitnya proses serah terima aset rusunawa menyebabkan Pemda
kesulitan untuk menyediakan dana operational and maintenance (OM), yang pada
akhirnya berpengaruh dalam proses penghuniannya. Tercatat hingga saat ini, kurang
lebih 44,78% rusunawa belum terhuni4. Dampak lanjutan terhadap masalah
ketidakterhunian ini adalah menurunnya kualitas bangunan.
Beberapa tindak turun tangan telah dilakukan untuk mempercepat proses penghunian
Rusunawa diantaranya yaitu dengan melakukan optimalisasi bangunan rusunawa yang
menurun kualitasnya, penyusunan pedoman penghunian rusunawa hingga
mempercepat proses serah terima aset.
b. Terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan
Indikator ini menggambarkan capaian terhadap penanganan RTH, kawasan
tradisional/bersejarah, revitalisasi kawasan serta penataan bangunan gedung.
Pencapaian indikator ini tergambarkan dari dukungan prasarana dan sarana dasar
permukiman untuk kawasan tradisional/bersejarah di satu kawasan dan dukungan
revitalisasi kawasan di 54 kawasan. Penataan bangunan gedung negara diwujudkan
melalui salah satunya peningkatan kapasitas dalam penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan di 25 kab/kota.
Terhadap capaian indikator ini, terdapat beberapa paket kegiatan yang gagal
dilaksanakan yaitu: Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) di 37 lokasi hanya
terealisasi di 9 kabupaten/kota serta penataan bangunan gedung di 5 kab/kota. Secara
umum permasalahan capaian indikator ini dikarenakan adanya pergeseran anggaran
yang dioptimalkan untuk pendampingan Perda BG dan PIP2B.
Salah satu isu yang mengemuka dalam hal penataan bangunan adalah terkait Perda
Bangunan Gedung (BG), dimana Perda BG merupakan ujung tombak dalam pengaturan
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib dan andal sesuai fungsinya Pengaturan
Perda Bangunan Gedung sangat penting karena dalam kenyataannya masih banyak
ditemui permasalahan penataan bangunan dan lingkungan.Hingga saat ini, dari 503
4 Buku Pintar Rusunawa (Status 9 Januari 2015). Berdasarkan data, periode pembangunan 2003-
2015, rusunawa belum terhuni sebesar 44,78% setara dengan 199,5 TB.
III-18
Direktorat Jenderal Cipta Karya
kab/kota, baru 251 kab/kota yang telah memiliki Perda BG (49%), 166 kab/kota telah
memiliki Ranperda BG dan 86 kab/kota belum memiliki Ranperda BG5.
Upaya yang dilakukan dalam mendorong terealisasinya Perda BG di tahun 2014
diantaranya adalah melalui fasilitasi penyusunan Ranperda BG di 39 kab/kota yang
diarahkan untuk mewujudkan peraturan daerah tentang bangunan gedung yang
mengadopsi muatan lokal untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan BG, baik secara
administratif maupun teknis.
3. Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/ Nelayan
dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemenuhan sasaran meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan dilakukan dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan
target sebesar 15.723 kel/desa. Pada akhir tahun 2014, realisasi sasaran ini adalah sebesar
16.106 desa/kelurahan atau sebesar 102,44% dari target 15.723 Desa/kelurahan.
Tabel 3.12. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman
Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat
Indikator Kinerja
Utama Satuan
Target Capaian Kinerja
2014 % Capaian s.d.
2014terhadap
Renstra
% Capaian
s.d. 2014
terhadap
RPJMN RPJMN Renstra* 2014**
s.d.
2013 2014***
Peningkatan
infrastruktur
permukiman
perdesaan/
kumuh/nelayan
Kel/Desa
30.787
36.361
15.723
42.930
16.106
162,36%
191,76%
Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No
02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) Laporan
Kinerja Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan 2014
Sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan. Terhadap target Renstra 2010-2014, pencapaian
sasaran ini hingga tahun 2014 telah mencapai 162,36%. Sementara terhadap target RPJMN
sebesar 30.787 desa, pencapaian sasaran ini telah mencapai 59.036 desa (191,76%).
5www.perdabg.com
III-19
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemenuhan sasaran ini dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan P2KP/PNPM dan PPIP
dengan rincian pencapaian sebagai berikut:
Tabel 3.13.
Kinerja Peningkatan Kualitas InfrastrukturPermukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan
Capaian Indikator Target Realisasi Proporsi
P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan 11.073 11.066 99,94%
PPIP 4.650 5.040 108,39% Sumber: Laporan Kinerja Dit Bangkim dan Dit PBL Tahun 2014
Walaupun secara total, capaian indikator ini telah terpenuhi 102,44%, namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada PPIP, terdapat 10
desa yang tidak dapat dilaksanakan, sementara pada P2KP, terdapat beberapa desa yang
digabungkan dalam satu kelurahan.
Terdapat 2 jenis APBN pada output Infrastruktur yaitu sub-output Pembinaan
Pembangunan Infrsatruktur Permukiman (PPIP) yang berasal dari Rupiah Murni (RM)
sebesar Rp 697.622.588.000,-, serta Rural Infrastructure Support (RIS-PNPM) yang berasal
dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) dengan donor dari ADB sebesar Rp 149.276.339.000,-.
Jumlah desa sasaran PPIP sebanyak 4.050 desa, serta desa sasaran RIS-PNPM sebanyak 600
desa sasaran. Adanya penambahan capaian desa sasaran yang disebabkan selisih kurs
dollar terhadap rupiah, sehingga terdapat penambahan alokasi anggaran pada kegiatan RIS-
PNPM.
Berikut ini adalah 10 lokasi desa sasaran PPIP yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun
2014, yaitu:
Desa Besuki di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, karena wilayah administrasi
desa tersebut tenggelam akibat lumpur Lapindo.
Tiga desa di Kabupaten Raja Ampat (Desa Beo, Desa Araway, dan Desa Kabilol), karena
Satker PIP Kabupaten Raja Ampat tidak mau melaksanakan kegiatan PPIP di wilayah
kerjanya.
Enam desa di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat (Desa Bondopi, Desa Sasui,
Desa Wefiani, Desa Malawosai, Desa Megame, dan Desa Kaladum), karena masih
adanya pro kontra mengenai tapal batas wilayah sesuai Surat Bupati Tambrauw
III-20
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Nomor: 600/309.C/2014 Perihal: Penundaan Pelaksanaan Kegiatan PPIP TA 2014 di
Kabupaten Tambrauw.
Beberapa kendala yang terjadi selama pelaksanaan tahun 2014 terhadap kegiatan
pemberdayaan masyarakat adalah:
Pada P2KP, 1] kinerja dana bergulir masih rendah dimana hanya 30% dana bergulir
yang berjalan baik, 2] tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan hanya
8 % diatas indicator minimal program (indicator minimal 40%, capaian 48%), 3] masih
terdapat pergantian pendamping masyarakat di kelurahan (fasilitator kelurahan) tahun
2014 sebesar 11 persen, dimana pergantian ini menyebabkan terjadinya kekosongan
pendampingan di lapangan selama beberapa saat, 4] pemeliharaan hasil pembangunan
infrastruktur masih belum optimal untuk menjamin infrastruktur, 5] masih sedikit
pemerintah kab/kota yang siap untuk alih kelola program
Untuk kegiatan PPIP, kendala disebabkan adanya revisi DIPA dan revisi SK Satker yang
mempengaruhi proses mobilisasi fasilitator. Terhadap kendala-kendala tersebut, telah
dilakukan pendampingan dan pengawalan penuh terkait Revisi DIPA dan Revisi SK
Satker serta percepatan mobilisasi Fasilitator
Pada program P2KP, selama tahun 2014, penerima manfaat program ini adalah sebanyak
2.745.528 jiwa masyarakat miskin.
Karena secara kuantitatif target Renstra tersebut telah tercapai maka perlu dilakukan
review terhadap capaian output ini, yaitu Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan yang hingga saat ini masih menjadi
prioritas pembangunan untuk dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat
perdesaan/perkotaan. Pada rencana pembangunan jangka menengah selanjutnya,
keberlanjutan kegiatan ini akan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan nasional serta
tercapainya perbaikan sasaran perbaikan tingkat kemiskinan secara nasional yang akan
dievaluasi pada akhir 2014.
4. Sasaran Lainnya
Selain tiga sasaran utama sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya juga berupaya
memenuhi pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan
Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman” yang ditandai dengan
III-21
Direktorat Jenderal Cipta Karya
tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri,
data dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah
171 laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%). Pencapaian sasaran ini
sepenuhnya dilakukan oleh Direktorat Bina Program.
Dari penjabaran pencapaian kinerja sasaran sebagaimana tersebut diatas, dapat disampaikan
bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman,
Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan
pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis tersebut adalah sebesar 104,44%.
Beberapa manfaat sebagaimana tersebut diatas, telah dapat dihasilkan dari pelaksanaan program
ini.
Walapun berkinerja baik, bukan berarti tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan target-target
tersebut.Permasalahan kesiapan readiness criteria masih menjadi kendala utama dilapangan
khususnya terkait kesiapan lahan.
3.1.2. CAPAIAN KINERJA LAINNYA
Selain pencapaian terhadap sasaran strategis sebagaimana tercantum dalam dokumen Renstra,
Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga mencatat pencapaian kinerja lainnya yang dipandang
penting, diantaranya yaitu:
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Capaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya di Tahun 2014
adalah 1] Perbaikan kualitas pelayanan dengan menetapkan dan memaklumatkan standar
pelayanan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP), serta dilakukan reviu secara berkala;
2] Kehadiran pegawai telah menggunakan finger print (SE Dirjen. Cipta Karya Nomor
18/SE/DC/2014), 3] Telah dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan secara
berkala dan membuka akses terhadap hasil survei kepuasan masyarakat, 4] Memberikan
hukuman (punishment) kepada pegawai DJCK yang telah melanggar peraturan, 5]
Implementasi sistem penilaian kinerja pegawai berbasis elektronik, 6] Telah memberikan
Tunjangan Kinerja Pegawai mulai Juni 2013 sesuai dengan Permen PU No 15/PRT/M/2013, 7]
Disiapkannya pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOmor 4/PRT/M/2009 (Manual
Mutu SMM DJCK), 8] Penyusunan draft
III-22
Direktorat Jenderal Cipta Karya
standard kompetensi Jabatan Struktural dan Fungsional, 9] Kamus Kompetensi Teknis Bidang
Cipta Karya, 10] Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA), 11] Penyusunan
Buku Cascading sebagai bagian dari penyiapan pelaksanaan Sistem Manajemen Kinerja.
Pembangunan Berbasis Gender
Penyempurnaan Petunjuk Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender
(Monev PUG) Bidang Cipta Karya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya yang berbasis responsif
gender. Ujiterap buku petunjuk pelaksanaan monev gender bidang Cipta Karya telah
dilaksanakan di beberapa lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti lokasi program
P2KP, PPIP/RIS-PNPM, Pamsimas, PISEW untuk melihat 4 parameter indikator Akses, Kontrol,
Partisipasi dan Manfaat (AKPM) dalam siklus pembangunan yang dirasakan oleh target
sasaran responsive gender. Gambaran hasil monev responsive gender pada ke 4 aspek ini
umumnya dirasakan ada dan analisa evaluasinya tidak ada isu kesenjangan gender yang baru
yang ditimbulkan pada pencapaiannya. Disamping itu indikator kinerja pada data terpilah
yang ada dalam persyaratan I pemberdayaan masyarakat P2KP, Pamsimas, PISEW dan RIS
PNPM dan APBN PPIP juga tercapai, artinya buku petunjuk pelaksanaan monev ini telah dapat
bermanfaat dalam member masukan pada perencanaan berikutnya.
Berdasarkan evaluasi ini, ke depan dimensi integrasi penyusunan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi tercapai AKPM responsif gender, sebaiknya di gali lebih luas untuk program
regular diluar pemberdayaan masyarakat yaitu yang berprespektif/berpeluang responsif
gender. Dan diharapkankekuatan hukum atau legalisisasi terhadap Buku Petunjuk
Pelaksanaan Monev Gender Bidang Cipta Karya ini dapat diwujudkan melalui proses Surat
Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya serta dapat disosialisasikan kepada seluruh
stakeholder Bidang Cipta Karya.
Paralel dengan itu telah dilakukan forum penjaringan masukan teknis terhadap kegiatan yang
responsif gender pada program pengembangan infrastruktur permukiman yang melibatkan
Internal Cipta Karya dan Pemda serta Pakar. Dalam kegiatan ini telah dilakukan review
terhadap produk-produk pengaturan dan pembinaan seperti Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) seluruh sektor pada Bidang Cipta Karya, antara lain RUSUNAWA, Bangunan
Gedung, Air Minum, Air Limbah, Drainase dan Persampahan, Penataan Lingkungan serta
Pengembangan Permukiman. Sehingga makna intergrasi dalam satu dimensi siklus
III-23
Direktorat Jenderal Cipta Karya
pembangunan bidang Cipta Karya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi kegitaan responsif gender dapat semakin sempurna.
Tantangan lain ke depan perlunya pengembangan sistem monitoring responsive gender
terintegrasi dalam satu system monitoring di lingkungan DJCK yaitu dengan cara
menggabungkan informasi yang ada pada sistem informasi managemen Satuan Kerja (Satker)
dengan Sistem Informasi Managemen Evaluasi Kinerja (SIMEKA).
Prosentase anggaran kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya biasanya lebih besar dari
satminkal lainnya, kecuali tahun 2012 hampir berimbang dengan Ditjen Bina Marga Seiring
dengan peningkatan anggaran dari tahun ke tahun artinya semakin besar perhatian yang
diberikan terhadap kesetaraan gender, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kelas
penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) yang diberikan oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPP-A) kepada Kementerian PU, dimana sebelumnya
masuk kelas kategori tingkat madya meningkat menjadi utama dan pada tahun ini meningkat
menjadi mentor artinya siap menjadi Mentor untuk K/L lainnya, tentunya hal ini tidak lepas
dari kontribusi yang besar dari pencapaian responsif gender Bidang Cipta Karya.
Tabel 3.14. Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Direktorat Jenderal Cipta Karya Periode 2010-2014
No Satminkal Alokasi Anggaran Responsif Gender (ARG)
2010 2012 2013 2014
1 Ditjen Cipta Karya 1.026.374.820 1.084.444.917 2.342.365.822 3.046.703.117
2 Total Pagu ARG Kemen
PU 1.277.934.942 2.227.341.794 2.839.750.554 4.034.144.737
3 Persentase Total ARG
Ditjen Cipta Karya
Terhadap Total Pagu
Kemen PU
80,32 48,69 82,48 75,52
Sumber: Gender Budget Statement, 2011-2014
Pengolaan Aset Barang Milik Negara
Hingga akhir tahun 2014 total BMN (Aset) Ditjen Cipta Karya adalah sebesar Rp. 38.317 milyar.
Dalam upaya pengelolaan aset ini, masih ditemukan kendala-kendala dalam pengelolaan
BMN ini, diantaranya [1] Kuranglengkapnya dokumen yang dipersyaratkan sebagai
pendukung proses Hibah, [2] Adanya fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena
minimnya pemeliharaan, sehingga
III-24
Direktorat Jenderal Cipta Karya
pemerintah Kabupaten/Kota tidak bersedia untuk menerima BMN yang akan dihibahkan, [3]
Masih kurangnya pemahaman prosedur dan proses hibah bagi kepala satuan kerja maupun
pemerintah kabupaten/kota yang akan menerima hibah, [4] Tertundanya usulan dari satuan
kerja untuk segera memproses hibah atas infrastruktur yang telah selesai dibangun, [5] Masih
banyak pemerintah daerah kabupaten/kota yang belum bersedia menandatangani surat
pernyataan kesiapan menerima hibah.
Proses pembinaan teknis terkait penatausahaan BMN telah dilaksanakan di 2014 dan
diharapkan seluruh Satuan Kerja sudah dapat mandiri dan secara otomatis akan segera
memproses Hibah/Alih Status setelah berakhirnya tahun anggaran sebelumnya. Selain itu,
telah dilakukan pendampingan pecepatan proses Hibah BMN yang menitikberatkan pada
bimbingan bagi Aparat/Petugas Satuan Kerja dalam pemberkasan serta melengkapi dokumen
pendukung yang diperlukan dalam persiapan proses Hibah BMN, Verifikasi kelengkapan
dokumen pendukung proses Hibah MBN yang dilakukan secara terpadu antara sekretariat
direktorat jenderal, pusat PBMN dan direktorat teknis serta Sosialisasi proses hibah kepada
pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN.
Tanggap Darurat Bencana
Salah satu tugas khusus yang diamanatkan ke Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah terkait
penanganan tanggap darurat bencana karena terkait dengan kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi.Terkait tugas ini, untuk memudahkan pelaksanaan tanggap darurat bencana,
Ditjen Cipta Karya telah membentuk empat depo di Medan, Padang, Surabaya dan
Makasar.Selain itu dilakukan juga pembinaan personil satuan tugas yang bekerjasama dengan
PUSDIKPASSUS dimana hingga tahun 2014 telah membina 180 personil.Beberapa kegiatan
yang telah dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana di tahun 2014 adalah:
1. Bencana Longsor Banjarnegara
Bencana longsor Banjarnegara telah menelan korban sebanyak 24 korban tewas, 84 warga
yang masih hilang, 105 unit rumah roboh dan jumlah pengungsi sebanyak 577 jiwa. Ditjen
Cipta Karya mengirimkan Hidran Umum sebanyak 17 buah, WC knock down10 buah, bak
sampah 16 buah dan truk tangki air sebanyak 4 buah.
2. Bencana Banjir Bandung
Banjir bandang yang menggenangi lima Kecamatan di Kabupaten Bandung diakibatkan
III-25
Direktorat Jenderal Cipta Karya
oleh kondisi topografi yang berupa cekungan, serta meluapnya air sungai citarum hulu
memberikan dampak kepada 14 ribu jiwa atau sekitar 4.400 kepala keluarga (KK)
mengungsi. Penduduk mengungsi berasal dari Kecamatan Baleendah 5.365 jiwa,
Dayeuhkolot 5.827 jiwa, Bojongsoang 1.680 jiwa, Ketapang 747 jiwa dan Cicalengka 657
jiwa. Kementerian PU-PERA melalui Ditjen Cipta Karya telah bertindak dengan mobilisasi 1
mobil tangki air (MTA), 1 toilet mobile, 10 HU dan 10 WC knock down untuk mendukung
dan melengkapi pelayanan kebutuhan air minum dan sanitasi pada bencana banjir
bandang tersebut. Personel yang ditugaskan untuk membantu sebanyak 4 orang dari
Satker Air Minum Provinsi Jawa Barat, 2 Satgas Tanggap Darurat Jawa Barat, 5 Satgas
Tanggap Darurat Pusat yang dioperasikan dibawah komando BNPB dan BPBD Provinsi
Jawa Barat.
3. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung
Berdasarkan informasi yang telah dihimpun oleh Tim Tanggap Darurat Cipta Karya, jumlah
pengungsi akibat dampak erupsi Gunung Sinabung mencapai 30.117 jiwa atau 9.388
KK.Perlu ada upaya antisipasi dan penyelamatan warga dari dampak letusan Gunung
Sinabung untuk jangka panjang. Bersama dengan BNPB, Ditjen Cipta Karya akan
melakukan relokasi permukiman warga. Ditjen Cipta Karya telah melakukan identifikasi
lokasi, membuat konsep desain hunian tetap (Huntap) dan menyusun mekanisme relokasi
warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung ke tempat yang lebih aman,Huntap
ini akan dibangun di atas lahan yang disediakan oleh Pemda Kabupaten Karo dengan luas
lahan 25 Ha, yang diperuntukkan bagi 1.000 Kepala Keluarga (KK).
Dalam penanganan korban bencana Sinabung, Ditjen Cipta Karya telah memberikan
bantuan yang dimanfaatkan oleh pengungsi di 42 titik pengungsian, yaitu; 82 unit Hidran
Umum; 46 unit WC knock down; 23 unit Tenda Hunian Darurat (THD) dan 520 buah
jerigen. Seluruh peralatan tersebut berasal dari Depo Tanjung Morawa, Medan yang
merupakan pusat penyimpanan alat-alat tanggap darurat Cipta Karya untuk wilayah
Sumatera. Stockperalatan tanggap darurat bencana Cipta Karya di Depo Tanjung Morawa
Medan antara lain dua unit Mobil Tangki Air (MTA), 90 unit Hidran Umum (HU), 50 unit
WC Knock Down dan satu unit Dump Truck, serta 50 tenda hunian darurat (THD),
sedangkan barang/peralatan yang ada di Kantor dinas PU Kab. Karo adalah, 30 unit HU, 30
Unit WC Knock Down, 30 Unit Tenda Hunian Darurat (THD).Dalam pemanfaatan bantuan
tersebut, Ditjen Cipta Karya
III-26
Direktorat Jenderal Cipta Karya
berkoordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Karo yang didukung oleh Satuan Kerja Provinsi
di lingkungan Ditjen Cipta Karya dan Satgas Tanggap Darurat Ditjen Cipta Karya, Sumatera
Utara di beberapa wilayah.
4. Tanggap Darurat Banjir Manado
Direktorat Jenderal Cipta Karya melaksanakan tanggap darurat bencana untuk korban
banjir bandang dan tanah longsor di Manado dengan menyediakan peralatan untuk
memenuhi kebutuhan korban bencana berupa 4 unit Mobil Tangki Air (MTA); satu unit
IPA Mobile, 39 unit Hidran Umum; satu unit perahu karet; 20 unit PAC; dan 600 buah
jerigen dengan kapasitas 10 liter.
5. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Gamalama
Direktorat Jenderal Cipta Karya mengirimkan kebutuhan bagi para pengungsi erupsi
gunung Gamalama berupa 2 unit mobil tangki air kapasitas 4.000 liter, 20 unit
WC knockdown, dan 20 unit hidran umum kapasitas 2.000 liter.
PKPD-PU Bidang CK
Kementerian Pekerjaan Umum sebagai instansi yang bertanggungjawab melakukan
pembinaan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum sudah seyogyanya
memberikan perhatian dan pembinaan terhadap dinamika, kreativitas dan inovasi
pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang terselenggara di daerah.Salah satu
wujud pembinaan tersebut adalah memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinilai berprestasi dalam
memajukan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum melalui kegiatan Penilaian Kinerja
Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum (PKDP-PU).
Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum
bertanggungjawab pada kegiatan pembangunan infrastruktur bidang permukiman (Cipta
Karya) melaksanakan PKPD-PU Bidang Cipta Karya dengan menilai kegiatan pembangunan
infrastruktur bidang permukiman.
Pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014 untuk kategori Kota Metro/Besar adalah
Kota Surabaya sebagai pemenang I, Kota Malang sebagai Pemenang II, dan Kota Pontianak
sebagai pemenang III. Untuk kategori Kota Sedang/Kecil, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta
Karya Tahun 2014 adalah Kota Payakumbuh sebagai Pemenang I, Kota Probolinggo sebagai
Pemenang II, dan Kota Yogyakarta sebagai
III-27
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemenang III. Untuk kategori Kabupaten, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014
adalah Kabupaten Tabanan sebagai Pemenang I, Kabupaten Sleman sebagai Pemanang II, dan
Kabupaten Sidoarjo sebagai Pemenang III.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:
- Pelaksanaan tahun 2104, dilakukan langkah baru, yaitu Kriteria Penilaian terbagi dalam 2
kelompok yaitu Kriteria Penilaian Keterpaduan dengan bobot 30% dan Kriteria Penilaian
Sektor dengan bobot 70%. Kriteria Penilaian Keterpaduan diselenggarakan untuk
mengakomodasi isu keterpaduan yang saat ini menjadi salah satu arah kebijakan
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kriteria Penilaian Keterpaduan disusun oleh masing-
masing sektor sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor. Survey
lapangan di beberapa lokasi akan dilakukan bersama-sama (minimal tim juri dari 2
komponen yang merupakan perwakilan Ditjen. Cipta Karya) sehingga muncul penilaian
yang sifatnya utuh ke-Cipta Karya-an.
- Pemenang PKPD PU Bidang Cipta Karya tahun ini cukup bervariasi. Hal ini dapat
disebabkan adanya pembagian kriteria penilaian seperti yang disebutkan pada poin
pertama diatas. Pemenang yang baru muncul pada kategori Kabupaten, yaitu Kabupaten
Sidoarjo. Selain itu, pada Kategori Kota Sedang/Kecil, muncul pula Kota Yogyakarta, yang
selama 5 tahun ke belakang tidak pernah muncul sebagai pemenang.
- Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada saat
penyerahan Tropi pada tanggal 5 Desember 2014, menyampaikan bahwa para pemenang
akan mendapatkan Tropi, penghargaan dan hadiah fisik. Selain itu, Kabupaten/Kota juga
akan mendapat prioritas mendapatkan program dari Kementerian Pekerjaan Umum.
- Untuk lebih memperkaya wawasan, tim juri untuk PKPD-PU Bidang Cipta Karya tidak
hanya terdiri dari Direktorat Jenderal Cipta Karya saja tetapi juga melibatkan akademisi
dan pemerhati pembangunan bidang permukiman.
- Untuk memberikan keadilan bagi seluruh kabupaten/kota, bagi kabupaten/kota yang
sudah menjadi pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 3 (tiga) kali berturut-turut
maka tidak boleh mengikuti PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 1 (satu) periode.
Dukungan Pemda melalui Matching Fund
Matching fund atau lebih dikenal dengan DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama) disyaratkan
III-28
Direktorat Jenderal Cipta Karya
sebagai salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam readiness criteria.Realisasi DDUB Tahun
2014terhadap komitmennya adalah sebesar Rp. 209.825.789.000,- (55,42%) untuk APBD
Kab/Kota. Terhadap total anggaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014, realisasi DDUB ini hanya
berkisar 1,51% saja. Dalam pemenuhan DDUB oleh kabupaten/kota terdapat beberapa
kendala antara lain:
1. APBD Kabupaten/Kota mayoritas digunakan untuk gaji upah sehingga hanya sedikit sekali
dana APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk DDUB.
2. Mayoritas komitmen awal DDUB belum dibahas dengan DPRD sehingga realisasi
pengalokasian dana APBD untuk DDUB terhambat.
3. Pemahaman pemerintah daerah terhadap pentingnya DDUB sebagai salah satu syarat pemenuhan readiness criteria masih kurang.
4. Kemampuan daerah dalam pemenuhan DDUB tidak semuanya diprioritaskan ke kegiatan
CK tetapi lebih diprioritaskan ke pendidikan atau kesehatan.
5. Dalam peta kapasitas fiskal yang setiap tahun diterbitkan oleh Kementerian Keuangan,
mayoritas kabupaten/kota termasuk dalam kategori rendah sehingga pemenuhan DDUB-
nya tidak dapat terealisasi 100%.
6. Tidak adanya mekanisme insentif dan disinsentif menjadikan rendahnya realisasi DDUB.
Pelaksanaan CSR
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesesimbangan ekonomi-sosial-
lingkungan, kini semakin banyak perusahaan yang memenuhi tanggungjawab sosialnya.
Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) tidak hanya dapat diwujudkan dalam bentuk
kegiatan amal (charity) tetapi juga dapat dilaksanakan dalam program pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara langsung sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Program CSR yang dilaksanakan oleh beberapa perusahaan sangat
beragam termasuk kegiatan CSR dalam pembangunan infrastruktur permukiman (bidang
Cipta Karya) seperi penyediaan air minum dan sanitasi, pengelolaan sampah, penataan
bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman.
Di sisi lain, pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman yang tujuan akhirnya adalah
kesejahteraan masyarakat, diharapkan tidak hanya berasal dari APBN dan APBD tetapi dapat
juga bersumber dari swasta melalui program CSR. Program CSR merupakan salah satu
alternatif sumber pembiayaan pembangunan
III-29
Direktorat Jenderal Cipta Karya
bidang infrastruktur yang dapat dioptimalkan di lokasi-lokasi dimana terdapat perusahaan-
perusahaan besar seperi program CSR PT. Adaro di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.
Hingga tahun 2014, telah dilaksanakan fasilitasi program CSR yang bekerjasama dengan
perusahan-perusahaan sebagai berikut:
Tabel 3.15. Fasilitasi Kerjasama Multipihak Program CSR oleh
Ditjen Cipta Karya (2012-2014)
No Perusahaan Lokasi Kegiatan Sektor Cipta Karya Perkiraan
Pendanaan
(Rp.1000)
1 PT. Adaro Indonesia Kab. Hulu Sungai Utara, Prov.
Kalsel
Air Minum, PPLP, PBL,
Bangkim
23.100.000
2 PT. Adaro Indonesia Kab. Balangan, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL,
Bangkim
20.570.000
3 PT. Adaro Indonesia Kab. Tabalong, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL,
Bangkim
27.050.000
4 PT. Berau Coal Kab. Berau, Prov. Kalsel Air Minum dan PPLP 5.582.000
5 PT. Pertamina Kab. Ende, Prov. NTT Air Minum 3.400.000
6 PT. Bukit Asam Kab. Muara Enim, Prov. Sumsel Air Minum, PPLP, PBL,
Bangkim
27.027.000
7 PT. Semen Padang Kota Padang Air Minum dan PPLP 1.004.000
Total 107.729.000
Sumber: Subdirektorat Kerjasama Luar Negeri, 2014
Penggalian potensi/inovasi melalui penyelenggaraan sayembara
Selain melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga
melakukan beberapa kegiatan penggalian potensi/inovasi dari berbagai stakeholder melalui
penyelenggaraan sayembara. Adapun kegiatan sayembara yang telah dilaksanakan adalah:
1. Sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang Madura
Sejak ditetapkanya Pulau Gili Iyang sebagai lokasi wisata kesehatan dikarenakan potensi
oksigennya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemkab Sumenep, Direktorat Cipta
Karya merespon dengan menyelenggarakan sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang.
Sayembara ini diperuntukan menjaga keaslian alam dan budaya yang sudah ada,
sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu kriteria yang
dijadikan pemenang dalam sayembara ini adalah karya yang tidak terlalu banyak
mengeksplorasi Gili Iyang.
III-30
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Adapun pemenang Sayembara Penataan Kawasan Pulau Gili Iyang ditetapkan tiga
pemenang. Juara pertama adalah Timmy Setiawan dengan mengusung tema “Gili Iyang
Ec(O2)RismIslam”, Juara kedua adalah Alexander Octa K.W dengan tema “Gili Iyang’s
Sanctuary”dan Juara ketiga adalah Rahardian P. Herwindo dengan tema “East Madurat
Eco Healing Tourism”.
3.1.3. HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA
Salah satu strategi keberhasilan pelaksanaan tahun 2015 adalah adanya respon Direktorat
Jenderal Cipta Karya terhadap faktor-faktor yang memerlukan perhatian di tahun 2014,
diantaranya adalah:
a. Pengembangan Basis Data
Database bidang permukimaan hingga saat ini belum tersedia secara optimal, khususnya
data pasca pelaksanaan pembangunan. Berbagai upaya pengembangan basis data terus
dilakukan, salah satunya melalui pengembangan system aplikasi berbasis web yang
memudahkan kontributor dalam mengisi data kinerja (SIMEKA) ataupun melalui kegiatan
Pemutakhiran Data Kumuh dimana pada tahun 2014 telah dilakukan di 127 kawasan. Selain
itu, dilakukan juga peningkatan koordinasi baik dengan BPS Pusat ataupun dengan BPS
Kab/Kota untuk memudahkan perolehan data kinerja. Selanjutnya, upaya ini akan terus
dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya, khususnya dalam upaya pengembangan basis data
dalam meningkatkan akurasi data bidang permukiman.
b. Percepatan Proses Pengadaan
Upaya percepatan proses pengadaan telah dilakukan dengan dukungan dari Unit Layanan
Pengadaan (ULP) yang secara rutin melakukan pemantauan terhadap proses pengadaan.
Selain itu, dukungan lain diberikan melalui proses penetapan Pokja Pengadaan yang
dipercepat oleh ULP serta dorongan kepada aparat Satker untuk mengikuti pelatihan PerPres
No 70 Tahun 2012 agar memahami lebih mendalam ketentuan-ketentuan pelelangan
sehingga terhindar dari kesalahaan saat pelelangan. Pengadaan barang dan jasa untuk
proyek yang didanai dari pinjaman luar negeri memerlukan harmonisasi peraturan antara
guideline pemberi pinjaman dengan peraturan perundangan nasional. Harmonisasi ini
seyogyanya dilakukan oleh LKPP.
c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan di Daerah
Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah salah satu diantaranya dilakukan
III-31
Direktorat Jenderal Cipta Karya
melalui penguatan pada kapasitas pelaksana di daerah (Satker, Pemda), antara lain dengan
memberikan acuan pelaksanaan (panduan mulai dari perumusan kebijakan hingga
implementasi fisik), melakukan diseminasi, dan koordinasi yang lebih intensif. Selanjutnya,
upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.
d. Pengelolaan asset/proses alih status/hibah BMN
Terkait pengelolaan aset, selain Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah BMN bagi
Aparat/Petugas Satuan Kerja, dilakukan juga Pendampingan Percepatan Proses Hibah BMN,
verifikasi kelengkapan dokumen pendukung proses Hibah BMN serta Sosialisasi proses hibah
kepada pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN.
Selanjutnya, upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.
e. Aspek Keberlanjutan
Untuk menjamin aspek keberlanjutan, pada Satker Propinsi telah diarahkan untuk turut
memantau realisasi komitmen Pemda pasca pelaksanaan (seperti realisasi pelaksanaan
pemasangan pipa distribusi/SR, fasilitasi pendukung TPA, ketersediaan lembaga pengelola
dan sebagainya). Selain itu, di tahun 2014 telah pula dilakukan upaya pendataan terhadap
aspek keberlanjutan (tersediaan OM dan lembaga pengelola) dari setiap output terbangun.
Selanjutnya, kedepan akan disusun suatu panduan/petunjuk/arahan/pedoman yang dapat
menjadi petunjuk pengelolaan paska pembangunan untuk memaksimalkan kebermanfaatan
dan keberlanjutan output terbangun.
f. Pendanaan melalui PHLN dan CSR
Terdapat kebijakan yang mengatur besarnya porsi pendanaan APBN reguler DJCK yaitu hanya
sebesar 30% dari total pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, sehingga sisanya harus
dibiayai dari dana APBD daerah yang bersangkutan, CSR, dan/atau sumber pembiayaan
lainnya (PHLN). Oleh karenanya, mengingat bahwa CSR merupakan salah satu potensi besar
dalam pembiayaan, perlu kiranya terus melakukan sinergi sumber pembiayaan CSR ini
melalui penyusunan database dan mengembangankan kerjasama dengan perusahaan yang potensial
membiayai pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya melalui dana Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam rangka percepatan pelaksanaan kerjasama program CSR bidang Cipta
Karya. Selain itu, perlu mempertajam penyiapan kriteria pendanaan yang dibiayai dana Pinjaman
Luar Negeri, mempercepat proses persetujuan proses pelelangan ataupun percepatan Perjanjian PLN
dengan cara membagi 2 tahap perjanjian Engineering Service Phase dan Construction Phase.
III-32
Direktorat Jenderal Cipta Karya
g. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam program pemberdayaan masyarakat, komponen dana bergulir masih belum
berkinerja dengan baik. Terakhir, pada pelaksanaan P2KP, kinerja dana bergulir hanya 30%,
artinya hanya 30% dari total dana bergulir yang dapat bermanfaat dalam peningkatan
kapasitas usaha masyarakat miskin. Karena itu tantangan kedepan, adalah bagaimana
memperbaiki mekanisme tingkat pengembalian dana bergulir ini.
3.1.4. PENGHARGAAN DARI PIHAK LAIN
Terhadap capaian kinerja yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya
mendapat apresiasi dari pihak lain melalui penerimaan penghargaan sebagai berikut:
a. Penghargaan Konstruksi Indonesia Untuk SIKIPAS
Direktorat Jenderal Cipta Karya dianugerahi penghargaan sebagai Pemenang II Penghargaan
Karya Konstruksi Indonesia 2014 pada Kategori Teknologi Tepat Guna dengan Judul Karya
Modul SIKIPAS (Sistem Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah): Inovasi Teknologi
Pengolahan Sampah Karya Generasi Muda Indonesia Di Kementerian Pekerjaan Umum.
Penghargaan ini diberikan dalam rangka Konstruksi Indonesia pada tanggal 25 September
2014.Inovasi ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah
organik dari sumbernya.
b. Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat Expo 2014
Pada ajang Gelar Karya Pembangunan Masyarakat Expo 2014, Kementerian Pekerjaan Umum
diwakili oleh Direktorat Bina Program-Ditjen Cipta Karya menjadi Juara I Stand Terbaik
Kategori Kementerian. Penghargaan ini merupakan yang keempat kalinya berturut-turut
diperoleh oleh Ditjen Cipta Karya.
c. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008
BPPSPAM telah menerima sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 pada
bulan Desember 2013. Sertifikasi ini merupakan bukti komitmen dari BPPSPAM sebagai
badan yang akuntabel dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance). Pada akhir tahun 2014, BPPSPAM telah berhasil mempertahankan sertifikasi
SMM ISO 9001:2008 tersebut melalui audit surveillance yang dilakukan oleh PT. Sucofindo
International Certification Services pada tanggal 8-9 Desember 2014.
III-33
Direktorat Jenderal Cipta Karya
3.2. REALISASI ANGGARAN
Dengan menggunakan pendekatan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi anggaran dengan hasil
sebesar 95,78% atau jika dintepretasikan adalah SANGAT BAIK (hasil perhitungan terlampir).
Pencapaian ini dipengaruhi oleh beberapa indikator penilaian diantaranya yaitu:
a. Penyerapan anggaran
Pada akhir tahun 2014, penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya telah
terealisasi sebesar 95,74% (status 12 Januari 2015) dari target sebesar
Rp. 14.549.48.381.000,- Besaran anggaran ini telah mengalami revisi dikarenakan adanya
kebijakan penghematan. Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran periode 2010-2013,
maka akan didapat tren sebagai berikut:
Tabel 3.16. Tren Realisasi Anggaran Periode 2010-2014
Tahun Rencana (dlm ribu) Realisasi (dlm ribu) Proporsi
2010 8.372.544.335 7.931.215.109 94.73%
2011 13.122.124.540 12.481.656.826 95.12%
2012 12.829.999.930 12.710.911.569 99.07%
2013 21.953.711.955 20.890.695.803 95,56%
2014 14.549.478.381 13.929.670.602 95,74%
Sumber: LAKIP Es I 2010-2013, Emon 2014 status 12 Jan 2015
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Direktorat Jenderal Cipta Karya tidak memiliki kendala
dengan adanya penurunan anggaran dengan adanya APBN-P. Meskipun terjadi penurunan
anggaran sebesar Rp. 7,40 triliyun namun target output dapat direalisasikan dengan baik.
Perbaikan kualitas proses pengadaan barang dan jasa, kualitas perencanaan penyerapan
menjadi alasan semakin membaiknya tingkat penyerapan anggaran. Belum maksimalnya
penyerapan anggaran, dikarenakan masih adanya SPM yang belum terinput dalam aplikasi E-
Mon. Umumnya ini terjadi pada kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya telah berkontribusi langsung dalam pencapaian
sasaran dan proporsi terbesar adalah dalam rangka pencapaian sasaran Meningkatnya
kualitas permukiman dan penataan ruang
III-34
Direktorat Jenderal Cipta Karya
sebesar Rp 2.937.979.651.000,-. atau 107,77%. Realisasi anggaran setiap sasaran bervariasi
dari 85,19% hingga 95,99% (lihat tabel 3.14).
Tabel 3.17. Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya
Sasaran Strategis Anggaran (Dalam Ribu Rp)
Proporsi Rencana Realisasi
Meningkatnya kualitas layanan air minum
dan sanitasi permukiman perkotaan
5.734.809.522 5.504.771.787 95,99%
Meningkatnya kualitas kawasan
permukiman dan penataan ruang
1.476.164.382 1.257.538.122 85,19%
Meningkatnya kualitas infrastruktur
permukiman perdesaan/kumun/nelayan
dengan pola pemberdayaan masyarakat
2.726.102.508 2.937.979.651 107,77%
Sumber: Dok. Rencana Aksi PK Ditjen Cipta Karya, 2014
b. Konsistensi perencanaan dengan implementasi
Dari hasil perhitungan berdasarkan PMK tersebut, diperoleh nilai konsistensi antara
perencanaan dan implementasi sebesar 67,60%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seluruh
rencana penyerapan anggaran dapat terealisasi dengan baik di tiap bulannya.
Beberapa hal yang menyebabkan tidak maksimalnya realisasi penyerapan anggaran setiap
bulan antara lain adanya keterlambatan proses lelang, keterlambatan penandatanganan
kontrak karena pergantian Kepala Satuan Kerja, adanya revisi paket, keterlambatan
penerbitan SK Satuan Kerja, masalah lahan, belum siapnya dokumen perencanaan (DED).
c. Output
Terhadap penggunaan anggaran di tahun 2014, telah dihasilkan berbagai output. Hingga
akhir Desember 2014 telah terealisasi output dengan tingkat keberhasilan rata-rata sebesar
95,70%.
Tabel 3.18. Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014
No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi
1 Infrastruktur Perkotaan Kwsn 500 191 38,20%
2 Rusunawa TB 25 25 100,00%
3 Infrastruktur Perdesaan Kwsn 178 168 94,38%
4 RISE Kec 237 237 100,00%
III-35
Direktorat Jenderal Cipta Karya
No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi
5 PPIP Desa 4.650 5.040 108,39%
6 Bangunan gedung dan
fasilitasnya Kab/Kota 40 25 62,50%
7 Sarana dan prasarana
lingkungan permukiman
Kwsn 55 54 98,18%
8 Keswadayaan masyarakat Kel/Desa 11.073 11.066 99,94%
9 Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota
Kwsn
5
699
5
684
100,00%
97,85%
10 Infrastruktur Drainase
Perkotaan
Kab/Kota 70 68 97,14%
11 Infrastruktur Persampahan
TPAS
Kab/Kota 71 69 97,18%
12 Infrastruktur 3R Kwsn 58 49 84,48%
13 SPAM Terfasilitasi PDAM 120 119 99,17%
14 SPAM IKK IKK 308 321 104,22%
15 SPAM MBR Kwsn 460 490 106,52%
16 SPAM Perdesaan Desa 1.858 1.979 106,51%
17 SPAM Khusus Kwsn 148 148 100,00%
Sumber: LAKIP Es II, 2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak seluruh output fisik terealisasi penuh, terdapat
beberapa output yang realisasinya dibawah 100% yaitu infrastruktur perkotaan, infrastruktur
perdesaan, bangunan gedung dan fasilitasnya, infrastruktur air limbah skala kawasan,
infrastruktur drainase perkotaan dan infrastruktur persampahan TPAS, infrastruktur 3R.
Adapun pencapaian output paling tinggi adalah output PPIP dan SPAM MBR. Lebih detail
terkait penyebab tidak optimalnya pencapaian kinerja output dapat dilihat kembali di subbab
analisis dan evaluasi kinerja.
III-36
Direktorat Jenderal Cipta Karya
d. Efisiensi
Tabel 3.19. Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014
Target (TVK) Realisasi (RVK)Pagu per Outout
(PAK)
Realisasi per
Output (RAK)
SPAM IKK 308 321 1,581,458,711 1,559,865,890
SPAM MBR 460 490 868,086,186 847,078,257
SPAM PERDESAAN 1858 1979 1,015,697,757 977,798,383
SPAM KHUSUS 148 148 290,090,872 283,784,406
INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH 699 684 593,734,176 545,222,920
INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN 70 68 902,873,298 831,324,010
INFRASTRUKTUR TPAS 71 69 453,369,986 434,838,633
INFRASTRUKTUR TPST / 3R 58 49 28,889,873 24,264,354
PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI 120 119 608,663 594,934
RUSUNAWA 25 25 1,114,339,382 1,074,446,032
SARANA PRASARANA LNGKUNGAN PERMUKIMAN 55 54 232,500,208 190,324,670
BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA 40 29 212,528,918 184,730,136
P2KP 11073 11066 2,056,795,847 2,039,724,441
PPIP 4650 5040 847,219,173 819,345,662
Keluaran
Volume Anggaran
sumber: PMK 249 Cipta Karya 2014
Efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak
membuang waktu, tenaga serta biaya. Dalam konteks pelaksanaan tugas di Ditjen Cipta
Karya, efisiensi yang dilakukan adalah efisiensi biaya. Biaya yang dapat dihemat oleh Ditjen
Cipta Karya adalah 7% (rata-rata), namun dengan efisiensi biaya sebesar itu output yang
terlaksana tetap dapat tercapai yaitu sebesar 97,99%. Dari semua pencapaian tersebut, jika
dihitung nilai efisiensi Ditjen Cipta Karya tahun anggaran 2014 ini adalah 59,30%.
IV-1
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB IV PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Dari penjabaran pencapaian Program sebagaimana tercermin dari Indikator Kinerja Utama (IKU)
pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan
dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan
dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis
tersebut adalah sebesar 105,08%. Kinerja dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut:
1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman
perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 10.353 l/det
(126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM
(99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733
kawasan (96,83%).
2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah
tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan kawasan permukiman yang
terevitalisasi sebanyak 54 kawasan (98,18%).
3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai
peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 16.106 desa
(102,44%)
Selain tiga sasaran utama, terdapat sasaran “Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan,
dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman” yang ditandai dengan
tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data
dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah 171
laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%).
IV-2
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
Adapun realisasi anggaran dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut diatas adalah 95,74%
(status 12 Januari 2015) dari target sebesar Rp 14.549.478.381.000. Beberapa
kendala/permasalahan yang muncul dalam upaya pencapaian sasaran adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
2. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman khususnya
terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda)
3. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat
perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan
4. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang
menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada
pertengahan tahun anggaran berjalan.
5. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria
seperti kesiapan lahan.
6. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya
4.2. REKOMENDASI
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai
perbaikan ke depan antara lain:
1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target
kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM,
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya.
2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan,
semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja.
3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman.
IV-3
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah
lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya
dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan
bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi
bidang permukiman.
5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan
kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun
pemanfaatan infrastruktur terbangun.
Dengan selesainya Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015, diharapkan
kesuksesan maupun kekurangan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya Tahun 2015
dapat menjadi pemacu untuk dapat berkarya lebih baik lagi pada masa-masa mendatang.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB I Pendahuluan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB II Perencanaan Kinerja
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB III Akuntabilitas Kinerja
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
BAB IV Penutup
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
Lampiran
xiii - 1
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 2
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 3
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 4
Direktorat Jenderal Cipta Karya
PENGUKURAN KINERJA
xiii - 5
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
PE
NY
ELE
NG
GA
RA
AN
SP
AM
TE
RF
AS
ILIT
AS
I
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
te
rfa
silit
as
i
1 -
5 P
DA
M y
ang
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r sp
am
te
rfa
silita
si
6 -
7 P
DA
M y
ang
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r sp
am
te
rfa
silita
si
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(7)
1.
Ka
pu
as
Hu
lu
2.
Ke
tap
an
g
3.
Ko
ta S
ing
ka
wa
ng
4.
Me
law
i
5.
Sa
mb
as
6.
Sa
ng
ga
u
7.
Sin
tan
g
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(7
)
1.
Ba
rito
Tim
ur
2.
Gu
nu
ng
Ma
s
3.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t
4.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r
5.
Mu
run
g R
ay
a
6.
Se
ruy
an
7.
Su
ka
ma
ra
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(3)
1.
Be
rau
2.
Ku
tai
Tim
ur
3.
Pe
na
jem
Pa
se
r U
tara
NA
D (
3)
1.
Ac
eh
Ta
mia
ng
2.
Ac
eh
Uta
ra
3.
Ko
ta L
an
gs
a
Ria
u (
5)
1.
Ind
rag
iri
Hil
ir
2.
Ind
rag
iri
Hu
lu
3.
Ka
mp
ar
4.
Ro
ka
n H
ulu
5.
Sia
k
Su
law
es
i B
ara
t (1
)
1.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
Su
law
es
i S
ela
tan
(2
)
1.
Bo
ne
, S
op
pe
ng
, S
ela
ya
r
2.
Pa
ng
ke
p,
Lu
wu
, L
uw
u U
tara
da
n L
uw
u T
imu
r
Su
law
es
i T
en
ga
h (
3)
1.
Ba
ng
ga
i
2.
Bu
ol
3.
Do
ng
ga
la
Su
law
es
i U
tara
(4
)
1.
Ke
p.
Sa
ng
ihe
2.
Ko
ta T
om
oh
on
3.
Min
ah
as
a
4.
Min
ah
as
a S
ela
tan
Su
ma
tera
Uta
ra (
7)
1.
Da
iri
2.
De
li S
erd
an
g
3.
Ko
ta B
inja
i
4.
Ko
ta T
an
jun
g B
ala
i
5.
La
bu
ha
n B
atu
Se
lata
n
6.
Pa
kp
ak
Ba
rat
Pa
pu
a B
ara
t (3
)
1.
Ka
ima
na
2.
Ra
ja A
mp
at
3.
Te
luk
Wo
nd
am
a
Be
ng
ku
lu (
2)
1.
Ke
pa
hia
ng
2.
Ko
ta B
en
gk
ulu
Ja
mb
i (3
)
1.
Bu
ng
o
2.
Sa
rola
ng
un
3.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
La
mp
un
g (
4)
1.
Ko
ta B
an
da
r L
am
pu
ng
2.
La
mp
un
g B
ara
t
3.
La
mp
un
g S
ela
tan
4.
La
mp
un
g T
imu
r
Su
ma
tera
Ba
rat
(5)
1.
Lim
ap
ulu
h K
ota
2.
Pa
da
ng
Pa
ria
ma
n
3.
Pe
sis
ir S
ela
tan
4.
Siju
nju
ng
5.
So
lok
Su
ma
tera
Se
lata
n (
2)
1.
Ba
nyu
as
in
2.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu
Ba
nte
n (
1)
1.
Le
ba
k
DIY
(1
)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
Ja
wa
Te
ng
ah
(4
)
1.
Ba
nyu
ma
s
2.
Blo
ra
3.
Gro
bo
ga
n
4.
Pe
ka
lon
ga
n
Ja
wa
Tim
ur
(7)
1.
Blit
ar
2.
Ke
dir
i
3.
Ko
ta M
ojo
ke
rto
4.
Ng
an
juk
5.
Pa
me
ka
sa
n
6.
Pa
su
rua
n
7.
Tu
lun
ga
gu
ng
Ba
li (
1)
1.
Je
mb
ran
a
Ma
luk
u (
4)
1.
Ke
pu
lau
an
Aru
2.
Ko
ta T
ua
l
3.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
4.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
Ba
rat
Ma
luk
u U
tara
(3
)
1.
Ha
lma
he
ra B
ara
t
2.
Ha
lma
he
ra T
imu
r
3.
Ko
ta T
ido
re
NT
T (
1)
1.
Le
mb
ata
NT
B (
1)
1.
Do
mp
u
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(4
)
1.
Bo
mb
an
a
2.
Bu
ton
Uta
ra
3.
Ko
na
we
Se
lata
n
4.
Mu
na
Pa
pu
a (
2)
1.
Ja
ya
pu
ra
xiii - 6
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
Pa
pu
a
Pa
pu
a B
ara
t
Ma
luku
Ma
luku
Uta
raS
ula
we
si U
tara
Go
ron
talo
Su
law
esi
Te
ng
ah
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Sel
ata
nS
ula
we
si T
en
gg
ara
NT
TN
TB
Ba
li
Jaw
a T
imu
rD
IY
Jaw
a T
en
ga
hJa
wa
Ba
rat
Ba
nte
n
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n B
ara
t
Ke
pu
laua
n R
iau
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Lam
pu
ng
Su
ma
tera
Se
lata
nB
en
gk
ulu
Jam
bi
Su
ma
tera
Ba
rat
Ria
u
Su
ma
tera
Uta
ra
NA
D
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
OU
TP
UT
SP
AM
DI
IBU
KO
TA
KE
CA
MA
TA
N (
IKK
)
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
IK
K
1 -
5 I
KK
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
astr
uk
tur
sp
am
IK
K
6 -
10
IK
K y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
sp
am
IK
K
11
- 1
6 I
KK
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r s
pa
m I
KK
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
Be
ng
ku
lu (
8)
1.
Be
ng
ku
lu S
ela
tan
(1
)
2.
Be
ng
ku
lu T
en
ga
h (
1)
3.
Be
ng
ku
lu U
tara
(2
)
4.
Ke
pa
hia
ng
(3
)
5.
Se
lum
a (
1)
Su
ma
tera
Ba
rat
(5)
1.
Pa
sa
ma
n (
1)
2.
Pa
sa
ma
n B
ara
t (2
)
3.
Siju
nju
ng
(1
)
4.
So
lok
Se
lata
n (
1)
La
mp
un
g (
2)
1.
Me
su
ji (1
)
2.
Tu
lan
g B
aw
an
g (
1)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
5)
1.
Mu
ara
En
im (
1)
2.
Mu
si
Ra
wa
s (
2)
3.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu T
imu
r (1
)
4.
Pa
li (
1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(1
2)
1.
Ba
tan
g (
1)
2.
De
ma
k (
3)
3.
Ke
bu
me
n (
1)
4.
Ku
du
s (
1)
5.
Se
ma
ran
g (
3)
6.
Sra
ge
n (
1)
7.
Te
ga
l (1
)
8.
Te
ma
ng
gu
ng
(1
)
Ja
wa
Tim
ur
(9)
1.
Ko
ta B
atu
(1
)
2.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
3.
Mo
jok
ert
o (
1)
4.
Pa
su
rua
n (
1)
5.
Pro
bo
ling
go
(1
)
6.
Sid
oa
rjo
(4
)
Ba
li (
1)
1.
Ka
ran
ga
se
m (
1)
NT
T (
4)
1.
Ku
pa
ng
(1
)
2.
Le
mb
ata
(1
)
3.
Ma
ng
ga
rai
Tim
ur
(1)
4.
Tim
or
Te
ng
ah
Uta
ra (
1)
NT
B (
6)
1.
Bim
a (
2)
2.
Do
mp
u (
2)
3.
Lo
mb
ok
Ba
rat
(1)
4.
Su
mb
aw
a (
1)
Ja
wa
Ba
rat
(7)
1.
Be
ka
si
(1)
2.
Cia
nju
r (1
)
3.
Cir
eb
on
(1
)
4.
Ind
ram
ay
u (
1)
5.
Ka
raw
an
g (
1)
6.
Ko
ta D
ep
ok
(1
)
7.
Su
ka
bu
mi
(1)
Ba
nte
n (
2)
1.
Le
ba
k (
1)
2.
Se
ran
g (
1)
Su
law
es
i S
ela
tan
(1
6)
1.
Go
wa
(4
)
2.
Lu
wu
(2
)
3.
Lu
wu
Tim
ur
(1)
4.
Lu
wu
Uta
ra (
3)
5.
Pa
ng
ke
p (
2)
6.
Sin
jai
(2)
7.
So
pp
en
g (
2)
Ma
luk
u (
7)
1.
Bu
ru (
3)
2.
Ke
pu
lau
an
Aru
(2
)
3.
Se
ram
Ba
gia
n B
ara
t (1
)
4.
Se
ram
Ba
gia
n T
imu
r (1
)
Ma
luk
u U
tara
(8
)
1.
Ha
lma
he
ra B
ara
t (4
)
2.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(1
)
3.
Ha
lma
he
ra T
imu
r (2
)
4.
Ha
lma
he
ra U
tara
(1
)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(5
)
1.
Bu
ton
(2
)
2.
Ko
lak
a U
tara
(2
)
3.
Wa
ka
tob
i (1
)
Su
law
es
i B
ara
t (4
)
1.
Ma
ma
sa
(2
)
2.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(2)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(8)
1.
Be
rau
(3
)
2.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
1)
3.
Ku
tai
Ba
rat
(2)
4.
Ma
lin
au
(1
)
5.
Pe
na
jem
Pa
se
r U
tara
(1
)
Go
ron
talo
(4
)
1.
Bo
ale
mo
(1
)
2.
Bo
ne
Bo
lan
go
(1
)
3.
Go
ron
talo
(2
)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
5)
1.
Hu
lu S
un
ga
i T
en
ga
h (
1)
2.
Ta
ba
lon
g (
1)
3.
Ta
na
h B
um
bu
(2
)
4.
Ta
pin
(1
)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
3)
1.
Do
ng
ga
la (
1)
2.
Mo
row
ali
(1)
3.
To
jo U
na
-un
a (
1)
Su
law
es
i U
tara
(3
)
1.
Ke
pu
lau
an
Sa
ng
ihe
(1
)
2.
Min
ah
as
a (
1)
3.
Min
ah
as
a S
ela
tan
(1
)
Pa
pu
a B
ara
t (2
)
1.
So
ron
g S
ela
tan
(1
)
2.
Te
luk
Bin
tun
i (1
)
Pa
pu
a (
12
)
1.
Bo
ve
n D
igo
el
(1)
2.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
2)
3.
La
nn
y J
ay
a (
2)
4.
Me
rau
ke
(5
)
5.
Pe
gu
nu
ng
an
Bin
tan
g (
2)
Ke
pu
lau
an
Ria
u (
6)
1.
Ka
rim
un
(3
)
2.
Na
tun
a (
3)
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(9)
1.
Ka
yo
ng
Uta
ra (
1)
2.
La
nd
ak
(2
)
3.
Me
law
i (3
)
4.
Sa
ng
ga
u (
1)
5.
Sin
tan
g (
2)
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(2
)
1.
Ka
tin
ga
n (
1)
2.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
NA
D (
2)
1.
Ac
eh
Te
ng
ah
(1
)
2.
Sim
eu
lu (
1)
Ria
u (
5)
1.
Ind
rag
iri
Hil
ir (
1)
2.
Ka
mp
ar
(1)
3.
Ro
ka
n H
ulu
(3
)
Su
ma
tera
Uta
ra (
7)
1.
Ba
tub
ara
(2
)
2.
Hu
mb
an
g H
as
un
du
tan
(2
)
3.
Sim
alu
ng
un
(1
)
4.
Ta
pa
nu
li T
en
ga
h (
2)
Ja
mb
i (6
)
1.
Bu
ng
o (
1)
2.
Ke
rin
ci
(2)
3.
Me
ran
gin
(1
)
4.
Sa
rola
ng
un
(1
)
5.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(1)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(6
)
1.
Ba
ng
ka
Se
lata
n (
2)
2.
Be
litu
ng
(3
)
3.
Be
litu
ng
Tim
ur
(1)
xiii - 7
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
Pa
pu
a
Pa
pu
a B
ara
t
Ma
luku
Ma
luku
Uta
raS
ula
we
si U
tara
Go
ron
talo
Su
law
esi
Te
ng
ah
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Sel
ata
nS
ula
we
si T
en
gg
ara
NT
TN
TB
Ba
li
Jaw
a T
imu
rD
IY
Jaw
a T
en
ga
hJa
wa
Ba
rat
Ba
nte
n
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n B
ara
t
Ke
pu
laua
n R
iau
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Lam
pu
ng
Su
ma
tera
Se
lata
nB
en
gk
ulu
Jam
bi
Su
ma
tera
Ba
rat
Ria
u
Su
ma
tera
Uta
ra
NA
D
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
OU
TP
UT
SP
AM
DI
KA
WA
SA
N K
HU
SU
S
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
kh
usu
s
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
sp
am
kh
usu
s
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r s
pam
kh
us
us
Ma
luk
u (
9)
1.
Bu
ru (
1)
2.
Ko
ta T
ua
l (2
)
3.
Ma
luk
u B
ara
t D
ay
a (
3)
4.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
(1
)
5.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
Ba
rat
(1)
6.
Se
ram
Ba
gia
n B
ara
t (1
)
Ma
luk
u U
tara
(5
)
1.
Ha
lma
he
ra T
en
ga
h (
1)
2.
Ha
lma
he
ra T
imu
r (2
)
3.
Pu
lau
Mo
rota
i (2
)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(5
)
1.
Bo
mb
an
a (
1)
2.
Bu
ton
(1
)
3.
Ko
na
we
Se
lata
n (
1)
4.
Ko
na
we
Uta
ra (
1)
5.
Ko
ta B
au
-ba
u (
1)
11
- 1
6 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r s
pa
m k
hu
su
s
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(16
)
1.
Be
ng
ka
ya
ng
(4
)
2.
Ka
yo
ng
Uta
ra (
3)
3.
Ke
tap
an
g (
1)
4.
Ku
bu
Ra
ya
(2
)
5.
Sa
mb
as
(2
)
6.
Sin
tan
g (
4)
Ke
pu
lau
an
Ria
u (
2)
1.
Ka
rim
un
(1
)
2.
Ko
ta B
ata
m (
1)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(4)
1.
Ko
ta B
on
tan
g (
2)
2.
Ku
tai
Tim
ur
(1)
3.
Nu
nu
ka
n (
1)
NA
D (
7)
1.
Ac
eh
Se
lata
n (
2)
2.
Ac
eh
Uta
ra (
3)
3.
Bir
eu
n (
2)
Su
ma
tera
Uta
ra (
4)
1.
Sim
alu
ng
un
(1
)
2.
Ta
pa
nu
li S
ela
tan
(2
)
3.
Ta
pa
nu
li T
en
ga
h (
1)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(4
)
1.
Ba
ng
ka
(2
)
2.
Ba
ng
ka
Se
lata
n (
1)
3.
Be
litu
ng
(1
)
Su
law
es
i U
tara
(7
)
1.
Ke
p.
Sa
ng
ihe
(1
)
2.
Ke
p.
Ta
lau
d (
1)
3.
Ko
ta B
itu
ng
(2
)
4.
Ko
ta K
ota
mo
ba
gu
(1
)
5.
Min
ah
as
a (
1)
6.
Min
ah
as
a U
tara
(1
)
Pa
pu
a B
ara
t (2
)
1.
Ka
ima
na
(1
)
2.
Ko
ta S
oro
ng
(1
)
Pa
pu
a (
5)
1.
Bia
k N
um
for
(1)
2.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
2)
3.
Me
rau
ke
(2
)
Go
ron
talo
(5
)
1.
Bo
ale
mo
(4
)
2.
Go
ron
talo
Uta
ra (
1)
Su
law
es
i B
ara
t (1
)
1.
Ma
mu
ju U
tara
(1
)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
1)
1.
Do
ng
ga
la (
1)
Be
ng
ku
lu (
1)
1.
Se
lum
a (
1)
Ja
mb
i (1
)
1.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(1)
Su
ma
tera
Ba
rat
(3)
1.
Ke
pu
lau
an
Me
nta
wa
i (1
)
2.
Pa
da
ng
Pa
ria
ma
n (
1)
3.
Pe
sis
ir S
ela
tan
(1
)
Ja
wa
Tim
ur
(1)
1.
Sit
ub
on
do
(1
)
Ba
li (
1)
1.
Gia
ny
ar
(1)
NT
B (
6)
1.
Bim
a (
3)
2.
Do
mp
u (
1)
3.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(1
)
4.
Lo
mb
ok
Uta
ra (
1)
NT
T (
5)
1.
Flo
res
Tim
ur
(1)
2.
Ku
pa
ng
(2
)
3.
Na
ge
ke
o (
1)
4.
Ng
ad
a (
1)
Ba
nte
n (
4)
1.
Le
ba
k (
1)
2.
Ta
ng
era
ng
(3
)
Ja
wa
Ba
rat
(8)
1.
Be
ka
si
(2)
2.
Cir
eb
on
(2
)
3.
Ind
ram
ay
u (
1)
4.
Ka
raw
an
g (
2)
5.
Su
ka
bu
mi
(1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(1
4)
1.
De
ma
k (
5)
2.
Je
pa
ra (
2)
3.
Ke
bu
me
n (
4)
4.
Ko
ta T
eg
al
(3)
Su
law
es
i S
ela
tan
(3
)
1.
Go
wa
(1
)
2.
Ko
ta P
are
-pa
re (
1)
3.
Lu
wu
(1
)
xiii - 8
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
Pa
pu
a
Pa
pu
a B
ara
t
Ma
luku
Ma
luku
Uta
raS
ula
we
si U
tara
Go
ron
talo
Su
law
esi
Te
ng
ah
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Sel
ata
nS
ula
we
si T
en
gg
ara
NT
TN
TB
Ba
li
Jaw
a T
imu
rD
IY
Jaw
a T
en
ga
hJa
wa
Ba
rat
Ba
nte
n
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n B
ara
t
Ke
pu
laua
n R
iau
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Lam
pu
ng
Su
ma
tera
Se
lata
nB
en
gk
ulu
Jam
bi
Su
ma
tera
Ba
rat
Ria
u
Su
ma
tera
Uta
ra
NA
D
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
SP
AM
DI
KA
WA
SA
N M
BR
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
di
ka
was
an
MB
R
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
sp
am
di
ka
was
an
MB
R
NA
D (
9)
1.
Ac
eh
Be
sa
r (1
)
2.
Ac
eh
Ta
mia
ng
(1
)
3.
Bir
eu
n (
2)
4.
Ko
ta L
ho
ks
eu
ma
we
(1
)
5.
Ko
ta S
ab
an
g (
2)
6.
Na
ga
n R
ay
a (
1)
7.
Sim
eu
lu (
1)
Su
ma
tera
Uta
ra (
7)
1.
Hu
mb
an
g H
as
un
du
tan
(2
)
2.
Ko
ta B
inja
i (1
)
3.
La
bu
ha
n B
atu
(1
)
4.
Sim
alu
ng
un
(3
)
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r s
pam
di
ka
wa
sa
n M
BR
11
- 1
7 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r s
pa
m d
i k
aw
as
an
MB
R
Ria
u (
7)
1.
Ind
rag
iri
Hil
ir (
1)
2.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
1)
3.
Ka
mp
ar
(2)
4.
Ku
an
tan
Sin
gin
gi
(1)
5.
Ro
ka
n H
ulu
(2
)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(1
2)
1.
Ba
ng
ka
(1
)
2.
Ba
ng
ka
Ba
rat
(2)
3.
Ba
ng
ka
Se
lata
n (
1)
4.
Ba
ng
ka
Te
ng
ah
(3
)
5.
Be
litu
ng
Tim
ur
(4)
6.
Ko
ta T
an
jun
g P
an
da
n (
1)
Ke
pu
lau
an
Ria
u (
3)
1.
Ka
rim
un
(2
)
2.
Na
tun
a (
1)
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(9)
1.
Ka
pu
as
Hu
lu (
3)
2.
Ko
ta S
ing
ka
wa
ng
(1
)
3.
Me
law
i (2
)
4.
Po
nti
an
ak
(2
)
5.
Se
ka
da
u (
1)
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(1
2)
1.
Ba
rito
Se
lata
n (
1)
2.
Ba
rito
Tim
ur
(1)
3.
Ba
rito
Uta
ra (
2)
4.
Gu
nu
ng
Ma
s (
1)
5.
Ka
tin
ga
n (
1)
6.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
7.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
8.
La
ma
nd
au
(2
)
9.
Se
ruy
an
(1
)
10
. S
uk
am
ara
(1
)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(8)
1.
Be
rau
(3
)
2.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
1)
3.
Ku
tai
Ba
rat
(3)
4.
Ma
lin
au
(1
)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
9)
1.
Ba
nja
rba
ru (
1)
2.
Hu
lu S
un
ga
i S
ela
tan
(1
)
3.
Ta
ba
lon
g (
2)
4.
Ta
na
h B
um
bu
(3
)
5.
Ta
pin
(2
)
Su
law
es
i S
ela
tan
(7
)
1.
Ba
nta
en
g (
1)
2.
Go
wa
(1
)
3.
Ko
ta P
alo
po
(1
)
4.
Lu
wu
(1
)
5.
Lu
wu
Tim
ur
(1)
6.
Lu
wu
Uta
ra (
1)
7.
Sid
rap
(1
)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
5)
1.
Ba
ng
ga
i (1
)
2.
Bu
ol
(1)
3.
Do
ng
ga
la (
1)
4.
Mo
row
ali
(2)
Su
law
es
i U
tara
(4
)
1.
Ke
p.
Sa
ng
ihe
(1
)
2.
Min
ah
as
a (
2)
3.
Min
ah
as
a S
ela
tan
(1
)
Go
ron
talo
(3
)
1.
Bo
ale
mo
(1
)
2.
Go
ron
talo
(1
)
3.
Po
hu
wa
to (
1)
Ma
luk
u U
tara
(6
)
1.
Ha
lma
he
ra B
ara
t (1
)
2.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(1
)
3.
Ha
lma
he
ra T
en
ga
h (
1)
4.
Ha
lma
he
ra T
imu
r (1
)
5.
Ha
lma
he
ra U
tara
(2
)
Pa
pu
a B
ara
t (6
)
1.
Fa
kfa
k (
1)
2.
Ka
ima
na
(1
)
3.
Ra
ja A
mp
at
(1)
4.
Ta
mb
raw
(1
)
5.
Te
luk
Bin
tun
i (1
)
6.
Te
luk
Wo
nd
am
a (
1)
Pa
pu
a (
5)
1.
Bo
ve
n D
igo
el
(1)
2.
Ma
mb
era
mo
Ra
ya
(1
)
3.
Ma
pp
i (1
)
4.
Me
rau
ke
(1
)
5.
Ya
ku
him
o (
1)
Ba
nte
n (
7)
1.
Le
ba
k (
3)
2.
Se
ran
g (
3)
3.
Ta
ng
era
ng
(1
)
DIY
(8
)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
(8)
Ba
li (
6)
1.
Ba
du
ng
(1
)
2.
Gia
ny
ar
(1)
3.
Ka
ran
ga
se
m (
1)
4.
Ta
ba
na
n (
3)
Be
ng
ku
lu (
6)
1.
Be
ng
ku
lu T
en
ga
h (
1)
2.
Be
ng
ku
lu U
tara
(1
)
3.
Ke
pa
hia
ng
(3
)
4.
Re
jan
g L
eb
on
g (
1)
Ja
mb
i (6
)
1.
Bu
ng
o (
1)
2.
Me
ran
gin
(1
)
3.
Sa
rola
ng
un
(1
)
4.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(1)
5.
Te
bo
(2
)
Su
ma
tera
Ba
rat
(7)
1.
Ke
pu
lau
an
Me
nta
wa
i (1
)
2.
Ko
ta P
ay
ak
um
bu
h (
1)
3.
Lim
ap
ulu
h K
ota
(1
)
4.
Pa
da
ng
Pa
ria
ma
n (
1)
5.
Pe
isis
ir S
ela
tan
(1
)
6.
Pe
sis
ir S
ela
tan
(1
)
7.
Siju
nju
ng
(1
)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
16
)
1.
Em
pa
t L
aw
an
g (
1)
2.
Ko
ta L
ub
uk
Lin
gg
au
(1
)
3.
Ko
ta P
rab
um
uli
h (
1)
4.
Mu
ara
En
im (
3)
5.
Mu
si
Ba
nyu
as
in (
3)
6.
Mu
si
Ra
wa
s (
4)
7.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu S
ela
tan
(1
)
8.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu T
imu
r (2
)
La
mp
un
g (
8)
1.
La
mp
un
g B
ara
t (2
)
2.
La
mp
un
g S
ela
tan
(1
)
3.
Me
su
ji (2
)
4.
Pe
sa
wa
ran
(1
)
5.
Pri
ng
se
wu
(1
)
6.
Tu
lan
g B
aw
an
g (
1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(1
6)
1.
Ba
nyu
ma
s (
2)
2.
Ba
tan
g (
1)
3.
De
ma
k (
2)
4.
Ko
ta S
ala
tig
a (
2)
5.
Pu
rba
ling
ga
(1
)
6.
Se
ma
ran
g (
4)
7.
Te
ma
ng
gu
ng
(1
)
8.
Wo
no
gir
i (3
)
Ja
wa
Ba
rat
(10
)
1.
Be
ka
si
(1)
2.
Cia
nju
r (2
)
3.
Cir
eb
on
(1
)
4.
Ka
raw
an
g (
2)
5.
Ma
jale
ng
ka
(2
)
6.
Su
ka
bu
mi
(2)
Ja
wa
Tim
ur
(17
)
1.
Ba
nyu
wa
ng
i (1
)
2.
Bo
jon
eg
oro
(1
)
3.
Je
mb
er
(1)
4.
Ke
dir
i (1
)
5.
Ko
ta B
atu
(1
)
6.
Ko
ta B
lita
r (1
)
7.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
8.
Ma
du
in (
1)
9.
Ma
ge
tan
(2
)
10
. M
ojo
ke
rto
(1
)
11
. N
ga
nju
k (
1)
12
. P
as
uru
an
(1
)
13
. S
ido
arj
o (
2)
14
. S
itu
bo
nd
o (
1)
15
. T
ulu
ng
ag
un
g (
1)
NT
T (
4)
1.
Ma
ng
ga
rai
Tim
ur
(1)
2.
Ng
ad
a (
3)
NT
B (
6)
1.
Bim
a (
2)
2.
Ko
ta B
ima
(2
)
3.
Lo
mb
ok
Uta
ra (
2)
Su
law
es
i B
ara
t (7
)
1.
Ma
ma
sa
(3
)
2.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(4)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(6
)
1.
Bu
ton
(2
)
2.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
3.
Ko
na
we
(2
)
4.
Wa
ka
tob
i (1
)
Ma
luk
u (
9)
1.
Bu
ru (
1)
2.
Bu
ru S
ela
tan
(2
)
3.
Ke
pu
lau
an
Aru
(2
)
4.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
Ba
rat
(1)
5.
Se
ram
Ba
gia
n B
ara
t (1
)
6.
Se
ram
Ba
gia
n T
imu
r (1
)
xiii - 9
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
Pa
pu
a
Pa
pu
a B
ara
t
Ma
luku
Ma
luku
Uta
raS
ula
we
si U
tara
Go
ron
talo
Su
law
esi
Te
ng
ah
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Sel
ata
nS
ula
we
si T
en
gg
ara
NT
TN
TB
Ba
li
Jaw
a T
imu
rD
IY
Jaw
a T
en
ga
hJa
wa
Ba
rat
Ba
nte
n
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n B
ara
t
Ke
pu
laua
n R
iau
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Lam
pu
ng
Su
ma
tera
Se
lata
nB
en
gk
ulu
Jam
bi
Su
ma
tera
Ba
rat
Ria
u
Su
ma
tera
Uta
ra
NA
D
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
SP
AM
PE
RD
ES
AA
N
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
pe
rde
sa
an
1 -
5 d
esa
ya
ng
men
da
pa
t in
fra
str
uktu
r sp
am
pe
rde
sa
an
6 -
10
de
sa
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
astr
uktu
r s
pa
m p
erd
esa
an
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(13
)
1.
Be
ng
ka
ya
ng
(2
)
2.
La
nd
ak
(4
)
3.
Me
law
i (1
)
4.
Po
nti
an
ak
(1
)
5.
Sa
mb
as
(1
)
6.
Sa
ng
ga
u (
1)
7.
Sin
tan
g (
3)
NA
D (
10
)
1.
Ac
eh
Se
lata
n (
3)
2.
Ac
eh
Te
ng
ga
ra (
1)
3.
Ac
eh
Uta
ra (
2)
4.
Bir
eu
n (
2)
5.
Pid
ie (
2)
Su
law
es
i B
ara
t (7
)
1.
Ma
jen
e (
1)
2.
Ma
ma
sa
(1
)
3.
Ma
mu
ju U
tara
(3
)
4.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(2)
Su
ma
tera
Uta
ra (
7)
1.
Da
iri
(1)
2.
De
li S
erd
an
g (
1)
3.
Ka
ro (
1)
4.
Sa
mo
sir
(1
)
5.
Ta
pa
nu
li T
en
ga
h (
2)
6.
Ta
pa
nu
li U
tara
(1
)
16
- 2
7 d
es
a y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
sp
am
pe
rdes
aa
n
11
- 1
5 d
es
a y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
sp
am
pe
rdes
aa
n
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(5
)
1.
Ka
pu
as
(1
)
2.
Ka
tin
ga
n (
1)
3.
Se
ruy
an
(3
)
Ria
u (
2)
1.
Ro
ka
n H
ulu
(2
)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(5
)
1.
Ba
ng
ka
(2
)
2.
Ba
ng
ka
Ba
rat
(1)
3.
Ba
ng
ka
Se
lata
n (
1)
4.
Be
litu
ng
Tim
ur
(1) K
ep
ula
ua
n R
iau
(5
)
1.
Ka
rim
un
(3
)
2.
Na
tun
a (
2)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
5)
1.
Ba
lan
ga
n (
1)
2.
Ta
ba
lon
g (
1)
3.
Ta
na
h B
um
bu
(1
)
4.
Ta
na
h L
au
t (2
)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(6)
1.
Be
rau
(2
)
2.
Ku
tai
Ba
rat
(4)
DIY
(8
)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
(8)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
7)
1.
Ba
ng
ga
i K
ep
ula
ua
n (
2)
2.
Do
ng
ga
la (
2)
3.
Mo
row
ali
(1)
4.
Sig
i (2
)
Su
law
es
i U
tara
(1
0)
1.
Bo
laa
ng
Mo
ng
on
do
w U
tara
(1
)
2.
Ke
p.
Sa
ng
ihe
(2
)
3.
Ke
p.
Sit
aro
(1
)
4.
Min
ah
as
a (
5)
5.
Min
ah
as
a U
tara
(1
)
Pa
pu
a B
ara
t (1
0)
1.
Ma
yb
rat
(2)
2.
Ra
ja A
mp
at
(3)
3.
So
ron
g S
ela
tan
(1
)
4.
Te
luk
Wo
nd
am
a (
4)
Pa
pu
a (
5)
1.
Bo
ve
n D
igo
el
(1)
2.
Ja
ya
wija
ya
(1
)
3.
Ke
ero
m (
1)
4.
Su
pio
ri (
1)
5.
Ya
lim
o (
1)
Go
ron
talo
(3
)
1.
Go
ron
talo
(3
)
Ma
luk
u U
tara
(1
2)
1.
Ha
lma
he
ra B
ara
t (1
)
2.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(6
)
3.
Ha
lma
he
ra T
imu
r (5
)
Be
ng
ku
lu (
5)
1.
Ka
ur
(2)
2.
Ka
ur
Se
lata
n (
1)
3.
Ke
pa
hia
ng
(1
)
4.
Se
lum
a (
1)
Ja
mb
i (2
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(2
)
Su
ma
tera
Ba
rat
(9)
1.
Ko
ta S
aw
ah
lun
to (
1)
2.
Lim
ap
ulu
h K
ota
(1
)
3.
Pa
da
ng
Pa
ria
ma
n (
1)
4.
Pa
sa
ma
n B
ara
t (1
)
5.
Pe
sis
ir S
ela
tan
(1
)
6.
Siju
nju
ng
(2
)
7.
So
lok
(1
)
8.
So
lok
Se
lata
n (
1)
La
mp
un
g (
6)
1.
La
mp
un
g S
ela
tan
(1
)
2.
La
mp
un
g T
imu
r (2
)
3.
Pe
sa
wa
ran
(2
)
4.
Tu
lan
g B
aw
an
g B
ara
t (1
)
Ba
nte
n (
27
)
1.
Le
ba
k (
16
)
2.
Se
ran
g (
9)
3.
Ta
ng
era
ng
(1
)
4.
Ta
ng
era
ng
Se
lata
n (
1)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
7)
1.
Ba
nyu
as
in (
1)
2.
Em
pa
t L
aw
an
g (
1)
3.
Mu
ara
En
im (
1)
4.
Mu
si
Ra
wa
s (
2)
5.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu T
imu
r (2
)
Ja
wa
Tim
ur
(7)
1.
Ma
diu
n (
1)
2.
Pa
me
ka
sa
n (
1)
3.
Po
no
rog
o (
2)
4.
Sit
ub
on
do
(2
)
5.
Tu
lun
ga
gu
ng
(1
)
Ja
wa
Ba
rat
(21
)
1.
Be
ka
si
(2)
2.
Cia
mis
(2
)
3.
Cia
nju
r (3
)
4.
Cir
eb
on
(1
)
5.
Ind
ram
ay
u (
2)
6.
Ka
raw
an
g (
1)
7.
Ku
nin
ga
n (
2)
8.
Ma
jale
ng
ka
(3
)
9.
Su
ka
bu
mi
(3)
10
. T
as
ikm
ala
ya
(2
)
Ja
wa
Te
ng
ah
(2
5)
1.
Ba
tan
g (
1)
2.
Bre
be
s (
1)
3.
De
ma
k (
1)
4.
Ke
nd
al
(3)
5.
Pu
rba
ling
ga
(4
)
6.
Se
ma
ran
g (
5)
7.
Sra
ge
n (
3)
8.
Te
ga
l (1
)
9.
Wo
no
gir
i (6
)
NT
T (
6)
1.
Ku
pa
ng
(1
)
2.
Ng
ad
a (
3)
3.
Su
mb
a B
ara
t D
ay
a (
1)
4.
Tim
or
Te
ng
ah
Uta
ra (
1)
Ba
li (
8)
1.
Bu
lele
ng
(2
)
2.
Gia
ny
ar
(2)
3.
Je
mb
ran
a (
2)
4.
Klu
ng
ku
ng
(1
)
5.
Ta
ba
na
n (
1)
NT
B (
7)
1.
Bim
a (
3)
2.
Do
mp
u (
3)
3.
Ko
ta B
ima
(1
)
Su
law
es
i S
ela
tan
(8
)
1.
Ba
nta
en
g (
1)
2.
En
rek
an
g (
1)
3.
Go
wa
(1
)
4.
Lu
wu
(1
)
5.
Lu
wu
Uta
ra (
1)
6.
Pin
ran
g (
1)
7.
Sid
rap
(1
)
8.
So
pp
en
g (
1)
Ma
luk
u (
11
)
1.
Bu
ru (
1)
2.
Ma
luk
u B
ara
t D
ay
a (
1)
3.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
Ba
rat
(3)
4.
Se
ram
Ba
gia
n B
ara
t (3
)
5.
Se
ram
Ba
gia
n T
imu
r (3
)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(1
0)
1.
Bo
mb
an
a (
2)
2.
Bu
ton
(3
)
3.
Ko
lak
a U
tara
(2
)
4.
Ko
na
we
(1
)
5.
Ko
na
we
Se
lata
n (
1)
6.
Ko
na
we
Uta
ra (
1)
xiii - 10
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
0P
ap
ua
Pa
pu
a B
ara
t
Ma
luku
Ma
luku
Uta
raS
ula
we
si U
tara
Go
ron
talo
Su
law
esi
Te
ng
ah
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Sel
ata
nS
ula
we
si T
en
gg
ara
NT
TN
TB
Ba
li
Jaw
a T
imu
rD
IY
Jaw
a T
en
ga
hJa
wa
Ba
rat
Ba
nte
n
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n B
ara
t
Ke
pu
laua
n R
iau
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Lam
pu
ng
Su
ma
tera
Se
lata
nB
en
gk
ulu
Jam
bi
Su
ma
tera
Ba
rat
Ria
u
Su
ma
tera
Uta
ra
NA
D
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
SP
AM
RE
GIO
NA
L
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
RIA
N P
EK
ER
JA
AN
UM
UM
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
re
gio
na
l
1 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r sp
am
reg
iona
l
2 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r sp
am
reg
iona
l
DIY
(2
)
1.
Ba
ntu
l (2
)
Ja
wa
Ba
rat
(1)
1.
Ba
nd
un
g (
1)
Ba
li (
1)
1.
Ba
li S
ela
tan
(1
)
xiii - 11
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ahGo
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R K
AW
AS
AN
PE
RM
UK
IMA
N P
ER
KO
TA
AN
SU
BO
UT
PU
T I
NF
RA
ST
RU
KT
UR
KA
WA
SA
N P
ER
MU
KIM
AN
KU
MU
H
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r p
erm
uk
ima
n k
um
uh
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
BA
NG
KA
BE
LIT
UN
G (
8)
1.
Ba
ng
ka
(1
)
2.
Ba
ng
ka
Ba
rat
(2)
3.
Be
litu
ng
Tim
ur
(2)
4.
Ko
ta P
an
gk
al
Pin
an
g (
3)
JA
WA
TE
NG
AH
(2
2)
1.
Bo
yo
lali
(1)
2.
Ka
ran
ga
ny
ar
(1)
3.
Ke
nd
al
(4)
4.
Kla
ten
(4
)
5.
Ko
ta P
ek
alo
ng
an
(1
)
6.
Ko
ta S
ala
tig
a (
1)
7.
Ko
ta S
ura
ka
rta
(2
)
8.
Ko
ta T
eg
al
(1)
9.
Ku
du
s (
1)
10
. P
em
ala
ng
(1
)
11
. P
urw
ore
jo (
2)
12
. R
em
ba
ng
(1
)
13
. S
uk
oh
arj
o (
2)
BA
LI
(6)
1.
Ba
ng
li (
1)
2.
Bu
lele
ng
(1
)
3.
Gia
ny
ar
(1)
4.
Je
mb
ran
a (
1)
5.
Ko
ta D
en
pa
sa
r (1
)
6.
Ta
ba
na
n (
1)
NT
B (
5)
1.
Ko
ta M
ata
ram
(2
)
2.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(1
)
3.
Lo
mb
ok
Tim
ur
(1)
4.
Su
mb
aw
a B
ara
t (1
)
NT
T (
8)
1.
Alo
r (1
)
2.
Be
lu (
2)
3.
Ko
ta K
up
an
g (
1)
4.
Ku
pa
ng
(1
)
5.
Ma
ng
ga
rai
Ba
rat
(1)
6.
Su
mb
a T
imu
r (2
)
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
pe
rmuk
ima
n k
um
uh
11
- 1
5 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r p
erm
uk
ima
n k
um
uh
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r p
erm
uk
ima
n k
um
uh
16
- 2
2 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r p
erm
uk
ima
n k
um
uh
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
6)
1.
Bo
laa
ng
Mo
ng
on
do
w (
2)
2.
Ko
ta B
itu
ng
(1
)
3.
Ko
ta M
an
ad
o (
2)
4.
Min
ah
as
a (
1)
MA
LU
KU
(5
)
1.
Ko
ta A
mb
on
(2
)
2.
Ma
luk
u T
en
ga
h (
2)
3.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
(1
)
MA
LU
KU
UT
AR
A (
5)
1.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(2
)
2.
Ha
ma
he
ra U
tara
(1
)
3.
Ko
ta T
ern
ate
(1
)
4.
Pu
lau
Mo
rota
i (1
)
PA
PU
A B
AR
AT
(4
)
1.
Ko
ta S
oro
ng
(1
)
2.
Ra
ja A
mp
at
(3)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
6)
1.
Go
wa
(6
)
SU
LA
WE
SI
BA
RA
T (
6)
1.
Ma
jen
e (
1)
2.
Ma
mu
ju (
1)
3.
Ma
mu
ju U
tara
(2
)
4.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(2)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(6
)
1.
Ko
lak
a (
2)
2.
Ko
ta B
au
-ba
u (
2)
3.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
4.
Mu
na
(1
)
PA
PU
A (
6)
1.
Bia
k N
um
for
(1)
2.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
1)
3.
Ko
ta M
era
uk
e (
1)
4.
Ko
ta N
ab
ire
(1
)
5.
Pe
gu
nu
ng
an
Bin
tan
g (
1)
6.
Ya
ku
him
o (
1)
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N (
7)
1.
Ko
ta L
ub
uk
Lin
gg
au
(2
)
2.
Ko
ta P
ale
mb
an
g (
2)
3.
Ko
ta P
rab
um
uli
h (
1)
4.
La
ha
t (2
)
JA
MB
I (7
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(2
)
2.
Bu
ng
o (
1)
3.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(4)
BE
NG
KU
LU
(7
)
1.
Be
ng
ku
lu S
ela
tan
(1
)
2.
Ko
ta A
rga
ma
km
ur
(1)
3.
Ko
ta B
en
gk
ulu
(3
)
4.
Ko
ta C
uru
p (
2)
LA
MP
UN
G (
9)
1.
Ko
ta B
an
da
r L
am
pu
ng
(2
)
2.
Ko
ta M
etr
o (
2)
3.
La
mp
un
g T
en
ga
h (
1)
4.
La
mp
un
g T
imu
r (2
)
5.
Wa
y K
an
an
(2
)
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A (
3)
1.
De
li S
erd
an
g (
1)
2.
Ka
ro (
1)
3.
Ko
ta M
ed
an
(1
)
JA
WA
BA
RA
T (
6)
1.
Be
ka
si
(1)
2.
Bo
go
r (1
)
3.
Ka
raw
an
g (
1)
4.
Ko
ta B
ek
as
i (1
)
5.
Ko
ta S
uk
ab
um
i (1
)
6.
Ko
ta T
as
ikm
ala
ya
(1
)
BA
NT
EN
(1
1)
1.
Ko
ta S
era
ng
(2
)
2.
Le
ba
k (
1)
3.
Pa
nd
eg
lan
g (
2)
4.
Se
ran
g (
3)
5.
Ta
ng
era
ng
(3
)
PE
RK
OT
AA
N S
TR
AT
EG
IS (
10
)
1.
Bo
mb
an
a (
1)
2.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w U
tara
(3
)
3.
Ko
na
we
(1
)
4.
Ko
ta A
mb
on
(1
)
5.
Ko
ta K
ota
mo
ba
gu
(1
)
6.
Wa
ka
tob
i (2
)
NA
D (
5)
1.
Bir
eu
en
(1
)
2.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
3.
Ko
ta L
ho
ks
eu
ma
we
(1
)
4.
Ko
ta S
ab
an
g (
1)
5.
Ko
ta S
ub
ulu
ss
ala
m (
1)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(6
)
1.
Bin
tan
(3
)
2.
Ka
rim
un
(1
)
3.
Ko
ta B
ata
m (
1)
4.
Lin
gg
a (
1)
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
(8
)
1.
Ka
yo
ng
Uta
ra (
1)
2.
Ke
tap
an
g (
1)
3.
Ko
ta P
on
tia
na
k (
2)
4.
Ko
ta S
ing
ka
wa
ng
(1
)
5.
Ku
bu
Ra
ya
(1
)
6.
La
nd
ak
(1
)
7.
Sa
ng
ga
u (
1)
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H (
6)
1.
Ka
pu
as
(1
)
2.
Ko
ta P
ala
ng
ka
ray
a (
3)
3.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
4.
La
ma
nd
au
(1
)
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R (
5)
1.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
2)
2.
Ko
ta B
on
tan
g (
1)
3.
Ko
ta S
am
ari
nd
a (
1)
4.
Ko
ta T
ara
ka
n (
1)
RIA
U (
7)
1.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
1)
2.
Ko
ta D
um
ai
(1)
3.
Ko
ta P
ek
an
ba
ru (
4)
4.
Ro
ha
n H
ilir
(1)
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
5)
1.
Ko
ta P
ay
ak
um
bu
h (
1)
2.
Lim
a P
ulu
h K
ota
(1
)
3.
Pa
da
ng
Pa
ria
ma
n (
1)
4.
Pa
sa
ma
n B
ara
t (1
)
5.
Siju
nju
ng
(1
)
KA
LIM
AN
TA
N S
EL
AT
AN
(5
)
1.
Ba
nja
r (1
)
2.
Ba
rito
Ku
ala
(1
)
3.
Hu
lu s
un
ga
i u
tara
(1
)
4.
Ko
ta B
an
jarm
as
in (
1)
5.
Ko
tab
aru
(1
)
GO
RO
NT
AL
O (
4)
1.
Ko
ta G
oro
nta
lo (
3)
2.
Po
hu
wa
to (
1)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
AH
(3
)
1.
Bu
ol
(1)
2.
Do
ng
ga
la (
1)
3.
Pa
rig
i M
ou
ton
g (
1)
JA
WA
TIM
UR
(7
)
1.
Gre
sik
(1
)
2.
Jo
mb
an
g (
1)
3.
Ko
ta M
ala
ng
(1
)
4.
Ko
ta P
as
uru
an
(1
)
5.
La
mo
ng
an
(1
)
6.
Ma
lan
g (
1)
7.
Sid
oa
rjo
(1
)
DIY
(1
0)
1.
Ba
ntu
l (3
)
2.
Gu
nu
ng
kid
ul
(1)
3.
Ko
ta Y
og
ya
ka
rta
(2
)
4.
Ku
lon
pro
go
(1
)
5.
Sle
ma
n (
3)
xiii - 12
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R K
AW
AS
AN
PE
RM
UK
IMA
N P
ER
DE
SA
AN
SU
BO
UT
PU
T I
NF
RA
ST
RU
KT
UR
PE
RM
UK
IMA
N K
AW
AS
AN
PE
RB
AT
AS
AN
DA
N P
UL
AU
KE
CIL
TE
RL
UA
R
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r
ka
wa
sa
n p
erb
ata
sa
n
1 -
4 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
truk
tur
ka
wa
sa
n p
erb
ata
sa
n
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
(4
)
1.
Be
ng
ka
ya
ng
(1
)
2.
Ka
pu
as
Hu
lu (
1)
3.
Ka
yo
ng
Uta
ra (
1)
4.
Sin
tan
g (
1)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(3
)
1.
Ka
rim
un
(1
)
2.
Ko
ta B
ata
m (
1)
3.
Na
tun
a (
1)
RIA
U (
2)
1.
Be
ng
ka
lis
(1
)
2.
Ro
ka
n H
ilir
(1
)
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
1)
1.
Ke
p.
Sa
ng
ihe
(1
)
MA
LU
KU
(1
)
1.
Ma
luk
u B
ara
t D
ay
a (
1)
Pa
pu
a B
ara
t (1
)
1.
Ra
ja A
mp
at
(1)
PA
PU
A (
1)
1.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
1)
xiii - 13
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R K
AW
AS
AN
PE
RM
UK
IMA
N P
ER
DE
SA
AN
SU
BO
UT
PU
T I
NF
RA
ST
RU
KT
UR
KA
WA
SA
N P
ER
DE
SA
AN
PO
TE
NS
IAL
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r
ka
wa
sa
n p
erd
esa
an
po
ten
sia
l
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
ka
wa
sa
n p
erd
esa
an
po
ten
sia
l
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r
ka
wa
sa
n p
erd
esa
an
po
ten
sia
l
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A (
3)
1.
Da
iri
(1)
2.
Sim
alu
ng
un
(1
)
3.
Ta
pa
nu
li S
ela
tan
(1
)
NA
D (
2)
1.
Ac
eh
Se
lata
n (
1)
2.
Ac
eh
Uta
ra (
1)
BA
NG
KA
BE
LIT
UN
G (
4)
1.
Ba
ng
ka
(2
)
2.
Ba
ng
ka
Se
lata
n (
1)
3.
Ko
ta P
an
gk
al
Pin
an
g (
1)
KA
LIM
AN
TA
N S
EL
AT
AN
(3
)
1.
Ba
nja
r (1
)
2.
Ba
rito
Ku
ala
(1
)
3.
Hu
lu s
un
ga
i u
tara
(1
)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
AH
(3
)
1.
Bu
ol
(1)
2.
Do
ng
ga
la (
1)
3.
Pa
rig
i M
ou
ton
g (
1)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(3
)
1.
Bin
tan
(2
)
2.
Lin
gg
a (
1)
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N (
3)
1.
Ko
ta P
ag
ar
Ala
m (
1)
2.
OK
U T
imu
r (2
)
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
(3
)
1.
Ku
bu
Ra
ya
(1
)
2.
Sa
mb
as
(2
)
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H (
4)
1.
Ba
rito
Tim
ur
(1)
2.
Ko
ta S
am
pit
(1
)
3.
Pu
lan
g P
isa
u (
1)
4.
Su
ka
ma
ra (
1)
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R (
2)
1.
Be
rau
(1
)
2.
Ku
tai
Tim
ur
(1)
GO
RO
NT
AL
O (
4)
1.
Bo
ale
mo
(2
)
2.
Bo
ne
Bo
lan
go
(1
)
3.
Go
ron
talo
Uta
ra (
1)
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
4)
1.
Bo
laa
ng
Mo
ng
on
do
w S
ela
tan
(1
)
2.
Min
ah
as
a (
1)
3.
Min
ah
as
a S
ela
tan
(2
)
MA
LU
KU
(2
)
1.
Ma
luk
u T
en
ga
h (
1)
2.
Ma
luk
u T
en
gg
ara
Ba
rat
(1)
MA
LU
KU
UT
AR
A (
6)
1.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(3
)
2.
Ha
lma
he
ra T
en
ga
h (
1)
3.
Ha
lma
he
ra T
imu
r (2
)
RIA
U (
4)
1.
Ind
rag
iri
Hil
ir (
1)
2.
Ka
mp
ar
(1)
3.
Pe
lala
wa
n (
2)
JA
MB
I (9
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(2
)
2.
Bu
ng
o (
2)
3.
Ke
irn
ci
(1)
4.
Ke
rin
ci
(1)
5.
Mu
aro
Ja
mb
i (3
)
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
4)
1.
Ag
am
(1
)
2.
Pa
sa
ma
n (
1)
3.
Pe
isis
r S
ela
tan
(1
)
4.
Siju
nju
ng
(1
)
BE
NG
KU
LU
(8
)
1.
Be
ng
ku
lu S
ela
tan
(1
)
2.
Be
ng
ku
lu T
en
ga
h (
1)
3.
Be
ng
ku
lu U
tara
(2
)
4.
Ke
pa
hin
an
g (
1)
5.
Mu
ko
-mu
ko
(2
)
6.
Re
jan
g L
eb
on
g (
1)
LA
MP
UN
G (
4)
1.
Ko
ta M
etr
o (
1)
2.
La
mp
un
g S
ela
tan
(1
)
3.
Pri
ng
se
wu
(1
)
4.
Ta
ng
ga
mu
s (
1)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
6)
1.
Ba
nta
en
g (
6)
PA
PU
A B
AR
AT
(2
)
1.
Ra
ja A
mp
at
(1)
2.
So
ron
g (
1)
PA
PU
A (
3)
1.
Bo
ve
n D
igo
el
(1)
2.
La
nn
y J
ay
a (
1)
3.
Mim
ika
(1
)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(1
)
1.
Mu
na
(1
)
JA
WA
TE
NG
AH
(9
)
1.
Ba
nja
rne
ga
ra (
2)
2.
Cil
ac
ap
(2
)
3.
Kla
ten
(2
)
4.
Pa
ti (
1)
5.
Pe
ka
lon
ga
n (
1)
6.
Su
ko
ha
rjo
(1
)
JA
WA
TIM
UR
(4
)
1.
Gre
sik
(1
)
2.
Jo
mb
an
g (
1)
3.
La
mo
ng
an
(1
)
4.
Pa
cit
an
(1
)
BA
LI
(3)
1.
Ba
ng
li (
1)
2.
Je
mb
ran
a (
1)
3.
Ta
ba
na
n (
1)
JA
WA
BA
RA
T (
4)
1.
Ba
nd
un
g B
ara
t (1
)
2.
Cia
mis
(1
)
3.
Ga
rut
(1)
4.
Ko
ta T
as
ikm
ala
ya
(1
)
BA
NT
EN
(1
0)
1.
Le
ba
k (
1)
2.
Pa
nd
eg
lan
g (
3)
3.
Se
ran
g (
5)
4.
Ta
ng
era
ng
(1
)
DIY
(5
)
1.
Ba
ntu
l (1
)
2.
Gu
nu
ng
kid
ul
(2)
3.
Ku
lon
pro
go
(1
)
4.
Sle
ma
n (
1)
NT
B (
5)
1.
Bim
a (
1)
2.
Do
mp
u (
1)
3.
Lo
mb
ok
Tim
ur
(2)
4.
Su
mb
aw
a B
ara
t (1
)
PE
RD
ES
AA
N S
TR
AT
EG
IS (
19
)
1.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w T
imu
r (1
)
2.
Bu
ton
(1
)
3.
Bu
ton
Uta
ra (
1)
4.
Dh
arm
as
ray
a (
1)
5.
Ha
lma
he
ra S
ela
tan
(1
)
6.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
7.
Ko
na
we
Se
lata
n (
1)
8.
Ko
ta K
ota
mo
ba
gu
(1
)
9.
Ko
ta S
un
ga
i P
en
uh
(1
)
10
. K
ota
To
mo
ho
n (
2)
11
. M
am
uju
(1
)
12
. M
oro
wa
li (
1)
13
. O
ga
n K
om
eri
ng
Ili
r (1
)
14
. P
oh
uw
ato
(1
)
15
. S
era
ng
(1
)
16
. S
oro
ng
(1
)
17
. S
um
ba
Tim
ur
(1)
18
. T
em
an
gg
un
g (
1)
NT
T (
6)
1.
Alo
r (1
)
2.
Ku
pa
ng
(3
)
3.
Ma
ng
ga
rai
Ba
rat
(1)
4.
Tim
or
Te
ng
ah
Uta
ra (
1)
xiii - 14
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 15
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 16
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
RU
SU
NA
WA
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
rusu
na
wa
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
1 -
5 T
B R
usu
na
wa
11
- 1
8 T
B R
usu
na
wa
6 -
10
TB
Ru
su
na
wa
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
3)
1.
Ko
ta B
itu
ng
(2
)
2.
Ko
ta M
an
ad
o (
1)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
2)
1.
Ka
b.
Je
ne
po
nto
(1
)
2.
Ko
ta M
ak
as
sa
r (1
)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(1
)
1.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R (
4)
1.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
2)
2.
Ko
ta B
on
tan
g (
2)
GO
RO
TA
LO
(2
)
1.
Ka
b.
Po
hu
wa
to (
2)
BA
NG
KA
BE
LIT
UN
G (
1)
1.
Ko
ta P
an
gk
al
Pin
an
g (
1)
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A (
7)
1.
Ka
b.
As
ah
an
(5
)
2.
Ko
ta T
eb
ing
Tin
gg
i (2
)
NA
D (
4)
1.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(4
)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(5
)
1.
Ko
ta B
A T
A M
(4
)
2.
Ko
ta T
an
jun
g B
ala
i (1
)
BE
NG
KU
LU
(1
)
1.
Ko
ta B
en
gk
ulu
(1
)
LA
MP
UN
G (
5)
1.
Ka
b.
Pri
ng
se
wu
(1
)
2.
Ka
b.
Wa
y K
an
an
(2
)
3.
Ko
ta M
etr
o (
2)
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
1)
1.
Ka
b.
Ag
am
(1
)B
AN
TE
N (
1)
1.
Ko
ta T
an
ge
ran
g (
1)
DK
I (3
)
1.
Ko
ta J
ak
art
a S
ela
tan
(3
)
NT
B (
4)
1.
Ko
ta B
ima
(2
)
2.
Ko
ta M
ata
ram
(2
)
JA
WA
TIM
UR
(1
8,5
)
1.
Ka
b.
Ba
ny
uw
an
gi
(2)
2.
Ka
b.
Gre
sik
(1
)
3.
Ka
b.
Je
mb
er
(0,5
)
4.
Ka
b.
La
mo
ng
an
(1
)
5.
Ka
b.
Pro
bo
lin
gg
o (
1)
6.
Ka
b.
Sid
oa
rjo
(1
)
7.
Ko
ta B
lita
r (1
)
8.
Ko
ta M
ala
ng
(1
)
9.
Ko
ta P
as
uru
an
(2
)
10
. K
ota
Su
rab
ay
a (
8)
LE
GE
ND
A
JA
WA
BA
RA
T (
18
)
1.
Ka
b.
Ba
nd
un
g (
7)
2.
Ka
b.
Pu
rwa
ka
rta
(2
)
3.
Ko
ta B
an
du
ng
(1
)
4.
Ko
ta B
ek
as
i (1
)
5.
Ko
ta B
og
or
(4)
6.
Ko
ta D
ep
ok
(1
)
7.
Ko
ta S
uk
ab
um
i (2
)
JA
WA
TE
NG
AH
(1
1,5
)
1.
Ka
b.
Blo
ra (
0,5
)
2.
Ka
b.
Pa
ti (
2)
3.
Ka
b.
Te
ma
ng
gu
ng
(1
)
4.
Ko
ta M
ag
ela
ng
(1
)
5.
Ko
ta P
ek
alo
ng
an
(2
)
6.
Ko
ta S
em
ara
ng
(3
)
7.
Ko
ta S
ura
ka
rta
(1
)
8.
Ko
ta T
eg
al
(1)
DIY
(1
1)
1.
Ka
b.
Ba
ntu
l (3
)
2.
Ka
b.
Gu
nu
ng
Kid
ul
(2)
3.
Ka
b.
Ku
lon
Pro
go
(2
)
4.
Ka
b.
Sle
ma
n (
4)
xiii - 17
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
ba
ng
un
an
ge
du
ng
1 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
da
pa
t su
b o
utp
ut
ba
ng
un
an
ge
du
ng
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
BA
NG
UN
AN
GE
DU
NG
DA
N F
AS
ILIT
AS
NY
A
SU
B O
UT
PU
T B
AN
GU
NA
N G
ED
UN
G
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
1)
1.
Pa
cit
an
(1
)
xiii - 18
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
pro
teks
i ke
ba
ka
ran
1 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
da
pa
t su
b o
utp
ut
pro
teksi
ke
ba
ka
ran
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
BA
NG
UN
AN
GE
DU
NG
DA
N F
AS
ILIT
AS
NY
A
SU
B O
UT
PU
T P
RO
TE
KS
I K
EB
AK
AR
AN
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
1)
1.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
xiii - 19
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 20
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 21
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
ista
na
ke
pre
sid
en
an
1 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
da
pa
t su
b o
utp
ut
ista
na
ke
pre
sid
en
an
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
BA
NG
UN
AN
GE
DU
NG
DA
N F
AS
ILIT
AS
NY
A
SU
B O
UT
PU
T I
ST
AN
A K
EP
RE
SID
EN
AN
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
1)
1.
Bo
go
r (1
)
xiii - 22
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
infr
as
tru
ktu
r re
vita
lis
as
i k
aw
asa
n
1 -
2 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
da
pa
t s
ub
ou
tpu
t in
fra
str
uk
tur
rev
ita
lisa
si k
aw
as
an
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
KA
LIM
AN
TA
N S
EL
AT
AN
(1
)
1.
Ko
ta B
an
jarm
as
in (
1)
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
(1
)
1.
Ko
ta P
on
tia
na
k (
1)
BE
NG
KU
LU
(1
)
1.
Ko
ta B
en
gk
ulu
(1
)
JA
WA
BA
RA
T (
2)
1.
Ko
ta B
og
or
(1)
2.
Ko
ta C
ire
bo
n (
1)
BA
LI
(1)
1.
Ko
ta T
ab
an
an
(1
)
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
SA
RA
NA
PR
AS
AR
AN
A L
ING
KU
NG
AN
PE
RM
UK
IMA
N
SU
B O
UT
PU
T R
EV
ITA
LIS
AS
I K
AW
AS
AN
NA
D (
1)
1.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
2)
1.
Wa
jo (
2)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(1
)
1.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)M
AL
UK
U U
TA
RA
(1
)
1.
Ko
ta T
ern
ate
(1
)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
AH
(2
)
1.
Ko
ta P
alu
(1
)
2.
To
jo U
na
-un
a (
1)
PA
PU
A B
AR
AT
(2
)
1.
Ra
ja A
mp
at
(2)
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
32
)
1.
Bo
mb
an
a (
2)
2.
Bu
ton
(1
)
3.
Bu
ton
Uta
ra (
1)
4.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
5.
Ko
na
we
(1
)
6.
Ko
na
we
Uta
ra (
1)
7.
Ko
ta B
au
-ba
u (
1)
8.
Ko
ta B
itu
ng
(1
)
9.
Ko
ta B
uk
itti
ng
gi
(1)
10
. K
ota
Ma
ge
lan
g (
2)
11
. K
ota
Ma
na
do
(1
)
12
. K
ota
Pa
lan
gk
ara
ya
(2
)
13
. K
ota
wa
rin
gin
Ba
rat
(1)
14
. M
ag
ela
ng
(2
)
15
. M
ina
ha
sa
Te
ng
ga
ra (
1)
16
. M
un
a (
1)
17
. P
ac
ita
n (
2)
18
. T
em
an
gg
un
g (
2)
19
. T
ren
gg
ale
k (
6)
20
. W
ak
ato
bi
(1)
21
. W
on
os
ob
o (
1)
xiii - 23
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
rua
ng
te
rbu
ka
hija
u (
RT
H)
1 -
7 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
dap
at
sub
ou
tpu
t ru
an
g t
erb
uk
a h
ija
u (
RT
H)
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
SA
RA
NA
DA
N P
RA
SA
RA
NA
LIN
GK
UN
GA
N P
ER
MU
KIM
AN
SU
B O
UT
PU
T R
UA
NG
TE
RB
UK
A H
IJA
U (
RT
H)
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
7)
1.
Ba
rito
Tim
ur
(1)
2.
Bo
mb
an
a (
1)
3.
Ko
na
we
(1
)
4.
Ko
na
we
Uta
ra (
1)
5.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
6.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
7.
Se
ruy
an
(1
)
xiii - 24
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
infr
as
tru
ktu
r d
an
sa
ran
a d
asa
r ka
was
an
BD
A
1 -
7 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
dap
at
sub
ou
tpu
t in
fra
str
uktu
r
da
n s
ara
na
das
ar
ka
wa
sa
n B
DA
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
SA
RA
NA
DA
N P
RA
SA
RA
NA
LIN
GK
UN
GA
N P
ER
MU
KIM
AN
SU
B O
UT
PU
T P
EN
AT
AA
N I
NF
RA
ST
RU
KT
UR
DA
N
SA
RA
NA
DA
SA
R K
AW
AS
AN
BD
A
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
7)
1.
Be
lu (
3)
2.
Ja
ya
pu
ra (
1)
3.
Ka
pu
as
Hu
lu (
1)
4.
Sa
mb
as
(1
)
5.
Sa
ng
ga
u (
1)
xiii - 25
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
tra
dis
ion
al b
ers
eja
rah
1 -
2 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
dap
at
sub
ou
tpu
t tr
ad
isio
na
l b
ers
eja
rah
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
SA
RA
NA
DA
N P
RA
SA
RA
NA
LIN
GK
UN
GA
N P
ER
MU
KIM
AN
SU
B O
UT
PU
T K
AW
AS
AN
TR
AD
ISIO
NA
L /
BE
RS
EJA
RA
H
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
2)
1.
Ka
tin
ga
n (
1)
2.
Wa
ka
tob
i (1
)
xiii - 26
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
su
b o
utp
ut
infr
as
tru
ktu
r T
ES
/ S
he
lte
r
1 -
3 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
dap
at
sub
ou
tpu
t in
fra
str
uktu
r T
ES
/ S
he
lte
r
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
3)
1.
Ko
ta P
ad
an
g (
2)
2.
Pa
sa
ma
n B
ara
t (1
)
BE
NG
KU
LU
(1
)
1.
Ko
ta B
en
gk
ulu
(1
)
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
BA
NG
UN
AN
GE
DU
NG
DA
N F
AS
ILIT
AS
NY
A
SU
B O
UT
PU
T T
EM
PA
T E
VA
KU
AS
I S
EM
EN
TA
RA
(S
HE
LT
ER
)
NA
D (
1)
1.
Ac
eh
Be
sa
r (1
)
PB
L S
TR
AT
EG
IS (
29
)
1.
Ac
eh
Be
sa
r (1
)
2.
Ba
du
ng
(1
)
3.
Ba
ntu
l (1
)
4.
Be
lu (
1)
5.
Cia
mis
(1
)
6.
Je
mb
ran
a (
1)
7.
Ka
ran
ga
se
m (
1)
8.
Ke
bu
me
n (
1)
9.
Ke
pu
lau
an
Me
nta
wa
i (2
)
10
. K
lun
gk
un
g (
1)
11
. K
ota
De
np
as
ar
(1)
12
. K
ota
Ma
tara
m (
1)
13
. K
ulo
np
rog
o (
1)
14
. K
up
an
g (
1)
15
. L
am
pu
ng
Se
lata
n (
2)
16
. L
eb
ak
(1
)
17
. L
om
bo
k T
en
ga
h (
1)
18
. L
om
bo
k T
imu
r (1
)
19
. L
om
bo
k U
tara
(1
)
20
. M
an
gg
ara
i B
ara
t (1
)
21
. N
ga
da
(1
)
22
. N
ias
(1
)
23
. P
es
isir
Se
lata
n (
1)
24
. S
elu
ma
(1
)
25
. S
uk
ab
um
i (1
)
26
. T
ap
an
uli
Te
ng
ah
(1
)
27
. T
imo
r T
en
ga
h S
ela
tan
(1
)
BA
NT
EN
(1
)
1.
Pa
nd
eg
lan
g (
1)
JA
WA
BA
RA
T (
1)
1.
Cia
mis
(1
)
JA
WA
TE
NG
AH
(1
)
1.
Cil
ac
ap
(1
)
JA
WA
TIM
UR
(1
)
1.
Je
mb
er
(1)
xiii - 27
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R T
EM
PA
T P
EM
RO
SE
SA
N
AK
HIR
SA
MP
AH
(T
PA
S)
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r T
PA
S
1 -
5 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
TP
AS
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
5)
1.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w S
ela
tan
(1
)
2.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w U
tara
(1
)
3.
Ke
pu
lau
an
Sa
ng
ihe
(1
)
4.
Ko
ta B
itu
ng
(1
)
5.
Min
ah
as
a T
en
gg
ara
(1
)
PA
PU
A B
AR
AT
(3
)
1.
Fa
k-f
ak
(1
)
2.
Ra
ja A
mp
at
(1)
3.
So
ron
g (
1)
PA
PU
A (
2)
1.
Bia
k N
um
for
(1)
2.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
1)
SU
LA
WE
SI
BA
RA
T (
2)
1.
Ma
mu
ju U
tara
(1
)
2.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(1)
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R (
1)
1.
Ku
tai
Ba
rat
(1)
GO
RO
NT
AL
O (
2)
1.
Go
ron
talo
Uta
ra (
1)
2.
Po
hu
wa
to (
1)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
AH
(1
)
1.
Pa
rig
i M
ou
ton
g (
1)
RIA
U (
3)
1.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
1)
2.
Pe
lala
wa
n (
1)
3.
Ro
ka
n H
ulu
(1
)
PP
LP
ST
RA
TE
GIS
(1
4)
1.
Gre
sik
(1
)
2.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
3.
Ko
ta B
an
da
r L
am
pu
ng
(1
)
4.
Ko
ta B
ek
as
i (1
)
5.
Ko
ta B
ima
(1
)
6.
Ko
ta J
am
bi
(1)
7.
Ko
ta M
ala
ng
(1
)
8.
Ko
ta P
ad
an
g (
1)
9.
Ko
ta P
ale
mb
an
g (
1)
10
. K
ota
Su
ka
bu
mi
(1)
11
. K
ota
Su
rab
ay
a (
1)
12
. K
ota
Ta
ng
era
ng
Se
lata
n (
1)
13
. L
om
bo
k T
imu
r (1
)
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H (
3)
1.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
2.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
3.
La
ma
nd
au
(1
)
NA
D (
4)
1.
Ac
eh
Ba
rat
(1)
2.
Ac
eh
Ja
ya
(1
)
3.
Ac
eh
Te
ng
ga
ra (
1)
4.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(1
)
1.
Lin
gg
a (
1)
JA
MB
I (1
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(1
)
BE
NG
KU
LU
(1
)
1.
Mu
ko
-mu
ko
(1
)
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
3)
1.
Ag
am
(1
)
2.
Ko
ta S
aw
ah
lun
to (
1)
3.
Pe
sis
ir S
ela
tan
(1
)
LA
MP
UN
G (
1)
1.
Pri
ng
se
wu
(1
)
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N (
5)
1.
Ba
nyu
as
in (
1)
2.
Em
pa
t L
aw
an
g (
1)
3.
Ko
ta P
ag
ar
Ala
m (
1)
4.
Ko
ta P
ale
mb
an
g (
1)
5.
Mu
si
Ra
wa
s (
1)
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A (
1)
1.
Ko
ta G
un
un
g S
ito
li (
1)
JA
WA
TE
NG
AH
(2
)
1.
Ba
nyu
ma
s (
1)
2.
Pu
rwo
rejo
(1
)
JA
WA
TIM
UR
(5
)
1.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
2.
La
mo
ng
an
(1
)
3.
Ng
aw
i (1
)
4.
Pa
cit
an
(1
)
5.
Su
me
ne
p (
1)
JA
WA
BA
RA
T (
1)
1.
Ko
ta T
as
ikm
ala
ya
(1
)
DIY
(2
)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
(1)
2.
Ku
lon
Pro
go
(1
)
BA
NT
EN
(2
)
1.
Ko
ta T
an
ge
ran
g S
ela
tan
(1
)
2.
Ta
ng
era
ng
(1
)B
AL
I (1
)
1.
Gia
ny
ar
(1)
NT
B (
1)
1.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(1
)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
4)
1.
Bu
luk
um
ba
(1
)
2.
En
rek
an
g (
1)
3.
Sid
rap
(1
)
3.
Su
lse
l (1
)
MA
LU
KU
(3
)
1.
Se
ram
Ba
gia
n T
imu
r (1
)
2.
Ke
pu
lau
an
Aru
(1
)
3.
Ma
luk
u B
ara
t D
ay
a (
1)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(2
)
1.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
2.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
xiii - 28
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R D
RA
INA
SE
PE
RK
OT
AA
N
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
sp
am
IK
K
1 -
5 k
ota
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
astr
uktu
r d
rain
as
e p
erk
ota
an
6 -
9 k
ota
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
astr
uktu
r d
rain
as
e p
erk
ota
an
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(2)
1.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
1)
2.
Ko
ta S
am
ari
nd
a (
1)
Ke
pu
lau
an
Ria
u (
1)
1.
Ko
ta B
ata
m (
1)
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(2)
1.
Ko
ta P
on
tia
na
k (
2)
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(1
)
1.
Ko
ta P
ala
ng
ka
ray
a (
1)
NA
D (
1)
1.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
Su
ma
tera
Uta
ra (
2)
1.
As
ah
an
(1
)
2.
Ko
ta M
ed
an
(1
)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(3
)
1.
Ba
ng
ka
Ba
rat
(2)
2.
Ba
ng
ka
Te
ng
ah
(1
)
Go
ron
talo
(2
)
1.
Go
ron
talo
Uta
ra (
1)
2.
Po
hu
wa
to (
1)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
2)
1.
Ko
tab
aru
(1
)
2.
Ta
na
h B
um
bu
(1
)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
2)
1.
Ko
ta P
os
o (
1)
2.
Ko
ta T
oli
-to
li (
1)
Su
law
es
i U
tara
(2
)
1.
Ko
ta K
ota
mo
ba
gu
(1
)
2.
Ko
ta M
an
ad
o (
1)
Ma
luk
u U
tara
(4
)
1.
Ko
ta S
ofi
fi (
2)
2.
Ko
ta T
ob
elo
(1
)
3.
Ko
ta W
ed
a (
1)
Pa
pu
a B
ara
t (3
)
1.
Ko
ta S
oro
ng
(1
)
2.
Ma
no
kw
ari
(1
)
3.
Te
luk
Bin
tun
i (1
)
Pa
pu
a (
1)
1.
Ja
ya
pu
ra (
1)
Ma
luk
u (
1)
1.
Ko
ta A
mb
on
(1
)
Ja
mb
i (3
)
1.
Ko
ta J
am
bi
(2)
2.
Ko
ta M
ua
ra B
ulia
n (
1)
Ba
nte
n (
2)
1.
Ko
ta T
an
ge
ran
g S
ela
tan
(2
)
Su
ma
tera
Ba
rat
(1)
1.
Ko
ta P
ay
ak
um
bu
h (
1)
La
mp
un
g (
2)
1.
La
mp
un
g S
ela
tan
(1
)
2.
Pri
ng
se
wu
(1
)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
2)
1.
Mu
ara
En
im (
1)
2.
Og
an
Ko
me
rin
g U
lu T
imu
r (1
)
DIY
(4
)
1.
Ba
ntu
l (1
)
2.
Sle
ma
n (
3)
Su
law
es
i B
ara
t (4
)
1.
Ma
jen
e (
1)
2.
Ma
mu
ju (
1)
3.
Ma
mu
ju U
tara
(1
)
4.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(6
)
1.
Ko
ta P
ek
alo
ng
an
(2
)
2.
Ko
ta S
em
ara
ng
(4
)
Ja
bo
de
tab
ek
(9
)
1.
Be
ka
si
(1)
2.
Ja
ka
rta
Ba
rat
(4)
3.
Ja
ka
rta
Pu
sa
t (1
)
4.
Ja
ka
rta
Tim
ur
(1)
5.
Ja
ka
rta
Uta
ra (
1)
6.
Ko
ta B
ek
as
i (1
)
Ja
wa
Tim
ur
(6)
1.
Gre
sik
(1
)
2.
Ko
ta S
ura
ba
ya
(1
)
3.
Pa
cit
an
(1
)
4.
Po
no
rog
o (
1)
5.
Su
me
ne
p (
1)
6.
Tu
ba
n (
1)
Ba
li (
1)
1.
Ko
ta D
en
pa
sa
r (1
)
NT
T (
1)
1.
Ko
ta T
am
bo
lak
a (
1)
NT
B (
6)
1.
Ko
ta B
ima
(1
)
2.
Ko
ta M
ata
ram
(1
)
3.
Lo
mb
ok
Ba
rat
(1)
4.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(2
)
5.
Su
mb
aw
a B
ara
t (1
)
Su
law
es
i S
ela
tan
(6
)
1.
Bu
luk
um
ba
(1
)
2.
Ko
ta M
ak
as
ar
(1)
3.
Ko
ta P
are
-pa
re (
1)
4.
Ma
ros
(1
)
5.
Sin
jai
(1)
6.
To
raja
Uta
ra (
1)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(2
)
1.
Ko
lak
a (
1)
2.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
xiii - 29
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R A
IR L
IMB
AH
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r a
ir lim
ba
h
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
air
lim
ba
h
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r a
ir l
imb
ah
11
- 1
5 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r a
ir lim
bah
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
16
- 2
6 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r a
ir lim
bah
Ba
nte
n (
20
)
1.
Le
ba
k (
10
)
2.
Se
ran
g (
10
)
Be
ng
ku
lu (
5)
1.
Ka
ur
(2)
2.
Mu
ko
-mu
ko
(3
)
Su
ma
tera
Ba
rat
(2)
1.
Ko
ta B
uk
itti
ng
gi
(1)
2.
Ko
ta P
ay
ak
um
bu
h (
1)
La
mp
un
g (
12
)
1.
Ko
ta B
an
da
r L
am
pu
ng
(1
)
2.
Ko
ta M
etr
o (
2)
3.
La
mp
un
g S
ela
tan
(3
)
4.
La
mp
un
g T
imu
r (1
)
5.
Pe
sa
wa
ran
(2
)
6.
Pri
ng
se
wu
(1
)
7.
Ta
ng
ga
mu
s (
2)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
4)
1.
Em
pa
t L
aw
an
g (
2)
2.
Mu
ara
En
im (
1)
3.
Mu
si
Ba
nyu
as
in (
1)
Ria
u (
5)
1.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
4)
2.
Ka
mp
ar
(1)
Ja
bo
de
tab
ek
(2
)
1.
DK
I (1
)
2.
Ja
ka
rta
Uta
ra (
1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(3
)
1.
Cil
ac
ap
(1
)
2.
Te
ma
ng
gu
ng
(1
)
3.
Wo
no
so
bo
(1
)
Ja
wa
Tim
ur
(25
)
1.
Blit
ar
(1)
2.
Gre
sik
(1
)
3.
Ke
dir
i (1
)
4.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
5.
Ko
ta P
ac
ita
n (
2)
6.
Ko
ta S
ura
ba
ya
(5
)
7.
Ma
ge
tan
(2
)
8.
Ng
aw
i (2
)
9.
Pa
me
ka
sa
n (
1)
10
. S
ido
arj
o (
3)
11
. S
um
en
ep
(4
)
12
. T
ulu
ng
ag
un
g (
2)
Ba
li (
4)
1.
Ko
ta D
en
pa
sa
r (1
)
2.
Ta
ba
na
n (
3)
NT
B (
7)
1.
Bim
a (
1)
2.
Do
mp
u (
1)
3.
Ko
ta B
ima
(2
)
4.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(2
)
5.
Su
mb
aw
a B
ara
t (1
)
DIY
(1
5)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
(2)
2.
Ko
ta Y
og
ya
ka
rta
(2
)
3.
Ku
lon
Pro
go
(2
)
4.
Sle
ma
n (
5)
5.
Ba
ntu
l (2
)
Ja
wa
Ba
rat
(13
)
1.
Ba
nd
un
g (
3)
2.
Bo
go
r (3
)
3.
Ko
ta B
ek
as
i (3
)
4.
Ko
ta T
as
ikm
ala
ya
(1
)
5.
Su
ka
bu
mi
(3)
Su
law
es
i S
ela
tan
(4
)
1.
Bo
ne
(1
)
2.
Bu
luk
um
ba
(1
)
3.
Ko
ta P
are
-pa
re (
1)
4.
Pin
ran
g (
1)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(7
)
1.
Bo
mb
an
a (
1)
2.
Ko
lak
a (
1)
3.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
4.
Ko
na
we
Se
lata
n (
1)
5.
Ko
ta K
en
da
ri (
3)
Su
law
es
i B
ara
t (6
)
1.
Ma
jen
e (
1)
2.
Ma
ma
sa
(2
)
3.
Ma
mu
ju (
1)
4.
Ma
mu
ju U
tara
(1
)
5.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(1)
NT
T (
9)
1.
Alo
r (2
)
2.
Be
lu (
1)
3.
Ma
ng
ga
rai
Ba
rat
(1)
4.
Na
ge
ke
o (
1)
5.
Su
mb
a B
ara
t (1
)
6.
Su
mb
a B
ara
t D
ay
a (
1)
7.
Su
mb
a T
imu
r (1
)
8.
TT
U (
1)
NA
D (
26
)
1.
Ac
eh
Ba
rat
(1)
2.
Ac
eh
Be
sa
r (4
)
3.
Ac
eh
Ja
ya
(1
)
4.
Ac
eh
Se
lata
n (
3)
5.
Ac
eh
Ta
mia
ng
(3
)
6.
Ac
eh
Te
ng
ga
ra (
3)
7.
Ac
eh
Uta
ra (
1)
8.
Ga
yo
Lu
es
(1
)
9.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(3
)
10
. K
ota
La
ng
sa
(1
)
11
. K
ota
Sa
ba
ng
(1
)
12
. P
idie
(4
)
Su
ma
tera
Uta
ra (
15
)
1.
As
ah
an
(2
)
2.
Ba
tu B
ara
(2
)
3.
Ko
ta B
inja
i (1
)
4.
Ko
ta M
ed
an
(2
)
5.
Ko
ta T
an
jun
g B
ala
i (2
)
6.
Ko
ta T
eb
ing
Tin
gg
i (1
)
7.
La
bu
ha
n B
atu
(1
)
8.
Me
da
n (
4)
Ja
mb
i (3
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(1
)
2.
Sa
rola
ng
un
(1
)
3.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(1)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(3
)
1.
Ba
ng
ka
Te
ng
ah
(1
)
2.
Ko
ta P
an
gk
alp
ina
ng
(2
)
Ma
luk
u (
2)
1.
Ko
ta L
an
gg
ur
(1)
2.
Ko
ta T
ua
l (1
)
Pa
pu
a B
ara
t (3
)
1.
Ko
ta S
oro
ng
(1
)
2.
Ma
no
kw
ari
(1
)
3.
Ra
ja A
mp
at
(1)
Pa
pu
a (
2)
1.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
1)
2.
Me
rau
ke
(1
)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(4)
1.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
1)
2.
Ko
ta B
on
tan
g (
2)
3.
Ko
ta S
am
ari
nd
a (
1)
Go
ron
talo
(1
)
1.
Po
hu
wa
to (
1)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
15
)
1.
Ba
nja
r (1
)
2.
Ba
rito
Ku
ala
(1
)
3.
Hu
lu S
un
ga
i S
ela
tan
(1
)
4.
Hu
lu S
un
ga
i T
en
ga
h (
1)
5.
Ko
ta B
an
jarb
aru
(1
)
6.
Ko
ta B
an
jarm
as
in (
6)
7.
Ko
tab
aru
(2
)
8.
Ta
ba
lon
g (
1)
9.
Ta
na
h L
au
t (1
)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
2)
1.
Ko
ta A
mp
an
a (
1)
2.
Ko
ta P
os
o (
1)
Su
law
es
i U
tara
(6
)
1.
Ko
ta B
itu
ng
(6
)
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(7
)
1.
Ka
pu
as
(1
)
2.
Ko
ta P
ala
ng
ka
ray
a (
1)
3.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (2
)
4.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
5.
La
ma
nd
au
(1
)
6.
Su
ka
ma
ra (
1)
Ke
pu
lau
an
Ria
u (
2)
1.
Bin
tan
(1
)
2.
Ko
ta T
an
jun
gp
ina
ng
(1
)
Ka
lim
an
tan
Ba
rat
(1)
1.
Sa
ng
ga
u (
1)
Ma
luk
u U
tara
(1
)
1.
Ko
ta W
ed
a (
1)
xiii - 30
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
20
14
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R A
IR L
IMB
AH
(S
AN
IMA
S)
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r lim
bah
(sa
nim
as
)
1 -
5 k
aw
asa
n y
an
g m
en
da
pa
t in
fra
str
uk
tur
lim
ba
h (
sa
nim
as)
6 -
10
ka
was
an
ya
ng m
en
da
pa
t in
fras
tru
ktu
r lim
ba
h (
san
imas
)
11
- 1
5 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r lim
ba
h (
sa
nim
as
)
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
16
- 1
9 k
aw
as
an
ya
ng
me
nd
ap
at
infr
as
tru
ktu
r lim
ba
h (
sa
nim
as
)
Be
ng
ku
lu (
5)
1.
Ka
ur
(2)
2.
Mu
ko
-mu
ko
(3
)
La
mp
un
g (
9)
1.
Ko
ta M
etr
o (
2)
2.
La
mp
un
g S
ela
tan
(2
)
3.
La
mp
un
g T
imu
r (1
)
4.
Pe
sa
wa
ran
(2
)
5.
Ta
ng
ga
mu
s (
2)
Su
ma
tera
Se
lata
n (
3)
1.
Em
pa
t L
aw
an
g (
2)
2.
Mu
si
Ba
nyu
as
in (
1)
NA
D (
18
)
1.
Ac
eh
Be
sa
r (3
)
2.
Ac
eh
Se
lata
n (
3)
3.
Ac
eh
Ta
mia
ng
(3
)
4.
Ac
eh
Te
ng
ga
ra (
3)
5.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(3
)
6.
Pid
ie (
3)
Su
ma
tera
Uta
ra (
7)
1.
As
ah
an
(2
)
2.
Ba
tu B
ara
(2
)
3.
Ko
ta T
an
jun
g B
ala
i (2
)
4.
La
bu
ha
n B
atu
(1
)
Ria
u (
5)
1.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
4)
2.
Ka
mp
ar
(1)
Ja
mb
i (3
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(1
)
2.
Sa
rola
ng
un
(1
)
3.
Ta
nju
ng
Ja
bu
ng
Ba
rat
(1)
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
(2
)
1.
Ba
ng
ka
Te
ng
ah
(1
)
2.
Ko
ta P
an
gk
alp
ina
ng
(1
)
DIR
EK
TO
RA
T P
PL
P (
7)
1.
Ag
am
(2
)
2.
Ko
ta L
ho
ks
eu
ma
we
(3
)
3.
Siju
nju
ng
(2
)
Ka
lim
an
tan
Tim
ur
(3)
1.
Ko
ta B
alik
pa
pa
n (
1)
2.
Ko
ta B
on
tan
g (
1)
3.
Ko
ta S
am
ari
nd
a (
1)
Ka
lim
an
tan
Se
lata
n (
7)
1.
Ba
nja
r (1
)
2.
Ba
rito
Ku
ala
(1
)
3.
Hu
lu S
un
ga
i T
en
ga
h (
1)
4.
Ko
ta B
an
jarb
aru
(1
)
5.
Ko
tab
aru
(2
)
6.
Ta
ba
lon
g (
1)
Su
law
es
i T
en
ga
h (
2)
1.
Ko
ta A
mp
an
a (
1)
2.
Ko
ta P
os
o (
1)
Su
law
es
i U
tara
(5
)
1.
Ko
ta B
itu
ng
(5
)
Ka
lim
an
tan
Te
ng
ah
(5
)
1.
Ko
ta P
ala
ng
ka
ray
a (
1)
2.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
3.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
4.
La
ma
nd
au
(1
)
5.
Su
ka
ma
ra (
1)
Ja
wa
Te
ng
ah
(2
)
1.
Te
ma
ng
gu
ng
(1
)
2.
Wo
no
so
bo
(1
)
Ja
wa
Tim
ur
(14
)
1.
Blit
ar
(1)
2.
Ke
dir
i (1
)
3.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
4.
Ko
ta P
ac
ita
n (
2)
5.
Ma
ge
tan
(2
)
6.
Ng
aw
i (2
)
7.
Pa
me
ka
sa
n (
1)
8.
Su
me
ne
p (
2)
9.
Tu
lun
ga
gu
ng
(2
)
Ja
wa
Ba
rat
(12
)
1.
Ba
nd
un
g (
3)
2.
Bo
go
r (3
)
3.
Ko
ta B
ek
as
i (3
)
4.
Su
ka
bu
mi
(3)
Ba
nte
n (
19
)
1.
Le
ba
k (
9)
2.
Se
ran
g (
10
)
DIY
(1
3)
1.
Ba
ntu
l (2
)
2.
Gu
nu
ng
kid
ul
(2)
3.
Ko
ta Y
og
ya
ka
rta
(2
)
4.
Ku
lon
Pro
go
(2
)
5.
Sle
ma
n (
5)
Ba
li (
2)
1.
Ta
ba
na
n (
2)
NT
T (
9)
1.
Alo
r (2
)
2.
Be
lu (
1)
3.
Ma
ng
ga
rai
Ba
rat
(1)
4.
Na
ge
ke
o (
1)
5.
Su
mb
a B
ara
t (1
)
6.
Su
mb
a B
ara
t D
ay
a (
1)
7.
Su
mb
a T
imu
r (1
)
8.
TT
U (
1)
NT
B (
7)
1.
Bim
a (
1)
2.
Do
mp
u (
1)
3.
Ko
ta B
ima
(2
)
4.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(2
)
5.
Su
mb
aw
a B
ara
t (1
)
Su
law
es
i S
ela
tan
(2
)
1.
Bo
ne
(1
)
2.
Bu
luk
um
ba
(1
)
Su
law
es
i T
en
gg
ara
(3
)
1.
Ko
lak
a (
1)
2.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
3.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
Su
law
es
i B
ara
t (1
)
1.
Ma
ma
sa
(1
)
xiii - 31
Direktorat Jenderal Cipta Karya
N
EW
S
NA
D
Su
ma
tera
Uta
ra
Ria
u
Su
ma
tera
Ba
rat
Jam
bi
Be
ng
ku
luS
um
ate
ra S
ela
tan
Lam
pu
ng
Ba
ng
ka
Be
litu
ng
Ke
pu
laua
n R
iau
Ka
lima
nta
n B
ara
t Ka
lima
nta
n T
en
ga
h
Ka
lima
nta
n S
ela
tan
Ka
lima
nta
n T
imu
r
Ba
nte
n
Jaw
a B
ara
tJa
wa
Te
ng
ah
DIY
Jaw
a T
imu
r
Ba
liN
TB
NT
T
Su
law
esi
Te
ng
ga
raS
ula
we
si S
ela
tan
Su
law
esi
Bar
at
Su
law
esi
Te
ng
ah
Go
ron
talo
Su
law
esi
Uta
raM
alu
ku U
tara
Ma
luku
Pa
pu
a B
ara
t
Pa
pu
a
PE
TA
SE
BA
RA
N L
OK
AS
I T
AH
UN
201
4
OU
TP
UT
IN
FR
AS
TR
UK
TU
R T
EM
PA
T P
EM
RO
SE
SA
N
AK
HIR
SA
MP
AH
(T
PA
S)
02
00
40
06
00
80
01
00
0K
ilom
ete
rs
KE
ME
NT
ER
IAN
PE
KE
RJ
AA
N U
MU
M
DIR
EK
TO
RA
T J
EN
DE
RA
L C
IPT
A K
AR
YA
Ja
lan
Pa
ttim
ura
20
Ke
ba
yo
ran
Ba
ru J
ak
art
a S
ela
tan
LE
GE
ND
A
Tid
ak
ad
a p
em
ba
ng
un
an
ou
tput
infr
as
tru
ktu
r T
PA
S
1 -
5 k
ab
/ko
ta y
an
g m
en
dap
at
infr
astr
uktu
r T
PA
S
100
100
110
110
120
120
130
130
140
140
-10
-10
0
0
10
10
SU
LA
WE
SI
UT
AR
A (
5)
1.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w S
ela
tan
(1
)
2.
Bo
ola
ng
Mo
ng
on
do
w U
tara
(1
)
3.
Ke
pu
lau
an
Sa
ng
ihe
(1
)
4.
Ko
ta B
itu
ng
(1
)
5.
Min
ah
as
a T
en
gg
ara
(1
)
PA
PU
A B
AR
AT
(3
)
1.
Fa
k-f
ak
(1
)
2.
Ra
ja A
mp
at
(1)
3.
So
ron
g (
1)
PA
PU
A (
2)
1.
Bia
k N
um
for
(1)
2.
Ko
ta J
aya
pu
ra (
1)
SU
LA
WE
SI
BA
RA
T (
2)
1.
Ma
mu
ju U
tara
(1
)
2.
Po
lew
ali
Ma
nd
ar
(1)
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R (
1)
1.
Ku
tai
Ba
rat
(1)
GO
RO
NT
AL
O (
2)
1.
Go
ron
talo
Uta
ra (
1)
2.
Po
hu
wa
to (
1)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
AH
(1
)
1.
Pa
rig
i M
ou
ton
g (
1)
RIA
U (
3)
1.
Ind
rag
iri
Hu
lu (
1)
2.
Pe
lala
wa
n (
1)
3.
Ro
ka
n H
ulu
(1
)
PP
LP
ST
RA
TE
GIS
(1
4)
1.
Gre
sik
(1
)
2.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
3.
Ko
ta B
an
da
r L
am
pu
ng
(1
)
4.
Ko
ta B
ek
as
i (1
)
5.
Ko
ta B
ima
(1
)
6.
Ko
ta J
am
bi
(1)
7.
Ko
ta M
ala
ng
(1
)
8.
Ko
ta P
ad
an
g (
1)
9.
Ko
ta P
ale
mb
an
g (
1)
10
. K
ota
Su
ka
bu
mi
(1)
11
. K
ota
Su
rab
ay
a (
1)
12
. K
ota
Ta
ng
era
ng
Se
lata
n (
1)
13
. L
om
bo
k T
imu
r (1
)
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H (
3)
1.
Ko
taw
ari
ng
in B
ara
t (1
)
2.
Ko
taw
ari
ng
in T
imu
r (1
)
3.
La
ma
nd
au
(1
)
NA
D (
4)
1.
Ac
eh
Ba
rat
(1)
2.
Ac
eh
Ja
ya
(1
)
3.
Ac
eh
Te
ng
ga
ra (
1)
4.
Ko
ta B
an
da
Ac
eh
(1
)
KE
PU
LA
UA
N R
IAU
(1
)
1.
Lin
gg
a (
1)
JA
MB
I (1
)
1.
Ba
tan
gh
ari
(1
)
BE
NG
KU
LU
(1
)
1.
Mu
ko
-mu
ko
(1
)
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T (
3)
1.
Ag
am
(1
)
2.
Ko
ta S
aw
ah
lun
to (
1)
3.
Pe
sis
ir S
ela
tan
(1
)
LA
MP
UN
G (
1)
1.
Pri
ng
se
wu
(1
)
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N (
5)
1.
Ba
nyu
as
in (
1)
2.
Em
pa
t L
aw
an
g (
1)
3.
Ko
ta P
ag
ar
Ala
m (
1)
4.
Ko
ta P
ale
mb
an
g (
1)
5.
Mu
si
Ra
wa
s (
1)
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A (
1)
1.
Ko
ta G
un
un
g S
ito
li (
1)
JA
WA
TE
NG
AH
(2
)
1.
Ba
nyu
ma
s (
1)
2.
Pu
rwo
rejo
(1
)
JA
WA
TIM
UR
(5
)
1.
Ko
ta K
ed
iri
(1)
2.
La
mo
ng
an
(1
)
3.
Ng
aw
i (1
)
4.
Pa
cit
an
(1
)
5.
Su
me
ne
p (
1)
JA
WA
BA
RA
T (
1)
1.
Ko
ta T
as
ikm
ala
ya
(1
)
DIY
(2
)
1.
Gu
nu
ng
kid
ul
(1)
2.
Ku
lon
Pro
go
(1
)
BA
NT
EN
(2
)
1.
Ko
ta T
an
ge
ran
g S
ela
tan
(1
)
2.
Ta
ng
era
ng
(1
)B
AL
I (1
)
1.
Gia
ny
ar
(1)
NT
B (
1)
1.
Lo
mb
ok
Te
ng
ah
(1
)
SU
LA
WE
SI
SE
LA
TA
N (
4)
1.
Bu
luk
um
ba
(1
)
2.
En
rek
an
g (
1)
3.
Sid
rap
(1
)
3.
Su
lse
l (1
)
MA
LU
KU
(3
)
1.
Se
ram
Ba
gia
n T
imu
r (1
)
2.
Ke
pu
lau
an
Aru
(1
)
3.
Ma
luk
u B
ara
t D
ay
a (
1)
SU
LA
WE
SI
TE
NG
GA
RA
(2
)
1.
Ko
lak
a U
tara
(1
)
2.
Ko
ta K
en
da
ri (
1)
xiii - 32
Direktorat Jenderal Cipta Karya
ASPE
K IM
PLEM
ENTA
SI
PEN
YERA
PAN
AN
GG
ARAN
ESEL
ON
I
Akum
ulas
i
real
isas
i
angg
aran
(RA)
Akum
ulas
i pag
u
angg
aran
(PA)
Peny
erap
an
Angg
aran
(P)
Cipt
a Ka
rya
13,9
29,6
70,6
02
14,5
49,4
78,3
81
95
.74
KON
SIST
ENSI
AN
TARA
PERE
NCA
NAA
N D
AN
IMPL
EMEN
TASI
bula
n
Renc
ana
Peny
erap
an
Dana
(RPD
)
Renc
ana
Peny
erap
an D
ana
kum
ulat
if (R
PDK)
Real
isas
i
Angg
aran
(RA)
Real
isas
i
Angg
aran
Kum
ulat
if (R
AK)
Ting
kat
peny
erap
an
tiap
bula
n
Kons
iste
nsi
anta
ra
pere
ncan
aan
dan
impl
emen
tasi
(K)
janu
ari
0.40
0
0.06
0
0.00
febr
uari
2.07
2
0.96
1
41.3
3
mar
et5.
27
8
3.
66
5
60
.48
april
11.5
8
19
7.71
12
64.1
3
mei
18.1
7
37
12.2
0
25
65.5
8
juni
26.0
2
63
18.3
3
43
67.5
7
juli
27.9
8
91
28.8
0
72
78.3
8
agus
tus
39.1
3
13
1
36.7
6
10
8
83.0
4
sept
embe
r50
.61
181
42
.97
151
83
.56
okto
ber
56.0
2
23
7
55.7
9
20
7
87.3
4
nope
mbe
r73
.79
311
68
.45
276
88
.63
dese
mbe
r95
.12
406
94
.52
370
91
.14
IKK
targ
et o
utpu
t
(TKK
)
Real
isas
i out
put
(RKK
)
322
SPAM
IKK
308
32
1
1.04
243
SPAM
MBR
460
49
0
1.07
1687
SPAM
PER
DESA
AN1,
858
1,97
9
1.
07
221
SPAM
KHU
SUS
148
14
8
1.00
392
INFR
ASTR
UKTU
R AI
R LI
MBA
H69
9
684
0.
98
55IN
FRAS
TRUK
TUR
DRAI
NAS
E PE
RKO
TAAN
70
68
0.
97
74IN
FRAS
TRUK
TUR
TPAS
71
69
0.
97
105
INFR
ASTR
UKTU
R TP
ST /
3R58
49
0.84
98PE
NYE
LEN
GGAR
AAN
SPA
M T
ERFA
SILI
TASI
120
11
9
0.99
67RU
SUN
AWA
25
25
1.
00
403
SARA
NA
PRAS
ARAN
A LN
GKUN
GAN
PER
MUK
IMAN
55
54
0.
98
155
BAN
GUN
AN G
EDUN
G DA
N F
ASIL
ITAS
NYA
40
29
0.
73
1095
0P2
KP11
,073
11
,066
1.00
6640
PPIP
4,65
0
5,
040
1.08
indi
kato
r kin
erja
kel
uara
n (o
utpu
t)
RKK
/ TKK
Penc
apai
an
kelu
aran
98.0
1
67.6
0
PEN
CAPA
IAN
KEL
UAR
AN
(out
put)
xiii - 33
Direktorat Jenderal Cipta Karya
EFIS
IENS
I
Targ
et (T
VK)
Real
isasi
(RVK
)Pa
gu p
er O
utou
t
(PAK
)
Real
isasi
per
Outp
ut (R
AK)
SPAM
IKK
308
321
1,58
1,45
8,71
1
1,
559,
865,
890
4859
395.
296
5,13
4,60
6
0.
9464
0078
5.36
SPAM
MBR
460
490
868,
086,
186
84
7,07
8,25
7
1,72
8,73
1
1,88
7,14
4
0.
928.
39
SPAM
PERD
ESAA
N18
5819
791,
015,
697,
757
977,
798,
383
49
4,08
7
54
6,66
2
0.90
9.62
SPAM
KHUS
US14
814
829
0,09
0,87
2
283,
784,
406
1,
917,
462
1,
960,
073
0.98
2.17
INFR
ASTR
UKTU
R AI
R LIM
BAH
699
684
593,
734,
176
54
5,22
2,92
0
797,
110
849,
405
0.
946.
16
INFR
ASTR
UKTU
R DR
AINA
SE PE
RKOT
AAN
7068
902,
873,
298
83
1,32
4,01
0
12,2
25,3
53
12,8
98,1
90
0.95
5.22
INFR
ASTR
UKTU
R TP
AS71
6945
3,36
9,98
6
434,
838,
633
6,
302,
009
6,
385,
493
0.99
1.31
INFR
ASTR
UKTU
R TP
ST /
3R58
4928
,889
,873
24
,264
,354
49
5,19
1
49
8,10
1
0.99
0.58
PENY
ELEN
GGAR
AAN
SPAM
TERF
ASILI
TASI
120
119
608,
663
59
4,93
4
4,99
9
5,07
2
0.
991.
43
RUSU
NAW
A25
251,
114,
339,
382
1,07
4,44
6,03
2
42
,977
,841
44
,573
,575
0.
963.
58
SARA
NA PR
ASAR
ANA
LNGK
UNGA
N PE
RMUK
IMAN
5554
232,
500,
208
19
0,32
4,67
0
3,52
4,53
1
4,22
7,27
7
0.
8316
.62
BANG
UNAN
GED
UNG
DAN
FASIL
ITAS
NYA
4029
212,
528,
918
18
4,73
0,13
6
6,37
0,00
5
5,31
3,22
3
1.
20-1
9.89
P2KP
1107
311
066
2,05
6,79
5,84
7
2,
039,
724,
441
184,
324
185,
749
0.
990.
77
PPIP
4650
5040
847,
219,
173
81
9,34
5,66
2
162,
569
182,
198
0.
8910
.77
ASPE
K M
ANFA
AT
Dire
ktor
atta
rget
out
com
ere
alisa
si ou
tcom
ere
alisa
si /
targ
etca
paia
n ha
sil
8,17
9
10,3
53
1.
27
699
733
1.
05
157
142
0.
90
120
119
0.
99
25
2
5 1.
00
55
5
4 0.
98
15,7
23
1
6,10
6 1.
02
ASPE
K M
ANFA
ATNI
LAI A
SPEK
IMPL
EMEN
TASI
NILA
I ASP
EK
EVAL
UASI
PK
PKNE
CH( I
)( N
K )
Cipt
a Kar
ya95
.74
67
.60
98.0
1
59
.30
103.
10
81.1
895
.80
Sang
at B
aik
WI
33.3
Hasil
peni
laia
n dike
lom
poka
n ked
alam
kate
gori
sbb:
WCH
66
.790
% >
NK =
100%
: San
gat B
aik
WP
9.7
80%
> NK =
90%
: Bai
k
WK
18.2
60%
> NK =
80%
: Cuk
up at
au N
orm
al
WPK
43
.550
% > N
K = 6
0%: K
uran
g
WE
28.6
NK =
50%
: San
gat K
uran
g
(RAK
/RVK
)/
(PAK
/TVK
)
[ 1-
(RAK
/RVK
)/(P
AK/T
VK) ]
*100
EFIS
IENS
I (%)
NI
LAI
EFIS
IENS
IKe
luar
an
Volu
me
Angg
aran
3.72
59.3
0
Outc
ome
Cipt
a Kar
ya
Peni
ngka
tan
jum
lah
pela
yana
n ai
r min
um (l
iter/
detik
)
103.
10
Peni
ngka
tan
jum
lah
pela
yana
n sa
nita
si (k
awas
an)
Peni
ngka
tan
jum
lah
pela
yana
n sa
nita
si (k
ab/k
ota)
Pem
bina
an ke
mam
puan
Pem
da /
PDAM
Pem
bang
unan
Rus
unaw
a (T
win
Blok
)
Revi
talis
asi k
awas
an p
erm
ukim
an d
an p
enat
aan
bang
unan
(kaw
asan
)
Peni
ngka
tan
infra
stru
ktur
per
muk
iman
per
desa
an/k
umuh
/nel
ayan
(kel
/des
a)
Dire
ktor
atAS
PEK
IMPL
EMEN
TASI
CAPA
IAN
HASIL
(out
com
e)
RAK/
RVK
PAK/
TVK
xiii - 34
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 35
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 36
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 37
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 38
Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 39
Direktorat Jenderal Cipta Karya
25 %
50 %
75 %
100 % 100 %
A. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM 1. Output SPAM Terfasilitasi
KEGIATAN : SPAM Terfasilitasi PDAM Ketapang LOKASI : Kab Ketapang Provinsi Kalimantan Barat KOORDINAT : Longitude 110˚47’11” Latitude -1˚55’25” MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehata dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 40
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
75 %
100 %
KEGIATAN : Bantuan Program Penyehatan PDAM Tirta Betuah Kabupaten Banyuasin LOKASI : Kab. Banyuasin – Prov Sumatera Selatan KOORDINAT : Longitude 105° 29' 01' Latitude -2° 74' 5 '' MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehat dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 41
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
2. Output SPAM IKK
KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK Kapasitas 10 l/det LOKASI : IKK Tulangan Kab Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚29’8” Latitude -7˚11’16” MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 42
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
75 %
KEGIATAN : Optimalisasi SPAM IKK Moro LOKASI : IKK Moro, Kab Karimun Provinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 108˚5’95” Latitude 04˚32’19” MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 43
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
75 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK LOKASI : Distrik Ulilin, Kab. Merauke KOORDINAT : Longitude 140˚53’08” Latitude 08˚29’10” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui optimalisasi program IKK SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 44
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
75 %
100 %
3. Output SPAM MBR
KEGIATAN : Pembangunan SPAM MBR Teluk Buton LOKASI : Desa Teluk Buton, Kab. Natuna, Provinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 108˚47’3” Latitude 04˚39’09” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau melalui pembangunan SPAM MBR SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 45
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
75 %
100 %
4. Output SPAM Pedesaan
KEGIATAN : Pembangunan SPAM Pedesaan LOKASI : Desa Bintang Sari Kec. Cipanas Kab. Lebak, Provinsi Banten KOORDINAT : Longitude 106˚22’7” Latitude -6˚7’13” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat perdesaan yang tinggal di daerah rawan air SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 46
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
B. SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Air Limbah
KEGIATAN : Pembangunan IPLT LOKASI : Kab. Aceh Besar, Propinsi Aceh KOORDINAT : Longitude 97˚30’39” Latitude 04˚15’84” MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 47
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
75 %
100 %
KEGIATAN : Optimalisasi IPLT LOKASI : Kab. Lampung Selatan, Propinsi Lampung KOORDINAT : Longitude 105˚20’39” Latitude -4˚42’84” MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 48
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
2. Output Infratstruktur TPA
KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA LOKASI : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚44’11” Latitude -7˚9’15” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 49
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA LOKASI : Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚32’9” Latitude -6˚11’30” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 50
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
3. Output Infrastruktur Drainase Perkotaan
KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer LOKASI : Jalan Parangtritis, Kab. Bantul KOORDINAT : Longitude 110˚32’18” Latitude 07˚14’29” MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 51
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer LOKASI : Kws. Sungai Asam Kota Jambi, Propinsi Jambi KOORDINAT : Longitude 103˚57’36” Latitude -1˚29’28” MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 52
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
4. Output Infrastruktur TPST/3R
KEGIATAN : Pembangunan TPST 3R LOKASI : Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚22’40” Latitude -7˚10’22” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 53
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan 3R LOKASI : Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚09’22” Latitude -8˚01’16” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan
xiii - 54
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
75 %
100 %
C. SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
KEGIATAN : Peningkatan Jalan Desa Pangkal Mendo Kws. Mendo Barat LOKASI : Kabupaten Bangka, Propinsi Bangka Belitung KOORDINAT : Longitude 105˚83’08” Latitude -2˚88’07” MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 55
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan Kawasan Agropolitan LOKASI : Desa Binyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli KOORDINAT : Longitude 115˚00’79” Latitude -8˚13’38” MANFAAT : Membangun Jalan Poros di lingkungan agropolitan agar memberikan akses yang lebih baik dan cepat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 56
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
75 %
25 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pekerjaan Jalan Usaha Tani, Jalan Lingkungan, Drainase LOKASI : Desa Koto, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh KOORDINAT : Longitude 101˚26’54” Latitude 2˚45’54” MANFAAT : Membangun Jalan Usaha Tani di lingkungan agropolitan memberikan pergerakan perekonomian semakin tinggi SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 57
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
75 %
100 %
2. Output Kawasan Permukiman Perkotaan
KEGIATAN : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws. Perkotaan LOKASI : Kawasan Semangga Kota Merauke, Propinsi Papua KOORDINAT : Longitude 140˚24’28” Latitude 08˚29’13” MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 58
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
25 %
50 %
75 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan Pelantar Lingkungan LOKASI : Kws Kp.Baru Keke RW 12 Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan, Propinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 104˚42’28” Latitude 01˚22’13” MANFAAT : Membangun pelantar lingkungan agar lingkungan penduduk desa dapat menikmati desanya dengan baik SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 59
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
30 %
50 %
100 %
D. SEKTOR PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Output Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman
KEGIATAN : Pembangunan PSD Revitalisasi Kawasan LOKASI : Kawasan Tendean, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan KOORDINAT : Longitude 115˚23’26” Latitude -2˚35’10” MANFAAT : Menata kawasan tradisional bersejarah agar lebih nyaman dan lestari SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 60
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan/Revitalisasi Kawasan LOKASI : Kawasan Kelurahan Bajak Pasar, Kota Bengkulu, Propinsi Bengkulu KOORDINAT : Longitude 102˚12’22” Latitude 03˚48’16” MANFAAT : Menata jalur pedestarian dan pasar tradisional agar lebih nyaman dilewati oleh pejalan kaki SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 61
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
KEGIATAN : Pembangunan/ Revitalisasi Kawasan Bersejarah Makam Mbah Kyai Pahing LOKASI : Desa Menggora Kec. Tembarak, Kab. Temanggung Propinsi Jawa Tengah KOORDINAT : Longitude 110˚00’00” Latitude -7˚13’83” MANFAAT : Membangun gedung pertemuan untuk memfasilitasi kegiatan pertemuan warga masyarakat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 62
Direktorat Jenderal Cipta Karya
0 %
50 %
100 %
2. Output Bangunan Gedung dan Fasilitasnya
KEGIATAN : Pemeliharaan Gedung/Bangunan Kantor Bertingkat LOKASI : Kota Denpasar, Propinsi Bali KOORDINAT : Longitude 107˚56’33” Latitude 08˚39’13” MANFAAT : Pembuatan Sumur Resapan dan Paving Block untuk para pengguna agar dapat menuju gedung dengan lebih mudah SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang
xiii - 63
Direktorat Jenderal Cipta Karya
DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI AIR MINUM
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan
pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi seperti yang dilakukan di
Madura dan beberapa lokasi lain. Untuk mengatasi masalah keterbatasan penyediaan air baku
terutama di pulau-pulau kecil, seperti Pulau Mandangin di Madura Jawa Timur dilakukan
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum (SWRO Mandangin). Teknologi
ini juga sudah dilakukan untuk kapasitas yang lebih besar di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan
Riau.
Selain itu, untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, diterapkan teknologi hijau (green
technology) pada beberapa pembangunan SPAM. Penerapan green technology ini antara lain
dilakukan pada pembangunan instalasi pengolahan airtanpa bahan kimia yang dilakukan di Kota
Banjar, Jawa Barat. Teknologi ini telah dikembangkan juga di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Gambar Instalasi Penyaringan Air Laut menjadi Air Minum Pulau Mandingin – JATIM (SWRO PULAU MANDANGIN)
xiii - 64
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Puslitbangkim PU adalah melakukan uji coba Instalasi
pengolahan air siap minum (merotek). Dengan teknologi ini dapat mengolah air tanah, air
permukaan, air gambut atau air payau menjadi air yang siap minum. Saat ini teknologi tersebut
masih di ujicoba kan di beberapa lokasi seperti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi), Pulau
Rote (NTT) dan Jawa Barat.
DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DIBIDANG SANITASI
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan
pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi, diantaranya :
Instalasi Pengolah Sampah (IPS)
Instalasi Pengolah Sampah (IPS) iniadalah sebuah
instalasi yang menggunakan sampah organik
untuk menghasilkan bahan bakar alternatif
pengganti LPG (biogas) yang diperoleh dari proses
penguraian secara anaerobik dari berbagai macam
limbah organik. IPS skala lingkungan yang tengah
dalam tahap uji coba berlokasi di Komplek PLN
Duren Tiga Jakarta Selatan serta di Pamulang,
Gambar Teknologi Hijau pada SPAM Kota Banjar – JABAR
Gambar Instalasi SIKIPAS Cijantung
xiii - 65
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tangerang Selatan.IPS ini dinamakan SIKIPAS (Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik
Sampah). 1 buah/unit prototipe SIKIPAS dapat mengolah sampah organik dengan kapasitas 2
m3/hari (kapasitas pelayanan sekitar 4.000 jiwa atau 800 KK), dengan menghasilkan gas bio
sebesar 150 m3 dalam 6 minggu. Nilai energi dari gas bio tersebut mampu menyediakan energi
listrik untuk 1 buah rumah selama 2 minggu.Selain itu, akan dihasilkan pula kompos padat
sebanyak 1 m3 dan kompos cair sebanyak 200 liter dari 2 m3 sampah organik terolah. Inovasi
ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah organik dari
sumbernya.
Kantor Kementerian PU Berupaya Mewujudkan Zero Waste
Gedung Kementerian PU (KemenPU) merupakan gedung ramah lingkungan (green buliding)
sekaligus merupakan pioner green building di Indonesia. Dengan konsep ini, Gedung KemenPU
mampu menghemat listrik dan air secara signifikan yaitu menghemat listrik hingga 44%, dan
menghemat air hingga 81%, sehingga pada Maret 2013 berhasil memperoleh predikat
Greenship berlevel platinum dari Green Council Building Indonesia. Sejalan dengan itu,
Kementerian PU berupaya mewujudkan konsep “Zero Waste” untuk pengelolaan sampahnya
melalui pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kantor Kementerian
Pekerjaan Umum, yang berlokasi di dekat sisi timur lapangan parkir gedung Cipta Karya.
Tempat Pemilahan Sampah 5 Warna Modul Pengompos Semi-anaerobik
xiii - 66
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Salah satu parameter Green Building adalah sistem penanganan sampah di lingkungan kantor.
Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan, dengan
penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah
terpilah kemudian diangkut ke tempat sampah besar di tiap lantai, yang terbagi menjadi 5 buah,
yaitu warna merah (untuk sampah buangan beracun dan berbahaya), warna hijau (untuk sampah
makanan dan sampah halaman), warna kuning (untuk sampah plastik, sampah gelas, dan sampah
logam), warna biru (untuk sampah kertas), dan warna abu-abu (untuk sampah tekstil, sampah
kain, dan sampah lain-lain). Sampah yang telah terpilah ini kemudian diangkut ke TPST, untuk
ditempatkan pada 5 buah wadah sampah terpilah pula.
Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan kantor, dengan
penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah
organik makanan diolah secara biologis dengan 4 buah Modul Pengompos Semi-anaerobik dan
sampah organik halaman juga diolah secara biologis dengan 2 buah Modul Pengompos Aerobik,
yang merupakan produk dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Kedua modul ini
akan dilengkapi pada tahun 2014, dengan Modul SIKIPAS (SIstem Komunal Instalasi Pengolahan
Anaerobik Sampah) dengan kapasitas lebih besar, yang merupakan kerjasama penelitian antara
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman serta Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman.
Untuk sampah anorganik yang masih dapat didaurulang, akan ditangani melalui pengelolaan
Bank Sampah, untuk dijual kepada pengepul. Sampah yang direncanakan untuk dijual berupa
sampah logam, sampah gelas, sampah plastik, dan sampah kertas. Sedangkan sampah yang tidak
dapat diolah secara biologis dan dijual melalui Bank Sampah, yaitu sampah karet, sampah tekstil,
dan sampah lain-lain, akan diolah secara termal dengan menggunakan Modul SANIRA.
xiii - 67
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Modul SANIRA merupakan modul yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, serta telah teruji dalam memenuhi beberapa baku mutu emisi gas buang yang
disyaratkan, yaitu untuk parameter gas hidrogen fluorida, gas hidrogen klorida, gas nitrogen
dioksida, gas karbon monoksida, dan gas hidrokarbon. Melalui mekanisme inilah, maka sampah
di lingkungan kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang mencapai 6,342 m3/hari, dapat
ditangani setempat secara tuntas.
Instalasi MCK++ Limbah Rumah Tangga untuk Masak
Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) masyarakat diajak untuk memanfaatkan
potensi limbah rumah tangga menjadi biogas sebagai bahan alternatif energi pengganti Bahan
Bakar Minyak (BBM). Biogas adalah energi gas yang dihasilkan dari limbah makhluk hidup
seperti limbah kotoran manusia, limbah kotoran ternak maupun limbah organik lainnya.
Pemanfaatan limbah untuk biogas ini diperoleh dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)
dilengkapi reaktor biodigester dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi tepat
guna.Selain aspek biaya yang murah, konstruksi yang kuat serta keamanan terhadap
lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi, biaya operasional IPAL ini juga rendah (seminimal
mungkin menggunakan energi listrik) serta dapat dimanfaatkan dengan mudah (siapapun
dapat mengoperasikan dan memeliharanya).
Modul Pengolahan Sampah Sistem Thermal“SANIRA”
xiii - 68
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemanfaatan Biogas dari MCK++ yang Dilengkapi Biodigester
Awalnya limbah yang akan diolah harus diencerkan terlabih dahulu, kemudian limbah tersebut
disalurkan ke dalam reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam
sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi.Energi yang dihasilkan oleh
reactor tersebut adalah berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas
serta penerangan.
Untuk penggunaan material bahan bangunan, diupayakan untuk menggunakan bahan
material yang banyak tersedia di sekitar lokasi pembangunan. Awalnya limbah yang akan
diolah harus diencerkan terlebih dahulu, kemudian limbah tersebut disalurkan ke dalam
reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah
penampung gas yang kemudian dijadikan energi.Energi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut
berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan.
Pembuatan Tahu Tempe (Dok : Ade S) Gas Metan Digunakan untuk Pemasakan Tahu Tempe
Limbah Sisa Pembuatan Tahu Tempe
Tangki Bio-Digester yang dilengkapi dengan Filter Anaerobik (Sumber : dok. BORDA)
Tangki Bio-Digester Filter An-Aerobik
Influent Eflu
ent
xiii - 69
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Instalasi MCK++ Limbah Rumah Tangga untuk Masak
Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) masyarakat
diajak untuk memanfaatkan potensi limbah rumah tangga
menjadi biogas sebagai bahan alternatif energi pengganti
Bahan Bakar Minyak (BBM). Biogas adalah energi gas yang
dihasilkan dari limbah makhluk hidup seperti limbah kotoran
manusia, limbah kotoran ternak maupun limbah organik
lainnya.
Pemanfaatan limbah untuk biogas ini diperoleh dari Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) dilengkapi reaktor biodigester
dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi tepat guna.
Selain aspek biaya yang murah, konstruksi yang kuat serta
keamanan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar
lokasi, biaya operasional IPAL ini juga rendah (seminimal mungkin menggunakan energi listrik)
serta dapat dimanfaatkan dengan mudah (siapapun dapat mengoperasikan dan
memeliharanya).
Untuk penggunaan material bahan bangunan,
diupayakan untuk menggunakan bahan material
yang banyak tersedia di sekitar lokasi
pembangunan. Awalnya limbah yang akan diolah
harus diencerkan terlebih dahulu, kemudian limbah
tersebut disalurkan ke dalam reaktor.
Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi. Energi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan.
Air Siap Minum Sanimas
Pada pelaksanaan program Sanimas, salah satu output yang dibangun adalah MCK++. Sarana
ini terdiri dari kamar mandi, toilet, tempat cuci, dilengkapi dengan biogas.Selain itu,
Gambar Instalasi MCK++
Gambar Pemanfaatan Biogas dari Instalasi MCK++
xiii - 70
Direktorat Jenderal Cipta Karya
pada beberapa MCK++ dilengkapi juga alat air minum kesehatan RO (Reverse Osmosis) yang
dapat menghasilkan air minum.Air dari sumur langsung bisa diminum dengan lebih sehat jika
dibanding dengan memasak air.
Pemanfaatan IPAL Pabrikasi untuk Sanimas
Semakin tingginya kebutuhan sistem pengolahan limbah cair di daerah perkotaan dan semi
perkotaan yang padat penduduk menjadi tantangan bagi berbagai pihak untuk memberikan
jawaban atas permasalahan tersebut. Hal inimengingat tingginya pertumbuhan penduduk
baik oleh karena pertambahan kelahiran maupun pesatnya urbanisasi ditambah lagi adanya
pertambahan unit usaha ekonomi masyarakat baik skala kecil, menengah, maupun besar
merupakan permasalahan tersendiri bagi sistem sanitasiproses urbanisasi menambah beban
limbah yang harus dikelola semakin banyak, belum lagi limbah yang ditimbulkan dari kegiatan
ekonomi masyarakat dengan jenis limbah yang semakin beragam.
Disisi lain ketersediaan tekhnologi dan sistem pengolahan limbah cair yang memadahi, tepat
sasaran dan tepat guna belum banyak tersedia. Alat dan tekhnologi yang dikembangkan oleh
negara maju cenderung mahal, rumit dan komplikated yang dalam penerapannya banyak
masalah yang dihadapi, misal kebutuhan SDM, spare part susah didapat, biaya operasional
tinggi dan biaya investasi lebih besar. Untuk itu dipandang perlu untuk menerapkan teknologi
tepat guna yang memiliki jaminan mutu/ kualitas tinggi, pelaksanaan konstruksi relatif cepat
dan mudah, serta dapat dilaksanakan secara massif, maka dibuatlah suatu IPAL Pabrikasi.
IPAL pabrikasi merupakan sebuah sistem pengolahan air limbah domestik modern. Sistem ini
mulai dikenal dan berkembang di Indonesia seiring dengan semakin meluasnya pencemaran
dan kekahawatiran masyarakat terhadap air tanah yang makin tidak layak pakai, sekaligus
sejalan dengan usaha pencegahan pencemaran lingkungan secara dini.
Dengan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah pabrikasi ini, diharapkan pencemaran air yang
disebabkan oleh air buangan yang berasal dari rumah tangga suatu instansi dapat di-eliminir
atau bahkan dihilangkan. Sehingga air buangan tersebut dapat dibuang ke badan sungai tanpa
ada rasa khawatir akan mengakibatkan pencemaran air tanah di lingkungan sekitar.
IPAL Pabrikasi ini umumnya mampu mengolah semua limbah rumah tangga dari segala jenis
type bangunan termasuk Perumahan, Hotel, Mall, Gedung perkantoran, Rumah sakit, Klinik,
Apartemen, Pertokoan, Sekolah, Pabrik dan jenis/ tipe bangunan lainnya. IPAL ini dapat
menjadi solusi di tengah banyak nya masalah dalam pengolahan limbah dan sanitasi, karena
xiii - 71
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar Beton Pra-cetak untuk Saluran Drainase
sistem ini mampu mengolah limbah cair rumah tangga yang masuk seperti BOD, COD, TSS, PH,
Amonia, KmnO4, dll.Keunggulan dari IPAL Pabrikasi ini antara lain adalah: tidak memerlukan
perawatan khusus, tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak akan terjadi penyumbatan serta
struktur bodi terbuat dari bahan fibreglass, kuat dan tahan bocor.
Box Culvert Saluran Drainase Sekaligus Untuk Badan Jalan
Precast atau beton pracetak merupakan bahan beton yang dibuat di pabrik atau di cetak di
lokasi kegiatan dengan mutu dan standar yang ditentukan. Keuntungan pengunaan beton
pracetak selain memudahkan pada saat konstruksi, memiliki jaminan mutu dari
pabrik/supplier, dan pekerjaan relatif cepat serta rapi.
Saat ini beton pracetak banyak digunakan dalam konstruksi saluran drainase dan bangunan
pelengkap berupa: gorong-gorong, box culvert, dan jenis lainnya. Saat ini pembangunan
drainase dalam skala besar banyak menggunakan beton pracetak. Salah satu contohnya
adalah pembangunan drainase Banyu Urip di
Kota Surabaya.
Gambar Saluran Drainase Precast Banyu Urip sekaligus sebagai Badan Jalan
xiii - 72
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar Saluran Drainase dengan Beton Pra-cetak, Bali
Tujuan pembangunan drainase Banyu Urip
adalah untuk mengatasi genanganair hujan di
kawasan Kecamatan Sawahan, Kecamatan
Tandes dan sebagian Kecamatan Wonokromo.
Manfaat dari kegiatan ini adalah tertanganinya
genangan seluas + 346 ha, dengan tinggi
genangan 30-70 cm dan lama genangan sampai
dengan 6 jam, serta termanfaatkannya penutup
saluran Banyu Urip sebagai badan jalan yang
digunakan sebagai prasarana transportasi darat
Banyu Urip-Balong yang telah memperhitungkan
beban jalan.
Metode Clean Construction Untuk Pekerjaan Penggalian Pipa Air Limbah
Clean construction merupakan metode ramah lingkungan yang pernah diterapkan pada
pekerjaan penggalian dan pemasangan pipa air limbah DSDP Bali yang dituntut
mengedepankan kebersihan, kerapihan, keamanan dan keselamatan kerja. Segala aspek yang
berpotensi menimbulkan gangguan selama pelaksanaan pemasangan pipa terkait dengan
keamanan, kenyamanan, keindahan dan kebersihan lingkungan kerja diupayakan ditekan
seminimal mungkin.Intinya adalah pada saat pelaksanaan pekerjaan penggalian tanah untuk
pemasangan pipa, tanah bekas galian yang ada langsung dimuat ke dalam truk diangkut
menuju stock yard (tempat penampungan).
Metode ini ditujukan untuk meminimisasi gangguan terhadap aktivitas masyarakat akibat
pembangunan jaringan ini. Hal ini penting karena pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan
dengan tingkat risiko pekerjaan yang tinggi terutama untuk pekerjaan galian.Ancaman
tertimpa longsoran material galian hingga tertimbun, sangat mengancam keselamatan pekerja
terlebih jika di lokasi galian sempat turun hujan yang cukup lama.
Hal ini sangat riskan mengingat penggalian dan pemasangan jaringan pipa air limbah DSDP ini
menggunakan tiga metode yaitu :
(1) Galian terbuka tanpa turap dan penahan,
(2) Galian terbuka dengan turap kayu maupun baja sheet pile dan
(3) Sistem pipe jacking yang digunakan untuk perlintasan sungai, jalan yang padat lalu
lintasnya dan galian yang dalam.
xiii - 73
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar Rumah Pompa Balong, Surabaya
Galian tanah langsung
dimuat dan diangkut ke
stock yard
Pemasangan turap
penahan dinding untuk
mencegah keruntuhan
dinding galian
Pemasangan pipa dengan
tanah galian yang relatif
sudah bersih
Perapihan timbunan galian
dengan pelapisan aspal
seluruh badan jalan
Dalam pelaksanaannya, metode clean construction ini harus didukung dengan manajemen lalu
lintas yang baik mengingat penggalian dan pemasangan pipa dengan dimensi yang cukup
besar dilakukan di jalan dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Dalam pengaturannya,
diperlukan kerjasama dengan pihak terkait lainnya seperti Dinas Perhubungan/DLLAJ,
Kepolisian serta masyarakat sekitar yang ada di lokasi pembangunan. Pada pengaturan ini
disiapkan beberapa fasilitas kelengkapan seperti petugas pengatur lalu lintas berseragam
dilengkapi bendera dan alat komunikasi, papan peringatan dan rambu-rambu lalu lintas,
pembatas area kerja yang terbuat dari seng (fence), plastic cone, lampu hazard serta
kelengkapan keamanan kerja lainnya.
Pembuatan Kolam Retensi dan Rumah Pompa
Pembuatan rumah pompa dan kolam retensi
sebagai prasarana drainase dalam skala besar
dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia
seperti Jakarta, Surabaya, dan
Semarang.Kolam retensi adalah prasarana
drainase yang berfungsi untuk menampung
dan meresapkan air hujan di suatu wilayah
yang operasionalnya dapat dikombinasikan
dengan pompa atau pintu air.
xiii - 74
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Pemasangan Pompa Drainase
Pompa drainase adalah pompa yang berfungsi memindahkan air ke badan air penerima,
sehingga biasanya dibutuhkan pada daerah pasang surut, atau daerah muara sungai dan atau
elevasi saluran lebih rendah dari badan penerima air (daerah cekungan).
PEMASANGAN POMPA DRAINASE SURABAYA
Salah satu contoh pembangunan pompa drainase adalah pompa Kenjeran di Kota
Surabaya.Pompa sumersible axial flow, dengan kapasitas pompa 7,5 m3/detik, dapat
menanggulangi genangan + 24,86 ha, dengan tinggi genangan 10-30 cm dan laman genangan
sampai 6 jam. Pompa Kenjeran di Kota Surabaya di bangun untuk mengatasi genangan air
Pemasangan Betok Pracetak Lokasi Pemasangan Pompa Drainase
Pelaksanaan Pemasangan Pompa Tutup Box Pompa Sekaligus Untuk Badang Jalan
xiii - 75
Direktorat Jenderal Cipta Karya
hujan yang diakibatkan genangan tersebut oleh tidak dapat mengalir ke laut karena
bersamaan dengan air laut pasang di kawasan permukiman pada subsistem drainase
Kenjeran-I.
Koefisien Garuda Super (Gas Rumah Kaca dari Sub Direktorat Persampahan)
Dalam menjawab tantangan Nasional penurunan gas rumah kaca hingga tahun 2020,
sebagaimana termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman, Subdirektorat Persampahan telah membuat terobosan baru dalam
sejarah sector persampahan Indonesia, dengan menghasilkan Koefisien Garuda Super (Gas
Rumah Kaca dari Subdirektorat Persampahan) yaitu suatu koefisien matematika yang
dihasilkan untuk menyederhanakan perhitungan emisi gas rumah kaca dari sector
persampahan dengan menggunakan satu buah data saja, yaitu jumlah sampah yang ditangani
(dalam satuan ton/hari). Satu data ini sudah cukup untuk menghitung potensi emisi gas rumah
kaca dalam satu baris perhitungan, yaitu dengan mengalikan jumlah sampah yang ditangani
dengan koefisien 0,688 Kg CO2(eq)/Kg (berat basah) sampah tercampur.
Formula PEMUDA SUPER (Perhitungan Mudah Dari Subdirektorat Persampahan)
Formula PEMUDA SUPER (Perhitungan Mudah Dari Subdirektorat Persampahan) adalah
formulasi perhitungan matematika dalam menghitung kebutuhan infrastruktur penanganan
sampah, beserta kebutuhan biaya pembangunan dan biaya pengoperasian-pemeliharaan-
perawatan.Formula ini pemrogramannya dilakukan secara move forward yangartinya
menghitung kebutuhan infrastruktur yang dibutuhkan dalam mencapai suatu target untuk
kemudian diterjemahkan dalam pendistribusian kegiatan pelaksanaan tahunannya baik itu
rincian perhitungan biaya pembangunan maupun biaya pengoperasian-pemeliharaan-
perawatan.
xiii - 76
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 77
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 78
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 79
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 80
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 81
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 82
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 83
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 84
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 85
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 86
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 87
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 88
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 89
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 90
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 91
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 92
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 93
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 94
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 95
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 96
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 97
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 98
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 99
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 100
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 101
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
xiii - 102
Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya
top related