lakip eselon 2014

200

Upload: vandieu

Post on 12-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAKIP Eselon 2014
Page 2: LAKIP Eselon 2014
Page 3: LAKIP Eselon 2014

ii

Direktorat Jenderal Cipta Karya

DAFTAR ISI

PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi RINGKASAN EKSEKUTIF vii LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI I – 2 1.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN I – 13 1.3. RENCANA STRATEGIS I – 20 1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA I – 34 BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN II – 1 2.2. PERJANJIAN KINERJA II – 3 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI III – 1 3.2. REALISASI ANGGARAN III – 33 BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN 4.2. REKOMENDASI

IV – 1 IV – 2

Page 4: LAKIP Eselon 2014

iii

Direktorat Jenderal Cipta Karya

DAFTAR TABEL Tabel i Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 ix Tabel ii Trend Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Periode 2010-2013 x Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS I – 11 Tabel 1.2. Persebaran SDM I – 11 Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin I – 12 Tabel 1.4. Kondisi, Tantangan Pembangunan Tahun 2014 I – 18 Tabel 1.5. Tabel 2.1.

Desain Program Ditjen Cipta Karya Rencana Kinerja Tahunan

I – 33 II – 2

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja II – 4 Tabel 3.1. Kategorisasi Kinerja III – 1 Tabel 3.2. Pengelolaan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014 III – 2 Tabel 3.3. Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014 III – 3 Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum

dan Sanitasi Permukiman Perkotaan III – 5

Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Terhadap RPJMN dan Renstra

III – 6

Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9.

Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014

III – 7 III – 10 III – 11 III – 12

Tabel 3.10. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang

III – 15

Tabel 3.11. Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014 III – 16 Tabel 3.12. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur

Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat

III – 18

Tabel 3.13. Kinerja Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan

III – 19

Tabel 3.14. Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Ditjen Cipta Karya Periode 2010-2014

III – 23

Page 5: LAKIP Eselon 2014

iv

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 3.15. Fasilitas Kerjasama Multipihak Program CSR oleh Ditjen CK 2010-2014 III – 29 Tabel 3.16. Tren Realisasi Anggaran Periode 2010-2014 III – 33 Tabel 3.17. Tabel 3.18.

Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014

III – 34 III – 34

Tabel 3.19. Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014 III – 36

Page 6: LAKIP Eselon 2014

v

Direktorat Jenderal Cipta Karya

DAFTAR GAMBAR Gambar i Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan 2010-2014 xi Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya I – 3 Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM I – 8 Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan

Sanitasi I – 9

Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS I – 10 Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang I – 10 Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis I – 12 Gambar 1.7. Gambar 1.8. Gambar 1.9.

Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya

I – 15 I – 16 I – 31

Gambar 2.1. Pembangunan Revitalisasi Kabupaten Sumbawa Kawasan Istana Dalam Loka NTB

II – 8

Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM III – 10

Page 7: LAKIP Eselon 2014

vi

Direktorat Jenderal Cipta Karya

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I RENCANA KINERJA TAHUNAN LAMPIRAN II PENETAPAN KINERJA LAMPIRAN III PENGUKURAN KINERJA LAMPIRAN IV PETA SEBARAN LOKASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA PER OUTPUT LAMPIRAN V PENGHITUNGAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN PMK 249 TAHUN

2011 LAMPIRAN VI PIAGAM PENGHARGAAN LAMPIRAN VII DOKUMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEMBANGUNAN

BIDANG CIPTA KARYA LAMPIRAN VIII INOVASI TEKNOLOGI LAMPIRAN IX RENCANA AKSI

Page 8: LAKIP Eselon 2014

vii

Direktorat Jenderal Cipta Karya

RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Tahun 2014 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Ditjen. Cipta Karya Tahun 2010-2014 dan Rencana Kinerja Tahunan 2014 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2014. Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 pada hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun bersangkutan. Terhadap pelakasanaan pembangunan bidang Cipta Karya, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:

A. Tujuan dan Sasaran

Dalam upaya merealisasikan good governance, Ditjen. Cipta Karya telah melaksanakan berbagai kegiatan dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran serta mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam RENSTRA. Tujuan Ditjen Cipta Karya adalah:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim)

2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah

Adapun Visi Ditjen. Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Sejalan dengan visi, telah dirumuskan misi sebagai berikut: [1] Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah, [2] Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya, [3] Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung, [4] Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan [5] Mewujudkan organisasi

Page 9: LAKIP Eselon 2014

viii

Direktorat Jenderal Cipta Karya

yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance. Selanjutnya dengan mengacu kepada tujuan telah pula ditetapkan sasaran strategis Ditjen Cipta Karya sebagai berikut:

1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.

2. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.

3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat.

B. Kinerja sasaran Pencapaian sasaran strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman

perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 10.353 l/det (126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM (99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733 kawasan (96,83%).

2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan revitalisasi kawasan permukiman di 54 kawasan (98,18%)

3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 16.106 desa (102,44%)

Pencapaian sasaran tersebut diperoleh dari capaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Cipta Karya yang telah disepakati di lingkup Ditjen Cipta Karya. Capaian kinerja sasaran (outcome) Ditjen Cipta Karya Tahun 2014 tercermin dari pencapaian indikator kinerja utama sebagaimana tergambar dalam tabel i berikut:

Page 10: LAKIP Eselon 2014

ix

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel i. Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014

Sumber : LAKIP Es II Cipta Karya 2014

Adapun trend pencapaian sasaran selama periode Renstra 2010 – 2014 adalah sebagai berikut :

Page 11: LAKIP Eselon 2014

x

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel ii. Trend Pencapaian Kinerja Sasaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Renstra * 2010 2011 2012 2013 2014 **

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8)

l/det - 2,576 5,745 6,381 9,264 10,353

IKK 872 170 178 192 331 321

Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air Minum Kwsn 1,277 71 355 331 728 490

IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 872 170 178 192 331 321

Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 10,142 2,807 1,811 2,312 1,805 1,979

Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Kwsn 776 19 65 244 388 148

Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM 505 87 103 124 107 119

PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM 505 87 103 124 107 119

Kab/Kota 674 87 156 138 137 142

Kwsn 1,297 93 203 731 946 733

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota 13 0 0 0 8 5

Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn 921 37 129 630 850 684

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan Kab/Kota 236 25 58 46 56 68

Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara

dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahKab/Kota 425 62 98 92 73 69

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengelolaan

Sampah Terpadu/3RKwsn 376 56 74 101 96 49

Pembangunan Rusunawa TB 250 40 65 53 67 25Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta

Infrastruktur PendukungnyaTB 250 40 65 53 67 25

Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Kwsn 1,355 137 322 411 437 54

Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya Kwsn 1,355 137 322 411 437 54Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan

Gedung Negara/BersejarahKab/Kota 316 44 134 44 130 25

Peningkatan Infrastruktur Permukiman

Perdesaan/Kumuh/NelayanDesa 36,361 14,848 16,792 16,517 27,569 16,106

Kelurahan/Desa yang Mendapatkan Pendampingan

Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Kel/Desa 10,999 10,948 10,930 10,925 11,066 11,066

Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman Desa 25,362 3,900 5,862 5,592 16,503 5,040

Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum

Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi

Meningkatnya Kualitas

Layanan Air Minum dan

Sanitasi Permukiman

Perkotaan

Meningkatnya Kualitas

Kawasan Permukiman dan

Penataan Ruang

Meningkatnya Kualitas

Infrastruktur Permukiman

Perdesaan/Kumuh/Nelayan

Dengan Pola Pemberdayaan

Masyarakat

Sumber : *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)LAKIP Es II Cipta Karya 2014

C. Kinerja Keuangan

Dalam melaksanakan sasaran sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya didukung pendanaan sebesar Rp. 14.549.478.381.000,- dengan capaian sebesar Rp. 13.929.670.602.000,- (95,74%). Adapun trend capaian kinerja keuangan selama periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:

Page 12: LAKIP Eselon 2014

xi

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar i. Trend Rencana dan Realisasi Kinerja Keuangan 2010-2014

Pencapaian anggaran Ditjen Cipta Karya dari tahun 2010 – 2014 sempat mengalami trend meningkat hingga sebesar Rp. 20.890.695.803.000,- ditahun 2013, namun menurun di tahun 2014. Pada tahun 2014 anggaran Ditjen Cipta Karya menurun menjadi Rp. 14.549.478.381.000,- dikarenakan adanya penghematan. Namun demikian, penghematan yang terjadi tidak banyak menurunkan pencapaian output.

D. Kendala

Secara umum, hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan telah tercapai sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan, walaupun masih terdapat beberapa kendala dan permasalahan, antara lain terkait dengan:

a. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

b. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman

khususnya terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda)

c. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat

perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan

program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan

-

5,000,000,000

10,000,000,000

15,000,000,000

20,000,000,000

25,000,000,000

2010 2011 2012 2013 2014

Rib

u R

p

Rencana

Realisasi

Page 13: LAKIP Eselon 2014

xii

Direktorat Jenderal Cipta Karya

d. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang

menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada

pertengahan tahun anggaran berjalan.

e. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria

seperti kesiapan lahan.

f. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta

Karya

E. Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai perbaikan ke depan antara lain:

1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target

kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM,

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya.

2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan,

semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja.

3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman.

4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah

lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya

dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan

bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi

bidang permukiman.

5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan

kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun

pemanfaatan infrastruktur terbangun.

Melalui Laporan Kinerja Ditjen. Cipta Karya Tahun 2014 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2010-2014.

Page 14: LAKIP Eselon 2014

I-1

Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB I PENDAHULUAN

Dalam rangka pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disertai Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, maka setiap Eselon I dan Eselon II pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di akhir tahun anggaran. Begitu pula dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, dimana pada akhir tahun anggaran 2014 menyusun LAKIP Eselon I.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Ditjen Cipta Karya disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan atas kinerja serta capaian yang telah dilaksanakan selama 1 tahun. Hasilnya diharapkan dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran instansi Ditjen Cipta Karya dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun program di tahun berikutnya. Dengan demikian program di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bab ini menjelaskan tentang mandat Ditjen Cipta Karya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang pembentukan organisasi kementerian dan lembaga. Berdasarkan PerPres tersebut, Ditjen Cipta Karya adalah unsur pelaksana Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang cipta karya. Bab ini juga menggambarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi sesuai dengan Renstra Ditjen Cipta Karya.

Sesuai Peraturan Menteri PU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pasal 538, mandat Ditjen Cipta Karya adalah:

Page 15: LAKIP Eselon 2014

I-2

Direktorat Jenderal Cipta Karya

1.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

A. TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS

Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

FUNGSI

1. Perumusan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang meliputi permukiman perkotaan dan perdesaan, tata bangunan dan lingkungan, air minum, air limbah, persampahan, dan drainase, serta bangunan gedung dan rumah negara.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi penyusunan program dan anggaran, evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan, pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi, serta fasilitasi kegiatan strategis nasional, termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial.

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bidang Cipta Karya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Dalam membantu mewujudkan tugas dan fungsi tersebut, Ditjen Cipta Karya didukung oleh lima (5) unit kerja eselon II yang terdiri atas Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Air Minum, dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman serta satu unit kerja unsur pendukung yang dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. Khusus di bidang air minum dan sanitasi, Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki 2 (dua) Unit Pelayanan Teknis (UPT) berupa Balai Pembinaan Teknik Air minum dan Sanitasi setingkat eselon III yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Jenderal Cipta Karya. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga dibantu oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM) dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, unit pelaksana eselon II di dukung oleh 5 (lima) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan NSPK dan pemberian bimbingan

Page 16: LAKIP Eselon 2014

I-3

Direktorat Jenderal Cipta Karya

teknis. Unit pendukung eselon II di dukung oleh 4 (empat) unit kerja setingkat eselon III yang menjalankan fungsi dukungan administrasi dan manajemen keciptakaryaan.

Secara keseluruhan Ditjen Cipta Karya memiliki 5 (lima) Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Direktorat, 1 (satu) Sekretariat Badan, 25 (duapuluh lima) Subdirektorat, 5 (lima) Bagian Pendukung, 3 (tiga) Bidang, serta 2 (dua) Balai UPT yang tugas dan fungsinya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk lebih detail terkait struktur organisasi Ditjen Cipta Karya, dapat dilihat pada Gambar 1.1.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen Cipta Karya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

SEKRETARIAT

DIREKTORAT JENDERAL

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN HUKUM DAN

PER-UU

BAGIAN UMUM

DAN PBMN

SUB DIREKTORAT KEBIJAKAN DAN

STRATEGI

SUB DIREKTORAT PROGRAM DAN

ANGGARAN

SUB DIREKTORAT KERJASAMA

LUAR NEGERI

SUB DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI

SUB DIREKTORAT

EVALUASI KINERJA

SUB DIREKTORAT PERENCANAAN

TEKNIS

SUB DIREKTORAT PENGEMBANGAN

PERMUKIMAN BARU

SUB DIREKTORAT PENINGKATAN

PERMUKIMAN WIL I

SUB DIREKTORAT PENINGKATAN

PERMUKIMAN WIL II

SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN

SUB DIREKTORAT PERENCANAAN

TEKNIS

SUB DIREKTORAT PEMBINAAN

PENGELOLAAN GEDUNG DAN

RUMAH NEGARA

SUB DIREKTORAT WILAYAH I

SUB DIREKTORAT

WILAYAH II

SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN

SUB DIREKTORAT PERENCANAAN

TEKNIS

SUB DIREKTORAT

INVESTASI

SUB DIREKTORAT WILAYAH I

SUB DIREKTORAT

WILAYAH II

SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN

SUB DIREKTORAT PERENCANAAN

TEKNIS

SUB DIREKTORAT

AIR LIMBAH

SUB DIREKTORAT DRAINASE

SUB DIREKTORAT

PERSAMPAHAN

SUB DIREKTORAT PENGATURAN DAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN

SUBBAG TU

SUBBAG TU

SUBBAG TU

SUBBAG TU

SUBBAG TU

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

DIREKTORAT PENGEMBANGAN

PLP

DIREKTORAT PENGEMBANGAN

AIR MINUM

DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN

DIREKTORAT PENGEMBANGAN

PERMUKIMAN

DIREKTORAT BINA PROGRAM

BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN ORTALA

Page 17: LAKIP Eselon 2014

I-4

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Adapun tugas dan fungsi unit-unit pendukung Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dalam memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi:

- perencanaan, pembinaan, dan pengembangan pegawai, pengelolaan administrasi kepegawaian serta evaluasi dan penyusunan organisasi dan tata laksana;

- pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, serta pembinaan dan pengelolaan akuntansi, termasuk penyusunan akuntansi keuangan Direktorat Jenderal;

- penyusunan dan pembinaan peraturan perundang-undangan, pembinaan hukum dan pemberian bantuan hukum;

- penyelenggaraan tata usaha dan urusan rumah tangga, serta pengelolaan barang milik negara Direktorat Jenderal;

- pengelolaan sarana dan prasarana penanggulangan darurat bencana; dan

- koordinasi pemantauan, pengelolaan data dan informasi, evaluasi dan pelaporan kejadian bencana alam serta penanggulangannya.

2. Direktorat Bina Program

Dalam merumuskan kebijakan, menyusun rencana, program dan anggaran termasuk sumber pembiayaan, pengelolaan data, dokumentasi, publikasi, serta evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Bina Program menyelenggarakan fungsi :

- penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan, baik di perkotaan maupun di perdesaan;

- penyusunan program dan anggaran penyediaan prasarana dan sarana;

- pengembangan kerjasama dan penyiapan administrasi pinjaman/hibah luar negeri serta pengembangan program investasi;

- evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program;

- pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik; dan

Page 18: LAKIP Eselon 2014

I-5

Direktorat Jenderal Cipta Karya

- pelaksanaan tata usaha Direktorat.

3. Direktorat Pengembangan Permukiman

Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman, Direktorat Pengembangan Permukiman menyelenggarakan fungsi:

- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; dan

- pelaksanaan tata usaha Direktorat

4. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

- penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

Page 19: LAKIP Eselon 2014

I-6

Direktorat Jenderal Cipta Karya

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

- pelaksanaan tata usaha Direktorat.

5. Direktorat Pengembangan Air Minum

Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan fungsi:

- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

- pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

- penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum; dan

- pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi:

- penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;

- pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase, dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

- pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

Page 20: LAKIP Eselon 2014

I-7

Direktorat Jenderal Cipta Karya

- penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan

- pelaksanaan tata usaha Direktorat.

7. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM)

BPPSPAM bertugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, BPPSPAM menyelenggarakan fungsi:

- Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan dan strategi

- Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penerapan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) oleh penyelenggara dan masyarakat

- Melakukan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan SPAM

- Memberikan rekomendasi tindak turun tangan terhadap penyimpangan standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggaraan

- Mendukung dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM oleh koperasi dan badan usaha swasta

- Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dan masyarakat

Unit kerja BPPSPAM memiliki struktur organisasi yang berbeda dari keseluruhan Eselon I. Unit kerja BPPSPAM merupakan badan yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. BPPSPAM dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Peraturan Menteri No 249/PRT/M/2005. BPPSPAM memiliki tugas mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM guna memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Page 21: LAKIP Eselon 2014

I-8

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar 1.2. Struktur Organisasi BPPSPAM

8. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi

Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, melalui Sekretaris Jenderal Cipta Karya erdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum. Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi memiliki tugas melaksanakan bimbingan teknis dan pemberdayaan pengelolaan sistem penyediaan air minum dan sanitasi dengan tugas pokok mengembangan kurikulum, melaksanakan bimbingan teknis bidang air minum dan sanitasi, serta pelatihan lainnya, dan diseminasi bahan latihan.

KETUA

ANGGOTA ANGGOTA Masyarakat

Pelanggan

ANGGOTA

Penyelenggara

ANGGOTA

Profesi

SEKRETARIS

KABAG UMUM

DAN INFORMASI

KABAG

TATA USAHA

KABAG INFORMASI DAN

TATA LAKSANA

KABAG

KEUANGAN

KEPALA BIDANG PEMANTAUAN DAN

EVALUASI KINERJA

KEPALA BIDANG KAJIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM

KEPALA BIDANG ANALISA KEUANGAN,

INVESTASI DAN PROMOSI

KELOMPOK PROFESIONAL PEJABAT FUNGSIONAL DAN TENAGA AHLI BIDANG

PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN TENAGA AHLI BIDANG LAINNYA

Page 22: LAKIP Eselon 2014

I-9

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dalam penyelenggaraan tugasnya tersebut, Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi menyelenggarakan fungsi:

- Pelaksanaan bimbingan teknik pelayanan air minum dan sanitasi

- Pemberdayaan kemampuan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan system penyediaan air minum dan sanitasi

- Penyebarluasan dan penerapan teknologi rancang bangun sistem penyediaan air minum dan sistem pengolahan sanitasi

- Pengelolaan laboratorium dan bengkel kerja air minum dan sanitasi

- Penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang milik Negara

- Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

Gambar 1.3. Struktur Organisasi Balai Pembinaan Teknik Air Minum dan Sanitasi

KEPALA BALAI / KEPALA SATKER

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL KA. SUB. BAG. TATA USAHA

KA. UR. UMUM DAN KEUANGAN

KA. UR. KEPEGAWAIAN

KA. SIE AIR MINUM

KA. SUBSIE AIR MINUM

KA. SIE SANITASI

KA. SUBSIE SANITASI

BENDAHARA PENGELUARAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

PEJABAT PENANDA TANGAN

SPM

PEJABAT PEMUNGUT

PNBP

BENDAHARA

PENERIMAAN

PANITIA POKJA/ PENGADAAN

BARANG JASA

SEKRETARIS DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

Page 23: LAKIP Eselon 2014

I-10

Direktorat Jenderal Cipta Karya

C. KERAGAMAN SDM

Dalam mendukung tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya beserta unit kerja pendukungnya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya didukung oleh 2.177 orang pegawai dengan keragaman SDM sebagai berikut:

Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014

Gambar 1.4. Klasifikasi Golongan PNS Di tahun 2014, proporsi terbesar SDM Ditjen Cipta Karya berasal dari golongan III sebanyak 1.411 orang (65%) yang terbagi golongan ruang sebagaimana terdapat pada gambar 1.5.

IV/E IV/D IV/C IV/B IV/A III/D III/C III/B III/A II/D II/C II/B II/A I/D I/C I/B I/A

JUMLAH 2 7 13 42 79 122 305 516 468 17 151 350 64 14 22 10 1

2 7 13 42

79 122

305

516

468

17

151

350

64 14 22 10 1

-

100

200

300

400

500

600

GRAFIK GOL. RUANG

Gambar 1.5. Grafik Golongan Ruang

2%

27%

65%

6%

Gol I

Gol II

Gol III

Gol IV

Page 24: LAKIP Eselon 2014

I-11

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa 65% SDM yang berasal dari golongan III, umumnya didominasi oleh SDM dengan golongan ruang III/B sebanyak 516 orang yang sebagian besar merupakan pegawai negeri sipil (masa kerja >5 tahun).

Tabel 1.1. Klasifikasi Pendidikan PNS

No. Pendidikan Jumlah

1. S3 8 orang

2. S2 359 orang

3 S1 1.024 orang

4. D III 94 orang

5. SMA 607 orang

6. SMP 46 orang

7. SD 45 orang

Total 2.183 orang

Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014

Jika dilihat dari sisi pendidikan, maka komposisi terbesar ada pada SDM yang berpendidikan S1 sebanyak 1.024 orang (47%) dan SMA sebanyak 607 orang (28%). Kemudian, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, Ditjen Cipta Karya, juga menyediakan/bekerjasama menyediakan dukungan beasiswa dari Universitas dalam maupun luar negeri.

Terhadap persebaran SDM di setiap unit kerja Es II, sebagaimana terlihat pada tabel 1.2. maka akan terlihat persebaran SDM yang kurang lebih merata.

Tabel 1.2. Persebaran SDM

No. Unit Kerja Jumlah

1. Sekretariat Direktorat Jenderal 196 orang

2. Direktorat Bina Program 212 orang

3. Direktorat PBL 374 orang

4. Direktorat Pengembangan Permukiman 443 orang

5. Direktorat Pengembangan PLP 395 orang

6. Direktorat Pengembangan Air Minum 466 orang

7. BPPSPAM 97 orang

Total 2.183 orang

Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014

Page 25: LAKIP Eselon 2014

I-12

Direktorat Jenderal Cipta Karya

1 Orang 11 Orang

34 Orang

Es II

Es III

Es IV

Komposisi terbesar persebaran PNS ada di Direktorat Pengembangan Air Minum sebanyak 466 orang dan yang terendah di BPPSPAM sebanyak 97 orang. Dari analisis kebutuhan pegawai, dapat disampaikan bahwasanya jumlah pegawai di beberapa unit kerja masih belum memadai, hal ini dikarenakan besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan ketersediaan SDM.

Tabel 1.3. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Unit Kerja Jumlah

1. Laki-Laki 1.386 orang

2. Perempuan 797 orang

Total 2.183 orang

Sumber: Data Kepegawaian, Seditjen 2014

Berdasarkan jenis kelamin, SDM Direktorat Jenderal Cipta Karya masih didominasi Laki-laki sebanyak 1.386 orang (63%) sementara Perempuan sebanyak 797 orang (37%). Walaupun komposisi SDM Ditjen Cipta Karya didominasi oleh Laki-Laki, namun demikian terdapat beberapa orang Perempuan diantaranya berperan penting dalam pembangunan bidang Cipta Karya karena menduduki posisi strategis. Dimana sebanyak 34 perempuan menduduki posisi Eselon IV, 11 perempuan menduduki posisi Eselon III dan 1 perempuan menduduki posisi Eselon II.

Sumber:Data Kepegawaian, Seditjen 2014

Gambar 1.6. Komposisi Perempuan Yang Menduduki Posisi Strategis

Page 26: LAKIP Eselon 2014

I-13

Direktorat Jenderal Cipta Karya

1.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN

Subbab ini menjelaskan lingkungan strategis yang melatarbelakangi dan memberikan arahan dalam pembangunan bidang Cipta karya. Lingkungan strategis pembangunan bidang Cipta Karya dipengaruhi oleh tantangan dan isu-isu strategis tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya selama tahun 2010-2014. Tantangan serta isu-isu tersebut meliputi:

A. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN

Tantangan pembangunan sub bidang ke-Cipta Karya-an sebagaimana tertuang dalam Permenpu No 20/PRT/M/2012 tentang Perubahan kedua atas Permenpu No 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014:

1. Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metropolitan/besar yang sampai saat ini masih belum menuai hasil yang optimal. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang masih rendah, sementara konflik sosial yang berkaitan dengan pengelolaan TPA sampah sampai saat ini masih sering terjadi di samping ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang masih belum memadai.

2. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangganya serta mengurangi volume timbulan sampah mulai dari skala rumah tangga dalam rangka mengurangi beban TPA

3. Meningkatkan keterpaduan penanganan sistem drainase mulai dari sistem terkecil (tersier, sekunder) hingga sistem primer yang pelaksanaanya harus selaras dengan RTRW yang berlaku.

4. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan akan menuntut pelayanan sanitasi sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis.

5. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan.

6. Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum.

7. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum.

Page 27: LAKIP Eselon 2014

I-14

Direktorat Jenderal Cipta Karya

8. Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah setiap tahunnya.

9. Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan.

10. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas.

11. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global.

12. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman.

13. Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional.

14. Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan.

15. Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang infrastruktur permukiman, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.

Isu strategis bidang ke-Cipta Karya-an:

1. Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi

Pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 247 juta jiwa (BPS, 2013). Diperkirakan jumlah penduduk ini akan terus bertambah, tiap tahunnya bertambah 4 juta-5 juta, atau setara dengan jumlah penduduk Singapura. Menyediakan sarana prasarana permukiman untuk penduduk sebesar itu merupakan tantangan besar bagi Ditjen Cipta Karya karena laju pertumbuhan infrastruktur harus ditingkatkan untuk mengimbangi laju pertumbuhan jumlah penduduk. Di samping itu, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia cenderung meningkat. Saat ini lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan dan proporsinya akan terus bertambah di masa mendatang. Pesebaran penduduk Indonesia pun tidak merata. 58 % dari total penduduk atau 143 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari luas daratan Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk membangun prasarana permukiman secara merata dan berkeadilan karena pengembangan infrastruktur

Page 28: LAKIP Eselon 2014

I-15

Direktorat Jenderal Cipta Karya

permukiman dapat memicu pertumbuhan ekonomi kawasan.

2. Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan

Di samping adanya ketimpangan persebaran penduduk, kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kontribusi kegiatan ekonomi di kawasan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua terhadap PDRB nasional hanya 9.31 % (BPS, 2013), meskipun kawasan timur Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur permukiman di kawasan timur Indonesia perlu diperhatikan pemerintah pusat. Angka penduduk miskin di Indonesia, walaupun setiap tahun terus mengalami penurunan, bisa dikatakan masih cukup besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa (11,25% dari total penduduk Indonesia). Faktor kemiskinan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terhadap pelayanan air minum dan perumahan. Akibatnya, masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di kawasan permukiman kumuh yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dan aksesibilitas infrastruktur permukiman yang tidak memadai.

Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014

Gambar 1.7. Proyeksi Proporsi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan

Padahal infrastruktur permukiman seperti air minum dan sanitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas penduduk sehingga dapat keluar dari jurang kemiskinan. Untuk itu, kebijakan pembangunan kawasan permukiman haruslah memberdayakan masyarakat dan berkontribusi terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di tanah air.

Page 29: LAKIP Eselon 2014

I-16

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014

Gambar 1.8. Peta Pesebaran Penduduk dan Ekonomi Per Pulau

3. Desentralisasi

Sejak diberlakukannya otonomi daerah yang mengacu pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, maka hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan (TURBINWAS) serta tugas lain dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum.Namun, keterbatasan kapasitas yang dimiliki Pemda mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat. Hal ini tercermin dari rendahnya kontribusi Pemda dalam penyediaan Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB). Padahal, pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya merupakan stimulan bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pengembangan infrastruktur permukiman, Selain itu, pembangunan ekspansif disertai ego kedaerahan telah menyebabkan aktivitas eksploitasi lingkungan yang membahayakan daya dukung kawasan/kota. Maka dari itu, kebijakan yang disusun perlu mendorong peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam mengembangkan infrastruktur permukiman yang lebih hijau di daerah masing-masing.

Page 30: LAKIP Eselon 2014

I-17

Direktorat Jenderal Cipta Karya

4. Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim

Kurangnya kesadaran masyarakat dengan paradigma not in my back yard (NIMBY) telah menyebabkan sampah dan air limbah yang belum diolah mengalir ke badan air sehingga terjadi pencemaran. Akibatnya air permukaan tidak bisa lagi digunakan sebagai air baku. Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan fisik infrastruktur saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh, tetapi juga diperlukan adanya perubahan perilaku masyarakat. Perubahan iklim merupakan suatu tantangan yang nyata terutama bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Perubahan iklim global yang disebabkan emisi gas rumah kaca mempengaruhi siklus air sehingga memperpanjang kemarau dan meningkatkan intesitas hujan serta menaikan permukaan laut sehingga meningkatkan kerawanan kekeringan dan banjir. 70% emisi gas rumah kaca berasal dari kawasan perkotaan, salah satunya berasal TPA Open Dumping yang menghasilkan gas metana (CH4). Bangunan gedung menggunakan 40% dari energi global, dan menghasilkan emisi pada tahap konstruksi dan operasi. Untuk itu perubahan iklim perlu diantisipasi melalui tindakan adaptasi dan mitigasi agar bisa meminimalisir bencana alam yang dipicu perubahan iklim.

5. Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Dimulai dari adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, maka dibentuklah Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 363/KPTS/M/2009 tentang Pembentukan Tim Pengarusutamaan Gender Kementerian Pekerjaan Umum.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, pelaksanaan pembangunan yang responsif gender dapat diukur dari 2 (dua) hal yaitu: Pelaku Pembangunan dan Penerima Manfaat Hasil Pembangunan yaitu kondisi dimana seluruh lapisan masyarakat (laki-laki, perempuan, lansia, anak-anak dan kaum difable mempunyai kesetaraan dan keadilan di dalam kesempatan untuk mendapatkan akses, ikut terlibat dalam partisipasi, memiliki kontrol/pengawasan dan menerima manfaat hasil pembangunan.

6. MDGs (Millenium Development Goals)

Pembangunan bidang Cipta Karya yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum juga mengacu kepada lingkungan strategis yang

Page 31: LAKIP Eselon 2014

I-18

Direktorat Jenderal Cipta Karya

berskala internasional, yaitu Millenium Development Goals (MDGs). Millenium Development Goals merupakan agenda masyarakat internasional dalam pencapaian pembangunan untuk pengentasan kemiskinan, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kondisi kehidupan global yang mempunyai milestone pada tahun 2015, yang dideklarasikan oleh para pemimpin dunia pada bulan September 2000 pada Konperensi Tingkat Tinggi Millenium, dengan menetapkan 8 (delapan) butir sasaran utama yang akan dicapai pada tahun target sasaran 2015 dengan tolok ukur kondisi tahun 1990. Adapun ruang lingkup Cipta Karya di dalam MDGs :

Tujuan 7 : Memastikan kelestarian lingkungan hidup

Target 10 : Penurunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015

Target 11 : Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

B. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN 2014

Tabel berikut ini berisi informasi tentang kondisi sumberdaya keciptakaryaan (SDM, Asset, anggaran DIPA, dan beban SDM) yang telah diperhitungkan pada saat penyusunan Renstra dan harus dipantau setiap tahun. Kondisi sumberdaya keciptakaryaan tersebut sangat berpengaruh dalam menghadapi tantangan-tantangan yang harus dihadapi selama melaksanakan Renstra.

Tabel 1.4. Kondisi, dan Tantangan Pembangunan Tahun 2014

Uraian Kondisi dan Tantangan 2012 2013 2014

Kondisi

1. Total SDM Ditjen CK (orang) 2.240 2.177 2.183

2. Pejabat Fungsional (orang) 80 88 207

3. Nilai Aset Tetap (Milyar Rp) 31.614 36.340 37.291

4. Nilai Aset Tidak Tetap (Milyar Rp) 657 1.013 1.026

5. Anggaran (DIPA Realisasi dalam milyar Rp) 12.710 20.890 13.948

6. Beban SDM dalam milyar Rp/kapita 5,67 9,59 6,38 Sumber : DIPA realisasi dari data E-mon 12/12/14; 16:00

Page 32: LAKIP Eselon 2014

I-19

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sebagaimana tertera pada tabel tersebut, total SDM Cipta Karya mengalami peningkatan dikarenakan ada penambahan pegawai baru, sedangkan jumlah pejabat fungsional mengalami peningkatan (kenaikan jumlah pejabat fungsional antara 2012-2014 sangat signifikan dibandingkan penurunan pada periode 2011-2012).

Adapun beban SDM dalam milyar rupiah di tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,21 milyar, hal ini dikarenakan adanya penghematan anggaran pada tengah dan akhir tahun.

Tantangan Cipta Karya:

1. Sektor AM

- Akses air minum aman nasional (2013) 67,7% dengan rincian jaringan perpipaan sebesar 17,9% dan bukan jaringan perpipaan 48,8% . akses air minum aman di perkotaan sebesar 79,3% dan perdesaan 56,2%

- Masih terdapat idle capacity sebesar 37.900 l/det

- NRW nasional sebesar 33%

- Keterbatasan air baku untuk air minum sebesar 128 m3/det

- Komitmen pemda untuk pendanaan air minum (DDUB) hanya 0,04% dari total APBD (2012)

- Masih terdapat 104 PDAM yang kurang sehat di 2013 (30%) dan 70 PDAM berstatus sakit (20%)

- Kurangnya kompetensi pengelola SPAM di daerah dimana terdapat kebutuhan peningkatan kompetensi pengelola SPAM di seluruh kab/kota mencapai 51.000 orang sementara Kapasitas Balai Teknis Air Minum dan Sanitasi ± 2000 orang/tahun.

Page 33: LAKIP Eselon 2014

I-20

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tantangan Cipta Karya:

2. Sektor PLP

- Akses pelayanan pengelolaan sampah baru 79,80% (2013) dengan rincian di perkotaan sebesar 87% dan perdesaan sebesar 72,60%. Pada kawasan perkotaan, pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 41% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 46%. Pada kawasan perdesaan pengelolan sampah pada sumbernya sebesar 69,20% dan pengelolaan akhir sampah sebesar 3,40%.

- Masih rendahnya komitmen pemda dalam pengelolaan sampah yang ditunjukkan dengan besaran anggaran untuk penanganan sampah dibawah 5% dari jumlah anggaran APBD

- Belum seluruh kab/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah (regulator dan operator)

3. Sektor Bangkim

- Luas permukkiman kumuh perkotaan seluas 37.407 Ha atau setara 3.286 kawasan

- Baru 215 kab/kota yang memiliki Sk Walikota/Bupati tentang permukiman kumuh

4. Sektor PBL

- Baru 49% kab/kota memiliki perda BG

- Masih minimnya BG yang memiliki IMB

- 3,1% kab/kota yang baru memiliki SLF

- 0,4% kab/kota yang baru melakukan pendataan BG

- Baru 3 bangunan gedung Negara yang sudah bangunan gedung hijau

5. Pengelolaan Aset

- Belum tertibnya penatausahaan BMN

- BMN yang digunakan/dikuasai Pihak Lain

Sumber: Berbagai sumber, 2014

1.3. RENCANA STRATEGIS

Dalam penyelenggaraan fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyusun Rencana Strategis yang dirancang dan digunakan sebagai acuan awal dalam

Page 34: LAKIP Eselon 2014

I-21

Direktorat Jenderal Cipta Karya

menuju sasaran yang akan dicapai. Penyusunan Rencana Strategis sepenuhnya mempertimbangkan tuntutan lingkungan strategis yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Rencana Strategis yang dimaksud pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dicapai dalam penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya selama lima tahun mendatang dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran.

Dalam Laporan Kinerja ini, digunakan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 yang telah mengalami revisii.

Namun demikian pada bab evaluasi, dibahas juga pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya terhadap Renstra 2010-2014. Rumusan yang konstruktif dan terpadu ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kondisi yang mempengaruhi serta tantangan yang dihadapi.

Untuk itu telah dirumuskan langkah-langkah perencanaan dalam bentuk Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, serta Program Ditjen. Cipta Karya yang dapat digambarkan sebagai berikut:

A. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

VISI dan MISI

Visi Ditjen Cipta Karya selaras dengan Visi Kementerian PU yaitu kehendak untuk mewujudkan infrastruktur yang memadai dan berbasis wilayah artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah beberapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut.

Infrastruktur PU yang terbangun, diharapkan mampu memberi dukungan untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah/daerah; berkontribusi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional artinya, Infrastruktur yang terbangun memiliki kualitas (mutu) yang sama (secara proposional) pada semua wilayah. Kedalam kata wilayah, tercermin pemerataan dan keadilan, sedangkan pada kata memadai, tercermin unsur pemeliharaan, kestabilan, dan kinerja pelayanan yang mantap. Solusi terhadap masalah kemiskinan, dan keadilan, bencana, produktifitas, dampak perubahan iklim dan pemanasan Global, adalah bebearapa nilai (value) yang tersirat dalam Visi infrastruktur tersebut.

Page 35: LAKIP Eselon 2014

I-22

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Berdasarkan Visi Kementerian PU tersebut, maka Visi Ditjen Cipta Karya :

Adapun makna dari visi tersebut adalah:

Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.

Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.

Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

Misi Ditjen Cipta Karya pada dasarnya juga harus selaras dengan Misi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Ditjen Cipta Karya tersebut maka ditetapkan misi Ditjen Cipta Karya sebagai berikut :

1. Meningkatkan pembangunan infarstruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.

2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.

3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.

4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang professional dengan menerapkan good governance.

Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan

Page 36: LAKIP Eselon 2014

I-23

Direktorat Jenderal Cipta Karya

TUJUAN

Dari lima tujuan Kementerian Umum, terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Visi, Misi serta potensi maupun permasalahan infrastruktur bidang permukiman yang ada. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim)

2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah

SASARAN

Dengan mengacu sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum, maka sasaran Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dicapai meliputi:

1. Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang.

2. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan.

4. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman

B. KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

Kebijakan penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan tidak hanya agar sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya saja tetapi juga disesuaikan dengan beberapa dokumen kebijakan dan strategi nasional seperti RPIJM Kab/Kota, Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP-Kota), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), serta kebijakan dan

Page 37: LAKIP Eselon 2014

I-24

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah permukiman (KSNP-SPALP). Kebijakan penyelenggaraan Direktorat Jenderal Cipta Karya tersebut difokuskan pada hal-hal sebagai berikut:

1. AIR MINUM

- Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%).

- Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan.

- Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, di samping mendorong pemerintah provinsi/ kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum.

- Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum.

- Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan aktif dalam memberikan pelayanan air minum.

2. AIR LIMBAH

- Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.

- Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dan pemerintah.

- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

- Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.

3. PERSAMPAHAN DAN DRAINASE

- Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan persampahan dan drainase.

Page 38: LAKIP Eselon 2014

I-25

Direktorat Jenderal Cipta Karya

- Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase.

- Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA.

- Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan.

- Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase.

- Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait.

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.

4. BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

- Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung.

- Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung.

- Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun internasional.

5. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

- Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.

- Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

- Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.

Page 39: LAKIP Eselon 2014

I-26

Direktorat Jenderal Cipta Karya

PROGRAM

Selama kurun waktu 2010-2014, seluruh kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dituangkan dalam satu program pelaksanaan yaitu:

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

KEGIATAN

1. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek permukiman.

- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek bangunan gedung dan lingkungan.

- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air limbah dan drainase.

- Jumlah kabupaten/kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi bantek air minum.

- Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman

- Jumlah kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi, serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman

- Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK

2. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.

3. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah rusunawa terbangun.

4. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

- Jumlah kawasan permukiman perdesaan ditangani.

- Jumlah kawasan pusat pertumbuhan terbentuk

5. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

Page 40: LAKIP Eselon 2014

I-27

Direktorat Jenderal Cipta Karya

- Jumlah desa tertinggal yang ditangani

- Jumlah kelurahan/desa yang meningkat kualitasnya melalui pemberdayaan masyarakat

6. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kawasan yang meningkat fungsinya.

7. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

- Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah

- Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani

8. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan.

9. Terlaksananya pembinaan kemampuan pemda/PDAM, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah kabupaten/kota PDAM yang memperoleh pembinaan kemampuan.

10. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.

11. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak.

KEGIATAN PRIORITAS

Kegiatan Prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014 adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:

1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman.

2. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan Permukiman.

3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan.

Page 41: LAKIP Eselon 2014

I-28

Direktorat Jenderal Cipta Karya

4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.

6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

7. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan

C. KEBIJAKAN BARU

Ditahun 2014 pelaksanaan kinerja Ditjen CK dipengaruhi oleh beberapa kebijakan baru, yaitu:

1. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur, maka ditetapkan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.

Page 42: LAKIP Eselon 2014

I-29

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Visi dalam RPJPN 2025 tersebut diterjemahkan ke dalam 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utama dalam MP3EI, yaitu: (1) Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; (2) Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional; dan (3) Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

Strategi utama untuk mewujudkan visi tersebut adalah:

a. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya.

Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

b. Penguatan Konektivitas Nasional

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional, yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS), (b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), (c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN), dan (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponen tersebut.

c. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional

Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI.

Page 43: LAKIP Eselon 2014

I-30

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam system pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut di atas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi.

2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

Keppres Nomor 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro Rakyat mengamanatkan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai coordinator Kelompok Kerja Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan. Sebagai anggota Pokja tersebut adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi & UMKM, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPS, Bappenas, dan BPN. MP3KI merupakan affirmative action atau program keberpihakan terhadap rakyat miskin, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya progrowth atau pertumbunan ekonomi semata, tapi juga pro-poor, pro-job dan pro-environment, temasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin. MP3KI merupakan program yang memiliki target yang kongkrit, terukur dan fokus, serta sinergi dengan berbagai program kemiskinan yang ada di K/L, termasuk ke-4 klaster program penanggulangan kemiskinan. Ke-4 klaster dimaksud adalah: (1) Klaster I, antara lain: Beasiswa miskin, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan BLT (bila diperlukan saat krisis); (2) Klaster II, program-program pemberdayaan masyarakat (PNPM); (3) Klaster III, Kredit Usaha Rakyat; dan (4) Klaster IV: rumah sangat murah, kendaraan umum angkutan murah, air bersih, listrik murah & hemat, peningkatan kehidupan nelayan dan peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

Tujuan MP3KI adalah akselerasi pertumbuhan dengan pemerataan. Pendekatannya dilakukan berdasarkan peningkatan nilai tambah berbasis komoditi unggulan wilayah. MP3KI diharapkan akan menjadi gerakan nasional dengan melibatkan unsur pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat. MP3KI ini tidak akan berdiri sendiri, tapi akan komplemen dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada (RPJP, RPJMN, MDG dan Penanggulangan Kemiskinan. Dengan demikian pelaksanaan program MP3KI yang dilaksanakan pemerintah pusat harus sinkron dengan program pemerintah-program pemerintah daerah, termasuk sinkronisasi perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi ini terjadi, maka kehadiran MP3KI tidak akan menjadi pesaing dari program-program penanggulangan kemiskinan, baik yang sudah ada di K/L maupun di daerah.

Page 44: LAKIP Eselon 2014

I-31

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sebaliknya semua akan merasa memiliki. Rumah tangga di kawasan perkotaan yang masuk dalam kategori miskin dan sangat miskin menjadi sasaran penerima manfaat program ini. Kementerian PU membangun lingkungan fisik dari permukiman di mana penerima manfaat tinggal, yaitu umumnya di kawasan maupun kantong-kantong permukiman kumuh di perkotaan. Sedangkan kementerian lain dalam Pokja tersebut diharapkan juga berkontribusi dalam membangun aspek sosial (pendidikan, kesehatan) dan aspek ekonomi. Sehingga masyarakat miskin yang menjadi penerima manfaat dapat mengalami peningkatan taraf kehidupan dalam berbagai aspek, meliputi fisik, sosial, dan ekonominya. Karena tujuan dari program ini selaras dengan tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kesejahteraan masyarakat

Pada tahun 2014 akan dilakukan peningkatan dan perluasan program-program pro-rakyat yang tergabung dalam Klaster IV, dimana program-program ini ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan termarjinalkan. Program-program tersebut ditujukan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui tiga klaster program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, cakupan sasaran, program dan kegiatan untuk pengurangan kemiskinan akan diperluas termasuk juga keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan program. Untuk meningkatkan dukungan dari pihak pihak terkait, maka akan diadakan peningkatan sosialisasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan dari unsur-unsur pemerintahan, swasta, universitas, dan asosiasi pekerja baik di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian, maka pemerintah dapat melakukan implementasi kegiatan program program di Klaster 4 dengan lebih baik.

3. Kebijakan Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

Page 45: LAKIP Eselon 2014

I-32

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014

Gambar 1.9. Konsep Keterpaduan Bidang Cipta Karya

Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan Juli 2014 terdapat 142 kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A.

Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2014, diidentifikasi sebanyak 111 kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi

Page 46: LAKIP Eselon 2014

I-33

Direktorat Jenderal Cipta Karya

karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan memiliki program yang responsif.

Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif. Pada Klaster E ini juga difasilitasi daerah yang berprestasi dan memiliki inovasi baru. Pada kabupaten/kota tersebut, dilakukan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu berbasis penataan ruang pada entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, dan komunitas/lingkungan.

Adapun desain program Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5. Desain Program Ditjen Cipta Karya

ENTITAS BENTUK DUKUNGAN KEGIATAN

SOFTWARE PEMBANGUNAN FISIK

Kawasan

RTBL

Desain

Sektor AM

SPAM MBR (di Rusunawa, Kws Kumuh dan Kws Nelayan)

SPAM di Kawasan KAPET/MP3EI/KEK

SPAM IKK

SPAM di Pel. Perikanan

SPAM di Kws Perbatasan

Sektor Bangkim

Rusunawa

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

PSD Kws Rawan Bencana, Kws Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, & Kws Perdesaan Potensial (agropolitan dan KTM)

Lingkungan

Rencana Kerja Masyarakat/ Community Action Plan

Sektor AM

SPAM Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil

PAMSIMAS

Sektor Bangkim

PPIP

Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman (Perbaikan Kampung/KIP)

Sektor PPLP

SANIMAS

Sektor PBL

PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)

Revitalisasi Kawasan, Penataan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Sumber : Memori Tugas Direktur Bina Program, 2014

Page 47: LAKIP Eselon 2014

I-34

Direktorat Jenderal Cipta Karya

1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAKIP

Bab I dimana dalam bab ini menjelaskan tugas fungsi serta struktur organisasi direktorat jenderal cipta karya serta kebijakan-kebijakan yang ada

Bab II dimana dalam bab ini menjelaskan perencanaan yang dilakukan direktorat jenderal cipta karya dalam mencapai target kinerja selama satu tahun anggaran

Bab III dimana dalam bab ini menjelaskan tentang akuntabilitas kinerja terkait analisa capaian terhadap kinerja IKU serta analisa terhadap capaian kinerja keuangannya

Bab IV dimana dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari laporan kinerja ini

Lampiran yang terdiri dari Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Dokumen Perjanjian Kinerja (PK), Dokumen Penilaian Kinerja Kegiatan (PKK), Dokumentasi Kegiatan, Piagam Penghargaan, Peta Persebaran Output, Hasil Perhitungan PMK 249/2011, Rencana Aksi dan Inovasi.

Page 48: LAKIP Eselon 2014

II-1

Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Dalam siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), setelah ditetapkanya Renstra, secara rutin setiap tahun diterbitkanlah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) sebagai acuan dalam penyusunan dokumen pengganggaran. Selanjutnya, keluaran dari dokumen penganggaran (DIPA/RKA-KL) kemudian dirumuskan dalam suatu perjanjian kinerja (PK) yang menjadi landasan bagi unit kerja dalam melaksanakan tugasnya di tahun yang bersangkutan. Bab ini menyampaikan ikhtisar hal-hal penting yang tertera pada dokumen rencana kinerja tahunan (RKT) dan dokumen perjanjian kinerja yang tertera dalam dokumen penetapan kinerja (PK) yang meliputi, output, outcome dan indikator kinerja utama.

2.1. RENCANA KINERJA TAHUNAN

Ditjen Cipta Karya sebagai instansi yang melaksanakan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, telah menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang diturunkan dari Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Pada pelaksanaannya, RKT ini kemudian dijadikan acuan dalam proses penganggaran. Lebih rinci terkait RKT dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini.

Page 49: LAKIP Eselon 2014

II-2

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 2.1. Rencana Kinerja Tahunan

Sumber: Dokumen RKT Ditjen Cipta Karya, 2014 (Permen PU No 22/2012)

Dalam rangka mencapai sasaran yang telah dirumuskan dalam Renstra Ditjen Cipta Karya, Direktorat Jenderal Cipta karya telah menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Dalam Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mencapai sasaran strategis:

1. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan terbinanya kemampuan Pemda melalui PDAM.

2. Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang keberhasilan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa terbangunnya rusunawa serta terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan.

3. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran berupa meningkatnya infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan.

4. Meningkatnya kualitas pembangunan bidang cipta karya dengan indikator keberhasilan berupa jumlah laporan kebijakan dan

SATUAN TARGET1 2 4 5

01 Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det -

Output penting :- IKK 180 - Kawasan 300 - Desa 1,722 - Kawasan 322

Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 98 Kab/Kota 118

Output penting :- Kab/Kota 13 - Kawasan 55 - Kab/Kota 45 - Kab/Kota 60 - Kawasan 43

Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 101 Output penting :

- PDAM 101 03 Pembangunan Rusunawa Twin Blok 30

Output penting :- Twin Blok 30

Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 262 Output penting :

- Kawasan 262 - Kab/Kota 47

04 Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Desa 15,948 Output penting :

- Kel/Desa 10,948 - Desa 5,000

3

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKUURAIAN

Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan

Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase PerkotaanJumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahJumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya

Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan LingkungannyaJumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah

Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat

Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman

Page 50: LAKIP Eselon 2014

II-3

Direktorat Jenderal Cipta Karya

strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data dan informasi serta evaluasi kinerja bidang permukiman.

Untuk sasaran ke-empat, tidak dicantumkan dalam RKT karena tidak tercantum dalam Permen PU Nomor 22/PRT/M/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor 03/PRT/M/2010 tentang Penetapan Indikator kinerja Utama di Lingkungan Kementerian PU. Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran-sasaran ini didukung secara khusus oleh unit-unit kerja tertentu yaitu:

1) Direktorat Pengembangan Air Minum yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan air minum bagi 300 kawasan MBR, 180 IKK, 322 kawasan khusus dan 1.722 desa serta pembinaan terhadap 101 PDAM.

2) Direktorat Pengembangan PLP yang mendukung pencapaian sasaran 1 melalui penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off-site di 13 Kab/kota, infrastruktur air limbah on-site di 55 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 45 Kab/kota, infrastruktur TPA di 40 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 63 kawasan

3) Direktorat Pengembangan Permukiman yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan pembangunan 30 TB rusunawa serta sasaran 3 melalui pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di 5.000 desa

4) Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan yang mendukung pencapaian sasaran 2 melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 262 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 47 Kab/kota Serta sasaran 3 melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(P2KP/PNPM) di 10.948 kel/desa.

2.2. PERJANJIAN KINERJA Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB No 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reiviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perjanjian Kinerja adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Namun demikian, Perjanjian Kinerja Tahun 2014 tidak mengikuti PerMen PAN dan RB tersebut dikarenakan pada saat disusun di awal tahun 2014 masih diberlakukan Peraturan Menteri PAN dan RB No 29 Tahun 2010 tentang Panduan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Page 51: LAKIP Eselon 2014

II-4

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja

Sumber: Dokumen Penetapan/Perjanjian Kinerja Ditjen Cipta Karya, 2014

Sesuai dengan besaran anggaran yang diterima oleh Ditjen Cipta Karya sebesar Rp. 16.983.292.181.000,-, pada tahun 2014, Ditjen Cipta Karya berkomitmen dalam pemenuhan pencapaian sasaran:

1. Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan dengan target kinerja berupa peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 8.179 l/det dan 308 IKK, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota, pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 120 PDAM

2. Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang dengan target kinerja pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB, revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan

3. Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat dengan target kinerja peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 15.723 desa/kelurahan.

Dalam pelaksanaannya, upaya pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan” didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum dan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman melalui kegiatan

SATUAN TARGET1 2 4 5

01 Peningkatan jumlah pelayanan air minum Liter/det 8,179

Output penting :- IKK 308 - Kawasan 460 - Desa 2,349 - Kawasan 148

Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi Kawasan 712 Kab/Kota 157

Output penting :- Kab/Kota 6 - Kawasan 651 - Kab/Kota 76 - Kab/Kota 75 - Kawasan 61

Pembinaan kemampuan Pemda/PDAM PDAM 120 Output penting :

- PDAM 120 03 Pembangunan Rusunawa Twin Blok 25

Output penting :- Twin Blok 25

Revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan Kawasan 55 Output penting :

- Kawasan 55 - Kab/Kota 40

04 Peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan Kel/Desa 15,723 Output penting :

- Kel/Desa 11,073 - Desa 4,650

Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta Infrastruktur Pendukungnya

Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan LingkungannyaJumlah Kab/Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah

Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat

Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman

Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan

Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Jumlah Kawasan MBR yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air MinumJumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem On-SiteJumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase PerkotaanJumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir SampahJumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

3

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTCOME/IKUURAIAN

Page 52: LAKIP Eselon 2014

II-5

Direktorat Jenderal Cipta Karya

sebagai berikut:

- Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan air minum sebesar 8.179 l/detik dan 308 IKK, Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan air minum bagi 460 kawasan MBR, 168 kawasan khusus dan 2.349 desa.

- Untuk memenuhi target peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 712 kawasan dan 157 kab/kota Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggaraan kegiatan pokok berupa penyediaan pelayanan sanitasi dengan infrastruktur air limbah off site di 6 Kab/kota, infrastruktur air limbah on site di 651 kawasan, infrastruktur drainase perkotaan di 76 Kab/kota, infrastruktur TPA di 75 Kab/kota serta infrastruktur TPST/3R di 61 kawasan.

- Untuk memenuhi target pembinaan kemampuan PEMDA/PDAM Direktorat Pengembangan Air Minum menyelenggarakan kegiatan pokok berupa pembinaan kemampuan pada 120 PDAM.

Sementara, untuk keberhasilan pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang”, ditandai dengan indikator kinerja berupa pembangunan 25 twin blok Rusunawa serta revitalisasi permukiman dan penataan bangunan di 55 kawasan dimana dalam pelaksanaannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan unit hunian rumah susun beserta infrastruktur pendukungnya sebanyak 25 twin blok dan Unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di 55 kawasan serta pengembangan bangunan gedung Negara/Bersejarah di 40 Kab/kota.

Pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat” ditandai dengan indikator kinerja berupa peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 15.723 desa dimana dalam pelaksanannya, upaya mencapai target tersebut didukung oleh unit kerja Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui kegiatan pendampingan pemberdayaan sosial(P2KP/PNPM) di 11.073 kel/desa serta Unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman melalui kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal di 4.650 desa.

Diluar tiga sasaran utama tersebut, terdapat satu sasaran lain yang juga sama pentingnya yaitu

“Meningkatnya kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman”. Pencapaian sasaran ini ditandai oleh indikator ketersediaan dokumen Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. Di tahun 2014, direncanakan target sasaran ini adalah 171 laporan. Dalam pelaksanaannya, sasaran ini dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program.

Page 53: LAKIP Eselon 2014

II-6

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dari Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan target pada beberapa output. Hal ini disebabkan karena RKT merupakan penjabaran tahunan dari Review Renstra yang perencanaannya sudah dilakukan di awal tahun 2012 dengan anggaran yang masih diprediksi. Sementara pada PK, perencanaan yang ditetapkan sudah memperhatikan isu penganggaran dan isu terkini yang muncul di tahun 2014 (seperti misalnya adanya kebijakan direktif presiden).

Pada pertengahan tahun, berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilakukan penghematan terhadap anggaran Ditjen Cipta Karya sebesar Rp. 2.433.813.800.000,- Adanya penghematan ini, menyebabkan beberapa output terkoreksi targetnya dan anggaran berkurang dari Rp. 16.983.292.181.000, menjadi Rp. 14.549.478.381.000,-

Page 54: LAKIP Eselon 2014

III-1

Direktorat Jenderal Cipta Karya

NO KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI KATEGORI WARNA

1 AA >85 – 100 Memuaskan

2 A >75 – 85 Sangat Baik

3 B >65 – 75 Baik, Perlu sedikit perbaikan

4 CC >50 – 65 Cukup (memadai), perlu banyak

perbaikan yang tidak mendasar

5 C >30 – 50 Kurang, perlu banyak perbaikan,

termasuk perubahan yang

mendasar

6 D 0 – 30 Sangat Kurang, perlu banyak

sekali perbaikan & perubahan

yang sangat mendasar

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Setelah penetapan kinerja disusun, kemudian dilakukan pemantauan terhadap kinerja yang

dilaksanakan di tahun 2014.Dengan menggunakan bantuan dokumen Rencana Aksi Penetapan

(Perjanjian) Kinerja, Ditjen Cipta Karya melalukan pengelolaan kinerja di tahun ini.

PENGELOLAAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan penilaian indikator kinerja utama secara

berkala setiap 3 (tiga) bulan dengan mengacu pada Penetapan (Perjanjian) Kinerja yang sudah

disepakati. Penilaian indikator kinerja ini dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi

pengumpulan data kinerja yang hasilnya akan memberikan gambaran keberhasilan dan

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data kinerja ini

kemudian dilakukan kategorisasi kinerja (penentuan posisi) sesuai dengan tingkat capaian kinerja,

yaitu:

Tabel 3.1 Kategorisasi Kinerja

Sumber : Pusat Kajian Strategis, Kementerian Pekerjaan Umum, 2014

Page 55: LAKIP Eselon 2014

III-2

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dari hasil pencapaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Cipta Karya yang telah

dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan mulai triwulan I sampai dengan triwulan IV selama

tahun 2014, capaian kinerja keenam IKU besarnya bervariasi seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Pengelolaan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014

B03 B06 B09 B03 B06 B09

1Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum

8,179 Liter/detik

308 IKK1.56 38.16 61.14 1.39 18.13 64.65

Jumlah Kawasan MBR yang terlayani Infrastruktur Air Minum. 460 Kawasan 0.15 8.15 12.10 0.40 4.99 13.39 AA

Jumlah IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 308 IKK 0.26 17.88 28.44 0.45 7.30 31.27 AA

Jumlah Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 1.858 Desa 0.35 9.59 16.41 0.39 4.52 15.51 AA

Jumlah Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air Minum. 148 Kawasan 0.80 2.54 4.19 0.15 1.31 4.49 AA

Pembinaan Kemampuan Pemda/ PDAM 120 PDAM 4.59 47.85 64.62 1.83 24.07 71.96

Jumlah PDAM yang Memperoleh Pembinaan. 120 PDAM 4.59 47.85 64.62 1.83 24.07 71.96 AA

Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi146 Kab/Kota

757 Kawasan9.62 34.22 69.76 2.91 17.46 62.94

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan

Sistem Off-site dan Sistem On-Site.

5 Kab./Kota

(offsite) 699

Kawasan (onsite)

3.64 8.44 20.02 0.74 3.50 16.96 AA

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan. 70 Kab./Kota 3.95 14.90 30.34 1.95 8.66 27.83 AA

Jumlah Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur Stasiun Antara

dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.71 Kab./Kota 2.02 10.72 18.48 0.22 5.24 17.74 AA

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat Pengolah

Sampah Terpadu/3R.58 Kawasan 0.01 0.17 0.91 0.00 0.06 0.41 AA

2Pembangunan Rusunawa 25 Twin Blok 0.65 11.50 43.86 9.29 24.53 66.49

Jumlah Satuan Unit Hunian Rumah Susun yang Terbangun Beserta

Infrastruktur Pendukungnya.25 Twin Blok 0.65 11.50 43.86 9.29 24.53 66.49 AA

Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan. 55 Kawasan 2.93 18.70 42.88 1.32 4.68 41.64

Jumlah Kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya. 55 Kawasan 0.22 7.47 17.66 0.43 2.10 16.63 AA

Jumlah Kab./Kota Mendapatkan Pengembangan Bangunan Gedung

Negara/ Bersejarah.40 Kab./Kota 2.71 11.24 25.22 0.89 2.59 25.02 AA

3Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perdesaan/ Kumuh/ Nelayan 15.723 Desa 1.63 12.27 43.60 1.89 7.36 29.87

Jumlah Kelurahan/ Desa yang Mendapatkan Pendampingan

Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM).11.073 Kel./Desa 1.60 9.54 28.75 1.71 6.30 22.66 AA

Jumlah Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur Permukiman. 4.650 Desa 0.03 2.72 14.85 0.18 1.06 7.21 AA

Sumber : E-Mon , status 29 Desember 2014

Meningkatnya Kualitas

Layanan Air Minum Dan

Sanitasi Permukiman

Perkotaan

Meningkatnya Kualitas

Kawasan Permukiman

Dan Penataan Ruang.

Meningkatnya Kualitas

Infrastruktur

Permukiman Perdesaan/

Kumuh/ Nelayan Dengan

Pola Pemberdayaan

Masyarakat

TARGET KINERJA (%) REALISASI KINERJA (%) EVALUASI *NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA/OUTPUT PENTING

TARGET KINERJA

TOTAL

Tabel di atas menunjukkan pengelolaan kinerja Ditjen Cipta Karya selama tahun 2014 (status

bulan Desember 2014). Dari 6 (enam) IKU, secara umum kinerja periodik menunjukkan informasi

memuaskan dengan hasil akhir untuk keseluruhan IKU tersebut adalah “MEMUASKAN”,

meskipun tidak seluruh kegiatan dapat terealisasi 100%, namun berdasarkan kategori nilai angka

pencapaian telah berada pada range >85%-100% dengan intrepertasi memuaskan.

Page 56: LAKIP Eselon 2014

III-3

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Adapun penjelasan terhadap pengelolaan kinerja setiap IKU dapat dilihat dalam Laporan Rencana

Aksi Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014.

Tabel 3.3 Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Proporsi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum l/det 8,179 10,353 126.58%

IKK 308 321 104.22%

Kawasan MBR yang terlayani infrastruktur Air

MinumKwsn 460 490 106.52%

IKK yang Terlayani Infrastruktur Air Minum IKK 308 321 104.22%

Desa yang Terlayani Infrastruktur Air Minum Desa 1,858 1,979 106.51%

Kawasan Khusus yang Terlayani Infrastruktur Air

MinumKwsn 148 148 100.00%

Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM PDAM 120 119 99.17%

PDAM yang Memperoleh Pembinaan PDAM 120 119 99.17%

Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi Kab/Kota 146 142 97.26%

Kwsn 757 733 96.83%

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota 5 5 100.00%

Dengan Sistem Off-site dan Sistem On-site Kwsn 699 684 97.85%

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase

PerkotaanKab/Kota 70 68 97.14%

Kabupaten/Kota yang Terlayani Infrastruktur

Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir

SampahKab/Kota 71 69 97.18%

Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Tempat

Pengelolaan Sampah Terpadu/3RKwsn 58 49 84.48%

Pembangunan Rusunawa TB 25 25 100.00%

Stasiun Unit Hunian Rumah Susun yang

Terbangun Beserta Infrastruktur PendukungnyaTB 25 25 100.00%

Revitalisasi Kawasan Permukiman dan Penataan

BangunanKwsn 55 54 98.18%

Kawasan yang Tertata Bangunan dan

LingkungannyaKwsn 55 54 98.18%

Kabupaten/Kota Mendapatkan Pengembangan

Bangunan Gedung Negara/BersejarahKab/Kota 40 25 62.50%

Peningkatan Infrastruktur Permukiman

Perdesaan/Kumuh/NelayanDesa 15,723 16,106 102.44%

Kelurahan/Desa yang Mendapatkan

Pendampingan Pemberdayaan Sosial

(P2KP/PNPM)Kel/Desa 11,073 11,066 99.94%

Desa Tertinggal Terbangun Infrastruktur

Permukiman Desa 4,650 5,040 108.39%

Meningkatnya Kualitas

Infrastruktur Permukiman

Perdesaan/Kumuh/Nelayan

Dengan Pola Pemberdayaan

Masyarakat

Meningkatnya Kualitas

Layanan Air Minum dan

Sanitasi Permukiman

Perkotaan

Meningkatnya Kualitas

Kawasan Permukiman dan

Penataan Ruang

Sumber: LAKIP ES II Cipta Karya Tahun 2014

Hingga bulan Desember 2014, tercatat bahwa dari seluruh target kinerja sasaran yang

direpresentasikan oleh IKU, output Pembangunan rusunawa, peningkatan jumlah pelayanan air

minum, Peningkatan infrastruktur permukiman

Page 57: LAKIP Eselon 2014

III-4

Direktorat Jenderal Cipta Karya

perdesaan/kumuh/nelayan telah tercapai 100%, sedangkan output Pembinaan kemampuan

Pemda/PDAM, Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan Revitalisasi kawasan permukiman dan

penataan bangunan belum mencapai 100%. Pencapaian kinerja tertinggi ada pada sasaran

meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi perkotaan pada indikator kinerja

Peningkatan jumlah pelayanan air minum yaitu sebesar 126,58%. Pencapaian kinerja terendah

ada pada sasaran meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang pada

indikator Kabupaten/Kota mendapatkan pengembangan bangunan gedung Negara/bersejarah

sebesar 62,50%. Penjelasan lebih detil terkait analisis dan evaluasi kinerja pada setiap sasaran

dapat dilihat pada sub-bab selanjutnya.

3.1.1. ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2010- 2014 yang

di dalamnya memuat sasaran dengan enam indikator keberhasilannya, telah dijadikan panduan

dalam penyusunan rencana kinerja tahunan dan perjanjian kinerja. Penjelasan prestasi kinerja

sepanjang tahun 2014 sebagaimana pada uraian berikut.

1. Sasaran 1 : Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman

Perkotaan

Pencapaian sasaran ini dinilai dari 3 (tiga) indikator yaitu Peningkatan Jumlah Pelayanan Air

Minum, Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM, dan Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi.

Kinerja sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat

Pengembangan PLP dan Sekretariat BPPSPAM. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Page 58: LAKIP Eselon 2014

III-5

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum

dan Sanitasi Permukiman Perkotaan

Indikator Kinerja

Utama Satuan

Target Capaian Kinerja

2014

%

Capaian

s.d. 2014

terhadap

Renstra

% Capaian

s.d. 2014

terhadap

RPJMN RPJMN Renstra* 2014**

s.d.

2013

2014

***

Peningkatan jumlah

pelayanan air minum

lt/dt - - 8.179 23.966 10.353 - -

% 70 - - 67,73 70 - 100

IKK 820 872 308 871 321 136,70 145,37

Pembinaan

kemampuan

Pemda/PDAM

PDAM 185 505 120 421 119 106,93 291,89

Peningkatan jumlah

pelayanan sanitasi

Kab/Kota 260 674 146 518 137 97,18 251,92

Kwsn 471 1.297 757 1.973 738 209,02 574,52

% - - - 60,91 61,04 - -

Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No 02/PRT/M/2010

tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **)Perjanjian/Penetapan Kinerja (PK) 2014, ***) LAKIP Dit PLP, Dit PAM 2014

Jika dibandingkan dengan Renstra ataupun RPJMN, ketiga IKU telah terealisasi dengan

memuaskan. Untuk IKU ketiga, dengan satuan kawasan realisasi sangat melebihi Renstra dan

RPJMN dikarenakan adanya Loan terkait USRI di tahun 2012 yang berdampak menambah output

infrastruktur air limbah komunal onsite. Kemudian, terhadap target 2014, tidak seluruh IKU

mencapai target. IKU peningkatan jumlah pelayanan sanitasi dan pembinaan kemampuan

Pemda/PDAM tidak mencapai sasaran. Pada IKU pelayanan sanitasi tercapai 97,26% Kab/Kota

dan 96,83% Kawasan, sedangkan IKU pembinaan kemampuan Pemda/PDAM tercapai 99,17%.

Sementara IKU lainnya telah sesuai/melebihi target yang telah ditetapkan. Salah satu penyebab

tidak maksimalnya pencapaian kinerja beberapa IKU tersebut dikarenakan adanya kebijakan

penghematan anggaran. Lebih detail terkait pencapaian setiap IKU, dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum

Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman

melalui peningkatan cakupan pelayanan SPAM di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya

berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan SPAM sebesar 8.179 l/det, pemenuhan

akses air minum aman secara nasional

Page 59: LAKIP Eselon 2014

III-6

Direktorat Jenderal Cipta Karya

sebesar 70% dan pembangunan SPAM di 308 IKK. Hingga akhir tahun 2014, telah terealisasi

10.353 l/det, 70 % cakupan pelayanan dan 321 IKK. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel

3.5.). Peningkatan cakupan pelayanan di tahun 2014 dikarenakan adanya pengalihan alokasi

anggaran dari Satker Pengembangan Strategis ke Satker AM Propinsi dikarenakan tidak

berlakukannya mekanisme usulan pelaksanaan Surat Kuasa Pengguna Anggaran.

Tabel 3.5. Tren Capaian Kinerja Outcome Peningkatan Jumlah Pelayanan Air Minum Terhadap

RPJMN dan Renstra

Indikator

Outcome

Satuan 2010 2011 2012 2013 2014

Cakupan

Pelayanan

l/det 2.576 5.745 6.381 9.264 10.353

% 61,17 63,48 65,05 67,73 70

SPAM IKK IKK 170 178 192 331 321

Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2014

Terhadap target Renstra 2010-2014, pencapaian indikator kinerja ini hingga tahun 2014 telah

mencapai 1.192 kawasan IKK dari target Renstra 2010-2014 sebesar 872 kawasan IKK atau

tercapai 136,70%. Adapun terhadap pencapaian cakupan pelayanan (%), dari target sebesar

70% pada RPJM, telah berhasil dipenuhi dengan kinerja sebesar 100% hingga akhir tahun

2014 serta telah dihasilkan sebanyak 34.319 l/det.

Dalam rangka mendukung pencapaian akses air minum aman (ditunjukkan dengan cakupan

pelayanan dalam persentase), Ditjen Cipta Karya berkontribusi dalam rangka peningkatan

akses aman perpipaan melalui penyediaan instalasi produksi air minum. Dari kontribusi

Ditjen Cipta Karya melalui liter per detik yang dihasilkan setiap tahunnya (tabel 3.5.), rata-

rata mampu berkontribusi sebesar 10,7% terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional

(perpipaan)1. Lebih rinci besaran capaian kontribusi Ditjen Cipta Karya adalah sebagai

berikut:

1 Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya dalam Rangka Meningkatkan

KUalitas Layanan Air Minum dan Sanitasi Permukiman Perkotaan di Tahun 2014 menyatakan bahwa

kontribusi Ditjen Cipta Karya terhadap Cakupan Air Minum Aman Nasional (Perpipaan) adalah sebesar

10,71%. Nilai ini dihitung dari (Jml SR dibangun oleh DJCK (2010-2014)/Total sambungan SR system

perpipaan 2010 s.d. 2013) dikali rata-rata persentase perpipaan (2010-2013)

Page 60: LAKIP Eselon 2014

III-7

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 3.6. Kontribusi Pencapaian Outcome Ditjen Cipta Karya Terhadap Cakupan Pelayanan Air Minum Nasional

Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013 2014

Akses AM Aman Nasional *) % 61,17 63,48 65,05 67,73 70,00 (kumulatif)

- Perpipaan *) % 12,72 14,79 16,2 18,6 22,00 (kumulatif)

- Bukan jaringan perpipaan terlindungi

% 48,45 48,69 48,85 49,13 48,00 (kumulatif)

- Jumlah Rumah Tangga/SR (perpipaan nasional) *)

RT

7.782.306

9.213.120

10.271.461

11.912.054

12.240.745

- Kontribusi CK terhadap cakupan pelayanan air minum nasional (perpiaan) **)

%

8,10

9,41

10,31

11,84

14,00

(kumulatif)

Sumber: *) BPS sesuai jumlah penduduk tahun 2010 s/d 2014 dan Dit.PAM, DJCK,

**) Studi Evaluasi Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya, 2014

Dari tabel 3.6. terlihat, bahwa di tahun 2014, dari cakupan pelayanan air minum aman

nasional perpipaan sebesar 22%, Ditjen Cipta Karya berkontribusi sebesar 14%2. Peningkatan

ini diperoleh dari hasil pembangunan dan pengembangan SPAM sekitar 10.353 l/dt di tahun

2014 yang memberi pelayanan kepada 4.141.200 jiwa (jika asumsi 1 L/dt sekitar 80 SR).

Cakupan pelayanan air minum aman sampai dengan 2014 cukup tinggi yaitu sebesar 70%

(perpipaan 22%) dan (bukan jaringan perpipaan terlindungi 48%), hal ini dicapai melalui

kontribusi dari APBD, Pinjaman/Loan/Hibah kepada PDAM, Kerjasama Swasta dengan PDAM,

Kementerian Kesehatan dan masyarakat.

Pencapaian kinerja cakupan pelayanan air minum Cipta Karya di tahun 2014 didukung oleh

Pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) di 321 IKK, 490 Kawasan MBR, 1.979

desa dan 148 kawasan khusus. Secara keseluruhan realisasi output pelayanan air minum

tahun 2014 telah tercapai diatas 100%.

Pada pelaksanaan kegiatan di tahun 2014, terdapat kendala-kendala dan permasalahan yang

dihadapi diantaranya yaitu:

2 Dihitung mengikuti trend 2010-2013 kontribusi SR Ditjen Cipta Karya terhadap SR Nasional (BPS) yakni

sebesar 63,64% dikali capaian perpipaan nasional (22%), artinya kontribusi Cipta Karya meningkat sebesar

2,16% di tahun 2014

Page 61: LAKIP Eselon 2014

III-8

Direktorat Jenderal Cipta Karya

1. Kualitas dokumen perencanaan (RISPAM, DED) yang belum memenuhi standar

ketentuan PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaam Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

2. Dalam hal pendanaan, belum dipenuhinya DDUB sesuai komitmen dalam dokumen

RPIJM serta kurang akuratnya dalam pembuatan harga satuan sehingga terjadi harga

penawaran terlalu rendah

3. Kendala pemenuhan readiness criteria khususnya terkait kesiapan lahan yang berakibat

terjadinya revisi lokasi sasaran, perubahan desain, keterlambatan pelaksanaan kontrak

hingga keterlambatan pelaksanaan pembangunan.

4. Terdapat masalah sosial pada masyarakat sekitar proyek terutama terkait pemanfaatan

sumber air baku

5. Keterlambatan dimulainya pelaksanaan proses pelelangan / pra-kontrak karena: 1]

Belum diselesaikannya perjanjian kerjasama sebagai tindak lanjut MOU dengan Pemda

terkait terhadap lingkup kegiatan APBN TA 2014; 2] Pelelangan gagal; 3]Terbatasnya

personil Pokja Provinsi yang memahami teknis pembangunan SPAM sehingga evaluasi

dan penetapan hasil lelang terlambat; 4] Proses evaluasi dan penetapanpemenangoleh

ULP yang membutuhkan waktu lebih lama memperpanjangpelaksanaanwaktulelang.

6. Pada paska pelaksanaan, masih terdapat SPAM yang belum optimal termanfaatkan

karena belum dipenuhinya tanggung jawab Pemda dan PDAM dalam pemasangan

Sambungan Rumah (SR) serta kualitas dan kuantitas SDM daerah yang kurang memadai

sehingga pengelolaan SPAM terbangun belum optimal

Terhadap permasalahan tersebut, beberapa tindakan yang telah dilakukan di 2014, diantaranya

adalah :

1. Memfasilitasi kab/kota dengan pembinaan dalam menyusun RI-SPAM sesuai dengan

pedoman penyusunan RI-SPAM yang mengikuti ketentuan PP No 16 tentang

Pengembangan SPAM dan PerMen PU No 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Berdasarkan hasil Advisory Penyusunan RI

SPAM Tahun 2014, jumlah kab/kota yang memenuhi muatan PerMen PU No

18/PRT/M/2007 adalah: 38 kab/kota terlegalisasi (sudah ada SK Pergub/Perwal),

kesesuaian >75% sebanyak 149 kab/kota, kesesuaian <75% sebanyak 192 kab/kota dari 348

kab/kota yang menyusun RISPAM (69,18).

Page 62: LAKIP Eselon 2014

III-9

Direktorat Jenderal Cipta Karya

2. Mensosialisasikan, membina dan mendorong Pemda Kab/Kota untuk menyusun DED

terlebih dahulu sesuai dengan PerMen PU No18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan diselesaikan paling lambat 1 tahun

sebelum diusulkan untuk dibangun.

3. Melakukan monitoring ketat terhadap realisasi DDUB dari sejak pengusulan anggaran APBD

Kab/Kota, proses penetapan dengan DPRD, dan pelaksanaan kegiatan yang menggunakan

dana DDUB serta selanjutnya akan mengimplementasikan insentif dan disinsentif bagi

Kab/Kota bagi yang memenuhi/tidak memenuhi komitmen penyediaan dana DDUB.

4. Center of Excellent (CoE)

Menciptakan trainer professional dari SDM bidang air minum (PDAM dan Satker PKPAM)

peserta CoE yang nantinya akan menjadi mentor untuk penyelenggaraan SPAM khususnya

PDAM dan Dinas PU wilayahnya.

5. Pembinaan UPTD / BLUD

Pembinaan UPTD/BLUD dilakukan melalui pemberian bantuan teknis pembentukan

kelembagaan pengelola SPAM IKK yang belum dikelola oleh PDAM.Pembinaan UPTD/BLUD

disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SPAM dan isu-isu strategis yang ada.

6. Dukungan Inovasi Teknologi

Dalam rangka meningkatan cakupan pelayanan air minum telah digunakan beberapa

inovasi teknologi seperti Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum

(SWRO), penerapan green technology pada beberapa pembangunan SPAM, Instalasi

Pengolahan Air Siap Minum. Lebih detail terkai penggunan teknologi, dapat dilihat di

lampiran.

b. IKU Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM Upaya peningkatan jumlah layanan air minum selain dilakukan melalui pengembangan SPAM

juga dilakukan melalui pembinaan kemampuan pemerintah daerah/PDAM. Pada awal tahun

2014, ditetapkan target pembinaan pemda/PDAM dilakukan pada 120 PDAM dan pada akhir

tahun 2014 memenuhi target sebesar 119 PDAM (99,16%). Tidak maksimalnya pencapaian

target outcome ini di tahun 2014 dikarenakan adanya revisi anggaran. Jika dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya, tren pencapaian outcome ini adalah berfluktuatif dari

pembinaan Pemda/PDAM sebanyak 102 ditahun 2010 menurun menjadi 87 tahun 2011

kemudian meningkat lagi menjadi 124 tahun 2012 dan 119 ditahun 2014.

Page 63: LAKIP Eselon 2014

III-10

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tabel 3.7. Tren Pencapaian Outcome Pembinaan Kemampuan Pemda/PDAM

Outcome Satuan 2010 2011 2012 2013 2014

Pembinaan Pemda/PDAM

PDAM 102 87 124 107 119

Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2013, Laporan Kinerja Dit PAM Tahun 2014

Jika dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014 dapat disampaikan bahwa pencapaian

sasaran pada indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target sebesar 106,93%.

Pencapaian yang melebihi target ini dikarenakan adanya bantuan program (banpro) dan

bantuan teknis (bantek) yang dilakukan berulang-ulang pada beberapa PDAM yang sama.

Secara riil jumlah PDAM yang mendapat pembinaan di tahun 2014 adalah sebanyak 40

PDAM3. Pelaksanaan banpro, bantek dan bantuan manajemen diberikan kepada PDAM yang

berstatus kurang sehat dan sakit. Sedangkan jika dibandingkan dengan target RPJMN, maka

pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 telah melebihi target 291,89%.

Sumberr: BPPSPAM-net

Gambar 3.1. Grafik Rekapitulasi Kondisi PDAM

Terhadap progres kinerja PDAM di tahun 2014, berdasarkan hasil audit Badan Pendukung

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) menunjukkan dari tahun 2013 ke

tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah PDAM pada setiap status kinerja (lihat gambar 3.3.).

Untuk PDAM sehat, meningkat jumlahnya dari 172 PDAM menjadi 182 PDAM, begitu juga 3 Dari target Renstra 471 PDAM, jumlah riil PDAM hanyalah 206 PDAM. Adapun capaian riil PDAM per tahun

adalah 87 PDAM (2010), 18 PDAM (2011), 33 PDAM (2012), 37 PDAM (2013) dan 40 PDAM (2014).

Page 64: LAKIP Eselon 2014

III-11

Direktorat Jenderal Cipta Karya

dengan PDAM berstatus kurang sehat dan sakit masing-masing berkurang menjadi 103

PDAM dan 74 PDAM.

Bertambahnya daerah pemekaran menjadikan jumlah PDAM meningkat karena setiap

kabupaten/kota menginginkan memiliki PDAM sendiri. Hal ini mengakibatkan banyak sekali

berdiri PDAM baru. Namun demikian, berdirinya PDAM ini rupanya tidak diimbangi oleh

kapasitas SDM maupun manajemen pengelolaannya termasuk dukungan penganggaran

daerah sehingga berakibat banyak PDAM baru yang masuk dalam kategori sakit. Selain

kendala SDM dan manajemen, penyehatan PDAM juga menjadi proses yang menyulitkan

ketika tarif menjadi isu politik di daerah. Dengan adanya kendala-kendala tersebut, beberapa

tindakan telah dilakukan di antaranya:

Evaluasi kinerja penyelenggara SPAM PDAM hanya dilakukan terhadap PDAM yang telah

diaudit kinerjanya oleh BPKP. Karena itu akan dilakukan MoU dengan BPKP untuk

menambah data PDAM yang diaudit.

Meningkatkan komunikasi dengan Pemda dan PDAM melalui peningkatan koordinasi

dengan Kementerian Dalam Negeri dan PERPAMSI.

Pendampingan terhadap PDAM dalam mereview proposal pinjaman perbankan serta

membantu dalam melengkapi dokumen persyaratan pinjaman perbankan

c. IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Sanitasi

Dalam mendukung pencapaian strategis peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman

melalui peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya

berkomitmen meningkatkan cakupan pelayanan Sanitasi di 2.480 Kawasan dan 310 kab/kota,

dimana pada akhir tahun 2014, telah terealisasi 733 kawasan (96,83%), 142 kab/kota

(97,26%) dan 61,04% cakupan pelayanan. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya, tren pencapaian outcome ini cenderung meningkat setiap tahunnya (lihat tabel

3.8.).

Tabel 3.8.Tren Pencapaian Outcome Peningkatan Cakupan Pelayanan Sanitasi

Outcome Satuan 2010 2011 2012 2013 2014

Pelayanan Sanitasi

Kab/Kota 87 156 138 137 142

Kwsn 93 203 731 946 733

Akses Sanitasi Layak

% 55,53 55,60 57,82 60,91 61,04

Sumber: LAKIP Ditjen CK 2010-2014

Page 65: LAKIP Eselon 2014

III-12

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dalam upaya mendukung pencapaian akses sanitasi layak (MDGs), Ditjen Cipta Karya

berkontribusi melalui pembangunan infrastruktur air limbah baik offsite dan onsite dengan

capaian kinerja di tahun 2014 adalah 61,04%. Pencapaian kinerja sanitasi di tahun 2014

merupakan akumulasi atas pencapaian pembangunan infrastruktur air limbah, infrastruktur

drainase, serta infrastruktur persampahan dengan rincian kinerja sebagai berikut:

Tabel 3.9. Kinerja Pelayanan Sanitasi Tahun 2014 Output Satuan Rencana Realisasi Kinerja

Infrastruktur air limbah off site Kab/kota 5 5 100,00%

Infrastruktur air limbah onsite Kawasan 699 684 97,85%

Infrastruktur drainase perkotaan Kab/kota 70 68 97,14%

Infrastruktur persampahan TPA Kab/kota 71 69 97,18%

Infrastruktur TPST 3R Kawasan 58 49 84,48%

Sumber: LAKIP Dit PLP Tahun 2014

Adanya APBN-P telah merubah target-target output Sanitasi, pada infrastruktur air limbah

offsite, dari rencana 6 kab/kota menjadi 5 kab/kota. Infrastruktur air limbah onsite berubah

dari 651 kawasan menjadi 699 kawasan. Untuk infrastruktur drainase perkotaan, target

berubah dari 76 kab/kota menjadi 70 kab/kota. Infrastruktur TPA, berubah dari 75 kab/kota

menjadi 71 kab/kota dan untuk infrastruktur 3R, terjadi perubahan target dari 61 kawasan

menjadi 58 kawasan.

Terhadap target Renstra sebesar 674 kab/kota dan 1.297 kawasan, maka pencapaian

outcome pelayanan sanitasi dari tahun 2010 – 2014 adalah 97,18% untuk satuan kab/kota

(infrastruktur drainase+TPA+AL offsite) dan 209,02% untuk satuan kawasan (TPS-3R+AL

onsite). Terhadap target RPJMN sebesar 260 Kab/kota dan 471 kawasan, maka pencapaian

tahun 2010-2014 adalah sebesar 251,92% untuk satuan kab/kota dan 574,52% untuk satuan

kawasan. Salah satu faktor penyumbang keberhasilan pelaksanaan IKU ini adalah adanya

dukungan penggunaan inovasi teknologi (Lebih Rinci terkait Penggunaan Inovasi Teknologi

dapat dilihat di lampiran).

Walaupun secara umum pencapaian jumlah pelayanan sanitasi telah melebihi target, namun

terdapat beberapa kegiatan yang tidak sesuai target diantaranya:

- Pada output Air Limbah dengan sistem off-site ini target tidak tercapai dikarenakan

penghematan (APBN-P) pada 1 paket kegiatan Ground Breaking Jakarta Sewerage di

Satker PPLP Jabodetabek. Untuk sistem on-site terdapat 13 paket kegiatan yang dihemat

diantaranya 1 paket kegiatan IPAL di Kota Bukittinggi yang putus kontrak karena

Page 66: LAKIP Eselon 2014

III-13

Direktorat Jenderal Cipta Karya

pekerjaan fisik terkendala izin galian jalan dari Dinas Bina Marga yang masih belum

terbit, 4 (empat) paket kegiatan Sanimas di provinsi Sumatera Selatan, Pembangunan

IPAL skala kawasan Kota Gorontalo dan Pembangunan Sanimas Kab. Manggarai Barat

dan Kab. Sumba Barat Provinsi NTT karena terkendala lahan dan penolakan dari

masyarakat sehingga tidak dapat dilaksanakan.

- Pada output Infrastruktur Drainase Perkotaan target tidak tercapai dikarenakan

penghematan (APBN-P) pada 6 (enam) paket kegiatan yaitu Kota Medan, Kabupaten

Batanghari, Kabupaten Bangka, Kota Jakarta Timur, Kabupaten Pemalang dan Kota

Pontianak. Selain itu terdapat realisasi pekerjaan yang kurang dari target di provinsi

Sumatera Barat terkait pembangunan Sistem Drainase Primer Kota Payakumbuh

(Lanjutan II) disebabkan pekerjaan fisik terlambat karena sebelumnya terkendala

pembebasan lahan dan lelang ulang. Paket berpotensi tidak selesai karena penyedia jasa

tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai rencana, progres fisik maksimal 36%.

Terakhir, Pembangunan Drainase Kota Kupang Provinsi NTT beserta paket supervisinya

dengan total pagu Rp 8,9 Milyar belum kontrak. Proses pengadaan paket sempat

mengalami gagal lelang sebanyak 2 kali dan sanggah banding.

- Pada output Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah, direncanakan melayani 75

Kab/Kota, namun pencapaian hanya 69 Kab/Kota. Pada output ini target tidak tercapai

dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 4 (empat) paket kegiatan yaitu Kabupaten

Gowa, ITF Kabupaten Lombok Timur dan Kota Jambi serta Gas TPA Kota Padang.

Terdapat realisasi kurang dari target dikarenakan terdapat paket pembangunan

pengolahan lindi skala kecil TPS 3R-SPA Kota Bekasi tidak dapat dilaksanakan karena

belum ada kesepakatan kesiapan pengelolaan pasca konstruksi dari Dinas Kebersihan

Kota Bekasi. Selain itu. Pada peningkatan kinerja TPA Kabupaten Banyumas tahap II

masih dalam penyelidikan kejaksaan terkait longsornya TPA Banyumas beberapa waktu

lalu.

- Pada output Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R, direncanakan

melayani 61 kawasan namun pencapaian hanya 49 kawasan. Pada output ini terdapat

target yang tidak tercapai dikarenakan penghematan (APBN-P) pada 3 (tiga) paket yaitu

Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tangerang dan Kabupaen Agam. Terdapat realisasi

output yang tidak tercapai di 9 (sembilan) kegiatan yang gagal dilaksanakan, dikarenakan

kendala lahan dan terdapat penolakan

Page 67: LAKIP Eselon 2014

III-14

Direktorat Jenderal Cipta Karya

dari masyarakat antara lain Pembangunan TPA-3R Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau,

Kota Tangerang Selatan dan Kab Raja Ampat.

Dari sisi pencapaian outcome, peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di tahun 2014 telah

mampu memberikan pelayanan air limbah sebanyak 519.000 jiwa yang mampu memberikan

kontribusi terhadap peningkatan MDGs menjadi sebesar 59,71% (Laporan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia Bappenas, 2014), pengurangan luasan

genangan seluas 939 Ha dan peningkatan cakupan pelayanan persampahan sebanyak

2.278.000 jiwa.

Sementara terhadap pelaksanaan indikator ini di tahun 2014, terdapat

permasalahan/kendala diantaranya sebagai berikut:

- Permasalahan perencanaan dan penganggaran, misalnya berupa ketidaksiapan

dokumen lelang serta penerbitan NOL yang memakan waktu

- Permasalahan lahan, misalnya perubahan komitmen pemerintah daerah yang tidak

sesuai dengan komitmen di awal penganggaran, kendala pengadaan lahanserta adanya

penolakan warga

- Permasalahan lelang seperti kesalahan dalam pemaketan, keterlambatan pengumuman

lelang, adanya sanggahan pada paket-paket bernilai besar serta adanya gagal lelang

- Permasalahan konstruksi seperti misalnya DED yang ada tidak dapat dilaksanakan karena

perbedaan lokasi maupun kualitas perencanaannya yang buruk, keterbatasan penyedia

material jadi (saluran drainase precast) serta konstruksi drainase dilakukan di daerah

padat keramaian (lalulintas, aktifitas masyarakat) yang tidak mungkin dihambat

- Permasalahan pemberdayaan masyarakat, misalnya terdapat beberapa paket kegiatan

yang baru dapat dilelang setelah proses pemberdayaan selesai sehingga berakibat

progres penyerapan keuangan baru dapat diserap di pertengahan tahun anggaran, serta

keterbatasan kemampuan sebagian besar TFL dibidang teknis, hasil produksi pengolahan

sampah 3R banyak menumpuk tidak terserap/terjual langsung.

- Permasalahan serah terima aset, seperti misalnya daerah menolak serah terima kelola

aset karena keterbatasan APBD untuk operasi pemeliharaan

Terkait permasalahan tersebut, beberapa hal yang telah dilakukan Ditjen Cipta Karya di

tahun 2014 diantaranya adalah:

- Terkait dengan permasalahan perencanaan dan penganggaran serta kesiapan lahan, di

Page 68: LAKIP Eselon 2014

III-15

Direktorat Jenderal Cipta Karya

beberapa kegiatan telah ditandatangani MoU sebagai komitmen dari pemerintah

daerah.

- Untuk permasalahan lelang, dilakukan koordinasi dengan ULP apabila terdapat kendala-

kendala dalam proses lelang.

- Kerjasama dengan kementerian/lembaga eksternal

- Mengaktifkan pokja sanitasi yang telah terbentuk baik di provinsi maupun kab/kota

- Dalam penyelenggaran program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan kegiatan

pelatihan-pelatihan untuk menambah kapasitas dan pengetahuan sumber daya manusia

ditingkat masyarakat, tenaga fasilitator lapangan dan juga pemerintah kabupaten/kota.

2. Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang

Pencapaian sasaran ini dinilai dari 2 (dua) indikator yaitu terbangunnya rusunawa dan

terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan. Unit Kerja yang terkait

dalam capaian sasaran ini adalah Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat

Penataan Bangunan dan Lingkungan. Prestasi capaian sasaran ini dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.10. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang

Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No

02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) LAKIP

Eselon II Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan, 2014

Pencapaian sasaran “meningkatnya kualitas permukiman dan penataan ruang” ditandai

dengan indikator terbangunnya rusunawa dan terevitalisasinya kawasan permukiman dan

penataan bangunan. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas, capaian sasaran

Indikator Kinerja Utama

Satuan

Target Capaian Kinerja

2014 % Capaian s.d. 2014 terhadap Renstra

% Capaian s.d. 2014 terhadap

RPJMN RPJMN Renstra* 2014** s.d.

2013 2014***

Pembangunan rusunawa

TB 270 250 25 225 25 100% 92,59%

Revitalisasi kawasan permukiman & penataan bangunan

Kwsn 1.228 1.355 55 1.276 54 98,15% 108,31%

Page 69: LAKIP Eselon 2014

III-16

Direktorat Jenderal Cipta Karya

pembangunan rusunawa terhadap target renstra sebesar 250 TB telah tercapai sebesar 250

TB (akumulasi dari tahun 2010-2014) atau tercapai 100%.

Sedangkan kegiatan revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan belum

melampaui dari target renstra 1.276 kawasan dan telah tercapai 1.330 kawasan (akumulasi

dari tahun 2010-2014) atau tercapai 98,15%.

Apabila dibandingkan dengan target RPJMN, capaian indikator kinerja pembangunan

rusunawa sampai dengan tahun 2014 telah mencapai 92,59% dan revitalisasi kawasan

permukiman dan penataan bangunan telah mencapai 108,31%. Tidak maksimalnya

pencapaian RPJMN untuk pembangunan rusunawa, dikarenakan adanya keterbatasan

anggaran Ditjen Cipta Karya.

Penjelasan masing-masing indikator kinerja pada sasaran meningkatnya kualitas

permukiman dan penataan ruang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Terbangunnya Rusunawa

Terkait pembangunan rusunawa, dari rencana 250 TB hingga tahun 2014, telah

terealisasi 25 TB atau 100% dari target Renstra dengan unit terbangun sebanyak 24.915

unit. Lebih rinci terkait kinerja pencapaian indikator ini hingga tahun 2014 dapat dilihat

pada tabel 3.10.berikut.

Tabel 3.11. Kinerja Pencapaian Pembangunan Rusunawa Hingga Tahun 2014

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL

Target Renstra

250 TB

40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB

3.957

unit

6.577

unit

4.396

unit

6.633

unit

2.501 24.915 unit

Realisasi 40 TB 65 TB 53 TB 67 TB 25 TB 250 TB

3.957

unit

6.577

unit

4.396

unit

6.633

unit

2.501 24.915 unit

Sumber: Tayangan Direktur Pengembangan Permukiman pada Expose Dirjen, Januari 2014 dan sumber lainnya

Jumlah rusunawa yang telah dibangun pada tahun 2014 adalah sebanyak 25 TB. Akan

tetapi baru 5 TB yang dapat dibangun fisiknya di tahun 2014. Kelima Rusunawa yang

bersangkutan berada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Dua puluh TB lainnya akan

dibangun fisiknya di tahun 2015.

Page 70: LAKIP Eselon 2014

III-17

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Permasalahan utama dari terbangunnya rusunawa hingga saat ini adalah terkait

penghunian. Rumitnya proses serah terima aset rusunawa menyebabkan Pemda

kesulitan untuk menyediakan dana operational and maintenance (OM), yang pada

akhirnya berpengaruh dalam proses penghuniannya. Tercatat hingga saat ini, kurang

lebih 44,78% rusunawa belum terhuni4. Dampak lanjutan terhadap masalah

ketidakterhunian ini adalah menurunnya kualitas bangunan.

Beberapa tindak turun tangan telah dilakukan untuk mempercepat proses penghunian

Rusunawa diantaranya yaitu dengan melakukan optimalisasi bangunan rusunawa yang

menurun kualitasnya, penyusunan pedoman penghunian rusunawa hingga

mempercepat proses serah terima aset.

b. Terevitalisasinya kawasan permukiman dan penataan bangunan

Indikator ini menggambarkan capaian terhadap penanganan RTH, kawasan

tradisional/bersejarah, revitalisasi kawasan serta penataan bangunan gedung.

Pencapaian indikator ini tergambarkan dari dukungan prasarana dan sarana dasar

permukiman untuk kawasan tradisional/bersejarah di satu kawasan dan dukungan

revitalisasi kawasan di 54 kawasan. Penataan bangunan gedung negara diwujudkan

melalui salah satunya peningkatan kapasitas dalam penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan di 25 kab/kota.

Terhadap capaian indikator ini, terdapat beberapa paket kegiatan yang gagal

dilaksanakan yaitu: Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) di 37 lokasi hanya

terealisasi di 9 kabupaten/kota serta penataan bangunan gedung di 5 kab/kota. Secara

umum permasalahan capaian indikator ini dikarenakan adanya pergeseran anggaran

yang dioptimalkan untuk pendampingan Perda BG dan PIP2B.

Salah satu isu yang mengemuka dalam hal penataan bangunan adalah terkait Perda

Bangunan Gedung (BG), dimana Perda BG merupakan ujung tombak dalam pengaturan

penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib dan andal sesuai fungsinya Pengaturan

Perda Bangunan Gedung sangat penting karena dalam kenyataannya masih banyak

ditemui permasalahan penataan bangunan dan lingkungan.Hingga saat ini, dari 503

4 Buku Pintar Rusunawa (Status 9 Januari 2015). Berdasarkan data, periode pembangunan 2003-

2015, rusunawa belum terhuni sebesar 44,78% setara dengan 199,5 TB.

Page 71: LAKIP Eselon 2014

III-18

Direktorat Jenderal Cipta Karya

kab/kota, baru 251 kab/kota yang telah memiliki Perda BG (49%), 166 kab/kota telah

memiliki Ranperda BG dan 86 kab/kota belum memiliki Ranperda BG5.

Upaya yang dilakukan dalam mendorong terealisasinya Perda BG di tahun 2014

diantaranya adalah melalui fasilitasi penyusunan Ranperda BG di 39 kab/kota yang

diarahkan untuk mewujudkan peraturan daerah tentang bangunan gedung yang

mengadopsi muatan lokal untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan BG, baik secara

administratif maupun teknis.

3. Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/ Nelayan

dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemenuhan sasaran meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman

perdesaan/kumuh/nelayan dilakukan dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan

target sebesar 15.723 kel/desa. Pada akhir tahun 2014, realisasi sasaran ini adalah sebesar

16.106 desa/kelurahan atau sebesar 102,44% dari target 15.723 Desa/kelurahan.

Tabel 3.12. Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Infrastruktur Permukiman

Perdesaan/Kumuh/Nelayan dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat

Indikator Kinerja

Utama Satuan

Target Capaian Kinerja

2014 % Capaian s.d.

2014terhadap

Renstra

% Capaian

s.d. 2014

terhadap

RPJMN RPJMN Renstra* 2014**

s.d.

2013 2014***

Peningkatan

infrastruktur

permukiman

perdesaan/

kumuh/nelayan

Kel/Desa

30.787

36.361

15.723

42.930

16.106

162,36%

191,76%

Sumber: *) Lampiran PerMen PU No 20/PRT/M/2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PU No

02/PRT/M/2010 tentang Renstra Kementerian PU Tahun 2010-2014, **) Perjanjian/Penetapan Kinerja 2014, ***) Laporan

Kinerja Dit Pengembangan Permukiman dan Dit Penataan Bangunan dan Lingkungan 2014

Sasaran ini didukung oleh unit kerja Direktorat Pengembangan Permukiman dan Direktorat

Penataan Bangunan dan Lingkungan. Terhadap target Renstra 2010-2014, pencapaian

sasaran ini hingga tahun 2014 telah mencapai 162,36%. Sementara terhadap target RPJMN

sebesar 30.787 desa, pencapaian sasaran ini telah mencapai 59.036 desa (191,76%).

5www.perdabg.com

Page 72: LAKIP Eselon 2014

III-19

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pemenuhan sasaran ini dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan P2KP/PNPM dan PPIP

dengan rincian pencapaian sebagai berikut:

Tabel 3.13.

Kinerja Peningkatan Kualitas InfrastrukturPermukiman Perdesaan/Kumuh/Nelayan

Capaian Indikator Target Realisasi Proporsi

P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan 11.073 11.066 99,94%

PPIP 4.650 5.040 108,39% Sumber: Laporan Kinerja Dit Bangkim dan Dit PBL Tahun 2014

Walaupun secara total, capaian indikator ini telah terpenuhi 102,44%, namun dalam

pelaksanaannya masih terdapat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada PPIP, terdapat 10

desa yang tidak dapat dilaksanakan, sementara pada P2KP, terdapat beberapa desa yang

digabungkan dalam satu kelurahan.

Terdapat 2 jenis APBN pada output Infrastruktur yaitu sub-output Pembinaan

Pembangunan Infrsatruktur Permukiman (PPIP) yang berasal dari Rupiah Murni (RM)

sebesar Rp 697.622.588.000,-, serta Rural Infrastructure Support (RIS-PNPM) yang berasal

dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) dengan donor dari ADB sebesar Rp 149.276.339.000,-.

Jumlah desa sasaran PPIP sebanyak 4.050 desa, serta desa sasaran RIS-PNPM sebanyak 600

desa sasaran. Adanya penambahan capaian desa sasaran yang disebabkan selisih kurs

dollar terhadap rupiah, sehingga terdapat penambahan alokasi anggaran pada kegiatan RIS-

PNPM.

Berikut ini adalah 10 lokasi desa sasaran PPIP yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun

2014, yaitu:

Desa Besuki di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, karena wilayah administrasi

desa tersebut tenggelam akibat lumpur Lapindo.

Tiga desa di Kabupaten Raja Ampat (Desa Beo, Desa Araway, dan Desa Kabilol), karena

Satker PIP Kabupaten Raja Ampat tidak mau melaksanakan kegiatan PPIP di wilayah

kerjanya.

Enam desa di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat (Desa Bondopi, Desa Sasui,

Desa Wefiani, Desa Malawosai, Desa Megame, dan Desa Kaladum), karena masih

adanya pro kontra mengenai tapal batas wilayah sesuai Surat Bupati Tambrauw

Page 73: LAKIP Eselon 2014

III-20

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Nomor: 600/309.C/2014 Perihal: Penundaan Pelaksanaan Kegiatan PPIP TA 2014 di

Kabupaten Tambrauw.

Beberapa kendala yang terjadi selama pelaksanaan tahun 2014 terhadap kegiatan

pemberdayaan masyarakat adalah:

Pada P2KP, 1] kinerja dana bergulir masih rendah dimana hanya 30% dana bergulir

yang berjalan baik, 2] tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan hanya

8 % diatas indicator minimal program (indicator minimal 40%, capaian 48%), 3] masih

terdapat pergantian pendamping masyarakat di kelurahan (fasilitator kelurahan) tahun

2014 sebesar 11 persen, dimana pergantian ini menyebabkan terjadinya kekosongan

pendampingan di lapangan selama beberapa saat, 4] pemeliharaan hasil pembangunan

infrastruktur masih belum optimal untuk menjamin infrastruktur, 5] masih sedikit

pemerintah kab/kota yang siap untuk alih kelola program

Untuk kegiatan PPIP, kendala disebabkan adanya revisi DIPA dan revisi SK Satker yang

mempengaruhi proses mobilisasi fasilitator. Terhadap kendala-kendala tersebut, telah

dilakukan pendampingan dan pengawalan penuh terkait Revisi DIPA dan Revisi SK

Satker serta percepatan mobilisasi Fasilitator

Pada program P2KP, selama tahun 2014, penerima manfaat program ini adalah sebanyak

2.745.528 jiwa masyarakat miskin.

Karena secara kuantitatif target Renstra tersebut telah tercapai maka perlu dilakukan

review terhadap capaian output ini, yaitu Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan yang hingga saat ini masih menjadi

prioritas pembangunan untuk dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat

perdesaan/perkotaan. Pada rencana pembangunan jangka menengah selanjutnya,

keberlanjutan kegiatan ini akan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan nasional serta

tercapainya perbaikan sasaran perbaikan tingkat kemiskinan secara nasional yang akan

dievaluasi pada akhir 2014.

4. Sasaran Lainnya

Selain tiga sasaran utama sebagaimana tersebut diatas, Ditjen Cipta Karya juga berupaya

memenuhi pencapaian sasaran “Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan, dan

Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman” yang ditandai dengan

Page 74: LAKIP Eselon 2014

III-21

Direktorat Jenderal Cipta Karya

tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri,

data dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah

171 laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%). Pencapaian sasaran ini

sepenuhnya dilakukan oleh Direktorat Bina Program.

Dari penjabaran pencapaian kinerja sasaran sebagaimana tersebut diatas, dapat disampaikan

bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman,

Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan

pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis tersebut adalah sebesar 104,44%.

Beberapa manfaat sebagaimana tersebut diatas, telah dapat dihasilkan dari pelaksanaan program

ini.

Walapun berkinerja baik, bukan berarti tidak terdapat kendala dalam pelaksanaan target-target

tersebut.Permasalahan kesiapan readiness criteria masih menjadi kendala utama dilapangan

khususnya terkait kesiapan lahan.

3.1.2. CAPAIAN KINERJA LAINNYA

Selain pencapaian terhadap sasaran strategis sebagaimana tercantum dalam dokumen Renstra,

Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga mencatat pencapaian kinerja lainnya yang dipandang

penting, diantaranya yaitu:

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Capaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya di Tahun 2014

adalah 1] Perbaikan kualitas pelayanan dengan menetapkan dan memaklumatkan standar

pelayanan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP), serta dilakukan reviu secara berkala;

2] Kehadiran pegawai telah menggunakan finger print (SE Dirjen. Cipta Karya Nomor

18/SE/DC/2014), 3] Telah dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan secara

berkala dan membuka akses terhadap hasil survei kepuasan masyarakat, 4] Memberikan

hukuman (punishment) kepada pegawai DJCK yang telah melanggar peraturan, 5]

Implementasi sistem penilaian kinerja pegawai berbasis elektronik, 6] Telah memberikan

Tunjangan Kinerja Pegawai mulai Juni 2013 sesuai dengan Permen PU No 15/PRT/M/2013, 7]

Disiapkannya pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta

Karya sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NOmor 4/PRT/M/2009 (Manual

Mutu SMM DJCK), 8] Penyusunan draft

Page 75: LAKIP Eselon 2014

III-22

Direktorat Jenderal Cipta Karya

standard kompetensi Jabatan Struktural dan Fungsional, 9] Kamus Kompetensi Teknis Bidang

Cipta Karya, 10] Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA), 11] Penyusunan

Buku Cascading sebagai bagian dari penyiapan pelaksanaan Sistem Manajemen Kinerja.

Pembangunan Berbasis Gender

Penyempurnaan Petunjuk Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender

(Monev PUG) Bidang Cipta Karya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas

monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya yang berbasis responsif

gender. Ujiterap buku petunjuk pelaksanaan monev gender bidang Cipta Karya telah

dilaksanakan di beberapa lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti lokasi program

P2KP, PPIP/RIS-PNPM, Pamsimas, PISEW untuk melihat 4 parameter indikator Akses, Kontrol,

Partisipasi dan Manfaat (AKPM) dalam siklus pembangunan yang dirasakan oleh target

sasaran responsive gender. Gambaran hasil monev responsive gender pada ke 4 aspek ini

umumnya dirasakan ada dan analisa evaluasinya tidak ada isu kesenjangan gender yang baru

yang ditimbulkan pada pencapaiannya. Disamping itu indikator kinerja pada data terpilah

yang ada dalam persyaratan I pemberdayaan masyarakat P2KP, Pamsimas, PISEW dan RIS

PNPM dan APBN PPIP juga tercapai, artinya buku petunjuk pelaksanaan monev ini telah dapat

bermanfaat dalam member masukan pada perencanaan berikutnya.

Berdasarkan evaluasi ini, ke depan dimensi integrasi penyusunan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi tercapai AKPM responsif gender, sebaiknya di gali lebih luas untuk program

regular diluar pemberdayaan masyarakat yaitu yang berprespektif/berpeluang responsif

gender. Dan diharapkankekuatan hukum atau legalisisasi terhadap Buku Petunjuk

Pelaksanaan Monev Gender Bidang Cipta Karya ini dapat diwujudkan melalui proses Surat

Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya serta dapat disosialisasikan kepada seluruh

stakeholder Bidang Cipta Karya.

Paralel dengan itu telah dilakukan forum penjaringan masukan teknis terhadap kegiatan yang

responsif gender pada program pengembangan infrastruktur permukiman yang melibatkan

Internal Cipta Karya dan Pemda serta Pakar. Dalam kegiatan ini telah dilakukan review

terhadap produk-produk pengaturan dan pembinaan seperti Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria (NSPK) seluruh sektor pada Bidang Cipta Karya, antara lain RUSUNAWA, Bangunan

Gedung, Air Minum, Air Limbah, Drainase dan Persampahan, Penataan Lingkungan serta

Pengembangan Permukiman. Sehingga makna intergrasi dalam satu dimensi siklus

Page 76: LAKIP Eselon 2014

III-23

Direktorat Jenderal Cipta Karya

pembangunan bidang Cipta Karya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi kegitaan responsif gender dapat semakin sempurna.

Tantangan lain ke depan perlunya pengembangan sistem monitoring responsive gender

terintegrasi dalam satu system monitoring di lingkungan DJCK yaitu dengan cara

menggabungkan informasi yang ada pada sistem informasi managemen Satuan Kerja (Satker)

dengan Sistem Informasi Managemen Evaluasi Kinerja (SIMEKA).

Prosentase anggaran kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya biasanya lebih besar dari

satminkal lainnya, kecuali tahun 2012 hampir berimbang dengan Ditjen Bina Marga Seiring

dengan peningkatan anggaran dari tahun ke tahun artinya semakin besar perhatian yang

diberikan terhadap kesetaraan gender, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kelas

penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) yang diberikan oleh Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPP-A) kepada Kementerian PU, dimana sebelumnya

masuk kelas kategori tingkat madya meningkat menjadi utama dan pada tahun ini meningkat

menjadi mentor artinya siap menjadi Mentor untuk K/L lainnya, tentunya hal ini tidak lepas

dari kontribusi yang besar dari pencapaian responsif gender Bidang Cipta Karya.

Tabel 3.14. Rekapitulasi Anggaran Responsif Gender (ARG) Direktorat Jenderal Cipta Karya Periode 2010-2014

No Satminkal Alokasi Anggaran Responsif Gender (ARG)

2010 2012 2013 2014

1 Ditjen Cipta Karya 1.026.374.820 1.084.444.917 2.342.365.822 3.046.703.117

2 Total Pagu ARG Kemen

PU 1.277.934.942 2.227.341.794 2.839.750.554 4.034.144.737

3 Persentase Total ARG

Ditjen Cipta Karya

Terhadap Total Pagu

Kemen PU

80,32 48,69 82,48 75,52

Sumber: Gender Budget Statement, 2011-2014

Pengolaan Aset Barang Milik Negara

Hingga akhir tahun 2014 total BMN (Aset) Ditjen Cipta Karya adalah sebesar Rp. 38.317 milyar.

Dalam upaya pengelolaan aset ini, masih ditemukan kendala-kendala dalam pengelolaan

BMN ini, diantaranya [1] Kuranglengkapnya dokumen yang dipersyaratkan sebagai

pendukung proses Hibah, [2] Adanya fisik di lapangan yang sudah tidak berfungsi karena

minimnya pemeliharaan, sehingga

Page 77: LAKIP Eselon 2014

III-24

Direktorat Jenderal Cipta Karya

pemerintah Kabupaten/Kota tidak bersedia untuk menerima BMN yang akan dihibahkan, [3]

Masih kurangnya pemahaman prosedur dan proses hibah bagi kepala satuan kerja maupun

pemerintah kabupaten/kota yang akan menerima hibah, [4] Tertundanya usulan dari satuan

kerja untuk segera memproses hibah atas infrastruktur yang telah selesai dibangun, [5] Masih

banyak pemerintah daerah kabupaten/kota yang belum bersedia menandatangani surat

pernyataan kesiapan menerima hibah.

Proses pembinaan teknis terkait penatausahaan BMN telah dilaksanakan di 2014 dan

diharapkan seluruh Satuan Kerja sudah dapat mandiri dan secara otomatis akan segera

memproses Hibah/Alih Status setelah berakhirnya tahun anggaran sebelumnya. Selain itu,

telah dilakukan pendampingan pecepatan proses Hibah BMN yang menitikberatkan pada

bimbingan bagi Aparat/Petugas Satuan Kerja dalam pemberkasan serta melengkapi dokumen

pendukung yang diperlukan dalam persiapan proses Hibah BMN, Verifikasi kelengkapan

dokumen pendukung proses Hibah MBN yang dilakukan secara terpadu antara sekretariat

direktorat jenderal, pusat PBMN dan direktorat teknis serta Sosialisasi proses hibah kepada

pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN.

Tanggap Darurat Bencana

Salah satu tugas khusus yang diamanatkan ke Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah terkait

penanganan tanggap darurat bencana karena terkait dengan kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi.Terkait tugas ini, untuk memudahkan pelaksanaan tanggap darurat bencana,

Ditjen Cipta Karya telah membentuk empat depo di Medan, Padang, Surabaya dan

Makasar.Selain itu dilakukan juga pembinaan personil satuan tugas yang bekerjasama dengan

PUSDIKPASSUS dimana hingga tahun 2014 telah membina 180 personil.Beberapa kegiatan

yang telah dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana di tahun 2014 adalah:

1. Bencana Longsor Banjarnegara

Bencana longsor Banjarnegara telah menelan korban sebanyak 24 korban tewas, 84 warga

yang masih hilang, 105 unit rumah roboh dan jumlah pengungsi sebanyak 577 jiwa. Ditjen

Cipta Karya mengirimkan Hidran Umum sebanyak 17 buah, WC knock down10 buah, bak

sampah 16 buah dan truk tangki air sebanyak 4 buah.

2. Bencana Banjir Bandung

Banjir bandang yang menggenangi lima Kecamatan di Kabupaten Bandung diakibatkan

Page 78: LAKIP Eselon 2014

III-25

Direktorat Jenderal Cipta Karya

oleh kondisi topografi yang berupa cekungan, serta meluapnya air sungai citarum hulu

memberikan dampak kepada 14 ribu jiwa atau sekitar 4.400 kepala keluarga (KK)

mengungsi. Penduduk mengungsi berasal dari Kecamatan Baleendah 5.365 jiwa,

Dayeuhkolot 5.827 jiwa, Bojongsoang 1.680 jiwa, Ketapang 747 jiwa dan Cicalengka 657

jiwa. Kementerian PU-PERA melalui Ditjen Cipta Karya telah bertindak dengan mobilisasi 1

mobil tangki air (MTA), 1 toilet mobile, 10 HU dan 10 WC knock down untuk mendukung

dan melengkapi pelayanan kebutuhan air minum dan sanitasi pada bencana banjir

bandang tersebut. Personel yang ditugaskan untuk membantu sebanyak 4 orang dari

Satker Air Minum Provinsi Jawa Barat, 2 Satgas Tanggap Darurat Jawa Barat, 5 Satgas

Tanggap Darurat Pusat yang dioperasikan dibawah komando BNPB dan BPBD Provinsi

Jawa Barat.

3. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung

Berdasarkan informasi yang telah dihimpun oleh Tim Tanggap Darurat Cipta Karya, jumlah

pengungsi akibat dampak erupsi Gunung Sinabung mencapai 30.117 jiwa atau 9.388

KK.Perlu ada upaya antisipasi dan penyelamatan warga dari dampak letusan Gunung

Sinabung untuk jangka panjang. Bersama dengan BNPB, Ditjen Cipta Karya akan

melakukan relokasi permukiman warga. Ditjen Cipta Karya telah melakukan identifikasi

lokasi, membuat konsep desain hunian tetap (Huntap) dan menyusun mekanisme relokasi

warga yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung ke tempat yang lebih aman,Huntap

ini akan dibangun di atas lahan yang disediakan oleh Pemda Kabupaten Karo dengan luas

lahan 25 Ha, yang diperuntukkan bagi 1.000 Kepala Keluarga (KK).

Dalam penanganan korban bencana Sinabung, Ditjen Cipta Karya telah memberikan

bantuan yang dimanfaatkan oleh pengungsi di 42 titik pengungsian, yaitu; 82 unit Hidran

Umum; 46 unit WC knock down; 23 unit Tenda Hunian Darurat (THD) dan 520 buah

jerigen. Seluruh peralatan tersebut berasal dari Depo Tanjung Morawa, Medan yang

merupakan pusat penyimpanan alat-alat tanggap darurat Cipta Karya untuk wilayah

Sumatera. Stockperalatan tanggap darurat bencana Cipta Karya di Depo Tanjung Morawa

Medan antara lain dua unit Mobil Tangki Air (MTA), 90 unit Hidran Umum (HU), 50 unit

WC Knock Down dan satu unit Dump Truck, serta 50 tenda hunian darurat (THD),

sedangkan barang/peralatan yang ada di Kantor dinas PU Kab. Karo adalah, 30 unit HU, 30

Unit WC Knock Down, 30 Unit Tenda Hunian Darurat (THD).Dalam pemanfaatan bantuan

tersebut, Ditjen Cipta Karya

Page 79: LAKIP Eselon 2014

III-26

Direktorat Jenderal Cipta Karya

berkoordinasi dengan Dinas PU Kabupaten Karo yang didukung oleh Satuan Kerja Provinsi

di lingkungan Ditjen Cipta Karya dan Satgas Tanggap Darurat Ditjen Cipta Karya, Sumatera

Utara di beberapa wilayah.

4. Tanggap Darurat Banjir Manado

Direktorat Jenderal Cipta Karya melaksanakan tanggap darurat bencana untuk korban

banjir bandang dan tanah longsor di Manado dengan menyediakan peralatan untuk

memenuhi kebutuhan korban bencana berupa 4 unit Mobil Tangki Air (MTA); satu unit

IPA Mobile, 39 unit Hidran Umum; satu unit perahu karet; 20 unit PAC; dan 600 buah

jerigen dengan kapasitas 10 liter.

5. Tanggap Darurat Erupsi Gunung Gamalama

Direktorat Jenderal Cipta Karya mengirimkan kebutuhan bagi para pengungsi erupsi

gunung Gamalama berupa 2 unit mobil tangki air kapasitas 4.000 liter, 20 unit

WC knockdown, dan 20 unit hidran umum kapasitas 2.000 liter.

PKPD-PU Bidang CK

Kementerian Pekerjaan Umum sebagai instansi yang bertanggungjawab melakukan

pembinaan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum sudah seyogyanya

memberikan perhatian dan pembinaan terhadap dinamika, kreativitas dan inovasi

pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang terselenggara di daerah.Salah satu

wujud pembinaan tersebut adalah memberikan apresiasi berupa penghargaan kepada

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinilai berprestasi dalam

memajukan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum melalui kegiatan Penilaian Kinerja

Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum (PKDP-PU).

Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum

bertanggungjawab pada kegiatan pembangunan infrastruktur bidang permukiman (Cipta

Karya) melaksanakan PKPD-PU Bidang Cipta Karya dengan menilai kegiatan pembangunan

infrastruktur bidang permukiman.

Pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014 untuk kategori Kota Metro/Besar adalah

Kota Surabaya sebagai pemenang I, Kota Malang sebagai Pemenang II, dan Kota Pontianak

sebagai pemenang III. Untuk kategori Kota Sedang/Kecil, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta

Karya Tahun 2014 adalah Kota Payakumbuh sebagai Pemenang I, Kota Probolinggo sebagai

Pemenang II, dan Kota Yogyakarta sebagai

Page 80: LAKIP Eselon 2014

III-27

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pemenang III. Untuk kategori Kabupaten, pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya Tahun 2014

adalah Kabupaten Tabanan sebagai Pemenang I, Kabupaten Sleman sebagai Pemanang II, dan

Kabupaten Sidoarjo sebagai Pemenang III.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:

- Pelaksanaan tahun 2104, dilakukan langkah baru, yaitu Kriteria Penilaian terbagi dalam 2

kelompok yaitu Kriteria Penilaian Keterpaduan dengan bobot 30% dan Kriteria Penilaian

Sektor dengan bobot 70%. Kriteria Penilaian Keterpaduan diselenggarakan untuk

mengakomodasi isu keterpaduan yang saat ini menjadi salah satu arah kebijakan

Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kriteria Penilaian Keterpaduan disusun oleh masing-

masing sektor sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor. Survey

lapangan di beberapa lokasi akan dilakukan bersama-sama (minimal tim juri dari 2

komponen yang merupakan perwakilan Ditjen. Cipta Karya) sehingga muncul penilaian

yang sifatnya utuh ke-Cipta Karya-an.

- Pemenang PKPD PU Bidang Cipta Karya tahun ini cukup bervariasi. Hal ini dapat

disebabkan adanya pembagian kriteria penilaian seperti yang disebutkan pada poin

pertama diatas. Pemenang yang baru muncul pada kategori Kabupaten, yaitu Kabupaten

Sidoarjo. Selain itu, pada Kategori Kota Sedang/Kecil, muncul pula Kota Yogyakarta, yang

selama 5 tahun ke belakang tidak pernah muncul sebagai pemenang.

- Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada saat

penyerahan Tropi pada tanggal 5 Desember 2014, menyampaikan bahwa para pemenang

akan mendapatkan Tropi, penghargaan dan hadiah fisik. Selain itu, Kabupaten/Kota juga

akan mendapat prioritas mendapatkan program dari Kementerian Pekerjaan Umum.

- Untuk lebih memperkaya wawasan, tim juri untuk PKPD-PU Bidang Cipta Karya tidak

hanya terdiri dari Direktorat Jenderal Cipta Karya saja tetapi juga melibatkan akademisi

dan pemerhati pembangunan bidang permukiman.

- Untuk memberikan keadilan bagi seluruh kabupaten/kota, bagi kabupaten/kota yang

sudah menjadi pemenang PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 3 (tiga) kali berturut-turut

maka tidak boleh mengikuti PKPD-PU Bidang Cipta Karya selama 1 (satu) periode.

Dukungan Pemda melalui Matching Fund

Matching fund atau lebih dikenal dengan DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama) disyaratkan

Page 81: LAKIP Eselon 2014

III-28

Direktorat Jenderal Cipta Karya

sebagai salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam readiness criteria.Realisasi DDUB Tahun

2014terhadap komitmennya adalah sebesar Rp. 209.825.789.000,- (55,42%) untuk APBD

Kab/Kota. Terhadap total anggaran Ditjen Cipta Karya Tahun 2014, realisasi DDUB ini hanya

berkisar 1,51% saja. Dalam pemenuhan DDUB oleh kabupaten/kota terdapat beberapa

kendala antara lain:

1. APBD Kabupaten/Kota mayoritas digunakan untuk gaji upah sehingga hanya sedikit sekali

dana APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan untuk DDUB.

2. Mayoritas komitmen awal DDUB belum dibahas dengan DPRD sehingga realisasi

pengalokasian dana APBD untuk DDUB terhambat.

3. Pemahaman pemerintah daerah terhadap pentingnya DDUB sebagai salah satu syarat pemenuhan readiness criteria masih kurang.

4. Kemampuan daerah dalam pemenuhan DDUB tidak semuanya diprioritaskan ke kegiatan

CK tetapi lebih diprioritaskan ke pendidikan atau kesehatan.

5. Dalam peta kapasitas fiskal yang setiap tahun diterbitkan oleh Kementerian Keuangan,

mayoritas kabupaten/kota termasuk dalam kategori rendah sehingga pemenuhan DDUB-

nya tidak dapat terealisasi 100%.

6. Tidak adanya mekanisme insentif dan disinsentif menjadikan rendahnya realisasi DDUB.

Pelaksanaan CSR

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesesimbangan ekonomi-sosial-

lingkungan, kini semakin banyak perusahaan yang memenuhi tanggungjawab sosialnya.

Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) tidak hanya dapat diwujudkan dalam bentuk

kegiatan amal (charity) tetapi juga dapat dilaksanakan dalam program pemberdayaan

masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara langsung sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Program CSR yang dilaksanakan oleh beberapa perusahaan sangat

beragam termasuk kegiatan CSR dalam pembangunan infrastruktur permukiman (bidang

Cipta Karya) seperi penyediaan air minum dan sanitasi, pengelolaan sampah, penataan

bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman.

Di sisi lain, pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman yang tujuan akhirnya adalah

kesejahteraan masyarakat, diharapkan tidak hanya berasal dari APBN dan APBD tetapi dapat

juga bersumber dari swasta melalui program CSR. Program CSR merupakan salah satu

alternatif sumber pembiayaan pembangunan

Page 82: LAKIP Eselon 2014

III-29

Direktorat Jenderal Cipta Karya

bidang infrastruktur yang dapat dioptimalkan di lokasi-lokasi dimana terdapat perusahaan-

perusahaan besar seperi program CSR PT. Adaro di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.

Hingga tahun 2014, telah dilaksanakan fasilitasi program CSR yang bekerjasama dengan

perusahan-perusahaan sebagai berikut:

Tabel 3.15. Fasilitasi Kerjasama Multipihak Program CSR oleh

Ditjen Cipta Karya (2012-2014)

No Perusahaan Lokasi Kegiatan Sektor Cipta Karya Perkiraan

Pendanaan

(Rp.1000)

1 PT. Adaro Indonesia Kab. Hulu Sungai Utara, Prov.

Kalsel

Air Minum, PPLP, PBL,

Bangkim

23.100.000

2 PT. Adaro Indonesia Kab. Balangan, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL,

Bangkim

20.570.000

3 PT. Adaro Indonesia Kab. Tabalong, Prov. Kalsel Air Minum, PPLP, PBL,

Bangkim

27.050.000

4 PT. Berau Coal Kab. Berau, Prov. Kalsel Air Minum dan PPLP 5.582.000

5 PT. Pertamina Kab. Ende, Prov. NTT Air Minum 3.400.000

6 PT. Bukit Asam Kab. Muara Enim, Prov. Sumsel Air Minum, PPLP, PBL,

Bangkim

27.027.000

7 PT. Semen Padang Kota Padang Air Minum dan PPLP 1.004.000

Total 107.729.000

Sumber: Subdirektorat Kerjasama Luar Negeri, 2014

Penggalian potensi/inovasi melalui penyelenggaraan sayembara

Selain melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, Ditjen Cipta Karya di tahun 2014 juga

melakukan beberapa kegiatan penggalian potensi/inovasi dari berbagai stakeholder melalui

penyelenggaraan sayembara. Adapun kegiatan sayembara yang telah dilaksanakan adalah:

1. Sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang Madura

Sejak ditetapkanya Pulau Gili Iyang sebagai lokasi wisata kesehatan dikarenakan potensi

oksigennya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemkab Sumenep, Direktorat Cipta

Karya merespon dengan menyelenggarakan sayembara Penataan Kawasan Gili Iyang.

Sayembara ini diperuntukan menjaga keaslian alam dan budaya yang sudah ada,

sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu kriteria yang

dijadikan pemenang dalam sayembara ini adalah karya yang tidak terlalu banyak

mengeksplorasi Gili Iyang.

Page 83: LAKIP Eselon 2014

III-30

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Adapun pemenang Sayembara Penataan Kawasan Pulau Gili Iyang ditetapkan tiga

pemenang. Juara pertama adalah Timmy Setiawan dengan mengusung tema “Gili Iyang

Ec(O2)RismIslam”, Juara kedua adalah Alexander Octa K.W dengan tema “Gili Iyang’s

Sanctuary”dan Juara ketiga adalah Rahardian P. Herwindo dengan tema “East Madurat

Eco Healing Tourism”.

3.1.3. HAL-HAL YANG MEMERLUKAN PERHATIAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA

Salah satu strategi keberhasilan pelaksanaan tahun 2015 adalah adanya respon Direktorat

Jenderal Cipta Karya terhadap faktor-faktor yang memerlukan perhatian di tahun 2014,

diantaranya adalah:

a. Pengembangan Basis Data

Database bidang permukimaan hingga saat ini belum tersedia secara optimal, khususnya

data pasca pelaksanaan pembangunan. Berbagai upaya pengembangan basis data terus

dilakukan, salah satunya melalui pengembangan system aplikasi berbasis web yang

memudahkan kontributor dalam mengisi data kinerja (SIMEKA) ataupun melalui kegiatan

Pemutakhiran Data Kumuh dimana pada tahun 2014 telah dilakukan di 127 kawasan. Selain

itu, dilakukan juga peningkatan koordinasi baik dengan BPS Pusat ataupun dengan BPS

Kab/Kota untuk memudahkan perolehan data kinerja. Selanjutnya, upaya ini akan terus

dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya, khususnya dalam upaya pengembangan basis data

dalam meningkatkan akurasi data bidang permukiman.

b. Percepatan Proses Pengadaan

Upaya percepatan proses pengadaan telah dilakukan dengan dukungan dari Unit Layanan

Pengadaan (ULP) yang secara rutin melakukan pemantauan terhadap proses pengadaan.

Selain itu, dukungan lain diberikan melalui proses penetapan Pokja Pengadaan yang

dipercepat oleh ULP serta dorongan kepada aparat Satker untuk mengikuti pelatihan PerPres

No 70 Tahun 2012 agar memahami lebih mendalam ketentuan-ketentuan pelelangan

sehingga terhindar dari kesalahaan saat pelelangan. Pengadaan barang dan jasa untuk

proyek yang didanai dari pinjaman luar negeri memerlukan harmonisasi peraturan antara

guideline pemberi pinjaman dengan peraturan perundangan nasional. Harmonisasi ini

seyogyanya dilakukan oleh LKPP.

c. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan di Daerah

Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah salah satu diantaranya dilakukan

Page 84: LAKIP Eselon 2014

III-31

Direktorat Jenderal Cipta Karya

melalui penguatan pada kapasitas pelaksana di daerah (Satker, Pemda), antara lain dengan

memberikan acuan pelaksanaan (panduan mulai dari perumusan kebijakan hingga

implementasi fisik), melakukan diseminasi, dan koordinasi yang lebih intensif. Selanjutnya,

upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.

d. Pengelolaan asset/proses alih status/hibah BMN

Terkait pengelolaan aset, selain Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah BMN bagi

Aparat/Petugas Satuan Kerja, dilakukan juga Pendampingan Percepatan Proses Hibah BMN,

verifikasi kelengkapan dokumen pendukung proses Hibah BMN serta Sosialisasi proses hibah

kepada pejabat/aparat terkait dari pemerintah yang akan menerima hibah BMN.

Selanjutnya, upaya ini akan terus dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.

e. Aspek Keberlanjutan

Untuk menjamin aspek keberlanjutan, pada Satker Propinsi telah diarahkan untuk turut

memantau realisasi komitmen Pemda pasca pelaksanaan (seperti realisasi pelaksanaan

pemasangan pipa distribusi/SR, fasilitasi pendukung TPA, ketersediaan lembaga pengelola

dan sebagainya). Selain itu, di tahun 2014 telah pula dilakukan upaya pendataan terhadap

aspek keberlanjutan (tersediaan OM dan lembaga pengelola) dari setiap output terbangun.

Selanjutnya, kedepan akan disusun suatu panduan/petunjuk/arahan/pedoman yang dapat

menjadi petunjuk pengelolaan paska pembangunan untuk memaksimalkan kebermanfaatan

dan keberlanjutan output terbangun.

f. Pendanaan melalui PHLN dan CSR

Terdapat kebijakan yang mengatur besarnya porsi pendanaan APBN reguler DJCK yaitu hanya

sebesar 30% dari total pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, sehingga sisanya harus

dibiayai dari dana APBD daerah yang bersangkutan, CSR, dan/atau sumber pembiayaan

lainnya (PHLN). Oleh karenanya, mengingat bahwa CSR merupakan salah satu potensi besar

dalam pembiayaan, perlu kiranya terus melakukan sinergi sumber pembiayaan CSR ini

melalui penyusunan database dan mengembangankan kerjasama dengan perusahaan yang potensial

membiayai pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya melalui dana Corporate Social

Responsibility (CSR) dalam rangka percepatan pelaksanaan kerjasama program CSR bidang Cipta

Karya. Selain itu, perlu mempertajam penyiapan kriteria pendanaan yang dibiayai dana Pinjaman

Luar Negeri, mempercepat proses persetujuan proses pelelangan ataupun percepatan Perjanjian PLN

dengan cara membagi 2 tahap perjanjian Engineering Service Phase dan Construction Phase.

Page 85: LAKIP Eselon 2014

III-32

Direktorat Jenderal Cipta Karya

g. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam program pemberdayaan masyarakat, komponen dana bergulir masih belum

berkinerja dengan baik. Terakhir, pada pelaksanaan P2KP, kinerja dana bergulir hanya 30%,

artinya hanya 30% dari total dana bergulir yang dapat bermanfaat dalam peningkatan

kapasitas usaha masyarakat miskin. Karena itu tantangan kedepan, adalah bagaimana

memperbaiki mekanisme tingkat pengembalian dana bergulir ini.

3.1.4. PENGHARGAAN DARI PIHAK LAIN

Terhadap capaian kinerja yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya di tahun 2014, Ditjen Cipta Karya

mendapat apresiasi dari pihak lain melalui penerimaan penghargaan sebagai berikut:

a. Penghargaan Konstruksi Indonesia Untuk SIKIPAS

Direktorat Jenderal Cipta Karya dianugerahi penghargaan sebagai Pemenang II Penghargaan

Karya Konstruksi Indonesia 2014 pada Kategori Teknologi Tepat Guna dengan Judul Karya

Modul SIKIPAS (Sistem Instalasi Pengolahan Anaerobik Sampah): Inovasi Teknologi

Pengolahan Sampah Karya Generasi Muda Indonesia Di Kementerian Pekerjaan Umum.

Penghargaan ini diberikan dalam rangka Konstruksi Indonesia pada tanggal 25 September

2014.Inovasi ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah

organik dari sumbernya.

b. Penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat Expo 2014

Pada ajang Gelar Karya Pembangunan Masyarakat Expo 2014, Kementerian Pekerjaan Umum

diwakili oleh Direktorat Bina Program-Ditjen Cipta Karya menjadi Juara I Stand Terbaik

Kategori Kementerian. Penghargaan ini merupakan yang keempat kalinya berturut-turut

diperoleh oleh Ditjen Cipta Karya.

c. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008

BPPSPAM telah menerima sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 pada

bulan Desember 2013. Sertifikasi ini merupakan bukti komitmen dari BPPSPAM sebagai

badan yang akuntabel dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance). Pada akhir tahun 2014, BPPSPAM telah berhasil mempertahankan sertifikasi

SMM ISO 9001:2008 tersebut melalui audit surveillance yang dilakukan oleh PT. Sucofindo

International Certification Services pada tanggal 8-9 Desember 2014.

Page 86: LAKIP Eselon 2014

III-33

Direktorat Jenderal Cipta Karya

3.2. REALISASI ANGGARAN

Dengan menggunakan pendekatan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011

tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi anggaran dengan hasil

sebesar 95,78% atau jika dintepretasikan adalah SANGAT BAIK (hasil perhitungan terlampir).

Pencapaian ini dipengaruhi oleh beberapa indikator penilaian diantaranya yaitu:

a. Penyerapan anggaran

Pada akhir tahun 2014, penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

terealisasi sebesar 95,74% (status 12 Januari 2015) dari target sebesar

Rp. 14.549.48.381.000,- Besaran anggaran ini telah mengalami revisi dikarenakan adanya

kebijakan penghematan. Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran periode 2010-2013,

maka akan didapat tren sebagai berikut:

Tabel 3.16. Tren Realisasi Anggaran Periode 2010-2014

Tahun Rencana (dlm ribu) Realisasi (dlm ribu) Proporsi

2010 8.372.544.335 7.931.215.109 94.73%

2011 13.122.124.540 12.481.656.826 95.12%

2012 12.829.999.930 12.710.911.569 99.07%

2013 21.953.711.955 20.890.695.803 95,56%

2014 14.549.478.381 13.929.670.602 95,74%

Sumber: LAKIP Es I 2010-2013, Emon 2014 status 12 Jan 2015

Dari tabel di atas, terlihat bahwa Direktorat Jenderal Cipta Karya tidak memiliki kendala

dengan adanya penurunan anggaran dengan adanya APBN-P. Meskipun terjadi penurunan

anggaran sebesar Rp. 7,40 triliyun namun target output dapat direalisasikan dengan baik.

Perbaikan kualitas proses pengadaan barang dan jasa, kualitas perencanaan penyerapan

menjadi alasan semakin membaiknya tingkat penyerapan anggaran. Belum maksimalnya

penyerapan anggaran, dikarenakan masih adanya SPM yang belum terinput dalam aplikasi E-

Mon. Umumnya ini terjadi pada kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya telah berkontribusi langsung dalam pencapaian

sasaran dan proporsi terbesar adalah dalam rangka pencapaian sasaran Meningkatnya

kualitas permukiman dan penataan ruang

Page 87: LAKIP Eselon 2014

III-34

Direktorat Jenderal Cipta Karya

sebesar Rp 2.937.979.651.000,-. atau 107,77%. Realisasi anggaran setiap sasaran bervariasi

dari 85,19% hingga 95,99% (lihat tabel 3.14).

Tabel 3.17. Kontribusi Anggaran Terhadap Pencapaian Sasaran Ditjen Cipta Karya

Sasaran Strategis Anggaran (Dalam Ribu Rp)

Proporsi Rencana Realisasi

Meningkatnya kualitas layanan air minum

dan sanitasi permukiman perkotaan

5.734.809.522 5.504.771.787 95,99%

Meningkatnya kualitas kawasan

permukiman dan penataan ruang

1.476.164.382 1.257.538.122 85,19%

Meningkatnya kualitas infrastruktur

permukiman perdesaan/kumun/nelayan

dengan pola pemberdayaan masyarakat

2.726.102.508 2.937.979.651 107,77%

Sumber: Dok. Rencana Aksi PK Ditjen Cipta Karya, 2014

b. Konsistensi perencanaan dengan implementasi

Dari hasil perhitungan berdasarkan PMK tersebut, diperoleh nilai konsistensi antara

perencanaan dan implementasi sebesar 67,60%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seluruh

rencana penyerapan anggaran dapat terealisasi dengan baik di tiap bulannya.

Beberapa hal yang menyebabkan tidak maksimalnya realisasi penyerapan anggaran setiap

bulan antara lain adanya keterlambatan proses lelang, keterlambatan penandatanganan

kontrak karena pergantian Kepala Satuan Kerja, adanya revisi paket, keterlambatan

penerbitan SK Satuan Kerja, masalah lahan, belum siapnya dokumen perencanaan (DED).

c. Output

Terhadap penggunaan anggaran di tahun 2014, telah dihasilkan berbagai output. Hingga

akhir Desember 2014 telah terealisasi output dengan tingkat keberhasilan rata-rata sebesar

95,70%.

Tabel 3.18. Pencapaian Output Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014

No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi

1 Infrastruktur Perkotaan Kwsn 500 191 38,20%

2 Rusunawa TB 25 25 100,00%

3 Infrastruktur Perdesaan Kwsn 178 168 94,38%

4 RISE Kec 237 237 100,00%

Page 88: LAKIP Eselon 2014

III-35

Direktorat Jenderal Cipta Karya

No Output Satuan Rencana Realisasi Proporsi

5 PPIP Desa 4.650 5.040 108,39%

6 Bangunan gedung dan

fasilitasnya Kab/Kota 40 25 62,50%

7 Sarana dan prasarana

lingkungan permukiman

Kwsn 55 54 98,18%

8 Keswadayaan masyarakat Kel/Desa 11.073 11.066 99,94%

9 Infrastruktur Air Limbah Kab/Kota

Kwsn

5

699

5

684

100,00%

97,85%

10 Infrastruktur Drainase

Perkotaan

Kab/Kota 70 68 97,14%

11 Infrastruktur Persampahan

TPAS

Kab/Kota 71 69 97,18%

12 Infrastruktur 3R Kwsn 58 49 84,48%

13 SPAM Terfasilitasi PDAM 120 119 99,17%

14 SPAM IKK IKK 308 321 104,22%

15 SPAM MBR Kwsn 460 490 106,52%

16 SPAM Perdesaan Desa 1.858 1.979 106,51%

17 SPAM Khusus Kwsn 148 148 100,00%

Sumber: LAKIP Es II, 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak seluruh output fisik terealisasi penuh, terdapat

beberapa output yang realisasinya dibawah 100% yaitu infrastruktur perkotaan, infrastruktur

perdesaan, bangunan gedung dan fasilitasnya, infrastruktur air limbah skala kawasan,

infrastruktur drainase perkotaan dan infrastruktur persampahan TPAS, infrastruktur 3R.

Adapun pencapaian output paling tinggi adalah output PPIP dan SPAM MBR. Lebih detail

terkait penyebab tidak optimalnya pencapaian kinerja output dapat dilihat kembali di subbab

analisis dan evaluasi kinerja.

Page 89: LAKIP Eselon 2014

III-36

Direktorat Jenderal Cipta Karya

d. Efisiensi

Tabel 3.19. Pencapaian Anggaran Ditjen Cipta Karya di Tahun 2014

Target (TVK) Realisasi (RVK)Pagu per Outout

(PAK)

Realisasi per

Output (RAK)

SPAM IKK 308 321 1,581,458,711 1,559,865,890

SPAM MBR 460 490 868,086,186 847,078,257

SPAM PERDESAAN 1858 1979 1,015,697,757 977,798,383

SPAM KHUSUS 148 148 290,090,872 283,784,406

INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH 699 684 593,734,176 545,222,920

INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN 70 68 902,873,298 831,324,010

INFRASTRUKTUR TPAS 71 69 453,369,986 434,838,633

INFRASTRUKTUR TPST / 3R 58 49 28,889,873 24,264,354

PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI 120 119 608,663 594,934

RUSUNAWA 25 25 1,114,339,382 1,074,446,032

SARANA PRASARANA LNGKUNGAN PERMUKIMAN 55 54 232,500,208 190,324,670

BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA 40 29 212,528,918 184,730,136

P2KP 11073 11066 2,056,795,847 2,039,724,441

PPIP 4650 5040 847,219,173 819,345,662

Keluaran

Volume Anggaran

sumber: PMK 249 Cipta Karya 2014

Efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak

membuang waktu, tenaga serta biaya. Dalam konteks pelaksanaan tugas di Ditjen Cipta

Karya, efisiensi yang dilakukan adalah efisiensi biaya. Biaya yang dapat dihemat oleh Ditjen

Cipta Karya adalah 7% (rata-rata), namun dengan efisiensi biaya sebesar itu output yang

terlaksana tetap dapat tercapai yaitu sebesar 97,99%. Dari semua pencapaian tersebut, jika

dihitung nilai efisiensi Ditjen Cipta Karya tahun anggaran 2014 ini adalah 59,30%.

Page 90: LAKIP Eselon 2014

IV-1

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB IV PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Dari penjabaran pencapaian Program sebagaimana tercermin dari Indikator Kinerja Utama (IKU)

pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Program Pembinaan

dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan kegiatan

dengan memuaskan. Hal ini dikarenakan pencapaian rata-rata dari ketiga sasaran strategis

tersebut adalah sebesar 105,08%. Kinerja dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut:

1. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman

perkotaan telah tercapai peningkatan jumlah pelayanan air minum sebanyak 10.353 l/det

(126,58%) dan 321 IKK (104,22%), pembinaan kemampuan Pemda/PDAM di 119 PDAM

(99,17%) serta peningkatan jumlah pelayanan sanitasi di 142 kab/kota (97,26%) dan 733

kawasan (96,83%).

2. Terhadap sasaran Meningkatkan kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang telah

tercapai pembangunan rusunawa sebanyak 25 TB (100%) dan kawasan permukiman yang

terevitalisasi sebanyak 54 kawasan (98,18%).

3. Terhadap sasaran Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman

perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat telah tercapai

peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan di 16.106 desa

(102,44%)

Selain tiga sasaran utama, terdapat sasaran “Meningkatnya Kualitas Pengaturan, Pembinaan,

dan Pengawasan Pada Pembangunan Infrastruktur Permukiman” yang ditandai dengan

tersedianya dokumen kebijakan dan strategi, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data

dan informasi, serta evaluasi kinerja bidang permukiman. Target pada sasaran ini adalah 171

laporan dengan realisasi sebanyak 183 laporan (107,01%).

Page 91: LAKIP Eselon 2014

IV-2

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Adapun realisasi anggaran dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut diatas adalah 95,74%

(status 12 Januari 2015) dari target sebesar Rp 14.549.478.381.000. Beberapa

kendala/permasalahan yang muncul dalam upaya pencapaian sasaran adalah sebagai berikut:

1. Belum optimalnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

2. Masih terbatasnya jumlah SDM dan kapasitas kelembagaan bidang permukiman khususnya

terkait pelaksana di daerah (Satker, Pemda)

3. Masih terbatasnya data dan informasi (basis data) permukiman. Selain itu terdapat

perbedaan data yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan

program menyebabkan tidak optimalnya capaian yang dihasilkan

4. Lemahnya persiapan pelaksanaan antara lain identifikasi dan penetapan lokasi yang

menyebabkan terjadinya perubahan maupun penambahan lokasi sasaran pada

pertengahan tahun anggaran berjalan.

5. Beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan terkait tidak terpenuhinya readiness criteria

seperti kesiapan lahan.

6. Belum maksimalnya pencapaian manfaat dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta

Karya

4.2. REKOMENDASI

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, beberapa rekomendasi yang disampaikan sebagai

perbaikan ke depan antara lain:

1. Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan serta penetapan target target

kinerja yang lebih akurat dengan mempertimbangkan tujuan organisasi, kemampuan SDM,

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan alokasi anggaran dan faktor terkait lainnya.

2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi kinerja secara reguler (setiap bulan, triwulan,

semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja.

3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan bidang permukiman.

Page 92: LAKIP Eselon 2014

IV-3

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

4. Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah

lebih intensif, mengingat berbagai pencapaian target indikator yang telah ditetapkan hanya

dapat dilakukan dengan melibatkan segenap instansi terkait. Koordinasi juga diperlukan

bahkan pada tahap pra perencanaan ataupun pada proses memperoleh data dan informasi

bidang permukiman.

5. Peningkatan manfaat dari infrastruktur terbangun, melalui fasilitasi penguatan

kelembagaan stakeholder di daerah (Pemda, Masyarakat) dalam penerimaan ataupun

pemanfaatan infrastruktur terbangun.

Dengan selesainya Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015, diharapkan

kesuksesan maupun kekurangan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya Tahun 2015

dapat menjadi pemacu untuk dapat berkarya lebih baik lagi pada masa-masa mendatang.

Page 93: LAKIP Eselon 2014

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB I Pendahuluan

Page 94: LAKIP Eselon 2014

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB II Perencanaan Kinerja

Page 95: LAKIP Eselon 2014

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB III Akuntabilitas Kinerja

Page 96: LAKIP Eselon 2014

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB IV Penutup

Page 97: LAKIP Eselon 2014

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Lampiran

Page 98: LAKIP Eselon 2014

xiii - 1

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 99: LAKIP Eselon 2014

xiii - 2

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 100: LAKIP Eselon 2014

xiii - 3

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 101: LAKIP Eselon 2014

xiii - 4

Direktorat Jenderal Cipta Karya

PENGUKURAN KINERJA

Page 102: LAKIP Eselon 2014

xiii - 5

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

PE

NY

ELE

NG

GA

RA

AN

SP

AM

TE

RF

AS

ILIT

AS

I

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

te

rfa

silit

as

i

1 -

5 P

DA

M y

ang

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r sp

am

te

rfa

silita

si

6 -

7 P

DA

M y

ang

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r sp

am

te

rfa

silita

si

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(7)

1.

Ka

pu

as

Hu

lu

2.

Ke

tap

an

g

3.

Ko

ta S

ing

ka

wa

ng

4.

Me

law

i

5.

Sa

mb

as

6.

Sa

ng

ga

u

7.

Sin

tan

g

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(7

)

1.

Ba

rito

Tim

ur

2.

Gu

nu

ng

Ma

s

3.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t

4.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r

5.

Mu

run

g R

ay

a

6.

Se

ruy

an

7.

Su

ka

ma

ra

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(3)

1.

Be

rau

2.

Ku

tai

Tim

ur

3.

Pe

na

jem

Pa

se

r U

tara

NA

D (

3)

1.

Ac

eh

Ta

mia

ng

2.

Ac

eh

Uta

ra

3.

Ko

ta L

an

gs

a

Ria

u (

5)

1.

Ind

rag

iri

Hil

ir

2.

Ind

rag

iri

Hu

lu

3.

Ka

mp

ar

4.

Ro

ka

n H

ulu

5.

Sia

k

Su

law

es

i B

ara

t (1

)

1.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

Su

law

es

i S

ela

tan

(2

)

1.

Bo

ne

, S

op

pe

ng

, S

ela

ya

r

2.

Pa

ng

ke

p,

Lu

wu

, L

uw

u U

tara

da

n L

uw

u T

imu

r

Su

law

es

i T

en

ga

h (

3)

1.

Ba

ng

ga

i

2.

Bu

ol

3.

Do

ng

ga

la

Su

law

es

i U

tara

(4

)

1.

Ke

p.

Sa

ng

ihe

2.

Ko

ta T

om

oh

on

3.

Min

ah

as

a

4.

Min

ah

as

a S

ela

tan

Su

ma

tera

Uta

ra (

7)

1.

Da

iri

2.

De

li S

erd

an

g

3.

Ko

ta B

inja

i

4.

Ko

ta T

an

jun

g B

ala

i

5.

La

bu

ha

n B

atu

Se

lata

n

6.

Pa

kp

ak

Ba

rat

Pa

pu

a B

ara

t (3

)

1.

Ka

ima

na

2.

Ra

ja A

mp

at

3.

Te

luk

Wo

nd

am

a

Be

ng

ku

lu (

2)

1.

Ke

pa

hia

ng

2.

Ko

ta B

en

gk

ulu

Ja

mb

i (3

)

1.

Bu

ng

o

2.

Sa

rola

ng

un

3.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

La

mp

un

g (

4)

1.

Ko

ta B

an

da

r L

am

pu

ng

2.

La

mp

un

g B

ara

t

3.

La

mp

un

g S

ela

tan

4.

La

mp

un

g T

imu

r

Su

ma

tera

Ba

rat

(5)

1.

Lim

ap

ulu

h K

ota

2.

Pa

da

ng

Pa

ria

ma

n

3.

Pe

sis

ir S

ela

tan

4.

Siju

nju

ng

5.

So

lok

Su

ma

tera

Se

lata

n (

2)

1.

Ba

nyu

as

in

2.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu

Ba

nte

n (

1)

1.

Le

ba

k

DIY

(1

)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

Ja

wa

Te

ng

ah

(4

)

1.

Ba

nyu

ma

s

2.

Blo

ra

3.

Gro

bo

ga

n

4.

Pe

ka

lon

ga

n

Ja

wa

Tim

ur

(7)

1.

Blit

ar

2.

Ke

dir

i

3.

Ko

ta M

ojo

ke

rto

4.

Ng

an

juk

5.

Pa

me

ka

sa

n

6.

Pa

su

rua

n

7.

Tu

lun

ga

gu

ng

Ba

li (

1)

1.

Je

mb

ran

a

Ma

luk

u (

4)

1.

Ke

pu

lau

an

Aru

2.

Ko

ta T

ua

l

3.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

4.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

Ba

rat

Ma

luk

u U

tara

(3

)

1.

Ha

lma

he

ra B

ara

t

2.

Ha

lma

he

ra T

imu

r

3.

Ko

ta T

ido

re

NT

T (

1)

1.

Le

mb

ata

NT

B (

1)

1.

Do

mp

u

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(4

)

1.

Bo

mb

an

a

2.

Bu

ton

Uta

ra

3.

Ko

na

we

Se

lata

n

4.

Mu

na

Pa

pu

a (

2)

1.

Ja

ya

pu

ra

Page 103: LAKIP Eselon 2014

xiii - 6

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

Pa

pu

a

Pa

pu

a B

ara

t

Ma

luku

Ma

luku

Uta

raS

ula

we

si U

tara

Go

ron

talo

Su

law

esi

Te

ng

ah

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Sel

ata

nS

ula

we

si T

en

gg

ara

NT

TN

TB

Ba

li

Jaw

a T

imu

rD

IY

Jaw

a T

en

ga

hJa

wa

Ba

rat

Ba

nte

n

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n B

ara

t

Ke

pu

laua

n R

iau

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Lam

pu

ng

Su

ma

tera

Se

lata

nB

en

gk

ulu

Jam

bi

Su

ma

tera

Ba

rat

Ria

u

Su

ma

tera

Uta

ra

NA

D

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

OU

TP

UT

SP

AM

DI

IBU

KO

TA

KE

CA

MA

TA

N (

IKK

)

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

IK

K

1 -

5 I

KK

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

astr

uk

tur

sp

am

IK

K

6 -

10

IK

K y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

sp

am

IK

K

11

- 1

6 I

KK

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r s

pa

m I

KK

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

Be

ng

ku

lu (

8)

1.

Be

ng

ku

lu S

ela

tan

(1

)

2.

Be

ng

ku

lu T

en

ga

h (

1)

3.

Be

ng

ku

lu U

tara

(2

)

4.

Ke

pa

hia

ng

(3

)

5.

Se

lum

a (

1)

Su

ma

tera

Ba

rat

(5)

1.

Pa

sa

ma

n (

1)

2.

Pa

sa

ma

n B

ara

t (2

)

3.

Siju

nju

ng

(1

)

4.

So

lok

Se

lata

n (

1)

La

mp

un

g (

2)

1.

Me

su

ji (1

)

2.

Tu

lan

g B

aw

an

g (

1)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

5)

1.

Mu

ara

En

im (

1)

2.

Mu

si

Ra

wa

s (

2)

3.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu T

imu

r (1

)

4.

Pa

li (

1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(1

2)

1.

Ba

tan

g (

1)

2.

De

ma

k (

3)

3.

Ke

bu

me

n (

1)

4.

Ku

du

s (

1)

5.

Se

ma

ran

g (

3)

6.

Sra

ge

n (

1)

7.

Te

ga

l (1

)

8.

Te

ma

ng

gu

ng

(1

)

Ja

wa

Tim

ur

(9)

1.

Ko

ta B

atu

(1

)

2.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

3.

Mo

jok

ert

o (

1)

4.

Pa

su

rua

n (

1)

5.

Pro

bo

ling

go

(1

)

6.

Sid

oa

rjo

(4

)

Ba

li (

1)

1.

Ka

ran

ga

se

m (

1)

NT

T (

4)

1.

Ku

pa

ng

(1

)

2.

Le

mb

ata

(1

)

3.

Ma

ng

ga

rai

Tim

ur

(1)

4.

Tim

or

Te

ng

ah

Uta

ra (

1)

NT

B (

6)

1.

Bim

a (

2)

2.

Do

mp

u (

2)

3.

Lo

mb

ok

Ba

rat

(1)

4.

Su

mb

aw

a (

1)

Ja

wa

Ba

rat

(7)

1.

Be

ka

si

(1)

2.

Cia

nju

r (1

)

3.

Cir

eb

on

(1

)

4.

Ind

ram

ay

u (

1)

5.

Ka

raw

an

g (

1)

6.

Ko

ta D

ep

ok

(1

)

7.

Su

ka

bu

mi

(1)

Ba

nte

n (

2)

1.

Le

ba

k (

1)

2.

Se

ran

g (

1)

Su

law

es

i S

ela

tan

(1

6)

1.

Go

wa

(4

)

2.

Lu

wu

(2

)

3.

Lu

wu

Tim

ur

(1)

4.

Lu

wu

Uta

ra (

3)

5.

Pa

ng

ke

p (

2)

6.

Sin

jai

(2)

7.

So

pp

en

g (

2)

Ma

luk

u (

7)

1.

Bu

ru (

3)

2.

Ke

pu

lau

an

Aru

(2

)

3.

Se

ram

Ba

gia

n B

ara

t (1

)

4.

Se

ram

Ba

gia

n T

imu

r (1

)

Ma

luk

u U

tara

(8

)

1.

Ha

lma

he

ra B

ara

t (4

)

2.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(1

)

3.

Ha

lma

he

ra T

imu

r (2

)

4.

Ha

lma

he

ra U

tara

(1

)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(5

)

1.

Bu

ton

(2

)

2.

Ko

lak

a U

tara

(2

)

3.

Wa

ka

tob

i (1

)

Su

law

es

i B

ara

t (4

)

1.

Ma

ma

sa

(2

)

2.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(2)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(8)

1.

Be

rau

(3

)

2.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

1)

3.

Ku

tai

Ba

rat

(2)

4.

Ma

lin

au

(1

)

5.

Pe

na

jem

Pa

se

r U

tara

(1

)

Go

ron

talo

(4

)

1.

Bo

ale

mo

(1

)

2.

Bo

ne

Bo

lan

go

(1

)

3.

Go

ron

talo

(2

)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

5)

1.

Hu

lu S

un

ga

i T

en

ga

h (

1)

2.

Ta

ba

lon

g (

1)

3.

Ta

na

h B

um

bu

(2

)

4.

Ta

pin

(1

)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

3)

1.

Do

ng

ga

la (

1)

2.

Mo

row

ali

(1)

3.

To

jo U

na

-un

a (

1)

Su

law

es

i U

tara

(3

)

1.

Ke

pu

lau

an

Sa

ng

ihe

(1

)

2.

Min

ah

as

a (

1)

3.

Min

ah

as

a S

ela

tan

(1

)

Pa

pu

a B

ara

t (2

)

1.

So

ron

g S

ela

tan

(1

)

2.

Te

luk

Bin

tun

i (1

)

Pa

pu

a (

12

)

1.

Bo

ve

n D

igo

el

(1)

2.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

2)

3.

La

nn

y J

ay

a (

2)

4.

Me

rau

ke

(5

)

5.

Pe

gu

nu

ng

an

Bin

tan

g (

2)

Ke

pu

lau

an

Ria

u (

6)

1.

Ka

rim

un

(3

)

2.

Na

tun

a (

3)

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(9)

1.

Ka

yo

ng

Uta

ra (

1)

2.

La

nd

ak

(2

)

3.

Me

law

i (3

)

4.

Sa

ng

ga

u (

1)

5.

Sin

tan

g (

2)

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(2

)

1.

Ka

tin

ga

n (

1)

2.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

NA

D (

2)

1.

Ac

eh

Te

ng

ah

(1

)

2.

Sim

eu

lu (

1)

Ria

u (

5)

1.

Ind

rag

iri

Hil

ir (

1)

2.

Ka

mp

ar

(1)

3.

Ro

ka

n H

ulu

(3

)

Su

ma

tera

Uta

ra (

7)

1.

Ba

tub

ara

(2

)

2.

Hu

mb

an

g H

as

un

du

tan

(2

)

3.

Sim

alu

ng

un

(1

)

4.

Ta

pa

nu

li T

en

ga

h (

2)

Ja

mb

i (6

)

1.

Bu

ng

o (

1)

2.

Ke

rin

ci

(2)

3.

Me

ran

gin

(1

)

4.

Sa

rola

ng

un

(1

)

5.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(1)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(6

)

1.

Ba

ng

ka

Se

lata

n (

2)

2.

Be

litu

ng

(3

)

3.

Be

litu

ng

Tim

ur

(1)

Page 104: LAKIP Eselon 2014

xiii - 7

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

Pa

pu

a

Pa

pu

a B

ara

t

Ma

luku

Ma

luku

Uta

raS

ula

we

si U

tara

Go

ron

talo

Su

law

esi

Te

ng

ah

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Sel

ata

nS

ula

we

si T

en

gg

ara

NT

TN

TB

Ba

li

Jaw

a T

imu

rD

IY

Jaw

a T

en

ga

hJa

wa

Ba

rat

Ba

nte

n

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n B

ara

t

Ke

pu

laua

n R

iau

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Lam

pu

ng

Su

ma

tera

Se

lata

nB

en

gk

ulu

Jam

bi

Su

ma

tera

Ba

rat

Ria

u

Su

ma

tera

Uta

ra

NA

D

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

OU

TP

UT

SP

AM

DI

KA

WA

SA

N K

HU

SU

S

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

kh

usu

s

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

sp

am

kh

usu

s

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r s

pam

kh

us

us

Ma

luk

u (

9)

1.

Bu

ru (

1)

2.

Ko

ta T

ua

l (2

)

3.

Ma

luk

u B

ara

t D

ay

a (

3)

4.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

(1

)

5.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

Ba

rat

(1)

6.

Se

ram

Ba

gia

n B

ara

t (1

)

Ma

luk

u U

tara

(5

)

1.

Ha

lma

he

ra T

en

ga

h (

1)

2.

Ha

lma

he

ra T

imu

r (2

)

3.

Pu

lau

Mo

rota

i (2

)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(5

)

1.

Bo

mb

an

a (

1)

2.

Bu

ton

(1

)

3.

Ko

na

we

Se

lata

n (

1)

4.

Ko

na

we

Uta

ra (

1)

5.

Ko

ta B

au

-ba

u (

1)

11

- 1

6 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r s

pa

m k

hu

su

s

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(16

)

1.

Be

ng

ka

ya

ng

(4

)

2.

Ka

yo

ng

Uta

ra (

3)

3.

Ke

tap

an

g (

1)

4.

Ku

bu

Ra

ya

(2

)

5.

Sa

mb

as

(2

)

6.

Sin

tan

g (

4)

Ke

pu

lau

an

Ria

u (

2)

1.

Ka

rim

un

(1

)

2.

Ko

ta B

ata

m (

1)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(4)

1.

Ko

ta B

on

tan

g (

2)

2.

Ku

tai

Tim

ur

(1)

3.

Nu

nu

ka

n (

1)

NA

D (

7)

1.

Ac

eh

Se

lata

n (

2)

2.

Ac

eh

Uta

ra (

3)

3.

Bir

eu

n (

2)

Su

ma

tera

Uta

ra (

4)

1.

Sim

alu

ng

un

(1

)

2.

Ta

pa

nu

li S

ela

tan

(2

)

3.

Ta

pa

nu

li T

en

ga

h (

1)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(4

)

1.

Ba

ng

ka

(2

)

2.

Ba

ng

ka

Se

lata

n (

1)

3.

Be

litu

ng

(1

)

Su

law

es

i U

tara

(7

)

1.

Ke

p.

Sa

ng

ihe

(1

)

2.

Ke

p.

Ta

lau

d (

1)

3.

Ko

ta B

itu

ng

(2

)

4.

Ko

ta K

ota

mo

ba

gu

(1

)

5.

Min

ah

as

a (

1)

6.

Min

ah

as

a U

tara

(1

)

Pa

pu

a B

ara

t (2

)

1.

Ka

ima

na

(1

)

2.

Ko

ta S

oro

ng

(1

)

Pa

pu

a (

5)

1.

Bia

k N

um

for

(1)

2.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

2)

3.

Me

rau

ke

(2

)

Go

ron

talo

(5

)

1.

Bo

ale

mo

(4

)

2.

Go

ron

talo

Uta

ra (

1)

Su

law

es

i B

ara

t (1

)

1.

Ma

mu

ju U

tara

(1

)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

1)

1.

Do

ng

ga

la (

1)

Be

ng

ku

lu (

1)

1.

Se

lum

a (

1)

Ja

mb

i (1

)

1.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(1)

Su

ma

tera

Ba

rat

(3)

1.

Ke

pu

lau

an

Me

nta

wa

i (1

)

2.

Pa

da

ng

Pa

ria

ma

n (

1)

3.

Pe

sis

ir S

ela

tan

(1

)

Ja

wa

Tim

ur

(1)

1.

Sit

ub

on

do

(1

)

Ba

li (

1)

1.

Gia

ny

ar

(1)

NT

B (

6)

1.

Bim

a (

3)

2.

Do

mp

u (

1)

3.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(1

)

4.

Lo

mb

ok

Uta

ra (

1)

NT

T (

5)

1.

Flo

res

Tim

ur

(1)

2.

Ku

pa

ng

(2

)

3.

Na

ge

ke

o (

1)

4.

Ng

ad

a (

1)

Ba

nte

n (

4)

1.

Le

ba

k (

1)

2.

Ta

ng

era

ng

(3

)

Ja

wa

Ba

rat

(8)

1.

Be

ka

si

(2)

2.

Cir

eb

on

(2

)

3.

Ind

ram

ay

u (

1)

4.

Ka

raw

an

g (

2)

5.

Su

ka

bu

mi

(1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(1

4)

1.

De

ma

k (

5)

2.

Je

pa

ra (

2)

3.

Ke

bu

me

n (

4)

4.

Ko

ta T

eg

al

(3)

Su

law

es

i S

ela

tan

(3

)

1.

Go

wa

(1

)

2.

Ko

ta P

are

-pa

re (

1)

3.

Lu

wu

(1

)

Page 105: LAKIP Eselon 2014

xiii - 8

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

Pa

pu

a

Pa

pu

a B

ara

t

Ma

luku

Ma

luku

Uta

raS

ula

we

si U

tara

Go

ron

talo

Su

law

esi

Te

ng

ah

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Sel

ata

nS

ula

we

si T

en

gg

ara

NT

TN

TB

Ba

li

Jaw

a T

imu

rD

IY

Jaw

a T

en

ga

hJa

wa

Ba

rat

Ba

nte

n

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n B

ara

t

Ke

pu

laua

n R

iau

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Lam

pu

ng

Su

ma

tera

Se

lata

nB

en

gk

ulu

Jam

bi

Su

ma

tera

Ba

rat

Ria

u

Su

ma

tera

Uta

ra

NA

D

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

SP

AM

DI

KA

WA

SA

N M

BR

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

di

ka

was

an

MB

R

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

sp

am

di

ka

was

an

MB

R

NA

D (

9)

1.

Ac

eh

Be

sa

r (1

)

2.

Ac

eh

Ta

mia

ng

(1

)

3.

Bir

eu

n (

2)

4.

Ko

ta L

ho

ks

eu

ma

we

(1

)

5.

Ko

ta S

ab

an

g (

2)

6.

Na

ga

n R

ay

a (

1)

7.

Sim

eu

lu (

1)

Su

ma

tera

Uta

ra (

7)

1.

Hu

mb

an

g H

as

un

du

tan

(2

)

2.

Ko

ta B

inja

i (1

)

3.

La

bu

ha

n B

atu

(1

)

4.

Sim

alu

ng

un

(3

)

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r s

pam

di

ka

wa

sa

n M

BR

11

- 1

7 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r s

pa

m d

i k

aw

as

an

MB

R

Ria

u (

7)

1.

Ind

rag

iri

Hil

ir (

1)

2.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

1)

3.

Ka

mp

ar

(2)

4.

Ku

an

tan

Sin

gin

gi

(1)

5.

Ro

ka

n H

ulu

(2

)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(1

2)

1.

Ba

ng

ka

(1

)

2.

Ba

ng

ka

Ba

rat

(2)

3.

Ba

ng

ka

Se

lata

n (

1)

4.

Ba

ng

ka

Te

ng

ah

(3

)

5.

Be

litu

ng

Tim

ur

(4)

6.

Ko

ta T

an

jun

g P

an

da

n (

1)

Ke

pu

lau

an

Ria

u (

3)

1.

Ka

rim

un

(2

)

2.

Na

tun

a (

1)

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(9)

1.

Ka

pu

as

Hu

lu (

3)

2.

Ko

ta S

ing

ka

wa

ng

(1

)

3.

Me

law

i (2

)

4.

Po

nti

an

ak

(2

)

5.

Se

ka

da

u (

1)

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(1

2)

1.

Ba

rito

Se

lata

n (

1)

2.

Ba

rito

Tim

ur

(1)

3.

Ba

rito

Uta

ra (

2)

4.

Gu

nu

ng

Ma

s (

1)

5.

Ka

tin

ga

n (

1)

6.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

7.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

8.

La

ma

nd

au

(2

)

9.

Se

ruy

an

(1

)

10

. S

uk

am

ara

(1

)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(8)

1.

Be

rau

(3

)

2.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

1)

3.

Ku

tai

Ba

rat

(3)

4.

Ma

lin

au

(1

)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

9)

1.

Ba

nja

rba

ru (

1)

2.

Hu

lu S

un

ga

i S

ela

tan

(1

)

3.

Ta

ba

lon

g (

2)

4.

Ta

na

h B

um

bu

(3

)

5.

Ta

pin

(2

)

Su

law

es

i S

ela

tan

(7

)

1.

Ba

nta

en

g (

1)

2.

Go

wa

(1

)

3.

Ko

ta P

alo

po

(1

)

4.

Lu

wu

(1

)

5.

Lu

wu

Tim

ur

(1)

6.

Lu

wu

Uta

ra (

1)

7.

Sid

rap

(1

)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

5)

1.

Ba

ng

ga

i (1

)

2.

Bu

ol

(1)

3.

Do

ng

ga

la (

1)

4.

Mo

row

ali

(2)

Su

law

es

i U

tara

(4

)

1.

Ke

p.

Sa

ng

ihe

(1

)

2.

Min

ah

as

a (

2)

3.

Min

ah

as

a S

ela

tan

(1

)

Go

ron

talo

(3

)

1.

Bo

ale

mo

(1

)

2.

Go

ron

talo

(1

)

3.

Po

hu

wa

to (

1)

Ma

luk

u U

tara

(6

)

1.

Ha

lma

he

ra B

ara

t (1

)

2.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(1

)

3.

Ha

lma

he

ra T

en

ga

h (

1)

4.

Ha

lma

he

ra T

imu

r (1

)

5.

Ha

lma

he

ra U

tara

(2

)

Pa

pu

a B

ara

t (6

)

1.

Fa

kfa

k (

1)

2.

Ka

ima

na

(1

)

3.

Ra

ja A

mp

at

(1)

4.

Ta

mb

raw

(1

)

5.

Te

luk

Bin

tun

i (1

)

6.

Te

luk

Wo

nd

am

a (

1)

Pa

pu

a (

5)

1.

Bo

ve

n D

igo

el

(1)

2.

Ma

mb

era

mo

Ra

ya

(1

)

3.

Ma

pp

i (1

)

4.

Me

rau

ke

(1

)

5.

Ya

ku

him

o (

1)

Ba

nte

n (

7)

1.

Le

ba

k (

3)

2.

Se

ran

g (

3)

3.

Ta

ng

era

ng

(1

)

DIY

(8

)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

(8)

Ba

li (

6)

1.

Ba

du

ng

(1

)

2.

Gia

ny

ar

(1)

3.

Ka

ran

ga

se

m (

1)

4.

Ta

ba

na

n (

3)

Be

ng

ku

lu (

6)

1.

Be

ng

ku

lu T

en

ga

h (

1)

2.

Be

ng

ku

lu U

tara

(1

)

3.

Ke

pa

hia

ng

(3

)

4.

Re

jan

g L

eb

on

g (

1)

Ja

mb

i (6

)

1.

Bu

ng

o (

1)

2.

Me

ran

gin

(1

)

3.

Sa

rola

ng

un

(1

)

4.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(1)

5.

Te

bo

(2

)

Su

ma

tera

Ba

rat

(7)

1.

Ke

pu

lau

an

Me

nta

wa

i (1

)

2.

Ko

ta P

ay

ak

um

bu

h (

1)

3.

Lim

ap

ulu

h K

ota

(1

)

4.

Pa

da

ng

Pa

ria

ma

n (

1)

5.

Pe

isis

ir S

ela

tan

(1

)

6.

Pe

sis

ir S

ela

tan

(1

)

7.

Siju

nju

ng

(1

)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

16

)

1.

Em

pa

t L

aw

an

g (

1)

2.

Ko

ta L

ub

uk

Lin

gg

au

(1

)

3.

Ko

ta P

rab

um

uli

h (

1)

4.

Mu

ara

En

im (

3)

5.

Mu

si

Ba

nyu

as

in (

3)

6.

Mu

si

Ra

wa

s (

4)

7.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu S

ela

tan

(1

)

8.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu T

imu

r (2

)

La

mp

un

g (

8)

1.

La

mp

un

g B

ara

t (2

)

2.

La

mp

un

g S

ela

tan

(1

)

3.

Me

su

ji (2

)

4.

Pe

sa

wa

ran

(1

)

5.

Pri

ng

se

wu

(1

)

6.

Tu

lan

g B

aw

an

g (

1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(1

6)

1.

Ba

nyu

ma

s (

2)

2.

Ba

tan

g (

1)

3.

De

ma

k (

2)

4.

Ko

ta S

ala

tig

a (

2)

5.

Pu

rba

ling

ga

(1

)

6.

Se

ma

ran

g (

4)

7.

Te

ma

ng

gu

ng

(1

)

8.

Wo

no

gir

i (3

)

Ja

wa

Ba

rat

(10

)

1.

Be

ka

si

(1)

2.

Cia

nju

r (2

)

3.

Cir

eb

on

(1

)

4.

Ka

raw

an

g (

2)

5.

Ma

jale

ng

ka

(2

)

6.

Su

ka

bu

mi

(2)

Ja

wa

Tim

ur

(17

)

1.

Ba

nyu

wa

ng

i (1

)

2.

Bo

jon

eg

oro

(1

)

3.

Je

mb

er

(1)

4.

Ke

dir

i (1

)

5.

Ko

ta B

atu

(1

)

6.

Ko

ta B

lita

r (1

)

7.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

8.

Ma

du

in (

1)

9.

Ma

ge

tan

(2

)

10

. M

ojo

ke

rto

(1

)

11

. N

ga

nju

k (

1)

12

. P

as

uru

an

(1

)

13

. S

ido

arj

o (

2)

14

. S

itu

bo

nd

o (

1)

15

. T

ulu

ng

ag

un

g (

1)

NT

T (

4)

1.

Ma

ng

ga

rai

Tim

ur

(1)

2.

Ng

ad

a (

3)

NT

B (

6)

1.

Bim

a (

2)

2.

Ko

ta B

ima

(2

)

3.

Lo

mb

ok

Uta

ra (

2)

Su

law

es

i B

ara

t (7

)

1.

Ma

ma

sa

(3

)

2.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(4)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(6

)

1.

Bu

ton

(2

)

2.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

3.

Ko

na

we

(2

)

4.

Wa

ka

tob

i (1

)

Ma

luk

u (

9)

1.

Bu

ru (

1)

2.

Bu

ru S

ela

tan

(2

)

3.

Ke

pu

lau

an

Aru

(2

)

4.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

Ba

rat

(1)

5.

Se

ram

Ba

gia

n B

ara

t (1

)

6.

Se

ram

Ba

gia

n T

imu

r (1

)

Page 106: LAKIP Eselon 2014

xiii - 9

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

Pa

pu

a

Pa

pu

a B

ara

t

Ma

luku

Ma

luku

Uta

raS

ula

we

si U

tara

Go

ron

talo

Su

law

esi

Te

ng

ah

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Sel

ata

nS

ula

we

si T

en

gg

ara

NT

TN

TB

Ba

li

Jaw

a T

imu

rD

IY

Jaw

a T

en

ga

hJa

wa

Ba

rat

Ba

nte

n

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n B

ara

t

Ke

pu

laua

n R

iau

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Lam

pu

ng

Su

ma

tera

Se

lata

nB

en

gk

ulu

Jam

bi

Su

ma

tera

Ba

rat

Ria

u

Su

ma

tera

Uta

ra

NA

D

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

SP

AM

PE

RD

ES

AA

N

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

pe

rde

sa

an

1 -

5 d

esa

ya

ng

men

da

pa

t in

fra

str

uktu

r sp

am

pe

rde

sa

an

6 -

10

de

sa

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

astr

uktu

r s

pa

m p

erd

esa

an

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(13

)

1.

Be

ng

ka

ya

ng

(2

)

2.

La

nd

ak

(4

)

3.

Me

law

i (1

)

4.

Po

nti

an

ak

(1

)

5.

Sa

mb

as

(1

)

6.

Sa

ng

ga

u (

1)

7.

Sin

tan

g (

3)

NA

D (

10

)

1.

Ac

eh

Se

lata

n (

3)

2.

Ac

eh

Te

ng

ga

ra (

1)

3.

Ac

eh

Uta

ra (

2)

4.

Bir

eu

n (

2)

5.

Pid

ie (

2)

Su

law

es

i B

ara

t (7

)

1.

Ma

jen

e (

1)

2.

Ma

ma

sa

(1

)

3.

Ma

mu

ju U

tara

(3

)

4.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(2)

Su

ma

tera

Uta

ra (

7)

1.

Da

iri

(1)

2.

De

li S

erd

an

g (

1)

3.

Ka

ro (

1)

4.

Sa

mo

sir

(1

)

5.

Ta

pa

nu

li T

en

ga

h (

2)

6.

Ta

pa

nu

li U

tara

(1

)

16

- 2

7 d

es

a y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

sp

am

pe

rdes

aa

n

11

- 1

5 d

es

a y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

sp

am

pe

rdes

aa

n

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(5

)

1.

Ka

pu

as

(1

)

2.

Ka

tin

ga

n (

1)

3.

Se

ruy

an

(3

)

Ria

u (

2)

1.

Ro

ka

n H

ulu

(2

)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(5

)

1.

Ba

ng

ka

(2

)

2.

Ba

ng

ka

Ba

rat

(1)

3.

Ba

ng

ka

Se

lata

n (

1)

4.

Be

litu

ng

Tim

ur

(1) K

ep

ula

ua

n R

iau

(5

)

1.

Ka

rim

un

(3

)

2.

Na

tun

a (

2)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

5)

1.

Ba

lan

ga

n (

1)

2.

Ta

ba

lon

g (

1)

3.

Ta

na

h B

um

bu

(1

)

4.

Ta

na

h L

au

t (2

)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(6)

1.

Be

rau

(2

)

2.

Ku

tai

Ba

rat

(4)

DIY

(8

)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

(8)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

7)

1.

Ba

ng

ga

i K

ep

ula

ua

n (

2)

2.

Do

ng

ga

la (

2)

3.

Mo

row

ali

(1)

4.

Sig

i (2

)

Su

law

es

i U

tara

(1

0)

1.

Bo

laa

ng

Mo

ng

on

do

w U

tara

(1

)

2.

Ke

p.

Sa

ng

ihe

(2

)

3.

Ke

p.

Sit

aro

(1

)

4.

Min

ah

as

a (

5)

5.

Min

ah

as

a U

tara

(1

)

Pa

pu

a B

ara

t (1

0)

1.

Ma

yb

rat

(2)

2.

Ra

ja A

mp

at

(3)

3.

So

ron

g S

ela

tan

(1

)

4.

Te

luk

Wo

nd

am

a (

4)

Pa

pu

a (

5)

1.

Bo

ve

n D

igo

el

(1)

2.

Ja

ya

wija

ya

(1

)

3.

Ke

ero

m (

1)

4.

Su

pio

ri (

1)

5.

Ya

lim

o (

1)

Go

ron

talo

(3

)

1.

Go

ron

talo

(3

)

Ma

luk

u U

tara

(1

2)

1.

Ha

lma

he

ra B

ara

t (1

)

2.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(6

)

3.

Ha

lma

he

ra T

imu

r (5

)

Be

ng

ku

lu (

5)

1.

Ka

ur

(2)

2.

Ka

ur

Se

lata

n (

1)

3.

Ke

pa

hia

ng

(1

)

4.

Se

lum

a (

1)

Ja

mb

i (2

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(2

)

Su

ma

tera

Ba

rat

(9)

1.

Ko

ta S

aw

ah

lun

to (

1)

2.

Lim

ap

ulu

h K

ota

(1

)

3.

Pa

da

ng

Pa

ria

ma

n (

1)

4.

Pa

sa

ma

n B

ara

t (1

)

5.

Pe

sis

ir S

ela

tan

(1

)

6.

Siju

nju

ng

(2

)

7.

So

lok

(1

)

8.

So

lok

Se

lata

n (

1)

La

mp

un

g (

6)

1.

La

mp

un

g S

ela

tan

(1

)

2.

La

mp

un

g T

imu

r (2

)

3.

Pe

sa

wa

ran

(2

)

4.

Tu

lan

g B

aw

an

g B

ara

t (1

)

Ba

nte

n (

27

)

1.

Le

ba

k (

16

)

2.

Se

ran

g (

9)

3.

Ta

ng

era

ng

(1

)

4.

Ta

ng

era

ng

Se

lata

n (

1)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

7)

1.

Ba

nyu

as

in (

1)

2.

Em

pa

t L

aw

an

g (

1)

3.

Mu

ara

En

im (

1)

4.

Mu

si

Ra

wa

s (

2)

5.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu T

imu

r (2

)

Ja

wa

Tim

ur

(7)

1.

Ma

diu

n (

1)

2.

Pa

me

ka

sa

n (

1)

3.

Po

no

rog

o (

2)

4.

Sit

ub

on

do

(2

)

5.

Tu

lun

ga

gu

ng

(1

)

Ja

wa

Ba

rat

(21

)

1.

Be

ka

si

(2)

2.

Cia

mis

(2

)

3.

Cia

nju

r (3

)

4.

Cir

eb

on

(1

)

5.

Ind

ram

ay

u (

2)

6.

Ka

raw

an

g (

1)

7.

Ku

nin

ga

n (

2)

8.

Ma

jale

ng

ka

(3

)

9.

Su

ka

bu

mi

(3)

10

. T

as

ikm

ala

ya

(2

)

Ja

wa

Te

ng

ah

(2

5)

1.

Ba

tan

g (

1)

2.

Bre

be

s (

1)

3.

De

ma

k (

1)

4.

Ke

nd

al

(3)

5.

Pu

rba

ling

ga

(4

)

6.

Se

ma

ran

g (

5)

7.

Sra

ge

n (

3)

8.

Te

ga

l (1

)

9.

Wo

no

gir

i (6

)

NT

T (

6)

1.

Ku

pa

ng

(1

)

2.

Ng

ad

a (

3)

3.

Su

mb

a B

ara

t D

ay

a (

1)

4.

Tim

or

Te

ng

ah

Uta

ra (

1)

Ba

li (

8)

1.

Bu

lele

ng

(2

)

2.

Gia

ny

ar

(2)

3.

Je

mb

ran

a (

2)

4.

Klu

ng

ku

ng

(1

)

5.

Ta

ba

na

n (

1)

NT

B (

7)

1.

Bim

a (

3)

2.

Do

mp

u (

3)

3.

Ko

ta B

ima

(1

)

Su

law

es

i S

ela

tan

(8

)

1.

Ba

nta

en

g (

1)

2.

En

rek

an

g (

1)

3.

Go

wa

(1

)

4.

Lu

wu

(1

)

5.

Lu

wu

Uta

ra (

1)

6.

Pin

ran

g (

1)

7.

Sid

rap

(1

)

8.

So

pp

en

g (

1)

Ma

luk

u (

11

)

1.

Bu

ru (

1)

2.

Ma

luk

u B

ara

t D

ay

a (

1)

3.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

Ba

rat

(3)

4.

Se

ram

Ba

gia

n B

ara

t (3

)

5.

Se

ram

Ba

gia

n T

imu

r (3

)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(1

0)

1.

Bo

mb

an

a (

2)

2.

Bu

ton

(3

)

3.

Ko

lak

a U

tara

(2

)

4.

Ko

na

we

(1

)

5.

Ko

na

we

Se

lata

n (

1)

6.

Ko

na

we

Uta

ra (

1)

Page 107: LAKIP Eselon 2014

xiii - 10

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

0P

ap

ua

Pa

pu

a B

ara

t

Ma

luku

Ma

luku

Uta

raS

ula

we

si U

tara

Go

ron

talo

Su

law

esi

Te

ng

ah

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Sel

ata

nS

ula

we

si T

en

gg

ara

NT

TN

TB

Ba

li

Jaw

a T

imu

rD

IY

Jaw

a T

en

ga

hJa

wa

Ba

rat

Ba

nte

n

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n B

ara

t

Ke

pu

laua

n R

iau

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Lam

pu

ng

Su

ma

tera

Se

lata

nB

en

gk

ulu

Jam

bi

Su

ma

tera

Ba

rat

Ria

u

Su

ma

tera

Uta

ra

NA

D

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

SP

AM

RE

GIO

NA

L

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

RIA

N P

EK

ER

JA

AN

UM

UM

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

re

gio

na

l

1 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r sp

am

reg

iona

l

2 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r sp

am

reg

iona

l

DIY

(2

)

1.

Ba

ntu

l (2

)

Ja

wa

Ba

rat

(1)

1.

Ba

nd

un

g (

1)

Ba

li (

1)

1.

Ba

li S

ela

tan

(1

)

Page 108: LAKIP Eselon 2014

xiii - 11

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ahGo

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R K

AW

AS

AN

PE

RM

UK

IMA

N P

ER

KO

TA

AN

SU

BO

UT

PU

T I

NF

RA

ST

RU

KT

UR

KA

WA

SA

N P

ER

MU

KIM

AN

KU

MU

H

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r p

erm

uk

ima

n k

um

uh

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

BA

NG

KA

BE

LIT

UN

G (

8)

1.

Ba

ng

ka

(1

)

2.

Ba

ng

ka

Ba

rat

(2)

3.

Be

litu

ng

Tim

ur

(2)

4.

Ko

ta P

an

gk

al

Pin

an

g (

3)

JA

WA

TE

NG

AH

(2

2)

1.

Bo

yo

lali

(1)

2.

Ka

ran

ga

ny

ar

(1)

3.

Ke

nd

al

(4)

4.

Kla

ten

(4

)

5.

Ko

ta P

ek

alo

ng

an

(1

)

6.

Ko

ta S

ala

tig

a (

1)

7.

Ko

ta S

ura

ka

rta

(2

)

8.

Ko

ta T

eg

al

(1)

9.

Ku

du

s (

1)

10

. P

em

ala

ng

(1

)

11

. P

urw

ore

jo (

2)

12

. R

em

ba

ng

(1

)

13

. S

uk

oh

arj

o (

2)

BA

LI

(6)

1.

Ba

ng

li (

1)

2.

Bu

lele

ng

(1

)

3.

Gia

ny

ar

(1)

4.

Je

mb

ran

a (

1)

5.

Ko

ta D

en

pa

sa

r (1

)

6.

Ta

ba

na

n (

1)

NT

B (

5)

1.

Ko

ta M

ata

ram

(2

)

2.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(1

)

3.

Lo

mb

ok

Tim

ur

(1)

4.

Su

mb

aw

a B

ara

t (1

)

NT

T (

8)

1.

Alo

r (1

)

2.

Be

lu (

2)

3.

Ko

ta K

up

an

g (

1)

4.

Ku

pa

ng

(1

)

5.

Ma

ng

ga

rai

Ba

rat

(1)

6.

Su

mb

a T

imu

r (2

)

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

pe

rmuk

ima

n k

um

uh

11

- 1

5 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r p

erm

uk

ima

n k

um

uh

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r p

erm

uk

ima

n k

um

uh

16

- 2

2 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r p

erm

uk

ima

n k

um

uh

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

6)

1.

Bo

laa

ng

Mo

ng

on

do

w (

2)

2.

Ko

ta B

itu

ng

(1

)

3.

Ko

ta M

an

ad

o (

2)

4.

Min

ah

as

a (

1)

MA

LU

KU

(5

)

1.

Ko

ta A

mb

on

(2

)

2.

Ma

luk

u T

en

ga

h (

2)

3.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

(1

)

MA

LU

KU

UT

AR

A (

5)

1.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(2

)

2.

Ha

ma

he

ra U

tara

(1

)

3.

Ko

ta T

ern

ate

(1

)

4.

Pu

lau

Mo

rota

i (1

)

PA

PU

A B

AR

AT

(4

)

1.

Ko

ta S

oro

ng

(1

)

2.

Ra

ja A

mp

at

(3)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

6)

1.

Go

wa

(6

)

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T (

6)

1.

Ma

jen

e (

1)

2.

Ma

mu

ju (

1)

3.

Ma

mu

ju U

tara

(2

)

4.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(2)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(6

)

1.

Ko

lak

a (

2)

2.

Ko

ta B

au

-ba

u (

2)

3.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

4.

Mu

na

(1

)

PA

PU

A (

6)

1.

Bia

k N

um

for

(1)

2.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

1)

3.

Ko

ta M

era

uk

e (

1)

4.

Ko

ta N

ab

ire

(1

)

5.

Pe

gu

nu

ng

an

Bin

tan

g (

1)

6.

Ya

ku

him

o (

1)

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N (

7)

1.

Ko

ta L

ub

uk

Lin

gg

au

(2

)

2.

Ko

ta P

ale

mb

an

g (

2)

3.

Ko

ta P

rab

um

uli

h (

1)

4.

La

ha

t (2

)

JA

MB

I (7

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(2

)

2.

Bu

ng

o (

1)

3.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(4)

BE

NG

KU

LU

(7

)

1.

Be

ng

ku

lu S

ela

tan

(1

)

2.

Ko

ta A

rga

ma

km

ur

(1)

3.

Ko

ta B

en

gk

ulu

(3

)

4.

Ko

ta C

uru

p (

2)

LA

MP

UN

G (

9)

1.

Ko

ta B

an

da

r L

am

pu

ng

(2

)

2.

Ko

ta M

etr

o (

2)

3.

La

mp

un

g T

en

ga

h (

1)

4.

La

mp

un

g T

imu

r (2

)

5.

Wa

y K

an

an

(2

)

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A (

3)

1.

De

li S

erd

an

g (

1)

2.

Ka

ro (

1)

3.

Ko

ta M

ed

an

(1

)

JA

WA

BA

RA

T (

6)

1.

Be

ka

si

(1)

2.

Bo

go

r (1

)

3.

Ka

raw

an

g (

1)

4.

Ko

ta B

ek

as

i (1

)

5.

Ko

ta S

uk

ab

um

i (1

)

6.

Ko

ta T

as

ikm

ala

ya

(1

)

BA

NT

EN

(1

1)

1.

Ko

ta S

era

ng

(2

)

2.

Le

ba

k (

1)

3.

Pa

nd

eg

lan

g (

2)

4.

Se

ran

g (

3)

5.

Ta

ng

era

ng

(3

)

PE

RK

OT

AA

N S

TR

AT

EG

IS (

10

)

1.

Bo

mb

an

a (

1)

2.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w U

tara

(3

)

3.

Ko

na

we

(1

)

4.

Ko

ta A

mb

on

(1

)

5.

Ko

ta K

ota

mo

ba

gu

(1

)

6.

Wa

ka

tob

i (2

)

NA

D (

5)

1.

Bir

eu

en

(1

)

2.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

3.

Ko

ta L

ho

ks

eu

ma

we

(1

)

4.

Ko

ta S

ab

an

g (

1)

5.

Ko

ta S

ub

ulu

ss

ala

m (

1)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(6

)

1.

Bin

tan

(3

)

2.

Ka

rim

un

(1

)

3.

Ko

ta B

ata

m (

1)

4.

Lin

gg

a (

1)

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

(8

)

1.

Ka

yo

ng

Uta

ra (

1)

2.

Ke

tap

an

g (

1)

3.

Ko

ta P

on

tia

na

k (

2)

4.

Ko

ta S

ing

ka

wa

ng

(1

)

5.

Ku

bu

Ra

ya

(1

)

6.

La

nd

ak

(1

)

7.

Sa

ng

ga

u (

1)

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H (

6)

1.

Ka

pu

as

(1

)

2.

Ko

ta P

ala

ng

ka

ray

a (

3)

3.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

4.

La

ma

nd

au

(1

)

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R (

5)

1.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

2)

2.

Ko

ta B

on

tan

g (

1)

3.

Ko

ta S

am

ari

nd

a (

1)

4.

Ko

ta T

ara

ka

n (

1)

RIA

U (

7)

1.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

1)

2.

Ko

ta D

um

ai

(1)

3.

Ko

ta P

ek

an

ba

ru (

4)

4.

Ro

ha

n H

ilir

(1)

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

5)

1.

Ko

ta P

ay

ak

um

bu

h (

1)

2.

Lim

a P

ulu

h K

ota

(1

)

3.

Pa

da

ng

Pa

ria

ma

n (

1)

4.

Pa

sa

ma

n B

ara

t (1

)

5.

Siju

nju

ng

(1

)

KA

LIM

AN

TA

N S

EL

AT

AN

(5

)

1.

Ba

nja

r (1

)

2.

Ba

rito

Ku

ala

(1

)

3.

Hu

lu s

un

ga

i u

tara

(1

)

4.

Ko

ta B

an

jarm

as

in (

1)

5.

Ko

tab

aru

(1

)

GO

RO

NT

AL

O (

4)

1.

Ko

ta G

oro

nta

lo (

3)

2.

Po

hu

wa

to (

1)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

(3

)

1.

Bu

ol

(1)

2.

Do

ng

ga

la (

1)

3.

Pa

rig

i M

ou

ton

g (

1)

JA

WA

TIM

UR

(7

)

1.

Gre

sik

(1

)

2.

Jo

mb

an

g (

1)

3.

Ko

ta M

ala

ng

(1

)

4.

Ko

ta P

as

uru

an

(1

)

5.

La

mo

ng

an

(1

)

6.

Ma

lan

g (

1)

7.

Sid

oa

rjo

(1

)

DIY

(1

0)

1.

Ba

ntu

l (3

)

2.

Gu

nu

ng

kid

ul

(1)

3.

Ko

ta Y

og

ya

ka

rta

(2

)

4.

Ku

lon

pro

go

(1

)

5.

Sle

ma

n (

3)

Page 109: LAKIP Eselon 2014

xiii - 12

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R K

AW

AS

AN

PE

RM

UK

IMA

N P

ER

DE

SA

AN

SU

BO

UT

PU

T I

NF

RA

ST

RU

KT

UR

PE

RM

UK

IMA

N K

AW

AS

AN

PE

RB

AT

AS

AN

DA

N P

UL

AU

KE

CIL

TE

RL

UA

R

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r

ka

wa

sa

n p

erb

ata

sa

n

1 -

4 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

truk

tur

ka

wa

sa

n p

erb

ata

sa

n

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

(4

)

1.

Be

ng

ka

ya

ng

(1

)

2.

Ka

pu

as

Hu

lu (

1)

3.

Ka

yo

ng

Uta

ra (

1)

4.

Sin

tan

g (

1)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(3

)

1.

Ka

rim

un

(1

)

2.

Ko

ta B

ata

m (

1)

3.

Na

tun

a (

1)

RIA

U (

2)

1.

Be

ng

ka

lis

(1

)

2.

Ro

ka

n H

ilir

(1

)

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

1)

1.

Ke

p.

Sa

ng

ihe

(1

)

MA

LU

KU

(1

)

1.

Ma

luk

u B

ara

t D

ay

a (

1)

Pa

pu

a B

ara

t (1

)

1.

Ra

ja A

mp

at

(1)

PA

PU

A (

1)

1.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

1)

Page 110: LAKIP Eselon 2014

xiii - 13

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R K

AW

AS

AN

PE

RM

UK

IMA

N P

ER

DE

SA

AN

SU

BO

UT

PU

T I

NF

RA

ST

RU

KT

UR

KA

WA

SA

N P

ER

DE

SA

AN

PO

TE

NS

IAL

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r

ka

wa

sa

n p

erd

esa

an

po

ten

sia

l

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

ka

wa

sa

n p

erd

esa

an

po

ten

sia

l

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r

ka

wa

sa

n p

erd

esa

an

po

ten

sia

l

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A (

3)

1.

Da

iri

(1)

2.

Sim

alu

ng

un

(1

)

3.

Ta

pa

nu

li S

ela

tan

(1

)

NA

D (

2)

1.

Ac

eh

Se

lata

n (

1)

2.

Ac

eh

Uta

ra (

1)

BA

NG

KA

BE

LIT

UN

G (

4)

1.

Ba

ng

ka

(2

)

2.

Ba

ng

ka

Se

lata

n (

1)

3.

Ko

ta P

an

gk

al

Pin

an

g (

1)

KA

LIM

AN

TA

N S

EL

AT

AN

(3

)

1.

Ba

nja

r (1

)

2.

Ba

rito

Ku

ala

(1

)

3.

Hu

lu s

un

ga

i u

tara

(1

)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

(3

)

1.

Bu

ol

(1)

2.

Do

ng

ga

la (

1)

3.

Pa

rig

i M

ou

ton

g (

1)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(3

)

1.

Bin

tan

(2

)

2.

Lin

gg

a (

1)

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N (

3)

1.

Ko

ta P

ag

ar

Ala

m (

1)

2.

OK

U T

imu

r (2

)

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

(3

)

1.

Ku

bu

Ra

ya

(1

)

2.

Sa

mb

as

(2

)

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H (

4)

1.

Ba

rito

Tim

ur

(1)

2.

Ko

ta S

am

pit

(1

)

3.

Pu

lan

g P

isa

u (

1)

4.

Su

ka

ma

ra (

1)

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R (

2)

1.

Be

rau

(1

)

2.

Ku

tai

Tim

ur

(1)

GO

RO

NT

AL

O (

4)

1.

Bo

ale

mo

(2

)

2.

Bo

ne

Bo

lan

go

(1

)

3.

Go

ron

talo

Uta

ra (

1)

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

4)

1.

Bo

laa

ng

Mo

ng

on

do

w S

ela

tan

(1

)

2.

Min

ah

as

a (

1)

3.

Min

ah

as

a S

ela

tan

(2

)

MA

LU

KU

(2

)

1.

Ma

luk

u T

en

ga

h (

1)

2.

Ma

luk

u T

en

gg

ara

Ba

rat

(1)

MA

LU

KU

UT

AR

A (

6)

1.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(3

)

2.

Ha

lma

he

ra T

en

ga

h (

1)

3.

Ha

lma

he

ra T

imu

r (2

)

RIA

U (

4)

1.

Ind

rag

iri

Hil

ir (

1)

2.

Ka

mp

ar

(1)

3.

Pe

lala

wa

n (

2)

JA

MB

I (9

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(2

)

2.

Bu

ng

o (

2)

3.

Ke

irn

ci

(1)

4.

Ke

rin

ci

(1)

5.

Mu

aro

Ja

mb

i (3

)

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

4)

1.

Ag

am

(1

)

2.

Pa

sa

ma

n (

1)

3.

Pe

isis

r S

ela

tan

(1

)

4.

Siju

nju

ng

(1

)

BE

NG

KU

LU

(8

)

1.

Be

ng

ku

lu S

ela

tan

(1

)

2.

Be

ng

ku

lu T

en

ga

h (

1)

3.

Be

ng

ku

lu U

tara

(2

)

4.

Ke

pa

hin

an

g (

1)

5.

Mu

ko

-mu

ko

(2

)

6.

Re

jan

g L

eb

on

g (

1)

LA

MP

UN

G (

4)

1.

Ko

ta M

etr

o (

1)

2.

La

mp

un

g S

ela

tan

(1

)

3.

Pri

ng

se

wu

(1

)

4.

Ta

ng

ga

mu

s (

1)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

6)

1.

Ba

nta

en

g (

6)

PA

PU

A B

AR

AT

(2

)

1.

Ra

ja A

mp

at

(1)

2.

So

ron

g (

1)

PA

PU

A (

3)

1.

Bo

ve

n D

igo

el

(1)

2.

La

nn

y J

ay

a (

1)

3.

Mim

ika

(1

)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(1

)

1.

Mu

na

(1

)

JA

WA

TE

NG

AH

(9

)

1.

Ba

nja

rne

ga

ra (

2)

2.

Cil

ac

ap

(2

)

3.

Kla

ten

(2

)

4.

Pa

ti (

1)

5.

Pe

ka

lon

ga

n (

1)

6.

Su

ko

ha

rjo

(1

)

JA

WA

TIM

UR

(4

)

1.

Gre

sik

(1

)

2.

Jo

mb

an

g (

1)

3.

La

mo

ng

an

(1

)

4.

Pa

cit

an

(1

)

BA

LI

(3)

1.

Ba

ng

li (

1)

2.

Je

mb

ran

a (

1)

3.

Ta

ba

na

n (

1)

JA

WA

BA

RA

T (

4)

1.

Ba

nd

un

g B

ara

t (1

)

2.

Cia

mis

(1

)

3.

Ga

rut

(1)

4.

Ko

ta T

as

ikm

ala

ya

(1

)

BA

NT

EN

(1

0)

1.

Le

ba

k (

1)

2.

Pa

nd

eg

lan

g (

3)

3.

Se

ran

g (

5)

4.

Ta

ng

era

ng

(1

)

DIY

(5

)

1.

Ba

ntu

l (1

)

2.

Gu

nu

ng

kid

ul

(2)

3.

Ku

lon

pro

go

(1

)

4.

Sle

ma

n (

1)

NT

B (

5)

1.

Bim

a (

1)

2.

Do

mp

u (

1)

3.

Lo

mb

ok

Tim

ur

(2)

4.

Su

mb

aw

a B

ara

t (1

)

PE

RD

ES

AA

N S

TR

AT

EG

IS (

19

)

1.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w T

imu

r (1

)

2.

Bu

ton

(1

)

3.

Bu

ton

Uta

ra (

1)

4.

Dh

arm

as

ray

a (

1)

5.

Ha

lma

he

ra S

ela

tan

(1

)

6.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

7.

Ko

na

we

Se

lata

n (

1)

8.

Ko

ta K

ota

mo

ba

gu

(1

)

9.

Ko

ta S

un

ga

i P

en

uh

(1

)

10

. K

ota

To

mo

ho

n (

2)

11

. M

am

uju

(1

)

12

. M

oro

wa

li (

1)

13

. O

ga

n K

om

eri

ng

Ili

r (1

)

14

. P

oh

uw

ato

(1

)

15

. S

era

ng

(1

)

16

. S

oro

ng

(1

)

17

. S

um

ba

Tim

ur

(1)

18

. T

em

an

gg

un

g (

1)

NT

T (

6)

1.

Alo

r (1

)

2.

Ku

pa

ng

(3

)

3.

Ma

ng

ga

rai

Ba

rat

(1)

4.

Tim

or

Te

ng

ah

Uta

ra (

1)

Page 111: LAKIP Eselon 2014

xiii - 14

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 112: LAKIP Eselon 2014

xiii - 15

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 113: LAKIP Eselon 2014

xiii - 16

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

RU

SU

NA

WA

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

rusu

na

wa

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

1 -

5 T

B R

usu

na

wa

11

- 1

8 T

B R

usu

na

wa

6 -

10

TB

Ru

su

na

wa

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

3)

1.

Ko

ta B

itu

ng

(2

)

2.

Ko

ta M

an

ad

o (

1)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

2)

1.

Ka

b.

Je

ne

po

nto

(1

)

2.

Ko

ta M

ak

as

sa

r (1

)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(1

)

1.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R (

4)

1.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

2)

2.

Ko

ta B

on

tan

g (

2)

GO

RO

TA

LO

(2

)

1.

Ka

b.

Po

hu

wa

to (

2)

BA

NG

KA

BE

LIT

UN

G (

1)

1.

Ko

ta P

an

gk

al

Pin

an

g (

1)

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A (

7)

1.

Ka

b.

As

ah

an

(5

)

2.

Ko

ta T

eb

ing

Tin

gg

i (2

)

NA

D (

4)

1.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(4

)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(5

)

1.

Ko

ta B

A T

A M

(4

)

2.

Ko

ta T

an

jun

g B

ala

i (1

)

BE

NG

KU

LU

(1

)

1.

Ko

ta B

en

gk

ulu

(1

)

LA

MP

UN

G (

5)

1.

Ka

b.

Pri

ng

se

wu

(1

)

2.

Ka

b.

Wa

y K

an

an

(2

)

3.

Ko

ta M

etr

o (

2)

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

1)

1.

Ka

b.

Ag

am

(1

)B

AN

TE

N (

1)

1.

Ko

ta T

an

ge

ran

g (

1)

DK

I (3

)

1.

Ko

ta J

ak

art

a S

ela

tan

(3

)

NT

B (

4)

1.

Ko

ta B

ima

(2

)

2.

Ko

ta M

ata

ram

(2

)

JA

WA

TIM

UR

(1

8,5

)

1.

Ka

b.

Ba

ny

uw

an

gi

(2)

2.

Ka

b.

Gre

sik

(1

)

3.

Ka

b.

Je

mb

er

(0,5

)

4.

Ka

b.

La

mo

ng

an

(1

)

5.

Ka

b.

Pro

bo

lin

gg

o (

1)

6.

Ka

b.

Sid

oa

rjo

(1

)

7.

Ko

ta B

lita

r (1

)

8.

Ko

ta M

ala

ng

(1

)

9.

Ko

ta P

as

uru

an

(2

)

10

. K

ota

Su

rab

ay

a (

8)

LE

GE

ND

A

JA

WA

BA

RA

T (

18

)

1.

Ka

b.

Ba

nd

un

g (

7)

2.

Ka

b.

Pu

rwa

ka

rta

(2

)

3.

Ko

ta B

an

du

ng

(1

)

4.

Ko

ta B

ek

as

i (1

)

5.

Ko

ta B

og

or

(4)

6.

Ko

ta D

ep

ok

(1

)

7.

Ko

ta S

uk

ab

um

i (2

)

JA

WA

TE

NG

AH

(1

1,5

)

1.

Ka

b.

Blo

ra (

0,5

)

2.

Ka

b.

Pa

ti (

2)

3.

Ka

b.

Te

ma

ng

gu

ng

(1

)

4.

Ko

ta M

ag

ela

ng

(1

)

5.

Ko

ta P

ek

alo

ng

an

(2

)

6.

Ko

ta S

em

ara

ng

(3

)

7.

Ko

ta S

ura

ka

rta

(1

)

8.

Ko

ta T

eg

al

(1)

DIY

(1

1)

1.

Ka

b.

Ba

ntu

l (3

)

2.

Ka

b.

Gu

nu

ng

Kid

ul

(2)

3.

Ka

b.

Ku

lon

Pro

go

(2

)

4.

Ka

b.

Sle

ma

n (

4)

Page 114: LAKIP Eselon 2014

xiii - 17

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

ba

ng

un

an

ge

du

ng

1 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

da

pa

t su

b o

utp

ut

ba

ng

un

an

ge

du

ng

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

BA

NG

UN

AN

GE

DU

NG

DA

N F

AS

ILIT

AS

NY

A

SU

B O

UT

PU

T B

AN

GU

NA

N G

ED

UN

G

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

1)

1.

Pa

cit

an

(1

)

Page 115: LAKIP Eselon 2014

xiii - 18

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

pro

teks

i ke

ba

ka

ran

1 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

da

pa

t su

b o

utp

ut

pro

teksi

ke

ba

ka

ran

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

BA

NG

UN

AN

GE

DU

NG

DA

N F

AS

ILIT

AS

NY

A

SU

B O

UT

PU

T P

RO

TE

KS

I K

EB

AK

AR

AN

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

1)

1.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

Page 116: LAKIP Eselon 2014

xiii - 19

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 117: LAKIP Eselon 2014

xiii - 20

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 118: LAKIP Eselon 2014

xiii - 21

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

ista

na

ke

pre

sid

en

an

1 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

da

pa

t su

b o

utp

ut

ista

na

ke

pre

sid

en

an

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

BA

NG

UN

AN

GE

DU

NG

DA

N F

AS

ILIT

AS

NY

A

SU

B O

UT

PU

T I

ST

AN

A K

EP

RE

SID

EN

AN

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

1)

1.

Bo

go

r (1

)

Page 119: LAKIP Eselon 2014

xiii - 22

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

infr

as

tru

ktu

r re

vita

lis

as

i k

aw

asa

n

1 -

2 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

da

pa

t s

ub

ou

tpu

t in

fra

str

uk

tur

rev

ita

lisa

si k

aw

as

an

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

KA

LIM

AN

TA

N S

EL

AT

AN

(1

)

1.

Ko

ta B

an

jarm

as

in (

1)

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

(1

)

1.

Ko

ta P

on

tia

na

k (

1)

BE

NG

KU

LU

(1

)

1.

Ko

ta B

en

gk

ulu

(1

)

JA

WA

BA

RA

T (

2)

1.

Ko

ta B

og

or

(1)

2.

Ko

ta C

ire

bo

n (

1)

BA

LI

(1)

1.

Ko

ta T

ab

an

an

(1

)

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

SA

RA

NA

PR

AS

AR

AN

A L

ING

KU

NG

AN

PE

RM

UK

IMA

N

SU

B O

UT

PU

T R

EV

ITA

LIS

AS

I K

AW

AS

AN

NA

D (

1)

1.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

2)

1.

Wa

jo (

2)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(1

)

1.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)M

AL

UK

U U

TA

RA

(1

)

1.

Ko

ta T

ern

ate

(1

)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

(2

)

1.

Ko

ta P

alu

(1

)

2.

To

jo U

na

-un

a (

1)

PA

PU

A B

AR

AT

(2

)

1.

Ra

ja A

mp

at

(2)

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

32

)

1.

Bo

mb

an

a (

2)

2.

Bu

ton

(1

)

3.

Bu

ton

Uta

ra (

1)

4.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

5.

Ko

na

we

(1

)

6.

Ko

na

we

Uta

ra (

1)

7.

Ko

ta B

au

-ba

u (

1)

8.

Ko

ta B

itu

ng

(1

)

9.

Ko

ta B

uk

itti

ng

gi

(1)

10

. K

ota

Ma

ge

lan

g (

2)

11

. K

ota

Ma

na

do

(1

)

12

. K

ota

Pa

lan

gk

ara

ya

(2

)

13

. K

ota

wa

rin

gin

Ba

rat

(1)

14

. M

ag

ela

ng

(2

)

15

. M

ina

ha

sa

Te

ng

ga

ra (

1)

16

. M

un

a (

1)

17

. P

ac

ita

n (

2)

18

. T

em

an

gg

un

g (

2)

19

. T

ren

gg

ale

k (

6)

20

. W

ak

ato

bi

(1)

21

. W

on

os

ob

o (

1)

Page 120: LAKIP Eselon 2014

xiii - 23

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

rua

ng

te

rbu

ka

hija

u (

RT

H)

1 -

7 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

dap

at

sub

ou

tpu

t ru

an

g t

erb

uk

a h

ija

u (

RT

H)

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

SA

RA

NA

DA

N P

RA

SA

RA

NA

LIN

GK

UN

GA

N P

ER

MU

KIM

AN

SU

B O

UT

PU

T R

UA

NG

TE

RB

UK

A H

IJA

U (

RT

H)

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

7)

1.

Ba

rito

Tim

ur

(1)

2.

Bo

mb

an

a (

1)

3.

Ko

na

we

(1

)

4.

Ko

na

we

Uta

ra (

1)

5.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

6.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

7.

Se

ruy

an

(1

)

Page 121: LAKIP Eselon 2014

xiii - 24

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

infr

as

tru

ktu

r d

an

sa

ran

a d

asa

r ka

was

an

BD

A

1 -

7 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

dap

at

sub

ou

tpu

t in

fra

str

uktu

r

da

n s

ara

na

das

ar

ka

wa

sa

n B

DA

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

SA

RA

NA

DA

N P

RA

SA

RA

NA

LIN

GK

UN

GA

N P

ER

MU

KIM

AN

SU

B O

UT

PU

T P

EN

AT

AA

N I

NF

RA

ST

RU

KT

UR

DA

N

SA

RA

NA

DA

SA

R K

AW

AS

AN

BD

A

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

7)

1.

Be

lu (

3)

2.

Ja

ya

pu

ra (

1)

3.

Ka

pu

as

Hu

lu (

1)

4.

Sa

mb

as

(1

)

5.

Sa

ng

ga

u (

1)

Page 122: LAKIP Eselon 2014

xiii - 25

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

tra

dis

ion

al b

ers

eja

rah

1 -

2 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

dap

at

sub

ou

tpu

t tr

ad

isio

na

l b

ers

eja

rah

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

SA

RA

NA

DA

N P

RA

SA

RA

NA

LIN

GK

UN

GA

N P

ER

MU

KIM

AN

SU

B O

UT

PU

T K

AW

AS

AN

TR

AD

ISIO

NA

L /

BE

RS

EJA

RA

H

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

2)

1.

Ka

tin

ga

n (

1)

2.

Wa

ka

tob

i (1

)

Page 123: LAKIP Eselon 2014

xiii - 26

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

su

b o

utp

ut

infr

as

tru

ktu

r T

ES

/ S

he

lte

r

1 -

3 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

dap

at

sub

ou

tpu

t in

fra

str

uktu

r T

ES

/ S

he

lte

r

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

3)

1.

Ko

ta P

ad

an

g (

2)

2.

Pa

sa

ma

n B

ara

t (1

)

BE

NG

KU

LU

(1

)

1.

Ko

ta B

en

gk

ulu

(1

)

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

BA

NG

UN

AN

GE

DU

NG

DA

N F

AS

ILIT

AS

NY

A

SU

B O

UT

PU

T T

EM

PA

T E

VA

KU

AS

I S

EM

EN

TA

RA

(S

HE

LT

ER

)

NA

D (

1)

1.

Ac

eh

Be

sa

r (1

)

PB

L S

TR

AT

EG

IS (

29

)

1.

Ac

eh

Be

sa

r (1

)

2.

Ba

du

ng

(1

)

3.

Ba

ntu

l (1

)

4.

Be

lu (

1)

5.

Cia

mis

(1

)

6.

Je

mb

ran

a (

1)

7.

Ka

ran

ga

se

m (

1)

8.

Ke

bu

me

n (

1)

9.

Ke

pu

lau

an

Me

nta

wa

i (2

)

10

. K

lun

gk

un

g (

1)

11

. K

ota

De

np

as

ar

(1)

12

. K

ota

Ma

tara

m (

1)

13

. K

ulo

np

rog

o (

1)

14

. K

up

an

g (

1)

15

. L

am

pu

ng

Se

lata

n (

2)

16

. L

eb

ak

(1

)

17

. L

om

bo

k T

en

ga

h (

1)

18

. L

om

bo

k T

imu

r (1

)

19

. L

om

bo

k U

tara

(1

)

20

. M

an

gg

ara

i B

ara

t (1

)

21

. N

ga

da

(1

)

22

. N

ias

(1

)

23

. P

es

isir

Se

lata

n (

1)

24

. S

elu

ma

(1

)

25

. S

uk

ab

um

i (1

)

26

. T

ap

an

uli

Te

ng

ah

(1

)

27

. T

imo

r T

en

ga

h S

ela

tan

(1

)

BA

NT

EN

(1

)

1.

Pa

nd

eg

lan

g (

1)

JA

WA

BA

RA

T (

1)

1.

Cia

mis

(1

)

JA

WA

TE

NG

AH

(1

)

1.

Cil

ac

ap

(1

)

JA

WA

TIM

UR

(1

)

1.

Je

mb

er

(1)

Page 124: LAKIP Eselon 2014

xiii - 27

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R T

EM

PA

T P

EM

RO

SE

SA

N

AK

HIR

SA

MP

AH

(T

PA

S)

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r T

PA

S

1 -

5 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

TP

AS

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

5)

1.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w S

ela

tan

(1

)

2.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w U

tara

(1

)

3.

Ke

pu

lau

an

Sa

ng

ihe

(1

)

4.

Ko

ta B

itu

ng

(1

)

5.

Min

ah

as

a T

en

gg

ara

(1

)

PA

PU

A B

AR

AT

(3

)

1.

Fa

k-f

ak

(1

)

2.

Ra

ja A

mp

at

(1)

3.

So

ron

g (

1)

PA

PU

A (

2)

1.

Bia

k N

um

for

(1)

2.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

1)

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T (

2)

1.

Ma

mu

ju U

tara

(1

)

2.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(1)

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R (

1)

1.

Ku

tai

Ba

rat

(1)

GO

RO

NT

AL

O (

2)

1.

Go

ron

talo

Uta

ra (

1)

2.

Po

hu

wa

to (

1)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

(1

)

1.

Pa

rig

i M

ou

ton

g (

1)

RIA

U (

3)

1.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

1)

2.

Pe

lala

wa

n (

1)

3.

Ro

ka

n H

ulu

(1

)

PP

LP

ST

RA

TE

GIS

(1

4)

1.

Gre

sik

(1

)

2.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

3.

Ko

ta B

an

da

r L

am

pu

ng

(1

)

4.

Ko

ta B

ek

as

i (1

)

5.

Ko

ta B

ima

(1

)

6.

Ko

ta J

am

bi

(1)

7.

Ko

ta M

ala

ng

(1

)

8.

Ko

ta P

ad

an

g (

1)

9.

Ko

ta P

ale

mb

an

g (

1)

10

. K

ota

Su

ka

bu

mi

(1)

11

. K

ota

Su

rab

ay

a (

1)

12

. K

ota

Ta

ng

era

ng

Se

lata

n (

1)

13

. L

om

bo

k T

imu

r (1

)

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H (

3)

1.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

2.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

3.

La

ma

nd

au

(1

)

NA

D (

4)

1.

Ac

eh

Ba

rat

(1)

2.

Ac

eh

Ja

ya

(1

)

3.

Ac

eh

Te

ng

ga

ra (

1)

4.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(1

)

1.

Lin

gg

a (

1)

JA

MB

I (1

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(1

)

BE

NG

KU

LU

(1

)

1.

Mu

ko

-mu

ko

(1

)

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

3)

1.

Ag

am

(1

)

2.

Ko

ta S

aw

ah

lun

to (

1)

3.

Pe

sis

ir S

ela

tan

(1

)

LA

MP

UN

G (

1)

1.

Pri

ng

se

wu

(1

)

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N (

5)

1.

Ba

nyu

as

in (

1)

2.

Em

pa

t L

aw

an

g (

1)

3.

Ko

ta P

ag

ar

Ala

m (

1)

4.

Ko

ta P

ale

mb

an

g (

1)

5.

Mu

si

Ra

wa

s (

1)

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A (

1)

1.

Ko

ta G

un

un

g S

ito

li (

1)

JA

WA

TE

NG

AH

(2

)

1.

Ba

nyu

ma

s (

1)

2.

Pu

rwo

rejo

(1

)

JA

WA

TIM

UR

(5

)

1.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

2.

La

mo

ng

an

(1

)

3.

Ng

aw

i (1

)

4.

Pa

cit

an

(1

)

5.

Su

me

ne

p (

1)

JA

WA

BA

RA

T (

1)

1.

Ko

ta T

as

ikm

ala

ya

(1

)

DIY

(2

)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

(1)

2.

Ku

lon

Pro

go

(1

)

BA

NT

EN

(2

)

1.

Ko

ta T

an

ge

ran

g S

ela

tan

(1

)

2.

Ta

ng

era

ng

(1

)B

AL

I (1

)

1.

Gia

ny

ar

(1)

NT

B (

1)

1.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(1

)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

4)

1.

Bu

luk

um

ba

(1

)

2.

En

rek

an

g (

1)

3.

Sid

rap

(1

)

3.

Su

lse

l (1

)

MA

LU

KU

(3

)

1.

Se

ram

Ba

gia

n T

imu

r (1

)

2.

Ke

pu

lau

an

Aru

(1

)

3.

Ma

luk

u B

ara

t D

ay

a (

1)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(2

)

1.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

2.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

Page 125: LAKIP Eselon 2014

xiii - 28

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R D

RA

INA

SE

PE

RK

OT

AA

N

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

sp

am

IK

K

1 -

5 k

ota

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

astr

uktu

r d

rain

as

e p

erk

ota

an

6 -

9 k

ota

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

astr

uktu

r d

rain

as

e p

erk

ota

an

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(2)

1.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

1)

2.

Ko

ta S

am

ari

nd

a (

1)

Ke

pu

lau

an

Ria

u (

1)

1.

Ko

ta B

ata

m (

1)

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(2)

1.

Ko

ta P

on

tia

na

k (

2)

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(1

)

1.

Ko

ta P

ala

ng

ka

ray

a (

1)

NA

D (

1)

1.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

Su

ma

tera

Uta

ra (

2)

1.

As

ah

an

(1

)

2.

Ko

ta M

ed

an

(1

)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(3

)

1.

Ba

ng

ka

Ba

rat

(2)

2.

Ba

ng

ka

Te

ng

ah

(1

)

Go

ron

talo

(2

)

1.

Go

ron

talo

Uta

ra (

1)

2.

Po

hu

wa

to (

1)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

2)

1.

Ko

tab

aru

(1

)

2.

Ta

na

h B

um

bu

(1

)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

2)

1.

Ko

ta P

os

o (

1)

2.

Ko

ta T

oli

-to

li (

1)

Su

law

es

i U

tara

(2

)

1.

Ko

ta K

ota

mo

ba

gu

(1

)

2.

Ko

ta M

an

ad

o (

1)

Ma

luk

u U

tara

(4

)

1.

Ko

ta S

ofi

fi (

2)

2.

Ko

ta T

ob

elo

(1

)

3.

Ko

ta W

ed

a (

1)

Pa

pu

a B

ara

t (3

)

1.

Ko

ta S

oro

ng

(1

)

2.

Ma

no

kw

ari

(1

)

3.

Te

luk

Bin

tun

i (1

)

Pa

pu

a (

1)

1.

Ja

ya

pu

ra (

1)

Ma

luk

u (

1)

1.

Ko

ta A

mb

on

(1

)

Ja

mb

i (3

)

1.

Ko

ta J

am

bi

(2)

2.

Ko

ta M

ua

ra B

ulia

n (

1)

Ba

nte

n (

2)

1.

Ko

ta T

an

ge

ran

g S

ela

tan

(2

)

Su

ma

tera

Ba

rat

(1)

1.

Ko

ta P

ay

ak

um

bu

h (

1)

La

mp

un

g (

2)

1.

La

mp

un

g S

ela

tan

(1

)

2.

Pri

ng

se

wu

(1

)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

2)

1.

Mu

ara

En

im (

1)

2.

Og

an

Ko

me

rin

g U

lu T

imu

r (1

)

DIY

(4

)

1.

Ba

ntu

l (1

)

2.

Sle

ma

n (

3)

Su

law

es

i B

ara

t (4

)

1.

Ma

jen

e (

1)

2.

Ma

mu

ju (

1)

3.

Ma

mu

ju U

tara

(1

)

4.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(6

)

1.

Ko

ta P

ek

alo

ng

an

(2

)

2.

Ko

ta S

em

ara

ng

(4

)

Ja

bo

de

tab

ek

(9

)

1.

Be

ka

si

(1)

2.

Ja

ka

rta

Ba

rat

(4)

3.

Ja

ka

rta

Pu

sa

t (1

)

4.

Ja

ka

rta

Tim

ur

(1)

5.

Ja

ka

rta

Uta

ra (

1)

6.

Ko

ta B

ek

as

i (1

)

Ja

wa

Tim

ur

(6)

1.

Gre

sik

(1

)

2.

Ko

ta S

ura

ba

ya

(1

)

3.

Pa

cit

an

(1

)

4.

Po

no

rog

o (

1)

5.

Su

me

ne

p (

1)

6.

Tu

ba

n (

1)

Ba

li (

1)

1.

Ko

ta D

en

pa

sa

r (1

)

NT

T (

1)

1.

Ko

ta T

am

bo

lak

a (

1)

NT

B (

6)

1.

Ko

ta B

ima

(1

)

2.

Ko

ta M

ata

ram

(1

)

3.

Lo

mb

ok

Ba

rat

(1)

4.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(2

)

5.

Su

mb

aw

a B

ara

t (1

)

Su

law

es

i S

ela

tan

(6

)

1.

Bu

luk

um

ba

(1

)

2.

Ko

ta M

ak

as

ar

(1)

3.

Ko

ta P

are

-pa

re (

1)

4.

Ma

ros

(1

)

5.

Sin

jai

(1)

6.

To

raja

Uta

ra (

1)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(2

)

1.

Ko

lak

a (

1)

2.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

Page 126: LAKIP Eselon 2014

xiii - 29

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R A

IR L

IMB

AH

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r a

ir lim

ba

h

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

air

lim

ba

h

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r a

ir l

imb

ah

11

- 1

5 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r a

ir lim

bah

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

16

- 2

6 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r a

ir lim

bah

Ba

nte

n (

20

)

1.

Le

ba

k (

10

)

2.

Se

ran

g (

10

)

Be

ng

ku

lu (

5)

1.

Ka

ur

(2)

2.

Mu

ko

-mu

ko

(3

)

Su

ma

tera

Ba

rat

(2)

1.

Ko

ta B

uk

itti

ng

gi

(1)

2.

Ko

ta P

ay

ak

um

bu

h (

1)

La

mp

un

g (

12

)

1.

Ko

ta B

an

da

r L

am

pu

ng

(1

)

2.

Ko

ta M

etr

o (

2)

3.

La

mp

un

g S

ela

tan

(3

)

4.

La

mp

un

g T

imu

r (1

)

5.

Pe

sa

wa

ran

(2

)

6.

Pri

ng

se

wu

(1

)

7.

Ta

ng

ga

mu

s (

2)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

4)

1.

Em

pa

t L

aw

an

g (

2)

2.

Mu

ara

En

im (

1)

3.

Mu

si

Ba

nyu

as

in (

1)

Ria

u (

5)

1.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

4)

2.

Ka

mp

ar

(1)

Ja

bo

de

tab

ek

(2

)

1.

DK

I (1

)

2.

Ja

ka

rta

Uta

ra (

1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(3

)

1.

Cil

ac

ap

(1

)

2.

Te

ma

ng

gu

ng

(1

)

3.

Wo

no

so

bo

(1

)

Ja

wa

Tim

ur

(25

)

1.

Blit

ar

(1)

2.

Gre

sik

(1

)

3.

Ke

dir

i (1

)

4.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

5.

Ko

ta P

ac

ita

n (

2)

6.

Ko

ta S

ura

ba

ya

(5

)

7.

Ma

ge

tan

(2

)

8.

Ng

aw

i (2

)

9.

Pa

me

ka

sa

n (

1)

10

. S

ido

arj

o (

3)

11

. S

um

en

ep

(4

)

12

. T

ulu

ng

ag

un

g (

2)

Ba

li (

4)

1.

Ko

ta D

en

pa

sa

r (1

)

2.

Ta

ba

na

n (

3)

NT

B (

7)

1.

Bim

a (

1)

2.

Do

mp

u (

1)

3.

Ko

ta B

ima

(2

)

4.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(2

)

5.

Su

mb

aw

a B

ara

t (1

)

DIY

(1

5)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

(2)

2.

Ko

ta Y

og

ya

ka

rta

(2

)

3.

Ku

lon

Pro

go

(2

)

4.

Sle

ma

n (

5)

5.

Ba

ntu

l (2

)

Ja

wa

Ba

rat

(13

)

1.

Ba

nd

un

g (

3)

2.

Bo

go

r (3

)

3.

Ko

ta B

ek

as

i (3

)

4.

Ko

ta T

as

ikm

ala

ya

(1

)

5.

Su

ka

bu

mi

(3)

Su

law

es

i S

ela

tan

(4

)

1.

Bo

ne

(1

)

2.

Bu

luk

um

ba

(1

)

3.

Ko

ta P

are

-pa

re (

1)

4.

Pin

ran

g (

1)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(7

)

1.

Bo

mb

an

a (

1)

2.

Ko

lak

a (

1)

3.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

4.

Ko

na

we

Se

lata

n (

1)

5.

Ko

ta K

en

da

ri (

3)

Su

law

es

i B

ara

t (6

)

1.

Ma

jen

e (

1)

2.

Ma

ma

sa

(2

)

3.

Ma

mu

ju (

1)

4.

Ma

mu

ju U

tara

(1

)

5.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(1)

NT

T (

9)

1.

Alo

r (2

)

2.

Be

lu (

1)

3.

Ma

ng

ga

rai

Ba

rat

(1)

4.

Na

ge

ke

o (

1)

5.

Su

mb

a B

ara

t (1

)

6.

Su

mb

a B

ara

t D

ay

a (

1)

7.

Su

mb

a T

imu

r (1

)

8.

TT

U (

1)

NA

D (

26

)

1.

Ac

eh

Ba

rat

(1)

2.

Ac

eh

Be

sa

r (4

)

3.

Ac

eh

Ja

ya

(1

)

4.

Ac

eh

Se

lata

n (

3)

5.

Ac

eh

Ta

mia

ng

(3

)

6.

Ac

eh

Te

ng

ga

ra (

3)

7.

Ac

eh

Uta

ra (

1)

8.

Ga

yo

Lu

es

(1

)

9.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(3

)

10

. K

ota

La

ng

sa

(1

)

11

. K

ota

Sa

ba

ng

(1

)

12

. P

idie

(4

)

Su

ma

tera

Uta

ra (

15

)

1.

As

ah

an

(2

)

2.

Ba

tu B

ara

(2

)

3.

Ko

ta B

inja

i (1

)

4.

Ko

ta M

ed

an

(2

)

5.

Ko

ta T

an

jun

g B

ala

i (2

)

6.

Ko

ta T

eb

ing

Tin

gg

i (1

)

7.

La

bu

ha

n B

atu

(1

)

8.

Me

da

n (

4)

Ja

mb

i (3

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(1

)

2.

Sa

rola

ng

un

(1

)

3.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(1)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(3

)

1.

Ba

ng

ka

Te

ng

ah

(1

)

2.

Ko

ta P

an

gk

alp

ina

ng

(2

)

Ma

luk

u (

2)

1.

Ko

ta L

an

gg

ur

(1)

2.

Ko

ta T

ua

l (1

)

Pa

pu

a B

ara

t (3

)

1.

Ko

ta S

oro

ng

(1

)

2.

Ma

no

kw

ari

(1

)

3.

Ra

ja A

mp

at

(1)

Pa

pu

a (

2)

1.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

1)

2.

Me

rau

ke

(1

)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(4)

1.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

1)

2.

Ko

ta B

on

tan

g (

2)

3.

Ko

ta S

am

ari

nd

a (

1)

Go

ron

talo

(1

)

1.

Po

hu

wa

to (

1)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

15

)

1.

Ba

nja

r (1

)

2.

Ba

rito

Ku

ala

(1

)

3.

Hu

lu S

un

ga

i S

ela

tan

(1

)

4.

Hu

lu S

un

ga

i T

en

ga

h (

1)

5.

Ko

ta B

an

jarb

aru

(1

)

6.

Ko

ta B

an

jarm

as

in (

6)

7.

Ko

tab

aru

(2

)

8.

Ta

ba

lon

g (

1)

9.

Ta

na

h L

au

t (1

)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

2)

1.

Ko

ta A

mp

an

a (

1)

2.

Ko

ta P

os

o (

1)

Su

law

es

i U

tara

(6

)

1.

Ko

ta B

itu

ng

(6

)

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(7

)

1.

Ka

pu

as

(1

)

2.

Ko

ta P

ala

ng

ka

ray

a (

1)

3.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (2

)

4.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

5.

La

ma

nd

au

(1

)

6.

Su

ka

ma

ra (

1)

Ke

pu

lau

an

Ria

u (

2)

1.

Bin

tan

(1

)

2.

Ko

ta T

an

jun

gp

ina

ng

(1

)

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

(1)

1.

Sa

ng

ga

u (

1)

Ma

luk

u U

tara

(1

)

1.

Ko

ta W

ed

a (

1)

Page 127: LAKIP Eselon 2014

xiii - 30

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

20

14

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R A

IR L

IMB

AH

(S

AN

IMA

S)

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r lim

bah

(sa

nim

as

)

1 -

5 k

aw

asa

n y

an

g m

en

da

pa

t in

fra

str

uk

tur

lim

ba

h (

sa

nim

as)

6 -

10

ka

was

an

ya

ng m

en

da

pa

t in

fras

tru

ktu

r lim

ba

h (

san

imas

)

11

- 1

5 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r lim

ba

h (

sa

nim

as

)

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

16

- 1

9 k

aw

as

an

ya

ng

me

nd

ap

at

infr

as

tru

ktu

r lim

ba

h (

sa

nim

as

)

Be

ng

ku

lu (

5)

1.

Ka

ur

(2)

2.

Mu

ko

-mu

ko

(3

)

La

mp

un

g (

9)

1.

Ko

ta M

etr

o (

2)

2.

La

mp

un

g S

ela

tan

(2

)

3.

La

mp

un

g T

imu

r (1

)

4.

Pe

sa

wa

ran

(2

)

5.

Ta

ng

ga

mu

s (

2)

Su

ma

tera

Se

lata

n (

3)

1.

Em

pa

t L

aw

an

g (

2)

2.

Mu

si

Ba

nyu

as

in (

1)

NA

D (

18

)

1.

Ac

eh

Be

sa

r (3

)

2.

Ac

eh

Se

lata

n (

3)

3.

Ac

eh

Ta

mia

ng

(3

)

4.

Ac

eh

Te

ng

ga

ra (

3)

5.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(3

)

6.

Pid

ie (

3)

Su

ma

tera

Uta

ra (

7)

1.

As

ah

an

(2

)

2.

Ba

tu B

ara

(2

)

3.

Ko

ta T

an

jun

g B

ala

i (2

)

4.

La

bu

ha

n B

atu

(1

)

Ria

u (

5)

1.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

4)

2.

Ka

mp

ar

(1)

Ja

mb

i (3

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(1

)

2.

Sa

rola

ng

un

(1

)

3.

Ta

nju

ng

Ja

bu

ng

Ba

rat

(1)

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

(2

)

1.

Ba

ng

ka

Te

ng

ah

(1

)

2.

Ko

ta P

an

gk

alp

ina

ng

(1

)

DIR

EK

TO

RA

T P

PL

P (

7)

1.

Ag

am

(2

)

2.

Ko

ta L

ho

ks

eu

ma

we

(3

)

3.

Siju

nju

ng

(2

)

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

(3)

1.

Ko

ta B

alik

pa

pa

n (

1)

2.

Ko

ta B

on

tan

g (

1)

3.

Ko

ta S

am

ari

nd

a (

1)

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n (

7)

1.

Ba

nja

r (1

)

2.

Ba

rito

Ku

ala

(1

)

3.

Hu

lu S

un

ga

i T

en

ga

h (

1)

4.

Ko

ta B

an

jarb

aru

(1

)

5.

Ko

tab

aru

(2

)

6.

Ta

ba

lon

g (

1)

Su

law

es

i T

en

ga

h (

2)

1.

Ko

ta A

mp

an

a (

1)

2.

Ko

ta P

os

o (

1)

Su

law

es

i U

tara

(5

)

1.

Ko

ta B

itu

ng

(5

)

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

(5

)

1.

Ko

ta P

ala

ng

ka

ray

a (

1)

2.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

3.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

4.

La

ma

nd

au

(1

)

5.

Su

ka

ma

ra (

1)

Ja

wa

Te

ng

ah

(2

)

1.

Te

ma

ng

gu

ng

(1

)

2.

Wo

no

so

bo

(1

)

Ja

wa

Tim

ur

(14

)

1.

Blit

ar

(1)

2.

Ke

dir

i (1

)

3.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

4.

Ko

ta P

ac

ita

n (

2)

5.

Ma

ge

tan

(2

)

6.

Ng

aw

i (2

)

7.

Pa

me

ka

sa

n (

1)

8.

Su

me

ne

p (

2)

9.

Tu

lun

ga

gu

ng

(2

)

Ja

wa

Ba

rat

(12

)

1.

Ba

nd

un

g (

3)

2.

Bo

go

r (3

)

3.

Ko

ta B

ek

as

i (3

)

4.

Su

ka

bu

mi

(3)

Ba

nte

n (

19

)

1.

Le

ba

k (

9)

2.

Se

ran

g (

10

)

DIY

(1

3)

1.

Ba

ntu

l (2

)

2.

Gu

nu

ng

kid

ul

(2)

3.

Ko

ta Y

og

ya

ka

rta

(2

)

4.

Ku

lon

Pro

go

(2

)

5.

Sle

ma

n (

5)

Ba

li (

2)

1.

Ta

ba

na

n (

2)

NT

T (

9)

1.

Alo

r (2

)

2.

Be

lu (

1)

3.

Ma

ng

ga

rai

Ba

rat

(1)

4.

Na

ge

ke

o (

1)

5.

Su

mb

a B

ara

t (1

)

6.

Su

mb

a B

ara

t D

ay

a (

1)

7.

Su

mb

a T

imu

r (1

)

8.

TT

U (

1)

NT

B (

7)

1.

Bim

a (

1)

2.

Do

mp

u (

1)

3.

Ko

ta B

ima

(2

)

4.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(2

)

5.

Su

mb

aw

a B

ara

t (1

)

Su

law

es

i S

ela

tan

(2

)

1.

Bo

ne

(1

)

2.

Bu

luk

um

ba

(1

)

Su

law

es

i T

en

gg

ara

(3

)

1.

Ko

lak

a (

1)

2.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

3.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

Su

law

es

i B

ara

t (1

)

1.

Ma

ma

sa

(1

)

Page 128: LAKIP Eselon 2014

xiii - 31

Direktorat Jenderal Cipta Karya

N

EW

S

NA

D

Su

ma

tera

Uta

ra

Ria

u

Su

ma

tera

Ba

rat

Jam

bi

Be

ng

ku

luS

um

ate

ra S

ela

tan

Lam

pu

ng

Ba

ng

ka

Be

litu

ng

Ke

pu

laua

n R

iau

Ka

lima

nta

n B

ara

t Ka

lima

nta

n T

en

ga

h

Ka

lima

nta

n S

ela

tan

Ka

lima

nta

n T

imu

r

Ba

nte

n

Jaw

a B

ara

tJa

wa

Te

ng

ah

DIY

Jaw

a T

imu

r

Ba

liN

TB

NT

T

Su

law

esi

Te

ng

ga

raS

ula

we

si S

ela

tan

Su

law

esi

Bar

at

Su

law

esi

Te

ng

ah

Go

ron

talo

Su

law

esi

Uta

raM

alu

ku U

tara

Ma

luku

Pa

pu

a B

ara

t

Pa

pu

a

PE

TA

SE

BA

RA

N L

OK

AS

I T

AH

UN

201

4

OU

TP

UT

IN

FR

AS

TR

UK

TU

R T

EM

PA

T P

EM

RO

SE

SA

N

AK

HIR

SA

MP

AH

(T

PA

S)

02

00

40

06

00

80

01

00

0K

ilom

ete

rs

KE

ME

NT

ER

IAN

PE

KE

RJ

AA

N U

MU

M

DIR

EK

TO

RA

T J

EN

DE

RA

L C

IPT

A K

AR

YA

Ja

lan

Pa

ttim

ura

20

Ke

ba

yo

ran

Ba

ru J

ak

art

a S

ela

tan

LE

GE

ND

A

Tid

ak

ad

a p

em

ba

ng

un

an

ou

tput

infr

as

tru

ktu

r T

PA

S

1 -

5 k

ab

/ko

ta y

an

g m

en

dap

at

infr

astr

uktu

r T

PA

S

100

100

110

110

120

120

130

130

140

140

-10

-10

0

0

10

10

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A (

5)

1.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w S

ela

tan

(1

)

2.

Bo

ola

ng

Mo

ng

on

do

w U

tara

(1

)

3.

Ke

pu

lau

an

Sa

ng

ihe

(1

)

4.

Ko

ta B

itu

ng

(1

)

5.

Min

ah

as

a T

en

gg

ara

(1

)

PA

PU

A B

AR

AT

(3

)

1.

Fa

k-f

ak

(1

)

2.

Ra

ja A

mp

at

(1)

3.

So

ron

g (

1)

PA

PU

A (

2)

1.

Bia

k N

um

for

(1)

2.

Ko

ta J

aya

pu

ra (

1)

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T (

2)

1.

Ma

mu

ju U

tara

(1

)

2.

Po

lew

ali

Ma

nd

ar

(1)

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R (

1)

1.

Ku

tai

Ba

rat

(1)

GO

RO

NT

AL

O (

2)

1.

Go

ron

talo

Uta

ra (

1)

2.

Po

hu

wa

to (

1)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

(1

)

1.

Pa

rig

i M

ou

ton

g (

1)

RIA

U (

3)

1.

Ind

rag

iri

Hu

lu (

1)

2.

Pe

lala

wa

n (

1)

3.

Ro

ka

n H

ulu

(1

)

PP

LP

ST

RA

TE

GIS

(1

4)

1.

Gre

sik

(1

)

2.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

3.

Ko

ta B

an

da

r L

am

pu

ng

(1

)

4.

Ko

ta B

ek

as

i (1

)

5.

Ko

ta B

ima

(1

)

6.

Ko

ta J

am

bi

(1)

7.

Ko

ta M

ala

ng

(1

)

8.

Ko

ta P

ad

an

g (

1)

9.

Ko

ta P

ale

mb

an

g (

1)

10

. K

ota

Su

ka

bu

mi

(1)

11

. K

ota

Su

rab

ay

a (

1)

12

. K

ota

Ta

ng

era

ng

Se

lata

n (

1)

13

. L

om

bo

k T

imu

r (1

)

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H (

3)

1.

Ko

taw

ari

ng

in B

ara

t (1

)

2.

Ko

taw

ari

ng

in T

imu

r (1

)

3.

La

ma

nd

au

(1

)

NA

D (

4)

1.

Ac

eh

Ba

rat

(1)

2.

Ac

eh

Ja

ya

(1

)

3.

Ac

eh

Te

ng

ga

ra (

1)

4.

Ko

ta B

an

da

Ac

eh

(1

)

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

(1

)

1.

Lin

gg

a (

1)

JA

MB

I (1

)

1.

Ba

tan

gh

ari

(1

)

BE

NG

KU

LU

(1

)

1.

Mu

ko

-mu

ko

(1

)

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T (

3)

1.

Ag

am

(1

)

2.

Ko

ta S

aw

ah

lun

to (

1)

3.

Pe

sis

ir S

ela

tan

(1

)

LA

MP

UN

G (

1)

1.

Pri

ng

se

wu

(1

)

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N (

5)

1.

Ba

nyu

as

in (

1)

2.

Em

pa

t L

aw

an

g (

1)

3.

Ko

ta P

ag

ar

Ala

m (

1)

4.

Ko

ta P

ale

mb

an

g (

1)

5.

Mu

si

Ra

wa

s (

1)

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A (

1)

1.

Ko

ta G

un

un

g S

ito

li (

1)

JA

WA

TE

NG

AH

(2

)

1.

Ba

nyu

ma

s (

1)

2.

Pu

rwo

rejo

(1

)

JA

WA

TIM

UR

(5

)

1.

Ko

ta K

ed

iri

(1)

2.

La

mo

ng

an

(1

)

3.

Ng

aw

i (1

)

4.

Pa

cit

an

(1

)

5.

Su

me

ne

p (

1)

JA

WA

BA

RA

T (

1)

1.

Ko

ta T

as

ikm

ala

ya

(1

)

DIY

(2

)

1.

Gu

nu

ng

kid

ul

(1)

2.

Ku

lon

Pro

go

(1

)

BA

NT

EN

(2

)

1.

Ko

ta T

an

ge

ran

g S

ela

tan

(1

)

2.

Ta

ng

era

ng

(1

)B

AL

I (1

)

1.

Gia

ny

ar

(1)

NT

B (

1)

1.

Lo

mb

ok

Te

ng

ah

(1

)

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N (

4)

1.

Bu

luk

um

ba

(1

)

2.

En

rek

an

g (

1)

3.

Sid

rap

(1

)

3.

Su

lse

l (1

)

MA

LU

KU

(3

)

1.

Se

ram

Ba

gia

n T

imu

r (1

)

2.

Ke

pu

lau

an

Aru

(1

)

3.

Ma

luk

u B

ara

t D

ay

a (

1)

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

(2

)

1.

Ko

lak

a U

tara

(1

)

2.

Ko

ta K

en

da

ri (

1)

Page 129: LAKIP Eselon 2014

xiii - 32

Direktorat Jenderal Cipta Karya

ASPE

K IM

PLEM

ENTA

SI

PEN

YERA

PAN

AN

GG

ARAN

ESEL

ON

I

Akum

ulas

i

real

isas

i

angg

aran

(RA)

Akum

ulas

i pag

u

angg

aran

(PA)

Peny

erap

an

Angg

aran

(P)

Cipt

a Ka

rya

13,9

29,6

70,6

02

14,5

49,4

78,3

81

95

.74

KON

SIST

ENSI

AN

TARA

PERE

NCA

NAA

N D

AN

IMPL

EMEN

TASI

bula

n

Renc

ana

Peny

erap

an

Dana

(RPD

)

Renc

ana

Peny

erap

an D

ana

kum

ulat

if (R

PDK)

Real

isas

i

Angg

aran

(RA)

Real

isas

i

Angg

aran

Kum

ulat

if (R

AK)

Ting

kat

peny

erap

an

tiap

bula

n

Kons

iste

nsi

anta

ra

pere

ncan

aan

dan

impl

emen

tasi

(K)

janu

ari

0.40

0

0.06

0

0.00

febr

uari

2.07

2

0.96

1

41.3

3

mar

et5.

27

8

3.

66

5

60

.48

april

11.5

8

19

7.71

12

64.1

3

mei

18.1

7

37

12.2

0

25

65.5

8

juni

26.0

2

63

18.3

3

43

67.5

7

juli

27.9

8

91

28.8

0

72

78.3

8

agus

tus

39.1

3

13

1

36.7

6

10

8

83.0

4

sept

embe

r50

.61

181

42

.97

151

83

.56

okto

ber

56.0

2

23

7

55.7

9

20

7

87.3

4

nope

mbe

r73

.79

311

68

.45

276

88

.63

dese

mbe

r95

.12

406

94

.52

370

91

.14

IKK

targ

et o

utpu

t

(TKK

)

Real

isas

i out

put

(RKK

)

322

SPAM

IKK

308

32

1

1.04

243

SPAM

MBR

460

49

0

1.07

1687

SPAM

PER

DESA

AN1,

858

1,97

9

1.

07

221

SPAM

KHU

SUS

148

14

8

1.00

392

INFR

ASTR

UKTU

R AI

R LI

MBA

H69

9

684

0.

98

55IN

FRAS

TRUK

TUR

DRAI

NAS

E PE

RKO

TAAN

70

68

0.

97

74IN

FRAS

TRUK

TUR

TPAS

71

69

0.

97

105

INFR

ASTR

UKTU

R TP

ST /

3R58

49

0.84

98PE

NYE

LEN

GGAR

AAN

SPA

M T

ERFA

SILI

TASI

120

11

9

0.99

67RU

SUN

AWA

25

25

1.

00

403

SARA

NA

PRAS

ARAN

A LN

GKUN

GAN

PER

MUK

IMAN

55

54

0.

98

155

BAN

GUN

AN G

EDUN

G DA

N F

ASIL

ITAS

NYA

40

29

0.

73

1095

0P2

KP11

,073

11

,066

1.00

6640

PPIP

4,65

0

5,

040

1.08

indi

kato

r kin

erja

kel

uara

n (o

utpu

t)

RKK

/ TKK

Penc

apai

an

kelu

aran

98.0

1

67.6

0

PEN

CAPA

IAN

KEL

UAR

AN

(out

put)

Page 130: LAKIP Eselon 2014

xiii - 33

Direktorat Jenderal Cipta Karya

EFIS

IENS

I

Targ

et (T

VK)

Real

isasi

(RVK

)Pa

gu p

er O

utou

t

(PAK

)

Real

isasi

per

Outp

ut (R

AK)

SPAM

IKK

308

321

1,58

1,45

8,71

1

1,

559,

865,

890

4859

395.

296

5,13

4,60

6

0.

9464

0078

5.36

SPAM

MBR

460

490

868,

086,

186

84

7,07

8,25

7

1,72

8,73

1

1,88

7,14

4

0.

928.

39

SPAM

PERD

ESAA

N18

5819

791,

015,

697,

757

977,

798,

383

49

4,08

7

54

6,66

2

0.90

9.62

SPAM

KHUS

US14

814

829

0,09

0,87

2

283,

784,

406

1,

917,

462

1,

960,

073

0.98

2.17

INFR

ASTR

UKTU

R AI

R LIM

BAH

699

684

593,

734,

176

54

5,22

2,92

0

797,

110

849,

405

0.

946.

16

INFR

ASTR

UKTU

R DR

AINA

SE PE

RKOT

AAN

7068

902,

873,

298

83

1,32

4,01

0

12,2

25,3

53

12,8

98,1

90

0.95

5.22

INFR

ASTR

UKTU

R TP

AS71

6945

3,36

9,98

6

434,

838,

633

6,

302,

009

6,

385,

493

0.99

1.31

INFR

ASTR

UKTU

R TP

ST /

3R58

4928

,889

,873

24

,264

,354

49

5,19

1

49

8,10

1

0.99

0.58

PENY

ELEN

GGAR

AAN

SPAM

TERF

ASILI

TASI

120

119

608,

663

59

4,93

4

4,99

9

5,07

2

0.

991.

43

RUSU

NAW

A25

251,

114,

339,

382

1,07

4,44

6,03

2

42

,977

,841

44

,573

,575

0.

963.

58

SARA

NA PR

ASAR

ANA

LNGK

UNGA

N PE

RMUK

IMAN

5554

232,

500,

208

19

0,32

4,67

0

3,52

4,53

1

4,22

7,27

7

0.

8316

.62

BANG

UNAN

GED

UNG

DAN

FASIL

ITAS

NYA

4029

212,

528,

918

18

4,73

0,13

6

6,37

0,00

5

5,31

3,22

3

1.

20-1

9.89

P2KP

1107

311

066

2,05

6,79

5,84

7

2,

039,

724,

441

184,

324

185,

749

0.

990.

77

PPIP

4650

5040

847,

219,

173

81

9,34

5,66

2

162,

569

182,

198

0.

8910

.77

ASPE

K M

ANFA

AT

Dire

ktor

atta

rget

out

com

ere

alisa

si ou

tcom

ere

alisa

si /

targ

etca

paia

n ha

sil

8,17

9

10,3

53

1.

27

699

733

1.

05

157

142

0.

90

120

119

0.

99

25

2

5 1.

00

55

5

4 0.

98

15,7

23

1

6,10

6 1.

02

ASPE

K M

ANFA

ATNI

LAI A

SPEK

IMPL

EMEN

TASI

NILA

I ASP

EK

EVAL

UASI

PK

PKNE

CH( I

)( N

K )

Cipt

a Kar

ya95

.74

67

.60

98.0

1

59

.30

103.

10

81.1

895

.80

Sang

at B

aik

WI

33.3

Hasil

peni

laia

n dike

lom

poka

n ked

alam

kate

gori

sbb:

WCH

66

.790

% >

NK =

100%

: San

gat B

aik

WP

9.7

80%

> NK =

90%

: Bai

k

WK

18.2

60%

> NK =

80%

: Cuk

up at

au N

orm

al

WPK

43

.550

% > N

K = 6

0%: K

uran

g

WE

28.6

NK =

50%

: San

gat K

uran

g

(RAK

/RVK

)/

(PAK

/TVK

)

[ 1-

(RAK

/RVK

)/(P

AK/T

VK) ]

*100

EFIS

IENS

I (%)

NI

LAI

EFIS

IENS

IKe

luar

an

Volu

me

Angg

aran

3.72

59.3

0

Outc

ome

Cipt

a Kar

ya

Peni

ngka

tan

jum

lah

pela

yana

n ai

r min

um (l

iter/

detik

)

103.

10

Peni

ngka

tan

jum

lah

pela

yana

n sa

nita

si (k

awas

an)

Peni

ngka

tan

jum

lah

pela

yana

n sa

nita

si (k

ab/k

ota)

Pem

bina

an ke

mam

puan

Pem

da /

PDAM

Pem

bang

unan

Rus

unaw

a (T

win

Blok

)

Revi

talis

asi k

awas

an p

erm

ukim

an d

an p

enat

aan

bang

unan

(kaw

asan

)

Peni

ngka

tan

infra

stru

ktur

per

muk

iman

per

desa

an/k

umuh

/nel

ayan

(kel

/des

a)

Dire

ktor

atAS

PEK

IMPL

EMEN

TASI

CAPA

IAN

HASIL

(out

com

e)

RAK/

RVK

PAK/

TVK

Page 131: LAKIP Eselon 2014

xiii - 34

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 132: LAKIP Eselon 2014

xiii - 35

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 133: LAKIP Eselon 2014

xiii - 36

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 134: LAKIP Eselon 2014

xiii - 37

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 135: LAKIP Eselon 2014

xiii - 38

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 136: LAKIP Eselon 2014

xiii - 39

Direktorat Jenderal Cipta Karya

25 %

50 %

75 %

100 % 100 %

A. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM 1. Output SPAM Terfasilitasi

KEGIATAN : SPAM Terfasilitasi PDAM Ketapang LOKASI : Kab Ketapang Provinsi Kalimantan Barat KOORDINAT : Longitude 110˚47’11” Latitude -1˚55’25” MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehata dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 137: LAKIP Eselon 2014

xiii - 40

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

75 %

100 %

KEGIATAN : Bantuan Program Penyehatan PDAM Tirta Betuah Kabupaten Banyuasin LOKASI : Kab. Banyuasin – Prov Sumatera Selatan KOORDINAT : Longitude 105° 29' 01' Latitude -2° 74' 5 '' MANFAAT : Meningkatkan kinerja pengelolaan PDAM dengan kondisi tidak sehat (kurang sehat dan sakit) SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 138: LAKIP Eselon 2014

xiii - 41

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

2. Output SPAM IKK

KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK Kapasitas 10 l/det LOKASI : IKK Tulangan Kab Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚29’8” Latitude -7˚11’16” MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 139: LAKIP Eselon 2014

xiii - 42

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

75 %

KEGIATAN : Optimalisasi SPAM IKK Moro LOKASI : IKK Moro, Kab Karimun Provinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 108˚5’95” Latitude 04˚32’19” MANFAAT : Mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum dan meningkatkan pelayanan di Ibukota Kecamatan atau kawasan yang belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 140: LAKIP Eselon 2014

xiii - 43

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

75 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan SPAM IKK LOKASI : Distrik Ulilin, Kab. Merauke KOORDINAT : Longitude 140˚53’08” Latitude 08˚29’10” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui optimalisasi program IKK SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 141: LAKIP Eselon 2014

xiii - 44

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

75 %

100 %

3. Output SPAM MBR

KEGIATAN : Pembangunan SPAM MBR Teluk Buton LOKASI : Desa Teluk Buton, Kab. Natuna, Provinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 108˚47’3” Latitude 04˚39’09” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau melalui pembangunan SPAM MBR SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 142: LAKIP Eselon 2014

xiii - 45

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

75 %

100 %

4. Output SPAM Pedesaan

KEGIATAN : Pembangunan SPAM Pedesaan LOKASI : Desa Bintang Sari Kec. Cipanas Kab. Lebak, Provinsi Banten KOORDINAT : Longitude 106˚22’7” Latitude -6˚7’13” MANFAAT : Menyediakan air minum bagi masyarakat perdesaan yang tinggal di daerah rawan air SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 143: LAKIP Eselon 2014

xiii - 46

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

B. SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Air Limbah

KEGIATAN : Pembangunan IPLT LOKASI : Kab. Aceh Besar, Propinsi Aceh KOORDINAT : Longitude 97˚30’39” Latitude 04˚15’84” MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 144: LAKIP Eselon 2014

xiii - 47

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

75 %

100 %

KEGIATAN : Optimalisasi IPLT LOKASI : Kab. Lampung Selatan, Propinsi Lampung KOORDINAT : Longitude 105˚20’39” Latitude -4˚42’84” MANFAAT : Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja untuk mengolah mengolah limbah agar tidak menjadi polusi bagi lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 145: LAKIP Eselon 2014

xiii - 48

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

2. Output Infratstruktur TPA

KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA LOKASI : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚44’11” Latitude -7˚9’15” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 146: LAKIP Eselon 2014

xiii - 49

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Optimalisasi Pembangunan TPA LOKASI : Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚32’9” Latitude -6˚11’30” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah agar sampah dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu lingkungan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 147: LAKIP Eselon 2014

xiii - 50

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

3. Output Infrastruktur Drainase Perkotaan

KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer LOKASI : Jalan Parangtritis, Kab. Bantul KOORDINAT : Longitude 110˚32’18” Latitude 07˚14’29” MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 148: LAKIP Eselon 2014

xiii - 51

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan Sistem Drainase Primer LOKASI : Kws. Sungai Asam Kota Jambi, Propinsi Jambi KOORDINAT : Longitude 103˚57’36” Latitude -1˚29’28” MANFAAT : Membangun saluran drainase untuk mengalirkan limpasan air dari badan jalan sehingga tidak menyebabkan genangan SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 149: LAKIP Eselon 2014

xiii - 52

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

4. Output Infrastruktur TPST/3R

KEGIATAN : Pembangunan TPST 3R LOKASI : Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚22’40” Latitude -7˚10’22” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 150: LAKIP Eselon 2014

xiii - 53

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan 3R LOKASI : Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur KOORDINAT : Longitude 112˚09’22” Latitude -8˚01’16” MANFAAT : Membangun infrastruktur TPST/3R sebagai tempat mendaur ulang sampah agar sampah dapat dipergunakan kembali/bermanfaat SASARAN : Dalam rangka memenuhi sasaran meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan

Page 151: LAKIP Eselon 2014

xiii - 54

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

75 %

100 %

C. SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1. Output Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

KEGIATAN : Peningkatan Jalan Desa Pangkal Mendo Kws. Mendo Barat LOKASI : Kabupaten Bangka, Propinsi Bangka Belitung KOORDINAT : Longitude 105˚83’08” Latitude -2˚88’07” MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 152: LAKIP Eselon 2014

xiii - 55

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan Kawasan Agropolitan LOKASI : Desa Binyan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli KOORDINAT : Longitude 115˚00’79” Latitude -8˚13’38” MANFAAT : Membangun Jalan Poros di lingkungan agropolitan agar memberikan akses yang lebih baik dan cepat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 153: LAKIP Eselon 2014

xiii - 56

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

75 %

25 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pekerjaan Jalan Usaha Tani, Jalan Lingkungan, Drainase LOKASI : Desa Koto, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh KOORDINAT : Longitude 101˚26’54” Latitude 2˚45’54” MANFAAT : Membangun Jalan Usaha Tani di lingkungan agropolitan memberikan pergerakan perekonomian semakin tinggi SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 154: LAKIP Eselon 2014

xiii - 57

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

75 %

100 %

2. Output Kawasan Permukiman Perkotaan

KEGIATAN : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws. Perkotaan LOKASI : Kawasan Semangga Kota Merauke, Propinsi Papua KOORDINAT : Longitude 140˚24’28” Latitude 08˚29’13” MANFAAT : Membangun jalan poros agar penduduk desa dapat berpindah tempat dengan cepat dan pergerakan ekonomi masyarakat semakin meningkat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 155: LAKIP Eselon 2014

xiii - 58

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

25 %

50 %

75 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan Pelantar Lingkungan LOKASI : Kws Kp.Baru Keke RW 12 Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan, Propinsi Kepulauan Riau KOORDINAT : Longitude 104˚42’28” Latitude 01˚22’13” MANFAAT : Membangun pelantar lingkungan agar lingkungan penduduk desa dapat menikmati desanya dengan baik SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 156: LAKIP Eselon 2014

xiii - 59

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

30 %

50 %

100 %

D. SEKTOR PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Output Prasarana dan Sarana Lingkungan Permukiman

KEGIATAN : Pembangunan PSD Revitalisasi Kawasan LOKASI : Kawasan Tendean, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan KOORDINAT : Longitude 115˚23’26” Latitude -2˚35’10” MANFAAT : Menata kawasan tradisional bersejarah agar lebih nyaman dan lestari SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 157: LAKIP Eselon 2014

xiii - 60

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan/Revitalisasi Kawasan LOKASI : Kawasan Kelurahan Bajak Pasar, Kota Bengkulu, Propinsi Bengkulu KOORDINAT : Longitude 102˚12’22” Latitude 03˚48’16” MANFAAT : Menata jalur pedestarian dan pasar tradisional agar lebih nyaman dilewati oleh pejalan kaki SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 158: LAKIP Eselon 2014

xiii - 61

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

KEGIATAN : Pembangunan/ Revitalisasi Kawasan Bersejarah Makam Mbah Kyai Pahing LOKASI : Desa Menggora Kec. Tembarak, Kab. Temanggung Propinsi Jawa Tengah KOORDINAT : Longitude 110˚00’00” Latitude -7˚13’83” MANFAAT : Membangun gedung pertemuan untuk memfasilitasi kegiatan pertemuan warga masyarakat SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 159: LAKIP Eselon 2014

xiii - 62

Direktorat Jenderal Cipta Karya

0 %

50 %

100 %

2. Output Bangunan Gedung dan Fasilitasnya

KEGIATAN : Pemeliharaan Gedung/Bangunan Kantor Bertingkat LOKASI : Kota Denpasar, Propinsi Bali KOORDINAT : Longitude 107˚56’33” Latitude 08˚39’13” MANFAAT : Pembuatan Sumur Resapan dan Paving Block untuk para pengguna agar dapat menuju gedung dengan lebih mudah SASARAN : Dalam rangka memenuhi meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang

Page 160: LAKIP Eselon 2014

xiii - 63

Direktorat Jenderal Cipta Karya

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI AIR MINUM

Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan

pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi seperti yang dilakukan di

Madura dan beberapa lokasi lain. Untuk mengatasi masalah keterbatasan penyediaan air baku

terutama di pulau-pulau kecil, seperti Pulau Mandangin di Madura Jawa Timur dilakukan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Laut menjadi Air Minum (SWRO Mandangin). Teknologi

ini juga sudah dilakukan untuk kapasitas yang lebih besar di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan

Riau.

Selain itu, untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, diterapkan teknologi hijau (green

technology) pada beberapa pembangunan SPAM. Penerapan green technology ini antara lain

dilakukan pada pembangunan instalasi pengolahan airtanpa bahan kimia yang dilakukan di Kota

Banjar, Jawa Barat. Teknologi ini telah dikembangkan juga di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

Gambar Instalasi Penyaringan Air Laut menjadi Air Minum Pulau Mandingin – JATIM (SWRO PULAU MANDANGIN)

Page 161: LAKIP Eselon 2014

xiii - 64

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Teknologi terbaru yang dikembangkan oleh Puslitbangkim PU adalah melakukan uji coba Instalasi

pengolahan air siap minum (merotek). Dengan teknologi ini dapat mengolah air tanah, air

permukaan, air gambut atau air payau menjadi air yang siap minum. Saat ini teknologi tersebut

masih di ujicoba kan di beberapa lokasi seperti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi), Pulau

Rote (NTT) dan Jawa Barat.

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DIBIDANG SANITASI

Dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rangka meningkatkan cakupan

pelayanan air minum telah digunakan beberapa inovasi teknologi, diantaranya :

Instalasi Pengolah Sampah (IPS)

Instalasi Pengolah Sampah (IPS) iniadalah sebuah

instalasi yang menggunakan sampah organik

untuk menghasilkan bahan bakar alternatif

pengganti LPG (biogas) yang diperoleh dari proses

penguraian secara anaerobik dari berbagai macam

limbah organik. IPS skala lingkungan yang tengah

dalam tahap uji coba berlokasi di Komplek PLN

Duren Tiga Jakarta Selatan serta di Pamulang,

Gambar Teknologi Hijau pada SPAM Kota Banjar – JABAR

Gambar Instalasi SIKIPAS Cijantung

Page 162: LAKIP Eselon 2014

xiii - 65

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Tangerang Selatan.IPS ini dinamakan SIKIPAS (Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik

Sampah). 1 buah/unit prototipe SIKIPAS dapat mengolah sampah organik dengan kapasitas 2

m3/hari (kapasitas pelayanan sekitar 4.000 jiwa atau 800 KK), dengan menghasilkan gas bio

sebesar 150 m3 dalam 6 minggu. Nilai energi dari gas bio tersebut mampu menyediakan energi

listrik untuk 1 buah rumah selama 2 minggu.Selain itu, akan dihasilkan pula kompos padat

sebanyak 1 m3 dan kompos cair sebanyak 200 liter dari 2 m3 sampah organik terolah. Inovasi

ini merupakan salah satu inovasi Ditjen Cipta Karya untuk mengurangi sampah organik dari

sumbernya.

Kantor Kementerian PU Berupaya Mewujudkan Zero Waste

Gedung Kementerian PU (KemenPU) merupakan gedung ramah lingkungan (green buliding)

sekaligus merupakan pioner green building di Indonesia. Dengan konsep ini, Gedung KemenPU

mampu menghemat listrik dan air secara signifikan yaitu menghemat listrik hingga 44%, dan

menghemat air hingga 81%, sehingga pada Maret 2013 berhasil memperoleh predikat

Greenship berlevel platinum dari Green Council Building Indonesia. Sejalan dengan itu,

Kementerian PU berupaya mewujudkan konsep “Zero Waste” untuk pengelolaan sampahnya

melalui pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kantor Kementerian

Pekerjaan Umum, yang berlokasi di dekat sisi timur lapangan parkir gedung Cipta Karya.

Tempat Pemilahan Sampah 5 Warna Modul Pengompos Semi-anaerobik

Page 163: LAKIP Eselon 2014

xiii - 66

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Salah satu parameter Green Building adalah sistem penanganan sampah di lingkungan kantor.

Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan, dengan

penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah

terpilah kemudian diangkut ke tempat sampah besar di tiap lantai, yang terbagi menjadi 5 buah,

yaitu warna merah (untuk sampah buangan beracun dan berbahaya), warna hijau (untuk sampah

makanan dan sampah halaman), warna kuning (untuk sampah plastik, sampah gelas, dan sampah

logam), warna biru (untuk sampah kertas), dan warna abu-abu (untuk sampah tekstil, sampah

kain, dan sampah lain-lain). Sampah yang telah terpilah ini kemudian diangkut ke TPST, untuk

ditempatkan pada 5 buah wadah sampah terpilah pula.

Pemilahan sampah dimulai dari sumber sampah, yaitu 2 buah pada tiap ruangan kantor, dengan

penyediaan 1 buah tempat sampah organik dan 1 buah tempat sampah anorganik. Sampah

organik makanan diolah secara biologis dengan 4 buah Modul Pengompos Semi-anaerobik dan

sampah organik halaman juga diolah secara biologis dengan 2 buah Modul Pengompos Aerobik,

yang merupakan produk dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Kedua modul ini

akan dilengkapi pada tahun 2014, dengan Modul SIKIPAS (SIstem Komunal Instalasi Pengolahan

Anaerobik Sampah) dengan kapasitas lebih besar, yang merupakan kerjasama penelitian antara

Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman serta Direktorat Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman.

Untuk sampah anorganik yang masih dapat didaurulang, akan ditangani melalui pengelolaan

Bank Sampah, untuk dijual kepada pengepul. Sampah yang direncanakan untuk dijual berupa

sampah logam, sampah gelas, sampah plastik, dan sampah kertas. Sedangkan sampah yang tidak

dapat diolah secara biologis dan dijual melalui Bank Sampah, yaitu sampah karet, sampah tekstil,

dan sampah lain-lain, akan diolah secara termal dengan menggunakan Modul SANIRA.

Page 164: LAKIP Eselon 2014

xiii - 67

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Modul SANIRA merupakan modul yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Permukiman, serta telah teruji dalam memenuhi beberapa baku mutu emisi gas buang yang

disyaratkan, yaitu untuk parameter gas hidrogen fluorida, gas hidrogen klorida, gas nitrogen

dioksida, gas karbon monoksida, dan gas hidrokarbon. Melalui mekanisme inilah, maka sampah

di lingkungan kantor Kementerian Pekerjaan Umum yang mencapai 6,342 m3/hari, dapat

ditangani setempat secara tuntas.

Instalasi MCK++ Limbah Rumah Tangga untuk Masak

Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) masyarakat diajak untuk memanfaatkan

potensi limbah rumah tangga menjadi biogas sebagai bahan alternatif energi pengganti Bahan

Bakar Minyak (BBM). Biogas adalah energi gas yang dihasilkan dari limbah makhluk hidup

seperti limbah kotoran manusia, limbah kotoran ternak maupun limbah organik lainnya.

Pemanfaatan limbah untuk biogas ini diperoleh dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)

dilengkapi reaktor biodigester dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi tepat

guna.Selain aspek biaya yang murah, konstruksi yang kuat serta keamanan terhadap

lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi, biaya operasional IPAL ini juga rendah (seminimal

mungkin menggunakan energi listrik) serta dapat dimanfaatkan dengan mudah (siapapun

dapat mengoperasikan dan memeliharanya).

Modul Pengolahan Sampah Sistem Thermal“SANIRA”

Page 165: LAKIP Eselon 2014

xiii - 68

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pemanfaatan Biogas dari MCK++ yang Dilengkapi Biodigester

Awalnya limbah yang akan diolah harus diencerkan terlabih dahulu, kemudian limbah tersebut

disalurkan ke dalam reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam

sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi.Energi yang dihasilkan oleh

reactor tersebut adalah berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas

serta penerangan.

Untuk penggunaan material bahan bangunan, diupayakan untuk menggunakan bahan

material yang banyak tersedia di sekitar lokasi pembangunan. Awalnya limbah yang akan

diolah harus diencerkan terlebih dahulu, kemudian limbah tersebut disalurkan ke dalam

reaktor. Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah

penampung gas yang kemudian dijadikan energi.Energi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut

berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan.

Pembuatan Tahu Tempe (Dok : Ade S) Gas Metan Digunakan untuk Pemasakan Tahu Tempe

Limbah Sisa Pembuatan Tahu Tempe

Tangki Bio-Digester yang dilengkapi dengan Filter Anaerobik (Sumber : dok. BORDA)

Tangki Bio-Digester Filter An-Aerobik

Influent Eflu

ent

Page 166: LAKIP Eselon 2014

xiii - 69

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Instalasi MCK++ Limbah Rumah Tangga untuk Masak

Program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) masyarakat

diajak untuk memanfaatkan potensi limbah rumah tangga

menjadi biogas sebagai bahan alternatif energi pengganti

Bahan Bakar Minyak (BBM). Biogas adalah energi gas yang

dihasilkan dari limbah makhluk hidup seperti limbah kotoran

manusia, limbah kotoran ternak maupun limbah organik

lainnya.

Pemanfaatan limbah untuk biogas ini diperoleh dari Instalasi

Pengolah Air Limbah (IPAL) dilengkapi reaktor biodigester

dengan mengaplikasikan penggunaan teknologi tepat guna.

Selain aspek biaya yang murah, konstruksi yang kuat serta

keamanan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar

lokasi, biaya operasional IPAL ini juga rendah (seminimal mungkin menggunakan energi listrik)

serta dapat dimanfaatkan dengan mudah (siapapun dapat mengoperasikan dan

memeliharanya).

Untuk penggunaan material bahan bangunan,

diupayakan untuk menggunakan bahan material

yang banyak tersedia di sekitar lokasi

pembangunan. Awalnya limbah yang akan diolah

harus diencerkan terlebih dahulu, kemudian limbah

tersebut disalurkan ke dalam reaktor.

Dari reaksi yang terjadi, dihasilkan gas yang ditampung ke dalam sebuah wadah penampung gas yang kemudian dijadikan energi. Energi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk kompor gas serta penerangan.

Air Siap Minum Sanimas

Pada pelaksanaan program Sanimas, salah satu output yang dibangun adalah MCK++. Sarana

ini terdiri dari kamar mandi, toilet, tempat cuci, dilengkapi dengan biogas.Selain itu,

Gambar Instalasi MCK++

Gambar Pemanfaatan Biogas dari Instalasi MCK++

Page 167: LAKIP Eselon 2014

xiii - 70

Direktorat Jenderal Cipta Karya

pada beberapa MCK++ dilengkapi juga alat air minum kesehatan RO (Reverse Osmosis) yang

dapat menghasilkan air minum.Air dari sumur langsung bisa diminum dengan lebih sehat jika

dibanding dengan memasak air.

Pemanfaatan IPAL Pabrikasi untuk Sanimas

Semakin tingginya kebutuhan sistem pengolahan limbah cair di daerah perkotaan dan semi

perkotaan yang padat penduduk menjadi tantangan bagi berbagai pihak untuk memberikan

jawaban atas permasalahan tersebut. Hal inimengingat tingginya pertumbuhan penduduk

baik oleh karena pertambahan kelahiran maupun pesatnya urbanisasi ditambah lagi adanya

pertambahan unit usaha ekonomi masyarakat baik skala kecil, menengah, maupun besar

merupakan permasalahan tersendiri bagi sistem sanitasiproses urbanisasi menambah beban

limbah yang harus dikelola semakin banyak, belum lagi limbah yang ditimbulkan dari kegiatan

ekonomi masyarakat dengan jenis limbah yang semakin beragam.

Disisi lain ketersediaan tekhnologi dan sistem pengolahan limbah cair yang memadahi, tepat

sasaran dan tepat guna belum banyak tersedia. Alat dan tekhnologi yang dikembangkan oleh

negara maju cenderung mahal, rumit dan komplikated yang dalam penerapannya banyak

masalah yang dihadapi, misal kebutuhan SDM, spare part susah didapat, biaya operasional

tinggi dan biaya investasi lebih besar. Untuk itu dipandang perlu untuk menerapkan teknologi

tepat guna yang memiliki jaminan mutu/ kualitas tinggi, pelaksanaan konstruksi relatif cepat

dan mudah, serta dapat dilaksanakan secara massif, maka dibuatlah suatu IPAL Pabrikasi.

IPAL pabrikasi merupakan sebuah sistem pengolahan air limbah domestik modern. Sistem ini

mulai dikenal dan berkembang di Indonesia seiring dengan semakin meluasnya pencemaran

dan kekahawatiran masyarakat terhadap air tanah yang makin tidak layak pakai, sekaligus

sejalan dengan usaha pencegahan pencemaran lingkungan secara dini.

Dengan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah pabrikasi ini, diharapkan pencemaran air yang

disebabkan oleh air buangan yang berasal dari rumah tangga suatu instansi dapat di-eliminir

atau bahkan dihilangkan. Sehingga air buangan tersebut dapat dibuang ke badan sungai tanpa

ada rasa khawatir akan mengakibatkan pencemaran air tanah di lingkungan sekitar.

IPAL Pabrikasi ini umumnya mampu mengolah semua limbah rumah tangga dari segala jenis

type bangunan termasuk Perumahan, Hotel, Mall, Gedung perkantoran, Rumah sakit, Klinik,

Apartemen, Pertokoan, Sekolah, Pabrik dan jenis/ tipe bangunan lainnya. IPAL ini dapat

menjadi solusi di tengah banyak nya masalah dalam pengolahan limbah dan sanitasi, karena

Page 168: LAKIP Eselon 2014

xiii - 71

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar Beton Pra-cetak untuk Saluran Drainase

sistem ini mampu mengolah limbah cair rumah tangga yang masuk seperti BOD, COD, TSS, PH,

Amonia, KmnO4, dll.Keunggulan dari IPAL Pabrikasi ini antara lain adalah: tidak memerlukan

perawatan khusus, tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak akan terjadi penyumbatan serta

struktur bodi terbuat dari bahan fibreglass, kuat dan tahan bocor.

Box Culvert Saluran Drainase Sekaligus Untuk Badan Jalan

Precast atau beton pracetak merupakan bahan beton yang dibuat di pabrik atau di cetak di

lokasi kegiatan dengan mutu dan standar yang ditentukan. Keuntungan pengunaan beton

pracetak selain memudahkan pada saat konstruksi, memiliki jaminan mutu dari

pabrik/supplier, dan pekerjaan relatif cepat serta rapi.

Saat ini beton pracetak banyak digunakan dalam konstruksi saluran drainase dan bangunan

pelengkap berupa: gorong-gorong, box culvert, dan jenis lainnya. Saat ini pembangunan

drainase dalam skala besar banyak menggunakan beton pracetak. Salah satu contohnya

adalah pembangunan drainase Banyu Urip di

Kota Surabaya.

Gambar Saluran Drainase Precast Banyu Urip sekaligus sebagai Badan Jalan

Page 169: LAKIP Eselon 2014

xiii - 72

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar Saluran Drainase dengan Beton Pra-cetak, Bali

Tujuan pembangunan drainase Banyu Urip

adalah untuk mengatasi genanganair hujan di

kawasan Kecamatan Sawahan, Kecamatan

Tandes dan sebagian Kecamatan Wonokromo.

Manfaat dari kegiatan ini adalah tertanganinya

genangan seluas + 346 ha, dengan tinggi

genangan 30-70 cm dan lama genangan sampai

dengan 6 jam, serta termanfaatkannya penutup

saluran Banyu Urip sebagai badan jalan yang

digunakan sebagai prasarana transportasi darat

Banyu Urip-Balong yang telah memperhitungkan

beban jalan.

Metode Clean Construction Untuk Pekerjaan Penggalian Pipa Air Limbah

Clean construction merupakan metode ramah lingkungan yang pernah diterapkan pada

pekerjaan penggalian dan pemasangan pipa air limbah DSDP Bali yang dituntut

mengedepankan kebersihan, kerapihan, keamanan dan keselamatan kerja. Segala aspek yang

berpotensi menimbulkan gangguan selama pelaksanaan pemasangan pipa terkait dengan

keamanan, kenyamanan, keindahan dan kebersihan lingkungan kerja diupayakan ditekan

seminimal mungkin.Intinya adalah pada saat pelaksanaan pekerjaan penggalian tanah untuk

pemasangan pipa, tanah bekas galian yang ada langsung dimuat ke dalam truk diangkut

menuju stock yard (tempat penampungan).

Metode ini ditujukan untuk meminimisasi gangguan terhadap aktivitas masyarakat akibat

pembangunan jaringan ini. Hal ini penting karena pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan

dengan tingkat risiko pekerjaan yang tinggi terutama untuk pekerjaan galian.Ancaman

tertimpa longsoran material galian hingga tertimbun, sangat mengancam keselamatan pekerja

terlebih jika di lokasi galian sempat turun hujan yang cukup lama.

Hal ini sangat riskan mengingat penggalian dan pemasangan jaringan pipa air limbah DSDP ini

menggunakan tiga metode yaitu :

(1) Galian terbuka tanpa turap dan penahan,

(2) Galian terbuka dengan turap kayu maupun baja sheet pile dan

(3) Sistem pipe jacking yang digunakan untuk perlintasan sungai, jalan yang padat lalu

lintasnya dan galian yang dalam.

Page 170: LAKIP Eselon 2014

xiii - 73

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar Rumah Pompa Balong, Surabaya

Galian tanah langsung

dimuat dan diangkut ke

stock yard

Pemasangan turap

penahan dinding untuk

mencegah keruntuhan

dinding galian

Pemasangan pipa dengan

tanah galian yang relatif

sudah bersih

Perapihan timbunan galian

dengan pelapisan aspal

seluruh badan jalan

Dalam pelaksanaannya, metode clean construction ini harus didukung dengan manajemen lalu

lintas yang baik mengingat penggalian dan pemasangan pipa dengan dimensi yang cukup

besar dilakukan di jalan dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Dalam pengaturannya,

diperlukan kerjasama dengan pihak terkait lainnya seperti Dinas Perhubungan/DLLAJ,

Kepolisian serta masyarakat sekitar yang ada di lokasi pembangunan. Pada pengaturan ini

disiapkan beberapa fasilitas kelengkapan seperti petugas pengatur lalu lintas berseragam

dilengkapi bendera dan alat komunikasi, papan peringatan dan rambu-rambu lalu lintas,

pembatas area kerja yang terbuat dari seng (fence), plastic cone, lampu hazard serta

kelengkapan keamanan kerja lainnya.

Pembuatan Kolam Retensi dan Rumah Pompa

Pembuatan rumah pompa dan kolam retensi

sebagai prasarana drainase dalam skala besar

dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia

seperti Jakarta, Surabaya, dan

Semarang.Kolam retensi adalah prasarana

drainase yang berfungsi untuk menampung

dan meresapkan air hujan di suatu wilayah

yang operasionalnya dapat dikombinasikan

dengan pompa atau pintu air.

Page 171: LAKIP Eselon 2014

xiii - 74

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pemasangan Pompa Drainase

Pompa drainase adalah pompa yang berfungsi memindahkan air ke badan air penerima,

sehingga biasanya dibutuhkan pada daerah pasang surut, atau daerah muara sungai dan atau

elevasi saluran lebih rendah dari badan penerima air (daerah cekungan).

PEMASANGAN POMPA DRAINASE SURABAYA

Salah satu contoh pembangunan pompa drainase adalah pompa Kenjeran di Kota

Surabaya.Pompa sumersible axial flow, dengan kapasitas pompa 7,5 m3/detik, dapat

menanggulangi genangan + 24,86 ha, dengan tinggi genangan 10-30 cm dan laman genangan

sampai 6 jam. Pompa Kenjeran di Kota Surabaya di bangun untuk mengatasi genangan air

Pemasangan Betok Pracetak Lokasi Pemasangan Pompa Drainase

Pelaksanaan Pemasangan Pompa Tutup Box Pompa Sekaligus Untuk Badang Jalan

Page 172: LAKIP Eselon 2014

xiii - 75

Direktorat Jenderal Cipta Karya

hujan yang diakibatkan genangan tersebut oleh tidak dapat mengalir ke laut karena

bersamaan dengan air laut pasang di kawasan permukiman pada subsistem drainase

Kenjeran-I.

Koefisien Garuda Super (Gas Rumah Kaca dari Sub Direktorat Persampahan)

Dalam menjawab tantangan Nasional penurunan gas rumah kaca hingga tahun 2020,

sebagaimana termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana

Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Direktorat Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman, Subdirektorat Persampahan telah membuat terobosan baru dalam

sejarah sector persampahan Indonesia, dengan menghasilkan Koefisien Garuda Super (Gas

Rumah Kaca dari Subdirektorat Persampahan) yaitu suatu koefisien matematika yang

dihasilkan untuk menyederhanakan perhitungan emisi gas rumah kaca dari sector

persampahan dengan menggunakan satu buah data saja, yaitu jumlah sampah yang ditangani

(dalam satuan ton/hari). Satu data ini sudah cukup untuk menghitung potensi emisi gas rumah

kaca dalam satu baris perhitungan, yaitu dengan mengalikan jumlah sampah yang ditangani

dengan koefisien 0,688 Kg CO2(eq)/Kg (berat basah) sampah tercampur.

Formula PEMUDA SUPER (Perhitungan Mudah Dari Subdirektorat Persampahan)

Formula PEMUDA SUPER (Perhitungan Mudah Dari Subdirektorat Persampahan) adalah

formulasi perhitungan matematika dalam menghitung kebutuhan infrastruktur penanganan

sampah, beserta kebutuhan biaya pembangunan dan biaya pengoperasian-pemeliharaan-

perawatan.Formula ini pemrogramannya dilakukan secara move forward yangartinya

menghitung kebutuhan infrastruktur yang dibutuhkan dalam mencapai suatu target untuk

kemudian diterjemahkan dalam pendistribusian kegiatan pelaksanaan tahunannya baik itu

rincian perhitungan biaya pembangunan maupun biaya pengoperasian-pemeliharaan-

perawatan.

Page 173: LAKIP Eselon 2014

xiii - 76

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 174: LAKIP Eselon 2014

xiii - 77

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 175: LAKIP Eselon 2014

xiii - 78

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 176: LAKIP Eselon 2014

xiii - 79

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 177: LAKIP Eselon 2014

xiii - 80

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 178: LAKIP Eselon 2014

xiii - 81

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 179: LAKIP Eselon 2014

xiii - 82

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 180: LAKIP Eselon 2014

xiii - 83

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 181: LAKIP Eselon 2014

xiii - 84

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 182: LAKIP Eselon 2014

xiii - 85

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 183: LAKIP Eselon 2014

xiii - 86

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 184: LAKIP Eselon 2014

xiii - 87

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 185: LAKIP Eselon 2014

xiii - 88

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 186: LAKIP Eselon 2014

xiii - 89

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 187: LAKIP Eselon 2014

xiii - 90

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 188: LAKIP Eselon 2014

xiii - 91

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 189: LAKIP Eselon 2014

xiii - 92

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 190: LAKIP Eselon 2014

xiii - 93

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 191: LAKIP Eselon 2014

xiii - 94

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 192: LAKIP Eselon 2014

xiii - 95

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 193: LAKIP Eselon 2014

xiii - 96

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 194: LAKIP Eselon 2014

xiii - 97

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 195: LAKIP Eselon 2014

xiii - 98

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 196: LAKIP Eselon 2014

xiii - 99

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 197: LAKIP Eselon 2014

xiii - 100

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 198: LAKIP Eselon 2014

xiii - 101

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 199: LAKIP Eselon 2014

xiii - 102

Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 200: LAKIP Eselon 2014