kalimat efektif
Post on 30-Jun-2015
131 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
MAKALAH
Kalimat EfektifDiajukan sebagai tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Rohmad Putra A.S 411306092
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2014-2015
1
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
PendahuluanA. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu
hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan,
atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. Pada saat ini pengucapan kalimat efektif sangat jarang
dilakukan oleh masyarakat. Pada kaum muda kalimat efektif seakan sudah punah mereka
lebih bangga menggunakan bahasa-bahasa yang saat ini sangat populer dikalangan anak
mudah yaitu Bahasa gaul / Sering disebut bahasa alai. Tentu saja bahasa yang mereka
gunakan itu sangat menyimpang jauh dengan kaidah bahasa indonesia dan tidak efektif
kalimatnya.
Hal inilah yang membuat kami sebagai penulis ingin membuat makalah ini dengan
tujuan untuk kembali membuat para masyarakat menyadari bahwa kalimat efektif
didalam pengucapan bahasa itu sangat penting. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Pembahasan2
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
A. Pengertian
1. Kalimat
Menurut KBBI Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep
pikiran dan perasaan; Dari segi liuistik kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa (KBBI, 2002 : 494).
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
(.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah
kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan
kalimat.
2. Kalimat Efektif
E. Kosasih menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-
syarat : (1) Secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya; (2)
Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.
Sebelum dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi
efektif, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari
3
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan
dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman
lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan
bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap
kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau
tuturan tersebut.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
seacara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus
lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh
dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu di
munculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah. Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi
syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi
juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan,
4
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula
sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang,
ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap,
“Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar
Rebo?”
Sebelum kita membuat sebuah kalimat efektif maka kita harus terlebih dahulu
mengetahui syarat-syarat kalimat itu bisa dikatakan efektif.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib
hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a) Ayahku sedang melukis.
b) Meja direktur besar.
c) Yang berbaju batik dosen saya.
d) Berjalan kaki menyehatkan badan.
e) Membangun jalan layang sangat mahal.
5
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi
oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e).
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda
di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek
(S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk
juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang
dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa
nominal. Perhatikan contoh berikut:
a) Kuda meringkik.
b) Ibu sedang tidur siang.
c) Putrinya cantik jelita.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata
meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata
sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik
jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang
6
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad
contoh di bawah ini.
a) Nurul menimang …
b) Arsitek merancang …
c) Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi
P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a) Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b) Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
7
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival
dan frasa preposisional.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.
Contohnya :
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu -
Pada
Dalam
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
8
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
3. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP (Subyek Predikat).
4. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
5. Menggunakan diksi yang tepat.
6. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.
7. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
8. Melakukan penekanan ide pokok.
9. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
10. Menggunakan variasi struktur kalimat.
D. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Contoh:
- Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
- Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda). Contoh:
- Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan
tidak efektif).
9
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
- Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah
tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan
maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat
melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
- Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
- Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
+ Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
+ Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
- Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
- Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
10
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
5. Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
- Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
- Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,
maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
- Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
- Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
- Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
+ Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
+ Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
11
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok
dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara,
yaitu:
A. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
- Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
B. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:
- Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)
- Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)
C. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:
- Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
D. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:
- Anak itu bodoh, tetapi pintar.
E. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan
–kah. Contoh:
- Saudaralah yang bertanggung jawab.
12
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
E. PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yang terdapat pada kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif,
yaitu makna yang tidak logis, bentuk kata yang tidak sejajar, menggunakan subjek ganda,
bentuk jamak yang di ulang, penggunaan kata depan yang tidak perlu, salah nalar,
pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, dan kontaminasi atau keracunan. Berikut ini
mari kita bahas satu per satu mengenai penyebab kalimat menjadi tidak efektif :
1. Makna tidak logis. Contoh:
- Saya saling bertatapan (tidak efektif).
- Kami saling bertatapan (efektif).
2. Bentuk kata tidak sejajar. Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).
- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).
3. Menggunakan subjek ganda. Contoh:
- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca novel itu (efektif).
4. Bentuk jamak yang diulang. Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).
5. Penggunaan kata depan yang tidak perlu. Contoh:
- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).
- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).
6. Salah nalar. Contoh:
- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak efektif).
- Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium (efektif).
13
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2014
PenutupA. Kesimpulan
A. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
B. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket).
C. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, Kecermatan Dalam Pemilihan dan
Penggunaan Kata, kehematan, kelogisan, kepaduan, Keparalelan atau Kesajajaran,
ketegasan
B. Referensi
1. http://dim24.wordpress.com/2010/11/07/pengertian-dan-syarat-kalimat-efektif/
2. http://s3fti.wordpress.com/2011/12/10/pengertian-syarat-syarat-dan-contoh-kalimat-
efektif/
3. http://kalimatefektif2013.blogspot.com/
4. http://blogggwe.blogspot.com/2012/01/sebab-sebab-kalimat-tidak-efektif.html
5. http://gustiayumade.wordpress.com/2010/10/14/syarat-kalimat-efektif/
14
top related