hemorhoid interna grade 3
Post on 10-Feb-2016
228 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Benjolan Berdarah pada Anus
William Tanujaya
102013438/D2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: William.2013fk438@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat
diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang
berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan
ditutupi oleh epitel gepeng. Hemoroid interna dibagi atas derajat 1, derajat 2, derajat 3, dan
derajat 4. Hemoroid muncul karena faktor mengedan yang kuat, kurang makan serat, kurang
minum air, kurang mobilisasi, kebanyakan tidur, faktor keturunan, penyakit meningkatkan
intra abdomen. Keluhan pasien adalah lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa
panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur. Darah di feses juga
dibedakan menjadi hematemesis, melena, dan darah segar. Pada pemeriksaan hemoroid fisik
derajat III ditemukan benjolan di anus yang bisa di masukan dengan jari. Penatalaksanaan
dibagi atas nonfarmakologis, farmakologis dan penatalaksanaan minimal invasif.
Komplikasinya bisa anemia, syok, dan juga infeksi
Kata kunci : hemoroid , interna , eksterna , pengobatan , komplikasi
Abstract
Hemorrhoids are enlarged veins in the hemorrhoidal plexus. Hemorrhoids can be classified
on the external and internal hemorrhoids. Internal hemorrhoids are dilated veins in the
superior rectal plexus and media are raised above the dentate line and is covered by
squamous epithelium. Internal hemorrhoids are divided into grade 1, grade 2, grade 3, and
grade 4. Hemorrhoids appear as a strong straining factor, eat less fiber, lack of drinking
water, lack of mobilization, mostly sleeping, heredity, increase intra-abdominal disease.
Another patient complaints are: bowel pain and difficult, anus feels hot, as well as a lump in
the rectum, rectal bleeding. Blood in stool is also divided into hematemesis, melena, and
fresh blood. On physical examination grade III hemorrhoids found a lump in the anus which
can be input with a finger. Management is divided into nonpharmacologic, pharmacologic
and minimally invasive management. Complications can be anemia, shock, and also
infections
1
Key words : hemorrhoid , internal , external , treatment , complication
Pendahuluan
Fisiologi saluran cerna terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah
pencernaan (sekresi), pencernaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah
pencernaan membantu pencernaan (digesti) makanan, hasil pencernaan di absorpsi ke dalam
tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan
pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum. Hemoroid merupakan
pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari plexus
hemoroidalis. Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau
southern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini diantara lain:
buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan
melalui dubur, dan lain lain. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain
kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air yang tidak benar, kurang
minum air, kurang makanan berserat (sayur dan bauh), faktor genetika/turunan, kehamilan,
penyakit yang meningkatkan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosi hati
A. Anamnesis
Sebelum melakukan berbagai pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fisik
ataupun pemeriksaan penunjang, perlu dilakukan anamnesis. Pada saat pasien
memasuki ruangan, perlu diperhatikan keadaan umum pasien melalui ekspresi
wajahnya, gaya berjalan, dan tanda-tanda lain yang tampak ketika kita melihat pasien.
Keadaan umum pasien dapat dibedakan menjadi sakit ringan, sakit sedang, atau sakit
berat. Bisa juga dalam keadaan darurat medis atau tidak.Setelah melihat keadaan
umum pasien, lakukan inform consent untuk mengisi data pribadi pasien yang secara
umum seperti nama lengkap, usia, tempat tanggal lahir, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, pendidikan terakhir, jenis kelamin, status perkawinan. Setelah
menanyakan identitas pribadi, pada anamnesis ditanyakan keluhan.Keluhan
ditanyakan agar bisa diketahui penyebab penyakit atau ciri-ciri penyakit. Lalu
ditanyakan riwayat penyakit sekarang seperti sejak kapan sakitnya, sudah berapa
lama, makin parah atau berkurang, apakah ada meminum obat, dan lain-lain yang
menunjang diagnosis. Setelah itu, ditanyakanlah riwayat penyakit dahulu.Riwayat
penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui apakah pernah mengalami sakit yang
sama atau pernah mengalami sakit yang lain. Setelah riwayat penyakit dahulu
dipertanyakan, disertai pula dengan riwayat penyakit keluarga.Riwayat penyakit
2
keluarga bertujuan untuk mengetahui apakah termasuk penyakit keturunan atau Dari
beberapa anamnesis dasar diatas dapat diketahui kesadaran pasien. Kesadaran pasien
dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu compos mentis, apatis, delirium, somnolen,
sopor, semi koma, koma. Kesadaran pasien dapat dilihat ketika menjawab
pertanyaaan yang diberikan. Tingkat kesadaran pasien dibagi menjadi :
1. Compos mentis apabila pasien dalam konsisi sadar sepenuhnya, terhadap diri
sendiri maupun lingkungan dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
2. Apatis apabila pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3. Delirium apabila ada penurunan kesadaran disertai kekacauan motoric dan
siklus tidur bangun yang terganggu dan pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
4. Somnolen apabila pasien dalam keadaan mengantuk dan masih dapat pulih
penuh bila dirangsang, tetapi akan tertidur lagi jika rangsang berhenti.
5. Sopor atau stupor apabila pasien dalam keadaan mengantuk yang dalam, bisa
bangun jika dirangsang oleh rasa nyeri yang kuat tetapi tidak bisa menjawab
dengan baik.
6. Semi koma (koma ringan) yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali,
tetapi reflex seperti kornea dan pupil masih baik, respon terhadap rangsang
nyeri tidak adekuat.
7. Koma yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan
spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Pada skenario seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan adanya benjolan yang keluar dari anusnya sejak 1 tahun yang lalu. Menurut
pasien tersebut, benjolan tersebut sering mengeluarkan darah, menyebabkan nyeri,
dan dapat dimasukkan kembali ke dalam anus dengan jarinya. Pasien pernah
menjalani operasi pengangkatan rahin 5 tahun yang lalu.
Klasifikasi warna darah pada saat defekasi:
a. Hematemesis
Darah segar (berasal dari varises/gaster dalam jumlah yang banyak)
Warna hitam (berasal dari gaster/varises yang jumlahnya sedikit, darah sudah
dicerna)
Riwayat sukar menelan (tumor esofagus)
3
b. Melena
Warna hitam berarti sudah dicerna (berasal dari saluran cerna atas)
c. Warna segar
Berasal dari saluran cerna bagia bawah
Berasal dari atas tetapi pasase yang cepat karena jumlah yang banyak
Merupakan garis diluar feses, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus
Bercampur dengan feses, berarti sempat stasis didaerah rektum
Menetes, berarti berasl dari fisura anus/hemoroid
Hematesis dan melena
Pada perdarahan saluran cerna harus ditentukan apakah perdarahan berasal dari
saluran cerna bagian atas, esofagus lambung dan duodenum atau berasal dari saluran
cerna bagian bawah, ileum kolon dan rektum. Adanya hematemesis menunjukkan
bahwa perdarahan berasal dari saluran cerna atas. Bila tidak ada hematemesis, pasien
hanya melena atau hematokes ia sering merupakan masalah dalam menentukan
perdarahan apakah dari atas atau dari bawah.
B. Pemeriksaan fisik
Umum
Keadaan umum: apakalh kulit pasien terasa dingin dan lembab yang menandakan
vasokonstriksi perifer yang signifikan
Denyut nadi dan tekanan darah, termasuk penurunan tekanan darah postural.
Pencatatan tingkat keparahan syok yang sangat penting
Tanda-tanda penyakit hati kronis
Tanda-tanda keganasan: limfadenopati, organomegali, penurunan berat badan
baru-baru ini
Pada pemeriksan abdomnen bila adanya nyeri tekan epigastrik merupakan tanda
ulkus peptikum, dan adanya hepatosplenomegali meningkatkan kemungkinan
varises
4
Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di regio anal
yang dapat dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat
benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup
kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakkan yang jelas di 3 posisi utama, terutama
sekali pada posisi anterior kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera
dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian
luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan
atau merah.
Palpasi
Hemoroid interna pada stadium ke 3 akan teraba benjolan disekitar daerah anus
dan dapat dimasukan kembali kedalam anus dengan menggunakan bantuan jari.
Adanya Pemeriksaan Fisik pada Bagian Rektum yaitu diantaranya:
Inspeksi daerah sakrokoksigeal untuk melihat kista atau sinus
Inspeksi daerah perianal untuk melihat hemoroid, kutil atau massa yang lain
Inspeksi anus sementara pasien mengejan
Palpasi sfingter anus
Palpasi dinfing rectum untuk memeriksa adanya massa
Palpasi kelenjar prostate untuk memeriksa adanya massa pembesaran atau massa
C. Pemeriksaan penunjang
1. Tes darah: Hitung darah lengkap dan crossmatch jika diperlukan transfusi
2. Ureum dan kreatinin: Kenaikan ureum relatif terhadap kreatinin (kenaikan
ureum/kreatinin) ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan atas yang
signifikan dan menunjukkan penurunan jumlah protein yang terkandung dalam
darah segar di lambung
3. K+: Bisa lebih tinggi dari normal akibat absorpsi dari darah di usus halus
4. Pembekuan harus diperiksa pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan dan
yang memiliki tanda-tanda penyakit hati kronis
5. Endoskopi bisa membantu mengakkan diagnosis dan memungkinkan
pengobatan endoskopik awal, juga memberikan informasi prognostik
6. Ba-Enema
5
D. Working diagnosis
Diagnosis hemoroid dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasinya. Hemoroid Derajat III apabila terjadi
pembesaran hemoroid dengan prolaps, dan tidak bisa dimasukan dengan spontan,
tetapi bisa di masukan menggunakan jari tangan. Hemoroid merupakan pelebaran dan
inflamsi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.
E. Different diagnosis
Prolaps recti
Keluarnya rektum di anus, dimana ditemukannya perdarahan. Keluarnya benjolan dari
anus mula-mula dapat masuk sendiri tapi lama kelamaan harus dimasukan manual,
kemudian sukar / tidak dapat dimasukan
a) Occult Prolaps Rekti. Prolap mukosa rekti melalui anus
b) Prolaps rekti parsial ( intusussepsi ). Bila lapisan mukosa dinding rectum
yang keluar melalui anus yang secara umum di proyeksikan 2-4 cm.
c) Prolaps rekti complit ( Prosidensia ). Bila seluruh lapisan dinding rectum
mengalami protrusi melalui anus sepanjang 12 cm.
Hemoroid eksterna
Biasanya asimtomatik, kecuali bila terjadi trombosis sekunde. trombosis mungkin
hasil dari mengejan defekasi atau aktivitas fisik yang ekstrim, atau mungkin karena
akibat lainnya. Pasien datang dengan nyeri dubur konstan onset akut dan sering
melaporkan merasakan sensasi duduk di atas marmer lembut. Pemeriksaan fisik
mengidentifikasi trombosis eksternal sebagai massa ungu di ambang anal
F. Etiologi
Hemoroid ( Yunani: haima = darah; rheo = mengalir) adalah pelebaran vena di
dalam pleksus hemoroidalis. Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna
dan interna. Hemoroid interna adalah vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis
superior dan media yang timbul diatas linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.
Sebenarnya etiologi tentang hemoroid ini tidak jelas, tapi masih bisa
dihubungkan dengan adanya faktor genetik/keturunan dan faktor resiko yang ada.
6
Faktor resiko hemoroid antara lain, faktor dari mengendan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok, dan bahkan menggunakan telepon
genggam, dan lain-lain), karena peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor usus ataupun abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen
dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan-makanan
berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilasi, cara buang air besar yang tidak
benar. Sebuah penelitian mendapatkan bahwa beberapa faktor risiko berhubungan
secara bermakna dengan krisis hemoroid antara lain riwayat gejala penyakit hemoroid
sebelumnya, umur <50 tahun, riwayat fisura anal, aktivitas pekerjaan, dan kejadian
luar biasa : diet pedas, konstipasi, aktifitas fisik, asupan alkohol. Sedangkan stres
ternyata dapat melindungi hemoroid.1
Terjadinya trombosis hemoroid eksterna berhubungan dengan adanya faktor
lain, yaitu : umur di bawah 46 tahun, kegiatan fisik yang berlebihan, pengguna kertas
toilet kering digabungkan dengan metode pembersihan basah setelah defikasi. Risiko
terjadinya trombosis hemoroid eksterna berkurang dengan penggunaan bathtub,
penggunaan shower dan pembersihan genital sebelum tidur.1
G. Klasifikasi
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:1
1. Derajat 1 : bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
2. Derajat 2 : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan
3. Derajat 3 : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam
anus tetapi perlu bantuan dorongan jari
4. Derajat 4 : prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami trombosis dan infark
H. Epidermiologi
Prevalensi hemoroid di Amerika Serikat berkisar 1 diantara 26 orang atau 3,82%
atau 10,4 juta populasi. Sepertiga dari 10 juta penduduk Amerika Serikat dengan
7
hemoroid memerlukan pengobatan, yang mengakibatkan 1,5 juta penduduk
berhubungan dengan penulisan resep per tahun. Dari data penyebab perdarahan
saluran cerna bagian bawah dan kelainan terbanyak yang ditemukan pada
pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid didapatkan
bahwa pecahnya hemoroid merupakan penyebab tertinggi. Prevalensi secara statistik
ekstrapolasi dari hemoroid di Indonesia yaitu 9.117.318 penduduk.1,2
I. Patogenesis
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus1
J. Gejala Klinis
Keluhan pada penyakit ini antara lain: buang air besar sulit dan sakit, dubur
terasa panas, serta adanya benjolan pada daerah dubur, juga terdapat perdarahan
melalui dubur, dan lain-lain. Tranda-tanda yang ditemukan pada saat pemeriksaan
fisik adalah ditemukannya benjolan di dubur secara inspeksi dan terabanya hemoroid
interna pada pemeriksaan colok dubur / rectal toucher.
Jadi, Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa:3
1. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khasnya adanya
darah segar pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes
keluar dari anus beberapa saat sesudah defekasi
2. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua.
Massa ini mula-mula dapat kembali lag secara spontan sesudah defekasi, tetapi
kemudian harus di masukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat masuk lagi.
3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid
prolapsus
4. Iritasi pada kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh
discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar
5. Gejala gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan
hemoroid interna. Gejal-gejala itu dapat berupa sesak napas bila bekerja, pusing
bila berdiri, lemah, pucat.
8
K. Komplikasi
Perdarahan yang banyak dapat menimbulkan anemia dan presyok ataupun syok,
infeksi dapat juga terjadi sebagai komplikasi. Syok atau presyok pada penderita
hemoroid dapat terjadi apabila perdarahannya banyak sekali.
L. Penatalaksanaan1,4-6
Penataanlaksanaan hemoroid terdiri dari penatalakasanaan non farmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasif. Penataksanaan medis hanya dapat
ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III, atau juga pada semua
derajat hemoroid yang memiliki kontraindikasi operasi atau pasien yang menolak
operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat
IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon pada tindakan medis.
1. Penatalaksanaan medis nonfarmakologis
Biasanya penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola makan dan minum,
perbaiki pola/cara defekasi yang baik dan benar. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat
hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP)
yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan
perilaku buang air. Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan
posisi jongkok (squatting) sewaktu defikasi. Pada posisi jongkok ternyata
sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah, sehingga hanya
diperlukan usaha lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar
rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid,
dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak bersamaan
dengan program BMP di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan
lokal dengan cara perendaman anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali
sehari. Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang
lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal apabila dibiarkan.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak,
banyak jalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik.
Pasien harus banyak minum air 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja.
Pasien harus banyak makan makanan yang berserat antara lain buah-buahan,
sayur-sayuran, cereal dan suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam
makanannya
9
2. Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dibagi atas empat, yaitu pertama;
memperbaiki defekasi, kedua; meredakan keluhan subyektif, ketiga;
menghentikan perdarahan dan keempat; menekan atau mencegah timbulnya
keluhan dan gejala.
Obat memperbaiki defekasi. Ada dua obat yang termasuk dalam BMP,
yaitu suplemen serat(fiber supplement) dan pelincir atau pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipaka antara lain psyllium
atau isphagula husk(misal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk, dan lainnya)
yang berasal dari kulit biji Plantago ovata yang dikeringkan, digiling menjadi
bubuk. Dalam saluran cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai
bulk laxative yang bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan
peristaltis. Efek samping antara lain kentut, kembung, dan konstipasi, alergi,
sakit perut, dan lain-lain. Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran
cerna dianjurkan minum air yang banyak.
Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain natrium dioktil
sulfosuksinat (R/laxadine), dulcolax, microlax, dan lain-lain. Natrium dioctyl
sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi usus
halus dan meningkatkan peneterasi cairan ke dalam tinja. Dosis 300mg/hari.
Obat simtomatik. Pengobatan simtomatik bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, neyri, karena kerusakan
kulit daerah anus. Obat pengurang keluhan biasanya dicampurkan dengan
pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik lemah. Untuk
menghilangkan nyeri, yang tersedia pada sediaan anastesi lokal. Tetapi bukti
yang meyakinkan mengenai anastesi lokal tersebut belum ada. Pemberian
anastesi lokal tersebut dilakukan secepat mungkin untuk menghindarkan
sesitisasi atau iritasi kulit anus. Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar
dalam bentuk ointment atau suppositoria antara lain anusol, boraginol N/S,
dan faktu. Bila perlu, digunakan sediaan mengandung kortikosteroid untuk
mengurangi radang pada daerah hemoroid atau anus, antara lain Ultrapoct,
Anusol HC, Scheriproct. Sediaan suppositoria digunakan untuk hemoroid
interna, sedangkan ointment/krem digunakan pada hemoroid eksterna.
10
Obat menghentikan perdarahan. Perdarahan menandakan adanya luka
pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.
Pemberian serat komersial misal psyllium pada penelitian Perez-Miranda dan
kawan-kawan (1996) setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi
perdarahan hemoroid yang terjadi dibandingkan plasebo. Szent-Gyorgy
memberikan citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
pada pasien hemoroid berdarah, ternyata dapat memperbaiki permeabilitas
dinding pembuluh darah. Bioflavonoids yang berasal dari jeruk lemon antara
lain diosmin, heperedin, rutin, naringin, tangeretin, diosmetin, neohesperidin,
quercetin dan lain-lain. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu
campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk micronizes
dengan nama dagang “Ardium” atau “Daflon”. Bukti-bukti yang menduikung
penggunaan bioflavonoid untuk menghentikan pendaran hemoroid antara lain
penelitian Ho dan kawan-kawan (1995) meneliti daflon 500mg 3 kali per hari
mencegah perdarahan sekunder setelah hemoroidektomi pada 228 pasien
hemoroid dengan prolaps menetap. Pada kelompok daflon perdarahan
sekunder lebih sedikit dibandingkan kelompok plasebo. Ho dan kawan-kawan
(2000) melakukan penelitian daflon pada hemoroid yang diobati dengan ligasi
rubber band selama 3 bulan. Pada kelompok daflon perdarahan lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid. Capsite (1994)
melakukan uji klinik pada 100 pasien hemoroid akut yang membandingkan
ardium dan plasebo, dengan rancangan tersamar ganda dan teracak Ardium
500 mg dan plasebo diberikan tiga kali 2 tablet selama 4 hari, lalu 2 kali 2
tablet selama 3 hari. Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada
kedua kelompok pengobatan. Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok
Ardium 500 (p<0,001). Ardium 500 memberi perbaikan yang nyata terhadap
gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps..
Disimpulkan pada penelitian ini bahwa pengobatan dengan ardium 500
menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada
hemoroid akut dibandingkan plasebo.
Tanaponsathron dan Vajrabukka (1992) melakukan uji klinik terkontrol,
acak, dan tersamar ganda yang membandingkan daflon dengan plasebo pada
penderita hemoroid interna, akut, derajat 1 dan 2, dan semua penderita
11
mendapat suplemen serat. Jumlah setiap kelompok 50 orang. Daflon atau
plasebo diberikan 3 kali sehari 4 tablet selama 4 hari pertama, kemuan 2 kali 2
tablet selama 10 hari. Hasil penelitian pada hari ke 4 daflon memberikan
perbaikan obyektif yang bermakna dari statistik (p<0,01), tetapi tidak
bermakna dalam perbaikan keluhan subyektif. Pada hari 14 pengobatan tidak
ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan gejala obyektif dan keluhan
subyektif. Dua kasus hemoroid dikeluarkan dari penelitian hari ke-4, karena
kondisi kliniknya memburuk. Tidak ditemukan efek samping pada penelitian
daflon ini.
Godeberge (1994) melakukan uji klinik terkontrol, acak dan tersamar
ganda yang membandingkan ardium 500 dan plasebo pada penderita hemoroid
akut dan kronik. Masing-masing kelompok terdiri atas 60 orang, dan masing-
masing subyek menerima ardium atau plasebo 2 kali 2 tablet selama 2 bulan
kemudian. Hasil penelitian yairu terjadi penurunan serangan hemoroid yang
bermakna secara statistik pada kelompok daflon dibandingkan plasebo. Pada
kelompok daflon 40% penderita mendapat 1 kali serangan hemoroid dalam 2
bulan pengobatan, dengan lama serangan adalah 2,6 +1,1 hari. Sedangkan
pada kelompok plasebo angka serangan itu adalah 70%, dan lama serangan
adalah 4,6 + 1,6 hari. Skor keseluruhan gejala, pada masing-masing turun dari
4,9 dan 4,5 ke 0,9 dan 2,9 (<0,01) tidak ada efek samping nyata pada
pengguna ardium.
Rani AA dan kawan-kawan dalam penelitiannya melakukan studi pemberian
micronized flavonoid (diomsin + hesperidin) (R/Ardium) 2 tablet per hari
selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Dalam penelitian ini
didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan
dibandingkan sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga makin
berkurang pada akhir pengobatan dibandingkan awal pengobatan
3. Penatalaksanaan minimal invasif
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan
nonfarmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Penatalaksaan ini antara lain
tindakan skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan
terapi laser, fotokoagulasi infra red, pembekuan(terapi krio), probe bipolar dan
elektrik.
12
Marcellus Simadibrata dan kawan-kawan pada tahun 1993-1995 di
RSCM dalam penelitiannya melakukan skleroterapi pada 18 pasien hemoroid
menggunakan obat aethoxysclerol 1 ½% anoskop logam dan jarum spinal no
26 dan spuit 1cc aethoxysclerol didapatkan pengecilan derajat hemoroid pada
minggu 4 – 5 setelah skleroterapi 3-5 kali. Komplikasi yang didapatkan yaitu
sakit pada anus waktu buang air besar dan ulkus
M. Prognosis
Prognosisnya baik apabila ditangani dengan baik dan diberikan pengobatan
teratur, tetapi bila terjadi komplikasi bisa berakibat buruk bila tidak dilakukan
penanganan lebih lanjut.
Kesimpulan
Hemoroid merupakan penyakit pembuluh darah vena yang banyak ditemukan pada
manusia sehari-hari. Hemoroid terdiri dari dua jenis yaitu hemoroid interna yang terletak
diatas linea dentata dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentata. Manifestasi
klinisa hemoroid yaitu perdarahan lewat anus berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan feses. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.
Daftar pustaka
1. Setiati Siti, Alwi Idrus, Sudoyo Aru W, Simadibrata Marcellus, Setiyohadi Bambang,
Syam Ari Fahrial, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Interna
Publishing; 2014 Juli.h.1868-71.
2. Fauci’s, Longo’s. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition. USA; 2008
p.1907.
3. Cintron Jose R, Herard Abcarian. Nenign Anorectal : Hemorrhoids, The ASCRS
Textbook Of Colon and Rectal Surgery. New York : Springer; 2007 p.156-172.
4. Nivatvongs Santhat. Principle and Practise of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus
3rd edition. New York: Informa Health Care; 2007 p.144-164.
5. Rivero Shauna Lorenzo. Hemorroids: Diagnosis and Current Management. The
American Surgeon. Proquest Medical Library; 2009 p.635-642.
6. Acheson GA, Scholefield JH. Mangement of Haemorrhoids. BMJ; 2008 p.380-383
13
top related