buletin terobosan edisi 352
Post on 05-Dec-2014
248 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi
mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya
tanpa menghilangkan makna dan tujuan.
TëROBOSAN
AD
VER
SITI
NG
Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2
Sikap, Gerakan Tujuh Belas, Halaman 3
Laporan Utama, Semester Olahraga Masisir, Halaman 4
Laporan Utama, Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan, Halaman 5
Komentar Peristiwa, Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah, Halaman 6
Wawancara, Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!, Halaman 8
Seputar Kita, PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013, Halaman 9
Opini, Kekeluargaan dan Wajah PPMI, Halaman 10
Kolom, Dua Dunia, Halaman 11
Edisi 352 10 April 2013
Selamat Membaca!
Santai dan penting dibaca
Tajam tanpa melukai
Kritis tanpa menelanjangi
Semester Olahraga Masisir Semester ini berbagai event olahraga diadakan. Ribuan
Pound dana mengalir demi kelancaran kegiatan-kegiatan
ini...
Simak Laporan Utama hal 4
Opick: Bangsa kita sangat butuh kepada kalian!
Doc: www.facebook.com/anakbasketcairo
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Sekapur Sirih
Belajar dari Kesalahan
Terbit perdana pada 21 Oktober 1990. Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pemimpin Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika
Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Luthfiatul Fuadah Al-Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septiani. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TëROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)
Kami ucapkan selamat kepada kekeluargaan
KSW dan KSMR yang telah berhasil menjuarai
ajang olahraga bergengsi Jawa Cup dan Sumatera
Cup. Semoga dengan adanya kegiatan ini bukan
hanya menjadi ajang bergengsi antar
kekeluargaan, namun juga menjadi wahana
untuk saling bersilaturahmi dan berkomunikasi
antar kekeluargaan.
Kami pun tak lupa mengucapkan selamat hari
jadi kepada beberapa kekeluargaan yang baru
saja memperingati hari jadinya. Semoga dengan
bertambahnya umur organisasi anda semakin
menjadikan ikatan kekeluargaan antar anggota
dan kekeluargaan lain menjadi lebih kuat.
Beberapa waktu lalu, salah seorang senior
TëROBOSAN berkunjung ke negeri ini. Zainur
Rofieq, pemimpin redaksi buletin TëROBOSAN
tahun 1996-1997 dan Ketua PPMI tahun 1998-
1999. Di tengah perbincangan antara tim
TëROBOSAN dengannya, ia sempat berbicara, “Di
TëROBOSAN–lah saya mendapatkan pengalaman
yang sebenarnya.”
Membaca lembaran-lembaran buletin
TëROBOSAN lama dalam arsip seolah membawa
kami kepada zaman saat TëROBOSAN menjadi
penerobos kebekuan aktifitas jurnalistik di kala
itu. Tidak terasa memang, buletin yang anda
pegang saat ini hampir memasuki umur yang ke
dua puluh tiga, bahkan mungkin umur buletin ini
lebih tua dari umur sebagian pembaca.
Namun bukan umur yang kami pentingkan.
TëROBOSAN tidak lain adalah tempat bagi kami
untuk belajar, belajar menulis, belajar membaca
dan belajar untuk peka terhadap masalah sosial.
Tidak jarang, dalam masa pembelajaran
manusia akan mendapatkan berbagai macam
ujian, manusia pun pasti
akan berbuat kesalahan
dalam jalan hidupnya.
Kesalahan bukanlah se-
buah pukulan agar kita
berhenti untuk mencoba
dan berkarya, kesalahan
justru sebuah tamparan
agar kita terus mencoba
dan berbuat.
Seorang anak me-
nyemprotkan selai ka-
cang ke seantero ruang
makan karena sempro-
tan selainya rusak.
Bukan marah yang ia
dapatkan, justru seluruh
keluarga itu tertawa dan memberinya se-
mangat untuk terus mencoba.
Itu adalah sedikit cuplikan dari film
Meet the Robinson. Film tentang anak yang
jenius namun aneh. Salah satu pelajaran
yang bisa kita ambil dari film itu adalah
kita harus terus mencoba dan tidak menye-
rah karena kesalahan.
Pada edisi kali ini kami mencoba untuk
mengadakan riset ke hampir seluruh
kekeluargaan. Ya, riset ini memang kami
rasa berat dan melelahkan. Terlebih harus
“mengganggu” para ketua kekeluargaan
agar bersedia untuk diwawacara dan
dimintai keterangan.
Namun akhirnya keringat kami mem-
buahkan hasil. Setidaknya, saat ini kami
bisa menghidangkan kepada anda sebuah
laporan tentang peringatan hari jadi
masing-masing kekeluargaan disertai
dengan jenis kegiatan dan keperluan dana
dari masing-masing kekeluargaan.
Ternyata, jika dikalkulasikan seluruh
kegiatan peringatan hari jadi kekeluargaan
bisa menghabiskan dana hingga seratus
ribu pound lebih. Sebuah dana yang sangat
besar untuk kegiatan komunitas Masisir.
Survey lain kami lakukan untuk menge-
tahui sejauh mana hubungan kekeluargaan
dengan daerah masing-masing. Kami ingin
menginformasikan kepada pembaca bahwa
di seluruh penjuru Indonesia saat ini telah
berdiri ikatan-ikatan alumni al-Azhar tem-
pat para alumni al-Azhar berkiprah.
Kami pun ingin menginformasikan se-
jauh mana kontribusi masing-masing
pemeritah provinsi kepada putra dae-
rahnya di negeri ini.
Akhirnya, kami ucapkan terimakasih
kepada beberapa pihak yang telah mem-
bantu kami dalam penerbitan kali ini mau-
pun dalam terbitan-terbitan lain.
Selamat membaca! [ë]
02
Express Copy
Menerima segala jenis
fotokopi
Mahatthah Mutsallas,
Hay `Asyir
Building 102 Sweesry.
Hp: 01001726484
RALAT Pada buletin TëROBOSAN edisi 351, 15
Maret 2013, rubrik Seputar Kita yang
berjudul PPMI mengadakan Halaqoh
Ilmiyah kedua, terdapat sebuah
kesalahan.
Di sana tertulis Syaikh Yusri Rusydi
Jabar al-Husny.
Seharusnya tertulis: Syaikh Yusri
Rusydi Jabar al-Hasany.
Kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan ini.
Permohonan Maaf
Kami segenap keluarga besar buletin
TëROBOSAN memohon maaf atas
dimuatnya tulisan dalam buletin kami
yang dikhawatirkan akan memicu
ketidaknyamanan atau melukai
perasaan beberapa pihak.
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
S i k a p
03
Gerakan Tujuh Belas
Angka “tujuh belas” telah menjadi warna
sejarah tersendiri yang berperan dalam
menghiasi mozaik perjalanan Masisir.
Bagaimana tidak, angka tujuh belas adalah
sejumlah angka yang mewakili perwajahan
Masisir. Untuk merujuk pernyataan di atas,
organisasi kekeluargaan adalah alasannya.
Mereka yang berjumlah tujuh belas itu ada-
lah mesin penggerak Masisir untuk meraup
kekuatan anggotanya.
Tujuh belas organisasi kekeluar-
gaan yang hadir di hadapan kita
bukanlah organisasi yang secara
tidak sengaja menjadi perwakilan
suara ataupun aspirasi. Mereka telah
ada sejak lama, umurnya bukan lagi
seumuran pohon jagung. Itu seha-
rusnya menandakan mereka sebagai
organisasi yang sudah mapan secara
turun-temurun. Jika sebuah acara
sekelas Masisir dijadwalkan, maka
deretan utama yang akan
mendapatkan undangan adalah
tujuh belas alamat di atas. Hal ini
dikarenakan mereka sebagai peng-
gerak masa yang dianggap ampuh.
Bahkan akhir-akhir ini merekalah pemain
utama di panggung Masisir, organisasi lain
tergeser perannya menjadi hanya pemeran
figuran.
Contoh yang bisa kita ambil adalah or-
ganisasi senat. Jika di Indonesia, senat adalah
organisasi tulang punggung mahasiswanya.
Namun tidak demikian dengan nasib senat di
Masisir. Beberapa kali senat harus tepinggir-
kan karena keadaan alam sekitarnya. Lan-
dasan logisnya sederhana, karena dianggap
tidak memenuhi kriteria organisasi ideal
Masisir –dianggap tidak bisa menjaring ma-
sa. Itulah dia alasan yang mungkin paling
bisa ditangkap logika kita.
Barangkali anggota bisa saja menunjuk-
kan angka banyak, namun partisipasi aktif
perlu dijadikan acuan untuk melihat besar
tidaknya sebuah organisasi. Rasanya cukup
patut menyorot sepak terjang “tujuh belas
sekawan di atas” setelah kita melihat keti-
dakberdayaan organisasi yang terpinggirkan
semisal tadi atau yang lainnya. Penting bagi
kita melakukan usulan ini, setidaknya untuk
mengukur sejauh mana roda peradaban
Masisir ini melaju. Sudahkah program yang
diadakan mereka searah dengan yang kita
cita-citakan bersama? Atau malah jauh
melenceng?
Selama gelaran semester ini kita bisa
melihat keadaan Masisir yang penuh dengan
pergerakan di lapangan. Berbagai macam
bentuk di lapangan bisa kita dapatkan.
Semuanya itu diadakan dalam bentuk
kegiatan Masisir. Misal pada perlombaan
yang diadakan dalam rangka menyambut
hari jadi organisasi terkait atau agenda ruti-
nan yang diadakan atas nama organisasi.
Misalkan saja Jawa Cup yang diadakan setiap
tahun oleh forum Jawa, juga demikian Su-
matera Cup. Sedangkan acara yang diadakan
oleh
kekeluargaan
misalkan Kambing Cup (KMB), KKS Cup dan
KMM Cup. Tidak hanya olahraga sepakbola
dan voli, ABC Cup hadir dalam gelora seman-
gat olahraga basket.
Pastinya data di atas menunjukkan beta-
pa bertaringnya Masisir di dunia lapangan.
Selama semester ini pertunjukkan seni di
atas lapangan menjadi tontonan kita. Ti-
daklah sedikit pundi-pundi uang yang ter-
gelontor untuk agenda-agenda ini. Ratusan
pound bahkan ribuan adalah jumlah wajib
yang pasti dikeluarkan. Intinya jumlah yang
tidak sedikit ini memang telah keluar demi
gelaran kompetisi olah raga. Lalu mengapa
sampai demikian besarnya gengsi sebuah
trofi di bidang olahraga ya?
Yang menjadi tawaran sebuah organisasi
mahasiswa adalah belajar memahami proses
dari pengalaman. Tidak ada tawaran keun-
tungan yang lebih menarik selain satu hal
tersebut, kecuali bagi mereka yang memang
mengejar suatu hal lain di luar garis normal.
Jika dilihat dari sisi non oportunis, pengor-
banan adalah asas pokok yang selalu
menghiasi pergerakan organisasi. Untuk itu,
tidaklah mudah bagi Masisir untuk bergerak
dalam ranah organsiasi jika khalayak ini
masih terjangkit kegersangan rasa ikhlas.
Bukankah menghindar dari ranah sosial ada-
lah egoisme yang mengatasnamakan kepent-
ingan pribadi? Masa depan misalnya.
Namun akan sangat membahayakan,
bahkan bisa menimbulkan virus yang me-
matikan jika seandainya gerakan menum-
buhkembangkan kesadaran ikhlas guna
membangun sosial semacam tersebut
kemudian dibelokkan arahnya. Jika saja
program dan kegiatan tersebut kemudian
berseberangan dengan keyakinan individu,
maka yang dirasakan adalah publik merasa
tidak adanya kesesuaian dengan norma
dasarnya. Terlebih akan sangat
menakutkan, jika program ini diang-
gap menghianati kepercayaan dan
kebutuhan publik.
Menimbang.
“Masisir bergelora”. Mungkin itulah
yang pantas untuk kita apresiasikan
atas nama rentetan kegiatan di atas
yang begitu banyak, khususnya sela-
ma semester ini. Saking bergeliatnya
Masisir kali tekadang kawan-kawan
aktifis sampai rela begadang
mengejar deadline. Sudah menjadi
cerita lumrah karena seringnya cerita
yang kita temukan semacam ini. Ham-
pir setiap minggunya ada sebuah event
besar di Masisir, khususnya olahraga.
Pastilah ada kerja keras panitia maupun
pihak yang bersinggungan di dalamnya.
Maka bisa kita katakan, Masisir bergelora.
Jika sebuah kata mutiara latin menga-
takan: “men sana in corpore sano” (dalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).
Mungkin kutipan ini harus mempunyai porsi
besar dalam pembicaraan kita kali ini. Se-
buah slogan yang akan selalu melekat pada
setiap insan yang menginginkan keselamatan
jasmani dan rohani. Tapi benarkah slogan ini
mutlak benar diterapkan tanpa menimbang
bobot sebuah lazimnya kebutuhan?
“Komunitas sehat, komunitas idaman”,
demikian mungkin lanjutan slogan yang
sesuai dengan arah kutipan di atas. Untuk
memenuhi cita-cita luhur ini kita perlu me-
nilik balik kegiatan Masisir sebagai cerminan
usaha kita untuk mewujudkannya. Untuk itu
seharusnya ada sebuah pertimbangan atas
dasar kepentingan bersama, untuk
mewujudkan cita-cita kita sebagai maha-
siswa, ikon pembangunan. Jika seandainya
data menunjukkan hal positif maka kita patut
bersyukur. Namun jika harus berbanding
terbalik dengan keseharusan, maka jidat
perlu berkerut. Lalu bagaimanakah dengan
laju kendaraan peradaban Masisir ini? Mari
kita jawab bersama! [ë]
Doc: sleepy00.wordpress.com
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Laporan Utama
04
Semester Olahraga Masisir Solo adalah kota pertama yang menjadi
saksi diadakannya Pekan Olahraga Nasional
pertama (PON) pada tahun 1948. Pekan
Olahraga Nasional, sebuah nama agenda
olahraga yang diadakan selama sepekan se-
bagaimana namanya tersebut. Tepatnya, saat
itu diadakan pada tanggal 8 sampai
dengan 12 September 1948. Agenda olahraga
yang dirancang untuk kurun waktu empat
tahun sekali ini sudah diadakan hingga angka
ke tujuh belas kalinya sampai saat ini.
Jika pemerintah mengagendakan PON
selama sepekan, tidak demikian dengan
Masisir yang telah berhasil mengadakan
kegiatan selama hampir satu semester.
Berbagai macam olahraga diadakan di ranah
Masisir seperti perlombaan voli, sepak bola,
futsal hingga basket. Seandaianya kita harus
menamakan semester Masisir kali ini, maka
kita akan memberi nama dengan sebutan
“SOM” (Semester Olahrga Masisir). Hal itu
tidak lain karena semua agenda kejuaraan di
bidang olahraga Masisir yang berjalan sela-
ma satu semester ini. Itu bisa kita rujuk
dengan melihat agenda kegiatan olahraga
Masisir yang tanpa henti.
Perlombaan-perlombaan ini dihelat
sesaat setelah ujian musim dingin selesai
akhir Januari lalu. Tepatnya, pada tanggal 15
atau pertengahan Februari 2013 lalu, lon-
ceng semester olahraga Masisir dibunyikan
dengan diawali oleh kompetisi bola basket.
Kompetisi ini diadakan oleh komunitas ABC
(Anak Basket Cairo). Sejak tanggal tersebut
acara olahraga yang melibatkan khalayak
Masisir ini masih terus bergulir hingga berita
ini diturunkan.
Setidaknya terdapat enam kompetisi
besar olahraga yang digulir secara beruru-
tan. Kompetisi itu adalah, ABC Cup, Jawa Cup,
Sumatera Cup, Kambing Cup, KMM Cup
(Futsal dan Basket) dan yang terakhir adalah
KKS Cup (Voli dan Sepakbola). Semua kom-
petisi di atas adalah kompetisi yang digelar
terbuka untuk sekelas Masisir bahkan
ASEAN.
Berbagai format dan peserta kompetisi
mewarnai ajang olahraga ini. Untuk ABC Cup,
kompetisi diadakan untuk semua kalangan
Masisir yang diwakili atas nama kekeluar-
gaan. Meskipun pada kenyataannya perlom-
baan bola keranjang ini hanya diikuti oleh
enam kekeluargaan saja, namun menilik dari
profil ajang yang satu ini adalah untuk men-
jalin silaturahim. “Tujuan diadakan ABC Cup
adalah untuk menjalin silaturahim antara
semua kekeluargaan, khususnya di bidang
olahraga basket. Maka bermainlah basket
dengan jiwa!”, ungkap Haidar, ketua panitia
ABC Cup tahun ini.
Jika ABC Cup diperuntukkan bagi Masisir,
maka Jawa Cup dan Sumatera Cup adalah
kompetisi yang diadakan untuk mempererat
satu kultur yang berada dalam suatu letak
geografis (asal kekeluargaan). Misalkan, pe-
serta tetap Jawa Cup adalah semua kekeluar-
gaan yang berasal dari pulau Jawa dan Madu-
ra yang berjumlah enam kekeluargaan. Se-
dangkan untuk Sumatera Cup pesertanya
yang berjumlah delapan kekeluargan yang
berasal dari pulau Sumatera. Dua agenda di
atas memang merupakan sebuah ajang sila-
turahim bagi peserta terkait. Hal senada juga
pernah disampaikan oleh ketua Fosgama
yang menjadi tuan rumah Jawa Cup tahun ini
ketika diwawancarai tim TëROBOSAN be-
berapa hari kemarin. “Tujuan dari kegiatan
ini tidak lain adalah sebagai ajang sila-
turrahmi”.
Masih menurut ketua Fosgama,
sebenarnya Jawa Cup yang berisi kompetisi
sepakbola ini merupakan salah satu agenda
yang dicanangkan Forum Jawa. Kegiatan
tersebut berisi tiga hal, pertama olahraga
(Jawa Cup), kedua kesenian yang mana
KPMJB menjadi tuan rumahnya tahun ini,
sedangkan terakhir adalah keilmuan yang
dipegang oleh Gamajatim. “Kabarnya divisi
keilmuan tahun ini mengagendakan untuk
menerbitkan sebuah karya berupa buku”,
ungkap pria yang biasa disapa dengan
panggilan Khodri ketika ditemui tim TëRO-
BOSAN di sekretariat Fosgama.
Agenda dalam rangka menyambut hari
jadi organisasi.
Biasanya hari jadi sebuah organisasi me-
mang erat kaitannya dengan perayaan. Hal
ini juga terjadi dengan fenomena yang
melanda organisasi di ranah Masisir. Selain
ajang silaturahmi, kegiatan di lapangan ini
juga merupakan kegiatan yang sengaja di-
adakan dalam rangka menyambut HUT or-
gansasi.
Kambing Cup, KMM Cup dan KKS Cup
merupakan perlombaan yang diadakan
kekeluargaan terkait dalam rangka menyam-
but hari jadi kekeluargaan. Kambing Cup
merupakan agenda yang diadakan KMB da-
lam rangka menyambut hari jadi KMB yang
ke-37. Menurut ketua KMB, ada dua Kambing
Cup diadakan KMB. Yang pertama adalah
kompetisi internal bagi paguyuban anggota
KMB sendiri. Sedangkan Kambing Cup yang
kedua diperuntukkan untuk khalayak
Masisir yang diadakan pada tanggal 17 dan
18 Februari lalu. Semuanya ini merupakan
rangkaian agenda yang diadakan dalam rang-
ka menyambut hari jadi KMB.
Selain KMB yang mengadakan dua Kamb-
ing Cup, KMM juga hadir dalam rangka
menyambut hari jadinya yang ke-56. KMM
sendiri memilih mengadakan dua kompetisi
besar berupa kejuaraan futsal dan bola bas-
ket. Kedua perlombaan ini dihelat di Nadi
Central Zahro. Sebagaimana terpampang di
pamflet pengumuman, perlombaan sepak
bola dan basket KMM ini merupakan agenda
yang diadakan dalam rangka menyambut
hari jadinya yang ke-56.
Kekeluargaan selanjutnya adalah KKS
yang mencoba unjuk diri dengan mengada-
kan perlombaan seperti di atas. KKS yang
hari jadinya jatuh pada 17 April ini memilih
untuk mengadakan berbagai macam perlom-
baan dalam rangka menyambut hari jadinya
semisal, MHQ (Musabaqah Hifdzil Qur’an),
Musabaqah Qiraatul Kutub, Cipta baca puisi
dan lagu, terjemah langsung serta dua agen-
da besar yaitu perlombaan voli antar Masisir
dan ajang sepak bola sekelas Masisir dan
ASEAN.
Ketiga kekeluargaan inilah yang memilih
20.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KKS
dan KPMJB
16.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh
Gamajatim
15.000 LE
Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMB
12.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KSW
8.000 LE Perkiraan biaya yang dihabiskan oleh KMA
HUT Kekeluargaan
Dalam Angka
Bersambung ke Hal. 7...
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Laporan Utama
05
Bagi sebuah organisasi, perayaan ulang
tahun, merupakan momen yang paling tepat
untuk ajang silaturrahim dan mempererat
ukhuwah. Terlebih bagi organisasi kekeluar-
gaan yang beranggotakan masisir dengan asal
daerah dan kebudayaan yang sama. Suasana
akrab bagai keluarga menjadi obat kerinduan
tersendiri di negeri orang. Bermacam
kegiatan pun digelar dalam rangka perayaan
HUT. Masing-masing kekeluargaan berusaha
sebaik mungkin memeriahkan dan berkreasi
dengan kegiatan-kegiatan baru. Berikut
laporan kami tentang HUT kekeluargaan dari
16 organisasi kekeluargaan yang berhasil
kami wawancarai.
Setiap kekeluargaan rata-rata mengada-
kan perayaan HUT setahun sekali. Seperti
GAMAJATIM, KMB, KEMASS, IKMAL, KMKM,
KKS dan lainnya. Namun beberapa mengada-
kan secara kondisional sesuai permintaan
anggota atau juga tergantung kesiapan biaya
seperti yang diakui oleh KMA. Lain lagi
KMNTB yang selama 10 tahun belakangan
sama sekali tidak merayakan HUT dengan
alasan yang sama dengan KMA, dan ditambah
jumlah senior yang sedikit. KPJ yang telah
berdiri sejak tahun 1960-an dan mengadakan
PRJ (Pekan Raya Jakarta) setiap tahunnya juga
mengaku tidak adanya perayaan HUT.
Setidaknya ada enam kekeluargaan yang
merayakan HUT pada termin dua ini. Di an-
taranya KSW, KMB, KEMASS, KKS, KMKM dan
KMM. Berbeda dengan KSW dan KMB yang
merayakan HUT setiap tahun, baik internal
sesama anggota maupun eksternal dengan
melibatkan kekeluargaan lainnya. Tahun ini
perayaan HUT semakin semarak dengan KE-
MASS dan KKS yang biasanya hanya internal
namun tahun ini HUT dilaksanakan secara
eksternal dengan bermacam rangkaian
kegiatan. Sementara KMKM tetap memper-
tahankan tradisi HUT internalnya.
Kegiatan yang diadakan dalam rangka
perayaan HUT berkisar pada tiga bidang. Per-
tama, olahraga. Pertandingan olahraga tidak
bisa dipisahkan dalam setiap perayaan HUT
seluruh kekeluargaan. Misalnya GAMAJATIM
dengan Airlangga Cup dan KMB dengan
Kambing Cup-nya. Bermacam jenis olahraga
dilombakan, mulai dari sepakbola, futsal, tenis
meja, badminton, hingga catur dan PS.
Bidang kedua adalah ilmiyah. Kegiatan ini
diisi dengan talk show, perlombaan menulis
cerpen, essay dan cipta puisi, musabaqoh ti-
lawatil qur’an, musabaqoh hifzil qur’an, mu-
sabaqah syarhil qur’an, dan lomba qiraatul
kutub yang diadakan oleh IKMAL dan KKS.
Sedangkan bidang ketiga adalah keterampilan
dan kebudayaan. Misalnya KSW dengan Tal-
ent Show-nya atau KMB dengan festival band
dan budaya-nya.
Sementara tahun ini KMJ tidak mengeluar-
kan banyak biaya untuk perayaan HUT yang
sifatnya hanya seremonial, karena kekeluar-
gaan itu tengah sibuk dengan penyambutan
Gubernur Jambi untuk meresmikan Darul
Hasan (DAHA), rumah daerah kekeluargaan
Jambi, dan juga dibarengkan dengan pelanti-
kan ketua kekeluargaan KMJ baru.
Lama kegiatan pun bervariasi. Mulai dari
KMJ yang mengaku hanya menghabiskan wak-
tu satu malam untuk merayakan HUT secara
seremonial. Lalu KMA dan KSMR selama satu
hari. Disusul KPTS dan KMKM selama
sepekan. Kekeluargaan yang merayakan HUT
dengan melibatkan kekeluargaan lain bi-
asanya memakan waktu lebih dari 2 pekan.
Sebut saja KEMASS yang memulai rangkaian
kegiatan dari tanggal 9 Februari dan berakhir
tanggal 1 Maret. Lalu KSW melalui SMW
(Sekolah Menulis Walisongo) yang mengada-
kan lomba menulis cerpen di pertengahan
Februari dan berakhir di acara puncak tanggal
11 April. Hingga KKS yang rangkaian acaranya
melebihi satu bulan lamanya, mulai dari bulan
Februari dan direncanakan berakhir pada
acara puncak tanggal 17 April.
Untuk perayaan HUT internal, dana yang
dihabiskan kekeluargaan tidak melebihi
10.000 Le. Misalnya saja FOSGAMA yang
menghabiskan dana kurang lebih 1000 Le,
berasal dari kas kekeluargaan dan proposal
kepada anggota senior. Biaya yang dikeluar-
kan KSMR pun tidak jauh berbeda, 1200 Le.
Begitu pula KPTS dan HMM, dua organisasi
kekeluargaan yang berpisah pada masa Orde
Baru ini juga menghabiskan dana lebih dari
1000 Le untuk penyelenggaraan HUT internal
mereka. KPTS yang sering bekerja sama
dengan HMM dalam kegiatan internal mereka
ini menyatakan bahwa dana kegiatan
mengandalkan dari temus dan senior yang
bekerja di Arab Saudi. Sementara KMA yang
merayakan HUT secara kondisional dan inter-
nal ini menghabiskan sekitar 6000-8000 Le di
setiap pelaksanaannya.
Untuk kekeluargaan yang merayakan HUT
dengan melibatkan organisasi kekeluargaan
lainnya, mereka harus mengeluarkan biaya
yang lebih banyak. KSW mengaku menghabis-
kan dana sekitar 12.000 Le untuk 9 rangkaian
kegiatannya. Dana itu diperoleh dari KBRI dan
anggota senior KSW di Cairo. Sementara KMB
yang telah mengajukan proposal ke KBRI na-
mun tidak berharap banyak dari itu mengaku
menghabiskan 15.000 Le untuk pelaksanaan
Kambing Cup. Tidak kalah pula, GAMAJATIM
yang harus merogoh kocek 16.000 Le untuk
kegiatan perayaan HUT, internal dan ekster-
nal. Lalu KPMJB dan KKS mengaku mengha-
biskan sekitar 20.000 Le untuk menyemarak-
kan HUT mereka. Beberapa kekeluargaan juga
menyatakan bahwa dana yang mereka keluar-
kan berasal dari kas maupun iuran anggota
ataupun sponsor. Hanya KMKM yang
mengaku mendapat dana tambahan dari Pem-
da untuk perayaan HUTnya.
Secara keseluruhan, masing-masing
kekeluargaan mengaku bahwa mempererat
ukhuwah dan sebagai ajang silaturrahim,
terutama dengan anggota senior yang diaggap
sebagai “sesepuh” adalah tujuan perayaan
HUT mereka. beberapa kekeluargaan juga
menambahkan bahwa selain dua hal tersebut,
kegiatan-kegiatan dalam rangka perayaan
HUT juga bertujuan untuk melatih berorgan-
isasi, mengasah potensi peserta kegiatan,
serta memperkenalkan budaya masing-
masing daerah. Misalnya KPMJB yang turut
mengundang tamu dari luar Indonesia seperti
Malaysia dan Singapura.
Menurut Annisa Fadhilah, “Tahun ini per-
ayaan HUT banyak yang diadakan dengan
waktu yang hampir bersamaan.” Tutur maha-
siswi tingkat tiga jurusan Tafsir ini. “Suatu
kekeluargaan tengah menyiapkan perayaan
HUTnya, sementara di sisi lain ia juga harus
berpartisipasi dalam HUT kekeluargaan yang
lain. sehingga pelaksanaannya menjadi tidak
efektif.” Tambahnya.
Kurniawan Saputra ikut mengomentari
hal ini, “Sebaiknya peringatannya sekedarnya
saja, tidak perlu mengadakan kegiatan yg
banyak, lama dan melibatkan byk pihak,
karena kalau semua institusi yang ulang tahun
mengadakan kegiatan besar dalam satu
waktu, bayangkan sendiri akibatnya”
Cholis Waidi berkomentar lain,
“Penyelengaraan HUT yang serentak
sebenarnya punya dua kemungkinan;
kemungkinan bahwa kekeluargaan itu sudah
mulai hidup sendiri-sendiri sehingga tidak
perduli padatnya agenda.Atau kemukinan
kekeluargaan sudah mulai rapi menyusun
jadwal HUT nya, agar tidak selama setahun
penuh masisir hanya disuguhi acara-acara
HUT dari 17 kekeluargaan.”
Ia melanjutkan, “Kapan HUT itu dil-
aksanakan, kita lihat positifnya saja. Cuma
jangan sampaikekeluargaan menjadikan HUT
sebagai satu-satu “Mega Acara” disetiap pri-
ode.Kalau ini terjadi, berartipara pemuka
kekeluargaan dari tahun ketahun tidak kreatif
dan susah membuat trobosan kegiatan besar
selain HUT tadi. Seperti yang kita tahu, selama
ini skema agenda kekeluargaan kan sudah
bisa ditebak. Mayoritas begini “SPA (meliputi
pemilihan dan pelantikan), Pengundian
Temus, HUT dan SPA (meliputi LPJ)”. Begitu-
begitu saja kan.” Ujarnya. [ë] Ainun.
Melirik Fenomena HUT Kekeluargaan
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Komentar Peristiwa
06
Hubungan Kekeluargaan dan Pemerintah Daerah
Kekeluargaan adalah tangan panjang dari
pemerintah tiap-tiap provinsi untuk menjalin
hubungan dengan putra daerahnya.
Pemerintah daerah mengirimkan dan
menitipkan para putra daerahnya kepada
organisasi kekeluargaan dengan dukungan
dana maupun moral agar kelak para putra
daerah itu kembali ke daerah masing-masing
dan mengabdi sesuai dengan kemampuan di
bidang masing-masing. Maka, secara tidak
langsung kekeluargaan dan pemerintah telah
bekerjasama dalam mengayomi putra daerah
sejak awal mereka berangkat ke negeri ini
hingga mereka mengabdi di daerah masing-
masing.
Kali ini kami tim TëROBOSAN berpencar
ke berbagai kekeluargaan untuk
mengadakan surfey tentang hal ini. Dari 17
organisasi kekeluargaan, hanya KMM
(Sumatera Barat) yang tidak berhasil kami
waancarai karena beberapa kesibukan yang
dijalani oleh kekeluargaan itu.
Kami mencoba untuk mengangkat sejauh
mana hubungan tiap-tiap kekeluargaan
dengan Pemerintah Provinsi pusat dan
bagaimana kontribusi alumni terhadap
daerah masing-masing. Berikut laporannya.
Bentuk Hubungan dengan Pemerintah
Provinsi
Setiap kekeluargaan mempunyai tingkat
dan bentuk hubungan dengan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) yang berbeda-beda. Dari
16 kekeluargaan yang berhasil kami survei,
mayoritas kekeluargaan mengatakan bahwa
hubungan mereka dengan Pemerintah
Daerah cukup baik. Di antaranya adalah
KMNTB (Nusa Tenggara dan Bali) yang mana
gubernur NTB yang menjabat sekarang, KH.
DR. Moh. Zainul Majdi adalah alumni al-
Azhar. Dan beberapa bulan lalu ia sempat
datang ke sini untuk sidang disertasi di al-
Azhar.
Di antara sekian kekeluargaan, KEMMAS
(Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka)
dan KMJ (Jambi) mendapat kehormatan
untuk menyambut kedatangan sang
gubernur yang datang untuk peresmian
rumah daerah akhir termin satu lalu.
Datangnya gubernur menandakan baiknya
hubungan kekeluargaan dengan pemerintah
daerah.
Ada juga beberapa kekeluargan yang
bekerja-sama dengan Pemprov masing-
masing dalam pembentukan ikatan alumni Al
-Azhar. KMB (Banten) dan KPMJB (Jawa
Barat) contohnya. KMB dan Pemprov Banten
telah mendirikan YANSIB (Yayasan Alumni
Mesir-Banten) yang mewadahi seluruh
alumni warga Banten yang telah mengais
ilmu di Negeri Piramida ini. Dan sejak dua
tahun terakhir ini, KPMJB mendapat
kemudahan lantaran Perkumpulan Alumni
Timur Tengah di Jawa Barat difasilitasi
langsung oleh Pemprov, salah satunya
dengan memberikan lapangan pekerjaan.
Kekeluargaan IKMAL (Lampung) juga
memiliki hubungan yang bagus dengan
Pemprovnya. Hal itu ditandai dengan peran
Pemprov dalam pembentukan kekeluargaan
IKMAL. Muhith Ali, ketua Ikmal saat ini
menjelaskan, “Pemprov juga andil besar
dengan terbentuknya IKMAL, karna mereka
juga ikut mendesak dan menyarankan agar
mahasiswanya yang kuliah di Mesir untuk
memisahkan diri dari kekeluargaan yang
menampung para warga Lampung.
Dukungan seperti ini adalah bukti bahwa
keberadaan mahasiswa Lampung di Mesir ini
diperhatikan oleh Pemprov”.
Lain halnya dengan KKS (Sulawesi).
Selama ini hubungan mereka dengan
Pemprov kurang begitu dekat. Ketua KKS,
Laodhe Muhammad menyebutkan ada
beberapa alasan, diantaranya karena KKS
terdiri dari beberapa provinsi. Maka,
Pemprov tidak langsung memberikan
bantuan kepada kekeluargaan, karena
anggotanya tercampur dengan anggota dari
provinsi lain. Namun terlepas dari itu, KKS
sanggup menunjukkan kemandiriannya
dengan memiliki Baruga KKS, rumah daerah
yang tidak berasal dari bantuan Pemprov.
Dan pada tahun ini KKS pun mampu
mengadakan kegiatan ulang tahun yang
terbuka dan melibatkan berbagai kalangan di
Masisir, bahkan beberapa negara ASEAN.
Serupa tapi tak sama. KMKM
(Kalimantan), meski warganya terdiri dari
berbagai daerah di Kalimantan laiknya KKS,
namun KMKM mendapatkan perhatian yang
baik dari beberapa Pemprov. KMKM
mendapatkan dana sekitar 2000 dolar dari
Pemprov Kalimantan Selatan setiap
tahunnya. Dan Pemprov Kalimantan Timur
memberikan beasiswa sekitar 20 juta per
tahun kepada masing-masing warganya.
Sedangkan Pemprov Kalimantan Tengah dan
Barat, kurang banyak mendukung KMKM
karena warganya di sini masih sedikit.
Namun meski begitu, para anggota yang
berasal dari Kalteng dan Kalbar ikut
bernaung dalam pendanaan yang diberikan
oleh Pemprov Kalsel. Bahkan, meski biaya
pendirian dan perawatan Wisma KMKM
adalah bantuan dari Pemprov Kalimantan
Selatan, namun rumah itu digunakan untuk
semua warga Kalimantan yang bernaung di
bawah KMKM.
Fosgama (Madura) memiliki kendala
yang berbeda. Selama ini Fosgama kurang
memiliki hubungan khusus dengan Pemprov
karena Fosgama sendiri hanya terdiri dari
empat kabupaten yang berada di bawah
naungan Pemprov Jawa Timur. Fosgama pun
pernah mencoba untuk mengundang salah
seorang Bupati, namun hingga saat ini belum
ada tindak lanjut dari pihak Pemerintah Ka-
bupaten yang bersangkutan.
Provinsi Sumatera Utara yang di da-
lamnya terdapat HMM (Medan) dan KPTS
(Tapanuli dan sekitarnya) pun memiliki hub-
ungan yang baik. Abdul Ghofur, ketua HMM
menjelaskan bahwa antara HMM dan KPTS
telah ada semacam MOU, sebuah kesepaka-
tan jika terdapat hal yang berkaitan dengan
hubungan antara Pemprov dan putra dae-
rahnya maka keduanya menjadi satu atas
nama Mahasiswa Sumatera Utara. Berbeda
jika hubungan dilakukan dengan pemerintah
kabupaten masing-masing, HMM dan KPTS
memiliki pembagian masing-masing Pemkab
mana yang berhubungan dengan HMM mau-
pun KPTS. Pada tahun lalu, Gubernur Su-
matera Utara pun sempat datang dan mem-
berikan dana sebesar lima milyar untuk
pembangunan asrama al-Azhar di Hay Sadis
bersama Pemprov Jambi dan beberapa pihak
lain.
KMA (Aceh), Gamajatim (Jawa Timur),
KSW (Jawa Tengah), KMSR (Riau), dan KPJ
(Jakarta) mengungkapkan bahwa hubungan
mereka cukup harmonis dan terjaga meski
tidak begitu intens.
Mengenai pendanaan rutin dari Pemprov
untuk kekeluargaan, sebagian besar
kekeluargaan menyebutkan tidak ada dana
rutin tahunan yang diberi Pemprov. Hanya
KMKM yang tiap tahun mendapat sekitar
2000 Dolar dari Pemprov Kalimantan Selatan
untuk perawatan wisma dan kelangsungan
kegiatan KMKM. Meski dana tahunan turun
hanya dari Pemprov Kalsel, KMKM
menggunakan dana tersebut untuk seluruh
warganya. Pemprov Aceh pun pada awalnya
memberikan dana tahunan untuk putra
daerahnya yang berada di negeri ini, dana itu
berbentuk beasiswa sebesar 400 Dolar
setiap bulan untuk seluruh anggota KMA.
Namun beasiswa ini berhenti sejak ada
perjanjian damai antara Pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) pada 2006 lalu.
KMNTB tahun lalu mendapatkan dana
sebesar 1000 Dolar, namun pada tahun ini
mereka belum menerima apa-apa. Pemprov
Jambi tahun lalu menggelontorkan Rp. 4
milyar untuk ikut menyumbang
pembangunan asrama di kawasan Hay Sadis.
KEMASS juga menerima dana sebesar Rp. 5,6
Milyar untuk pengadaan rumah daerah dan
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Komentar Peristiwa
07
perpustakaan.
Sedangkan kekeluargaan yang lain,
mayoritas dana bantuan Pemprov mereka
keluar hanya untuk pembelian rumah
daerah. Dana Ahmad Dachlani, ketua
Gamajatim menjelaskan bahwa Pemprov
Jawa Timur hanya memberikan rumah
daerah dan Graha Jatim, dan uang yang
diperoleh dari Graha digunakan untuk
kemaslahatan bersama warga Gamajatim.
Ketua KSW pun juga menuturkan hal yang
sama seperti Dana.
Selain dana untuk rumah daerah,
Pemprov Jawa Barat memberikan beasiswa
bagi warganya. Untuk warga KPMJB yang
hafal al-Quran lebih dari 10 juz, akan
mendapatkan beasiswa khusus dari
Pemprov. Sebagaimana Pemprov Kaltim
yang memberikan beasiswa bagi seluruh
warganya di negeri ini.
Selain pendanaan untuk rumah daerah
dan beasiswa, mayoritas kekeluargaan
menggunakan biaya mandiri untuk
menjalankan seluruh kegiatannya. Baik
kegiatan kecil yang khusus untuk warganya
maupun kegiatan besar yang mencangkup
lingkup Masisir hingga ASEAN.
Alumnus, Kekeluargaan dan Pemprov
Sejauh yang kami amati dari hasil
wawancara 16 kekeluargaan, rata-rata
seluruhnya telah menjalin hubungan dengan
Pemprov dan mendirikan sebuah wadah
untuk alumni-alumni Al-Azhar. IKMAL
misalnya, yang telah mendirikan
IKAMLAMPUNG untuk mempermudah
Pemprov mengusahakan lapangan pekerjaan
untuk alumni Timur Tengah dan menyebar
sebagian mereka untuk mengajar di
beberapa perguruan tinggi.
KMA mempunyai IKAT, KMB memiliki
Yansib, KMJ mendirikan IKATT, KEMASS
memiliki IAAM, dan sisanya seperti KKS,
Gamajatim, KMNTB, KPMJB, KPJ, KSW, KSMR
dan beberapa kekeluargaan lain tidak
menyebutkan nama ikatan alumni. Namun,
semua ikatan alumni yang telah dilahirkan
dengan kerja sama kekeluargaan dan
Pemprov ini sama-sama bertujuan untuk
memberikan lapangan kerja dan meratakan
misi dan visi dakwah.
Sebagian dari para alumni ada yang
mengajar di perguruan tinggi seperti IKMAL,
ada juga yang menyebarkan alumni untuk
mengajar di berbagai pesantren seperti yang
dilakukan KEMASS bersama Pemprovnya.
KPTS bergotong-rotong dengan pemerintah
setempat untuk menyebarkan dakwah Islam
melalui buletin-buletin yang ditulis alumni-
alumni Timur Tengah lalu diberikan kepada
masyarakat secara cuma-cuma.
KMKM menjadikan para alumninya tidak
hanya berdakwah dan mengajar namun juga
menjadi dewan fatwa di berbagai media di
daerah. Dan Pemprov NTB, telah
membangung Islamic Centre yang dikelola
oleh para alumni Timur Tengah dan
merupakan markas bagi mereka berbagi
ilmu dan wawasan. [ë]Yaqin, Zai.
untuk mengadakan perlombaan ajang duel
olahraga pada Semester ini dalam rangka
menyambut hari jadi masing-masing. KMB
yang berulang tahun pada 3 Maret mengada-
kan perlombaan dan agenda menyambut
hari jadi sejak awal bulan pembukaan
kegiatan semester ini akhirnya ditutup pada
acara puncak 6 Maret lalu di American Fu-
ture. Sedangkan KMM yang merayakan hari
jadinya pada 23 Juni juga memilih agenda
perayaannya pada waktu belakangan ini
juga.
Biaya besar untuk ajang yang besar pula.
Ajang olahraga memang memerlukan
dana yang besar, dan biasanya pengeluaran
terbesar itu ditujukan untuk sewa lapangan.
Pada perlombaan sekelas Masisir biasanya
dana kegiatan olahraga selalu di atas angka
ribuan. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh
KMB untuk membeli kambing bagi
pemenang mencapai 1500 L.E. Dana besar
juga mengalir dari Jawa Cup yang mencapai
angka 6.000 L.E. Sedangkan untuk gelaran
Sumatera Cup, Panitia menjelaskan dana
keseluruha mencapai 8.500. L.E.
Ada berbagai macam cara untuk memen-
uhi kebutuhan dana. Seperti yang diungkap-
kan ketua panitia Sumatera Cup, Edi Widodo
mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan
dana yang mencapai angka 8.500 L.E itu di-
ambil dari iuran setiap kekeluargaan yang
bergabung. Selain itu dana juga didapat dari
sumbangan para senior kekeluargaan Jambi
yang dulunya merupakan pemain di Su-
matera Cup yang sekarang sudah berada di
Indonesia. Yang terakhir dana diraih dengan
cara penyebaran proposal kepada berbagai
pihak luar.
Edi meneruskan, dana anggaran tersebut
digunakan untuk biaya penyewaan lapangan
selama 26 jam yang mencapai angka 3.650
L.E. Selain itu anggaran juga dialokasikan
untuk biaya barang inventaris forum Su-
matera, seperti jaring gawang, papan skor,
dan papan pergantian pemain. Sedangkan
untuk hadiahnya berupa piala bergilir. Juga
ada piala tetap untuk pemenang pertama,
kedua dan ketiga yang berupa bingkisan,
piagam, dan mendali untuk para finalis.
Kejuaraan ABC Cup tahun ini juga men-
capai angka ribuan pound. Menurut panitia,
dana yang digunakan untuk menyelenggara-
kan ABC Cup adalah sebesar 4.000. L.E. Dana
tersebut diperoleh dari pihak KBRI dan iuran
masing masing tim basket sebesar 200 L.E.
Dengan demikian, dana yang dihabiskan
untuk berbagai macam kegiatan olahraga ini
mencapai angka puluhan ribu. Sebuah angka
yang tidak sedikit.
Melihat berbagai macam perlombaan
Ahmad Hujaj, seorang mahasiswa fakultas
Syariah Islamiyah memberikan komentar
miring. “Menurutku lomba-lomba yang di-
adakan di Masisir terbagi menjadi tiga: Per-
tama, lomba yang ada kaitannya kita sebagai
mahasiswa Al-Azhar, seperti lomba baca
kitab kuning dan lomba debat berbahasa
Arab. Ini sangat penting karena bisa menjadi
tolok ukur kemampuan kita. Kan malu-
maluin kalau tidak bisa. Kedua, lomba yang
sebenarnya tidak ada kaitannya sebagai ma-
hasiswa Al-Azhar, tapi sangat penting meng-
ingat kita akan membutuhkan itu. Misalnya
lomba menulis, menerjemah dan sejenisnya.
Ketiga, lomba yang sebenarnya tidak dibu-
tuhkan atas nama mahasiswa, dengan kata
lain, lomba orang umum. Lomba-lomba itu
sama sekali tidak mencirikan keberadaan
kita sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga tidak
akan ditanyakan nanti oleh masyarakat kita.
Misalnya lomba-lomba yang berhubungan
dengan musik dan olah raga. Masyarakat kita
tidak akan pernah bertanya kita pernah ber-
tanya kita juara berapa dalam lomba band,
misalnya. Juga tidak akan ditanya apakah
kita pernah menjadi pemain bola terbaik.
Tidak. sama sekali tidak.”
Namun di lain pihak, Djazam Asfari, ma-
hasiswa asal Jawa Tengah melihat hal ber-
beda lewat komentarnya. “Menurutku sih
dampak positifnya cukup banyak. Soalnya
jalinan silaturahmi benar-benar terjalin,
antar lain bisa saling kenal antar pemain.
Selain itu juga menimbulkan respect untuk
para juara atau pemain terbaik, dengan be-
gitu suatu tim sepakbola akan dikenal begitu
juga pemainya. Kalo yang saya sering kali
pertandingan pasti berjalan panas, tapi kalo
sudah selasai ya sudah”.
Hal yang sama juga disampaikan Khodri,
ketua Fosgama yang melihat banyak sisi
positif dari berbagai ajang olahraga semisal
di atas. “Bagus sekali itu, sebagai ajang sila-
turrahmi dan menjaga kesehatan jasmani.
Harapan saya supaya kedepaanya lebih ma-
ju, sebagai wadah silaturrahmi, menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki, juga
menjaga keutuhan NKRI.” [ë] Tsabit, Erika,
Heni .
Sambungan dari Hal. 4...
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Seputar Kita
08
Opick: Bangsa Kita Sangat Butuh Kepada Kalian!
Tujuan anda sendiri datang ke negeri
ini apa?
Kita di Indonesia sudah beberapa kali
membuat event yang sama, yaitu Opick Con-
cert for Palestine yang bertujuan untuk peng-
gaklangan dana. Kita sudah dapet uang ban-
yak. Kemudian dari situ saya berfikir
bagaimana kalau saya sendiri yang ikut
mengantarkannya ke Gaza. Terus ada
kemungkinan nggak kalo saya bisa nyanyi di
sini? Di satu atau dua tempat lah. Dan alham-
dulillah ternyata diijabah, wah aku seneng
banget.
Dari uang yang itu tadi, akhirnya akan
dibawa langsung ke Gaza. Kita sudah mem-
beli dua buah mobil ambulans, kemudian
kita bawa uang untuk langsung dibagikan di
sana. Tentunya KNRP sebagai
badan penyelenggakranya,
dan saya di sini hanya se-
bagai pelaku, berjalan dari
satu daerah ke daerah
lain kemudian mengum-
pulkan uang. Dan Alham-
dulillah, ini sudah sepa-
ruh jalan, dan setelah
itu kita akan masuk
ke Gaza.
Bagaimana kesan anda pertama kali
datang ke negeri ini?
Satu kebahagiaan sendiri saya bisa
mengenal teman-teman. Ini adalah pertama
kali saya ke sini. Karena memang orang sep-
erti saya bisa masuk ke tempat kalian ini,
Masya Allah, saya senang sekali. Apalagi di
sini tempat orang soleh dan solehah semua.
Ada satu puisi yang saya tulis:
“Ketika aku sampai di sini.
Ya Allah, Engkau tidak pernah mengajak
aku bicara terlebih dahulu. Engkau tidak
pernah mengajak aku berunding terlebih da-
hulu.
Seperti apa wajahku hari ini? Hitam?
Putih? Gelap? Terang? Kaya? Miskin? Bodoh?
Pintar?
Kau lempar aku ke timur maka aku men-
jadi bulan. Kau lempar aku ke barat maka aku
jadi matahari. Menjadi bintang, menjadi bu-
rung, menjadi ikan, menjadi daun kering.
Menjadi apa saja yang engkau inginkan.
Dan aku tak berdaya. Aku hanya berharap
di penghujung umurku, aku hilang dalam
cinta.”
Apa atau siapa yang mempengaruhi
anda dalam berkarya?
Kalo aku, aku polos banget. Aku hanya
pengen tulis sesuatu yang bergolak
dalam pikiran, itu saja. Ndak ikut
cara penulisan, bebas, bisa dibi-
lang merdeka banget. Ndak ada
rujukan. Atau istilahnya, sastra
ngawur.
Karena memang gini, kalian itu
sekolah, kalo aku ndak sekolah.
Jadi cara berfikirku adalah cara
berfikir seperti yang aku bisa,
seperti yang aku mampu. Kalo aku
berfikir seperti kalian, pake logi-
ka kalian, ya ndak bisa. Jadi
aku lebih berfikir nggak
pake otak kiri nggak
pake otak kanan lagi.
Saya lebih memilih
majnun, ya belajar
ndak pake otak. Kare-
na belajar ndak pake
otak, akhirnya aku
belajar bagaimana
hari-hari yang di-
jalani itu sak paring-
paringe Gusti Allah.
Sediberinya Gusti
Allah. Sedikasihnya.
Nrimo.
Jadi, dalam proses
ilmu, pencapaian itu
biasanya sampe ting-
gi dan akhirnya
menemukan Dia. Tapi kalo saya ini susah, lah
wong ndak sekolah. Akhirnya pencariannya
ke ketiadaan. Ketidakberdayaanku hari ini,
Ya Allah, ketidakmampuanku kebodohanku,
hari ini mempertemukan diriku kepada diri-
Mu.
Kita terkadang banyak sibuk di ruang-
ruang luar, terutama orang-orang yang ser-
ing berfikir hanya kepada teks. Begini, ada
satu puisi yang unik dari guru saya:
“Wahai para sahabatku! Aku telah kenal
Allah dari seribu kitab yang aku baca.
Kemudian Allah aku kecilkan, aku taruh di
lemari di sebelah rumahku dan aku suruh-
suruh setiap hari.”
Wah, ekstrim banget kan? Bayangkan,
kita tuh begitu sama Allah. Padahal Allah
lebih luas lagi dari segala pemahaman di
manusia. Allah!
Proses perubahan anda dari awalnya
seorang musisi rock menjadi musisi reli-
gi?
Tiba-tiba seorang manusia diperjalankan
lewat keburukan di hari-harinya, di masa
lalu. Ini ternyata sebuah karunia, suatu a gift,
suatu hal yang hebat yang diberikan oleh
Allah. Lalu kemudian akhirnya pas di tengah
perjalanan, dia inget bahwa ini nggak baik.
Wah itu karunia lagi. Akhirnya dia bisa men-
galami rasa seperti apa dia ketika jauh dari
Allah, dan mengalami seperti apa ketika dek-
at dengan Allah. Itu adalah beda. Kamu me-
rasakan pecel itu nikmat karena kamu sudah
lama sekali tidak makan pecel. Nah itu, rasa
nikmatnya itu di situ.
Nah, di dalam pencarian si orang ini tadi,
ada sebuah proses. Suatu saat, saya adalah
seorang penulis, seorang musisi yang hebat
menurut orang-orang. Seorang penyair,
seorang pemain teater, yang menurut orang
sudah mempunyai dedikasi yang hebat kepa-
da dunia kesenian. Lalu saya bertemu
dengan anak muda. Dia menangis di depan
saya.
Aku tanya “Kenapa?” Dia bilang, “Aku
tidak melihat manusia, aku melihat ada bi-
natang hari ini yang ada di depanku”. Aku
kaget, aku seniman kok aku dibilang bi-
natang? Dia bilang, “Keinginan yang ada da-
lam hatimu hari ini telah mengikat dirimu
dan merubah wajahmu menjadi binatang.
Kauhalalkan segala cara untuk dirimu
memuja dirimu sendiri”. Akhirnya di situlah
saya tulis lagu Istighfar.
Anda ini kan seorang musisi religi.
Kalau boleh tahu, orientasi anda dalam
berkarir ini apakah demi dakwah atau
semata mengikuti permintaan pasar?
Kata orang aku ini tersesat ke jalan yang
benar. Aku ini, kalo aku ngomong dakwah, Doc: TëROBOSAN
Beberapa hari lalu Komite Nasional untuk
Rakyat Palestina KNRP kembali menggelar
Konser amal di negeri ini dengan Rafi`I sebagai
Event Organizer. Dan kali ini, KNRP datang
bersama Opick dalam rangkaian kegiatan yang
bertajuk Opick Concert for Palestine.
Salah seorang kru kami, Fahmi Hasan
beserta beberapa kawan jurnalis lain berhasil
mewawancarai Opick di sela konsernya. Beri-
kut cuplikannya:
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
Seputar Kita
09
nggakk pantes mas. Ilmu saya ndak cukup,
pemikiran saya ndak cukup, kapasitas saya
untuk berbicara tentang Allah itu ndak
cukup. Kalo saya ngomong saya berdakwah,
saya geer sama diri saya sendiri. Saya malu,
walaupun berdakwah adalah cita-cita saya.
Dakwah tuh cita-cita saya dan saya bangun,
Ya Allah izinkan saya untuk bercerita tentang
engkau sebanyak-banyaknya.
Tapi lagi-lagi saya menemukan diri saya
kosong, diri saya ndak bisa apa-apa. Ternyata
saya menemukan saya seorang penyair,
seorang seniman, seorang budayawan. Ya
sudah, saya ndak usah mengakui apa-apa
dalam hidup saya. Saya tulis saja apa yang
saya tulis, saya buat saja apa yang saya buat.
Ya Allah, terserah ya Allah. Ini apa namanya
aku ndak mengerti, yang jelas aku ndak mau
mengaku-aku.
Karena ketika saya mengaku, banyak
sekali orang yang mengaku kiyai, ajengan,
tapi prilakunya ndak begitu. Sebenarnya
yang betul itu namanya atau prilakunya? Ada
orang kayanya ini orang pinter, ngakunya
orang pinter, tapi prilakunya ndak begitu.
Yang mana ini sebenarnya? Itulah, saya ndak
milih, saya ndak milih semuanya. Pokoknya
saya buat, saya tulis apa yang saya pikirkan,
ya nafas saya nafas kecintaan saya kepada
Allah, kepada Rasulullah, kepada kebaikan
kebaikan.
Kenapa saya ngomong seperti itu? Kare-
na sebenarnya saya ini sedang mengajari diri
saya sendiri. Lagu saya itu adalah seperti
prasasti yang saya tulis dalam hidup saya
untuk mengingatkan saya dari hari ke hari
tentang zaman, tentang waktu, tentang hidup
yang saya jalani dalam pemikiran-pemikiran
saya. Lagu ini adalah gambar saya wajah saya
di saat itu, terus begitu. Semua ada ceritanya,
semua ada alasannya. Dan saya ini orang
bodoh, ndak bisa sebenarnya. Tapi kenapa
saya ini bisa? Pasti ada suatu kekuatan yang
memudahkan itu semua.
Selama ini, kepuasan pribadi yang
anda rasakan dari karir anda sendiri?
Ya, jadi gini. Betapa saya dalam sujud
saya tidak menangis. Allah ngasihnya ke-
banyakan sama saya. Ya Allah ini kok
karuniamu banyak banget? Tapi ya saya
sedih juga. Sedihnya kenapa? Karena orang
menganggakp saya orang baik, orang
menganggakp saya orang mulia, padahal
saya tahu kartu saya sendiri. Di situ saya,
minta ampun. Ajari aku mencintai, ajari aku
merindukan-Mu, dalam lelah dan bosanku, di
keadaan yang seperti ini.
Apakah ada tokoh yang menginspirasi
anda dalam bermusik atau bersastra?
Aku senang sekali sama syaikh Faridud-
din Atthar, kitab Mantiqutthayr. Ada juga
kitab Tadzkirul Aulia. Mungkin juga Masnawi
dan Jalaluddin Rumi, tapi itu cuma baca
sekedarnya. Tapi yang saya serius membaca
itu kitab Mantiqutthayr. Ada pengembaraan
jiwa yang seperti itu. Saya menemukan diri
saya ada dalam buku itu, dia memainkan
hidup saya dalam buku itu. Kemudian kalo
bahasa yang saya buat itu ya memang
keseharian, tidak bisa acting.
Bagaimana pandangan anda tentang
dakwah lewat musik?
Saya ingat ada ulama jaman dulu ketika
saya masih kecil, kemudian saya juga ingat
Rhoma Irama. Ulama itu tidak ada yang saya
inget dalam ingatan saya, tapi Rhoma Irama,
“Judi”, itu inget saya. Berarti nyanyian itu
lebih abadi. Nah kalo nyanyiannya ada ruang
kita kontemplasi kepada Allah, ada ruang
pelajaran kepada hidup, ada ruang pelajaran
kepada hati, kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Luar biasa. nah saya melihat
poin di situ.
Ya Allah terimakasih pada hari ini saya
bisa ada di sini, menjadi seperti apa yang
engkau inginkan, bukan yang aku inginkan.
Apa pesan yang ingin anda sampaikan
kepada para mahasiswa di sini?
Saya berharap memang benar-benar di
antara kalian nanti pulang ke Indonesia,
benar-benar menjadi seseorang yang sangat
berarti bagi bangsa Indonesia. Bangsa kita
sangat butuh kepada kalian. [ë] Fahmi.
Pada hari Ahad (31/3) lalu, PPMI
bekerjasama dengan beberapa persatuan
pelajar negara-negara ASEAN mengadakan
acara Asean Students Gathering 2013 yang
dimulai dengan acara Konferensi Pelajar
ASEAN pada hari Ahad (31/3) lalu di Aula
Darul Hasan KMJ, Nasr City.
Konferensi yang dihadiri oleh sembilan
perwakilan ini menghasilkan empat butir
kesepakatan yang akan dideklarasikan pada
acara ASAPE yang diadakan seminggu
setelahnya. Empat butir kesepakatan itu
adalah: 1) Mendukung terciptanya
komunitas ASEAN 2015, 2) Lebih
menguatkan hubungan kerjasama pelajar
ASEAN di Mesir dalam bidang pendidikan,
sosial dan budaya, 3) Saling membantu
dalam menyelesaikan masalah yang menjadi
kepentingan bersama, 4) Mendorong
terbentuknya ikatan alumni al-Azhar di
ASEAN.
Rentetan acara dilanjutkan dengan
ASAPE, Asean Student Art Performance and
Exhibition di Auditorium Shalah Kamil, Nasr
City. Acara ini dihadiri oleh beberapa
perwakilan dari kedutaan negara-negara
ASEAN, ketua persatuan pelajar negara-
negara ASEAN, tamu undangan dan para
pelajar dari berbagai negara.
Dalam acara ini ditampilkan beberapa
kesenian khas dari negeri-negeri ASEAN, di
antaranya Tapak Suci, Hadrah dan Angklung
dari Indonesia, Nasyid dari Singapura, Muay
Thai dari Thailand, Taekwondo dari
Malaysia. Dalam acara ini pun dideklarasikan
empat poin kesepakatan para ketua
persatuan pelajar negara-negara ASEAN
yang telah dirumuskan pada acara
sebelumnya.
Seluruh rangkaian acara ini
menghabiskan anggaran sekitar 8.000 LE
yang didapat dari kas PPMI, proposal dari
KBRI, iuran dari seluruh persatuan pelajar
negara ASEAN dan sumbangan dari beberapa
donatur.
Kegiatan ini diprakarsai oleh PPMI dan
merupakan kegiatan yang pertama kali
diadakan. Kegiatan ini mengambil tema
Raising ASEAN Students Brotherhood, yang
bertujuan untuk meningkatkan rasa
solidaritas dan persaudaraan antar pelajar
ASEAN yang berada di Mesir.
Muhammad Izdiyan Muttaqin selaku
ketuapanitia mengungkapkan, “Dengan
adanya acara ini diharapkan para pelajar
ASEAN bisa saling mengenal. Dan agar
terjalin hubungan yang harmonis dan
berkelanjutan antara pelajar negara-negara
ASEAN yang memiliki kesamaan budaya dan
daerah yang berdekatan.”
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa acara
ini diadakan untuk menyambut ASEAN
Global Community 2015, yaitu saat 10
negara anggota ASEAN menjadi sebuah
komunitas yang bersatu dan saling
berintegrasi satu sama lain khususnya dalam
masalah ekonomi.
Dalam sambutannya, Jamil Abdul Latief
selaku presiden PPMI menjelaskan tujuan
dari diadakannya acara ini yaitu untuk
meningkatkan hubungan kecintaan dan
kekeluargaan antara pelajar negara-negara
ASEAN di Mesir. [ë] Fahmi.
PPMI Menggelar ASEAN Student Gathering 2013
Doc: Ahwazy Anhar
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
O p i n i
10
Kekeluargaan dan Wajah PPMI Oleh: Hilmy Mubarok*
Geliat Masisir serasa tidak ada hentinya.
Kegiatan demi kegiatan memadati hari-hari,
hingga membuat satu minggu terasa hanya
satu hari. Baik kegiatan tersebut berkaitan
dengan peningkatan akademis, olahraga atau
kegiatan lainnya. Yang jelas, tanpa kegiatan,
Masisir mungkin bisa dianalogikan dengan air
diam yang menjadi sumber penyakit.
Selain kegiatan yang harus disoroti, juga
lembaga yang mengadakan kegiatan tersebut
pun harus diketahui, hingga kita mampu me-
nyimpulkan lembaga mana yang aktif dalam
kegiatan akademis, olahraga dan lain se-
bagainya. Karena sebagaimana yang kita
ketahui, bahwa setiap lembaga atau organ-
isasi yang ada di bawah naungan PPMI, selain
berbeda-beda jenisnya, berbeda juga kegiatan
yang disajikan, khususnya untuk anggotanya
sendiri dan umumnya untuk Masisir. Marak-
nya organisasi ini menurut Desi Hanara dalam
Modul ORMABA tahun 2009 menunjukkan
dua hal. Pertama, menjadi saksi nyata akan
kedinamisan Masisir dan kedua, menjadi salah
satu pemicu disorientasi Masisir selaku insan
akademik.
Adapun klasifikasi organisasi yang ada di
lingkungan Masisir bisa dilihat di Bab II pasal
tiga dan empat di dalam UU Peraturan Organ-
isasi. Pasal tersebut berbunyi bahwa organ-
isasi yang dimaksud bisa diklasifikasikan
menjadi lembaga otonom (LO) dan organisasi
khusus (OK). Adapun yang termasuk LO yaitu
lembaga kedaerahan, lembaga keputrian dan
lembaga kefakultasan. Sedangkan yang terma-
suk dengan OK yaitu Organisasi Afiliatif, Or-
ganisasi Almamater dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Dengan ini, kita menjadi
lebih yakin bahwa Masisir bisa dikatakan
sebagai ekosistem yang tidak pernah “tidur.”
Jika mau ditelisik lebih dalam, Organisasi
Kedaerahan atau lebih dikenal dengan istilah
‘kekeluargaan’ termasuk organisasi yang ada
di dalam ruang lingkup PPMI yang memiliki
kontribusi lebih daripada organisasi lainnya.
Hal ini salah satunya dari kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan kekeluargaan yang di-
tujukan untuk warganya masing-masing, se-
hingga warga pun dapat mengikuti kegiatan
tersebut. Bahkan jenis kegiatan yang dilaksa-
kan pun bisa dikatakan lebih positif daripada
organisasi lain, termasuk organisasi induk,
PPMI. Hal ini tidak sama sekali membuat
PPMI menjadi buruk, akan tetapi image yang
ada akan berubah menjadi positif, karena
kekeluargaan bisa dikatakan “wajah” PPMI.
Hal lain yang mempengaruhi penilaian di
atas, karena sifat kekeluargaan itu sendiri.
Artinya, Masisir lebih memilih untuk aktif
dalam beberapa kegiatan yang dilaksakan
kekeluargaan mereka daripada kegiatan di
organisasi lain, termasuk kegiatan PPMI.
Beberapa faktor mengapa sebagian besar
Masisir aktif di kekeluargaan di antaranya,
pertama, keanggotaan yang terikat bukan
hanya karena asal daerah kedatangan, tetapi
ikatan silaturahmi pun berpengaruh kuat.
Dengan kata lain, emosional (red: perasaan)
mereka lebih “damai” berada di kekeluargaan.
Kedua, kekeluargaan termasuk organisai
“profit.” Artinya, keaktifan seorang anggota di
kekeluargaannya akan berbuah poin TEMUS.
Ketiga, pentingnya sebuah relasi, baik di Mesir
atau ketika sudah pulang ke tanah air, sehing-
ga keaktifan di kekeluargaan, menurut sebagi-
an Masisir mampu memperluas relasi.
Namun di sisi lain, geliat kekeluargaan
yang begitu rupa ini membuat lupa terhadap
organisasi induknya, PPMI, khususnya ter-
hadap elemen BPA (Badan Perwakilan Ang-
gota) PPMI. Hal ini terlihat dari ketidakaktifan
sebagian besar kekeluargaan dalam agenda
yang dilaksanakan oleh BPA.
Beberapa sidang yang dilaksanakan sebe-
lumnya, tidak pernah dihadiri oleh seluruh
perwakilan kekeluargaan. Artinya jumlah
kekeluargaan yang aktif hanya sebagian kecil
saja, bisa dihitung jari. Hal ini pun dirasakan
oleh MPA, sebagai Majelis tertinggi, di mana
pada Sidang Paripurna kemarin yang memba-
has LKS PPMI, hanya beberapa kekeluargaan
saja yang mengirim delegasi.
Tentunya hal ini bertabrakan dengan
hukum SGS, karena pada dasarnya, sesuai
dengan pasal 7 bab III dalam UU Peraturan
Organisasi, meski kekeluargaan sebagai lem-
baga otonom, bebas berekspresi dalam
melaksanakan kegiatannya, tapi ia pun mem-
iliki beberapa kewajiban yang harus dipatuhi
terhadap PPMI, salah satunya tertulis pada
poin enam yang berbunyi, “memilih utusan
untuk BPA PPMI sebagai anggota tetap
sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam
ketetapan tersendiri”. Dan sebagaimana
kenyataannya, sebagian besar kekeluargaan
lebih berkonsentrasi pada kegiatannya mas-
ing-masing dan melupakan kewajibannya.
Asap tidak akan muncul, kecuali adanya
api. Begitu pun permasalahan di atas, setelah
ditelisik, ternyata kesalahan tidak berasal dari
PPMI. Artinya, BPA sebagai Badan Legislatif
dan Yudikatif PPMI sudah melaksanakan
kewajibannya sebagai pelaksana sidang terse-
but. Surat permohonan delegasi sudah di-
antarkan langsung ke setiap sekretariatnya
satu minggu sebelum hari-H, pamflet sudah
tersebar, khususnya di jejaring sosial Face-
book, bahkan ketika hari-H, usaha untuk
meminta kehadirannya via telepon pun dil-
akukan.
Lantas apakah ini akan berakibat buruk?
Tentu saja, karena beberapa sidang yang dil-
aksanakan BPA sebelumnya benar-benar
memiliki pengaruh besar terhadap Masisir,
salah satunya membahas Amandemen UU
Pemilu Raya. Pembahasan tersebut dil-
aksanakan melihat masalah-masalah yang
terjadi pada pemilu sebelumnya yang ke-
banyakan bersentuhan dengan kekeluargaan
itu sendiri. Akan tetapi sangat disayangkan,
ketika sidang tersebut dilaksanakan, hanya
beberapa keluargaan saja yang hadir ketika
itu. Padahal jika dihadiri oleh seluruh
kekeluargaan, maka permasalahan yang mun-
cul akan bisa dipecahkan dengan pendapat-
pendapat jernih yang datang dari setiap dele-
gasi kekeluargaan tersebut.
Namun hal lain yang lebih disayangkan
adalah setelah sidang-sidang tersebut dil-
aksanakan, secara otomatis kekeluargaan
yang tidak hadir tidak akan tahu permasala-
han apa yang dibahas dan solusi untuk me-
mecahkannya. Intinya, hak bersuara yang
semestinya dimiliki oleh setiap kekeluargaan
akan hilang, karena absennya. Kesepakatan
atau ketentuan yang tidak sependapat
dengannya, mungkin bisa saja didiskusikan
lagi, bahkan dibatalkan karena pendapat yang
mungkin lebih kuat, akan tetapi karena ab-
sennya, maka kesepakatan ini terus ditetap-
kan. Dan pada akhirnya, hal ini akan me-
lahirkan kesalah fahaman dan tentunya
berimbas negatif terhadap kekeluargaan yang
tidak hadir.
Permasalahan seperti ini sebenarnya per-
masalahan klasik yang sudah sering terjadi.
Bahkan ada beberapa orang yang mengatakan
bahwa sikap seperti ini dinilai sebagai karak-
ter yang matre. Hal tersebut didasarkan
dengan kenyataan, bahwa sidang pleno pem-
bahasan Amandemen UU Pengaturan dan
Pengurusan Tenaga Energik Mahasiswa untuk
Syariah (TEMUS) yang berbau “uang” dihadiri
begitu banyak delegasi yang datang hampir
dari seluruh kekeluargaan. Sedangkan sidang
pleno untuk membahas UU lain, seperti UU
Pemilu Raya, dihadiri hanya beberapa dele-
gasi yang datang dari sebagian kecil kekeluar-
gaan. Meski buruk, tapi kesimpulan ini adalah
nyata dan tentunya harus dihilangkan.
PPMI benar-benar bukan milik siapapun,
kecuali Masisir secara keseluruhan. Artinya
jika bukan Masisir, siapa lagi yang akan men-
jaga eksistensi PPMI. Selain itu, perlu
diketahui bahwa seluruh sidang yang diada-
kan BPA PPMI, hanyalah untuk kepentingan
dan kebaikan Masisir. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan kepada seluruh organisasi, khu-
susnya kekeluargaan untuk ikut andil dalam
kegiatan tersebut, sehingga kepentingan
Masisir bisa terpenuhi dan image PPMI yang
baik akan terus terjaga.
*Penulis adalah ketua BPA periode 2012-
2013.
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
K o l o m
Saya sedikit tersenyum ketika mengikuti
acara Coffee Break tiga yang diadakan oleh
PPMI di aula KEMASS beberapa waktu lalu.
Acara itu sebenarnya adalah hal yang bagus
untuk diadakan, terlebih saat itu terjadi dia-
log vertikal secara langsung antara maha-
siswa dengan Bapak Duta Besar beserta be-
berapa pejabat KBRI. Namun sayangnya, saat
itu kita terlalu banyak membuang waktu un-
tuk membicarakan hal yang sebenarnya su-
dah lama kita bicarakan.
Seingat saya, selama tahun 2012 sudah
dua kali saya meliput tentang perkembangan
proyek pembangunan asrama mahasiswa.
Dan dalam dua liputan ini juga terdapat pen-
jelasan tentang status asrama itu yang
sebenarnya bukan merupakan “Asrama Ma-
hasiswa Indonesia”, namun lebih tepat dise-
but “Asrama Al-Azhar yang dibangun oleh
Indonesia”. Dan pada acara Coffee Break
kemarin, proyek asrama itu kembali ditan-
yakan dan dibahas dalam forum, padahal
saya rasa tulisan di dua edisi buletin TëRO-
BOSAN sudah menjelaskan hal itu.
Tapi yah, mungkin saja penyebaran yang
dilakukan oleh tim TëROBOSAN kurang me-
nyeluruh hingga tidak seluruh masisir mem-
baca laporan itu. Atau bisa juga memang
laporan yang mereka buat kurang bisa menja-
wab pertanyaan di benak Masisir. Atau mung-
kin juga karena buletin mahasiswa saat ini
sudah tidak lagi menarik, hingga tidak ter-
baca dan hanya menjadi bungkus nasi atau
alas makan.
Dalam acara itu terdapat pula sedikit
penjelasan tentang proses birokrasi maha-
siswa baru. Seingat saya, apa yang dijelaskan
saat itu juga telah dibahas panjang lebar da-
lam acara Warung Kopi yang diadakan oleh
Rumah Budaya Akar, dan atas dasar itulah
tim TëROBOSAN mengangkat permasalahan
Maba ini dalam rubrik Laporan Utama di
buletin TëROBOSAN edisi 349. Hal yang sama
juga dibahas oleh buletin Informatika edisi
165 dalam rubrik Suara Mayoritas. Namun
kembali ke paragraf sebelumnya, mungkin
penyebaran yang dilakukan kedua tim itu
kurang maksimal hingga informasi ini tidak
bisa diketahui oleh seluruh masisir.
Ini hal yang ingin saya pertanyakan, se-
jauh manakah peran media mahasiswa di
dalam komunitas kita sekarang ini?
Media mahasiswa itu berputar di dunia
mahasiswa. Segala kejadian yang terjadi di
dunia mahasiswa merupakan ladang bagi
media itu untuk mengangkatnya. Karena na-
manya media mahasiswa, segala hal yang
menyangkut kemahasiswaan itu boleh saja
untuk diangkat tanpa perlu ada intervensi
dari pihak luar. Maka, media mahasiswa
seharusnya hidup di dunia mahasiswa.
Namun saya merasakan bahwa media
mahasiswa dan mahasiswa saat ini berada
dalam dua dunia yang berbeda. Media ber-
bicara apa, mahasiswa memperbincangkan
apa. Media pergi ke mana, mahasiswa pergi
ke mana. Ada atau tidaknya media mahasiswa
tidak terlalu berpengaruh terhadap dunia
mahasiswa, mereka akan tetap berjalan sep-
erti biasa dengan ada atau tidak adanya me-
dia ini.
Respon baru akan terasa ketika media itu
sedikit menyinggung dunia mahasiswa yang
kebetulan saat itu sedang tidak ingin dis-
inggung. Saat itulah persinggungan antara
dua dunia itu terasa. Apa yang ditulis media
menjadi pembicaraan mahasiswa dan apa
yang dibicarakan mahasiswa sedikit
menyangkut dengan tulisan di media.
Namun sayang, saat sebuah masalah ter-
jadi antar dua dunia tadi, penyelesaian per-
masalahan itu justru menggunakan dua logi-
ka yang berbeda. Media menggunakan logika
media dan mahasiswa pun menggunakan
logika mahasiswa yang anehnya keduanya
kok tidak bisa bertemu. Dua dunia ini terlihat
berjalan damai, asalkan satu dunia tidak
‘menyikut’ dunia yang lain.
Misalkan saja dalam beberapa tahun tera-
khir. Hampir di setiap tahun para pimpinan
media Masisir mendapatkan beberapa kali
respon yang kurang baik dari pembaca.
Bahkan bukan hanya redaksi media yang
mendapatkan itu, beberapa penulis lepas pun
pernah mendapatkan respon yang serupa.
Respon tersebut bisa berupa pemanggilan
terhadap beberapa kru redaksi ataupun hing-
ga aksi pemukulan oleh beberapa pihak yang
tersinggung dengan salah satu tulisan di me-
dia tersebut.
Melihat kenyataan itu saya berfikir bahwa
jelas sekali ada yang salah dalam hal ini. Na-
mun di sisi lain saya pun berfikir, di mana
letak kesalahan itu?
Apakah media mahasiswa saat ini telah
kehilangan fungsinya? Jika memang begitu,
maka ada dua kemungkinan di sana. Bisa jadi
karena fungsi itu disalahgunakan oleh insan
media itu sendiri hingga mahasiswa di
komunitas kita tidak lagi memandang penting
terhadap media. Atau bisa juga karena fungsi
media itu telah disalahartikan oleh anggota
komunitas ini hingga apapun yang media
lakukan maka tetap tidak akan merubah pan-
dangan mahasiswa.
Ya, media terkadang dianggap menjadi
pemicu kerusuhan ketika mengangkat sebuah
konflik antara dua pihak yang berseteru. Me-
dia pun terkadang dianggap mencari sensasi
ketika memuat tentang suatu hal yang sensi-
tif. Namun jika dipandang dari sudut pandang
media, mengangkat sebuah konflik atau hal
sensitif adalah sah-sah saja selama berdasar-
kan atas fakta dan disertai data-data yang
valid. Terlebih lagi jika hal itu berhubungan
dengan dunia mahasiswa yang mana merupa-
kan ladang tugas bagi media mahasiswa.
Selama kejadian atau perkara itu terjadi
di sekitar dunia mahasiswa, maka media ma-
hasiswa berhak untuk mengangkat ataupun
menganalisanya tanpa harus ada intervensi
dari pihak luar. Masukan ataupun kritikan
kepada media pun sebenarnya tidak pernah
habis, namun terkadang kritikan itu kemudi-
an berubah menjadi sebuah intervensi hingga
beberapa pihak ingin mengatur media agar
mengangkat suatu hal dan meninggalkan hal
lain. Inilah yang saya pandang kurang baik
dari hubungan antara komunitas ini dengan
medianya.
Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu
mempermasalahkan asas kebebasan pers
atau hal-hal yang menyangkut idealisme pers,
karena saya menilai pers mahasiswa itu
memiliki sifatnya sendiri. Pers mahasiswa,
khususnya di komunitas kita ini adalah anak
kecil yang tak pernah kunjung dewasa, kare-
na orang yang berkecimpung di dalamnya
selalu berganti setiap tahunnya. Pers maha-
siswa di komunitas kita ini tidak lain adalah
tempat untuk belajar bagi mereka-mereka
yang memiliki minat dalam bidang ini, bukan
sebagai tujuan atau bahkan alat untuk men-
cari penghidupan.
Maka, selama itu adalah tempat belajar,
saya pun tidak terlalu peduli dengan nama
baik ataupun harga diri media mahasiswa,
karena sunnatullah dalam belajar adalah ber-
buat kesalahan. Jika memang saya bersalah
ya saya meminta maaf, dan jika tidak ya saya
akan terus belajar dan tidak perlu memikir-
kan embel-embel eksistensi, nama baik atau-
pun harga diri.
Saya hanya berharap agar dua dunia yang
terpisah ini bisa kembali menyatu. Media
mahasiswa bisa hidup dan saling berinteraksi
dengan mahasiswa layaknya kawan lama,
bisa duduk bersama dan saling bertukar
pikiran layaknya teman diskusi. Saya juga
berharap agar media mahasiswa bisa kembali
kepada asasnya, memberikan informasi bagi
para pembaca dan menjadi mediator bagi
opini para mahasiswa. Bukan hanya sebagai
formalitas agar terlihat eksistensinya atau-
pun menjadi anak tiri yang tersingkir dari
dunianya.
Semoga bermanfaat.
*Penulis adalah Mahasiswa al-Azhar fak.
Syari`ah Islamiyah, Pemred Buletin
TëROBOSAN.
Dua Dunia Oleh: Fahmi Hasan Nugroho*
11
TëROBOSAN, Edisi 352, 10 April 2013
12
Email/YM: transferindo.mesir@yahoo.com
FB: Tranferindo Mesir
top related