terobosan edisi reguler 365

Upload: azhari-terobosan

Post on 02-Jun-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    1/12Edisi Reguler 365, 03 November 2014

    Media Sebagai Jembatan Solutif diantara MerekaMedia Sebagai Jembatan Solutif di

    Edisi Reguler 365, 03 November 2014

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    2/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    365-N

    ovember2014

    Sekapur Sirih,Joyeux Anniversaire

    Halaman 2

    Sikap, Media di antara Pejabat dan Mahasiswa;

    Sebuah Jembatan Solutif

    Halaman 3

    Laporan Utama, Menyoal Keruwetan Birokrasi

    Mahasiswa Baru

    Halaman 4,5

    Komentar Peristiwa, Kapan Asrama Indonesia-

    Mesir Siap Huni (?)

    Halaman 6,

    Sketsa, Mengejar Target Masa Depan

    Halaman 7

    Kolom, Yang Masisir Harapkan dari Atdik

    Halaman 8

    Seputar Kita PPMI Menggelar ORMABA 2014 |

    Gebyar HUT GAMAJATIM ke-16

    Halaman 9

    Sastra Nila (II)

    Halaman 10

    Kolom, Mahasiswa (Lama) Pembentuk Generasi

    Dunia

    Halaman 11

    Terbit perdana pada21 Oktober 1990.Pendiri: SyarifuddinAbdullah, TabraniSabirin. PemimpinUmum: Iis IstianahPemimpin Redaksi:

    Fachry Ganiardi. Pem-impin Perusahaan:Dila Nabila, Aulia

    Khairunnisa. Dewan Redaksi: M. Hadi Bakri.Heni Septianing. Abdul Malik, Abdul LatifHarahap, Ahmad Ramdani, Rijal W. Rizkillah,Zammil Hidayat, Reportase: Ikmal AlHudawi, Muhammad Al-Khudori, Furna Hub-batalillah, Muhammad Rifai, DIni MukhlishatiEditor: Fahmi Hasan Nugroho, Ainun Mardi-yah Lay Outer: Abdul Malik PembantuUmum: Keluarga TROBOSAN. AlamatRedaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cai-

    ro-Egypt. Telepon: 22609228, E

    -mail: tero-

    [email protected]. Facebook : Tero-bosan Masisir. Untuk pemasangan iklan, pen-gaduan atau berlangganan silakan menghub-ungi nomor telepon : 01206308454(Malik), 01140957150 (Iis), 01156796475

    (Dila)

    Tak terasa, masa perkuliahan pada ta-

    hun ajaran baru 2014 sudah dimulai.

    Mayoritas mahasiswa al-Azhar berbondong-

    bondong ke kampus dengan membawa se-

    gumpal semangat.

    Tak terasa jua, buletin yang sedang anda

    baca saat ini telah masuk dalam usia yang ke

    24, usia yang bisa diukur cukup dewasa.

    Bisa jadi ketika anda masih dalam kan-

    dungan ibu, TROBOSAN sudah mulai me-

    rangkak dan tengah belajar berjalan.

    Sebuah pertanyaan yang sering terulang dalam

    pikiran sebagian dari kita, apa sih pent-

    ingnya media informasi di komunitas

    Masisir ini?

    Memang kami akui bahwa sama sekali tidak

    ada kenikmatan materi yang didapatkandari kesibukan kami di dapur redaksi, justru

    mau tidak mau kami yang mengorbankan

    sedikit harta, bahkan waktu dan pikiran demi

    menerbitkan satu edisi saja. Jika dipikirkan,

    kenapa kami ingin berbuat seperti ini?

    Media itu ibarat cermin bagi sebuah

    komunitas, yang memperlihatkan bentuk wajah

    dari komunitas tersebut. Hal itu tidak lain

    karena apa yang ditulis di dalam media itu

    tidak akan jauh dari apa yang terlihat di

    sekitar komunitas tersebut.

    Apa yang diangkat oleh sebuah media biasanya

    menggambarkan apa yang menjadi topik utama

    pembicaraan komunitas tempat media itu

    berada. Menggambarkan pola pikirnya, keadaan

    masyarakatnya, hingga menggambarkan apa

    sebenarnya isi dari komunitas tersebut.

    Ya, selain menjadi lahan pembelaja-

    ran bagi kami seluruh kru

    redaksi, media informasi juga

    menjadi pembelajaran secara tid-

    ak langsung bagi komunitas ini. Agar

    Masisir tidak terlalu menikmati kenya-

    manan saat kenyamanan tersebut justru

    membuat komunitas menjadi stagnan.

    Fungsi media untuk menjadi

    cerminan masyarakat, dan masyarakat

    menjadi pengawas bagi media.

    Hingga terjadilah semacam tim-

    bal balik antara media dan

    masyarakat, saling memberi dan

    mempengaruhi demi terwujud-

    nya komunitas yang dinamis.

    Maka kami sangat berterimakasih

    atas segala masukan, kritik dan saran

    yang selama ini mengiringi perjal-

    anan kami selama dua dekade.

    Kami tidak akan eksis tanpa semangat dan

    dorongan dari para pembaca, pertanyaan Kapan

    terbit? yang kami terima, meski seakan tidak terla-

    lu penting justru menjadi penyemangat bagi

    kami bahwa kehadiran kami memang dinanti oleh

    para pembaca.

    Maka kami berharap semoga kami terus bisa

    melakukan hal yang terbaik demi terciptanya

    komunitas Masisir yang dinamis.

    Pada edisi ini kami mencoba menengok

    kelanjutan proses pembangunan asrama

    Indonesia-Azhar yang katanya sudah bisa

    dihuni. Pun asrama yang baru saja diresmi-

    kan oleh SBY itu ternyata tidak dapat dihuni

    pada tahun ini, mengapa demikian ?

    Di edisi ini juga, kami mampu mengupas

    birokrasi mahasiswa baru yang setiap ta-hunnya permasalahannya selalu berubah-

    ubah. Kemudian kami juga melirik nasib 85

    Camaba yang ijazahnya tersendat alias tidak

    muadalah, apa sih kendalanya?

    Kami juga memberi sekelumit tulisan

    pada rubrik kolom, terkait polemik yang

    tengah terjadi antara Masisir-Atdikbud.

    Dan akhirnya kami ucapkan terimakasih

    kepada semua pihak yang telah membantu

    kami moral maupun materil, hingga kami

    pun masih dapat eksis mewarnai dinamikaMasisir yang tdiak pernah tidur.

    Setiap kritik dan saran akan kami terima

    dengan lapang dada, dan tentunya menjadi

    amunisi bagi kami untuk terus berbuat.

    Selamat membaca! []

    Joyeux Anniversaire

    Express Copy

    Menerima segala jenis

    fotokopi

    Mahatthah Mutsallas,

    Hay `Asyir

    Building 102 Sweesry.

    Hp: 01001726484

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    3/12

    TROB

    OSANEdisiReguler365November2014

    Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSANdan mewakili suara resmi dari TROBOSANterhadap

    suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

    Saya sangat sebeldengan kawan-kawan

    TROBOSAN...

    Sejumlah kru TROBOSAN terkejut

    menerima sambutan hangat dari salah satu

    narasumber yang ditemui di ruang kerjanya.

    Tapi saya care karena kalian mau datanguntuk evaluasi.

    Tiga orang kru TROBOSAN itupun ke-

    cele. Tidak lain karena pertemuan dengan

    sang narasumber yang rencananya

    digunakan untuk wawancara ternyata di-

    tolak. Bukan karena apa, nampaknya ada

    ketidakpuasan narasumber setelah mem-

    baca berita yang telah kami sajikan pada

    edisi lalu.

    Faktanya, momen wawancara itu di-

    manfaatkan narasumber untuk memberi

    masukan kepada segenap kru. Beberapa

    konten berita yang dianggap menyudutkan

    pihaknya diprotes dan dikritisi. Baik dari

    segi konten maupun sudut pandang (angle)

    yang kami gunakan. Tentu kami kecewa ka-

    rena agenda wawancara tersebut batal

    meskipun pada akhirnya beliau bersedia

    menjawab wawancara lewat email. Dan

    siapa sangka, kedatangan kami mendapat

    sambutan seperti itu.

    Mengkritisi konten berita yang telah

    kami sajikan tentu sah-sah saja. Tetapi jika

    sudut pandang (angle) pun didikte, di mana

    lagi daya kreatif jurnalis ditampung? Ya,

    pembicaraan dan masukan yang beliau sam-

    paikan pada saat itu memang tidak kami

    rekam. Akan tetapi Tuhan melihat, dan ma-

    laikat pasti merekamnya.

    Merupakan suatu hal yang wajar, ter-

    dapat pihak yang tidak puas dengan pember-

    itaan suatu media. Bukan hanya sekali dua

    kali terdapat pihak yang merasa terpojokkan

    dengan apa yang telah kami sajikan.

    Anehnya, tidak jarang terdapat pihak yang

    pada akhirnya memilih untuk diam saat

    dihadapkan dengan data yang kami peroleh,

    ataupun saat diminta untuk mengklariikasi

    atas berita yang kami paparkan melalui jalur

    resmi, sesuai kode etik jurnalistik.

    Semua tahu bahwa jurnalis adalah manu-

    sia yang tidak Maha Mengetahui. Keterbata-

    san informasi pun tidak jarang menjadi tan-

    tangan dan kendala yang sulit ditembus.

    Mulai dari narasumber yang kurang terbuka

    saat diwawancarai, respon lambat narasum-ber yang berbenturan dengan deadline, sam-

    pai mereka yang kucing-kucingan ketika

    dihubungi. Dengan keterbatasan semacam

    itu, tidak jarang membuat berita yang

    disajikan seolah memicu itnah dan adu

    domba. Padahal check and balance sudah

    semaksimal mungkin dilakukan.

    Sebenarnya bukan hal yang wajar, bilasuatu berita yang mengandung kritik dan

    masukan serta berdasar pada data yang valid

    dianggap sebagai parasit; pemicu itnah dan

    adu domba. Hal yang demikian tidak didapat

    kecuali dalam suatu masyarakat yang diatur

    oleh sistem yang diktator. Hal tersebut ten-

    tunya bertolak belakang dengan nilai yang

    dianut oleh sistem dan Undang-Undang di

    negara kita. Hal ini sebagaimana yang ter-

    maktub dalam pasal 28 UUD 45, di mana

    kebebasan berpendapat mendapat jaminan.

    Jujur saja, akhir-akhir ini terjadi ketegan-

    gan antara beberapa aktiis Masisir dengan

    pihak KBRI yang terekam oleh media sosial.

    Beberapa waktu yang lalu KBRI atau lebih

    tepatnya Atase Pendidikan Cairo dibully

    beberapa Masisir di facebook. Beberapa

    komentar dan kritik tajam dilontarkan

    secara langsung melalui foto, caption yang

    beraroma dagelan dan tidak tanggung-

    tanggung, dengan mengetag akun pribadi

    yang bersangkutan.

    Memang sudah seharusnya kita ber-pegang pada asas praduga tak bersalah

    kalau boleh disebut juga husnudzon ter-

    hadap para pejabat yang menaungi seluruh

    warga Indonesia di Mesir ini. Beberapa pen-

    capaian mereka juga selayaknya diapresiasi,

    seperti bantuan asrama dari Indonesia untuk

    al-Azhar yang pada akhirnya dapat diresmi-

    kan oleh Mantan Presiden SBY di Jakarta

    (lihat TROBOSAN edisi 364).

    Akan tetapi, tindakan beberapa akun

    Masisir yang menyampaikan kritik dan ma-

    sukan secara terang-terangan di media so-

    sial, apakah hal itu dapat dibenarkan?

    Apakah sesuai dengan etika dan sopan san-

    tun selaku mahasiswa Al-Azhar yang tengah

    menuntut ilmu dien? Jangan-jangan hal itu

    terjadi lantaran jalur birokrasi yang ada,

    dirasa melempem dan tidak dapat menjem-

    batani berbagai aspirasi publik. Ataukah

    selama ini tidak ada respon yang solutif dari

    pihak-pihak yang dituju?

    Menanggapi fenomena yang tengah ter-

    jadi, lalu mengaitkannya dengan eksistensidan fungsi sebuah media, sebenarnya ada hal

    penting terkait etika jurnalistik yang banyak

    dilupakan oleh Masisir dan beberapa pejabat

    yang menaunginya. Ini terkait hak jawab dan

    hak koreksi. Hak Jawab adalah hak bagi

    seseorang atau sekelompok orang untuk

    memberikan tanggapan atau sanggahan ter-

    hadap pemberitaan berupa fakta yang meru-gikan nama baiknya. Adapun Hak Koreksi

    adalah hak bagi setiap orang untuk mengore-

    ksi atau membetulkan kekeliruan informasi

    yang diberitakan oleh media, baik tentang

    dirinya maupun tentang orang lain. Dua hak

    ini yang sangat jarang dimanfaatkan di

    komunitas Masisir saat ini.

    Padahal, kalau memang terdapat kesala-

    han atau hal-hal yang ingin diluruskan dari

    suatu berita atau opini, pihak yang

    dikecewakan tidak seharusnya main hakim

    sendiri. Klariikasi alias tabayun dapat dil-

    akukan dengan cara yang sopan dan sesuai

    aturan. Dengan memanfaatkan Hak Jawab

    dan Hak Koreksi, setiap pihak baik yang

    merasa dirugikan atau merasa tidak puas

    dengan pemberitaan media dapat mela-

    yangkan koreksi pada media yang ber-

    sangkutan. Selanjutnya media harus memuat

    dan menanggapi koreksi tersebut.

    Media sosial memang lebih cepat, murah

    dan mudah untuk menyampaikan aspirasi.

    Akan tetapi apa yang disampaikan melaluimedia sosial baik itu berupa kritik, tangga-

    pan, opini, dll hanya dapat dipertanggung-

    jawabkan dan direspon secara personal. Pun

    konten yang disampaikan cepat sekali ber-

    ganti dan tertumpuk oleh postingan-

    postingan baru. Ini tentu berbeda dengan

    media jika ditilik berdasarkan fungsinya;

    dapat menjembatani komunikasi secara mas-

    sal. Di sinilah seharusnya media dapat men-

    jalankan fungsi dan perannya, sebagai wadah

    untuk menjembatani komunikasi berbagai

    pihak. Karena hal itu pula TROBOSAN men-

    gusung tiga hal; Informasi, Opini dan Komu-

    nikasi.

    Dengan hal ini semoga ke depannya

    kesadaran Masisir dan berbagai pihak yang

    menyangkut Masisir akan media, dapat

    lebih dioptimalkan. Kami pun berharap ke-

    jadian penghakiman seperti yang dialami

    kru TROBOSAN di atas tidak terulang di

    kemudian hari.

    []

    Media di antara Pejabat dan Mahasiswa; Sebuah Jembatan Solutif

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    4/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    365-N

    ovember2014

    Minat para pelajar Indonesia dalam

    menuntut ilmu di al-Azhar setiap tahunnya

    tidak pernah surut, ditandai dengan ban-

    yaknya kedatangan pelajar Indonesia setiap

    tahun. Akan tetapi proses pendaftaran danpemberangkatan para calon mahasiswa

    baru itu selalu mendapat masalah yang

    berbeda tiap tahunnya. Salah satu sebabnya

    karena kebijakan al-Azhar dan sejumlah

    pihak yang selalu berubah-ubah. Tak

    terkecuali pada tahun ajaran 2014-2015 ini.

    Peran KPP MABA

    8 Agustus 2014, Komite Pelaksana Pen-

    daftaran Mahasiswa Baru (KPP MABA)

    resmi terbentuk kembali di bawah naungan

    IAAI dengan anggota berjumlah 8 orang,

    setelah sempat terjadi penga-

    lihan tugas ke dalam tubuh

    organisasi induk Masisir, PPMI.

    Dalam hal ini, Darul Quthni

    selaku Ketua KPP MABA

    mengatakan bahwa saat kepen-

    gurusan PPMI tahun 2013-

    2014, ia sudah mengajukan

    kepada pihak IAAI berupa lam-

    piran nama untuk menjadi ba-

    gian dari kepengurusan KPP

    MABA, Alhamdulillah pihak

    IAAI menyepakati apa yang

    kami usulkan,(yang-red) ter-

    catat pada tanggal 8 Agustus.

    tuturnya.

    Setelah terbentuknya struktur

    keanggotaan, pihak KPP MABA mulai men-

    gurus pemberkasan dari 437 Camaba. Na-

    mun, keterlambatan dalam pemberkasan

    yang dikirim dari Indonesia ke Mesir men-

    jadi sebuah kendala utama yang dialami

    oleh KPP MABA. Darul beralasan pemicudari keterlambatan itu adalah karena be-

    berapa pihak Depag (Departemen Agama)

    yang mengurusi ijazah sedang berada di

    luar negeri, Pak Mastuki (selaku Pejabat

    Tinggi Depag sedang red) ke Kairo, dan

    pak Bachtiar (selaku Pegawai Depag sedang

    red) ke Maroko, jadi agak sedikit telat,

    (namun red) ada juga Camaba yang telat

    dalam mengirim data dan berkas, dan itu

    termasuk juga dari salah satu pemicu

    keterlambatannya ungkapnya.Seharusnya awal September pember-

    kasan sudah sampai di Mesir, namun 8 Ok-

    tober baru nyampe, yaitu berbarengan

    dengan kedatangan Camaba. tambah Darul.

    Dengan adanya keterlambatan pember-

    kasan tersebut akan berdampak pada

    Camaba yang akan menghadapi ujian ter-

    min pertama, sedang mereka belum ter-

    daftar secara resmi (muqayyad) di Universi-tas al-Azhar. Padahal proses untuk muqay-

    yad di al-Azhar membutuhkan jangka waktu

    yang cukup lama.

    Muhammad Hanif Ilyas selaku anggota

    KPP MABA menuturkan bahwa kemung-

    kinan Camaba kedatangan 2013 dan 2014

    akan terdaftar secara resmi di al-Azhar ku-

    rang lebih satu bulan setelah mendaftar,

    Pastinya, kami kurang tahu kapan mereka

    (Camaba red) muqayyad, namun biasanya

    sih hanya berselang satu bulan, yang berar-

    ti pada bulan Desember. Dan selebihnya

    kami serahkan kepada al-Azhar. Ujarnya.

    Ahmad Fauzi Zahrul Anam, Camaba

    yang datang melalui Mediator IKPM ini ka-

    get dan cukup menyesalkan sistem

    birokrasi pendaftaran masuk ke Universitasal-Azhar yang kian ruwet, seakan kami

    (Camaba red) berada dalam titik ketid-

    akjelasan. Apalagi ujian sebentar lagi,

    muqayyad saja belum. Keluhnya.

    Menurut Camaba asal Jakarta itu, sistem

    pendaftaran fakultas dan jurusan menjadi

    salah satu bagian dari keruwetan,

    Masalahnya, berkali-kali pihak panitia yang

    mengurusi kami selalu melampirkan pemili-

    han fakultas, hal ini terkesan sangat labil.

    Tutur Fauzi.

    Pernyataan di atas dikomentari oleh

    Darul dengan memberikan sebuah jaminan,

    bahwa Camaba dapat memulai masuk

    kuliah dan daurul lughah pada awal Novem-

    ber. Ia juga menjelaskan bahwa tanggungja-

    wab KPP MABA terhadap Camaba

    khususnya kedatangan 2014 adalah hingga

    mereka mendapatkan ishol dari Tansiq,

    setelah mereka dapat ishol, inshaallahakansemakin mudah kedepannya, yaitu pros-

    esnya melakukan tahlil dam dsb, ujarnya.

    Proses pendaftaran pun mulai berlang-

    sung, terlihat pada hari Senin tanggal 27

    Oktober, Camaba mulai tahap pembelian

    madzruf dan mengisi berupa formulir. Se-

    mentara setelah itu berkasnya akan dis-

    erahkan ke kantor Tansiq Azhar. Atase Pen-

    didikan KBRI Kairo Bapak Fahmy Lukman

    ikut berkomentar terkait proses pendafta-

    ran tersebut, Proses pendaftaran sedang

    berlangsung, saat ini KPP

    MABA sudah pada tahap

    permuadalahan ijazah dan

    pembelianmadzruf. Setelah

    itu, berkas mereka akan

    segera diterima panitia

    pendaftaran di al-

    Azhar.ujarnya.

    Ditanya mengenai

    penyebab persoalan

    Camaba yang kini tidak

    dapat melakukan kuliah

    langsung alias harus dauru

    lughah terlebih dahulu,

    Hanif Ilyas mengatakan

    bahwa salah satu pemicu

    persoalan tersebut adalah ka-

    rena pada tahun 2013 semua Camaba yang

    diberangkatan oleh Amrizal Batubara ma-

    suk daurul lughah dan tidak ada sistem

    muqabalah,Akibatnya, pada tahun ini juga

    Camaba masuk daurul lughah, dan pihak

    daurul lughah sendiri sudah mengarahkanbagi Camaba Indonesia, jika kemampuan

    bahasa Arabnya kurang dari standar, maka

    mau tidak mau harus masuk kursus bahasa

    (daurul lughah). Ujar mahasiswa asal Jogja

    ini.

    Hal senada diutarakan Bapak Fahmy

    Lukman yang bersedia diwawancarai Tro-

    bosan melalui email, dauru lughah adalah

    kebijakan al-Majlis al-ala lil Azhar. Mulai

    beberapa tahun lalu, lembaga tertinggi al-

    Azhar ini mewajibkan agar semua pelajarasing yang ingin kuliah di al-Azhar, harus

    mengikuti tes kemampuan bahasa Arab.

    Jika kemampuan bahasa Arabnya sangat

    bagus, maka dia akan bisa langsung kuliah

    Menyoal Keruwetan Birokrasi Mahasiswa Baru

    KPP MABA tengah mengurus pemberkasan Calon Mahasiswa Baru kedatngan 2014

    Doc: www.facebookKPP-MaBa al Azhar mesir.com

    http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    5/12

    TROB

    OSANEdisiReguler365November2014

    ke S-1 al-Azhar, jika di bawah itu, maka

    yang bersangkutan harus ikut kursus dulu.

    Hal ini diperlukan, agar calon mahasiswa al-

    Azhar memiliki kemampuan bahasa Arab

    yang memadai sesuai kebutuhan saat ia

    studi S-1 di al-Azhar. Tuturnya

    Melalui akun emailnya, dengan singkatFahmy Lukman berpesan kepada Camaba,

    Jangan khianati diri dan orangtuamu

    dengan berleha-leha di Mesir ini. Raihlah

    cita-citamu dengan tepat waktu. Hindari

    aktivitas-aktivitas yang akan menga-

    lihkanmu dari tujuan utamamu di al-

    Azhar.pesannya.

    Mediator dan Penempatan maha-

    siswa baru

    Tugas Mediator pada tahun ini, sis-

    temnya cukup berbeda dengan tahun-

    tahunsebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya

    Mediator menyediakan fasilitas berupa alat

    keperluan seperti selimut, uang pangkal

    PPMI, uang tamin rumah dan tinggal sela-

    ma sebulan dan keperluan lainnya yang

    termasuk dalam anggaran administrasi

    Mediator. Namun pada tahun ini, Mediator

    hanya menganggarkan uang tamin rumah

    dan tinggal selama sebulan, biaya pember-

    angkatan, visa dan tiket pesawat. Tidak

    termasuk di dalamnya biaya yang lain sep-

    erti uang pangkal PPMI, WIHDAH, PMIK dan

    selimut.

    Namun ada hal yang sama dengan tahun

    -tahun sebelumnya, tidak ada keseragaman

    biaya keberangkatan mahasiswa baru anta-

    ra Mediator satu dengan yang lain. Untuk

    pemberangkatan melalui Mediator IAAI

    misalnya, para Camaba diharuskan mem-

    bayar 4,8 juta Rupiah untuk pemberkasan

    dan 7,5 juta Rupiah untuk biaya tiket pe-

    sawat, semuanya dijumlahkan menjadi 12,3

    juta Rupiah. Hal ini berbeda dengan Media-

    tor Mumtaza, meski untuk biaya pember-

    kasan diurus oleh IAAI (4,8 juta Rupiah),

    namun untuk biaya tiket pesawat dan lain-

    lain berkisar 8,7 juta Rupiah. Ditambah lagi

    dengan biaya kursus dan pelatihan sebelum

    ujian (3 juta Rupiah), semuanya

    dijumlahkan menjadi 16,5 juta Rupiah. Se-

    dangkan Camaba yang melalui Mediator

    IKPM diharuskan membayar 14,5 juta Rupi-

    ah. Sementara Mediator KPLN sebesar 11

    juta Rupiah. Mediator lainnya seperti Rehla-ta dan PAAM Jawa Barat biayanya sebesar

    13,5 juta Rupiah. Sedangkan KSMR sebesar

    14 juta Rupiah.

    Perbedaan biaya antar Mediator ini

    salah satunya karena perbedaan fasilitas

    yang diberikan oleh masing-masing Media-

    tor. Misalnya, terdapat Mediator yang

    menambah fasilitas untuk bimbingan bela-

    jar selama sebulan dan penempatan calon

    mahasiswa baru dan lain-lain.

    Dalam hal ini Darul mengakui bahwadirinya selaku ketua KPP MABA tidak

    menetapkan batas maksimal biaya yang

    dianggarkan Mediator. Ia beralasan sangat

    sulit untuk memutuskan standarisasi biaya

    maksimal. Namun, menurutnya sah saja

    selama biaya tersebut masih dalam batas

    kewajaran, Sebenarnya sulit untuk

    menetapkan batas maksmial biaya, cuman

    kan yang jadi perbedaan di sini adalah fasil-

    itas. Jika Mediator A memberi fasilitas yang

    lebih dan rasional, dan Camaba sendiri me-nyetujui, saya rasa hal ini tdak boleh dil-

    arang, ujarnya. Ia menambahkan, Namun,

    jika saja biayanya tidak rasional misalnya

    20-30 juta Rupiah, tentu hal ini sangat di

    luar batas kewajaran. Lanjut mahasiswa

    asal Aceh itu.

    Berdasarkan UU BPA terkait penguru-

    san calon mahasiswa baru, termaktub pada

    pasal 7 ayat 1 bahwa KPP MABA menen-

    tukan biaya standar yang telah ditetapkan

    oleh Mediator sesuai dengan fasilitas. Hal

    ini tentu tidak sesuai dengan kebijakan

    pihak KPP MABA yang sama sekali tidak

    melakukan standarisasi biaya, kecuali

    dengan acuan masih dalam batas kewaja-

    ran.

    Dalam hal ini Muhajir selaku pimpinan

    BPA PPMI angkat bicara, kepengurusan KPP

    MABA pada tahun ini sangat kondisional

    dalam menentukan biaya. Ia mengamini apa

    yang diutarakan oleh KPP MABA, namun

    lebih dari pada itu, menurutnya jika ada

    Mediator yang menganggarkan biaya di luar

    batas kewajaran akan disangsi, Jika kami

    menerima laporan dari pihak Camaba, maka

    akan kami bentuk badan pengawas untuk

    mengeksekusi laporan itu. Paparnya.

    Masih berkenaan dengan UU pasal 8

    ayat 8, bahwa pihak KPP MABA harus mem-

    buat surat perjanjian tertulis dengan pihak

    Mediator, Mitra Mediator dan Camaba

    sebanyak 5 (lima) rangkap dan

    melaksanakannya. Namun fakta yang ter-

    jadi tidak sepenuhnya terealisasi.Darul mengaku bahwa dirinya tak sem-

    pat membuat surat tersebut, Namun, nanti

    kita akan buat surat tersebut di tengah

    proses pengurusan Camaba, ujarnya.

    Sementara pemegang UU Muhajir men-

    gomentari persoalan itu Sudah jauh-jauh

    hari kami antisipasi untuk segera dibuat-

    kannya surat perjanjian tersebut. Jika be-

    lum dibuatkan, kami tidak segan-segan

    memberi sangsi sesuai ketetapan undang-

    undang.ungkapnya.

    Jumlah Mediator secara keseluruhan

    yang terdaftar secara resmi di KPP MABA

    berjumlah 17 Mediator. Di antaranya;

    Rehlata, Mumtaza, IKPM, IKPDN, Attaqwa,

    PAAM Jawa Barat, KMKM, IKRH, KSMR, Al-

    Risalah, Al-Makki, Faishal, Danil, Al-Rayyah,

    Keif, ISLAH dan KPLN.

    Nasib 85 Ijazah Camaba Iltizam yang

    tidak Muadalah

    Persoalan Camaba tahun kedatangan

    2013 (marhalah Iltizam) hingga kini pema-salahannya belum surut. Terutama pada

    ijazah yang bermasalah. 85 ijazah nyaris

    tersendat di Indonesia selama tiga bulan

    untuk dimuadalahkan dan diurus oleh

    Depag.

    Dari sekian 85 ijazah yang tidak muada-

    lah, terdapat beberapa ijazah yang sudah

    kadaluarsa yaitu tahun 70-an, terdapat juga

    ijazah SMK, dan sebagian ijazah lainnya.

    Hisyam Zainul Musthafa salah satu

    Camaba yang bersangkutan merasa heran

    sekaligus menyayangkan tidak adanya

    transparansi KPP MABA tahun ini dalam

    melampirkan rincian dana, Pasalnya kami

    sudah hampir tiga kali bayar untuk pengu-

    rusan ijazah muadalah, namun kami

    bingung dan heran mengapa KPP tidak ter-

    us terang saja melampirkan rincian biaya

    itu. Pembayaran pertama untuk apa dan

    kedua untuk apa. Jangan asal menagih sa-

    ja.ungkapnya.

    Darul Quthni berk- omentar

    bahwa terkait perinci- an dana

    itu ia mengaku hal itu

    tidak boleh

    dipublish,

    Sebetulnya

    mengapa

    kami selalu

    menagih

    hampir

    ti- ga kali, karena dalam per-

    muadalahan ijazah itu tidak semudah yangkita bayangkan, yang ada kita temui

    birokrasi yang rumit.ujarnya.

    Untuk pembayaran pertama 50 $ dan

    100 Le digunakan untuk kepengurusan

    Lanjut ke hal 9.

    Doc:funny-pictures.picphotos.net

    http://funny-pictures.picphotos.net/sad-crying-face-meme/t.qkme.me*35bi98.jpg/
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    6/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    365-N

    ovember2014

    Kapan Asrama Indonesia-Mesir Siap Huni (?)

    Pada pertengahan tahun 2008, lokakarya

    terkait dukungan peningkatan prestasi

    masisir digelar oleh dubes RI untuk Mesir, AM

    Fachir. Sebuah agenda akbar yang juga

    menghasilkan proyek besar yaitu pem-

    bangunan asrama Indonesia untuk al-Azhar.

    Pembangunan tersebut memiliki tujuan setid-

    aknya dua hal; pertama, sebagai

    balas budi pemerintah Indonesia

    terhadap al-Azhar yang telah men-

    didik putra-putri bangsa dan mem-

    berikan bantuan baik berupa materi

    ataupun fasilitas yang mencapai

    kisaran 23 milyar rupiah setiap

    tahunnya (red: TROBOSAN, edisi

    345, 18 Februari 2012).

    Kedua, berkaitan dengan tema

    lokakarya saat itu, yaitu untuk

    meningkatan kualitas dan prestasi

    masisir. Pembangunan ini merupa-

    kan sebuah konstribusi untuk me-

    mecahkan permasalahan mereka

    (masisir) sebagai kader al-Azhar

    dan membumikan bahasa Arab,

    komentar penasehat al-Azhar Dr. Abdul al-

    Dayen dalam sambutannya pada acara pele-

    takan batu pertama, 15 Februari 2012 silam.

    Proses pembangunan ini bisa dikatakan

    tidak terlalu mulus. Terjadi kekosongan hing-

    ga tiga tahun setelah lokakarya berlalu sam-

    pai peletakan batu pertama sebagai tanda

    proyek pembangunan asrama tersebut akan

    segera dimulai. Hal ini berkaitan dengan ma-

    salah dana yang memang tidak mudah, jumlah

    anggaran awal sebanyak 130 milyar rupiah

    diupayakan KBRI kala itu dengan mela-

    yangkan proposal pada Kemendiknas, Ke-

    menag dan seluruh pemerintah provinsi di

    Indonesia yang memiliki putra-putri yang

    tengah belajar di Mesir. Proses tersebut di-

    akui pihak KBRI kala itu sangat memakan

    waktu, karena butuh hampir satu tahun bagi

    pemprov untuk meng-acc kucuran dana

    mereka. Meskipun demikian hingga pem-

    bangunan asrama ini berakhir, hanya ada satu

    pemprov yang mengucurkan dananya. Dit-

    ambah kala itu Indonesia belum memiliki

    payung badan hukum dana hibah ke luar

    negeri, oleh karena itu dalam prosesnya-pun

    diawasi ketat oleh KPK (Komisi Pemberanta-

    san Korupsi).

    Indonesia resmi hibahkan 4 bangunan

    asrama, masisir layak gembira

    Meski tidak sesuai dengan rencana awal

    proyek pembangunan, asrama Indonesia-al-

    Azhar tersebut telah resmi dihibahkan oleh

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan

    penandatangan sebuah prasasti sebagai sim-

    bol pada 3 Oktober 2014. Peresmian ber-

    tempat di Istana Merdeka dengan dihadiri

    oleh dubes RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi

    beserta delegasi Fungsi Atdikbud Kairo, juga

    disambungkan via teleconference dengan

    perwakilan mahasiswa Indonesia yang berada

    di Mesir.

    Angka awal yang dicanangkan oleh Indo-

    nesia untuk pembangunan asrama tersebut

    adalah 130 milyar rupiah untuk 16 bangunan

    gedung. Sedangkan yang kini diresmikan

    adalah 4 bangunan gedung. Adapun dana

    yang dihabiskan, menurut informasi yang

    kami dapatkan dari Atdik adalah sebesar 19

    milyar rupiah dan 2,9 juta USD. Dengan rinci-

    an masing-masing 14 milyar dari kemenag, 5

    milyar dari pemerintah provinsi Sumatra

    Utara dan 2,9 juta USD dari Presiden Susilo

    Bambang Yudhoyono melalui Keppres yang

    ditandatanganinya.

    Pada sambutannya dalam acara per-

    esmian tersebut, presiden SBY sempat

    menyatakan bahwa asrama yang berkapasitas

    1.200 orang tersebut meskipun statusnya

    hibah yang diperuntukan pemerintah Indone-

    sia kepada al-Azhar, namun dalam pelaksa-

    naanya akan diberlakukan hunian acak

    dengan pembagian sebanyak 50% untuk ma-

    hasiswa Indonesia, 25% untuk mahasiswa

    Mesir dan 25% lainnya untuk mahasiswa

    Negara sahabat. Hal ini tidak terlepas dari

    tujuan awal pembangunan asrama tersebut,

    yaitu mendorong peningkatan kualitas dan

    prestasi masisir. Namun dari hasil wawancara

    tim TROBOSAN dengan Atase Pendidikan

    melalui email, bahwa yang sebenarnya adalah

    50% diperuntukkan untuk mahasiswa Mesir

    dan 50% lainnya untuk masisir. Beliau

    menambahkan bahwasanya telah ada kesepa-

    katan tertullis dengan al-Azhar mengenai

    pembagian hunian tersebut.

    Memang dipandang banyak pihak, bahwa

    dengan menempatkan mahasiswa Indonesia

    dengan mahasiswa asli Mesir dalam satu ling-

    kungan asrama akan menambah kesempatan

    mereka dalam meningkatan kemampuan

    bahasa Arab dan prestasi akademis. Apalagi

    pihak al-Azhar menjanjikan, bahwa mereka

    hanya akan menempatkan

    mahasiswa Mesir yang ber-

    prestasi untuk mendampingi

    masisir yang tinggal di

    asrama tersebut.

    Diharapkan (dari program

    asrama ini), dalam pengem-

    bangan bahasa bisa lebih

    baik karena adanya orang

    asing, ungkap M Diman

    Rasyid, ketum Pwk PII Mesir.

    Adapun terkait kapan

    bangunan itu bisa digunakan,

    Atase Pendidikan, Fahmy

    Lukman M.Hum, menyatakan

    bahwa paling cepat tahun

    depan asrama tersebut baru

    bisa digunakan, sepertinya paling cepat

    penggunaan (asrama) pada 2015, ujarnya.

    Beliau menambahkan bahwa sebetulnya

    KBRI menargetkan penggunaan tersebut lebih

    cepat, namun pada akhirnya sedikit terlambat

    karena masalah pendanaan. Sebetulnya KBRI

    menargetkan agar tahun ini (bulan Septem-

    ber/awal tahun akademik 2014/2015)

    asrama tersebut sudah dapat ditempati, kare-

    na kebutuhan mahasiswa kita akan asrama ini

    sangat mendesak. Tetapi karena proses pen-

    carian dana asrama tersebut sangat lama,

    maka target tersebut tidak tercapai. Apalagi

    pada awal ide asrama ini digulirkan, masih

    banyak oknum mahasiswa yang enggan mem-

    berikan dukungan terhadap pembangunan

    asrama ini. Kalau saat itu upaya pencairan

    dana asrama yang dilakukan KBRI didukung

    secara massif oleh masisir, saya yakin proses

    pencarian dana tersebut bisa lebih mudah dan

    lebih cepat sehingga target tadi harusnya

    sudah tercapai. Alhamdulillah, akhir-akhir ini

    dukungan mahasiswa terhadap pembangunan

    asrama ini sudah sangat luar biasa, sehingga

    KBRI pun lebih termotivasi mencari dana

    tersebut, sambungnya.

    Atdik juga mengaku bahwa masih ada

    beberapa hal yang dalam proses pembicaraan

    dengan pihak al-Azhar, di antaranya adalah

    siapa kalangan masisir yang berhak menem-

    pati asrama tersebut Yang akan mengisi

    (asrama-red), bisa mahasiswa lama bisa juga

    yang baru. Hal ini masih kita bahas dengan al-

    Azhar, ujarnya. Namun yang pasti, ada kes-

    Doc: www.facebook.Atdikbud.com

    Gedung Asrama I Indonesia-Azhar dalam tahap inishing

    Lanjut ke hal 7.

    http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    7/12

    TROB

    OSANEdisiReguler365November2014

    Pasang target! Begitu kiranya selalu saja

    terbesit di mindset para pemuda pemudi.

    Seperti layaknya hukum tak tertulis bagi jiwa-

    jiwa dinamis dan progresif. Tidak heran jikapada masa pergolakan pemikiran serta pen-

    carian jati diri ini, semua yang berjiwa muda

    berlomba-lomba memasang target. Tahun ini

    aku harus menyelesaikan tahidz ku, tahun

    depan aku harus lebih fokus pada studi dan

    akademis, bla bla bla ratusan bahkan ribu-

    an target mulai berotasi.

    Ya, berbicara target tidak terlepas dari

    berbagai cara yang menuntut kerja otak lebih

    keras lagi, menarik tangan untuk lebih pan-

    jang menjulurkan genggaman, mengajak

    langkah kaki untuk melangkah lebih jauh lagi,dan mata yang menatap masa depan lebih

    lama. Memang nampak seperti terlalu banyak

    berkhayal, meski pada realitanya manusia

    mempunyai target dan impian, memba-

    yangkan hal-hal besar di masa yang akan

    datang. Hanya saja apakah khayalan itu logis

    atau tidak, mauulah wa laa laah ?

    Waktu tentu saja terus berputar, roda

    kehidupan juga tidak akan berhenti sebelum

    permukaan bumi disapu oleh tiupan sangka-

    kala illahi. Kehidupan manusia tidak akan

    selinear batang lidi, ribuan belokan sertarintangan yang menghadang di hadapan ber-

    potensi menjadi penghalang pencapaian pun-

    cak dari tujuan. Entah karena terlalu sibuk

    dengan berbagai macam aktivitas yang

    beraneka macam ragamnya atau memang

    mengalami masa-yang sering kita sebut-fu-

    tur.

    Masa di mana seseorang kehilangan asa

    dan semangatnya. Fase ini sangat dominan

    dialami oleh para mahasiswa di tingkat SMA

    dan kuliah, disini lah proses pencapaian tar-

    get mulai terombang-ambing, terkadang ham-

    pir kehilangan arah. Fokus pencapaian mulai

    terbagi, dan saat itulah fase tersulit bagi para

    pemasang target untuk kembali pada posisi

    awal. Tidak sedikit bagi mereka yang tidak

    bisa mengkontrol aktivitas, lalu akhirnya

    hanyut dalam ketidakpastian. Pun pencapaian

    target cenderung stagnan, berhenti dan hanya

    diam di tempat, bahkan akan bertahan dalam

    jangka waktu yang panjang.

    Pada fase tersulit ini beberapa pemasang

    target mampu mengkondisikan dengan baik,

    sehingga bertahan pada posisi stagnan yanghanya sementara, lalu kembali fokus pada

    pencapaian target awal, namun tidak dapat di

    pungkiri banyak dari mereka terbawa angin

    bahkan terseret ombak ujian dan berujung

    pada lupa diri akan sebuah mimpi. Hidupnya

    hanya berjalan mengikuti air mengalir, bagai

    air di daun talas, begitu kira-kira peribaha-

    sanya.

    Problematika terbesarnya adalah terletak

    pada inkonsistensi akibat dari pencapaian

    target yang cencerung stagnan. Target yang

    itu-itu saja, mengarah pada hal yang berujung

    pada disorientasi. Di sini sang

    pemasang target harus

    pintar-pintar men-

    gevaluasi diri, mu-

    hasabah istilah

    lainnya. Dari eval-

    uasi itulah kita

    diharapkan mam-

    pu menyetir diri

    untuk kembali.

    Tidak ada suatu

    masalah pun di duniaini yang tak berujungkan

    solusi. Bahkan-jika ditadabbu-

    ri-, ayat-ayat illahi tak lepas

    dari hakikat itu. Berbicara kesulitan selalu

    ada kemudahan di baliknya. Manusia tak

    pernah luput dari problematika kehidupan,

    karena benturan keras membentuk sosok

    pribadi yang kuat, berprinsip teguh, tidak

    mudah goyah oleh pukulan-pukulan kecil atau

    lemparan batuan kerikil. Semua mampu

    dilewati dan dihadapi dengan seulas senyu-

    man manis di bibir.

    Mencoba dan terus mencoba untuk hal-

    hal baru, tentunya hal ini tidak terlepas dari

    target yang ingin dituju. Amat disayangkan

    jika sang pemasang target berada pada posisi

    stagnan tanpa aksi, meninggalkan aktivitas

    lalu berdiam diri tanpa pergerakan. Jika da-

    lam ilmu kimia di katakan tiada aksi tanpa

    reaksi, maka berlaku pula hukum tersebut

    untuk kehidupan hakiki.

    Kunci terbesar ada pada diri sendiri. Se-

    bagaimana energi terbesar dalam tubuh

    manusia dibentuk oleh molekul-molekul

    kimiawi yang tersebar di seluruh tubuh. Mam-

    pu atau tidaknya sang pemasang target untuk

    menggapai puncak pencapaian garis inish,

    tentu bergantung pada dirinya sendiri. Dan

    semua hanya bermuara pada dua kata MAU

    atau TIDAK, cukup sederhana bukan?

    Bumi yang ditempati manusia bukan

    menjadi ladang untuk beristirahat atau berle-

    ha-leha, karena hidup adalah ladang per-

    juangan. Jika Ibnu Umar berkata beramalah

    untuk duniamu seakan-akan kau hidup untuk

    selamanya, dan beramalah untuk akhiratmuseakan-akan kau mati besok. Kalimat-kalimat

    yang cukup singkat, namun esensinya

    yang begitu kuat merasuk ke dalam

    pikiran. Ya, mental kuat pejuang

    keraslah yang akan dihasilkan

    dari jiwa-jiwa yang tegar dan

    penyabar.

    Beberapa tips bisa dilakukan

    oleh para pemasang target,

    misalnya menuliskan semua

    target yang akan dicapai di atas

    kertas dengan ukuran fontyang agak besar kemudi-

    an menempelkannya di dinding

    kamar, dengan begitu si pemasang

    target akan selalu mengingat pecapaian

    manakah yang sudah diinjak. Juga akan

    senantiasa menjadi alarm pengingat bahwa

    target-target kita selalu melambaikan tan-

    gannya. Cara ini sudah terbukti dan banyak

    dipakai oleh mereka para tokoh-tokoh yang

    sukses.

    Satu poin terpenting lagi yang harus sela-

    lu terpatri pada jiwa-jiwa sang pemasang

    target; jangan pernah bangga dengan apa

    yang kamu punya dan jangan pernah merasa

    puas dengan apa yang kamu dapatkan. Jangan

    pernah berhenti, sampai Tuhan berkata kem-

    bali.

    *Penulis adalah Kru TROBOSAN

    Mengejar Target Masa DepanOleh: Furna Hubbatalillah.*

    Doc: www.clker.com

    empatan bagi sekitar 600 masisir untuk ting-

    gal di asrama tersebut atau setengah darikapasitas keseluruhan yang berjumlah 1.200

    orang.

    Dan dikarenakan asrama tersebut telah

    dihibahkan secara resmi kepada al-Azhar,

    sehingga besar kemungkinan dalam pengel-

    olaanya akan dipegang penuh oleh al-Azhar.

    Hal ini membuat banyak masisir khawatir,

    mengingat sistem administrasi al-Azhar yang

    terkadang terlalu panjang dan melelahkan.

    Untuk itu Atdik menegaskan bahwa pihaknya

    akan membicarakan hal tersebut dengan al-

    Azhar, agar saat pendaftaran calon penghuniasrama, ada pendamping dari KBRI dan PPMI.

    (Iis, Rifai)

    Lanjutan dari hal 6.

    http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    8/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    365-N

    ovember2014

    Keberadaan Atase Pendidikan (Atdik) di

    Kairo sejatinya sangat strategis, karena

    sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri,

    Masisir memerlukan sebuah lembaga negara

    yang memiliki wewenang dan kapasitas untuk

    menangani permasalahan-permasalahan

    komunitas mahasiswa yang besar ini,

    sekaligus memfasilitasi hal-hal yang

    berkenaan dengan kepentingan akademis.

    Tapi tentu saja, dalam tataran praktik

    selalu ada ganjalan-ganjalan yang

    menghalangi Atdik dan Masisir dalam

    merealisasikan tujuan bersama mereka:

    masyarakat Indonesia di Kairo yang akademis,

    di mana membaca dan menulis menjadi

    kebutuhan dasar, di mana ilmu ditempatkan

    di tempat yang paling tinggi. Ganjalan-

    ganjalan tersebut haruslah kita cari solusinya,

    karena selama tujuan keduanya bertemu,

    maka seharusnya tidak ada masalah yang

    tidak bisa kita bicarakan.

    Lalu apa sebenarnya masalah-masalah

    yang saat ini tengah memanaskan hubungan

    keduanya? Agar adil, kita harus berusaha

    melihatnya dari dua sudut pandang. Mari kita

    mulai dari yang paling mudah: sudut pandang

    kita mahasiswa. Apakah sebenarnya kesilapan

    -kesilapan yang boleh jadi telah dilakukan

    oleh Atdik kita, dalam hal ini Bapak Dr. Fahmy

    Lukman?

    Pertama sekali, Atdik terkesan kurang

    membangun kerjasama yang strategis dengan

    al-Azhar. Lobi Atdik yang kurang kuat di al-

    Azhar menyebabkan (mahasiswa) Indonesia

    kesulitan bila berurusan dengan birokrasi al-

    Azhar. Tentu saja, birokrasi di al-Azhar

    (sebagaimana instansi-instansi lain di Mesir

    pada umumnya) memang sulit, namun

    setidaknya harus ada usaha serius ke arah

    sana. Logikanya, bila dilobi saja masih sulit,apalagi tidak dilobi. Dan dalam pandangan

    penulis, akan sulit melakukan lobi bila

    sekedar mengenal rektor al-Azhar pun tidak.

    Dan barangkali perlu kita ketengahkan di

    sini, bahwa kawan-kawan Malaysia

    mendapatkan pelayanan yang begitu

    istimewa, dalam bentuk berdirinya Fakultas

    Ulum Islamiyyah, di mana dosen-dosen

    kawakan yang hanya berbicara dengan fusha

    mengajar. Itu tidak lain dan tidak bukan,

    merupakan bukti bahwa diplomasi dengan

    pihak kampus bukanlah suatu hal yang

    mustahil.

    Masih dalam konteks yang sama, menjadi

    sebuah tanda tanya besar, kenapa Atdik yang

    terkesan kurang antusias ketika berdiplomasi

    dengan al-Azhar, justru begitu bersemangat

    membangun kerjasama dengan Universitas

    Canal Suez? Tanda tanya, karena hanya

    segelintir WNI yang belajar di sana, ditambah

    lagi bila sudah mulai menyoal perbandingan

    pengaruh antara Canal dan al-Azhar, yang -

    kalau boleh penulis

    ibaratkan-bagaikan

    bumi dan langit.

    Tentu penulis

    tidak menuntut agar

    kerjasama itu

    dihentikan, namun

    yang ingin penulis

    sampaikan adalah

    bahwa ada empat ribu

    sekian mahasiswa

    Indonesia yang terdaftar di

    al-Azhar, dan hanya segelintir di

    Canal. Maka, manakah yang lebih layak untuk

    dijadikan prioritas perhatian?

    Permasalahan kedua, Atdik terkesan

    kurang begitu perhatian terhadap kegiatan-

    kegiatan akademis yang diselenggarakan oleh

    mahasiswa. Terutama bila sudah berbicara

    soal pendanaan. Yang paling diingat tentu saja

    ketika kawan-kawan Fosgama mengajukan

    pendanaan untuk buku kompilasi makalahtentang aliran-aliran pemikiran Islam, di

    mana permohonan tersebut ditolak lantaran

    buku itu mencantumkan pembahasan tentang

    Ahmadiyah. Menurut Bapak Fahmy, Ahmadi-

    yah tidak boleh dicantumkan, karena ia bukan

    bagian dari Islam. Ini tentu tidak

    proporsional, karena hasil kajian ilmiah hanya

    boleh digugurkan oleh kajian yang juga ilmiah,

    bukan yang berdasarkan sentimen-sentimen

    non-ilmiah belaka.

    Permasalahan ketiga, statetmen-

    statetmen Atdik yang terkesan memojokkanintelektualitas Masisir, di mana beliau

    menyebut bahwa kelompok kajian tertentu

    kualitasnya belum sesuai harapan. Di kali lain,

    beliaulagi-lagimenolak mendanai Jurnal

    Ilmiah mahasiswa yang kalau boleh saya

    sebut-- paling bergengsi di Masisir: Jurnal

    Himmah, alasannya sama: kualitas.

    Taruhlah bahwa kajian-kajian dan jurnal-

    jurnal di Masisir kualitasnya belum bisa

    dibanggakan (yang mana penulis pandang

    sebagai asumsi yang terburu-buru), secara

    logis, manakah yang lebih proporsional:

    melakukan usaha-usaha peningkatan kualitas,

    ataukah membiarkan kualitas mereka begitu-

    begitu saja, sambil menghentikan pendanaan?

    Yang semakin membuat Masisir bertanya-

    tanya, ketika untuk agenda-agenda yang

    sudah jelas visi akademisnya dana begitu

    seret keluar, kenapa dana justru mengalir

    deras untuk acara semacam Yalla Indonesia?

    Keempat, Bapak Atdik yang notabene

    belum sempat mencicipi dunia

    kemahasiswaan di Masisir,

    harusnya tidak segan untuk

    mempelajari tradisi di

    Masisir. Karena bila tidak, ini

    bisa berimbas fatal, misalnya

    penolakan Atdik untuk mendanai

    acara Orientasi Mahasiswa

    Baru 2014, alasannya:

    terlalu panjang. Harus diakui,

    lima hari memang secara

    kasat mata merupakan durasi

    yang sangat panjang untuk sebuah acara

    orientasi. Namun, bila kita mau lebih teliti, ini

    adalah jalan tengah yang diambil oleh PPMI

    dan seluruh organisasi yang dianunginya

    untuk meminimalisir durasi. Karena setiap

    sudah jadi tradisi tiap organisasi untuk

    menyelenggarakan orientasi. Maka, apabila

    PPMI selaku induk tidak mengambil langkah

    menyerentakkan orientasi-orientasi tersebut,

    maka yang terjadi justru disorientasi; acara

    ORMABA 2 hari di PPMI, 2 hari dikekeluargaan, 2 hari di sana, 2 hari lagi entah

    di mana. Dus, hidup Maba seolah beralih dari

    satu acara orientasi ke acara orientasi yang

    lain, padahal yang dibicarakan kurang lebih

    sama. Kapan mulai ke kuliah? Wallahu alam.

    Sekarang, penulis akan berusaha melihat

    dari sudut pandang Atdik. Boleh jadi Bapak

    Fahmy sedang kecewa melihat tingkah

    sebagian (tidak semua) kawan-kawan Masisir

    yang begitu semangat ketika berhura-hura,

    namun begitu malas bila diajak belajar.

    Harus diakui, Masisir masih terlalu seringmembuang tenaga, dana dan pikirannya untuk

    acara-acara yang layak dipertanyakan

    manfaatnya, semisal even-even olahraga yang

    terlalu sering, panggung-panggung seni, pesta

    -pesta peringatan dan lain sebagainya. Di sini,

    Masisir harus berintrospeksi.

    Selanjutnya, agar gesekan-gesekan antara

    Atdik dan Masisir di masa depan bisa

    dihindari, perlu diadakan dialog-dialog yang

    sehat, dalam bahasa yang santun dan akrab.

    Semoga Bapak Atdik diberi kesabaran

    dalam menerima kritik yang tak selalu manis,

    semoga Masisir semakin bergairah dalam

    meningkatkan kualitas intelektualnya. Sekian.

    *Penulis adalah Ketua FBA 2012-2013

    Yang Masisir Harapkan dari AtdikOleh: Romal Mujaddedi Ahda, Lc.*

    Doc:ww

    w.faceb

    ook.Atd

    ikbud.com

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    9/12

    TROB

    OSANEdisiReguler365November2014

    PPMI menggelar Orientasi Mahasiswa

    Baru (ORMABA) selama 5 hari. Dimulai

    dari 26-30 Oktober 2014. Rentetan acara ini

    mengusung tema 5 Hari Tentukan Langkah

    Pasti, Menjadi Duta Negri, Berpola Pikir

    Azhari.

    Pada hari pertama, Ahad (26/10) pem-

    bukaan ORMABA bertempat di Qoah syekh

    Abdul Halim. Dengan agenda pembukaan

    acara, dialog dengan pihak Al-Azhar serta

    pengenalan senat Masisir.

    Selanjutnya Senin (27/10) panitia

    menggelar ORMABA di auditorium

    Solah Kamil. Di hari ini Maba diberi

    materi seputar ke-Mesir-an, ke-

    Azharan dan ke-masisir-an. Juga di-

    adakan pembentukan nama dan pen-

    gurus marhalah yang dibimbing pani-

    tia. Setelah dilakukan voting, ter-

    pilihlah nama marhalah Al-Imtiyaz

    yang dinahkodai Muhammad Fatih Al

    -Haq asal Gorontalo.

    Selasa (28/10) setiap kekeluargaan

    diberi kesempatan untuk mengadakan ori-

    entasi bagi masing-masing anggotanya

    secara serempak. Kesempatan yang sama

    diberikan pada setiap almamater di hari

    berikutnya (29/10). Barulah di hari tera-

    khir, Kamis (30/10) Maba diajak berkeliling

    tempat-tempat bersejarah di Kairo.

    Fakhry Emil Habib selaku ketua panitia

    menuturkan bahwa, ORMABA bertujuan

    untuk membentuk orientasi mahasiswa

    baru secara tepat, yang sesuai harapan

    orang tua mereka yaitu untuk menjadi ula-

    ma.

    Alhamdulillah tahun ini kami bisa

    membuka hubungan lebih dekat dengan

    Azhar, bahkan hari pertama kita adakan di

    kampus (banin-red). Kami pribadi tidak

    merasa memaksa mahasiswa untuk con-

    dong talaqi, tapi kami ingin mahasiswa sa-

    dar kewajiban mereka di sini adalah bela-

    jarTambahnya.

    Mufathirul Hamidiyah, peserta ORMABA

    asal Sidoarjo ini menuturkan, Ormaba ini

    berkesan bagi saya pribadi. Banyak pelaja-

    ran dan acuan untuk melangkah ke depan.

    Namun di balik itu ada rasa kecewa terkait

    adanya keterlambatan waktu (pelaksanaan

    kegiatan-red). (Khudlori)

    PPMI Menggelar ORMABA 2014

    Gebyar HUT GAMAJATIM ke-16

    Jumat (31/10), puncak dari rentetan

    acara ulang tahun Gamajatim yang ke-16

    resmi dilangsungkan di kediaman Keluarga

    Paguyuban Masyarakat Jawa Barat

    ( KPMJB ). Acara yang diisi dengan beberapa

    rentetan kegiatan out door dan

    indoor sudah menjadi program

    kerja Gamajatim tiap menyam-

    but ulang tahunnya.

    Acara yang diselenggarakan

    bakda Maghrib ini dihadiri

    sejumlah tamu kehormatan:

    ketua PPMI, DK Gamajatim,

    serta Direktur Indomie mesir.

    Rentetan acara demi acara

    berlangsung dengan lancar. Mulai dari pen-

    ampilan edcoustic, stand up comedy, dan

    diakhiri dengan dangdut, khas budaya

    masyarakat Gamajatim.

    Sayangnya, Abdul Aziz selaku ketua

    pelaksana HUT Gamajatim ke-16 mengaku

    bahwa acara kali ini tidak berlangsung se-

    meriah tahun-tahun sebelumnya. Hal itu

    terjadi lantaran beberapa faktor, di an-

    taranya adalah kurangnya persiapan karena

    minimnya anggota kepanitiaan dan banyak

    bertabrakan dengan kegiatan-kegiatan di

    ailiasi lain, Sampaikan maaf saya, mohon

    maaf belum bisa memberikan yang ter-

    baik.ujarnya. (Furna)

    penyetaraan ijazah. Saat ijazahnya sudah

    kelar, setiap orang diharuskan membayar 82

    $ dan 30 Le, adapun yang 82 $ ini resmi un-

    tuk dimasukkan ke Kemenag. Namun, pada

    dasarnya kepengurusan penyetaraan ijazah

    aslinya 4 juta Rupiah, dan ini merupakan

    diskon untuk mereka. Dan ini kali terakhir

    Depag mengeluarkan penyetaraan ijazah

    bagi (pelajar red) yang ke luar negeri da-

    lam artian terjun bebas,lanjut Darul.

    Hal senada yang diungkapkan oleh Mu-

    hajir bahwa dalam mengurus ijazah me-

    mang rumit, Perlu dikembalikan ke Indone-

    sia. Di Indonesianya pun tidak hanya ke satu

    tempat,namun ke beberapa tempat dan ba-

    dan untuk ditandatangani, tentu semuanya

    tidak lepas dari yang namanya bayar alias

    tidak gratis. Ujarnya.

    Labih lanjutnya lagi, dalam permuadala-

    han ijazah juga perlu ditandatangani oleh

    beberapa kementrian; Kemenlu, Kemenag,

    dan Kemenhukham (Kementrian Hukum

    dan HAM). Setelah ditandatangani barulah

    dapat dilegalisir oleh KBRI Kairo.

    Darul menambahkan Pada dasarnya

    tanggungjawab pengurusan camaba iltizam

    bukan tugas KPP MABA, namun ini adalah

    tugas PPMI tahun kemarin. Akan tetapi kami

    akan menyelesaikan semua kendala dan

    permalahan Camaba Iltizam sampai tuntas.

    tuturnya.

    Pengurusan Camaba memang selalu

    memiliki permasalahan yang berbeda-beda

    tiap tahunnya. Namun bukan suatu hal yang

    wajar jika setiap tahunnya Camaba lagi dan

    lagi menjadi korban ketidak jelasan dalam

    setiap proses pendaftaran masuk ke al-

    Azhar. Tentunya kita berharap permasala-

    han yang terjadi tiap tahun dapat menjadi

    pembelajaran bagi seluruh pihak yang terli-

    bat. Bukan menjadi permasalahan yang

    dibudidayakan.

    (Malik, Ikmal)

    Doc: www.facebookPPMI.com

    Doc: www.facebook.gamajatim.com

    Lanjutan dari hal 5.

    https://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaq
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    10/12

  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    11/12

    TROB

    OSANEdisiReguler365November2014

    Beberapa hari belakangan ini, para

    mahasiswa baru dan wajah baru yang khas

    mulai mewarnai kehidupan masisir. Bebera-

    pa terlihat kebingungan di dalam bus, men-

    cari jalan pulang di pinggiran jalan, juga ada

    yang mencoba bertanya atau sekedar

    menyapa masyarakat pribumi dengan baha-

    sa yang masih terbata. Tak lepas peran para

    senior bermain di sini. Mereka yang awalnya

    malas dan bingung bercakap tiba-tiba lancar

    dan cakap berbahasa amiyahdemi mengajar-

    kan sang adik. Mereka yang dahulu kesehari-

    annya hanya diam di kamar dan jarang

    kuliah tiba-tiba aktif mengantar-jemput

    sekaligus sekali-kali menjelaskan beberapa

    tempat di Kairo untuk adik-

    adik.

    Namun di balik semua ini, ada yang

    terkadang dilupakan. Bahwa setiap gerak-

    gerik, kata yang terucap, bahkan terkadang

    cara berpakaian adalah sorotan utama dan

    nantinya akan menjadi teladan bagi para

    mahasiswa baru. Siapa yang tahu? Bahwa

    apa yang mereka tangkap di awal kedatan-

    gan, akan menjadi patokan yang sedikit ban-

    yak akan membentuk kepribadian mereka di

    kehidupan selanjutnya. Maka sudah menjadi

    kewajiban bagi kita, mahasiswa yang lebih

    lama tinggal di sini untuk senantiasa mem-

    beri contoh yang baik bagi mereka. Tidak

    hanya prestise di mata mereka, tapi prestasi

    juga layak kita berikan. Agar jiwa-jiwa yang

    tumbuh nantinya, adalah jiwa-jiwa yang haus

    akan persaingan. Persaingan dalam aspek

    ilmu, kebaikan sosial dan yang terpenting

    adalah persaingan dalam kesalihan amal.

    Sebagaimana yang telah kita ketahui

    bersama, perguruan tinggi adalah sebuah

    institusi yang tidak sekedar untuk kuliah,

    mencatat pelajaran, pulang dan tidur. Tapiharus dipahami bahwa perguruan tinggi

    adalah tempat untuk penggemblengan maha-

    siswa dalam melakukan kontempelasi dan

    penggambaran intelektual agar mempunyai

    idealisme dan komitmen perjuangan

    sekaligus tuntutan perubahan.

    Tidak bisa dianggap sepenuhnya

    benar jika ada beberapa pendapat yang ter-

    lontar bahwa kuliah adalah masa untuk bela-

    jar, belajar dan belajar. Tanpa ia

    mengindahkan arti dari organisasi yang

    mengedepankan etika dalam bersosialisasi.Benar jika dikatakan ada beberapa contoh

    mahasiswa yang malah terbengkalai di dunia

    kuliah karena terlalu sibuk berorganisasi.

    Tapi tidak pula dapat kita pungkiri, bahwa

    lebih banyak lagi dari mereka yang aktif

    berorganisasi namun justru kegiatan-

    kegiatan itulah yang mengantar mereka

    kepada prestasi-prestasi gemilang di

    kemudian hari.

    Kembali pada mahasiswa baru,

    mengenalkan mereka pada serba-serbi ke-

    hidupan masisir adalah juga bagian dari

    kewajiban kita. Sebagai maha-

    siswa Al-Azhar pastinya

    kita telah mempelajari

    mana yang baik atau

    buruk, mana yang

    bermanfaat atau sia-

    sia, mana yang mem-

    bawa kebaikan atau

    keburukan. Dis-inilah kita semua -

    sebagai senior- ber-

    peran. Salah satu

    langkah dalam

    membimbing mereka, ber-

    tahun dosa akan menjadi

    tanggungan kita.

    Contoh kecil dari

    banyaknya warna-warni

    masisir yang penulis rasa bisa kita sorot

    adalah ajang seni masisir. Beberapa waktu

    lalu ajang seni masisir yang lumayan terke-

    nal telah terlaksana dengan berbagai hi-

    buran yang disuguhkan. Di dalam beberapa

    penampilan, salah satunya adalah penampi-

    lan dari alunan merdu suara perempuan

    yang dinikmati oleh puluhan bahkan ratusan

    pasang mata dan telinga lawan jenisnya.

    Terkadang sedikit lenggak-lenggok tubuhnya

    terlihat mengiringi suara indah mendayunya.

    Lalu bagaimana seorang Azhari harus menyi-

    kapi situasi seperti ini? Di satu sisi ajang seni

    memang dibutuhkan untuk menampungbakat seni yang dimiliki oleh masisir. Na-

    mun di sisi lain, bukankah suatu aib bagi

    wanita yang telah mengerti hukum-hukum

    dan aturan Islam untuk menampilkan suara

    merdunya di depan khalayak ramai? Apalagi

    jika di antara penontonnya terdapat banyak

    lawan jenisnya, para laki-laki. Bahkan Al-

    Quran dengan sangat gamblang menjelaskan

    dalam surat (Al-Ahzab: 32)

    Wahai istri-istri Nabi, kamu sekalian

    tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu

    bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk

    dalam berbicara sehingga berkeinginanlah

    orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan

    ucapkanlah perkataan yang baik.

    Dalam ayat ini Allah menyampaikan

    dengan jelas bahwasannya, bahkan dalam

    berbicara pun perempuan tidak diper-

    bolehkan untuk mendayukan suara. Aturan

    ini semata-mata kembali untuk penghorma-

    tan dan tingginya martabat perempuan da-

    lam lingkup Islam. Agar ia terjaga, dan lawan

    jenis yang mendengarnya pun tidak jatuh

    pada kubangan khilaf dan dosa.

    Dilihat dari momen ini, tentu

    kita harus hati-hati dalam mem-

    perkenalkan berbagai kegiatan

    yang ada di masisir. Contoh

    kegiatan positif di kalangan

    masisir pun tak terhitung

    jumlahnya, mulai dari talaqqi di ru-waq-ruwaq Azhar, tahidz, tahsin,

    kajian-kajian dan sebagainya. Salah satu

    contoh kegiatan yang baru saja dilaksanakan

    pada tanggal 25 Oktober 2014 kemarin ada-

    lah Kopi Darat One Day One Juz (ODOJ) yang

    diisi dengan berbagai rangkaian acara. Di

    antaranya, taushiyah yang disampaikan oleh

    Ust.Aep Saepulloh MA. Di dalamnya dijelas-

    kan, betapa pentingnya kita hidup dengan

    konsistensi dalam berinteraksi dengan al-

    quran. Ust. Aep sebagai mana biasanya

    telah menyihir seluruh hadirin yang datang

    dengan intonasi penyampaian yang khas dan

    berbagai dalil yang akurat tentang betapa

    ajaibnya hidup di bawah naungan ayat-ayat

    al-quran. Tidak lepas dari topik utama, be-

    berapa mahasiswa baru terlihat memenuhi

    Pasangrahan Jawa Barat pada acara ini. Mes-

    ki terbilang cukup baru, komunitas yang

    berkomitmen menyelesaikan tilawah satu

    hari satu juz ini penulis kira patut diacungi

    jempol.

    Dan di akhirnya, harapan kita semuabertemu di pintu doa yang satu. Semoga para

    senior, termasuk PPMI & WIHDAH yang se-

    dang melaksanakan ORMABA kali ini bisa

    memberi sebaik-baik teladan yang akan

    menjadi awal bangkitnya masisir menuju

    pribadi yang cerdas dalam tingkah laku juga

    pintar dalam beramal. Karena akan seperti

    apa mahasiswa baru nantinya, yang menen-

    tukan adalah kita sebagai senior. Baik atau

    burukkah? Pilihan ada di tanganmu.

    *Penulis adalah Mahasiswi tingkat II

    Jurusan Syariah Islamiyyah.

    Mahasiswa (Lama) Pembentuk Generasi DuniaOleh: Zakiyah Rahmah*

    Doc:nyunyu.com

    http://nyunyu.com/2012/09/ciri-ciri-mahasiswa-lama/http://nyunyu.com/2012/09/ciri-ciri-mahasiswa-lama/
  • 8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365

    12/12

    Email/YM: [email protected]

    FB: Tranferindo Mesir