bab ii kerangka teori,hasil penelitian dan...
Post on 24-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KERANGKA TEORI,HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. KERANGKA TEORI
1. Pengertian Polisi dan Tugas Pokok Polisi
a. Pengertian Polisi
Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari
bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota
atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut
"orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu
berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota".
Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang
disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua
usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.1
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan
dan penegakan hukum diseluruh wilayah negara. Kepolisian adalah salah satu
lembaga penting yang memainkan tugas utama sebagai penjaga keamanan,
ketertiban dan penegakan hukum, sehingga lembaga kepolisian pasti lah ada di
seluruh negara berdaulat. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di
Indonesia sebelum Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dilepas dari
ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam
1 Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi ,pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 10.10
tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai
sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli.2
Arti polisi juga dikemukakan lain oleh Momo Kelana dalam bukunya
Hukum Kepolisian yang berpendapat bahwa “Polisi dalam arti formal
mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan daripada instansi
Kepolisian. Sedangkan polisi dalam arti materiil memberikan jawaban terhadap
persoalan – persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya/
gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan Kepolisian
Umum maupun melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam peraturan
(Undang- Undang tentang Kepolisian khusus)”.3
Polri dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada
masyarakat. Bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
masyarakat, serta terciptanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak azasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.4
Kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dam pelayanan pada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam
melaksanakan fungsinya dan perannya di seluruh wilayah Indonesia atau yang
2 Ibid.
3 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, CV. Sandaan, Jakarta, 1984, h. 24.
4 Budi Rizki Husin, Studi Lembaga Penegak Hukum, Universitas Lampung, Bandar Lampung, h. 15.
di anggap sebagai wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah
hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai mana ditentukan dalam peraturan pemerintah.
Dapat disimpulkan bahwa Polisi adalah mitra negara ataupun pemerintah
dalam mewujudkan situasi kondusif negara dan turut melakukan pelayanan
,pengayoman dan pengamanan kepada masyarakat yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia,polisi juga membantu pemerintah dalam menjalankan serta
,mewujudkan sila sila pancasila dan isi dari pembukaan UUD 1945.
b. Tugas Pokok Polisi
Didalam sistim Undang – undang dasar 1945 mengenai tugas pokok polisi
,tidak ditegaskan didalam pasal,akan tetapi terkandung didalam maknanya yaitu
bahwa tugas polisi termasuk dalam bidang eksekutif.UUD 1945 tidak
menyebutkan kekuasaan kepolisian dan kejaksaan oleh karena dua macam
tugas itu telah dengan sendirinya termasuk ke dalam tugas eksekutif
pemerintahan,sebab keamanan di dalam negara adalah tugas pokok bagi setiap
pemerintah.Dalam pemuncak ,artinya paling diatas ,paling tertinggi dan untuk
menunaikan tugasnya itu dia boleh atur melalu UU membentuk satu badan
kepolisian negara dan atau kejaksaan.5
Tugas pokok polisi sendiri diatur dalam Bab III UU RI no.2 tahun 2002
tentang Kepolisian Negara .Pasal 13 UU no.2 tahun 2002 menyebutkan bahwa
tugas pokok kepolisian yakni memilihara keamanan dan ketertiban
masyarakat,menegakan hukum dan memberikan perlindungan ,pengayoman dan
5 .Hazairin,Demokrasi Pancasila,(Jakarta:Trinitas,1970),hlm.40.
pelayanan kepada masyarakat.Lebih lanjut dalam Pasal 14 UU no.2 tahun 2002
menjelaskan mengenai tugas polisi yakni diantaranya :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan
tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undang.6
Berkaitan dengan peristiwa hukum sekaligus judul skripsi yang diusung
penulis yakni Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Ilegal di Kota
Salatiga ,terkait tugas dan wewenang polisi sebagaimana telah dijelaskan dalam
paragraf diatas maka penegakan hukum berupa razia terhadap bisnis ilegal ini
haruslah ditegakkan oleh kepolisian kota salatiga,karena tugas polisi dalam hal
ini mencakup meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat sehingga
nantinya peristiwa hukum ini tidak menjadi budaya karena tidak adanya
penindakan yang tegas oleh aparat penegak hukum kota salatiga .
6 Pasal 13 – 14 UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.
2. Ketentuan hukum tentang pembuatan TNKB
Dalam perkembangannya ,ketentuan hukum mengenai TNKB kini diatur dalam
empat peraturan yakni UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ beserta peraturan
pelaksanaannya yakni PP No.55 tahun 2012 tentang Kendaraan (PP Kendaraan),PP No.80
tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PP 80/2012) dan Perkapolri No.5 tahun
2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor.7
Dari berbagai peraturan yang telah disebutkan diatas penulis mencoba mentelaah satu
demi satu peraturan ,yang pertama dimulai dari UU LLAJ No.22 tahun 2009 .Dalam UU
LLAJ No.22 tahun 2009 hanya dijelaskan mengenai TNKB yang harus memuat kode
wilayah,nomor registrasi dan masa berlaku serta TNKB harus memenuhi syarat bentuk
,ukuran ,bahan,warna dan cara pemasangan .Hal tersebut dimuat dalam uraian pasal 68
ayat 3 UU LLAJ8.Mengenai rincian pembuatan TNKB tidak ditemukan dalam UU
LLAJ.Kedua,peraturan mengenai TNKB juga ditemukan dalam Perkapolri No.5 tahun
2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor,dalam Perkapolri ini hanya disebutkan
bahwa TNKB dibuat dari bahan yang mempunyai unsur-unsur pengaman sesuai
spesifikasi teknis,adapun unsur-unsur pengaman TNKB yaitu berupa logo lantas dan
pengaman lain yang berfungsi sebagai penjamin legalitas TNKB. Selain itu, dalam
Perkapolri nomor 5 tahun 2012 juga disebutkan mengenai warna TNKB dalam pasal 39
ayat 3 ,dalam peraturan ini lagi – lagi tidak dijumpai detail pembuatan TNKB.Namun
dalam Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 menegaskan bahwa Plat Nomor
7 Diakses dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56c29133bcd4d/agar-tidak-ditilang-karena-masalah-
plat-nomor ,pada tanggal 9 Oktober 2017 ,pukul 23.15 WIB. 8 Pasal 68 ayat 3 UU LLAJ No.22 Tahun 2009
diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan
oleh Korlantas Polri maka dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.9
Menengok pada PP Kendaraan No.55 tahun 2012.Dalam PP Kendaraan ini , juga
tidak ada ketentuan yang mengatur spesifikasi dan cara pembuatan TNKB,dalam PP
Kendaraan hanya mengatur mengenai :
a. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor di bagian belakang Kendaraan
berwarna putih.
b. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor dipasang di bagian belakang
dan dapat menyinari tanda nomor Kendaraan Bermotor agar dapat dibaca pada jarak
paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari belakang.
c. Tempat pemasangan tanda nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan
yakni harus ditempatkan pada sisi bagian depan dan belakang Kendaraan Bermotor;
dan dilengkapi lampu tanda nomor Kendaraan Bermotor pada sisi bagian belakang
Kendaraan Bermotor.
Dapat dilihat bahwa PP Kendaraan hanya menyinggung mengenai standar lampu
penerangan TNKB dan posisi pemasangan TNKB. PP 80/2012 juga hanya menyebutkan
pemeriksaan TNKB terdiri atas pemeriksaan spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan,
masa berlaku, dan keaslian, tanpa menerangkan lebih lanjut spesifikasi yang dimaksud.
Dari keempat peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak dijelaskan secara
detail mengenai teknis pembuatan TNKB itu sendiri mulai dari proses pembentukan
plat,pembentukan nomor pada plat, pengecatan plat bersadarkan jenis dan golongan
TNKB sesuai oprasionalnya.Hanya saja ada satu Pasal yang menegaskan bahwa TNKB
hanya diterbitkan oleh Korlantas Polri selain Korlantas Polri maka dianggap tidak sah
dan tidak berlaku (Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012.Hal tersebutlah yang
9 Pasal 39 Perkapolri No.5 Tahun 2012 tentang Regident Ranmor
memicu penulis untuk mendalami kasus maraknya pembuat plat nomor palsu di Kota
Salatiga,ditambah dengan hadirnya Pasal 39 Perkapolri No.5 tahun 2012 yang
menjelaskan bahwa adanya logo lantas sebagai penjamin legalitas dan hanya Korlantas
Polri yang meneribtkan ,yang membuat penulis semakin penasaran dan lebih ingin
mendalami kasus ini.
3. Tugas SAMSAT (Sistim Manunggal Satu Atap)
Samsat adalah serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dalam Kantor Bersama Samsat.10
Samsat bertujuan memberikan pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan
Bermotor, pembayaran pajak atas kendaraan bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dengan
cepat, tepat, transparan, akuntabel, dan informative.11
Ruang lingkup pelayanan Samsat
meliputi :
a. Regident Ranmor
b. Pembayaran pajak atas kendaraan bermotor; dan
c. Pembayaran SWDKLLAJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan).12
4. Tindak Pidana Lalu Lintas terkait dengan TNKB palsu
10
Pasal 1 ayat 1 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap Kendaraan Bermotor 11
Pasal 2 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Kendaraan Bermotor 12
Pasal 3 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Kendaraan Bermotor
Mengenai tindak pidana lalu lintas dalam hal ini yang menjadi tersangka ialah konsumen
yang dalam hal ini mengenakan TNKB palsu pada kendaraannya,pengendara kendaraan
dapat terkena razia saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas oleh satlantas setempat dalam
penelitian ini satlantas kota salatiga,hal ini nampak pada Peraturan Pemerintah No.80 tahun
2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,dimana di dalam pasal 4 ayat 3 peraturan
pemerintah tersebut menyatakan :
“Pemeriksaan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Tanda Coba Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:
a. Spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan.
b. Masa berlaku dan
c. Keaslian”.13
Dari bunyi pasal diatas dengan tegas menyebutkan bahwa didalam melakukan
pemeriksaan TNKB dan/atau TCKB ,polisi yang bertugas melakukan oprasi juga akan
mengecek keaslian TNKB .Disisi lain spesifikasi keaslian plat nomor juga ditegaskan pada
Pasal 39 ayat 5 Perkapolri no.5 tahun 2012 yang menyatakan bahwa :
“TNKB yang tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri, dinyatakan tidak sah dan tidak
berlaku”.14
Dengan demikian, plat nomor palsu yang dikenakan konsumen dan/atau pengendara pada
kendarannya yang bukan merupakan plat nomor standarisasi Korlantas Polri dan bukan
terbitan Korlantas Polri dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.Jika petugas kepolisian yang
menggelar oprasi tertib lalu lintas menemukan pengguna kendaraan yang mengenakan
TNKB palsu pada kendaraannya,maka terdapat sanksi yang mengikatnya yakni sebagaimana
disebutkan pada Pasal 280 UU LLAJ yang menyatakan demikian :
13
Pasal 4 PP No.80 tahun 2012 tentang tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelangaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 14
Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak
dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah)”.15
Bagi pengendara kendaraan pengguna plat nomor palsu hal ini masuk ke dalam
pelanggaran terhadap Pasal 280 UU LLAJ terkait ketidak aslian plat nomor yang
dikenakan.Namun disisi lain bagi pembuat plat palsu yang bukan merupakan terbitan polri
hal ini dapat menjadi delik tindak pidana pemalsuan yang diatur dalam KUHP .
5. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan
hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang yang dirumuskan dalam
peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.16
Penegakan hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita
masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum itu
berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian lain
penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas penegakan
hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang sempit penegakan
hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran yang sudah terjadi
(represif).
Keberhasilan penegakan hukum juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempunyai arti yang netral sehingga dampak negatif dan positif ada pada faktor – faktor
tersebut.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum ialah :
a. Faktor hukum itu sendiri
15
Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ 16
Satjipto Rahardjo,Masalah Penegakan Hukum,(Bandung:Sinar Baru,1983),hlm.24.
Faktor hukum dapat dikatakan salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum karena adanya hukum yang tidak jelas dan juga adanya tumpang tindih antar
peraturan dan saling bertentangan.Selain itu hukum mengalami disfungsi dan sering
berubah ,hal lain yang menguatkan mengapa hukum itu sendiri menjadi faktor yang
mempengaruhi penagakan hukum ialah karena sanksi yang tidak memadai ,terdapat
celah dalm ketentuan hukum itu sendiri serta hukum menuntut hal tidak realistis.
b. Faktor penegak hukum
Faktor penegak hukum digolongkan sebagai salah satu faktor yang turut
mempengaruhi suatu penegakan hukum hal ini karena pengaruh penegak hukum
yang tidak paham akan hukum positif ataupun hukum yang berlaku yang paling
parah ialah penegegak hukum yang tidak tahu atau tidak paham dengan tugas dan
fungsinya sebagai penegak hukum.
c. Faktor sarana dan prasarana
Hal ini didukung dengan tidak memadainya anggaran yang tersedia untuk
menciptakan hukum yang baik serta tidak tersedianya fasilitas pendukung penegakan
hukum.
d. Faktor masyarakat
Masyarakat juga ternyata merupakan faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak mempunyai ilmu hukum,tidak
sadar hukum dan tidak paham hukum.
e. Faktor kebudayaan
Faktor terakhir ialah faktor budaya,seringkali masyarakat terbiasa dengan budaya
hidup masyarakat didaerahnya/dilingkungan mereka hidup masing masing,sehingga
masyarakat sering berasumsi bahwa kebiasan kebiasan tersebut yang sudah menjadi
budaya adalah hukum mereka.Padahal jika ditelaah lebih dalam,hukum di Indonesia
hanyalah bersumber pada satu sumber yakni UUD 1945.17
6. Teori Disfungsi Hukum
Robert K Merton adalah sosiolog lulusan S1 Universitas Temple dan S2 S3 Universitas
Harvard.Dalam disfungsi,merton berpendapat bahwa,disfungsi yaitu anomi,dalam anomi
terdapat keterhubungan dengan pentimpangan, disfungsi antara kebudayaan dengan
struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam
masyarakat.Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah
sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak
terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis
konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah
ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang
mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional konsekuensi-konsekuensi
nonfungsional”.18
Disfungsi hukum sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan
fungsi sebagaimana mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum
dimaksudkan untuk berlaku dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif
yang mengakibatkan tetap dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan
masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya hukum
yang over – restrictive yakni yang sepantasnya tidak perlu diatur oleh hukum.
B. HASIL PENELITIAN
17
Soerjono Soekanto,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta:Raja
Grafindo,1983),hlm.5. 18
Diakses dari http://blog.unnes.ac.id/prestia/2015/12/04/teori-struktural-fungsional-robert-k-merton/,pada
tanggal 9 Oktober 2017,pukul 23.09 WIB
1. Gambaran Proses Pembuatan TNKB di SAMSAT Salatiga
Pada sub bahasan ini penulis akan membahas mengenai cara pembuatan plat nomor
legal di samsat salatiga,adapun cara – cara pembuatan TNKB legal mulai dari cara
pengecatan dan pembentukan huruf,pengecatan dst adalah berdasarkan hasil observasi
yang telah dilakukan oleh penulis di samsat salatiga yang mana nantinya akan menjadi
bahan pembanding dengan pembuatan /pembentukan plat nomor ilegal /palsu di kota
salatiga.Berikut adalah tahap demi tahap proses pembentukan plat nomor legal yang
dilakukan samsat salatiga :
1. Samsat salatiga sudah menerima bahan plat untuk pembuatan TNKB dari
korlantas polri,warna dasar plat yang nantinya dijadikan bahan untuk
pembuatan TNKB dibedakan menjadi 4 warna dasar yakni :
dasar hitam, tulisan putih untuk Ranmor perseorangan dan Ranmor
sewa;
dasar kuning, tulisan hitam untuk Ranmor umum;
dasar merah, tulisan putih untuk Ranmor dinas Pemerintah;dasar putih,
tulisan biru untuk Ranmor Korps Diplomatik negara asing; dan
dasar hijau, tulisan hitam untuk Ranmor di kawasan perdagangan bebas
atau (Free Trade Zone) yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea
masuk dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, bahwa Ranmor
tidak boleh dioperasionalkan/dimutasikan ke wilayah Indonesia
lainnya.19
Adapun pengecatan plat yang merupakan bahan dasar pembuatan
TNKB ,pembubuhan logo Korlantas dan ukuran TNKB yang sesuai
19
Pasal 39 ayat 3 UU No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor.
spesifikasinya pada plat dilakukan oleh pihak Korlantas Polri yang kemudian
dipaketkan untuk dikirim ke Samsat Salatiga.
2. Bahan Plat yang dasarnya telah dibubuhi logo korlantas dan telah dicat oleh
korlantas polri dan sudah sampai di samsat salatiga,kemudian dimasukan
kedalam mesin pencetak nomor TNKB ,sebelum dicetak dalam mesin terlebih
dahulu petugas pembuat TNKB menyesuaikan dengan nomor STNK..
3. Setelah nomor TNKB dalam plat terbentuk langkah selanjutnya ialah printing
atau pengecatan,didalam pengecatan warna yang digunakan ialah warna putih
dan yang dicat hanyalah huruf dan angka dalam TNKB saja ,bahan cat warna
putih terbuat dari cat dan thiner.
4. Setelah dilakukan printing maka TNKB yang sudah jadi dikeringkan selama 1
menit.
5. Jika TNKB sudah kering maka STNK divalidasi atau diregister dengan
pemberian cap yang bertuliskan “Plat sudah diambil”.Hal ini bertujuan agar
tidak ada konsumen yang mendouble ataupun berbuat curang.
6. Setelah TNKB kering dan STNK sudah divalidasi maka konsumen dipangil
untuk pengambilan STNK dan TNKB.20
Jika dalam kesempatan diatas penulis sudah membahas tentang pembentukan
ataupun pembuatan plat nomor legal yang bersumber dari samsat salatiga yang
tidak perlu diragukan ke legalannya,kini penulis akan membandingkan dengan
para pembuat plat nomor palsu di salatiga dengan .Berikut adalah langkah demi
langkah cara membuat plat yang dilakukan oleh pembuat plat palsu di kota
salatiga :
20
Observasi penulis pada SAMSAT Kota Salatiga yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 11.30
WIB
1. Bahan dasar berupa plat disiapkan sendiri oleh para pembuat plat palsu dan
tidak ada logo korlantas polri di dalam plat.
2. Pembuat plat menempelkan bahan dasar plat yang nantinya akan menjadi
TNKB di sebuah lempengan selembar besi.
3. Kemudian bahan dasar plat ditempel dengan huruf dan angka sesuai
permintaan konsumen.
4. Bahan plat yang sudah ditempeli huruf dan angka kemudian diketok dengan
palu dan dipres dengan alat pres.
5. Setelah dipres dilakukan pengecatan sesuai permintaan konsumen.
6. Setelah proses pengecatan maka TNKB palsu yang sudah jadi dikeringkan dan
kemudian tempelan angka dan nomor pencetak dicopot .
7. Dan plat nomor siap untuk digunakan.21
2. Tugas Bintara Unit STNK dalam Membuat TNKB
Ruang lingkup kerja Banit STNK Samsat Salatiga meliputi :
a. Melakukan register dari banit (bintara unit) bpkb lalu melakukan input
database kepusat perpajakan UPPD provinsi yang meliputi penelitian,
verifikasi kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan regident
kendaraan bermotor dan pendataan regident kendaraan bermotor, baik
pendaftaran baru, mutasi keluar maupun mutasi masuk
b. Melaksanakan pelayanan penerbitan , stnk dan tnkb bagi kendaraan yang
telah melalui proses pemeriksaan dokumen.
21
Observasi penulis pada beberapa kios plat nomor di kota salatiga yang dilakukan pada 3 Oktober 2017 pukul
13.00 WIB
c. Melaksanakan pengecekan ulang ke tempat asal kendaraan di registrasi
terhadap kendaraan yang melakukan mutasi masuk sebagai bentuk sistem
pengamanan.
d. Bekerjasama dengan instansi terkait (dispenda dan jasa raharja) dalam proses
pembayaran pajak kendaraan dan asuransi serta sat reskrim pada kasus
curanmor dan unit laka lantas dalam hal kasus laka lantas / tabrak lari.
e. Input ke UPPD kota untuk penetapan pajak.
f. Pencetakan TNKB.
g. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan registrasi dan indentifikasi
kendaraan dan pengemudi.22
3. Fakta Penjual TNKB Illegal di Kota Salatiga
Di Salatiga kios plat nomor pembuat plat nomor baik yang membuat palsu ataupun
hanya sekedar memperbaiki terdapat kurang lebih 15 kios plat nomor,pada penelitian ini
penulis menggunakan 5 sample guna mendukung penelitian ini dan memberikan fakta
empirik terkait isu hukum yang diangkat penulisi. Adapun sample yang adalah fakta
empirik mengenai keberadaan para pembuat TNKB (Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor) ilegal di kota Salatiga yang mendukung penelitian dan penulisan ini ialah
diantaranya sebagai berikut:
i. Kios plat nomor Pak Jek yang berada di alun-alun Pancasila
Kios plat nomor Pak Jek yang terletak di alun alun lapangan Pancasila
Salatiga ) sebelah bank Kridaharta ini beroprasi kurang lebih selama 10
tahun.Kios plat nomor Pak Jek buka mulai pukul 10.00 WIB – 16.00 WIB
22
Hasil wawancara penulis dengan Bapak M.Agus Priyatno selaku Bintara Unit STNK Samsat Kota
Salatiga,pada tanggal 3 Oktober 2017,pukul 10.30 WIB.
,laba bersih kios plat nomor pak jek dalam sehari hingga 250 ribu – 500
ribu.Selama ini menurut pak jek belum pernah ada razia terkait
bisnisnya,perihal masyarakat selaku konsumen yang memesan plat nomor
sebagian besar memesan plat nomor baru,jika diprosentasekan 40%
melakukan reparasi dan 60% melakukan pembuatan plat nomor baru.Ditanya
mengenai bahwa terdapat larangan mengenai pembuatan plat nomor palsu,pria
berusia 60 tahun ini mengaku baru tahu ketika penulis melakukan wawancara
terhadapnya (pak jek).Dalam sehari biasanya kios plat nomor Pak Jek dapat
membuat maupun mengasilkam 5-7 plat nomor baru permintaan konsumen
dan sisanya hanya melakukan perbaikan plat nomor seperti pengecatan
ulang,pembenahan plat yang gepeng ,pembenahan huruf pada plat dsb.23
ii. Kios plat nomor di Jl.Kridanggo .
Kios plat nomor milik Rudi yang terletak di Jl.Kridanggo ini sudah
beroprasi selama 15 tahun,yakni dari 2002 – 2017 dan hingga kini masih aktif
bisnisnya.Ditanya mengenai omzet,sang pemilik yakni Rudi mengatakan
bahwa dalam sehari kios bisnis plat nomornya dapat meraup keuntungan
hingga 2 – 3 juta/hari,tidak heran bila bisnis ini semakin menjamur di kota
kota besar khususnya salatiga.Rudi juga menjelaskan bahwa ia selama ini ia
hanya menerima reparasi plat nomor ,karena jika buat plat nomor baru itu
melanggar hukum ,selain itu Rudi juga menambahkan bahwa dari pihak
samsat salatiga telah memberikan nomor plat nomor/TNKB (yang sudah
dilegalir dengan cap korlantas dan terbitan korlantas,dalam arti lain berupa
23
Hasil wawancara penulis dengan Pak Jek selaku pemilik kios plat nomor di Alun – alun lapangan
Pancasila,pada tanggal 9 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB.
lempengan plat polos) lalu direparasi dikiosnya. .Dalam sehari jika melihat
dari omsetnya yang mencapai 2 hingga 3 juta dengan prosentase 50%
membuat plat nomor baru dan 50% memperbaiki plat nomor lama,maka dalam
sehari kios plat nomor rudi dapat membuat 30 plat nomor dengan harga satuan
Rp.50.000/plat nomor baru.24
Namun itu hanyalah dalih Rudi agar bisnisnya dianggap halal ataupun
legal,karena saat bersamaan penulis juga melakukan wawancara pada Slamet
yang pada saat itu juga sedang memesan plat nomor.Ditanya soal pembuatan
plat baru atau reparasi ,Slamet menjawab bahwa ia memesan plat nomor baru
untuk dipasang di kendaraan bodong (tanpa surat)yang ia miliki.Kemudian
penulis melontarkan pertanyaan kedua kepada Slamet mengenai mengapa
anda (Slamet) tidak mengurus di Samsat ? ,responden menjawab bahwa
disamsat prosesnya lama dan ribet belum lagi biayanya yang mahal buat
masyarakat golongan kebawah serta antrian yang lama,kalau disini (dikios plat
nomor) enak ,tidak ribet dan murah serta sehari jadi.25
iii. Kios plat nomor di Jl.Pemotongan.
Kios plat nomor di Jl.Pemotongan milik mas Bramantyas ini berdiri sejak
10 tahun yang lalu,tepatnya pada tahun 2007.Dalam usahanya ini sang owner
dapat meraup keuntungan mencapai 1 juta /hari ,namun jika sepi dalam sehari
omset yang ia dapat berkisar di angka 500 ribu/hari.Ditanya mengenai apakah
pernah dilakukan razia oleh aparat kepolisian,mas bramantyas mengaku bahwa
selama ini belum ada razia yang dilakukan dengan alasan bahwa bisnis ini tidak
24
Hasil wawancara penulis dengan Rudi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Kridanggo,dilakukan pada tanggal
9 oktober 2017,pukul 15.00 WIB 25
Hasil wawancara penulis dengan Slamet selaku konsumen pengguna plat nomor palsu di kios plat nomor
Jl.Kridanggo,dilakukan pada tanggal 9 oktrober 2017,pukul 15.30 WIB.
melanggar hokum.26
Dilihat dari omsetnya dengan harga jasa pembuatan plat
nomor baru Rp.50.000 maka per hari kurang lebih dapat membuat plat nomor
sebanyak 10 - 20 plat nomor sesuai permintaan konsumen.sisanya konsumen
hanya memperbaiki plat nomor mereka.
iv. Kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol
Juedi ,begitulah panggilan akrab bapak pemilik kios plat nomor di
Jl.Imam Bonjol .Berdasar wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan
owner plat nomor ini,beliau (Juedi) memulai bisnis kios plat nomor sejak 4
tahun yang lalu,yakni pada tahun 2013.Berbeda dari kios plat nomor lainnya
yang dalam hal ini digunakan penulis untuk sample sekaligus objek
penelitian,kios plat nomor bapak juedi ini dalam sehari hanya meraup
keutungan 50 ribu – 150 ribu /hari.Ditanya mengenai sudah pernahkah
diadakan razia oleg aparat kepolisian,juedi hanya menjawab dengan nada
simple ia menjawab tidak ada.Berbeda dengan kios plat nomor lainnya ,kios
plat nomor Juedi ini rata – rata konsumennya hanya melakukan renovasi plat
nomor kendaraan,jika dibandingkan dengan pembuatan plat nomor baru,maka
prosentasenya 75% konsumen memperbaiki plat nomor dan 25% konsumen
membuat baru plat nomor.27
v. Kios Plat nomor di Jl.Jangkungan (depan balai desa jangkungan
salatiga).28
26
Hasil wawancara penulis dengan Bramantyas selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Pemotongan Salatiga,yang
dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.00 WIB. 27
Hasil wawancara penulis dengan Juedi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol Salatiga,yang
dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.30 28
Hasil observasi/pengamatan penulis pada tanggal 22 Mei 2017.
Letak kios plat nomor milik mas giyanto ini terletak diarea alun – alun
lapangan pancasila salatiga,berdekatan dengan kios plat nomor pak jek.Kios
plat nomor ini sudah beroprasi selama 17 tahun,yakni mulai dari tahun
2000.Omset yang di dapat oleh giyatno sehari cukup rendah ,jika sepi hanya
20ribu/hari ,jika ramai 100ribu/hari.Kios plat nomor giyatno pernah sekali
didatangi kapolres,dan ditegor kalau dalam plat nomor tidak boleh hurufnya
dbibuat digital karena tidak sesuai standart selain itu juga bahan plat harus dari
samsat dan usaha ini hanya sebatas reparasi plat nomor,jika ada konsumen
yang meminta pembuatan baru,tolak saja,karena itu melanggar hukum .Tandas
Giyatno ditanya mengenai razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian.Dalam
sehari Giyatno rata – rata hanya memproduksi 2-5 plat nomor baru,hal ini
lantaran persaingan kios plat nomor yang semakin hari semakin banyak
ownernya.29
4. Penegakan Hukum Terhadap Pembuat TNKB Illegal di Kota Salatiga
a. Samsat
Dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada bintara unit STNK
yakni M.Agus Priyatno ,bahwa selama ini tidak ada penegakan hukum dalam hal ini
tidak ada razia terkait pembuatan plat nomor palsu,karena selama ini pihak
kepolisian dalam hal ini samsat salatiga memandang 2 hal yang menjadi
pertimbangan berdasar hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,pertimbangan
pertama bahwa fenomena plat palsu ini ialah permintaan masyarakat,polisi sebagai
pelayan masyarakat mengikuti kenyamanan masyarakat baik masyarakat selaku
29
Hasil wawancara penulis dengan Giyatno selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Jangkungan,yang dilakukan
pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 14.00 WIB
konsumen dan masyarakat selaku pembuat TNKB palsu,kepolisian salatiga dalam
hal ini M.Agus Y selaku bintara unit STNK Samsat Salatiga menerangkan bahwa
para konsumen berinisiatif mendorong adanya pembuat TNKB dipinggiran jalan
yang tersebar di kota salatiga,awalnya dengan dalih untuk membenahi plat nomor
yang telah diterbitkan oleh Korlantas Polri untuk dibenahi oleh tukang plat nomor
namun apa daya semakin kesini makin mengarah pada tindakan pemalsuan plat
nomor.M.Agus menambahkan bahwa para pembuat plat nomor pinggiran jalan juga
diberikan daftar nomor plat jadi para pembuat plat nomor benar benar sebatas
membenahi plat nomor keluaran polri bukan membuat baru ataupun memalsu.
Pertimbangan kedua tidak dilakukannya razia karena kepolisian salatiga
mengangap bahwa hadirnya tukang plat nomor ini sebagai sarana mencukupi
kebutuhan hidup mereka disamping minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia
disisi lain juga meringankan pekerjaan dari kepolisian dan mengurangi antrian TNKB
di samsat.Mengenai legal /ilegalnya bisnis ini M.Agus berpendapat bahwa
sebenarnya bisnis tersebut ilegal karena bertentangan dengan peraturan yang ada
yakni Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor dan UU
LLAJ No.2 tahun 2009.30
b. Satlantas Salatiga
Sebelum membahas mengenai seberap jauh kinerja satlantas salatiga menangani
kasus pemalsuan TNKB illegal di kota salatiga,maka penulis akan membahas terlebih
dahulu mengenai tugas pokok satlantas .Adapun tugas pokok satlantas ialah :
i. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan
masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan
30
Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada M.Agus Priyatno selaku bintara Unit STNK samsat salatiga
pada 6 Agustus 2017 pukul 11.00
identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan
kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.
ii. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Satlantas menyelenggarakan fungsi:
a. pembinaan lalu lintas kepolisian;
b. pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas
sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu
lintas
c. pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas)
d. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor serta pengemudi
e. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta
penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya
pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan dan
f. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.31
Dalam wawancara kali ini penulis direkomendasikan mewawancarai anggota
Polri yakni Eka Dedi selaku anggota Banit Turjawali Satlantas Salatiga.Beliau
bertugas dalam melakukan pengaturan,penjagaan,dan patroli ,dalam hal ini beliau
juga turut serta kelapangan untuk melakukan oprasi tertib lalu lintas ,sebelum
menjabat menjadi anggota banit turjawali,beliau dahulu merupakan reserse
satreskrim di polres salatiga .Berikut merupakan dialog wawancara penulis dengan
Eka Dedi
Selama ini belum ada pengguna kendaraan yang ditilang karena kepalsuan
plat nomor,petugas yang melakukan oprasi tertib lalu lintas kebanyakan hanya
menilang pelanggaran pelanggaran yang kasat mata ,yang jelas dan nampak seperti
helm,knalpot,stnk,sim,kondisi fisik motor,spion,pajak,lampu,mengenai kelegalan
plat nomor dari mulai logo korlantas polri petugas tidak begitu
31
Pasal 59 ayat 2 – 3 Perkapolri No.23 tahun 2010 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian
Resort dan Kepolisian Sektor.
memperhatikannya,sesekali pernah terjadi dan dikenakan tilang dengan
menggunakan Pasal 280 UU LLAJ :
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak
dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling
banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)”.
Ditanya mengenai bagaimana dengan kendaraan baru yang belum ada plat
nomornya,beliau menjawab“Untuk kendaraan yang dibeli baru dan digunakan
konsumen dan disaat bersamaan konsumen menggunakan plat nomor palsu dengan
alasan plat nomor dari samsat belum keluar karena prosesnya yang lama,biasanya
petugas memberikan pengertian “ ucap Eka Dedi.Jika dilihat pertaurannya pada
Pasal 18 Perkapolri no.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor ,maka setiap
kendaraan baru harus dilakukan praregident yakni harus memliki STCK (Surat
Tanda Coba Kendaraan) dan TCKB (Tanda Coba Kendaraan Bermotor).
Jika masyarakat dalam hal ini konsumen yang menggunakan plat nomor palsu
yang menangani ialah Satlantas,maka beda dengan para owner pemilik kios plat
nomor,terkait pemalsuan mereka ditangani oleh Satreskrim.32
c. Satreskrim Salatiga
Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan
penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik
32
Hasil wawancara penulis dengan Eka Dedi selaku anggota Banit Turjawali Satlantas Salatiga,pada tanggal 18
Oktober 2017.
lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS. Dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satreskrim menyelenggarakan fungsi:
i. pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan
penyidikan, serta identifikasi dan laboratorium forensik lapangan.
ii. pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan
wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
iii. pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan
umum.
iv. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji
efektivitas pelaksanaan tugas Satreskrim.
v. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang dilakukan
oleh penyidik pada unit reskrim Polsek dan Satreskrim Polres.
vi. pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS baik di bidang
operasional maupun administrasi penyidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
vii. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus,
antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana
tertentu di daerah hukum Polres.33
Juga bernarasumberkan Eka Dedi yang adalah mantan reserse sakreskrim polres
salatiga yang kini dipindah tugaskan menjadi banit turjawali satlantas polres
salatiga,beliau menerangkan bahwa selama ini tidak ada tindakan berupa
razia,penggeberakan terhadap pemalsuan TNKB illegal yang dilakukan terhadap
owner – owner kios kios plat nomor di kota salatiga.Hal ini dikarenakan peristiwa
tersebut tidak menimbulkan gejolak ataupun pertikaian di masyarakat dan juga itu
malah membantu masyarakat didalam bermata pencaharian bagi pemilik dan
mencukupi kepuasan konsumen.Namun ketika ditamya apakah hal tersebut ilegal,Eka
Dedi menjawab bahwa bisnis tersebut illegal.Kembali dapat dilihat dari hal tersebut
bahwa tidak adanya penegakan hukum terhdap pembuatan TNKB Illegal di kota
salatiga,lantaran budaya kasihan antar golongan masyarakat.
33
Pasal 43 ayat 2- 3 Perkapolri No.23 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada
Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor.
d. Masyarakat Penjual/Pembeli
Dalam kesempatan ini,penulis juga melakukan pengamatan berupa wawancara
dengan masyarakat yang sekaligus konsumen pengguna plat nomor palsu.Wawancara
yang dilakukan penulis ini menggunakan Accidental Sampling.Adapun penulis
mengambil 5 sampling konsumen,berikut adalah hasil wawancara penulis dengan
konsumen :
i. Wawancara penulis dengan Sidiq
Sidiq merupakan konsumen di kios plat nomor Jl.Kridanggo dengan
ownernya Rudi.Sidiq mengaku bahwa ia kerap kali membuat plat nomor baru
(palsu) di kios ini,bahkan dapat dikatakan sudah berlangganan.Ditanya
mengenai alasan mengapa berlangganan beliau menjawab bahwa untuk
dipasang di kendaraan motornya yang bodong tidak ada surat – suratnya
,selain itu beliau menambahkan “buat pantes – pantes di hadapan
polisi”.Sidiq paham kalau perbuatan ini nantinya juga akan ketahauan polisi
saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas,namun sidiq tidak mengetahui bahwa
membuat plat palsu akan adalah perbuatan ilegal dan dilarang oleh undang –
undang.34
ii. Wawancara penulis dengan Yoga
Yoga merupakan konsumen di kios plat nomor Juedi.Konsumen yang satu
ini baru pertama kali menggunakan jasa kios plat nomor untuk kelengkapan
kendaraannya.Yoga sendiri mengaku membuat plat nomor baru di kios ini
karena motornya yang baru belum dilengkapi dengan TNKB dari
samsat,karena prosesnya yang lama ,Yoga memilih untuk mengambil langkah
instant dengan membuat plat nomor palsu.Yoga sebenarnya mengetahui kalau
34
Hasil wawancara penulis dengan Sidiq selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Kridanggo milik Rudi,pada
tanggal 9 Oktober 2017.
menggunakan plat palsu akan ditilang,hanya saja ia berdalih karena motor
barunya akan digunakan ke luar kota jadi mau tidak mau harus membuat plat
nomor palsu.35
iii. Wawancara penulis dengan Wahyu
Wahyu merupakan konsumen plat nomor di kios plat nomor
Jl.Jangkungan milik Giyatno.Saat ditemui di kios plat nomor Giyatno ,Wahyu
mengaku ia tidak membuat baru plat nomor palsu,wahyu sekedar
memperbaiki plat nomor asli motornya yang merupakan keluaran samsat yang
sudah usang dan mulai memudar nomor pada platnya.Wahyu tahu bahwa jika
mengenakan plat nomor yang bukan keluaran korlantas akan ditilang saat
dilakukan oprasi lalu lintas.Wahyu sendiri sudah sering melakukan
pembenahan plat nomor kendaraan bermotornya.36
iv. Wawancara penulis dengan Anam
Anam adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Jl.Pemotongan
milik Bramantyas.Anam sendiri pada saat itu datang ke kios plat nomor untuk
membuat baru plat nomor untuk kendaraannya,kemudian saat ditanya oleh
penulis apakah tidak takut dengan resiko tilang oleh polisi ? mengingat hal ini
dilarang oleh undang – undang.Kemudian Anam menjawab bahwa ia
memesan untuk sementara saja,saat plat nomor dari samsat sudah keluar
nantinya plat nomor palsu ini akan ia lepas .Sebelumnya Anam juga pernah
mengunjungi kios plat nomor namun hanya sekedar untuk memperbaiki plat
nomor saja.37
35
Hasil wawancara penulis dengan Yoga selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Imam Bonjol milik Juedi,pada
tanggal 10 Oktober 2017. 36
Hasil wawancara penulis dengan Wahyu selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Jangkungan milik
Giyatno,pada tanggal 9 Oktober 2017. 37
Hasil wawancara penulis dengan Anam selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Pemotongan milik
Bramantyas,pada tanggal 10 Oktober 2017.
v. Wawancara penulis dengan Suroto
Suroto adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Pak Jek yang
terletak di alun – alun Pancasila Salatiga.Suroto mengetahui jika penggunaan
plat nomor palsu itu dilarang hukum dan akan ditilang nantinya,namun selama
ini Suroto tetap setia dengan menggunakan plat nomor asli,hanya saja saat
pergantian mas berlaku yang juga harus dilakukan penggantian plat nomor
oleh samsat,suroto memilih mengubah angka masa berlaku plat nomornya di
kios plat nomor ketimbang di harus antre dan menunggu disamsat.Bagi Suroto
yang terpenting ialah adanya logo Korlantas di plat nomornya,mengenai huruf
dan angka masa berlaku itu bisa diakali di kios plat nomor,ujar Suroto.38
C. ANALISIS
1. Impementasi Peraturan Tentang TNKB
Pada sub bahasan kali ini,penulis akan mambahas dan memberikan analisis serta
jawaban atas rumusan masalah yang menjadi perhatian pada penelitian ini.Adapun
rumusan masalah yang ditanyakan ataupun yang menjadi kasus ialah :
i. Bagaimana penegakan hukum bagi pembuat TNKB illegal di Kota Salatiga ?
ii. Apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan plat
nomor palsu di Kota Salatiga ?
Jika melihat peraturan tentang TNKB mulai dari Perkapolri No.5 tahun 2012
tentang Regident Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Samsat ,maka dapat dilihat bahwa peraturan mengenai
standarisasi plat nomor sudah diatur jelas ,hal tersebut kembali ditegaskan pada bunyi
Pasal 10 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
38
Hasil wawancara penulis dengan Suroto selaku konsumen di kios plat nomor Pakjek alun – alun
Pancasila,pada tanggal 9 Oktober 2017.
Kendaraan Bermotor yang menerangkan bahwa Plat Nomor merupakan tanda
Registrasi Identitas Kendaraan Bermotor yang berfungsi sebagai bukti legitimasi
pengoprasian ranmor berupa pelat atau bahan lain dengan spesifikasi tertentu yang
diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah,nomor registrasi serta masa berlaku dan
dipasang di kendaraan bermotor.
Hal yang sama yang mengatur mengenai keaslian dan kelegalan suatu TNKB
sebagai bentuk legitimasi juga dijelaskan pada bunyi Pasal 39 ayat 4 dan 5 Perkapolri
No.5 tahun 2012 Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor yang menegaskan
bahwa Plat Nomor diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat
Nomor tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri ,dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.
Sanksi pun juga turut mengikat bagi pelanggaran kedua pasal yang disebutkan
diatas yakni dalam Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang menerangkan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Namun setelah melakukan penelitian mendalam dengan melakukan wawancara
dengan narasumber terkait seperti diantaranya owner pemilik kios plat nomor,samsat
kota salatiga,satlantas kota salatiga,dan konsumen,penulis berasumsi bahwa terdapat
kejanggalan antara teori dengan praktik dilapangan.
2. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan
pendekatan Teori Penegakan Hukum
Untuk menangani dan mengatasi kasus hukum yang penulis angkat yakni tentang
Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Illegal di Kota Salatiga maka perlu
kerja nyata dari aparat kepolisian dalam hal ini samsat,satlantas serta satreskrim selaku
penegak hukum.Namun setelah didalami oleh penulis terdapat kejanggalan dilapangan
,kejanggalan tersebut tidak lain ialah tidak ditegakkannya hukum bagi pembuat TNKB
palsu di kota salatiga dan konsumen selaku pengguna plat nomor palsu.Penulis
menyadari bahwa Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan
keinginan – keinginan hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang
yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.39
Penegakan
hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita
masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum
itu berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian
lain penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas
penegakan hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang
sempit penegakan hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran
yang sudah terjadi (represif).
Pada kondisi masyarakat yang sedang membangun, hukum senantiasa diarahkan
pada upaya menuju pada kondisi yang lebih baik, sehingga peran hukum dengan
demikian semakin menduduki posisi strategis guna mewujudkan tujuan hukum. Fungsi
hukum yang diharapkan pada masyarakat maju adalah melakukan usaha untuk
menggerakkan rakyat maupun penegak hukum agar bertingkah laku sesuai dengan cara-
cara baru (progresif) guna mencapai suatu tujuan yang dicitakan. Secara simbolik
hukum memang memperlihatkan kekuasaannya untuk mengatur, namun hakekatnya
bertujuan untuk memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
39
Satjipto Rahardjo,Masalah Penegakan Hukum,(Bandung:Sinar Baru,1983),hlm.24.
Dikatakan terbesar karena pada kenyataannya hukum selalu ada celah untuk tidak
memuaskan. Sebagai bangunan ide, kultur, dan cita-cita, wajar dinyatakan bahwa
tujuan hukum adalah membahagiakan manusia.40
Dari praktik dilapangan tidak ada tindakan preventif pencegahan yang dilakukan
oleh aparat dalam hal ini satreskrim (reserse) terkait semakin berkembangnya kios –
kios plat nomor dengan modus operandi sekedar membenahi plat nomor ,padahal setelah
penulis melakukan penelitian banyak diantara kios - kios plat nomor di salatiga yang
sengaja membuka jasa pembuatan plat nomor palsu.Tindakan seperti razia pun belum
pernah sama sekali dilakukan oleh petugas berwajib.Tindakan represif berupa
penganggulanganpun juga tidak dilakukan seperti halnya penutupan kios plat nomor tak
berizin dan yang melanggar ketentuan serta keluar dari jobdesk ,yang hanya dari sekedar
membenahi menjadi membuat baru plat nomor palsu.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan banit STNK M.Agus ,kepolisian
salatiga yang berwenang mengurusi masalah ini malah seperti memberikan lampu hijau
terhadap bisnis kios plat nomor,karena dianggap dengan hadirnya kios - kios plat nomor
yang tersebar di kota salatiga dapat meringankan kinerja samsat dalam proses
pembuatan plat nomor,namun ketika ditanya dan ditegaskan apakah bisnis ini (kios plat
nomor) termasuk illegal ,M.Agus menegaskan bahwa bisnis ini adalah illegal karena
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.Maka dari itu tindakan preventif dan
represif sengaja tidak dilakukan ,karena selain meringankan kinerja kepolisian ,juga
membantu masyarakat mencukupi kebutuhan hidupnya,seiring minimnya lapangan
pekerjaan yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang baik .
Jika dalam pargaraf – paragraf sebelumnya menyinggung mengenai kinerja
satreskrim dalam menegakan dan membertantas pemalsuan plat nomor yang dilakukan
40
Satjipto Rahardjo (Pengantar), Evolusi Pemikiran Hukum Baru dari Kera ke Manusia dari Positivistik ke
Progresif, Yogyakarta, Penerbit Genta Press, 2009, hlm.5
oleh kios - kios plat nomor yang menyalahi aturan,selanjutnya penulis juga akan
menyinggung kinerja satlantas yang bertugas melakukan oprasi tertib lalu lintas.
Para petugas kepolisian yang menggelar oprasi tertib lalu lintas rupanya juga sama
sekali tidak melakukan tindakan dalam hal ini dapat berupa tilang terhadap para
pengguna kendaraan yang menggunakan plat nomor palsu di kendaraan masyarakat.Hal
ini didasarkan oleh hasil wawancara penulis dengan anggota polri Eka Dedi selaku Banit
Turjawali Satlantas Salatiga.Selama ini oprasi tertib lalu lintas yang digelar hanya
memberikan sanksi terhadap pelanggaran – pelanggaran yang nampak,seperti
helm,pajak,kelengkapan fisik kendaraan,knalpot stnk,sim dan juga plat nomor ,itupun
yang penting plat nomor sesuai dengan nomor stnk ,detail mengenai keaslian ,kelegalan
plat nomor sendiri mulai dari logo korlantas polri sering diabaiakan oleh petugas
kepolisian yang menggelar razia tertib lalu lintas.
Jika dikaitkan dengan teori penegakan hukum maka penegakan hukum yang menjadi
harapan setiap elemen negara mulai dari pemerintah,kepolisian,dan masyarakat itu
sendiri maka menjadi sia – sia,karena pada prakteknya tidak ada penegakan hukum
terhadap pembuat TNKB illgela di kota salatiga dan juga penegakan hukum bagi
masyarakat yang mengenakan TNKB palsu yang tidak sesuai dengan ketentuan undang
– undang.Hal tersebut menurutu penulis terjadi karena adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum ,adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum terhadap pembuatan TNKB palsu di kota salatiga ialah :
Penegak hukum
Dalam kasus ini penegak hukum kota salatiga tidak tegas dalam
menindaklanjuti peristiwa hukum ini,hal tersebut lantaran tidak adanya tindakan
preventif dan represif yang dilakukan baik oleh satreskrim maupun satlantas untuk
menangani kasus hukum yang dianggap sepele ini,selain itu sudah jelas jelas
terdapat peraturan yang mengatur mengenai standirisasi TNKB namun jika dilihat
dari fakta dilapangan penegak hukum seakan tidak sadar dan tidak tahu atau acuh
tak acuh dengan adanya hukum positif yang berlaku dalam hal ini perkapolri no.5
tahun 2012 dan UU No.22 tahun 2009.Bahkan lebih parahnya lagi selama ini
belum diadakan razia terkait pembuat plat palsu dan konsumen selaku pengguna
plat palsu ,penegak hukum berdalih bahwa itu hanyalah hal sepele dan tidak perlu
diperdebatkan karena tidak menimbulkan kericuhan dan gejolak .
Masyarakat
Jika mengaca pada hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bintara
unit stnk ,serta pembuat plat palsu itu sendiri dapat disimpulkan bahwa justru
masyarakat itu sendiri yang menginginkan kehadiran para pembuat plat palsu
dengan dalih masyarakat seperti antrian yang lama,dan ingin instant.Namun disisi
lain sebenarnya masyarakat juga tidak paham dan mengerti akan ilegalnya plat
nomor palsu,mungkin saja juga kurangnya sosialisasi oleh para penegak hukum
kota salatiga.
Budaya
Budaya juga salah satu faktor yang mempengaruhi disfungsi hukum dikota
salatiga terkait penegakan hukum terhadap pembuatan plat palsu.Budaya ini ialah
budaya belas kasih dan budaya ikut ikut.Budaya belas kasih dalam hal ini penegak
hukum enggan untuk melakukan razia karena merasa belas kasihan dengan
pembuat plat palsu dengan alasan itu adalah lahan mereka mencari rezeki jadi tidak
baik menganggu atau merusak lahan rezeki orang kecil dan budaya lainnya ialah
budaya ikut ikut ,budaya ini muncul ketika terdapat satu konsumen yang
menggunakan plat palsu yang membuat orang lain terpikat untuk ikut membuat
plat palsu dengan iming iming pengerjaan yang cepat dan tidak ribet.
Faktor sarana dan fasilitas
Mengapa faktor ini juga berkaitan dengan penegakan terhadapa pembuat
TNKB illegal di kota salatiga ? pertama,karena kurangnya sarana dan fasilitas yang
menunjang untuk pembuatan TNKB seperti tenaga kerja,mesin pencetak
TNKB,layanan dibidang pembenahan plat nomor,membuat masyarakat merasa
tidak nyaman dan mau tidak mau masyarakat mencari terobosan baru untuk
mengatasi hal tersebut.Jika setiap keluhan masyarakat terkait TNKB diperhatikan
maka tidak akan ada lapak – lapak kios penjual plat nomor palsu.
Faktor hukum itu sendiri
Seharusnya setiap peraturan yang mengikat dalam hal ini yang mengatur
berkaitan dengan TNKB harus melihat fakta dilapangan,jika dilihat fakta
dilapangan kebanyakan masyarakat memilih jasa kios plat nomor dengan alasan
menghindari antrean disamsat,prosesnya yang berangsur lama,serta fasilitas
pembenahan plat nomor yang tidak disediakan oleh pihak kepolisian.Maka dari
keluhan – keluhan masyarakat tersebut yang juga didasari dengan kondisi
dilapangan maka hukum dalam hal ini peraturan yang mengikat yang mengatur
ketentuan mengenai TNKB dapat dirancang dengan lebih rinci serta cermat
lagi,seperti halnya anjuran kepada samsat untuk mewajibkan membuka pintu loket
bagian pembenahan plat nomor,serta penambahan petugas guna mempercepat
proses pembuatan serta pengeluaran TNKB agar lebih baik dan cepat.
3. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan
pendekatan Teori Disfungsi Hukum
Pada kasus ini terjadi disfungsi hukum di kota salatiga perihal penegakan hukum
terhadap pembuatan TNKB illegal di salatiga,pada kenyataanya apa yang ditentukan
oleh undang – undang tidak terealisasi dengan baik di lapangan. Disfungsi hukum itu
sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum dimaksudkan untuk berlaku
dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif yang mengakibatkan tetap
dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan
masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya
hukum yang over – restrictive yakni yang tidak sepantasnya tidak perlu diatur oleh
hukum.
Pada kasus ini nampak bahwa peraturan demi peraturan,ketentuan demi ketentuan
yang membahas dan mengatur mengenai standarisasi TNKB tidak berjalan dengan
baik,terbukti dengan tidak adanya penegakan hukum yang dilakukan ,baik represif
maupun preventif oleh pihak berwenang.Disfungsi hukum sendiri disebabkan oleh
hukum yang tidak mengikuti perkembangan masyarakat dan dibuat untuk jangka waktu
yang lama ,dalam artian lain tidak adanya pembaharuan ataupun revisi peraturan yang
lebih up to date yang menjangkau kemajuan masyarakat.
Contoh saja,dalam kasus ini tentunya semakin kesini tingkat permintaan produksi
kendaraan selalu meningkat,terbukti dengan semakin padatnya arus lalu lintas ,dengan
begitu maka pekerjaan kepolisian dalam hal ini samsat yang mengeluarkan plat nomor
juga semakin menumpuk,efeknya yang tidak lain ialah semakin menjamurnya kios –
kios plat nomor yang muncul di salatiga.Jika dicermati dari tahun ketahun yang awalnya
kios – kios plat nomor di salatiga hanya 1-5 kios saja,kini semakin hari semakin
menjamur,hal tersebut lantaran kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dan
tuntutan zaman untuk menggunakan kendaraan.Dari hal tersebut seharus hukum yang
bermula dari lembaga eksekutif ,legislatif dan yudikatif saling bekerjasama ,dalam kata
lain ketiga lembaga tersebut harus mengetahui kondisi dan praktik dilapangan mengenai
maraknya kios – kios plat nomor palsu serta masyarakat yang mengenakan plat nomor
palsu,dan disisi lain ketiga lembaga tersebut juga harus mampu membuat hukum yang
dapat memenuhi serta menjangkau kemajuan rakyatnya dari tahun ketahun.Setidaknya
pembuat hukum sudah mengetahui bahwa masyarakat dari tahun ke tahun akan terus
mengalami peningkatan pemakaian kendaraan yang mengakibatkan semakin
menumpuknya kerja korlantas polri dan samsat yang dalam hal ini mengekuarkan dan
membuat TNKB.
Jika dirasa memang dibutuhkan kios – kios plat nomor untuk membantu dan
meringankan kerja polisi yang bertugas dalam hal tersebut dan untuk membantu
kebutuhan masyarakat serta disisi lain guna memberikan lapangan pekerjaan untuk
masyarakat,seharusnya terdapat peraturan mengenai izin untuk membuka kios – kios
plat nomor,dimana didalam izin dan peraturan tersebut mengatur bahwa kios – kios plat
nomor adalah mitra kepolisian yang bertugas untuk membuat plat nomor,membenahi
plat nomor,dimana kios kios plat nomor mendapatkan bahan plat dari samsat/korlantas
dan setiap pendirian kios plat nomor harus melalui perizinan kepolisian.
Dari dua kejanggalan yang telah disebutkan diatas ,setiap penjatuhan hukuman
didasrakan pada asas – asas berikut ini :
i. Nulla puna sine lege (setiap penjatuhan hukuman harus didasarkan pada
suatu undang-undang).Dalam hal ini yang menjadi dasar penjatuhan
hukuman ialah peraturan peraturan yang memuat ketentuan – ketentuan
mengenai TNKB,sepeti Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident
Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan SAMSAT.
ii. Nulla poena sine crimine (pernghukuman hanya dapat dilakukan jika
perbuatan itu telah diancam dalam suatu undang-undang).Sanksi mengikat
dalam penggunaan plat nomor palsu terdapat pada Pasal 280 UU LLAJ
yang berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor
di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima
ratus ribu rupiah)”
iii. Nullum crimen sine poela legali (perbuatan tersebut telah diancam oleh
suatu undang- undang yang berakibat dijatuhkannya hukuman
berdasarkan ketentuan dalam undang – undang dimaksud).41
Dalam hal
ini ketentuan yang mengancam mengenai penggunaan TNKB illegal ialah
pasal 280 UU LLAJ.
41
Bemmelen,Hukum Pidana 1,Hukum Pidana 2 ,Hukum Pidana 3,(Bandung:Binacipta,1986),hlm.55.
top related