amdal makalah 2

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan jumlah penduduk memperlihatkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, terjadi pula peningkatan kebutuhan lahan untuk memenuhi berbagai aktivitas pembangunan. Pada pihak lain, ketersediaan sumberdaya lahan, dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan, luasnya tetap dan sangat terbatas. Kedua kondisi yang saling bertentangan ini akan cenderung meningkatkan tekanan penduduk sehingga menyebabkan penurunan kondisi sumber daya alam, terutama sumberdaya tanah, dan air termasuk kondisi DAS. Hal ini dikarenakan timbulnya kerusakan vegetasi penutup tanah yang merupakan faktor terpenting dalam memelihara ketahanan tanah terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam meresap air. Akibat adanya kerusakan vegetasi, baik kerusakan hutan maupun vegetasi penutup lainnya, maka luas hutan dan vegetasi menjadi semakin berkurang, sehingga fungsi subsistem perlindungan dalam sistem DAS secara keseluruhan menjadi berkurang. Akibatnya daya dukung lahan terhadap pertumbuhan diatasnya menurun. Hal inilah penyebab utama terjadinya erosi yang akan mengurangi kualitas lahan, baik kesuburan tanah karena terkikisnya lapisan tanah bagian atas (top soil) yang banyak mengandung zat hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, maupun kestabilan tanahnya, sehingga rawan terhadap bahaya longsor.

Upload: ayyi-pungkasari

Post on 05-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amdal makalah 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk memperlihatkan kecenderungan yang meningkat dari

tahun ke tahun. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, terjadi pula peningkatan kebutuhan

lahan untuk memenuhi berbagai aktivitas pembangunan. Pada pihak lain, ketersediaan

sumberdaya lahan, dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan, luasnya tetap dan

sangat terbatas. Kedua kondisi yang saling bertentangan ini akan cenderung meningkatkan

tekanan penduduk sehingga menyebabkan penurunan kondisi sumber daya alam, terutama

sumberdaya tanah, dan air termasuk kondisi DAS. Hal ini dikarenakan timbulnya kerusakan

vegetasi penutup tanah yang merupakan faktor terpenting dalam memelihara ketahanan tanah

terhadap erosi, dan kemampuan tanah dalam meresap air.

Akibat adanya kerusakan vegetasi, baik kerusakan hutan maupun vegetasi penutup

lainnya, maka luas hutan dan vegetasi menjadi semakin berkurang, sehingga fungsi subsistem

perlindungan dalam sistem DAS secara keseluruhan menjadi berkurang. Akibatnya daya dukung

lahan terhadap pertumbuhan diatasnya menurun. Hal inilah penyebab utama terjadinya erosi

yang akan mengurangi kualitas lahan, baik kesuburan tanah karena terkikisnya lapisan tanah

bagian atas (top soil) yang banyak mengandung zat hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman,

maupun kestabilan tanahnya, sehingga rawan terhadap bahaya longsor. Selain itu erosi juga

dapat mengakibatkan terjadinya pendangkalan sungai, waduk, saluran-saluran irigasi, dan

muara-muara sungai dibagian hilir karena terjadinya pengendapan material yang sering disebut

sedimentasi. Terjadinya sedimentasi ini berakibat berkurangnya umur efekif dari waduk.

Keadaan ini jika terus berlangsung maka pada suatu saat, tekanan penggunaan lahan

akan melebihi daya dukung lahan, sehingga terjadilah degradasi lahan. Terdegradasinya

lahan akan mengakibatkan meluasnya kerusakan lahan terutama kerusakan lahan hutan.

Pengurangan luas hutan yang masih berlangsung sampai saat ini disebabkan antara lain oleh

penebangan liar, pembukaan hutan, dan lain sebagainya akan mengakibatkan terganggunya

hutan. Kerusakan ini akan berakibat semakin meluasnya lahan kritis.

Page 2: Amdal makalah 2

A. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan infiltrasi

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi

3. Mengetahui dampak erosi terhadap proses infiltrasi

4. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak dari terganggunya proses

infiltrasi

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan infiltrasi?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi infiltrasi tersebut?

3. Bagaimana dampak erosi terhadap proses infiltrasi?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak dari terganggunya proses

infiltrasi?

Page 3: Amdal makalah 2

BAB II

ISI

Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah. Air yang telah ada di dalam

tanah kemudian akan bergerak ke bawah oleh gravitasi dan disebut dengan perkolasi. Laju

infiltrasi air ke dalam tanah, dalam hubungannya dengan pengisian kembali tanah oleh air

hujan atau oleh air irigasi, sangat penting. Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air

mudah meresap kedalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil. Akibatnya erosi yang

terjadi juga kecil. Daya infiltrasi tanah dipengaruhi oleh pororitas dan kemantapan struktur

tanah. Karena bentuk struktur tanah yang membulat (granuler, remah, gumpal membulat),

menghasilkan tanah dengan pororitas tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah, dan

aliran permukaan menjadi kecil, sehingga erosi juga kecil. Demikian pula tanah-tanah yang

mempunyai struktur tanah yang mantap (kuat), yang berarti tidak mudah hancur oleh

pukulan-pukulan air hujan, akan tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak

mantap, sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan, menjadi butiran-butiran halus

sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran permukaan

meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat.

Laju Infiltrasi dan Kapasitas Infiltrasi

Laju infiltrasi (infiltration rate) dan kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) adalah

besaran kuantitas infiltrasi, dimana kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum unruk

suatu jenis tanali tertentu sementara laju infiltrasi adalah laju infiltrasi yang nyata pada tanah

tersebut. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan

intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali

lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya

mengalir ke sungai disekitar.

Mekanisme infiltrasi melibatkan 3 proses yang tidak saling mempengaruhi :

a. proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah

b. tertampungnya air hujan tersebut didalam tanah

c. proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah, samping, atas)

Page 4: Amdal makalah 2

Laju infiltrasi tergantung pada kondisi permukaan dan bawah permukaan tanah.

Faktor terpenting adalah stabilitas pori-pori pada permukaan tanah dan laju transmisi air

lewat tanah. Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah

sebagai berikut:

1. Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang jenuh.

2. Kadar air atau lengas tanah

3. Pemadatan tanah oleh curah hujan

4. Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan dari

partikel liat

5. Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah

6. Struktur tanah

7. Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan organik)

8. Proporsi udara yang terdapat dalam tanah

9. Topografi atau kemiringan lahan

10. Intensitas hujan

11. Kekasaran permukaan tanah

12. Kualitas air yang akan terinfiltrasi

13. Suhu udara tanah dan udara sekitar

Menurut Boedi Susanto (2008), laju infiltrasi berbeda menurut jenis tanahnya seperti

pada tabel berikut:

Laju Infiltrasi Menurut Jenis

Tanah Jenis Tanah

Laju Infiltrasi (mm/menit)

Tanah ringan (sandy soil) 0,212 – 0,423

Tanah sedang (loam clay, loam

silt)

0,042 – 0,212

Tanah berat (clay, clay loam) 0,004 – 0,042

Adapun proses infiltrasi dapat dipengaruhi oleh erosi yang terjadi. Erosi adalah

suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh

pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi merupakan tiga proses yang berurutan,

Page 5: Amdal makalah 2

yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition)

bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995).

Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi mengakibatkan hilangnya sebagian tanah

dari tempat tersebut dan erosi ini mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

Menurunnya Tingkat Infiltrasi.

Penebangan pohon hutan dapat mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah hutan dalam

berbagai cara. Seperti telah dibahas sebelumnya deforestasi dapat mengakibatkan

evapotranspirasi berkurang dan peningkatan tingkat penyimpanan kelembaban tanah,

dengan asumsi bahwa air memasuki profil tanah dan tidak kabur permukaan. Akibatnya,

tanah di daerah yang gundul akan mencapai kapasitas lapang sebelumnya selama proses

curah hujan dan kelambatan proses perkolasi lebih sering akan menjadi proses transmisi air

yang dominan melalui tanah. Selama curah hujan lebih lama dan intens, kapasitas infiltrasi

tanah mungkin akan terlampaui, dan peningkatan limpasan permukaan mungkin terjadi.

Kapasitas infiltrasi berkurang juga dapat dikaitkan dengan penebangan kayu dari

pembukaan hutan untuk penggunaan lahan alternatif, baik karena dampak dari operasi pada

pemadatan tanah atau sebagai akibat dari paparan tanah yang diikuti dengan erosi humus.

Penggunaan mesin atau hewan untuk mengangkut batang kayu dapat menghilangkan dari

reruntuhan/puing secara fisik tanah hutan yang tersusun rapat. Kepadatan akan mineral

untuk dampak rintik hujan juga dapat menyebabkan penyegelan permukaan tanah dan

mengurangi masuknya air ke dalam tanah. Aktifitas luar biasa pergerakan bumi yang terkait

untuk membuka akses jalan ini untuk frekuensi operasi lapisan tanah sebelah bawah kurang

dapat ditembus.aliran diatas tanah terjadi sepanjang permukaan jalan yang relatif kedap

bahkan selama intensitas sedang curah hujan.

Tingkat keparahan efek pada laju infiltrasi umumnya akan mencerminkan intensitas

kerusakan hutan. Misalnya, penebangan hati-hati mungkin mengganggu tanah dengan

kurang dari 10% dari suatu daerah. Dalam kasus seperti aliran darat akibat infiltrasi

Mengurangi mungkin akan menjadi konsekuensi kecil karena penyaringan dan efek infiltrasi

di hutan terganggu tersisa. Namun, operasi penebangan buruk direncanakan dapat

mengganggu dan kompak sampai dengan 40% dari daerah,sangat mengurangi kapasitas

infiltrasi suatu daerah dan sering menghasilkan limpasan permukaan lubang meningkat dan

erosi tanah.

Page 6: Amdal makalah 2

Ketetapan perubahan ini akan berbeda dengan penggunaan lahan yang

berlainan. Untuk mengatur penggunaan produksi kayu hutan yang stabil atau pertanian

tradisional tebang-dan-bakar, tingkat infiltrasi umumnya tinggi dari hutan asli sering

dipelihara dengan pengecualian daerah kecil dari gangguan tanah yang parah.Pengaruh

lapisan organik hutan asli dan struktur hutan tanah sering akan bertahan selama beberapa

tahun setelah gangguan awal.Dengan regenerasi yang memadai, bahan organik baru akan

segera disediakan untuk mempertahankan struktur pori tanah hutan.Sebagai dasar

evapotranspirative dari sumber hasil hutan dari hutan untuk atau tetap melebihi tingkat

predisturbance, rezim infiltrasi tinggi itu dipulihkan. 

Similar rezim infiltrasi tinggi juga dapat berkembang ketika hutan digantikan oleh

tanaman pohon alternatif atau hutan tanaman, meskipun proporsi tangkapan di bawah tanah

ini sering ditutupi oleh permanen, baik penggunaan dipadatkan trek akses atau jalan.

Penggunaan lahan yang lebih intensif ("permanen" deforestasi) seperti konversi dengan

tanam tahunan dan topasture cenderung menurunkan infiltrasi karena kedua rejim

kelembaban tanah berubah dan copaction dengan mesin dan hewan. Perubahan ini dapat

diminimalkan mana penggembalaan cahaya dan sistem budidaya yang digunakan pengguna,

tetapi mengikuti pola normal pembukaan hutan untuk meningkatkan tekanan

penggembalaan dan mekanisasi operasi pertanian. Dimana dirancang dengan baik dan

kegunaan petak sawah dipertahankan, laju infiltrasi yang lebih tinggi dapat dipertahankan

untuk setiap tingkat penggembalaan atau budidaya.

Perkotaan dan menggunakan infrastruktur nonabsorbing permukaan tanah yang

terkait dengan mereka, dan atas air permukaan baik harus menguap atau lari. Jelas, sebagai

persentase dari DAS di bawah permukaan meningkat nonabsorbing, jumlah

infiltrationdecreases, dan jumlah dan kecepatan aliran permukaan meningkat-proses yang

sering dipercepat oleh sistem drainase.

Menurunnya Kekuatan Akar Pohon.

Stabilitas dari lapisan tanah pada lereng curam tergantung pada keseimbangan

antara tegangan geser dalam tanah dan kekuatan geser tanah

(lihat gambar 7). Dimana pasukan halus seimbang, mekanik penahan dari massa tanah

dengan akar pohon adalah faktor signifikansi besar. Pengaruh pengjangkaran itu berkurang

jika deforisasi berkurang mengikuti kerusakan akar. Kemungkinan membuang-buang masa

Page 7: Amdal makalah 2

meningkat, dengan periode rentan tergantung pada lamanya waktu daerah tetap dibersihkan

dari pohon. Bahkan untuk tanah dimana hutan diperbolehkan untuk segera regenerasi

penebangan berikut, ada pengurangan kekuatan geser dari satu sampai sepuluh tahun

(kecuali dalam kasus tumbuh dari tunggul dipotong). Dimana daerah rawan pemborosan

massa dikonversi ke annuals dibudidayakan atau padang rumput, pengurangan kekuatan

akar substansial dan berkepanjangan, dan kemiringan masalah stabilitas menjadi bahaya

terus. Pembangunan jalan di daerah-daerah tertentu harus didekati dengan hati-hati, karena

penebangan dan kemudian meremehkan lereng dengan halus seimbang pasukan kekuatan

belaka belaka dengan mudah dapat memicu gerakan bumi besar (lihat bagian tentang tanah

longsor).

Peningkatan Dampak Hujan Turun.

Pembersihan dedaunan hutan, khususnya dalam kisah, meningkatkan jumlah hujan

turun memukul dasar hutan permukaan daun tanpa kecepatan dengan campur tangan.

Sebuah penutup yang baik daun sampah masih dapat menjalankan fungsi, tetapi dalam

pembukaan hutan ada sesuatu sebagian total penghilang ini yang bersifat melindungi

pelindung. Untuk setiap situasi tanah yang diberikan, pentingnya dampak rintik hujan

meningkat (dan efek selanjutnya memisahkan partikel tanah) tergantung untuk sebagian

besar pada seberapa banyak tanah yang gundul terkena dan lamanya waktu pemaparan. Di

daerah dengan berkepanjangan, tinggi intensitas curah hujan, atau di lereng dengan jenis

tanah rentan terhadap percikan, konversi erosi hutan untuk pemanfaatan lahan yang

menghasilkan banyak waktu dengan kosong, terkena tanah (misalnya, tanaman

dibudidayakan) harus dievaluasi secara cermat dan mengecilkan hati di banyak tempat.

Dalam situasi di mana lapisan serasah saja dihapus (misalnya, untuk bahan bakar) efek

erosif air hujan dapat ditingkatkan. Pembersihan sampah total mungkin bermanfaat untuk

perlindungan kebakaran serta menyediakan beberapa bahan bakar.

Peningkatan Air Hasil .

Studi DAS terkendali di berbagai lingkungan hutan telah hampir secara universal

menunjukkan peningkatan hasil air tahunan mengikuti deforestasi sebagian atau penuh.

Sebuah tinjauan lebih dari 90 studi menunjukkan bahwa sekarang mungkin untuk

memprediksi besarnya perkiraan dari kenaikan di beberapa jenis hutan, meskipun review

tidak menempatkan batas kesalahan pada prediksi ini karena variabilitas hasil dari studi yang

Page 8: Amdal makalah 2

berbeda . Kajian ini menunjukkan peningkatan rata-rata bahwa air hasil tahunan sebesar 40

mm akan terjadi pada pinus atau jenis hutan eukaliptus per 10 persen meliputi penurunan

hutan. Untuk kayu keras gugur dan jenis hutan semak belukar, review menunjukkan

peningkatan sekitar 25 mm dan 10 mm, masing-masing, per 10 persen meliputi penurunan

hutan. Dalam semua kasus, faktor utama yang mempengaruhi perubahan dalam produksi air

tampaknya menjadi pengurangan evapotranspirasi disebabkan oleh penurunan kepadatan

langit-langit hutan.

Dalam iklim di mana curah hujan tahunan tidak didistribusikan secara merata

sepanjang tahun dan fasilitas untuk penyimpanan air selama periode kering terbatas atau

tidak ada, pengaruh hutan terhadap loe mungkin menarik lebih besar daripada perubahan

dalam produksi air tahunan. Dimana musim kemarau aliran rendah berasal dari akuifer air

tanah di mana mengisi ulang tersebut tidak langsung dipengaruhi oleh vegetasi permukaan

lokal, perubahan tutupan hutan akan memiliki pengaruh yang kecil atau tidak ada. Dimana

resapan air tanah lokal adalah penting, namun, efek dari deforestasi, konversi, dan degradasi

lahan melalui penggunaan yang tidak benar juga dapat mengakibatkan arus musim kemarau

rendah, dalam mengubah aliran dari permanen untuk abadi, atau di atas pengeringan sumur

dan mata air. Meskipun tidak ada bukti eksperimental untuk mendukung hal ini, kerja DAS

yang paling eksperimental belum ditangani dengan situasi yang ekstrim dari pemadatan

tanah yang parah, erosi yang parah, atau di mana sebagian besar dari DAS itu dimasukkan

ke dalam buatan, permukaan nonabsorbing.

Perencanaan dengan jelas harus memastikan bahwa pembukaan hutan terbatas pada

tanah mampu mendukung kegunaan lahan alternatif tanpa erosi yang meluas, erosi parit

sangat luas. Sama, pengelola lahan perlu memastikan bahwa penggembalaan dan praktek

tanam tidak menyebabkan pemadatan yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat

menyebabkan efek buruk pada hasil dan distribusi air serta dampak negatif yang lebih

langsung terhadap erosi, kualitas air, dan produktivitas lahan.

Diubah Arus Banjir.

Dalam membahas efek manipulasi hutan banjir, perbedaan harus dibuat antara

puncak banjir, atau volume tertinggi aliran sungai yang terjadi pada aliran tertentu

penampang selama peristiwa banjir, dan volume banjir, atau total debit air banjir yang

dihasilkan oleh satu atau serangkaian peristiwa badai. AS baru-bari ini review poin makalah

Page 9: Amdal makalah 2

bahwa manipulasi tutupan hutan yang parah seringkali telah ditemukan untuk meningkatkan

puncak badai dari daerah aliran sungai kecil tetapi bahwa begitu yang berkurang pada arus

hilir mereka, mereka tidak secara signifikan mempengaruhi puncak banjir di cekungan yang

lebih besar. Pengukuran volume hilir banjir dengan seketika dari eksperimental kecil DAS

setelah pemotongan hutan telah memberikan hasil yang kurang jelas. Tidak ada bukti yang

konsisten bahwa penghilangan hutan saja menyebabkan volume hilir banjir meningkat di

cekungan besar, terutama dalam kasus banjir besar yang ditentukan terutama oleh curah

hujan dan topografi.

Harus dari literatur penelitian yang tersedia mengenai dampak deforestasi terhadap

banjir mengacu pada perubahan sementara pada hutan terkait dengan operasi kehutanan

daripada efek jangka panjang dari konversi hutan untuk penggunaan lahan lainnya. Dimana

pengelolaan lahan yang buruk menyebabkan pemadatan luas dan kerusakan situs, efek akhir

dari konversi hutan pada generasi banjir mungkin lebih dramatis daripada berapa gangguan

untuk menunjukkan literatur yang ada.

Mengurut bagi para perencana pada umumnya, bahwa tutupan hutan lengkap

merupakan jaminan melindungi lahan terbaik terhadap banjir bandang di daerah hulu

dimana hutan datang di bawah pengawasan untuk merencanakan perubahan penggunaan

lahan. Beberapa perubahan dan manipulasi hutan dapat dilakukan tanpa mengganggu

Volume banjir. Namun, di mana penurunan yang signifikan dalam pemadatan

evapotranspirasi atau berat dan kerusakan situs menemani konversi hutan, volume banjir

dapat ditingkatkan. Efek ini kemungkinan besar akan meningkatkan frekuensi kejadian

banjir moderat, karena banjir besar yang terkait dengan berkepanjangan tinggi intensitas

curah hujan tampaknya akhirnya ditentukan oleh pola curah hujan dan topografi daripada

penggunaan lahan.

Peningkatan air tanah.

Kecuali itu diikuti dengan degradasi lahan yang parah di lereng curam, deforestasi

umumnya menghasilkan peningkatan di kedua aliran sungai dan resapan air tanah. Kenaikan

dalam deforestasi tabel air tanah berikut telah dicatat di banyak bagian dunia. Dalam sebuah

percobaan di Finlandia, jelas memotong hutan pinus menghasilkan kenaikan muka air tanah

sekitar 40 cm. setelah pembukaan hutan lebat dan semak-semak di Lembah Callide di bagian

timur Australia untuk pengembangan pastoral, muka air naik hingga 10 m dilaporkan.

Page 10: Amdal makalah 2

Di beberapa daerah di mana tanah itu garam, tabel air tanah meningkat terkait

dengan pembukaan hutan telah menghasilkan masalah pengelolaan lahan yang parah akibat

pembukaan hutan. Masalah kualitas air yang dihasilkan dari salinitas yang disebabkan oleh

perambahan hutan juga terjadi di sungai Australia, khususnya di barat daya Australia.

Erosi dan Sedimentasi Stream.

Studi di banyak daerah di dunia telah mendokumentasikan dampak dari operasi

penebangan kayu di erosi dan sedimentasi sungai. Deforestasi umumnya akan mempercepat

kerugian erosi dari daerah tangkapan air dan meningkatkan tingkat sedimen di sungai.

Sebagai contoh, sebuah studi AS di Arizona menunjukkan bahwa setelah pembalakan dan

konstruksi jalan , hasil sedimen dari cekungan kecil meningkat dari 3,5 ton per tahun

menjadi 21 ton setelah hanya dua badai musim panas, dan pada 57 ton setelah dua badai

musim dingin. jika dikelola dengan baik operasi pemanenan kayu, percepatan erosi

umumnya hanya bersifat sementara, karena hutan yang menghasilkan secara bertahap akan

mulai menyediakan tanah dengan perlindungan yang sama dengan yang disediakan oleh

hutan aslinya. Misalnya, sedimentasi studi di pegunungan Sierra Nevada di Amerika Serikat

telah menunjukkan bahwa tingkat sedimentasi turun setelah dengan cepat penebangan telah

berhenti. Untuk pembuangan aliran tinggi, konsentrasi sedimen dicatat dalam penelitian ini

sebelum penebangan rata-rata 20 miligram per liter (mg /L). selama tahun-tahun pertama,

kedua, dan ketiga setelah penebangan, tingkat rata-rata masing-masing 190, 90, dan 45

mg/L.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kontrol yang cermat dari kegiatan

penebangan secara substansial dapat mengurangi dampak dari operasi penebangan yang

sebenarnya itu sendiri, bahkan pada tempat yang sangat rapuh. Sebagai contoh, sebuah studi

di timur laut Australia telah mencatat pengurangan ditandai dalam doncentrations aliran

sedimen terkait dengan penebangan hutan hujan menyusul pelaksanaan yang ketat kontrol

pengelolaan DAS pada kegiatan pemanenan. Sebelum pelaksanaan kontrol ini, konsentrasi

sedimen tertinggi tercatat adalah 750 mg / L setelah badai tunggal yang menghasilkan 67

mm hujan. Setelah pelaksanaan kontrol ini, konsentrasi sedimen tertinggi yang tercatat

hanya 180 mg / L setelah badai yang menghasilkan 259 mm hujan.

Pembukaan hutan untuk lahan selain hutan menggunakan seperti penggembalaan dan

tanam dapat menyebabkan perubahan yang lebih signifikan terhadap tingkat erosi tanah dan

Page 11: Amdal makalah 2

aliran studi sedimentation di timur laut australia menunjukkan bahwa sementara penebangan

menyebabkan peningkatan dua sampai tiga kali lipat dalam endapan sungai konsentrasi

pembukaan hutan hujan puncak tanah padang rumput untuk pembangunan menyebabkan

peningkatan sepuluh kali lipat dalam tingkat kosentrasi itu sedimen puncak tinggi tersebut

bertahan selama lebih dari tiga tahun setelah DAS dibersihkan dan meskipun recolonization

DAS oleh rumput dan pertumbuhan kembali hutan hujan konsentrasi sedimen tersuspensi

meskipun, banyak recuded, masih belum kembali ke tingkat preclearing tujuh tahun setelah

pembukaan awal.

Studi lain Australia di negara bagian new south wales telah menunjukkan bahwa

antara awal 1940 dan 1967 terjadi peningkatan 750,000 ha dari beberapa luas areal yang

terkena erosi parit moderat. kenaikan ini hampir seluruhnya karena pembukaan hutan dan

budidaya meningkat dengan sekitar peningkatan 70 persen yang terjadi pada areal

penanaman gandum di lereng dan dataran

Di daerah pertanian ada juga potensi besar untuk mengurangi kerugian tanah terkait

dengan budidaya berbagai sistem merumput aspek ini dibahas dalam bab pada erosi tanah

dengan, mitigasi erosi air effectie diperlukan untuk mencegah sedimentasi di saluran hilir

sedimentatin tersebut dapat meningkatkan dampak banjir dia limpasan dengan

memperlambat perjalanan panjangnya ke laut.

Tanah longsor

Di daerah curam dimana kekuatan semata-mata tanah dan tegangan geser dalam

tanah yang halus seimbang, kerusakan hutan dapat menyebabkan percepatan ditandai dalam

aktifitas.one study tanah longsor telah menunjukkan bahwa 34 dari 47 gerakan massa tanah

yang terjadi selama satu tahun terjadi di sepanjang jalan hutan, meskipun ini hanya

mencakup 1,8 persen dari studi hutan area.studi yang lain di tenggara Alaska ilustrasi dari

aspek mempengaruhi gangguan hutan terhadap proses pemborosan massal. jumlah dan luas

areal slide meningkat beberapa 4 ½ kali setelah penebangan dimulai 1953.

Untuk mencapai keberlanjutan produktivitas lahan perlu dilakukan tindakan

konservasi tanah dan air. Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan teknologi

konservasi tanah secara vegetatif maupun mekanik.

Page 12: Amdal makalah 2

a. Cara Vegetatif

Nilai kehilangan erosi tanah yang terjadi dibedakan pada beberapa tipe penanaman

kopi yang dilakukan penduduk. Tipe penanaman kopi ini ada yang menggunakan tindakan

konservasi tanah dengan menanam rumput sebagai strip dan atau menggunakan rorak.

Upaya ini akan menyebabkan kehilangan tanah akan berkurang dan pada akhirnya akan

menyebabkan efisiensi penggunaan hara menjadi bertambah baik.

Penghutanan kembali/ Reboisasi.

Tanah tanah yang gundul akibat kerusakan hutan dan tanaman keras lainnya harus

diperbaiki dan dipulihkan kelestariannya, jalan yang dapat ditempuh adalah dengan reboisasi

atau penghutanan kembali. Maksudnya adalah penanaman tanah tanah rakyat, tanah bebas

(negara) tanah bekas perkebunan yang umumnya telah mengalami kerusakan baik yang ada

di dataran tinggi maupun daerah aliaran sungai (DAS) denga berbagai pohon-pohonan

terpilih atau rumput rumputan dengan maksud mengawetkan tanah (pencegahan erosi) dan

dapat memberikan tambahan pendapatan para petani/ pemilik tanah yang bersangkutan.

Penanaman secara Kontur.

Penanaman secara kontur sangat diperluakan dan harus diperhatikan kalau keadaan

tanahnya mempunyai kemiringan, jadi penanaman secara konur ini ialah penanaman

tanaman searah atau sejajar dengan garis kontur atau dengan lain perkataan dengan secara

menyilang lereng tanah, bukan menjurus searah dari atas kebawah lereng.

Menurut Dr.Ir. Ramdhon Bermanakusuma, terapat korelasi antara kemiringan serta

panjang lereng yang digunakan untuk penananamn secara kontur. Pada kemiringan 3—6%

panjang lereng yang dianjurkan jangan melampaui 100 meter, sedangkan pada kemiringan

lebih dari 8% dianjurkan jangan sampai melampaui 65 meter. Hal ini untuk menghindarkan

Page 13: Amdal makalah 2

peluapan air. Pada saat keadaan demikian harus dilengkapi dengan saluran pembuangan.

b. Cara Mekanik

Usaha penegendalian erosi dapat juga dilakukan dengan cara teknis mekanik

walaupun kenyataannya cara ini membutuhkan pembiayaan yang besar dibandingkan

dengan cara vegetatif. Adapun cara cara yang bisa dilakukan :

- Pembuata jalur jalur bagi pengaliran air dari tempat tempat tertentu ke ketempat tepat

pembuangan (water ways).

- Pembuatan teras teras atau sengkedan sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga

daya angkut atau hanyutnya berkurang.

- Pembuatan selokan dan parit ataupun rorak-rorak pada tempat tempat tertentu.

- Melakukan pengolahan tanah (bukan pengolahan tanaman) sedemikia rupa yang sejajar

dengan garis kontur.

Akan tetapi walaupun jelas cara teknis mekanis ini mmerlukan biaya yang cukup

besar, demi terhindarnya erosi yang akan mengakibatkan kerugian yang jauh lebih besar

maka cara ini sebaiknya diperhatikan.

Dengan pembuatan pembuatan dan perlakuan/ usaha pengendalian erosi secara

mekanis ini dapat diharapkan terkurangi atau terhambatnya aliran permukaan (Run Off)

sehingga daya pengkikisan-pengkikisannya terhadap tanah akan diperkecil pula.

Pembuatan teras teras atau sengkidan merupakan pembautan yang terbaik dalam

mengatur aliran air didaerah daerah dengan kemiringan curam. Pada lahan yang berlereng

panjang kita akan mengetahui lajunya aliran air pada permukaan tanah adalah sedemikian

cepat dan kejadian ini tentunya akan mengakibatkan pengikisan tanah lebih besar. Tanpa

dilakuka penterasan pada lereng lereng yang demikian maka erosi pun akan berlangsung

lebih cepat dan besar. Pembuata sengkedan/ teras pada lereng tersebut dan ini berarti pula

kecepatan lajunya aliran permukaan mengalami hambatan hambatan, tiap teras mampu

melakukan hambatan itu dan dengan dibuatnya berpuluh sengkedan (teras) lajunya aliaran

air akan demikian diperlamban yang berarti pula daya angkut dan daya oengikisannya akan

sangat lemah, yang tidak menimbulkan erosi bakan sebaliknya infiltrasi air kedalam tanah

akan meningkat.

Page 14: Amdal makalah 2

Dari teras teras yang dibuat akan mampu mengurangi panjangnya lereng,

mengurangi lajunya aliran permukaan; mengalirkan air ke saluran pembuangan dengan

reduksi penghanyutan penghanyutan; meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah.

c. Cara Kimia dalam pencegahan erosi.

Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi yaitu dengan

pemanfaatan soil conditioner atau bahan bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki

struktur tanah sehingga tanah akan tetap resiten terhadap erosi. Menurut M. De Boodt,

Pemantapan tanah dengan bahan pemantap adalah pembentukan struktur tanah dengan pori-

pori atau ruang udara didalam tanah diantara agregat agregatnya yang sekaligus mencapai

kestabilan. Dimana penggunaan bahan pemantap tesebut dapat berupa bahan alami ataupun

buatan tetapi terbatas dalam jumlahnya yang sedikit.

Pemakaian bahan bahan pemantap tersebut hanya tebatas unyuk keadaan yang sangat

perlu atau sangat mendesak demi pemantapan tanah tanah tertentu, ini dikarenakan harganya

yang terlalu mahal. Tetapi hasil dari penggunaannya memang sangat positif untuk

memperbaiki kemantapan atau kestabilan struktur tanah. Menurut Syaifuddin Sarief, bahwa

tujuan dari pemakaian pemantap tah sebagai mulsa adalah untuk pencegahan erosi

sementara sebelum tanaman tumbuh yan dapat melanjutkan peran dari bahan pemantap

tanah.

Beberapa cara penggunaan bahan pemantap tanah (soil conditioner) bisa dilakukan

sebagai berikut :

a. Pemakaian secara dicampur (incorporation treatment), dimana larutan atau emulsi zat

kimia pemantap tanah pada pengenceran yang dikehedaki disemprotkan kedalam tanah,

kemudian tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai merata, biasa sampai

kedalaman 0—25 cm. Cara ini dalam areal luas menggunakan mesin penyemprot khusus

seperi traktor.

b. Pemakaian setempat/ lubang (Local/ pit treatment), dimana peakaian bahan kimia ini

disemprotkan secara setempat setempat pada tanah atau terbatas pada lubang lunbang

tanaman saja. Dilakukan pada tanaman tahunan dalam rangka usaha penghijauan.

         

Page 15: Amdal makalah 2

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu tinggi genangan air di atas permukaan

tanah dan tebal lapisan tanah yang jenuh, kadar air atau lengas tanah, pemadatan tanah oleh

curah hujan, penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus seperti bahan endapan

dari partikel liat, pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line oleh alat olah,

struktur tanah,kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati (bahan

organik), proporsi udara yang terdapat dalam tanah, topografi atau kemiringan lahan,

intensitas hujan, kekasaran permukaan tanah, kualitas air yang akan terinfiltrasi, suhu udara

tanah dan udara sekitar.

3. Dampak erosi terhadap proses infiltrasi yaitu berkurangnya kapasitas infiltrasi

4. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak dari terganggunya proses infiltrasi

antara lain melalui

B. Saran

Makalah ini perlu dilakukan peninjauan lagi terhadap

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.

Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar.

Page 16: Amdal makalah 2

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2008. Peraturan Pemerintah Negera Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.

Manan, S. 1978. Kaidah dan pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran Sungai. Proceeding Pertemuan Diskusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Jakarta, Jakarta.

Sinukaban, N. 1994. Membangun Pertanian Menjadi Lestari dengan Konservasi. Faperta IPB. Bogor.

Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.

Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. CV.Rajawali. Jakarta.