alternatif pengganti gula tebu untuk meningkatkan ketahanan pangan

Upload: maslia-fahrun-nisa

Post on 10-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Alternatif Pengganti Gula Tebu Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan

    1/3

    Alternatif Pengganti Gula Tebu Untuk Meningkatkan

    Ketahanan Pangan

    Memasuki tahun 2013 kekhawatiran semakin parahnya krisis pangan menghantui

    sebagian besar negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Organisasi Pangan dan

    Pertanian (FAO) PBB mengingatkan krisis pangan seperti yang terjadi pada 2007/2008 bisa

    berulang pada tahun 2013. Untuk mencegah krisis pangan di Indonesia, ketahanan pangan

    mutlak diperkuat (Sibue, 2013). Selain masalah bahan pokok yaitu beras, Indonesia juga

    mempunyai masalah lain yaitu krisis gula. Peneliti dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula

    Indonesia Aris Toharisman mengatakan, ketergantungan terhadap gula impor masih cukup

    besar yakni lebih dari 2,5 juta ton per tahun. Ia juga menunjukkan data bahwa produksi gula

    rata-rata 2,26 juta ton per tahun. Sementara konsumsi sekitar 5,10 juta ton per tahun

    (Anonimous, 2012). Padalah gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi

    masyarakat dan industri di Indonesia, dimana penggunaan gula dalam bahan pangan

    olahan telah berkembang, khususnya pada masakan-masakan khas daerah di seluruh

    Indonesia.

    Pada tahun 1950-an, Indonesia memiliki sejarah sebagai pengekspor gula kedua

    terbanyak setelah Brazil. Namun saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor gula kedua

    terbanyak setelah Rusia. Menurut Mentri BUMN Dahlan Iskan, hal ini dikarenakan konsumsi

    gula di Indonesia mencapai 3 juta ton/tahun (BUMN, 2012). Untuk itu Indonesia perlu

    menggali dan mengembangkan bermacam jenis tanaman potensial yang dapat

    mendukung ketahanan pangan melalui program difersifikasi bahan pangan. Salah satu

    jenis tanaman penghasil karbohidrat yang berpotensi dikembangkan menjadi bahan

    alternatif dalam diversifikasi pangan adalah sorgum (Sorghum bicolorL.). Bagian yang akan

    diambil adalah bagian batang dari sorgum manis (sweet sorghum) yang dapat diperas

    niranya untuk bahan pembuatan gula atau jaggery dan bioetanol (ICRISAT, 1990; Reddy

    et al., 2007). Dari penanaman dan pengolahan sorgum, setidaknya bisa didapat 4.000 liternira per hektar. Biji sorgum juga mengandung 6571% pati yang dapat dihidrolisis menjadi

    gula sederhana. Menurut Somani dan Pandrangi (1993) dalam Sumarno dan Karsono

    (1996), biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa sesuai dengan

    kandungan gula pada biji. Gula sederhana yang diperoleh dari biji sorgum selanjutnya dapat

    difermentasi untuk menghasilkan alkohol.

    Kualitas nira sorgum manis setara dengan nira tebu, kecuali kandungan amilum dan

    asam akonitat yang relatif tinggi. Kandungan amilum yang tinggi tersebut merupakan salah

    satu masalah dalam proses kristalisasi nira sorgum sehingga gula yang dihasilkanberbentuk cair. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pusat Penelitian Perkebunan Gula

  • 7/22/2019 Alternatif Pengganti Gula Tebu Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan

    2/3

    Indonesia (P3GI) telah merekayasa alat Amylum Separator yang mampu menurunkan

    kandungan amilum sampai 50% dari kadar awal. Berikut adalah proses pembuatan gula dari

    sorgum (Somani dan Pandrangi 1993 dalam Sumarno dan Kaarsono 1996) :

    Tabel 1. Perbandingan komposisi nira sorgum manis dan nira tebu

    Komposisi Nira sorgum Nira tebu

    Brix (%) 13.6 18.40 12 - 19

    Sukrosa 10.0 -14.40 9 -17

    Gula reduksi (%) 0,75 1,35 0,48 1,52

    Abu (%) 1,28 1,57 0,40 0,70

    Amilum (ppm) 209 1764 1,50 - 95

    Asam akonitat 0,56 0,25

    Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (1996)

    Pengembangan sorgum juga berperan dalam meningkatkan ekspor nonmigas,

    mengingat pemanfaatan sorgum di luar negeri cukup beragam. Menurut Direktorat Bina

    Usaha Tani dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, volume ekspor sorgum Indonesia ke

    Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Malaysia mencapai 1.092,40 ton atau senilai US$

    116.211 sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor sorgum ke luar negeri (Beti

    et al. 1990; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura 1996)

    Dengan tingginya ekspor sorgum ke luar negeri, diharapkan bisa menurunkan jumlah

    impor gula dimana, menurut Beti et al. (1990), tantangan pengembangan sorgum menjadi

    alternatife gula meliputi aspek teknologi budidaya dan pascapanen serta jaminan pasar dan

  • 7/22/2019 Alternatif Pengganti Gula Tebu Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan

    3/3

    permintaan. Untuk memenuhi produksi gula rafinasi dan gula kristal, PTPN X diharapkan

    mampu memicu perkembangan pasar gula alternatif, baik terhadap investor untuk memicu

    tumbuhnya industri-industri gula yang baru, juga memicu para cendekiawan untuk

    mengeksplorasi berbagai sumber gula yang potensial, seperti sorgum.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonimous. 2012. Gula Nasional : Realisasi Produk 2012 Hanya Tercapai 95,6 %.

    http://www.bisnis.com/articles/gula-nasional-realisasi-produksi-2012-hanya-tercapai-

    95-6-percent . Diakses tanggal 19 Juli 2013

    Ariani ,Mewa . 2007. Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Indonesia : Antara Harapan dan

    Kenyataan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian : Bogor.

    Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian

    Tanaman Pangan : Malang

    BUMN, 2012. Poduksi Gula Nasional Naik 30 Persen.

    http://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/2012-produksi-gula-nasional-naik-30-

    persen . Diakses tanggal 19 Juli 2013

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum Manis Komoditi Harapan di Propinsi

    Kawasan Timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk

    Pengembangan Agroindustri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman

    Kacangkacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 612.

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996. Prospek Sorgum Sebagai

    Bahan Pangan dan Industri Pangan. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum

    untuk Pengembangan Agroindustri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 25

    ICRISAT. 1990. Industrial Utilization of Sorghum. Proceedings of Symposium on the

    Current Status and Potential of Industrial Uses of Sorghum. 59p.

    Reddy, B.V.S., dan Dar, W.D. 2007. Sweet Sorghum for Bioethanol. Makalah Workshop

    Dirjen Perkebunan, DEPTAN : Jakarta.

    Sibue, Posman. 2013. Arah Pembangunan Ketahanan Pangan.

    HTTP ://www.diperta.jabarprov.go.id/ . Diakses tanggal 19 Juli 2013

    Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan

    Penggunaannya. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk

    Pengembangan Agroindustri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996: 1324.

    http://www.bisnis.com/articles/gula-nasional-realisasi-produksi-2012-hanya-tercapai-95-6-percenthttp://www.bisnis.com/articles/gula-nasional-realisasi-produksi-2012-hanya-tercapai-95-6-percenthttp://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/2012-produksi-gula-nasional-naik-30-persenhttp://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/2012-produksi-gula-nasional-naik-30-persenhttp://www.diperta.jabarprov.go.id/http://www.diperta.jabarprov.go.id/http://www.bisnis.com/articles/gula-nasional-realisasi-produksi-2012-hanya-tercapai-95-6-percenthttp://www.bisnis.com/articles/gula-nasional-realisasi-produksi-2012-hanya-tercapai-95-6-percenthttp://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/2012-produksi-gula-nasional-naik-30-persenhttp://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/2012-produksi-gula-nasional-naik-30-persenhttp://www.diperta.jabarprov.go.id/