perancangan spk waktu tepat tebang angkut tebu : solusi peningkatan efektifitas produksi gula -...

21
Pengelolaan Sumber Daya Alam Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi MITI Paper Challenge (MPC) 2012 Oleh : Nurcahya Pradana T.P Lutvi Satriyo Putro Ferry Andriyanto

Upload: nurcahya-pradana-taufik-prakisya

Post on 30-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pengolahan tebu mulai dari lahan pertanian hingga menjadi gula mengalami berbagai proses yang cukup panjang. Proses pengolahan tersebut seringkali mengalami kendala, baik dari pihak petani maupun Pabrik Gula (PG). Salah satu masalah yang kerap dihadapi PG adalah menumpuknya permintaan penggilingan tebu oleh para petani dalam periode tertentu. Padahal jangka waktu tebang tebu sampai penggilingan kurang dari 36 jam karena jika melebihi batas waktu tersebut, maka persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan dengan jumlah tebu yang digiling akan menurun. Terutama jika tebu tersebut terbakar, maka jangka waktu penggilingan kurang dari 24 jam. Lebih dari waktu tersebut, gula di dalam tebu akan hilang. Oleh karena itu, dibangunlah sebuah sistem penunjang keputusan dengan menggunakan AHP yang dapat membantu pabrik gula menentukan tingkat prioritas penggilingan tebu yang kemudian akan menjadikan tebu tepat tebang sesuai dengan kondisinya. Sistem yang dirancang diharapkan dapat mampu meningkatkan perekonomian Indonesia terutama para petani tebu karena tidak akan ada tebu yang terbuang sia-sia. Prinsip dasar kerja sistem ini didasarkan pada sirkulasi waktu panen tebu di areal perkebunan Kabupaten Karanganyar yang kemudian diterapkan pada PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar. Dari hasil tersebut,dapat disimpulkan bahwa komoditas tebu sangat menjanjikan untuk peningkatan perekonomian Indonesia pada umumnya dan masyarakat petani tebu Karanganyar pada khususnya.

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

Pengelolaan Sumber Daya Alam

Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas

Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi

MITI Paper Challenge (MPC) 2012

Oleh :

Nurcahya Pradana T.P

Lutvi Satriyo Putro

Ferry Andriyanto

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Naskah jurnal ini adalah hasil karya saya/kami sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya/kami nyatakan dengan benar.

Nama : Nurcahya Pradana Taufik Prakisya

Universitas : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tanggal : 20 September 2012

ii

Page 3: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas

Produksi Gula - Studi Kasus PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

Nurcahya Pradana Taufik Prakisya, Lutvi Satriyo Putro, Ferry Andriyanto

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Pengolahan tebu mulai dari lahan pertanian hingga menjadi gula mengalami berbagai

proses yang cukup panjang. Proses pengolahan tersebut seringkali mengalami kendala, baik

dari pihak petani maupun Pabrik Gula (PG). Salah satu masalah yang kerap dihadapi PG

adalah menumpuknya permintaan penggilingan tebu oleh para petani dalam periode tertentu.

Padahal jangka waktu tebang tebu sampai penggilingan kurang dari 36 jam karena jika

melebihi batas waktu tersebut, maka persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan

dengan jumlah tebu yang digiling akan menurun. Terutama jika tebu tersebut terbakar, maka

jangka waktu penggilingan kurang dari 24 jam. Lebih dari waktu tersebut, gula di dalam tebu

akan hilang. Oleh karena itu, dibangunlah sebuah sistem penunjang keputusan dengan

menggunakan AHP yang dapat membantu pabrik gula menentukan tingkat prioritas

penggilingan tebu yang kemudian akan menjadikan tebu tepat tebang sesuai dengan

kondisinya. Sistem yang dirancang diharapkan dapat mampu meningkatkan perekonomian

Indonesia terutama para petani tebu karena tidak akan ada tebu yang terbuang sia-sia. Prinsip

dasar kerja sistem ini didasarkan pada sirkulasi waktu panen tebu di areal perkebunan

Kabupaten Karanganyar yang kemudian diterapkan pada PTP Nusantara IX Pabrik Gula

Tasikmadu, Karanganyar. Dari hasil tersebut,dapat disimpulkan bahwa komoditas tebu sangat

menjanjikan untuk peningkatan perekonomian Indonesia pada umumnya dan masyarakat

petani tebu Karanganyar pada khususnya.

Kata kunci: pabrik gula, rendemen, SPK, tebu, waktu tebang angkut.

iii

Page 4: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Ar-Rahman, Ar-Rahhim karena

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang

berjudul ”Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan

Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu

Karanganyar” ini.

Tujuan dari disusunnya karya tulis ini adalah untuk mengikuti MITI Paper Challenge

yang akan dilombakan pada bulan Oktober 2012. Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Sari Widya Sihwi, S.Kom, M.TI selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan dan pengarahan dalam proses penulisan karya tulis.

2. Petugas Dinas Pertanian Karanganyar, Pabrik Gula PTPN IX Tasikmadu, dan para

petani tebu Karanganyar yang telah bersedia membantu dalam proses pengumpulan

data.

3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi

dukungan kepada kami.

4. Teman – teman Jurusan Informatika Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

banyak membantu dan memberikan semangat pada kami.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini isinya sangat sederhana bahkan

dapat dikatakan jauh dari sempurna untuk disebut sebagai tulisan yang berbobot ilmiah.

Namun hal itu bagi penulis sudah merupakan pengerahan tenaga dan pikiran semaksimal

mungkin. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kemajuan karya tulis ini.

Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini semoga dapat memberikan ilmu

pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Surakarta, 20 September 2012

Penulis

iv

Page 5: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan hasil bumi, terutama pada lahan pertanian dan perkebunan.

Salah satu hasil perkebunan yang cukup menunjang perekonomian Indonesia adalah

tebu. Hasil pengolahan tebu, yakni gula pasir, merupakan komoditas pekebunan yang

sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Namun demikian, proses pengolahan

tebu yang tidak tepat giling akan menimbulkan masalah tersendiri dalam hasil produksi

gula. Tingkat kualitas gula yang dihasilkan akan jauh menurun karena kadar kemanisan

yang hilang. Jika hal ini dibiarkan, maka program Swasembada Gula pemerintah tahun

2014 akan jauh dari sempurna yang kemudian berdampak pada impor gula dan

mematikan perekonomian di sektor tebu Indonesia.

Mulyadi, M. dkk (2009) menyatakan bahwa dewasa ini kita ketahui jumlah

populasi penduduk Indonesia semakin meningkat yang sebanding dengan jumlah

kebutuhan gula. Di tahun 2009 dengan populasi 225 juta jiwa, rata-rata konsumsi gula

penduduk Indonesia mencapai 12 kg per kapita, kebutuhan gula untuk konsumsi

langsung mencapai 2,7 juta ton dan konsumsi tidak langsung 1,1 juta ton. Tingkat

konsumsi gula dewasa ini masih jauh di bawah saturation level yang biasanya dicapai

negara-negara maju (30-55 kg/kapita/tahun). Sedangkan di tahun 2010 kebutuhan gula

Indonesia mencapai 4,15 juta ton atau naik rata-rata 3,87 % per tahun

Kesenjangan antara kebutuhan dan produksi gula lokal pada saat ini sekitar 32%

dan diatasi dengan impor gula. (Soemarno, 2011). Dalam kondisi keterbatasan devisa

dan kecenderungan harga gula dunia yang meningkat, impor gula akan menimbulkan

beban berat bagi perekonomian nasional di masa depan. Oleh karena itu, upaya

peningkatan produksi gula dalam negeri menjadi pilihan kebijakan yang paling tepat

sejauh upaya itu dapat dipertanggungjawabkan dari segi efisiensi penggunaan

sumberdaya. Dengan demikian, semua pihak wajib mendukung adanya kebijakan

tersebut, seperti para petani tebu dan pabrik gula.

Jumlah petani tebu yang cukup banyak di wilayah Kabupaten Karanganyar dapat

memberikan angin segar dalam hal kebutuhan tenaga kerja penggarap lahan tebu. Namun

demikian jumlah yang besar tersebut tidak didukung dengan semangat kerja petani

dikarenakan beberapa faktor, seperti mesin giling tebu yang ada di pabrik gula yang

sering mengalami kerusakan apabila terdapat overload beban giling tebu. Padahal tebu

1

Page 6: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

tidak dapat bertahan lebih dari 36 jam setelah panen. Dengan demikian perlu diterapkan

sirkulasi penggilingan tebu yang disesuaikan dengan masa tebang angkut atau keadaan

darurat seperti tebu yang terbakar. Upaya yang dilakukan dengan pemanfaatan sistem

penunjang keputusan ini diharapkan dapat mengatur kondisi tersebut. Selanjutnya sistem

penunjang keputusan ini dibangun dengan tujuan akhir peningkatan efektifitas

penggilingan tebu di pabrik gula yang mampu meningkatkan kualitas gula dan dapat

menggerakkan perekonomian bangsa dalam bidang pangan.

B. Rumusan Masalah

Pengendalian waktu tebang angkut tebu yang kurang efektif dan penanganan

kondisi darurat untuk menentukan prioritas penggilingan tebu melalui sebuah sistem

penunjang keputusan. Usaha ini merupakan perancangan dan pembangunan sistem pada

pabrik gula untuk meningkatkan kualitas gula dalam negeri, perekonomian para petani

gula dan pada akhirnya keberhasilan Program Swasembada Gula 2014.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Membuat sebuah sistem penunjang keputusan pada PTP Nusantara IX Pabrik

Gula Tasikmadu untuk meningkatkan efektifitas proses muat tebang angkut

hingga penggilingan tebu demi memaksimalkan produksi gula.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan efisiensi kinerja sumber daya giling tebu pada PTP Nusantara

IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.

b. Meningkatkan perekonomian masyarakat petani tebu Kabupaten Karanganyar

melalui sirkulasi waktu tepat giling panen tebu.

D. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Kegiatan ini sebagai upaya pengembangan kreativitas dan mental mahasiswa

dalam bidang peningkatan perekonomian Indonesia melalui bidang pangan.

2. Bagi Masyarakat

Kegiatan ini dapat meningkatkan semangat bercocok tanam dan perekonomian

petani tebu serta menciptakan persaingan antarpetani tebu di kawasan Kabupaten

Karanganyar yang sehat.

3. Bagi Pemerintah

Karya ini sebagai wujud dukungan terhadap program Swasembada Gula 2014

dengan meningkatkan kualitas produksi gula Indonesia.

2

Page 7: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistem Penunjang Keputusan

1. Definisi Sistem Penunjang Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau yang sering disebut dengan Decision

Support Sistem (DSS) muncul dan diperkenalkan pertama kali pada awal tahun

1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem.

Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk

membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu

untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Istilah SPK mengacu

pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses

pengambilan keputusan. Tahap – tahap pengambilan keputusan dalam SPK

meliputi : kegiatan inteligen (pengenalan masalah), kegiatan desain (perancanngan

alternative), dan kegiatan memilih dan menelaah, yaitu pemilihan dari beberapa

alternative yang ada.(Melwin,2010).

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam membangun sebuah SPK adalah

metode AHP. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan

efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat

proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam

bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,

memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel

dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana

yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada

situasi tersebut.

2. Sistem Penunjang Keputusan berbasis web

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) berbasis web adalah penggabungan antara

aplikasi SPK dengan layanan web service, sehingga mempermudah pengumpulan

data baik secara internal maupun eksternal. Arsitektur aplikasi SPK berbasis web

seperti pada Gambar 1.

3

Page 8: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

Gambar 1. Arsitektur Aplikasi SPK Berbasis Web

B. Rendemen

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang

dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari

100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Berdasarkan waktu dan bahan ujinya, rendemen dapat dibagi menjadi rendemen efektif,

rendemen sementara, dan rendemen contoh. (Rifki, 2012)

C. Tebu

Tebu merupakan tanaman tropis yang merupakan bahan baku untuk pengolahan

gula putih, dimana yang dipakai adalah batang dari tanaman tebu ini. Tebu memiliki

beberapa jenis jika dilihat dari masa panennya atau masa penebangan serta penggilingan

yang tepat, yaitu :

1. Tebu masa tebang awal

Varietas tebu yang termasuk tebu masa tebang awal ini misalnya : PS 861 dan

PS 862. Tanaman tebu yang termasuk dalam jenis ini biasanya dapat dipanen pada

bulan ke-5 hingga bulan ke-8.

2. Tebu masa tebang tengah-akhir

Varietas tebu yang termasuk tebu masa tebang tengah hingga akhir ini misalnya

PS 864 dan Triton. Tanaman tebu yang termasuk dalam jenis ini walaupun sudah

tidak ada daunnya namun batangnya masih segar, sehingga masih bisa dipanen di

akhir tahun.

4

Page 9: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

BAB III

METODOLOGI

A. Pendekatan

Pendekatan dilakukan kepada tiga pihak, yaitu kepada dinas perkebunan

kabupaten Karanganyar, petani tebu di Karanganyar dan perusahaan gula Tasikmadu.

Pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang alur pembuatan gula, dari

penanaman sampai penggilingan tebu. Data ini akan dipakai sebagai dasar pembuatan

SPK ini.

B. Sumber

Dalam sistem ini, sumber yang dibutuhkan hanyalah data yang diberikan oleh

ketiga belah pihak. Data yang dibutuhakan adalah alur proses pembuatan tebu dan petani

tebu yang penggilingan tebunya dilakukan oleh pabrik gula Tasikmadu.

C. Sasaran

Sasaran umum dari sistem ini adalah perusahaan gula Tasikmadu. Sasaran khusus

dari program ini adalah petani tebu, yang tebunya digiling oleh pabrik tebu Tasikmadu

dan ekonomi Indonesia sebagai salah satu pendukung swasembada gula.

D. Tahapan

1. Wawancara dan pengumpulan data

Wawancara dan pengumpulan data dilakukan oleh pihak akademik, yaitu

mahasiswa sebagai perencana SPK. Pihak yang diwawancarai dan diambil datanya

adalah dinas perkebunan kabupaten Karanganyar, salah satu petani tebu

Karanganyar dan pabrik gula Tasikmadu Karanganyar.

2. Pembuatan sistem

Pembuatan program dilakukan oleh pihak akademis, yaitu mahasiswa sebagai

pemilik ide. Sistem dibuat berdasarkan metode SPK AHP.

3. Pelatihan pemakaian sistem

Pegawai pabrik gula yang ditunjuk oleh pabrik gula sebagai admin dan user

dari program ini akan dilatih cara pemakaian program ini. Pelatih untuk petugas itu

tidak lain adalah kami, sebagai mahasiswa pemilik ide.

4. Penerapan sistem

Sistem yang sudah dibuat, akan diterapkan sebagai salah satu pendukung

pabrik gula Tasikmadu dalam menentukan perkebunan yang akan ditebang tebunya

dan digiling.

5

Page 10: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Uraian Hasil Kajian

Dari survei dan wawancara kepada Pabrik Gula Tasikmadu, dinas perkebunan

Kabupaten Karanganyar dan salah satu petani tebu Karanganyar, beberapa kajian yang

diperoleh

- Bapak Azhari, sebagai Kepala Bidang Tebang Angkut (CT) memperoleh

informasi dari Bidang Pengolahan untuk kapasitas giling. Informsi ini dibawa ke

forum antara pabrik gula dengan petani tebu.

- Dari forum ini, CT memberikan SPTA (Surat Perintah Tebang Angkut) kepada

petani sesuai jumlah SPTA yang tersedia untuk setiap wilayah.

- Banyaknya SPTA yang diberikan, mengacu pada kapasitas giling tebu saat itu,

- Petani yang mendapat SPTA, tebu miliknya akan ditebang keesokan harinya.

Supir dari pabrik yang mengangkut tebu akan diberikan SPTA dari petani sebagai

tanda tebu ini telah siap giling.

- Untuk tebu yang terbakar, angkut dan tebangnya diprioritaskan, karena tebu yang

terbakar akan hilang kadar gulanya dalam waktu kurang dari 24 jam.

- Untuk tebu yang tidak terbakar, atau disebut tebu segar, maksimal giling adalah

36 jam.

- Masa penebangan tebu dibagi menjadi 2, antara tanggal 1 sampai 15 dan 16

sampai 30.

B. Temuan

Berdasarkan kajian yang diperoleh, ternyata SPTA yang dikeluarkan oleh CT

kepada petani, harganya cukup mahal. Pemberian SPTA yang tepat sangat diperlukan,

agar proses penebangan dan pengangkutan tebu dapat berjalan dengan adil dan efektif.

C. Ide Sistem

Sistem Penunjang Keputusan Tepat Waktu Tebang Angkut ini akan menjadi

dasar baru dalam penentuan petani yang akan diberika SPTA. Metode SPK yang dipakai

adalah AHP. SPK metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan

dengan memcahkan persoalan tersbut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau

variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan

subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensisntesis berbagai pertimbangan ini

6

Page 11: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak

untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Gambar 2. Diagram Alir Sistem

Pada sistem yang akan dirancang ini user (SKW) harus memasukkan inputan

dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah inputan berupa jumlah SPTA yang dikeluarkan

untuk petani di wilayahnya, jumlah petani dan kemudian rata-rata kapasitas truk. Setelah

semua inputan tahap pertama terisi maka inputan tahap kedua dimulai yaitu inputan

nama petani dan inputan-inputan yang berguna sebagai komparasi, penentuan pemberian

SPTA untuk lahan tebu yang tepat. Inputan - inputan itu adalah :

- Kondisi tebu, terbakar atau tidak.

- Tingkat kematangan tebu.

- Jenis tebu yang akan dipanen.

- Luasan lahan

- Status lahan

Kriteria paling prioritas adalah kondisi tebu. Jika tebu terbakar, maka lahan tebu

harus segera diberikan SPTA untuk segera ditebang dan kemudian bisa digiling, agar

kadar gulanya tidak mengalami penurunan terlalu drastis. Jika semua lahan tebunya tidak

terbakar, kriteria yang akan dilihat adalah tingkat kematangan dan jenis tebu yang

dipanen. Jika ketiga kriteria ini memenuhi, maka prioritas selanjutnya adalah luasan

lahan. Luasan lahan ini terbagi atas 3 kriteria, lahan kecil(kapasitasnya sama dengan 1

SPTA), lahan sedang(kapasitasnya lebih sedikit dari 1 SPTA) dan lahan

besar(kapasitasnya lebih dari 1 SPTA). Prioritas untuk tebang adalah lahan kecil, sedang

dan besar. Untuk kriteria status lahan, digunakan jika penebangan lahan besar tidak

7

Page 12: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

selesai / sudah cukup kuota SPTAnya, lahan ini akan lebih diprioritaskan untuk

penebangan selanjutnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Waktu tebang angkut dan penggilingan tebu dapat mempengaruhi rendemen

atau perbandingan jumlah gula yang dihasilkan dengan tebu yang digiling.

2. SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu diharapkan dapat membantu

penentuan prioritas lahan tebu yang tepat yang harus ditebang terlebih dahulu

oleh PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.

3. SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu diharapkan dapat mengefektifkan

waktu tebang tebu sehingga jumlah upah petani meningkat yang dihitung

berdasarkan rendemen tebu dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan

petani.

4. Sirkulasi waktu penebangan yang tepat sesuai kapasitas giling Pabrik Gula,

dapat meningkatkan efektifitas kerja pabrik, efisiensi SPTA yang harus dibuat,

dan jumlah produksi gula.

5. Produksi gula domestik yang meningkat nantinya akan membantu program

Swasembada Gula pemerintah dan menurunkan tingkat impor gula sehingga

perekonomian Indonesia semakin maju melalui komoditas hasil bumi sendiri.

B. Saran

Dengan adanya rancangan sistem ini, maka kami menyarankan sebagai berikut :

1. Rancangan sistem yang sudah disampaikan di atas hendaknya dapat

diimplementasikan dan terus dikembangkan oleh PTP Nusantara IX Pabrik

Gula Tasikmadu Karanganyar untuk meningkatkan efektifitas tebang-angkut-

giling tebu.

2. Pengembangan rancangan sistem ini sangat dimungkinkan mengingat

permasalahan yang terdapat di dalam pabrik gula tidak hanya pada tebang

angkut dan penggilingan tebu.

8

Page 13: Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar

DAFTAR PUSTAKA

Adi Kusumo,W., Yuliana Setiowati, Kholid Fathoni. (2010). Rancang Bangun Sistem

Informasi Penggilingan Tebu Pada Perusahaan GulaStudi Kasus Pabrik Gula

Pesantren Baru – Kediri. Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika. Politeknik

Elektronika Negeri Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember ,Kampus ITS,

Surabaya 60111

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. (2007). Proses dan

Arah Perkembangan Agrobisnis Tebu Edisi Kedua

Mulyadi,M., Aris Toharisman dan Mirzawan, PDN.(2009).Identifikasi Potensi Lahan Untuk

MendukungPengembangan Agribisnis Tebu Di Wilayah TimurIndonesia, Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.Jln. Pahlawan 25. Pasuruan

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), (2008), Konsep Peningkatan Rendemen

Untuk MendukungProgram Akselerasi Industri Gula Nasional. [email protected]

Rahmatullah, Rifki.(2012).Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Keragaan dan Hasil

Tebu Transgenik IPB 1 di PG Djatiroto, Jawa Timur.Institut Pertanian Bogor.Bogor

Soemarno, 2011, Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Tebu. Bahan Kajian MK.

Metode Perencanaan Pengembangan Wilayah. Diabstraksikan oleh PMPSLP PPSUB

Syafrizal,Melwin.(2010). Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System).STMIK

Amikom.Yogyakarta

9