jejak kolonial penataan ruang pabrik gula … filependukung pabrik gula adalah jaringan jalan kereta...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
JEJAK KOLONIAL PENATAAN RUANG
PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG Penulis: Arief Setiyawan [email protected]
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAK
Tertulis 1905 pada bangunan utama pabrik gula Kebonagung Kabupaten Malang yang terlihat sangat
jelas dari pinggir jalan raya Malang-Blitar. Pabrik yang dibangun pada masa kolonial Belanda saat ini
telah berumur lebih dari 100 tahun dan masih tetap beroperasi hingga tahun 2015. Telah diketahui
bersama bahwa umur perencanaan sesuai undang-undang no 26 tahun 2007 adalah 20 tahun. Menarik
untuk mengetahui, menginventaris bukti-bukti fisik yang terkait dengan pabrik gula Kebonagung dan
kemudian dicoba untuk merekonstruksi ulang konsep penataan ruang yang dikembangkan pada masa
kolonial Belanda tersebut. Berharap bahwa dapat belajar bagaimana umur perencanaan dapat lebih
panjang dan dapat mengatisipasi segala bentuk perkembangan atau perubahan pembangunan.Penelitian
ini menggunakan metode survey primer yang mana langsung mencari dan menginventaris fakta-fakta
dilapangan yang kemudian dituangkan dalam peta-peta tematik guna mendapatkan konsep tata ruang
untuk pabrik gula. Selain itu wawancara dengan menggunakan stratifikasi random sampling akan
menguatkan gambaran konsep tata ruang pabrik gula Kebonagung sebagai peninggalan masa konial
Belanda. Pabrik gula Kebonagung sangat bergantung pada keberadaan air baik air bersih dari mata air
maupun air baku dari sungai. Posisi pabrik tepat dipinggir sungai Metro namun pengambilan air baku
diawali dari pemecahan aliran sungai metro di daerah Mergan yang berjarak kurang lebih 7 km dari
posisi pabrik. Sistem pengairan penunjang keberadaan kebun tebu diambil dari sungai Brantas yang
berjarak kurang lebih 10 km di daerah Betek.Jaringan rel kereta Lori pengangkut tebu yang membelah
kota Malang menjadi pembentuk struktur ruang Kota Malang dari sisi jaringan jalan.
Kata Kunci : Pabrik Gula Kebonagung, Penataan Ruang, Jejak Kolonial Belanda
.
1. PENDAHULUAN
Umur perencanaan tata ruang di Indonesia secara normatif ditetapkan berlaku dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Guna memenuhi umur
perencanaan hingga 20 tahun kedepan bukan perkara mudah. Banyak aspek yang harus
diperhatikan mengingat sangat dinamisnya perubahan dalam pemanfaatan ruang. Sehingga jika
ada hasil perencanaan atau pemanfaatan ruang yang tetap bertahan dan tetap produktif dalam
kurun waktu 50 tahun atau bahkan 100 tahun semestinya mendapat aresiasi yang tinggi dari
sisi perencanaan tata ruang. Demikian halnya dengan keberadaan pabrik gula di Indonesia yang
banyak merupakan peninggalan kolonial Belanda. Rata-rata umur pabrik gula peninggalan
koonial Belanda lebih dari 100 tahun. Termasuk pabrik gula Kebonagung yang ada di Desa
Kebonagung Kabupaten Malang. Pabrik gula Kebonagung berada di perbatasan selatan Kota
Malang dengan Kabupaten Malang, berjarak 6 km dari pusat kota Malang, Pabrik Gula Kebon
Agungdidirikan pada tahun 1905 di Malang oleh seorang pengusaha bernama Tan Tjwan
Bie(Profil Perusahaan PT. Kebon Agung, 2012). Hingga saat ini, tahun 2015 pabrik ini masih
tetap berproduksi dengan baik.
Pabrik atau factory atau plant adalah setiap tempat dimana faktor-faktor seperti: manusia,
mesin dan peralatan (fasilitas) produksi lainnya, material, energi, uang (modal/kapita),
informasi, dan sumberdaya alam (tanah, air, dan mineral, dan lain-lain) dikelola bersama-sama
dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien,
dan aman.(Wignosoebroto, Sritomo, 2009)Sebagai aktivitas keruangan yang terintegrasi,
pengelolaan sumber daya oleh pabrik gula yang akan menunjang aktivitas produksinya tentu
harus didukung jaringan infrasturktur yang memadai.
Pendirian suatu pabrik, termasuk pabrik gula tentunya didasari atas pertimbangan tertentu. Dari
hasil survey didapatkan bahwa lokasi pabrik gula sangat bergantung dengan keberadaan
sumber air baku baik dalam bentuk sumber mata air maupun sungai. Kegunaan air bagi pabrik
gula selain untuk air bersih bagikeperluan hidup sehari-hari juga sebagai air baku ketel uap dan
pendingin mesin pengolahan tebu. Selain itu keberadaan sungai juga menjadi penting
mengingat jenis pabrik ini juga membuang limbah dalam bentuk cair. Infrasturktur lain
pendukung pabrik gula adalah jaringan jalan kereta Lori pengangkut tebu. Pada masa sebelum
tahun 2000 an, keberadaan jalan kereta lori masih cukup vital untuk mengangkut tebu dari
kebun tebu ke pabrik. Saat ini, pada tahun 2015 sudah tidak difungsikan lagi jaringan kereta
Lori di pabrik gula Kebonagung.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik pabrik gula pada masa kolonial
terkait penataan ruang yang ditinjau dari aktivitasdan penunjang produksi, serta
menggambarkan ulang (rekonstruksi) ruang aktivitas yang dilakukan pabrik terkait dengan
faktor-faktor pendukung dan penunjang produksinya.
Orientasi Kawasan
Studi
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling,
dan snowball sampling(Sugiyono, 2005). Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi yang diteliti.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya
sedikit, lama-lama menjadi besar.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti memasuki lapangan dan selama
penelitian berlangsung (emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang
tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat
menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit
sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus
penelitian.
Hal ini dilakukan terkait dengan beberapa jejak fasilitas pendukung pabrik yang sebelumnya
diarahkan dari tenaga ahli, untuk kemudian ditemukan serta diketahui informasinya lebih
lanjut. karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang
memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Terkait
dengan penelitian sampel ditentukan sesuai dengan tema penelitian, karena penelitian ini
mengenai pabrik yang beroperasi dalam kurun waktu 1905 1930 an maka yang dijadikan
sampel dalam hal ini yaitu orang-orang yang tahu mengenai kondisi dilapangan atau orang
orang yang berusia minimal 50 tahun.
Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purpose dan
snowball itu dapat digambarkan seperti gambar berikut :
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pabrik gula pada masa kolonial
terkait penataan ruang yang ditinjau dari aktivitas dan penunjang produksi, menggunakan
teknikpengumpulan data yang kemudian diintegrasikan untuk mencapai upaya rekonstruksi.
Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan memperhatikan prinsiptriangulasi, yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara menggabungkan (observasi, wawancara, dokumentasi), data
juga diperoleh melalui survey sekunder. Proses pengumpulan data mengenai pabrik gula
Kebon Agung tersebut secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Proses pengambilan sampel data
dalam penelitian kualitatif (purpose dan snowball)
A
B
C
D E
F
H
G I
J
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberadaan pabrik gula tidak terlepas dari
sungai, hal ini dikarenakan kebutuhan pabrik
gula akan air sangat banyak dalam hal sebagai
penunjang proses produksi. Sungai atau
sumber air yang dimanfaatkan oleh PG Kebon
Agung adalah sungai Metro. Sungai Metro
adalah sungai yang digunakan
masyarakatsebagai irigasi persawahan. Lokasi
pabrik berada persis disebelah timur dari
sungai metro yang melintas di Desa
Kebonagung.Namun untuk pemanfaatan
sungai tersebut untuk menunjang proses
produksi maka dilakukan penyudetan atau
pembagian aliran air sungai. Lokasi
penyudetan berjarak sekitar 7 km dari lokasi PG Kebon Agung yaitu terletak di Kelurahan
Tanjung Rejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Pemecahan aliran air juga dilakukan di sungai
Brantas yang dilakukan untuk penunjang system irigasi dari kebun tebu. Lokasi pemecahan
sungai berantas di daerah Betek Kota Malang yang berjarak kurang lebih 10 km dari lokasi
pabrik. Upaya pemecahan aliran sungai baik Metro maupun Brantas merupakan upaya penting
untuk kelangsungan atau keberlanjutan produksi gula oleh pabrik gula Kebonagung.
Keberadaan saluran irigasi ini hingga tahun 2015 masih ada dan berfungsi dengan baik. Jadi
pembangunan irigasi yang tentunya merupakan aplikasi dari sebuah perencanaan tersebut
masih dapat beroperasi hingga lebih dari 100 tahun merupakan upaya yang luar biasa,
mengingat tekanan perubahan oleh pembangunan fisik juga sangat sering membahayakan
keberlangsungan jaringan irigasi tersebut. Dapat diinterpretasikan bahwa pemilihan lokasi
penyudetan dan jalur jaringan irigasi sangat tepat dengan pemilihan lokasi pabrik gula.
Jaringan rel kereta lori merupakan akses jaringan jalan produksi yang mengangkut tebu dari
kebun tebu ke pabrik gula Kebonagung. Pada kondisi sekarang, penggunaan lori sudah tidak
difungsikan lagi digantikan oleh truk.Jaringan rel kereta lori tersebut kebanyakan sudah dialih
Lingkungan Sungai
(Sumber Air)
Sumber Air
Bersih
Sumber Energi
Prasarana dan
Transportasi
Proses
Snowbal
Sampling
Teknik Pengumpulan Data
Pendukung dan Penunjang
Observasi
Wawancara
Tenaga Ahli
Dokumentasi
Triangulasi Data
Observasi
Wawancara
Tenaga Ahli
Dokumentasi
Triangulasi Data
Gambar 4.1 Pemanfaatan sumber air PG
Kebonagung yang berasal dari aliran irigasi
dari sungai metro
Lokasi : Kelurahan Bandulan Kota Malang
Sumber : Hasil Survey
fungsikan menjadi jaringan jalan. Ukuran lebar rel 1,5 meter dengan sempadan rel kiri kanan
masing-masing 1,5 meter maka jaringan rel yang dialihfungsikan menjadi jalan, minimal miliki
ruang manfaat jalan seluas 4,5 meter. Terdapat pula jalur rel yang digunakan untuk jalur hijau
seperti yang terjadi pada jalan Jakarta Kota Malang.
Beberapa diantara jejak-jejak rel lori tersebut masih nampak di permukaan. Salah satunya
berada di perempatan jalan Raya Langsep Kota Malang.
Jejak lain yang menggambarkan aktivitas lori adalah ditemukannya jembatan lori yang berada
di Kecamatan Blimbing dan pondasi bekas jembatan yang berada di jalan Brigjen Slamet Riadi
Kota Malang.
Penyebaran jalur lori tersebut melewati beberapa daerah, untuk daerah Kota malang, jalur lori
melewati kelurahan : Kebonsari, Arjowinangun, Bandungrejosari, Sukun, Bareng, Sumbersari,
Karang Besuki, Merjosari, Dinoyo, Oro-oro Dowo, Samaan Lowokwaru, Tulusrejo, Tulusrejo,
Gambar sisajembatan lori PG Kebonagung yang
digunakan sebagai jembatan jalan warga
Lokasi : Gang Lori, Kelurahan Arjosari, Kota
Malang
Sumber : Hasil Survey
Gambar Pemanfaatan jalan umum dari bekas
jembatan lori PG Kebonagung
Lokasi : Kelurahan Oro-orodowo, Kota Malang
Sumber : Hasil Survey
Gambar Jejak rel lori PG Kebonagung
Lokasi : Jalan Raya Langsep, Kota Malang
Sumber : Hasil Survey
Mojolangu, Tanjung Sekar, Purwodadi, dan Arjosari. Lokasi-lokasi tersebut jika diradiuskan
dari lokasi pabrik berada di 15 km arah utara pabrik gula Kebonagung.
Sedangkan untuk pernyebaran jalur lori yang berada di lokasi kabupaten Malang, melewati
beberapa desa/kelurahan di beberapa kecamatan, yaitu : Kecamatan Pakisaji (Kebon Agung,
Genengan, Pakisaji, Karang Pandan, dan Glanggang), Kecamatan Wagir (Mendalanwangi),
Kecamatan Tajinan (Tangkil Sari, Sumber Suko, Randugading, Jambearjo, Tajinan,
Purwosekar, Gununggronggo, Ngawongso, Pandanmulyo), Kecamatan Bululawang (Sempal
Wadak, Krebet sengrong, krebet, Bakalan, Kuwolu, Pringu, Kasri), Kecamatan Gondanglegi
(Putukrejo, Ganjaran, Gondanglegi Kulon), Kecamatan Pagelaran (Banjarejo, Pagelaran,
Brongkal, Kademangan), Kecamatan Kepanjen (Curukrejo, Sukoharjo).Lokasi-lokasi tersebut
jika diradiuskan dari lokasi pabrik berada di 5 km arah timur dan 21 km kearah
selatan.Sehingga jika ditotal secara kasar maka ruang yang dibutuhakan untuk menunjang
keberadaan pabrik gula Kebonagung adalah kurang lebih seluas 455 km2 .
Keberadaan kebun tebu beserta fasilitas penunjangnya dan jaringan rel kereta lori jika dibuat
struktur ruang adalah sebagai berikut:
4. KESIMPULAN
Paling tidak dibutuhkan lahan seluas 455 km2 untuk menunjang keberadaan pabrik gula
Kebonagung. Lokasi pabrik sangat memperhitungan kondisi bahan baku air baik air untuk
keperluan hidup sehari-hari para pekerja pabrik maupun untuk menunjang proses produksi dari
pabrik. Meski jarak lokasi pabrik dengan sungai Metro hanya berjarak 20 meter tetapi
pemanfaatan sungai Metro tidak hanya sebagai tempat membuang sisa produksi tetapi juga
difungsikan sebagai penunjang irigasi perkebunan tebu. Perhatian yang tepat terhadap
kedetailan faktor-faktor beroperasinya suatu jaringan irigasi menjadi variabel penentu
panjangnya umur produksi dari jaringan irigasi. Tekanan pembangunan fisik disekitar jaringan
irigasi hingga saat ini masih dapat diantisipasi sehingga pabrik gula Kebonagung masih dapat
berproduksi meski terdapat perubahan dalam system pengangkutan tebu dari kebun ke pabrik.
Perubahan terkait digantikannya fungsi lori dengan truk tetapi tidak berpengaruh terhadap
proses produksi pabrik gula Kebonagung.
5. DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif , Penerbit alfabeta, Bandung
Sritomo, Wignosoebroto, 2009. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Penerbit Guna
Widya,Jakarta
Wayan R Susila dan Bonar M. Sinaga (2005). Perkembangan Industri Gula Indonesia Yang
Kompetitif Pada Situasi Persaingan Yang Adil. Jurnal Litbang Pertanian, [Senin, 24
Januari 2005]
Profil Perusahaan PT. Kebon Agung Kabupaten Malang, 2011