bab iii perkebunan tebu di pabrik gula tasikmadu … · masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan...

38
46 BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU TAHUN 1975-1997 A. Wilayah Perkebunan Pabrik Gula Tasikmadu Pabrik Gula Tasikmadu bertempat di Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar memiliki wilayah perkebunan yang tersebar diberbagai daerah. Menurut catatan dari bagian tanaman PG Tasikmadu, wilayah perkebunan tebu ada yang berada di wilayah Karanganyar, ada pula yang berada di luar wilayah tersebut. Wilayah perkebunan tebu pada masa sistem TRI meliputi kebun di Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri dan Sragen sebagai kebun pokok. 1 Wilayah perkebunan lain yaitu berada di wilayah Grobogan yang pada waktu itu digunakan sebagai daerah perkebunan binaan dari Pabrik. Daerah perkebunan binaan di sekitar Grobogan terbagi kedalam wilayah beberapa Pabrik Gula. Salah satunya adalah Pabrik Gula Mojo Sragen memiliki kebun binaan di daerah Grobogan. Terbaginya kebun kebun di daerah Grobogan sebagai daerah binaan merupakan kebijakan dari PT Perkebunan Nusantara IX. Pabrik Gula Tasikmadu mempunyai wilayah perkebunan yang letaknya dekat dengan pabrik sekitar 3 km yang berada di perkebunan Ngijo, sedangkan jarak terjauh adalah 51 km yang terletak di daerah Gemolong yang pada waktu itu sebagai daerah perluasan. Pabrik Gula Tasikmadu setiap waktu mengadakan perluasan areal perkebunan yang gunanya untuk memperluas areal penanaman tebu. Perluasan 1 Wawancara dengan Tugiman Tanggal 26 Juli 2015 di Dinas Pertanian Karanganyar

Upload: dinhbao

Post on 08-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

46

BAB III

PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU TAHUN

1975-1997

A. Wilayah Perkebunan Pabrik Gula Tasikmadu

Pabrik Gula Tasikmadu bertempat di Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu,

Kabupaten Karanganyar memiliki wilayah perkebunan yang tersebar diberbagai

daerah. Menurut catatan dari bagian tanaman PG Tasikmadu, wilayah

perkebunan tebu ada yang berada di wilayah Karanganyar, ada pula yang berada

di luar wilayah tersebut. Wilayah perkebunan tebu pada masa sistem TRI

meliputi kebun di Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri dan Sragen sebagai kebun

pokok.1 Wilayah perkebunan lain yaitu berada di wilayah Grobogan yang pada

waktu itu digunakan sebagai daerah perkebunan binaan dari Pabrik. Daerah

perkebunan binaan di sekitar Grobogan terbagi kedalam wilayah beberapa Pabrik

Gula. Salah satunya adalah Pabrik Gula Mojo Sragen memiliki kebun binaan di

daerah Grobogan. Terbaginya kebun kebun di daerah Grobogan sebagai daerah

binaan merupakan kebijakan dari PT Perkebunan Nusantara IX.

Pabrik Gula Tasikmadu mempunyai wilayah perkebunan yang letaknya

dekat dengan pabrik sekitar 3 km yang berada di perkebunan Ngijo, sedangkan

jarak terjauh adalah 51 km yang terletak di daerah Gemolong yang pada waktu

itu sebagai daerah perluasan.

Pabrik Gula Tasikmadu setiap waktu mengadakan perluasan areal

perkebunan yang gunanya untuk memperluas areal penanaman tebu. Perluasan

1 Wawancara dengan Tugiman Tanggal 26 Juli 2015 di Dinas Pertanian

Karanganyar

Page 2: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

47

areal perkebunan ini dimulai sejak tahun 1978 yang pada waktu itu tefokus ke

tanah-tanah tegalan yang sebagian letaknya berada di daerah Kabupaten

Sukoharjo. Pada tahun 1980-1981 luas perkebunan tebu di Pabrik Gula

Tasikmadu sebesar 3911,67 hektar2. Berikut adalah daerah yang merupakan

wilayah kebun pada masa TRI di Pabrik Gula Tasikmadu.

1. Karanganyar

Kabupaten Karanganyar termasuk kedalam wilayah kerja Pabrik Gula

Tasikadu. Karanganyar memiliki luas wilayah sekitar 806, 183 Km2 yang

sebagian wilayahnya berupa dataran rendah, sebagian agak miring dan semakin

ke timur merupakan kaki gunung lawu yang curam dan bertebing-tebing.3 Pada

masa TRI, wilayah Kabupaten karanganyar digunakan sebagai kebun untuk

penanaman tebu. Wilayah pembagian untuk kebun TRI di Karanganyar terbagi

kedalam 10 kecamatan dan 72 Desa pada tahun 1988/1989.4 Kecamatan tersebut

terdiri dari Karanganyar, Tasikmadu, kebakkramat, Jaten, Mojogedang,

Karangpandan, Matesih, Jumapolo, Jumantono, dan Jatipuro. Namun seiring

berjalanya tahun, untuk wilayah-wilayah perkebunan yang digunakan untuk

penanaman tebu mengalami pertambahan bahkan mengalami penyempitan

perkebunan. Berikut adalah luas wilayah perkebunan karanganyar tahun 1989-

1997.

2 Sri Hery Susilowati., Pengusahaan Tanaman Tebu dan Pelaksanaan

Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) di PG Tasikmadu, PT Perkebunan xv-

xvi (Persero), Jawa Tengah., ( Bogor :Departemen Agronomi), hlm. 9. 3 Upp TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu, Evaluasi Pelaksanaan Program

TRI MTT Giling 1987/1988 dan Rencana TRI MTT 1989/1990 Wilayah kerja PG

Tasikmadu. (Karanganyar,1990), hlm . 1. 4 Ibid., hlm. 2.

Page 3: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

48

Tabel 7. Luas wilayah Perkebunan tebu di Karanganyar tahun 1989-1997

No Tahun Jenis TRI Luas Wilayah (ha)

1 1989/1990 TRIS dan TRIT 4.028

2 1990/1991 TRIS dan TRIT 3.870

3 1991/1992 TRIS dan TRIT 4.427

4 1993/1994 TRIS dan TRIT 2.895

5 1994/1995 TRIS dan TRIT 2.927

6 1995/1996 TRIS dan TRIT 2.603

7 1996/1997 TRIS dan TRIT 1.825

Sumber :UPP TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu

Berdasarkan data tabel dapat diketahui bahwa setiap tahun wilayah

perkebunan di kabupaten Karanganyar adakalanya bertambah luas dan

adakalanya mengalami penyempitan. TRIS (Tebu Rakyat Intensifikasi Sawah)

mendapat kesempatan tebang (rembang) hanya 2 kali, sedangkan TRIT (Tebu

Rakyat Inrensifikasi Tegalan) mendapatkan kesempatan rembang 3 kali. Umur

padi yang hanya setahun dan diharuskanya diselingi menanam padi di tanah

sawah menjadikan tanaman tebu 2 kali masa tebang. Adapun hal ini juga

berkaitan dengan surat Keputusan dari Bupati mengenai masa rencana masa

tanam dan tebang dari lahan sawah ataupun lahan tegalan.5

Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan

kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah. Pada masa tanam

tahun 1991/1992 wilayah perkebunan tebu menjadi wilayah yang paling luas.

Seperti yang tercantum dalam tabel diatas, pada tahun tanam 1990/1991 wilayah

perkebunan hanya 3.870 hektar. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,

musim tanam 1991/1992 wilayahnya mencapai 4.427 hektar yang terbaggi

kedalam beberapa kecamatan. Hal ini disebabkan oleh kinerja petani tebu dan

5 Wawancara dengan Samiyun Tanggal 26 September 2015 di Dinas

Pertanian Karanganyar

Page 4: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

49

hasil produksi giling pada masa sebelumnya dalam kondisi yang bisa dibilang

bagus dalam keuntungan. Antusiasme dan keuntungan menjadikan wilayah

kebun bisa berubah-ubah. Pada tahun 1990 wilayah kecamatan Kerjo yang

sebelumya tidak ikut andil dalam wilayah perkebunan pada masa TRI, akhirnya

mengikuti program ini. Wilayah desa di kecamatan Kerjo yang dijadikan dalam

kebun adalah Kuto, Sumberejo, Tamansari, Botok, Tawangsari, dan Karangrejo.6

Namun pada tahun 1996/1997 wilayah TRI semakin menjadi sempit. Pada

tidaahun tersebut wilayahnya hanya mencakup 1.825 hektar. Antusiasme petani

pada tahun-tahun sebelumnya menjadi berkurang semenjak kerugian melanda.

2. Sukoharjo

Kabupaten sukoharjo termasuk kedalam wilayah kerja Pabrik Gula

Tasikmadu Karanganyar. Kabupaten Sukoharjo memiliki luas wilayah 465,07

Km2 yang wilayahnya sebagin terdiri dari dataran rendah, sebagian tanahnya

agak miring kea rah timur yang merupakan kaki gunung lawu.7 Wilayah

sukoharjo merupakan wilayah perkebunan yang digunakan oleh Pabrik Gula

karena kebanyakan wilayahnya adalah tanah tegalan. Namun ada juga yang

menggunakan wilayah persawahan yang digunakan untuk areal TRI. Berikut

adalah luas perkebunan di Sukoharjo tahun 1989-1997.

6 Upp TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu.,op.cit. hlm. 3.

7 http://adiatmojo1.blogspot.com/2012/10/sukoharjo dalam angkt html

(diakses pada tanggal 9 september 2015)

Page 5: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

50

Tabel 8. Luas wilayah Perkebunan tebu di Sukoharjo tahun 1989-1997

No Tahun Jenis TRI Luas Wilayah (ha)

1 1989/1990 TRIS dan TRIT 625

2 1990/1991 TRIS dan TRIT 1.442

3 1991/1992 TRIS dan TRIT 1.864

4 1993/1994 TRIS dan TRIT 937,464

5 1994/1995 TRIS dan TRIT 689,043

6 1995/1996 TRIS dan TRIT 640,684

7 1996/1997 TRIS dan TRIT 476,056

Sumber : UPP TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu

Berdasarkan keterangan dari data tabel dapat diketahui bahwa

perkembangan luas wilayah perkebunan tebu di daerah Kabupaten Sukoharjo

juga mengalami pasang surut. Pasang surut yang dimaksud adalah mengenai

bertambah dan berkurangnya areal penanaman tebu. Selain berdasarkan

rendemen yang menpengaruhi pasang surut, faktor keuntungan yang diterima

petani juga mempengaruhi areal tanah yang diguakan untuk tanaman tebu. Pada

masa tanam 1991/1992 di Kabupaten Sukoharjo tanah areal yang digunakan

untuk penanaman tebu mengalami prosentasi yang paling tinggi. Pada masa

tanam 1991/1992 wilayah TRI di Sukoharjo mencapai 1.864 hektar. Pada tahun

ini mengalami kenaikan wilayah sekitar 400 hektar dari tahun 1990/1991 luas

arealnya mencapai 1.442 hektar. Pada tahun 1990/1991 daerah yang digunakan

untuk areal TRI meliputi Mojolaban, Polokarto, Bendosari dan Nguter yang

melibatkan 51 desa. 8 Tahun 1996/1997 areal yang digunakan untuk menanam

tebu menyusut menjadi sekitar 476 hektar karena berbagai faktor yang

menyebabkan sistem TRI ini tidak diminati oleh petani. Namun pada masa tanam

8 Upp Intensifikasi Karanganyar I. Laporan Tahunan Tahun Anggaran

1990/1991 (1991). hlm. 7.

Page 6: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

51

tebu Tahun 1995/1996 menurut data dari Dinas Pertanian adanya pertambahan

areal yaitu kecamatan sukoharjo dan grogol. 9

3. Sragen

Kabupaten Sragen juga masuk kedalam wilayah kerja dari Pabrik Gula

Tasikmadu Karanganyar. Kabupaten Sragen memiliki luas wilayah 941,554 Km2.

Meskipun di Kabupetan Sragen terdapat Pabrik Gula Mojo, namun ada sebagian

wilayahnya yang termasuk dalam kebun dari Pabrik Gula Tasikmadu. Pembagian

antara kebun di Sragen untuk PG Tasikmadu dan PG Mojo sudah ditentukan

sebelumnya. Berikut adalah luas areal wilayah kebun di Sragen.

Tabel 9. Luas wilayah Perkebunan tebu di Sragen tahun 1989-1997

No Tahun Jenis TRI Luas Wilayah (ha)

1 1989/1990 TRIS dan TRIT 1.113

2 1990/1991 TRIS dan TRIT 843,185

3 1991/1992 TRIS dan TRIT 1.252

4 1993/1994 TRIS dan TRIT 753,788

5 1994/1995 TRIS dan TRIT 632,422

6 1995/1996 TRIS dan TRIT 567,893

7 1996/1997 TRIS dan TRIT 524,612

Sumber : UPP TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu

Berdasarkan data tabel, Sragen pada tahun 1990/1991 mengikuti program

TRI dengan mengikut sertakan 6 kecamatan yang terdiri dari 52 desa. Kecamatan

tersebut meliputi Masaran, Plupuh, Gemolong, Sukoharjo, Kalijambe dan Miri.10

Perkembangan luas areal pada tahun 1989/1990 berdasarkan tabel

mencapai1.113 hektar yang meliputi keenam wilayah tersebut. Pada tahun

9 Upp TRI Kabupaten Karanganayar I., Evaluasi Pelaksanaan Program

TRI MTT Giling 1990/1991 Wilayah kerja PG Tasikmadu. (Karanganyar,1991),

hlm. 3. 10

Ibid., hlm. 5.

Page 7: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

52

1991/1992 luas areal perkebunannya bertambah menajadi 1.252 hektar. Hal ini

faktornya sama berkaitan dengan rendemen ditiap kebun yang semakin tinggi,

otomatis keuntungan yang diterima petani semakin bertambah. Pada masa tanam

tebu 1996/1997 berdasarkan data dari Dinas Pertanian wilayah areal TRI di

Sragen hanya 3 kecamatan yang terdiri dari Miri, Kalijambe dan Gemolong.

Keadaan ini hamper sama dengan beberapa wilayah di PG Tasikmadu pada

musim tanam 1996/1997 wilayahnya menjadi semakin menyempit.

4. Wonogiri

Kabupaten wonogiri merupakan areal paling selatan yang termasuk

wilayah perkebunan tebu Pabrik Gula Tasikmadu. Wonogiri memiliki luas 1.827

Km2. Wilayah areal yang digunakan untuk Wonogiri adalah areal TRIT (Tebu

Rakyat Intensifikasi Tegalan). Hal ini berkaitan dengan kontur wilayah dari

daerah tersebut yang menyebabkan petani untuk menanam di areal tegalan.

Berikut adalah luas wilayah kebun di Wonogiri.

Tabel 10. Luas wilayah Perkebunan tebu di Wonogiri tahun 1989-1997

No Tahun

Jenis TRI Luas Wilayah

1 1989/1990 TRIT 1.010

2 1990/1991 TRIT 1.125

3 1991/1992 TRIT 920

4 1993/1994 TRIT 622,960

5 1994/1995 TRIT 560,451

6 1995/1996 TRIT 657,092

7 1996/1997 TRIT 614,656

Sumber UPP TRI Wilayah Kerja PG Tasikmadu

Berdasarkan data tabel dapat diketahui mengenai areal penanaman tebu

yang digunakan. Berbeda dengan wilayah Karanganyar, Sragen dan Sukoharjo di

wilayah Wonogiri lebih menggunakan tanah tegalan yang digunakan untuk areal

Page 8: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

53

penanaman. Berbeda dengan wilayah lain, pada musim tanam tahun 1990/1991

wilayah perkebunannya tercatat paling luas dengan 1.125 hektar. Namun pada

tahun 1991/1992 wilayahnya menjadi 920 hektar. Keadaan ini sama dengan

sebelumnya berkaitan dengan rendemen dalam tebu yang ditebang. Kabupaten

Wonogiri pada tahun 1990/1991 daerah yang mengikuti TRI terdiri dari 12

kecamatan yang berisi 56 Desa. Wilayah kecamatan tersebut terdiri dari Selogiri,

Wonogiri, Ngadirojo, Girimarto, Sidoharjo, Jatisrono, Jatiroto, Nguntoronadi,

Tirtomoyo, Baturetno, Giriwoyo dan Giritontro.11

Perkembangan selanjutnya

pada masa tanam teb 1996/1997 wilayah kecamatan Manyangan juga masuk

dalam wilayah TRI. Rendahnya rendemen dan kerugian petani tidak menjadikan

masa tanam tebu menjadi menurun. Penyempitan areal TRI di daerah Wonogiri

dimulai pada masa tanam 1993/1994 dengan hanya memiliki luas areal 622,960

hektar. Akirnya pada musim tanam selanjutnya menjadi lebih sempit lagi.

Akhirnya pada tahun 1996/1997 yang wilayahnya menjadi lebih menyempit

beramaan antusiasme petani dalam mengikuti TRI berkurang. Pada tahun

tersebut wilayah untuk penanaman tebu hanya mencapai 614,656 hektar.

5. Grobogan

Grobogan merupakan wilayah kebun binaan dari Pabrik Gula Tasikmadu.

Wilayah dari grobogan terbagi dalam wilayah perkebunan dari PG Tasikmadu

dan PG Mojo. Menurut data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar,

wilayah Grobogan yang digunakan untuk TRI baru tercatat pada masa tanam

tebu 1995/1996. Wilayah grobogan pada tahun 1996/1997 yang terdataf sebagai

11

Ibid., hlm.3.

Page 9: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

54

kebun TRI meliputi kecamatan Gayer, Toroh dan Pakishaji.12

Adanya UU No 12

tahun 1992 tentang kebebasan petani untuk menanam tananam di arealnya,

menjadikan areal TRI menjadi semakin sempit.

Wilayah perkebunan tebu milik Pabrik Gula Tasikmadu yang berada di

berbagai daerah menyediakan pasokan tebu di setiap musim giling. Biasanya

dalam musim giling tebu-tebu dari berbagai perkebunan tersebut di setorkan ke

bagian pengolahan di Pabrik Gula Tasikmadu. Sebelum tahun 1975, sistem

pengangkutan tebu dari perkebunan ke Pabrik masih menggunakan lori. Lori

sendiri merupakan kereta kecil yang digunakan untuk mengangkut tebu hasil

tebang dari perkebunan. Semenjak diberlakukannya sistem Tebu Rakyat

Intensifikasi (TRI), lori yang biasanya digunakan untuk membawa/mengangkut

tebu digantikan dengan truk. Pengangkutan tebu menggunakan truk diharapkan

bisa lebih menjangkau wilayah perkebunan yang lebih jauh, karena memang

sebelumnya lori hanya sebatas melalui perkebunan tertentu. Oleh karenanya,

sistem pengangkutan menggunakan truk ini mampu membantu petani tebu untuk

menjangkau wilayah yang sangat terpencil pada waktu musim tebang.

Perkebunan Tebu di Wilayah Tasikmadu yang tersebar hampir di 5

Kabupaten terdapat kebun yang digunakan sebagai penangkaran. Kebun ini

digunakan untuk mengembangkan bibit-bibit tebu yang nantinya akan ditanam.

Pengembangan dan pengelolaan kebun ini dikelola oleh Pabrik Gula. Pabrik Gula

Tasikmadu mempunyai 4 kebun bibit, diantaranya Kebun bibit tersebut adalah

Kebun bibit datar (KBD), Kebun bibit Induk (KBI), Kebun bibit Nenek (KBN)

12

Upp Intensifikasi Karanganyar I. Laporan Tahunan Tahun Anggaran

1996/1997 (1996). hlm. 6.

Page 10: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

55

dan kebun bibit pokok (KBP). Luas areal untuk pembibitan biasanya sekitar 10

persen dari luas seluruh areal yang dimiliki oleh Pabrik Gula. Penyelenggaraan

masing-masing kebun bibit dibedakan sesuai dengan keperluan-keperluan

pembibitannya. Bibit yang biasanya langsung digunakan dan diberikan petani

adalah yang berasal dari kebun bibit datar. Hasil bibit yang berasal dari kebun ini

langsung bisa ditanam di Sawah maupun tegalan. Kebun bibit datar (KBD)

ditanam pada bulan September-Nobember, untuk Kebun bibit induk pada bulan

Juni-Juli sedangkan Kebun bibit pokok (KBP) ditanam pada bulan Desember-

Februari 13

. Berikut adalah Luas kebun bibit di PG Tasikmadu Karanganyar :

Tabel 11. Luas Kebun bibit di PG Tasikmadu

No Tahun KBD (ha) KBI (ha) KBN (ha) KBP (ha)

1 1974/1975 261.65 45.58 7.56 8.74

2 1975/1976 254.55 50.27 9.95 3.19

3 1976/1977 265.25 54.42 10.18 2.91

4 1977/1978 351.58 63.32 11.11 3.20

5 1978/1979 353.95 71.73 15.15 4.17

6 1979/1980 293.15 93.85 18.06 4.37

7 1980/1981 305.64 74.25 13.15 4.13

8 1981/1982 324.64 57.51 13.58 2.02

9 1982/1983 - 49.61 9.47 8.42

Sumber: Bagian Tanaman PG Tasikmadu

Berdasarkan data dari tabel, perkembangan jumlah areal kebun bibit

mengalami fluktuasi berkaitan dengan bibit yang dihasilkan. Ketidak stabilan

dari jumlah bibit yang dihasilkan akan berpengaruh kepada hasil tebu. Namun

Kebun Bibit Datar yang dikembangkan dari KBI pada tabel tersebut

perkembangannya cukup bagus daripada Kebun Bibit lainnya. KBI (Kebun bibit

induk) di PG Tasikmadu dikembangkan dengan diambil dari KBN (Kebun bibit

nenek). Biasanya setelah pegembangan disalah satu kebun bibit, kemudian

13

Sri Hery Susilowati., op.cit. hlm. 45.

Page 11: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

56

diambil sampel untuk dikembangkan di kebun selanjutnya. Kebun Bibit Pokok

sebagai awal mula benih tanaman tebu mengalami penurunan pada tahun

1981/1982. Perbandingan antara KBP, KBN, KBI, dan KBD adalah : 14

a. KBP : KBN = 1: 6

b. KBN : KBI = 1:6

c. KBI : KBD = 1:6

d. KBD : KTG = 1:6

Setiap 100 hektar kebun bibit pokok yang akan digunakan biasanya dapat

dikembangkan menjadi 600 hektar kebun yang berisikan bibit tebu.15

Begitu

juga seterusnya sampai dengan kebun tebu giling. Hasil KBD merupakan bibit

yang langsung bisa ditanam. Kebun bibit diatas merata disetiap kebun milik

Pabrik Gula Tasikmadu. Penyelenggaraan tebu bibit sama dengan tebu giling.

Pembibitan merupakan hal pertama yang dilakukan sebelum mengembangkan

tanaman tebu. Oleh karenanya, masa pembibitan ini mencapai 6-7 bulan. Setelah

diadakan sistem pembibitan, kemudian barulah melakukan penanaman resmi.

Pada masa tanam tebu 1996/1997 Kebun Bibit Datar di Pabrik Gula Tasikmadu

terbagi ke dalam 18 wilayah perkebunan bibit 16

. Wilayah perkebunan bibit

tersebut terbagi dalam 2 masa yaitu masa Mareng dan masa Labuhan. Pada

kebun bibit mareng menjangkau areal seluas 78,625 hektar. Masa labuhan terdiri

dari kebun Jetis, Kronggen, Pagak, Kaloran, Sambirejo, Bangsri, Pereng,

14

http://Pembudidayaantebu/201510/bibit tebu (diakses pada tanggal 3

Novemer 2015) 15

www.Forumtebu.com (diakses pada tanggal 9 september 2015) 16

Upp Intensifikasi Karanganyar I ., op.cit., hlm 25.

Page 12: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

57

Pandeyan, Jungke, Jantiharjom Jungke Rejosari, Parangjoro dan Manjung.17

Pada

kebun bibit datar masa labuhan menjangkau areal 32,827 hektar yang terdiri dari

kebun di Jungke, Doplang, Jati, Jantiharjo dan Gemawang. 18

B. Tebu Rakyat Intensifikasi

1. Latar Belakang Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

Gula merupakan salah satu bahan pangan pokok yang sangat penting. Gula

sendiri termasuk kedalam 9 bahan makanan pokok yang pengadaan dan

pengaturan harganya ditangani pemerintah.19

Pengusahaan tebu di Jawa adalah

merupakan sebuah peninggalan dari sistem perkebunan zaman kolonial yang

mana tanah-tanah milik petani yang berada di desa kemudian disewakan kepada

pabrik gula. Pada masa sebelum tanam paksa, sistem penyediaan tanah untuk

tanaman tebu di Jawa ada dua macam yaitu pertama dengan tanah pertikelir dan

kedua dengan persewaan desa.20

Antara VOC dan pengusaha gula swasta (cina

dan Eropa) dilakukan sebuah transaksi jual beli tanah partikelir.

Pada masa Tanam Paksa (1830-1870) penduduk diharuskan menanam

tanaman yang hasilnya laku di pasar internasional.21

Perbedaan dengan zaman

VOC adalah bahwa pada masa sistem tanam paksa pemerintah ikut campur

dalam pengelolaan dan pengawasan pengusahaan tanaman. Terlebih lagi tanaman

17

Upp Intensifikasi Karanganyar I. Laporan Tahunan Tahun Anggaran

1996/1997 (1996). hlm. 26. 18

Upp TRI Kabupaten Karanganayar I., Evaluasi Pelaksanaan Program

TRI MTT Giling 1996/1997 Wilayah kerja PG Tasikmadu. (Karanganyar,1997).

hlm. 27. 19

Mubyarto. Masalah Industri Gula Indonesia. (Yogyakarta :BPFE, 1982),

hlm. 91. 20

Dibyo Prabowo, Penguasaan Tanah dalam Program Tebu Rakyat

Intensifikasi. ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1994), hlm 10.

21

Ibid., hlm. 11.

Page 13: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

58

tebu yang ketika itu sudah mulai berkembang. Sistem tanam paksa yang

diberlakukan dianggap mampu memberikan jawaban kepada tuntutan yang

mendesak keuangan penjajah pada waktu itu. Oleh karenanya, sistem ini

memberikan dampak kepada petani dengan diharuskannya memberikan

tanahnya untuk tanaman ekspor. Kalau pada era tanam paksa semua merupakan

paksaan atau keharusan mulai dari jenis tanaman yang harus ditanam, wajib serta

tanah dan wajib kerja (tanpa upah) maka lahirnya Undang-Undang Agraria tahun

1870 mengijinkan perkebunan menyewa tanah.22

Melalui adanya UU Agraria

1870 industri gula tumbuh dengan cepat dan memaksimalkan hasil produksinya. .

Pada zaman kemerdekaan memberikan dampak baru bahkan suasana

kebebasan baru bagi para petani dalam persewaan tanah dengan pabrik gula.

Sebagai pelaksanaan UUPA dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No 38/1960 yang menetapkan bahwa Perusahaan gula

mendapat perlindungan dalam penyediaan areal yaitu diijinkan menggunakan

tanah rakyat. Desa harus menyediaakan tanah untuk tebu

Undang-undang tersebut menganjurkan pemilik tanah agar menyerahkan

tanahnya untuk ditanami tebu, selain itu pada saat yang sama masih

menghasilkan bahan pangan untuk konsumsi. Ternyata dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 38/1960 kesulitan pabrik gula dalam

memperoleh areal lahan belum dapat teratasi karena besarnya sewa yang

menjadikan masalah utama. Pemerintah kemudian mencari upaya lain dengan

sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang diterapkan pemerintah ini juga tidak

mendapatkan nilai positif. Terlebih lagi dalam perkembangan dari tahun ketahun,

22 Ibid., hlm. 12.

Page 14: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

59

pertumbuhan penduduk yang sangat pesat memberikan dampak kepada

keperluan penggunaan tanah untuk hunian mereka. Melalui inilah keperluan

tanah-tanah untuk tanaman tebu mulai terdesak.

Nilai sewa yang relatif rendah apabila dibandingkan dengan hasil tanaman

padi mengakibatkan sistem sewa tidak menarik lagi. Faktor ini juga ditambah

semakin banyaknya penyewa lahan yang mengeluhkan sewa tidak mengalami

peningkatan berbanding dengan penjualan tebu yang semakin meningkat

menyebabkan petani enggan menyewakan lahannya.

Sistem sewa yang diberlakukan di desa selama 15-16 bulan secara

bergiliran dalam wilayah kerja pabrik gula tersebut juga tidak mengalami

perbaikan. Pada tanggal 22 April tahun 1975 dikeluarkanlah Intruksi Presiden No

9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).23

Perubahan yang

mendasar adalah bahwa pabrik gula yang semula menjadi penguasa tunggal

dalam penanaman dan penggilingan tebu berubah fungsinya sebagai penggiling

saja. Adanya Inpres ini pengusahaan tanaman tebu seluruhnya diserahkan kepada

petani dengan memelihara sendiri tanamannya, petani diharapkan bersungguh-

sungguh dalam mengelola tanamannya sehingga produksi gula meningkat.

Peningkatan produksi berarti juga peningkatan pendapatan petani. 24

Melalui Intruksi Presiden No 9 yang mengalihkan pengusahaan tanaman

tebu oleh Pabrik Gula kepada rakyat dan sistem sewa dengan resmi dilarang.

Pabrik gula Tasikmadu Karanganyar juga memberlakukan sistem Tebu Rakyat

Intensifikasi tersebut. Wilayah kebun yang sangat luas dan merata diberbagai

23

Mubyarto., op.cit., hlm. 86.

Page 15: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

60

daerah membuat sistem sewa mengalami banyak kendala Melalui sistem TRI ini

diharapkan bisa meminimalisir kendala di berbagai daerah tersebut.

2. Tujuan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

Tebu rakyat Intensifikasi (TRI) merupakan kebijakan dari pemerintah

yang menfokuskan petani sebagai pelaku utama dalam proses penanaman tebu.

Kebijkan ini diberlakukan pemerintah untuk menggantikan program sewa yang

ketika itu petani tidak bisa leluasa untuk mengembangkan pola penanaman di

kebunnya sendiri. Melihat dari situasi seperti ini, pemerintah membuat sebuah

kebijakan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang tertuang dalam Intruksi Presiden

No. 9 tahun 1975.25

Program ini dilaksanakan dan diberlakukan ke berbagai daerah wilayah

perkebunan tebu agar bisa meningkatkan pendapatan petani yang pada masa

sistem sewa petani kurang diuntungkan. Selain hal tersebut melalui program TRI

ini bisa meningkatkan produktifitas usahatani yang terpadu dengan menjamin

kemantapan serta percepetan peningkatan industri gula nasional. Petani yang

pada masa sewa tanah hanya menyewakan tanahnya, pada instruksi ini petani

diharapkan menjadi sentral dalam proses penanaman dan penggarapan tebu

dengan Pabrik Gula sebagai mitra pembimbingnya. Di samping hal itu, dengan

dikeluarkannya Inpres ini pemerintah juga berharap memperluas kesempatan

kerja serta meningkatkan perataan pendapatan masyarakat petani di pedesaan.

25

Intruksi Presiden Republik Indonesia Tentang Tebu Rakyat Intensifikasi

Page 16: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

61

C. Pelaksanaan TRI di Pabrik Gula Tasikmadu

1. Penentuan Letak dan Luas Areal

Areal perkebunan tebu dari suatu Pabrik Gula biasanya merupakan tanah

rakyat dengan perjanjian sewa yang sebelumnya telah diusahakan oleh Pabrik

Gula.26

Pada tahun-tahun sebelumnya, masalah persewaan tanah bagi Pabrik

Gula Tasikmadu merupakan suatu permasalahan. Kenaikan ringkat

perekonomian dalam masyarakat dan biaya hidup bagi petani pemilik tanah

menjadikan uang sewa yang diberikan Pabrik Gula Tasikmadu tak sebanding dan

bahkan kurang. Alhasil sistem sewa tersebut dianggap merugikan bagi petani dan

pihak Pabrik Gula sendiri. Melihat situasi demikian, pemerintah dengan cepat

memberlakukan suatu kebijakan yang tertuang dalam program TRI yaitu Inpres

No 9 tahun 1975. Melalui kebijakan tersebut diharapkan petani menjadi sentral

dari sistem pola penanaman tebu dengan Pabrik sebagai mitra pembimbingnya.

Sistem tebu rakyat intensifikasi (TRI) erat kaintannya dengan areal

penanaman tebu. Sistem TRI ini memfokuskan masalah areal menjadi hal yang

pokok. Untuk mencapai luas TRI yang telah direncanakan oleh Pabrik Gula,

maka sebelumnya Pabrik Gula membuat surat permohonan kepada Kepala

Daerah Tingkat II Karanganyar selaku Bapel Dati II. Bupati disini mempunyai

peran yaitu menetapkan luas areal dengan mengeluarkan SK yang isinya

menunjuk dan menetapkan wilayah tertentu yang digunakan sebagai wilayah

perkebunan pada masa TRI. Melalui SK tersebut, Pabrik Gula menghubungi

camat dan kepala desa bersangkutan untuk menetapkan wilayah lokasi kebun

TRI. Akhirnya setelah adanya persetujuan tersebut, kepala desa membuat daftar

26

Sri Hery Susilowati., op.cit., hlm. 65.

Page 17: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

62

pemilik tanah dan luas arealnya kemudian diserahkan dan direkomendasikan ke

Pabrik Gula yang notabene sebagai pembimbing dari petani.

Pabrik Gula selain sebagai pembimbing petani juga sebagai mitra bagi

petani, Pabrik gula memberikan berbagai pengarahan mengenai pola

penananamn tebu pada masa TRI. Oleh karenanya Pabrik Gula Tasikmadu

mempunyai forum/lembaga yang mengatur kinerja dari pelaksanaan penentuan

areal tebu. Lembaga yang dikenal dengan Forum Musyawarah Produksi Gula

(F.M.P.G) memiliki peran dan tugas dalam penentuan areal tersebut. FMPG di

wilayah kerja Tasikmadu diadakan dua kali setiap bulan dan pelaksananya

dilakukan mulai awal perencanaan areal sampai akhir giling.27

Jadwal

pelaksanaannya adalah tahap 1 berkisar tanggal 12 dan 27 setiap bulannya untuk

Kabupaten Karanganyar dan Sragen, kemudian tanggal 13 dan 23 untuk wilayah

Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri.28

Kegiatan yang dilakukan oleh FMPG

terfokus kepada perencanaan, pelaksanaaan, masalah dan pemecahanya pada

sistem TRI yang meliputi areal TRI, Tanam/Kepras, Tebang angkut, Rendemen

dan penolahan beserta pemasaran tebu. Unsur-sunsur dalam FPMG sebagai

berikut : 29

a) Ketua : Administratur

b) Sekretaris : Kepala UPP Intensifikasi Karanganyar merangkap

sebagai anggota

c) Anggota : Wakil dari unsur Bapel Kabupaten yaitu Pemda

(Pemerintah daerah), Disbun (Dinas Perkebunan), Bimas

27

Upp Intensifikasi Karanganyar I., Evaluasi Pelaksanaan Program TRI

MTT Giling 1996/1997 Wilayah kerja PG Tasikmadu. (Karanganyar,1996), hlm.

8. 28

Ibid. 29

Upp Intensifikasi Karanganyar I., Laporan Tahunan Tahun Anggaran

Giling 1993/1994. (Karanganyar,1994), hlm. 8.

Page 18: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

63

(Bimbingan Masal), Koperasi, Pengariran, Dispertan

(Dinas pertanian), BRI (Bank Rakyat Indonesia) maupun

Bukopin), KUD Pelaksana TRI dan wakil kelompok tani.

2. Pelaksanaan Penanaman Tebu

Penanaman tebu pada masa TRI berkisar antara bulan mei sampai dengan

bulan oktober. Pada bulan-bulan tersebut digunakan untuk menanam tebu pada

lahan sawah yang sebelumnya bergantian dengan tanaman padi. Berbeda halnya

dengan lahan tadah hujan/tegalan yang masa tanamnya sangat bergantung pada

keberadaan air. Oleh karenanya banyaknya debit air dan irigasi pada daerah

disekitar tegalan menjadi acuan penting dalam penanaman tebu di daerah ini.

Penanaman tebu dilakukan oleh kelompok tani yang telah mendapatkan

rekomendasi lahan untuk ditanam. Pelaksanaan penanaman tebu diambil dari

tebu bibit yang sudah ditanam sebelumnya, yang kemudian digunakan untuk

penanaman tebu ini.

Pabrik Gula Tasikmadu karanganyar menggunakan beberapa jenis tebu

yang ditanam di beberapa wilayahnya. Ada sekitar 5 jenis tebu yang digunakan

dan ditanam pada masa TRI. POY 3016, POY 2961, PS 30, BZ132, dan BZ 134.

Tebu jenis POY dan PS berumur sekitar 12-14 bulan masak, sedangkan jenis BZ

memiliki angka kemasakan pada bula ke 9.30

Namun untuk presentase

kematangan dan pelaksanaan penebangan tebu tergantung kebijakan dari

administratur dengan melihat produksi pada musim tanam sebelumnya dan

pertimbangan areal yang ada.

30

Muljana. Teori dan Praktek cocok tanam tebu dengan segala

masalahnya. (Yogyakarta : CV Aneka. 1982 ), hlm. 14.

Page 19: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

64

Pada perkembangannya dalam penanaman tebu dikenal dengan istilah tebu

keprasan. Tebu Keprasan mulai dikembangkan di Pabrik Gula Tasikmadu pada

tahun 1976.31

Tebu keprasan merupakan tebu yang tumbuh dari dongkelan tebu

tunas I yang telah dikepras/ lebih dikenal dengan tunas II. Tebu keprasan ini

adalah perkembangan dari sistem penanaman tebu yang menggunakan bekas tebu

yang telah dipotong, namun potongan tebu yang sudah dipotong pada masa

penebangan pertama akan menjadi tunas kembali. Tebu keprasan ini biasanya

memiliki batang yang lebih kecil daripada tebu tunas 1, namun bedanya batang

yang dihasilkan lebih dari satu batang. Pengeprasan dilaksanakan 1 sampai 3

minggu setelah waktu tebang. Keterlambatan jangka waktu kepras akan

menyebabkan penurunan hasil tebu, rendemen, jumlah maupun tinggi batang.

Pemeliharaan pada tebu keprasan secara garis besar sama dengan penanaman

tebu tunas I, namun untuk merasang pertumbuhan akar pemupukan dilakukan

penambahan dosis.

Penggarapan tebu keprasan ini berbeda dengan penggarapan tebu yang

pertama. Kebun yang akan dikepra harus dibersihkan dulu dari kotoran-kotoran

bekas tebangan sebelumnya, baik yang masih berada di sekitar tanaman maupun

got-got pengairan. Biasanya untuk membersihkan kotoran-kotoran dari kebun

lebih mudah dengan sarana dibakar. Namun dengan dibakar menyebabkan tanah

mudah kering karena humus sisa-sisa pembakaran hilang. Menurut keterangan

dari Sunaryo selaku staff bagian perkebunan, ada beberapa kebun di sekitar

Pabrik Gula Tasikmadu yang apabila sebelum pengeprasan dibakar dulu kualitas

tebu yang dihasilkan malah semakin baik. Namun hal ini hanya terjadi di

31

Sri Hery Susilowati., op.cit. hlm. 40.

Page 20: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

65

beberapa kebun saja tidak merata di seluruh kebun. Akhirnya setelah dibersihkan

dari kotoran-kotoran yang berada di sekitar tebu yang akan dikepras, barulah

mulai mengepras secara petak-petak berurutan. Hal ini mempunyai tujuan agar

tebu yang tumbuh selanjutnya perkembanganya menjadi rata dan tidak terpencar-

pencar.

Masalah penanaman tebu dalam situasi TRI bukan merupakam hal yang

baru bagi sebagian petani di wilayah PG Tasikmadu. Seiring berjalannya waktu,

tidak jarang terdapat petani sama sekali belum paham tentang pertanaman seperti

yang dilakukan oleh petani lain lain. Terdapat juga keengganan pemilik lahan

yang notebene bukan petani untuk mengelola dan menanam tebu di lahan

pribadinya. Untuk mengatasi masalah seperti ini dilakukan kerjasama antara PG

dengan petani/pemilik lahan. Kerjasama ini biasanya sering disebut dengan TRI

Jasa. TRI jasa dilaksanakan setelah adanya kuasa dari petani/pemilik lahan

kepada pabrik gula. Kredit yang diambil digunakan untuk biaya pengelolaan

penanaman tebu. Apabila dalam mengusahakan tebu tersebut biaya yang

digunakan melebihi peket kredit yang diterapkan, kekurangan tersebut menjadi

tanggung jawab sepenuhnya oleh pabrik gula.

3. Organisasi TRI dan Tatakerja

Pada masa TRI terdapat elemen yang penting dalam menjalan dan

mendukung program ini. Menurut SK Menteri Pertanian

022/SK/Mentan/Bimas/II/1981 terdapat beberapa unsur yang terlibat dalam

Page 21: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

66

program ini.32

Unsur-unsur tersebut meliputi petani sebagai peserta TRI, Pabrik

Gula sebagai mitra pembimbing petani, KUD sebagai lembaga yang memberikan

sistem kredit kepada petani, BRI dan satuan Sapel baik ditingkat desa, kecamatan

maupun Kabupaten dan dari dinas Perkebunan setempat.Melalui berbagai

lembaga tersebut sistem TRI berjalan.

Dari berbagai unsur pelaksana TRI tersebut tugas dan fungsinya adalah

sebagai berikut :

1. Petani

Petani merupakann faktor penting dalam program TRI ini, karena petani

merupakan sentral dari sekian proses penanaman bahan baku gula yaitu tebu.

Tebu yang sudah ditanam akan ditebang pada masa panen. Petani disini sebagai

pemilik tanah yang mengusahakan tebu miliknya sendiri. Petani juga pemegang

bengkok atas sebidang tanah yang mengusakan tanaman tebu. Di samping hal

itu terdapat sebuah ketentuan dimana penggarap yang diberikan kuasa oleh

pemilik tanah yang diusahakanya, yaitu luas tanah garapanya termasuk tanah

miliknya sendiri tidak lebih dari dua hektar. 33

2. Pabrik Gula

Pabrik gula dalam program TRI adalah sebagai mitra petani. Mitra petani

yang dimaksud adalah dengan memberikan latihan-latihan praktek maupun

penyuluhan dalam hal budidaya tenaman tebu kepada petani, mengadakan

pengawasan intensif terhadap keadaan dan situsai kebun, secara aktif menilai

32

Jati Isnanto. “Pelaksanaan Program Tebu Rakyat Intensifikasi di Klaten

tahun 1975-1997”. Skrpsi Fakultas Ilmu Sosial. UNY. 2012. hlm 52. 33

Sri Hery Susilowati., op.cit., hlm. 67.

Page 22: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

67

jalan keluar atas masalah yang terjadi di kebun maupun yang dialami petani TRI

dengan koordinasi Bapel dan Bimas, dan bertanggung jawab terhadap

penggilingan tebu menjadi gula. Peran dari petani TRI hanya sebatas

penanaman dan penebangan tebu, setelah dibawa ke Pabrik Gula menjadi

wewenang dan tugas dari Pabrik tersebut.

3. KUD

KUD merupakan lembaga yang menunjang program TRI. Pada awalnya

KUD tidak langsung terjun dalam lembaga yang menunjang progam TRI.

Seiring berjalanya waktu dan dengan berkembangnya sistem tebu rakyat ini,

pemerintah menunjuk KUD sebagai sumber penyalur kredit petani dan

mengurusi tanaman tebu. Oleh karenanya KUD memerankan fungsi yang

terbilang penting dalam program ini. Fungsi dan wewenang KUD adalah

memberikan jasa dibidang pengadaan sarana produksi (pestisida, pupuk dan

penyediaan bibit) bila telah mampu, Membantu menangani masalah penebangan

dan angkutan tebu, dan Menyaksikan penentuan rendemen dan penimbangan

tebu di Pabrik Gula. KUD memantau saat penimbangan bersama dengan Bimas.

4. Dinas Perkebunan

Dinas perkebuna mempunyai fungsi diantaranya mengadakan penyuluhan

kepada peserta TRI tentang maksud dan tujuan TRI, hak kewajiban, kerjasama

elompok serta membina petani untuk aktif. Dinas perkebunan juga

mempersiapkan petani yang akan ikut TRI, memberikan penerangan kepada

peserta TRI tentang jadwal pengolahan tanah serta kegiatan tanam sesuai

Page 23: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

68

keadaan setempat, dan yang terakhir bekerja sama dengan Bapel setempat

menetapkan harga bibit.34

5. Badan Pelaksana (Bapel)

Badan pelaksana (Bapel) dalam program ini membantu pelaksanaan TRI

yang telah ditetapkan oleh Bapel I mengenai perencanaan, pembinaan,

pengawasan maupun koordinasi. Badan pelaksana juga membangkitkan

kesadaran dan mendorong pemilik tanah untuk melaksanakan program TRI dan

juga memantau perkembangan TRI melalui pantauan terhadap penimbangan

bersama KUD.

4. Sistem Perkreditan

Sistem perkreditan yang diberlakukan di PG Tasikmadu adalah melalui

bank BRI yang disalurkan kepada KUD. Melalui BRI inilah kemudian disalurkan

kepada KUD setempat. KUD sebagai tempat pencairan kredit yang berada di

setiap kecamatan. Biasanya disetiap kecamatan terdapat satu KUD yang

berfungsi sebagai sentral pencairan dana. KUD tersebut membawahi berbagai

kelompok tani TRI di setiap kecamatan. Kredit yang diterima kepada petai TRI

berupa kredit modal kerja. Kredit ini berupa bimbingan, bibit tanaman tebu

kemudian pupuk untuk pengembangan tanaman tebu. Kredit ini hanya diberikan

kepada pemilik tanah yang telah melaksanakan kontrak giling dengan Pabrik

Gula dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 35

34

Wawancara dengan Tugiman Tanggal 26 Juli 2015 di Dinas Pertanian

Karanganyar 35

Wawancara dengan Sunardi tanggal 2 Oktober 2015

Page 24: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

69

1) Tidak mempunyai pinjaman kepada bank lain

2) Tidak mempunyai tunggakan kredit kepada BRI, dan

3) Mempunyai jaminnan yang nilainya terbilang mencukupi. Jaminan

dalam kasus ini adalah tanah yang ditamani oleh tebu.

Salah satu unsur yang penting dalam pelaksanaan program TRI adalah

unsur kredit yang bersumber dari BRI. Kredit merupakan hal penting bagi petani

tanpa adanya kredit ini petani tidak akan sanggup melaksanakan program TRI.

Dapat dikatakan juga bahwa kredit merupakan faktor daya tarik bagi petani untuk

melibatkan dirinya dalam program TRI.. Sebelum tahun 1981 kredit dari BRI

kepada para petani disalurkan melalui pabrik gula dan petani petani TRI tidak

dihadapkan pada hal-hal yang terlalu rumit. Atas dasar dokumen-dokumen yang

diisi oleh para petani dengan bantuan ketua kelompok masing-masing, pabrik

gula memproses permintaan-permintaan yang masuk dan langsung berhubungan

dengan pihak BRI.

Sejak tahun 1981/1982 penyaluran kredit dari BRI dialihkan dari pabrik

gula kepada KUD.36

Bahwa BRI secara administratif memberi kredit kepada

KUD dan petani menjadi tanggung jawab KUD yang bersangkutan. Melalui

sistem kredit yang demikian itu, KUD memperoleh beban pengurusan

administrasi kredit untuk anggotanya yang menjadi peserta program TRI. Selain

itu, sebelum KUD dapat menyerahkan dokumen-dokumen permintaan kredit

kepada BRI, KUD memerlukan sebuah tanda tangan persetujuan dari berbagai

instansi-instsansi pemerin tahan seperti pabrik gula, Kepala Desa, Kepala Kantor

Koperasi Kabupaten, dan Camat. Untuk mendapatkan tanda tangan sedemikian

36

http://Pembudidayaantebu/201510/sistem prekreditan (diakses pada

tanggal 2 oktober 2015)

Page 25: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

70

banyaknya diperlukan waktu yang cukup lama. Prosedur seperti ini

mengakibatkan kredit BRI tidak dapat diterbitkan pada waktu yang tepat.37

Paket kredit BRI untuk produksi tebu dalam program TRI terdiri dari

komponen-komponen sebagai berikut: Cost of Living atau biaya beban hidup,

Biaya penggarapan tanah, Pupuk, Biaya tebang dan angkut, dan Biaya

insektisida. Dari komponen-komponen kredit itu yang diterima oleh petani

adalah Cost of Living dalam bentuk uang dan pupuk. Biaya pengarapan diterima

oleh ketua kelompok tani yang langsung digunakannya buat keperluan

penggarapan tanah, terutama upah dan tenaga kerja. Biaya tebang dan angkut

diterima oleh KUD dan langsung digunakan buat pembiayaan tebang tebu dan

biaya angkutnya dari lapangan ke pabrik gula. 38

Sistem kredit yang diberikan BRI tersebut kemudian diberikan kepada

ketua kelompok setempat melalui surat kuasa dari peserta TRI. Peserta TRI

merupakan komponen penting dalam mendapatkan kredit ini, karena jika tidak

mendapat surat kuasa dari petani peserta TRI, ketua kelompok tidak dapat

menerima kredit ini. Mekanisme memperoleh kredit dari BRI adalah sebagai

berikut : 39

1) Kepala desa mengajukan daftar dari jumlah peserta TRI ke Pabrik

Gula Tasikmadu. PG sebagai mitra petani kemudian menulis dan

menyimpan data tentang jumlah peserta TRI tersebut.

37

Selo Soemardjan, dkk, Petani Tebu, (Tanpa Kota: Kerja Sama Dewan

Gula dan Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, 1987), hlm.61. 38

Jati Isnanto., Skripsi., op.cit. hlm. 78. 39

Wawancara dengan wardi tanggal 5 September 2015

Page 26: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

71

2) Ketua kelompok meminta rekomendasi kepada kepala desa tentang

rekomendasi teknik. Rekomendasi teknik disini yang dimaksud adalah

mengenai keberadaam tanah, pengairan dan sebagainya. Rekomendari

yang diberikan oleh Kepala Desa ini kemudian diteruskan ke Bapel

Kabupaten, Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Kecamatan, Ketua

Kelompok dan BRI Unit Desa yang ditunjuk.

3) Kelompok membuat permohonan paket kredit ke BRI dengan mengisi

blangko 89-b. Setelah mengisi blangko tersebut, oleh ketua Kelompok

Tani diajukan kepada KUD setempat. Setelah surat diterima oleh KUD

kemudian KUD meminta surat rekomendasi kepada Pabrik Gula.

4) Apabila suatu kelompok memerlukan dana untuk penanaman, Ketua

kelompok yang ditunjuk mempunyai tanggung jawab untuk meminta

bon uang kerja yang sebelumnya dimintakan sinder, Bapel Desa, dan

Bapel Kecamatan

5) Pabrik Gula membuat rekomendasi kredit yang isinya ditandatangai

oleh administrator dan kemudian bon tersebut dapat diuangkan.

Tidak semua orang yang menanam tebu bisa menerima kredit dari BRI.40

Sistem pencairan dana dalam TRI ini memang sangat rumit dan membutuhkan

beberapa rekomendasi dari beberapa organisasi pendukung TRI. Hal ini

dirujukan kepada pihak bank dan pabrik yang akan memberikan rekomendasi

terlebih dahulu akan memeriksa dan menaksir hasil dari kebun tersebut. Bagi

kebun yang tidak memenuhi persyaratan dan bahkan sulit mendapatkan

pengairan akan sulit mendapatkan kredit dari pemerintah. Sistem ini

40

Muljana. op.cit. hlm. 51.

Page 27: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

72

diberlakukan kalau sampai tidak memenuhi persyaratan serta kekurangan air

akan mengakibatkan hasil dari tebu tidak maksimal, oleh karenanya berdampak

pada kerugian petani yang akan sulit mengembalikan kredit yang diberikan oleh

bank. Pihak Pabrik gula sendiri memperketat rekomendasi dari petani tentang

pencairan dana, sebab Pabrik gula bertanggung jawab terhadap terhadap

perkembangan tebu. Berikut perkembangan besarnya paket kredit dari tahun

1975-1982 :

Tabel 12. Perkembangan besarnya paket kredit TRI

No Musim Tanam TRIS TRIS II TRIT TRIT II

Rp/hektar

1 1975-1976 262.000 225.000 - -

2 1976-1977 350.000 250.000 - -

3 1977-1978 477.460 341.120 - -

4 1978-1979 477.460 341.120 - -

5 1979-1980 458.000 342.000 - -

6 1980-1981 639.500 449.500 449.500 303.000

7 1981-1982 1.245.500 761.000 742.000 551.000

Sumber Arsip Bagian Tanaman PG Tasikmadu Karanganyar

Berdasarkan data dari tabel dapat diketahui bahwa perkembangan paket

kredit dari tahun 1975-1982 mengalami kenaikan di tanah sawah. Untuk tegalan

baru dikembangkan di PG Tasikmadu tahun 1980-1981. Kenaikan yang terus

signifikan menunjukan antusiasme petani untuk mengembangkan TRI semakin

berkembang. Pada tahun 1975-1976 dimulai dengan Rp. 262.000 per hektar

untuk paket kredit dan kemudian terus meningkat. Tebu Rakyat Intensifikasi

Sawah II (TRIS II) juga mengalami peningkatan namun tidak sebesar TRIS I,

hal ini dikarenakan pada TRIS II tebu yang dihasilkan lebih kecil dengan angka

rendemen yang lebih sekidit daripada masa tebangan yang pertama. Pada TRIS 1

paket kredit mencapai Rp. 1.245.500 pada tahun 1981-1982, sedangkan TRIS II

mencapai Rp. 761.000. Tebu Rakyat Intensifikasi Tegalan (TRIT) juga

Page 28: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

73

mengalami kenaikan dari Rp. 449.500 menjadi 742.000. Melalui kenaikan

tersebut, kinerja dari KUD sebagai penyalur kredit bisa dikatakan dapat berjalan

dengan lancer dan sesuai dengan target.

Sebagai pencairan kredit dari BRI, KUD berperan sangat vital terhadap

sistem TRI. KUD ditunjuk oleh BRI selaku lembaga untuk mencairkan kredit

kepada petani tebu. Di PG Tasikmadu terdapat beberapa KUD yang mengurusi

pencairan dana. Namun dari tahun ketahun KUD yang ikut andil dalam pencairan

dana di PG Tasikmadu mengalami naik turun. Pada masa giling 1989/1990 KUD

yang ikut TRI terdapat 36 KUD yang tersebar di 4 Wilayah kerja PG Tasikmadu.

Namun pada masa giling 1995/1996 hanya ada 31 KUD.41

Hal ini dikarenakan

faktor pendapatan petani, luas areal, dan kebijakan di setiap daerah berbeda-beda.

Semakin berhasilnya petani menjalankan dan mengelola tebu dengan baik, maka

semakin lancarkan petani mengembalikan kredit yang diterapkan.

6. Sistem Penebangan dan Bagi Hasil

Masalah penebangan menjadi masalah yang pokok dalam Industri gula.

Penebangan erat kaitanya dengan musim giling. Pada saat memasuki awal musim

giling, para petani tebu di berbagai daerah sesegera mungkin melakukan

penebangan (rembang tebu). Hal ini dilakukan agar mencapai target maksimal

dalam pengiriman pasokan tebu ke Pabrik. Pada masa TRI, petani sebelumnya

melakukan perjanjian dengan Pabrik Gula. Pabrik Gula yang notabene sebagai

pembimbing dalam sistem TRI ini harus mengetahui kerja lapangan dari petani

tebu. Terdapat suatu ketentuan bahwa hasil dari penebangan di berbagai

41

Arsip Upp TRI Karanganyar, 1995, Evaluasi pelaksanaan Program TRI

MTT 1995/1996, Karanganyar : Dinas Perkebunan

Page 29: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

74

perkebunan tebu harus digilingkan ke Pabrik Gula selaku mitra pembimbing

petani. Oleh karenanya, Pabrik Gula selaku pembimbing juga mempunyai

kewajiban untuk melakukan penggilingan tebu di wilayahnya. Sistem TRI

mengharuskan bahwa tebu hasil tebang dari wilayah Pabrik Gula diharuskan di

giling di Pabrik Gula tersebut. Melalui sistem ini sistem penebangan tebu sudah

terstruktur dan terorganisir.

Pelaksanaan penebangan dilakukan berdasarkan keputusan rapat tebang

yang diadakan oleh hari sebelumnya. Pihak petani TRI sebelumnya melakukan

koordinasi dengan bagian sinder pabrik mengenai kebun yang sudah siap untuk

ditebang. Bagian sinder melakukan survei lapangan dan mengecek apakah kebun

tebu yang dimaksud oleh petani TRI sudah siap ditebang ataukah belum siap.

Apabila telah mendapat rekomendasi dari Sinder, petani boleh melakukan

penebangan tebu. Pada saat melakukan penebangan ini, sebelum dan setelah

selesai melakukan penebangan di suatu kebun, diberikan pemberitahuan kepada

kepala Desa yang bersangkutan. 42

Pelaksanan penebangan tebu dengan cara mendongkel, kecuali apabila akan

dikepras. Alat yang digunakan petani untuk menebang tebu pada masa TRI

menggunakan sabit, linggis, dan cangkul. Setelah ditebang kemudian tebu

tersebut diikat biasanya kurang lebih 20 batang per ikat. Pengangkutan tebu pada

masa TRI ditambah menggunakan truk yang lebih cepat dan dapat menjangkau

kebun lebih dalam.

Sistem pelaksanaan penebangan tebu berdasarkan urutan dari kemasakan

tebu dan juga pertimbangan lainya yaitu transportasi. Sehingga apabila sebuah

42

Sri Hery Susilowati., op.cit., hlm. 69.

Page 30: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

75

tempat dilakukan penebangan, maka daerah sekitarnya yang merupakan kebun

tebu harus juga dilakukan penebangan sampai tebu tersebut benar-benar habis.

Cara ini dilakukan untuk memangkas biaya transportasi pada saat pengangkutan

tebu. Mengingat tidak memungkinkan harus kembali ketempat yang sama untuk

penebangan tebu kembali. Kualitas standar tebu biasanya didasarkan pada mutu

BSM (Bersih, segar dan, manis).43

Tebu yang mencapai mutu ketiga tersebut

biasanya rendemanya baik dan hasil Kristal gilingan menjadi baik.

Biaya penebangan pada musim tanam 1980/1981 berdasarkan keputusan

dari pihak pabrik dan petani adalah Rp.110 per kuintal tebu. Untuk pengangkutan

yaitu Rp.130 per kuintal tebu. Melalui mekanisme ini sistem penebangan da

pengangkutan itu berjalan. Namun biaya-biaya yang telah disebutkan merupakan

tanggung jawab sepenuhnya oleh petani. Tebu yang ditebang dan diangkut

menggunakan truk sebagai sarana transportasinya langsung dibawa ke jembatan

timbang. Jembatan timbang ini menimbang berat tebu yang ditebang dari kebun

penebangan. Pada waktu penimbangan ini disaksikan oleh pihak KUD, Bapel

dan wakil dari kelompok petani TRI. Melalui hal ini diharapkan hasil dari

penebangan tidak ada sebuah kekeliruan dan kecurangan. Berikut adalah

ketentuan bagi hasil di Pabrik Gula Tasikmadu :

1) Rendemen tebu sampai dengan 8, maka hasilnya 40% untuk PG dan

60% untuk Petani TRI.

2) Untuk rendemen tebu yang melebihi 8 sampai dengan 10, maka bagi

hasilnya sampai dengan 8 kg untuk setiap kuintal tebu yang digiling

sama dengan nomor 1 diatas. Untuk kelebihan hasil diatas 8 kg gula

43

Upp Intensifikasi Karanganyar I. Laporan Tahunan Tahun Anggaran

1989/1990 (1990). hlm. 5.

Page 31: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

76

untuk setiap kuintal tebu yang digiling, pembagian hasilnya adalah

35% untuk Pabrik Gula dan 65% untuk petani. 44

3) Rendemen tebu yang lebih dari 10, maka hasilnya sampai dengan 10

kg gula untuk setiap kuintal tebu yang digiling bagi hasilnya sama

dengan nomor 2 diatas. Kelebihan hasil 10 kg gula untuk tiap kuintal

tebu, pembagianya adalah 30% untuk Pabrik Gula dan 70% untuk

petani

4) Selain hal diatas, petani tetap mendapatkan hasil dari 1,5 kg tetes gula

tiap kuintal tebu sesuai dengan harga jual pabrik Gula.

Sebagai penunjang TRI, pemerintah juga menerapkan TRI jasa bagi petani

yang belum bisa mengembangkan usaha tebunya dan juga bagi pemilik lahan

yang tidak ingin mengelola lahanya tersebut. Untuk bagi hasil dalam TRI jasa

antara petani dengan PG melalui ketentuan sebagai berikut :

1) Petani akan menerima hasil dalam bentuk uang senilai 25 persen dari

hasil gula seluruhnya yang didapat dari lahannya, ditambah dengan 1,5

kg tetes untuk setiap kuintal tebu.

2) PG akan menerima 75 persen dari hasil gula seluruhnya, ditambah

dengan sisa tetes dan hasil lainnya.

3) PG menjamin bahwa hasil yang diterima oleh petani untuk setiap

hektar tanah sawah sebesar 20 kuintal dan tanah tegalan 12,50 kuintal.

44

Wawancara dengan Sunaryo selaku staff Bagian Perkebunan PG

Tasikmadu tanggal 5 September 2015 di PG Tasikmadu.

Page 32: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

77

D. Hasil Produksi Tebu Rakyat Intensifikasi di Pabrik Gula Tasikmadu

Tujuan dari program Tebu Rakyat Intensifikasi adalah untuk

meningkatkan pendapatan petani yang diberlakukan sebagai sentral penanaman

tebu juga bertujuan untuk menaikan produksi gula nasional.45

Melalui sistem TRI

ini, areal tebu yang semula dari tebu sewa menjadi tebu rakyat. Mulai dengan

musim tanam 1981/1982 tebu sewa sudah berganti dengan tebu rakyat.

TRI di wilayah Pabrik Gula Tasikmadu menggunakan 2 tempat, yaitu

wilayah sawah dan wilayah tegalan. Penggunaan wilayah sawah merupakan hal

pertama yang dilakukan dan diterapkan di Pabrik Gula selama masa TRI.

Pemerintah turut berperan dalam pemilihan lahan sawah ini digunakan sebagai

lahan tebu. Menurut Bapak Sunaryo penggunaan lahan sawah sebagai lahan tebu

digunakan secara bergantian. Adapun hal ini dilakukan karena lahan sawah yang

digunakan secara terus menerus untuk tanaman padi, hasilnya akan tidak

maksimal. Oleh karenanya, pemerintah menggunakan kebijakan bahwa selain

digunakan untuk tanaman padi, sawah juga digunakan untuk tanaman tebu.

Namun penggunaannya sesuai dengan masa panen dan dijadwal secara teratur.

Penggunaan lahan tegalan sebagai lahan tebu merupakan langkah baru setelah

penggunaan lahan sawah. Penggunaan lahan tegalan dimulai musim tanam 1977-

1978. Lahan tegalan merupakan luasan dari lahan sawah.

Berikut adalah hasil pelaksanaan penaman tebu di sawah dan di tegalan pada

masa TRI PG Tasikmadu Karanganyar.

45

http://PenguasaanTanahPadaTRI/201510/(diakses pada tanggal 2 oktober

2015)

Page 33: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

78

1. Tebu Sawah

Tebu sawah merupakan langkah pertama yang dilakukan PG Tasikmadu

dalam melakukan penanaman. Pada masa TRI, penanaman tebu dilakukan di area

persawahan. Opsi ini merupakan langkah yang diberlakukan oleh pemerintah

kepada petani setempat, mengingat bahwasanya sawah yang terus ditanami padi

tidak akan baik kalau ditanami padi terus menerus, oleh karenanya PG Tasikmadu

menghimbau bahwa penggunaan lahan sawah bisa diselingi dengan menanam

tebu. Langkah yang dilakukan ini sebenarnya memberikan keuntungan kepada

petani, karena petani bisa mengembangkan dua sektor tanaman sekaligus.

Sebelum langkah tersebut dilaksanakan, penamanan tebu dan padi harus

dilakukan secara bergiliran. Dilihat dari produksi penanaman tebu disawah,

produksi tebu masih dibawah rata-rata produksi tebu sewa. Sementara dengan

diberlakukanya TRI, lambat laun akhirnya tebu sewa mengalami penurunan.

Berikut adalah produksi tebu sawah :

Tabel 13. Produksi Tebu Sawah di PG Tasikmadu tahun 1970-1981

No Tahun

Tebu Rendemen

TS (ha) TRIS (ha) TS (%) TRIS (%)

1 1970-1971 1041 - 12.43 -

2 1971-1972 1039 - 12.71 -

3 1972-1973 910 - 11.23 -

4 1973-1974 903 - 12.54 -

5 1974-1975 938 - 12.47 -

6 1975-1976 780 616 12.67 13.33

7 1976-1977 1072 818.8 11.21 11.74

8 1977-1978 934 791.9 10.44 10.29

9 1978-1979 899 739 11.49 11.24

10 1979-1980 850.8 771 10.06 10.73

11 1980-1981 833.3 800 10.59 10.16

12 Rata-rata 927.28 765.73 11.62 11.25

Sumber Arsip Bagian Tanaman PG Tasikmadu Karanganyar

Page 34: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

79

Data tabel menunjukan bahwa produksi tebu sewa dari tahun 1970-1981

dapat dikatakan naik turun. Pada tahun 1970/1971 hasil produksi tebu mencapai

1041 kuintal per hektar. Pada perkembangan selanjutnya, hasil produksi tebu

mengalami penurunan. Pemilik lahan merasa keberatan dengan besaran sewa

yang tidak mengalami perubahan dan bahkan bisa dikatakan tetap. Hal ini

berbanding terbalik dengan hasil tebu yang dihasilkan. Oleh karenanya, melihat

faktor inilah lama kelamaan para pemilik lahan tidak bersedia menyewakan

lahanya kepada pabrik tebu. Pada tahun 1971-1976 angka penurunan hasil

mencapai 30%. Penyebab penurunan tebu sewa dikarenakan juga lahan-lahan

kesuburan mengalami penurunan, selain hal itu tebu sewa juga kurang

menguntungkan bagi kalangan petani. Akhirnya tebu sewa lambat laun tidak

mendapat respon dari pemilik lahan. Sistem sewa tidak diberlakukan lagi

semenjak TRI diberlakukan oleh pemerintah.

Tebu Rakyat Intensifikasi Sawah (TRIS) yang pada tahun 1975

diberlakukan oleh pemerintah mulai mendapat respon positif dari petani. Pada

musim tanam 1980-1981, antara tebu sewa dengan TRIS mempunyai selisih

produksi sebesar 33.33 kuintal tebu/hektar.. Pada awal masa diberlakukannya

TRI hasil produksi tebu mencapai 616 kuintal/hektar. Perbedaan antara sistem

sewa dengan TRI terlihat dengan hasil produksi tebu yang dihasilkan. Pada

sistem sewa, hasil tebu yang sangat banyak namun dari tahun ke tahun

mengalami penurunan. Pada TRI hasil dari tebu bisa dikatakan lebih sedikit,

namun prosentase pertambahannya sangat baik. Pada musim tanam 1976-1977

Nampak tebu rakyat areal sawah menjadi paling banyak dan berhasil. Hal

tersebut didasari pada keadaan iklim pada waktu itu untuk menunjang

Page 35: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

80

pertumbuhan tebu sehingga menghasilkan tebu dengan kualitas rendemen yang

baik. Kualitas angka rendemen antara sistem sewa dengan TRI menurut data

tabel bisa dikatakan hamper sama dengan angka lebih dari 10 %. Namun angka

rendemen tertinggi pada masa TRI terlihat pada awal-awal sistem tersebut

dilaksanakan dengan kualitas rendemen 13%.

2. Tebu Tegalan

Tebu dengan penaman tegalan merupakan area perluasan dari sistem

lahan sawah yang telah diberlakukan sebelumnya. Terbatasnya areal sawah yang

ada, mengakibatkan terfokus ke area tegalan untuk mencoba terobosan terbaru.

Mengingat sebelumnya pada penanaman areal sawah, tanah mengalami

penurunan kesuburan. Oleh karenanya tegalan menjadi sebuah solusi dan sebagai

areal perluasan pabrik. Berikut adalah luas areal dan prosuksi tebu tegalan di PG

Tasikmadu dibandingkan dengan tebu sawah :

Tabel 14. Luas areal dan produksi tebu tegalan dibanding dengan

tebu sawah

No Tahun Luas (ha) Tebu (ku)

Sawah Tegalan Sawah Tegalan

1 1977-1978 1350.02 33.59 934 593

2 1978-1979 1283.66 230.12 899 706

3 1979-1980 1181.01 191.02 850.8 638.3

4 1980-1981 232.22 523.22 833.3 698.4

Sumber Arsip Bagian Tanaman PG Tasikmadu Karanganyar

Berdasarkan keterangan dari tabel produksi tebu sawah dari tahun 1977-

1981 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tebu tegalan. Tebu

tegalan sebagai areal luasan mengalami kenaikan baik dari hasil produksi gula

maupun luas wilayahnya meskipun produksinya tidak melebihi dari tebu sawah.

Areal sawah dengan pengairan yang baik bisa menghasilkan tebu yang baik

Page 36: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

81

juga. Pada tahun 1977/1978 luas areal sawah mencapai 1.350 hektar dengan

hasil tebu 930 kuintal. Areal tegalan lebih sedikit dengan luas areal 33 hektar

dengan hasil tebu mencapai 539 kuintal. Pada tahun 1980/1981 luas wilayah

persawahan menjadi 232 hektar dengan hasil tebu 833 kuintal, berbanding

dengan areal tegalan yang luasnya mencapai 523 hektar.

Produksi tebu tegalan lebih rendah daripada tebu sawah, tetapi produksi

tebu tegalan tunas II dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan

produksi tebu pada lahan sawah pada tunas II. Naiknya produksi tebu tunas II

dibandingkan dengan produksi tebu tunas I pada tanah tegalan ini disebabkan

umur tebu tegalan II lebih lama daripada tunas I, yaitu 12 bulan untuk tunas II

dan 10 bula untuk tunas I. Hal ini disebabkan masa tanam tebu tegalan tunas I

dimulai pada awal musim hujan antara oktober-november agar tebu mendapat

cukup air pada waktu pertunasan dan dapat ditebang menyesuaikan masa giling

pabrik yang biasanya pada bulan September tahun berikutnya. Tebu Kepradan

kedua/Tunas II pengeprasan dilakukan pada bulan September berikutnya.

Berikut luas areal dan produksi tebu tunas I dan II di PG Tasikmadu :

Tabel 15. Luas Areal dan Produksi Tebu Tunas I dan II di PG

Tasikmadu

No Tahun

Luas (ha) Ku Tebu/ha

Sawah Tegalan Sawah Tegalan

I II I II I II I II

1 1978-1979 1283 - 219.23 10.89 899 - 701 808

2 1979-1980 1026 154.83 147.12 43.10 863 770 638 835

3 1980-1981 176.74 55.48 510.43 13.10 845 796 696 829

Sumber Arsip bagian UPP Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Pada tabel menunjukan bahwa luas tebu tegalan areal II yang diusahakan

lebih kecil dari tunas II. Berkurangnya jumlah areal penanaman pada tunas II ini

dikarenakan sebagian areal tunas II berubah menjadi tebu bebas, selain hal itu

Page 37: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

82

juga dikarenakan juga karena setelah dibongkarnya tunas I ditanami oleh

tanaman lain selain tebu. Berkurangnya minat petani pada akhir-akhir TRI

menyebabkan naik turunya jumlah produksi tebu dan luas areal yang digunakan.

Oleh karena itulah tebu bebas menjadi sebuah langkah yang dilakukan oleh

petani pada waku itu.

Produktivitas tebu di berbagai wilayah Sragen, Wonogiri, Karanganyar,

Sukoharjo dan Grobogan juga berbeda di setiap tahunya. Berdasarkan ke 5

wilayah perkebunan tersebut menghasilkan tebu yang berasal baik dari tebu

sawah maupun dari tebu tegalan. Untuk tebu tegalan sendiri memiliki

keuntungan yang cukup baik, karena dengan masa tanam yang panjang hingga 4

kali. Sedangkan tebu sawah hanya 2 kali.Berikut adalah produktifitas tebu dari

beberapa perkebunan dari wilayah kerja PG Tasikmadu Karanganyar :

Tabel 16. Hasil produksi tebu di Perkebunan PG Tasikmadu Karanganyar

No Tahun Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Sragen Grobogan

Produksi tebu/kuintal

1 1987/1988 826.444 183.162 12.435 80.129 -

2 1990/1991 2.680.157 955.319 543.185 513.432 -

3 1994/1995 1.991.304 415.544 305.512 319.669 -

4 1995/1996 1.710.247 371.564 268.174 285.958 -

5 1996/1997 1.593.093 261.803 326.241 299.097 56.846

Sumber Arsip bagian UPP Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan data dari tabel dapat diketahui hasil produksi tebu dari 5

wilayah perkebunan PG Tasikmadu yang meliputi Karanganyar, Sukoharjo,

Wonogiri, Sragen dan Grobogan. Wilayah Karanganyar hasil tebu yang didapat

pada tahun 1987/1988 mencapai 826.444 kuintal. Pada tahun 1990/1991

produksinya mencapai 2.680.157 kuintal. Pada tahun tersebut TRI mengalami

masa antusias petani untuk mengembangkan dan mengelola tanaman tebu sangat

baik, sehingga hasil tebu yang juga sesuai dengan target dari kelompok tani.

Page 38: BAB III PERKEBUNAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU … · Masa tanam tebu di tegalan lebih banyak dan menghasilan tebu dengan kapasitas yang lebih dibandingkkan dengan tebu di sawah

83

Keadaan ini sama dengan beberapa wilayah lain perkebunan di PG Tasikmadu.

Produksi tebu menjadi turun pada tahun berikutnya menjadi 1.991.304 kuintal.

Akhirnya pada tahun 1996/1997 produksi tebu berkurang menjadi 1.593.093

kuintal.

Wilayah Sukoharjo pada tahun 1987/1988 hasil tebu mencapai 183.162

kuintal. Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 1990/1991 hasil tebu

mencapai 955.319 kuintal. Keadaan semakin melonjaknya hasil produksi hamper

sama berkaitan dengan keuntungan yang didapat oleh petani menjadi banyak.

Akhirnya pada tahun 1996/1997 TRI kurang mendapatkan respon dari petani dan

hasil produksi tebu di Sukoharjo turun menjadi 261.803 hektar.

Wilayah Wonogiri sendiri hasil tebu pada tahun 1996/1997 mengalami

kenaikan. Wilayah Wonogiri kebanyakan mengggunan tebu tegalan karena

berkaitan dengan struktur tanah di Wonogiri juga berkaitan dengan panjangnya

musim tanam tebu untuk daerah tegalan. Otomatis dengan panjangnya masa

untuk tegalan produktifitas tebu berbeda dengan tebu sawah. Pada tahun

1996/1997 di wilayah Wonogiri menghasilkan tebu 326.241 kuintal meningkat

dari tahun sebelumnya sekitar 268.174 hektar. Wilayah Sragen pada tahun

1990/1991 menghasilkan tebu 513.432 kuintal. Pada tahun tersebut hasil tebu di

Sragen paling banyak di antara tahun 1989-1997. Wilayah Grobogan sendiri

memang hanya sebagai daerah binaan dari PG Tasikmadu. Grobogan

menghasilkan 56.846 kuintal tebu pada tahun 1996/1997. Wilayahnya juga

terbagi ke dalam pabrik Mojo Sragen yang memungkinkan pembagian wilayah

untuk penanaman tebu.