budiaya tebu

20
BUDIDAYA TANAMAN TEBU DIREKTORAT DITJEN PERKEBUNAN DIREKTORAT DITJEN PERKEBUNAN DIREKTORAT DITJEN PERKEBUNAN DIREKTORAT DITJEN PERKEBUNAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

Upload: marcella-santoso

Post on 26-Jun-2015

905 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: budiaya tebu

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

DIREKTORAT DITJEN PERKEBUNANDIREKTORAT DITJEN PERKEBUNANDIREKTORAT DITJEN PERKEBUNANDIREKTORAT DITJEN PERKEBUNAN DEPARTEMEN PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIAN

Page 2: budiaya tebu

KARAKTERISTIK TANAMAN TEBU

1. PENDAHULUAN

- Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) merupkan tanaman asli tropika basah.

- Penanaman tebu di Indonesia dimulai pada saat sistim Tanam Paksa (Tahun 1870)

yang memberikan keuntungan besar untuk kas negara pemerintahan kolonial

Belanda. Setelah sistim Tanam Paksa dihentikan, usaha perkebunan tebu dilakukan

oleh pengusaha-pengusaha swasta.

- Perluasan perkebunan tebu tidak pernah melampaui Pulau Jawa karena memang

jenis tanaman dan pola pertanian di Pulau Jawa lebih sesuai untuk penanaman

tebu. Daerah jantung perkebunan tebu yang tumbuh sejak tahun 1940-an dan

berkembang sampai sekarang adalah daerah pesisir utara dari Cirebon hingga

Semarang di sebelah selatan Gunung Muria hingga Madiun, Kediri, Besuki,

disepanjang Probolinggo hingga ke Malang melalui Pasuruan.

- Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) Pasuran telah berperan

melakukan penelitian-penelitian untuk menghasilkan varietas unggul dan berbagai

produk turunannya seperti fermentasi pembuatan etanol dari tetes, pembuatan

ragi roti, pakan ternak, gula cair, pulp, karton dan particle board dari ampas tebu,

pembuatan kompos dari blotong, pemanfaatan pucuk tebu dari empulur ampas

tebu untuk pakan ternak.

II. POTENSI DAN KINERJA INDUSTRI GULA

- Indonesia sebagai negara produsen gula memiliki 58 pabrik gula putih berbahan baku

tebu dengan kapasitas 195.810 TTH serta 5 pabrik gula rafinasi berbahan baku gula

mentah impor (raw sugar)dengan kapasitas 2 juta ton per tahun. Dewasa ini Indonesia

belum dapat memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.

- Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri, di rencanakan

akan dilakukan perluasan areal pengembangan tebu dibeberapa lokasi yang menurut

survey tanah telah teridentifikasi mempunyai kesesuaian lahan dan agroklimat yang

cocok untuk pengembangan tebu. Dengan pertimbangan aspek-aspek seperti tersebut

diatas, pemerintah mencanangkan program Swasembada Gula pada tahun 2009 ini.

Page 3: budiaya tebu

Selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir (1998 s/d 2008) luas areal tanaman tebu

mengalami pasang surut. Dibawah ini adalah tabel luas areal dan produksi tanaman tebu

dari tahun 1998 s/d 2008.

Tabel 1 : Perkembangan Luas Areal, Produksi Tebu Indonesia, Tahun 1998 – 2008

No Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

1. 1998 377.089 1.488.269

2. 1999 342.211 1.493.933

3. 2000 340.660 1.690.004

4. 2001 344.441 1.725.467

5. 2002 350.722 1.755.354

6. 2003 335.725 1.631.918

7. 2004 344.793 2.051.644

8. 2005 381.786 2.241.742

9. 2006 396.441 2.307.027

10. 2007 427.799 2.623.786

11. 2008 442.151 2.700.946

Tabel 2: Luas Areal dan Produksi Tebu di Indonesia Tahun 2007

No. Provinsi Luas areal Produksi

1. Jawa Timur 206.234 1.340.919

2. Lampung 103.459 714.641

3. Jawa Tengah 51.425 249.526

4. Jawa Barat 23.661 127.297

5. Sumatera Utara 13.416 48.689

6. Sumatera Selatan 12.499 56.318

7. Sulawesi Selatan 10.894 19.149

8. Gorontalo 10.022 51.462

9. DI Yogyakarta 6.430 15.785

Page 4: budiaya tebu

III. BUDIDAYA TANAMAN TEBU

1. Persyaratan Tumbuh dan lokasi

a. Tanah

1. Fisik Tanah

Yang termasuk fisik tanah adalah struktur, tekstur dan kedalaman tanah.

Struktur tanah yang ideal adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan

perakaran berkembang sempurna. Pengolahan tanah dilaksanakan untuk

memecahkan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel

kecil sehingga akar mudah menerobosnya. Tekstur tanah adalah perbandingan

partikel-partikel kecil sehingga akar mudah menerobosnya. Tekstur tanah adalah

perbandingan partikel-partikel tanah berupa lempung, debu dan liat. Tekstur

tanah ringan sampai agak berat dengan berkemampuan menahan air cukup dan

porositas 30 % merupakan tekstur tanah yang ideal bagi pertumbumbuhan

tanaman tebu.

Kedalaman (solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm

dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm.

Pada lahan kering yang akan ditanami tebu, apabila lapisan tanah atasnya tipis,

maka pengolahan tanah harus dalam. Demikian pula apabila ditemukan lapisan

kedap air, lapisan ini harus dipecah agar sistim aerasi, air tanah dan perakaran

tanaman berkembang dengan baik.

2. Drainase

Tanaman tebu akan tumbuh baik pada tanah dengan kedalaman yang cukup

dengan drainase yang baik dan dalam, lebih kurang 1 meter dalamnya,

memungkinkan akar tanaman menyerap air dan unsure hara, pada lapisan yang

lebih dalam. Sistim perakaran yang mencapai lapisan tanah yang dalam akan

memberi peluang bagi tanaman tebu untuk bertahan hidup selama musim

kemarau tanpa mengganggu pertumbuhan. Tanah dengan sistim drainase yang

baik dapat menyalurkan pembuangan air selama musim penghujan. Kelebihan

air pada daerah perakaran juga dapat dikurangi. Kelebihan air ditanah juga dapat

menghambat pertumbuhan tanaman karena tanah akan kekurangan oksigen (zat

asam) yang bagi tanaman sangan penting untuk aktivitas hidupnya. Pengolahan

tanah dan sistim drainase yang dalam, mendorong sistim perakaran berkembang

secara vertical sehingga dapat menyerap unsur hara lebih banyak dan tahan

kekeringan.

Page 5: budiaya tebu

3. Kimia Tanah

Kimia tanah meliputi kandungan unsure hara, pH tanah dan bahan racun dalam

tanah. Kemampuan tanah menyediaakan unsur hara untuk pertumbuhan

tanaman dapat dilihat dari kemampuan pada kapasitas penukar kation dan

kejenuhan basah.

Tanah dengan kapasitas penukaran kation yang tinggi dapat memberikan hara

yang baik. Untuk memberikan dosis pupuk yang tepat perlu dilakukan analisa

tanah dan analisa daun.

Dari hasil analisa, dapat diketahui kandungan unsure hara dalam tanah yang

terbawah didaun, sehingga tambahan unsur hara yang diperlukan tanaman

sesuai kebutuhan. PH tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu yang paling

optimal berkisar antara 6,0 – 7,5, namun masih toleran pada pH 4,5 – 8,5. Pada

pH netral efisiensi pemupukan NPK lebih tinggi, sedangkan pada pH kurang dari

5,0 dapat menyebabkan tersedianya unsure P untuk Al dan Fe. Oleh karena itu

pada tanah dengan pH dibawah 5 (tanah basah) perlu diberikan pemberian

kapur (CaCo3). Dengan bantuan kapur fixasi dan keracunan oleh unsure Fe dan

Al dapat dikurangi. Bahan racun dalam tanah utamanya adalah unsure Clor (Cl),

Fe dan Al. Kadar Cl 0,06 – 0,1 % telah bersifat racun bagi akar tanaman. Tanah

yang airnya buiruk dapat menimbulkan keracunan Fe, Al dan sulfat (SO4),

sedangkan tanah ditepi pantai karena rembesan air laut, kadar Cl nya cukup

tinggi sehingga bersifat racun.

4. Jenis Tanah

Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah sepeti tanah

alluvial, grumosol, latosol dan regusol. Tanah yang baik untuk ditanamai tebu

adalah tanah endapan abu kepulan seperti yang terdapat di Yogyakarta,

Surakarta, Kediri, Jombang dan Jember. Tanah alluvial banyak ditanami tebu.

Tanah grumosol tersebar dibagian selatan pantai utara Jawa di selatan dataran

Yogyakarta, Surakarta, madiun Jombang dan Mojokerto. Jenis tanah yang

ditanami tebu diluar Jawa pada umumnya pada tanah latosol dan posolik merah

kuning dengan solum dalam, mempunyai struktur dan tekstur yang baik.

b. Lahan

1. Tinggi Tempat

Tanaman tebu dapat tumbuh baik dipantai sampai dataran tinggi antara 0 – 1400

m diatas permukaan laut, tetapi mulai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut

partumbuhan tanaman relative lambat.

Page 6: budiaya tebu

2. Kemiringan Lahan

Bentuk lahan sebaiknya bergelombang antara 0 – 15 %. Lahan terbaik bagi

tanaman tebu dilahan kering/tegalan adalah lahan dengan kemiringan kurang

dari 8 %, kemiringan sampai 10 % dapat juga digunakan untuk areal yang

dilokalisir. Syarat lahan tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai

sampai 2 % apabila tanahnya ringan dan sampai 5 % apabila tanahnya lebih

berat.

c. Iklim

1. Curah Hujan

Tanaman tebu memerlukan curah hujan yang berkisar antara 1.000 – 1.300 mm

pertahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Curah hujan yang ideal

adalah selama 5 – 6 bulan dengan rata-rata curah hujan 200 mm, curah hujan

yang tinggi diperlukan untuk pertumbuhan vegetatife yang meliputi

perkembangan anakan, tinggi dan besar batang. Periode selanjutnya selama 2

bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4 – 5 bulan berkaitan dengan curah

hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Pada periode

ini merupakan pertumbuhan generative dan pemasakan tebu. Sehubungan

dengan curah hujan tersebut, maka wilayah yang dapat diusahakan untuk tebu

lahan kering/tegalan adalah sebagai berikut:

Tabel 5: Wilayah yang dapat diusahakan untuk tanaman tebu tegalan

Zona

Iklim

Jumlah Bulan

Basah

Jumlah Bulan

Kering

Keterangan

B1 7 – 9 2 Daerah basah

B2 7 – 9 2 – 4

C2 5 – 6 2 – 4 Daerah sedang

C3 5 – 6 5 – 6

D2 5 – 6 2 – 4 Daerah kering

D3 3 – 4 5 – 6 Keterangan:

- Zone iklim atas dasar klasifikasi menurut Odelman

- Bulan basah yaitu bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, bulan lembab antara 100 –

200 mm/bulan dan bulan kering kurang dari 100 mm/bulan.

Page 7: budiaya tebu

Zone iklim digunakan untuk menentukan cara serta saat pengolahan tanah dan

masa tanam. Penanaman periode I (menjelang musim kemarau untuk zona iklim

B1 dan B2. Periode II ( menjelang musim hujan) untuk zona iklim D2 sedangkan

zona iklim C2 dan C3 dapat dilakukan periode I dan atau periode II pada setiap

zona memerlukan persyaratan tersendiri. Daerah dengan curah hujan tahun

terbesar 1500-3000 mm diikutidengan penyebaran sesuai dengan kebutuhan

tanaman tebu merupakan daerah yang baik untuk pengembangan tebu. Daerah

dengan jumlah curah hujan terbesar 1200-1300 mm dengan bulan kering 6-7

bulan masih dapat dikembangkan asalkan kelembaban tanah cukup tinggi dan

dapat diusahakan pengairan. Pada masa pertumbuhan vegetative, jumlah air

yang diperlukan untuk evapotranspirasi (penguapan air dari tanah dan tanaman)

sebesar 3-5 mm per hari,atau kebutuhan air hujan selama satu bulan ini minimal

dengan curah hujan 100 mm. Selama periode pemanasan tebu dibutuhkan bulan

kering, curah hujan diatas evapotranspirasi mengakibatkan kemasakan tebu

terlambat dan kadar gula rendah.

2. Temperatur

Suhu udara minimum yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah

240 C dan maksimum adalah 34

0 C sedangkan temperature optimum adalah 30

0

C. Pertumbuhan tanaman akan terhenti apabila suhu dibawah 150 C. Perbedaan

suhu udaramusiman tidak lebih dari 60 C dan perbedaan suhu udara antara siang

dan malam didataran rendah tidak lebih dari 100

C. Perbedaan suhu udara antara

siang dan malan juga berpengaruh pada pembentukan sukrosa. Pembentukan

sukrosa terjasi disiang hari dan berjalan secara optimal pada suhu 300 C. Sukrosa

yang terbentuk, pada malam hari akan ditimbun/disimpan pada batang dimulai

dari ruaspalinmg bawah. Penyimpanan sukrosa yang paling efektif dan

optimalpada suhu 150

C.

3. Sinar Matahari

Sinar matahari yang mempengaruhi pertumbyuhan tanaman ditentukan oleh

lamanya penyinaran dan intensitas penyinaran. Tanaman tebu merupakan

tanaman tropic yang membutuhkan penyinaran 12-14 jam tiap harinya. Pada

kondisi seperti itu tanaman akan tumbuh baik dan dapat menghasilkan bunga.

Intensitas penyinaran diukur berdasarkan prosentasi penyinaran penuh. Proses

asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi

penyinaran matahari secara penuh. Cuaca yang berawan pada siang hari akan

mempengaruhi intensitas penyinaran dan fotosintesa akan menurun yang

mengakibatkan berkurangnya partumbuhan anakan. Cuaca berawan pada

Page 8: budiaya tebu

malam hari akan menaikan suhu udara, karena panas yang dilepas oleh bumi

tertahan oleh awan. Suhu yang meningkat dimalam hari akan mengakibatkan

pernafasan dan menurunkan penimbunan sukrosa pada batang tebu.

4. Angin

Angin berperan untuk kelancaran pertukaran udara didalam kebun tebu,

keseimbangan kelembaban udara dan mengaturkadar zat asam arang (CO2)

disekitar tajuk untuk proses fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10

km/jam disiang hari berdapak positif bagi pertumbuhan tebu, angin keras atau

angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam disertai hujan lebat akan

mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Tanaman tebu yang tinggi dapat

patah dan roboh sehingga mengganggu fotosintesa dan penebangan.

5. Kelembaban Udara

Kelembaban udara relative tidak banyak mempengaruhi pertumbuhan

vegetative tanaman tebu asal tersedia air yang cukup. Kelembaban yang tinggi

akan mempercepat perkembnagn penyakit jamur dan proses pemasakan.

Kelembaban yang rendah (45-65 %) sangat baik untuk pemasakan karena tebu

sangat cepat kering. Kelembaban tinggi (berakibat) mempengaruhi fotosintesa

dengan akibat pembentukan gula juga terlambat.

2. Penggunaan Benih Unggul

a. Pemilihan varietas unggul

Pemilihan varietas unggul sebaiknya memperhatikan varietas unggul yang

dianjurkan dengan memperhatikan sifat-sifat tertentu yaitu:

- Potensi produksi gula yang tinggi melalui bobot tebu dan atau rendemen yang

tinggi.

- Produktivitas stabil dan mantap.

- Ketahanan tinggi untuk keprasan dan kekeringan.

- Tahan terhadap hama dan penyakit.

b. Komposisi varietas

Komposisi varietas unggul dilahan kering/tegalan yang dianjurkan dengan

perbandingan luas tanaman yang bersifat masak awal, masak tengah dan masak

akhir dengan perbandingan 30 : 40 : 30. Adapun jenis varietas yang dipilih adalah

varietas yang sesuai ekolokasi, tipe iklim dan jenis tanah.

Page 9: budiaya tebu

c. Penggunaan bibit

Sebelum ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut:

- Bibit disortasi untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan tumbuh.

Pisahkan bagian bawah, tengah dan atas pada penggunaan bibit bagal.

- Pisahkan bibit dari kotoran yang tidak perlu.

- Disinfeksi; pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam, setiap 3 – 4

kali pemotongan dicelup dalam larutan lisol dengan kepekatan 20%.

- Untuk menjaga bibit bebas dari hama penyakit dapat dilakukan Hot Water

Treatment (HWT). Bibit direndam pada bak air panas (500 C) selama 7 jam,

kemudian direndam dalam bak air dingin selama 15 menit.

d. Bibit yang digunakan adalah:

- Bibit stek batang/Bagal:

bahan tanaman dari tebu bibit yang telah disertifikasi dimana mata tunasnya

belum tumbuh dan terdiri atasdua atau tiga mata.

- Bibit stek pucuk/top stek:

Bahan tanaman yang diambil dari pucuk batang tebu dengan jumlah mata dua

atau lebih.

3. Pengolahan Tanah

a. Persiapan lahan

- Pada tanaman pertama harus diperhatikan saat alih tanam yang tepat dan

perencanaan pola tanam terpadu.

- Perlu dipelajari sifat iklim 5 – 10 tahun terakhir agar dapat diperkirakan awal

musim kemarau dan awal musim hujan.

- Lahan harus dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.

- Hindari pembukaan lahan dengan cara bakar.

b. Cara pengolahan tanah

- Tenaga manusia:

Dengan menggunakan lempak, cangkul, garpu, linggis dan lain-lain.

- Tenaga ternak:

Dengan peralatan bajak sederhana ditarik oleh hewan/ternak sapi atau kerbau.

Page 10: budiaya tebu

- Tenaga mesin:

Menggunakan peralatan bajak, garu yang ditarik oleh traktor sebagai tenaga

penggerak.

c. Waktu pengolahan tanah dan penanaman

- Pengolahan dan penanaman tebu lahan kering/tegalan dapat dilaksanakan

menjelang musim kemarau (periode I) atau menjelang musim penghujan

(periode II).

- Periode I adalah untuk lahan yang memiliki kandungan air tinggi/ngompol, dapat

diairi, daerah beriklim basah (zone iklim B1, B2) dan daerah beriklim sedang

(zone iklim C2 dan atau C3) yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

- Periode II adalah untuk lahan yang terletak di zone D2, D3, C3 dan atau C2.

d. Pedoman umum pengolahan tanah

- Pengolahan tanah sebaiknya cukup dalam (25 cm), khusus untuk lahan yang

memiliki lapisan kedap air, pembuatan kairan harus lebih dalam dari kedalaman

lapisan kedap air.

- Pengolahan tanah untuk tekstur berat relative lebih intensif dari pada yang

bertekstur sedang maupun yang ringan.

- Pengolahan yang sesuai bagi pertanaman tebu lahan kering adalah:

1. Bajak singkal – bajak (garu 32”) – garu akhir (garu 28”) – kair.

Diperuntukan bagi areal yang memiliki tanah relative gembur, bersolum

dalam dan tanahnya memiliki/tanpa lapisan keras/hard pan.

2. Bajak I – bajak II – garu – subsoilling – kair.

Diterapkan pada tanah-tanah tegalan yang memiliki lapisan keras/padas atau

yang bersolum dangkal dan bertekstur liat.

3. Trash Raking – kepras – tining – pupuk.

Untuk pengolahan ratoon pada tebu lahan kering/tegalan.

- Pengolahan tanah dan penanaman mengikuti kaidah konservasi, yaitu:

1. Kemiringan lahan 0 – 5% menggunakan teras datar.

2. Kemiringan lahan 5 – 15% menggunakan teras kredit/teras gulud.

3. Kemiringan lahan 15 – 25% menggunakan teras bangku.

Page 11: budiaya tebu

- Jarak kairan antara 0,95 – 1,25 m makin miring, subur dan basah, jarak semakin

sempit. Panjang kairan minimum 50 m, melihat kondisi topografi.

- Jarak tanam pusat kepusat (PKP) 1,10 m (dilahan yang miring) atau 1,30 m.

4. Penanaman

- Penanaman optimal dilahan kering/tegalan pada periode I adalah awal musim

kemarau atau sekitar bulan Mei – Agustus. Sedangkan periode II adalah awal musi m

hujan atau sekitar bulan September – Nopember, khusus untuk Sumatera Utara

dilaksanakan pada bulan Januari – Juni.

- Untuk penanaman periode I, penutupan bibit tebu dengan tanah sebaiknya tebal

(lebih dari 5 cm) dan tanah penutup bibit dipadatkan. Keperluan bibit untuk setiap

hektar sebanyak 56.000 – 64.000 mata tumbuh (7 – 9 mata per meter persegi).

Jumlah bibit yang digunakan dapat ditanam secara “double overlapping” jumlah mata

tumbuh sebanyak + 20 mata/meter kairan.

- Dalam setiap juring ditanam “sumpingan” untuk sulaman sebanyak 10 % dari jumlah

bibit.

- Apabila terjadi kemarau panjang (lebih dari 6 bulan), maka pengolahan tanah harus

dalam serta tanaman perlu diberikan mulsa.

- Bagi tanah yang pH nya sangat asam perlu dinetralkan dengan member dolomite,

terutama diperlukan pada jenis tanah podzolik.

5. Pemupukan

a. Penggunaan Pupuk Berimbang

- Pemupukan mengarah kepada pemupukan lengkap berimbang dan penambahan

bahan organik.

- Pupuk organik yang dapat digunakan antara lain blotong, kompos abu ketel,

pupuk hijau, pupuk kandang atau pupuk organic lain yang sesuai dengan

keadaan setempat.

- Pemupukan dilakukan sesuai denganjenis, jumlah, waktu dan cara yang tepat.

- Pupuk yang digunakan memenuhi kebutuhan 3 unsur hara utama yaitu N, P, K,

dapat berupa pupuk tunggal ZA, Urea, SP-36/TSP, KCL/ZK atau pupuk majemuk

NPK dengan atau tanpa penambahan unsure hara mikro.

- Waktu pemupukan untuk setiap kategori tanaman sebagai berikut:

Page 12: budiaya tebu

1. Tanaman pertama (PC)

• Penanaman periode I, pemupukan N pertama 1/3 dosis + P satu dosis

diberikan pada saat tanam. Pemupukan N kedua 2/3 dosis ditambah K

satu dosis diberikan 1 – 1,5 bulan setelah pemupukan pertama.

• Penanaman periode II, pemupukan N pertama 1/3 dosis ditambah P satu

dosis, K 1/3 dosis diberikan pada saat tanam. Pemupukan N kedua 2/3

dosis ditambah K 2/3 dosis pada saat musim hujan tiba.

• Penanaman periode I pada lahan yang memiliki kandungan air cukup dan

dapat diairi, pemupukan N pertama 1/3 dosis ditambah P satu dosis

ditambah K 1/3 dosis diberikan pada saat tanam. Pemupukan N kedua

2/3 dosis ditambah K 2/3 diberikan 1 – 1,5 bulan setelah pemupukan

pertama.

2. Tanaman keprasan (Ratoon)

• Keprasan pada periode pertama, pemupukan N pertama 1/3 dosis

ditambah P satu dosis ditambah K 1/3 dosis diberikan dua minggu setelah

kepras.

• Pemupukan N kedua 2/3 dosis ditambah K 2/3 dosis diberikan 6 minggu

setelah keprasan.

• Dalam kondisi tertentu (tanah sangat kering) pemupukan dapat diberikan

1 kali pada awal musim hujan.

Page 13: budiaya tebu

Tabel 6: Pedoman umum dosis pemupukan pada tanaman tebu pada lahan tegalan di

beberapa jenis tanah dan kategori.

No. Jenis Pemupukan KU pupuk per hektar

ZA SP-36 KCL

1 2 3 4 5

1. Tanaman Pertama

- Aluvial 5-7 0-2 0-1

- Regusol/Litosol/Kambisol 5-8 1-2 1-2

- Latusol 6-8 1-3 1-2

- Grumosol 7-9 2-3 1-2

- Mediteran 7-9 1-3 1-2

- Podsolik merah kuning 5-7 4-6 2-4

2. Tanaman Keprasan

- Aluvial 6-7 0-1 0-1

- Regusol/Litosol/Kambisol 7-8 0-1 1-2

- Latusol 7-8 0-2 1-3

- Grumosol 8-9 1-2 1-3

- Mediteran 8-9 2-3 1-2

- Podsolik merah kuning 6-7 2-3 2-4

b. Cara Pemupukan

- Tanaman pertama (PC)

- Pada pemupukan pertama pupuk ditabur didasar kairan, atau dibenam antara

5-10 cm dari dasar kairan untuk merangsang pertumbuhan agar dan segera

diikuti penanaman bibit serta menutupnya dengan tanah pada hari yang

sama.

- Pada pemupukan kedua pupuk ditaburkan didalam kairan dekat dengan

tanaman tebu dan diikuti penutupan dengan tanah yang berfungsi pula

sebagai turun tanah/pembumbunan pertama. Turun tanah/pembubunan

pertama, tanah yang diberikan hanya sekedar untuk menutupi pupuk.

Page 14: budiaya tebu

- Pemupukan pertama khusus untuk penanaman periode I disamping pekerjaan

pemberian pupuk pertama, penanaman dan penutupan bibit tebu dengan

tanah yang dilaksanakan pada hari yang sama, maka pembuatan kairanpun

sebaiknya dilaksanakan pada hari yang sama pula.

- Tanaman keprasan (Ratoon)

- Pada pemupukan pertama pupuk ditabur didalam alur yang dibuat dekat

dengan tanaman tebu dan diikuti penutupan dengan tanah sekedarnya.

- Pada pemupukan kedua, pupuk ditaburkan dalam alur yang dibuat dekat

dengan tanaman tebu dan diikuti penutupan dengan tanah.

Dinas Perkebunan Daerah bersama P3GI dan Pabrik Gula menyusun rekomendasi

pemupukan pada tiap-tiap wilayah lokasi sesuai dengan sifat tanah, zone iklim

dan kebutuhan tanaman bagi daerah yang bersangkutan.

Dalam menyusun rekomendasi pemupukan dapat didasarkan kepada hasil

analisa tanah dan daun atau pemanfaatan peta pemupukan tanaman yang ada.

6. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman

- Bibit yang mati/tidak tumbuh harus disulam, sebagai kriteria apabila

dalam barisan tanaman tebu terdapat lebih dari 50 cm kosong (tidak ada

tanaman) maka perlu dilakukan penyulaman.

- Penyulaman I baik periode I maupun periode II dilakukan pada umur 4 – 5

minggu.

- Penyulaman II dilakukan menjelang musim hujan.

- Penyulaman dilakukan dengan bahan sulam yang seumur dan varietas

yang sama dengan tanamannya.

b. Pembumbunan

- Pembumbunan tebu lahan kering/tegalan sebaiknya dilakukan 2 kali serta

pemberian tanahnya maksimal setinggi tanah asli, agar tidak menghambat

proses pertunasan

Page 15: budiaya tebu

- Pembumbunan I dilakukan bersamaan dengan saat pemberian pupuk kedua,

berfungsi sebagai penutup pupuk. Pembumbunan tidak perlu tebal hanya

sekedar menutupi pupuk tersebut.

- Pembumbunan II dilakukann pada tanaman berumur sekitar 3 – 3,5 bulan yaitu

pada saat pertunasan maksimal telah selesai.

c. Pengendalian Gulma

- Pada daerah-daerah yang tenaga kerjanya murah dan mudah di

dapatpengendalian gulma yang di anjurkan menggunakan tenaga manusia

(secara manual/mekanis ).

- Sedangkan pada daerah-daerah yang tenaga kerja mahal dan sulit didapat

dianjurkan dengan cara kimiawi dengan berpedoman bahwa sejak awal

penanaman sampai tanaman berumur 4 bulan harus bebas dari gulma.

- Secara manual/mekanis yaitu dengan cara disiang minimal 3-4 kali denagn

interval waktu tiap minggu.

- Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida. Penyemprotan dilakukan 3

– 7 hari setelah penanaman, menggunakan campuran herbisida diuron 3 kg/ha

ditambah 2,4 D Garam Amina 1,5 lt/ha yang dilarutkan dalam air sebanyak 200

ltr/ha, menggunakan alat semprot bernozzle polijet biru. Apabila sampai

tanaman barumur 4 bulan masih ada gulma yang tumbuh maka dilakukan

penyiangan secara manual.

d. Klentek ( Pengelupasan pelepah daun )

- Klentek/pengelupasan pelepah daun dilakukan 3 kali, klentek I pada umur 4-5

bulan, klentek II pada umur 7-8 bulan dan klentek III pada umur 1-2 bulan

sebelum tebang. Klentek dimaksudkan unutk memudahkan dalam penebangan

dan memperoleh hasil tebangan yang bersih. Untuk mempermudah pekerjaan

klentek dianjurkan menggunakan sabuk klentek.

e. Pengairan

- Pertanaman tebu memerlukan penyiraman terutama sampai pada umur 2 ( dua )

bulan apabila tidak ada hujan. Pada masa 2 ( dua ) minggu pertama, pemberian

air dilakukan 3 ( tiga ) hari sekali. Pada umur 2 sampai 3 minggu, diberikan 2 ( dua

) kali dalam seminggu. Kemudian sekali dalam seminggu sampai umur 6 ( enam )

minggu. Selanjutnya dilakukan 1 ( satu ) bulan sekali sampai umur 3 ( tiga ) bulan.

Page 16: budiaya tebu

Pengairan dilakukan dengan cara memompa air dari sumber air ( lebung, sungai,

sumur pantek ) dengan pompa air. Pemberian air diatur sedemikian rupa

sehingga tiap kali kegiatan penurunan tanah didahului dengan penyiraman.

7. Drainase

Untuk lokasi yang berzone iklim B1, B2, C2 dan atau lahan yang berdrainase

terhambat, perlu pembuatan saluran drainase untuk mengeluarkan air dari kebun-

kebun. Pendalaman saluran drainase perlu disesuaikan dengan keadaan tinggi

rendahnya permukaan air tanah.

IV. PANEN DAN PASCA PANEN

Tujuan kegiatan panen adalah memungut seluruh batang tebu secara efisien dan

dapat diolah menjadi gula dalam keadaan optimum (tebu layak giling).

a. Penentuan Saat Panen

Panen tebu dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat tebu

dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Prinsip panen tebu adalah MBS (manis,

bersih dan segar). Untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu dilakukan analisis

kemasakan tebu secara periodik (15 hari sekali) sejak dua atau tiga bulan sebelum

mulai giling. Analisis yang dilakukan dengan cara menggiling contoh tebu digilingan

kecil di laboratorium.

Setelah dilakukan berbagai perhitungan akan menghasilkan data tentang tingkat

kemasakan, rendemen, kemampuan peningkatan rendemen, dan daya tahan tebu.

Dengan menganalisis data tersebut dan memperhatikan faktor lingkungan dan

kapasitas giling, dapat disusun jadwal panen berbagai kebun sesuai saat optimum

kemasakannya. Penyusunan jadwal panen tersebut dimusyawarahkan dalam Forum

Musyawarah Produksi Gula (FMPG) karena petani pemilik tebu mempunyai hak

untuk menetapkan saat panen tebu miliknya.

b. Tebang Angkut

Kegiatan tebang angkut merupakan kegiatan kritikal dalam proses produksi gula

karena ketidak tepatan penanganan dapat menimbulkan kerugian cukup besar.

Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat (tebu layak

giling), mengumpulkan dan mengangkut kepabrik gula untuk digiling. Penebangan

dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis/tenaga mesin seperti alat

tebang tebu PSAB 93 – 1. Penebangan tebu secara manual dilakukan dengan cara

Page 17: budiaya tebu

membongkar guludan tebu dan mencabut batang-batang tebu secara utuh untuk

kemudian dibersihkan dari tanah, akar, pucuk, daun kering, dan kotoran lainnya.

Tebangan yang baik harus memenuhi standar kebersihan tertentu yaitu kotoran

tidak lebih dari 5 %. Untuk tanaman tebu yang akan dikepras, pangkal tebu

disisakan didalam tanah sebatas permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas

yang akan dipelihara lagi.

Cara-cara tebang tebu sebagai berikut:

- Tebu yang ditebang sudah masak, dimana kandungan gula maksimal, sedangkan

kandungan asam-asam organis dan gula reduksi minimal.

- Bagian pucuk batang tebu dibuang, bagian ini kaya dengan kandungan asam-

asam amino dan miskin kandungan gula.

- Ditebang hingga bagian pangkal batang batang (bagian batang yang tertimbun

tanah), bagian yang tertinggi kandungan gulanya.

- Tebu tunas dibuang karena bagian ini kaya kandungan asam-asam organisnya,

gula reduksi dan asam amino dan miSkin kandungan gula.

- Tebu dibersihkan dari kotoran, daun tebu kering, tanah dan lain-lain. Daun tebu

kering mengandung silika berfungsi sebagai amplas sehingga mempercepat

keausan rol-rol gilingan.

Teknis pola tebang harus didasarkan pada kriteria teknis yaitu kemasakan, sebaran

lokasi dan pembatasan fron tebang yang memungkinkan kontrol kwalitas tebangan

berjalan dengan baik. Masalah yang umum timbul dalam tebang muat antara lain

adalah penentuan gilir tebang.

Karena saat tanam belum sepenuhnya dapat diatur sesuai dengan umur tebu dan

masa gilir, saat kemasan optimum tebu jatuh hampir pada masa yang bersamaan

sehingga penebangan harus diatur secara bergilir. Dengan demikian sebagian tebu

terpaksa digiling lebih awal atau lebih lambat.

Pada pabrik gula yang mengolah tebu petani, keharusan teknis ini sulit karena pola

tebang lebih banyak ditentukan oleh hasil kompromi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya perebutan gilir tebang.

Dalam prakteknya tebang diselenggarakan berdasarkan jatah terhadap kelompok

tani. Faktor ini menjadi kendala utama untuk menghasilkan tebu giling bermutu

tinggi.

Page 18: budiaya tebu

Faktor lain yang menjadi kendala teknis dalam kegiatan tebang angkut yang optimal

adalah lokasi kebun tebu yang semakin terpencar jauh dari Pabrik Gula dengan

kondisi jalan yang buruk, sehingga waktu tunggu antara tebang dan giling menjadi

lama, umumnya melebihi 24 jam. Hal ini menyebabkan tingkat kadar gula dalam

tebu sulit dipertahankan.

1. Pasca Panen (Pengolahan Tebu)

Hasil utama Perkebunan tebu adalah gula pasir yang harus diproduksi menurut

proses pengolahan tertentu untuk memperoleh mutu yang dikehendaki dan

memenuhi standar pasar, untuk itu perkebunan tebu membangun pabrik pengolahan

tebu menjadi gula (Pabrik Gula) yang merupakan kesatuan dalam perkebunan itu.

Pada saai ini di Indonesia terdapat Pabrim Gula dengan berbagai tingkat kapasitas

pengolahan (kapasitas giling), mulai dari kapasitasil < 2000 ton tebu perhari.

Pengolahan tebu menjadi gula dapat dilakukan dengan beberapa proses, antara lain

Defekasi, Sulfitasi, Karbonatasi, Sulfitasi Leburan Sijlman, Defekasi Klaarsel Sulfitasi

dan Defekasi Nira Kental Sulfitasi. Proses pabrikasi yang digunakan sekarang sebagian

besar (lebih dari 90 %) menggunakan proses sulfitasi selebihnya menggunakan proses

karbonatasi atau proses lainnya.

Dari proses tersebut diatas, dihasilkan produk utama berupa gula kristal putih yang

dikenal dipasar dengan sebutan SHS (Superieure Hoofd Suiker) atau Plantation White

Sugar. Kadang-kadang dihasilkan gula dengan mutu yang lebih rendah, misalnya HS

(Hoofd Suiker) yang dewasa ini umumnya tidak dipasarkan. Selain gula kristal,

pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan pula tetes (molase) yang digunakan

sebagai bahan baku pabrik alkohol/spiritus dan MSG didalam negeri atau ekspor. Dari

pengolahan tebu menjadi gula juga diperoleh berbagai bentuk limbah yang sebagian

dapat dimanfaatkan. Blotong/filtercake dapat dimanfaatkan untuk pupuk, dan

sebagian lain perlu penanganan khusus agar tidak mencemarkan lingkungan.

Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Penyediaan Tebu di Pabrik Gula

Tebu diangkut dari kebun ke Pabrik Gula, ditimbang dan dinyatakan dalam angka

bulat kwintal. Untuk tebu petani, penimbangan disaksikan oleh wakil petani pemilik

tebu dan atau KUD/KPTR. Penimbangan tebu dilakukan dengan cermat karena angka

timbangan merupakan angka masukan yang pertama dalam perhitungan angka-

angka hasil pengolahan.

Setelah ditimbang , tebu dikirim ke peralatan tebu untuk persiapan pengilingan dan

umumnya tebu diatur menurut urutan pemasukan ke pabrik sistem first in first out (

Page 19: budiaya tebu

‘’FIFO”).Pada sistem angkutan lori, pengaturan tebu dilakukan dengan cara melangsir

barisan lori tebu secara berurutan. Pada sistem angkutan dengan truk atau container

, truk atau traktor penarik setelah ditimbang dapat segera ke stasiun gilingan untuk

menunggu giliran dibongkar . Di beberapa pabrik gula (Di Jawa ), tebu yang diangkut

dengan truk harus dipindahkan ke atas lori lebih dulu sebelum diatur giliran

pengilingannya

Tebu yang siap didepan statsiun gilingan diangkat keatas “meja tebu” dengan

menggunakan alat pengangkut (crane) atau dengan menggunakan alat penuang tebu

(“tippler”) untuk tebu yang diangkut dengan truk atau container. Sada juga pabrik

gula yang menimbun tebu didepan statsiun gilingan untuk kemudian diangkat dengan

alat (“grabber”) untuk diletakan diatas dijadikan satu disebut meja tebu.

b. Penggilingan Tebu

Tebu diperah dalam tandem gilingan yang terdiri dari tiga rol gilingan. Dalam

statsiun gilingan biasanya digunakan 4 atau 5 tandem gilingan yang disusun secara

seri. Sebelum masuk tandem gilingan pertama, tebu dicacah oleh alat pengerjaan

pendahuluan (mesin pencacah) sampai tingkat pemecahan tertentu.

Pada tandem gilingan pertama tebu diperah menghasilkan nira perah pertama

(NPP). Ampas digiling oleh gilingan kedua dan nira yang terperah ditampung

kemudian ampasnya digiling kegilingan ketiga demikian seterusnya. Untuk

mengefektifkan ekstrasi gula, pada ampas yang menuju gilingan akhir diberikan air

(air imbibisi). Semua nira yang keluar dari setiap tandem gilingan nira mentah,

sedangkan ampas yang keluar dari gilingan akhir disebut ampas akhir digunakan

sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga/uap.

c. Pemurnian Nira

Nira mentah yang dihasilkan dari statsiun gilingan yang dimurnikan disetatsiun

pemurnian nira dengan tujuan menghilangkan bukan gula (non sugar) baik yang

larut maupun yang tidak larut .

Bahan yang tidak larut seperti bagasilo, partikel kolid maupun yang larut seperti

polysakarida, protein zat warna semaksimal mungkin mungkin sehingga nira menjadi

jernih dan murni .

Pada awalnya proses pemurnian yang dominan di indonesia adalah proses

karbonatasi dan sulfitasi, namun dalam perkembangannya karena biaya bahan

pembantu sangat mahal dan jumlah tenaga yang diperlukan lebih banyak, proses

karbonatasi mulai ditinggalkan. Dalam proses pemurnian nira kondisi suhu dan pH

harus dipenuhi agar pemurnian berjalan optimal. Pertama pemanasan nira sampai

Page 20: budiaya tebu

suhu mencapai 750 C kemuadian penambahan susu kapur Ca (OH)2 sampai

mencapai pH 8,5 selanjutnya dinetralkan dengan SO2. Nira kemudian dipanaskan

sampai 1050 C dan ditambahkan flokulan kemudian dialirkan ke clarifier untuk

proses pengendapan.

Pada proses pengendapan nira jernih yang berada dibagian atas bejana pengendap

(clarifier) mengalir ketangki nira jernih. Sedangkan endapan yang berada dibagian

bawah dipompa menuju tangki nira kotor untuk kemudian ditapis dalam rotary

vacuum filter. Hasil penapisan adalah nira tapis yang kemudian dikembalikan ketangki

nira mentah tertimbang dan blotong sebagai endapan pengotor. Blotong masih

mengandung gula (pol) biasanya dibuang dikebun untuk pupuk tanaman.

V. PENUTUP

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dan sebagai sumber kalori yang relatif

murah bagi masyarakat sehingga dikategorikan sebagai komoditas strategis.

Komoditas ini selain merupakan sumber pendapat bagi sekitar 832.649 petani, juga

mampu menyerap tenaga kerja sekitar 270.429 orang. Pada tahun 2008 luas areal

perkebunan tebu adalah seluas 442.151 ha dengan produktivitas 2.800.946 ton.

Indonesia sebagai negara produsen gula memiliki 58 pabrik gula putih berbahan baku

tebu dengan kapasitas 195.810 TTH serta 5 pabrik gula rafinasi berbahan baku gula

mentah (raw sugar) impor dengan kapasitas 2 juta ton per tahun.

Pada tahun 2008, Indonesia sudah mencapai swasembada gula untuk kebutuhan

konsumsi langsung (untuk rumah tangga) yaitu dengan produksi 2,71 juta ton,

sedangkan kebutuhan untuk rumah tangga sebesar 2,7 juta ton.

Total kebutuhan gula nasional (rumah tangga dan industri) tahun 2009 sebesar +

3,60 juta ton, maka untuk kebutuhan industri masih diimpor sekitar 1 juta ton.

Melalui Program Akselerasi Peningkatan Produksi Gula sejak tahun 2002, yang terus

berlangsung sampai sekarang, maka diperkirakan Indonesia akan mencapai

swasembada gula secara penuh (nasional) pada tahun 2014.