pengelolaan tebu (saccharum officinarum l.) di pg … · tebu pg cepiring, pt industri gula...

98
PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS ANTONIUS HARI KRISTANTO A24070001 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: others

Post on 10-Oct-2019

26 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

76

PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA,

KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI

BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS

ANTONIUS HARI KRISTANTO

A24070001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

77

RINGKASAN

ANTONIUS HARI KRISTANTO. Pengelolaan Tebu (Saccharum

Officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal dengan

Aspek Khusus Modifikasi Budidaya untuk Menurunkan Salinitas.

(Dibimbing oleh PURWONO).

Program peningkatan produksi tebu dengan ektensifikasi menemui

berbagai kendala. Tingginya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian dan kompetisi dengan komoditas lain menjadi penghambat program ini.

Semakin sulitnya menemukan lahan untuk areal pertanaman tebu memaksa

berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan marginal yang sulit untuk

pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di dekat pesisir laut dengan

cekaman salinitas. Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan

teknik budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi

tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi pada tebu.

Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapkan, seperti pada kebun

tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut

dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui ukuran got yang lebih besar

untuk mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk

tumbuh dan berproduksi di lahan tersebut.

PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara adalah pabik gula dengan

produk gula kristal putih. Bahan baku yang dugunakan adalah tebu dan raw sugar.

Kapasitas pabik mencapai 1 800 TCD (ton cane per day). Luas area perkebunan

tebu mencapai 2 471 ha yang terbagi dalam beberapa pola kemitraan yaitu

kemitraan A, kemitraan B, dan tebu mandiri.

Upaya reklamasi lahan salin menggunakan metode kolam-alur (basin-

furrow method). Berdasarkan pengamatan, perlakuan khusus yang diterapkan di

lahan tercekam salinitas dapat menurunkan tingkat salinitas lahan, namun

pertumbuhan tebu tetap terhambat pada fase vegetatif awal. Akibat hambatan

pertumbuhan tersebut, produktivitas tebu di lahan salin lebih rendah daripada

lahan nonsalin. Pada lahan salin menghasilkan 58.87 ton/ha sedangkan lahan

nonsalin 96.40 ton/ha. Meskipun produksinya rendah, usaha tani tebu di lahan

Page 3: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

78

salin tetap menguntungkan dan tidak jauh berbeda dengan lahan nonsalin. Dengan

upaya yang telah dilakuan, usaha tani tebu di lahan salin tetap menguntungkan

sehingga budidaya tebu di lahan salin tetap dapat dilanjutkan. Saran penulis untuk

PT Industri Gula Nusantara menyangkut budidaya tebu di lahan salin adalah

penelitian lebih lanjut tentang penentuan dosis pemupukan khusus lahan salin dan

penambahan bahan kimia selain pupuk untuk membantu reklamasi lahan salin

dengan gipsum (CaSO4.2H2O).

Page 4: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

79

PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA,

KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI

BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTONIUS HARI KRISTANTO

A24070001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

80

Judul : PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA

NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK

KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK

MENURUNKAN SALINITAS

Nama : ANTONIUS HARI KRISTANTO

NIM : A24070001

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Purwono, MS.

NIP 19580922 198203 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.

NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :………………..

Page 6: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

81

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Punggur, Lampung Tengah pada tanggal 26 Januari

1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan

Drs. Andreas Sutrisno, M.M. dan Hartini, S.Pd.

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya TK Pertiwi

Punggur dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri

3 Tanggulangin dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Punggur dan lulus pada tahun 2004.

Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2007. Tahun

2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program S-1 Mayor-Minor, dengan

Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, IPB, dan Minor Manajemen Fungsional.

Tahun 2008 penulis menjadi asisten praktikum Fisika Tingkat Persiapan

Bersama dan asisten matakuliah Agama Katolik (Tim Pendamping) sebagai

penaggung jawab kuliah. Penulis juga aktif di berbagai organisasi. Tahun 2007

sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa IPB (Agria Swara) dan Paduan Suara

Mahasiswa Katolik IPB (Pluela Domini). Tahun 2008 sebagai pengurus

HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi). Tahun 2009 sebagai Ketua

Divisi PSDM dan salah satu pendiri Koperasi Mahasiswa Agronomi dan

Hortikultura. Beberapa prestasi yang didapat penulis antara lain Program

Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Dikti, yaitu di bidang penelitian,

pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan pada tahun 2010 dan 2011.

Page 7: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

82

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat

kasih dan karunia-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada:

1. Ayahanda Andreas Sutrisno, Ibunda Hartini dan Kakak Andre Hari Wibowo

tercinta yang telah memberikan dukungan doa, moral, dan material selama

menjalani pendidikan.

2. Ir. Purwono, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingan dan saran selama proses magang sampai dengan penyusunan

skripsi ini.

3. Direksi PT. Industri Gula Nusantara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

4. Ibu Wahyu Ningsih selaku pemimbing lapang yang banyak memberi

bantuan, masukan, dukungan dan fasilitas selama kegiatan magang.

5. Bapak Giardi, Harimuladi, Judiman, Heriyono, Badawi, Ngaluwi, Rochmat,

Mbah Tunut, Mbah Roso, dan Mbah Wadji selaku staf Kantor Tanaman dan

staf lapang PT. IGN yang telah membantu dan mendampingi penulis selama

kegiatan magang berlangsung.

6. Tim Tanaman IGN : Bang Choirul, Mas Moko, Mas Agung, “Genk’e”

Mono, Anggi, mandor kecil (Eka, Agung, dan Salin) dan sinder muda (Mas

Hari dan Mas Adi) atas kebersamaan yang indah selama 4 bulan.

7. Partner magang dan PS, Bagus dan Manahan, atas kebersamaan dan

kerjasama selama magang dan bimbingan, “Ini baru awal perjuangan

panjang kita kawan”.

8. My Special one dan penghuni Perwira43 (Leo, Brury, Adit, abang-abang,

kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik) atas dukungan dan kenangan tak

terlupakan.

Page 8: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

83

9. Tim Pendamping IPB secara khusus “Densus08” (Eny, Lusi, Lisa, Brury,

Adian, Chisi, Rio, Manta, Sari, Bambang, Ayu, Ella, Arianti, Dika, Leo,

Ishak, dan Ulin), terimakasih atas kebersamaan dan kenangan indah tak

terlupakan, “Mari kita terus berproses dari sebuah kepompong, menjadi

kupu-kupu”.

10. Teman-teman Agronomi dan Hortrikultura angkatan 44 yang telah

memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk bagi pihak

yang memerlukan, serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2011

Penulis

Page 9: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

84

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Tujuan .............................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu .............................................................. 4

Ekologi Tanaman ............................................................................................. 5

Tanah Salin ...................................................................................................... 6

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ............................................................ 7

Upaya Pemanfaatan Tanah Salin ..................................................................... 8

METODE MAGANG ........................................................................................... 10

Tempat dan Waktu ......................................................................................... 10

Metode Pelaksanaan ....................................................................................... 10

Pengamatan dan Pengumpulan Data .............................................................. 11

Analisis Data .................................................................................................. 14

KEADAAN UMUM ............................................................................................. 15

Sejarah PG Cepiring ...................................................................................... 15

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif ........................................ 16

Keadaan Iklim dan Tanah .............................................................................. 16

Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................................. 17

Keadaan Tanaman dan Produksi .................................................................... 19

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...................................................... 20

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................................ 24

Aspek Teknis ................................................................................................. 24

Pembukaan lahan dan penanaman tebu ................................................ 24

Pemeliharaan tanaman tahun pertama .................................................. 29

Pemeliharaan tanaman keprasan ........................................................... 37

Pemanenan ............................................................................................ 38

Pengolahan gula .................................................................................... 42

Aspek Manajerial ........................................................................................... 46

Pengelolaan kegiatan lapang ................................................................ 46

Aspek Khusus ................................................................................................ 48

Kondisi salinitas kebun ......................................................................... 48

Teknis budidaya tebu di lahan salin ..................................................... 49

Kondisi tebu di lanah salin ................................................................... 51

Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin .............................. 52

Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin ... 53

Page 10: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

87

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu ................................ 24

Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan .................................................... 27

Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang

Telah Selesai (b) .............................................................................. 28

Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata .................................................................. 28

Gambar 5. Penanaman Tebu .............................................................................. 29

Gambar 6 . Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama ......................................... 30

Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation ........................ 32

Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) ........ 35

Gambar 9 . Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan .................................................. 37

Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu ..................................................................... 39

Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu

di Lapang ......................................................................................... 40

Gambar 12. Penebangan Tebu ............................................................................. 41

Gambar 13. Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas

Muatan Truk Angkutan (b) .............................................................. 42

Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring ........ 43

Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang

Melintang Got Lahan salin (c), dan Penampang

Melintang Got Lahan Nonsalin (d) .................................................. 50

Page 11: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

85

PEMBAHASAN ................................................................................................... 55

Aspek Teknis ................................................................................................. 55

Sistem tata air kebun ............................................................................ 55

Aspek Manajerial ........................................................................................... 57

Sistem kemitraan .................................................................................. 58

Kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E Tebu) ............................ 59

Sistem beli putus ................................................................................... 61

Manajemen kemitraan .......................................................................... 63

Struktur organisasi bagian tanaman PG Cepiring ................................ 64

Aspek Khusus ................................................................................................ 64

Kondisi salinitas kebun ......................................................................... 64

Teknis budidaya tebu di lahan salin ..................................................... 66

Kondisi tebu di lanah salin ................................................................... 66

Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin .............................. 68

Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin ... 69

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 71

Kesimpulan .................................................................................................... 71

Saran .............................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73

LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

Page 12: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

86

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring ..... 17

Tabel 2. Luas Areal (ha) PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun ................ 17

Tabel 3. Luasan Kebun Bibit (ha) Berdasarkan Kategori Kebun Bibit .............. 18

Tabel 4. Produktivitas, Rendemen Tebu dan Produksi Gula Kristal

Putih (GKP) Selama 4 Tahun ............................................................... 20

Tabel 5. Produksi Gula Kristal Putih dengan Bahan Baku Raw Sugar

selama 4 tahun ...................................................................................... 20

Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun 2011 ........................................ 22

Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK ........................ 48

Tabel 8. Tinggi Tanaman Tebu (cm), Jumlah Ruas, Diameter (cm), dan

Bobot Batang (kg) pada 27 MSK sampai 41 MSK .............................. 51

Tabel 9. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan ........................... 52

Tabel 10. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK .............. 52

Tabel 11. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27 MSK

sampai 41MSK ..................................................................................... 53

Tabel 12. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin

Selama Tiga Musim Tanam .................................................................. 53

Tabel 13. Keuntungan Usaha Tani Tebu (Rp) di Kebun Salin dan Nonsalin

Masa Tanam 2010/2011 ....................................................................... 54

Tabel 14. Nilai KKP-E Setiap Tahapan Budidaya Tebu PC per Hektar .............. 60

Tabel 15. Curah Hujan Kebun Pidodo pada Stasiun Hujan Terdekat .................. 65

Page 13: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

85

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun

PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 75

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun

PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 76

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun

PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal ....................................... 78

4. Bobot Batang per Meter per Jenis Tebu Berdasarkan Diameter Batang

5 Tahun Terakhir .......................................................................................... 81

5. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2007-2009 di

Kabupaten Kendal ........................................................................................ 82

6. Struktur Organisasi PG Cepiring PT Industri Gula Nusantara .................... 83

7. Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Cepiring, PT Industri Gula

Nusantara...................................................................................................... 84

Page 14: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman perkebunan penting di

Indonesia. Tebu merupakan tanaman keluarga rumput-rumputan (Graminae)

sebagai bahan baku pembuatan gula.

Dewasa ini masih terjadi masalah dalam kecukupan produksi gula untuk

kebutuhan dalam negeri. Dengan luas areal perkebunan tebu nasional sebesar

438 957 ha pada tahun 2008, Indonesia mampu memproduksi tebu segar sebesar

2 800 946 ton. Dengan rendemen rata-rata nasional sebesar 6.99% - 7.23%,

produksi gula dalam negeri baru sekitar 2.6 juta ton. Sementara itu, Indonesia

membutuhkan 4.85 juta ton gula yang terdiri dari 2.7 juta ton untuk konsumsi

langsung dan 2.15 juta ton untuk keperluan industri. Produksi gula menurun pada

tahun 2010 yaitu hanya sebesar 2.3 juta ton. Berdasarkan data tersebut poduksi

gula nasional sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan gula nasional dan

Indonesia masih mengalami kekurangan gula (Kementrian Pertanian, 2011).

Kesenjangan antara produksi gula dan kebutuhan gula dalam negeri

membutuhkan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang telah ditempuh

adalah meningkatkan produktivitas tebu. Peningkatan produktivitas tebu telah

dilakukan baik secara intensifikasi, maupun secara ekstensifikasi. Kegiatan

ekstensifikasi telah dilakukan pemerintah dengan berusaha menambah luas areal

pertanaman tebu. Berbagai fasilitas yang telah diberikan pemerintah kepada petani

tebu guna memenuhi tujuan tersebut antara lain program Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi (KKP-E). Tujuan utama fasilitas tersebut adalah memicu

petani untuk menanam tebu di lahan pertanian mereka.

Program peningkatan produksi gula dengan ektensifikasi menemui

berbagai kendala. Tingginya laju konversi dan kempetisi dengan komoditas lain

merupakan penghambat program ini. Semakin sulitnya menemukan lahan untuk

areal pertanaman tebu memaksa berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan

marginal yang sulit untuk pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di

dekat pesisir laut dengan cekaman salinitas. Lahan marjinal didefinisikan sebagai

lahan yang mempunyai potensi rendah sampai sangat rendah untuk dimanfaatkan

Page 15: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

2

sebagai lahan pertanian, namun dengan penerapan suatu teknologi dan sistem

pengelolaan yang tepat, potensi lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih

produktif dan berkelanjutan (Alihamsyah dan Noor, 2003).

Lahan salin mempunyai potensi untuk dimanfaatkan menjadi pertanaman

tebu. Total lahan salin yang mencapai 0.44 juta ha di Indonesia merupakan

potensi untuk upaya ektensifikasi perkebunan tebu (Alihamsyah dan Noor, 2003).

Dengan luasan yang cukup besar tersebut, lahan salin dapat dikembangkan

menjadi perkebunan tebu untuk manambah produksi tebu Indonesia. Penambahan

produksi tebu akan meningkatkan produksi gula nasional untuk memenuhi

kebutuhan gula nasional.

Pertanaman tebu sudah merambah lahan marginal dengan cekaman

salinitas. Usaha perkebunan tebu di pulau Jawa yang didominasi oleh kebun tebu

rakyat banyak dilakukan di daerah pesisir laut utara. Salah satu contohnya adalah

perkebunan tebu di wilayah PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara (IGN) yang

terletak di Kendal, yaitu kabupaten di pesisir laut utara Jawa. Penggunaan lahan

yang dekat dengan laut kerap menimbulkan masalah cekaman salinitas di wilayah

PG Cepiring dan kebun tebu lain yang berada di wilayah jalur pantai utara.

Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi yang

berlebihan dalam larutan tanah.

Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan teknik

budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak

negatif dari tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi

pada tebu. Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapakan, seperti

pada kebun tebu PG Cepiring. Teknik budidaya tersebut dilakukan untuk

mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk bertahan

dan tumbuh di lahan tersebut.

Kegiatan magang ini mempelajari pengelolaan perkebunan tebu serta

mempelajari budidaya, pertumbuhan dan produksi tebu di lahan tercekam salinitas

di PG Cepiring. Hasil yang didapat diharapkan menjadi referensi untuk diterapkan

di tempat lain berkenaan dengan budidaya tebu tercekam salinitas.

Page 16: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

3

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mengetahui dan memahami

pengelolaan perkebunan tebu secara nyata di lapangan serta mengaplikasikan dan

membandingkan teori yang telah dipelajari dengan kondisi nyata di lapangan.

Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari modifikasi

teknik budidaya yang diterapkan di lahan tercekam salinitas, serta mengetahui

petumbuhan, produksi dan analisis usaha tani tebu di lahan tercekam salinitas

dengan teknik budidaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.

Page 17: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo

Glumaceae, family Graminae dan genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang

lain adalah Saccharum officianrum, Saccharum robustum, Saccharum

spontaneum, dan Saccharum barberi. Saccarum officinarum merupakan spesies

tebu paling modern dan paling banyak dibudidayakan (James, 2004).

Menurut James (2004), tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian

utama, yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman tebu memiliki perakaran

serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekundar. Akar

primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit.

Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar

sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh

dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang. Menurut

Supriyadi (1992) pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah dan ada yang

mendatar dekat permukaan tanah.

Tebu memiliki tipe batang beruas-ruas. Di antara ruas-ruasnya terdapat

buku-buku ruas dan terletak mata tunas yang tumbuh menjadi pucuk tanaman

baru. Susunan ruas-ruas pada batang tebu dapat berliku atau lurus. Bentuk ruas

yang menyusun batang dibedakan menjadi enam bentuk, yaitu silindris, tong,

kelos, konis, konis berbalik, dan cembung cekung. Tinggi batang dipengaruhi oleh

baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. Tinggi tanaman

tebu antara 2-5 m. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang penting

untuk pertumbuhan meninggi (Supriyadi, 1992).

Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu helai daun dan pelepah daun. Helai

daun berbentuk pita yang panjangnya 1-2 m (tergantung varietas dan keadaan

lingkungan),dan lebar 2-7 cm. Tebu tidak memiliki tangkai daun. Diantara

pelepah dan helaian daun terdapat sendi segitiga daun dan pada bagian sisi

dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna

daun tebu bermacam-macam ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah

Page 18: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

5

keunguan dan lain-lain. Ujung daun tebu meruncing dan tepinya bergerigi

(James, 2004).

Bunga tersusun dalam malai yang terbentuk setelah pertumbuhan

vegetatif. Bunga berkembang pada pagi hari dengan jangka waktu pembungaan

pada satu malai berlangsung beragam antara 5 sampai 12 hari. Bunga tebu

termasuk bunga sempurna. Tangkai sari dan tepung sari menjurai keluar setelah

bunga cukup matang. Kepala putik berambut yang umumnya berwarna keunguan.

Buahnya termasuk buah padi-padian, bijinya berukuran kecil memiliki panjang

antara 1.0-1.5 mm dan lebar 0.5 mm (James, 2004).

Ekologi Tanaman

Menurut James (2002), tebu pada umumnya dapat tumbuh dengan baik

pada daerah yang memiliki iklim tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran

390 LU dan 35

0 LS. Dibutuhkan suhu rata-rata tahunan di atas 21

0 C, apabila

kuarang dari 200 C maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertumbuhan akan

terhenti pada suhu 160 C. Suhu perkecambahan tunas stek tebu antara 32-38

0 C.

Suhu yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sukrosa yang tinggi adalah

antara 26-270 C. Curah hujan tahunan yang dikehendaki adalah 1 500- 2 500 mm

per tahun dengan penyebaran merata. Kelembaban yang baik bagi pertanaman

tebu adalah 63-85%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat pertumbuhan tebu

adalah tidak lebih dari 600 m dpl.

Tanaman tebu menghendaki penyinaran matahari langsung. Penyinaran

matahari penting bagi tanaman tebu untuk pembentukan gula, tercapainya kadar

gula yang tinggi pada batang, dan mempercepat proses pemasakan. Menurut

Supriyadi (1992) kadar sukrosa tertinggi dapat dicapai pada penyinaran matahari

selama 7-9 jam per hari. Selain itu, menurut Siswoyo at al (2007), kandungan

sukrosa juga dipengaruhi oleh pascapanen tebu, yaitu penyimpanan. Intensitas

cahaya yang baik untuk fotosintesis tebu adalah 3 000-4 500 footcandle.

Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur

dan mudah menyerap serta melepaskan air. Menurut Sutardjo (2002) tanah yang

baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum dalam atau

tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu. Tebu dapat ditanam pada tanah

Page 19: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

6

dengan kisaran pH 5.5-7.0. Pada pH di bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran

tanaman tidak dapat menyerap air sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah

dengan pH di atas 7.0 tanaman akan sering kekurangan unsur fosfor .

Pertumbuhan tebu dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap

perkecambahan, pemunculan anakan, pemanjangan batang, dan pengisian sukrosa

di batang (pemasakan). Kebutuhan air yang diperlukan pada setiap tahapan

berbeda. Fase awal pada perkecambahan dan pemunculan anakan membutuhkan

air sedang. Fase pemanjangan batang membutuhkan air yang cukup banyak. Fase

kemasakan membutukan air dengan jumlah sedikit. Fase perkecambahan dimulai

saat tanam sampai 1 BST. Fase pemunculan tunas pada 1-3 BST. Fase

pemanjangan batang pada 3-9 BST. Fase kemasakan pada 9-12 BST (Sutardjo,

2002)

Tanah Salin

Salinitas tanah adalah suatu kondisi dimana kadar garam terlarut tanah

mencapai tingkat meracuni tanaman (Santoso, 1993). Pada umumnya tanah salin

tergolong ordo Aridisol, yaitu tanah yang terbentuk pada daerah kering atau

dengan curah hujan rata-rata kurang dari 500 mm/tahun. Jumlah air hujan tidak

cukup untuk mengimbangi air yang hilang melalui tanah dan tanaman

(evapotranspirasi). Pada waktu air diuapkan ke udara, garam tertinggal di lapisan

permukaan. Proses akumulasi garam berlangsung terus yang disebut proses

salinisasi. Garam-garam yang diakumulasikan diantaranya adalah NaCl, Na2SO4,

CaCO3 dan MgCO3. Di daerah iklim basah (humid) salinisasi hanya terjadi di

delta sungai yang terpemgaruh air laut dan pantai yang telaknya rendah. Salinisasi

juga dapat terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal,

seperti misalnya tanah-tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-tanah di

daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut ( Tan, 1991).

Ciri kimia tanah salin tidak dapat didasarkan atas nilai pH saja. Tanah

salin mempunyai pH 8,5 atau lebih. Tanah salin ditentukan berdasarkan jumlah

garam terlarut dan garam yang dapat dipertukarkan. Parameter yang diukur adalah

daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC) untuk kandungan

garam dan presentase pertukaran garam atau exchangeable sodium percentage

Page 20: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

7

(ESP). Tanah salin dicirikan oleh nilai EC lebih dari 4 mmho/cm pada 250C

dengan ESP kurang dari 15%, dan pH kurang dari 8,5 (Tan, 1991).

Proses salinisasi umumnya terjadi pada daerah iklim kering sampai agak

kering, berupa tanah-tanah yang biasanya ditumbuhi vegerasi Halophyta sampai

semak. Selama musim kering permukaan tanah ditutupi oleh efflorescense atau

kerak garam, yang larut di dalam air tanah setiap kali tanah tersebut basah. Proses

salinisasi terjadi tidak hanya karena curah hujan yang kurang untuk melarutkan

dan mencuci garam, tetapi juga karena penguapan yang menyebabkan

terkumpulnya garam dalam tanah dan dalam air tergenang di atas permukaan

tanah. Drainase yang buruk menyebabkan evaporasi lebih besar daripada

perkolasi. Hal ini merupakan faktor utama berlangsungnya proses salinasi.

Tentang lambatnya perkolasi air tanah, dapat disebabkan oleh keadaan tekstur

yang sangat halus, struktur mampat atau adanya lapisan padas kedap air. Sebagai

akibat perkolasi yang sangat menghambat, air yang menguap dari dalam tanah

akan menarik air tanah yang melarutkan garam keatas, sehingga waktu menguap

akan meninggalkan garam, berbentuk kerak di permukaan tanah atau lapisan yang

banyak mengandung garam yang disebut horizon silikan, atau kristal (Santoso,

1993).

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Pengaruh utama salinitas terhadap tanaman adalah ganguan penyerapan air

(Shalhevet dan Bernstein, 1985). Konsentrasi yang tinggi dari garam-garam netral

seperti NaCl dan Na2SO4 akan mengganggu penyerapan air oleh tanaman. Hal ini

diakibatkan oleh tekanan osmotik yang tinggi dalam larutan tanah yang

melampaui tekanan osmosis dalam sel akar (Santoso, 1993).

Menurut Tan (1991), kepekatan garam yang tinggi menyebabkan tanaman

mengalami plasmolisis, sehingga air dalam tanaman bergerak keluar menuju

larutan tanah. Tanaman yang keracunan garam mengalami hambatan

perpanjangan sel dan daun berwarna hijau kotor (berbintik hitam). Mekanisme

gangguan garam terhadap tanaman dapat melalui ketidakseimbangan hara.

Kelebihan bikarbonat dapat menyebabkan kahat Fe. Kelebihan garam

Page 21: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

8

menyebabkan kahat Ca dan Mg. Kondisi pH yang tinggi dapat menyebabkan

kelarutan unsur mikro berkurang, sehingga menyebabkan kahat unsur mikro.

Keberadaan ion Na dalam jumlah tinggi menyebabkan tanah tersuspensi.

Bila tanah dikeringkan seakan-akan menjadi gumpalan kompak dan keras, dan

membentuk lapisan keras dipermukaan. Hal ini menyebabakan penurunan

porositas tanah dan menghambat kelancaran udara, sehingga dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan tanaman.

Bahaya bagi tanaman bisa juga datang dari garam terlarut walaupun

konsentrasinya belum cukup untuk memengaruhi penyerapan air. Masuknya ion

unsur hara ke dalam bulu akar dipengaruhi oleh sifat dan konsentrasi ion lain yang

ada. Oleh karena itu, garam dapat menimbulkan kesulitan nutrisi tanaman karena

tanaman tidak mampu menyerap hara yang diperlukan dari tanah. Tanaman yang

tumbuh pada tanah salin terlihat terganggu dan mempunyai daun-daun tebal serta

warna daunnua hijau tua. Pengaruh salinitas pada tanaman pertama kali terlihat

pada penyebaran energi dari proses pertumbuhan dalam mempertahankan tingkat

tekanan osmosis yang berbeda. Proses yang pertama kali dari energi pertumbuhan

adalah penghambatan dari perpanjangan sel. Sel-sel daun secara kontinu akan

membelah tetapi tidak memanjang. Dari serangkaian kejadian, sebagian sel-sel

tiap unit daun dicirikan dengan warna hijau gelap yang disebabkan oleh tekanan

osmosis tanaman (Santoso, 1993).

Cekaman salinitas berakibat pada penurunan produksi tanaman, termasuk

pada tebu. Menurut Putri (2011), tebu tidak mengalami penurunan hasil pada nilai

EC tanah 1.7 dS/m. Ketika nilai EC tanah sebesar 3.3 dS/m akan menurunkan

hasil tebu sebesar 10 %. Hasil tebu akan menurun sebesar 25% pada nilai EC

tanah sebesar 6 dS/m. Penurunan hasil tebu lebih besar terjadi pada nilai EC 10.4

dS/m,yaitu sebesar 50%. Pada nilai EC 18.6 dS/m tebu tidak dapat bertahan

hidup.

Upaya Pemanfaatan Tanah Salin

Drainase yang baik diperlukan dalam pemanfaatan tanah-tanah salin

(reklamasi tanah salin). Dalam proses reklamasi sangat penting untuk mengusir

kelebihan garam dari zone akar. Hal ini hanya dapat dikerjakan dengan

Page 22: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

9

penggunaan air secukupnya untuk mencuci garam ke dalam lapisan tanah bagian

bawah. Dengan kondisi drainase yang tidak baik, penambahan air yang banyak

akan meningkatkan permukaan air tanah dan menyebabkan meningkatnya

akumulasi garam di tanah permukaan, sehingga akan memperburuk kondisi tanah

salin. Drainase yang cukup harus disediakan untuk mereduksi permukaan air

tanah hingga di bawah zone akar tanaman, yaitu tidak kurang dari 2.4-3 m di

bawah permukaan tanah (Santoso, 1993).

Metode reklamasi tradisional adalah metode telaga (ponding) yaitu

membuat parit lebar di sekeliling lahan. Kedalaman air 0,3 m atau lebih

diharapkan dapat menampung garam yang tercuci dari tanah. Metode ini relatif

kurang efektif karena laju pengurangan garam berjalan sangat lambat.

Metode pencucian yang lebih efektif adalah metode kolam-alur (basin-

furrow method). Tanah diratakan dan air irigasi dilewatkan melalui parit yang

dibuat di sekeliling lahan. Air dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh

lahan dapat diresapi air. Kepekatan garam dalam tanah menurun karna pencucian

aliran air irigasi. Kebutuhan air dengan metode ini lebih sedikit daripada metode

telaga.

Ion garam divalen (umunya Ca) diharapkan tersedia selama reklamasi.

Untuk itu diperlukan penambahan gipsum (CaSO4.2H2O). Penambahan gipsum

dapat mencapai beberapa ton per hektar dan dapat diulang setelah 2 atau 5 tahun

atau sesuai kadar sodium tanah.

Bila pencucian tidak mungkin dilakukan, misalnya air tidak tersedia, maka

upaya mencari tanaman yang toleran garam adalah jalan yang terbaik. Rekayasa

para pemulia tanaman sangat berperan dalam menciptakan varietas-verietas yang

toleran garam ( Dirjen Pendidikan Tinggi, 1991).

Page 23: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula

Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011.

Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan di kebun Pidodo, yaitu kebun

dengan salinitas tinggi, dan kebun Gondang, yaitu kebun dengan kondisi yang

normal. Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan selama kegiatan

magang.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas kerja lapang dan

pengamatan langsung. Kegiatan kerja lapang yang dilakukan yaitu pada aspek

teknis dan manajerial. Kegiatan pengamatan langsung mendapatkan data primer

yang akan membantu menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam.

Kegiatan kerja lapang pada aspek teknis yaitu menjadi karyawan harian

lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan mengikuti semua tugas

lapang yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan meliputi

pembukaan dan pengolahan lahan, persiapan dan penyediaan bahan tanam,

penanaman, irigasi, perawatan, taksasi, dan pemanenan tebu (Tabel Lampiran 1).

Kegiatan kerja lapang pada aspek manajerial adalah menjadi pendamping

mandor dan menjadi pendamping sinder. Kegiatan sebagai menjadi pendamping

mandor dilakukan selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu

mengawasi karyawan harian pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan,

membuat analisis pada setiap kegiatan di lapangan, membantu memotivasi

karyawan, dan membantu mengorganisasi karyawan pada setiap pekerjaan (Tabel

Lampiran 2).

Kegiatan sebagai pendamping sinder dilakukan selama dua bulan.

Kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari kegiatan di tingkat bagian kebun,

memonitor hasil kegiatan kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun.

Kegiatan juga meliputi manajemen kebun kemitraan beserta pembiayaannya

Page 24: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

11

melalui Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Tebu (KKP-E Tebu). Kegiatan ini

meliputi pengukuran luas kebun pengajuan dan membantu administrasi dalam

pencairan kredit KKP-E kepada petani mitra (Tabel Lampiran 3).

Aspek khusus yang diperdalam adalah modifikasi teknik budidaya di lahan

salin. Pengamatan dilakukan di kebun Pidodo yang termasuk kebun salin.

Pegamatan meliputi teknik budidaya dan keadaan tebu. Pengamatan juga

dilakukan pada kebun Gondang sebagai kebun nonsalin dengan parameter

pengamatan yang sama dengan pengamatan di kebun Pidodo.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Kegiatan magang juga meliputi pengumpulan data yang akan membantu

menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam. Pengumpulan data dilakukan

dengan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak

langsung untuk data sekunder.

Pengamatan dan analisis dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan

produktivitas tebu dengan cekaman salinitas, serta teknik budidaya yang

diterapkan di kebun tersebut. Pengamatan tebu yang tercekam salinitas ini

dilakukan di kebun Pidodo, yaitu kebun di pesisir pantai utara Jawa yang berjarak

1 km dari pantai, sehingga terkendala dengan salinitas yang tinggi.

Pengamatan juga dilakukan pada kebun yang tidak terkendala salinitas

sebagai pembanding. Variabel pengamatan di kebun ini sama seperti yang

diterapkan di kebun terkendala salinitas. Pengamatan tebu sebagai pembanding ini

dilakukan di kebun Gondang, yaitu kebun sawah tadah hujan yang tidak

terkendala dengan salinitas.

Pengamatan di kedua kebun dilakukan pada satu blok untuk masing-

masing kebun. Setiap blok diambil satu petak contoh. Setiap petak contoh diambil

lima bak tanam tebu sebagai ulangan. Setiap bak tanam tebu diambil empat

juringan contoh. Setiap juringan contoh terdapat satu tanaman contoh, sehingga

terdapat empat tanaman contoh pada setiap ulangan. Kategori tanaman yang

diamati adalah variatas Bululawang (BL) dengan kategori RC I (Ratoon Cane)

atau tebu keprasan pertama.

Page 25: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

12

Penentuan contoh dilakukan dengan metode acak dan sistematis,

disesuaikan dengan keadaan kebun dan homogenitasnya (Mantra dan Kasto,

2008). Blok dan petak contoh dipilih secara acak. Bak contoh untuk kebun

Gondang dipilih secara sistematis karena lingkungan yang homogen. Bak contoh

untuk kebun Pidodo dipilih dengan menyesuaikan keadaan lahan karena tingkat

homogenitasnya yang rendah dan kondisi kebun yang sulit terjangkau. Penentuan

juringan dan tanaman contoh untuk kedua kebun dilakukaan dengan cara

sistematis.

Beberapa variable pengamatan yang dilakukan meliputi :

a. Tinggi Batang

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tebu contoh dari

permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tebu. Pengamatan dilakukan

pada 27, 31, 35, dan 39 MSK (minggu setelah keprasan).

b. Diameter batang

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter batang tebu

menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang diambil adalah diameter

yang terbesar pada bagian batang tebu contoh. Pengamatan dilakukan pada 27,

31, 35, dan 39 MSK.

c. Jumlah ruas batang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ruas batang tebu mulai

dari permukan tanah sampai titik tumbuh tebu. Pengamatan dilakukan pada 27,

31, 35, dan 39 MSK.

d. Jumlah batang dan jumlah sogolan per meter juringan

Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah batang tebu dan

sogolan yang terdapat pada juringan contoh kemudian membaginya dengan

panjang juringan tersebut dalam satuan meter. Pengamatan jumlah batang

dilakukan pada 27 MSK sementara jumlah sogolan pada 41 MSK.

e. Umur Berbunga

Pengamatan dilakukan pada umur tebu saat bunga pertama kali muncul.

f. Brix nira

Pengukuran brix nira dilakukan di lapangan menggunakan alat Hand

Refractometer pada bagian batang atas, tengah dan bawah. Nilai brix batang

Page 26: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

13

contoh adalah rata-rata dari ketiga nilai brix tersebut. Pengukuran brix nira

dilakukan pada lima batang tebu yang diambil secara acak pada setiap bak

tanam contoh pada setiap kebun. Pengamatan dilakukan pada 27 MSK dan 41

MSK.

g. Electronic Conductivity (EC) dan salinitas tanah

Pengukuran EC dan salinitas tanah dilakukan pada komposit tanah kedua

kebun. Pengukuran EC tanah dan salinitas tanah dilakukan di Laboratorium

Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.

h. Tata Layout Kebun

Dilakukan pengamatan langsung terhadap tata layout kebun. Pengukuran

dilakukan pada lebar dan dalam got keliling, got malang, dan got mujur.

i. Produktivitas

Data produktivitas kebun didapat dari studi arsip bagian tanaman serta

wawancara dengan mandor dan sinder kebun. Data produktivitas mencakup

produktivitas kategori PC, RC1, dan produktivitas RC2 selama tiga tahun.

j. Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani dilakukan pada kebun contoh dengan memasukkan

rencana anggaran kebun pada masa tanam 2010/2011, produktivitas kabun

berdasarkan taksasi maret, serta besaran biaya kebun dan harga produk gula dan

tetes yang berlaku sesuai standar perusahaan. Analisis dilakukan pada setiap blok

pada kebun contoh menurut kategori tanaman yang ada.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan berkonsultasi dengan pihak

manajemen perusahaan. Data sekunder yang diperlukan meliputi :

a. Produksi tebu, gula, dan rendemen.

Data meliputi produksi tebu, produksi gula, dan rendemen tebu. Data

mencakup semua kebun milik PG termasuk kebun Pidodo dan Gondang yang

digunakan dalam analisis aspek khusus. Data produksi tebu juga mencakup

produksi tebu tahun ini berdasarkan taksasi Maret.

b. Penyebaran lokasi kebun.

Data meliputi kebun yang dimiliki perusahaan, penyebarannya dilapangan,

serta pembagian kebun.

c. Laporan giling

Page 27: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

14

Informasi meliputi data giling pabrik setiap hari, yaitu jumlah tebu yang

digiling, produksi gula dan rendemen tebu setelah digiling.

d. Keadaan umum perusahaan

Informasi yang meliputi sejarah dan kondisi umum perusahaan.

e. Keadaan lahan

Informasi keadaan lahan perkebunan meliputi jenis tanah, tekstur dan struktur

tanah.

f. Iklim

Informasi mengenai tipe iklim, curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan,

jumlah bulan basah, bulan kering dan jumlah hari hujan.

g. Kondisi umum pertanaman

Informasi tentang luas pertanaman, varietas, dan produksi tebu.

h. Organisasi dan manajemen perusahaan

Informasi tentang struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawabnya.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari variebel pengamatan dianalisis menggunakan

analisis statistika, yaitu uji t dan analisis deskriptif.

Page 28: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

15

KEADAAN UMUM

Sejarah PG Cepiring

Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia

Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan

di atas tanah seluas 1 298 594 m2. Rehabilitasi pabrik pertama dilakukan tahun

1917 dengan menyempurnakan proses defekasi. Rehabilitasi yang kedua

dilakukan pada tahun 1926 dengan mengganti proses pemunian dari cara defekasi

menjadi karbonatasi rangkap.

Pabik gula Cepiring menjadi milik pemerintah Indonesia setelah

kemerdekaan Indonesia. PG Cepiring dikoordinir oleh Pusat Perkebunan Negara

(PPN) pada masa transisi kemerdekaan. Pada tahun 1968, PNP diubah menjadi

Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan PG Cepiring di bawah pengawasan

PNP XV di Semarang. Kemudian tahun 1973, PNP XV diubah statusnya menjadi

PTP XV (Persero) dan tahun 1981, PTP XV digabung dengan PTP XVI menjadi

PTP XV – XVI (Persero) yang berpusat di Surakarta.

PG Cepiring beroperasi dan mengalami masa kejayaan, hingga pada tahun

1998 terpaksa berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan kekurangan bahan baku

tebu akibat persaingan lahan dengan komoditas pertanian lain, sehingga tidak

memenuhi kapasitas giling dan biaya operasional.

PG Cepiring mulai direnovasi dibawah manajemen PT Industri Gula

Nusantara (IGN) dan diresmikan pada tahun 2008, setelah berhenti beroperasi

selama 10 tahun. PT IGN merupakan perusahaan patungan antara PT Multi Manis

Mandiri (MMM) dan PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) dengan

kepemilikan saham sebesar 70% untuk PT MMM dan 30% untuk PTPN IX. PG

Cepiring direnovasi bangunan dan mesinnya dengan menggunakan dua macam

bahan baku, yaitu tebu dan raw sugar. PG Cepiring melakukan giling perdana

untuk kedua bahan baku tersebut pada tahun 2008. Hingga saat ini PG Cepiring

tetap beroperasi dengan menggiling bahan baku tebu pada masa panen dan bahan

baku raw sugar diluar masa panen tebu.

Page 29: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

16

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif

PT Industri Gula Nusantara adalah perusahaan perkebunan tebu dengan

pabrik gula yang terletak di Cepiring, Kendal. Areal perkebunan tebu yang

dimiliki mencakup tebu dengan sistem kemitraan pola A (KMA), sistem

kemitraan pola B (KMB) dan sistem kemitraan pola D (KMD).

Kebun KMA dan KMB tersebar di wilayah Kabupaten Kendal sampai

Kabupaten Semarang. Kebun tebu yang terletak di Kabupaten Kendal meyebar

pada kecamatan Patebon di wilayah utara, Kecamatan Weleri, Cepiring, sampai

Kecamatan Sukorejoi di wilayah selatan. Kebun tebu di Kabupaten Semarang

menyebar pada Kecamatan Kedung Pane di wilayah barat sampai kecamatan

Bergas di wilayah timur. Secara umum letak geografis kebun milik PG Cepiring

terletak di antara 60 32’ LS – 6

0 18’LS dan 109

0 40’ BT– 110

0 18’ BT untuk

wilayah Kabupaten Kendal.

Ketinggian kebun tebu berkisar antara 0 mdpl sampai lebih dari 1000

mdpl. Kebun dengan ketinggian 0-100 mdpl mencakup kebun di Kecamatan

Cepiring, Patebon, Kaliwungu, Rowosari dan Weleri. Kebun dengan ketingian

101-500 mdpl terdapat di Kecamatan Limbanganan. Kebun dengan ketinggian

501-1000 mdpl terdapat di Kecamatan Boja, Pegandon, Gemuh serta kebun di

wilayah Kebupaten Semarang. Sedangkan kebun dengan ketinggian lebih dari

1000 mdpl terdapat di Kecamatan Plantugan, Pageruyung, Singorejo, Sukorejo,

Patean, Boja, dan Limbangan pada kebun Bergas.

Topografi kebun tebu bervariasi, yaitu topografi datar pada kebun sawah

tadah hujan dan irigasi teknis, sampai topografi bergelombang pada kebun

tegalan. Tingkat kemiringan kebun sawah tadah hujan dan sawah irigasi teknis

kurang dari 25%. Tingkat kemiringan kebun tegalan lebih bervariasi, yaitu antara

0% - daiatas 45%. Kebun dengan tingkat kemiringan yang tinggi dalah kebun

tegalan yang terdapat di daerah bergunung sampai berbukit.

Keadaan Iklim dan Tanah

Secara umum keadaan iklim di wilayah PG Cepiring memiliki curah hujan

yang cukup tinggi (Tabel 1). Musim kemarau terjadi sekitar bulan Juni sampai

dengan Oktober karena pada saat itu arus angin tidak banyak mengandung uap air.

Page 30: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

17

Sebaliknya mulai bulan Novenber hingga Mei arus angin banyak mengandung

uap air sehingga terjadi musim hujan (PBS Kendal, 2010).

Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring

Tahun Curah Hujan Tahunan Hari Hujan Tahunan

2007 1 473 83

2008 2 802 127

2009 2 131 105

Sumber : BPS Kabupaten Kendal

Jenis tanah yang ada di PC Cepiring sebagian besar adalah tanah berat.

Secara umum, tanah yang ada termasuk jenis tanah endapan atau tanah alluvial.

Sangat sedikit batuan muda yang ada pada lapisan tanah. Lapisan olah tanah

cukup dalam. Pada beberapa kebun terdapat kandungan liat yang tinggi sehingga

drainase tanah tidak terlalu baik dan akan bermasalah ketika musim penghujan.

Pada kebun di daerah pesisir, kandungan pasir lebih banyak sehingga drainase

tanah lebih baik dari pada kebun lain yang jauh dari pantai.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Terdapat beberapa jenis kebun tebu berdasarkan sistem kemitraan yang

diterapkan. Pola kemitraan yang diterapkan antara lain pola kemitraan A (KMA),

pola kemitraan B (KMB), dan pola kemitraan D (KMD) atau tebu mandiri.

Kebun KMA adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil di awal. Kebun

KMB adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil yang dilakukan setelah

panen tebu. Kebun KMD (mandiri) adalah kebun dengan keseluruhan teknik

budidaya dan pembiayaan dilakukan oleh petani.

Total luas kebun tebu milik perusahaan mengalami peningkatan sejak awal

berdirinya IGN. Besarnya luasan tebu pada masing-masing kategori kebun dapat

dilihat pada Tebel 2. Total luasan untuk tabu giling belum mencukupi kapasitas

giling pabrik yang mencapai 1 800 TCD (ton cane per day). Untuk mencukupi

kebutuhan tebu tersebut, banyak dipenuhi oleh kiriman tebu KMD. Tebu kiriman

petani tersebut berasal dari berbagai daerah antara lain Pati, Rembang, Kudus dan

Jepara.

Tabel 2. Luas Areal PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun

Page 31: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

18

Masa Tanam Kategori Kebun

KMA KMB Tebu Mandiri Total

…………………...….…ha……….......................……..

2008 26 74 101 201

2009 155 164 547 866

2010 185 259 1 389 1 833

2011 236 282 1 953 2 471

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

Kebun yang dimiliki oleh PG Cepiring terdiri dari kebun produksi dan

kebun bibit. Kebun bibit diterapkan pada kebun implasemen dan kebun lain yang

terdapat di area cakupan PG Cepiring. Sistem kebun bibit yang diterapkan adalah

kebun bibit berjenjang. Beberapa kategori kebun bibit yang ada antara lain kebun

bibit pokok (KBP), kebun bibit nenek (KBN), kebun bibit ibu (KBI), dan kebun

bibit datar (KBD). Bibit yang akan digunakan untuk kebun tebu giling (KTG)

berasal dari KBD. Luasan kebun bibit setiap kategori terdapat pada Tabel 3.

Dalam pemenuhan kebutuhan bibit, terdapat beberapa cara selain

menggunakan bibit dari kebun bibit berjenjang. Bibit juga didapatkan dari

pembelian bibit dari kebun bibit P3GI.

Tabel 3. Luasan Kebun Bibit Berdasarkan Kategori Kebun Bibit

Masa Tanam Kategori Kebun Bibit

KBP KBN KBI KBD

…………….……….……..ha…………….……………..

2009 0.1 0.5 3.1 21.5

2010 0.18 1.27 8.89 71.83

2011 0.16 1.25 9.97 79.75

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

Kebun produksi terdiri dari kebun PC (plant cane), dan tanaman keprasan

(ratoon cane). Tanaman keprasan dipertanahkan sampai keprasan keempat (RC4).

Perbandingan luasan kelima kategori kebun tersebut relatif sama karena setiap

tahun dilaksanakan pembukaan lahan untuk penggantian kebun tebu yang telah

mencapai ratoon keempat. Pada masa tanam 2009/2010, sebagian besar kebun

produksi adalah tanaman PC yaitu sebesar 25.82 %. Proporsi luas kebun dengan

tanaman RC1 sebesar 23.10%, untuk RC2 sebesar 19.67%, RC3 sebesar 17.40%,

dan RC4 sebesar 14.00 %.

Page 32: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

19

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas yang ditanaman antara lain BL, PS 864, PS 881, PSJT 941.

Penanaman dalam satu blok menggunakan varietas yang sama. Untuk suatu kebun

dengan beberapa blok terdapat kemungkinan penggunaan lebih dari satu macam

varietas.

Kategori tanaman tebu meliputi tanaman pertama dan tanaman ratoon.

Kategori tanaman yang ada meliputi PC, RC1, RC2, dan RC3. Umur tanaman

juga bervariasi, tergantung bulan tanamnya untuk tanaman PC dan bulan

keprasannya pada tanaman Ratoon. Bulan tanam dan kepras antara bulan Juni

sampai Desember, sehingga umur tanaman saat pengamatan berkisar antara 3-8

bulan.

Pola penanaman pada budidaya reynoso dan tegalan menggunakan

pembagian bak tanam tebu yang disebut lidah. Pada setiap lidah terdapat lajur-

lajur tebu yang disebut juringan atau laci. Panjang juring tanam tebu pada

umumnya 8 m. Kerapatan tebu pada satu bak diupayakan mencapai lebih dari

75 juringan/bak. Jarak antar juring adalah 1m. Satu juring rata-rata terdapat 75-85

batang tebu yang dapat dipanen. Satu bak tanam tebu terdapat 60 juring. Satu

hektar kebun tebu rata-rata terdapat 20 bak tanam. Oleh karena itu, dalam satu

hektar terdapat 1200 juring tebu. Angka tersebut biasa disebut dengan istilah

faktor. Pembuatan bak dan juring tanam akan mengikuti dan menyesuaikan

keadaan kebun sehingga besarnya faktor setiap kebun berbeda.

Varietas tebu yang digunakan berdasal dari kategori varietas masak awal,

masak tengah dan masak akhir. Varietas masak awal yang digunakan adalah

PS 864 dan PS 881. Varietas masak tengah dan akhir yang digunakan adalah BL

dan PS JT.

Pabrik Gula Cepiring memproduksi produk utama berupa gula kristal

putih. Bahan baku yang digunakan selain tebu adalah raw sugar. Hasil sampingan

beruma tetes (molasses), blotong, dan ampas. Tetes digunakan sebagai bahan baku

industri etanol. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar boiler. Bahan blotong

belum termanfaatkkan.

Page 33: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

20

Produksi tebu dan gula PG cepiring meningkat setiap tahunnya (Tabel 4).

Hal ini dikarenakan upaya perluasan area tebu. Peningkatan ini juga dipengaruhi

oleh semakin banyaknya petani mandiri yang menggilingkan tebunya di PG

Cepiring karena sistem beli putus yang sudah diterapkan PG Cepiring. Sistem beli

putus ini dapat menarik petani karena proses pembayaran yang cepat lebih

menguntungkan bagi petani daripada sistem bagi hasil yang harus menunggu tebu

selesai digiling dan menjadi gula. Peningkatan produksi gula juga terdapat pada

gula dengan bahan baku raw sugar (Tabel 5).

Tabel 4. Produktivitas, Rendemen Tebu dan Produksi Gula Kristal Putih

(GKP) Selama 4 Tahun

Tahun Produksi

Tebu (ton)

Luas

Lahan (ha) Produktivitas

(ton/ha)

Rendemen

(%)

GKP

(ton)

2008 15 622 201 77.7 6.93 1 082

2009 63 944 866 73.8 7.53 4 815

2010 135 902 1 833 74.1 6.31 8 210

2011 * 166 506 2 471 67.4 7.07 11 775

Ket : * proyeksi berdasarkan taksasi maret

Sumber : Kantor Tanaman, PT Indistri Gula Nusantara

Tabel 5. Produksi Gula Kristal Putih dengan Bahan Baku Raw Sugar

selama 4 tahun

Tahun Raw Sugar

(ton)

Rendemen

(%)

GKP

(ton)

2008 32 948 89.82 29 594

2009 104 737 94.32 98 783

2010 142 594 93.38 133 151

2011 100 000 94.77 94 770

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pabrik Gula Cepiring merupakan unit produksi gula yang dimiliki oleh PT

Industri Gula Nusantara (IGN) dan PT Perkebunan Nusantara IX. Struktur

organisasi yang ada di PG Cepiring merupakan gabungan dari karyawan PG

sebelum berhenti beroperasi dan karyawan baru PT IGN. PG Cepiring dikepalai

oleh seorang direktur utama. Direktur utama membawahi beberapa direktur yaitu

direktur operasional, direktur komersial.

Page 34: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

21

Struktur organiasasi PG Cepiring dibagi kedalam beberapa bagian. Bagian

yang terdapat di PG Cepiring antara lain, Commercial, Proces and laboratory,

Teknical, Plantation (tanaman), Electrical and power plant, umum, logistik,

Human Resources Development (HRD), Information and technology system (IT),

Procurment, dan Marketing. Setiap bagian dikepalai oleh seorang manager.

Direktur utama adalah pembuat kebijakan-kebijakan strategis dan

mengarahkan kepada tujuan-tujuan jangka panjang perusahaan. Direktur

operasional berfokus kepada kebijakan-kebijakan tentang operasional perusahaan,

meliputi operasional pabrik dan bahan bakunya yang bersal dari tebu dan raw

sugar. Direktur komersial berfokus kepada kebijakan-kebijakan pemasaran

produk gula dan kebijakan pengembangan serta pembiayaan keuangan

perusahaan.

Terdapat kepala pabrik (factory), yang membawahi beberapa bagian yang

berhubungan dengan pabrik, yaitu Proces and laboratory, Teknical, Electrical

and power plant. Tugas kepala pabrik adalah menkoordinasikan semua bagian

yang terlibat dalam pabrik dalam kegiatan operasional pabrik. Bagian Proces and

laboratory adalah bagian yang memiliki tugas manajemen operasional proses

pabrikasi bahan baku tabu dan raw sugar menjadi gula kristal putih. Bagian

Teknical berhubungan dengan kinerja mesin-mesin pabrik serta perawatannya.

Bagian Electrical and power plant bertanggung jawab atas penyediaan tenaga

listrik bagi operasional pabrik.

Bagian Commmercial adalah bagian yang memiliki tugas pokok

manajemen segala urusan keuangan untuk opresional perusahaan dan membawahi

beberapa sub bagian, yaitu keuangan, akuntan, pajak dan ekspor-impor. Bagian

Umum berhubungan dengan operasional perusahaan diluar pabik, kantor dan

perkebunan tebu serta membawahi sub bagian Sipil, Lanskap, dan Keamanan.

Bagian Logistik memiliki tugas menyediakan segala keperluan barang untuk

operasional kantor dan pabrik, yang mencakup bahan baku produksi gula, bahan

bakar pabrik, serta barang-barang lain yang diperlukan pabrik dan kantor.

Bagian HRD memiliki tugas memanajemen sumber daya manusia yang

berperan dalam operasional perusahaan. Bagian Information and technology

system (IT) memiliki tugas dalam membuat sistem informasi dan komputerisasi

Page 35: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

22

keseluruhan perusahaan. Bagian Precurement memiliki tugas sebagai penyedia

barang yang dibutuhkan bagian logistik untuk operasional perusahaan. Bagian

Marketing berhubungan dengan pemasaran produk gula kepada konsumen.

Bagian Tanaman memiliki tugas pokok menyediakan bahan baku tebu

yang cukup dan berkualitas sesuai dengan kapasitas giling pabrik selama musim

giling pabrik. Bagian tanaman juga bertugas untuk memanajemen kebun petani

mitra.

Karyawan di PG Cepiring diklasifikasikan menjadi tiga yaitu karyawan

staf IGN, staf perwakilan PTPN IX, karyawan outsourcing, dan karyawan harian

lepas. Karyawan staf IGN adalah karyawan yang direkrut dan diangkat oleh

bagian HRD PT IGN secara internal.

Karyawan outscourcing adalah karyawan yang diangkat oleh perusahaan

outscourcing mitra IGN, yaitu PT Dyka Konsultama (Tabel 6). Karyawan

outscourcing termasuk kedalam karyawan harian dan karyawan musiman.

Karyawan musiman biasanya memenuhi pekerjaan musiman, seperti saat musim

giling tebu.

Karyawan harian lepas adalah karyawan yang diangkat oleh mandor

berdasarkan perjanjian antara mandor dan karyawan tersebut dalam waktu

tertentu. Banyaknya karyawan dan jangka waktu bekerja akan disesuaikan dengan

pekerjaan yang akan diselesaikan.

Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun 2011

Karyawan Jumlah

Staf IGN 407

Staf PTPN IX 41

Harian (outscourcing) 199

Musiman (outscourcing) 134

Sumber : Kantor Besar, PT Industri Gula Nusantara

PG Cepiring memberlakukan hari kerja yang sama, baik pada musim

tebangan dan maupun diluar musim tebangan. Hal ini dikarenakan pabrik akan

selalu beroperasi setiap hari untuk mengolah raw sugar diluar musim tebangan.

Kegiatan produksi berlangsung 24 jam, terutama di dalam pabrik sehingga

dibutuhkan pengaturan tenaga kerja (shift) agar proses produksi tetap berjalan.

Page 36: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

23

Jam kerja selama 24 jam dibagi kedalam tiga shift, yaitu pagi, siang, dan malam.

Waktu yang diberlakukan pada ketiga shift tersebut yaitu, shift pagi dimulai pukul

07.00-15.00 WIB, shift siang dimulai pukul 15.00- 23.00 WIB, dan shift malam

dimulai pukul 23.00-07.00 WIB.

Page 37: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

24

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatan-

kegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan

pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman

ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah

dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan.

Pembukaan lahan dan penanaman tebu

Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses

budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan

lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG

Cepiring mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu

Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran

merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya

adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang,

pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan

luasan yang didapat pada saat pengukuran.

Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning

System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan

koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS,

Peninjauan dan pengukuran lahan

Pembuatan got

Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman

Penanaman

Page 38: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

25

dibutuhkan program komputer yang dapat menghitung luasan kebun berdasarkan

koordinat yang didapatkan dari GPS. Program komputer tersebut juga dapat

digunakan untuk menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya.

Pengukuran lahan menggunakan GPS yaitu pertama menentukan titik-titik

koordinat dari setiap petakan yang akan diukur, terutama pada bagian tepi-tepi

kebun. Selanjutnya adalah memasukkan data dari masing-masing titik koodinat

tersebut ke dalam GPS. Kemudian data-data yang didapat dilahan tersebut dapat

diolah dengan menggunakan software komputer Map Source dan ArcView. Dari

pengolahan melalui program tersebut dapat diketahui luasan serta sketsa bentuk

kebun yang diukur.

Pembuatan got. Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got

diperlukan dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya

drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got, yaitu got

keliling, got mujur, got malang, serta afur.

Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun

memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi petakan

seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got keliling ini adalah got

besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu 70 cm dan lebarnya 60 cm. Got

keliling berfungsi sebagai pemasukan (inlet) dari sumber air, serta penampung

dari got yang lain pada pengeluaran (outlet).

Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got mujur

dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini terletak di dalam

geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar II atau Wengku. Kedalaman

got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm. Fungsi dari got mujur adalah menampung

air dari got malang dan mengalirkannya ke saluran outlet got keliling.

Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu. Got

malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur selesai. Jarak antara

got malang sama dengan panjang juringan yaitu 8 m, karena PG Cepiring

menggunakan pola bukaan lahan faktor 1200. Nama lain dari got malang adalah

got kecil, karena merupakan got dengan ukuran yang paling kecil. Kedalaman got

malang yaitu 50 cm dan lebar 50 cm.

Page 39: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

26

Proses pembuatan got menggunakan alat bantu yang terdiri dari Eblek,

Tonjo, Rucik, dan Mekris. Eblek adalah alat bantu yang terbentuk bilah bambu

dengan panjang 3 m dengan papan segiempat berukuran 10 cm x 5 cm yang

dipasang mendatar di bagian atasnya. Eblek berfungsi sebagai patokan dalam

pembuatan got agar lurus dengan patokan di ujung yang lain. Proses pencetakan

got dan pemasangan alat bantu tersebut dilakukan oleh mandor dengan arahan

sinder kebun.

Tonjo adalah bilah bambu sepanjang 2 m yang dipasang diantara dua eblek

dengan meluruskannya pada kedua eblek di kedua sisi. Di antara dua eblek utama,

terdapat beberapa tonjo yang dipakai sebagai panduan untuk membuat got agar

pembuatan got dapat lurus. Tonjo juga dipakai sebagai tanda dalam pembuatan

juringan agar jumlah juringan di antara lidahan seragam dalam jumlah dan

arahnya. Tonjo kelima yang dipasang biasanya ditandai menggunakan rumput

yang disebut jumbul. Upaya ini bertujuan untuk mempermudah penghitungan

jumlah juring atau lidahan yang akan dibuat.

Rucik adalah bilah bambu sebanjang 60 cm yang dipasang mendampingi

eblek atau tonjo. Rucik berfungi untuk menunjukkan tanah yang akan didalamkan

untuk pembuatan got.

Mekris adalah alat bantu yang berbentuk “+”, dan ditempatkan secara

vertikal pada kayu lain setinggi 1.5 m. Mekris digunakan untuk menentukan got

yang tegak lurus dengan got yang telah dibuat. Alat ini digunakan untuk

pembuatan got keliling dan got mujur.

Pembuatan got dilakukan secara manual dengan menggunakan beberapa

alat, yaitu cangkul, garpu dan golok. Prestasi kerja yang didapatkan untuk

pekerjaan pembuatan got adalah 53,2 m/HOK. Sistem upah untuk pekerjaan

pembuatan got adalah sistem borongan. Upah yang diterima untuk pekerjaan

pembuatan got yaitu Rp 500,00/m.

Page 40: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

27

Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan

Pembuatan juringan dan persiapan penanaman. Juringan adalah jalur

penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal. Juringan berbentuk seperti got

dengan kedalaman 20 cm yang terdapat diantara got malang. Dengan pola

pembukaan lahan reynoso dengan faktor 1200, panjang juringan adalah 8 m,

selebar bak tanam atau disebut juga lidahan, yang dibatasi oleh got malang.

Jumlah juringan yang umum dalam satu bak tanam adalah 60 buah.

Juringan dibuat dengan cara manual, menggunakan alat cangkul dan

garpu. Kedalaman juringan yaitu 20 cm. Tanah yang telah dipecah dengan garpu

tidak seluruhnya dinaikkan ke atas membentuk guludan. Pada juringan

ditinggalkan tanah remah dengan ketebalan 10 cm. Tanah ini nantinya akan

digunakan sebagai kasuran, yaitu tempat untuk menempatkkan bibit bagal tebu.

Sebelum penanaman, dilakukan pemberaan lahan. Setelah juringan selesai

dibuat, lahan dibiarkan selama 7 hari. Hal ini bertujuan agar tanah teroksidasi dan

tekstur tanah menjadi halus, sehingga tanah yang terdapat di dalam juringan siap

untuk dibuat menjadi kasuran.

Pembuatan juringan dilakukan secara manual dengan sistem pembayaran

borongan. Tenaga kerja yang dipekerjaan adalah laki-laki. Prestasi kerja yang

didapatkan tenaga kerja borongan yaitu 26 juringan/HOK. Besaran upah yang

diterapkan adalah Rp 1 500,00 per juringan dengan panjang 8 m.

Page 41: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

28

(a)

(b)

Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang

Telah Selesai (b)

Penanaman. Kegiatan penanaman merupakan tahapan yang membutuhkan

persiapan dalam penyediaan bahan tanam, yaitu bibit. Bibit yang akan ditanam di

kebun wilayah PG Cepiring berasal dari kebun bibit milik PG (KBD) maupun

berasal dari pembelian bibit berasal dari kebun bibit P3GI

Kegiatan penyediaan bibit meliputi tebang bibit di KBD, angkut bibit,

kletek bibit, dan pemotongan bibit. Penebangan dilakukan sampai tandas ke tanah

serta memotong pucuk bibit. Setelah bibit ditebang, bibit diangkut ke truk dengan

kapasitas muat berkisar 6-7 ton, kemudian langsung diangkut ke lahan tujuan.

Pekerjaan kletek dan pemotongan bibit segera dilaksanakan maksimal satu hari

setelah bibit tiba di lahan. Bibit dipotong dengan dua mata tunas setiap

potongannya. Bidang potong bibit akan disesuaikan dengan letak mata bibit agar

mempermudah dalam penanaman bibit. Bibit yang terpotong-potong dimasukkan

kedalam karung untuk ditanam keesokan harinya. Prestasi kerja karyawan pada

perkerjaan kletek dan potong bibit yaitu 0.568 ton/HOK dengan sistem

pengupahan borongan.

Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata

Page 42: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

29

Penanaman dilakukkan dengan metode single planting, yaitu bibit ditanam

secara berbaris dengan jumlah 24 potongan bibit setiap juringan sepanjang 8 m.

Setiap ujung juringan ditambahkan satu potongan bibit yang digunankan sebagai

cadangan bibit untuk penyulaman, sehingga total kebutuhan potongan bibit pada

satu juringan adalah 26 buah. Penanaman dilakukan dengan pembagian tugas

yaitu petugas pengecer bibit, petugas penata bibit di juringan, dan petugas yang

menutup bibit yang telah ditanam. Petugas pengecer bibit menghitung potongan

bibit dan menempatkan di setiap juringan. Petugas penanam akan menata bibit di

juringan dengan kedua mata tunas berada di samping potongan bibit. Bibit yang

telah ditata kemudian dibenamkan ke tanah. Pekerjaan yang terakhir adalah

menutup bibit menggunakan tanah remah atau gembur setebal 5 cm. Prestasi kerja

karyawan penanaman yaitu 0.028 ha/HOK dengan sistem pengupahan borongan.

Sebelum kegiatan penanam dilakukan pemupukan pertama dengan dosis

setengah dosis 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phonzka/ha. Pemupukan dilaksanakan

bersamaan dengan penanaman, yaitu sebelum potongan bibit ditata untuk ditanam

di juringan.

Gambar 5. Penanaman Tebu

Pemeliharaan tanaman tahun pertama

Tanaman PC (Plant Cane) adalah tanaman tahun pertama yang baru

ditanam di lahan. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman

Page 43: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

30

PC antara dimulai setelah penaman sampai pemanenan. Berikut adalah berbagai

kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman PC.

Gambar 6 . Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan PG Cepiring menggunakan pupuk

tunggal dan majemuk. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk ZA dan NPK Phozka. PG

Cepiring menggunakan dosis yang seragam pada semua kebun. Pemupukan

berdasarkan analisis hara tanah dan daun belum dapat dilakukan karena

laboratorium tanaman belum selesai dikembangkan. Dosis yang diterapkan yaitu

500 kg ZA/ha dan 500 kg Phonzka/ha. Kandungan pupuk ZA adalah 21%N,

sedangkan NPK Phozha adalah 15% N, 15%, dan 15% K2O. Maka dosis setiap

unsur yang diterapkan adalah 165 kg N/ha, 75 kg P2O5/ha dan 75 kg K2O/ha

Pemupukan dilaksanakan dua kali, yaitu pemupukan I dan pemupukan II.

Pemupukan I dilaksanakan bersamaan dengan tanam bibit atau maksimal 1

minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan untuk pemupukan I adalah 250 kg

ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pemupukan kedua dilaksanakan pada 4 minggu

setelah tanam. Dosis yang diterapkan sama dengan pemupukan I, yaitu adalah 250

kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pada pemupukan kedua bisanya ditambahkan

insektisida butir sistemik Furadan 3G sebagai upaya pengendalian hama dan

penyakit.

Aplikasi pemupukan yaitu dengan mencampurkan terlebih dahulu pupuk

ZA dan Phonzka sebanyak dosis untuk satu hektar lahan. Kemudian karyawan

harian mengambil dari campuran pupuk kemudian menempatkan pupuk di sekitar

batang tananam. Aplikasi pemupukan tidak disertai dengan penutupan pupuk.

Pemupukan Penyulaman Pemberian air

Pengendalian gulma Pencacahan gulud Pembumbunan

Pemeliharaan got Kletek Pengendalian hama

dan penyakit

Page 44: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

31

Prestasi kerja yang didapat dari karyawan adalah 169,17 kg/HOK, dengan sistem

pengupahan harian.

Penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menanam ulang bibit tebu yang tidak

tumbuh setelah penanaman pertama kali. Kegiatan penyulaman pada tebu dapat

menggunakan tiga macam bibit tebu, yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan bibit

awil. Secara umum, bibit awil lebih sering digunakan

Kegiatan penyulaman pada umumnya menggunakan KHL wanita. Sistem

upah yang diterapkan pada pekerjaan penyulaman adalah pembayaran harian

dengan upah Rp 15 000,- – Rp 20 000,- per hari. Rata-rata prestasi kerja yang

didapatkan pekerja selama 1 hari yaitu 0.0376 ha/HOK.

Bibit awil adalah tunas tebu dari bibit bagal cadangan yang ditanam di

kebun. Metode penyulaman menggunakan bibit ini membutuhkan tenaga

pendongkel bibit cadangan, pemotong daun bibit cadangan, pembuat lubang

tanam dan penanam bibit. Kegiatan menyulaman pada kebun rata-rata menanam

bibit sulaman 1-5 bibit setiap juringan.

Penggunaan bibit rayungan yang berasal dari kebun bibit memiliki cara

penanaman yang berbeda. Bibit yang didapatkan dari kebun bibit berupa batang

tebu 2 ruas dengan satu tunas yang telah tumbuh. Penanaman dengan bibit

tersebut ditanam dengan batang tebu vertikal.

Pemberian air. Tanaman tebu membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama

pada fase tumbuhnya tunas dari bibit dan fase awal pertumbuhan vegetatif.

Ketersediaan air yang tidak mencukupi dapat terjadi karena irigasi teknis yang

tidak lancar pada tebu lahan sawah atau tidak ada hujan pada tebu lahan tegalan.

Kekurangan air pada vase tersebut dapat diatasi dengan pemberian air secara

khusus.

Pemberian air di PG Cepiring dilakukan setelah penanaman bibit sampai

umur tanaman 2 MST. Pemberian air juga dilakukan pada tebu sulaman ketika

irigasi tidak mencukupi atau tidak ada hujan. Pemberian air yang dilakukan PG

Cepiring menggunakan sistem penyiraman dan sistem pengairan melalui got

(furrow irrigation). Pekerjaan ini dilakukan dengan menutup outlet dan mengairi

Page 45: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

32

got-got hingga kapasitas lapang. Apabila air dari irigasi teknis tidak mencukupi

dapat diupayakan untuk memompa air dari sumber air terdekat.

Pemberian air bibit sulaman biasanya dilakukan dengan cara penyiraman.

Penyiraman bisanya menggunakan sumber air dari sumur yang sengaja dibuat di

kebun untuk mempermudah pengambilan sumber air.

Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation

Pemberian air dikebun menggunakan pompa air ketika tidak terdapat air

irigasi yang mengalir ke kebun. Sumber air diambil dari saluran irigasi yang

terdekat dari kebun. Air akan dipompa dari saluran irigasi dan dialirkan ke dalam

got kebun. Kegiatan ini biasanya dilanjutkan dengan penyiraman juringan-

juringan yang telah ditanami bibit mengunakan air yang mengalir di got. Prestasi

kerja pekerjaan penyiraman ini adalah 0.13 ha/HOK.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya untuk mengurangi

populasi gulma yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Terdapat

dua macam pengendalian gulma yang diterapkan di kebun, yaitu pengendalian

secara kimia dan secara manual.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan

herbisida. Bahan aktif herbisida yang digunakan adalah 2,4-D dan Ametryn.

Kedua bahan aktif tersebut adalah jenis bahan aktif herbisida sintemik. Aplikasi

herbisida pada lahan menggunakan campuran kedua bahan aktif tersebut.

Konsentrasi herbisida yang diaplikasian berdasarkan pengamatan adalah 60 ml

Page 46: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

33

herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4-D 826 g/l dan 160 ml herbisida yang

mengandung bahan aktif ametryn 500 g/l untuk 1 tangki semprot dengan volume

17 liter. Berdasarkan pengamatan, sekali penyemprotan rata-rata dapat

menyemprot 83 juringan, atau kira-kira 0,00682 ha. Dengan aplikasi tersebut,

volume semprot yang diterapkan adalah sebesar 245,66 l/ha. Dengan konsentrasi

yang digunakan, dosis yang diaplikasikan adalah 711,186 g 2,4-D/ha dan 1 156 g

ametryn/ha. KHL yang digunakan untuk penyemprotan herbisida ini disesuaikan

dengan besarnya luasan kebun serta target penyelesaian pekerjaan aplikasi

herbisida tersebut.

Upaya pengendalian gulma yang diterapkan selain cara kimia adalah cara

manual. Pekerjan ini dikenal dengan nama pembubutan. Alat yang digunakan

adalah sabit. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah wanita.

Pencacahan gulud. Pencacahan guludan atau penggemburan adalah suatu

kegiatan yang bertujuan untuk memecah tanah yang padat sehingga menjadi tanah

yang halus dan remah sehingga nanti memudahkan untuk melakukan

pembumbunan.

Pencacahan gulud dilakukan sebelum pekerjaan pembumbunan dimulai.

Sistem upah yang diterapkan adalah sistem borongan. Rata-rata dalam 1 hari KHL

mendapat 60 juringan atau 1 lidah, sehingga PK untuk pekerjaan cacah gulud

adalah 0.05 ha/HOK. Efektivitas pekerjaan cacah gulud dipengaruhi oleh

kekerasan tanah. Kondisi tanah yang keras akan sangat menyulitkan para KHL

untuk melakukan pencacahan, sehingga PK yang didapatkan lebih rendah.

Pembumbunan. Pembumbunan adalah pekerjaan menambahkan tanah pada

kedua sisi juringan sebagai upaya dalam memperbanyak anakan dan

meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu. Pembumbunan di PG Cepiring

dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada umur 1.5

BST. Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 3.5 BST. Pembumbunan ketiga

dilakukan pada umur 6 BST. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah sistem

borongan. Upah yang diterima pekerja sebesar Rp 600,- per laci. PK yang

didapatkan oleh KHL sebesar 60 laci/HOK atau 0.05 ha/HOK.

Page 47: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

34

Pemeliharaan got. Got adalah alat untuk pemberian irigasi sekaligus drainase

pada lahan tebu. Keberadaan got sangat penting untuk pertumbuhan tebu karena

mempempengaruhi keadaan perakaran tebu. Perakaran yang baik akan

menyebabkan tebu tumbuh dengan baik serta proses kematangan tebu dapat

berjalan dengan baik (Supriadi, 1992)

Pemeliharaan got antara lain pendalaman got dan pembersihan gulma yang

ada di dalam got. Pekerjaan pemeliharaan got dilakukan secara manual dengan

tenaga manusia menggunakan peralatan cangkul dan garpu. Sistem kerja yang

digunakan adalah borongan, yaitu upah dihitung per meter got yang telah

diperbaiki. Prestasi kerja karyawan harian lepas yang diamati pada pekerjaan

pemeliharaan got adalah 27 m got/HOK.

Kletek. Kletek adalah pekerjaan membuang daun tebu yang telah mengering.

Tujuan utama pekerjaan kletek agar tebu dalam keadaan bersih pada saat ditebang

dan digiling di pabrik.

Kegiatan kletek pada umunnya dikerjakan oleh KHL wanita. Pada

umumnya, pekerjaan kletek diberlakukan sistem pembayaran borongan. Standar

yang diterapkan pekerjaan kletek selama 1 HOK dapat melakukan kletek pada 20

laci. Sehingga standar PK yang diperoleh KHL pada pekerjaan kletek adalah

0.0375 ha/HOK. Setelah diamati di lapang, PK yang didapatkan karyawan adalah

sebesar 0.0167 ha/ HOK sedangkan PK yang didapatkan mahasiswa adalah

0.0113 ha/HOK. Prestasi kerja kletak sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan

keadaan kebun. Kebun dengan populasi gulma yang tinggi juga dapat

menurunkan prestasi kerja karena mempersulit pekerjaan. Pekerjaan kletek

dilakukan apabila terdapat 7-9 daun kering. Pekerjaan kletek dilakukan dua kali,

yaitu pada umur 5 bulan untuk kletek satu dan 10 bulan atau sebelum panen untuk

kletek kedua.

Page 48: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

35

(a)

(b)

Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b)

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit adalah upaya

untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan

kerusakan bahkan kematian pada tebu. Pengendalian hama di PG Cepiring

dilakukan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di

wilayah PG Cepiring antara lain penggerek batang, penggerek pucuk, kutu bulu

putih dan tikus.

1. Penggerek Batang (Chilo auricilius Dudg.)

Serangan penggerek batang yang dominan terjadi pada siklus hidup tebu

yang sudah beruas. Serangan ini membentuk lubang pada ruas tebu. Serangan ini

menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan

dapat menyebabkan kematian batang bila menyerang titik tumbuh. Kerugian yang

ditimbulkan adalah kehilangan produksi pada tebu-tebu yang mati dan penurunan

bobot dan rendemen pada batang tebu yang terserang. Upaya yang dilakukan

adalah upaya pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek

dan menjaga kebersihan kebun.

2. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella F.)

Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada titik tumbuh. Apabila

serangan sudah mencapai titik tumbuh, pertumbuhan apikal tebu terhenti dan

tumbuh tunas baru pada mata tunas di bagian sekitar pucuk tebu, sehingga

pertumbuhan tebu menjadi tidak normal dan merusak rendemen tebu. Gejala

Page 49: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

36

serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun dan

terlihat lorong gerek yang berwarna coklat pada tulang daun.

Kegiatan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara memotong

pucuk tebu dimulai dari pucuk tebu hingga ke bawah sedikit demi sedikit

sepanjang 2 cm sampai mendapat larva penggerek pucuk. Pengendalian secara

kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik Furadan 3G. Dosis aplikasi

yang diberikan adalah 25 kg/ha. Aplikasi furadan dilakukan bersamaan dengan

pemupukan kedua pada 4 MST, dengan cara mencampurkannya dengan pupuk

yang akan diaplikasikan.

3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera Zehnt.)

Kutu bulu putih adalah hama yang membentuk koloni di bawah

permukaan daun dan menghisap sari makanan pada daun. Kutu ini juga

mengeluarkan cairan (embun madu) yang jatuh pada permukaan daun di

bawahnya, kemudian akan menjadi media pertumbuhan cendawan jelaga yang

berwarna hitam. Serangan kutu bulu putih terdapat pada kebun tegalan, sedangkan

serangan pada kebun tebu sawah tidak terjadi.

Upaya pengendalian hama ini adalah memotong daun yang terserang.

Pengendalian secara kimia juga dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida

berbahan aktif clorpirifos dengan penyemprotan hanya pada tanaman yang

terserang.

4. Tikus sawah (Rattus argentivente Rob & Kloss)

Hama tikus dominan terdapat di lahan sawah namun terdapat pula pada

lahan tegalan. Hama tikus menyerang tebu pada awal pertumbuhan bibit dengan

memakan mata tunas bibit, sehingga bibit tebu tidak dapat tumbuh. Serangan

tikus juga terdapat pada batang tebu yang telah beruas, khususnya tebu-tebu yang

rebah.

Pengendalian tikus dilakukan melalui upaya preventif. Pengendalian

dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan memberikan premi kepada

pekerja pembukaan lahan apabila berhasil membunuh tikus di lahan. Pengendalian

tikus juga dilakukan secara kimia. Jenis racun yang digunakan adalah racun tikus

berbahan aktif racumin. Racumin adalah bahan aktif jenis sistemik.

Page 50: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

37

Terdapat beberapa kebun tebu di wilayah PG Cepiring yang terserang

penyakit. Penyakit yang ditemukan antara lain penyakit luka api, dan karat daun.

Pengendalian penyakit luka api dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman yang

terserang. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit ke batang tebu yang

lain. Upaya pengendalian dilakukan pada masa awal pertumbuhan tanaman

pertama atau tanaman keprasan karena gejala penyakit luka api sudah terlihat pada

masa pertumbuhan awal.

Upaya pengendalian penyakit secara umum dilakukan dengan pencegahan.

Beberapa upaya pencegahan adalah memilih bibit yang sehat, serta menjaga

sanitasi kebun. Upaya pengendalian dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif

awal.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Tanaman keprasan adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman

ini disebut dengan Ratoon Cane (RC). Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC

telah ditebang sampai tebangan-tebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan

budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara dimulai dari

pemeliharaan kebun setelah tebangan sampai pemanenan. Secara umum kegiatan

pemeliharaan tanaman keprasan sama dengan pemeliharaan tanaman tahun

pertama (PC). Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada

tanaman keprasan.

Gambar 9 . Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan

Bersih kebun

Kepras

Potong akar

Kegiatan pemeliharaan lain seperti

tebu tahun pertama (PC)

Page 51: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

38

Bersih kebun. Bersih kebun adalah kegiatan membuang kotoran berupa daun

tebu, pucuk tebu, gulma, atau batang tebu yang tertinggal setelah tebang. Kegiatan

ini bertujuan mengupayakan sanitasi untuk mencegah berkembangnya hama dan

penyakit. Bersih kebun dilakukan dengan cara manual. Kotoran kebun

dikumpulkan kemudian dibakar.

Kepras. Kepras adalah kegiatan memotonng sisa batang tebu yang telah dipotong

pada saat pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas baru

sebagai bakal batang tebu RC. Pengeprasan dilakukan secara manual dengan

memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan

tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan tanah agar tunas tumbuh normal dan

kuat. Kegiatan pengeprasan dilakukan segera setelah tebang, yaitu maksimal 7

hari setelah tebang.

Potong akar. Potong akar adalah kegiata memotong perakaran pada rumpun tebu

untuk merangsang munculnnya akar baru. Perakaran baru akan berguna dalam

penyerapan unsur hara dan air yang efisien. Perakaran baru juga akan merangsang

pertumbuhan tunas keprasan. Kegiatan potong akar juga akan menggemburkan

tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi di daerah perakaran tanaman agar akar

dapat berrespirasi dengan baik. Kegiatan potong akar dilakukan secara manual

menggunakan golok. Golok akan diayunkan di kedua sisi juringan untuk

memotong perakaran tebu.

Pemanenan

Panen merupakan kegiatan mengambil batang tebu di lapang untuk

diproses di pabik menjadi gula. Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dalam

kegiatan budidaya tebu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi waktu

pemanenan, yaitu keadaan tebu di lapang dan jadwal giling PG. Beberapa

kegiatan panen antara lain taksasi produksi, pengukuran kemasakan tebu, tebang

dan angkut.

Page 52: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

39

Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu

Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah upaya memperkirakan besarnya

produksi yang akan dicapai pada saat panen. Taksasi produksi dibutuhkan untuk

merencanakan kebutuhan bahan, alat, tenaga, serta lamanya hari giling serta

menampung hasil produksi.

Kegiatan taksasi yang dilakukan PG Cepiring adalah taksasi Maret.

Taksasi maret dilakukan mulai pertengahan bulan Maret. Hasil yang didapat akan

digunakan untuk memperkirakan produksi yang akan didapat setiap kebun pada

waktu panen. Variabel yang diamati dalam kegiatan taksasi maret adalah jumlah

batang per juringan, tinggi batang, dan diameter batang. Tinggi batang diukur dari

permukaan tanah sampai daun ketiga. Diameter batang yang diukur adalah

diameter di ruas batang tengah. Rumus taksiran produksi adalah sebagai berikut.

Produksi= Jumlah batang x Tinggi batang x Bobot batang/m x Faktor kebun

Bobot batang/m ditentukan dari besarnya diameter batang dan varietas

tebu. Nilai bobot batang/m didapatkan dari tabel konversi bobot tebu yang berasal

dari penelitian PG Sragi (Lampiran 4). Faktor kebun adalah jumlah juringan

kebun per hektar. Besarnya fektor kebun pada umunya berkisar antara

1 100 – 1 200, hal ini dikarenakan pembukaan lahan sawah di PG Cepiring

menggunakan faktor pembukaan 1 200.

Pengamatan terhadap variabel taksasi dilakukan pada semua kemitraan

pola A dan B. Setiap kebun diambil 5 lidah contoh yang dipilih secara visual

dapat mewakili keseluruhan kebun tersebut. Setiap lidah diambil 3 juringan

contoh, yaitu juringan contoh nomor 15, 30 dan 35.

Taksasi

Pengukuran Brix

Penebangan

Angkut tebu

Page 53: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

40

Pengukuran brix. Pengukuran brix adalah salah satu upaya untuk mengetahui

kadar sukrosa tebu pada kebun yang berguna untuk penentuan waktu tebang pada

kebun tersebut. Pengukuran brix dilakukan dengan metode survey pada lahan

yang ingin diketahui briksnya dengan mengambil beberapa tebu dan mengukur

kadar brix nira dengan menggunakan hand refractometer.

Metode dalam pengukuran brix tebu antara lain:

1. Mengambil batang tebu contoh dengan metode pengambilan sampel secara

diagonal.

2. Memotong tebu dengan menjadi tiga bagian.

3. Mengukur brix nira setiap bagian tebu dengan hand refractometer.

4. Merata-ratakan nilai brix setiap bagian tebu sebagai nilai brix batang tebu.

5. Merata-ratakan nilai brix batang tebu semua batang contoh sebagai nilai brix

kebun.

Jumlah sampel yang diambil dalam pengamatan brix adalah tiga batang

tebu per kebun yang diamati. Batang tebu yang diambil adalah tebu yang tidak

berada di pinggir got dan bukan batang tebu sogolan. Nilai rata-rata brix dari

ketiga batang tebu akan menjadi nilai brix kebun yang digunakan sebagai

pertimbangan dalam waktu penebangan. Standar PG Cepiring dalam penebangan

adalah brix kebun telah mencapai nilai 24.

Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu di Lapang

Penebangan. Penebangan adalah kegiatan mengambil batang tebu yang telah

masak untuk diolah ke PG. Kegiatan dilakukan dengan cara penebangan batang

Page 54: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

41

tebu dari pangkal batang, sehingga kegiatan ini sering disebut dengan istilah

penebangan.

Tebangan tebu dilakukan setelah batang tebu memenuhi syarat untuk

digiling di PG, yaitu umur mencukupi dan batang tebu telah masak. Tebu telah

masak apabila nilai brix nira rata-rata dari ketiga bagian batang yang diukur

minimal sebesar 24. Selain itu, selisih antara nilai brix batang bawah dan batang

atas tidak melebihi 2 poin. Jika nilai brix batang bawah dan batang atas sama,

maka batang tebu dapat dikatakan masak dan siap untuk ditebang.

Kegiatan penebangan biasanya didahului dengan kegiatan persiapan jalan

tebang. Kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan jalan atau jembatan sehingga

angutan tebu dapat masuk ke lokasi kebun.

Kegiatan tebangan dimulai dengan menebang tebu di wilayah yang dapat

membuka akses untuk keseluruhan kebun. Pada awal kegiatan tebangan ini,

bisaanya tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak karena hanya sedikit

angkutan yang dapat masuk ke wilayah kebun karena jalan tebang di dalam kebun

sedang dikerjakan.

Gambar 12. Penebangan Tebu

Penebangan tebu dilakukan secara manual dengan sistem pengupahan

borongan. Alat yang digunakan adalah golok. Penebangan dilakukan dari pangkal

batang di atas permukaan tanah. Batang tebu yang telah ditebang dibersihkan dari

daun kemudian memotong pucuk batang pada titik patah. Batang tebu yang telah

bersih dikumpukan oleh setiap penebang. Kumpulan batang tebu yang terdiri dari

30-40 batang diikat menggunakan kulit batang tebu.

Page 55: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

42

Angkut tebu. Ikatan-ikatan batang tebu yang berada dilapang akan diangkut ke

PG menggunakan angkutan truk. Penebang akan menaikkan kumpulan batang

tebu yang telah mereka tebang ke truk setelah dirasa cukup untuk memenuhi truk

tersebut. Kapasitas truk pengangkut tebu antara 6-7 ton. Batang tebu yang telah

dinaikkan ke truk dipotong sebagian agar tidak ada ruang kosong di dalam

angkutan, sehingga batang yang diangkut lebih banyak. Setelah truk memenuhi

kapasitasnya, truk langsung membawa angkutan tebu ke PG untuk segera diproses

menjadi gula.

Sistem manajemen dan pengupahan antara tebang dan angkut

digabungkan. Hal ini mencegah ketidaksingkronan antara tenaga penebang dang

truk angkutan. Sistem manajemen tebang angkut yang diterapkan adalah setiap

truk angkutan tebu harus mempunyai penebangnya sendiri dengan jumlah 7-10

orang. Pengupahan diterapkan secara borongan, yaitu dihitung setiap 100 kg tebu

tertebang.

(a) (b)

Gambar 13. Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas

Muatan Truk Angkutan (b)

Pengolahan gula

PG Cepiring menerapkan pengolahan gula menggunakan dua macam

bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi gula adalah raw

sugar dan tebu. Raw sugar adalah gula setengah jadi yang berwarna kecoklatan

dan memiliki struktur yang mirip dengan gula kristal putih. Pada masa di luar

masa panen tebu, PG Cepiring tetap memproduksi gula menggunakan bahan baku

raw sugar. Pada saat musim panen tebu, PG Cepiring menproduksi gula

Page 56: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

43

menggunakan bahan baku tebu dengan tetap menggunakan raw sugar sebagai

campurannya.

Proses pengolahan nira menjadi gula di PG Cepiring menggunakan proses

karbonatasi. Sumber karbon yang digunakan adalah gas CO2 sebagai hasil

sampingan pada boiler. Proses pengolahan tebu dan raw sugar berbeda pada tahap

awal dan sama pada tahapan selanjutnya. Tahapan pengolahan raw sugar antara

lain stasiun afinasi, stasiun purifikasi, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, dan

stasiun packing. Tahapan proses pengolahan tebu meliputi stasiun gilinngan,

stasiun purifikasi, stasiun evaporator, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal,

kemudian masuk ke stasiun afinasi dan mengalami proses selanjutnya bersama

dengan nira raw sugar.

Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring

Stasiun gilingan. Proses yang terjadi pada stasiun gilingan adalah memeras tebu

untuk mendapatkan nira tebu. Bahan baku yang memasuki stasiun ini hanya bahan

baku tebu, sedangkan untuk bahan baku raw sugar tidak melalui stasiun ini.

Terdapat dua cara yang dipakai untuk memasukkan batang tebu ke stasiun

gilingan di PG Cepiring, yaitu menggunakan alat tappler dan alat crane. Tappler

adalah alat yang memungkinkan batang tebu yang berada di truk langsung

Tebu

Stasiun Gilingan

Raw sugar

Stasiun Purifikasi

Stasiun Evaporator

Stasiun Kristalisasi

Stasiun Sentrifugal

Stasiun Afinasi

Stasiun Purifikasi

Stasiun Kristalisasi

Stasiun Sentrifugal

Stasiun Tahap Akhir

Gula Kristal Putih

(icumsa<200)

Molases

Raw

sugar

Molases

Page 57: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

44

ditempatkan ke meja tebu dengan cara mengangkat bagian depan truk

menggunakan sistem hidrolik. Crane adalah alat untuk mengangkat tebu dari truk

kemudian meletakkannya pada bak penampungan tebu yang kemudian bergerak

menuju meja tebu menggunakan rel seperti kereta (lori). Setelah tebu berada di

meja tebu kemudian masuk ke gilingan tebu yang terdiri dari empat gilingan. Pada

proses ini nira akan dicampurkan dengan air imbibisi dari proses gilingan

sebelumnya dan dilakukan penggilingan berulang untuk mengurangi kehilangan

nira. Pada gilingan pertama akan dianalisis rendemen nira dari tebu yang digiling

(Analisis Nira Perahan Pertama).

Stasiun afinasi. Stasiun afinasi adalah stasiun pelarutan raw sugar menjadi nira

dengan penambahan gula dari tebu yang telah mengalami proses sentrifugal.

Diluar musim giling, stasiun ini hanya melarutkan raw sugar. Pada stasiun ini,

proses pengolahan nira dari tebu dan dari raw sugar bertemu. Hasil dari stasiun

afinasi adalah nira yang berasal dari raw sugar dan tebu yang telah mengalami

pengolahan.

Stasiun purifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun purifikasi adalah

membersihkan kotoran yang terbawa dalam nira serta menambahkan kapur

(Ca(OH)2) dan/atau gas CO2. Tardapat dua macam stasiun purifikasi, yaitu stasiun

purifikasi khusus untuk nira tebu dan stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar

dan campuran gula dari tebu.

Stasiun purifikasi khusus nira tebu hanya beroperasi ketika musim giling

tebu. Nira tebu dari stasiun gilingan akan dibawa ke timbangan nira kemudian

dipanaskan. Kemudian ditambahkan Ca(OH)2 pada nira. Nira kemudian

diendapkan. Nira akan terpisah menjadi nira bersih dan nira kotor yang akan

mengendap. Nira kotor yang mengendap diteruskan untuk proses pengolahan

menjadi blotong. Nira dari tebu akan diteruskan ke stasiun evaporator.

Stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu

beroperasi pada musim giling tebu maupun di luar masa liling tebu saat giling raw

sugar. Selain menambahkan Ca(OH)2, pada stasiun purifikasi ini ditambahkan gas

CO2. Nira dari stasiun ini akan diteruskan ke stasiun kristalisasi.

Page 58: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

45

Stasiun evaporator. Stasiun evaporator adalah stasiun yang khusus mengolah nira

yang berasal dari tebu. Proses yang terjadi dalam stasiun ini adalah penguapan

nira tebu menjadi nira kental. Hasil nira kental tebu akan dialirkan ke stasiun

kristalisasi.

Stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi akan mengkristalkan nira kental melalui

pan dengan suhu dan tekanan tinggi. Terdapat empat pan kristalisasi di PG

Cepiring, yaitu W PAN, A PAN, B PAN, dan C PAN. Setiap pan akan

menghasilkan gula yang dapat dikristalkan (magma) dengan kualitas yang berbeda

dan mengkasilkan gula yang tak dapat dikristalkan (molasses) yang akan

dimasukkan sebagai bahan ke pan berikutnya. Nira kental yang berasal dari

stasiun purifikasi raw sugar akan diolah di W PAN. Nira kental tebu dari stasiun

evaporator akan diolah di A PAN. Hasil pengolahan dari stasiun kristalisasi akan

dikirim ke stasiun sentrifugal untuk proses selanjutnya.

Stasiun sentrifugasi. Stasiun sentrifugasi merupakan pengolahan nira masak dari

pan kristalisasi untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya. Terdapat

empat alat sentrifugal sesuai dengan pan kristalisasi, yaitu LGF W, LGF A, LGF

B, dan LGF C. LGF W akan menampung nira masak dari W PAN dan

menghasilkan gula kristal yaitu gula yang siap untuk pengepakan dan gula tak

dapat dikristalkan (white moll) yang akan dialirkan ke A PAN untuk pemasakan

selanjutnya. LGF A akan menampung nira masak A PAN dan menghasilkan gula

a yaitu gula yang kurang memenuhi persyaratan yang akan dikirim ke stasiun

afinasi untuk bahan campuran pengenceran raw sugar. LGF A akan memproduksi

a-moll yang akan dialirkan ke B PAN. LGF B akan memproduksi gula b (b-

magma) yang akan dialirkan ke A PAN dan menghasilkan b-moll yang dialirkan

ke PAN C. LGF C akan memproduksi c-magma yang dialirkan ke PAN B dan

menghasilkan c-moll yang akan akan ditampung di penampungan akhir sebagai

tetes.

Stasiun tahap akhir. Gula yang dihasilkan LGF W akan dikeringkan dan

didinginkan. Gula yang dihasilkan akan diamati kembali kualitasnya. Gula yang

Page 59: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

46

tidak sesuai dengan standar kualitas dalam ukuran kristal dan warna akan dilebur

kembali dan diproses ulang di stasiun afinasi. Gula yang berukuran normal

dengan warna yang putih sesuai standar akan dimasukkan kedalam karung dengan

ukuran 50 kg kemudian diangkut ke gudang penyimpanan gula.

Aspek Manajerial

Pengelolaan kegiatan lapang

Kegiatan manajemen utama bagian tanaman adalah budidaya tanaman

tebu di lapang. Sistem manajemen yang diterapkan dalam budiaya tebu di lapang

adalah pembagian berdasarkan luasan dan kategori kebun tertentu. Pengawasan

yang ketat untuk pola kemitraan B dilakukan pada aspek finansial yang

menyangkut kredit petani, namun untuk aspek teknis budidaya kebun, pihak PG

hanya mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan pembiayaanya dengan

kredit.

Manajemen yang intensif dilakukan pada kebun dengan pola kemitraan A

(KMA). Hal ini dikarenakan PG merupakan penaggung jawab budidaya secara

teknis maupun pembiayaan pekerjaan tersebut dari segi finansial. Pembagian

manajemen pada kebun KMA berdasarkan luasan areal. Terdapat seorang sinder

kebun yang bertanggung jawab terhadap luasan besar, yang membawahi beberapa

mandor yang bertanggung jawab atas luasan yg lebih kecil.

Sinder kebun. Sinder kebun merupakan seorang manajer kebun yang bertanggung

jawab pada luasan kebun tertentu. Sinder kebun PG Cepiring difokuskan untuk

memanajemen kabun pola kemitraan A. Tugas seorang sinder adalah menerapkan

prinsip dasar manajemen pada kebunnya dengan tujuan dapat menghasilkan tebu

dengan kualitas, kuantitas dan waktu panen yang ditetapkan oleh PG. Beberapa

prinsip dasar manajemen yang diterapkan seorang sinder, yaitu perencanaan,

pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Prinsip manajemen perencanaan yang dilakukan oleh sinder meliputi

perencanaan perluasan areal serta perencanaan tindak budidaya yang akan

diterapkan. Untuk perluasan areal, seorang sinder memiliki tanggung jawab untuk

mencari lahan areal kemitraan baru dengan petani. Dalam tugas perluasan areal

Page 60: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

47

ini, seorang sinder melakukan pendekatan dan penyuluhan secara informal

maupun secara formal. Perencanaan yang penting dilakukan mencakup

perencanaan teknis budidaya maupun kebutuhan finansialnya sebelum dibukanya

suatu kebun.

Prinsip pengaturan yang dilaksanakan oleh Sinder Kebun meliputi

pengaturan tahapan kegiatan budidaya di lapang, serta pengaturan biaya yang

diperlukan. Dalam melaksanakan fungsi ini, sinder kebun akan dibantu mandor

sebagai bawahannya. Seorang sinder akan memeriksa rencana kegiatan dan

pengajuan biaya pekerjaan tersebut dari mandor. Setelah menyetujuinya,

pekerjaan terbut dilaksanakan oleh mandor kebun.

Sistem pengawasan dilaksanakan dengan pengecekan lapang secara rutin

oleh sinder. Dalam pengawasan lahan ini diamati pekerjaan yang ada di kebun

serta keadaan umum kebun. Pengawasan lahan ini akan menjadi hal yang dapat

mengontrol pelakasanaan pekerjaan oleh mandor baik secara teknisnya maupun

finansial.

Mandor kebun. Mandor kebun merupakan jabatan yang dipegang oleh seseorang

yang bertanggung jawab atas budidaya tebu mulai dari penanaman sampai

pemanenan pada luasan kebun tertentu. Seorang mandor kebun mempunyai

seorang penyelia, yaitu sinder kebun. Dalam menjalankan tugas budidaya kebun,

mandor akan memimpin pekerja harian lepas serta mengarahkan pekerjaan dan

bertindak sebagai pengawas. Mandor kebun akan berkoordinasi dengan sinder

kebun dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, mandor

akan mengajukan rencana teknis dan finansial pelaksanaan pekerjaan yang telah

direncanakan oleh Sinder Kebun. Pengajuan rencana tersebut akan dikoreksi oleh

Sinder Kebun. Apabila pekerjaan disetujui oleh Sinder Kebun, maka pengajuan

pekerjaan tersebut akan diteruskan ke bagian administrasi untuk pencairan dana

kebutuhan pelaksanaan pekerjaan.

Selama proses administrasi untuk pencairan dana, mandor kebun akan

melaksanakan pekerjaan yang telah diajukan. Pekerjaan dimulai dari pencarian

karyawan harian lepas (KHL) dan negosisasi besarnya upah dan sistem

pengupahan untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan akan dilaksanakan dengan

Page 61: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

48

pengarahan dan pengawasan oleh mandor. Setelah pencairan dana, mandor

bertugas sebagai pengelola keuangan untuk diberikan kepada KHL.

Aspek Khusus

Aspek khusus yang dipelajari adalah modifikasi teknik budidaya,

pertumbuhan, produksi, dan analisis usaha tebu di lahan salin. Pengamatan

dilakukan di kebun Pidodo dengan luasan 24.801 ha yang terdiri dari tiga blok,

yaitu Pidodo A dengan luasan 10.000 ha, Pidodo B dengan luasan 14.264 ha, dan

Pidodo C dengan luasan 0.537 ha. Kebun Pidodo terletak di pesisir pantai utara

Jawa dengan jarak sekitar 1 km dari bibir pantai. Kebun Pidodo terletak di muara

Sungai Bodri yang sering mengalami banjir pasang air laut dan meluap ke kebun

dengan membawa kandungan air laut. Kebun pidodo terletak di kecamatan

Patebon dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 1 500 – 3 500

mm/tahun dan termasuk ke daerah dengan iklim basah (humid). Ciri salinitas yang

tinggi pada kebun Pidodo juga dilihat dari terbentuknya efflorescense atau kerak

garam yang terjadi pada musim kering.

Kondisi salinitas kebun

Pengamatan salinitas pada kebun dilakukan melalui analisis daya hantar

listrik tanah dan konsentrasi garam. Analisis tanah dilakukan pada saat tebu

berumur 35 MSK dengan kondisi tidak terdapat hujan selama 14 hari. Selain

melakukan analisis tanah kebun Pidodo, dilakukan analisis tanah kebun Gondang

sebagai pembanding untuk lahan tidak tercekam salinitas. Hasil pengamatan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK

Kebun Daya Hantar Listrik

(dS/m)

Salinitas

(mg/l)

Pidodo 0.168 79

Gondang 0.108 50

Page 62: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

49

Teknis budidaya tebu di lahan salin

Teknis budidaya tebu yang diterapkan di lahan tercekam salinitas secara

umum sama dengan kebun lain yang tidak terkendala salinitas. Semua teknis

budidaya diterapkan sesuai dengan standar perusahaan, mulai dari pembukaan

lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga tebang dan angkut. Teknis

budidaya yang berbeda di lahan salin adalah sistem tata air melalui got kebun.

Sistem tata air yang berbeda diterapkan pada kebun yang terkendala

salinitas yang tinggi. Kebun dengan kendala salinitas biasanya terdapat di daerah

pesisir pantai utara. Kebun ini kadang mengalami banjir air laut pasang (rob) yang

membawa air laut masuk ke kebun sehingga meningkatkan kadar garam tanah.

Upaya yang dilakukan oleh PG Cepiring adalah pembuatan got besar dengan

ukuran lebar 2 m dengan kedalaman 3 m, sementara untuk kebun pada umunya

got berukuran 50 cm pada lebar dan kedalaman 60 cm (Tabel 8). Panjang juringan

tetap 8 m sehingga jumlah got tetap sama dengan lahan sawah irigasi, namun

lebar dan dalamnya got jauh lebih besar.

Tabel 8. Ukuran Got di Lahan Salin dan Nonsalin

Got

Kebun Pidodo

(salin)

Kebun Gondang

(nonsalin)

Lebar Dalam Lebar Dalam

……………………..……… cm ……….……………………

Got Keliling 200 300 60 70

Got Malang 200 300 50 60

Got Mujur 200 300 50 50

Pembuatan got pada lahan tercekam salinitas dirancang untuk mengurangi

efek salinitas dengan pencucian garam melalui irigasi dan drainase. Ukuran got

yang besar dapat menampung dan mengalirkan air yang lebih banyak serta

meningkatkan drainase. Got akan mengalirkan air ke kebun untuk mencuci garam

yang terkandung di tanah secara berangsur-angsur. Air yang mengalir biasanya

akan tertampung di got dan menggenang selama beberapa waktu. Air yang

dimasukkan untuk mencuci garam tersebut akan ditampung kembali oleh got

untuk dapat dibuang keluar kebun melalui drainase yang baik.

Page 63: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

50

Menurut Santoso (1993), sistem irigasi dan got yang diterapkan di lahan

tercekam salinitas oleh PG Cepiring disebut dengan metode reklamasi lahan salin

dengan metode kolam-alur (basin-furrow method). Metode ini akan mengalirkan

air irigasi melalui parit (got) yang dibuat di sekeliling lahan. Air akan

dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air.

(a)

(b)

Got Mujur

(lebar 2m, dalam 3m)

Juringan

Got keliling

(lebar 2m, dalam 3m)

(c)

Got Mujur

(lebar 50cm, dalam 60cm)

Juringan

Got Keliling

(lebar 60cm, dalam 70cm)

(d)

(e)

(f)

Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang

Melintang Got Lahan Salin (c), Penampang Melintang Got Lahan

Nonsalin (d), Got Lahan Salin Tampak Atas (e), dan Got Lahan

Nonsalin Tampak Atas (f).

… …

Page 64: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

51

Kondisi tebu di lanah salin

Kondisi tebu diamati pada fase vegetatif akhir sampai dengan fase

generatif, ditandai dengan munculnya bunga pada tebu (Tabel 9). Pengamatan

dilakukan pada blok dengan varietas BL (Bululawang) keprasan pertama (RC 1).

Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu, dimulai 27 MSK (minggu setelah

keprasan) sampai 38 MSK. Pengamatan juga dilakukan pada tebu yang tidak

tercekam salinitas sebagai pembanding, yaitu kebun Gondang. Kebun Gondang

merupakan kebun tidak tercekam salinitas dengan varietas dan umur yang sama

dengan kebun Pidodo. Variabel pengamatan tebu yang diamati adalah tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah ruas, bobot batang, jumlah batang per meter,

jumlah sogolan per meter , dan brix nira tebu.

Tabel 9. Tinggi Tanaman Tebu, Jumlah Ruas, Diameter, dan Bobot

Batang pada 27 MSK sampai 41 MSK

Pengamatan Kebun Umur Tebu (MSK)

27 31 `35 39

Tinggi tanaman

(cm)

Pidodo

(Salin) 192.90a 219.55a 233.60a 240.60a

Gondang

(Nonsalin) 283.15b 305.85b 319.00b 334.10b

Jumlah ruas

(ruas)

Pidodo

(Salin) 17.20a 19.25a 21.50a 22.70a

Gondang

(Nonsalin) 19.35a 22.65a 24.80a 26.80a

Diameter batang

(cm)

Pidodo

(Salin) 2.24a 2.32a 2.38a 2.39a

Gondang

(Nonsalin) 2.57a 2.66a 2.69a 2.71a

Bobot batang

(kg)

Pidodo

(Salin) 0.79a 0.94a 1.03a 1.06a

Gondang

(Nonsalin) 1.33b 1.49b 1.58b 1.67b

Keterangan : Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf

yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan jumlah batang tebu permeter juringan diamati pada 27 MSK,

sedangkan jumlah sogolan per meter juringan diamati pada 41 MSK. Hasil

pengamatan disajikan pada Tabel 10.

Page 65: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

52

Tabel 10. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan per Meter

Kebun Jumlah batang per meter Jumlah Sogolan per meter

Pidodo (Salin) 11.08a 2.63a

Gondang (Nonsalin) 10.04a 2.18a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan brix nira dilakukan dua kali, yaitu pada umur tebu 27 MSK

dan pada umur 41 MSK. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK

Kebun Umur (MSK)

27 41

Pidodo (Salin) 14.87a 24.13a

Gondang (Nonsalin) 15.60a 24.13a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin

Pertumbuhan tebu di lahan salin diamati pada fase vegetatif akhir sampai

fase generatif dengan ditandai tebu berbunga. Pengamatan pertumbuhan dilakukan

pada veriabel tinggi batang, jumlah ruas, diameter batang, dan bobot batang

(Tabel 12). Nilai pertumbuhan dari masing-masing variabel adalah selisih nilai

variabel pada pengamatan 41 MSK dan 27 MSK.

Pembungaan tebu yang diamati pada kedua kebun menunjukkan sifat

pembungaan tebu sporadis. Tebu di lahan salin Pidodo mulai berbunga secara

sporadis pada 33 MSK, sedangkan tebu di lahan nonsalin Gondang mulai

berbunga secara sporadis pada 37 MSK.

Page 66: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

53

Tabel 12. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27

MSK sampai 41 MSK

Peubah Kebun Pidodo

(Salin)

Kebun Gondang

(Nonsalin)

Tinggi tanaman (cm) 47.70a 50.96a

Diameter batang (cm) 0.15a 0.14a

Jumlah ruas 5.50a 7.45a

Bobot batang (kg) 0.27a 0.34a

Jumlah batang per meter juringan

(batang/ m juring) 11.08a 10.04a

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin

Produksi tebu di lahan salin diamati sejak masa tanam pertama di kebun

pengamatan bersadarkan data sekunder (Tabel 13). Produksi untuk masa tanam

2010/2011 didapatkan berdasarkan taksasi maret. Sebagai pembanding, dilakukan

pengamatan yang sama pada kebun nonsalin.

Tabel 13. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin Selama

Tiga Musim Tanam

Kebun Kategori Tanaman Rata-rata

Produktivitas PC RC 1 RC 2

………………….………. ton/ha ……..……………………..

Pidodo

(Salin) 45.02 57.36 70.03 57.47a

Gondang

(Nonsalin) 84.54 104.35 107.22 98.54b

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada

taraf 5 %

Pengamatan melalui data sekunder juga dilakukan pada analisis usaha tani

kebun salin (Tabel 14). Analisis dilakukan pada masa tanam 2010/2011 pada

kebun Pidodo (salin) dan kebun Gondang (nonsalin).

Page 67: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

54

Tabel 14. Keuntungan Usaha Tani Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin

Masa Tanam 2010/2011

Kategori

tanaman Rincian usaha tani

Kebun

Pidodo (Salin) Gondang (Nonsalin)

…………………….. Rp …..…………………

PC

Biaya 21 359 982.43 40 782 615.66

Pendapatan 27 072 059.23 43 553 880.19

Keuntungan 5 712 076.80 2 771 264.53

RCI

Biaya 19 299 706.84 32 843 869.35

Pendapatan 26 915 799.14 46 704 218.40

Keuntungan 7 616 092.30 13 860 349.05

RCII

Biaya 19 962 214.46 30 630 539.30

Pendapatan 30 626 976.09 34 815 673.26

Keuntungan 10 664 761.63 4 185 133.96

Rata-rata

Biaya 20 207 301.25 34 752 341.44

Pendapatan 28 204 944.82 41 691 257.28

Keuntungan 7 997 643.58 6 938 915.85

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

Page 68: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

55

PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum

dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di

lapang akan selalu menyesuaikan dengan keadaan yang ditemui. Penyesuaian

tersebut harus dilakukan agar tujuan dari perkerjaan tersebut dapat tercapai

meskipun pekerjaan tersebut tidak terdapat pada rencana awal.

Proses budidaya yang dilakukan di wilayah PG Cepiring dilakukan dengan

sistem Reynoso. Reynoso adalah sistem pengaturan tata air sehingga tebu di

lapangan dapat mendapat air yang cukup. Sistem reynoso digunakan untuk

menurunkan muka air tanah. Sistem reynoso memungkinkan dalam pemasukan air

melalui irigasi ketika musim kemarau dan pembuangan air berlebihan ketika

musim penghujan. Sistem reynoso diterapkan terutama di lahan sawah irigasi. Hal

ini sesuai karena lahan sawah irigasi akan menyediakan air selama musim hujan

dan musim kemarau, sehingga harus diatur pemasukan dan pembuangannya

melalui sistem reynoso. Dengan pengaturan irigasi dan drainase pada kebun dapat

meningkatkan hasil tebu serta rendemennya (Supriadi, 1992).

Seluruh kebun di wilayah PG Cepiring memiliki standar teknis

pelaksanaan budidaya yang harus diterapkan mulai dari pembukaan lahan sampai

tebang angkut. Standar teknis ini berlaku untuk semua jenis lahan, yaitu lahan

sawah dan tegalan. Namun untuk lahan yang tercekam salinitas terdapat teknis

budidaya yang berbeda, yaitu pada tata air kebun.

Sistem tata air kebun

Sistem tata air kebun harus diterapkan agar kebun mendapat air dalam

jumlah yang cukup. Setiap kebun di wilayah PG Cepiring menerapkan tata air

berdasarkan jenis dan tipologi kebun serta menyesuaikan kondisi masa tanam dan

kondisi tertentu yang ada di kebun. Masa tanam yang diterapkan terdiri dari dua,

yaitu pola A dan pola B. Pola A adalah kebun yang ditanam antara akhir musim

penghujan dan awal musim kemarau. Penanaman pada pola A biasanya pada

Page 69: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

56

bulan April sampai Juni. Pola B adalah kebun yang ditanam antara akhir musim

kemarau dan awal musim penghujan. Penanaman pada pola B biasanya pada

bulan September sampai November. Penyesuaian tata air juga dilakukan pada

kondisi khusus yang terdapat di kebun seperti cekaman salinitas, kerentannan

pada banjir, serta arah, letak dan besarnya sumber air.

Pada sawah irigasi dengan kondisi yang umum, sistem tata air

menggunakan sistem reynoso dengan pola faktor 1 200. Faktor 1 200 berarti

dalam 1 ha kebun, dibagi menjadi 20 bak juringan dengan lebar 8 m. Setiap bak

juringan terdiri dari 60 juringan dengan jarak pusat ke pusat juringan (PKP) yaitu

1 m. Tata air dilakukan dengan pembuatan got yang terdiri dari got keliling, got

malang, dan got mujur. Got keliling adalah got yang mengelilingi kebun sebagai

masukan dan drainase dengan lebar 60 cm dan kedalaman 70 cm. Got mujur

hampir sama dengan got keliling namun terletak di dalam kebun, dengan ukuran

lebar 50 cm dan dalam 60 cm. Got malang adalah got yang tegak lurus dengan

juringan yang membatasi bak juringan satu dengan yang lain, dengan lebar 50 cm

dan kedalaman 50 cm. Sistem got yang diterapkan PG Cepiring serupa dengan

pendapat Sutardjo (2008) dalam hal jenis dan ukuran got.

Terdapat beberapa perbedaan dalam sistem tata air pada lahan tegalan

dengan lahan sawah irigasi. Perbedaan tersebut ada pada panjang juringan pada

lahan tegalan. Panjang juringan lahan tegalan dua kali dari lahan sawah, yaitu

sebesar 16 m. Hal ini dilakukan karena jumlah air yang ada di lahan tegalan tidak

sebanyak lahan sawah irigasi. Sumber air tegalan berasal dari hujan, sehingga

diperlukan penyimpanan air agar tebu tidak kekurangan air. Dengan panjang

juringan 16 m, got malang akan lebih sedikit sehingga mencegah drainase yang

berlebihan. Kebun dengan got malang yang lebih sedikit akan lebih banyak

menyimpan air hujan untuk tanaman. Ketika hujan terlalu besar dan kebun

kelebihan air, got malang tetap berfungsi sebagai drainase kebun agar air tidak

menggenang di lahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriadi (1992), yaitu

diperlukan pengairan yang sesuai dengan keadaan lahan untuk mencegah

penggenangan air yang dapat menurunkan hasil.

Sistem tata air akan disesuaikan dengan kondisi khusus yang terjadi di

kebun. Beberapa kondisi khusus yang dapat mempengaruhi tata air adalah

Page 70: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

57

cekaman salinitas, kerentanan terhadap banjir, serta arah, letak dan besarnya

sumber air. Pada prinsipnya ketika air yang masuk ke kebun lebih banyak

daripada sawah irigasi, jumlah got untuk drainase akan diperbanyak dengan

mengurangi panjang juringan. Ketika jumlah air yang ada lebih sedikit, diperlukan

upaya penghematan air dengan mengurangi jumlah got drainase dengan

menambah panjang juringan. Upaya ini tidak hanya diterapkan untuk keseluruhan

kebun, namun dapat diterapkan untuk wilayah kebun tertentu seperti daerah kebun

di dekat inlet atau outlet.

Aspek Manajerial

PG Cepiring merupakan pabrik gula yang memproduksi gula kristal putih.

Gula kristal putih yang diproduksi berasal dari dua bahan baku, yaitu tebu dan

raw sugar. Diluar musim giling tebu, PG Cepiring memproduksi gula kristal putih

dari bahan baku raw sugar. Selama musim giling tebu, PG Cepiring memproduksi

gula kristal putih dengan bahan baku tebu dan raw sugar. Kebijakan mengolah

raw sugar diterapkan untuk memenuhi kapasitas giling pabrik (ideal capacity).

Selama musim giling tebu, PG Cepiring membutuhkan bahan baku tebu

untuk memenuhi kapasitas giling tebu terpasang yang mencapai 2 000 ton tebu

per hari. Untuk memenuhi kapasitas tersebut selama 150 hari giling per tahun, PG

Cepiring membutuhkan sekitar 300 000 ton tebu per tahun giling. Dengan

produktivitas tebu rata-rata 70 ton/ha, PG Cepiring membutuhkan luas area sekitar

4 300 ha lahan tebu. Sementara itu, lahan untuk kebun tebu di wilayah Kendal dan

sekitarnya semakin terbatas. Keterbatasan lahan ini diakibatkan oleh persaingan

dengan komoditas lain yang memiliki waktu pengembalian modal yang lebih

singkat, seperti tembakau, padi dan palawija.

PG Cepring pada dasarnya tidak memiliki lahan dengan status Hak Guna

Usaha (HGU). Untuk memenuhi kebutuhan tebu, PG Cepiring menerapkan

bebagai upaya agar petani tebu rakyat (PTR) menanam tebu dan menggiling

tebunya di PG Cepiring. Berbagai puaya tersebut meliputi penerapan sisitem

kemitraan yang saling menguntungkan, pemberian kredit kepada petani melalui

fasilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi untuk Tebu (KKP-E Tebu), dan

penerapan sistem beli putus untuk PTR mandiri. Berbagai upaya tersebut

Page 71: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

58

dilaksanakan oleh bagian tanaman, sehingga posisi bagian tanaman secara

struktural di perusahaan juga mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan

tersebut.

Sistem kemitraan

Terdapat tiga pola kemitraan yang diterapkan PG Cepiring. Pola kemitraan

tersebut antara lain pola kemitraan tipe A, pola kemitraan tipe B, dan pola

kemitraan tipe D. Pola kemitraan tipe A (KMA) merupakan kemitraan yang

diterapkan kepada petani ketika petani tidak mampu secara teknis maupun

finansial dalam usaha budidaya tebu. Petani hanya memiliki hak milik sebidang

tanah yang ingin diusahakan untuk budidaya tebu. Dalam penerapan KMA,

seluruh kegiatan budidaya dan pembiayaannya dilakukan oleh PG melalui staf

lapang. Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah bagi hasil yang dibayarkan

dimuka kepada petani. Hal ini akan menjadi jaminan akan besarnya bagi hasil

yang diterima petani tanpa dipengaruhi oleh besarnya hasil panen yang akan

didapat ketika panen.

Pola kemitraan tipe B (KMB) merupakan pola kemitraan yang diterapkan

kepada petani tebu rakyat yang telah mampu dalam teknik bididaya tebu namun

tidak mampu dalam pembiayaannya. Dalam penerapan KMB, PG akan

memberikan pinjaman untuk pembiayaan budidaya tebu melalui Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi Tebu (KKPE-Tebu) dan bekerjasama dengan bank sebagai

penyedia kredit. PG akan bertindak sebagai penjamin (avalist) bagi petani untuk

dapat mengembalikan kredit kepada bank. Proses budiaya tebu dilakukan oleh

petani dibawah bimbingan petugas lapang PG. Petugas lapang PG bertindak

sebagai pengawas dalam alokasi dana kredit yang telah dicairkan kepada petani.

Bagi hasil yang diterapkan dalam KMB berdasarkan ketentuan bagi hasil giling

tebu di PG, sehingga besarnya hasil yang diterima petani ditentukan oleh jumlah

panen tebu yang didapat serta rendemennya.

Kemitraan pola D (KMD) adalah kemitraan antara PG dengan petani yang

telah mampu dalam budidaya tebu baik secara teknis maupun pembiayaannya.

Kebun tebu dengan pola kemitraan D biasa disebut kebun tebu mandiri. Dalam

kemitraan ini, PG berperan sebagai jasa pengolahan tebu menjadi gula. Sistem

Page 72: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

59

bagi hasil yang diterapkan adalah sistem bagi hasil pengolahan tebu berdasarkan

rendemen. Terdapat beberapa aturan dalam penerimaan tebu di PG Cepiring dari

KMD, yaitu tebu bersih tidak terbakar, tidak diikat menggunakan daun, serta

petani tidak memiliki kredit dari PG lain dalam pembiayaan kebunnya.

Ketiga pola kemitraan ini akan membantu PG Cepiring dalam

mendapatkan bahan baku tebu selama musim giling. Kemitraan pola A akan

membantu PG Cepiring untuk mendapatkan areal perkebunan tebu dari petani

dengan sisitem sewa lahan atau bagi hasil yang dibayarkan diawal. Sistem ini

menguntungkan bagi kedua belah pihak karena petani mendapat keuntungan yang

telah ditetapkan berdasarkan perjanjian di awal. Hal ini berarti petani pendapatkan

kepastian keuntungan yang dibayarkan di awal tanpa melihat berapapun hasil tebu

yang nantinya akan didapatkan. Petani juga mendapatkan keuntungan tambahan

dari hasil tebu keprasan setelah jangka waktu sewa lahan berakhir. Hal ini

menguntungkan bagi petani karena petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

penanaman awal tebu yang membutuhkan biaya yang cukup besar, namun hanya

perlu melakukan pemeliharaan tanaman keprasan.

Kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E Tebu)

KKPE digunakan dalam pembiayaan budidaya tebu petani kemitraan pola

B (KMB). KKPE merupakan kredit yang diberikan bank penyedia kredit kepada

petani tebu rakyat yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI).

Dalam proses kredit tersebut, PG merupakan penjamin (avalist) yang akan

menjamin petani untuk mengembalikan kreditnya kepada bank. Perjanjian kredit

dilakukan oleh Bank dan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) serta diketahui

oleh PG sebagai avalist. KPTR merupakan lembaga keuangan dari APTRI yang

akan memfasilitasi anggotanya dalam perolehan kredit. PG Cepiring bekerjasama

dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai bank penyedia KKPE.

Besarnya nilai KKPE berdasarkan kategori tanaman tebu yang diajukan,

yaitu tanaman tahun pertama atau Plant Cane (PC) dan tanaman tebu keprasan

atau Ratoon Cane (RC). Besarnya nilai KKPE untuk PC adalah Rp 18 000 000,-

per hektar, sedangkan untuk RC sebesar Rp 15 500 000,- per hektar. Perbedaan

nilai kredit antara PC dan RC terletak pada pembiayaan kebutuhan bibit pada

Page 73: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

60

tanaman PC. Besarnya luasan kebun maksimal yang dapat diajukan seorang petani

adalah 4 hektar, sedangkan besarnnya nilai kredit yang diterima petani maksimal

sebesar Rp 50 000 000,-.

Pencairan KKPE akan diberikan bank kepada PG untuk dapat disalurkan

kepada petani. PG Cepiring akan menyalurkan kredit kepada petani secara

bertahap, sesuai dengan urutan budidaya tebu. Bank penyedia kredit memiliki

standar besarnya pembiayaan berbagai urutan proses budaidaya. Dalam

pelaksanaan pencairan dana kepada petani, PG mempunyai stantar tersendiri

dalam hal besaran pembiayaan setiap proses budidaya tebu, namun jumlah total

pembiayaan yang diterima petani tetap sama dengan besaran yang diberikan bank.

Hal ini dikarenakan dibutuhkan beberapa penyesuaian dalam budidaya tebu

sehingga mempengaruhi dalam pembiayaan budidaya tersebut. Besarnya kredit

yang diterima tiap tahapan budidaya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 15. Nilai KKP-E Setiap Tahapan Budidaya Tebu PC per Hektar

Pembiayaan Standar Bank BRI Standar PG Cepiring

COL (Cost of living)

Bibit

Pupuk

Biaya garap

Tebang angkut

Pengendalian hama dan penyakit

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

500 000,-

2 500 000,-

3 000 000,-

6 000 000,-

5 500 000,-

500 000,-

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

2 000 000,-

3 000 000,-

1 850 000,-

4 500 000,-

6 150 000,-

300 000,-

Jumlah Rp 18 000 000,- Rp 18 000 000,-

Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

Sistem yang diterapkan oleh PG IGN baik untuk keamanan kredit.

Pencairan kredit secara bertahap dapat menghindari pemakaian kredit oleh patani

untuk kegiatan selain budidaya tebu. Penyesuaian nilai kredit berdasarkan tahapan

budidaya juga dapat membuat kredit tepat sasaran dan mencegah kelebihan nilai

kredit yang dapat digunakan untuk keperluan selaian budidaya tebu. Selain itu,

kontrol terhadap petani juga dapat dilakukan per tahapan budidaya, sehingga

pencairan kredit untuk kegiatan selanjutnya dapat menyesuaikan kondisi yang ada

saat pengamatan.

Terdapat beberapa syarat dalam pengajuan KKPE bagi petani kepada bank

dengan PG sebagai avalist. Syarat pertama adalah petani mempunyai lahan

dengan luasan tertentu. Syarat kedua adalah petani yang berhimpun dalam KPTR

Page 74: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

61

mengajukan Rencana Definitif Kelompok (RDK) yang berisikan beberapa nama

petani yang akan mengajukan KKPE serta luasan kebun yang akan diajukan.

Pembuatan RDK akan melibatkan kepala desa yang menjamin keberadaaan lahan

yang diajukan. Syarat ketiga adalah petani mengajukan Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang memuat besarnya kebutuhan biaya yang

dibagi kedalam tahapan budidaya. pembuatan RDKK melibatkan ketua kelompok

petani tebu rakyat, ketua koperasi petani tebu rakyat, serta PG sebagai penjamin.

Syarat yang keempat adalah fotokopi kartu tanda penduduk setiap petani yang

mengajukan permohonan KKPE. Keempat syarat tersebut akan diajukan kepada

bank sebagai penyedia kredit.

Terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan bank selama tahap

pencairan kredit. Bank akan melakukan peninjauan lapang ke lahan tebu petani

pada tahap awal. Peninjauan lapang akan didampingi pihak PG. Lahan tebu yang

akan disetujui permohonan kreditnya adalah lahan yang sudah ditanami tebu

untuk tebu PC. Setelah peninjauan lapang, proses akan berjalan di bank untuk

pencairan KKPE. Kredit KKPE akan dicairkan bank ke rekening PG dengan

jangka waktu kredit 12 bulan dan bunga subsidi pemerintah sebesar 7%. PG akan

menyalurkan kredit kepada petani dan akan memotong bagi hasil yang diperoleh

petani ketika panen tebu untuk pelunasan kredit kepada bank.

Kredit ini dapat memicu petani untuk menanam tebu di lahan mereka.

Petani yang memiliki lahan dan mampu secara teknis dalam budidaya tebu namun

terkendala modal tetap dapat menanam tebu melalui bantuan kredit tersebut.

Keuntungan yang didapatkan PG selain mendapatkan bahan baku tebu adalah

kepastian dalam mendapatkan areal pada tahun selanjutnya. Hal ini dikarenakan

petani yang menerima kredit ini akan menjadi petani binaan PG yang memiliki

ikatan secara tidak formal dengan PG. Petani tersebut juga cenderung akan

memperluas lahannya di tahun selanjutnya sehingga bahan baku tebu yang

disetorkan ke PG akan meningkat pada tahun selanjutnya.

Sistem beli putus

PG Cepiring telah menerapkan sistem beli putus tebu untuk petani tebu

mandiri atau kemitraan pola D (KMD) sejak tahun 2009. Kebijakan ini adalah

Page 75: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

62

salah satu upaya dalam menarik petani tebu mandiri untuk menggiling tebu di PG

Cepiring. Sistem beli putus adalah sistem pembayaran tebu secara langsung ketika

tebu milik petani mandiri tiba di PG tanpa harus menunggu tebu selesai digiling

menjadi gula.

Kriteria tebu yang diterima di PG Cepiring dengan sistem beli putus

adalah nilai brix nira batang tebu minimal 14. Selain itu kondisi tebu harus bersih

dan tidak diikat menggunakan daun tebu melainkan menggunakan pengikat dari

batang tebu yang diiris tipis. Harga tebu per kwintal telah ditetapkan tanpa

memperhitungkan besarnya nilai brix nira.

Sistem beli putus sangat menguntungkan petani karena petani cepat

mendapatkan uang tanpa haruns menunggu proses pengolahan tebu. Dengan

perputaran uang yang singkat, petani tebu dapat membiayai proses tebang angkut

untuk kebun mereka setelahnya sehingga tebu petani dapat segera selesai

ditebang. Penerapan sistem ini efektif untuk menarik minat petani tebu mandiri

untuk menggiling tebu meraka di PG Cepiring. Hal ini dapat dilihat dari semaikin

banyaknya tebu yang masuk ke PG Cepiring yang berasal dari petani tebu

mandiri, yaitu dari 38 290 ton pada tahun 2009 menjadi 97 230 pada rahun 2010.

Sistem beli putus yang diterapkan juga memiliki beberapa kelamahan.

Kelemahan ini diakibatkan oleh tidak diberlakukannya nilai brix atau rendemen

individu petani untuk menentukan besarnya harga tebu. Hal ini akan

menguntungkan bagi petani dengan rendemen yang kecil, namun untuk petani

dengan rendemen yang tinggi tidak mendapatkan insentif lebih dari perbedaan

nilai rendemen tersebut. Sistem ini tidak memberi pelajaran kepada petani dengan

rendemen yang rendah untuk berupaya menaikkan rendemennya. Hal ini dapat

mengakibatkan petani tidak menerapkan praktik budidaya tebu secara baik untuk

mendapatkan rendemen tinggi, namun hanya sekedar meningkatkan produksi dan

mencapai nilai brix yang sesuai standar PG Cepiring.

Kelemahan yang lain adalah tingginya harga beli tebu yang diterapkan

oleh PG Cepiring. Tebu dibeli oleh PG Cepiring dengan harga Rp 40 000,00 per

kwintal. Dengan harga gula Rp 8 000,00/kg dan perolehan gula bersih sebesar

66%, maka PG Cepiring baru mencapai BEP (break even point) saat rendemen

tebu kira-kira mencapai 7%. Namun, dengan kriteria nilai brix tebu giling yang

Page 76: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

63

lebih dari 14, rendemen rata-rata tebu beli putus hanya berkisar 6% - 6,5%. Hal ini

akan menguntungkan bagi petani, namun akan merugikan bagi PG karena nilai

gula yang diapatkan dapat lebih rendah dari harga beli tebu tersebut. Saat ini,

masalah tersebut dapat diatasi oleh PG karena kerugian tersebut dapat diatasi

dengan gula dari bahan baku raw sugar. Hal ini akan menjadi masalah bagi PG

pada tahun 2012, ketika izin mengolah raw sugar sudah habis dan hanya

mengandalkan tebu sebagai bahan baku gula.

Manajemen kemitraan

Sistem kemitraan membutuhkan terjasama yang baik antara petani tebu

rakyat, PG, dan bank penyedia kredit. Kerjasama yang baik akan menciptakan

sinergi agar masing-masing pihak dapat saling menguntungkan.

Selain itu juga diperlukan sinergi antara bagian pabrikasi sebagai pengolah

tebu dan bagian lapang yang berhubungan dengan petani mitra sebagai penyedia

bahan baku tebu. Sinergi yang baik diantara kebuanya akan menyebabkan musim

giling tebu berjalan dengan baik. Musim giling yang dijadwalkan oleh bagian

pabrikasi akan bertepatan dengan kondisi tebu di petani mitra yang tepat untuk

dipanen.

Terdapat sinergi yang kurang baik antara bagian pabrikasi dengan bagian

lapang PG Cepiring. Hal ini terlihat dari pabrik yang belum siap untuk musim

giling tebu sementara terdapat kebun tebu yang sudah siap dipanen. Hal ini

diakibatkan karena proses perbaikan pabrik yang belum selesai dengan

penambahan alat di stasiun gilingan. Hal ini memaksa bagian lapang untuk tetap

memanen kebun tebu yang telah siap panen dan bekerjasama dengan PG lain

untuk menggiling tebu dari kebun tersebut. Kegiatan panen terpaksa dilakukan

karena cuaca yang sangat mendukung pada saat PG Cepring belum siap untuk

memulai musim giling.

Diperlukan perencanaan yang baik antara bagian pabrikasi dan bagian

lapang untuk menentukan musim giling. Perencanaan bulan dimulainya musim

giling membantu bagian tanaman dalam mempersiapkan kebun tebu sejak awal

tanam. Bagian lapang dapat menentukan awal pembukaan lahan baru untuk dapat

disesuaikan dengan masa giling. Perencanaan lamanya musim giling akan

Page 77: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

64

membantu bagian tanaman dalam menentukan target luasan tebu yang harus

ditanam untuk memenuhi kapasitas giling pabrik selama musim giling.

Struktur organisasi bagian tanaman PG Cepiring

Bagian Tanaman adalah salah satu divisi di PG Cepiring yang bertanggung

jawab untuk menyediakan bahan baku tebu selama masa giling PG. Penyediaan

bahan baku tebu dilaksanakan dengan budidaya tebu dengan sistem kemitraan

dengan petani tebu rakyat.

Bagian tanaman berada di bawah garis koordinasi kepala pabrik dalam

struktur organisasi PG Cepring. Hal ini berarti wewenang pengambilan kebijakan

dari bagian tanaman terbatas dan harus dikoordinasikan dengan kepala pabik.

Keadaan ini berpengaruh pada wewenang dalam perluasan area tebu yang harus

dikoordinasikan dengan kepala pabrik, sehingga kadang terkendala. Sistem yang

efisien adalah dibaginya bagian kewenangan menjadi dua bagian yang berbeda,

yaitu pabrik dan tanaman. Dengan sistem seperti ini, pelaksanaan kebijakan

pengembangan area dan kebijakan lain di bagian tanaman dapat lebih efisien

dengan tetap berkoordinasi dengan bagian pabik.

Aspek Khusus

Kondisi geografis yang terdapat pada Pidodo memnyebabkan tingkat

salinitas yang tinggi. Salinitas terjadi akibat adanya banjir air pasang yang sering

terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa

proses salinisasi daerah dengan iklim basah terjadi di delta sungai yang

terpengaruh air laut dan pantai yang letaknya rendah.

Kondisi salinitas kebun

Menurut Cresser et al. (1993), kriteria tanah salin adalah tanah dengan

daya hantar listrik (DHL) lebih dari 2 dS/m. Tanah dengan DHL kurang dari 2

dS/m tergolong nonsalin dengan pengaruh salinitas terhadap tanaman dapat

diabaikan. Berdasarkan pendapat tersebut, meskipun nilai DHL kebun Pidodo

Page 78: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

65

lebih besar dari Gondang sebagai kontrol lahan nonsalin, kebun Pidodo masih

tergolong lahan nonsalin pada pengamatan tebu berumur 31 MSK.

Berdasarkan hasil analisis salinitas tanah (Tabel 7), dapat diketahui bahwa

kondisi salinitas kebun Pidodo dapat diabaikan. Menurut Marwanto et al (2009)

tingkat salinitas lahan di pesisir pantai utara Jawa berkisar 2-8 dS/m. Hasil

pengamatan di kebun Pidodo menunjukkan nilai yang lebih kecil, yaitu

0.168 dS/m. Hal ini menunjukkan bahwa teknik tata air melalui metode kolam-

alur (basin-furrow method) yang diterapkan di lahan Pidodo dapat membuat

tingkat salinitas lahan sampai ke golongan nonsalin pada umur tebu 31 MST,

yaitu pada bulan April. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), pencucian

air dan perbaikan drainase dapat memperbaiki tanah-tanah salin.

Tabel 16. Curah Hujan Kebun Pidodo pada Stasiun Hujan Terdekat

Bulan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Januari 545 110 238 245 231

Februari 246 224 897 376 169

Maret 131 261 108 57 177

April 108 252 61 64 73

Mei 30 58 69 67 208

Juni 22 79 26 102 136

Juli 18 25 0 26 41

Agustus 0 49 6 26 107

September 0 0 11 20 222

Oktober 0 54 151 16 232

November 74 66 82 34 207

Desember 123 248 218 78 333

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Kendal

Penurunan salinitas ini juga dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi di

kebun Pidodo pada bulan Januari sampai April sehingga termasuk bulan basah

(Kartasapoetra, 2008). Hal ini dapat terlihat dari data pengamatan curah hujan

selama 5 tahun terakhir dari stasiun hujan terdekat (Tabel 16). Pengaruh tingginya

curah hujan terhadap penurunan tingkat salinitas ini sesuai dengan pendapat Tan

(1991), bahwa salinitas akan berkurang dengan adanya curah hujan yang tinggi

pada daerah beriklim basah.

Page 79: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

66

Teknis budidaya tebu di lahan salin

Menurut Santoso (1993), sistem irigasi dan got yang diterapkan di lahan

tercekam salinitas oleh PG Cepiring disebut dengan metode reklamasi lahan salin

dengan metode kolam-alur (basin-furrow method). Metode ini akan mengalirkan

air irigasi melalui parit (got) yang dibuat di sekeliling lahan. Air akan

dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air. Dengan

sistem ini kepekatan garam akan tercuci aliran irigasi, sehingga kadar garam yang

tinggi di lahan dapat diatasi.

Got dengan ukuran yang besar dapat mengurangi kerusakan lahan akibat

banjir air pasang yang kerap terjadi di lahan tercekam salinitas yang terletak di

pesisir pantai utara Jawa. Ketika banjir terjadi, air akan tertampung di got

sehingga mencegah air banjir dengan kandungan garam tinggi masuk ke juringan

tebu. Hal ini dapat mencegah kerusakan fisik pada tebu juga mencegah

peningkatan salinitas tanah pada kebun.

Kondisi tebu di lanah salin

Hasil pengamatan tinggi tanaman (Tabel 9) menunjukkan tinggi tanaman

kebun salin lebih rendah dan berbeda nyata pada seluruh minggu pengamatan. Hal

ini menunjukkan pengaruh salinitas yang nyata terhadap tinggi tanaman tebu.

Tebu di lahan salin mengalami cekaman dalam pertumbuhan tingginya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Santoso (1993) yang menyebutkan bahwa tanaman

dengan cekaman salinitas akan mengalami penghambatan dari perpanjangan sel,

sehingga tanaman tampak kerdil.

Hasil pengamatan jumlah ruas (Tabel 9) menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata pada seluruh minggu pengamatan. Hasil ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan anatomi tebu pada lahan salin sama seperti tebu pada umunya yang

ditaman di kondisi nonsalin berdasarkan jumlah ruas batangnya. Dengan tinggi

batang yang lebih rendah dan mempunyai jumlah ruas yang sama dengan tebu tak

tercekam salinitas, panjang ruas tebu tercekam salinitas lebih pendek daripada

tebu tak tercekam. Hal tersebut menunjukkan pembelahan sel pada tebu tercekam

salinitas tetap berjalan, namun pemanjangan selnya terganggu. Hal ini sesuai

dengan pendapat Santoso (1993) yang menyatakan pembelahan sel pada tanaman

Page 80: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

67

tercekam salinitas tetap berjalan secara kontinu, namun pemanjangan selnya

terhambat.

Hasil pengamatan diameter batang (Tabel 9) menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata pada seluruh minggu pengamatan. Hal ini menunjukkan cekaman

salinitas tidak berpengaruh terhadap besarnya diameter tebu. Tebu yang

merupakan tanaman monokotil memang tidak mengalami pembesaran batang

karena tidak memiliki kambium di batang dan besarnya diameter dipengaruhi oleh

pemupukan N pada tebu (James, 2004). Pengamatan diameter yang tidak berbeda

nyata ini menunjukkan penyerapan nutrisi melaui akar tetap dapat berjalan dengan

upaya reklamasi lahan salin dan teknik budidaya yang dilakukan di kebun

tercekam salinitas.

Pengamatan bobot batang dilakukan menggunakan tabel konversi bobot

batang per meter berdasarkan diameter batang (Lampiran 4). Berdasarkan

perhitungan tersebut, selain dipengaruhi oleh varietasnya, bobot tebu akan

dipengaruhi diameter dan panjang batangnya. Pada pengamatan bobot batang

(Tabel 9), didapatkan bobot batang tebu tercekam salinitas yang lebih rendah dan

berbeda nyata dengan kebun nonsalin pada setiap pengamatan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa meskipun upaya reklamasi dan teknik budidaya yang

diterapkan di lahan salin dapat menghasilkan diameter batang yang sama dengan

tebu di lahan nonsalin, bobot perbatang tebu tetap lebih rendah dari tebu nonsalin.

Hal ini disebabkan pertumbuhan tinggi tebu tercekam salinitas sangat terhambat

(Tabel 9). Bobot batang yang rendah pada kebun salin akan mempengaruhi

jumlah panen yang didapatkan.

Pengamatan jumlah batang tebu dan sogolan (Tabel 10) menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata antara kebun salin dengan kebun nonsalin.

Banyaknya jumlah batang menggambarkan kondisi pertumbuhan tunas-tunas baru

setelah keprasan, sedangkan jumlah sogolan menggambarkan pertumbuhan tunas-

tunas susulan yang tumbuh menjelang fase generatif tebu. Hasil pengamatan yang

didapatkan menunjukkan bahwa upaya reklamasi lahan salin dan teknis budidaya

tebu yang diterapkan di lahan salin dapat menghilangkan pengaruh salinitas dalam

menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru.

Page 81: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

68

Brix nira tebu di lapang akan menggambarkan rendemen tebu ketika

diolah menjadi gula. Berdasarkan pengamatan (Tabel 11) didapatkan bahwa nilai

brix kebun salin dan kebun nonsalin tidak berbeda nyata pada pengukuran 27

MSK dan 41 MSK. Hal tersebut menunjukkan upaya reklamasi dan teknik

budidaya tebu yang diterapkan di kebun salin dapat menghilangkan pengaruh

buruk cekaman salinitas dalam pembentukan dan penyimpanan sukrosa pada tebu.

Hal ini disebabkan oleh upaya reklamasi yang dilakukan dapat mencegah

pengaruh salinitas dalam menghambat penyerapan hara (Santoso,1993).

Penyerapan unsur hara yang baik oleh tanaman dapat meningkatkan rendemen

(Supriyadi, 1992). Selain itu, rendemen yang sama pada kedua kebun juga

dipengaruhi oleh teknik budidaya yang sama pada kedua kebun selain tata air,

karena rendemen tebu dipengaruhi oleh teknis budidaya yang diterapkan (Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, 2008).

Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin

Pengamatan pertumbuhan (Tebel 12) menunjukkan pertumbuhan tebu

selama 27 MSK sampai 41 MSK menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

untuk seluruh peubah pengamatan. Hasil pengamatan menujukkan bahwa

pertumbuhan tebu di lahan salin pada periode pengamatan tersebut tidak berbeda

dengan pertumbuhan tebu di lahan nonsalin. Hal ini menunjukkan pengaruh buruk

salinitas pada pertumbuhan tebu tidak terjadi pada periode tersebut. Hal ini

didukung dengan hasil analisis salinitas tanah di lahan salin yang menunjukkan

tingkat salinitas yang redah dan dapat ditolerir oleh tanaman (Tabel 7).

Meskipun pertumbuhan tebu pada periode pengamatan 27 MSK sampai

41 MSK tidak terpengaruh oleh salinitas, kondisi tanaman tebu di lahan salin

menunjukkan hasil yang lebih rendah berdasarkan pengamatan tinggi tanaman

(Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa efek buruk salinitas terhadap pertumbuhan

tebu terjadi pada masa pertumbuhan vegetatif awal setelah keprasan. Efek buruk

salinitas yang terjadi pada masa vegetatif awal dikarenakan curah hujan pada

masa tersebut rendah. Terjadi curah hujan yang rendah pada bulan Juli sampai

September (Tabel 16) sehingga digolongkan bulan kering (Kartasapoetra, 2008).

Curah hujan yang rendah pada bulan tersebut mengakibatkan tingkat salinitas

Page 82: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

69

pada kebun salin bertambah dan menghambat pertumbuhan tinggi batang tebu

pada fase vegetatif awal setelah keprasan. Hal ini sesuai pendapat Santoso (1993)

yang menyatakan bahwa proses salinisasi akan bertambah karena curah hujan

yang kurang untuk malarutkan dan mencuci garam.

Salinitas juga berpengaruh pada pembungaan tebu. Hal ini menunjukkan

efek salinitas berpengaruh pada percepatan pembungaan pada tebu, meskipun

telah dilakukan upaya reklamasi lahan dan teknis budidaya di lahan salin. Hal ini

sesuai dengan pendapat Hadisaputro (2008) yang menyatakan bahwa cekaman air

pada lahan salin dapat mendorong pembungaan tebu.

Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin

Produktivitas tebu di lahan salin (Tabel 13) berbeda nyata dan lebih rendah

daripada lahan nonsalin. Hal ini menunjukkan upaya reklamasi lahan dan teknik

budidaya yang telah dilakukan di kebun salin belum mampu membuat tebu

berproduksi seperti lahan nonsalin. Hal ini juga menunjukkan pengaruh dari

salinitas tetap terjadi pada lahan salin dan mengakibatkan rendahnya produktivitas

tebu. Namun produktivitas kebun salin menunjukkan peningkatan selama tiga

musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh buruk salinitas terhadap

tanaman berangsur-angsur berkurang. Sehingga dapat diketahui bahwa upaya

reklamasi dan teknik budidaya tebu yang telah diterapkan pada kategori tanaman

PC dapat mengurangi salinitas kebun secara berangsur-angsur sampai pengamatan

pada kategori RC2.

Pengamatan melalui data sekunder juga dilakukan pada analisis usaha tani

kebun salin. Analisis dilakukan pada masa tanam 2010/2011 pada kebun Pidodo

(salin) dan kebun Gondang (nonsalin). Rata-rata keuntungan antara lahan salin

dan nonsalin menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda (Tabel 14). Hal ini

menunjukkan perolehan keuntungan dari usaha tebu di kedua lahan tersebut sama,

meskipun produksi tebu di lahan nonsalin jauh lebih tinggi daripada lahan salin.

Hal ini diakibatkan oleh biaya sewa lahan yang jauh berbeda. Biaya sewa lahan di

lahan nonsalin yang merupakan lahan subur sangat tinggi. Hal ini diakibatkan

juga oleh persaingan dengan komoditas lain di lahan nonsalin sehingga

menyebabkan biaya sewa lahan yang tinggi. Biaya sewa di lahan salin jauh lebih

Page 83: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

70

rendah diakibatkan oleh letak lahan yang kurang strategis serta kesuburan lahan

yang rendah akibat cekaman salinitas. Hal ini menyebabkan tidak adanya

persaingan dengan komoditas lain di lahan salin yang menyebabkan rendahnya

biaya sewa lahan.

Page 84: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

71

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

PG Cepiring telah melakukan usaha budidaya tebu sesuai dengan standar

yang telah diterapkan perusahaan sehingga penulis dapat mengetahui dan

memahami pengelolaan perkebunan tebu secara nyata di lapangan. Luas area

perkebunan tebu PG Cepring masih belum mencukupi untuk memenuhi kapasitas

pabrik selama hari giling. Beberapa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

area perkebunan tebu antara lain penerapan sistem kemitraan yang saling

menguntungkan, pemberian kredit kepada petani melalui fasilitas Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi untuk Tebu (KKP-E Tebu), dan penerapan sistem

beli putus untuk petani tebu mandiri. Dalam pelaksanaan standar budidaya,

terdapat beberapa perlakuan khusus yang dilakukan PG Cepiring pada lahan

tercekam salinitas. Teknik budidaya khusus yang diterapkan di lahan tercekam

salinitas yaitu pada teknik tata air yang menggunakan metode kolam-alur (basin-

furrow method). Perlakuan khusus yang diterapkan di lahan tercekam salinitas

dapat menurunkan tingkat salinitas lahan berdasarkan pengamatan menjelang fase

generatif tebu, namun pertumbuhan tebu tetap terhambat pada fase vegetatif awal,

sehingga produktivitas tebu di lahan salin lebih rendah daripada lahan nonsalin.

Berdasarkan analisis usaha tani, usaha tani tebu di lahan salin tetap

menguntungkan dan tidak jauh berbeda dengan lahan nonsalin.

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah kedudukan bagian

tanaman yang sejajar dengan kepala pabrik untuk efisiensi dalam wewenang

pengambilan kebijakan. Penerapan sisitem beli putus tebu sebaiknya dilakukan

dengan menggunakan rendemen sebagai penentu harga. Dalam upaya perluasan

luas areal tebu, perluasan lahan dapat dilaksanakan di wilayah utara Kendal yaitu

wilayah pesisir laut Jawa karena potensi lahan yang masih besar. Dalam

penerapan budidaya tebu di lahan salin, diperlukan upaya-upaya khusus selain

metode kolam-alur (basin-furrow method) untuk mengatasi cekaman salinitas,

Page 85: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

72

yaitu penentuan dosis pemupukan khusus lahan salin dan penambahan bahan

kimia selain pupuk untuk membantu reklamasi lahan salin seperti gipsum

(CaSO4.2H2O). Usaha tani tebu di lahan salin tetap menguntungkan dengan

beberapa teknik budidaya khusus yang diterapkan, sehingga budidaya tebu di

lahan salin tetap dapat dilanjutkan.

Page 86: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

73

DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah, T. dan I. Noor. 2003. Lahan Rawa Pasang Surut Pendukung

Ketahanan Pangan dan Sumber Pertumbuhan Agribisnis. Balai Penelitian

Lahan Rawa. Jakarta. 46 hal.

Cresser, M., K. Killham, T. Edwards. 1995. Soil Chemistry and Its Application.

Cambridge University Press. Cambridge. 192p.

Dirjen Pendidikan Tinggi. 1991. Kimia Tanah. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta. 232 hal.

Hadisaputro, S. 2008. Tebu berbunga rendemen tinggi. http://sugarresearch.

org/wp-content/uploads/2008/12/tebu-berbunga-rendemen-tinggi.pdf. [17

Maret 2011]

James, G. 2004. Sugarcane. Second Edition. Blackwell. Kundli. 256 p.

Kartasapoetra, A.G. 2008. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan

Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. 101 hal.

Kementrian Pertanian. 2009. Basis data statistik pertanian. http://database.deptan.

go.id [9 Maret 2011].

Mantra, I. B. dan Kasto. 2008. Penentuan sampel, hal. 149-174. Dalam M.

Singarimbun dan S. Effendi (Eds.). Metode Penelitian Survai. Pustaka

LP3ES. Jakarta.

Marwanto S., A. Rachman, D. Erfandi, dan I G.M. Subiksa. 2009. Tingkat

Salinitas Tanah pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Indramayu,

Jawa Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi

Sumberdaya Lahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Kementerian Pertanian. Bogor. Vol. 1:175-190.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2008. Konsep peningkatan

rendemen untuk mendukung program akselerasi industri gula nasional.

http://sugarresearch.org/wp-content/uploads/2008/12/konsep-

peningkatan-rendemen.pdf. [9 Maret 2010].

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2009. Deskripsi varietas BL

(Bululawang). http://sugarresearch.org/wp-content/uploads/2009/04/

bl.pdf. [4 April 2011].

Page 87: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

74

Putri, R.S.J., T.Nurhidayati, dan W. Budi. 2011. Uji ketahanan tanaman tebu hasil

persilangan (Saccharum spp. hybrid) pada kondisi lingkungan cekaman

garam (NaCl). http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13471-

Paper.pdf. [ 15 Maret 2011].

Santoso, B. 1993. Tanah Salin-Tanah Sodik dan Cara Mereklamasinya. Yayasan

Pembina Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 63 hal.

Shalhevet, J., and L. Bernstein. 1985. Effects of vertically heterogeneous soil

salinity on plant growth and water uptake, p.396-304. In H. Frenkel and

A. Meiri (Eds.). Soil Salinity Two Decades of Research in Irrigated

Agriculture. Van Nostrand Reinhold Compay Inc. New York.

Siswoyo, T.A., I. Oktavianawati, Djenal, U. Murdiyanto, and B. Sugiharto. 2007.

Changes of sucrose content and invertase activity during sugarcane stem

storage. Indonesian Journal of Agricultural Science 8(2):75-81.

Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu Liku-Liku Permasalahannya. Kanisius.

Jakarta. 72 hal.

Sutardjo, E. R. M. 2002. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta. 76 hal.

Tan, K.H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah (diterjemahkan dari: Principles of Soil

Chemistry, penerjemah: D.H.Goenadi). Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta. 295 hal.

Page 88: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

75

LAMPIRAN

Page 89: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

75

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan

16 Februari 2011

18 Februati 2011

21 Februari 2011

26 Februari 2011

28 Februari 2011

3 Maret 20011

7 Maret 2011

18 April 2011

16 Mei 2011

17 Mei 2011

18 Mei 2011

19 Mei 2011

20 Mei 2011

21 Mei 2011

22 Mei 2011

23 Mei 2011

24 Mei 2011

25 Mei 2011

26 Mei 2011

30 Mei 2011

4 Juni 2011

6 Juni 2011

7 Juni 2011

Survei dan Pemetaan Lahan

Kletek I daun tebu

Penyulaman

Pengukuran Brix Lapang

Penyulaman

Survei dan Pengukuran Lahan Baru

Penyulaman

Penegakan dan Pengikatan tebu

Pembuatan Juringan

Pembuatan Juringan

Pembuatan Juringan

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pengukuran Lahan Petani Tebu Rakyat Blora

Pembuatan Juringan

Pemotongan Bibit Bagal

Penanaman Bibit Bagal

Penanaman Bibit Bagal

26.512 Ha/HOK

0.0112 Ha/HOK

0.0376 Ha/HOK

4.0824 Ha/HOK

0.0097 Ha/HOK

25 Ha/HOK

0.0097 Ha/HOK

4 Ha/HOK

13.5 Jrng/HOK

13.5 Jrng/HOK

13.5 Jrng/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

13.5 Jrng/HOK

3.2 Ton/HOK

0.012 Ha/HOK

0.015 Ha/HOK

26.512 Ha/HOK

0.0167 Ha/HOK

0.346 Ha/HOK

4.0824 Ha/HOK

0.0097 Ha/HOK

23 Ha/HOK

0.0097 Ha/HOK

4 Ha/HOK

26 Jrng/HOK

26 Jrng/HOK

26 Jrng/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

15 Ha/HOK

26 Jrng/HOK

4.5 Ton/HOK

0.028 Ha/HOK

0.030 Ha/HOK

Sumber Agung

Pidodo B

Ngasinan

Gondang C dan B

Ngainan

Kedung Pene

Sumbar Agung

Gondang

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Blora

Blora

Blora

Blora

Blora

Blora

Blora

Blora

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Page 90: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

76

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara,

Kedal

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas Areal

yang Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

16 Februari 2011

18 Februari 2011

22 Februari 2011

24 Februari 2011

28 Februari 2011

8 Maret 2011

9 Maret 2011

14 Maret 2011

15 Maret 2011

17 Maret 2011

18 Maret 2011

22 Maret 2011

23 Maret 2011

24 Maret 2011

28 Maret 2011

30 Maret 2011

31 Maret 2011

1 April 2011

Distribusi pupuk dari gudang PG ke Kebun

Pengecekan kondisi tanaman tebu

Pengawasan Cacah Guludan

Pengawasan Penyulaman

Pengawasan Pembumbunan I

Pengawasan Cacah Guludan

Pengawasan Penyemprotan Herbisida

Pengawasan Penyulaman

Pengawasan Pembumbunan I

Pengawasan Penyulaman

Pengawasan Pembumbunan I

Pengawasan Pencacahan Guludan

Pengawasan Penyemprotan Herbisida

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Pengawasan Pembuatan Sumur

Pengawasan Pemupukan I

Pengawasan Penegakan Tebu Rebah

Peninjauan Kondisi Jalan Tebang

Peninjauan Jalan Tebang

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Pengawasan Pemeliharaan Got

3

-

1

4

5

5

1

3

4

9

5

5

1

-

-

-

-

1

1

1

-

-

-

-

1

-

5.187

0.2

2.448

2.448

13.170

13.170

2.448

2.448

13.170

13.170

13.170

2.448

11.651

4.780

49.5

49.5

13.170

2.448

1.432

10

10

1.432

13.790

2.448

0.25

1

0.25

1

1

1

4.5

1

1

1

1

1

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

1.5

2

2.5

Gudang PG

Gondang

Pidodo

Ngasinan

Ngasinan

Bumi Ayu

Bumi Ayu

Ngasinan

Ngasinan

Bumi Ayu

Bumi Ayu

Bumi Ayu

Ngasinan

Gondang

Sumur dan Bergas

Sukomangli Blok C

Sukomangli Blok A dan B

Bumi Ayu

Ngasinan

Gondang Blok A

Sukomangli

Sukomangli

Gondang

Kedung Pane

Ngasinan

Page 91: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

77

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas Areal

yang Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

4 April 2011

6 April 2011

9 April 2011

11 April 2011

12 April 2011

13 April 2011

19 April 2011

27 April 2011

3 Mei 2011

4 Mei 2011

6 Mei 2011

9 Mei 2011

10 Mei 2011

11 Mei 2011

16 Mei 2011

17 Mei 2011

18 Mei 2011

1 Juni 2011

8 Juni 2011

9 Juni 2011

Pengawasan Pembumbunan II

Pengawasan Penyemprotan Herbisida

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Taksasi Maret

Pengawasan KHL

Pengawasan Kletek Tebu

Pembukaan lahan (Pemasangan Tonjo, Eblek, dan

Mekris)

Pemasangan Tonjo (Pencetakan Bak)

Pemasangan Tonjo (Pencetakan Bak)

Pengawasan Pembuatan Got

Pencetakan Juringan

Pencetakan Juringan

Pengawasan Pembuatan Juringan

Pengawasan Pembuatan Juringan

Pengawasan Pembuatan Juringan

Pengukuran Brix Kebun

Pengawasan Tebangan

Pengawasan Pengairan dan Penyuraman Bibit

1

1

-

-

-

-

5

5

15

15

15

15

15

15

15

15

15

-

8

2

2.448

2.448

1

6

7

10.658

6

5.2

4.8

4.8

4.8

4.8

4.8

4.8

4.8

4.8

4.8

5.2

10

4.8

2

4.5

1

4.5

4.5

4.5

4.5

4.5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

Ngasinan

Ngasinan

Bumi Ayu Blok 5

Bumi Ayu Blok 1 dan 2

Bumi Ayu Blok 3 dan 4

Kedung Pane Blok C

Bumi Ayu

Gondang

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Sumber Agung

Gondang

Sukomangli

Sumber Agung

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara,

Kedal (Lanjutan)

Page 92: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

78

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi

Jml

Mandor

yang

Diawasi

(orang)

Luas Areal

yang Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

14 Februari 2011

17 Februari 2011

18 Februari 2011

19 Februari 2011

21 Februari 2011

22 Februari 2011

23 Februari 2011

25 Februari 2011

26 Februari 2011

1 Maret 2011

2 Maret 2011

4 Maret 2011

9 Maret 2011

10 Maret 2011

16 Maret 2011

19 Maret 2011

21 Maret 2011

25 Maret 2011

Oriantasi oleh HRD IGN

Penyesuaian Topik Magang oleh Pembimbing

Peninjauan Lapang

Mempelajari Analisis Usaha Tani Kebun

Konsultasi dengan Mandor Senior

Peninjauan Lapang

Peninjauan Lapang

Peninjauan Lapang

Pelabelan Petak Pengamatan dan Penentuan Tanaman

Contoh Aspek Khusus

Pelabelan Petak Pengamatan dan Penentuan Tanaman

Contoh Aspek Khusus

Pengamatan Brix dan Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan Brix dan Pertumbuhan Tanaman

Peninjauan Lapang

Pelaporan kegiatan pengamatan

Presentasi supplier pupuk boron

Pengamatan Pertumbuhan Tebu

Peninjauan Lapang kebun KMB

Peninjauan Lapang kebun KMA

Peninjauan Pekerjaan Kebun

Pengamatan Aspek Khusus

Peninjauan Penyulaman Bibit Rayungan

Peninjauan Penyiraman Bibit Sulaman

Pengamatan Aspek Khusus

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

1

-

-

2

-

-

-

24.264

-

-

10.8

10.517

13.170

1.432

10

10

1.432

44.805

-

-

7.635

16.85

49.5

49.5

7.635

2.448

13.170

10

3

3

4.5

2.5

1

2.5

1

1

3

2

3

4

4

1

2

4

3

6

4.5

4.5

1

2

4.5

Kantor HRD IGN

Kantor Tanaman IGN

Pidodo

Kantor Tanaman

Kantor Tanaman

Sumur Brangsong

Gondang Blok A, B, dan D

Bumi Ayu

Gondang Blok A

Pidodo Blok A

Pidodo Blok A

Gondang Blok A

Kedung Pane Blok A, B, dan

C

Kantor Tanaman

Sus (Balai Pertemuan)

Ngasinan dan Gondang D

Wonosari

Sukomangli

Sukomangli

Ngasinan dan Gondang D

Ngasinan

Bumi Ayu

Page 93: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

79

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi

Jml

Mandor

yang

Diawasi

(orang)

Luas Areal

yang Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

26 Maret 2011

29 Maret 2011

1 April 2011

2 April 2011

4 April 2011

5 April 2011

7 April 2011

8 Apeil 2011

9 April 2011

12 April 2011

14 April 2011

15 April 2011

16 April 2011

20 April 2011

21 April 2011

25 April 2011

26 April 2011

28 April 2011

29 April 2011

30 April 2011

1 Mei 2011

2 Mei 2011

5 Mei 2011

Pengamatan Aspek Khusus

Taksasi Maret

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Peninjauan Daya Tumbuh Sulaman

Peninjauan Kondisi Lapang

Pengambilan Data Curah Hujan

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Diskusi Pembukaan Lahan Baru

Supervisi Dosen

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengecekan Pembumbunan

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengiriman Sampel Tanah

Pengecekan Pembungaan dan Taksasi KMB

Pengecekan Pembungaan dan Taksasi KMB

Taksasi kebun KMB Blora

Taksasi kebun KMB Blora

Taksasi kebun KMB Blora

Taksasi kebun KMB Blora

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.432

25

2.448

1.432

2.448

20

-

10

1.432

-

-

2.448

1.432

13.170

10

1.432

-

30

28

30

40

42

38

9

10

4.5

4.5

2

3

2

4.5

4.5

4.5

2

1

2

4.5

3

1

4.5

3

1

8

8

12

12

12

12

5

5

Pidodo A

Gondang A

Pidodo

Ngasinan

Gondang A

Ngasinan

Bergas

Dinas Pertanian, BPS, dan

Dinas Pengairan Kendal

Pidodo A

Gondang A

Kantor Tanaman

SUS (Balai Pertemuan)

Ngasinan

Gondang D

Bumi Ayu

Pidodo A

Gondang A

Kantor Tanaman

Wonosari, Sumur, Margosari,

Karangmanggis

Melatiharjo, Sukorejo,

Pakisan, Kaliterong

Blora

Blora

Blora

Blora

Gondang D dan Ngasinan

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara,

Kedal (Lanjutan)

Page 94: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

80

Tanggal Uraian

Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis

Lokasi

Jml

Mandor

yang

Diawasi

(orang)

Luas Areal

yang Diawasi

(ha)

Lama

Kegiatan

(jam)

7 Mei 2011

12 Mei 2011

13 Mei 2011

14 Mei 2011

18 Mei 2011

28 Mei 2011

31 Mei 2011

1 Juni 2011

10 Juni 2011

11 Juni 2011

13 Juni 2011

14 Juni 2011

Pengamatan Aspek Khusus

Taksasi Produksi

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Pengamatan Aspek Khusus

Peninjauan Pertumbuhan Bibit Bagal

Peninjauan Kebun KMB

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.432

20.357

5.187

2.448

11. 432

7.635

10

1.432

5.187

2.448

0.733

5

5

5

5

5

5

5

5

5

3

3

5

6

Pidodo A

Gondang A

Kedung Pane B

Gondang D

Ngasinan

Pidodo A dan Gondang A

Ngasinan dan Gondang D

Pidodo A

Gondang A

Gondang D

Ngasinan

Gondang

Boja

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara,

Kedal (Lanjutan)

Page 95: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

81

Lampiran 4. Bobot Batang per Meter per Jenis Tebu Berdasarkan

Diameter Batang 5 Tahun Terakhir

Jenis Tebu Diameter (cm)

2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Rata-rata

…….………………… kg/m…………………………

TRITON 0.34 0.35 0.37 0.38 0.41 0.42 0.38

BZ 148 0.31 0.34 0.36 0.37 0.39 0.41 0.36

BL - 0.37 0.39 0.42 0.45 0.47 0.42

PS 77-1553 0.35 0.49 0.51 0.54 0.57 0.30 0.46

PS 80-442 0.36 0.37 0.39 0.41 0.43 0.43 0.40

PS 82-2670 0.32 0.34 0.36 0.39 0.41 0.44 0.38

PS 82-3133 0.33 0.35 0.38 0.39 0.42 0.30 0.36

PS 92-3092 - 0.35 0.37 0.40 0.43 0.46 0.40

PS 851 0.36 0.38 0.39 0.42 0.43 0.45 0.40

PS 861 0.34 0.36 0.38 0.40 0.43 0.35 0.38

PS 862 - 0.37 0.38 0.40 0.42 0.44 0.40

PS 863 0.34 0.36 0.38 0.41 0.42 0.44 0.39

PS 864 - 0.36 0.38 0.48 0.51 0.53 0.45

PS 921 - 0.39 0.42 0.45 0.48 0.51 0.45

PS 951 - 0.42 0.43 0.45 0.46 0.50 0.45

PSCO 2364 - 0.37 0.40 0.42 0.45 0.47 0.42

PSJT 9433 - 0.42 0.43 0.45 0.46 0.50 0.45

Lain-lain 0.34 0.37 0.35 0.40 0.45 0.50 0.40

Rata-rata 0.34 0.37 0.39 0.42 0.44 0.44 0.41

Sumber : Bagian Litbang, PG Sragi

Page 96: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

82

Lampiran 5. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2007-2009 di

Kabupaten Kendal

Bulan

Tahun

2007 2008 2009

Curah

hujan

Hari

hujan

Curah

hujan

Hari

hujan

Curah

hujan

Hari

hujan

Januari 162 8 483 17 428 19

Februari 238 11 804 23 557 20

Maret 230 10 235 14 146 9

April 237 9 191 10 187 9

Mei 91 6 127 8 197 13

Juni 81 6 35 3 131 6

Juli 10 1 0 0 38 2

Agustus 23 2 57 5 0 0

September 3 0 23 2 20 2

Oktober 52 9 193 12 68 5

November 110 15 234 14 144 9

Desember 237 17 420 19 217 11

Jumlah 1 473 83 2 802 127 2 131 105

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kendal

Page 97: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

83

Lampiran 6. Struktur Organisasi PG Cepiring PT Industri Gula Nusantara

Direktur Utama

Direktur Operasional

Kepala Pabrik

Proses dan Laboratorium

Teknik

Electrical and Powerplan

Tanaman

Umum

Sipil

Lanskap

keamanan

Logistik HRD IT Precurement Marketing

Direktur Komersial

Keuangan

Akuntan

Pajak

Ekspor Impor

Page 98: PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG … · tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui

84

Lampiran 7. Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara.

Direktur Utama

Direktur Operasional

Kepala Pabrik

Manager Tanaman

Supervisor TU

L. TU & Administrasi

Supervisor Tebu

L. TR Rakyat

Supervisor TR

L. TR Kemitraan