ali mustofa - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23596/2/skripsi tanpa bab pembahasan.pdf ·...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK BIO-OIL SAMPAH KOTA BANDAR LAMPUNG
MENGGUNAKAN METODE PIROLISIS ISOTERMAL
BERKATALIS ALAM
(Skripsi)
Oleh
Ali Mustofa
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRAK
Karekteristik Bio-oil Sampah Kota Bandar Lampung Menggunakan Metode
Pirolisis Isotermal Berkatalis Alam
Oleh
Ali Mustofa
Penelitian ini mempelajari proses konversi sampah kota menjadi bio-oil
menggunakan metode pirolisis isotermal berkatalis. Jenis reaktor yang digunakan
yaitu fixed bad yang terbuat dari baja stainlis stell berdiameter dalam 16 cm
dengan tebal 3 mm. Adapun sampah yang digunakan berasal dari tempat
pembuangan pembuangan akhir (TPA) Bakung, Bandar Lampung yang meliputi
sampah biomassa, plastik, kertas, karet dan tekstil. Untuk temperatur pirolisis
yang digunakan yaitu 400ºC dengan waktu perangkahan selama 60 menit dan
rasio penambahan katalis 1:4, 1:2, 3:4 dan 1:1. Katalis yang digunakan yaitu
kaolin yang berasal dari Ambarawa Pringsewu dan zeolit yang berasal dari CV
Minatama Bandar Lampung. Sebelum digunakan, katalis diaktivasi menggunakan
aktivasi termal pada temperatur 500ºC selama 2 jam. Bio-oil hasil pirolisis
kemudian di uji laboratorium meliputi uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass
Spectrometry), viskositas kinematik, densitas, flash point, ask content dan water
content. Hasil pengujian menunjukkan kehadiran katalis alam meningkatkan
fraksi gas dan untuk pengujian GC-MS dengan rasio 1:2 menunjukkan bahwa
penggunaan kaolin mempunyai aktivitas yang lebih baik dibandingkan zeolit. Ini
terlihat dari fraksi hidrokarbon kaolin yang mempunyai fraksi C5-C12 65,38%,
fraksi C12-C20 33,49% dan fraksi >C20 0,5%. Untuk pengujian zeolit, mempunyai
peningkatan fraksi C12-C20 48,371,62%, fraksi C5-C12 51,62% dan fraksi > C20 0%.
Pengujian pirolisis isotermal mempunyai fraksi C5-C12 60,29%, fraksi C12-C20
37,11% dan fraksi >C20 0,55%. Untuk tipe senyawa hidrokarbon penyusun bio-oil
didominasi senyawa olefin dan parafin dan sedikit senyawa aromatik. Hasil
pengujian sifat fisik bio-oil dan dibandingkan dengan bahan bakar konvensional,
bio-oil mempunyai densitas setara diesel 48, viskositas setara diesel 48. Akan
tetapi mempunyai volume kandungan air diatas batas yang dizinkan yaitu 0,05%
dan mempunyai kandungan padatan cukup tinggi untuk zeolit 7,5% dan kaolin
11%. Padatan ini akan merugikan ketika bio-oil digunakan untuk mesin
pembakaran dalam.
Kata Kunci: sampah kota, pirolisis, katalis, fraksi hidrokarbon
ABSTRACT
Bandar Lampung Municipal Solid Waste Bio-oil Characteristic Using Isothermal Pyrolysis Method With Natural Catalyst
by
Ali Mustofa
The aim of this research is to learn about the conversion process of municipal
solid waste (MSW) to be bio-oil using isothermal catalytic pyrolysis method. The
reactor which is used was fixed bed type that made from stainless steel with 16
cm diameter and 3 mm thickness. The municipal solid waste that taken from
landfills (TPA) Bakung, Bandar Lampung were biomass, plastic, pulp, rubber and
textile. Pyrolysis temperature work at 400 with cracking time about 60 minute
with adding ratio 1:4, 1:2, 3:4 and 1:1. Kaolin as a catalyst that used is from
Ambarawa Pringsewu and zeolit from Sidomulyo Lampung Selatan. Catalyst
should be activated by thermal activation process at 500 about 2 hours before
used. The bio-oil as the product of pyrolysis tested at laboratory include GC-MS
(Gas Chromatography-Mass Spectrometry), kinematic viscosity, density, flash
point, ask content and water content test. The result showed that presence natural
catalyst increase the gaseous fraction. For GC-MS test with 1:2 ratio, kaolin
showed a better activity than the zeolit. It was known by the kaolin hydrocarbon
that had C5-C12 65,38%, C12-C20 33,49% and >C20 0,5% fraction. For the zeolit
test, there was an icreasement of fraction C12-C20 51,62%, C5-C12 48,37% and
>C20 0%. The isothermal pyrolysis had C5-C12 60,29%, C12-C20 37,11% and >C20
0,55% fraction. For the hydrocarbon, the properties of bio-oil dominated by olefin
and paraffin and a bit of aromatic hydrocarbon. If the physical test result of bio-oil
compared with the conventional fuel, it has the same density and viscosity value
of diesel 48. But, it has a higher water content volume more than allowed limit
0,05% and much higher solid content about 7,5% of zeolit and 11% of kaolin.
This solid content could harm if is used in the internal combustion engines.
Key Word: municipal solid waste, pyrolysis, catalyst, hydrocarbon
fraction
KARAKTERISTIK BIO-OIL SAMPAH KOTA BANDAR LAMPUNG
MENGGUNAKAN METODE PIROLISIS ISOTERMAL
BERKATALIS ALAM
Oleh
Ali Mustofa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
DEDIKASI KARYA SEDERHANA INI TERBAGI MENJADI SEPULUH
UNTUK BAPAK (BEJO)
UNTUK MAMAK (JAINEM)
UNTUK ADIKKU (ANDIN WINDRI MEILANI)
UNTUK KELUARGAKU
UNTUK PARA DOSEN TEKNIK MESIN
UNTUK SEMUA SAHABAT DEKATKU
UNTUK TEMAN-TEMANKU
UNTUK ADIK-ADIK REKAN PENELITIAN
UNTUK ALMAMATERKU
DAN UNTUKMU
PEJUANG-PEJUANG TEKNIK MESIN UNILA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Restu Buana Kecamatan
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah pada 21 Oktober
1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dengan
orang tua Bapak Bejo dan Ibu Jainem. Jenjang pendidikan
pertama yang dijalani penulis adalah Pendidikan Sekolah
Dasar Negeri 3 Restu Buana pada tahun 1997 hingga tamat
tahun 2003. Selanjutnya penulis duduk di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Rumbia, akhirnya pada tahun 2006 penenulis lulus
dari salah satu SMP Negeri di kecamatan Rumbia. Kemudian pada tahun 2006
penulis berhenti mengeyam pendidikan formal, dan melanjutkan pendidikan
informal yaitu belajar di Pondok Wali Barokah, Burengan, Banjaran, Kediri
sampai awal tahun 2008. Kemudian penulis mempraktekkan ilmu yang diperoleh
untuk mengajar di Taman Pendidikan Al-Quran di Desa Taman Fajar Kecamatan
Purbolinggo Lampung Timur. Seiring dengan mengajar TPA, pada tahun 2008
penulis kemudian melanjutkan pendidikan formal di SMA N 1 Purbolinggo yang
merupakan salah satu SMA terfavorit di Lampung Timur, akhirya pada tahun
2011 penulis lulus dari jenjang pendidikan SMA. Selama menjalani pendidikan
SMA, penulis aktif dalam organisasi intern sekolah. Penulis aktif dalam kegiatan
KIR (Kreasi Ilmiah Remaja) dan pernah menjabat sebagai wakil ketua pada tahun
2009-2010, aktif dalam ekstra kurikuler Rohani Islam (Rohis) dan pada tahun
2010 penulis dapat menyumbangkan 1 gelar juara yaitu juara 1 tartil Al-quran
tingkat SMA se-Kabupaten yang diselenggarakan di Way Jepara, 1 gelar tingkat
SMA se-Provinsi yaitu juara 3 tahfidz Al-quran yang diselenggarakan di SMA N
3 Metro. Selain itu penulis juga aktif dalam ektra kurikuler sepak bola dan sering
mengikuti turnamen-turnamen SMA di Tingkat Kabupaten dan sekitarnya.
v
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung (Unila) melalui seleksi yang pada waktu tersebut bernama
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama duduk
dibangku kuliah, penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik
(PPA) oleh dikti selama satu tahun. Selama berstatus mahasiswa, penulis pernah
menjadi asistan mata kuliah Termodinamika tahun 2015. Kemudian menjadi
asistan praktikum Fisika Dasar, Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika, Teknik
Kendali dari tahun 2013-2015, menjadi asistan Pengkondisian Udara, Heat
Exchanger, Heat Transfer tahun 2015-2016. Semasa kuliah pada tahun 2014,
penulis melakukan kerja praktik di PT Pertamina Geothermal Energy Area
Kamojang dengan subjek yang dikaji adalah Condition Monitoring Ultrasonic
Bearing Motor dan Trending Vibrasi Gearbox Cooling Tower Fan pada PLTP
Unit IV PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.
Mulai tahun 2013, penulis aktif menggeluti kegiatan hibah mahasiswa maupun
penelitian Dosen dari dikti, dimana sepanjang kuliah penulis telah mengikuti 6
Hibah mahasiswa dan satu penelitian Dosen. Penulis juga aktif dalam komunitas
kreativitas yang ada di kampus dengan salah satu kegiatannya adalah pembuatan
mobil hemat energi dan pesawat tanpa awak. Selain itu penulis dan tim juga
pernah merancang sebuah alat sterilisasi baglog jamur untuk industri kecil di
Muara Enim Sumatera Selatan. Prestasi penulis dalam kancah nasional yaitu,
penulis pernah menjadi 10 finalis terbaik Lomba Nasional Rancang Bangun
Mesin yang diadakan oleh Badan Kerjasama Teknik Mesin (BKSTM) Se-
indonesia bekerjasama dengan AUTODESK di Banjarmasin tahun 2016 dan
mendapatkan peringkat 6 Nasional. Selain itu, penulis juga pernah menjadi finalis
beserta tim dalam ajang Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2016 Yang
diadakan oleh KEMENRISTEK DIKTI berkolaborasi dengan Universitas Gadjah
Mada mewakili Universitas Lampung. Untuk kancah lokal, penulis pernah
menerima penghargaan dari Bupati Lampung Tengah atas keberhasilannya
menjadi juara 1 kategori umum pada kegiatan Apresiasi Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Terapan Kabupaten Lampung Tengah tahun 2015 dan
menjadi finalis dalam ajang yang sama tahun 2016. Selain itu, penulis juga pernah
menerima penghargaan dari Gubernur Lampung atas keberhasilan menjadi juara 1
vi
kategori peneliti bersama tim pada kegiatan Lomba Anugerah Inovasi Daerah
BALITBANGNOVDA Provinsi Lampung Tengah tahun 2016. Untuk lingkup
Unila, penulis pernah mendapatkan juara 1 poster Program Kreativitas Mahasiswa
pada Dies Natalis ke-50 Universitas Lampung tahun 2015. Selama menjadi
mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi. Adapun organisasi yang
diikuti adalah Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik, tahun 2012-2013 menjabat sebagai
anggota Penelitian dan Pengembangan, tahun 2013-3014 sebagai sekertaris
Peningkatan Sumber Daya Manusia (PSDM).
“Allah akan mengangkat derajatnya orang-orang yang berimanan dan orang-orang
yang berilmu dari kalangan kalian”
(Al-Qur’an Al-mujadalah; 11)
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam”
(Hadist RiwayatIbnu Majah)
“Barang siapa yang mencari ilmu maka orang-orang yang ada di langit dan di
bumi akan memintakan ampunan untuknya, bahkan ikan-ikan yang ada di air juga
ikut memintakan ampun”
(Hadisr Riwayat Ibnu Majah)
“ I have not failed, I’ve just found 10,000 ways that won’t work”
(Thomas Alfa Edison, 1879-1955)
“Succes usually comes to those who are too busy to be looking for it”
(Henry David Thoreau, 1817-1862)
“Ingat Mati”
(Ali Mustofa)
“Jangan sia-siakan waktu tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat”
(Ali Mustofa)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena-Nya
penulis diberi banyak kenikmatan dan kerahmat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi pustaka dan eksperimental di Laboratorium
Termodinamika dan Laboratorium Baja, dengan mengkaji subjek pirolisis
berkatalis untuk sampah kota Bandar Lampung menjadi bahan bakar cair.
Didalam skripsi ini disajikan resume terkait pirolisis biomassa, katalis, bahan
baku, parameter teknis dan operasional reaktor pirolisis berkatalis. Kemudian
pemaparan hasil penelitian pirolisis berkatalis terhadap sampah kota yang
didalamnya terdapat karakteristik bio-oil, baik itu karakteristik berdasarkan sifat
fisiknya maupun karakteristik berdasarkan sifat kimianya. Semua sumber yang
dirangkum dan dijadikan acuan, bersal dari handbook pyrolisis, handbook bimass,
jurnal prosiding nasional maupun internasional, dan beberapa tugas akhir kawan-
kawan mahasiswa dari kampus ternama di pulau Jawa. Hasil dari penelitian baik
berupa data pengujian pirolisis maupun data hasil analisis kandungan di
x
Laboratorium disajikan secara terstruktur didalam skripsi ini sehingga para
pembaca dapat memahaminya secara utuh dan mudah.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
selama ini telah membantu dari awal pembuatan alat hingga selesainya skripsi ini,
Pihak tersebut diantaranya adalah:
1. Kedua orang tuaku tercinta, ibu ( Jainem) dan bapak (Bejo), adikku (Andin
Windi Meilani), dan seluruh keluarga pebulis yang selalu memberikan doa,
kesabaran, pengertian, dan dukungan penuh sepanjaang penulis menyelesaikan
skripsi;
2. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., sebagai Kajur Teknik Mesin Unila;
3. Bapak Indra Mamad Gandifi, S.T.,M.T., selaku mentor di lapangan untuk
skripsi saya, yang telah banyak memberikan ilmunya dan waktunya dalam
penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak M. Dyan Susila, S.T.,M.Eng., selaku Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan diskusi dan masukan berdiskusi kelancaran skripsi ini;
5. Bapak A. Yudi Eka Risano, S.T.,M.Eng., selaku Pembimbing II, yang telah
banyak meluangkan waktu berdiskusi untuk kelancaran skripsi ini;
6. Bapak Dr. Amrul, S.T.,M.T., selaku Penguji, yang telah banyak meluangkan
waktu berdiskusi dan banyak memberikan koreksi untuk kelayakan skripsi ini;
7. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis dapat mengaplikasikan ilmunya di dalam skripsi ini;
xi
8. Saudara Bowo, Andicha, Fadli dan Syarif, selaku teman seperjuangan skripsi
dari Teknik Mesin Universitas Lampung yang membantu selama proses
penelitian;
9. Teman-teman Teknik Mesin 2011 yang menjadi teman penulis dari awal
mengeyam pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung selama
ini, kalian luar biasa;
10. Saudari Medi Kurnia Putri yang telah memberikan dukungan-dukungannya dan
bantuannya selama penyelesaian skripsi;
11. Adik-adikku, Imam, Jaya, Angga Amiraj, Danu, Adi dab Binto yan membantu
proses pengambilan data;
12. Teman-teman dan adik-adikku di Komunitas Kreativitas Universitas
Lampung, Mbak Nisa, Adi Yusup, Tata, Putu, Tio, Aang, Danu, Bagus Bopak,
Riki, Angga, Didi, Isma, Wahyu, Bambang, Dendi, Eko dan Vidi yang telah
menjadi patner berkreativitas, teruskan perjuangan kalian menuju Shell Eco
Marathon Asia;
13. Teman-teman Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung;
14. Mas Nanang selaku penjaga Laboratorium Terpadu Teknik Mesin yang telah
meminjamkan kunci pintu utama Laboratorium Terpadu Teknik Mesin;
15. Mas Pono yang sudah meminjamkan kunci Laboratorium Baja sehingga
penulis dapat menyelesaikan pengambilan data demi berlangsungnya skripsi;
16. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu saya dalam penyelesaian skripsi
yang tidak bisa disebutkan satu persatu;
xii
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
inspirasi dan berguna bagi kalangan civitas akademik maupun masyarakat
Indonesia. Aamiiiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 11 Agustus 2016
Penulis
Ali Mustofa
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 6
C. Batasan Masalah .............................................................................. 6
D. Sistematika Penulisan Laporan......................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biomassa........................................................................................... 9
B. Konversi Biomassa ......................................................................... 13
1. Konveri Biokimia ...................................................................... 13
2. Konversi Termokimia ............................................................... 15
C. Metode Pirolisis .............................................................................. 18
1. Produk Pirolisis .......................................................................... 21
2. Jenis Pirolisis ............................................................................. 23
3. Parameter Pirolisis ..................................................................... 26
4. Karakteristik bio-oil Pirolisis ..................................................... 29
5. Fraksi Hidrokarbon Bahan Bakar Minyak ................................. 33
D. Katalis Pirolisis ............................................................................... 36
1. Jenis Katalis Berdasarkan Fasa .................................................. 37
2. Komposisi Katalis ...................................................................... 38
3. Parameter katalis ....................................................................... 39
4. Contoh Katalis ........................................................................... 41
5. Aktivasi Katalis ........................................................................ 43
6. Degradasi Katalis ....................................................................... 45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan..................................................... 47
B. Tahapan Penelitian ........................................................................ 47
C. Alat dan Bahan .............................................................................. 48
D. Rangkaian Unit Phyrolizer ............................................................. 59
E. Metode Pengambilan Data .............................................................. 60
F. Pengujian Laboratorium .................................................................. 61
xiii
G. Alur Pengambilan Data .................................................................. 63
H. Variabel Pengujian ......................................................................... 64
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian ....................................................................................... 66
B. Distribusi Produk ............................................................................ 68
1. Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Distribusi Produk ...... 71
2. Pengaruh Jenis Katalis Terhadap Distribusi Produk ................. 90
C. Analisis Laboratorium ................................ .. ...............................117
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 127
B. Saran ............................................................................................ 128
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Distribusi produk dalam pirolisis ........................................................ 25
Tabel 2.2 Fraksi-fraksi hidrokarbon .................................................................... 34
Tabel 3.1 Variasi Percobaan ................................................................................ 64
Tabel 3.2 Tabel Percobaan Katalis kaolin ........................................................... 64
Tabel 3.3 Tabel Percobaan Katalis Zeolit ........................................................... 64
Tabel 4.1 Data pengujian pirolisis isotermal berkatalis ...................................... 67
Tabel 4.2 Propertis produk bio-oil komparasi dengan minyak konvensional ... 124
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Skema proses penanganan sampah kota .......................................... 3
Gambar 2.1 Klasifikasi sampah............................................................................ 9
Gambar 2.2 Struktur selulose ............................................................................. 11
Gambar 2.3 Struktur lignin ................................................................................. 12
Gambar 2.4 Klasifiasi konversi biomassa .......................................................... 13
Gambar 2.5 Produksi termokimia ...................................................................... 15
Gambar 2.6 Pembakaran .................................................................................... 16
Gambar 2.7 Gasifikasi ....................................................................................... 17
Gambar 2.8 Pirolisis partikel biomassa .............................................................. 19
Gambar 2.9 Proses dekomposisi hidrokarbon .................................................... 20
Gambar 2.10 Produk pirolisis ............................................................................... 22
Gambar 2.11 Termogravimetri lignoselulosa ....................................................... 24
Gambar 2.12 Diagram energi katalis dan tanpa katalis ....................................... 36
Gambar 2.13 Porositi katalis ................................................................................ 39
Gambar 3.1 Reaktor .......................................................................................... 49
Gambar 3.2 Pemanas ......................................................................................... 50
Gambar 3.3 Kondensor ...................................................................................... 50
Gambar 3.4 Tabung sampel uji .......................................................................... 51
Gambar 3.5 Kran ¼ inchi ................................................................................... 51
Gambar 3.6 Thermocouple ................................................................................. 52
Gambar 3.7 Timbangan digital ........................................................................... 52
Gambar 3.8 Sarung tangan ................................................................................. 52
xvi
Gambar 3.9 Masker ............................................................................................ 53
Gambar 3.10 Gas nitrogen (N2) ............................................................................ 53
Gambar 3.11 Sampah organik .............................................................................. 55
Gambar 3.12 Sampah plastik................................................................................ 56
Gambar 3.13 Sampah kertas ................................................................................. 56
Gambar 3.14 Ban bekas ........................................................................................ 57
Gambar 3.15 Tekstil ............................................................................................. 58
Gambar 3.16 Katalis ............................................................................................. 58
Gambar3.17 Desain rangkaian alat uji ................................................................ 59
Gambar 3.18 Alur pengambilan data ................................................................... 63
Gambar 4.1 Sampah Kota Bandar Lampung...................................................... 66
Gambar 4.2 Grafik distribusi produk pada dolomit 400°C ................................ 71
Gambar 4.3 Produk cair kaolin 400°C ............................................................... 73
Gambar 4.4 Grafik fraksi kekentalan produk cair kaolin 400ºC ........................ 74
Gambar 4.5 Grafik distribusi produk pada kaolin 300°C ................................... 76
Gambar 4.6 Produk cair kaolin 300°C ............................................................... 79
Gambar 4.7 Grafik fraksi kekentalan produk cair kaolin 300°C ........................ 80
Gambar 4.8 Grafik distribusi produk katalis zeolit 400°C ................................. 81
Gambar 4.9 Produk cair zeolit 400°C ................................................................ 83
Gambar 4.10 Grafik kekentalan produk cair zeolit 400°C ................................... 83
Gambar 4.11 Distribusi produk katalis zeolit 300°C ........................................... 85
Gambar 4.12 Grafik kekentalan produk cair zeolit 300°C ................................... 88
Gambar 4.13 Produk cair zeolit 300°C ................................................................ 89
Gambar 4.14 Grafik konsentrasi katalis 1:4 terhadap mass yield (400°C) .......... 91
Gambar 4.15 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:4 (400°C) ........ 92
Gambar 4.16 Grafik konsentrasi katalis 1:4 terhadap mass yield (300°C) .......... 95
Gambar 4.17 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:4 (300°C) ........ 97
Gambar 4.18 Grafik konsentrasi katalis 1:2 terhadap mass yield (400°C) ......... 98
xvii
Gambar 4.19 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:2 (400°C) ...... 100
Gambar 4.20 Grafik konsentrasi katalis 1:2 terhadap mass yield (300°C) ........ 102
Gambar 4.21 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:2 (300°C) ...... 104
Gambar 4.22 Grafik konsentrasi katalis 3:4 terhadap mass yield (400°C) ........ 105
Gambar 4.23 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 3:4 400°C ........ 107
Gambar 4.24 Grafik konsentrasi katalis 3:4 terhadap mass yield (300°C) ......... 108
Gambar 4.25 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 3:4 (300°C) ...... 110
Gambar 4.26 Grafik konsentrasi katalis 1:1 terhadap mass yield (400°C) ........ 111
Gambar 4.27 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:1 (400°C) ...... 113
Gambar 4.28 Grafik konsentrasi katalis 1:1 terhadap mass yield (300°C) ......... 114
Gambar 4.29 Grafik distribusi produk cair konsentrasi katalis 1:1 400°C ......... 116
Gambar 4.30 Fraksi Hidrokarbon Bio-oil Pirolisis sampah kota ....................... 118
Gambar 4.31 Distribusi senyawa hidrokarbon bio-oil pirolisis sampah kota .... 121
DAFTAR SIMBOL
C = Karbon ; mol
H2 = Hidrogen ; mol
HHV = High Heating Valeu ; joule
HHVBO = High Heating Valeu Bio-oil ; joule
HHVBB = High Heating Valeu Bahan baku ; joule
MBO = Massa Bio-oil ; kg
MBB = Massa bahan baku ; kg
N = Nitrogen ; mol
O2 = Oksigen ; mol
S = Sulfur ; mol
Ym = Mass Yield ; wt%
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sedang dihadapkan terhadap meledaknya jumlah penduduk dari
tahun ketahun. Tercatat pada tahun 2011 Indonesia menempati peringkat ke-4
sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia, jumlah ini
diperkirakan mencapai 259 juta jiwa (Nina Susilo, 2011). Meledaknya jumlah
penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun ini secara tidak langsung
mempengaruhi kebutuhan pasokan energi nasional (bahan bakar minyak)
terutama di sektor rumah tangga, transportasi dan industri dimana sebagian
besar disuplai dari bahan bakar fosil.
Berdasarkan data BPH migas, kebutuhan minyak di Indonesia untuk saat ini
sekitar 1,5 juta barel/hari. Sementara Indonesia baru mampu memproduksi
minyak sebesar 1 juta barel/hari (BPH MIGAS, 2012) sehingga terjadi
kekurangan bahan bakar minyak sekitar 0,5 juta barel/hari. Untuk menutup
kekurangan bahan bakar minyak ini, pemerintah masih mengandalkan impor
minyak dari Timur Tengah dan berefek membengkaknya subsidi APBN untuk
bahan bakar. Apabila ini terus berkelanjutan, maka ketergantungan energi
nasional akan semakin meningkat mengingat konsumsi energi Indonesia di
berbagai sektor seperti transportasi, industri, dan energi listrik untuk rumah
2
tangga terus meningkat dengan laju pertumbuhan 5,3% (Pambudi, 2013).
Melihat situasi ini, Indonesia yang hanya mempunyai cadangan minyak bumi
sekitar 4 miliar barel pada tahun 2012 (BPH MIGAS, 2012) berada diambang
ketidakstabilan bahan bakar minyak atau menghadapi situasi krisis energi.
Artinya, dengan produksi minyak nasional rata-rata 1 juta barel/hari maka
Indonesia hanya mempunyai cadangan minyak untuk 11 tahun ke depan.
Dengan cadangan energi fosil yang semakin menipis menimbulkan
kekhawatiran akan krisis energi apabila tidak dicari dan ditemukan sumber
energi baru. Dari kenyataan tersebut, pemanfaatan sumber energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar fosil perlu dilakukan.
Salah satu sumber energi alternatif yang dapat diterapkan adalah pemanfaatan
sampah kota. Sampah merupakan material sisa aktivitas mahluk hidup yang
mempunyai energi tersimpan dalam bentuk ikatan kimia. Energi tersimpan
yang dapat dibangkitkan dari sampah kota ± 20,57 MJ/kg (PASEK, 2007). Di
sisi lain, ketersediaan sampah kota selalu ada dan cenderung meningkat setiap
harinya serta tersedia dalam jumlah yang sangat besar menjadi masalah krusial
kota-kota besar di Indonesia karena penanganannya yang sudak tidak lagi
efektif, yaitu dengan mengandalkan metode open dumping dimana sampah
dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan diangkut untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Apabila sampah yang ada di TPA
ini terus dibiarkan, maka sampah-sampah ini akan menyebabkan masalah
lingkungan seperti banjir, pencemaran air tanah, bau tak sedap (Alexandra,
2012) dan apabila sampah dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan
3
terdegradasi secara perlahan menjadi gas metan, dimana gas metan 20x lebih
berbahaya dibandingkan gas CO2 terhadap efek rumah kaca (DICLA, 2013).
1 2 3 4
Keterangan: 1. Limbah masyarakat.
2. Tempat pembuangan sementara.
3. Truk pengangkut sampah.
4. Tempat pembuangan akhir.
Gambar 1.1 Skema proses penanganan sampah kota
Seperti dilansir di BSNI tentang pengelolaan sampah di pemukiman, setiap
individu manusia akan menghasilkan sampah 2,5 L/orang/hari (BSNI, 2008).
Sehingga bila dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Indonesia maka jumlah
total produksi sampah yang ada di Indonesia ± 647.500.000 L/hari dan untuk
jumlah penduduk di Bandar Lampung sekitar 942.002 jiwa (Wiriani, 2013)
akan menghasilkan jumlah total produksi sampah kota ± 2.355.005 L/hari atau
sekitar 2.355 m3/hari (setara 612,3 Ton/hari). Hal ini hampir sama dengan data
yang dilansir di situs resmi kota Bandar Lampung bahwa sampah yang masuk
ke TPA Bakung setiap harinya ± 750 ton (bandarlampungkota.go.id, 2013).
Dengan kata lain, kota Bandar Lampung berpotensi menghasilkan energi ±
15.427 GJ/hari atau setara dengan 178,5 MW panas dari sampah kota.
4
Melihat dua permasalahan besar yang ada, pemanfaatan sampah kota menjadi
sumber energi merupakan salah satu solusi terbaik. Dengan kandungan yang
dimiliki, sampah kota dapat dimanfaatkan untuk produksi bio-oil dengan teknik
pirolisis pengganti bahan bakar konvensional yang digunakan sekarang ini (M.
Saiful Islam, 2010). Saat ini, proses pirolisis terbukti mampu mengkonversikan
sampah kota menjadi bahan bakar cair atau bio-oil, dimana bio-oil yang
dihasilkan sebagian besar adalah bahan bakar hidrokarbon dengan jenis light
oil (naphtha) dan heavy oil (diesel) (LIU, 2012). Dalam satu dekade terakhir,
telah banyak penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan mengenai
perlakuan sampah kota, akan tetapi bahan baku yang digunakan adalah
komponen tunggal sampah kota seperti plastik, biomassa, karet ban dan kertas
bukan sampah yang sesungguhnya (Funda Ates, 2013) (Norbert Miskolczi,
2013) (Lopez, 2010) (Agung dan Gandidi, 2012) (Ming Son, 2014).
Sementara, karakteristik sampah yang ada di Indonesia adalah sampah dengan
berbagai macam campuran limbah dan cukup sulit untuk dipisahkan serta
dikondisikan karena mempunyai volume yang cukup banyak. Oleh karena itu,
menguji sampah kota yang sesungguhnya menjadi bio-oil menjadi sesuatu
yang menarik.
Untuk proses pirolisis dengan bahan baku sampah kota sesungguhnya
(campuran) telah dilakukan oleh Indra Mamad Gandidi dkk (2015) dengan
metode termal pirolisis dengan pengumpanan bahan baku ketika reaktor
pirolisis sudah dalam kondisi temperatur pirolisis (200-600ºC) atau biasa
disebut pirolisis isotermal. Dalam proses pirolisis isothermal untuk
5
mendapatkan bahan bakar minyak dibutuhkan temperatur tinggi antara 400-
500°C, sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan energi
yang relatif besar. Selain itu, dari proses pirolisis termal banyak
mengkonversikan bahan baku ke dalam ikatan rantai karbon pendek (C<5)
sehingga didapatkan hasil non condensable gas (NCG) sekitar 50-65%,
padatan 24-35%, sedikit bio-oil sekitar 11-20%. Oleh karena itu, metode yang
dilakukan Indra Mamad Gandidi dkk dinilai kurang efektif dan efisien. Untuk
itu, supaya mendapatkan proses pirolisis yang efisien dan hasil atau bio-oil
yang baik perlu adanya perlakuan lain, biasanya proses pirolisis dilakukan
dengan bantuan katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi sehinga dapat
meminimalkan energi yang digunakan dan juga dapat meningkatkan kualitas
produk liquid pirolisis. Katalis yang digunakan adalah katalis sintetis seperti Y-
zeolite, HZSM-5, Zeolit MCM-41, Fe2O3 karena katalis ini sangat baik untuk
proses cracking. Akan tetapi penggunaan katalis sintetis menjadi beban biaya
produksi apabila ditujukan untuk komersilisasi sampah kota. Untuk itu perlu
adanya penggunaan katalis yang murah dan melimpah di alam seperti zeolit
dan kaolin. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian yang akan dilakukan,
yaitu pengujian pirolisis isotermal dengan temperatur dan kadar air tetap
terhadap sampah kota Bandar Lampung sesungguhnya (campuran) dengan
penambahan dua variabel katalis alam serta perbandingan sampah dengan
katalis alam untuk melihat efek penambahan katalis alam terhadap kualitas bio-
oil yang dihasilkan pada proses pirolisis isotermal.
6
B. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan katalis alam terhadap temperatur pirolisis
pada proses pirolisis isotermal.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan katalis alam terhadap mass yield pada
proses pirolisis isotermal.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan katalis alam terhadap fraksi hidrokarbon
bio-oil yang dihasilkan pada proses pirolisis isotermal.
C. Batasan Masalah
Kajian pada penelitian ini memfokuskan terhadap penambahan katalis pada
proses pirolisis sampah kota Bandar Lampung untuk menghasilkan produk bio-
oil yang efektif dan efisien. Adapun beberapa batasan pada kajian ini sebagai
berikut:
1. Sampah yang digunakan sebagai bahan baku adalah sampah kota Bandar
Lampung yang berasal dari TPA Bakung yang terdiri dari sampah organik,
plastik, kertas, karet, dan tekstil.
2. Bahan baku yang digunakan dikeringkan dengan pengeringan alami dengan
sinar matahari.
3. Proses penelitian menggunakan metode pirolisis isotermal pada temperatur
400°C, 300°C dengan penambahan katalis alam (kaolin dan zeolit alam
Lampung).
4. Pengunaan katalis pada penelitian yaitu dengan variasi perbandingan 1:4,
1:2, 3:4, dan 1:1.
7
5. Masa sampah yang diuji disesuaikan dengan kapasitas alat uji yaitu 1 kg
dengan ukuran partikel ± 0,5-2 cm.
6. Penelitian ini tidak membahas reaksi kimia yang terjadi selama proses
pirolisis.
7. Alat uji yang digunakan yaitu unit phyrolizer yang terdiri dari reaktor
(autoclave), pemanas (heater), dan kondensor yang berada di Laboratorium
Termodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung.
D. Sistematika Penulisan Laporan
Isi dari tugas akhir ini terdiri dari beberapa beberapa bab dengan substansi
yang berbeda-beda sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, dilakukannya penelitian yang
menjelaskan tentang volume sampah kota Bandar Lampung, masalah
yang timbul dari sampah kota Bandar Lampung dan devisit energi yang
dialami Indonesia. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk
memberikan solusi permasalahan sampah dan energi dengan lebih
menfokuskan pada penambahan katalis. Selain itu, penelitian ini dibatasi
dalam beberapa hal yang terdapat pada batasan masalah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan referensi yang dijadikan sebagai landasan teori dalam
melakukan penelitian, dimana subbab pertama menerangkan tentang
biomassa dan komposisinya. Pada subbab selanjutnya menerangkan
tentang konversi biomassa. Subbab ke 3 menjelaskan proses pirolisis.
8
Subbab ke empat menjelaskan tentang fraksi hidrokarbon dan subbab ke
lima menjelaskan tentang katalis pada proses catalitic cracking.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang tempat dan waktu melakukan pengujian,
tahapan pengujian, alat dan bahan pengujian, rangkaian alat pengujian,
metode pengujian, alur pengambilan data, dan variabel pengujian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menerangkan tentang hasil penelitian berupa data yang
dilakukan dalam penelitian seperti temperatur, katalis dan yield produk
proses pirolisis isotermal untuk mendapatkan produk pirolisis terbaik,
serta menganalisis karakteristik minyak hasil pirolisis isotermal.
V. PENUTUP
Bab ini menguraikan intisari dari semua analisis data percobaan,
termasuk saran yang berisikan uraian informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang literatur-literatur referensi yang digunakan dalam
penulisan dan penyusunan dalam laporan inti.
LAMPIRAN
Berisikan data-dana yang mendukung dalam penyusunan laporan ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biomassa
1. Definisi Biomassa
Secara umum biomassa merupakan material biologis yang berasal dari
tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Biomassa seringkali disebut dengan bioresource
atau sumber daya hayati dan termasuk energi terbarukan karena dapat
disimpan, diganti, melimpah, dan merupakan karbon netral (Knoef, 2005).
Material-material yang dapat dikatakan sebagai biomassa sangat variatif
mulai dari tanaman, pepohonan, rumput, limbah hutan, residu pertanian,
residu hewan, residu manusia, hingga sampah hasil sisa aktivitas
masyarakat seperti sampah padat perkotaan (Yang, M, 2007).
Gambar 2.1 Klasifikasi sampah (Basu, 2010)
Renewable Resource Biomass
10
Material biomassa mempunyai energi tersimpan dalam bentuk ikatan kimia
antara molekul karbon, hidrogen dan molekul oksigen. Ketika ikatan kimia
massa dirusak, massa akan melepaskan energi kimia dalam bentuk gas, cair,
dan padat sesuai dengan perlakuan yang diberikan (McKendry, 2002). Gas
alternatif yang dihasilkan dari biomassa berupa gas CH4,CO2, CO, H2,
sedangkan untuk bio-fuel berupa ethanol, bio-diesel, methanol, vegetable
oil, dan phyrolisis oil. Adapun hasil biomassa yang berbentuk padatan yaitu
berupa charcoal dan terofaksi biomassa (Basu, 2010).
2. Komposisi Biomassa
Biomassa mempunya komposisi penyusun yang beragam dan berbeda-beda
sehingga berpengaruh pada reaktivitasnya, akan tetapi secara garis besar
biomassa mempunyai 5 komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa,
lignin, pati, dan protein. Dari segi penggunaan energi, biomassa yang
mengandung lignin dan selulosa dalam jumlah banyak berpotensi
menghasilkan energi yang lebih banyak (Knoef, 2005).
a. Selulosa
Selulosa (C6H12O6)n adalah sebuah polisakarida yang tersusun dari D-
glukosa yang terhubung secara seragam oleh ikatan β-glukosida. Derajar
polimerisasi selulosa ditunjukkan oleh n dengan nilai kisaran yang lebar
mulai dari beberapa ribu hingga puluhan ribu. Selulosa memiliki struktur
kristal dan memiliki resistansi yang tinggi terhadap asam dan basa.
Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh
hewan yang mempunyai enzim selulase.
11
Gambar 2.2 Struktur selulose
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa (C5H8O4)n adalah polisakarida dimana unit-unitnya terdiri
atas monosakarida dengan 5 karbon seperti D-xilosa, D-arabinosa, dan
monosakarida karbon-6 seperti D-manosa, D-galaktosa, dan D-glukosa.
Jumlah monosakarida karbon-5 lebih banyak dibandingkan
monosakarida karbon-6. Hemiselulosa mudah terurai dibandingkan
selulosa karena derajat polimerisasi hemiselulosa antara 50 sampai 200,
yaitu lebih kecil dari selulosa. Kebanyakan hemiselulosa dapat larut
dalam alkali.
c. Lignin
Lignin merupakan komponen makromelekul ketiga yang terdapat dalam
biomassa yang berfungsi sebagai pengikat serat. Struktur molekul lignin
terikat secara tiga dimensi sehingga menyebabkan lignin sulit diuraikan
oleh mikroorganisme dan bahan-bahan kimia lainnya.
12
Gambar 2.3 Struktur lignin
d. Pati
Seperti selulosa, pati merupakan polisakarida dimana unit komponenya
adalah D-glukosa, tapi pati dihubungkan oleh ikatan α-glikosida. Karena
perbedaan dalam srtuktur ikatan, maka selulosa tidak larut dalam air
sedangkan sebagian pati dapat larut dalam air panas (amilosa, dengan
bobot molekul antara 10.000 sampai 50.000 mencakup 10%-20% dari
pati) dan sebagian lagi tidak larut dalam air (amilopektin, dengan bobot
molekul antara 50.000 sampai 100.000 mencakup 80%-90% dari pati)
e. Protein
Protein merupakan senyawa makromolekul dimana asam amino
dipolimerisasi dengan derajat yang tinggi. Sifat-sifatnya berbeda
bergantung pada jenis dan rasio komponen asam amino dan derajat
polimerisasi itu sendiri. Protein bukan komponen utama biomassa dan
hanya meliputi proporsi yang rendah jika dibandingkan dengan 3
komponen sebelumnya (selulosa, hemiselulosa, lignin).
13
B. Konversi Biomassa
Konversi biomassa didefinisikan suatu proses perubahan biomassa menjadi
energi lain baik berbentuk cair, padat maupun gas. Secara umum konversi
biomassa dapat dilakukan dengan cara bio-kimia (biochemical) dan termokimia
(thermochemical) (Basu, 2010).
Gambar 2.4 Klasifiasi konversi biomassa (Basu, 2010)
1. Konversi Biokimia
Dalam konversi bio-kimia, molekul biomassa dirubah menjadi molekul
yang lebih kecil oleh bakteri maupun enzim. Pada proses biochemical
membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan konversi
termokimia. Tapi pada proses konversi bio-kimia tidak memerlukan banyak
energi dari luar. Ada tiga alur proses pada konversi bio-kimia, yaitu:
a. Penguraian (Disgestion)
Produk utama dari pada penguraian berupa metana dan karbondioksida
selain residu padat. Proses bio-kimia ini menggunakan bantuan bakteri
14
yang digunakan untuk mengurai zat-zat yang terkandung didalam
biomassa untuk menghasilkan metana maupun karbondioksida.
Penguraian terbagi menjadi atas dua proses, yaitu:
1. Penguraian anaerobik
Penguraian anaerobik (anaerobic digestion) adalah proses dimana
produk biomassa diproses dan dipecah menjadi biogas oleh bakteri
dengan tanpa kehadiran oksigen. Biogas ini terdiri dari unsur-unsur
seperti metana dan karbon dioksida yang dapat digunakan untuk
memproduksi listrik. Agar penguraian anaerobik terjadi, produk harus
bebas oksigen dan harus berada pada kondisi tertentu seperti tingkat
suhu, kelembaban dan pH yang sesuai. Temperatur yang cocok untuk
proses ini adalah antara 30-40oC dan 60-80
oC.
2. Penguraian aerobik
Penguraian aerobik (aerobic digestion) adalah proses dimana produk
biomassa diproses dan dipecah menjadi bio-gas oleh bakteri dengan
kehadiran oksigen mutlak. Agar penguraian aerobik terjadi, untuk
menghasilkan produk maka didalam tabung penguraian harus ada
oksigen dan harus berada pada kondisi tertentu seperti tingkat suhu,
kelembaban dan pH yang sesuai sekitar 6,5-8,5. Suhu yang cocok
untuk proses ini harus lebih tinggi daripada proses anaerob.
b. Fermentasi
Dalam ilmu biologi, fermentasi diartikan proses konversi gula menjadi
asam atau alkohol dengan bantuan bakteri atau ragi. Bakteri membantu
gula menjadi asam dan sedangkan ragi digunakan untuk produksi
15
alkohol. Fermentasi berlangsung dengan tanpa kehadiran oksigen
(anaerob).
2 Konversi Termokimia
Metode termokimia merupakan sebuah metode konversi untuk
memproduksi bahan bakar dari biomassa dimana metode ini
mengkonversikan biomassa secara termal (McKendry, 2002). Dalam
konversi termokimia, biomassa dirubah menjadi dalam bentuk padat, cair,
dan gas yang kemudian disintetis melalui proses kimia ataupun
dimanfaatkan langsung (gambar 2.5) (Basu, 2010).
Gambar 2.5 Produksi termokimia (Basu, 2010)
Jenis bahan bakar hasil konversi termokimia bergantung pada jenis proses
termokimia yang digunakan. Berdasarkan produk bahan bakar yang
diinginkan, konversi termokimia dapat diklasifikasikan menjadi 3 metode
yaitu metode pembakaran yang mengkonversi biomassa menjadi energi
panas yang kemudian digunakan sebagai sumber energi pada pembangkit
listrik, metode gasifikasi untuk mengkonversikan biomassa menjadi
16
producer gas, dan metode pirolisis untuk mengkonversi biomassa menjadi
bio-oil, producer gas, dan bio-arang (McKendry, 2002).
a. Pembakaran
Pembakaran adalah proses kimia dengan kehadiran banyak oksigen (Air
Fuel Ratio ≥ 1) yang menghasilkan panas yang besar dan merupakan
fenomena reaksi dapat berkelanjutan secara spontan melalui panas yang
dihasilkan dari reaksi tersebut (Knoef, 2005). Metode pembakaran
merupakan sebuah metode yang cukup efektif dan sudah terbukti dalam
penanganan biomassa yang dilakukan di dalam combustor.
Gambar 2.6 Pembakaran
Bila biomassa digunakan sebagai bahan bakar, reaksi oksidasi yang
menghasilkan panas, dimana karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan unsur
combustible lainnya yang ada dalam biomassa bereaksi dengan oksigen
maka akan terjadi proses pembangkitan panas, karbondioksida dan air
melalui reaksi oksidasi atau reaksi kimia eksotermis. Panas hasil
pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam siklus
pembangkit uap yang dapat mengkonversikan energi panas menjadi
energi kinetik menuju turbin yang kemudian dikonversi menjadi energi
mekanik dalam benuk putaran dan energi listrik dengan emisi polutan
17
yang rendah (ZiaHaq, 2002). Alur proses pembakaran meluputi proses
pengeringan, pirolisis, gasifikasi, pembakaran char, dan pembakaran gas
hasil gasifikasi (PeterQuaak, 1999).
b. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan proses termokimia untuk mengkonversi bahan
baku biomassa padat menjadi bahan bakar gas mampu bakar dan bahan
baku gas kimia (Knoef, 2005). Proses gasifikasi terjadi dalam sebuah
gasifer degan jumlah oksigen yang dikontrol (20%-40% udara
stoikiometri) dimana komponen karbon yan ada dalam biomassa
dikonversikan menjadi producer gas yang terdiri dari sebagian besar
karbonmonoksida dan hidrogen serta sebagian kecil metan (Shunsheng,
2012). Selain itu, proses gasifikasi juga menghasilkan produk
karbondioksida, tar dan senyawa hidrokarbon lainnya. Komposisi gas
hasil gasifikasi sangat bergantung pada komposisi unsur dalam biomassa,
bentuk dan partikel biomassa, serta kondisi-kondisi proses gasifikasi.
Gambar 2.7 Gasifikasi (Kumar 2009)
18
Sebagai ilustrasi, komposisi gah hasil gasifikasi sekam padi bentuk jarum
ukuran 1 cm adalah CO 20,1%, H2 11.3%, CH4 1,8%, CO2 %, N2 55,4%,
dan panas pembakaran 435 Kj/kg (Susanto, 2005). Pada proses
gasifikasi, mekanisme diawali dengan proses pengeringan atau proses
penguapan air yang terkandung dalam sampah pada temperatur antara
100-200oC kemudian dilanjutkan proses pirolisis pada temperatur 200-
800oC, reaksi oksidasi pada 1.100-1.200
oC dan reaksi reduksi pada 600-
700oC (Thomas, 1994).
c. Pirolisis
Pirolisis merupakan metode konversi biomassa padat menjadi beberapa
jenis bahan bakar yaitu cair, padat dan gas. Dalam proses pirolisis,
biomassa padat dipanaskan dalam sebuah reaktor pada temperatur
operasi dengan tanpa kehadiran oksigen. Hasil produk pirolisis sangat
bersih sehingga merupakan alternatif energi fosil yang perlu adanya
pengembangan lebih lanjut.
C. Metode Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi termokimia pada biomassa dengan
mengubah biomassa menjadi produk berguna. Pirolisis merupakan salah satu
tahap dari beberapa tahap reaksi atau zona proses gasifikasi. Selama proses
pirolisis, molekul hidrokarbon yang komplek dari biomassa hancur menjadi
molekul lebih kecil dan menjadi syngas (bio-gas), liquid (bio-oil) dan car (bio-
arang) (Basu, 2010).
19
Gambar 2.8 Pirolisis partikel biomassa (Basu, 2010)
Pada prinsipnya, pirolisis hampir sama dengan proses cracking, devotalisasi,
karbonisasi, destilasi dan thermolisis. Akan tetapi, pirolisis tidak sama dengan
proses gasifikasi. Dimana proses gasifikasi melibatkan reaksi kimia dengan
senyawa luar yang disebut media gasifikasi. Pirolisis biomassa bersifat relativ
terhadap temperatur rendah yaitu sekitar 300-650oC dan beroperasi dalam
reaktor tanpa kehadiran oksigen (Kumar, 2009). Sedangkan gasifikasi
beroperasi pada temperatur 650-1000oC dan beroperasi dalam gasifier dengan
kehadiran sedikit oksigen (Basu, 2010). Proses dekomposisi pirolisis
melibatkan pemanasan biomassa dalam sebuah reaktor pada temperatur
pirolisis tanpa kehadiran oksigen untuk menghasilkan produk baru yang
berguna. Hasil produk pirolisis sangat dipengaruhi oleh perlakuan yang
diberikan selama proses misalnya temperatur operasi dan laju pemanasan
(Basu, 2010).
20
Gambar 2.9 Proses dekomposisi hidrokarbon (Basu, 2010)
Proses pirolisis menghasilkan produk berguna berupa uap panas yang
kemudian dikondensasi menjadi liquid (bio-oil), syngas (bio-gas) dan char
(bio-arang). Bio-oil proses pirolisis merupakan hasil kondensasi uap panas
hasil pirolisis, syngas merupakan gas permanen yang tidak dapat terkondensasi
(non condensable gases), sedangkan bio-arang hasil proses pirolisis merupakan
karbon aktif hasil sisa pemanasan biomassa yang berada didalam reaktor
(Neves, 2011). Secara umum, proses pirolisis dapat dilihat pada persamaaam
2.1 dibawah ini:
CnHmOp(Biomassa)+panas ∑liquid CxHyOz + ∑gas CaHbOc+H2O+C ...(2.1)
21
Misal:
(C6H12O6)n+ panas (H2+CO+CH4+...+C3H8)+(H2O+C8H18+CH3COOH+...)+C+ H2O
Gas Liquid Car
Bahan bakar hasil proses pirolisis dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
alternatif. Bio-oil dapat digunakan sebagai bahan bakar internal combustion
engine, bio-arang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produser gas
dengan teknik gasifikasi dan sebagai bahan bakar untuk proses combustion dan
co-combustion untuk menghasilkan panas dan bio-gas dapat digunakan sebagai
bahan bakar gas engine (Hossain, 2013). Bahan bakar pirolisis lebih efektif
dibandingkan dengan pembakaran sampah karena memiliki efisiensi
pembakaran yang lebih baik (Ziahaq, 2002) dan memberikan dampak
pencemaraan lingkungan yang sangat rendah (Agung dan Gandidi, 2012).
Selain itu, bio-gas dan bio-oil pirolisis dapat juga digunakan sebagai bahan
bakar untuk pengeringan hasil-hasil pertanian dan perkebunan (Gandidi dkk,
2011) dan juga bisa diproses lebih lanjut seperti diolah menjadi methanol
(Verma, 2012).
1. Produk Pirolisis
Proses dekomposisi termal proses pirolisis menghasilkan 3 produk utama
(gambar 2.8) yaitu produk solid berwarna gelap (arang), gas yang
terkondensasi (bio-oil), dan gas yang tidak terkondensasi (Basu, 2010).
22
Gambar 2.10 Produk pirolisis
a. Solid (Char)
Produk solid proses pirolisis ini terdiri dari 85% karbon merupakan
struktur tak berbentuk yang berasal dari komponen selulosa dan lignin.
Nilai kalor (lower heating value/LHV) yang dimiliki char biomassa
sekitar 32 MJ/Kg dan lebih tinggi daripada nilai kalor yang dapar
dibangkitkan produk liquid biomassa.
b. Cair (Liquid)
Produk yang dapat terkondensasi atau liquid proses pirolisis berupa air,
organik, dan lipid. Air merupakan produk dari dekomposisi termal yang
berasal dari penguapan air bebas dan air terikat yang dilepaskan oleh
material biomassa selama proses pirolisis sedangkan zat organik yang
berbentk liquid merupakan produk yang dihasilkan selama reaksi
dekomposisi dan karbonisasi. Nilai kalor yang dapat dimiliki liquid
biomassa sekitar 13-18 MJ/Kg. Lipid merupakan senyawa yang hadir
dalam material biomassa. Subkelompok ini mengandung senyawa seperti
lignin dan asam lemak (Bergman, 2005).
23
c. Syngas
Syngas proses pirolisis merupakan uap panas hasil dekomposisi biomassa
yang tidak dapat dikondensasi (gas permanen) atau sering disebut non
condensable gases (NCG). Gas permanen proses pirolisis terdiri dari
molekul dengan berat ringan seperti karbondioksida (CO2),
karbonmonoksida (CO), metana, etana, dan etilena. Nilai kalor yang
dimiliki gas permanen pirolisis sekitar 11-20 MJ/Nm3.
2. Jenis Pirolisis
Pada proses degradasi termal, pirolisis sangat dipengaruhi oleh temperatur
yang digunakan dan temperatur ini akan mempengaruhi produk akhir yang
diperoleh dari proses pirolisis. fenomena ini biasanya dikaitkan dengan
termogravimetri analisis (TGA). Termogravimetri analisis biasanya
digunakan untuk menentukan heating rate biomassa akan terdevolatilisasi
dan pembakaran fix carbon dalam metode konversi pembakaran (Sudarno
dkk, 2014). Seperti diketahui, bahwa biomassa merupakan material padat
yang mempunyai kandungan lignoselulosa (hemiselulosa, selulosa, lignin).
Kandungan lignoselulosa mempunyai karakteristik masing-masing ketika
mendapat perlakuan termal. Proses dekomposisi lignoselulosa yang
terkandung dalam biomassa akan terdekomposisi secara perlahan mengikuti
peningkatan heating rate yang terjadi dalam proses pirolisis. Dari
kandungan lignoselulosa ini lah yang membedakan heating rate material
ketika mendapat perlakuan panas. Apabila suatu material mempunyai
kandungan lignin yang dominan, maka material ini membutuhkan
24
temperatur yang lebih tinggi untuk sampai pada titik devolatisasi dan
oksidasi fixed carbon. Gambar 2.11 menunjukkan trending dari dekomposisi
lignoselulosa biomassa.
Gambar 2.11 Termogravimetri lignoselulosa (Carrier et all, 2013)
Akan tetapi kondisi yang ada di lapangan, material bukan hanya
mengandung lignoselulosa tetapi masih mempunyai kadar air. Kendatipun
material sudah dikeringkan, material masih menyimpan kadar air walaupun
hanya sedikit. Untuk itu, mekanisme proses dekomposisi biomassa dalam
proses pirolisis diawali dengan proses dehidrasi atau pengeringan pada
temperatur 100-180oC. Kemudian dilanjutkan dengan proses dekomposisi
hemiselulosa pada suhu 180-260oC yang sebagian besar dikonversikan
menjadi CO2, dekomposisi selulosa pada 240-340oC dengan produk
konversi sebagian besar CO dan dekomposisi lignin pada 280-500oC lebih
25
banyak dikonversikan menjadi H2 dan CH4, ketika temperatur mencapai
500oC, reaksi pirolisis hampir selesai (Yang, 2007). Pada proses pirolisis,
laju pemanasan pada proses pirolisis sangat berpengaruh terhadap
pembentukan produk yang terdevolatilisasi, tekanan, waktu tinggal dan
persentase jumlah produk yang diinginkan (Preto, 2008). Berikut ini tabel
produk pirolisis berdasarkan laju pemanasan.
Tabel 2.1 Distribusi produk dalam pirolisis
Berdasarkan hasil produk yang diinginkan pada proses pirolisis, ada 4 jenis
kondisi operasi yang dapat dilakukan pada proses pirolisis (Basu, 2010),
yaitu:
a. Flash Pyrolisis
Kondisi operasi flash pyrolisis berada pada temperatur operasi yang
tinggi yaitu > 600oC dan laju pemanasan yang tinggi (1000ºC/menit).
Flash pyrolisis ditujukan untuk mendapatkan hasil maksimal pada bahan
bakar gas karena pada proses ini, semua komposisi biomassa akan
26
menguap dan produk yang dihasilkan lebih ke gas yang tidak bisa
terkondensasi.
b. Fast Pyrolisis
Fast pyrolisis merupakan proses pirolisis pada suhu 425-600oC dengan
laju pemanasan yang cepat ( 300-500oC/menit) dimana produk utama
adalah liquid dominan dan gas.
c. Slow Pyrolisis
Slow pyrolisis merupakan proses pirolisis pada temperatur sedang (350-
400oC) dengan laju pemanasan yang lambat (5-7
oC/menit) dimana
produk utama yang dihasilkan adalah padatan, minyak, dan gas
d. Terofaksi
Terofaksi merupakan proses pirolisis pada temperatur 200-300oC dengan
laju pemanasan yang lambat (5-7ºC/menit) dimana produk utama yang
dihasilkan adalah padatan yang kaya akan karbon.
3. Parameter Pirolisis
Komposisi penyusun biomassa seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin
akan mengalami perubahan sifat fisik dan sifat kimia selama proses pirolisis
berlangsung. Perubahan material biomassa sangat dipengaruhi berbagai
faktor selama proses berlangsung. Faktor-faktor tersebut meliputi
temperatur operasi, laju pemanasan, waktu tinggal material, kehadiran
oksigen, kadar air dan ukuran partikel biomassa (Tumuluru, 2011).
27
a. Temperatur
Temperatur pirolisis berada pada kisaran 300-650oC. Temperatur ini akan
menentukan tingkat dekomposisis material sampah, waktu tinggal dalam
reaktor, dan hasil pirolisis. Laju dekomposisi dan kerusakan struktur
penyusun material meningkat dengan meningkatnya temperatur reaksi
pirolisis (Brigeman, 2008). Akibatnya, terjadi peningkatan kehilangan
massa dan proses karbonisasi material. Akan tetapi, jika temperatur
reaksi terlalu tinggi melebihi temperatur pirolisis, tingkat
dekomposisiakan sangat reaktif yang mengakibatkan komponen
penyusun material akan banyak dikonversikan ke dalam bentuk gas dan
liquid. Konsekuensinya, produk padatan hasil pirolisis menjadi berkurang
dengan waktu tinggal dalam reaktor yang lebih singkat (Sridhar, 2007).
b. Kadar Air dalam Material Biomassa
Dalam proses pirolisis, kadar air memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap efisiensi proses pirolisis. Hal ini dikaitkan dengan
kehilangan energi panas yang cukup besar untuk proses penguapan air
sebelum proses pirolisis berlangsung dan akan membutuhkan waktu
tinggal yang lama untuk mendapatkan proses pirolisis yang sempurna
(Sadaka, 2009). Selain mengganggu kebutuhan termal untuk proses
pirolisis, kadar air yang tinggi dalam material akan memerlukan beban
pendinginan dan peralatan pimisah uap air yang terkondensasi serta kadar
air yang tinggi dalam material organik selama proses pirolisis dapat
mengalami reaksi kedua dengan gas dan padatan yang akan mengekstrak
28
fraksi yang dapat larut dalam air dan berakibat produk gas dan padatan
jadi berkurang (Ciolkosz, 2011).
c. Waktu Reaksi
Waktu Reaksi berkaitan dengan lamanya waktu tahan material dalam
reaktor. Variabel ini akan mempengaruhi proses depolimerisasi,
dekomposisi, dan karbonisasi selama proses pirolisis berlangsung. Jika
waktu tinggal cukup lama, proses pirolisis akan sempurna untuk
mengkonversikan bahan baku menjadi gas dan liquid. Lamanya waktu
tinggal proses pirolisis pada dasarnya disesuaikan dengan material bahan
baku yang digunakan dan setiap bahan baku mempunyai waktu tinggal
yang proporsional (Basu, 2010).
d. Ukuran Partikel Sampah
Ukuran partikel memberikan pengaruh pada luas permukaan kontak
perpindahan panas antara material dan sumber panas selama proses
dekomposisi termal. Semakin kecil ukuran partikel, permukaan
perpindahan panas semakin luas dan akan meningkatkan laju
perpindahan panas ke permukaan material. Konsekuensinya akan
meningkatkan laju dekomposisi pada material dan meningkatkan
efisiensi pirolisis terutama pada kebutuhan waktu tinggal yang pendek
(Ohliger, 2012). Namun begitu, pengaruh laju pemanasan terhadap
ukuran partikel perlu diperhatikan karena ukuran partikel yang kecil akan
mengalami laju pemanasan yang cepat dan akan berpengaruh pada hasil
padatan pirolisis.
29
e. Laju Pemanasan
Laju pemanasan merupakan besarnya energi termal yang diberikan
terhadap material per satuan waktu. Laju pemanasan ini akan
menentukan komposisi produk yang dihasilkan. Jika laju pemanasan
yang tinggi, kecendrungan produk dalam bentuk liquid dan gas (Luo,
2010).
f. Kehadiran Oksigen
Kehadiran oksigen dalam proses pirolisis akan mempengaruhi proses
dekomposisi termal pada material biomassa. Kehadiran oksigen akan
memicu terjadinya proses pembakarn akibat reaksi oksidasi antara
material organik dan oksigen (Klarsson, 2013).
4. Karakteristik Bio-oil Pirolisis
Produk utama dari proses pirolisis berbentuk liquid masuk dalam kategori
generasi bahan bakar bakar minyak (BBM) berbasis petrolium (minyak
bumi) dan merupakan jenis bio-energi yang dapat dimanfaatkan sebagai
pensubtitusi bahan bakar fosil (Basu, 2010). Bentuk fisik bio-oil sangat
berbeda dengan produk minyak dari fosil dan turunannya. Bio-oil hasil
pirolisis biomassa seperti kayu akan menghasilkan minyak berwarna gelap
pekat dan beraroma seperti asap (Kuhlmann et al., 1994). Bio-oil terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen dengan sedikit sulfur. Komponen terbesar dalam
bio-oil yaitu lignin, alkohol, asam organik, dan karbonil. Komposisi tersebut
menjadikan bio-oil menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Selain itu,
bio-oil memiliki nilai kalor (heating value) 22,1 MJ/L yang lebih besar
30
dibandingkan bahan bakar oksigenasi lainnya seperti metanol yaitu sekitar
17,5 MJ/L dan nilainya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan diesel oil
(38,9 MJ/L) dan fuel oil lainnya seperti etanol (23,5 MJ/L) (Bergman,
2005). Adapun karateristik serta komposisi untuk penentuan kualitas bio-oil
dari proses pirolisis bisa dilihat dari komponen sebagai berikut:
a. Nilai kalor (heating value/HV)
Nilai kalor merupakan jumlah energi panas yang terkandung dalam
produk hasil pirolisis. Besarnya dari nilai kalor ini sangat bergantung
pada kandungan unsur yang ada dalam padatan hasil pirolisis. Nilai kalor
padatan dapat dihitung menggunakan persamaan empiris yang dihasilkan
oleh Sheng dan Azvedo yaitu (Kricka, 2010).
......(2.2)
Dimana:
HV = Nilai kalor
C = Karbon
H2 = Hidrogen
O2 = Oksigen
S = Sulfur
N = Nitrogen
31
b. Hasil massa produk (mass yield)
Hasil massa produk merupakan jumlah bio-oil yang dihasilkan untuk
setiap satuan berat bahan baku. Jumlah massa ini dapat dihitung
menggunakan persamaan (Bridgeman, 2008).
[
] ..................................(2.3)
Dimana:
YM = massa produk
mBO = massa bio-oil
mBB = massa bahan baku
c. Hasil energi produk pirolisis (energy yield)
Hasil energi produk pirolisis merupakan jumlah nilai kalor yang
tergandung dalam produk bio-oil. Nilai energi yang terkandung dalam
bio-oil dapat dihitung dengan (Luo, 2010).
%................................(2.4)
Dimana:
YE = energi yield
HVBO = nilai kalor bio-oil
HVBB = nilai kalor bahan baku
mBO = massa bio-oil
mBB = massa bahan baku
32
d. Titik Tuang
Titik tuang adalah suatu angka yang menunjukkan suhu terendah dari
bahan bakar minyak sehingga dapat masih dapat mengalir karena gaya
gravitasi (Handayani, 2008). Titik tuang ini diperlukan sehubungan
dengan bahan bakar minyak sering sulit dipompakan dalam suhu tertentu.
e. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala merupakan suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari
bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila
permukaan minyak didekatkan pada nyala api (Chevron, 2007). Titik
nyala diperlukan sehubungan dengan adanya pertimbangan-pertimbangan
mengenai keamanan dalam penimbunan minyak dan pengangkutan bahan
bakar minyak terhadap bahaya kebakaran (Yeliana, 2004). Tidak nyala
tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian
bahan bakar minyak untuk mesin diesel dan ketel uap
f. Viskositas
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besar perlawanan atau
hambatan dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran tahanan geser
dari bahan cair atau sering disebut kekentalan. Semakin tinggi nilai
viskositas maka cairan tersebut akan semakin kental. Alat yang
digunakan untuk mengukur nilai viskositas disebut viscometer.
g. Angka Oktana dan Setana
Angka oktana digunakan sebagai indikator kemampuan bahan bakar
minyak dalam menahan tekanan kompresi untuk mencegah bahan bakar
terbakar sebelum busi menyala. Angka oktana digunakan untuk indikator
33
bensin, di Indonesia angka oktana yang digunakan untuk kompresi bahan
bakar yaitu berkisar 88-92 isooktana (Yeliana, 2004). Sedangkan angka
setana digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat kepekaan
terhadap denotasi (ledakan). Angka oktan digunakan untuk indikator
diesel. Angka setana untuk bahan bakar ringan untuk motor diesel
putaran tinggi berkisar antara 40-60. Akan tetapi, bilangan setana bukan
untuk menyatakan kualitas dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan yang
menyatakan kualitas dari penyalaan bahan bakar diesel.
h. Kadar Abu
Kadar abu merupakan zat yang terkandungan dalam bahan bakar minyak
yang akan kelihatan apabila minyak dibakar sampai habis.
i. Kandungan Belerang
Semua bahan bakar pasti mengandung belerang walaupun jumlahnya
sedikt. Akan tetapi kandungan ini sangat tidak diinginkan karena sifatnya
yang merusak. Hal ini disebabkan karena belerang akan teroksidasi oleh
oksigen menjadi belerang oksida (SO2) dan belerang teroksida (SO3).
Oksidasi belerang ini akan sangat merugikan mesin karena bersifat
korosif didalam ruang bakar maupun gas buang apabila bereaksi dengan
air (Hariyadi, 2007).
5. Fraksi Hidrokarbon Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak berasal dari pelapukan sisa mahluk hidup yang
membentuk minyak bumi atau bahan bakar minyak dari fosil (Chevron,
2007). Sedangkan bahan bakar minyak hasil pirolisis merupakan
34
perengkahan senyawa C, H dan O dari mahluk hidup dengan cara
direngkahkan menggunakan energi panas kemudian dikondensasi menjadi
cair (Basu, 2010). Secara umum umum, bahan bakar minyak merupakan
campuran yang kompleks hidrokarbon ditambah senyawa anorganik yang
membentuk ikatan CxHy (Hariyadi, 2007). Fraksi-fraksi hidrokarbon yang
terkandung didalam bahan bakar minyak inilah yang membedakan jenis
bahan bakar yang selama ini digunakan, baik itu digunakan pada internal
engine maupun eksternal engine. Secara umum, fraksi hidrokarbon bisa
dibedakan berdasarkan tabel 2.4.
Tabel 2.2 Fraksi-fraksi hidrokarbon (Aquado, 1997)
Fraksi Atom C Titik Didih (°C)
Gas 1-4 -160-30
Gasolin 5-12 30-200
Diesel 12-20 30-200
Heavy Oil >20 Titik didih tinggi
Selain itu, pada setiap fraksi hidrokarbon disusun oleh ribuan senyawa-
senyawa yang menetukan kualitas dari bahan bakar tersebut. Berikut 5
penyusun utama golongan fraksi hidrokarbon yang ada pada bahan bakar
minyak berdasarkan bentuk rantai ikatan kimia (Riazi, 2010).
a. n-parafin
Parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula
CnH2n+2. Parafin merupakan fraksi utama dari minyak mentah yang
dihasilkan dari straight-destilation, dimana oktan yang dihasilkan
35
mempunyai nilai oktan yang rendah. Sebagai contoh golongan parafin
adalah metana (CH4). Parafin memunyai karakteristik nilai setana tinggi.
b. Iso-parafin
Iso-parafin merupakan senyawa hidrokarbon alkana yang mempunyai
rantai cabang sangat sedikit, namun jumlah iso-parafinnya dapat
ditingkatkan melalui proses perengkahan katalitik, alkilasi, isomerasi,
dan polimerasi.
c. Olefin
Senyawa olefin merupakan senyawa hidrokarbon rantai jenuh atau sering
dijumpai dalam bentuk alkena. Senyawa olefin hampir tidak ada didalam
minyak mentah tetapi proses perengkahan katalitik akan menghasilkan
senyawa ini.
d. Aromatik
Aromatik merupakan senyawa yang sangat dibutuh bahan bakar bensin
sebagai bahan anti knocking. Aromatik mempunyai bilanagn oktana yang
ckup tinggi. Akan tetapi kehadiran senyawa olefin dalam minyak mentah
sangat sedikit.
e. Nafta/nepthene
Nafta merupakan senyawa siklik yang jenuh (rantai alkana) dan tidak
reaktif, yang merupakan senyawa kedua terbanyak dalam minyak bumi.
Senyawa ini mempunyai berat molekul yang rendah dan diguakan
sebagai bahan bakar. Sedangkan nafta yang mempunyai berat molekul
tinggi terdapat pada fraksi gas oil dan minyak pelumas.
36
D. Katalis Pirolisis
Katalis didefinisikan sebagai suatu subtansi yang mengubah laju suatu reaksi
tanpa terdapat suatu produk akhir. Walaupun menurut definisi katalis tidak
berubah pada akhir reaksi, tetapi tidak berlaku anggapan bahwa katalis tidak
mengawali jalannya reaksi selama reaksi berlangsung. Untuk itu katalis bisa
difungsikan menurunkan energi aktivasi sehingga reaksi berjalan lebih cepat
dan dapat mempengaruhi laju reaksi akan tetapi zat tersebut tidak ikut bereaksi
(tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi), karena itu katalis tidak
memberikan energi ke dalam sistem.
Gambar 2.12 Diagram profil energi dari reaksi tanpa dan dengan katalis
Umumnya kenaikan konsentrasi katalis juga menaikkan laju reaksi, sehingga
katalis ikut berperan dalam reaksi tetapi pada akhir proses reaksi diperoleh
kembali (Sukardjo, 2002). Pada proses thermal cracking, katalis digunakan
untuk meningkatkan kinetika reaksi pirolisis melalui proses cracking pada
37
bahan baku dengan berat molekul lebih tinggi menjadi produk hidrokarbon
ringan (Sobyamin, 2005).
1. Jenis Katalis berdasarkan Fasa Reaktan
Berdasarkan fasa reaktan, proses katalis dapat digolongkan 3 bagian yaitu:
a. Katalis Homogen
Katalis homogen ialah katalis yang mempunyai fasa sama dengan fasa
campuran reaksinya (reaktan dan produk). Katalis homogen lebih efektif
jika dibandingkan dengan katalis heterogen. Akan tetapi pada katalis
homogen, katalis sukar dipisahkan dari produknya serta sisa reaktan.
Selain itu, penggunaan katalis homogen dapat mencemari lingkungan dan
tidak dapat digunakan kembali. Contoh dari katalis homoge biasanya
banyak digunakan dalam produksi bio-diesel, seperi basa (NaOH, KOH),
asam (HCL, H2SO4) (Setyawan, 2003).
b. Katalis Heterogen
Katalis heterogen merupakan katalis yang mempunyai fasa berbeda
dengan fasa campuran reaksinya (reaktan dan produk). Katalis heterogen
secara umum berbentuk padat dan banyak digunakan pada reaktan
berwujud cair atau gas. Berbeda dengan katalis homogen, katalis
heterogen mudah dipisahkan dengan produknya begitu juga reaktannya.
karena mudah dipisahkan dari campuran reaksinya dan kestabilan
terhadap perlakuan panas, katalis heterogen lebih banyak digunakan
dalam proses indutri kimia (Setyawan, 2003). Selain itu, katalis
heterogen tidak korosif, ramah lingkungan, memiliki waktu paruh yang
panjang dan dapat memberikan aktifitas dan selektifitas yang tinggi.
38
Selain itu, katalis heterogen jug meningkatkan kemurnian hasil karena
reaksi samping dapat mengeliminasi (Liu, 2008). Contoh-contoh dari
katalis heterogen adalah zeolit, alumina silika, CaO, dan MgO.
c. Bio-katalis (Katalis Enzim)
Bio-katalis adalah katalis yang memiliki keunggulan sifat (aktivasi
tinggi, selektivitas dan spesifitas) sehingga dapat membantu proses-
proses kimia kompleks pada kondisi lunak dan ramah lingkungan.
Kelemahan bio-katalis sangat mahal, sering tidak stabil, mudah
terhambat, tidak dapat diperoleh kembali setelah dipakai. Salah satu
contoh bio-katalis adalah enzim lipase.
2. Komposisi Katalis
Katalis terbentuk dari komponen- komponen yang dapat menunjang sifat-
sifat katalis yaitu aktivitas, selektivitas, dan stabilitas (Fogler, 1994). Untuk
memenuhi sifat tersebut dibutuhkan komponen utama yaitu:
a. Fase aktif berfungsi mempercepat dan mengarahkan reaksi reaktan yang
akan bereaksi harus dapat kontak dengan zat ini. Pemilihan komponen
aktif merupakan usaha pertama dalam perencanaan katalis. Pertimbangan
utama dalam pengklasifikasian katalis adalah untuk konduktivitasnya
tergantung dari konfigurasi elektronik atomnya.
b. Penunjang (support) fungsinya agar aktivitas katalis berbanding lurus
dengan bagian aktifnya, untuk itu digunakan suatu support yang
mempunyai luas permukaan yang besar. Sebagai support adalah zat padat
yang pourus dengan luas permukaan dapat mencapai beberapa ratus
39
meter persegi per gram katalis. Oleh karena itu fase disebarkan sehingga
kontak antara fase aktif dan reaktan dapat terjadi.
c. Promotor (aditif) ditambahkan pada katalis untuk meningkatkan
aktivitas, selektivitas, dan stabilitas. Biasanya ditambahkan dalam jumlah
kecil 3% pada saat pembuatan katalis. Selain itu sering kali promotor
bertujuan untuk menghalangi aktivitas yang tidak diinginkan, seperti
pembentukan coke.
3. Parameter Katalis
Dalam proses cracking, katalis mempuyai beberapa parameter yang sangat
mempengaruhi kinerja, antara lain.
a. Porositas
Katalis mempunyai beragam ukuran pori, pori katalis sangat berpengaruh
dalam proses perengkahan senyawa kimia. Semakin besar porositas
katalis maka akan semakin bagus proses perengkahan senyawa kimia,
dikarenakan semakin banyak senyawa kimia yang masuk kedalam pori
katalis (Ternan et all, 2003).
Gambar 2.13 Porositi katalis
40
Di dalam pori katalis, ikatan kimia dalam senyawa tersebut akan diputus
oleh sisi aktif katalis yang berupa zat asam sehingga ikatan rantai carbon
panjang akan direngkahkan dan menjadi ikatan rantai C yang lebih
pendek.
b. Ukuran Partikel
Ukuran partikel akan berpengaruh pada proses pemutusan ikatan kimia,
karena ukuran partikel katalis berhubungan langsung dengan kinerja pori.
Semakin kecil ukuran partikel, maka akan semakin banyak luas
permukaan katalis yang berkontak langsung dengan ikatan senyawa
sehingga akan banyak pori katalis yang bisa menyerap senyawa kimia
dan berlangsunglah proses catalytic cracking.
c. Selektivitas
Selektivitas katalis adalah kemampuan katalis mempercepat suatu reaksi
diantara beberapa reaksi yang terjadi sehingga produk yang diinginkan
dapat diperoleh dengan produk sampingan seminimal mungkin
(Ramaswamy, 2003).
d. Aktivitas
Aktivitas katalis merupakan kemampuan katalis untuk mengkonversikan
reaktan menjadi produk yang diinginkan.
e. Stabilitas
Stabilitas didefinikan lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas
seperti keadaan semula.
41
4. Contoh Katalis
Dalam proses thermal cracking, ada beberapa jenis katalis yang dapat
digunakan, yaitu jenis katalis heterogen yang berupa katalis zeolit dan
katalis bukan zeolit.
a. Katalis Zeolit
Zeolit merupakan termasuk jenis mineral yang telah dikenal sejak tahun
1756 oleh Cronsted, seorang ahli mineral berkebangsaan Swedia. Zeolit
merupakan kristal alumika-silika yang mempunyai struktur berrongga
yang mempunyai sisi aktif bermuatan negatif yang mengikat secara
lemah kation penyeimbang muatan dan memiliki kemampuan sebagai
absorben, katalis, dan penukar kation. Dari jenis-jenis yang ada, yang
umumnya terdapat di Indonesia adalah clipnotilotile dan mordenit. Zeolit
terbentuk dari unit-unit tetrahedra AlO4 dan SiO4 yang merupakan
kerangka dasar struktur zeolit dengan atom silikon dan aluminium
sebagai pusatnya. Masing-masing tetrahedra ini dihubungkan oleh ion-
ion oksigen membentuk jaringan tetrahedra tida dimensi (Bekkum,
1991). Rumus kimia zeolit secara empiris ditunjukkan dibawah ini
Mx/n.[(AlO2)x.(SiO2)y].wH2O
Dimana notasi M adalah kation logam alkali atau alkali tanah. x,y, dan w
adalah bilangan-bilangan tertentu, sedangkan n adalah muatan ion dari
logam. Berdasarkan asalnya zeolit dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
42
1. Zeolit Alam
Pada umumnya, zeolit alam dibentuk oleh reaksi dari pori air dengan
berbagai material seperti gelas maupun silika. Pembuatan zeolit alam
ini tergantung pada komposisi dari batuan induk, temperatur, tekanan,
tekanan parsial dari air, pH, dan aktifitas dari ion-ion tertentu. Zeolit
umumnya mempunyai kandungan SiO2= 68,5%; Al2O3= 13,17%;
LOI=8,42%; Fe2O3=2,98%; CaO=2,47%; K2O=1.8%; Na2O=1,06%;
MgO=1,15%; TiO2=0,14% (CV Minatama, 2013).
2. Zeolit Sintetis
Mineral zeolit sintetis yang dibuat tidak dapat persis sama dengan
mineral zeolit alam, walaupun zeolit sintetis mempunyai sifat fisis
yang jauh lebih baik (Damayanthi dan Martini, 2012). Dalam dunia
perdagangan muncul nama-nama zeolit zintetis seperti zeolit A, zeolit
ZSM-5, zeolit ZSM-11, zeolit y, zeolit x, dan lain-lain. Zeolit sintetik
terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada temperatur dari
temperatur kamar sampai dengan suhu 200o C pada tekanan
atmosferik ataupun outogenous.
b. Katalis Bukan Zeolit
1. Dolomit
Dolomit adalah mineral alam yang mengandung unsur hara
Magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca) berbentuk tepung. Dolomit
termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara
teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3%
CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis
43
meliputi CaCO3.MgCO4, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan
nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni,
karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan
batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung (Basu, 2010). Dalam
mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi. Dolomit
berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan
lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50-4,00, bersifat
pejal, berat jenis antara 2,80 2,90, berbutir halus hingga kasar dan
mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.
2. Kaolin
Kaolin merupakan salah satu mineral tanah liat (lempung) yang
mengandung beberapa lapis aluminium silikat. Kaolin bersifat lunak,
halus, dan berwarna putih, terjadi dari pelapukan batuan granit. Secara
teoris, kaolin mempunya komposisi SiO2 43,12 %, Al2O3 46,07 %,
Fe2O3 nil, MgO 0,27 %, CaO 0,3 %, ZnO 0,0064 %, K2O 0,01 %,
TiO2 0,74, LOI at 1000 oC 9,9 % (Panda, 2013).
5. Aktivasi Katalis
Pengaktifan katalis dimaksudkan sebagai usaha untuk memdifikasi keadaan
pada struktur kerangka atau non kerangka katalis sehingga diperoleh sifat
fisika-kimia katalis yang diinginkan. Pengaruh aktivasi katalis yaitu dapat
membersihkan katalis dari unsur pengotor, menghilangkan kation jenis
logam tertentu yang tidak bermanfaat dalam proses katalisasi,
menghilangkan molekul air dalam rongga katalis dan memperbesar pori
44
katalis sehingga katalis memiliki kapasitas yang lebih tinggi. Secara umum,
aktivasi katalis dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Aktivasi secara Termal
Pengaktivan katalis dengan pemanasan bertujuan mengeluarkan air atau
zat pengotor dari dalam rongga-rongga katalis. Kemampuan atau sifat
pertukaran kation katalis terutama selektivitas dan kapasita
pertukarannya akan sangat ditentukan oleh strukturnya. Disisi lain untuk
pemanasan setiap katalis mempunyai temperatur yang berbeda-beda,
dengan kata lain treatment katalis A dengan Katalis B tidak akan selalu
sama. Misalnya pada katalis zeolit, pemakaian panas yang tinggi pada
aktivasi zeolit akan menyebabkan terjadinya pelepasan aluminium dari
struktur kerangka tetrahedral zeolit dan juga menyebabkan dehidroksilasi
gugus OH pada struktur zeolit. Akibat terjadinya pelepasan struktur
zeolit menyebabkan pembentukan gugus siloksan (Si-O-Al) dan
aluminium yang miskin gugus hidroksil. Akibatnya terjadi kerusakan
struktur zeolit yang mempengaruhi fungsi pertukaran kation dan
absorbsinya menurun.
b. Aktivasi Kimia
Aktifasi pengasaman bertujuan untuk membersihkan permukaan pori,
membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang
dapat dipertukarkan. Aktivasi asam menyebabkan terjadinya
dekationisasi yang menyebabkan pertambahan luas permukaan katalis
karena berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori katalis,
meningkatkan kristalinitas, keasaman dan luas permukaan. Sehingga
45
setiap oksigen dalam ikatan ini akan cenderung mengikat H+
dan
membentuk gugus OH atau gugus silanol yang bersifat polar. Dengan
pembentukan gugus OH ini berarti tingkat keaktivan katalis dalam proses
cracking juga meningkat karena banyak gugugs OH yang dapat
memotong ikatan rantai C panjang.
6. Degradasi Katalis
Umur katalis sangat tergantung dari sifatnya. Sifat ini dapat berkurang atau
hilang karena berbagai hal diantaranya (Fogler, 1994):
a. Poisoning (racun katalis)
Poisoning diakibatkan karena kemisorpsi dari reaktan, impurities atau
produk di dalam umpan suatu reaktor dimana bagian aktif dari katalis
tertutupi. Kemisorpsi ini bisa reversible (dapat diregenerasi) dan
irreversible (tidak dapat diregenerasi)
b. Fouling
Fouling diakibatkan oleh bagian reaktan atau produk yang mengendap
secara fisis dipermukaan katalis sehingga menutupi bagian aktif dari
katalis misalnya kerak, karat, dan berbagai produk korosi yang mungkin
terjadi karena penambahan zat kimia. Material- material ini akan
menyumbat bagian- bagian luar partikel, menyumbat pori dan menutupi
permukaan aktif. Pengaruh yang paling buruk adalah menyatunya
partikel sesamanya yang dapat menghilangkan ruang kosong antar
partikel dalam reaktor dan dapat menyulitkan pengeluaran katalis.
46
c. Sintering
Sintering terjadi karena adanya local over heatting yaitu adanya zat yang
lebih bereaksi dengan zat sekitarnya. Terjadi reaksi mengakibatkan panas
sehingga terjadi perubahan fase dari padat ke cair. Penyebab ini dari
sintering adalah adanya pertumbuhan kristal migrasi dari kristalit akan
terjadi tabrakan dengan yang lain dan bergabung sesamanya. Katalis
yang lain dirancang untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
peristiwa sintering ini misalnya dengan memberikan promotor yang
dapat mempertahankan stabilitas katalis.
d. Physical Loss
Yaitu degredasi katalis karena berkurangnya katalis ketika reaksi terjadi.
Terjadi pada katalis yang bersifat homogen atau pada katalis heterogen
pada reaktor fluidized bed.
e. Chemical Change
Yaitu degradasi karena adanya perubahan yang bersifat kimiawi pada
katalis. Secara teoritis pada katalis tidak terjadi perubahan kimia tetapi
pada proses reduksi kimia perubahan secara perlahan akan mungkin
terjadi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengambilan data penelitian dilakukan di Laboratorium Termodinamika
Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun untuk pengambilan sampel
sampah padat perkotaan (Municipal Solid Waste) yang akan digunakan dalam
pengujian berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung yang ada di
Bandar Lampung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai tanggal 1
Agustus 2015 sampai dengan 31 Maret 2016.
B. Tahapan Penelitian
Berikut merupakan tahapan kegiatan penelitian yang tersusun dibawah ini:
1. Studi Literatur
Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai material biomassa
(sampah padat perkotaan), teknologi konversi biomassa, metode pirolisis,
dan katalis pada proses catalytic cracking.
2. Pengolahan Sampel Uji
Sampel uji untuk bahan penelitian diambil dari Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Bakung yang berlokasi di kecamatan Teluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung. Kemudian sampel uji dipisahkan dan dihitung kadar
48
airnya, lalu mencampur sampel uji dengan katalis menggunakan
perbandingan katalis dengan sampah 1:4, 1:2, 3:4, dam 1:1.
3. Persiapan Alat
Persiapaan alat pirolisis dan instalasinya.
4. Pengujian
Pengujian dilakukan berdasarkan proses pengujian dengan variasi jenis
katalis dan rasio perbandingan takaran sampah dengan katalis.
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengujian pirolisis digunakan sebagai dasar untuk
analisis laju reaksi dan analisis jumlah produk. Analisis Laboratorium akan
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui karakteristik bio-oil hasil
pirolisis berkatalis alam sampah padat perkotaan.
6. Penulisan Laporan
Penulisan Laporan adalah tahap akhir dari penelitian ini.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pirolisis adalah sebagai berikut:
a. Reaktor
Reaktor digunakan sebagai tempat terjadinya proses pirolisis. Reaktor
terdidri dari sebuah tabung, tutup tabung, pressure gauge, safety valve,
thermocouple dan pipa output. Tabung reaktor berfungsi sebagai tempat
49
penampungan material uji yang akan dipirolisis. Tutup tabung berfungsi
sebagai tutup yang memungkinkan tidak terjadinya pertukaran udara
didalam tabung. Pressure gauge berfungsi sebagai pengukur tekanan
yang ada didalam tabung. Safety valve berfungsi untuk mengatur tekanan
berlebih yang ada di dalam tabung supaya tekanan yang terjadi didalam
reaktor tidak melebihi kapasitas tekanan maksimal reaktor.
Thermocouple berfungsi sebagai pembaca temperature di dalam tabung
pirolisis selama proses berlangsung. Pipa output berfungsi sebagai
saluran keluar uap hasil pirolisis yang akan menuju kondensor. Adapun
material yang digunakan yaitu baja stainless steel berdiameter dalam 16
cm dengan tebal 3 mm dan mampu menampung kapasitas sampah
campuran ± 0,5 Kg.
Gambar 3.1 Reaktor
b. Pemanas (Heater)
Pemanas berfungsi sebagai sumber panas untuk memanaskan reaktor.
Transfer energi pada pemanas terjadi dalam tahapan pembangkitan
energi panas oleh element pemanas yang energinya disuplai dari energi
50
listrik dengan daya 6000 Watt. Pemanas yang dibuat dapat mensuplai
kapasitas pemanasan mencapai 10000C.
Gambar 3.2 Pemanas
c. Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari alat pirolisis yang terdiri dari pipa
tembaga, bak penampung air dan air. Kondensor berfungsi sebagai alat
perubah fasa (separator) pada proses pirolisis dengan cara merubah fasa
uap hasil pirolisis dalam reaktor menjadi fasa cair dan fasa untuk zat-zat
yang tidqak dapat terkondensasi.
Gambar 3.3 Kondensor
51
d. Tabung Sampel Uji
Tabung sampel uji digunakan sebagai wadah produk pirolisis dan untuk
mengetahui jumlah produk yang dihasilkan.
Gambar 3.4 Tabung sampel uji
e. Kran ¼ Inchi
Katup digunakan sebagai katup pemisah antara pipa keluaran uap pada
tabung reaktor dengan kondesor, sehingga pada saat temperatur
kondensasi belum mencapai temperatur yang diinginkan uap di dalam
tabung reaktor tidak keluar.
Gambar 3.5 Kran ¼ inchi
f. Thermocouple
Dalam pengambilan data, thermocouple ini digunakan untuk mengukur
temperatur masuk dan temperatur keluaran pada kondensor serta
mengukur temperatur akhir pada air pendingin.
52
Gambar 3.6 Thermocouple
g. Timbangan Digital
Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur berat dari
bahan sampah yang digunakan untuk proses pirolisis, mengukur rasio
katalis, serta untuk menimbang bio-oil hasil kondensasi.
Gambar 3.7 Timbangan digital
h. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk peralatan keamaan operator saat
melakukan pengambilan data.
Gambar 3.8 Sarung tangan
53
i. Masker
Masker digunakan untuk keamaan operator dari gas-gas berbahaya hasil
pirolisis.
Gambar 3.9 Masker
J. Gas Nitrogen (N2)
Gas nitrogen digunakan untuk menghilangkan kandungan O2 yang berada
di dalam reaktor
Gambar 3.10 Gas nitrogen (N2)
54
2. Bahan
Adapun bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah
kota Bandar Lampung yang berada di tempat pembuangan akhir sampah
(TPA) Bakung, Teluk Betung Barat. Bahan baku yang dijadikan sampel
diambil dari satu truk samah kota Dinas Kebersihan dan pertamanan
(DISBERTAM) Kota Bandar Lampung. Sampah tersebut tersusun dari
berbagai jenis sampah baik itu sampah organik maupun anorganik. ;
Sampah kemudian di pisah sesuai jenisnya, pada kesempatan ini sampah
disortir sesuai 5 bidang kategori yaitu sampah, sampah karet, sampah tekstil,
sampah kertas, dan sampah plastik. Untuk lebih jelas tentang bahan–bahan
yang digunakan dapat dilihat deskripsi sebagai berikut:
a. Sampah Organik
Sampah organik yang dimaksudkan dalam kategori ini yaitu berupa
sayuran, daun, sisa makanan dan sampah daun-daunan maupun ranting.
Sampah seperti ini sering dijumpai di pasar tradisional, rumah tangga
maupun lingkungan sekitar. Sedangkan kayu dan ranting juga dapat
ditemukan di lingkungan sekitar. Sampah ini merupakan limbah
biomassa yang banyak menganduk energi dalam ikatan kimia. Limbah
ini tentunya sangat baik dimanfaatkan karena banyak peneliti yang
melakukan riset mengenai sampah jenis ini. Selain itu ketersediannya
yang berlimpah juga menjadi alasan untuk dimanfaatkan menjadi bahan
bakar alternatif. Sehingga dapat memberikan dampak positif dalam
penanganan sampah.
55
Gambar 3.11 Sampah organik
b. Sampah Plastik
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan untuk keperluan
sehari–hari. Ketika plastik sudah tidak digunakan lagi, maka akan
dibuang oleh penggunanya. Plastik sendiri terdiri dari berbagai jenis
yaitu Low Density Poly Ethylene (LDPE), Poly Propylene (PP), High
Density Poly Ethylene (HDPE), Poly Vinyl Cloride (PVC), Poly Ethylene
Terephtalate (PET), Polyethylene (PE), Polystyrene (PS), Acrylonitrile
Butadiene styrene (ABS) dan Styrofoam. Dalam tumpukan sampah
berbagai jenis plastik tersebut dapat dengan mudah kita jumpai. Akan
tetapi ada beberapa jenis plastik yang diambil oleh para pemulung seperti
Poly Propylene (PP), Poly Vinyl Cloride (PVC), dan Poly Ethylene
Terephtalate (PET), sehingga tidak semua jenis plastik yang ada bisa
dijumpai di tempat pembuangan akhir (TPA) bakung, hanya 2 jenis
plastik yang mendominasi yaitu plastik jenis Low Density Polyetylene
(LDPE) dan High Density Polyetylene (HDPE) dikarenakan plastik jenis
ini tidak dipungut oleh pemulung. Dari plastik yang tersisa di TPA ini
56
tersimpan kandungan C dan H yang bisa dikonversikan menjadi bahan
bakar. Berbagai jenis plastik ini akan dicampur sesuai dengan kondisi
real sampah, untuk melihat pengaruh produk bio-oil.
Gambar 3.12 Sampah plastik
c. Kertas
Kertas merupakan suatu bahan tipis yang dihasilkan dari kompresi serat
yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan adalah serat alami dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kandungan tersebut didapat dari
kayu terdiri dari 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat adhesif di
lamella tengah, 20% karbohidrat berupa xylan, resin dan tannin.
Gambar 3.13 Sampah kertas
57
Kertas biasanya digunakan sebagai alat media tulis dan pembungkus.
Sedangkan setelah penggunaannya, kertas hanya dibuang oleh konsumen.
Kertas masih mengandung selulosa dan hemiselulosa yang dapat
dikonversikan menjadi energi lain sehingga limbah kertas masih dapat
dimanfaatkan.
d. Karet
Sampah karet merupakan salah satu jenis sampah yang masuk dalam
kategori Polistyrene (PS). Sampah jenis ini bisanyan banyak dijumpai
dalam bentuk ban bekas. karet ban ini diproduksi dari hidrokarbon
minyak bumi yang diturunkan, sehingga sampah jenis ini juga potensial
apabila dikonversikan menjadi bahan bakar cair.
Gambar 3.14 Ban bekas
e. Tekstil
Teksil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara
pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering
disamakan dengan istilah kain. Tekstil/kain digunakan untuk keperluat
58
1 2
sandang oleh manusia. tekstil terbuat dari serat alat yang tersusun oleh
selulosa, hemiselulosa sehingga bisa dikonversikan kedalam bahan bakar.
Gambar 3.15 Tekstil
f. Katalis
Katalis digunakan sebagai bahan campuran pada thermal cracking
dengan tujuan untuk mempercepat laju reaksi, meningkatkan kuantitas
bio-oil, dan memperbaiki fraksi bio-oil.
Keterangan: 1. Zeolit 2. Kaolin
Gambar 3.16 Katalis
Katalis yang digunakan berupa katalis alam yaitu kaolin atau yang sering
dikenal tanah liat yang berasal dari daerah Ambara, Pringsewu, Lampung
dan zeolit alam lampung yang berasal dari daerah penambangan di
59
Sidomulyo, Lampung Selatan. Sebelum digunakan, katalis ini diaktivasi
secara termal pada temperatur 500°C.
D. Rangkaian Unit Pirolizer
Adapun rangkaian alat uji pirolisis adalah sebagai berikut:
Gambar 3.17 Desain rangkaian alat uji
Keterangan:
1. Reaktor 6. Pompa
2. Pemanas ( heater) 7. Keluaran Hasil Produk Bio-oil
3. Kondensor 8. Keluaran Hasil syngas
4. Kontrol Panel 9. Thermocouple
5. Gas Nitrogen
4
2
9
1
3
6
7
8
5
60
E. Metode Pengambilan Data
Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah:
1. Menyiapkan unit phyrolizer dan bahan
2. Menimbang sampel sampah yang digunakan dengan berat total 1 kg dan
katalis dengan perbandingan 1:4 lalu kemudian mencampurnya.
3. Memeriksa valve kondensor dalam kondisi tertutup dan baut telah tekunci
dengan rapat.
4. Menutup tabung pengumpanan dengan rapat.
5. Setelah semua tertutup rapat, menginjeksikan gas N2 ke dalam reaktor
dengan cara memasukkan gas N2 melalui kran inlet tujuannya untuk
mengikat dan mendorong keluar O2 yang masih terkandung didalam
reaktor melalui kran outlet.
6. Menghidupkan heater dan mengatur temperatur yang ditentukan sesuai
data tiap pengujian yaitu temperatur 300°C dan 400°C.
7. Pada temperatur pengujian bahan dimasukkan ke dalam tabung
pengumpanan, dengan cara membuka tutup yang berada di atas tabung
pengumpanan.
8. Menutup rapat kembali tabung pengumpanan, kemudian injeksikan gas N2
ke dalm tabung untuk mendorong gas O2 yang masih terkandung di dalam
tabung.
9. Membuka butterfly valve agar bahan masuk ke dalam reaktor.
10. Membuka butterfly valve agar bahan masuk ke dalam autoclave.
11. Membuka keran kondensor agar uap hasil pirolisis dapat terkondensasi ke
dalam botol penampungan.
61
12. Mencatat hasil bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisis.
13. Mengulangi langkah 1 sampai 12 dengn perbandingan katalis dengan
sampah 1:2.
14. Mengulangi langkah 1 sampai 12 dengn pernadingan katalis dengan
sampah 3:4.
15. Mengulangi langkah 1 sampai 12 dengn pernadingan katalis dengan
sampah 1:1.
16. Setelah mendapatkan data pengujian, kemudian melakukan pengujian
untuk melihat sitak fisik dan sifat kimia bio-oil. Pengujian meliputi uji
viskositas, densitas, flash point, fire point, ask content, water content, dan
uji senyawa malalui uji GC-MS.
F. Pengujian Laboratorium
Adapun uji Laboratorium untuk mengatahui senyawa kimia, sifat fisik dan sifat
kimia bi-oil yaitu menggunakan metode uji GC-MS di Laboratorium Kimia
Organik Universitas Gadjah Mada, uji viskositas kinematik, uji flash point, uji
fire point, uji densitas, uji water content, uji ash content di Laboratorium
Analisis Kimia dan Pemboran Minyak Teknik Perminyakan Tri Sakti.
1. Uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)
Uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) dilakukan untuk
mengetahui persentase senyawa yang terkandungan pada bio-oil. Alat yang
digunakan yaitu GC-MS-QP2010S SHIMADZU.
62
2. Uji Viskositas Kinematik
Pengujian Viskositas Kinematik dilakukan untuk mengetahui tingkat
kekentalan bio-oil hasil pirolisis menggunakan alat viknometer dengan
menggunakan standar ASTM D 445 di Laboratorium Analisis Kimia Teknik
Perminyakan Trisakti.
3. Uji Flash Point dan Fire Point
Hasil pengujian flash point dan fire point digunakan untuk menentukan
kualitas penyalaan bio-oil yang berhubungan dengan temperatur
pembakaran bio-oil. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Analisis
Kimia Teknik Perminyakan Trisakti mengguanakan standar ASTM D-93.
4. Uji Densitas
Pengujian densitas dilakukan untuk mengetahui massa jenis bio-oil hasil
pirolisis. Pengujian dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Teknik
Perminyakan Trisakti
5. Uji Water Content
Pengujian water content dilakukan untuk melihat konten air yang ada
didalam minyak. Kehadiran air dalam minyak sangat menggangu dalam
proses pembakaran. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Pemboran
Minyak Bumi Teknik Perminyakan Tri Sakti mengguanakan standar ASTM
D 95.
6. Uji Ash Content
Ash content atau sering disebut kadar abu merupakan material yang
terkandung didalam bahan bakar. kadar abu tidak dapat dikonversikan ke
energi lain, apabila kandungan abu bahan bakar semakin tinggi maka
63
kualitas minyak tersebut semakin buruk. Sehingga diperlukan pengujian
ash content. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Pemboran Minyak
Bumi Teknik Perminyakan Trisakti mengguanakan standar ASTM D 482.
G. Alur Pengambilan Data
Menyiapkan Alat dan Bahan
Mengkondensasi uap hasil pirolisis
sehingga menjadi cairan
Kesimpulan
Mulai
Selesai
SintNaosit
Melakukan proses pirolisis isotermal dengan
memanaskan sampah padat perkotaan pada suhu yang
ditentukan didalam ruang vakum
Pengambilan data:
1. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pirolisis
2. Kualitas dan kuantitas bio-oil yang dihasilkan
Pengujian karak;teristik bio-oil : Viskositas,
densitas, titik nyala, nilai kalor, dan
komposisi
Menganalisis
Gambar 3.18 Alur pengambilan data
64
H. Variabel Pengujian
Variabel pengujian merupakan variasi sampel pengujian yang akan
dilaksanakan dengan beberapa variabel tetap dan variabel berubah. Untuk bisa
mendapatkan karakteristik pirolisis terbaik proses pirolisis berkatalis sistem
isotermal. Variasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.1 Variasi Percobaan
No Variabel Variasi Proses
1 Temperatur (o C) 300°C dan 400°C
2 Waktu Reaksi
(Menit) 60 menit
3 Kadar Air Sampah 8-15 %
4 Ukuran Partikel
Sampah 0,5-2 cm
5 Katalis Zeolit Alam Lampung dan Kaolin.
Tabel 3.2 Tabel Percobaan Katalis kaolin
No Temperatur
(oC)
Time
Reaksi
(menit)
Kadar
Air
(%)
Massa Bahan
Baku (gram)
Massa
Katalis
(Gram)
Massa
bio-oil
1 300, 400 - - 500 125
2 300, 400 - - 500 250
3 300, 400 - - 500 375
4 300, 400 - - 500 500
Tabel 3.3 Tabel Percobaan Katalis Zeolit Alam Lampung Teraktivasi
No Temperatur
(oC)
Time
Reaksi
(menit)
Kadar
Air
(%)
Massa Bahan
Baku (gram)
Massa
Katalis
(Gram)
Massa
bio-oil
1 300, 400 - - 500 125
2 300, 400 - - 500 250
3 300, 400 - - 500 375
4 300, 400 - - 500 500
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap sampah real kota Bandar
Lampung dengan mengacu pada hasil pengambilan data dan pengujian
laboratorium. Dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan kehadiran katalis kaolin dengan konsentrasi 1:4 dapat mempercepat
proses dekomposisi termal dengan ditunjukkan dari hasil produk bio-oil
yang hampir sama dengan selisih 0,8% antara pengujian termal pirolisis
bertemperatur 400ºC dengan pirolisis berkatalis kaolin 300ºC, sehingga
dengan kehadiran katalis dapat menurunkan kebutuhan energi untuk proses
pirolisis.
2. Pada kondisis operasi yang sama antara termal pirolisis dengan pirolisis
berkatalis temperatur 400ºC konsentrasi 1:2, katalis membantu dalam proses
pembentukan fraksi hidrokarbon bio-oil menjadi fraksi hidrokarbon ikatan
yang lebih pendek sehingga menjadi fraksi hidrokarbon ringan.
3. Hasil pengujian menunjukan katalis kaolin mempunyai aktivitas cracking
yang lebih baik dibandingkan katalis zeolit bila dilihat dengan hasil mass
yield bio-oil tertinggi katalis zeolit berada pada pengujian 400ºC konsentrasi
1:2 dan untuk mass yield bio-oil katalis kaolin yang mempunyai kualitas dan
kualitas terbaik berada pada pengujian 300ºC konsentrasi 1:4.
128
4. Dengan rendemen tertinggi 21,4% pada pengujian zeolit konsentrasi 1:2
dengan asumsi kandungan air sampah 60%, sampah kota Bandar Lampung
dapat dikonversikan menjadi bahan bakar cair ± 64,2 ton bahan bakar
cair/hari (79494,8 Liter/hari).
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas bio-oil siap pakai dan untuk realisasi dalam
pengolahan sampah kota, perlu adanya perbaikan-perbaikan yang harus
dilakukan, diantaranya:
1. Perlu dilakukan beberapa pengujian laboratorium untuk melengkapi
parameter-parameter bahan bakar cair, yaitu meliputi pengujian nilai kalor,
sulfur content, octane number, cetane number, dan pour point.
2. Perlu dilakukan pengujian reforming katalis untuk meningkatkan kualitas
produk bio-oil supaya dapat meminimalisis terbawanya katalis kedalam bio-
oil.
3. Perlu dilakukan rancangan ulang dengan sistem kontinu untuk keperluan
aplikasi di tempat pembuangan sampah.
4. Perlu dilakukan destilasi lanjut hasil bio-oil pirolisis untuk pemurnian
kandungan minyak berdasarkan fraksi hidrokarbon.
DAFTAR PUSTAKA
A. López., et al, 2010, “Pyrolysis of municipal plastic wastes: Influence of raw
material composition”, Waste Management, V. 30, P. 620–627
Agung P., Gandidi, I. M. 2012, “Emission Factor of Single Pellet Cake Seed
Jatropha Curcas in a Fix Bed Reactor” J. of the Braz. Soc. of Mech. Sci. &
Eng.
Alexandra Le Courtois., 2012, “Municipal Solid Waste: turning a problem into
resource”, Waste: the challenges facing developing countries, Urban
Specialist, World Bank, www.proparco.fr
Aquado, J., Serrano, D.P., et al. 1997. ”Feedstock Reclycling of Plastic Waste”.
UK:Royal Society of Chemistry.
Basu, Prabir. 2010, “Biomass Gasification and Pyrolysis: Practical Design and
Theory”, Academic Press, Elsevier.
Bergman., et al, 2005, “Torrefaction for biomass upgrading”, Published at 14th
European Biomass Conference & Exhibition, Paris, France.
Bridgeman. T.G., et al, 2008, “Torrefaction of reed canary grass, wheat straw
and willow to enhance solid fuel qualities and combustion properties”, Fuel,
V. 87, P. 844–856.
BSNI 3242, 2008, “Pengelolaan Sampah Pemukiman” Badan Standardisasi
Nasional.
Carrier., et all. 2016. “Thermogravimetric Analis as a New Method to Determine
the Lignocellulosic Composition of Biomass”. Aston University:
Sciencedirect.
Chevron. 2007. “Diesel Fuel Technical Review”. U.S.A. Global Marketing
Chevron
Ciolkosz, D. 2011, “A review of torrefaction for bioenergy feedstock production”,
Society of Chemical Industry and John Wiley & Sons, Ltd.
CV Minatama. 2013. “Liquid Zeolit Alam Lampung untuk kesehatan”. Bandar
Lampung.
Damayanthi dan Martini. 2012. “Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair dengan
Memanfaatkan Limbah dan Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y dan ZSM-
5”. Semarang: Universitas Diponegoro.
DICLA, 2013, “Biogas”, Training Centre, South Africa.
Funda Ates., et al, 2013, “Comparision of real waste (MSW and MPW) pyrolysis
in batch reactor over different catalysts. Part I: Product yields, gas and
pyrolysis oil properties”, Bioresource Technology, V. 133, P. 443–454
Gandidi, I. M., dkk, 2011, “Biodryer untuk Pengeringan Hasil Pertanian dan
Perkebunan”, Jurnal Mekanikal, Jurusan Mesin, Unila.
Handayani., Utami S. 2008. “Pemanfaatan Bio-Ethanol Sebagai Bahan Bakar
Pengganti bensin”. Semarang: Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
Hansen, A.C., Zhang, Q., Lyne, P.W.L., 2005. “Ethanol-diesel fuel blend-A
review”. Bioresource Technology, 96, 277-285.
Hariyadi., N.P. 2007. “Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Bio-gasolin”.
Denpasar: Teknik Mesin Universitas Udayana.
Karlsson, J., 2013, “Evaluation of Torrefaction Pilot Plant in Klintehamn,
Gotland”, Department of Chemical Engineering, Lund University, Sweden.
Knoef, H. Ed., 2005, “Handbook Biomass Gasification”, BTG Biomass
Technology Group.
Kricka, T., et al, 2010, “Higher heating values estimation of horticultural biomass
from their proximate and ultimate analyses data”, Journal of Food,
Agriculture & Environment, V.8, P. 767-771.
Kumar. A., et all, 2009, “Thermochemical Biomass Gasification: A Review of the
Current Status of the Technology”, Energies, V. 2, P. 556-581.
Lee, K.-H., 2009. “Thermal and Catalytic Degradation of Waste HDPE”. In: J.
Scheirs (Ed.) feedstock recycling and pyrolysis of waste plastics. John
Wiley & Sons, West Sussex, UK, pp. 129-160.
Liu, X., He, Wang, Y. Zhu, S. Piao, X. 2008. Transesterifikasi of soybean oil to
biodiesel using CaO as A solid base catalyst.
Luo, Xuon., 2011, “Torrefaction of biomass – a comparative and kinetic study of
thermal decomposition for Norway spruce stump, poplar and fuel tree
chips”, SLU, Swedish University of Agricultural Sciences, Faculty of
Natural Resources and Agricultural.
McKendry, Peter 2002a. “Energy production from biomass (part 1): overview of
biomass”, Bioresource Technology, V. 83, P. 37–46.
M. Saiful Islam., et al, 2010,”Production of Bio-Oil from Municipal Solid Waste”,
Bangladesh J. Sci. In, V. 45, P. 91-94
Min Song., et al, 2014, “The pyrolysis of multi-component municipal solid waste
in fixed bed reactor for activated carbon production”, Journal of Analytical
and Applied Pyrolysis, V. 109, P. 278–282
Neves. Daniel., et al, 2011, “Characterization and prediction of biomass pyrolysis
products”, Progress in Energy and Combustion Science, V. 37, P. 611-630.
Nina Susilo, 2011, “Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta”, Koran Kompas, Senin, 19
September 2011
Norbert Miskolczi., et al, 2013, “Comparison of real waste (MSW and MPW)
pyrolysis in batch reactor over different catalysts. Part II: Contaminants,
char and pyrolysis oil properties”, Bioresource Technology, V. 144, P. 370–
379
Ohliger, A., et all, 2012, “Torrefaction of beechwood: A parametric study
including heat of reaction and grindability”, Fuel Journal.
Panda., Achyut K. et all. 2013. “Experimental Optimization of Process for The
Thermo-Catalytic Degradation of Waste Polypropylene to Liquid Fuel”.
Odhisa: Centurion University of Technology and Management.
Pasek., dkk, 2007, “Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangkit Listrik dengan
Bahan Bakar Sampah di Kota Bandung”, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Teknologi Bandung.
Peter McKendry, 2002b, “Energy production from biomass (part 2): conversion
technologies”, Bioresource Technology, V. 83, P. 47–54.
Preto. Fernando., 2008, “Pyrolysis, Char and Energy”, CanmetENERGY, Natural
Resources Canada, Inaugural Meeting, The Canadian Biochar Initiative, Ste
Anne de Bellevue.
Ralph P. Overend, 2012, Thermochemical Conversion of Biomass, Renewable
Energy Sources Charged with Energy from the Sun and Originated from
Earth-Moon Interaction, Volume I.
Ramaswamy. 2003. “Shape Selective Catalys Over Zeolites”. Pune: University Of
Pune.
Sadaka. S., et al, 2009,” Improvements of Biomass Physical and Thermochemical
Characteristics via Torrefaction Process”, Environmental Progress &
Sustainable Energy, V. 28, No. 3.
Setyawan D., P. Handoko. 2003. “Aktivasi Zeolit Cr/Zeolit dalam Reaksi Konversi
katalik Fenol dan Metil Isobuton Keton”. Jurnal ilmu dasar. Vol 4.(2) :
hal.70-76.
Shusheng Pang, 2012, “Overview of Up-To-Date, Progresses and Chalenges in
Biomass Gasification”, Wood Technology Research Centre, Department of
Chemical and Process Engineering, University of Canterbury, New Zealand.
Sridhar. G., et all, 2007, “Torrefaction of Bamboo”, 15th
European Biomass
Conference & Exhibition, Berlin, Germany.
Sudarno., et all. 2014. “Analisis Termogravi terhadap Pembakaran Pelet
Biomassa Campuran”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sukardjo. 2002. “Kimia Fisika”. Yogyakarta : Bina Aksara.
Susanto, Herry., 2005, “Pengujian PLTD Gasifikasi Sekam 100kW di Haurgeolis”
Indramayu, Program Studi Teknik Kimia, FTI-ITB.
Ternan., et all. 2003. “Preparation of High Porosity Catalys”. Ottawa: Ontario
KIA 0GI.
Tumuluru, J. S., et al, 2011, Review on ;Biomass Torrefaction Process and
Product properties and Design of Moving Bed Torrefaction System Model
Development”, ASABE Annual International, Meeting, Louisville,
Kentucky.
Verma. M., et all, 2012, “Biofuels Production from Biomass by Thermochemical
Conversion Technologies: a Review Article, International Journal of
Chemical Engineering, 18 pages.
Wiratmaja. I Gede., 2010. “ Pengujian Karakteristik Fisika Biogasolin sebagai
Bahan Bakar Alternatif Pengganti ensin Murni”. Denpasar : Teknik Mesin
Universitas Udayana.
Yang. H., et al, 2007, “Characteristics of hemicellulose, cellulose and lignin
pyrolysis”, Fuel, V. 86. P. 1781–1788.
Yeliana., Adnyana. 2004. “ Bahan Bakar dan Teknik Pembakaran Bahan Bakar”.
Denpasar : Teknik Mesin Universitas Udayana.
ZiaHaq, 2002, “Biomass for Electricity Generation”, Energy Information
Administration, Annual Energy Outlook, Washington, DC.