proposal kir
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini, perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan
tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor
lingkungan sebagai penunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu
kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi,
lindung dan atau produksi) adalah yang berkhasiat sebagai obat, bahan
kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.
Kawasan tanaman hutan memiliki potensi besar untuk tempat
pembudidayaan dan pengembangan berbagai jenis tanaman obat . Tanaman
obat dengan penegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses
pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan
produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam.
Tanaman hutan, yang diangkat dari pembangunan jenis hutan yang
memiliki daya guna tinggi dan berlanjut pada pengembangan bertahap
sebelum mencapai fungsinya sebagai kawasan hutan, turut mempengaruhi
perkembangan ekosistem dalam hutan tanaman dan pola pertanian
masyarakat yang berkembang di sekitarnya. Determinasi pokok terhadap
hasil ditentukan oleh keberhasilan pengembangan hutan tanaman menjadi
sumber pendapatan, sarana perbaikan ekosistem dan konservasi alam.
1
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa Bali memiliki banyak jenis
dan bentuk obat tradisional yang secara tertulis dapat didapatkan dalam
Lontar Usada. Aneka jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat (Usada)
di dalam lontar adalah “ harta karun “ yang belum banyak diungkap. Tidak
mudah mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan Usada dalam lontar, terlebih-
lebih dalam menentukan nama botaninya.
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI banyak berkiprah dalam menjaring
informasi lisan pada setiap kegiatan eksplorasi di Bali. Banyak jenis
tumbuhan yang telah berhasil dikoleksi. Namun diperkirakan masih banyak
yang belum dikoleksi, yang potensinya diduga mencapai ribuan jenis.
Permasalahannya adalah tidak semua jenis tumbuhan Usada dapat tumbuh
dengan baik di Kebun Raya Bali yang memiliki habitat ekosistem
pegunungan. Beberapa diantaranya juga mulai sulit ditemui, terutama jenis-
jenis yang mengalami kelangkaan.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Varietas tanaman obat apa saja yang dicontoh kembangkan di Kebun
Raya Eka Karya Bali LIPI?
1.2.2 Apa yang melatarbelakangi pengelola kebun tanaman obat untuk
meritis Taman Usada?
2
1.2.3 Sejauh mana manfaat percontohan pengembangan tanaman obat di
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI terhadap konservasi hutan
disekitarnya?
1.2.4 Apa kendala dalam diversifikasi tanaman obat?
1.2.5 Apa kendala dalam konservasi hutan tanaman obat di Kebun Raya
Eka Karya Bali LIPI?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui varietas tanaman obat apa saja yang dicontoh
kembangkan di Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI.
1.3.2 Untuk mengetahui latar belakang dirintisnya Taman Usada.
1.3.3 Untuk mengetahui sejauh mana manfaat percontohan pengembangan
tanaman obat di Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI terhadap konservasi
hutan disekitarnya.
1.3.4 Untuk mengetahui kendala dalam diversifikasi tanaman obat.
1.3.5 Untuk mengetahui kendala dalam konservasi hutan tanaman obat di
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat teoritis:
a. Dapat memberikan sumbangan perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan khususnya di bidang konservasi dan diversifikasi
tanaman obat. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan konfirmasi atas teori tentang diversifikasi dan
konservasi tanaman atau hutan tanaman obat.
1.4.2 Manfaat praktis:
a. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan keilmuan yang lebih luas
terutama di bidang diversifikasi dan konservasi tanaman obat.
b. Bagi lembaga, sebagai refrensi dalam memperkaya khasanah
pembelajaran di sekolah atau disamping itu dapat menjadi salah
satu acuan empiris yang nantinya dapat dikembangkan lewat
penelitian lanjutan.
c. Bagi masyarakat, merupakan informasi yang mendalam tentang
manfaat tanaman obat terutama di bidang diversifikasi dan
konservasi hutan tanaman obat.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Diversifikasi
Jenis atau spesies makhluk hidup yang dapat dijumpai dilingkungan
kita beranekaragam. Berbagai jenis tumbuhan, misalnya pohon jambu,
mangga, jeruk dan rerumputan, hidup disekitar kita. Setiap spesies makhluk
hidup memiliki cirri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman
makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup disebut sebagai
keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Indonesia termasuk Negara yang memiliki Biodiversitas besar di
dunia. Tumbuhan di Indonesia juga banyak yang bersifat endemik atau
hanya ada di Indonesia. Akan tetapi semakin lama keanekaragaman hayati
Indonesia semakin berkurang akibat adanya aktivitas manusia yang
merugikan maupun karena perubahan alam itu sendiri.
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman hayati yaitu:
faktor keturunan atau faktor genetik, dan faktor lingkungan. Faktor keturunan
disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat
bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun-temurun dari induk kepada
keturunannya. Akan tetapi, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak
tampak) karena faktor lingkungan. Jika faktor bawaan sama tetapi
lingkungannya berbeda, sifat yang tampak menjadi tampak berbeda. Jadi,
5
terdapat interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan untuk
menentukan sifat organisme. Oleh karena adanya dua faktor tersebut, maka
muncullah keanekaragaman hayati.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diversifikasi
berarti penganekaragaman. Diversifikasi sendiri tidak dapat terpisah dari
kemajuan ilmu dan teknologi yang sudah terbukti banyak menguntungkan
bagi manusia seperti contohnya dalam bidang pertanian dan perkebunan
yang membawa dampak seperti dibawah ini:
a. Dapat dihasilkannya bibit unggul yang berkemampuan berproduksi lebih
banyak dan berumur pendek.
b. Diperolehnya bibit-bibit yang tahan lama.
c. Ditemukannya pestisida dan obat-obatan untuk memberantas hama dan
penyakitan hama.
d. Dihasilkannya pupuk buatan yang dapat menyuburkan tanah, sehingga
produksi pertanian dapat ditingkatkan.
e. Dengan menggunakan radio isotop (benda radio aktif) dapat diketahui
waktu yang paling baik untuk pemupukan.
f. Dapat diciptakannya alat pengolahan, penyimpanan dan pengawetan hasil
pertanian, sehingga bila diperoleh kelebihan produksi dapat di atasi
dengan baik.
2.2 Pengertian Konservasi
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang
terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki
6
pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save
what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam
pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature
resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya
alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan
alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam
beberapa batasan, sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi
keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama
(American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi)
yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke
organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas
kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan
manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,
pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia
sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar
7
dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang
(WCS, 1980).
Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai
saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan
bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan.
Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah
memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku
berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumberdaya alam
milik kerajaan.
Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk
konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka
melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I
melakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati atas dasar adanya data
yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak
jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada
manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif
dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi
yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep
modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk
evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk
daripada saat sekarang.
8
Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH)
adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara
bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum,
swasta, lembaga swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak
lainnya. Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam
tiga hal berikut taktik pelaksanaannya, yaitu :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)
a. Penetapan wilayah PSPK.
b. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
d. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
e. Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
a. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ
konservasi).
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
9
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk :
pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran,
perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, budidaya).
2.3 Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI sebagai Pusat Diversifikasi dan
Konservasi
Kebun Raya Bali merupakan tempat yang unik di pulau Bali yang
memadukan penelitian botani, survei, pelestarian tumbuhan, pendidikan dan
rekreasi. Di tempat tersebut pengunjung dapat bersantai sambil menikmati
keindahan dan kedamaian sambil mempelajari manfaat tumbuhan bagi
kehidupan masyarakat. Di kebun raya pun pengunjung dapat melihat hutan
hujan tropik dan kehidupan burungnya.
Disini pengunjung dapat melihat banyak tempat menarik seperti:
Koleksi tumbuhan
Taman Anggrek
Tumbuhan paku
Begonia
Kaktus
Tanaman Upacara
Tanaman Obat
Tanaman Air
Rumah Tradisional Bali
Pura Agama Hindu
10
Kebun Raya Bali Berada pada ketinggian 1250-1450 meter dpl. suhu pada
siang hari berkisar antara 17-25o C dan 10-15o C di malam hari dengan
kelembaban 70-90 %.
Koleksi Tumbuhan
Kebun Raya Eka Karya Bali memiliki berbagai jenis koleksi tumbuhan
yang ditanam di areal kebun berdasarkan kekerabatannya, dan sebagian
lagi dikelompokkan berdasarkan fungsi atau temanya. Koleksi yang
sebagian besar berasal dari hasil eksplorasi, sumbangan dan pertukaran
material dengan instansi atau Kebun Raya lain di dunia ini tertata dalam
bentangan taman yang rapi, diselimuti oleh kultur Bali yang mendominasi.
Koleksi Gymnospermae terutama dari Suku Cupressaceae, Araucariaceae
dan Casuarinaceae merupakan salah satu koleksi menarik dengan
penampakan habitusnya yang seperti kerucut dan bentuk daunnya yang
menyerupai jarum. Selain tanaman, Kebun Raya “Eka Karya” Bali juga
memiliki berbagai jenis koleksi biji, herbarium (herbarium basah, herbarium
kering dan karpologi) dan artefak etnobotani.
Informasi Pengunjung
Koleksi tumbuhan terbuka bagi pengunjung umum, kecuali beberapa
koleksi yang berada di areal khusus atau dalam perawatan.
Herbarium tertutup bagi pengunjung umum, kecuali pengunjung yang telah
mendapatkan ijin
2.4 Taman Usada
11
Pengobatan tradisional Bali dikenal sebagai usada (Sansekerta
Ausadhi : tumbuhan yang mengandung khasiat obat). Pengetahuan yang
berasal dari India ini menyebar ke Bali seiring dengan perkembangan
agama Hindu pada abad ke-5 M dan diwariskan secara turun-temurun
melalui lontar usada (manuskrip tentang sistem pengobatan, bahan obat
dan cara pengobatan tradisional yang ditulis di atas daun lontar/siwalan -
Borassus flabellifer ). Dalam pengobatan tradisional tersebut tumbuhan
merupakan salah satu unsur utama.
Kebun Raya "Eka Karya" Bali mewujudkan salah satu bentuk kearifan
tradisional di bidang pengobatan tersebut dalam sebuah taman yang
disebut sebagai Taman Usada. Koleksi yang ditanam dalam taman seluas
1.600 m2 ini berasal dari berbagai Kabupaten di Bali dan dilengkapi
dengan sarana pendidikan berupa papan interpretasi (gambar terlampir)
yang berisi penjelasan singkat mengenai tanaman koleksi tersebut serta
fungsinya dalam pengobatan tradisional Bali.
Koleksi menarik yang dapat dijumpai di Taman Usada antara lain
Alstonia scholaris R. Br. yang digunakan dalam pengobatan malaria dan
diabetes, Euchresta horsfiledii (Lesch.) Benth. yang digunakan sebagai
obat kuat, serta Cinnamomum burmanii Nees ex Blume yang kulit
batangnya dapat membantu pengeluaran gas pada perut kembung dan
mengatasi rematik. Sejak September 2008 lalu fasilitas pengunjung di
Taman Usada bertambah dengan telah dioperasikannya Cafe Usada
(Gambar terlampir) yang menyediakan berbagai produk kesehatan
tradisional Bali.
12
Gambar: 01 Gapura depan Taman Usada (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Pengobatan tradisional di Bali (Usada) tertuang dalam Lontar Usada,
dan Lontar Usada tersebut merupakan manuskrip yang mengandung sistem
pengobatan, bahan obat dan cara pengobatan tradisional di Bali. Di dalam
Lontar terdapat berbagai macam jenis Usada yang dibagi berdasarkan tujuan
pengobatannya. Masing-masing jenis Usada mempunyai keunikan
bagaimana cara mendiagnosa penyakit, jenis tumbuhan yang digunakan,
cara meracik dan berbagai sarana pendukungnya, serta serangkaian
upacara yang berkaitan dengan pencegahan, pengobatan dan pemulihan
dari suatu penyakit.
Adapun konsep pengobatan dalam Usada Bali menurut Nala, (1994),
antara lain bila sakit panas maka obatnya adalah ramuan yang berkhasiat tis
(dingin). Kalau nyem (dingin) maka obatnya adalah yang berkhasiat anget
(hangat). Jika sakit sebaha (panas dingin) maka diobati dengan obat yang
berkhasiat dumelada (netral).
13
Gambar: 02 Salah satu contoh Lontar Usada (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Hingga saat ini ‘mukzizat’ yang tersimpan dalam Lontar Usada belum
banyak diungkap dan masih tersimpan di Museum Lontar-Gedong Kertya –
Singaraja, serta di berbagai lapisan masyarakat pedesaan di Bali, seperti
balian, pendeta, dukun, dalang dan tokoh masyarakat lainnya. Tengah
(1995) memperkirakan jumlah seluruh Lontar Usada Bali mencapai 50.000
buah yang memuat tidak kurang dari 491 jenis tumbuhan obat dalam bentuk
bahasa Bali dan Jawa Kuno, bahasa Kawi serta bahasa Sansekerta.
Ditinjau dari sisi kekayaan pemanfaatan tumbuhan sebagai obat, jelas
bahwa angka 491 jenis hanya merupakan perkiraan berdasarkan
penamaan sesuai bahasa yang digunakan dalam Lontar tersebut.
Keanekaragaman jenisnya ditinjau dari sisi kajian botani belum dapat
dipastikan karena memang kajian botani terhadap Lontar Usada masih
sangat langka. Tetapi satu hal diyakini bahwa sebagian besar tumbuhan
tersebut (dan mungkin seluruhnya) diduga adalah tetumbuhan yang
menghuni pulau Bali (dan Jawa).
Berbagai informasi dalam Lontar Usada termasuk ritual yang
menyertai sebuah pengobatan akan sangat menarik bila dikemas dan
dipublikasikan sebagai bagian dari upaya pengembangan wisata Usada Bali.
Konsep inilah sebenarnya yang melatarbelakangi dibangunnya Taman Usada
14
Bali di Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali LIPI sebagai wujud dalam tindakan
konservasi untuk penyelamatan jenis-jenis tumbuhan Usada .
Gambar: 03 Jalan setapak di Taman Usada (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Taman Usada yang baru dibangun pada tahun 2005 ini merupakan sebuah
taman seluas 1.600 m,2 tanaman koleksinya juga ditanam dan ditata
berdasarkan estetika taman, berbeda dengan tanaman koleksi lainnya yang
ditanam berdasarkan hubungan kekerabatannya. Pembangunan sarana
pendukung berupa angkul-angkul, pintu masuk tradisional Bali, jalan setapak
yang digunakan untuk foot massage dan kafe usada merupakan suatu
kesatuan yang utuh untuk mendukung fungsi koleksi tersebut. Sampai saat
ini koleksi tanaman usada sebanyak 318 jenis.
2.5 Jenis - Jenis Tanaman dan Manfaatnya
1. Alstonia scholaris (L.) R. Br.
(Pule)
Gambar : 04 Contoh Daun Pule (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
15
Daun pule sebagai ramuan obat demam, kulit batang obat sembur sakit
kepala dan pegal-pegal dipunggung, sedangkan akar, batang, dan daun
untuk parem obat gatal karena alergi.
2. Areca cathecu L.
(Buah pinang)
Gambar : 05 Contoh Pohon Pinang (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Daging buahnya yang tua untuk ramuan obat luar sakit batuk atau sesak
nafas, sedangkan daging buah muda untuk ramuan obat tetes mata.dan
obat luka lama.
3. Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.
(Kayu manis)
Gambar : 06 Contoh Pohon Pinang (Dok.Kelompok09 SMAN 4 Singaraja)
16
Seluruh bagian tanaman untuk ramuan obat sakit panas
dalam(dioleskan pada pinggang, perut). Daun kayu manis untuk ramuan
obat sakit kerongkongan (obat luar).
4. Cymbopogon nardus Rendle.
(Sere)
Gambar: 07 Contoh Tanaman Sere (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Akar: berkhasiat untuk peluruh air seni, peluruh keringat, sakit gigi,
peluruh dahak dan obat dekah (batuk). Akar yang dicampur alang-alang
(Imperata cylindrica Beauv.) digunakan sebagai obat dekah ngagseg
(asma). Batang: sebagai obat liver (sakit kuning), badan pegal-pegal
atau nyeri. Daun dan akar: sebagai penghangat badan, peluruh keringat
dan obat kumur. Daun: sebagai obat gosok, lih (terkilir), peluruh kentut,
obat dekah (batuk), penambah nafsu makan, pengobatan setelah
persalinan, penurun panas dan pereda kejang. Selain itu juga berkhasiat
untuk mengobati puruh (sakit kepala), sakit perut, nyeri lambung, masuk
angin, kolera, muntah-muntah, radang usus, terlambat kotor kain (haid),
lemah syaraf dan diare. Untuk penghangat badan dipakai ± 5 gram akar
segar, dicuci dan direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Hasil
rebusan diminum sehari dua kali 1/2 gelas pagi dan sore.
17
5. Coleus atropurpureus Benth.
(Miana)
Gambar: 08 Contoh Tanaman Miana (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Akar: obat sakit perut dan murus. Daun: obat siig (wasir), busul (bisul),
demam nifas, radang anak telinga, sembelit, kotor kain (haid) tidak
teratur, cacingan, kencing manis, borok, trachoma (radang selaput
lendir), luka-luka, keputihan. Getah daun: dicampur cuka untuk
mengobati cacingan, sebagai obat antihamil, aborsi (pengguguran
kandungan) dan obat pembersih tali pusar rare (bayi) agar cepat kering.
Untuk obat siig dipakai ± 25 gram daun segar, direbus dengan 2 gelas
air selama 15 menit, didinginkan dan disaring. Hasil saringan ditambah ±
5 gram gula merah, diaduk sampai rata dan diminum sekaligus.
6. Gendarusa vulgaris Nees
(Gandarusa)
Gambar: 09 Contoh Tanaman Gandarusa (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
18
Daun: berkhasiat sebagai obat tuju (pegal linu), puruh (sakit kepala),
mencegah demam, cacar dan diaforetik (peluruh keringat) dan obat kotor
kain (haid) tidak teratur. Untuk obat tuju dipakai ± 15 gram daun segar,
dicuci, ditambah 1 sendok teh minyak kelapa diulig (digerus) sampai
lumat, kemudian digosokan pada bagian yang sakit. Untuk mengobati
sakit kepala karena flu, daun diulig (ditumbuk) dengan cuka dan merica;
daun yang diulig dengan kapur sirih dan merica digunakan untuk
mengobati rematik; daun yang diulig bersama adas pulasari dan kapur
digunakan sebagai obat gosok jika sakit dan pegal pada tulang dan sakit
punggung terutama pada wanita yang baru bersalin.
7. Phaleria macrocarpa Boerl.
(Mahkota dewa)
Gambar: 10 Contoh Buah Mahkota Dewa (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Daun: yang diekstrak dapat menghambat pertumbuhan sel kanker rahim.
Buah kering: sebagai obat kanker, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus (kencing manis akut) dan liver serta bersifat analgesik
(penghilang rasa nyeri), antipiretik (penurun panas), antiradang dan
mengobati asam urat. Batang: untuk mengatasi penyakit kanker tulang.
19
8. Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn.
(Ginseng)
Gambar : 11 Contoh Tanaman Ginseng (Dok Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Biasa digunakan sebagai pengganti ginseng. Akar: berkhasiat sebagai
aphrodisiac (lemah syahwat). Secara tradisional seduhan akar tanaman
ini dipercaya berkhasiat sebagai obat kuat sebagai ganti kolesom asli
dari Cina yang harganya mahal. Seduhan akar digunakan sebagai
penguat syahwat, menguatkan paru-paru. Untuk obat lemah syahwat
dipakai ± 10 gram akar segar, direbus dengan 2 gelas air, didinginkan
dan disaring. Hasil saringan diminurn sehari tiga kali pagi, siang dan
sore.
9. Lantana camara L.
(Tembelekan)
Gambar: 12 Contoh Tanaman Tembelekan (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Akar: sebagai obat penurun panas, penawar racun dan penghilang sakit.
Batang: sebagai obat sakit mata. Daun: antipruritus (menghilangkan
gatal), penawar racun, antiswelling (menghilangkan bengkak),
20
mengobati dekah (batuk), luka dan peluruh air seni. Bunga: hemostatik
(penghenti pendarahan). Selain itu juga dapat digunakan sebagai obat
busul (bisul) di dalam rongga hidung. Untuk obat dekah (batuk) dipakai ±
5 gram daun segar, direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, setelah
dingin disaring. Hasil saringan diminum.
10. Punica granatum L.
(Delima)
Gambar: 13 Contoh Buah Delima (Dok.Kelompok 09 SMAN 4 Singaraja)
Akar: sebagai obat cacingan, dekah (batuk), mising (disentri/mencret).
Daun: sebagai obat sakit ginjal. Air rebusan bunga: berkhasiat sebagai
obat sakit gigi. Buah: sebagai obat wangdu (impotensi).
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Usada, Kebun Raya Eka Karya Bali
LIPI, Desa Candi Kuning, Kabupaten Tabanan pada tanggal 4 Juni 2009.
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
a. Subyek dalam penelitian ini adalah hutan tanaman obat di Kebun Raya
Eka Karya Bali LIPI.
b. Obyek penelitian ini adalah Diversifikasi dan Konservasi hutan tanaman
obat di Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen,
dimana data dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara.
Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dimana data-data
hasil penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan
diuraikan secara rinci untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Dapat pula kami
perjelas dalam bentuk tabel sebagai berikut:
22
Menyusun Instrumen
Mengumpulkan Data
Menganalisis Data
Menarik Simpulan
3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari:
a. Lembar observasi
b. Lembar wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang
sudah tersusun sedemikian rupa sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukan, yaitu untuk mengetahui latar
belakang, jenis dan khasiat dari tanaman-tanaman obat yang ada di Taman
Usada Kebun Raya Eka Karya LIPI Bali, tidak hanya data yang berupa tulisan
atau tertulis yang dikumpulkan tetapi juga data-data visual yang berupa foto –
foto atau gambar. Untuk mengumpulkan data-data tersebut diatas digunakan
beberapa teknik antara lain:
3.4.1 Tekhnik Observasi
Tekhnik observasi adalah suatu tindakan yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial serta gejala dengan jalan
pengamatan langsung dan pencatatan. Adapun yang menjadi
sasaran observasi adalah, diversifikasi tanaman obat dan
konservasinya.
Pedoman Observasi
Pada pedoman ini peneliti menggunakan pancadaran indra. Alat
yang digunakan disini adalah mata dan pendengaran yaitu untuk
mengamati dan mendengarkan secara langsung kejadian-kejadian
yang disaksikan dilokasi penelitian. Dalam menggunakan pedoman
observasi ini, peneliti mengamati langsung para pengelola
menunjukkan jenis-jenis tanaman obat dan kemudian menanyakan
23
tentang khasiat tiap-tiap tanaman obat, lalu mendengarkan sambil
mencatat hal-hal yang ditemukan/didengar sesuai dengan penjelasan
para pengelola di Taman Usada ini.
3.4.2 Tekhnik Interview (wawancara)
Tekhnik interview atau wawancara adalah suatu percakapan
atau tanya jawab lisan antar dua orang atau lebih yang duduk
berhadapan secara fisik dan dihadapkan pada suatu masalah
tertentu. Dalam hal ini digunakan wawancara bebas terpimpin yaitu
yang dilakukan secara bebas kepada responden atau narasumber,
akan tetapi masih berpedoman pada daftar pertanyaan (chek list).
Pedoman Wawancara/checklist
Adapun pedoman untuk melaksanakan wawancara adalah berupa
beberapa catatan-catatan pertanyaan yang akan ditujukan kepada
obyek penelitian.
Berikut adalah contoh pedoman pertanyaan yang telah disediakan:
a) Berapa luas lahan Taman Usada ini?
b) Sejak kapan tanaman obat disini mulai dibudidayakan?
c) Apa saja jenis-jenis tanaman obat yang ada di Taman Usada ini?
d) Hama jenis apa yang menyerang tanaman obat ini?
e)Ada berapa orang yang mengelola kebun ini dan apakah bisa
disebutkan siapa saja yang menjadi pengelolanya?
3.4.3 Tekhnik Dokumentasi
Pendokumentasian adalah tekhnik yang melengkapi hasil-hasil
yang telah diperoleh dari tekhnik pertama dan kedua. Dokumen-
dokumen ini kebanyakan berupa foto-foto tanaman-tanaman obat.
24
Metode dokumentasi ini berfungsi sebagi pelengkap atau
menerangkan lewat media visual, berupa foto-foto atau gambar-
gambar, data yang dikumpulkan lewat metode observasi
sebelumnya.
Pedoman Dokumentasi
Alat Bantu yang dipakai dalam melaksanakan pendokumentasian
adalah berupa alat rekam dan kamera. Kesemua alat ini berfungsi
untuk merekam dan mencatat bahan laporan.
3.5 Tekhnik Analisis Data
Data yang diperoleh juga dianalisis berdasarkan analisis domain dan
analisis taksonomi. Analisis domain adalah pengolahan data yang dilakukan
untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif
menyeluruh tentang apa yang tertulis di pokok permasalahan yang tengah
diteliti. Hasil dari penelitian ini berupa pengertian di tingkat permukaan.
Sedangkan analisis taksonomi adalah pengolahan data ini bersifat lebih
lanjut, lebih rinci, dan mendalam. Fokus penelitian ditetapkan pada domain
tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau
menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran semua penelitian. Pendekatan
analisis domain diterapkan ketika peneliti mencari data-data yang bersifat
umum tentang objek dan permasalahan-permasalahan yang diteliti,
contohnya: Peneliti mendatangi langsung tempat yang dijadikan lokasi
penelitian, kemudian menanyakan pokok-pokok permasalahan yang dialami
oleh para pekerja dan pengelola di sana, kemudian dari penjelasan para
pekerja dan pengelola didapatkan beberapa masalah, yang kemudian diolah
menjadi data-data yang bersifat umum.
25
Pendekatan analisis taksonomi diterapkan ketika peneliti mengolah data
ketingkat yang lebih lanjut atau lebih rinci dan mendalam, contohnya: Setelah
menetapkan data-data yang bersifat umum, peneliti kemudian mencari data-
data yang lebih rinci dari masing-masing pokok masalah yang bersifat umum,
seperti data tentang jenis tanaman dan pengelompokkannya dari tempat
penelitian. Setelah mendapatkan data yang lebih rinci selanjutnya akan diolah
menggunakan analisis taksonomi tersebut.
26