aki akb

35
BAB I PRNDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. Adalah bidan dimana tugas pokok yang harus dijalani yaitu menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dengan cara memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), dan pelaksana asuhan kebidanan. B. Rumusan Masalah 1

Upload: bhubhu-meilianissa-tazkia

Post on 28-Dec-2015

134 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKI AKB

BAB I

PRNDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum

memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil,

bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara

berkembang termasuk Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25 – 50%

kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap

tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin.

Adalah bidan dimana tugas pokok yang harus dijalani yaitu menekan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dengan cara

memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), dan pelaksana asuhan

kebidanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi bidan?

2. Bagaimana dengan jumlah angka kematian ibu ?

3. Apa saja elemen dasar keselamatan ibu ?

4. Apa saja upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu ?

5. Bagaimana dengan jumlah angka kematian bayi ?

6. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada bayi ?

7. Masalah apa saja yang masih menjadi kendala untuk menurunkan angka

kematian bayi ?

8. Bagaimana cara menyelesaian masalah tersebut ?

9. Bagaimana peran bidan dalam kasus AKI dan AKB ?

1

Page 2: AKI AKB

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi bidan.

2. Untuk mengetahui angka kejadian kematian ibu.

3. Untuk mengetahui elemen dasar keselamatan ibu.

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka

kematian ibu.

5. Untuk mengetahui angka kejadian kematian bayi.

6. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada bayi.

7. Untuk mengetahui masalah yang masih menjadi kendala untuk

menurunkan angka kematian bayi.

8. Untuk mengetahui cara menyelesaian masalah tersebut ?

9. Untuk mengetahui peran bidan dalam kasus AKI dan AKB ?

D. Sistematika Penulisan

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORI 4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 20

A. Kesimpulan 20

B. Saran 20

2

Page 3: AKI AKB

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan Program

Pendidikan Bidan, diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi

izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Bidan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya didasarkan pada kompetensi dan kewenangan yang diberikan

yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES)

No.900/MENKES/SK/VIII/2000. Bidan sebagai suatu profesi disiapkan

melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya secara professional. Keberadaan bidan di

Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

bayinya.

B. Keselamatan Ibu

Secara keseluruhan diperkirakan bahwa setiap tahunnya 585.000 wanita

meninggal akibat kehamilan dan persalinan; 99 persen dari kematian tersebut

terjadi di Negara berkembang. (Sumber: Family care international and safe

motherhood Inter-Agency Group. Safe Motherhood Fact Sheets: 11 Fact sheets

prepared from the safe motherhood technical consultation in Sri Lanka. 18-23

october 1997. Faminy care international (1998)) wanita di Afrika Barat dan

Timur menghadapi resiko kematian ibu paling tinggi; demikian pula wanita di

beberapa Negara Asia berisiko tinggi.

Sebagian besar (60-80%) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan saat

melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi pada kehamilan, dan

komplikasi dari aborsi yang tidak aman (Sumber: WHO. Revised 1990

3

Page 4: AKI AKB

Estimates of Maternal Mortality: a nw approach by WHO and UNICEF.

Geneva: world health organization (1997)) (lihat Gambar 1). Komplikasi

kehamilan/persalinan atau yang menyebabkan kematian ibu tak bias

diperkirakan sebelumnya, dan sering terjadi beberapa jam atau hari setelah

persalinan. (sumber: Li, X.F. et al. the postpartum period: the key to maternal )

perdarahanpenyebab tidak langsung lain**penyebab langsung lain*persalinan/partus maceteklamsiasepsisaborsi

24%

13%

15%

12%

20%

8% 8

%

* penyebab langsung lain meliputi kehamilan ektopik, emboli, dan komplikasi anestesi.

** penyebab tidak langsung meliputi anemia, malaria, dan penyakit jantung.

sumber: Family Care International, 1998

Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan

kehidupan anak-anak yang ditinggalkanya mempunyai kemungkinan tiga

hingga sepuluh kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu dua tahun bila

dibandingkan dengan mereka yang masih mempunyai kedua orangtua.(sumber:

Tinker, A. Safe Motherhoodas an economic and social investment. Presentation

4

Page 5: AKI AKB

at safe motherhood technical consultation in Srilanka. 18-23 october 1997

(1997)).

Di samping itu, anak-anak yang ditinggalkan ibunya sering kali tidak

mendapatkan pemeliharaan kesehatan serta pendidikan yang memadai seiring

pertumbuhannya. Kematian pemeliharaan kesehatan serta pendidikan yang

memadai seiring pertumbuhannya. Kematian seorang ibu mempunyai dampak

yang lebih luas sampai di luar lingkungan keluarganya; ia adalah pekeja yang

produktif yang hilang – yang memelihara dan membimbing generasi penerus,

merawat para lanjut usia, dan menyumbangkan stabilitas di masyarakat.

Upaya keselamatan ibu (safe motherhood initiative) dicanangkan pada

tahun 1987 oleh badan-badan internasional dan pemerintah guna meningkatkan

kesadaran dunia tentang pengaruh kematian dan kesakitan ibu serta untuk

mendapatkan pemecahan masalahnya. Pada waktu itu dibentuk kerjasama antar

kelompok untuk mendapatkan ibu yang sekarang meliputi WHO, UNICEF,

UNFPA, Bank Dunia, Population Council dan IPPF. Tujuan upaya

keselamatan ibu tahun 2000. Pengalaman secara global menunjukkan bahwa

kematian ibu dapat dicegah dan berbagai penelitian tentang strategi untuk

mengurangi kematian ibu telah dihasilkan. Namun, ternyata sulit untuk

mendokumentasikan penurunan angkan kematian ibu yang terukir. (Sumber:

Family care international and safe motherhood Inter-Agency Group. Safe

Motherhood Fact Sheets: 11 Fact sheets prepared from the safe motherhood

technical consultation in Sri Lanka. 18-23 october 1997. Faminy care

international (1998). Graham, W.J et al. demonstrating programme impact on

maternal mortality. Health policy and planning 11(1):16-20 (1996).

Campbell,o.et al. lessons learnt: a decade of measuring the impact of safe

motherhood programmes. DFID research work, programme on population and

reproductive health (augst 1997)) data yang tersedia menunjukkan bahwa

kematian ibu tetap tinggi di banyak Negara (lihat Tabel 1).

5

Page 6: AKI AKB

Komitmen dalam upaya keselamatan ibu diperbaharui ketika keselamatan

ibu pada bulan oktober 1997 di Sri Lanka). Tokoh-tokoh perwakilan dari

pemerintah, penyandang dana internasional, dan lembaga swadaya masyarakat

berkumpul di Washington, DC, pada symposium internasional keselamatan ibu

pada hari kesehatan sedunia, tanggal 7 april 1998. Pesan yang disampaikan

sangat jelas, yaitu: persalinan dapat dan harus diupayakan agar aman bagi ibu

dan bayi.

Makalah ini menelaah elemen yang telah menjadi bagian dari program

keselamatan ibu, mengambil pelajaran dari pengalaman lapangan, dan

menganjurkan kebijaksanaan dan implikasinya terhadap program pada masa

yang akan datang. Kesimpulan dan pernyataan-pernyataan yang dihasilkan

pada symposium internasional tentang keselamatan ibu 1998.

1. Elemen dasar keselamatan ibu

Upaya-upaya yang bertujuan menyelamatkan ibu dalam kaitannya

dengan kehamilan sangat bervariasi di berbagai Negara, tergantung pada

sumber daya yang ada dan lingkungan social budaya setempat. Selama

bertahun-tahun upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu mencakup

pelayanan keluarga berencana promosi pelayanan antenatal, perbaikan

pelayanan obstetric esensial (lihat kotak pada halaman 4) dan perbaikan

status social-ekonomi wanita. (sumber: Family care international and safe

motherhood Inter-Agency Group. Safe Motherhood Fact Sheets: 11 Fact

sheets prepared from the safe motherhood technical consultation in Sri

Lanka. 18-23 october 1997. Faminy care international (1998). Maine, D.

Save motherhood program: options and issues. New York: center for

6

Page 7: AKI AKB

population and family health, Columbia university school of public health

(1991)). semua upaya keselamatan ibu menuntut hubungan yang erat antar

berbagai tingkat system pelayanan kesehatan, terutama antara pelayanan

kesehatan masyarakat dengan tingkat rujukan primer (rumah sakit

kabupaten).

Focus pelayanan di tingkat masyarakat ditingkat masyarakat adalah

upaya pencegahan, termasuk pelayanan persalinan yang aman dan bersih.

Pada tingkat ini, strategi untuk meningkatkan kesadaran tentang sebab-

sebab kematian ibu dan kebutuhan pelayanan yang cepat, memadai dan

tepat waktu untuk pelayanan – keluarga berencana, antenatal, persalinan,

dan pelayanan nifas – sangat penting. Deteksi dini komplikasi dan rujukan

ke fasilitas rujukan yang memadai juga penting, karena banyak komplikasi

dan rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai juga penting, karena

banyak komplikasi obstetric yang tidak dapat ditangani di tingkat

masyarakat. Penjaga gawang yang dapat berperan di masyarakat dalam

masalah rujukan ini meliputi anggota keluarga, dukun bayi, kader dan

tenaga kesehatan setempat.

Focus pelayanan di tingkat rujukan primer adalah penanganan dan

pengobatan komplikasi. Pelayanan rujukan primer seharusnya mampu

memberikan pelayanan obstetric esensial, termasuk penanganan

komplikasi abortus. Komunikasi efektif antara petugas di tingkat

pelayanan kesehatan dasar dan tingkat rujukan primer sangat penting.

Walaupun komplikasi telah terdeteksi secara dini di tingkat masyarakat,

namun keterlambatan merujuk dan membawa ibu ke fasilitas rujukan yang

memadai dapat membahayakan jiwa ibu dan bayinya.

“kematian dan kecacatan pada ibu dan calon ibu merupakan tragedy yang

berpengaruh bagi semuanya: bagi keluarga, lingkungan masyarakat

disekitarnya, masyarakat luas dan terutama bagi anak-anak.” –carol

bellamy, direktur eksekutif UNICEF, Hari kesehatan sedunia, 1998.

7

Page 8: AKI AKB

2. Upaya menurunkan kematian ibu

Penyebab langsung dari kematian ibu sudah diketahui dan dapat

ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Penyebab tak langsung

kematian dan kesakitan ibu meliputi kondisi kesehatan dan penyakit yang

dideritanya, misalnya malaria dan penyakit kardiovaskuler. Faktor yang

melatar belakangi kematian ibu meliputi keseluruhan faktor social, budaya,

ekonomi, dan politik yang kompleks serta tidak mudah untuk

mengatasinya. Tak ada satupun intervensi tunggal yang dapat

menyelesaikan tragedy kematian ibu; kajian terhadap berbagai strategi

dalam decade terakhir mengarah kepada pelajaran yang dapat dipetik

sebagai berikut.

a. Mencegah kehamilan yang tak diinginkan.

Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan

mengakibatkan berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian

karena persalinan dan berkurangnya aborsi. Keluarga berencana

merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang

diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak 1976 sebagai bagian dari

kegiatan untuk menurunkan AKI dan AKB. Data yang dikumpulkan

didaerah tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an

menunjukkan bahwa keluarga berencana dapat menyumbang angka

kematian ibu sebesar 2 % per tahun, terutama kematian yang

disebabkan oleh penyebab langsung dan kematian karena aborsi.

Pemakaian kontrasepsi meningkat dari 8% kurang menjadi 48% selama

kurum waktu tersebut. (sumber: fauveau, v. et al. the effect of maternal

and child health and family planning services on mortality: is

prevention enough? British medical journal 301:103-107 (july

14.1990))

8

Page 9: AKI AKB

Tabel 1

Resiko Kematian Akibat Kehamilan Selama Kehidupan Wanita, 1990

Wilayah Resiko Kematian

Afrika 1 dan 16

Asia 1 dari 65

Amerika Latin dan Karibia 1 dari 130

Eropa 1 dari 1400

Amerika Utara 1 dari 3700

Semua Negara berkembang 1 dari 48

Semua Negara maju 1 dari 1800

Sumber: Family Care International 1998

Perbaikan pelayanan keluarga berencana dengan penyediaan

konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan

metoda KB (termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan

yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan (termasuk remaja),

merupakan komponen penting dalam setiap upaya menurunkan

kematian ibu. Selain itu, dalam keadaan keterbatasan sumber daya,

pelayanan keluarga berencana mungkin lebih mudah diterapkan lebih

dahului dari pada intervensi lain yang ditujukan untuk menurunkan

angka kematian ibu (kematian ibu per 100.000 wanita usia reproduksi

(sumber: Fortney,J.A. the importance of family planning in reducing

maternal mortality. Studies in family planning 18(2): 109-1 14 (march-

april 1987)). Namun, keluarga berencana tidak akan berpengaruh pada

angka kematian ibu (kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup); karena

untuk menurunkannya diperlukan intervensi obstetric khusus.

b. Mengurangi akibat aborsi yang tidak aman

9

Page 10: AKI AKB

Meskipun aborsi tidak aman merupakan penyebab kematian ibu

yang mudah dicegah dan ditangani, namun keadaan ini menjadi

penyebab paling sedikit 13 persen dari seluruh kematian ibu didunia –

satu dari delapa kematian ibu tertinggi karena aborsi yang tidak aman

terdapat di Amerika Latin dan kepulauan Karibia, yaitu lebih dari 20

persen. (Tinker, A. Safe Motherhoodas an economic and social

investment. Presentation at safe motherhood technical consultation in

Srilanka. 18-23 october 1997 (1997)) ketersediaan pelayanan keluarga

berencana yang dapat diterima tampaknya berkaitan dengan penurunan

jumlah aborsi dan kematian karena aborsi. Di Mexico City misalnya,

peningkatan penggunaan kontrasepsi sebesar 24 % antara tahun 1987

hingga 1992 berkaitan dengan penurunan angka aborsi sebanyak 39 %.

Di Kazakstan, peningkatan pemakaian pil dan IUD sebanyak 32% pada

awal tahun 1990-an menghasilkan turunnya angka aborsi 15%.

(Sumber: singh, s. and sedgh, g. the relationship of abortion to trends in

contraception and fertility in brazil, Columbia and mexico,

international family planning perspectives 23(1):4-14 (march 1997).

Salter, c. et al. care for postabortion complications: saving women;s

lives. Population reports series L. No. 10 (September 1997))

Kematian karena komplikasi aborsi dapat dicegah jika keadaan

tersebut diketahui lebih awal dan perawatan dilakukan dengan baik.

Pelayanan pasca-aborsi, yang diperkenalkan pada Konferensi

Internasional tentang kependudukan dan pembangunan 1994,

direkomendasika sebagai strategi yang efektif untuk menurunkan angka

kematian ibu melalui tiga komponen terpadu, yaitu: penanganan darurat

aborsi tidak lengkap dan pasca-aborsi, dan keterkaitan dengan

pelayanan kesehatan reproduksi yang lain. Pengalaman di Gahana

menunjukkan strategi yang layak dan dapat diterima dalam upaya

desentralisasi pelayanan pasca-aborsi, dan telah menghasilkan

10

Page 11: AKI AKB

peningkatan akses terhadap pelayanan keluarga berencana pasca-aborsi

serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. (sumber: billings, D.L.

Training midwives to improve postabortion care. A summary- report of

a study tour in Ghana. October 12-19, 1997. IPAS (February 1998))

“kematian akibat aborsi yang tidak aman adalah paling mudah untuk

dicegah. Upaya untuk menurunkan kematian ibu hingga 50 % yang

dirumuskan 10 tahun oleh beberapa Negara mestinya telah tercapai

sepenuhnya bila kematian ibu karena aborsi yang tidak aman dapat

dihapuskan.” –Ingar Brueggemann, secretariat jendral IPPF, hari

kesehatan sedunia 1998

c. Pelayanan antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi secara dini

komplikasi kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan.

Isi pelayanan antenatal diberbagai Negara sangat bervariasi, dan

mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk penyuluhan kepada

pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan

skrining/penjaringan faktor resiko. (ke16&19) komponen penting

pelayanan antenatal meliputi:

1) skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular

seksual (PMS).

2) deteksi dan penanganan komplikasi yang potensial, kapan dan

bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

3) penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan

bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

d. Manajemen komplikasi obstetric yang memadai

Sebagian besar komplikasi obstetric yang berkaitan dengan kematian

ibbu tidak dapat diramalkan atau dicegah, tetapi hampir semuanya dapat

11

Page 12: AKI AKB

ditangani jika pelayanan yang memadai tersedia. Bila keadaan gawat

darurat sudah terdeteksi, maka kelangsungan hidup tergantung pada

kecepatan mendapat pelayanan obstetric esensial. Komponen kunci

pelayanan obstetric esensial dapat dilihat pada kotak dibawah.

Kebanyakan pelayanan obstetric esensial dapat diberikan pada

tingkat pelayanan dasar, oleh bidan atau dokter umum. Transfuse darah

dan tindakan operasi harus dapat diberikan di rumah sakit kabupaten

oleh dookter umum terlatih atau oleh ahli kebidanan.

Jika komplikasi tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar,

bidan/dokter puskesmas harus memberikan pertolongan pertama dan

merujuk secepatnya. Penggunaan protocol pengobatan standar dapat

mendorong agar semua tenaga dan fasilitas kesehatan melakukan

prosedur tetap dan menangani komplikasi secara tepat, disamping

menempatkan dasar untuk pemantauan mutu pelayanan obstetric.

Transportasi gawat darurat pun harus selalu tersedia.

e. Keterampilan kebidanan

Ketersediaan tenaga persalinan terlatih yang dapat melaksaksanakan

pertolongan persalinan yang aman dan bersih, mengenal dan menangani

komplikasi obstetric (sendiri atau merujuk) akan mampu mengurangi

angka kematian ibu. Pelayanan kebidanan yang berkualitas untuk para

ibu, yang kebanyakan diberikan dirumah, telah memberikan kontribusi

nyata terhadap penurunan angka kematian ibu. Namun, tentu saja

keefektivitas pelayana kebidanan juga tergantung pada ketersediaan

infrastruktur pelayanan kesehatan yang memberikan fasilitasi untuk

konsultasi dan rujukan bagi ibu yang memerlukan pelayanan obstetric

gawat.

12

Page 13: AKI AKB

C. Keselamatan Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka Kematian Balita (AKBal) di

Indonesia masih cukup tinggi . Berdasarkan SDKI 2007, pada tahun 1990

angka kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup (KH). Data terakhir ,

AKB menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah

turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target MDG tahun 2015

dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000 kelahiran

hidup. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti

Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di negara kita

jauh lebih tinggi.

Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang

terjadi pada bayi baru lahir/ neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini

meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) dan infeksi. Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian

berikutnya pada bayi dan balita, disamping penyakit lainnya serta dikontribusi

oleh masalah gizi.

13

Page 14: AKI AKB

Terdapat disparitas angka kematian bayi dan balita yang cukup besar antar

provinsi. Provinsi dengan AKB – AKBalita tertinggi (Sulbar: AKB 74/1000

KH dan AKBalita 96/1000KH) memiliki nilai 4 kali lebih besar daripada

14

Page 15: AKI AKB

provinsi dengan AKB dan AKBalita terendah (DIY: AKB 19/1000 KH dan

AKBalita 22/1000 KH).

(KH = Kelahiran Hidup)

a. Masalah Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia

1) Masalah pada Neonatus

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada

masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang

menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir

rendah dan infeksi.

Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani. Namun

terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga

kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan

dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk

mencari pertolongan kesehatan.

2) Penyakit Infeksi

Masalah kedua penyebab kematian pada bayi dan terutama balita

adalah penyakit infeksi, diare dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini,

serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menekan kematian yang

diakibatkan penyakit ini Diare erat kaitannya dengan perilaku hidup

bersih dan sehat, ketersediaan air bersih, serta sanitasi dasar.

15

Page 16: AKI AKB

Pneumonia terkait erat dengan indoor and outdoor pollution (polusi di

dalam dan di luar ruangan), ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan

bakar yang dipakai, kebiasan merokok, status gizi, status imunisasi dan

lama pemberian ASI . Sosialisasi yang terkait dengan upaya

pencegahan dan deteksi dini serta mengurangi faktor resiko menjadi hal

penting.

3) Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Gangguan pertumbuhan akibat gizi buruk tidak hanya terjadi di

daerah yang kurang pangan. Tidak hanya juga terjadi pada keluarga

dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Bahkan di daerah penghasil

pangan masih terjadi kasus gizi buruk. Pun di perkotaan dan ditengah

keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah. Penyebab gizi

kurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu:

pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan; penyakit infeksi;

ketersediaan pangan.

Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010, untuk gizi kurang tetap

13,0 dan untuk gizi buruk, dari 5,4 menjadi 4,9.

16

Page 17: AKI AKB

4) Penyebab Kematian Bayi dan Balita Tak Langsung

Beberapa faktor menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi dan

balita. Dari sisi kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi

yang rendah, pendidikan ibu, kondisi sosial budaya yang tidak

mendukung, kedudukan dan peran perempuan yang tidak mendukung,

akses sulit, serta perilaku perawatan bayi dan balita yang tidak sehat.

Sementara ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum

merata, kesinambungan pelayanan KIA yang belum memadai,

pembiayaan pelayanan KIA yang belum memadai, menyumbangkan

masalah dari sisi supply.

17

Page 18: AKI AKB

b. Masalah dalam penurunan Angka kematian Bayi dan Balita

1) Tenaga Kesehatan

Bila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih banyak desa yang

tidak memiliki bidan. Hanya provinsi di pulau Jawa dan sebagian kecil

Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan

Papua Barat barkisar antara 20-40%, sebagian besar provinsi di pulau

Kalimantan baru 40-60% desa yang memiliki bidan. Dari

penyebarannya terlihat, sebagian besar masih berkumpul di pulau Jawa.

Kendala bagi keberadaan bidan di desa antara lain:

a) Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah

desa. Untuk itu perlu dilihat ketersediaan dan pemanfaatan perawat

di desa.

b) Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan

Bupati.

c) Tidak adanya reward dan punishment bagi bidan desa.

18

Page 19: AKI AKB

2) Pembiayaan

Berbagai kegiatan dan program kesehatan anak untuk menurunkan

angka kematian bayi dan balita yang telah terbukti efektif perlu

dilaksanakan oleh pemerintah daerah ,baik kabupaten maupun provinsi,

dan pemangku kepentingan (stakeholders).

Karenanya dibutuhkan alokasi dana APBD yang sesuai dengan

kebutuhan program dan kegiatan tersebut. Sumber pembiayaan KIA

sendiri dapat dirinci sebagai berikut:

a) APBD Kabupaten/Kota

b) APBD Provinsi

c) Dana APBN, melalui dana dekonsentrasi (dana dekon), TP (Tugas

Perbantuan), DAK (Dana Alokasi Khusus), DAU (Dana Alokasi

Umum), BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), Jamkesmas

Nasional

d) Donor, dapat berupa Company Social Responsibillities (CSR),

dana masyarakat mandiri, dana hibah yang tidak mengikat,bantuan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik dalam negeri maupun

luar negeri.

Beranjak dari pengalaman selama ini, banyak daerah yang

mengandalkan dana dari pusat. Sudah diketahui bersama, banyak

kendala pengucuran dana dari pusat ke daerah. Antara lain karena

alokasi dana yang tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan - karena

sifatnya yang supporting-, pencairan dana yang membutuhkan proses

panjang, ataupun penggunaannya yang terbatas.

Untuk itu pemerintah daerah haruslah mengalokasikan dana yang

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan proses pemetaan dan perencanaan

yang matang demi tercapainya tujuan program ini. Mengacu pada PP

38/2007 tentang pembagian urusan pemerintahan, sudah selayaknya

19

Page 20: AKI AKB

pemerintah daerah menjadikan APBD sebagai prioritas penggunaan

dana dalam kegiatan KIA. Adapun dana yang berasal dari pemerintah

provinsi dan pusat, lebih bersifat sebagai pendukung.

c. Penatalaksanaan

1) Millenium Development Goals

Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan

millenium adalah komitmen 189 kepala negara yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan umat manusia yang akan dicapai pada

tahun 2015. Komitmen ini ditindak lanjuti dengan perencanaan masing-

masing negara, sesuai kebutuhan masing-masing. Tersedia kerangka

konsep internasional untuk bekerja bersama menuju tujuan yang sama,

memastikan pembangunan manusia menyentuh semua orang di semua

tempat. Bila tujuan pembangunan milenium tercapai, separuh dari

kemiskinan dunia bisa teratasi, puluhan juta jiwa tertolong dan milyaran

lainnya akan mendapat kesempatan memperoleh keuntungan dari

ekonomi global.

20

Page 21: AKI AKB

Tujuan

MDGs telah diterjemahkan ke dalam Rencana Pembangunan

Menengah Nasional (RPJM) tahun 2005-2009 dan RPJM 2010-2014

melalui Peraturan Presiden no 7 tahun 2005 dan no 5 tahun 2010.

Targetnya adalah menurunkan kematian balita sebesar dua pertiganya

dari keadaan tahun 1990 dengan indikator proksi

a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000

kelahiran hidup

b) Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal) menjadi 32 per 1.000

kelahiran hidup

c) Proporsi imunisasi campak pada anak yang berusia 1 tahun,

mencakup 90 % dari seluruh sasaran

Penurunan angka kematian bayi dan balita dapat dikatakan sesuai

harapan (on track). Namun perlu upaya yang keras agar dapat mencapai

21

Page 22: AKI AKB

target MDG bila dilihat lambatnya penurunan angka kematian baik bayi

maupun balita. Untuk itu perlu dukungan pemerintah daerah, DPRD,

organisasi profesi, organisasi terkait, dan stakeholders lainnya dalam

menurunkan angka kematian bayi dan balita tersebut.

Intervensi yang sudah dilakukan dalam program kesehatan anak :

a) Pemberdayaan masyarakat melalui penggunaan buku KIA, Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), Perawatan Metode Kanguru

b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dengan penerapan

MTBS, manajemen asfiksia, manajemen BBLR, persalinan oleh

tenaga kesehatan, kunjungan rumah, pengadaan obat program, dan

peningkatan kompetensi petugas

c) Pembiayaan kesehatan dengan Jamkesmas, Jamkesda, dana

dekonsentrasi dan BOK (Banatuan Operasional Kesehatan);

d) Survailans kesehatan melalui penggunaan kohort bayi, kohort anak

balita, PWS KIA, Otopsi Verbal, Audit Maternal Perinatal

d. Yang harus dilakukan bidan

a) Perawatan anak di tingkat rumah tangga dan keluarga, deteksi

dini penyakit serta perilaku mencari pertolongan.

Mendorong peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat

termasuk partisipasi mereka dalam kesehatan ibu dan anak.

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan

deteksi dini penyakit.

Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam upaya kesehatan

dengan penggunaan buku KIA.

Penggunaan bagan MTBS dalam penanganan balita sakit

Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat

b) Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan

22

Page 23: AKI AKB

Penempatan bidan di semua desa

Penempatan dokter, bidan, dan perawat di semua puskesmas dan

jaringannya

Kunjungan rumah

Pengadaan obat program

Penyediaan alat kesehatan

Memperbaiki fasilitas dan sistem rujukan

Pelatihan, penyegaran pengetahuan, kursus bagi tenaga

kesehatan

Perbaikan kurikulum dan metode pendidikan disesuaikan

dengan kebutuhan program (pre service), peningkatan in service

training

c) Advokasi pada pemerintah daerah / penentu kebijakan untuk:

Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat / keluarga

Memperbaiki sistem dan manajemen program

Mobilisasi dukungan keuangan di daerah untuk KIA untuk

pembiayaan yang lebih proporsional

Peningkatan anggaran KIA di daerah dengan pendekatan investasi

(lebih promotif-preventif).

Berdasarkan kebijakan desentralisasi dan SPM, mengambil

keputusan dengan memprioritakan investasi dan intervensi efektif

KIA

Membangun kemitraan yang efektif dengan lintas program dan

lintas sektor

Penyediaan SDM Kesehatan di seluruh puskesmas, pustu dan

desa.

BAB III

23

Page 24: AKI AKB

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan Program

Pendidikan Bidan, diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi

izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Bidan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya didasarkan pada kompetensi dan kewenangan yang diberikan

yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES)

No.900/MENKES/SK/VIII/2000. Bidan sebagai suatu profesi disiapkan

melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya secara professional. Keberadaan bidan di

Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

bayinya.

Jadi sudah menjadi tugas tenaga kesehatan khususnya bidan untuk membatu

pemerintah menekan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

B. Saran

1. Kepada mahasisiwi Poltekkes TNI-AU Ciumbuleuit Bandung Prodi

Kebidanan agar lebih dapat memahami tentang masalah kebidanan di

komunitas khususnya tentang kematian ibu dan bayi.

2. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui

tindak lanjut penanganan masalah kebidanan di komunitas khususnya

tentang kematian ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: AKI AKB

25