agama print

29
Berikut Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur. Salam Sejahtera wahai para ahli bersyukur. Marilah kita panjatkan segala puji dan puji syukur atas semua anugrah yang di berikan tuhan kepada kita. karna dengan kita bersyukur kita akan mengetahui betapa besar anugrah yang harus kita syukuri. Solawat dan salam kita haturkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan rasa syukur atas semua yang nabi ajakan kepada kita. Para pelopor, bersyukurlah ٌ ورُ كَ شٌ ورُ فَ غُ هَ ن ه لْ ضَ ف ن م مُ هَ د ي " زَ يَ وْ مُ هَ ورُ جُ ) ْ مُ هَ فَ وُ ي ل"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."(Qur’an Surat. Fathir:30). "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(Qur’an Surat. ibrahim [14]:)

Upload: viona

Post on 12-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas agama

TRANSCRIPT

Berikut Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur.

Salam Sejahtera wahai para ahli bersyukur.

Marilah kita panjatkan segala puji dan puji syukur atas semua anugrah yang di berikan tuhan

kepada kita. karna dengan kita bersyukur kita akan mengetahui betapa besar anugrah yang

harus kita syukuri.

Solawat dan salam kita haturkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan rasa

syukur atas semua yang nabi ajakan kepada kita. 

Para pelopor, bersyukurlah

�ور� ك �ه� غ�ف�ور� ش� �ن �ه� إ �ز�يد�ه�م م�ن ف�ض�ل ه�م� و�ي �ج�ور� �ه�م� أ �و�ف�ي �ي ل

"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada

mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Mensyukuri."(Qur’an Surat. Fathir:30).

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu,

tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(Qur’an Surat.

ibrahim [14]:)

Para Pelopor, Pada kesmpatan ini, melalui contoh pidato agama isalam ini Qvae akan

sedikit menjelaskan tentang bentuk dari perwujudan rasa syukur kita.

Syukur itu diwujudkan dalam tiga aspek :

1. Syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia

yang diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya.

2. Syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya.

3. Syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribada kepada-Nya dan menggunakan karunia itu

untuk kebaikan.

Mari kita renungkan, tentang semua yang kita miliki tentang semua yang kita imikan, tentang

semua kekurangan yang kita miliki, dan bersyukurlah. Bersyukur itu adalah bagaimana kita

merasa bersyukur atas semua anugrah yang di anugrahkan kepada kita. Bersyukur itu

mengungkapkan rasa terima kasih atas semua yang yang di miliki.

Para pelopor, Bersyukurlah atas semua kelebihan, bersyukurlah atas semua kekurangan

yang kita miliki, dan bersyukurlah atas semua penderitaan yang tersa, dan bersyukurlah

atas semua airmata yang membuat kita berduka. Dan bersyukurlah Karena ada rahasia di

balik rahasia, Maha sempurna tuhan beserta rencananya. Bersyukurlah.

Wassalam.

Demikian Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana kita bersyukur, Contoh

pidato ini beisa anda gunakan untuk ceramah agama anda ketika anda menginginkan tema

tentang bersyukur.

Terimakasih atas kunjungan anda di Contoh naskah pidato agama islam tentang rasa

syukur ini, dan kami akan sangat senang jika contoh naskah pidato agama islam ini bisa

bermanfaat bagi anda,

Dan kami akan sangat senang jika anda bisa memanfaatkan Contoh pidato agama Qvae

yang lain, ataupun contoh pidato tentang pendidikan juga contoh pidato tentang Motivasi.

Terimakasih.

Setiap kita sangat memerlukan Allah dalam setiap gerak kehidupannya.

Dari udara untuk bernafas hingga makanan yang kita makan,

Dari kemampuannya untuk menggunakan tangan

Hingga kemampuan berbicara,

Dari perasaan aman hingga perasaan bahagia,

Kita benar-benar sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah

dan apa yang dikaruniakan kepada kita. Akan tetapi kebanyakan kita tidak

menyadari kelemahan kita dan tidak menyadari bahwa kita sangat

memerlukan Allah.

Kita menganggap bahwa segala sesuatunya terjadi dengan sendirinya atau

kita menganggap bahwa segala sesuatu yang kita peroleh adalah karena

hasil jerih payah kita sendiri.

Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak

mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, kita yang telah menyatakan rasa terima

kasih kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepada

kita, namun kita menghabiskan hidup kita dengan mengabaikan nikmat

Allah yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidup kita.

Bagaimanapun, nikmat yang diberikan Allah kepada kita sangatlah besar

sehingga tak seorang pun yang dapat menghitungnya. Allah menceritakan

kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu

tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-

benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” …. (Q.s. an-Nahl:

18).

Meskipun kenyataannya demikian, kebanyakan kita tidak mampu

mensyukuri kenikmatan yang telah kita terima. Adapun penyebabnya

diceritakan dalam al-Qur’an:

Setan, yang berjanji akan menyesatkan manusia dari jalan Allah, berkata

bahwa tujuan utamanya adalah untuk menjadikan manusia tidak

bersyukur kepada Allah.

Pernyataan setan yang mendurhakai Allah ini menegaskan pentingnya

bersyukur kepada Allah. Bukankah Allah tidak akan membebani kita

melainkan sesuai dengan kekuatan kita.

Disisa umur yg dianugerahkan-Nya marilah kita menjaga sikap istiqamah

dan tawakal dalam menghadapi setiap penderitaan hidup. Insya Allah ini

akan dapat menumbuhkan sifat sabar dan syukur dalam diri Kita.

Jangan kita lelah untuk tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal

kepada-Nya, Karena Allah telah berjanji akan menambah nikmat kepada

hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun

di akhirat kelak.

.

InsyaAllah kita bisa …. Barakallah Fiku

Perintah mensyukuri nikmat A“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku

niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan

janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.“(QS. 2:152)

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang

Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

kepada-Nya kamu menyembah.“ (QS. 2:172)

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu

adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada

Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.“(QS. 3:123)

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan

kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak

mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah,

dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-

Nyalah kamu akan dikembalikan.“ (QS. 29:17)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan

kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ (QS.

31:14)

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat

kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

(kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.

(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang

Maha Pengampun”. (QS. 34:15)

Allah memberi balasan kepada Orang yang Bersyukur

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu

sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu

berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia

tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan

memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.“ (QS. 3:144)

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai

ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala

dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa

menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat

itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang

bersyukur.“ (QS. 3:145)

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?Dan Allah

adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.“(QS. 4:147)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu,

dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih.”(QS. 14:7)

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,

yaitu:“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur

(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;

dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji.”(QS.31:12)

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia

tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya

Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah

kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS.

39:7)

“sebagai ni’mat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada

orang-orang yang bersyukur,“ (QS.54:35)

Kebanyakan Manusia Tidak Bersyukur

“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,

penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS.23:78)

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung

halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati;

maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah

menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap

manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. 2:243)

” kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,

dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati

kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).“ (QS. 7:17)

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang

diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak

mensyukuri(nya).” (QS.27:73)

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya

dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)

kamu sedikit sekali bersyukur.“ (QS.32:9)

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-

gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti

kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga

Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-

hambaKu yang bersyukur.“ (QS. 34:13)

“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat

padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-

benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi

kebanyakan manusia tidak bersyukur.“ (QS. 40:61)

“Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu

bersyukur.“ (QS. 67:23)

Doa Sebagai Tanda Mensyukuri Nikmat Allah

“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat

Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan:

“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami

sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali

kepada Tuhan kami.” (QS. 43:13-14)

Doa (Nabi Sulaiman as.) Untuk Tetap Mensyukuri Nikmat Allah

“maka dia (Sulaiman as.) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar)

perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk

tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku

dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh

yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam

golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. 27:19)

Allah mengetahui siapa yang bersyukur

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan

sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu)

berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah

kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui

tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?” (QS.6:53)

Hadits dan Wasiat Ulama Akhlak Tentang Syukur

“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling

pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Ath-Thabrani)

“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang

tadi) :“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang

diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan

sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena

ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud)

“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai

orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan

ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan

mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih

bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi

kelebihan.” (HR. Tirmidzi)

“Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafat dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan

juga diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah ucapan:“Laa ilaaha

illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa

ala kulli syaiin qodir.” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa

yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan

pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa) (HR. Ahmad)

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik

baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.

Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian

itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan,

dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan

baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya

Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).(Dari artikel Memahami Syukur —

Muslim.Or.Id by null)

Sedang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda:

“Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji Allah, maka

tidak sempurnalah perbuatan itu.” (HR. Abu Dawud)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:

“Apabila anak seseorang meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada

malaikat-Nya:Kamu telah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Para malaikat

menjawab: Ya. Allah bertanya lagi:Kamu telah mencabut buah-hatinya? Para

malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya: Apakah yang diucapkan oleh hamba

hamba-Ku? Para malaikat menjawab:Ia memuji-Mu dan mengucap Inna

lillahi wa inna ilaihi raajiun (Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari

Allah dan sesungguhnya akan kembali kepada-Nya).

Kemudian Allah Ta’ala berfirman:Bangunlah sebuah rumah di sorga

untuk para hamba-Ku itu dan namailah Bait Al-Hamd.” (HR. Turmudzi)

“Jika memang ada suatu cara yang dapat ditiru dalam pengabdian (ibadah)

kepada Allah bagi hamba-Nya, yang paling taat, yang lebih baik daripada

bersyukur di setiap kesempatan, maka Allah akan menganggap cara pengabdian

itu melebihi segala ciptaan yang lain. Karena sesungguhnya, tidak ada

bentuk pengabdian yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap

kesempatan, Dia telah memilihnya menjadi bentuk pengabdian

terunggul daripada bentuk-bentuk pengabdian yang lainnya.(Imam

Ja’far Ash-shadiq ra.)

“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha

untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang bersyukur atas nikmat

berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat.” (Syeikh

Ibnu Athaillah ra.)

“Syukur dengan lisan adalah nikmat yang besar. Manusia menanggung

beban lebih besar ketika memperoleh nikmat dibanding ketika

mengalami bencana. Bencana membutuhkan kesabaran, dan manusia

mampu bersabar. Sedangkan kenikmatan perlu disyukuri, padahal Allah

berfirman:

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]:13)

[Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi ra.]

Bersyukur Atas Nikmat Allah Yang Amat Besar

***

Assalamu’alaikum…

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat

menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.” (Al-Quran Al-Karim Surah An-Nahl [16]: ayat 18)

Wahai saudara-saudariku, kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah.

Mengapa tidak bisa? Karena terlalu BESARNYA…. Segala puji bagi Allah, belum

sempat bibir kita mengucap syukur kepada Allah ketika nikmat itu datang, maka

datang lagi nikmat Allah yang lainnya. Betapa besarnya nikmat Allah.

BEBERAPA NIKMAT ALLAH :

[1] Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru

menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan

ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.

[2] Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika kita sakit,

berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang kebanyakan

manusia lupa : sehat dan waktu luang.

[3] Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta

sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

[4] Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan

kedholiman maka baginya ‘keamanan’. Dengan

nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan

perasaan tenang.

[5] Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. SUBHAANALLAH !!, ini adalah

nikmat yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita

bisa

membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama

atau manakah yang tidak diperbolehkkan.

Namun, kebanyakan manusia itu dholim. Sedikit sekali manusia yang bersyukur,

mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Katakanlah: ”Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al-

Quran Al-Karim Surah Al-Mulk [67]: ayat 23)

Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan perasaan bersyukur kepada Allah sehingga

mengantarkan kita untuk bersyukur kepada-Nya.

CARA MENUMBUHKAN PERASAAN SYUKUR :

[1] Merenung (bukan membayangkan).

[2] Lihatlah yang memberi nikmat, bukan besar kecilnya nikmat. Jika engkau

mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi lihatlah

yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).

[3] Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat).

[4] Ingatlah keutamaan syukur. Orang beriman yakin, jikalau bersyukur kepada

Allah, maka akan mendapatkan keutamaan.

[5] Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur

hanyalah Allah semata.

CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH :

[1] Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hati

itu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai Allah). Tanamkan

dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.

[2] Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah nikmat

dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron kepada orang

yang

telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah.

Hasan al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah.

Sesungguhnya itu adalah kesyukuran.”

[3] Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini

anggota badan dijadikan sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah

dari maksiat kepada-Nya.

Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan,

maka ia memberikan jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihat

kebaikan, sebarkanlah, dan jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua

telinga itu, jika mendengar kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan

cegahlah! Syukurnya dua tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk

mengambil barang yang bukan haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada

keduanya! Syukurnya perut, hendaknya makanan ada di bagian bawah,

sedangkan yang atas dipenuhi dengan ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat

dalam firman Allah,

"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri

mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal

ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah

orang-orang yang melampaui batas." (Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]:

ayat 5-7)

Syukurnya dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu

bersegera meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu

bersegera untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu

bersyukur kepada Allah! Sesungguhnya orang yang bersyukur dengan lisannya

itu seperti orang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya,

tidak memakainya. Maka ia pun tidak terlindungi dari panas, dingin, salju, dan

hujan.

KEUTAMAAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH

[1] Syukur adalah sarana menambah kenikmatan. Ali bin Abi Thalib ra. pernah

berkata, Sesungguhnya nikmat itu berkaitan dengan syukur dan syukur itu

berkaitan dengan mazid (penambahan nikmat), keduanya tidak bisa dipisahkan,

maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya syukur dari

hamba.

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memberitahukan: “Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan

menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur

(mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (Al-

Quran Al-Karim Surah Ibrahim [14]:

ayat 7)

Allah menjadikan tambahan bergantung kapada kesyukuran dan tambahan dari-

nya adalah tambahan yang tiada batas, sebagaimana syukur itu sendiri juga

tiada batas.

[2] Syukur adalah sebab keridhoan Allah disebabkan pemanfaatan nikmat itu

sebagai sarana ibadah.

[3] Syukur menghalangi turunnya adzab. Sebagaimana diterangkan dalam Al-

Qur’an, Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?

Dan Allah adalah Maha Mensyukuri*) lagi Maha Mengetahui.

(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nisaa’ [4]:

ayat 147)

Tatkala iblis – musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala – mengerti nilai syukur, bahwa

ia merupakan maqam tertinggi dan termulia, maka iblis pun mencanangkan

tujuan akhirnya yaitu mengusahakan terputusnya manusia dari bersyukur.

Diterangkan bahwa iblis berkata :

”Lalu aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari samping

kanan dan dari samping kiri. Sehingga Engkau

tidak akan mendapati kebanyakan mereka pada bersyukur (taat).” (Al-Qur’an Al-

Karim Surah Al-A’raaf [7]: ayat 17)

Dalam Surah Saba’ disebutkan bahwa orang-orang yang bersyukur itu sedikit.

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang pandai

bersyukur.” (Al-Quran Al-Karim Surah Saba’ [34]: ayat 13)

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan doa agar

diberikan taufik untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

sebagaimana dalam hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Hakim,

An-Nasa’i, dan Imam An-Nawawi, Rasulullah memberikan nasihat kepada Mu’adz

:

Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka di setiap penghujung shalat

janganlah kamu lupa membaca : “Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika

wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepada-Mu,

bersyukur kepada-Mu, dan baik ibadahku kepada-Mu).

Aamiin Yaa Rabbal'alamiin...

***

Sudahkah kita bersyukur hari ini?

Ucapkan Alhamdulillah...

Mampukah kita menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang telah kita dapat hingga saat

ini? Tentulah, TIDAK! Menghitung jumlah nikmat dalam sedetik saja kita tidak mampu,

terlebih sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur, bernafas, makan, minum, bisa

berjalan, melihat, mendengar, dan berbicara, semua itu adalah nikmat dari AllahTa’ala,

bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat

Allah itu? Mampukah kalkulator menghitungnya? Tentulah, TIDAK! Sudah berapa oksigen

yang kita hirup? Berapa kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip? Sampai kapan

pun kita tidak akan bisa menghitungnya. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman,

ح�يم� �غ�ف�ور� ر� �ه� ل �ن� الل �ح�ص�وه�ا إ �ه� ال� ت �ع�م�ة� الل �ع�د|وا ن �ن� ت و�إ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan

jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(Qs. An Nahl: 18)

Lalu, apakah yang harus kita lakukan setelah kita mendapatkan semua nikmat itu?

Bersyukur atau kufur? Jika memang bersyukur, apakah diri ini sudah tergolong hamba yang

mensyukuri nikmat-nikmat itu?

Karena itu, kita Perlu mengetahui bagaimana cara bersyukur kepada Allah Ta’ala dan

bagaimana tata cara merealisasikan syukur itu sendiri. Ketahuilah bahwasannnya Allah

mencintai orang-orang yang bersyukur. Hamba yang bersyukur merupakan hamba yang

dicintai oleh Allah Ta’ala. Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi tiga

hal:

Pertama,

Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu berasal dari

Allah Ta’ala semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

�ه� �ع�م�ة{ ف�م�ن� الل �م� م�ن� ن �ك و�م�ا ب

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl:

53)

Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah Ta’ala, ia adalah

hamba yang bersyukur. Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari

Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang ia peroleh.

Kedua,

Lisannya senantiasa mengucapkan kalimat Thayyibbah sebagai bentuk pujian

terhadap Allah Ta’ala

Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya.

Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya

yang senantiasa memuji Allah Ta’ala.

�ك� ف�ح�د�ث� ب �ع�م�ة� ر� �ن م�ا ب� و�أ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan

bersyukur)”. (Qs. Adh Dhuha: 11)

Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa, maka ia

telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,dari Mu’adz

bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

�ق�د�م� �ه� م�ا ت � ق�و�ة{ . غ�ف�ر� ل �ى و�ال �ر� ح�و�ل{ م�ن �يه� م�ن� غ�ي ق�ن ز� �ى ه�ذ�ا و�ر� �ط�ع�م�ن �ذ�ى أ �ه� ال �ل �ح�م�د� ل �ل� ط�ع�ام�ا ف�ق�ال� ال �ك م�ن� أ

�ه� �ب م�ن� ذ�ن

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii

ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji

bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta

kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458.

Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa

hadits ini hasan).

Terdapat pula dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�ه�ا �ي �ح�م�د�ه� ع�ل �ة� ف�ي ب ر� ب� الش� ر� �ش� و� ي� �ه�ا أ �ي �ح�م�د�ه� ع�ل �ة� ف�ي �ل �ك �ل� األ �ك �أ �ن� ي �د� أ �ع�ب �ر�ض�ى ع�ن� ال �ي �ه� ل �ن� الل إ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid

(alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).

Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, maka

sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.

�ح�ب| �ى م�ا ي أ �ذ�ا ر� �ه� -صلى الله عليه وسلم – إ س�ول� الل �ان� ر� ة� ق�ال�ت� ك �ش� ع�ن� ع�ائ

�ح�م�د� » ق�ال� �ه� ال �ل �ذ�ى ل �ه� ال �ع�م�ت �ن �م| ب �ت �ح�ات� ت �ذ�ا «. الص�ال �ى و�إ أ ه� م�ا ر� �ر� �ك �ح�م�د� » ق�ال� ي �ه� ال �ل �ل� ع�ل�ى ل ال{ ك ح� «.

Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai adalah

mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”. Sedangkan jika beliau

menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli

hal.” (HR Ibnu Majah no 3803 dinilai hasan oleh al Albani)

Ketiga,

Menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal shalih

Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala akan menggunakan nikmat Allah

untuk beramal shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Ia gunakan matanya

untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk berkata kecuali yang baik, dan anggota

badannya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.

Ketiga hal tersebut adalah kategori seorang hamba yang bersyukur yakni bersyukur dengan

hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu

Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota

badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305). Syukur dari hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat

yang disertai ketaatan. Adapun di lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan

sanjungan. Dan syukur juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh

segenap anggota badan.” (Al Fawa’id, hal. 124-125)

Dua Nikmat Yang Sering Terlupakan; Nikmat Sehat Dan Waktu Luang

Hendaklah kita selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah yang berupa kesehatan, kemudian

bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan

sampai menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits berikut,

�ير� م�ن� �ث �ون� ف�يه�م�ا ك �ان� م�غ�ب �ع�م�ت �م� ن ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي| ص�ل�ى الل �ب �ه�م�ا ق�ال� ق�ال� الن �ه� ع�ن ض�ي� الل �اس{ ر� �ن� ع�ب ع�ن� اب

اغ� �ف�ر� �اس� الص�ح�ة� و�ال الن

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan,

kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR

Bukhari, no. 5933)

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan: “Kenikmatan adalah keadaan yang baik.

Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk

melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits

no. 5933)

Ibnu Baththaal rahimahullah mengatakan: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah

menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya)

dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia

berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang

telah Allah berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah melaksanakan

perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu,

maka dia adalah orang yang tertipu”. (Fathul Bari)

Kemudian sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas “kebanyakan manusia tertipu

pada keduanya” ini mengisyaratkan, bahwa orang yang mendapatkan taufiq (bimbingan)

untuk itu, hanyalah sedikit.

Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan: “Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak

longgar, karena kesibukannya dengan mencari penghidupan. Dan kadang-kadang manusia

itu cukup (kebutuhannya), tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul, lalu dia

dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah orang yang tertipu.

Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan ladang akhirat, di dunia ini terdapat

perdagangan yang keuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan

waktu luangnya dan kesehatannya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang

yang pantas diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat kepada

Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang akan diikuti oleh kesibukan,

dan kesehatan akan diikuti oleh sakit, jika tidak terjadi, maka itu (berarti) masa tua (pikun).

Maka sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih sebelum kedatangan

perkara-perkara yang menghalanginya. Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin

Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menasihati seorang laki-laki:

�ل� اغ�ك� ق�ب �ل� ف�ق�ر�ك� , و�ف�ر� �اك� ق�ب ن ق�م�ك� , و�غ� �ل� س� �ك� ق�ب ت م�ك� , و�ص�ح� �ل� ه�ر� �ك� ق�ب �اب ب �ل� خ�م�س{ , ش� ا ق�ب �م� خ�م�س� �ن �غ�ت ا

�ك� �ل� م�و�ت �ك� ق�ب �ات ي غ�ل�ك� , و�ح� ش�

”Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu) mudamu sebelum

pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum

sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim)

Mengapa Kita Harus Bersyukur?

Karena semua nikmat itu berasal dari Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman,

�ه� �ع�م�ة{ ف�م�ن� الل �م� م�ن� ن �ك و�م�ا ب

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl:

53)

�د�ون� �ع�ب �اه� ت �ي �م� إ �ت �ن �ن� ك �ه� إ �ع�م�ت� الل وا ن �ر� ك �ا و�اش� �ب ال� ط�ي �ه� ح�ال� �م� الل ق�ك ز� �وا م�م�ا ر� �ل ف�ك

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan

syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”  (Qs. An Nahl:

114).

Bersyukur merupakan perintah Allah Ta’ala

ون� �ف�ر� �ك وا ل�ي و�ال� ت �ر� ك �م� و�اش� ك �ر� ذ�ك� �ي أ ون �ر� ف�اذ�ك

“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku,

janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152)

Pada ayat tersebut Allah memerintahkannya secara khusus, kemudian sesudahnya Allah

memerintahkan untuk bersyukur secara umum. Allah berfirman yang artinya, “Maka

bersyukurlah kepada-Ku.”

Yaitu bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat ini yang telah Aku karuniakan kepada kalian

dan atas berbagai macam bencana yang telah Aku singkirkan sehingga tidak menimpa

kalian.

Disebutkannya perintah untuk bersyukur setelah penyebutan berbagai macam nikmat

diniyah yang berupa ilmu, penyucian akhlak, dan taufik untuk beramal, maka itu

menjelaskan bahwa sesungguhnya nikmat diniyah adalah nikmat yang paling agung.

Bahkan, itulah nikmat yang sesungguhnya. Apabila nikmat yang lain lenyap, nikmat tersebut

masih tetap ada.

Hendaknya setiap orang yang telah mendapatkan taufik (dari Allah) untuk berilmu atau

beramal senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut. Hal itu supaya Allah

menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Dan juga, supaya lenyap perasaan ujub(kagum

diri) dari diri mereka. Dengan demikian, mereka akan terus disibukkan dengan bersyukur.

Jika tidak bersyukur, berarti ia telah kufur

“Karena lawan dari syukur adalah ingkar/kufur, Allah pun melarang melakukannya. Allah

berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di

sini adalah yang menjadi lawan dari kata syukur. Maka, itu berarti kufur di sini bermakna

tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik. Dan

bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk

pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, kemudian

diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka ragam jenisnya dari

yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di bawah-bawahnya.” (Taisir Karimir Rahman,

hal. 74)

Penopang Tegaknya Agama

Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam sebuah kitabnya yaitu Al

Fawa’id,  “Bangunan agama ini ditopang oleh dua kaidah: Dzikir dan syukur.

AllahTa’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada

kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152).”

Ketika bersyukur kepada Allah, maka Allah akan tambahkan nikmat itu menjadi

semakin banyak

د�يد� �ي ل�ش� �ن� ع�ذ�اب �م� إ ت �ف�ر� �ن� ك �ئ �م� و�ل �ك ز�يد�ن� �م� أل� ت �ر� ك �ن� ش� �ئ �م� ل |ك ب �ذ�ن� ر� �أ �ذ� ت و�إ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,

pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7).

Semua nikmat yang diperoleh, kelak akan dimintai pertanggungjawaban

AllahTa’alaberfirman,

� �ع�يم �ذ{ ع�ن� الن �و�م�ئ �ن� ي �ل أ �س� �ت �م� ل ث

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-

megahkan di dunia itu)” (Qs. At Takatsur: 8).

Syaikh As Sa’dirahimahullahmenerangkan, nikmat yang telah kalian peroleh di dunia,

apakah benar telah kalian syukuri, disalurkan untuk melakukan hak Allah dan tidak

disalurkan untuk perbuatan maksiat? Jika kalian benar-benar bersyukur, maka kalian kelak

akan mendapatkan nikmat yang lebih mulia dan lebih utama.

Allah Ta’ala berfirman,

و�ن� �ج�ز� �و�م� ت �ي �ه�ا ف�ال �م� ب �ع�ت �م�ت ت �ا و�اس� �ي �م� الد|ن �ك �ات ي �م� ف�ي ح� �ك �ات �ب �م� ط�ي �ت �ذ�ه�ب �ار� أ وا ع�ل�ى الن �ف�ر� �ذ�ين� ك �ع�ر�ض� ال �و�م� ي و�ي

�ه�ون� ع�ذ�اب� ال

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka

dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu

(saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi

dengan azab yang menghinakan” (Qs. Al Ahqaf: 20).

Allah akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

�ر�ين� اك �ج�ز�ي الش� ن و�س�

“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Qs. Ali Imran:145)

Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang mengingat nikmat Allah Ta’ala dengan

bersyukur.

�ك� �اد�ت ب ، و�ح�س�ن� ع� �ر�ك� ك ، و�ش� �ر�ك� �ي� ع�ل�ى ذ�ك �ع�ن �ه�م� أ �لل . ا

“Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan

ibadah yang baik untukMu.”

Wallahu waliyyut taufiq

***

Kisah Rasulullah SAW dengan arab badwi

Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad SAW sedang tawaf di Ka'bah, baginda mendengar

seseorang dihadapannya bertawaf sambil berdzikir:

"Ya Karim,,, Ya Karim..."

Rasulullah SAW meniru dzikirnya:

"Ya Karim,,, Ya Karim..."

Orang itu berhenti di satu sudut Ka'bah dan menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya

Karim..."Rasulullah yang berada dibelakangnya menyebutnya lagi, "Ya Karim,,, Ya Karim..."

Orang itu merasa dirinya di perolok-olokkan, lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang laki-

laki yang sangat tampan dan gagah yang belum pernah dilihatnya.

Orang itu berkata:

"Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejek-ejekku, karena aku ini orang badui?

Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akan kulaporkan pada kekasihku,Muhammad

Rasulullah",

Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata:

"Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?"

"Belum" jawab orang itu.

"Jadi bagaimana kamu beriman kepadanya?" tanya Rasulullah SAW.

"Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya dan

membenarkan perutusannya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya." jawab orang Arab

badui itu.

Rasulullah SAW pun berkata padanya:

"Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akherat."

Melihat Nabi dihadapannya, dia langsung tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya lalu

berkata:

"Tuan ini Nabi Muhammad?"

Jawab Nabi SAW:

"Ya"

Dengan segera orang itu tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Melihat hal itu Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab badui itu seraya berkata:

"Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan ini seperti biasanya dilakukan oleh

seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutus aku bukan untuk menjadi

seorang yang takabbur, yang diminta dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa berita

gembira bagi orang yang beriman dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya."

Ketika itulah malaikat Jibril untuk membawa berita dari langi, dia berkata:

"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Katakan kepada

orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allahakan

menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun

yang besar."

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata:

"Demi Keagungan serta Kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan

hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya."

Orang badui berkata lagi:

"Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan

kebesaran maghfirah-Nya. Jika dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan

memperhitungkan betapa luasnya Pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kebakhilan

hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa Dermawan-Nya."

Mendengar ucapan orang badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa

benarnya kata-kata orang Arab badui itu sehingga air mata meleleh membasahi jenggotnya.

Lantaran itu malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:

"Ya Muhammad, Tuhan As Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: 'Berhentilah

engkau dari pada menangis, sesungguhnya karena tangisanmu, penjaga 'Arsy lupa bacaan tasbih dan

tahmidnya, sehingga berguncang. Sekarang katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan

menghisab dirinya, juga tidak akan menghitung kemaksiatannya. Allahsudah mengampunkan semua

kesalahannya dan akan menjadi temanmu di surga nanti."

Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita itu dan menangis karena tidak

berdaya menahan rasa terharu.