agama & pemikiran modrn (mkl) print

40
BAB I PENDAHULUAN Pada Abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia, padahal tadinya manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif karena pemikirannya berlawanan dengan pikiran tokoh gereja. Abad ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mundur pada abad ini dan jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Untunglah pada abad-abad ini dibagian dunia lain, yakni di dunia Islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh Islam, lebih dari itu manusia didorong untuk berfikir, untuk maju, tidak puas dengan apa yang telah ada. 1

Upload: yahya

Post on 18-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Yahya Pengurante "Makalah" Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palu

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia, padahal tadinya manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif karena pemikirannya berlawanan dengan pikiran tokoh gereja. Abad ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mundur pada abad ini dan jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu.

Untunglah pada abad-abad ini dibagian dunia lain, yakni di dunia Islam, filsafat berkembang pesat. Pemikiran bukan saja tidak diganggu oleh Islam, lebih dari itu manusia didorong untuk berfikir, untuk maju, tidak puas dengan apa yang telah ada.

Banyak orang yang jengkel melihat dominasi gereja. Mereka ingin segera mengakhiri dominasi itu. Akan tetapi, mereka khawatir mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawannya yang telah dikirim ke akhirat. Sekalipun demikian, ada juga pemberani, yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu adalah Rene Descrates dan beberapa filosof lainnya.Makalah ini menggambarkan bagaimana pengaruh agama kristen -terhadap pola pikir orang-orang pada abad modern dan keberanian ilmuwan meretas kungkungan dogmatis agama yang telah berabad-abad mereka yakini. Hingga kemudian melahirkan pemikir-pemikir yang brilian dan ternama pada masanya.BAB II

PEMBAHASANA. AgamaAgama dalam bahasa Arab disebut Ad-Diin, ia merupakan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya.

Agama (al-dien) adalah ide murni, atau system ide dan kepercayaan yang bersifat Ilahiyah, berkenaan dengan ketaatan pada Tuhan, dan disampaikan kepada nabi-nabi. Dalam Islam, ide murni itu berbentuk wahyu yang termuat dalam al-Quran dan al-Sunnah. Ide ini tidak bisa diletakkan dalam konteks kemanusiaan. Berbeda dengan pemikiran agama (Islamologi) yang seluruhnya merupakan produk manusia dan sangat berkaitan dengan masyarakat. Konsep ini tidak bisa dipisahkan dari realitas tertentu dan sejarah masyarakat. Karena itu, Islamologi inilah gagasan ide Ilahiah yang dapat diletakkan dalam konteks kemanusiaan. Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya mempunyai tujuan yang sama yakni mencapai kebenaran yang sejati. Namun dibalik kesamaan itu terdapat pula sejumlah perbedaan antara keduanya. Dalam filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimiliknya berupa segala potensi lahir dan batin. Potensi lahir yang dimaksud termasuk kemampuan untuk berfikir kritis suatu potensi atau fitrah yang telah ada dan melekat pada setiap manusia. Sesuatu yang menurut Descartes merupakan hal yang utama atau sentral bagi manusia. Sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata lain percaya atau iman.

Dari segi bahasa, Rangkuti menegaskan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sansekerta, a-gama (dengan a panjang). A berarti cara (the way), dan gama berarti to go, yaitu berjalan atau pergi. Bertolak dari pengertian itu, ditegaskan lebih jauh bahwa agama berarti cara-cara berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Dari sini, dapat dipahami bahwa agama merupakan jalan hidup (the way of life) yang mesti ditempuh atau pedoman yang harus diikuti seseorang. Pengertian ini sejalan dengan makna kata Arab syariah, yang secara harfiah berarti jalan menuju sumber mata air. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kata syariah dipakai dalam pengertian jalan menuju sumber kehidupan atau jalan hidup (way of life). Agama seyogyanya menjadi jalan hidup setiap orang yang mengantarkannya kepada kehidupan bahagia duniawi dan ukhrawi dikemudian hari. Memberikan ruang ekspresi dan berkreasi bagi penganutnya untuk hidup dan mengelola kehidupan yang hakiki sinergi dengan kehendak sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa, termasuk dalam hal ini peluang ekpresif filosofis berdasarkan kaidah kaidah keilmuan yang ada.Akan tetapi keadaan dan waktu diberi nuansa yang berbeda oleh sebagian pemeluk dari satu agama (baca; kristen) yang begitu dogmatis dan memenjarakan potensi dan kreatifitas rasionalitas. Meskipun dapat disebut bahwa kondisi kelam tersebut memicu dan memacu keinginan dan ide-ide kreatif tokoh yang kemudian hari menjadi filsuf ternama.Dalam kehidupan sosial lihatlah bagaimana gereja menggiring kehidupan masyarakat Eropa terikat pada gereja. Segala kegiatan kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan pribadinya, dan kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia tidak tenteram karena senantiasa diintip oleh intelijen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam masyarakat. Kehidupan dan suasana budaya tidak kalah kerdilnya pembatasan kebebasan seni dalam arti bahwa seni hanya tentang tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja. Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu pengetahuan karena segala kebenaran hanya kebenaran gereja.Suasana politik dimana secara teoritis raja atau pemimpin merupakan pusat kekuasaan politik dalam negara, kenyataannya hanya menjadi juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok bangsawan dan kelompok gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan militer kaum bangsawan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik raja.Bidang ekonomi tidak kalah mengenaskan, sistem ekonomi yang serba tertutup, dimana yang menguasai perekonomian hanya golongan penguasa.Kondisi-kondisi di atas menyebabkan masyarakat Eropa terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai manusia. Oleh karena itu timbullah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut. Demikian suasana kelam yang terjadi pada abad sebepertengahan akibat dominasi agama (baca; kristen), yang memici lahirnya para pemikir (baca; filsuf) modern.

B. Pemikiran Modern. Pada dasarnya kita tidak dapat menggeneralisir peta pemikiran yang berkembang di era modern, makaminimalkita hanya dapat melakukan pemetaan terhadap perkembangan pemikiran tersebut. Oleh sebab itu, secara garis besar, peta pemikiran Barat Modern dapat diklasifikasi ke dalam beberapa kategori: filsafat; agama, politik, ekonomi dan ilmu sosial.

Pada dasarnya perkembangan pemikiran politik, ekonomi dan ilmu sosial di Barat, sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat. Filsafatlah yang melahirkan berbagai metode ilmu pengetahuan, hingga ia melahirkan teori-teori terapan dalam ilmu-ilmu eksakta yang saat ini berkembang pesat di Barat.

1. Sejarah Pemikiran Filsafat Barat Modern

Menurut para penulis sejarah filsafat, filsafat dapat dibagi kepada tiga fase: zaman klasik, zaman pertengahan dan zaman modern. Zaman modern filsafat Barat dimulai semenjak Renaissance pada akhir abad 15 atau awal abad 16 M sampai hari ini. Adapun zaman pertengahan adalah semenjak runtuhnya kekuasaan Romawi Barat pada tahun 476 M hingga datangnya masa kebangkitan dan terjadinya Renaissance. Adapun zaman klasik terjadi sebelum itu, termasuk era Yunani.

Kelahiran filsafat Barat modern dimulai oleh Roger Bacon dan Rene Descartes yang terkenal dengan Cogito ergu Sum-nya. Kemunculan Descartes menandai berakhirnya hegemoni filsafat Skolastik yang sangat kuat dipengaruhi gereja.

Setelah kemunculan Descartes, pada awal abad 17 Masehi, muncul para filosof rasionalis yang banyak mengambil teori pengetahuan fitri dari Descartes. Di antara mereka adalah: Spinoza, Leibniz dan Wolf. Tidak jauh dari kemunculan mereka, pada abad yang sama muncullah kaum empiris yang dikomandani oleh John Lock, George Barkeley dan David Hume. Saat itu juga, lahir para filosof materialis yang untuk pertama kalinya disempurnakan oleh Thomas Hobes. Beberapa tahun kemudian diikuti oleh kemunculan Immanuel Kant yang mencoba melakukan kritik ulang terhadap ilmu dan filsafat yang mulai berkembang pesat di zamannya. Setelah itu, pada abad 18 dan 19 M, di Barat banyak bermunculan aliran-aliran filsafat lainnya, terutama di Inggris, Parncis dan jerman, seperti idealisme, positivisme, empirisisme, materialisme dan lain sebagainya.

2. Pemikiran Barat Kontemporer dan Pengaruhnya Terhadap Studi Islam

`Dari sekian banyak aliran pemikiran filsafat modern di Barat, di antaranya ada yang berkaitan secara langsung dengan pemikiran dan studi keislaman. Selain itu, di antara persoalan besar yang dihadapi masyarakat Barat adalah pertikaian antara filsafat dengan agama. Dalam konteks ini, ditemukan dua arus besar yang menjadi main stream pemikiran sejarah filsafat Barat modern. Hanya saja dua arus besar tersebut antara satu dengan yang lainnya saling bertentangan. Dua arus tersebut adalah arus yang senantiasa menjauhkan filsafat dari doktrin-doktrin agama, terutama masalah metafisika. Arus ini di antaranya dipimpin oleh Hobbes dan Hume serta para filosof alam lainnya. Arus lainnya adalah mereka yang senantiasa berupaya memadukan doktrin agama dengan filsafat, bahkan mereka mencoba mencapai kebenaran agama melalui pintu metafisika. Arus ini di antaranya dipimpin oleh Leibniz, Barkeley, Ficthe dan Hegel dll.

Arus pertama yang senantiasa berupaya menjauhkan agama dari filsafat, melahirkan berbagai aliran pemikiran yang pada akhirnya membesarkan paradigma materialistik dan atheistik. Adapun yang kedua, mereka inilah yang mempertahankan eksistensi agama dalam pemikiran filsafat Barat.

Oleh sebab itu, berbagai aliran pemikiran yang saat ini dihadapi oleh kaum Muslimin (terutama di Timur), banyak dimunculkan dari aliran-aliran filsafat Barat. Di antara aliran tersebut adalah: Empirisisme, positivisme dan materialisme yang banyak melahirkan pemikiran atheis.

Pada awalnya, pemikiran dalam filsafat Baratsebagaimana filsafat pada umumnyaberangkat dari upaya mencari hakikat kebenaran yang sejati. Ia mulai mempertanyakan realitas dunia dan segala fenomena yang ada di dalamnya. Ia juga mulai mempertanyakan makna tahu dan pengetahuan bagi manusia. Dari manakah manusia dapat mengetahui? Apa saja yang dapat diketahui?; dan bagaimanakah cara mengetahui? Inilah wilayah epistemologis yang sering diperdebatkan oleh para filosof. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, menentukan paradigma berfikir serta bentuk aliran filsafat. Ia bisa dinilai empirisis, positivis, materialis, atheis ataupun theis.

Saat ini, hasil kreativitas masyarakat Barat dalam mengembangkan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagian di antaranya menjadi persoalan bagi masyarakat dunia, terutama Islam. Hal ini disebabkan bahwa liberalisasi pemikiran yang dilahirkan di Barat, telah menjadikan segala sesuatu sebagai hal yang boleh, selama ia dapat diverifikasi dan dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Persoalannya muncul ketika ia merembet masuk ke dalam wilayah metafisika. Karena segala sesuatu yang bersifat metafisik tidak diverifikasi oleh indra, maka sebagian pemikir Barat menegaskan keberadaan Tuhan dan hal-hal gaib lainnya. Selain itu, kita juga sering menemukan pengembangan ilmu pengetahuan tanpa batasan etika, sehingga ketika teknologi kloning misalnya ditemukan, maka ia menjadi persoalan tersendiri bagi kaum Muslimin.

Selain itu, kelahiran berbagai pemikiran filsafat di Barat, sangat dilatarbelakangi oleh kondisi sosial politik masyarakat yang dihadapinya. Oleh sebab itu, penolakan sebagian besar ilmuwan dan filosof Barat kepada hal-hal yang berbau agama, bukan berarti mereka menolak kehadiran seluruh agama. Saat itu, agama yang mereka tolak adalah agama yang tidak memberikan kesempatan untuk ilmu; dan agama yang ajarannya selalu bertentangan dengan penemuan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, penolakan Karl Marx terhadap agama (baca: Kristen) adalah karena ia sangat kecewa dengan gereja yang saat itu memberikan lahan subur untuk tumbuhnya kapitalisme di Eropa. Saat itu agama hanya dijadikan sebagai alat penghibur masyarakat dan tidak memberikan solusi yang adil bagi kaum ploretar.

Saat ini, metode-metode filsafat bukan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu-ilmu eksakta, tetapi ia juga digunakan sebagai pisau analisis untuk mengkaji berbagai cabang keilmuan lainnya, termasuk berbagai studi tentang agama. Inilah yang dilakukan oleh para orientalis dalam setiap kajian mereka tentang masyarakat timur, baik yang berkenaan dengan budaya maupun agama. Satu hal yang cukup berbahaya serta menodai objektivitas ilmu adalah ketika studi yang dikembangkan ini tidak hanya bertujuan untuk berkhidmah pada ilmu, tetapi telah disusupi kepentingan politik seperti imperialisme dan kolonialisme. Oleh sebab itu, seluruh cabang ilmu pengetahuan yang berhasil mereka kembangkan, digunakan untuk mempelajari masyarakat Timur, tetapi bukan untuk mensejahterakan mereka. Ia digunakan untuk mencaplok mereka, baik dengan kekuatan militer maupun ideologi.

Akibat dari upaya-paya tersebut, masyarakat Barat bukan hanya menjual produk-produk iptek, tetapi juga mereka mendakwahkan kultur (bahkan agama) yang mereka peluk. Akibatnya, masyarakat Timur bukan hanya mengkonsumsi produk teknologi, tetapi juga harus menelan pil pahit kultur Barat yang bertentangan dengan kultur Timur, bahkan merasa bangga mengikuti Barat secara membabi buta.

Di antara pemikiran Barat yang saat ini dicangkokkan ke dalam pemikiran keagamaan (baca: Islam) adalah liberalisasi pemikiran, teologi inklusivisme, pluralisme, sekularisme, materialisme, Marxisme, kapitalisme dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, ketika buah pemikiran Barat modern tersebut dibawa ke dalam Islam, ia dapat menjadi unsur positif yang sangat bermanfaat untuk pengembangan studi Islam, tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga dapat menjadi penyakit berbahaya. Terdapat banyak hal positif yang dapat kita ambil dari metode pemikiran Barat modern, tetapi juga terdapat duri yangjika kita inginselamat, maka duri tersebut harus kita singkirkan dan setelah durinya tersingkir, kita bisa menikmati dagingnya tanpa was-was tertusuk duri.

Dengan kata lain, mengingat metode-metode tersebut lahir di Barat yang memiliki kultur dan pandangan hidup yang berbeda dengan Islam, maka Islam harus dijadikan sebagai sabun pembersih duri agar produk pemikiran Barat tersebut steril. Yang jadi persoalan kita adalah ketika produk Barat kita impor dan kita telan mentah-mentah tanpa melihat kondisi kita sebagai masyarakat Timur Muslim, padahal saat masyarakat Eropa mengambil metode pengembangan ilmu dari Islam, mereka juga tidak menelannya mentah-mentah.

Oleh sebab itu, jika kita sudah mensterilkan metode Barat dari warna Barat, maka hasil studi mereka tentang agama dan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Islam. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh beberapa orientalis yang objektif ketika mereka mengkaji Islam. Mereka dapat menghasilkan karya tentang Islam, padahal umat Islam sendiri belum mencapai kesana. Selain itu, tidak akan ada pertentangan lagi antara studi Islam hasil kajian orientalis dengan hasil umat Islam. Yang akan bermasalah adalah ketika hasil kajian orientalis didompleng oleh kepentingan Kristenisasi atau kolonialiasi. Oleh sebab itu, ketika di Barat berbicara tentang kebebasan, maka kita dapat menerapkan kebebasan Barat dengan ukuran al-Quran. Demikian pula ketika kita melihat isu-isu HAM, demokratisasi, pluralisasi dan lain sebagainya.

3. Tokoh Pemikir Modern

Sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwa masa kegelapan dibidang sains dan logika manusia secara alamiah memicu upaya-upaya para pembelajar ketika itu untuk keluar dari kungkungan zaman yang disebut sebagai the dark age tersebut. Sehingga lahirlah pemikir-pemikir briliant dibidang filsafat diantaranya;a. Rene Descartes (1596-1650)

Rene Descartes (Perancis) atau Renatus Cartesius (Latin) adalah tokoh utama dalam aliran rasionalisme. Ia memulai pemikirannya dengan konsep meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Ia menolak silogisme dalam logika. Bukunya yang paling utama dalam filsafat murni adalah Discours de la Methode (1637) dan Meditations (1642). Pada kedua buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal itu, yang disebut sebagai (Cartesian Doubt) atau metode keraguan Descartes, biasa sering juga disebut Cogito Descartes, atau Cogito. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh Gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal). Sebab tokoh gereja saat itu tetap yakin bahwa dasar filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon Credo ut Intelligam dari Anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi-argumentasinya tersebut tertuang dalam metode Cogito tersebut. Dalam konteksnya pertama sekali ia meragukan segala sesuatu yang dapat diindera. Inilah langkah pertama cogito Descartes. Ia meragukan adanya badan karena adanya pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan pengalaman roh halus yang sebenarnya tidak jelas.

Descartes menemukan dasar kefilsafatannya pada fondasi aku yang berfikir. Filsafatnya sering disebut subjektif, individualistik, dan sekaligus humanistik. Selain itu, ia juga mengawali filsafatnya dengan merubah metodologi. Ia memancangkan metode keraguan sebagai dasar kefilsafatan. Metodenya bukan untuk mempertahankan keraguan. Bahkan sebaliknya, metodenya bergerak dari keraguan menuju kepastian.

Descartes adalah tokoh awal yang membuat paradigma lain atau berbeda dengan paradigma keilmuan filosof sebelumnya. Ia menyebut bahwa akal (rasionalitas) adalah sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang akan memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama yang pasti. Metode yang digunakannya adalah deduktif yang landasannya ilmu pasti. Ia dijuluki sebagai the father of modern philosophy karena ia mampu menempatkan akal pikiran dalam kedudukan yang sangat tinggi.

b. Issac Newton (1643-1727)

Lahir di Woolsthrope, Inggris, tepat pada hari Natal tahun 1642, bertepatan tahun dengan wafatnya Galileo. Keahliaannya dalam ilmu pengetahuan dan matematika mulai dikembangkan semenjak dia masuk Universitas Cambridge umur delapan belas tahun. Saat itu ia juga melakukan percobaan sendiri hingga antara umur dua puluh satu sampai dua puluh tujuh tahun, dia telah berhasil meletakkan dasar-dasar teori ilmu pengetahuan.

Pertengahan abad ke-17 adalah periode pembenihan ilmu pengetahuan. Penemuan teropong bintang telah merevolusionerkan ilmu pengetahuan dibidang astronomi. Sedangakan di sektor mekanika ia menemukan apa yang disebut dengan hukum gerak newton yang pertama. Tetapi penemuan-penemuan Newton yang terpenting adalah di bidang mekanika, pengetahuan sekitar bergeraknya sesuatu benda. Galileo merupakan penemu pertama hukum yang melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar. Tentu saja pada dasarnya semua obyek dipengaruhi oleh kekuatan luar dan persoalan yang paling penting dalam ihwal mekanik adalah bagaimana obyek bergerak dalam keadaan itu. Masalah ini dipecahkan oleh Newton dalam hukum geraknya yang kedua dan termasyhur dan dapat dianggap sebagai hukum fisika klasik yang paling utama. Hukum kedua (secara matematik dijabarkan dcngan persamaan F = m.a) menetapkan bahwa akselerasi obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa benda. Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya yang masyhur tentang gerak (menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi yang sama dengan yang bertentangan) serta yang paling termasyhur penemuannya tentang kaidah ilmiah hukum gaya berat universal. Keempat perangkat hukum ini, jika digabungkan, akan membentuk suatu kesatuan sistem yang berlaku buat seluruh makro sistem mekanika, mulai dari pergoyangan pendulum hingga gerak planit-planit dalam orbitnya mengelilingi matahari yang dapat diawasi dan gerak-geriknya dapat diramalkan. Newton tidak cuma menetapkan hukum-hukum mekanika, tetapi dia sendiri juga menggunakan alat kalkulus matematik, dan menunjukkan bahwa rumus-rumus fundamental ini dapat dipergunakan bagi pemecahan masalah.

Gagasan dasar sudah disusunnya jauh sebelum tahun 1669 tetapi banyak teori-teorinya baru diketahui publik bertahun-tahun sesudahnya. Penerbitan pertama penemuannya adalah menyangkut penjungkir-balikan anggapan lama tentang hal-ihwal cahaya. Dalam serentetan percobaan yang seksama, Newton menemukan fakta bahwa apa yang lazim disebut orang "cahaya putih" sebenarnya tak lain dari campuran semua warna yang terkandung dalam pelangi. Dan ia pun dengan sangat hati-hati melakukan analisa tentang akibat-akibat hukum pemantulan dan pembiasan cahaya. Berpegang pada hukum ini dia --pada tahun 1668-- merancang dan sekaligus membangun teropong refleksi pertama, model teropong yang dipergunakan oleh sebagian besar penyelidik bintang-gemintang saat ini. Penemuan ini, berbarengan dengan hasil-hasil yang diperolehnya di bidang percobaan optik yang sudah diperagakannya, dipersembahkan olehnya kepada lembaga peneliti kerajaan Inggris tatkala ia berumur dua puluh sembilan tahun. c. Charles (Robert) Darwin (1809 1892)

Lahirnya bersamaan benar dengan Abraham Lincoln, 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Charles Darwin penemu teori evolusi organik dalam arti seleksi alamiah ini pada umur enam belas tahun masuk Universitas Edinburg belajar kedokteran, tetapi baik kedokteran maupun anatomi dianggapnya ilmu yang bikin jemu. Tak lama kemudian dia pindah ke Cambridge belajar unsur administrasi perkantoran. Dari sini ia memikat mahagurunya untuk mendorongnya mengikuti pelayaran pendidikan di atas kapal HMS. Berdasarkan perjalanan itulah ia melahirkan karya-karya besar.

Darwin mulai berangkat berlayar di atas kapal Beagle tahun 1831. Waktu itu umurnya baru dua puluh dua tahun. Dalam perkelanaan itu, Darwin menyaksikan banyak keajaiban-keajaiban alam, mengunjungi suku-suku primitif, menemukan jumlah besar fosil-fosil, meneliti pelbagai macam tetumbuhan dan jenis binatang. Lebih jauh dari itu, dia membuat banyak catatan tentang apa saja yang lewat di depan matanya. Catatan-catatan ini merupakan bahan dasar bagi hampir seluruh karyanya di kemudian hari. Dari catatan-catatan inilah berasal ide-ide pokoknya, dan kejadian-kejadian serta pengalamannya jadi penunjang teori-teorinya.

Sejak tahun 1837, Darwin yakin bahwa tumbuhan dan binatang tidak bersifat tetap, tetapi mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah geologi. Keyakinannya ini diperkuat dengan munculnya sebuah essai tentang prinsip-prinsip kependudukan Thomas Malthus yang menyuguhkan fakta-fakta bahwa adanya seleksi alam lewat kompetisi untuk mempertahankan kehidupan. Kemudian ia pun merumuskan prinsip-prinsip teori seleksi alam.

Buku Darwin The Origin of Species terbit pada tahun 1859, menimbulkan kegemparan. Memang kenyataannya mungkin tak pernah ada diterbitkan buku ilmu pengetahuan yang begitu tersebar luas dan begitu jadi bahan perbincangan yang begitu hangat, baik di lingkungan para ilmuwan maupun awam seperti terjadi pada buku On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Strugle for Life. Saling adu argumen tetap seru di tahun 1871 tatkala Darwin menerbitkan The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku ini, mengedepankan gagasan bahwa manusia berasal dari makhluk sejenis monyet, makin menambah serunya perdebatan pendapat.

d. JJ Thompson

Joseph John Thomson lahir di Creetham Hill, pinggiran kota Manchester pada tanggal 18 Desember 1856. Thomson baru-baru itu tertarik pada struktur atom yang direfleksikan dalam bukunya, yang berjudul Treatise on the Motion of Vortex Rings yang membuatnya memenangkan Adams Prize tahun 1884. Bukunya yang berjudul terbit tahun Application of Dynamics to Physics and Chemistry 1886, dan di tahun 1892 dia menerbitkan buku berjudul Notes on Recent Researches in Electricity and Magnetism. Pekerjaan belakangan ini membungkus hasil-hasil yang didapat berikutnya sampai pada kemunculan risalat James Clerk Maxwell yang terkenal dan sering disebut sebagai jilid ketiga Maxwell. Thomson bekerja sama dengan Professor J.H. Poynting untuk menulis buku fisika dalam empat jilid, berjudul Properties of Matter dan tahun 1895, dia menghasilkan buku Elements of the Mathematical Theory of Electricity and Magnetism, edisi kelima yang terbit di tahun 1921.

Dia menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom-atom dan molekul-molekul yang berbeda, dengan menggunakan sinar positif, sebuah ide yang kemudian dikembangkan oleh Francis Aston, Dempster dan lainnya, yang menuju pada banyak penemuan isotop.

Adalah tidak berimbang bila dalam makalah ini tidak dimuat para pemikir dikalangan muslim. Untuk itu berikut beberapa pemikir modern muslim yang ternama diantaranya:

1. Rasyid Ridha

Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini (dikenal sebagai Rasyid Ridha; 1865-1935) adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Rasyid Ridha, sebagai seorang yang berkecenderungan tradisional begitu percaya dengan lembaga kesultanan Usmani yang menurutnya adalah juga kekhalifahan, walaupun mereka bukan dari keturunan Quraisy dan Arab. Ia tampaknya menutup mata terhadap despotisme kesultanan Usmani. Kekhalifahan Usmani baginya merupakan pranata politik supra nasional yang mewakili nabi pasca Abbasiyah yang mempersatukan umat Islam di berbagai belahan dunia yang perlu dihidupkan dengan tugas untuk mengatur urusan dunia dan agama, suatu pemikiran yang sama persis dengan pemikiran al-Mawardi. Alasannya karena Al-Quran, hadis dan ijma pun menghendakinya. Tentu saja ahl al-hall wa al-aqd, sebagai lembaga pemilih khalifah juga perlu dibentuk. Hanya saja ia lebih maju dibanding pemikir politik Islam klasik yang realis pada masa klasik dan pertengahan, walaupun untuk khalifah menurutnya mesti seorang ahli fiqh yang karenanya untuk mempersiapkannya perlu didirikan lembaga pendidikan tinggi keagamaan, tetapi untuk ahl al-hall wa al-aqd anggotanya bukan saja ahli agama yang sudah mencapai tingkat mujtahid melainkan juga pemuka masyarakat dari berbagai bidang. Selain itu, berbeda dengan pemikir politik sebelumnya, lembaga representatif itu dalam pandangannya juga bertugas mengangkat khalifah, mengawasi jalannya pemerintahan, mencegah penyelewengan khalifah dan perlu menurunkannya jika perlu, sekalipun harus dengan perang atau kekerasan demi kepentingan umum. Meskipun pandangan-pandangan Rasyid Ridha sulit diterima untuk konteks kekinian, di mana Rosenthal menganggapnya berada dalam posisi utopis dan romantis, bagaimanapun Rasyid Ridha telah berhasil memformulasikan tradisi dan merancangkan gagasan dasar bagi para penganjur negara Islam berikutnya. Ia merupakan penghubung yang penting antara teori klasik tentang kekhalifahan dengan gagasan mengenai negara Islam pada abad ke-20 yang dikembangkan oleh Sayyid Quthb dan al-Maududi. Keduanya telah mengembangkan yang dalam istilah Profesor Majid Khadduri, devine Monocracy (negara hukum Ilahi) atau menurut Istilah Profeser Tahir Azhari.

2. Sayyid Qutub dan al-Maududi.

Seperti halnya Rasyid Ridha, Sayyid Quthb menginginkan bentuk pemerintahan supra nasional (kesatuan seluruh dunia Islam) yang sentralistis, tetapi daerah tidak sebagai jajahan, mempersamakan pemeluk agama, dan didirikan atas tiga prinsip: keadilan penguasa, ketaatan rakyat karena hasil pilihannya dan permusyawarahan antara penguasa dan rakyat. Meskipun ia tidak mempersoalkan sistem pemerintahan apapun sesuai dengan sistem kondisi masyarakat, namun pemerintahan ini bercirikan penghormatan pada superemasi hukum Islam (syariah). Sayyid Quthb dan juga al-Maududi adalah orang pertama yang menggunakan pengertian bahwa umat manusia adalah khalifah Allah di muka bumi sebagai dasar teori kenegaraan. Keduanya menolak prinsip kedaulatan rakyat dalam pengertian konsep politik Barat ., karena manusia hanyalah pelaksana kedaulatan dan hukum Tuhan yang sebab itu, manusia tidak boleh membuat kebijakan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Konsep politik Islam ini oleh al-Maududi disebut sebagai Theo-Demokrasi.

Istilah Theo-Demokrasi berasal dari dua kata, theokrsasi dan demokrasi. Dua kata yang disatukan dalam istilah ini dijelaskan Maududi bahwa kewenangan untuk menegakkan pemerintahan yang diberikan Tuhan kepada manusia dibatasi oleh undang-undang Nya yakni syariat. Manusia diberik kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat yang melanggar atura Tuhan. Hal-hal yang tidak jelas diatur secara jelas dalam syariat diselesaikan berdasarkan musyawarah dan konsensus kaum muslimin. Mukmin yang memiliki persyaratan dan kemampuan berijtihad diberi kesempatan untuk menafisrkan undang-undang Tuhan jika diperlukan. Undang-undang yang sudah jelas terdapat dalam nash tidak boleh seorang pun mengubah atau membantahnya. Penafsiran terhadap undang-undang yang belum jelas pengertiannya tidak boleh kontradiktif dengan ketentuan umum undang-undang Tuhan.

Pemikiran pembaruan politik al-Maududi tentang teori politik pemerintahan didasari oleh tiga prinsip. Menurutnya, sistem politik Islam didasari oleh tiga prinsip tersebut, yaitu Unity of God (tauhid), Prophethood (risalah) dan Caliphate (khilafah). Aspek politik Islam akan sulit dipahami tanpa memahami secara keseluruhan akan ketiga prinsip ini.Tauhid berarti hanya Tuhan sendirilah pencipta, penguasa dan pemelihara. Karena Tuhan adalah penguasa, segala kedaulatan di alam ini berada pada Tuhan. Dengan demikian, segala perintah dan laranganNya adalah undang-undang sehingga tidak ada seorang pun yang berhak mengklaim bahwa dirinya memiliki kedaulatan.BAB III

PENUTUP

Pembahasan pada makalah sebelumnya sedikit banyak memberikan informasi bagi penulis dan pembaca budiman bahwa ada masa-masa dimana ekspresi logika dan kreatifitas filosofis mengalami masa-masa kegelapan (The Dark Age) hingga memunculkan pemikir-pemikir modern pada zamannya. Sehingga sampai saat ini pengaruhnya masih dapat dirasakan. Penulisan makalah ini diharapkan membuka wawasan filosofis dan aksi berfikir kritis yang celahnya tertutup oleh daya tarik keilmuan yang lain terutama penulis sendiri, sehingga dapat menempatakan Ilmu Filsafat itu pada tempatnya yang terhormat dan manfaatnya yang tidak lekang oleh waktu. Semoga demikian pula memberi manfaat bagi pembaca yang arif. Wallahu Alam.DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 3. 2014.

Blackburn, Simon. Kamus Filsafat. Yogjakarta. Pustaka Pelajar. Cetakan 1. 2013Epistemologi Ushul Fiqh. Chozin Nasuha Guru Besar pada Fakultas Syariah Ketua Konsentrasi Studi Al-Quran Pascasarjana UIN Bandung.

http://www.tuanguru.com/2012/06/latar-belakang-renaissance.html (diakses tanggal 26 Desember 2014).

Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. Cet. 7, 2014 edisi 4. 1075

Mudyahardjo, Redja. Filsafat Ilmu Pendidikan; Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 7. 2012.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales hingga Chapra. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Cet 20, 2013.

Tafsir, Islami. Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani dan kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 7. 2012.

Taufikurrohman, Cecep; http://pwkpersis.wordpress.com/2008/05/27/aliran-pemikiran-modern-dan-pengaruhnya-terhadap-studi-islam/ (diakses tanggal 25 Desember 2014).

www. wikipedia.com

Zaprulkhan. Filsafat Umum; Sebuah Pendekatan Tematik. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Cet. 2. 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. edisi 4, Cet. 7, 2014. 15

Epistemologi Ushul Fiqh. Chozin Nasuha Guru Besar pada Fakultas Syariah. Ketua Konsentrasi Studi Al-Quran Pascasarjana UIN Bandung.

Chaedar Alwasilah. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 3. 2014. 158

Tafsir, Islami. Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani dan kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 7. 2012. 12

Zaprulkhan. Filsafat Umum; Sebuah Pendekatan Tematik. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 2. 2013. 43

HYPERLINK "http://www.tuanguru.com/2012/06/latar-belakang-renaissance.html" http://www.tuanguru.com/2012/06/latar-belakang-renaissance.html (diakses tanggal 26 Desember 2014).

Cecep Taufikurrohman; http://pwkpersis.wordpress.com/2008/05/27/aliran-pemikiran-modern-dan-pengaruhnya-terhadap-studi-islam/. (diakses tanggal 25 Desember 2014)

Blackburn, Simon. Kamus Filsafat. Yogjakarta; Pustaka Pelajar. Cet 1. 2013. 156

Ibid. 403-404.

Ibid. 418-419

Cecep ..; http://pwkpersis.wordpress.com.. (diakses tgl 25 Desember 2014).

Ibid.

Blackburn.. Kamus Filsafat. 232 - 235

Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales hingga Chapra. Bandung. Cet 20, 2013. 129

Blackburn.. Kamus Filsafat. 598 - 600

Ibid. 214- 215

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Rasyid_Ridha" http://id.wikipedia.org/wiki/Rasyid_Ridha. (diakses tanggal 8 Januari 2015).

24