adin geotek betol2

Upload: rado-el-hamdoui

Post on 12-Jul-2015

602 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

BAB I PENDAHULUANBagian paling bawah dari suatu konstruksi dinamakan pondasi. Fungsi pondasi adalah untuk meneruskan beban konstruksi yang dilimpahkan melalui kolom ke lapisan tanah dasar yang berada di bawah pondasi. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan atau daya dukung tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka akan terjadi keruntuhan pada tanah atau penurunan yang berlebihan pada konstruksi. Oleh karena itu dalam perencanaan struktur bawah seperti pondasi, perlu diperhatikan sifat-sifat tanah bila tanah itu dilakukan pembebanan. Bentuk pondasi bermacam-macam. Bentuknya dipilih sesuai dengan bangunan dan kondisi tanah/daerah tempat konstruksi. Pondasi tapak (spread footing) mempunyai bentuk seperti kolom suatu bangunan, tapi ukurannya dibuat lebih besar dari kolom sehingga beban yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan ke luasan tanah yang lebih besar. Pondasi tapak umumnya dinamakan pondasi dangkal. Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi dengan perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi 1. Untuk mendapatkan daya dukung maksimal suatu pondasi dapat dilakukan suatu perkiraan/estimasi. Salah satu susunan persamaan daya dukung paling dini telah disarankan oleh Terzaghi (1943). Persamaan ini dihasilkan dari pemakaian teori plastisitas dalam menganalisis penghujaman sebuah alas kaki ke dalam bahan (tanah) yang lunak. Dari dasar persamaan Terzaghi inilah para ahli telah mengembangkan persamaan daya dukung pondasi (pondasi dangkal) ke arah estimasi daya dukung yang sempurna. Pada perencanaan pondasi ini, yang akan menjadi tinjauan adalah Gedung AKPER Tjoet Nya Dhien. Konstruksi bawah tanah yang direncanakan adalah pondasi dangkal (pondasi tapak) yang berbentuk bujur sangkar. Data yang dipergunakan dalam desain pondasi ini adalah data sondir atau CPT (Cone Penetration Test) yang dapat dilihat pada lampiran.

1

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

BAB II METODE PERENCANAAN

2.1 Beban Rencana Beban rencana dibutuhkan dalam menentukan jenis dan bentuk pondasi yang direncanakan pada suatu konstruksi. Beban rencana yang ditinjau terdiri dari beban mati dan beban hidup. Perhitungan beban rencana dilakukan dengan memperhatikan beban mati dan beban hidup yang bekerja pada setiap bagian dari konstruksi bangunan tersebut, dengan berpedoman pada Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) 1983. 2.1.1 Beban Mati Beban mati merupakan berat sendiri dari kontruksi, baik bagian atas (upper structure) maupun bagian bawah (sub structure). Berat konstruksi bagian atas meliputi berat konstruksi kuda-kuda, berat penutup atap, berat palfon, berat listplank, berat ring balok, berat balok, berat dinding, berat lantai, berat balok lantai, berat sloof, dan berat perlengkapan lainnya yang bersifat tetap. Sedangkan berat konstruksi bagian bawah adalah berat sendiri dari pondasi yang direncanakan (PPI 1983), sebagai berikut : Bj beton Bj dinding bata Bj pasir Bj tegel + spesi Berat plafon + penggantung Bj baja ringan 2.1.2 Beban Hidup Menurut PPI 1983, beban hidup adalah semua yang terjadi akibat penggunaan gedung, termasuk di dalamnya beban-beban pada lantai, yang berasal dari barang= 2400 kg/m3 = 1700 kg/m3 = 1600 kg/m3 = 2200 kg/m3 = 18 kg/m2 = 10 kg/m2

2

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " barang yang berpindah, mesin-mesin, serta peralatan-peralatan lainnya yang mendukung selama penggunaan konstruksi gedung tersebut. Beban hidup pada lantai gedung (kantor) = 250 kg/m2 Beban hidup pada lantai sekolah Beban hidup pada lantai rumah tinggal Plat bordes Koefisien reduksi beban hidup 2.1.3 Beban Gempa Menurut PPIUG 1983, beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Setelah gempa dan tsunami yang menimpa Indonesia, khususnya Aceh pada tahun 2004, terjadi perubahan pembagian zona gempa. Jika sebelumnya Aceh berada pada zona gempa 2 dari 3 zona gempa, maka sekarang Aceh berada pada zona gempa 5 dari 6 zona gempa di Indonesia. Koefisien gempa untuk masing-masing zona berbeda. Koefisien gempa untuk zona 5 ditetapkan sebesar 0,6. 2.2 Klasifikasi Pondasi Pondasi menurut Bowles (1983) dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1. Pondasi dangkal, dinamakan sebagai alas, tapak, tapak tersebar atau pondasi rakit (mats). Kedalaman umumnya D/B 1, namun bisa saja lebih. 2. Pondasi dalam, tiang pancang, tembok/tiang yang dibor, atau kaison yang dibor. D/B 4 dengan suatu tiang pancang. Berdasarkan pemakaiannya, pondasi dibedakan atas beberapa jenis seperti berikut: a. Pondasi untuk gedung (baik yang dangkal maupun yang dalam). b. Pondasi untuk cerobong udara, menara radio dan menara televisi, pilar jembatan, peralatan industri dan sebaginya (baik yang dangkal maupun yang dalam). c. Pondasi untuk pelabuhan atau bangunan laut. d. Pondasi untuk mesin yang berputar. = 250 kg/m2 = 200 kg/m2 = 300 kg/m2 = 0,90

3

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " e. Elemen-elemen pondasi untuk mendukung galian atau massa tanah seperti untuk kepala (abutment) dan pilar jembatan, penahan butiran bijih logam, batubara dan lain sebagainya. 2.2.1 Persyaratan Umum Pondasi Sebuah pondasi harus mampu memenuhi beberapa persyaratan stabilitas dan deformasi. Adapun persyaratan stabilitas dan deformasi antara lain : 1. Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral dari bawah pondasi, khususnya untuk pondasi telapak dan pondasi rakit. 2. Kedalaman harus berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan tanaman. 3. Sistem harus tahan terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau pergeseran tanah. 4. Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan yang berbahaya yang terdapat di dalam tanah. 5. Sistem harus cukup mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan dan mudah dimodifikasi seandainya perubahan perlu dilakukan. 6. Metode pemasangan pondasi harus seekonomis mungkin. 7. Penurunan harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi dan elemen bangunan atas. 8. Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan lingkungan. Selain itu, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan pondasi adalah : 1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung harus dipenuhi. Dalam hitungan daya dukung, umumnya digunakan faktor aman (safety factor/SF) 3. 2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan. Khususnya penurunan yang tidak seragam (differential settlement) harus tidak mengakibatkan kerusakan pada struktur.

4

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

2.2.2 Pemilihan Jenis Pondasi Dangkal (D/B 1) Jenis pondasi dangkal dapat dibedakan dalam beberapa model, yaitu : Pondasi sebar, tapak dinding Pemakaiannya : pada kolom-kolom individual; dinding. Kondisi tanah terapan : setiap kondisi dimana kapasitas dukung memadai untuk beban yang diterapkan. Dapat dipakai pada lapisan tunggal; lapisan keras (firm) di atas lapisan lunak atau lapisan lunak di atas lapisan kaku. Pondasi tapak kombinasi Pemakaiannya : dua sampai empat kolom pada tapak dan atau ruang terbatas. Kondisi tanah terapan : sama seperti untuk tapak sebar tersebut di atas. Pondasi rakit Pemakaiannya : beberapa deret kolom sejajar; beban kolom yang berat; dipakai untuk mengurangi penurunan diferensial. Kondisi tanah terapan : kapasitas daya dukung tanah pada umumnya kurang daripada untuk tapak sebar, dan lebih dari luas denah akan tertutup oleh tapak sebar. 2.3 Kemampuan Dukung Pondasi Dangkal (Pondasi Tapak) Kemampuan daya dukung pondasi dihitung dengan menggunakan persamaan Terzaghi yaitu sebagai berikut : Q ult = 1,3 c Nc + Po (Nq-1) + 0,4 B N Dimana : Po = . Df Ket : Q ult = Daya dukung ultimit (t/m2)Po

= Tekanan Efektif Overburden atau Tekanan berat tanah sendiri (t/m2) = Kohesi (t/m2)

= s w = berat volume tanah efektif (t/m3) c Nc, Nq, N = Faktor daya dukung tanah pada keruntuhan geser umum yang diperoleh dengan menghubungkannya dengan sudut gesek dalam (). Dapat dilihat pada lampiran A.4.1. B = Lebar (m) pondasi yang akan kita coba

5

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " t s w Df Dw = berat volume tanah basah (t/m3) = berat volume tanah jenuh (t/m3) = berat volume air (t/m3) = Kedalaman pondasi (m) = Kedalaman muka air (m)

Daya dukung yang diizinkan adalah : Qall SF Ket : Pall A = Q ult/SF = Safety Factor (Angka Keamanan) = 3 = Beban terpusat yang diizinkan (ton) = Luas dimensi pondasi (m2) Ket : Qall = Q allowable (t/m2) Pall = Qall x A

2.4 Penurunan Bilamana suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang mampu mampat (compressible) diberi penambahan beban, maka penurunan (settlement) akan terjadi dengan segera. Koefisien rembesan lempung adalah sangat kecil dibandingkan dengan koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan pori yang disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama. Jadi untuk tanah lempung-jenuh, perubahan volume yang disebabkan oleh keluarnya air dari dalam pori (yaitu konsolidasi) akan terjadi setelah penurunan segera. Penurunan konsolidasi tersebut biasanya jauh lebih lama dibandingkan dengan penurunan segera. Penurunan segera atau penurunan elastis dari suatu pondasi terjadi dengan segera setelah pemberian beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan kadar air. Besarnya penurunan ini akan tergantung pada ketentuan dari pondasi dan tipe dari material dimana pondasi tersebut berada. Ada beberapa sebab terjadinya penurunan akibat pembebanan, yaitu : 1. Kegagalan atau keruntuhan geser akibat terlampauinya daya dukung tanah. 2. Kerusakan atau terjadi defleksi yang besar pada pondasinya. 3. Distorsi geser (shear distortion) dari tanah pendukungnya.

6

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " 4. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori. Penurunan (settlement) pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat dibagi 3 komponen, yaitu : penurunan segera (immediate settlement), penurunan konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder (Hardiyatmo, 2002). Penurunan total adalah jumlah dari ketiga penurunan tersebut. Berdasarkan rumus untuk menghitung kapasitas daya dukung izin sebagaimana dikutip dari Hardiyatmo (2002), Meyerhoff (1956) menyatakan bahwa toleransi penurunan yang diizinkan adalah sebesar 1 (2,54 cm). Perhitungan kestabilan terhadap penurunan dilakukan untuk setiap lapisan tanah di bawah pondasi, dimana tinjauan perhitungan penurunannya dilakukan di tengah-tengah tiap lapisan tanah tersebut. Perhitungan penyebaran tegangan akibat pembebanan dilakukan dengan metode penyebaran 2V : 1H (2 vertikal berbanding 1 horizontal). Menurut Hardiyatmo (2002), metode yang diberikan Boussinesq ini sangat sederhana untuk menghitung penyebaran tegangan akibat pembebanan. Dengan metode penyebaran ini, lebar dan panjangnya bertambah 1 meter untuk tiap penambahan kedalaman 1 meter. Untuk pondasi dangkal (pondasi tapak) yang berbentuk bujur sangkar dan pondasi memanjang, penyebaran tegangan dengan metode 2V : 1H ini digambarkan sebagai berikut :Pu Q = qB

L B Z 1 B+Z 2 L+Z Z 1 B+Z 2

Pondasi B x L

Pondasi memanjang

Gambar 2.1 Penyebaran tegangan metode 2V : 1H Pertambahan tegangan vertikal pada kedalaman Z adalah :P = Pu Pu = Az ( B + Z )( L + Z )

.......... (2.3)

7

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

Untuk pondasi yang berbentuk bujur sangkar, lebar sama dengan panjangnya (B=L) sehingga persamaan di atas menjadi :P = Pu Pu = Az ( B + Z ) 2

.......... (2.4)

Untuk pondasi sumuran, dengan asumsi (B+Z) sebagai diameter penyebaran tegangan, maka persamaan di atas dapat dimodifikasi menjadi :P = Pu Pu = 1 Az (B + Z ) 2 4

.......... (2.5)

dimana : P Pu Az B Z = pertambahan tegangan vertikal pada kedalaman Z (kg/cm2); = beban yang bekerja (kg); = luas pada kedalaman Z (cm2); = lebar tapak pondasi (cm); = kedalaman titik yang ditinjau dari dasar pondasi (cm). Penurunan yang terjadi dihitung dengan metode Sanglerat (1976). Schmertmann (1977), mengatakan bahwa metode Sanglerat ini dikembangkan dari metode Buisman, tapi dengan korelasi qc dari banyak penyelidikan yang telah dilakukan. Pada metode ini, banyak para ahli menggunakan persamaan :n P H = H i 0 2,3q c i

.......... (2.6)

dimana : H Hi P qc 0

= penurunan yang terjadi (cm) = tebal lapisan yang ditinjau (cm) = pertambahan tegangan vertikal pada kedalaman Z (kg/cm2) = nilai tahanan konus (qc rata-rata) pada lapisan yang ditinjau (kg/cm2) = nilai koefisien Sanglerat berdasarkan nilai qc rata-rata Tabel 2.1 Nilai 0 menurut Sanglerat (1972) berdasarkan nilai qc. Tipe Tanah qc (kg/cm2) Recent Alluvium (CL) P titik = 36 ton (aman)

Hasil dari pehitungan daya dukung pondasi dapat dilihat pada tabel 4.1

50

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " Tabel 4.1

PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASITITIK PONDASI A6 A10 C6 LAPISAN TANAH I II c (t/m2) 0.910 0.910 0.910 24 24 24

)

(

(t/m3) 1.2610 1.2610 1.2610

Nc

N

Nq

Df (m)

B (m) 1.4 1.2 1.4

SF

P0' (t/m2)

Qult (t/m2) 58.863 58.149 58.863

Qall (t/m2) 19.621 19.383 19.621

Pall (ton) 38.457 27.912 38.457

P titik (ton) 35.2 26.0 36.0

Ket

23.36 23.36 23.36

7.080 7.080 7.080

11.40 11.40 11.40

2 2 2

3 3 3

2.522 2.522 2.522

AMAN AMAN AMAN

Ket :

Po

Q ult Q all P all A S SF

= . Df = 1,3 c Nc + Po (Nq-1) + 0,4 B N ( Rumus untuk pondasi tapak atau persegi )

= Q ult/3 = Q all A = Luas dimensi pondasi = Settlement / Penurunan = Safety Factor (3)

49

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

4.4 Perencanaan Desain Pondasi Dangkal (Pondasi Tapak) 1. Perencanaan pondasi tapak untuk beban di titik A6P = 3 5 .2 T 0 .0

c = 0.1210 kg/cm2 = 18o = 1.1410 t/m3

L A P IS A N ID f = 2 .0

B = 1 .4

-1 .4 L A P IS A N II -2 .0

-3 .2

c = 0.0910 kg/cm2 = 24o = 1.2610 t/m3

2. Perencanaan pondasi tapak untuk beban di titik A10P = 26 T 0 .0 L A P IS A N ID f = 2 .0

c = 0.1210 kg/cm2 = 18o = 1.1410 t/m3

B = 1 .2

- 1 .8 - 2 .0 L A P IS A N II - 3 .8

c = 0.0910 kg/cm2 = 24o = 1.2610 t/m3

3. Perencanaan pondasi tapak untuk beban di titik C6 50

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

c = 0.1210 kg/cm2 = 18o = 1.1410 t/m3

P = 36 T 0 .0 L A P IS A N ID f = 2 .0

B = 1 .4

-1 .8 - 2 .0 L A P IS A N II

c = 0.0910 kg/cm2 = 24o = 1.2610 t/m3

-4 .4

4. Perencanaan pondasi tapak untuk beban di titik C7

C7c = 0.1210 kg/cm = 18o = 1.1410 t/m32P = 36 T 0 .0 L A PISA N ID f = 2 .0

c = 0.0910 kg/cm2 = 24o = 1.2610 t/m3

B = 1 .4

-1 .4 L A P I S A N II -2 .0

-3 .2

BAB V KESTABILAN TERHADAP PENURUNAN PONDASI51

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

Konstruksi bagian bangunan bawah tanah (sub structure) yang direncanakan untuk pembangunan Sekolah Gedung AKPER Tjoet Nya Dhien ini adalah pondasi dangkal (pondasi tapak) yang berbentuk bujur sangkar atau square footing. Desain pondasi ini yang meliputi kedalaman perletakan tapak pondasi (Df) dan lebar tapak (B) disesuaikan dengan beban yang bekerja diatas pondasi tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan pembebanan dari konstruksi tersebut, maka pondasi tapak ini direncanakan terdiri dari 2 buah ukuran, sesuai dengan beban yang dipikul oleh masing-masing pondasi tersebut. Untuk beban terbesar 36 ton di titik C6. Selanjutnya 35,2 ton di titik A6. Untuk beban terendah 26 ton di titik A10. Semua pondasi tapak diatas diletakkan pada kedalaman (Df) 2,00 meter dari permukaan tanah dengan lebar masing-masing C6 =1,40 meter, A6 = 1,40 meter dan A10 = 1,20 meter. Pertimbangan pertama dalam menghitung besarnya penurunan adalah penyebaran tekanan pondasi ke tanah di bawahnya. Hal ini sangat tergantung pada kekakuan pondasi dan sifat-sifat tanah. Tekanan yang terjadi pada pertemuan antara dasar pondasi dan tanah disebut tekanan sentuh (contact pressure).Besarnya intensitas tekanan akibat beban pondasi ke tanah di bawahnya, semakin ke bawah semakin berkurang. Dalam setiap perencanaan suatu konstruksi bangunan, diperhitungkan kestabilan pondasi terhadap beban yang bekerja agar konstruksi tersebut benar-benar aman. Dalam arti konstruksi tersebut stabil jika penurunan terjadi sehingga tidak melebihi toleransi yang diizinkan. Selain itu kapasitas daya dukung juga harus sangat dierhitungkan. Berdasarkan rumus untuk menghitung kapasitas daya dukung izin, Meyerhoff (1956) menyatakan bahwa toleransi penurunan yang diizinkan adalah sebesar 1 (2,54 cm). Perhitungan kestabilan terhadap penurunan dilakukan untuk setiap lapisan tanah di bawah pondasi, dimana tinjauan perhitungan penurunannya dilakukan di tengah-tengah tiap lapisan tanah tersebut. Perhitungan penyebaran tegangan akibat pembebanan dilakukan dengan metode penyebaran 2V : 1H yang diberikan oleh Boussinesq. Dengan metode penyebaran ini, lebar dan panjangnya bertambah 1 meter untuk tiap penambahan kedalaman 1 meter. Untuk pondasi dangkal (pondasi tapak) yang berbentuk bujur 52

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " sangkar, penyebaran tegangan dengan metode 2V :1H ini dapat digambarkan sebagai berkut:Pu Q = qB

L B Z 1 B + Z 2 L + Z Z 1 B + Z 2

P o n d a si B x L

P o n d a si m e m a n ja n g

Penurunan yang terjadi dihitung dengan metode Sanglerat (1976).Dengan metode ini, penurunan dihitung berdasarkan rumus berikut: H= dimana : H = penurunan yang terjadi (cm); Hi = tebal lapisan yang ditinjau (cm); P = pertambahan tegangan vertikal pada kedalaman Z (kg/cm2); qc = nilai tahanan konus (qc 0 rata-rata

Hi

n

i

P 0 2,3q c

) pada lapisan yang ditinjau (kg/cm2); dan

= nilai koefisien Sanglerats berdasarkan nilai qc rata-rata, seperti diperlihatkan

pada tabel 2.1.

5.1 Perhitungan Penurunan Pondasi Tapak 5.1.1 Penurunan pondasi tapak pada titik A6

53

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

P = 3 5 .2 T 0 .0 L A P IS A N ID f = 2 .0

B = 1 .427

-1 .4 L A P IS A N I I -2 .0

2 1

Z

-3 .2

Penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik A6 adalah: H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

Hi = 3,2 2,0 m = 1,2 m = 120 cm sin =Z 120

Z = 120 sin = 120 sin 27 = 54,5 cm qc2 = 90,43 kg/cm2 0 = 1,5 P==

u 35200 37830,25

;

A = (B+Z)2 = (140+54,5)2 = 37830,25 cm2

= 0,930 .kg / cm 2

H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

= (120 )

0,930 (1,5) 2,3( 90 ,43 )

54

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " = 0,804 cm Jadi, penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik A6 adalah: H = 0,804 cm < Hizin = 2,54 cm (aman).

5.1.2 Penurunan pondasi tapak pada titik A10

P = 26 T 0 .0 L A P IS A N ID f = 2 .0

B = 1.22 7

- 1 .8 - 2 .0 L A P IS A N II - 3 .8

2 1

Z

Penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik A10 adalah: H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

Hi = 3,8 2 m = 1,8 m = 180 cm sin =Z 180

Z = 180 sin = 180 sin 27 = 81,7 cm qc2 = 90,43 kg/cm2 0 = 1,5 P==

u

;

A = (B+Z)2 = (120+81,7)2 = 40682,9 cm2

26000 = 0,639 .kg / cm 2 40682,9

55

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

= (180 )

0,639 (1,5) 2,3( 90 ,43 )

= 0,829 cm Jadi, penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik A10 adalah: H = 0,829 cm < Hizin = 2,54 cm (aman).

5.1.3 Penurunan pondasi tapak pada titik C6

P = 36 T 0 .0 L A P IS A N ID f = 2 .0

B = 1 .42 1

- 1 .8 - 2 .0 L A P I S A N II

- 4 .4

Penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik C6 adalah: H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

Hi = 4,4 2,0 m = 2,4 m = 240 cm sin =Z 240

Z = 240 sin

56

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " = 240 sin 27 = 108,96 cm qc2 = 90,43 kg/cm2 0 = 1,5 P==

u

;

A = (B+Z)2 = (140+108,96)2 = 61981 cm2

36000 = 0,581 .kg / cm 2 61981

H=

Hi

n

i

P 0 2,3q c

= ( 240 )

0,581 (1,5) 2,3( 90 ,43 )

= 1,005 cm Jadi, penurunan total yang terjadi pada pondasi di titik C6 adalah: H = 1,005 cm < Hizin = 2,54 cm (aman).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN57

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Konstruksi bagian bawah ( pondasi ) yang direncanakan adalah pondasi tapak yang berbentuk bujur sangkar. 2. Berdasarkan hasil perhitungan pembebanan konstruksi, untuk beban terbesar 36 ton di titik C6. Selanjutnya 35,2 ton di titik A6. Untuk beban terendah 26 ton di titik A10, perencanaan dimensi pondasi tapak adalah sebagai berikut : a. Beban 36 ton di titik C6, pondasi tapak diletakkan pada kedalaman 2,0 meter dari permukaan tanah dan lebar tapak direncanakan 1,4 meter. b. Beban 35,2 ton di titik A6, pondasi tapak terletak pada kedalaman 2,0 meter dari permukaan tanah dan lebar tapak direncanakan 1,4 meter. c. Beban 26 ton di titik A10, pondasi tapak diletakkan pada kedalaman 2,0 meter dari permukaan tanah dan lebar tapak direncanakan 1,2 meter. 3. Berdasarkan hasil perhitungan kemampuan dukung pondasi tapak, diketahui bahwa beban terpusat yang diizinkan (Pall) untuk ketiga dimensi pondasi yang direncanakan adalah lebih besar dari beban yang bekerja di atasnya ( P titik). a. Di titik C6, Pall = 38,457 ton > P titik = 36 ton b. Di titik A6, Pall = 38,475 ton > P titik = 35,2 ton c. Di titik A10, Pall = 27,912 ton > P titik = 26 ton 4. Besarnya penurunan yang terjadi untuk keempat dimensi pondasi tersebut masih dalam batas toleransi seperti yang dinyatakan oleh Mayerhoff yaitu sebesar 1 (2,54 cm). a. Pondasi di titik A6, penurunan yang terjadi sebesar 0,804 cm. b. Pondasi di titik A10, penurunan yang terjadi sebesar 0,829 cm. c. Pondasi di titik C6, penurunan yang terjadi sebesar 1,005 cm. 6.2 Saran .

58

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL " Adapun saran-saran yang penulis sampaikan bertujuan untuk tercapainya hasil yang lebih baik berkaitan dengan perancangan pondasi ini adalah : 1. Mahasiswa harus memahami tujuan dan maksud dari perancangan pondasi ini, sehingga dalam pengerjaannya lebih mudah dan tidak mengulur-ulur waktu. 2. Perhitungan dilakukan dengan teliti, seperti perhitungan pembebanan, kemampuan dukung pondasi dan penurunan yang akan terjadi harus disesuaikan dengan literature.

DAFTAR PUSTAKA59

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEOTEKNIK I PERANCANGAN PONDASI DANGKAL "

1) Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya, Bandung. 2) Bowles, J. E., 1983, Analisa dan Desain Pondasi, jilid I, Erlangga, Jakarta. 3) Hardiyatmo, H. C., 2002, Teknik Pondasi I, Edisi ke-2, Beta Offset, Yogyakarta. 4) Prodoto, S, 1989, Teknik Pondasi, Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa, ITB, Bandung. 5) Schmertmann, J. H., 1977, Guidelines for CPT Performance and Design, Federal Highway Administration Implementation Division (HDV-22), Washington, DC.

60