acara ii

25

Click here to load reader

Upload: lieni-upiehoo

Post on 26-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lini

TRANSCRIPT

ACARA II

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum

Menentukan kadar kolesterol total dalam serum rendah dan serum tinggi.

2. Hari, Tanggal Praktikum

Senin, 6 April 2015

3. Tempat Praktikum

Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram

B. LANDASAN TEORI

Kolesterol adalah lemak yang terutama diproduksi dalam hati yang didapat dari makanan, penting untuk menjaga fungsi tubuh supaya tetap baik seperti fungsi hormon dan berperanan penting pada produksi asam empedu. Produksi akanmeningkat jika terdapat kandungan lemak yang banyak dalam. Jumlah kolesterol dalam tubuh haruslah seimbang dengan kebutuhan. Jika jumlah kolesterol melebihi kebutuhan, kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) maka akan timbul penyakit,contoh penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah. Kolesterol membentuk bekuan dan plak yang menyumbat arteri dan akhirnya memutusksn aliran darah ke jantung (menyebabkan serangan jantung) dan ke otak (menyebabkan stroke) (Poedjadi, 2007 : 74).

Menurut hiotesis lipid : kadar kolesterol abnormal (hiperkolesterolemia)-yaitu, konsentrasi yang lebih tinggi dari LDL dan konsentrasi yang lebih rendah HDL fungsional-yang berkaitan erat dengan penyakit jantung karena mempromosikan pembangunan ateroma pada arteri (aterosklerosis). Proses penyakit menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Karena darah yang lebih tinggi LDL, terutama LDL konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih kecil ukuran partikel LDL partikel, menyumbang proses ini lebih dari kadar kolesterol LDL partikel, [33] partikel LDL sering disebut "kolesterol jahat" karena mereka telah dikaitkan dengan pembentukan ateroma . Di sisi lain, konsentrasi tinggi HDL fungsional, yang dapat menghilangkan kolesterol dari sel dan ateroma (Wilbraham, 1992 : 112).

Kolesterol dalam darah akan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh adanya asupan makan yang banyak mengandung lemak jenuh dan gaya hidup yang cenderung tidak teratur dan seimbang. Penyumbang kolesterol yang paling tinggi yang telah diolah menjadi bahan makanan tertentu umumnya banyak berasal dari sumber produk hewani, seperti daging, susu dan telur (Yazid, 2006 ; 66).

Umumnya mereka yang memiliki kadar kolesterol tinggi dalam tubuh tidak menunjukkan gejala apapun, namun ketika dilakukan suatu pemeriksaan pada tes laboratorium akan terlihat bahwa kadar kolesterol dalam darah telah melebihi batas normal. Jika kadar koloesterol dalam darah meningkat naik, akan menimbulkan efek negatif pada tingkat kesehatan dan gangguan penyakit yang diakibatkan oleh kolesterol seperti sakit jantung, stroke, maupun penyempitan pembuluh darah (Wirahadikusumah, 1985 : 78).

Kolesterol tubuh dapat berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari makanan (kolesterol eksogen), dan kolesterol yang diproduksi sendiri oleh tubuh (kolesterol endogen). Jika jumlah kolesterol yang berasal dari makanan sedikit, untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan meningkat. Sebaliknya, jika jumlah kolesterol dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol dalam hati dan usus akan menurun. Cara yang dapat dipakai untuk menurunkan kadar kolesterol daging dan telur adalah dengan menurunkan kolesterol darah. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar kolesterol darah dengan kadar kolesterol daging dan telur telah dilakukan dengan menggunaan 120 ekor puyuh. Parameter yang diukur meliputi kadar kolesterol darah, daging, dan telur. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan curve expect 1.3. Hasil penelitian diperoleh hubungan antara kadar kolesterol darah dengan kolesterol daging tinggi (r = 0,87) dengan model penduga mengikuti persamaan regresi : Y = -1,0631 + 0,0235X 0,0001X2, dan hubungan antara kadar kolesterol darah dengan kolesterol telur tinggi (r = 0,89) dengan model penduga mengikuti persamaan regresi : Y = -1,2059 + 0,0190X 0,0001X2 (Rahmat, 2011).

Kolesterol dalam jumlah yang sedikit pada tubuh diperlukan untuk proses-proses tertentu bagi kelangsungan hidup. Akan tetapi, kalau jumlahnya berlebihan maka kolesterol akan membuat darah menjadi lebih kental, lebih berlemak sehingga mengancam bagi kelancaran peredaran darah apalagi jika sudah menempel di dinding pembuluh darah atau mengendap membuat sumbatan pada pembuluh darah kecil. Kadar kolesterol total yang dianggap ideal adalah dibawah 200 mg/dL. Kolesterol dalam tubuh manusia terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar dan jaringan syaraf. Mula-mula kolestero diisolasi dari batu empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya heksana, eter, kloroform, benzene dan alkohol panas. Kolesterol akan mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak terasa, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150-151 (Muharrami, 2011).

Serum kolesterol memainkan peran sentral dalam proses aterosklerosis, khususnya kadar kolesterol total yang tidak normal, low density lipoprotein kolesterol dan high density lipoprotein kolesterol telah ditetapkan menjadi prediktor jantung koroner yang berisiko menyebabkan penyakit hipertensi. Sebagai kendaraan utama untuk transportasi kolesterol, low-density lipoprotein partikel pada dasarnya menyimpan kolesterol di lapisan dinding arteri; low-density lipoprotein kolesterol sering disebut sebagai kolesterol jahat. Partikel high-density lipoprotein berfungsi dalam sebaliknya dari low-density lipoprotein. High-density lipoprotein bertindak sebagai penangkap kolesterol bebas dan meningkatkan tingkat penghilangan kolesterol dari arteri. Perkembangan tingkat dan kadar serum high-density lipoprotein selanjutnya ditemukan berhubungan dengan penyakit koroner arteri pada hipertensi, tetapi dalam hipertensi melalui efek diet pada lipid plasma (Bavane et,all 2012).

Kolesterol murni, tristearin (trigliserida) dan tiga kolesterol bentuk ester (palmitat, oleat, linoleat) yang dibeli dari Sigma - Aldrich dan digunakan tanpa purifikasi lanjut kation. Tristearin dan ester kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan dibiarkan mengkristal pada coverslips kaca untuk mobilisasi pemeriksaan spektroskopi. Kristal kolesterol monohidrat ditumbuhkan oleh rekristalisasi kolesterol dalam air, serum bovine albumin (BSA) diperoleh dari Sigma-Aldrich. Suatu larutan BSA jenuh ditempatkan berdekatan dengan kristal senyawa lipofilik pada coverslip untuk memberikan protein generik spektrum referensi dalam keadaan dan media yang sama (Lim, 2011).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat-alat Praktikum

a. Centrifuge

b. Kuvet

c. Penangas air

d. Pipet tetes

e. Spektrofotometer UV-Vis

f. Tabung reaksi

g. Rak tabung reaksi

h. Rubber bulb

i. Pipet volume 2 ml

j. Pipet volume 1 ml

k. Penjepit

l. Gelas kimia 100 ml

m. Labu ukur 10 mL

n. Stopwatch

2. Bahan-bahan Praktikum

a. Alkohol absolut

b. Aquades (H2O(l))

c. CH3COOH glasial

d. Color reagent

e. H2SO4pekat

f. Petroleum benzena

g. Serum kolesterol

h. Kolesterol standar

D. SKEMA KERJA

1. Uji sampel

1 buah tabung reaksi bertutup

Dimasukkan 2,5 mL alkohol

+ 0.1 mL serum kolesterol

+ 5 mL dietil eter (tabung ditutup rapat)

Dicampur dalam sentrifuge selama 30 detik

Hasil

+ 3 mL aquadest (dikocok 10-15 menit)

Didiamkan

Terbentuk 2 lapisan

Lapisan atas lapisan bawah

Dimasukkan dalam tabung reaksi lain

Diuapkan dalam penangas air (80C) sampai cairan tinggal sedikit (5 menit)

Didinginkan (dibiarkan mengering)

(Tabung reaksi blanko)Hasil

(+ 4 ml asam asetat glasial)+4 ml colour reagent

dalam penangas air 5 menit

(Blangko)Didinginkan pada suhu kamar

Sampel

(2 lapisan)

(Disentrifuge 1-2 menitDidiamkan dalam ruang gelap (30 menit)Diencerkan 10 kaliDiukur A pada = 560 nm)

Hasil

2. Kurva kalibrasi

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Masing-masing tabung di + 0.5 ; 1.0 ; 2.0 (mL) kolesterol standar 0.05 mg/mL petroleum benzen

Diuapkan sampai kering (tersisa sedikit) dalam penangas air (80C)

Sisanya yang tertinggal diuapkan pada suhu kamar

Hasil

+4 ml colour reagent

dalam penangas air 10-15 menit

Didinginkan pada suhu kamar

+ 3 ml asam sulfat pekat

2 lapisan

Disentrifuge 1-2 menit

Didiamkan dalam ruang gelap (30 menit)

Diencerkan 10 kali

Diukur A pada = 560 nm

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN

1. Uji Sampel

Perlakuan

Hasil Pengamatan

0,1 ml serum + 2,5 ml alkohol absolut,

Kocok

Larutan agak keruh dan terbentuk endapan putih

Setelah dikocok filtrate jernih, terdapat endapan putih

+ 5 ml pertoleum benzen, ditutup tabung rapat-rapat.

Dicampur sentrifuge (30 menit)

Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas petroleum benzene dan lapisan bawah campuran alcohol + serum kolesterol

Tetap / tidak ada perubahan

+ 3 ml aquades

kocok lagi selama 10-15 detik

kemudian didiamkan diambil lapisan atas.

Terbentuk 3 lapisan

Lapisan atas : bening, tabung terasa agak panas

Lapisan tengah : endapan putih

Lapisan bawah : putih keruh, tabung terasa dingin.

Tetap 3 lapisan

Lapisan atas : bening

Lapisan tengah : endapan putih

Lapisan bawah : bening, endapan putih

Lapisan bening (lapisan atas) diuapkan dalam penangas air (80oC). biarkan mengering

Volume berkurang

+ 4,0 ml Colour reagent, Dipanaskan, lalu didinginkan pada suhu kamar

Larutan berwarna kuning bening

+ 3 ml H2SO4 pekat

Terbentuk 3 lapisan

Lapisan atas : kuning

Lapisan tengah : putih

Lapisan bawah : bening

Blanko: asam asetat glacial + 3 ml H2SO4 pekat,

Larutan berwarna bening

Diamkan tabung sampel dan blanko dalam ruang gelap selama 30 menit.

Tidak terjadi perubahan

Larutan sampel diencerkan 10 kali

Larutan lebih encer (bening)

Diukur A pada larutan sampel dan larutan blanko dengan spektrofotometer UV-Vis pada = 560 nm

Sampel : 0,25

Blanko : 0,07

2. Kurva Kalibrasi

Langkah kerja

Hasil Pengamatan

1. Tabung I: 0,5 ml kolesterol standar

Diuapkan

+ 4 ml colour reagent

Panaskan 10-15 menit

+ 3 ml asam sulfat, dikocok

Warna awal bening

diuapkan : bening, larutan tinggal sedikit

larutan berwarna kuning bening

tetap kuning bening

terbentuk 3 lapisan :

lapisan atas : berwarna kuning bening

lapisan tengah : larutan kuning keruh

lapisan bawah : berwarna bening.

Terasa panas

2. Tabung II: 1 ml

Di panaskan

+ 4 ml colour reagen

Panaskan

+ 3 ml asam sulfat, dikocok

Warna awal bening

dipanaskan : bening

larutan berwarna kuning bening

kuning bening

terbentuk 3 lapisan :

lapisan atas : berwarna kuning bening

lapisan tengah : coklat muda

lapisan bawah : berwarna bening

Terasa panas

3. Tabung III: 2 ml

Di panaskan

+ 4 ml colour reagen

Panaskan

+ 3 ml asam sulfat, dikocok

Warna awal bening

dipanaskan : bening

larutan berwarna kuning bening

kuning bening

terbentuk 3 lapisan :

lapisan atas : berwarna kuning bening

lapisan tengah : coklat

bawah : berwarna bening.

Terasa panas

Ketiga tabung didiamkan dalam ruang gelap selama 30 menit.

Diencerkan 10 kali

Setelah didiamkan selama 30 menit diruang gelap,

Tabung I : kuning keruh

Tabung II : kuning keruh

Tabung III : putih keruh

Lebih encer

Diukur A dengan spektrofotometer UV-Vis pada = 560 nm

Setelah diukur dengan UV-Vis:

Tabung I: 0,12

Tabung II: 0,24

Tabung III: 0,32

F. ANALISIS DATA

1. Persamaan Reaksi

2. Perhitungan

a. Kolesterol volume 0,5 mL

Kadar kolesterol standar = 0,05 mg/mL

Konsentrasi standar = V x kadar

= 0,5 mLx 0,05 mg/mL

= 0,025 mg

b. Kolesterol volume 1 mL

Kadar kolesterol standar = 0,05 mg/mL

Konsentrasi standar = V x kadar

= 1,0 mLx 0,05 mg/mL

= 0,05 mg

c. Kolesterol volume 2 mL

Kadar kolesterol standar = 0,05 mg/mL

Konsentrasi standar = V x kadar

= 2,0 mLx 0,05 mg/mL petroleum benzen

= 0,1 mg

Tabel analog hubungan antara massa kolesterol dengan absorbansinya:

Konsentrasi

Absorbansi

0,025

0,12

0,05

0,24

0,1

0,32

Kurva Kalibrasi

Dari kurva, diperoleh persamaan y = 2.514x + 0

Penentuan kadar kolesterol dalam serum

y= 2,514x + 0

0,25= 2,514x

x= 0,0994 mg/ml , untuk 10 kali pengenceran

Jadi kadar kolesterol dalam serum adalah

M1 x V1 = M2 x V2

M1 x 1 ml = 0,0994 mg/ml x 10 ml

M1 = 0,994 mg/ml

G. PEMBAHASAN

Kolesterol adalah lipid yang terdapat pada membran sel pada jaringan hewan, dan ditransportasikan ke plasma darah pada hewan tersebut. Sebagian besar kolesterol di dalam tubuh kita di sintesa oleh tubuh dan juga diambil dari sumber makanan. Kolesterol memainkan peranan penting dalam proses biokimia misalnya sebagai komponen membran sel dan sintesa berbagai hormon steroid. kolesterol tidak dapat larut dalam darah, maka ditransfortasikan dalam sistem sirkulasi lipoprotein (Sudarma, 2014 : 73).

Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan penentuan kadar kolesterol dimana digunakan uji sampel dan kurva kalibrasi dalam menentukan kadar kolestrol tersebut. Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat dalam badan manusia, terutama pada otak, jaringan syaraf, cairan empedu dan darah. Senyawa ini merupakan penyusun utama batu empedu. Kolestrol banyak dijumpai pada lemak hewan, tetapi tidak pernah ditemukan pada lemak tumbuhan. Tumbuhan juga mempunyai sterol yang disebut fitosterol.

Kolesterol merupakan senyawa yang memiliki inti empat cincin (terdiri dari 3 lingkar 6 dan 1 lingkar 5). Kolesterol termasuk steroid dengan daya larut yang sangat kecil dalam air. Kadarnya dalam plasma darah 150-200 mg/ml, sekitar 2x kadar glukosa darah. Dalam plasma darah 30% berikatan dengan lipoprotein yang mampu menambah daya larutnya dalam darah. Sebanyak 70% lagi kolesterol darah berada berupa kolesterol ester. Kolesterol juga banyak terdapat dalam empedu, dengan kadar 390 mg/100ml. Kolesterol tidak larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dari jaringan dengan kloroform, eter, benzena dan alkohol panas. Kolesterol termasuk senyawa steroida dengan rumus C27H45OH. Kebanyakan kolesterol diet ada dalam bentuk teresterkan. Esterkolesterol yang ada ditemukan oleh empedu lalu dihidrolisis oleh esterase kolesterol pankreas.

Ester kolesterol + H2O kolesterol + asam lemak

Kadar kolesterol dalam setiap jenis bahan makanan cukup bervariasi tergantung pada jenis dan macam produknya, bahkan kandungan kolesterol pada setiap bagian/organ tubuh hewan pun berbeda- beda. Secara fisiologi kolesterol penting bagi tubuh, karena merupakan bahan penyusun membran sel, sintesis garam empedu dan prasat(precursor)hormon khususnya kelompok hormonsteroid. Namun demikian, kelebihan kolesterol dapat menyebabkan timbulnya berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalahatherosclerosisyaitu timbunan kolesterol pada pembuluh darah khususnya pada tunica media arteri.Atherosklerosismerupakan predisposisi infark miokard, stroke, trombosis otak dan penyakit serius lainnya.

Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80% diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu: Kolesterol LDL, adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah dan Kolesterol HDL, yaitu kolesterol baik, yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan.

Penentuan kadar kolesterol ini terdiri atas 2 tahap yaitu, uji sampel dan pembuatan larutan standar untuk kurva kalibrasi. Pada percobaan pertama, kedua sampel yang merupakan serum kolesterol ditambahkan dengan alkohol absolut yang berfungsi sebagai pelarut polar, berdasarkan hasil pengamatan setelah penambahan alkohol absolut ini terbentuk gumpalan/endapan putih dan larutan agak keruh dari serum yang semula berwarna kuning bening. Terbentuknya gumpalan dan larutan jernih menunjukkan bahwa komponen dalam serum yang bersifat polar akan larut dalam alkohol atau terpisah dengan serum. Pada proses selanjutnya ke dalam campuran ditambahkan dengan pertoleum benzen yang merupakan pelarut nonpolar (campuran dari n-heksan, heptana dan propana). Berdasarkan hasil pengamatan, larutan berwarna bening dan terdapat endapan, sama dengan sebelum penambahan pertoleum benzene, endapan yang terbentuk menunjukkan bahwa serum yang mengandung senyawa dengan sifat nonpolar telah terlarutkan dalam pelarut organik tersebut. Jika ditinjau dari sifat fisik larutan yang berwarna bening, menunjukkan bahwa senyawa yang terlarut dalam petroleum benzen ini merupakan kolesterol. Penggunaan petroleum benzen sebagai pelarut dikarenakan meskipun kolesterol memiliki gugus fungsi yang bersifat polar (gugus OH), karena pengaruh dari ring yang cukup panjang (yang lebih nonpolar) dari kolesterol, menyebabkan sifat dari senyawa ini menjadi nonpolar.

Proses selanjutnya adalah dilakukan pengocokan dengan alat sentifugasi selama 30 menit, tujuannya agar kolesterol tercampur dengan pelarut petroleum benzen dan alkohol absolut, penambahan aquades bertujuan untuk memisahkan lapisan larutan kolesterol dengan komponen lain karena kolesterol cendrung bersifat semipolar yang disebabkan oleh pengaruh dari gugus fungsi OH dan ring dengan jumlah yang banyak dari kolesterol tersebut. Proses selanjutnya adalah lapisan atas (larutan bening) pada campuran tersebut dipisahkan dan kemudian dilakukan penguapan pada suhu 80C sampai larutan tersisa sedikit dengan tujuan meningkatkan konsentrasi dari kolesterol yang ada serta untuk menguapkan senyawa selain kolesterol yang bersifat polar, sehingga yang tersisa hanya kolesterol yang akan diuji warnanya.

Proses selanjutnya adalah dilakukan penambahan colour reagen (1.0 mg FeCl3.6H2O/mL asam asetat glacial) dengan tujuan memberi warna pada larutan tersebut sehingga dapat dengan mudah dideteksi oleh UV-Vis, karena pada dasarnya kolesterol yang diuji tidak berwarna, sehingga tidak dapat terdeteksi oleh spektrofotometer UV-Vis. Dalam proses analisis dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak (UV-Vis), persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorpsi sinar tampak adalah larutan berwarna. Jika larutan tidak berwarna, maka larutan harus diubah menjadi senyawa dengan cara pembentukan senyawa kompleks berwarna. Untuk mengoptimalkan terbentuknya kompleks warna atau pengikatan kolesterol oleh colour reagent, maka dilakukan penambahan H2SO4.

Berdasarkan hasil pengamatan, Terbentuk 3 lapisan warna: lapisan atas berwarna kuning, lapisan tengah berwrna putih dan lapisan bawah bening. Warna-warna ini terbentuk karena adanya kesetimbangan pada kompleks pada larutan sampel tersebut. Untuk larutan blanko setelah ditambahkan colour reagent dan asan sulfat pekat dihasilkan warna awal reagent berwana kuning setelah ditambahkan 3 mL H2SO4 larutan berwarna bening. Larutan blanko adalah larutan yang diperlakukan sama dengan sampel, namun tidak mengandung sampel yang akan ditentukan dalam hal ini adalah kolesterol.

Kemudian larutan sampel dan blanko ini diencerkan masing-masing 10 kali sebelum diukur absorbansinya. Tujuan dilakukan pengenceran adalah untuk mengurangi konsentrasi larutan sampel dan larutan blanko, karena apabila konsentrasinya terlalu tinggi maka absorbansi yang didapatkan akan lebih besar dari 1 dan tidak memenuhi hukum Lamber-Beer. Setelah dilakukan pengenceran kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 560 nm. Adapun alasan digunakannya panjang gelombang 560 nm adalah karena pada panjang gelombang itu diperoleh nilai absorbans yang stabil. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai absorbansi sampel adalah 0,25 sedangkan pada blanko didapatkan nilai absorbansi 0,07.

Selanjutnya, percobaan ke dua yang dilakukan adalah kurva kalibrasi. Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala (Vogel : 1985). Maka dibuat larutan kolesterol standar dengan konsentrasi 125, 250, 500 mg % dengan prosedur yang sama dengan perlakuan terhadap sampel yaitu penambahan colour reagent. Dari larutan standar yang dibuat ini, maka dilakukan suatu pengukuran dengan UV-Vis bersama dengan sampel kolesterol yang telah dibuat, dimana untuk larutan standar ini akan diperoleh suatu kurva standar yang nantinya dari nilai slope kurva standar ini digunakan untuk menentukan kadar atau konsentrasi kolesterol dalam sampel, berdasarkan hubungan konsentrasi dan absorbansi pada persamaan Lambert-Beer.

Sebelum diukur dengan UV-Vis, baik sampel maupun standar dikocok dan kemudian didiamkan di ruangan gelap, dengan tujuan agar serapan absorbans tidak terganggu, karena proses pembentukan kompleks berwarna dari senyawa ini, memiliki sifat florosense atau menyerap cahaya, sementara pada spektrofotometer UV menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu. Sehingga agar tidak mengganggu penyerapan cahaya tersebut maka sampel dan standar harus dijauhkan dari sumber sinar seperti sinar matahari.

Pada 3 tabung reaksi masing-masing dimasukkan 0,5 ml, 1,0 ml, dan 2,0 ml larutan konsentrasi standar. Larutan ini berwana bening. Penambahan bahan-bahan seperti colour reagent dan lain-lain pada percobaan ke dua ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama pada uji sampel di atas. Penetuan kadar kolesterol total dapat ditentukan dengan pengukuran absorban pada = 560 nm, karena pada panjang gelombang tersebut diperoleh absorban yang stabil. Kurva kalibrasi dibuat dengan mengulurkan grafik antara konsentrasi kolesterol (mg) dengan absorban masing-masing sehingga diperoleh persamaan y = 2,514x, dimana nilai y merupakan nilai absorban sampel (kolesterol) dan x merupakan kadar total kolesterol dalam 100 mL darah. Nilai absorbans kolesterol standar 0,25 dengan kadar 0,05 mg/mL, untuk volume 0,5 mL larutan standar diperoleh massa sebesar 0,025 mg/mL, absorbansinya sebesar 0,12, untuk volume 1 mL larutan standar diperoleh massa sebesar 0,05 mg/mL, absorbansinya sebesar 0,24, untuk volume 2 mL larutan standar diperoleh massa sebesar 0,1 mg/mL, absorbansinya sebesar 0,32. Berdasarkan persamaan dari kurva maka dapat ditentukan kadar kolesterol dalam serum dengan persamaan 0,25 = 2,514x yaitu sebesar 0,0994 mg/mL. Nilai absorbans dari masing-masing larutan meningkat hal ini disebabkan karena konsentrasi dari masing-masing larutan berbeda-beda. Jika ditinjau dari kadar total kolesterol dalam serum tersebut, maka kadar kolesterolnya tergolong rendah karena kadarnya jauh dari kadar kolesterol standar yang ada dalam tubuh. Dimana kadar koleterol dalam darah manusia berkisar antara 150-200 mg/dL (per 100 mL).

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan persamaan yang diperoleh dari metode kurva kalibrasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis data diperoleh kadar kolesterol dalam serum kolesterol sebesar 0,0994 mg/mL. Untuk mengukur absorbansi (A) digunakan alat yang disebut spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 560 nm. Absorbansi pada massa 0,025 ; 0,05 dan 0,1 secara berurutan yaitu 0,12; 0,24 dan 0,32. Sementara untuk blanko diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,07.

DAFTAR PUSTAKA

Bavanne DS, et all. 2012. Benefical Effect of Low Dose Amlodipine vs Nifedipine on Serum Cholesterol Profile of Rabbits Receiving Standar Diet. Kamataka: University Bijapur.

Lim, Ryan S. et all. 2011. Identification of Cholesterol Crystals in Plaques of Atherosclerotic Mice Using Hyperspectral CARS Imaging. USA: University of California.

Muharrami, Laila Kamsatul. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode Kromatografi Gas. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Poedjadi, Anna. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Rahmat, Dedi dan Rachmat Wiradimadja. 2011. Pendugaan Kadar Kolesterol Daging dan Telur Berdasarkan Kadar Kolesterol Darah pada Puyuh Jepang. Bandung: Universitas Padjajaran.

Sudarma, I Made. 2014. Kimia Bahan Alam. Mataram: Universitas Mataram Press.

Wilbraham.1992. Kimia Organik dan Hayati.Bandung : ITB.

Wirahadikusumah,Muhammad. 1985. Biokimia: metabolisme Energi, Karbohidrat, danLipid. Bandung: ITB.

Yazid dan Nursanti. 2006. Buku Petunjuk Praktikum Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Andi.

Absorbansi2.5000000000000015E-25.0000000000000031E-20.10.120000000000000020.240000000000000210.32000000000000067

Konsentrsi (mg/ml)

Absorbansi (A)

ACARA II

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL

A.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.

Tujuan Praktikum

Menentukan kadar kolesterol total dalam serum rendah dan serum tinggi.

2.

Hari, Tanggal Praktikum

Senin, 6 April 2015

3.

Tempat Praktikum

Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA,

Universitas Mataram

B.

LANDASAN TEORI

Kolesterol adalah lemak yang terutama dip

roduksi dalam hati yang didapat

dari

makanan,

penting untuk menjaga fungsi tubuh supaya tetap b

aik seperti fungsi

hormon dan berperanan

penting pada produksi asam

empedu. Produksi

akanmeningkat

jika terdapat kan

dungan lemak

yang banyak dalam.

Jumlah kolesterol dalam tubuh haruslah seimban

g dengan kebutuhan.

Jika jumlah

kolesterol melebihi kebutuhan, kolesterol

LDL (Low

-

Density Lipoprotein) maka

akan

timbul penyakit,contoh penyakit

jantung koroner, peny

akit pembuluh darah. Kolesterol

membentuk bekuan dan plak yang menyumbat arteri

dan akhirnya memutusksn aliran

darah

ke jantung (menyebabkan serangan jantung) dan ke otak (menyebabkan stroke)

(Poedjadi,

2007 : 74).

Menurut hiotesis li

pid

:

kadar kolesterol abnormal (hiperkolesterolemia)

-

yaitu,

konsentrasi yang lebih tinggi da

ri

LDL dan konsentrasi yang lebih rendah HDL fungsi

onal

-

yang berkaitan erat dengan

penyakit jantung karena mempromosikan

pembangunan ateroma

pada arteri

(ateroskle

rosis). Proses penyakit menyebabkan infark miok

ard (serangan jantung),

stroke,

dan penyakit pembuluh darah perifer. Karena darah

yang lebih tinggi LDL, terutama

LDL konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih keci

l ukuran partikel LDL partikel,

menyumbang

pros

es ini lebih dari kadar kolesterol

LDL partikel, [33] partikel LDL

sering disebut

"kolesterol jahat" karena mereka tel

ah dikaitkan dengan pembentukan

ateroma . Di sisi lain,