acara 2 transek
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan
Menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang dibudidayakan
berdasarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda serta
pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungannya.
B. Landasan Teori
Ekologi merupakan salah satu cabang bilogi. Yaitu ilmu
pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap
jasad hidup ( Zoer’aini, 2007). Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir
adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem
atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Struktur disini
menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan
tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas,
penyebaran potensi unsure-unsur hara (matreri), energi, faktor-faktor
fisik dan kimia lainnya yang mencirikn keadaan system tersebut.
Ekosistem pertanian adalah suatu ekosistem alam yang
dimanipulasi dan dikendalikan oleh manusia untuk usaha pertanian
(Karnomo, 1987). Ekosistem pertanian tetap mempunyai sifat dan
kelakuan seperti ekosistem alam meskipun manifestasinya berbeda.
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu
komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari
kondisi – kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan faktor – faktor itu
mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara
hati – hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang
berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem.
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan
menganalisa, yang masing – masing menghasilkan berbagai konsep
pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang
penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau
sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang botani dari
pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan
variasi vegetasai secara alami itu sendiri.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai metode
untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan sangat membantu
dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.
Dalam hal metodologi ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tidak lupa pula diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Keragaman jenis tanaman yang berkembang dapat terjadi
menurut perbedaan tempat karena keadaan lingkungan yang
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan tanaman
akan keadaan lingkungan yang khusus. Menurut Sitompul dan Guritno,
1995, Keragaman lingkungan tidak hanya terdapat di antara tempat
tetapi dapat juga terjadi pada tempat yang sama dengan perbedaan
waktu.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa
vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut.
Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi
yang digunakan.
Salah satu cara dalam analisis vegetasi adalah dengan
menggunakan metode jalur atau transek. Cara ini paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah,
topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis-garis
topografi (Soerianegara dan Indrawan (1988).
Arti harfiah dari Transek itu sendiri adalah gambar irisan muka
bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan
untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah Ekologi (pembagian
wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya).
Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi
masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan
sumber-sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah tempat
mereka tinggal mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.
Dengan teknik analisis transek, diperoleh gambaran keadaan potensi
sumber daya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-
perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar
dalam bentuk gambar atau diagram.
Manfaat transek yaitu menimbulkan perasaan senang karena
mereka dapat memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan,
pengetahuan dan keterampilan mereka kepada sesama petani dan
orang luar bagi orang dalam (Masyarakat) penelurusan lokasi ini.
Manfaat lainya adalah untuk melihat dengan jelas mengenai kondisi
alam dan rumitnya sistem pertanian dan pemeliharaan sumber daya
alam yang dijalankan oleh masyarakat bagi “orang luar”. Kita dapat
belajar tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
alam.
Dalam suatu perencanaan program, transek dipergunakan untuk
observasi lansung bagi kegiatan penjajagan kebutuhan dan potensi.
Sedangkan dalam evaluasi program, teknik ini dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui fakta-fakta dan perubahan yang telah terjadi.
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
Waktu : Sabtu 14 Mei 2011
Tempat : desa Kebumen
B. Alat
Alat yang digunakan adalah Kertas A3, termohigro (alat
pengukur suhu dan kelembaban udara), Lux meter, spidol, buku
catatan dan alat tulis.
C. Bahan
Bahan yang digunakan adalah lahan sebagai objek pengamatan
D. Prosedur kerja
1. Persiapan
a. Mempersiapkan tim yang akan ikut dalam kegiatan transek
ini, termasuk menentukan kapan dan dimana akan
berkumpul.
b. Disiapkan alat tulis, kertas gambar, termohigro, serta lux
meter.
2. Pelaksanaan
a. Setelah tiba dilokasi, bersama anggota kelompok masing-
masing menyepakati lokasi-lokasi penting yang akan
dikunjungi serta topik kajian yang akan dilakukan seperti
ketinggian tempat, suhu udara, kelembaban dan intensitas
cahaya pada tempat tersebut.
b. Perjalanan dilakukan dengan mengambil titik terdekat dan
mengamati keadaan disepanjang perjalanan,melihat
keadaan sumber daya seperti adanya vegetasi pada lahan
yang dilewati
c. Mencatat dan mendiskusikan keadaan sumber daya tersebut
dengan mengamati kajian budidayanya seperti pola tanam,
distribusi tanaman dan jarak tanam.
3. Setelah perjalanan
a. Selama berhenti di lokasi tertentu, gambar bagan transek
sementara dibuat untuk setiap bagian lintasan yang sudah
ditelusuri.
b. Setelah selesai melintasi jalur yang ditentukan,menggambar
kembali bagan transek vegetasi yang ada lengkap dengan
topik kajiannya seperti ketinggian tempat, suhu udara,
kelembaban udara, intensitas cahaya (tegakan tinggi dan
tegakan rendah) pola tanam, jarak tanam, warna tanah,
sistem irigasi, jenis tanaman, tipe tanaman, informasi
tambahan. Hasil dari bagan tersebut dipresentasikan dan
selanjutnya antar kelompok sharing data untuk
menggabungkan data yang terkumpul dari masing-masing
daerah baik atas, tengah dan bawah.
c. Selanjutnya dilakukan analisis Chi-Square berdasarkan
identifikasi vegetasi yang ada pada tingkat ketinggian
tempat berbeda.
III. HASIL PENGAMATAN
Perhitungan Chi Square
Luas tanaman padi = 1836000 cm2 50% 1818000
Luas tanaman albasia = 1800000 cm2 50% 1818000
No Kategori Y Fo Fc
1 Padi 50 1836000 1818000
2 Albasia 50 1800000 1818000
Xc2 = [(Xi – n o)-½]2 + [(Xii – n (1 - o))-½] 2
no n (1 - o)
= [(1836000 – 1800000) – 0,5]2 + [(1800000 – 1818000) – 0,5] 2
1818000 1818000
= (18000-0,5) 2 + (-18000-0,5) 2
1818000 1818000
= 323982000 + 324018000,25
1818000 1818000
= 178,207 + 178,227
= 356,434
Ho = Fe = Fo
H1 = Fe ≠ Fo
Xc2 = Tabel X2 (5%,1) = 3, 891
Xc2 > X2 (5%,1)
H1 diterima, jadi dugaan itu salah
IV. PEMBAHASAN
TA transect is a cut or path through part of the environment
showing a range of different habitats.Tttfhghfhfdransek adalah
memotong atau jalur melalui bagian dari lingkungan menunjukkan
berbagai habitat yang berbeda. Biologists and ecologists use transects
to study the many symbiotic elements that contribute to habitats
where certain plants and animals thrive. Ahli biologi dan ahli ekologi
menggunakan transek untuk mempelajari unsur-unsur simbiosis
banyak berkontribusi terhadap habitat di mana tanaman dan binatang
tertentu tumbuh. Untuk mempermudah penghitungan setiap sampel
tumbuhan didalam ekosistem, perlu dialkukan pekerjaan yang
sistematis. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
transek.
Ada dua mcam transek:
1. Belt Transect (transek sabuk)
Belt transect merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama
dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat vegetasinya
untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk
hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas
di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohon yang dewasa
yang dipetakan, transek yang baik adala 10 m. Panjang transek
tergantung tujuan penelitian. Setiap segmen diidentifikasi jenis
vegetasinya.
2. Line Trasect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot).
Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa
kali terdapat atau dijumpai. Kegiatan penelusuran lokasi ini bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Berjalan mengikuti garis atau mengikuti jalan utama dan
jalan-jalan di permukiman, di wilayah yang ingin diamati
keadaanya (dengan demikian, lintasan yang sebenarnya tentu
saja tidak benar-benar berupa ‘garis’ lurus).
b. Berjalan mulai dari titik terendah sampai titik tertinggi atau
sebaliknya dari titik tertinggi ke titik terendah (biasanya
dilakukan untuk membandingkan kondisi lahan dan jenis
usaha pertanian yang dilakukan pada tingkat ketinggian yang
berbeda di wilayah dataran tinggi).
3. Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect,
hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata
teresterial (daratan). Metode strip sensus meliputi, berjalan
disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang
diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat
berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
Pada praktikum transek kali ini kita menggunakan metode
transek garis. Karena kita melakukan pegamatan dalam garis yang
lurus dan mencatat apa saja tumbuhan yang dibudidayakan oleh
petani setempat, serta di catat berapa kali tumbuhan itu dijumpai.
Pada garis lurus yang diamati dibagi menjadi tiga titik yaitu titik
bawah, titik tengah, dan titik atas. Disetiap titik kita mengamati
ketinggian tempat, suhu dan kelembaban, intensitas cahaya matahari
yang meliputi tegakan tinggi dan ttegakan rendah, warna tanah, jenis
tanaman, tipe tanaman, distribusi tanaman, sistem tanaman, sistem
irigasi, serta isnformasi tumbuhan yang berada dalam satu area.
Ekosistem yang kita amati adalah di desa Kebumen.
Hasil pengamatan menunjukkan wilayah titik bagian bawah ini
mempunyai ketinggian tempat 180 m diatas permukaan laut dengan
suhu 27° C dan kelembaban 40%. Pada bagian ini terdapat tegakan
tinggi sebesar 1573 lux dan tegakan rendah sebesar 580 lux. Warna
tanah coklat kemerahan berarti tanah pada area tersebut dapat
dikatakan subur dan termasuk dalam jenis tanah latosol. Tanaman
yang dominan tumbuh pada areal tersebut yaitu padi dengan distribusi
tanaman 0,5 ha dan albasia ± 400 tanaman yang masing-masing
ditanam secara monokultur. Sistem irigasi yang digunakan pada areal
ini yaitu non teknis yang artinya tanpa dilakukan pengaturan sistem
pengairan misalnya dengan cara mengandalkan air hujan. Selain itu
terdapat permasalahan yang dihadapi pada areal ini seperti hama
wereng dan keong yang menyerang tanaman padi sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan timbul kerusakan pada
daun tanaman padi.
Hasil pengamatan pada wilayah titik tengah dengan ketinggian
tempat 420 m diatas permukaan laut didominasi oleh tanaman padi
(tumpang sari dengan talas) dengan distribusi tanaman ± 1836 m2,
albasia ±180 m2, dan kelapa ± 500 m2 yang merupakan sistem
pertanaman kebun campur. Karena kebun campur selain tanaman
yang dominan tersebut juga terdapat tanaman lain seperti pisang,
tales, singkong, salak, melinjo, durian, kakao, kayu aru, kamboja, dan
cemara. Warna tanah yang coklat menandakan kondisi tanah pada
wilayah titik tengah cukup subur untuk mengusahakan tanaman
tersebut diatas. Suhu pada areal tersebut mencapai 25° C dengan
kelembaban 23%. Tegakan tinggi tanaman sebesar 1578 lux dan
tegakan rendahnya 477 lux.
Terdapat dua macam sistem irigasi pada wilayah titik tengah
yaitu irigasi teknis yang berarti sistem pengairan tanaman dilakukan
dengan teratur sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
mengairi tanaman padi. Selain irigasi teknis terdapat juga sistem
pengairan yang non teknis dengan mengandalkan air hujan seperti
halnya pada wilayah titik bawah. Permasalahan yang dihadapi untuk
wilayah titik tengah seperti dijumpainya hama keong emas pada
tanaman padi yang mengakibatkan luka pada daunnya dan adanya
penyakit karat puru pada batang tanaman albasia. Permasalahan lain
yang dihadapi yaitu terdapat alih fungsi lahan produktif dari kebun
campur menjadi kuburan. Ketidak teraturan sistem pertanaman
membuat wilayah titik sulit untuk dijangkau dalam melakukan
identifikasi terhadap setiap parameter.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh untuk wilayah
titik atas pemanfaatan lahan yang dijumpai adalah monokultur padi
dan kebun campur untuk albasia dengan ketinggian tempat 510 m
diatas permukaan laut. Suhu pada areal ini mencapai 24° C dengan
kelembaban 27%. Warna tanah yang coklat tua menandakan kondisi
tanah pada areal ini dapat dikatakan subur. Tegakan tinggi tanaman
yang diperoleh adalah 264 lux, sedangkan tegakan rendahnya adalah
38 lux. Karena kebun campur terdapat tanaman lain selain padi dan
albasia seperti kelapa, pisang, singkong, dan cabai. Permasalahan
yang dihadapi disini adalah terdapat hama wereng pada tanaman padi
yang menyerang langsung dari ujung daun ke ujung lainya.
Pada pengamatan transek ini tanaman padi yang paling banyak
dijumpai. Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang
berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain,
padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Menurut
Junghun, tanaman padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 meter
dengan suhu antara 26,50C-22,50C (AAK, 1990).
V.KESIMPULAN
1. Penyebaran jenis vegetasi berbeda-beda sesuai dengan ketinggian
tempatnya.
2. Faktor lingkungan abiotik seperti ketinggian tempat, suhu dan
kelembaban, intensitas cahaya matahari yang meliputi tegakan
tinggi dan ttegakan rendah, warna tanah, jenis tanaman, tipe
tanaman, distribusi tanaman, sistem tanaman, sistem irigasi, serta
isnformasi tumbuhan yang berada dalam satu area mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3. Transek digunakan untuk membantu melihat dengan jelas kondisi
alam, system pertanian dan pemeliharaan sumber daya alam yang
dijalankan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.
Heddy, S.1986. Pengantar Ekologi. Rajawali Pers, Jakarta.
Jumin, Hasan Basri. 1989. Ekologi Tanaman. Rajawali Pers, Jakarta.
Odum, E. P., 1971, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM
Press,Yogyakarta.
Soerianegara , Ishemat dan Andri Indrawan . 1988 . Ekologi Hutan
Indonesia . IPB, Bandung.
Sitompul, S.M., Guritno, Bambang. 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Zoeraini Djamal Irwan. 1997. Prinsip-Prinsip Ekologi, Ekosistem,
Lingkungan Dan Pelestariannya. PT Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN