acara 1 air dan buffer

Upload: fernando-prayogo-natanael

Post on 09-Mar-2016

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Judul PercobaanAir dan Buffer

B. Tujuan Percobaan1. Menentukan sifat air2. Mengenal sifat air3. Menentukan kadar air4. Menentukan pH larutan buffer5. Membuat buffer pada berbagai pH 6. Membuktikan kemampuan buffer dalam menjaga pH

II. TINJAUAN PUSTAKAMenurut Achmad (2004), air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Bentuk seperti huruf V lebar, dengan dua atom hydrogen yang digabungkan ke satu atom oksigen oleh ikatan kovalen tunggal. Karena oksigen lebih elektronegatif dari pada hydrogen, electron-elektron pada ikatan kovalen akan menghabiskan lebih banyak waktu didekat oksigen daripada hydrogen; dengan kata lain ikatan itu adalah ikatan kovalen polar. Menurut Campbell, dkk. (2000), distribusi electron tidak merata membuat air merupakan molekul polar, artinya kedua ujung molekul memiliki muatan berlawanan. Menurut Winarno (2002), dalam sebuah molekul air terdapat dua buah atom hidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui dua ikatan kovalen, yang masing-masing mempunyai energi sebesar 110,2 kkal per mol. Ikatan kovalen tersebut merupakan dasar bagi sifat ait yang penting, misalnya kebolehan air sebagai pelarut. Sebuah molekul air dengan kutub-kutub positif dan negatif secara permanent menjadi dwikutub (dipolar), seperti halnya sebatang magnet yang mempunyai kutub berbeda pada kedua ujungnya. Karena itu molekul air dapat ditarik oleh senyawa lain yang bermuatan positif atau yang bermuatan negatif.Menurut Day dan Underwood (1996). air merupakan salah satu senyawa yang paling melimpah dalam alam dan hakiki untuk proses kehidupan. Air melarutkan banyak zat dan berperan sebagai medium dalam keanekaragaman reaksi kimia. Larutan air dari senyawa-senyawa tertentu merupakan penghantar yang baik bagi arus listrik karena hadirnya ion positif dan negatif . Air memiliki titik didih 1000C dan titik beku 00C. Menurut Lehninger (1993), terdapat 4 sifat utama air yang disebut sebagai sifat-sifat koligatif, yang tergantung kepada senyawa terlarut, yakni : titik beku, titik didih, tekanan osmosa, tekanan uap. Sifat koligatif tergantung pada hanya jumlah molekul per unit volume pelarut dan tidak tergantung kepada struktur kimia senyawa tersebut. Hukum koligatif dan konstanta hanya berlaku secara tepat bagi larutan encer. Pengauh senyawa terlarut terhadap sifat-sifat air mempunyai arti biologi penting.Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), pada Aqua disosiasi untuk menghasilkan ion-ion hidrogen dan ion-ion hidroksil sangat kecil karena hanya sebagian kecil saja dari molekul Aqua yang dapat berdisosiasi menjadi H+ dan OH-. Oleh karena itu persamaan di atas dapat ditulis

Pernyataan di atas tersebut harus diartikan bahwa seberapapun besarnya konsen-trasi ion hidrogen dalam larutan itu akan selalu ada ion hidroksil. Pada Aqua pHnya adalah netral yaitu mempunyai nilai 7 artinya di dalamnya terdapat sebanyak 10-7 grammol hidrogen dan 10-7 ion hidroksil per liter.Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), satu molekul air mempunyai bentuk segitiga, dengan satu atom oksigen yang menarik elektron-elektron dari dua macam atom hidrogen, yang kemudian membentuk suatu muatan positif. Atom oksigen yang bermuatan elektron negatif dapat menarik ion-ion lain yang bermuatan positif (kation), sedangkan atom-atom hidrogen menarik ion-ion yang bermuatan negatif (anion). Sifat-sifat kimia ini menurunkan kekuatan, tarikan antara kation dan anion dan oleh karenanya memungkinkan suatu bahan atau zat makanan dapat larut dalam air. Oleh karena sebagian besar komponen-komponen biologis mempunyai muatan-muatan positif dan negatif, maka air merupakan suatu pelarut yang baik sekali.Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), sifat air sebagai pelarut merupakan dasar untuk berfungsinya zat-zat makanan dalam tubuh. Menurut Permatasari dkk.,(2013), enzim-enzim, hormon-hormon, dan koenzim-koenzim dapat larut dalam cairan tubuh dan berperan dalam beberapa metabolit seperti misalnya asam-asam amino, karbohidrat, vitamin-vitamin, dan mineral-mineral. Air juga merupakan pelarut produk-produk sisa seperti urea, karbondioksida dan bermacam-macam elektrolit yang akhirnya dieksresikan keluar tubuh. Sebagai pelarut yang mengandung zat-zat sisa, maka air membantu untuk mentransfer ke dan dari seluruh tubuh sel-sel tubuh.Menurut Winarno (2002), daya tarik-menarik di antara kutub positif sebuah molekul air dengan kutub negatif molekul air lainnya menyebabkan terjadinya penggabungan molekul-molekul air melalu ikatan hidrogen. Ikatan-ikatan hidrogen jauh lebih lemah daripada ikatan kovalen. Ikatan-ikatan hidrogen mengikat molekul-molekul air lain di sebelahnya dan sifat inilah yang bertanggung jawab pada mengalirnya air. Molekul air yang satu dengan molekul air yang lain bergabung dengan suatu ikatan hidrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang sama. Ikatan hidrogen ini tidak hanya mengikat molekul-molekul air satu sama lain, tetapi dapat juga menyebabkan pembentukkan hidrat antara air dengan senyawa-senyawa lain yang mempunyai kutub O atau N, seperti senyawa metanol atau karbohidrat yang mempunyai gugus OH (hidroksil).Menurut Winarno (1997), penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada sifat bahannya. Menurut Kusumah dkk., (1989), umumnya penenentuan dapat dilakukan dengan mengeringkan bahan di dalam oven selama kurun waktu tertentu dengan suhu tertentu hingga berat sampel konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan merupakan jumlah air yang diuapkan.Menurut Achmad (2004), sifat-sifat penting air adalah seperti ditampilkan pada table 1.Tabel 1. Sifat-sifat penting airSifatEfek dan kegunaan

Pelarut yang baikTransporet zat makanan dan bahan buangan yang dihasilkan proses biologi

Konstanta dielektrik paling tinggi diantara cairan murni lainnyaKelarutan dan ionisasi dari senyawa ini tinggi dalam larutannya

tegangan permukaan lebih tinggi daripada cairan lainnyaFaktor pengendali dalam fisiologis, membentuk fenomena tetes dan permukaan

Transparan terhadap cahaya tampak dan sinar yang mempunyai panjang gelombnag lebih besar daripada ultravioletTidak berwarna mengakibatkan cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis mencapai kedalaman tertentu

Bobot jenis tertinggi dalam bentuk cairan (fasa cair) pada 40C Air beku (es) mengapung, sirkulasi vertical menghambat stratifikasi badan air

Panas penguapan lebih tinggi daripada materialnyaMenentukan transfer panas dan molekul air antara atmosfer dan badan air

Kapasitas kalor lebih tinggi dibandingkan dengan cairan lain kecuali ammoniaStabilitas dari temperature organisme dan wilayah geografis

Panas laten dan peleburan lebih tinggi daripada cairan lainTemperatur stabil pada titik beku

Bersifat polarsebagai pelarut yang baik

Mendukung system kapilerMembawa nutrient dari tanah ke dalam jaringan tumbuhan.

Menurut Winarno (2002), penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 110 oC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dll pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan. Menurut Winarno (2002), penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah dari air. Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya gula. Dalam hal ini air dan gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks refraksi. Menurut Bintang, (2012), larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan perubahan pH sekelilingnya sekecil mungkin walaupun ditambah dengan asam dan basa. pH suatu larutan buffer tergantung pada dua hal yaitu nilai pKa dan perbandingan garam dan asam. Menurut Day dan Underwood (1996), larutan buffer mengandung suatu pasangan asam basa konjugat, komponen tersebut bereaksi terhadap ion hidrogen atau hidroksida yang dimasukkan dalam larutan. Keefektifan buffer dalam menolak perubahan pH per satuan asam atau basa kuat yang ditambahkan akan paling tinggi bila angka banding asam buffer ke garam sama dengan satu. Menurut Bintang, (2012), dari persamaan Henderson-Hasselbalch, pH suatu larutan buffer akan sangat tergantung pada dua hal, yaitu (1) nilai pKa dan (2) perbandingan garam dan asam. Ratio asam dan garam ini sama dengan jumlah garam dan asam yang dicampur pada pH diluar kisaran 4-10, konsentrasi ion hidrogen dan hidroksil sangat rendah dan dapat diabakan. Sebagai contoh adalah larutan buffer asam asetat yang terdiri dari campuran asam asetat dan natrium asetat sebagai garamnya, reaksinya :CH3COOH CH3COO- + H+CH3COONa CH3COO- + Na+Asam asetat berdisosiasi lemah, sehingga konsentrasi asam asetat dianggap sama dengan jumlahnya dalam campuran, demikian juga dengan konsentrasi ion asetat yang dianggap sama dengan Na-asetat yang ditambahkan.Menurut Girindra (1990), larutan buffer dapat terdiri dari: a. Campuran asam lemah dan garamnya, contohnya asam asetat dan natrium asetat disebut buffer asamb. Campuran basa lemah dengan garamnya, contohnya amonia dan amonium klorida disebut buffer basa.c. Campuran antara garam-garam dari asam polibasis, contohnya dinatrium hidrogen fosfat dan natrium dihidrogen fosfat disebut buffer fosfat.Menurut Lehninger (1995), buffer adalah sistem cairan yang cenderung mempertahankan perubahan pH jika terjadi penambahan sedikit asam (H+) atau basa (OH-). Suatu sistem buffer terdiri atas asam lemah (donor proton) dan basa konjugasinya (akseptor proton) sehingga terjadi reaksi equilibrium dapat kembali medasar, jika keadaannya terdapat dalam konsentrasi yang sama. Cara kerja buffer yaitu donor proton atau komponen asam lemah (HA) dari suatu pasangan buffer mengandung persediaan H+ terikat yang dapat dibedakan untuk menetralkan penambahan OH-. Menurut Lehninger (1995), kedua sistem buffer yang paling penting pada mamalia adalah sistem fosfat dan bikarbonat, sistem buffer fosfat yang paling penting di dalam cairan intraselulerm terdiri dari pasanga asam basa konjugasi H2PO4- sebagai donor proton dan HPO42- sebagai akseptor proton.Menurut Lehninger (1995), sistem buffer fosfat berfungsi sama seperti sistem buffer asetat, kecuali pada kisaran pH daya kerjanya. Sistem buffer fosfat memiliki efektivitas maksimum di dekat pH 6,86 karena pH H2PO4- adalah 6,86. Jadi pasangan buffer fosfat H2PO4- dan HPO42- cenderung menahan atau mempertahankan pH pada kisaran 6,17,1. Karena akan efektif dalam menjalankan kapasitas buffernya di dalam cairan intraseluler, yang memiliki pH 6,97,4. Sistem buffer yang utama di dalam plasma adalah buffer bikarbonat, yang terdiri dari asam karbonat sebagai donor proton dan bikarbonat sebagai akseptor proton, yang berfungsi sebagai buffer, sama seperti asam basa konjugat lainnya. Hubungan antara pH dan kerja buffer diberikan rumus :[HA]= [H+] + [ A-]Ka= [H+] [A-]= [HA]pH= pKa + log [A-] / [H+]

Menurut Bintang (2010), pada sistem kehidupan, terdapat 3 jenis larutan buffer yang sangat berperan penting, yaitu larutan protein, bikarbonat dan fosfat yang memiliki sistem tersendiri. Bikarbonat adalah sistem buffer pada plasma sel. Menurut DeAngelis (2007), buffer fosfat yang umum digunakan terdiri dari campuran monobasa dihidrogen fosfat dan dibasa monohidrogen fosfat. Dengan mengkombinasikan jumlah garam dapat dibuat buffer dalam rentangan pH 5,8 8,0. Buffer fosfat memiliki kapasitas buffer yang sangat tinggi dan sangat larut dalam air. Buffer fosfat memiliki sejumlah kelemahan yaitu:a. Fosfat menghambat banyak proses dan prosedur enzimatik yang merupakan dasar dari kloning molekuler, termasuk pembelah DNA oleh enzim restriksi, ligase, dan transformasi bakteri.b. Karena fosfat mengendap dalam etanol, maka tidak mungkin untuk mengendapkan DNA dan RNA dalam buffer yang memilliki banyak ion fosfat.c. Fosfat menyita kation divalen seperti Ca2+ dan Mg2+.Menurut James (2008), Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstraseluler utama dan bertanggungjawab mempertahankan pH darah. Karbon dioksida yang terbentuk selama respirasi sel akan larut dalam air (plasma) untuk membentuk asam karbonat dimana asam karbonat ini akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan berperan sebagai akseptor ion hidrogen, jika ion ditambahkan kedalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hidrogen yang terbentuk dari asam laktat akn membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan sebagai donor ion hidrogen, jika ion hydrogen hilang dari tubuh seperti pada kasus muntah-muntah berat, asan karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan sangat penting karena jumlah karbon dioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatu oleh paru-paru dan ginjal.

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan BahanDalam percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah gelas beker, kompor, pH meter, termometer, botol timbang, timbangan elektrik, oven, eksikator, pipet ukur, dan propipet. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aqua, tisu, air kran, daun bayam, batang bayam, larutan CH3COOH 0,1 M, larutan CH3COONa 0,2 M, larutan NH3 0,1 M, larutan NH4Cl 0,2 M, larutan Na2HPO4 0,01 M, dan larutan NaH2PO4 0,01 M.

B. Cara kerja1. Sifat airPercobaan 1Balok es dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml lalu suhu es mencair diukur dengan termometer sebagai titik beku. Kemudian Gelas beker dipanaskan dengan menggunakan kompor. Setelah itu suhu air mendidih diukur dengan thermometer sebagai titik didih air. Percobaan 2Wadah ( gelas beker, erlenmeyer dan labu ukur) diisi dengan air sampai batas wadahnya, kemudian bentuk air diamati.Pecobaan 3Aqua dan air kran masing-masing sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 250 ml yang berbeda, lalu pH kedua air tersebut diukur dengan menggunakan pH meter dan dicatat.2. Kadar AirDaun dan batang bayam yang telah diiris kecil-kecil masing-masing sebanyak 0,4 gr dimasukkan ke dalam botol timbang yang berbeda yang beratnya telah diukur dengan timbangan. Kemudian kedua botol timbang tersebut dimasukkan ke dalam oven selama 45 menit pada suhu 100C. Setelah itu kedua botol timbang dimasukkan ke dalam eksikator selama 10 menit lalu ditimbang. Langkah ini diulangi sampai berat konstan, jika sudah konstan beratnya dicatat sebagai berat akhir. Kadar air daun dan batang dihitung dengan menggunakan rumus:

3. Buffer asamLarutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml kemudian pH nya diukur dengan pH meter sebagai pH awal. Larutan tersebut kemudian ditambah larutan CH3COONa 0,2 M yang volumenya diukur dengan gelas ukur sebanyak 20 ml. pH campuran larutan tersebut diukur dengan pH meter dan dicatat sebagai pH akhir.4. Buffer basaLarutan NH3 0,1 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian pHnya diukur dengan pH meter sebagai pH awal. Larutan tersebut kemudian ditambah larutan NH4Cl 0,2 M yang volumenya diukur dengan gelas ukur sebanyak 20 ml. pH campuran larutan tersebut diukur dengan pH meter dan dicatat sebagai pH akhir.5. Buffer fosfatLarutan Na2HPO4 0,01 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml lalu pHnya diukur dengan pH meter. Larutan NaH2PO4 0,01 M ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam gelas beker hingga pH larutan menjadi 7. Volume NaH2PO4 yang ditambahkan dicatat.6. Sifat bufferAqua dan larutan buffer yang telah dibuat (buffer asam, buffer basa, dan buffer fosfat) dibagi menjadi dua, masing-masing larutannya dimasukkan ke dalam 2 gelas beker 100 ml sebanyak 30 m. Gelas beker pertama ditambahkan 12 tetes asam asetat dan gelas beker kedua ditambah 12 tetes NH3 pH masing-masing larutan dalam 2 gelas beker diukur dengan pH meter.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANPercobaan Pengenalan sifat air berdasarkan pH, suhu, dan bentuk, hasilnya dapat dilihat pada table 2.Tabel 2. Pengenalan sifat air berdasarkan pH, suhu, dan bentukBahanpHSuhuBentuk

Titik didih (oC)Titik beku (oC)

Balok es-98 oC0,4 oC-

Air kran6,67--Beker, labu ukur, erlemeyer

Air aqua7,15---

PembahasanPada percobaan kali ini, akan dilakukan percobaan mengenal sifat air berdasarkan pH, suhu, dan bentuk. Tujuan percobaan kali ini adalah untuk mengenal sifat air serta menentukan sifat air yaitu pH, titik didih, titik beku, dan bentuk. Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah balok es, air kran dan air Aqua. Alat yang digunakan untuk penentuan pH adalah pH meter, dan untuk menentukan titik didih dan titik beku air menggunakan termometer batang.Air adalah molekul kehidupan yang amat penting peranannya. Air adalah komponen utama tubuh makhluk hidup karena sebagian besar terdiri dari air. Dalam tubuh manusia air menempati 55%60% berat badan orang dewasa atau 70% bagian tubuh tanpa lemak. Seseorang dapat bertahan tidak makan semalam berminggu-minggu, tetapi hanya akan bertahan selama beberpa hari saja tanpa air.Air memiliki rumus kimia H2O, molekul hidrogen dan oksigen yang bersama-sama membentuk ikatan kovalen, sedangkan ikatan yang terjadi antar molekul-molekul air adalah ikatan hidrogen. Air tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Fungsi yang dimiliki air antara lain sebagai pelarut, medium transport nutrient, medium reaksi enzimatis dan metabolisme sel, dan transport energi kimia. Selain fungsi ada pula sifat koligatif air antara lain titik beku, titik didih, tekanan uap, dan tekanan osmotik.Pada percobaan untuk mengetahui titik didih dan titik beku air, balok es dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml lalu suhu es mencair diukur dengan thermometer. Hal ini bertujuan untuk mengetahui titik beku air. Kemudian Gelas beker dipanaskan dengan menggunakan kompor, tujuannya untuk memanaskan air hingga mendidih, setelah mendidih suhu air diukur dengan thermometer. Hal ini bertujuan untuk mengetahui titik didih air. Menurut Day dan Underwood (1996). air memiliki titik didih 1000C dan titik beku 00C. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah titik didih air berada pada suhu 980C sedangkan titik beku air berada pada suhu 0,40C. Hasil yang didapat sedikit berbeda dengan teori. Hal ini mungkin disebabkan karena air yang digunakan pada percobaan ini banyak bercampur dengan unsur-unsur lain sehingga ikatan hidrogennya tidak banyak. Titik didih dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan ketinggian permukaan suatu tempat. Semakin rendah tekanan dan titik didihnya, dengan demikian titik didih sulit untuk mencapai suhu 1000C begitu pula dengan titik beku sulit untuk mencapai suhu 00C.Pada percobaan untuk mengetahui bentuk air, wadah (gelas beker, erlenmeyer dan labu ukur) diisi dengan air sampai batas wadahnya, hal ini bertujuan agar air dapat terisi ke dalam wadah sehingga dapat diketahui sifat dari bentuk air. Hasil yang diperoleh adalah air yang diisi kedalam labu ukur bentuknya seperti labu ukur; air yang diisi ke dalam Erlenmeyer bentuknya seperti Erlenmeyer; air tang diisi kedalam gelas beker bentuknya seperti gelas beker. Maka hasil yang didapat adalah bentuk air akan selalu megikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Pada percobaan mengukur pH air, Aqua dan air kran masing-masing sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 250 ml yang berbeda, hal ini bertujuan untuk memisahkan antara air Aqua dan air kra.pH kedua air tersebut diukur dengan menggunakan pH meter dan dicatat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pH dari air Aqua dan air kran. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu air Aqua mempunyai pH 7,15, sedangkan air kran mempunyai pH 6,67. Menurut Campbell dkk., (2000), nilai pH larutan berpelarut air yang netral pada suhu 250C adalah 7. Air Aqua yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kualitas yang baik karena memiliki pH hampir tepat menyentuh angka 7. Sedangkan untuk air kran, pH yang terukur adalah 6,67. Air kran memiliki pH yang cenderung asam, karena air merupakan pelarut yang baik sehingga pH air keran yang cenderung asam disebabkan oleh adanya garam terlarut, desinfektan (kaporit) dan senyawa mineral dan kimia lain yang terdapat dalam saluran air. Kombinasi tersebut menyebabkan pH air ledeng turun menjadi sedikit lebih asam.

Percobaan pengukuran kadar air, hasilnya dapat dilihat pada table 3.Tabel 3. Pengukuran kadar airBahanBerat BasahBerat KeringKadar Air

Daun bayam0,4035 gr0,32095 gr20,46%

Batang bayam0,3964 gr0,32765 gr17,34%

PembahasanPercobaan Pengukuran kadar air bertujuan untuk menentukan kadar air pada organ tumbuhan. Sampel yang digunakan adalah daun bayam dan batang bayam (Amaranthus spp.). Metode yang digunakan untuk mengukur kadar air pada percobaan ini adalah metode oven berdasarkan pada gravimetri, yaitu berdasarkan pada selisih berat sebelum pemanasan dan setelah pemanasan.Daun dan batang bayam diiris kecil-kecil terlebih dahulu fungsinya mempercepat penguapan air pada saat dipanaskan di dalam oven, kemudian daun dan batang bayam yang telah diiris dimasukkan ke dalam botol timbang yang berbeda yang beratnya telah diukur/ditimbang. Penimbangan botol timbang bertujuan untuk mengetahui berat botol timbang yang nantinya digunakan dalam perhitungan. Kemudian kedua botol timbang tersebut dimasukkan ke dalam oven selama 45 menit pada suhu 100C, tujuannya agar air yang terkandung didalam batang tan daun bayam teruapkan. Setelah itu kedua botol timbang dimasukkan ke dalam eksikator selama 10 menit, hal ini bertujuan untuk mendinginkan sampel dan mengikat uap air yang tersisa dengan menggunakan gel silika yang terdapat dalam eksikator. lalu ditimbang. Sampel beserta botol timbang kemudian ditimbang kembali lalu kadar air dapat dihitung dengan rumus kadar air. Pada percobaan ini diperoleh hasil sebagai berikut. Kadar air daun bayam adalah 20,46% dengan berat basah 0,4035 gr dan berat kering 0,32095 gr. Sedangkan kadar air batang bayam adalah 17,34% dengan bert basah 0,3964 gr dan berat kering 0,32765 gr. Menurut Bastin (1997), batang yang merupakan jalur transportasi nutrient dan air, memiliki ketebalan lebih tinggi dari pada daun seharusnya memiliki kadar air yang lebih tinggi dari daun. Selain itu di daun juga terjadi fotosintesis yang menggunakan air dan terjadi pula respirasi dan penguapan air di daun, sehingga kandungan air seharusnya lebih sedikit dari pada di batang. Pada batang yang tidak memiliki kambium batang tumbuhan tetap bisa tegak karena ada tekanan turgor yang juga berhubungan dengan kandungan air pada batang. Hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori ini mungkin disebabkan karena pemotongan batang dan daun bayam. Pada saat melakukan pemotongan batang bayam, ada air yang terbuang dari batang tersebut sehingga menurunkan kadar air pada proses penguapan dan penimbangan. Selain itu dapat pula disebabkan karena pemerataan sampel yang kurang dalam botol timbang menyebabkan proses penguapan terhambat, ukuran potongan batang yang lebih besar sehingga air di batang lebih lambat menguap. Permukaan potongan daun lebih luas dari pada batang, menyebabkan air di dalam daun lebih banyak menguap dari pada di batang. Daun baying juga memiliki tekstur yang lebih tipis dibandingkan dengan batang bayam, hal ini juga menyebabkan uap air di daun bayam lebih cepat menguap dari pada di batang.Percobaan pembuatan buffer asam, data hasilnya dapat dilihat pada table 4.Tabel 4. Pembuatan buffer asamLarutanpH AwalpH Akhir

CH3COOH 0,1 M + CH3COONa 0,2 M 3,094,67

PembahasanMenurut Bintang, (2012) larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan perubahan pH sekelilingnya sekecil mungkin walaupun ditambah dengan asam dan basa. Menurut Day dan Underwood (1986), larutan buffer mengandung suatu pasangan asam basa konjugat yang memiliki sifat mempertahankan pH nya, komponen tersebut bereaksi terhadap ion hidrogen atau hidroksida yang dimasukkan dalam larutan. Menurut Girindra (1990), yang dimaksud dengan buffer asam adalah campuran asam lemah dan garamnya, contohnya asam asetat dan natrium asetat. Larutan CH3COOH merupakan senyawa yang bertindak sebagai donor proton dan CH3COONa bertindak sebagai akseptor. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi donor proton dan akseptor proton pada larutan CH3COOH dan CH3COONa (Girindra, 1990)Percobaan larutan buffer asam bertujuan untuk menentukan pH larutan buffer asam. Pada percobaan ini digunakan CH3COOH 0,1 M (asam asetat; asam lemah) dan CH3COONa 0,2 M (natrium asetat; garam). Larutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml kemudian pH nya diukur dengan pH meter, tujuannya unutk mengetahui pH awal larutan. Larutan tersebut kemudian ditambah larutan CH3COONa 0,2 M yang volumenya diukur dengan gelas ukur sebanyak 20 ml. Fungsi penambahan larutan CH3COONa 0,2 M adalah untuk membuat buffer. pH campuran larutan tersebut diukur dengan pH meter dan dicatat , hal ini bertujuan untuk mengetahui pH akhir larutan.CH3COOH hanya merupakan asam lemah, sehingga dibutuhkan CH3COONa sebagai basa konjugat/garamnya supaya dapat menjadi buffer. Menurut Girindra (1990), asam asetat berperan sebagai donor proton dan natrium asetat sebagai garam bereaksi sebagai berikut:CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq)Penambahan ion H+ ke dalam sistem menyebabkan sebagian besar ion H+ akan bereaksi dengan CH3COO- membentuk asam yang sedikit terionisasi yaitu CH3COOH. Asam asetat berdisosiasi lemah sehingga penambahan garam hanya akan meningkatkan sedikit pHnya.Dari hasil percobaan diketahui untuk buffer asam, pH awal asam asetat adalah 3,09 dan setelah penambahan natrium asetat menjadi 4,67. Sedangkan secara perhitungan, pH asam asetat 0,1 M adalah 2,97 dan setelah penambahan natrium asetat menjadi 4,76. Perbedaan pH pengukuran dengan pH perhitungan sebelum penambahan natrium asetat lebih besar dibandingkan dengan Perbedaan pH pengukuran dengan pH perhitungan setelah penambahan natrium asetat. Perbedaan antara pH hasil pengukuran dengan pH hasil perhitungan tersebut mungkin disebabkan oleh ketidakmurnian sampel dan pembilasan pH meter yang kurang baik sebelum mengukur dengan menggunakan pH meter. Tetapi perbedaan antara pH hasil pengukuran dengan pH hasil perhitungan tersebut termasuk tidak terlalu jauh. Perubahan antara pH awal (3,09) pada percobaan yang meningkat menjadi pH akhir (4,67) ini disebabkan karena larutan yang tadinya bersifat asam lemah ketika ditambahkan dengan garamnya yang mengandung ion basa kuat yang ada pada CH3COONa menyebabkan pH akhir menjadi meningkat.Percobaan pembuatan buffer basa, data hasilnya dapat dilihat pada table 5.Tabel 5. Pembuatan buffer basaLarutanpH AwalpH Akhir

NH3 0,1 M + NH4Cl 0,2 M10,009,20

PembahasanMenurut Girindra (1990), yang dimaksud dengan buffer basa adalah Campuran basa lemah dengan garamnya, contohnya amonia dan amonium klorida. Larutan NH3 merupakan senyawa yang bertindak sebagai donor proton dan NH4Cl bertindak sebagai akseptor. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Reaksi donor proton dan akseptor proton pada larutan NH3 dan NH4Cl (Girindra, 1990)Percobaan larutan buffer basa bertujuan untuk menentukan pH larutan buffer basa. Pada percobaan ini digunakan NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,2 M. Larutan NH3 0,1 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml kemudian pH nya diukur dengan pH meter, tujuannya unutk mengetahui pH awal larutan. Larutan tersebut kemudian ditambah larutan NH4Cl 0,2 M yang volumenya diukur dengan gelas ukur sebanyak 20 ml. Fungsi penambahan larutan NH4Cl 0,2 M adalah untuk membuat buffer. pH campuran larutan tersebut diukur dengan pH meter dan dicatat , hal ini bertujuan untuk mengetahui pH akhir larutan.Dari hasil percobaan diketahui untuk buffer basa, pH awal NH3 adalah 10,00 dan setelah penambahan NH4Cl menjadi 9,20. Sedangkan secara perhitungan, pH NH3 0,1 M adalah 11,04 dan setelah penambahan NH4Cl menjadi 9,26. Perbedaan pH pengukuran dengan pH perhitungan sebelum penambahan NH4Cl lebih besar dibandingkan dengan Perbedaan pH pengukuran dengan pH perhitungan setelah penambahan NH4Cl. Perbedaan antara pH hasil pengukuran dengan pH hasil perhitungan tersebut mungkin disebabkan oleh ketidakmurnian sampel dan pembilasan pH meter yang kurang baik sebelum mengukur dengan menggunakan pH meter. Perubahan antara pH awal (10,00) pada percobaan yang menjadi pH akhir (4,67) ini disebabkan karena larutan yang tadinya bersifat basa lemah ketika ditambahkan dengan garamnya yang mengandung ion asam kuat yang ada pada NH4Cl menyebabkan pH akhir menjadi menurun.Percobaan pembuatan buffer fosfat, data hasilnya dapat dilihat pada table 6.Tabel 6. Pembuatan buffer fosfat pH 7LarutanpH AwalVolume NaH2PO4

Na2HPO4 0,01 M + NaH2PO4 0,01 M7,9635 ml

PembahasanMenurut Girindra (1990), buffer fosfar adalah campuran antara garam-garam dari asam polibasis, contohnya dinatrium hidrogen fosfat dan natrium dihidrogen fosfat. Percobaan larutan buffer fosfat pH 7 bertujuan untuk membuat buffer fosfat dengan pH 7. Bahan yang digunakan adalah Na2HPO4 0,01 M (dinatrium hidrogen fosfat) dan NaH2PO4 0,01 M (natrium dihidrogen fosfat). Dinatrium hidrogen fosfat berperan sebagai akseptor proton dan natrium dihidrogen fosfat sebagai donor proton. Larutan Na2HPO4 0,01 M sebanyak 40 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 100 ml lalu pHnya diukur dengan pH meter, hal ini bertujuan untuk mengetahui pH awal larutan. Larutan NaH2PO4 0,01 M ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam gelas beker hingga pH larutan menjadi 7. Penambahan natrium dihidrogen fosfat sedikit demi sedikit untuk menghindari donor proton (H+) yang berlebihan. Kemudian volume NaH2PO4 yang ditambahkan dicatat.Dari hasil percobaan diketahui pH awal dinatrium hidrogen fosfat adalah 7,96, sedangkan pada perhitungan pH dinatrium hidrogen fosfat adalah 9,43. Perbedaan antara pH hasil pengukuran dengan pH hasil perhitungan tersebut mungkin disebabkan oleh ketidakmurnian sampel dan pembilasan pH meter yang kurang baik sebelum mengukur dengan menggunakan pH meter.Pada percobaan, volume natrium dihidrogen fosfat yang ditambah agar pH larutan menjadi 7 adalah 35 ml, sedangkan hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa volume natrium dihidrogen fosfat yang ditambah agar pH larutan menjadi 7 adalah 28,84. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pembilasan pH meter yang kurang baik sebelum mengukur dengan menggunakan pH meter. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah larutan yang tidak homogen karena pengadukan yang tidak merata. Menurut Girindra (1990), selain itu kemungkinan yang terjadi adalah kerusakan pada bahan akibat kontak dengan udara. Reaksi yang terjadi adalah: H2PO4- H+ + HPO42-Percobaan pengujian sifat buffer, data hasilnya dapat dilihat pada table 7.Tabel 7. Pengujian sifat bufferLarutanpH Akhir

Ditambah CH3COOHDitambah NH3

Buffer Asam4,494,73

Buffer Basa9,169,20

Buffer Fosfat6,277,53

Aqua4,868,70

PembahasanPercobaan menguji sifat buffer bertujuan membuat buffer pada berbagai pH dan membuktikan kemampuan buffer dalam menjaga pH. Aqua dan larutan buffer yang telah dibuat (buffer asam, buffer basa, dan buffer fosfat) dibagi menjadi dua, masing-masing larutannya dimasukkan ke dalam 2 gelas beker 100 ml sebanyak 30 ml. Hal ini bertujuan unutk membagi masing-masing larutan kedalam 2 wadah yang berbeda. Gelas beker pertama ditambahkan 12 tetes asam asetat dan gelas beker kedua ditambah 12 tetes NH3 pH masing-masing larutan dalam 2 gelas beker diukur dengan pH meter. Tujuan penambahan 12 tetes asam asetat pada gelas beker pertama untuk melihat kemampuan masing-masing larutan buffer terhadap penambahan sedikit larutan asam lemah. Tujuan penambahan 12 tetes NH3 pada gelas beker kedua untuk melihat kemampuan masing-masing larutan buffer terhadap penambahan sedikit larutan basa lemah.

Menurut Bintang (2012), buffer yang baik akan mempertahankan pH bila terjadi penambahan asam atau basa ke lingkungannya. Pada buffer asam, pH awalnya 4,67 setelah penambahan asam asetat menjadi 4,49 dan setelah penambahan amonia menjadi 4,73. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pH tidak berubah terlalu besar dari sebelumnya. Dapat dikatakan buffer asam pada percobaan cukup membukitkan sifat larutan buffer yang mampu mempertahankan pH.Menurut Bintang (2012), Reaksi yang terjadi ketika penambahan asam lemah ke buffer asam adalah:CH3COO- + H+ CH3COOHReaksi yang terjadi ketika penambahan basa lemah ke buffer asam adalah:CH3COOH + OH- CH3COO- + H20

Pada buffer basa pH awalnya 9,20 setelah penambahan asam asetat menjadi 9,16 dan setelah penambahan ammonia tetap menjadi 9,20. Kedua hal ini menunjukkan bahwa selisih pH tidak berubah terlalu besar dari sebelumnya, bahkan pada penambahan ammonia pH larutan buffer tidak berubah. Dapat dikatakan buffer basa pada percobaan juga cukup membukitkan sifat larutan buffer yang mampu mempertahankan pH.Menurut Bintang (2012), Reaksi yang terjadi ketika penambahan asam lemah ke buffer basa adalah:NH3 + H+ NH4+Reaksi yang terjadi ketika penambahan basa lemah ke buffer basa adalah:NH4+ + OH- NH3 + H2OPada buffer fosfat pH awalnya 7 setelah penambahan asam asetat menjadi 6,27 dan setelah penambahan amonia menjadi 7,53. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pH tidak berubah terlalu besar dari sebelumnya. Dapat dikatakan buffer fosfat pada percobaan juga cukup membukitkan sifat larutan buffer yang mampu mempertahankan pH.Sementara untuk akuades, pH awal 7 lalu setelah penambahan asam asetat menjadi 4,86 dan setelah penambahan amonia menjadi 8,70. Kedua hal ini menunjukkan bahwa selisih pH berubah terlalu besar dari sebelumnya karena aquadest bukanlah buffer yang mampu mempertahankan perubahan pH. Ini semakin membuktikan bahwa buffer memang mampu mempertahankan pH dan nilai pH tidak akan turun ataupun naik terlalu besar. Sedangkan pada aquadest terjadi perubahan pH yang signifikan. Menurut Bintang (2012), reaksi yang terjadi ketika penambahan basa lemah ke akuades adalah:NH3 + H2ONH4+ + OH-Dari data hasil percobaan diketahui bahwa buffer basa yang memiliki kemampuan paling baik dalam menjaga pH, karena ketika di beri asam lemah maupun basa lemah selisih perubahan pH yang ditunjukkan paling kecil.

V. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1. Sifat-sifat air antara lain memiliki titik didih 980C ; titik beku air 0,40C. pH air Aqua adalah pH 7,15, sedangkan pH air kran adalah 6,67. 2. Air memiliki sifat akan selalu megikuti bentuk wadah yang ditempatinya.3. Kadar air yang terkandung di dalam daun bayam sebesar 20,46% dan pada batang 17,34%.4. pH buffer asam sesuai percobaan adalah 4,67 sedangkan sesuai teori 4,76, sedangkan pH buffer basa sesuai percobaan adalah 9,20 sedangkan sesuai teori 9,26.5. pH awal Na2HPO4 sebesar 7,96 dan volume NaH2PO4 yang diperlukan untuk membuat pH menjadi 7 berdasarkan percobaan sebesar 35 ml sedangkan berdasarkan perhitungan volume yang diperlukan sebesar 28,84 ml.6. Pada pengujian sifat buffer, buffer asam, buffer basa, dan buffer fosfat terbukti mampu mempertahankan pH sehingga hanya terjadi sedikit perubahan pH ketika mengalami penambahan asam dan basa, sedangkan akuades tidak mampu mempertahankan pH karena bukan merupakan buffer.

DAFTAR PUSTAKAAchmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Jakarta.Bastin, S. 1997. Water Content of Fruits and Vegetables. www.ca.uky.edu. 24 September 2014.Bintang, M. 2012. Biokimia. Erlangga, Jakarta.Campbell, N. A., Reecee, J.B., Michael, L.G. 2000. Biologi. Erlangga, Jakarta. Day, R. A. dan A. L. Underwood. 1996 Analisis Kimia Kuantitatif . Erlangga, Jakarta.DeAngelis, K. M. 2007. Phosphate Buffer. www.cnr.berkeley.edu. 24 September 2014.Girindra, A. 1990. Biokimia. Erlangga, JakartaKusumah, H. M., dan Andarwulan, A. 1989. Pengolahan Pangan. Jounal of Food Engineering, 78:98-108Lehninger, N. 1993. Principles of biochemistry. 2nd edition. McGraw Hill Publishing, USA.Lehninger, N. 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.Permatasari, T. D.A., Sumarlan, S. H., dan Susilo, B. 2013. Uji Pembuatan Marning Jagung dengan Menggunakan Autoclave. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(1):69-75.Piliang, W. G. dan Soebagio, S. D. 2006. Fisiologi Nutrisi vol 1. IPB Press, Bogor.Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Erlangga, Jakarta.Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.