a. latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/38618/2/bab i.pdf · mempunyai surat izin...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkendara dengan menggunakan mobil maupun dengan sepeda motor di kota-kota besar yang memiliki traffic lalu lintas sangat sibuk tentu saja bukan hal yang mudah dan nyaman. Selain direpotkan oleh kemacetan yang semakin hari semakin jadi, kita juga sering disuguhi dengan sebagian aksi pengendara “kuda besi” yang masih memiliki tingkat kesadaran keselamatan berkendara yang rendah. Efek ini selain semakin menambah angka kecelakaan lalu lintas, juga akan memunculkan efek domino yang semakin hari dianggap sebagai kebiasaan lalu lintas sehari-hari. Bahkan tidak jarang, membuat kita menjadi tidak nyaman dalam berkendara. 1 Problematika paling vital yang ditemui dilapangan dalam berkendara adalah salah satunya pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur pengendara yang tidak diletakan petunjuk oleh petugas Satuan Lalu Lintas ini, yang kemudian mengakibatkan banyak terjadi angka kecelakaan oleh pengguna kendaraan dijalan raya. Dalam hal ini, tengah dilihat dalam kacamata hukum yang kemudian harus dilakukan oleh petugas satuan lalu lintas yang menurut UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pada bagian ketiga yang memuat keterangan terkait dengan pengutamaan alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu lalu lintas, marka jalan dan petugas yang berwenang, dan pada pasal 102-104 tengah dimuat keterangan yang mutakhir bahwa untuk meminimalis angka kecelakaan yang terjadi saat berkendara maka kententuaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan pemberlalukaan hukum/peraturan perundang-undangan. 1 Rinto Raharjo, 2014, Tertib Berlalu Lintas, Shafa Media, Yogyakarta, hlm. 5

Upload: others

Post on 25-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkendara dengan menggunakan mobil maupun dengan sepeda motor

di kota-kota besar yang memiliki traffic lalu lintas sangat sibuk tentu saja

bukan hal yang mudah dan nyaman. Selain direpotkan oleh kemacetan yang

semakin hari semakin jadi, kita juga sering disuguhi dengan sebagian aksi

pengendara “kuda besi” yang masih memiliki tingkat kesadaran keselamatan

berkendara yang rendah. Efek ini selain semakin menambah angka

kecelakaan lalu lintas, juga akan memunculkan efek domino yang semakin

hari dianggap sebagai kebiasaan lalu lintas sehari-hari. Bahkan tidak jarang,

membuat kita menjadi tidak nyaman dalam berkendara.1

Problematika paling vital yang ditemui dilapangan dalam berkendara

adalah salah satunya pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur

pengendara yang tidak diletakan petunjuk oleh petugas Satuan Lalu Lintas

ini, yang kemudian mengakibatkan banyak terjadi angka kecelakaan oleh

pengguna kendaraan dijalan raya. Dalam hal ini, tengah dilihat dalam

kacamata hukum yang kemudian harus dilakukan oleh petugas satuan lalu

lintas yang menurut UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

pada bagian ketiga yang memuat keterangan terkait dengan

pengutamaan alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu lalu lintas, marka jalan

dan petugas yang berwenang, dan pada pasal 102-104 tengah dimuat

keterangan yang mutakhir bahwa untuk meminimalis angka kecelakaan yang

terjadi saat berkendara maka kententuaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai

dengan pemberlalukaan hukum/peraturan perundang-undangan.

1 Rinto Raharjo, 2014, Tertib Berlalu Lintas, Shafa Media, Yogyakarta, hlm. 5

2

Pada kenyataannya masih banyak pengguna jalan yang melakukan

pelanggaran lalu lintas diakibatkan ketidakberaturan isyarat lalu lintas, marka

jalan dan rambu-rambu lalulintas. Sesuai yang terjadi dilapangan banyak

pelanggaran pelanggaran lalu lintas yang dianggap kecil tapi bisa

mengakibatkan gangguan besar pada ketertiban umum, kerugian, dan juga

kematian. Diantaranya pelanggaran lalu lintas tersebut adalah pengguna jalan

menerobos lampu lalu lintas dan para pedagang kaki lima yang menggunakan

ruas jalan untuk berjualan hal tersebut sudah merupakan pelanggaran berlalu

lintas.2

Tingkat kesadaran hukum masyarakat dapat dilihat dari seberapa besar

penyelenggara Satuan Lalu Lintas (Polantas) dapat memberikan pengertian

terkait dengan berkendara yang mematuhi aturan-aturan berupa perintah dan

larangan sebagai pemakai jalan. Kesadaran masyarakat dapat diukur dari

kemampuan dan daya serap individu, serta bagaimana penerapannya di jalan

raya. Manusia sebagai pemakai jalan sangat menentukan terjadinya

pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

Pasal 1 Angka 24 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan menyebutkan bahwa :

“Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga

dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna

jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta

benda

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia

sebagai pemakai jalan (faktor utama), faktor kendaraan, faktor jalan, dan

faktor keadaan atau alam”. Maka dari itu pemerintah, dalam hal ini petugas

hukum terutama pihak kepolisian, khususnya polisi lalu lintas, telah

melakukan berbagai upaya, baik yang bersifat preventif maupun represif,

untuk mencegah atau mengurangi terjadinya pelanggaran lalu lintas yang

menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan.3

2 Ibid. hal. 70 3 Kiki Riski Aprilia, 2014, Peranan Polantas Dalam Penertiban Pelanggaran Lalu Lintas Yang

Berpotensi Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas Di Polresta Padang, Jurnal Penelitian, Fakultas

Hukum Universitas Tamansiswa Padang, hlm 4

3

Upaya yang dilakukan oleh kepolisian terhadap penanggulangan angka

kecelakaan masyarakat saat berkendara, baik itu kenderaan beroda dua

maupun kendaraan beroda empat, kepolisian lalu lintas dan pihak pemerintah

bersinergi untuk melakukan controling secara masif dalam upaya mengatur

dan menata secara baik, agar masyarakat mengerti rambu-rambu lalu lintas di

saat berkendara.

Eksistensi kepolisian di Indonesia walaupun merupakan institusi

peninggalan penjajah, namun secara teoritis kelahirannya bermula dari

kebutuhan keinginan masyarakat untuk menciptakan situasi dan kondisi

aman, tertib, tenteram dan damai dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian

berkembang sejalan dengan perkembangan dan perubahan kondisi negara

dimana kepolisian menjadi kebutuhan negara sebagai alat untuk menghadapi

masyarakat. Disinilah kemudian terjadi pergeseran fungsi kepolisian yang

semula lahir dari keinginan masyarakat kemudian menjadi keinginan Negara,

sehingga terkonsep bahwa kepolisian berada pada pihak negara.4

Kehadiran lembaga kepolisian sangat signifikan untuk menjadi bagian

terpenting bagi masyrakat demikian dengan adanya polisi lalu lintas untuk

mengatur dan menata aturan-aturan lalu lintas agar masyarakat tertib akan

berkendara sehingga pengguna jalan tidak semraut dalam melakukan aktivitas

dijalan raya dan tidak mengakibatkan kecalakan berlalu lintas. Untuk itu

polisi lalu lintas setiap saat mengatur arus lalu lintas dengan mengarahkan

rambu-rambu dan marka jalan dengan baik dan memberikan sosialisasi

kepada masyarakat agar adanya kesadaran dalam berlalu lintas.

Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah

(politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi politik.

Di samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling

(misalnya, pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor

4 Pudi Rahardi, 2014, Hukum Kepolisian : Kemandirian Profesionalisme dan Reformasi POLRI,

Laksbang Grafika, Surabaya, hlm. 19

4

tertentu untuk melengkapi dengan segitiga pengaman) dan fungsi

bestuur khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging (misalnya,

mengeluarkan Surat Izin Mengemudi), Khususnya dalam melaksanakan

patroli.5

Melihat peran polisi lalu lintas dewasa ini tengah memberikan

pengaruh besar terhadap- kesadaran dalam berlalu lintas akan tetapi hal-hal

yang penting dalam berkendara tidak terlalu diperhatikan, misalnya: Surat

Izin Mengemudi dan STNK, ini menjadi bagian yang paling vital untuk

diperhatikan. Banyak yang kedapatan sebagian besar masyarakat yang tidak

mempunyai surat izin mengemudi (SIM) baik itu anak-anak kecil maupun

orang-orang dewasa, melihat persolan ini maka pihak polisi lalu lintas secara

tegas untuk menindak para pengendara yang tidak mempunyai surat izin

mengemudi dan tidak dibiarkan berkendara secara bebas di jalan raya.

Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan

sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah rutinitas masyarakat

disatu tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal- hal yang diluar

kebiasaan daerah tersebut maka akan diketahui, dan mudah menanggulangi

pelanggaran maupun kejahatan di wilayah tersebut. Dengan demikian

masyarakat dapat merasa lebih aman dan adanya perlindungan hukum

bagi dirinya. Disamping itu, masyarakat juga harus menyadari dan mengakui

bahwa peran aktif masyarakat dapat turut serta menciptakan keamanan dan

ketentraman di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

5 Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah – Masalah Sosial,

Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58

5

Sosialisasi Satlantas Polres Pamekasan, dalam rangka acara Masa

Pengenalan Lingkungan Sekolah( MPLS) tingkat SMP dan SMA

Maarif Desa Terrak Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan

Madura Jawa Timur, Senin (19 Juli 2016).

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Beritalima.com,

dilaksanakannya acara tersebut sekitar Pukul 08.00 Wib. Unit Dikyasa

Lantas, dipimpin Kanit, Ipda Sri sugiarto, bersama anggota Aiptu

Nanang HP. S.H., Brigpol Arif Yunianto dan Briptu Wahyu Septy

EM, SPsi.

Pada waktu sosialisasinya Kanit Dikyasa Ipda Sri Sugiarto,

mengatakan bahwa betapa pentingnya Sosialisasi UU No 22 Tahun

2009 tentang UU lalu lintas Angkutan Jalan, serta penekanan terhadap

Siswa / Siswi baru, yang masih di bawah Umur tidak boleh naik

sepeda motor.

“Sesuai dengan tugas kami wajib menyampaikan kepada Siswa/

Siswi Baru yang masih di bawah umur untuk tidak bersepeda Motor

disaat hendak ke sekolahnya,”kata Sri Sugiarto pada waktu

Sosialisasinya.

“Dan Himbauan untuk tertib lalu lintas kami mewanti- wanti

kepada Siswa/ Siswi Baru yang belum cukup Umur agar diantar oleh

orang tua walinya,” imbunya.

“Pesan – pesan tertib berlalu lintas dan penyampaian Program

Tahun Keselamatan 2017 – 2018 dengan, stop pelanggaran, stop

Kecelakaan, keselamatan untuk kemanusiaan,” tutupnya.6

Kecelakaan yang terjadi selama ini dikarenakan human error yang

menjadi penyebab utamanya, seperti di tahun 2016 di Kabupaten Pamekasan

telah terjadi 236 kecelakaan yang menyebabkan 88 orang meninggal,

sedangkan dalam enam bulan di tahun 2017 sudah terjadi 123 kecelakaan

dengan 26 orang meninggal."7

Angka kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa

Timur sangat besar, dengan angka tersebut bisa dilihat bahwa kurangnya

controling secara masif dari pihak polisi lalu lintas dalam mengatur marka

6 Beritalima, satlantas polres pamekasan sosialisasi (MPLS) tingjat SMP & Maarif ,

HTTPS://WWW.BERITALIMA.COM, TANGGAL AKSES 10 AGUSTUS 2017. 7 Hairul Arifin, Pamekasan, polres pamekasan launcing tahun keselamatan unruk kemanusiaan,

https://www.suarajatimpost.com, tanggal akses 12 Agustus 2017.

6

jalan dan rambu-rambu lalu lintas sehingga menuai angka kecelakaan yang

sering terjadi saat berkendara.

Jumlah kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) pada tahun 2015 di

Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur tercatat sebanyak 210 kejadian.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang

berjumlah 179 kejadian. Kanit Laka Sat Lantas Polres Pamekasan, Ipda

Tamsil menjelaskan, jumlah kecelakaan di jalan raya tahun 2015 mengalami

kenaikan sebanyak 31 kasus atau sekitar 17 persen dari tahun 2014.

“Kerugian material tahun 2014 sebesar Rp 550.100.000.- dan tahun 2015

justru menurun yang hanya Rp. 316.350.000. Faktor penyebab laka lantas

yang terjadi selama ini khususnya di Kabupaten Pamekasan dikarenakan

masyarakat yang kurang belaku tertib saat berlalu lintas, dan sering

melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas ,” ungkapnya, pada hari Jum’at

Tanggal 1 Januari 2016.8

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik mengkaji lebih

dalam dan menyusun dalam bentuk skripsi dengan judul “PERANAN

POLANTAS DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU

LINTAS” (Studi pada Polres Pamekasan, Madura, Jawa Timur).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Upaya apa yang dapat dilakukan Polantas Polres Pamekasan untuk

menanggulangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Pamekasan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Polantas Polres

Pamekasan untuk menanggulangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten

Pamekasan?

8Portalmadura, kecelakaan lalu lintas di pamekasan naik tajam,

HTTPS:PORTALMADURA.COM, TANGGAL AKSES 12 AGUSTUS 2017.

7

3. Upaya apa saja yang di lakukan Polantas Polres Pamekasan dalam

mengatasi penghambat pada pelanggaran lalu lintas di Kabupaten

Pamekasan?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji upaya apa yang dapat dilakukan

polisi dalam menanggulangi angka pelanggaran lalu lintas khususnya

di Kabupaten Pamekasan.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang menjadi

penghambat Polantas Polres Pamekasan dalam menanggulangi

pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Pamekasan.

3. Untuk mengetahui Upaya apa saja yang di lakukan Polantas Polres

Pamekasan dalam mengatasi penghambat pada pelanggaran lalu lintas

di Kabupaten Pamekasan.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, penulis mengharapkan tugas akhir ini

memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dan

sumbangsih pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan

dalam rangka pengembangan ilmu dibidang hukum pada

umumnya serta dalam bidang hukum pidana pada khususnya.

8

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi

penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Untuk memberikan jawaban atas kekeliruan atau ketidaktahuan

masyarakat tentang peranan patroli polisi dalam penanggulang

pelanggaran lalu lintas.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pijakan baru di bidang

ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan

tentang study kasus diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat

akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 dibidang ilmu

hukum.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat untuk

menambah wawasan sehingga masyarakat mampu memahami tentang

peranan patroli polisi dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas.

3. Bagi kepolisian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pimikiran bagi penegak hukum dalam mencegah dan menanggulangi

pelanggaran lalu lintas.

9

4. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi

para mahasiswa mengenai obyek study yang diangkat, sehingga

mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan hukum dapat berperan aktif

dalam penegakan hukum di tengah masyarakat.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis

sosiologis, dengan melihat peraturan-peraturan yang berlaku saat ini

dengan menghubungkan permasalahan yang terjadi di masyarakat serta

literatur-literatur hukum dan kajian Undang-undang yang berhubungan

dengan permasalahan yang akan diteliti dan memberikan pengertian

secara detail terkait dengan permasalahan tersebut diatas.

2. Lokasi Penelitan

Dalam penelitian ini penulis memilih di Kabupaten Pamekasan.,

yaitu tempatnya di kantor Polres Pamekasan yang terletak di Jl.

Stadion No. 81 Kec. Pamekasan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur

69313. Penulis memilih lokasi tersebut karena dengan pertimbangan

penulis melihat banyak terjadi angka kecelakaan lalu lintas di

Kabupaten Pamekasan yang diakibatkan ketidakberaturan isyarat-

isyarat lalu lintas dan marka jalan yang tidak ditata sedemikian rupa

untuk meminimalisir angka kecelakaan pengendara lalu lintas. Dengan

alasan penulis meneliti permasalahan ini dalam upaya untuk

10

memberikan masukan terhadap kepada pihak polisi lalu lintas agar ini

menjadi bahan evaluasi bagi Laka Lantas di polres Pamekasan dalam

meningkatkan stabilisasi keamanan, baik itu secara administratif

maupun hal lain yang berkaitan dengan lalu lintas.

3. Jenis Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Data Primer: data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

asli atau pertama, data primer ini bisa diperoleh dengan melakukan

observasi ke Polres Pamekasan dengan melakukan wawancara

tentang Upaya apa yang dapat dilakukan Polantas Polres

Pamekasan untuk mengurangi angka pelanggaran lalu lintas di

Kabupaten Pamekasan secara langsung kepada polisi yang

mempunyai wewenang di bagian lalu lintas.

b. Data Sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen

tertulis, file, rekaman informasi, pendapat dan lain-lain yang di

dapat dari sumber kedua (sekunder- buku, jurnal, hasil penelitian

terdahulu, dan lain-lain)9. Data ini menjadi penting untuk mengisi

sumber-sumber skripsi sebagai bahan kajian dalam permasalan

terkait dengan penilitian ini.

9 Sidik Sunaryo, 2012, Pedoman Penulisan Hukum, Malang, Fakultas Hukum Universitas Mahammadiyah Malang, hal 16

11

4. Tenik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Penulis memperoleh dan mengumpulkan data melalui proses tanya

jawab atau diskusi dengan AKP Yudiyono. Selaku Kepala Satuan

Lalu Lintas Polres Pamekasan mengenai pelanggaran lalu lintas

yang semakin bertambahnya pelanggaran di Kabupaten Pamekasan.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang digunakan oleh penulis, yaitu penelitian

yang dilakukan dengan cara pencarian atau memiliki bahan hukum

yang berhubungan dengan penelitian pelanggaran lalu lintas seperti

buku-buku tentang tertib lalu lintas dan lain-lain. Ataupun jurnal-

jurnal mengenai pelanggaran lalu lintas.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh penulis yaitu penulis

mendapatkan data dokumentasi dari hasil foto-foto, rekaman waktu

terjun langsung ke lapangang. Serta menguatkan hasil karya ilmiah

(Skripsi) bukti penulis terjun langsung lapangan

d. Studi Internet

Studi internet yaitu penulis melakukan penelitian dengan cara

pencarian bahan-bahan yang terdapat diberbagai website resmi

yang berkaitan dengan permasalahan didalam penelitian ini.

12

5. Teknik Analisa Data

Penulis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif

kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan,

dan menggambarkan sesuai permasalahan penelitian hukum.

Penelitian-penelitian kualitatif yaitu penelitian-penelitian tersebut

harus mampu menjelaskan secara cukup rinci tentang metode-metode

dan prosedur-prosedur untuk memungkinkan peniruan penelitian.

Sedangkan penelitian kualitatif deskriptif . data deskriptif adalah

data yang di kumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau

gambar dalam bentuk angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi

kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan

bukti presentasi.

Dalam penelitian ini menggunakan analisa kualitatif, menguraikan

data yang di peroleh secara rinci kedalam bentuk kalimat-kalimat

(deskriptif) sesuai dengan permasalahan penelitian hukum. Dari

penjabaran mengenai pengertian mengenai metodelogi penulisan

penulisan yang di lakukan dalam penelitian ini menjadikan peneliti

mengaplikasikan metode-metode yang ada dalam teori dengan hasil

penelitian serta mengambil data dari hasil penelitian serta mengambil

data dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis.

13

G. Sistematika Penulisan

Dalam sitematika penulisan hukum ini, penulis akan menyajikan

empat bab yang terdiri dari sub bab yang bertujuan untuk mempermudah

penulis dalam penulisannya. Sistematika penulisan ini juga akan

menyesuaikan dengan buku pedoman penulisan penelitian hukum yang

terdiri dari :

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan kerangka awal penulisan. Dalam bab pertama ini

akan menjelaskan tentang latar belakang masalah dan alasan pemilihan

judul, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan kerangka dasar penulisan dalam menganalisa

pembahasan pada bab berikutnya. Bab ini berpangkal pada kerangka

pemikiran atau teori-teori yang ada, pendapat para ahli dalam berbagai

sumber yang mendukung berisikan hal-hal yang berhubungan dengan

hukum tentang peranan polantas dalam menanggulangi pelanggaran

lalu lintas.

3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan pokok atas permasalahan yang ada

dalam penulisan penelitian hukum ini. Menguraikan tentang hasil

penelitian pembahasan dan wawancara mengenai peranan polantas

dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas.

14

4. BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian hukum yang

berisikan saran penulisan dalam menanggapi permasalahan yang telah

diangkat penulis yaitu peranan polantas dalam menanggulangi

pelanggaran lalu lintas.