bab ii tinjauan pustaka a. surat izin mengemudi 1
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Surat Izin Mengemudi
1. Pengertian Surat Izin
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia12
surat izin merupakan
surat yang berisi keterangan bahwa bagi pemegang surat itu diberi izin
melakukan sesuatu. Izin merupakan kebijakan pembuat peraturan tidak
umum melarang suatu perbuatan, tapi masih juga memperkenankan, asal
saja dilakukan sesuai dengan ketentuan, jadi keputusan administrasi
Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat izin. Perizinan
adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan
tertentu, baik dalam bentuk izin maupun dalam bentuk lainnya.
Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para
warga. Selain itu izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau
pelepasan atau pembebasan dari suatu larangan. Selain itu menurut
pendapat Hadjon13
izin adalah beranjak dari ketentuan yang pada
dasarnya tidak melarang akan suatu perbuatan tetapi untuk dapat
melakukannya diperlukan prosedur tertentu yang harus dilalui. Izin
merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukan perbuatan yang
pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.
12 https://www.kamusbesar.com/surat-izin, diakses pada 21 Maret 2018 13 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 2004, halaman 3
19
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka penulis
berkesimpulan bahwa izin merupakan suatu keputusan yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan kemudian digunakan untuk mempengaruhi serta
mengendalikan kehidupan di masyarakat agar tidak menyimpang dari
ketentuan hukum yang berlaku dan juga membatasi aktivitas masyarakat
agar tidak merugikan orang lain.
2. Izin dibedakan atas berbagai figur hukum
Setelah memahami izin digunakan untuk mengendalikan
kehidupan di masyarakat agar tidak menyimpang dari ketentuan hukum
yang berlaku, juga membatasi aktivitas masyarakat agar tidak merugikan
orang lain, maka berikut ini adalah izin dapat dibedakan atas berbagai
figur hukum yaitu :
1) Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu
peraturan. Izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat
Undang-Undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu ataupun untuk
menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya adalah
mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat Undang-Undang
tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan
dapat melakukan pengawasan.14
2) Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang membebaskan
suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan menolak perbuatan tersebut.
Sehingga suatu peraturan undang-undang menjadi tidak berlaku bagi
14 Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta: Grasindo, 2009, halaman
11
20
yang istimewa. Dengan kata lain dispensasi ialah pengecualian atas
larangan sebagai aturan umum, yang berhubungan erat dengan
keadaan-keadaan khusus peristiwa.
3) Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang
besar dimana kepentingan umum terlibat erat sehingga sebenarnya
pekerjaan itu menjadi tugas pemerintah, tapi pemerintah diberikan
hak penyelenggaraan kepada pemegang izin yang bukan pejabat
pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktual atau kombinasi
antara lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan
kewajiban serta syarat-syarat tertentu. Dengan kata lain konsesi
adalah izin yang berkaitan dengan usaha yang diperuntukkan untuk
kepentingan umum.
Berdasarkan beberapa jenis izin yang dibedakannya dalam figur
hukum, maka penulis menggolongkannya Surat Izin Mengemudi (SIM)
ke dalam jenis izin dalam arti sempit. Karena dengan diterbitkannya
Surat Izin Mengemudi, maka pihak Kepolisian menilai bahwa orang
tersebut mempunyai kompetensi mengemudi dan dinilai dapat mematuhi
segala peraturan yang berlaku. Serta pihak Kepolisian ini dapat
melakukan pengawasan melalui data diri seseorang yang tercantum
dalam Surat Izin Mengemudi tersebut.
3. Pengertian Surat Izin Mengemudi
Surat Izin Mengemudi ialah bukti kompetensi bagi seseorang
yang telah lulus ujian pengetahuan, kemampuan dan ketrampilannya
21
mengemudi di jalan sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan
Undang-Undang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.15
Regulasi pembuatan Surat Izin Mengemudi di Indonesia didasari
oleh beberapa landasan peraturan hukum antara lain : Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan ; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2010
tanggal 25 Mei 2010 tentang Tarif atas jenis penerimaan Negara yang
Bukan Pajak yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia
serta Peraturan Kapolri Nomor 09 Tahun 2012 tentang Surat Ijin
Mengemudi. Surat Izin Mengemudi yakni merupakan bukti registrasi
dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah
memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan juga rohani, serta
memahami akan peraturan lalu-lintas dan terampil mengemudikan
kendaraan bermotor. Lebih lanjut, maknanya Surat Izin Mengemudi
menurut situs resmi Polri ialah merupakan sarana upaya paksa yang
digunakan oleh para penegak hukum dalam menegakkan peraturan
terkait lalu lintas.
Pengertian perihal dari Surat Izin Mengemudi tidak banyak
dijelaskan secara tepat pada berbagai sumber. Maka penulis berpendapat
bahwa surat izin mengemudi merupakan sebuah dokumen yang
15 Subdit Dikmas Ditlantas Polri, Surat Izin Mengemudi, 2016, halaman 9
22
dikeluarkan oleh Pemerintah yang telah didelegasikannya kepada
Kepolisian Republik Indonesia. Surat Izin Mengemudi tidak hanya
sebagai bukti kompetensi bagi seseorang yang telah lulus uji
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilannya mengemudi di jalan
sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang Lalu
lintas dan Angkutan Jalan, tetapi juga diharapkan dengan ada
kepemilikan Surat Izin Mengemudi bisa mematuhi segala bentuk rambu
lalu lintas, lebih bertanggung jawab dalam berkendara dan dapat
menjaga perilaku atau etika di jalan raya.
4. Fungsi Surat Izin Mengemudi
Setiap pengendara kendaraan bermotor wajib untuk memiliki
Surat Izin Mengemudi. Hal itu sudah diatur di dalam undang-undang
yang berlaku. Surat surat yang harus dibawa pengendara salah satunya
ialah surat izin mengemudi. Untuk dapat mengemudi kendaraan
bermotor di jalan, maka pengendara harus membawa Surat Izin
Mengemudi. Pemegang Surat Izin Mengemudi juga telah memenuhi
syarat tertentu seperti persyaratan usia, administratif, kesehatan dan lulus
ujian teori maupun praktik. Bukan hanya untuk menghindari tilang,
Surat Izin Mengemudi juga punya fungsi utama. Menurut Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Pasal 86, terdapat tiga fungsi dari Surat Izin Mengemudi. Fungsi dari
Surat Izin Mengemudi tersebut dapat dijelaskan berikut :
23
1) Sebagai bukti kompetensi mengemudi
Kompetensi mengemudi adalah kemampuan seseorang
pengemudi di bidang pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dengan benar
sesuai pernyataan ditentukan berdasarkan undang-undang lalu lintas
dan angkutan jalan.
2) Sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat
keterangan identitas lengkap pengemudi
Berguna sebagai tanda pengenal yang berisi mengenai
identitas dari pengemudi serta berkaitan dengan kewenangan
Kepolisian dearah tertentu yang telah mengeluarkan Surat Izin
Mengemudi.
3) Untuk mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan dan
identifikasi forensik Kepolisian
Penyelidikan ialah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tidak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang.16
Penyelidikan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi penyidikan.
Penyidikan adalah merupakan serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
16 Yahya H, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP, Sinar Grafika Jakarta, 2006, hal
101
24
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangka tersebut.
Identifikasi Forensik Kepolisian merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan Kepolisian dalam menentukan identitas
mayat seseorang yang berguna sebagai dasar untuk melakukan
penyidikan, penyelidikan dan untuk mengungkap sebuah peristiwa.
5. Prosedur Pembuatan dan Jenis Surat Izin Mengemudi
Prosedur pembuatan surat izin mengemudi yang diterapkan
pemerintah Indonesia bisa dibilang relatif murah. Proses pembuatan
surat izin mengemudi pun tidak memakan waktu yang lama karena
hanya membutuhkan waktu satu hari proses pembuatan.
Dalam situs resmi Divhumas Polri disebutkan bahwa terdapat
beberapa prosedur yang perlu untuk dijalani oleh calon pemohon surat
izin mengemudi yaitu sebagai berikut :
1) Calon pemohon setidaknya berumur 17-21 tahun tergantung jenis
surat izin mengemudi yang akan diajukan
2) Membayar biaya administrasi untuk keperluan ujian serta mengisi
formulir permohonan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan
pas foto
3) Mengikuti ujian teori yang akan diadakan, apabila lulus ujian maka
akan melanjutkan ke tahapan berikutnya
4) Menjalani ujian praktek sesuai dengan jenis surat izin mengemudi
yang dikehendaki
25
5) Pemohon yang lulus dalam ujian teori dan praktek akan dipanggil
untuk pencetakan surat izin mengemudi
Adapun penjelasan tentang proses pembuatan Surat Izin
Mengemudi akan dijelaskan pada paragraf berikut ini.
Terdapat beberapa jenis Surat Izin Mengemudi yang dapat
digunakan di Indonesia dimana jenis Surat Izin Mengemudi tersebut
ditentukan oleh jenis kendaraan yang akan dikendarai oleh pemohon.
Jenis Surat Izin Mengemudi menentukan batasan usia minimal pemohon
boleh mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin
Mengemudi. Berdasar Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Surat Ijin Mengemudi tingkatan surat ijin mengemudi kendaraan
bermotor di Indonesia adalah :17
1) SIM A berlaku untuk mengemudikan kendaraan bermotor dengan
jumlah berat yang diperbolehkan paling tinggi tiga ribu lima ratus
kilogram berupa mobil penumpang perseorangan; dan mobil barang
perseorangan. Batasan usia minimal bagi seseorang untuk
mengajukan permohonan SIM A adalah setidaknya berusia 17 tahun;
2) SIM B I berlaku untuk mengemudikan kendaraan bermotor dengan
jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari tiga ribu lima ratus
kilogram berupa mobil bus perseorangan; mobil barang perseorangan.
Batasan usia minimal bagi seseorang untuk mengajukan permohonan
SIM B I adalah setidaknya berusia 20 tahun;
17 Peraturan Kepolri Nomor 09 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi, Pasal 7, 2012 halaman
5
26
3) SIM B II berlaku mengemudikan kendaraan bermotor berupa
kendaraan alat berat, kendaraan penarik; dan kendaraan dengan
menarik kereta tempel atau gandeng perseorangan dengan berat yang
diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari seribu
kilogram. Batasan usia minimal bagi seseorang untuk mengajukan
permohonan SIM B II adalah setidaknya berusia 20 tahun;
4) SIM C mempunyai beberapa kelas tergantung pada kapasitas silinder
dari motor yang dikendarai diantaranya SIM C untuk pengemudi
motor dengan kapasitas silinder paling tinggi dua ratus lima puluh
kapasitas silinder, SIM C untuk pengemudi motor dengan kapasitas
silinder antara dua ratus lima puluh sampai dengan tujuh ratus lima
puluh kapasitas silinder, SIM C untuk pengemudi motor diatas tujuh
lima puluh kapasitas silinder. Batasan usia minimal bagi seseorang
mengajukan permohonan SIM C di semua kelas kapasitas silinder
adalah 17 tahun; SIM D berlaku mengemudi kendaraan bermotor
khusus penyandang cacat. Batasan usia minimal bagi seseorang untuk
mengajukan permohonan SIM D adalah setidaknya berusia 17 tahun.
B. Kecelakaan Lalu lintas pada Remaja
1. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau
27
kerugian pada harta benda18
. Menurut pendapatnya Fatmah Afrianty19
kecelakaan lalu lintas adalah peristiwa terjadinya benturan moda
transportasi secara mendadak dan tidak terkendali. Moda transportasi
berupa kendaraan bermotor atau tidak bermotor.
Menurut pandangan Meita Dhamayanti20
kecelakaan lalu lintas
adalah kejadian yang timbul karena tidak disengaja, berkonotasi suatu
peristiwa yang tidak mempunyai pola tertentu dan tidak mampu
diprediksi serta berkesan sebagai suatu hal yang fatal. Kecelakaan tidak
terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar
tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan
upaya preventif lebih lanjut kecelakaan berulang dapat dicegah.
Kecelakaan merupakan tindakan yang tidak direncanakan dan tidak
terkendali, ketika aksi dan reaksi dari objek, bahan atau radiasi yang
menyebabkan cedera
atau kemungkinan cedera.
Menurut Chan21
kecelakaan dapat diartikannya sebagai setiap
kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan
oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi
dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat
18 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 1 Ayat 24, halaman 4 19 www.kompasiana.com, yantigobel/epidemiologi-kecelakaan, diakses pada 21 Maret 2018 20 Meita Dhamayanti, Overview Adolescent health problems and services,
www.idai.or.id/Remaja/artikel. Asp ? q=200994155; diakses pada 20 Maret 2018 21 Chan, Kecelakaan Lalu Lintas Tempati Urutan Tiga Penyebab Kematian,
http://www.dephub.go.id. Diakses tanggal 21 Maret 2018.
28
menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakan
property atau kejadian yang tidak diinginkan lainnya. Suatu peristiwa
dijalan yang tidak disengaja dan juga tidak di sangka-sangka yang
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Menurut
pendapat Warpani22
mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan
kejadian sulit untuk diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan
tidak hanya trauma cedera atau kecacatan tetapi juga kematian. Kasus
kecelakaan tersebut sulit di minimalisasi dan cenderung meningkat
seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari
kendaraan.
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas
jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan
dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lainnya yang menyebabkan cedera, trauma,
kecacatan, kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya.
2. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229 ayat 1 disebutkan bahwa,
karakteristik dalam kecelakaan lalu lintas dapat dibagi atau digolongkan
ke dalam 3 (tiga)
22 Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penerbit ITB, 2008, Bandung halaman
36
29
golongan, yaitu:
1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan, adalah kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang, adalah kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat, merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Departemen
perhubungan Republik Indonesia yang dikutip oleh Kartika23
dapat
dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu:
1) Angle (Ra), yaitu tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah
yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan.
2) Rear-End (Re), adalah kendaraan menabrak dari belakang kendaraan
lain yang bergerak searah.
3) Sideswape (Ss), adalah kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan
lain dari samping ketika berjalan pada arah sama, atau pada arah
berlawanan.
4) Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang
berlawanan (tidak sideswape).
5) Backing, adalah tabrakan secara mundur.
Selain diatas, referensi lain perihal dampak dari kecelakaan lalu
lintas yang diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun
23 Kartika M, Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor, 2008
Skripsi. Universitas Indonesia, Jakarta, halaman 14
30
1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampaknya
kecelakaan lalu lintas dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban
menjadi tiga, yaitu 24
:
1) Meninggal dunia ialah korban kecelakaan yang dipastikan telah
meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2) Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya
menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu
kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota
badannya hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak
dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.
3) Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka yang
tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit
dari 30 hari
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu
Lintas
Berkendara dengan aman sangatlah penting bagi semua pengguna
jalan, terutama bagi pengendara sepeda motor karena memiliki
kerentanan yang lebih besar daripada pengendara kendaraan lainnya.
Karena berkendara sepeda motor adalah pekerjaan kompleks yang
memerlukan pengetahuan dan teknik tertentu, selain itu pengendara
24 Peraturan Pemerintah no. 43 tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, Pasal 93 hal.
34
31
sepeda motor terpapar secara langsung dengan lingkungannya.
Mengendarai sepeda motor membutuhkan keterampilan yang
memerlukan latihan selama bertahun-tahun dan praktek dengan
menggunakan teknik berkendara yang tepat.
Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi tidak hanya faktor
manusia dan bahkan ada pendapat bahwa kecelakaan lalu lintas karena
faktor beruntung dan sial. Karena segala peristiwa dapatnya dijelaskan
secara teoritis dan sesuai alam pikiran manusia. Bagi pengendara sepeda
motor, pengendara pemula ini mempunyai peluang tiga kali lebih besar
dalam terlibat kecelakaan daripada pengendara yang telah mahir.
Selain dari faktor manusia yang berada dibalik kemudi pada
kendaraan bermotor, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kecelakaan lalu lintas sesuai penjelasan para ahli adalah sebagai berikut :
Menurut pendapatnya Warpani25
, penyebab dari kecelakaan lalu
lintas dapat dikelompokkan dalam empat unsur, yakni: manusia,
kendaraan, jalan, dan lingkungan.
Sedangkan dasar teori kecelakaan lalu lintas dalam Wikipedia26
adalah membagi penyebab kecelakaan lalu lintas ke dalam tiga faktor,
yaitu: manusia, kendaraan, dan lingkungan. Dimana faktor-faktor
tersebut berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu. Penerapan
model kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga fase waktu, yaitu
sebelum kecelakaan, saat kecelakaan dan setelah kecelakaan. Konsep
25 Warpani, idem, halaman 43 26 https://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan_lalu-lintas, diakses 21 Maret 2018
32
inilah yang digunakan untuk menilai cidera. Variabel dari kolom terdiri
dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan
variabel baris terdiri tahapan-tahapan waktu terjadinya kecelakaan yang
berfungsi untuk menentukan model pencegahan kecelakaan pada setiap
tahapan kejadian.
1) Faktor Manusia
Kecelakaan lalu lintas pada dasarnya dapat dihindari oleh
siapapun, terlepas dari nasib sial. Namun disini faktor manusia sangat
mempengaruhi keselamatan berkendara karena manusia yang berada di
belakang kemudi.
Manusia sebagai pengendara merupakan orang yang
melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan dan
mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia merupakan
faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya dari kecelakaan
lalulintas. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, yang
memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat
yang sama pengemudi ini harus berhadapan dengan peralatan dan
menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya.
Minimnya pengetahuan dan pengalaman berkendara atau
sumber daya manusia seseorang dapat mempengaruhi cara-cara
berkendara misalnya banyak penyebab pada kecelakaan adalah berupa
kelalaian seseorang dalam berkendara, sebelum terjadinya suatu
kecelakaan cenderung diawali dengan sebuah pelanggaran lalu lintas
33
baik dari diri sendiri maupun dari pihak lain. Berperilaku tidak tertib
dan tidak memberikan kesempatan kepada pengguna jalan yang lain
atau sering disebut dengan egoisme.
Perlu untuk dipahami bahwa menganggap tiap orang memiliki
reflek berkendara dengan baik, merupakan kesalahan besar yang sering
dilakukan oleh pengendara dan yang terpenting adalah tanamkan
kewaspadaan selama berkendara karena dengan meningkatkannya
suatu kewaspadaan maka dapat menimbulkan daya prediksi yang lebih
tajam guna menhindari terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Selain itu usia, dan jenis kelamin, tingkat emosi dan kesehatan
dapat berpengaruh terhadap reaksi berkendara seseorang.
Banyak pengendara merasa yakin akan kemampuannya
berkendara, sehingga merasa tidak mungkin terjadi kesalahan, padahal
pemikiran seperti itu dapat menciptakan kecerobohan dan kurang hati-
hati dalam berkendara. Semahir apapun dalam berkendara tetap perlu
waspada dan bersiap seolah-olah akan terjadi kondisi yang terburuk,
karena kelalaian orang lain. Tetapi jika pengendara lebih waspada,
maka akan memperkecil kemungkinannya terlibat dalam kecelakaan
orang lain.
Manusia sebagai pengendara memiliki faktor yang
mempengaruhi di dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor
fisiologis. Keduanya adalah faktor dominan yang mempengaruhi
manusia dalam berkendara di jalan raya. Faktor psikologis dapat
34
berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan
faktor fisiologis ialah yang mencakup penglihatan, pendengaran,
sentuhan, penciuman, kelelahan, dan sistem syaraf. Perilaku manusia
dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan, kendaraan, dan
manusia itu sendiri. Lalu kombinasi faktor fisiologis dan faktor
psikologis akan menimbulkan reaksi dan aksi, yaitu timbulnya respon
berkendara dari pengendara terhadap ransangan dari lingkungan
berkendara. Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap
terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas, yaitu :
a. Umur, adalah salah satu karakteristik penting yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia
tua atau diatas usia 30 tahun biasanya lebih memiliki tingkat
kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara daripada orang yang
berusia muda, alasannya karena orang yang berusia tua lebih banyak
memiliki pengalaman dalam berkendara dan lebih bijak dalam
berkendara dibanding dengan yang berusia muda terkadang
menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara. Selain itu
orang yang berusia muda lebih sering terlibat dalam suatu
kecelakaan lalu lintas baik sebagai pejalan kaki maupun pengemudi
dibandingkan dengan orang yang berusia lanjut atau lebih tua.27
b. Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami
kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi dibanding
27 Kartika M, idem, halaman 15
35
jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis
kelamin laki-laki ini lebih tinggi daripada jenis kelamin perempuan
di jalan raya dalam berkendara.
Selain itu jumlah pengguna sepeda motor lebih tinggi pada jenis
kelamin laki-laki daripada jenis kelamin perempuan.
Suatu penelitian wilayah kota metro menunjukkan
perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasar jenis kelamin adalah
laki-laki lebih tinggi dengan persentase 92% dan perempuan 8%.28
c. Perilaku, faktor perilaku juga memiliki peran penting dalam
menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor. Dimana pada pengendara yang berperilaku tidak baik
ketika berkendara juga bisa mempengaruhi keselamatan pengendara
tersebut, seperti tidak memakai helm atau tidak memakai helm yang
sesuai standar yang dianjurkan, tidak tertib ketika berkendara
dengan melanggar rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan serta
mengemudikan dengan kecepatan terlalu tinggi. Aspek perilaku
masyarakat bagi pengendara beragam seperti lengah, mengantuk,
lelah, mabuk, tidak tertib, dan kecepatan tinggi.
Lengah merupakan salah satu faktor penyebab yang berasal
dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan
lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya yang tidak fokus
ketika berkendara. Lengah yang terjadi dapat berasal dari
28 Kartika M, idem, halaman 16
36
lingkungannya ataupun perilaku pengemudi ketika sedang
berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau sedang berbincang
di jalan raya sehingga tidak bisa mengantisipasi dalam menghadapi
situasi lalu lintas dan tidak memperhatikan aspek lingkungan
sekitarnya yang dapat berubah mendadak. Terganggunya
konsentrasi dari pengemudi, seperti contohnya adalah melihat ke
samping, menyalakan rokok, mengambil sesuatu atau berbincang-
bincang di handphone pada saat mengemudikan kendaraan. Lengah
dapat menyebabkan pengemudi menjadi kurang antisipasi dalam
menghadapi situasi berlalu lintas, dalam situasi ini pengemudi tidak
mampu memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan
dengan kondisi kendaraan dan lingkungan lalu lintas.
Mengantuk dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas pada pengendara sepeda motor karena pengemudi kehilangan
daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan/atau sudah
mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat29
. Risiko
terjadinya kecelakaan lalu lintas terbesar disebabkan oleh
pengemudi yang mengantuk. Ketika kurang tidur maka seseorang
berhutang untuk tidur sehingga mempunyai risiko kecelakaan. Ciri-
ciri dari pengemudi yang mengantuk adalah sering menguap dan
dapat berjalan terus-menerus, perih di mata, lambat dalam bereaksi,
mengemudi zig-zag, berhalusinasi, pandangan kosong, kesulitan
29 Warpani, idem, halaman 47
37
mengingat beberapa kilometer yang lalu, mengemudi dengan
kecepatan yang berubah-ubah.
Faktor lelah merupakan salah satu faktor penyebab
kecelakaan, kelelahan bisa mengurangi kemampuan pengemudi
dalam mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi
konsentrasi dalam berkendara. Lelah menunjukkan keadaan tubuh
fisik dan mental yang berbeda, tetapi semua itu berakibat kepada
penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh. Kelelahan
juga dapat mempengaruhi keseimbangan dan pandangan seseorang
di dalam berkendara. Kondisi lelah dapat menimbulkan resiko
kecelakaan.Kelelahan menyebabkan pengendara menjadi kurang
waspada terhadap hal-hal yang terjadi di jalan dan kurang mampu
bereaksi dengan cepat dan aman di saat situasi genting terjadi. Dua
penyebab yang utama kelelahan adalah kurangnya waktu tidur dan
berkendara di waktu-waktu yang semestinya digunakan untuk
istirahat/tidur. Tanda-tanda yang ada hubungannya dengan
kelelahan, antara lain yaitu perasaan berat di kepala, menjadi lelah
seluruh badan, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa
berat pada mata, merasa susah berfikir, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, dan merasa
kurang sehat. Terjadi atau tidaknya kecelakaan sangat ditentukan
oleh pengemudi sebagai pengarah alat transportasi. Berbagai
kondisi dan situasi dihadapi oleh pengemudi di dalam satu hitungan
38
waktu. Kecepatan reaksi manusia dapat berubah menjadi lambat
apabila pengemudi lelah.
Mabuk dapat disebabkan pengemudi kehilangan kesadaran
antara lain karena pengaruh dari obat-obatan, alkohol, dan narkotik.
Mabuk yang disebabkan oleh alkohol memiliki peran yang penting
terhadap terjadinya kecelakaan lalulintas pada pengendara sepeda
motor. Oleh karena itu bagi pengendara dilarang mengkonsumsi
alkohol sebelum berkendara ataupun tubuhnya mengandung alkohol
ketika ingin berkendara.
Alkohol dan berkendara adalah kombinasi yang fatal.
Beberapa hal yang harus disadari antara lain Alkohol ini
mempengaruhi penilaian, pengendara mengalami kesulitan di dalam
menilai jarak aman, kecepatan pengendara dan kecepatan pada
kendaraan lain. Alkohol mempengaruhi keseimbangan, bahkan
dalam jumlah yang sedikit sekalipun alkohol dapat membuat
pengendara sulit untuk menjaga keseimbangan. Alkohol dapat
memberi rasa percaya diri semu, pengendara mungkin tidak
menyadari seberapa besar alkohol mempengaruhi pengendara dalam
berkendara dan seberapa besar resiko yang dihadapi. Alkohol
membuat sulit melakukan lebih dari satu hal dalam saat yang
bersamaan. Pengendara ini harus dapat berkonsentrasi ketika
berkendara sepeda motor dan mengetahuinya posisi pengguna jalan
lain. Jika pengendara baru saja mengkonsumsi minuman beralkohol,
39
mungkin saja mampu mengendarai sepeda motor tetapi tidak dapat
memperhatikan hal penting lainnya seperti lampu lalu lintas, mobil
dari samping jalan atau pejalan kaki yang sedang menyeberang.
Alkohol dapat membuat lelah. Alkohol akan membuat reaksi
pengendara menjadi lambat dan dapat membuat celaka.
Obat-obatan, narkoba akan membuat pengendara lemah,
pusing atau mengantuk. Ganja merupakan salah satu jenis narkoba
yang dapat mempengaruhi kemampuan bagi pengendara di dalam
berkendara, karena mempengaruhi perhatian dan juga mengurangi
kemampuan pengendara dalam memproses informasi yang diterima.
Tidak tertib dalam berlalu lintas ini merupakan
ketidakdisiplinan pengendara dalam berkendara yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak tertibnya pengendara itu
dapat disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk dan
kesadaran akan berlalu lintas dengan benar yang rendah, seperti
melanggar marka atau rambu lalu lintas, mendahului kendaraan lain
melalui jalur kiri, dan sebagainya. Salah satu faktor yang utama
penyebab dari kecelakaan lalu lintas adalah manusia, yang sangat
berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam tertib dan disiplin
berlalu lintas di jalan.
Kecepatan merupakan hal yang bisa dikontrol pengendara
sesuai keinginannya, akan tetapi perilaku dari pengendara sering
kali membawa kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi. Faktor
40
tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,
karena terkadang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi tanpa
menghiraukan jarak kendaraan dengan depan ataupun samping.
Jarak yang aman antara kendaraan yang dikemudikan dengan
kendaraan yang ada di depan ialah selang waktu dua detik, jarak
itulah yang dapat ditoleril agar pengendara dapat mengerem
kendaraannya dengan baik.
d. Pendidikan mengemudi. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung dan
juga secara tidak langsung terhadap perilaku. Pada umumnya
pekerja yang berpendidikan rendah mempunyai ciri yang sulit untuk
diajak bekerja sama dan kurang terbuka terhadap pembaharuan. Hal
ini disebabkan masih adanya nilai-nilai lama yang mereka anut
selama ini.30
e. Kemampuan mengemudi.Kemampuan dari seseorang mengemudi
dengan aman ditentukan faktor saling berkaitan, yaitu keterampilan
mengemudi mengendalikan kendaraan meliputi membelok/merubah
arah, mundur, mendahului dan mengikuti kendaraan lain serta
mengendalikan kecepatan kendaraan yang dikemudikan melalui
gas, rem, dan persneling.31
Selain itu setiap pengemudi kendaraan
bermotor adalah wajib memiliki surat ijin mengemudi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Pengendara yang tidak terampil
30 Jurnal Info Hubdat, Faktor Penyebab Kecelakaan, Dephub, 2006, Jakarta, halaman 14 31 Jurnal Info Hubdat, Idem, halaman 21
41
seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak
menjaganya jarak aman. Oleh karena itu mengendarai sepeda motor
membutuhkan keterampilan yang di dapatnya melalui latihan dan
pengalaman serta praktek dengan teknik berkendara yang baik.
f. Kepemilikan Surat Ijin Mengemudi. Surat Ijin Mengemudi adalah
bentuk penyerahan hak negara kepada pengemudi guna
menjalankan kendaraan dan menggunakan jalan atau disebut
berlalulintas secara benar. Surat Ijin Mengemudi untuk pengendara
sepeda motor yaitu Surat Ijin Mengemudi golongan C. Pengendara
kendaraan sepeda motor yang memiliki Surat Ijin Mengemudi
sebelumnya harus melewati seleksi atau tes yang sesuai peraturan
berlaku. Tes yang dilakukan adalah mengenai keterampilannya
mengemudi, pengetahuan tentang peraturan lalu lintas, sikap
pengendara, dan lainnya. Dengan demikian dapat diasumsikan
bahwa pengemudi yang memiliki Surat Ijin Mengemudi telah
trampil mengendarai kendaraan dan telah mengetahui peraturan lalu
lintas khususnya di jalan raya. Sedangkan pengemudi sepeda motor
yang belum mempunyai Surat Ijin Mengemudi dapat diasumsikan
bahwa yang bersangkutan ialah belum terampil dalam
mengemudikan kendaraannya dan belum mengetahui peraturan lalu
lintas di jalan raya. Walaupun demikian, hal ini tidak dapat
diberlakukan secara mutlak karena banyak pengemudi ini yang telah
terampil mengemudikan sepeda motor akan tetapi karena suatu hal,
42
yang bersangkutan ini belum mengusahakan memiliki Surat Ijin
Mengemudi.32
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini juga merupakan penyumbang terjadinya
suatu kecelakaan lalu lintas. Faktor lingkungan tidak hanya disebabkan
oleh alam, melainkan juga faktor lingkungan yang disebabkan
manusia, seperti kondisi di sekitar pengendara. Indonesia mempunyai
dua musim yang berbeda yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Ketika pada musim kemarau sedang berlangsung tidak jarang pula bisa
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Hal ini disebabkan pada siang
hari disaat musim kemarau terkadang udara terasa pengap dan panas,
membuat kondisi badan pengendara menjadi dehidrasi serta membuat
cepat lelah, kemudian tingkat konsentrasi dalam berkendara mulai
menurun. Selain itu dapat dipastikan debu-debu jalanan berhamburan
yang dapat masuk dan melukai mata sehingga mengganggu
penglihatan dari pengendara itu sendiri.
Pada saat musim penghujan sendiri juga mempunyai andil
terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas. Ketika hujan turun
menyebabkan jalan menjadi basah dan membuat jalan menjadi licin
dibandingkan saat jalan dalam posisi kering, hal tersebut sangat
mempengaruhi jarak pengereman menjadi lebih panjang. Hujan yang
turun sering juga membuat lubang-lubang yang ada di jalan menjadi
32 Kartika M, idem, halaman 19
43
tertutup oleh genangan air, sehingga menyulitkan pengendara untuk
melihat adanya lubang tersebut.
Kondisi hujan lebat yang turun dan disertai dengan angin
kencang, kondisi seperti itu sangatlah tidak disarankan untuk
berkendara karena hujan lebat disertai dengan angin kencang dapat
mengakibatkan sepeda motor ini menjadi limbung atau oleng dan pula
jarak pandangnya menjadi berkurang. Diperparah bila kondisi tersebut
terjadi ketika malam hari, jarak pandangnya menjadi sangat minim dan
cahaya lampu kendaraan pengendara tidak dapat menembus gelapnya
malam dan hujan deras tersebut.
Faktor lingkungan yang disebabkan oleh kondisi sekitar,
misalnya ketika seseorang dihadapkan dengan jam masuk dan jam
pulang kerja atau sekolah. Pada kondisi seperti itulah yang sering
membuat jalanan menjadi padat bahkan kemacetan seperti yang terjadi
pada kota-kota besar. Sebagian besar orang-orang akan berkendara
lebih agresif, egois dan tidak memberi kesempatan bagi pengguna
jalan lainnya. Karena dalam pikiran pengendara ingin segera sampai
tujuan lebih cepat, padahal pemikiran seperti itu dapat berakibat
terjadinya kecelakaan lalu lintas karena tidak ada sikap toleransi
terhadap sesama pengguna jalan.
3) Faktor Kondisi Jalan
Faktor jalan yang meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang,
licin, gelap, tanpa marka ataupun tanpa rambu dan tikungan maupun
44
tanjakan atau turunan tajam, selain itu lokasi jalan seperti didalam kota
ataupun diluar kota (pedesaan) dan volume lalu lintasnya juga
berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas.
Tingginya curah hujan di Indonesia, seringkali mengakibatkan
aspal mudah mengelupas, apalagi bila jalanan tersebut seringkali
tergenang air dan dilalui oleh kendaraan berat seperti truk maupun bus,
itu akan mempercepat terjadinya kerusakan jalan berupa jalannya
bergelombang, berlubang bahkan menjadi berpasir dan berbatu.
Persoalan seperti itu terkadang membuat pengguna jalan
mengalami kecelakaan terutama pengguna sepeda motor. Banyak dari
pengguna sepeda motor itu meninggal karena terperosok ke dalam
lubang tersebut sehingga membuat pengendara kehilangan
keseimbangan dan terjatuh dari atas sepeda motornya.
Kecelakaan lalu lintas selain yang disebabkan karena kondisi
jalan yang rusak, kontur jalan yang berliku, persimpangan, turunan dan
tanjakan. Dari beberapa kontur jalan tersebut yang membuka peluang
terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas adalah pada jalanan tanjakan
atau belokan, terkadang pengendara akan mengalami kesulitan melihat
obyek dibalik tikungan atau tanjakan, terlebih lagi bila didepannya
terdapat kendaraan yang lebih besar sehingga membuat pandangan
menjadi semakin tertutupi.
45
Berikut uraian mengenai faktor kondisi jalan yang bisa
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan lalulintas pada pengendara
sepeda motor :
a. Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata
akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan
diameter yang tidak berpola, ini disebabkan sistem pelapisannya
yang kurang sempurna. Kecelakaan lalulintas pada sepeda motor
yang disebabkan jalan berlubang kebanyakan dikarenakan
pengendara berusaha menghindari lubang secara tiba-tiba dalam
kecepatan tinggi. Contoh lainnya adalah ketika roda ban sepeda
motor ini melewati lubang yang berdiameter dan kedalaman yang
cukup besar sehingga mengganggu pengendara menjaga
keseimbangan dan kemampuan mengontrol sepeda motornya.
b. Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidaklah mulus
yang disebabkan karena jalannya belum diaspal, jalan yang terdapat
bebatuan, kerikil atau material lainnya berada di permukaan jalan
yang mengganggu ketika berkendara dan jalan aspal yang sudah
mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi kontrol
dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan pengendara
sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya mengurangi
kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi rusak.
c. Jalan licin atau basah. Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan
oleh cuaca maupun material lain menutupi permukaan jalan seperti
46
tumpahan minyak, lumpur, atau tanah yang basah karena tersiram
air hujan. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan kecelakaan lalu
lintas kepada pengendara sepeda motor, karena keseimbangan
ketika berkendaraan akan berkurang di saat melintasi jalan yang
licin, lalu sepeda motor dapat tergelincir dan jatuh hingga menabrak
kendaraan lain di dekatnya. Selain itu, melakukan pengereman pada
permukaan jalan licin sebaiknya tidak secara mendadak karena akan
berefek selip pada roda ban.
d. Jalan gelap bisa disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang
tidak ada atau tidak cukup penerangan. Jalan yang gelap beresiko
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas
arah dan kondisi jalan serta lingkungan sekitarnya. Jalan tanpa ada
lampu penerang jalan akan sangat membahayakan dan berpotensi
tinggi untuk menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor, karena lampu penerangan yang hanya berasal dari
sepeda motor terkadang tidak cukup untuk menerangi jalan di
depannya.
e. Jalan tanpa marka atau rambu. Jalan yang tidak memiliki marka
jalan dan rambu lalu lintas sangatlah berpotensi menjadi penyebab
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Marka dan
rambu jalan ini berguna untuk membantu pengaturan arus lalu lintas
dan memberitahu pengendara mengenai kondisi jalan dan peraturan
47
di suatu jalan. Selain itu, marka dan rambu lalu lintas juga berfungsi
dan berkondisi baik agar pengendara bisa melihat dan mematuhi
rambu dan marka jalan di lingkungan berkendara.
f. Jalan dengan tikungan tajam. Jalan yang memiliki tikungan tajam
adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari
atau lebih dari seratus delapan puluh derajat. Untuk melewatinya
kondisi jalan tersebut tentunya adalah dibutuhkan suatu
keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak
hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang
tajam juga dapat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi
rambu lalu lintas.
4) Faktor Kondisi Kendaraan Bermotor
Desain kendaraan ini merupakan faktor engineering pada
kendaraan yang dapat mengurangi terjadinya suatu kecelakaan dan
faktor yang dapat mengurangi cidera yang dialami jika terjadi
kecelakaan.Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi pabrik telah
dirancang dengan nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan
pengendara. Kendaraan harus mememperoleh perawatan yang baik
sehingga semua bagian berfungsi dengan baik.
Faktor kendaraan dalam hal ini yaitu sepeda motor merupakan
salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
lalulintas. Memilih sepeda motor yang cocok atau sesuai dengan
48
kebutuhan adalah keputusan penting yang harus dipilih seorang
pengendara. Sepeda motor yang cocok akan memberikan
pengendaranya pengendalian yang baik. Pengendara harus
mempertimbangkan ukuran tubuh ketika memilih sepeda motor.
Beberapa sepeda motor berukuran besar dan sangat berat. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk menyeimbangkan dan
mengendalikan sepeda motor tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa kaki pengendaranya mampu berpijak ke tanah dengan baik
ketika memilih sepeda motor.
Kondisi internal dari sepeda motor itu sendiri juga merupakan
hal yang wajib menjadi perhatian karena berperanan penting untuk
keselamatan bagi para pengendara sepeda motor tersebut. Kondisi
internal tersebut yaitu berupa perawatan terhadap rem, ban, kaca spion,
lampu utama, lampu sein, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor kendaraan yang beresiko menimbulkan
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, adalah :
a. Rem Blong adalah suatu keadaan dimana pada waktu pedal dipijak,
pedal rem menyentuh lantai kendaraan, meskipun telah diusahakan
memompa pedal rem tetapi keadaan tersebut tidak berubah dan rem
tetap saja tidak bekerja. Rem merupakan komponen yang penting
dari sepeda motor yang berfungsi untuk memperlambat laju atau
memberhentikan sepeda motor.
49
Perlambatan dapat dicapai dengan peralatan rem dan atau
dengan mesin sendiri. Perlambatan ini sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya kendaraan untuk berhenti. Kemampuan kendaraan
untuk berhenti dengan cepat dalam waktu yang singkat dan
terkontrol sangatlah penting. Hal ini tergantung pada sistem dan
jenis rem yang dipakai serta kemampuan dan reaksi pengemudi.
Jarak pengereman tergantung kecepatan permukaan jalan dan
kondisi ban.
Sepeda motor mempunyai dua rem yaitu rem depan dan
belakang. Rem depan lebih efektif dibandingkan rem belakang
bahkan pada jalan dengan permukaan yang licin. Rem depan tidak
boleh digunakan adalah saat jalan ditutupi oleh es. Teknik
pengereman yang baik adalah dengan menggunakan kedua rem
untuk menghentikan atau mengurangi kecepatan sepeda motor, lalu
menurunkan transmisi sepeda motor.
Jarak terlalu dekat mempengaruhi pengereman, jika
pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan
di depannya dan kecepatan kendaraannya maka jarak pandang henti
akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Saat mengerem, berat kendaraannya bergerak dari roda
belakang ke roda depan. Semakin keras mengerem, semakin berat
perpindahannya beban sepeda motor ke roda depan. Perpindahan
berat ini membuat roda depan tersebut menapak dengan baik dan
50
roda belakang kurang menapak. Pengereman yang tepat merupakan
perpaduan antara menutup handel gas dan melakukan pengereman
pada kedua roda pada saat yang sama, ketika menurunkan posisi
transmisinya sebelum berhenti. Hal ini cukup sering terjadi pada
saat yang sama tapi tanpa membuat rodanya mengunci. Jarak terlalu
rapat juga mempengaruhi pengereman, jika pengemudinya kurang
memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan di depan dan
kecepatan kendaraan maka jarak pandang henti merupakan jarak
yang diperlukan menghentikan kendaraannya dihitung mulai saat
melihat sesuatu bereaksi menginjak pedal rem sampai kendaraan
berhenti akan berkurang dan bisa menyebabkan kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem
blong) sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan
pada rem sepeda motor.
b. Ban. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanannya
ban dan kerusakan ban. Kendala pada ban ini meliputi ban kempes
dan ban pecah, ban kempes yaitu kondisi dimana tekanan ban
kurang ataupun berkurang
walaupun sudah di pompa, hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya
pentil ban ataupun longgar. Sedangkan ban pecah adalah kerusakan
ban secara tiba-tiba dimana terdapatnya lubang pada ban yang
disebabkan oleh paku, batu tajam dan lainnya. Tekanan angin pada
ban juga harus diperhatikan dan bisa menentukan keamanan dalam
51
mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Tekanan angin
yang terlalu rendah akan menyebabkan efek flapping (ban
mendesak ke dalam dan tertekan ke luar), yang pada frekuensi
tinggi akan mengakibatkan kerusakan serat ban dan retak pada
dinding samping, hal ini mengakibatkan panas yang timbul dari
gesekan ban dengan jalan sehingga memudahkan ban meletus.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan
memakai ban adalah ukuran ban, tipe ban, tapak, masa atau
kekuatan pakai, daya cengkeram ban terhadap jalan, serta tekanan
udara dalam ban.
c. Selip merupakan lepasnya kontak antara permukaannya jalan
dengan roda kendaraan atau saat melakukan pengereman roda
kendaraan memblokir sehingga pengemudi tidak bisa
mengendalikan kendaraan. Tekanan angin yang terlalu tinggi pada
ban selain mengurangi fleksibilitasnya ban juga dapat mengurangi
luas kontak ban dengan permukaan jalan, sehingga ban mudah
selip.Terjadinya selip ini dikarenakan mengerem secara mendadak
sehingga menyebabkannya rem bloking, accelerasi (menginjak gas
secara tiba-tiba, terlalu cepat saat menikung). Faktor teknis dapat
mempermudah terjadinya selip yaitu lemahnya peredam kejut ban
sudah tidak memenuhi syarat, tekanan ban yang kurang, penyetelan
kaki kendaraan yang kurang sempurna, serta berat kendaraan yang
melebihi daya muatnya.
52
Tiap ban adalah memiliki indikator tapak ban. Sisi ban tidak
boleh memiliki lebar lebih dari tapak ban. Jika ban mulai tidak rata,
pengendara harus lebih hati-hati di dalam berkendara. Selain itu
jalan yang basah dan licin ini juga berpengaruh terhadap kejadian
selip, ban akan kekurangan kemampuan menapak jalan basah atau
permukaan yang licin. Mengerem dengan keras dan mendadak
menyebabkan selip karena perpindahan berat kendaraan secara
mendadak dapat menyebabkan roda depan mengunci.
d. Lampu kendaraan ini merupakan salah satu faktor berpengaruh
terhadap terjadinya kecelekaan lalu lintas bagi pengendara sepeda
motor terutama fungsinya pada malam hari. Lampu-lampu
diperlukan sebagai penerangan untuk melihat jalan bagi pengemudi,
sebagai tanda adanya kendaraan dan pemberi isyarat untuk belok
ataupun berhenti. Sepeda motor dengan atau tanpa kereta samping
harus pula dilengkapinya dengan lampu-lampu dan pemantul
cahaya.
Lampu utama terbagi menjadi dua, yaitu lampu utama dekat
dan lampu utama jauh. Lampu utama berfungsi sebagai penerang
utama bagi pengendara dan sebagai penanda keberadaan bagi
pengendara lain. Ketika berkendara lampu utama dekat ini yang
lebih sering dipergunakan, karena lampu utama jauh dapat
mengganggu penglihatan pengendara lain yang berlawanan arah.
Lampu utama jauh dipakai ketika berada pada jalanan sepi. Lampu
53
utama dekat dan jauh berwarna putih ataupun kuning muda, lampu
harus bisa menerangi jalan sekurang-kurangnya empat puluh meter
ke depan sepeda motor untuk lampu utama dekat dan sekurang-
kurangnya seratus meter ke depan sepeda motor untuk lampu utama
jauh.
Lampu indikator/sein, lampu ini wajib dimiliki sepeda motor
yang letaknya yaitu sepasang depan sepeda motor dan sepasang lagi
dibelakang sepeda motor. Fungsinya yaitu sebagai penunjuk arah
untuk memberitahu arah tujuan pengendara yang bersangkutan
kepada pengendara dibelakang pengendara tersebut atau kendaraan
di depan pengendara tersebut, selain itu juga dapat digunakan ketika
akan berpindah jalur. Lampu ini berwarna putih atau kuning tua dan
berkelip-kelip, harus dapat dilihat pada malam hari maupun siang
hari.
Lampu rem adalah berfungsi untuk memberitahu pengendara
lain di belakang pengendara tersebut agar mengurangi kecepatan
dan sebagai tanda bahwa kendaraan mengurangi laju kecepatannya.
Lampu ini harus berwarna merah terang tapi tidak menyilaukan
pengendara dibelakangnya pengendara yang bersangkutan.
4. Pengertian Remaja
Pengertian remaja adalah perubahan biologis yang meliputi
morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Pengertian mengenai remaja banyak dijelasakan pada
54
berbagai sumber, namun secara detail tidak banyak ditemukan. Maka
penulis berpendapat bahwa remaja merupakan masaa transisi
perpindahan dari masa anak yang masih bergantung kepada orang tua
dalam segala hal, menuju masa dewasa yang serba mandiri.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik. Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari33
masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek maupun fungsi untuk memasuki masa
dewasa.
5. Usia Remaja dalam Peraturan Perundang-undangan
Konsep remaja merupakan konsep yang relatif baru, yang muncul
kira-kira setelah industrialisasi merata di negara-negara Eropa, Amerika
serikat dan Negara-negara maju yang lainnya masalah remaja baru
menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam seratus tahun terakhir ini.
Tidak heran kalau dalam berbagai undang-undang yang ada di
berbagai Negara dunia tidak dikenal istilah remaja. Di Indonesia sendiri
33 Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja, Mahasatya, Jakarta, 2006,
halaman 53
55
konsep remaja tidak dikenalnya dalam sebagian undang-undang yang
berlaku. Hukum perdata misalnya memberikan batas usia 21 tahun (atau
kurang dari itu asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan
seseorang. Disisi lain hukum pidana memberikan batasan 18 tahun
sebagai usia dewasa (atau yang kurang dari itu tetapi sudah menikah).
Tingkah laku yang melanggar hukum misalnya mencuri belum disebut
sebagai kejahatan kriminal melainkan disebut sebagai kenakalan. Berikut
ini pengertian usia remaja dalam peraturan : 34
1) Menurut undang undang nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan
anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan
belum menikah.
2) Menurut pendidikan nasional, anak dianggap remaja bila anak telah
berusia 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah, dan
3) Menurut World Health Organization, remaja bila anak telah mencapai
usia 10-18 tahun.
6. Tahap-tahap pada Masa Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga
tahapan perkembangan remaja yaitu : 35
remaja awal atau dini; remaja
pertengahan atau
madya dan Remaja lanjut atau akhir.
Remaja awal, seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
34 Soetjiningsih, Perkembangan Anak dan Permasalahannya, Sagungseto, Jakarta, 2012, halaman
86 35 Soetjiningsih, idem, halaman 37
56
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para
remaja awal ini sulit dimengerti orang dewasa.Masa remaja awal antara
11-13 Tahun.
Remaja pertengahan, pada tahapan ini remaja sangatlah
membutuhkan kawan-kawan, senang kalau banyak teman yang
mengakuinya. Kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu,
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau
pesimistis, idealis atau materialis dan lainnya. Remaja pria membebaskan
diri dari oedipus complex dengan mempererat hubungan dengan kawan-
kawan. Masa remaja pertengahan antara 14-16 Tahun.
Masa remaja lanjut, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian minat yang semakin
mantap terhadap fungsi intelek; egonya mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman
baru; terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi; egosentrisme
diganti keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain;
dan tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadi dan masyarakat
umum. Masa remaja lanjut antara 17-23 Tahun.
57
7. Faktor Kecelakaan Lalu Lintas Pada Remaja
Dalam berbagai data dan berbagai sumber bahwa kecelakaan lalu
lintas didominasi golongan remaja usia16-25 tahun. Selain remaja
dianggapnya labil, tempramen, egois, dan sebagainya. Fenomena tersebut
dapat dijelaskan lebih mendalam secara teoritis, dari seorang ahli dalam
bidang permasalahan remaja, Meita Damayanti, sebagai berikut :36
1) Jenis Kelamin
Angka kejadian kecelakaan kendaraan bermotor lebih tinggi
pada jenis kelamin laki-laki bila dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan. Permasalahan tersebut lebih banyak dihubungkan dengan
perilaku remaja laki-laki yang lebih aktif, frekuensi alkohol dan
kendaraan bermotor yang lebih sering bila dibandingkan dengan
remaja perempuan.
2) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yaitu kemiskinan merupakan salah satu
faktor resiko yang penting dan mempengaruhi terjadinya kecelakaan
pada remaja yang miskin.
3) Lingkungan
Pengaruh lingkungan lebih diuntungkan dengan adanya
kemiskinan karena kemiskinan secara langsung memberikan efek
terhadap lingkungan tempat tinggal.
36 Meita Dhamayanti, Idem, diakses pada 20 Maret 2018
58
4) Perilaku
Masa remaja penuh dengan transisi yang harus dilalui sehingga
akan tercapai identitas diri mantap. Transisi emosi tampak dengan
meningkatnya emosi, artinya bahwa remaja sangat peka, mudah
tersinggung perasaannya. Seringkali remaja ini menunjukkan emosi
yang berlebihan dengan ekspresi yang meledak ledak padahal
rangsang yang diperoleh dari lingkungannya relatif kecil, bahkan
dapat dikatakan tidak berarti. Misalnya meningkatkan kecepatan
kendaraannya hanya oleh karena didahului oleh kendaraan lain.
Dalam sosialisasi remaja cendrung akan membina hubungan dengan
teman sebayanya dengan cara pengelompokkan-pengelompokkan.
Untuk membuktikan kehebatan dan kelebihan diantara mereka
tidak jarang mereka melakukan tindakan-tindakan berisiko tinggi
seperti kebut- kebutan atau tindakan pelanggaran hukum lainnya.
Remaja memiliki beberapa perilaku yang dapat meningkatkan
risiko kecelakaan mengemudikan kendaraan tidak konsentrasi,
berkendara secara ugal-ugalan, minum alkohol sebelum
mengemudikan kendaraan.
5) Gangguan Mental
Gangguan mental seperti depresi adalah berperan untuk
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Risiko untuk terjadinya suatu
kecelakaan lalu lintas meningkat apabila ditemukannya lebih dari satu
59
gangguan mental. Faktor risiko lainnya adalah perselisihan dalam
keluarga, dengan pacar, masalah di sekolah, dan keputusasaan
C. Sosiologi Hukum
1. Pengertian Sosiologi Hukum
Menurut Soeryono Soekamto, Sosiologi hukum merupakan suatu
cabang ilmu pengetahuan secara analitis maupun empiris yang
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial.37
Menurut Sutjipto, Sosiologi hukum merupakan pengetahuan
hukum pada pola perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya.38
Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa Sosiologi Hukum adalah ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-
gejala sosial lainnya secara empiris analitis. Berdasarkan beberapa
pendapat ahli tersebut, penulis berkesimpulan, yakni sosiologi hukum
merupakan suatu cabang ilmu hukum yang mempelajari hubungan
dampak sosial dalam masyarakat yang diakibatkan penerapannya suatu
produk hukum atau peraturan.
2. Meningkatkan Kekuatan Hukum dalam Sosiologi Hukum
Terdapat beberapa faktor untuk memaksimalkan kekuatan hukum
dalam mengatur dan mengendalikan masyarakat, upaya untuk
37 Soekanto Soerjono, Sosiologi suatu pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.halaman 10 38 Sutjipto R, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologi, Sinar Baru Bandung, 2005, Halaman
24
60
meningkatkan kekuatan hukum dapat dilakukan dengan sasaran subyek
hukumnya atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Faktor-faktor untuk memaksimalkan kekuatan hukum tersebut
dijelaskan sebagai berikut : 39
1) Kesadaran Hukum, Suatu Orientasi
Merupakan suatu perilaku manusia yang timbul, yang
disebabkan adanya rasa ingin mendapatkan kedamaian dalam
menjalani hidup. Akan tetapi tentang asas kesadaran hukum, itu
terdapat pada setiap manusia, oleh karena tiap manusia mempunyai
rasa keadilan, yang menjadi masalah adalah kesadaran manusia
tersebut dapat timbul atau tidak.
2) Pengetahuan Hukum
Apabila suatu aturan perundang-undangan telah diterbitkan dan
juga diundangkan menurut prosedur yang sah dan resmi, secara yuridis
peraturan perundang-undangan. Kemudian timbul asumsi, setiap
masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang. Asumsinya
itu merupakan suatu asumsi magistur, yang didalam kenyataannya
belumlah tentu demikian. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009, tidak semua warga masyarakat
mengetahui peraturan perundang-undangan tersebut.
39 Soekanto Soerjono, idem,.halaman 187
61
3) Pemahaman Hukum
Pengetahuan saja belumlah cukup, dan selanjutnya diperlukan
suatu pemahaman atau pengertian terhadap hukum yang berlaku.
Maksudnya dari pemahaman hukum adalah, bahwa seseorang mengerti
tujuan dibentuknya peraturan hukum tersebut serta manfaatnya bagi
pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan perundang-undangan
tersebut
4) Pentaatan Hukum
Seseorang warga masyarakat mentaati hukum yang disebabkan
oleh beberapa faktor, misalnya takut akan terkena sanksi, menjaga
hubungan baik dengan rekan-rekan sesama dan penguasa, karena
kepentingannya terjamin, dan karena hukum tersebut sesuai dengan
nilai-nilai yang dianutnya. Secara teoritis taat hukum ini merupakan
hal yang baik. Sedangkan sebab yang lain, dalam penerapan hukumnya
senantiasa harus diawasi oleh polisi lalu lintas.
5) Pengharapan Terhadap Hukum
Suatu keinginan atau cita-cita yang diimpikan negara dari
peraturan perundang-undangan yang diterbitkan adalah untuk
mengatasi problem yang muncul di sekitar masyarakat. Norma hukum
akan dihargai oleh masyarakat, bila orang tersebut telah mengetahui,
memahami dan mentaatinya. Artinya, dia benar-benar dapat
merasakannya, bahwa hukum tersebut menghasilkan ketertiban serta
ketentraman dalam dirinya.
62
6) Peningkatan Kesadaran Hukum
Peningkatan kesadaran hukum, seharusnya adalah dilakukan
melalui penerangan hukum dan penyuluhan hukum yang teratur atas
dasar rencana yang mantap dalam bentuk sosialisasi workshop maupun
melalui pendidikan semenjak dini. Penyuluhan hukum yaitu
merupakan tahapan selanjutnya dari penerangan hukum. Tujuan
utamanya adalah, agar masyarakat memahami hukum-hukum tertentu,
sesuai dengan masalah-masalah hukum yang sedang dihadapinya pada
suatu saat. Penyuluhan hukum harus berisikan hak-hak dan kewajiban
bidang-bidang tertentu, serta manfaatnya bila hukum tersebut ditaati.
3. Dasar-dasar Kepatuhan Hukum
Dalam setiap tindakan seseorang akan mematuhi peraturan hukum
selalu didasari oleh beberapa aspek baik aspek yang kasat mata maupun
tidak kasat mata. Para ahli menejelaskan, sebagai berikut :
1) Compliance
Sering dijumpai berbagai bentuk pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh masyarakat baik itu pelanggaran dalam skala kecil
maupun besar. Disisi lain, banyak dijumpainya sebagian besar
masyarakat tampak patuh terhadap aturan hukum, walaupun didaerah
tersebut tidak dijaga oleh penegak hukum. Kondisi tersebut memang
telah terbentuk disebabkan masyarakat umumnya patuh terhadap
hukum, hal tersebut karena mengharapkan penghargaan dan
menghindarkan diri dari jeratan sanksi. Penghargaan bukan berupa
63
materi. Namun lebih cenderung kearah lingkungan. Adanya suasana
tertib, teratur dan mendapatkan perlakuan yang adil, bahwa orang lain
juga ikut taat akan peraturan.
2) Indentification
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering dijumpai adanya
pergaulan kelompok atau biasa disebut organisasi, komunitas, klub dan
lainnya. Bila kelompok tersebut membawa pengaruh patuh terhadap
hukum secara tidak langsung berdampak pada perilaku anggotanya.
Bahkan orang lainnya yang menjadi calon anggota, akan berusaha
mengikuti pola perilakunya kelompok tersebut, agar mendapat
pengakuan dari para anggota kelompok tersebut.
3) Internalisasi
Saat ini masyarakat mulai dapat mematuhi segala bentuk
peraturan hukum khususnya peraturan lalu lintas, terkadang sering
dijumpai adanya bentuk pelanggaran tetapi apabila dibandingkan
dengan yang patuh masih tergolong lebih banyak yang patuh.
Kepatuhan seseorang terhadap hukum berasal dari dalam hati atau
kesadaran dari diri sendiri. Kesadaran patuh terhadap hukum
merupakan salah satu aspek tidak kasat mata dan kesadaran itu
diaplikasikan ke dalam bentuk perilaku, tanggung jawab dan
membangun state of mind.
Perilaku yang dimaksud adalah menjaga sikap berkendara yang
baik dan aman, dengan tujuan bagi pengguna jalan lain merasa tidak
64
terancam keselamatannya. Selain itu pengendara juga mampu
mengendalikan emosi, karena tingkat emosi yang tidak stabil dapat
mempengaruhi segala bentuk perilaku seseorang berkendara yang
pastinya cenderung kearah mengancam keselamatan diri pribadi
maupun pengguna jalan yang lain. Bertanggung jawab yang dimaksud,
adalah dalam setiap melakukan bentuk kegiatan harus dilandasi rasa
tanggung jawab atas keselamatan diri sendiri maupun orang lain. 40
Tujuannya ialah, agar orang lain merasa aman dan tidak terancam
jiwanya. Membangun state of mind, merupakan membangun pola piker
yang positif kedalam kekuatan pikiran. Menanamkan kekuatan pikiran
bahwa suatu aturan hukum dibentur bukan merupakan beban hidup,
melainkan suatu pembatas yang dapat menciptakan ketertiban,
keamanan dan rasa adil.
D. Upaya Mengurangi Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari konsep
keselamatan transportasi berkelanjutan yang menekankan pada prinsip
transportasi yang aman, nyaman, cepat, bersih (mengurangi
polusi/pencemaran udara) dan dapat diakses oleh semua orang dan kalangan,
baik oleh para penyandang cacat, anak-anak, ibu-ibu maupun para lanjut
usia. Untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas diperlukan penanggulangan
yang mencakup beberapa segi, yaitu perekayasaan sarana dan prasarana lalu
lintas, pembinaan unsur manusia pemakai jalan dan dalam bidang hukum
40 www.motorplus-online.com, diakses, 20 Maret 2018
65
dan pengaturan. Langkah-langkah tersebut dikelompokkan dalam lima
tahapan :
1. Rekayasa
Wujud strategi dilakukan melalui serangkaian kegiatan
pengamatan, penelitian dan penyelidikan terhadap faktor penyebab
gangguan atau hambatan keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas serta memberikan saran berupa langkah perbaikan
dan penanggulangan serta pengembangannya kepada instansi-instansi
yang berhubungan dengan permasalahan lalu lintas.
Rekayasa adalah dengan merubah lingkungan sehingga pemakai
jalan secara fisik dituntun atau dibimbing untuk dapat bertindak secara
tepat dan benar dalam berlalu lintas. Misalkan; melalui penempatan
rambu-rambu lalu lintas, pemasangan lampu lalu lintas, perbaikan dan
penyempurnaannya marka jalan, serta penyelenggaraan manajemen lalu
lintas. Peningkatan keselamatan jalan sangat tergantung ketersediaan
fasilitas jalan. Jalan raya yang terencana dengan baik dapat memberikan
tingkat keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian menjadi kecil,
tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi
kesalahan persepsi di jalan, dan dengan demikian maka terjadinya
kecelakaan dapat dihindari dengan penyediaan lebih banyak ruang dan
waktu dalam perancangan. Banyak kecelakaan sebenarnya tidak perlu
66
terjadi karena fasilitasnya tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap
kelompok pemakai jalan.41
2. Pendidikan
Pendidikan adalah segala kegiatan yang meliputi segala sesuatu
untuk menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikutsertaan di
masyarakat secara aktif dalam usaha menciptakan keamanan,
keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas dengan sasaran masyarakat
yang terorganisir dan masyarakat tidak terorganisir sehingga
menimbulkan kesadarannya secara personal tanpa harus diawasi oleh
petugas. Pandangan lainnya pendidikan yaitu dengan memberikan
informasi dan latihan praktis kepada pemakai jalan untuk mengatasi
kecelakaan lalu lintas. Misalkan; melalui pemberian penerangan tentang
tata tertib berlalu lintas, mengadakan kampanye tertib lalulintas yang
ditujukan pada masyarakat dengan melalui media cetak maupun
elektronik, serta mengawasi dan membina sekolah-sekolah mengemudi
yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
3. Penegakan hukum
Penegakan hukum merupakan upaya yang dilakukan agar
masyarakat mematuhi segala peraturan lalu lintas yang ada, untuk
membimbingnya ke arah keselamatan pemakai jalan pada waktu
berlalulintas, sehingga ini dapat tercipta keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas. Penegakan hukum juga segala bentuk kegiatan dan
41 Munawar, Manajemen Lalu lintas Perkotaan, Beta, Jogyakarta, 2004, halaman 26
67
tindakan Polri di bidang lalu lintas agar Undang-Undang atau ketentuan
perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh semua para pemakai
jalan dalam menciptakan kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas.
Upaya-upaya tersebut dapat berupa :
1) Preventif
Upaya preventif dilakukan yaitu segala usaha dan kegiatan
untuk bisa memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
memelihara keselamatan orang, benda, masyarakat termasuk memberi
perlindungan dan pertolongan khususnya mencegah terjadinya
pelanggaran yang meliputi pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas,
pengawalan lalu lintas dan patroli lalu lintas.
2) Represif
Upaya represif yang dilakukan yaitu merupakan serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari dan menemukannya sesuatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana yang meliputi penindakan
pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu lintas.
4. Penggalakan dan Penggalangan
Penggalakan dan penggalangan bisa diartikannya sebagai
desakan atau pengobar semangat. Bahwa untuk mewujudkan kenyamanan
dan keselamatan dalam berlalu lintas juga dipengaruhi oleh faktor
individu setiap pemakai jalan, dimana kecerdasan intelektual individu
atau kemampuannya memotivasi dalam diri guna menumbuhkan
68
kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut.
Menumbuhkan motivasi dalam diri dapat dipengaruhi faktor
internal (kesadaran diri seseorang) maupun eksternal (lingkungan
sekitar). Selain dari pada itu desakan semangat untuk menciptakan situasi
lalu lintas harus dimiliki oleh semua stake holder yang berada pada
struktur pemerintahan maupun non pemerintah yang berkompeten di
bidang lalu lintas sehingga semua komponen yang berkepentingan serta
pengguna jalan secara bersama mempunyai motivasi dan harapan yang
sama dengan mengaplikasikannya ke dalam aksi yang nyata pada
kehidupan berlalu lintas di jalan raya.
5. Kesiapsiagaan Kondisi Darurat
Kesiapan pada tanggap darurat dalam menghadapi suatu
permasalahan lalu lintas harus menjadi prioritas utama dalam upaya
penanganannya, kesiapan seluruh komponen stake holder bidang lalu
lintas senantiasa mempersiapkan diri baik sumber daya manusia, sarana
dan prasarana serta hal lainnya dalam menghadapi situasi yang mungkin
terjadi pemberdayaan kemajuan informasi dan teknologi sangat
bermanfaat sebagai pemantau lalu lintas jalan raya disamping keberadaan
petugas dilapangan, dalam mewujudkan kesiapsiagaan kondisi darurat ini
perlu adanya konsistensi yang jelas di seluruh stake holder dan dalam
pelaksanaan harus dapat bekerja sama secara terpadu sesuai dengan
standar operasional prosedur yang telah ditetapkan bersama.
69
Pengalaman medis di dunia menunjukkan bahwa stabilisasi
korban terluka dan rujukan ke rumah sakit spesialis dalam jangka waktu
keemasan dapat meningkatkan potensinya pasien untuk bertahan dan
sembuh total. Jasa ambulans ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pespon cepat atas kecelakaan serius atau membahayakan jiwa, menjaga
kelangsungan hidup di suatu lokasi, dukungan pra rumah sakit dan
stabilisasi pada pasien dan mengurangi angka kematian dan luka serius
bagi korban kecelakaan. Jarak antara terjadinya suatu kecelakaan dengan
pertolongan pertama yang diberikan sangat menentukan besarnya risiko
kematian pada korban kecelakaan lalu lintas. Batas jarak waktu
pemberian pertolongan pertama yang baik sulit ditentukan karena
tergantung dari keadaan korban. Pihak medis yang melakukan
penanganan paska kejadian seringkali kehilangan waktu emas untuk
menyelamatkan nyawa korban akibat keterlambatan datang ke rumah
sakit atau tidak mendapatkan pertolongan pertama yang tepat. Kondisi
mencerminkan adanya urgensi untuk mewujudkan suatu sistem tanggap
darurat yang tidak hanya mudah dihubungi oleh seseorang dari lokasi
kejadian, namun juga responsif bila ada kecelakaan yang terjadi di dalam
daerah domain. Responsif dalam hal ini perlu diukur dengan indikator
lamanya waktu respon yang maksimal dari sejak menerima panggilan
kejadian hingga sampai di lokasi kejadian. Pelayanan kesehatan yang
baik memainkan peranan penting dalam menurunkan angka kematian
70
akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini dapat terjadi karena suatu keparahan
kecelakaan lalu lintas dapat dicegah melalui perawatan medis.
Kelima upaya ini dipetakan di dalam sektor-sektor yang ada
dilingkungan tugas kepolisian sehingga dapat diketahui instansi mana
yang berwenang terhadap sektor yang terkait termasuk masyarakat
pengguna jalan, apabila strategi ini dapat diterapkan sesuai dengan
konsepsi yang telah dirumuskan diharapkan mampu mewujudkan upaya
penanganannya secara bersama dimana masyarakat pengguna jalan ini
dapat menumbuhkan pengamanan swakarsa serta Polri maupun instansi
terkait lain dapat melaksanakan tugas secara profesonal dan proporsional
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, dalam arti kata lain etika,
sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku bukan lagi menjadi suatu keharusan merupakan kewajiban
dengan pemberlakuan reward and punishment dalam pelaksanaanya,
tetapi menjadi sebuah keinginan bersama yang muncul dari setiap pribadi
Polri, Instansi terkait dan pengguna jalan dalam upaya mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan.