perilaku mengemudi siswa sma kota...

34
1 PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANG Naskah Publikasi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi JANTI DANIATY NINGSIH MANALU NIM: 110569201125 PROGRAM STUDI SIOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Upload: dominh

Post on 28-Apr-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

1

PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANG

Naskah Publikasi Sebagai Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi

JANTI DANIATY NINGSIH MANALU

NIM: 110569201125

PROGRAM STUDI SIOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

2

PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA

TANJUNGPINANG

Janti Daniaty Ningsih Manalu

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

2016

ABSTRAK

Fenomena yang tampak di kota Tanjungpinang dalam hal pengemudi siswa

SMA yaitu antara lain mengemudi tanpa memiliki SIM, mengemudi secara ugal-

ugalan, misalnya kebut-kebutan di jalan raya serta menyalip kendaraan lain, atau

berkendara dengan jarak yang dekat dengan kendaraan lain. Siswa SMA di

Tanjungpinang juga seringkali mengemudi tanpa menggunakan helm ganda, dan

juga mengemudikan sepeda motor dengan jumlah lebih dari dua orang.

Pelanggaran aturan lalu lintas oleh siswa SMA ini kemudian menyebabkan

mereka tidak luput dari kemungkinan mengalami kecelakaan lalu lintas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran hukum lalu lintas yang

berkitan dengan perilaku mengemudi siswa SMA Tanjungpinang. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif, penelitian ini menganalisa data

berdasarkan landasan konsep kesadaran hukum oleh Soerjono soekanto dan teori

fungsionalisme struktural dari Talcot Parsons.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tampak bahwa kesadaran

hukum siswa SMA kota Tanjungpinang hanya sebatas pengetahuan terhadap

aturan hukum lalu lintas. Hal ini kemudian tergambarkan dari pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh mereka yang masih sering terjadi. Kurangnya

kesadaran hukum pada siswa SMA kota Tanjungpinang sebagian besarnya

disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan fungsi oleh lembaga-lembaga yang

bersangkutan dalam menjalankan perannya. Dari kesadaran hukum siswa SMA

kota Tanjungpinang ini kemudian diketahui perilaku mengemudi siswa SMA kota

Tanjungpinang masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku dan cenderung

melanggar aturan. Kecenderungan siswa SMA kota Tanjungpinang untuk

mengulang perbuatan melanggar aturan hukum lalu lintas dikarenakan anggapan

mereka bahwa melanggar aturan ini sudah menjadi semacam kebiasaan dalam

masyarakat.

Page 3: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

3

Kata Kunci: KesadaranHukum

ABSTRACT

The phenomena of riding motorcycle done by senior school students in

tanjung pinang is against the law. They ride motorcyclewithout obtaining riding

license. They ride motorcycle recklessly as they speed on the road, overtaking

other vehicles, riding in very unsafe distant. They also ride without taking on

helmets, riding on with more than two people. It leads them to have traffic

accidents.

The research is to observe the awareness of traffic corporate of

senior school students in tanjung pinang. The method that is used is descriptive

with qualitative analysis. This research is to analyzedata based on concept

foundation of law awareness by Soerjono and structural functionalism theory by

talcot.

Based on the research, the awareness of Tpi senior school students

is still low. It is proven on violations which they do. The lack of traffic corporate

is caused by the weakness of government bodies to function their responsibilities.

The TPIsenior school students’ behavior is still not in accordance to the law.

The tendency to break the traffic law again and again caused by their

consideration that breaking law is like habits in the society.

Key words: Law awareness

Page 4: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

4

A. Latar Belakang

Perilaku mengemudi

masyarakat pada umumnya dapat

dibedakan menjadi dua macam.

Adapun perilaku mengemudi yang

terlihat ialah mereka yang

mengemudi dengan tertib dan taat

hukum (aturan) lalu lintas, dan

mereka yang ugal-ugalan alias tidak

mematuhi hukum lalu lintas.

Berkenaan dengan itu, pemerintah

yang dalam hal ini diwakili oleh

pihak kepolisian dan Dinas

Perhubungan semakin gencar

melakukan usaha dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap hukum lalu lintas. Adanya

berbagai macam upaya untuk

meningkatkan kesadaran hukum lalu

lintas ini bertujuan untuk turut

mengontrol perilaku mengemudi

masyarakat di jalan raya.

Pada tahun 2013 Indonesia

menempati posisi kelima terbesar

yang mencatat korban tewas

terbanyak di jalan raya setelah China,

India, Nigeria dan Brasil (viva.co.id).

Secara umum kecelakaan lalu lintas

yang terjadi disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti kelalaian

manusia, kondisi jalan, kelaikan

kendaraan dan belum optimalnya

penegakan hukum lalu lintas.

Berdasarkan Outlook 2013

Transportasi Indonesia (viva.co.id),

terdapat empat faktor penyebab

kecelakaan, yakni kondisi sarana dan

prasarana transportasi, faktor

manusia dan alam. Namun demikian,

di antara keempat faktor tersebut,

kelalaian manusia menjadi faktor

Page 5: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

5

utama penyebab tingginya angka

kecelakaan lalu lintas. Oleh karena

itu, diperlukan kesadaran berlalu

lintas yang baik bagi masyarakat,

terutama kalangan usia produktif.

Perilaku pengguna jalan yang tidak

disiplin menjadi pemicu jatuhnya

korban jiwa.

Dari data yang diperoleh di

Polres Tanjungpinang

(tanjungpinangpos.co.id), angka

kecelakaan di Kepulauan Riau terus

meningkat. Pada tahun 2013 ada 479

kasus kecelakaan lalu lintas di

Kepulauan Riau, dengan jumlah

meninggal dunia 144 orang, luka

berat 255 orang, dan luka ringan 524

orang. Dari banyaknya kasus

kecelakaan lalu lintas yang terjadi di

Kepulauan Riau ini, kebanyakan

diantaranya dikarenakan kurangnya

kesadaran pengguna jalan untuk

mematuhi peraturan berlalu lintas.

Oleh sebab itu segala macam upaya

pencegahan terjadinya kecelakaan

mesti terus dilakukan, khususnya

upaya untuk mengontrol perilaku

mengemudi serta meningkatkan

kesadaran pengguna kendaraan

bermotor untuk mematuhi peraturan

lalu lintas.

Tabel I.1 :

Data Jumlah Kasus

Kecelakaan Lalu Lintas Kota

Tanjungpinang

N

o.

Ta

hun

Jumlah

Kasus

Kecelakaan

1

.

20

12

150

2

.

20

13

70

3

.

20

14

69

Sumber: Satlantas Polres

Tanjungpinang, 2015

Page 6: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

6

Seperti yang tampak pada tabel

di atas, pada tahun 2014 angka

kecelakaan lalu lintas menurun jika

dibandingkan dengan jumlah

kecelakaan lalu lintas pada tahun

2013 dan 2012. Namun demikian,

menurunnya angka kecelakaan pada

tahun 2014 ini tidak lantas membuat

Satlantas Polres Tanjungpinang

mengurangi upaya peningkatan

kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya keselamatan dalam

berlalu lintas di jalan raya. Berkaitan

dengan tingginya angka kecelakaan

lalu lintas yang kebanyakan

disebabkan oleh kelalaian manusia

(data Korlantas Polri), maka perilaku

berlalu lintas mesti diperhatikan

lebih seksama demi meminimalisir

kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Perilaku mengemudi yang baik dan

taat aturan hukum merupakan

harapan yang ingin dicapai.

Pengemudi jalan raya terdiri dari

berbagai macam golongan usia mulai

dari mereka yang masih bersekolah

hingga mereka yang sudah masuk

usia pensiunan.

Hal yang meresahkan di

Tanjungpinang adalah perilaku

mengemudi masyarakat yang ada,

ternyata tidak sesuai dengan aturan

yang berlaku. Dalam berlalu lintas,

sudah jelas diatur bagaimana dan apa

saja hal-hal yang boleh serta tidak

boleh dilakukan. Sosialisasi

mengenai aturan lalu lintas sudah

diadakan dimana-mana, dan

penindakan terhadap pelanggar

aturan lalu lintas pun acapkali

dilakukan. Namun demikian, hal

tersebut tidak lantas membuat

masyarakat patuh terhadap aturan

yang berlaku. Jadi, masyarakat

mengetahui tentang aturan, namun

mengabaikan dan tidak menaati

Page 7: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

7

peraturan yang ada. Hal ini kemudian

telah menjadi semacam kebiasaan

yang mendarah daging, bahkan

berlarut-larut. Kebanyakan

masyarakat baru mau menaati aturan

lalu lintas apabila ada aparat yang

memperhatikan karena takut

mendapat sanksi. Ironisnya lagi, ada

pula pengemudi yang justru bersikap

cuek dan mengabaikan aturan lalu

lintas sekalipun berhadapan langsung

dengan aparat yang bertugas.

Fenomena yang tampak di kota

Tanjungpinang dalam hal pengemudi

siswa SMA yaitu antara lain

mengemudi tanpa memiliki SIM,

mengemudi secara ugal-ugalan,

misalnya kebut-kebutan di jalan raya

serta menyalip kendaraan lain, atau

berkendara dengan jarak yang dekat

dengan kendaraan lain. Siswa SMA

di Tanjungpinang juga seringkali

mengemudi tanpa menggunakan

helm ganda, dan juga mengemudikan

sepeda motor dengan jumlah lebih

dari dua orang. Selain itu,

pengemudi siswa SMA di

Tanjungpinang juga sering tampak

memodifikasi kendaraan bermotor

yang dikendarai sehingga seringkali

tidak sesuai dengan standar aturan,

misalnya mengganti plat kendaraan,

mengganti ban sepeda motor dengan

ban yang tidak sesuai standar, serta

mengganti knalpot menjadi knalpot

racing yang bunyinya bising dan

mengganggu kenyamanan pengguna

jalan yang lain. Pelanggaran aturan

lalu lintas oleh siswa SMA ini

kemudian menyebabkan mereka

tidak luput dari kemungkinan

mengalami kecelakaan lalu lintas.

Berangkat dari hal tersebut,

peneliti kemudian ingin mengetahui

perilaku mengemudi siswa SMA.

Bentuk perilaku mengemudi dapat

Page 8: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

8

diketahui melalui kesadaran hukum

siswa SMA dalam berlalu lintas. Hal

ini dikarenakan kesadaran hukum

memiliki kaitan yang erat dengan

perilaku masyarakat, yang dalam hal

ini yaitu dalam berlalu lintas.

Kesadaran hukum warga masyarakat

yang tinggi mengakibatkan warga

masyarakat mentaati ketentuan-

ketentuan hukum yang berlaku,

begitu pula sebaliknya (Otje dan

Anthon). Pada penelitian ini

kesadaran hukum lalu lintas pada

siswa SMA digunakan untuk melihat

bentuk perilaku mengemudi siswa

SMA kota Tanjungpinang.

Kesadaran hukum lalu lintas pada

siswa SMA di Tanjungpinang perlu

dipertanyakan, mengingat

perilakunya dalam mengemudi di

jalan raya cenderung masih tergolong

kategori pelanggar aturan. Oleh

karena perilaku mereka saat

mengemudi di jalan raya akan

berpengaruh pada orang lain, maka

perlu ditelaah mengenai perilaku

tersebut, dicari penyebab maupun

pemicunya agar lebih mudah dalam

mendapatkan solusi guna menindak

perilaku pelanggaran yang mungkin

dilakukan. Dari informasi tersebut

kemudian akan diketahui bentuk

kesadaran hukum lalu lintas siswa

SMA Tanjungpinang dalam

penelitian ini, yang kemudian

mampu memberi informasi mengenai

bentuk perilaku mengemudi siswa

SMA kota Tanjungpinang.

Mengingat angka kecelakaan lalu

lintas yang tinggi akibat dari

pelanggaran aturan lalu lintas yang

makin marak, maka penelitian ini

penting untuk dilakukan agar bisa

mendapatkan solusi guna

meminimalisir tindak pelanggaran

Page 9: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

9

lalu lintas oleh siswa SMA

Tanjungpinang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

penelitian, secara garis besar dapat

ditarik rumusan masalah yaitu

“Bagaimana perilaku mengemudi

siswa SMA Kota Tanjungpinang?”

C. Tujuan & Kegunaan

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan

dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bentuk perilaku

mengemudi siswa SMA kota

Tanjungpinang.

2. Kegunaan

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi atau masukan

bagi perkembangan ilmu

sosiologi dan menambah kajian

ilmu sosiologi, khususnya

mengenai perilaku mengemudi

siswa SMA.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan untuk

menentukan kebijakan apa

yang harus diambil berkenaan

dengan isi penelitian ini yaitu

misalnya untuk meminimalisir

tingkat kecelakaan lalu lintas

khususnya bagi pemerintah dan

pihak lain yang berhubungan.

Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat dijadikan

referensi pada penelitian

selanjutnya serta menjadi

informasi bagi masyarakat

Page 10: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

10

yang menaruh minat pada

(masalah) penelitian ini.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu

penelitian kualititatif. Menurut Prof.

Dr. Sugiyono (2005: 10) metode

penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang

alamiah. Tipe penelitian ini yaitu

penelitian deskriptif. Menurut

Sugiyono (2003: 11) penelitian

kualitatif deskriptif dilakukan dalam

beberapa tahap penelitian yaitu:

penelitian lapangan, studi

kepustakaan dan analisis data.

Peneliti memilih jenis dan tipe

penelitian kualitatif deskriptif karena

dianggap paling sesuai untuk

menjawab rumusan masalah.

2. Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi

penelitian ini adalah Kota

Tanjungpinang Kepulauan Riau.

Adapun alasan dipilihnya lokasi ini

adalah sebagai berikut:

a. Kota Tanjungpinang sebagai

Ibukota Kepulauan Riau

merupakan pusat dimana

masyarakatnya sudah semakin

modern dalam kesehariannya.

Alat transportasi yang digunakan

di Kota Tanjungpinang cukup

beragam, dan kendaraan bermotor

sudah semakin memadati ruas

jalan setiap harinya.

b. Kepolisian sudah melakukan

banyak program yang bertujuan

menumbuhkan kesadaran

mengenai pentingnya menjaga

keselamatan saat berkendara

namun fenomena di jalan raya

kota Tanjungpinang menunjukkan

Page 11: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

11

pelanggaran aturan lalu lintas

yang tampak diulang-ulang oleh

masyarakat.

3. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan informan

yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu Purposive Sampling yang

artinya pemilihan informan

dilakukan dengan

mempertimbangkan kriteria-kriteria

yang sudah ditentukan terhadap

obyek yang sesuai dengan tujuan

penelitian ini. Adapun kriteria

informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Merupakan siswa/i yang

bersekolah di SMA Kota

Tanjungpinang.

2. Membawa (mengemudikan)

sepeda motor dalam

kesehariannya.

3. Pernah melakukan salah satu

bentuk pelanggaran aturan lalu

lintas, seperti:

a. Tidak memiliki Surat

Izin Mengemudi (SIM),

b. Menerobos lampu lalu

lintas,

c. Kebut-kebutan dalam

mengemudi.

d. Tidak menggunakan

helm ganda.

e. Mengendarai sepeda

motor lebih dari dua

orang.

f. Melakukan modifikasi

(yang tidak sesuai

standar) pada

kendaraan bermotor

yang dimiliki, misalnya

pada plat kendaraan

bermotor atau knalpot

atau ban kendaraan

bermotor.

Page 12: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

12

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini

digali melalui teknik wawancara

pada siswa SMA yang menjadi objek

penelitian. Data yang dicari yaitu

bagaimana pengetahuan serta sikap

siswa SMA tentang hukum lalu lintas

yang berlaku dan mengenai jenis

pelanggaran apa yang dilakukan serta

alasan atau latar belakang dari

perilaku tersebut.

b. Data Sekunder.

Data sekunder dalam penelitian

ini dikumpulkan melalui penelusuran

berbagai pustaka serta dari instansi

terkait seperti kepolisian. Data yang

dicari yaitu data tentang banyaknya

pelanggaran aturan lalu lintas yang

terjadi di Tanjungpinang khususnya

rentang usia SMA. Data primer serta

data sekunder yang dibutuhkan

peneliti akan digunakan untuk

menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

a. Observasi

Observasi yang penulis

gunakan adalah observai non

partisipan dan melakukan observasi

sesuai kenyataan yang terjadi di

lapangan. Hal-hal yang diamati

dalam penelitian ini yaitu segala

kelengkapan kendaraan yang

digunakan siswa SMA dalam

mengemudi.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan

keterangan-keterangan dengan cara

bercakap-cakap dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat

memberikan keterangan kepada

Page 13: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

13

peneliti. Jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara

mendalam, dimana tujuannya unuk

memperoleh bentuk-bentuk

informasi dari semua responden,

tetapi susunan dan urtan kalimatnya

disesuaikan dengan ciri-ciri

responden.

Wawancara dalam penelitian

ini dilakukan untuk mendapat

informasi mengenai kesadaran

hukum siswa SMA tentang aturan

lalu lintas, serta tentang segala

bentuk perilaku dan semua faktor

yang mempengaruhi dan

melatarbelakangi pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa SMA. Adapun

yang menjadi instrumen penelitian

ini ialah pedoman wawancara dan

alat perekam

E. Tinjauan Pustaka

1. Kesadaran Hukum

Para ahli telah banyak

mendefinisikan hukum menurut

pendapatnya masing-masing, seperti

menurut Abdul Manan yaitu

“Hukum adalah suatu rangkaian

peraturan yang menguasai tingkah

laku dan perbuatan tertentu dari

manusia dalam hidup bermasyarakat.

Hukum itu sendiri mempunyai ciri

yang tetap yakni hukum merupakan

suatu organ peraturan-peraturan

abstrak, hukum untuk mengatur

kepentingan-kepentingan manusia,

siapa saja yang melanggar hukum

akan dikenakan sanksi sesuai dengan

apa yang telah ditentukan”. Seorang

ahli hukum lain, S. M. Amin juga

mengemukakan pendapatnya sebagai

berikut: “Hukum adalah kumpulan-

kumpulan peraturan-peraturan yang

terdiri dari norma dan sanksi-sanksi

itu disebut hukum dan tujuan hukum

itu adalah mengadakan ketatatertiban

Page 14: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

14

dalam pergaulan manusia, sehingga

keamanan dan ketertiban

terpelihara”. Berdasarkan definisi

para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa hukum merupakan kumpulan

peraturan yang sifatnya memaksa

dan menguasai perilaku manusia

yang memiliki tujuan menjaga

ketertiban dan keamanan. Para

pelanggar aturan hukum akan

mendapat sanksi sesuai dengan

perbuatannya.

Kesadaran hukum lebih banyak

merupakan perumusan dari kalangan

hukum mengenai penilaian tersebut,

yang telah dilakukan secara ilmiah.

Jadi kesadaran hukum sebenarnya

merupakan kesadaran atau nilai-nilai

yang terdapat dalam manusia tentang

hukum yang ada atau tentang hukum

yang diharapkan ada. Dengan

demikian yang ditekankan dalam hal

ini adalah nilai-nilai tentang fungsi

hukum dan bukan terhadap kejadian-

kejadian yang konkret dalam

masyarakat yang bersangkutan. Bila

demkian, kesadaran hukum

menekankan tentang nilai-nilai

masyarakat tentang fungsi apa yang

hendaknya dijalankan oleh hukum

dalam masyarakat. Berdasarkan

pendapat tersebut di atas, dapat

dikatakan bahwa persoalannya disini

kembali pada masalah dasar dari

validitas hukum yang berlaku, yang

akhirnya harus dikembalikan pada

nilai-nilai masyarakat.

Kesadaran hukum berkaitan

dengan nilai-nilai yang tumbuh dan

berkembang dalam suatu masyarakat.

Dengan demikian masyarakat

mentaati hukum bukan karena

paksaan, melainkan karena hukum

itu sesuai dengan nlai-nilai yang ada

alam masyarakat itu sendiri. Dalam

hal ini telah terjadi internalisasi

Page 15: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

15

hukum dalam masyarakat yang

diartikan bahwa kaidah-kaidah

hukum tersebut telah meresap dalam

diri masyarakat.

Terdapat empat indikator

kesadaran hukum, yang masing-

masing merupakan suatu tahapan

bagi tahapan berikutnya, yaitu:

a. Pengetahuan hukum,

Pengetahuan hukum adalah

pengetahuan seseorang mengenai

beberapa perilaku tertentu yang

diatur oleh hukum. Sudah tentu

bahwa hukum yang dimaksud disini

adalah hukum tertulis dan hukum

tidak tertulis. Pengetahuan tersebut

berkaitan dengan perilaku yang

dilarang ataupun perilaku yang

diperbolehkan oleh hukum.

Sebagaimana dapat dilihat dalam

masyarakat bahwa umumnya

seseorang mengetahui bahwa

mencuri, membunuh dan seterusnya

dilarang oleh hukum.

Pengetahuan hukum tersebut

erat kaitannya dengan asumsi bahwa

masyarakat dianggap mengetahui isu

suatu peraturan manakala peraturan

tersebut telah diundangkan.

Kenyataannya asumsi tersebut tidak

selalu benar, hal tersebut terbukti

dari berbagai penelitian yang

dilakukan d berbagai Negara.

b. Pemahaman hukum,

Pemahaman hukum dalam arti

di sini adalah sejumlah iformasi yang

dimiliki seseorang mengenai isi

peraturan dari suatu hukum tertentu.

Dengan lain perkataan pemahaman

hukum adalah suatu pengertian

terhadap isi dan tujuan dari suatu

peraturan dalam suatu hukum

tertentu, tertulis maupun tidak, serta

manfaatnya bagi pihak-pihak yang

kehidupannya diatur oleh peraturan

Page 16: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

16

tersebut. Dalam hal pemahaman

hukum, tidak disyaraktkan seseorang

harus terlebih dahulu mengetahui

adanya suatu aturan tertulis yang

mengatur sesuatu hal. Akan tetapi

yang dilihat di sini adalah bagaimana

persepsi mereka dalam menghadapi

berbagai hal, dalam kaitannya

dengan norma-norma yang ada

dalam masyarakat. Persepsi ini

biasanya diwujudkan melalui sikap

mereka terhadap tingkah laku sehari-

hari.

Pemahaman hukum ini dapat

diperoleh bila peraturan tersebut

dapat atau mudah dimengerti oleh

warga masyarakat. Bila demikian,

hal ini tergantung pula bagaimanakah

perumusan pasal-pasal dari peraturan

perundang-undangan tersebut.

c. Sikap hukum,

Sikap hukum adalah suatu

kecenderungan untuk menerima

hukum karena adanya penghargaan

terhadap hukum sebagai sesuatuu

yang bermanfaat atau

menguntungkan jika hukum itu

ditaati. Sebagaimana terlihat disini

bahwa kesadaran hukum berkaitan

dengan nilai-nilai yang terdapat di

masyarakat. Suatu sikap hukum akan

melibatkan pilihan warga terhadap

hukum yang sesuai dengan nilai-nilai

yang ada dalam dirinya sehingga

akhirnya warga masyarakat

menerima hukum berdasarkan

penghargaan terhadapnya.

d. Pola perilaku hukum.

(Soerjono Soekanto dalam

Otje dan Anthon)

Pola perilaku hukum adalah hal

yang utama dalam kesadaran hukum,

karena di sini dapat dilihat apakah

suatu peraturan berlaku atau tidak

dalam masyarakat. Dengan demikian

sampai seberapa jauh kesadaran

Page 17: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

17

hukum dalam masayarakat dapat

dilihat dari pola perilaku hukum

suatu masyarakat.

Setiap indikator menunjuk

pada tingkat kesadaran hukum

tertentu mulai dari yang terendah

sampai dengan yang tertinggi.

Apabila indicator-indikator dari

kesadaran hukum dipenuhi, maka

derajat kesadaran hukumnya tinggi,

begitu pula sebaliknya. Kesadaran

hukum berkaitan pula dengan

efektivitas hukum dan wibawa

hukum. Salah satu segi pembicaraan

mengenai efektivitas hukum

seringkali dikaitkan pengaruh hukum

terhadap masyarakat. Inti dari

pengaruh hukum terhadap

masyarakat adalah pola perilaku

wwarga masyarakat yang sesuai

dengan hukum yang berlaku atau

yang telah diputuskan. Bila hal ini

kita kaitkan dengan indicator

kesadaran hukum, maka hal ini

termasuk pada indicator yang

keempat. Jika tujuan hukum tersebut

tercapai, yaitu bila warga

dikehendaki oleh hukum, hal ini

dinamakan hukum tersebut efektif.

2. Fungsionalisme Struktural

Suatu fungsi adalah “suatu

kompleks kegiatan-kegiatan yang

diarahkan kepada pemenuhan suatu

kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan

sistem itu” (Rocher, R. Stryker

dalam Ritzer). Menggunakan definisi

tersebut, Parsons percaya bahwa ada

empat imperatif fungsional yang

perlu bagi (khas pada) semua sistem

yaitu; adaptation (A) (adaptasi), goal

attainment (G) (pencapaian tujuan),

integration (I) (integrasi), dan latency

(L) (Latensi) atau pemeliharaan pola.

Secara bersama-sama, keempat

imperatif fungsional itu dikenal

Page 18: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

18

sebagai skema AGIL. Agar dapat

lestari, suatu sistem harus

melaksanakan keempat fungsi

tersebut.

a. Adaptasi: suatu sistem harus

mengatasi kebutuhan mendesak

yang bersifat situasional eksternal.

Sistem itu harus beradaptasi

dengan lingkungannya dan

mengadaptasikan lingkungan

dengan kebutuhan-kebutuhannya.

b. Pencapaian tujuan: suatu sistem

harus mendefinisikan dan

mencapai tujuan utamanya.

c. Integrasi: suatu sistem harus

mengatur antarhubungan bagian-

bagian dari komponennya. Ia juga

harus mengelola hubungan

diantara tiga imperative

fungsional lainnya (A, G, L).

d. Latensi (pemeliharaan pola): suatu

sistem harus menyediakan,

memelihara dan memperbarui

baik motivasi para individu

maupun pola-pola budaya yang

menciptakan dan menopang

motivasi itu.

Parsons merancang skema

AGIL untuk digunakan pada semua

level di dalam sistem teoritisnya.

Organisme behavioral adalah sitem

tindakan yang menangani fungsi

adaptasi dengan menyesuaikan diri

dan mentransformasi dunia eksternal.

Sistem kepribadian melaksanakan

fungsi pencapaian tujuan dengan

mendefinisikan tujuan-tujuan sistem

dan memobilisasi sumber-sumber

daya untuk mencapainya. Sistem

sosial menangani fungsi integrasi

dengan mengendalikan bagian-

bagian komponennya. Terakhir,

sistem budaya melaksanakan fungsi

latensi dengan menyediakan norma-

norma dan nilai-nilai bagi para aktor

Page 19: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

19

yang memotivasi mereka untuk

bertindak.

F. Pembahasan

1. Kesadaran Hukum Lalu Lintas

Siswa SMA Kota Tanjungpinang

a. Pengetahuan Hukum Lalu Lintas

Siswa SMA Kota

Tanjungpinang

Pengetahuan hukum adalah

pengetahuan seseorang mengenai

beberapa perilaku tertentu yang

diatur oleh hukum. Sudah tentu

bahwa hukum yang dimaksud disini

adalah hukum tertulis dan hukum

tidak tertulis. Pengetahuan tersebut

berkaitan dengan perilaku yang

dilarang ataupun perilaku yang

diperbolehkan oleh hukum.

Sebagaimana dapat dilihat dalam

masyarakat bahwa umumnya

seseorang mengetahui bahwa

mencuri, membunuh dan seterusnya

dilarang oleh hukum (Soerjono

soekanto dalam Otje, Susanto dan

Anthon: 2004). Dari jawaban-

jawaban tersebut, tampak bahwa

pengetahuan informan tentang UU

yang mengatur lalu lintas masih

sangat minim. Sekalipun mengaku

bahwa pernah mendengar tentang

adanya UU yang mengatur tentang

lalu lintas, namun informan tidak

dapat menyebutkan secara detail.

Pada umumnya, mereka hanya bisa

menyebutkan tentang aturan-aturan

lalu lintas berdasarkan pengalaman

serta apa yang mereka dengar dan

lihat di jalan raya.

Meskipun memiliki

pengetahuan mengenai aturan perihal

kelengkapan berlalu lintas, informan

tetap saja belum sepenuhnya

menjadikannya sebagai patokan

dalam mengemudi. Ada banyak

faktor yang dapat mempengaruhi

Page 20: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

20

pengetahuan hukum lalu lintas siswa

SMA. Berdasarkan hasil wawancara,

proses sosialisasi mengenai aturan

hukum lalu lintas yang tidak

tersampaikan secara sempurna turut

mempengaruhi pengetahuan hukum

lalu lintas oleh siswa SMA tersebut.

Informan mengaku

mendapatkan sosialisasi mengenai

hukum lalu lintas dari sekolah.

Dalam membentuk kesadaran hukum

lalu lintas siswa, sekolah memiliki

peran sebagai pemberi informasi

serta turut mengontrol perilaku

siswa. Sekolah diharapkan mampu

mensosialisasikan tentang aturan

hukum lalu lintas yang berlaku di

masyarakat, setidaknya dengan

bekerja sama dengan pihak

kepolisian dan mengadakan kegiatan

sosialisasi atau penyuluhan. Akan

tetapi sekolah belum mampu

menciptakan suasana yang

menyenangkan dan membuat siswa

tertarik pada pembahasan yang

dalam hal ini yaitu sosialisasi hukum

lalu lintas. Sama halnya dengan

pihak kepolisian, sekolah hendaknya

mampu menemukan cara-cara atau

metode baru yang mampu menarik

perhatian siswa sehingga berminat

pada pengetahuan tentang hukum

lalu lintas tersebut.

Selain itu dari penelitian ini

ternyata ditemukan hanya sebanyak

dua sekolah yang memiliki aturan

mengenai siswa SMA yang harus

memiliki SIM saat berkendara.

Sisanya tidak memiliki aturan

tersebut. Longgarnya kontrol serta

kurang tegasnya sekolah dalam

penerapan tata tertib perihal

membawa kendaraan ini, turut

berpengaruh pada pola perilaku

siswa dalam mengemudi. Sekolah

gagal menyesuaikan kebutuhan siswa

Page 21: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

21

dengan apa yang di butuhkan

lingkungan saat ini. Melihat

maraknya terjadi kecelakaan yang

mana siswa SMA tidak luput dari hal

tersebut, sekolah seharusnya lebih

memperhatikan dan mampu

mengontrol siswa yang mengemudi.

Kemampuan adaptasi (adaptation)

manajemen sekolah terhadap

perubahan maupun perilaku siswa

nampak tidak berhasil, sehingga

sekolah gagal mempertahankan pola

(latency) sebagai tempat menyemai

dan menanam nilai-nilai dan norma.

Dalam penelitian ini, nilai serta

norma hukum lalu lintas termasuk

pada apa yang seharusnya

ditanamkan sekolah sebagai bentuk

fungsi laten sekolah. Akibat dari

fungsi adaptasi serta fungsi laten

sekolah yang tidak terlaksana dengan

baik, maka berdampak pada

pengetahuan hukum lalu lintas pada

siswa SMA yang minim

b. Pemahaman Hukum Lalu Lintas

Siswa SMA Kota

Tanjungpinang

Informan sejauh ini hanya

memiliki pemahaman tentang

simbol-simbol di jalan raya

berdasarkan apa yang sering mereka

lihat seperti larangan berhenti,

larangan parkir, tanda belokan, jalan

berliku serta tanda untuk berhati-hati

mengurangi kecepatan. Sedangkan

mengenai simbol-simbol yang masih

asing bagi mereka, informan masih

belum memahami jelas maksud dari

simbol-simbol yang digunakan di

jalan raya tersebut.

Menurut Soerjono soekanto

(dalam Otje, Susanto dan Anthon:

2004) dalam hal pemahaman hukum,

tidak disyaraktkan seseorang harus

terlebih dahulu mengetahui adanya

Page 22: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

22

suatu aturan tertulis yang mengatur

sesuatu hal. Akan tetapi yang dilihat

di sini adalah bagaimana persepsi

mereka dalam menghadapi berbagai

hal, dalam kaitannya dengan norma-

norma yang ada dalam masyarakat.

Persepsi ini biasanya diwujudkan

melalui sikap mereka terhadap

tingkah laku sehari-hari. Berdasarkan

jawaban informan, tampak bahwa

mereka memiliki pemahaman, akan

tetapi tidak secara mendalam sebab

mereka masih memiliki

ketidakpahaman terhadap rambu-

rambu lalu lintas yang digunakan di

jalan. Sebagian besar informan

mengaku bahwa pemahaman tentang

rambu lalu lintas seperti symbol-

simbol, mereka dapatkan dari apa

yang mereka lihat dan pengalaman

ketika mengemudi sehari-hari di

jalan raya. Keterbatasan informasi

inilah yang paling berpengaruh

terhadap pemahaman informan. Hal

ini yang kemudian dapat turut

mempengaruhi perilaku mereka di

jalan raya. Disebabkan oleh

minimnya pemahaman, maka tidak

dapat dipungkiri bahwa

kemungkinan mereka melakukan

pelanggaran di jalan raya akan

semakin besar.

c. Sikap Hukum Lalu Lintas Siswa

SMA Kota Tanjungpinang

Sekalipun tau dan paham

bahwa perbuatan melanggar aturan

hukum lalu lintas itu adalah

perbuatan yang tidak benar, namun

informan masih belum sepenuhnya

bisa menghindarinya.

Kecenderungan informan untuk

kembali mengulang pelanggaran

hukum lalu lintas tampak dari

jawaban-jawaban ketika dilakukan

wawancara. informan belum jera

Page 23: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

23

meskipun sudah pernah mendapat

sanksi berupa tilang (tindakan

langsung) dari polisi lalu lintas.

Terbukti bahwa mereka masih berani

mengemudikan sepeda motor

sekalipun sudah pernah diberi

peringatan dan paham bahwa hal

tersebut dilarang. Bahkan perihal

kelengkapan mengemudi lainnya

yang sudah diperingatkan pun

mereka masih bersikap membandel

dan tidak mengikuti himbauan yang

diberikan.

Sikap hukum adalah suatu

kecenderungan untuk menerima

hukum karena adanya penghargaan

terhadap hukum sebagai sesuatu

yang bermanfaat atau

menguntungkan jika hukum itu

ditaati. (Soerjono soekanto dalam

Otje, Susanto dan Anthon: 2004).

Sikap hukum informan belum bisa

dikatakan baik, karena

kecenderungan informan untuk

mematuhi hukum lalu lintas yang

berlaku masih lebih kecil

dibandingkan kecenderungan untuk

melanggar dan mengabaikan aturan

itu. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan, dapat diambil kesimpulan

bahwa informan tidak menganggap

serius masalah pelanggaran hukum

lalu lintas yang mereka lakukan.

Maksudnya, mereka tidak merasa

bahwa pelanggaran hukum lalu lintas

yang mereka lakukan adalah

kesalahan fatal karena mereka masih

berani melakukan pelanggaran lalu

lintas tersebut. Hal tersebut membuat

peneliti menyimpulkan bahwa

informan masih belum begitu

menghargai hukum lalu lintas yang

berlaku. Informan masih belum

menanggapi serius persoalan

mentaati hukum lalu lintas.

Penghargaan informan terhadap

Page 24: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

24

hukum lalu lintas yang berlaku masih

sangat minim mengingat sikap

mereka terhadap hukum yang

berlaku tidak mencerminkan sikap

yang taat hukum. Terbukti dari

pernyataan mereka yang justru

mencari-cari cara dan celah agar bisa

lolos dari sanksi pelanggaran hukum

yang mereka lakukan.

Sebagai agen sosialisasi paling

utama, keluarga ialah pihak yang

dianggap paling berperan dalam

membentuk perilaku anak. Keluarga

merupakan lingkungan yang paling

dekat dengan anak, dalam hal ini

siswa SMA. Segala macam bentuk

perilaku-perilaku yang sudah

menjadi kebiasaan dalam sebuah

keluarga biasanya akan turut menjadi

acuan paling utama bagi setiap

anggota keluarga dalam

kesehariannya. Berdasarkan fakta

yang diperoleh pada penelitian ini,

bahwa orangtua yang seharusnya

mencontohkan serta membimbing

anak untuk taat pada aturan, justru

telah memfasilitasi anak dalam

melanggar aturan lalu lintas, yaitu

memberikan izin pada anak untuk

mengendarai sepeda sekalipun

mereka paham bahwa anak belum

berada pada usia yang cukup untuk

mengendarai kendaraan bermotor.

Hal tersebut tentu saja menunjukkan

bahwa orangtua gagal melakukan

perannya sebagai pembimbing,

contoh serta teladan bagi anak.

Orangtua informan mengaku bahwa

mereka memberikan kebebasan pada

anak agar menggunakan kendaraan

sendiri dikarenakan alasan-alasan

seperti kesibukan, sebagai efisiensi

waktu, serta juga dilatarbelakangi

perhitungan biaya. Penelitian ini

menunjukkan bahwa orang tua dalam

hal ini telah gagal melakukan fungsi

Page 25: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

25

adaptasi terhadap perubahan pola

pikir dan budaya anak pada jaman

modern. Orangtua yang seharusnya

mampu menyesuaikan kebutuhannya

dengan kebutuhan anak, malah

mencari cara untuk memenuhi

kebutuhan anak dengan cara yang

tidak sesuai dengan norma yang

berlaku. Selain itu, hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa keluarga

telah gagal mempertahankan pola

sebagai peletak dasar nilai-nilai dan

norma untuk membekali anak dengan

budi pekerti yang baik.

Ketidakmampuan ini membuat

keluarga tidak mampu membawa

serta mengarahkan pola perilaku agar

sesuai de-ngan nilai dan norma yang

berlaku. Selain itu orangtua justru

ikut andil dalam pembuatan SIM

tembak, yang artinya orangtua turut

mendukung perbuatan anak dalam

melakukan tindak kecurangan

terhadap aturan. Orangtua informan

juga bermaksud untuk menghindari

pelanggaran hukum lalu lintas

perihal mengemudi tanpa SIM,

namun dengan cara yang salah alias

tidak sesuai aturan dengan membuat

SIM tembak. Kesadaran hukum

berkaitan dengan nilai-nilai yang

terdapat di masyarakat. Suatu sikap

hukum akan melibatkan pilihan

warga terhadap hukum yang sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam

dirinya sehingga akhirnya warga

masyarakat menerima hukum

berdasarkan penghargaan

terhadapnya (Soerjono soekanto

dalam Otje, Susanto dan Anthon:

2004). Penelitian ini melihat

masyarakat sebagai struktur yang

berperan dalam membentuk

kesadaran hukum siswa SMA. Pada

penelitian ini, ditemukan disfungsi

pada masyarakat. Masyarakat yang

Page 26: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

26

seharusnya melakukan kontrol bagi

anggotanya, yang dalam hal ini siswa

SMA, justru turut menjadi

penyumbang angka pelanggaran dan

menjadi contoh tidak baik bagi siswa

SMA. Pada penelitian ini, kegagalan

masyarakat untuk melakukan fungsi

integrasi antara norma hukum lalu

lintas yang berlaku dengan keinginan

masyarakat, telah berdampak pada

perilaku hukum lalu lintas

masyarakat itu sendiri. Perilaku

pelanggaran hukum lalu lintas oleh

masyarakat ini kemudian menjadi

sebuah kebiasaan yang dimaklumi,

kareena sebagian besar anggota

masyarakat turut melakukannya.

Berdasarkan pernyataan

informan, tindakan pelanggaran

hukum lalu lintas yang mereka

lakukan juga dikarenakan mereka

terbiasa melihat masyarakat sekitar

melakukan hal yang sama. Hal ini

kemudian dijadikan alasan untuk

ikut-ikutan mengulang pelanggaran

tersebut. Pemeliharaan nilai dan

norma adalah tanggung jawab

bersama masyarakat. Melihat fakta

yang ada, tampak bahwa struktur

masyarakat tidak mampu

menjalankan fungsi laten nya sebagai

pengontrol serta pemelihara pola

tindakan agar anggota masyarakat

sesuai dengan aturan yang ada.

Maraknya pelanggaran hukum lalu

lintas yang dilakukan masyarakat

kota Tanjungpinang, menjadi sebuah

faktor penting yang mempengaruhi

kesadaran hukum serta sikap hukum

lalu lintas siswa SMA kota

Tanjungpinang.

Dalam membentuk kesadaran

hukum siswa SMA, kepolisian

berperan penting sebagai pihak yang

mengontrol jalannya norma hukum

lalu lintas yang berlaku. Namun

Page 27: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

27

demikian, hal-hal seperti

penyelewengan alias bentuk

kecurangan turut pula dilakukan oleh

oknum kepolisian tertentu demi

memenuhi kepentingan pribadinya.

Berdasarkan keterangan informan,

selain kecurangan dalam masalah

pemberian sanksi tilang, polisi juga

dikatakan melakukan kecurangan

perihal pengurusan SIM menurut

pengalaman mereka. Berdasarkan

pernyataan informan, ada pula

oknum-oknum polisi tertentu yang

melakukan praktek kecurangan

perihal pengurusan SIM. Fakta

tersebut membuktikan bahwa telah

terjadi disfungsi polisi dalam

membentuk kesadaran hukum siswa

SMA. Rusaknya citra polisi di mata

masyarakat adalah sebagai bukti

gagalnya fungsi adaptasi pihak

kepolisian. Mereka dalam hal ini

tidak mampu menyesuaikan

kebutuhan-kebutuhannya dengan

lingkungannya dan malah

menyimpang serta melakukan

pelanggaran atas nilai serta norma

yang dianut. Hal tersebut turut juga

mengagalkan polisi dalam

menjalankan fungsi goal attaintment

yang mana mereka tidak mampu

menggiring siswa SMA agar

bertindak sesuai norma hukum lalu

lintas yang berlaku di masyarakat.

Tindakan oknum-oknum tertentu

yang telah membuat siswa SMA

memandang pihak kepolisian sebagai

pelaku kecurangan menyebabkan

pihak kepolisian gagal

mempertahankan pola (fungsi laten)

polisi sebagai pihak yang

memberikan contoh bagi siswa SMA

d. Pola Perilaku Hukum Lalu

Lintas Siswa SMA Kota

Tanjungpinang

Page 28: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

28

Informan mengaku sering

melanggar aturan. Jadi, sekalipun

informan menyadari bahwa tindakan

melanggar aturan hukum itu tidak

benar, mereka tetap melakukannya.

Hal tersebut juga tampak sudah

menjadi semacam kebiasaan karna

sering dilakukan dan informan

merasa bahwa hal tersebut bukan

saja kebiasaannya, melainkan telah

menjadi kebiasaan pengguna jalan

yang lain.

Menurut Soerjono soekanto

(dalam Otje, Susanto dan Anthon:

2004) pola perilaku hukum adalah

hal yang utama dalam kesadaran

hukum, karena di sini dapat dilihat

apakah suatu peraturan berlaku atau

tidak dalam masyarakat. Dengan

demikian sampai seberapa jauh

kesadaran hukum dalam masyarakat

dapat dilihat dari pola perilaku

hukum suatu masyarakat.

Pelanggaran aturan lalu lintas di kota

Tanjungpinang yang memang

tampak telah menjadi kebiasaan,

secara tidak langsung juga

mempengaruhi pola perilaku hukum

siswa SMA kota Tanjungpinang.

Akibat melihat kesalahan yang

diulang-ulang, menjadikan mereka

tidak lagi memandang tindakan

melanggar hukum lalu lintas itu

sebagai sebuah kesalahan fatal,

melainkan sebuah kebiasaan yang

dimaklumi. Pola prilaku hukum lalu

lintas siswa SMA jadi turut

mengulang pelanggaran hukum

tersebut. Dalam penelitian ini, media

massa secara tidak langsung turut

pula mempengaruhi pola pikir siswa

SMA yang kemudian berdampak

pada kesadaran hukumnya dalam

berlalu lintas. Banyaknya tayangan-

tayangan televisi seperti sinetron

yang menceritakan tentang balap liar

Page 29: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

29

dan perilaku ugal-ugalan di jalan

raya, yang menampilkan bentuk

kendaraan bermotor yang

dimodifikasi sedikit banyak

membuat mereka melihat hal itu

sebagai hal yang keren dan menjadi

tren di kalangan mereka.

Berdasarkan keterangan sebagian

besar informan yang mengaku turut

mengonsumsi siaran televisi tentang

balap motor dan berkendara yang

ugal-ugalan, bisa diambil kesimpulan

bahwa lembaga pers gagal

menjalankan fungsi adaptasinya.

Dalam hal ini informan menyatakan

bahwa mereka mempunyai

ketertarikan terhadap apa yang

disajikan media dan pada akhirnya

hal tersebut mempengaruhi pola

perilakunya dalam mengemudi. Pers

seharusnya mampu menggiring opini

masyarakat ke arah yang dibutuhkan

struktur masyarakat saat ini. Dengan

maraknya angka kecelakaan serta

aksi pelanggaran aturan lalu lintas,

mestinya pers menampilkan bahaya

dari berkendara ugal-ugalan dan

bukan malah menampilkan sinetron

yang notabene menceritakan tentang

kehidupan balap yang seolah keren

dan menarik. Pers telah

mengadaptasi perubahan kebutuhan

masyarakat yang salah, sehingga pers

telah kehilangan arah sebagai media

pencerah bagi pemikiran masyarakat

berdasarkan fungsi goal attainment.

Media massa yang semestinya

menambah pengetahuan masyarakat

perihal betapa pentingnya kesadaran

hukum dalam berlalu lintas, justru

menampilkan acara-acara yang

bertentangan dengan hal tersebut.

Siswa SMA yang mengosumsi acara

tersebut pun secara tidak langsung

akan berpengaruh perilakunya

berdasarkan apa yang ia lihat.

Page 30: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

30

2. Perilaku Mengemudi Siswa SMA

Kota Tanjungpinang

Lemahnya kesadaran hukum

berlalu lintas pada siswa SMA kota

Tanjungpinang adalah karena adanya

kegagalan atau disfungsi lembaga-

lembaga serta struktur sosial dalam

masyarakat. Lembaga dan struktur

masyarakat yang tidak berdaya

dalam pengendalian sosial mengenai

norma hukum lalu lintas ini pada

umumnya terjadi karena adanya

penyimpangan oleh sebagian besar

pemimpin dan anggota masyarakat

tersebut. Dalam penelitian ini

ditemukan bahwa ternyata

pelanggaran-pelanggaran aturan

hukum lalu lintas yang telah menjadi

semacam kebiasaan memang

menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi pola perilaku hukum

siswa SMA kota Tanjungpinang.

Stuktur masyarakat tidak lagi mampu

menjalankan fungsinya dengan baik

ketika sebagian besar anggotanya

melakukan penyimpangan nilai dan

norma yang dianut.

Bentuk perilaku mengemudi

siswa SMA dapat diketahui setelah

mengetahui kesadaran hukum lalu

lintas pada siswa SMA. Berdasarkan

hasil penelitian ditemukan bahwa

kesadaran hukum lalu lintas siswa

SMA hanya sebatas mengetahui

aturan hukum secara umum. Siswa

SMA tidak mempunyai pemahaman

yang mendalam mengenai aturan lalu

lintas yang berlaku. Sikap hukum

lalu lintas siswa SMA juga tidak

menghargai hukum lalu lintas yang

ada. Hal ini yang kemudian membuat

mereka tidak berlaku sesuai aturan

dalam mengemudi.

Perilaku mengemudi siswa

SMA tidak mampu beradaptasi

dengan aturan hukum yang berlaku

Page 31: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

31

di jalan raya. Aturan hukum yang

ada mengharuskan perilaku

mengemudi yang aman dan tidak

bertentangan dengan aturan yang

ada. Akan tetapi dalam penelitian ini

ditemukan bahwa ternyata perilaku

mengemudi siswa SMA tidak sesuai

dengan apa yang diharuskan dan apa

yang tidak diperolehkan di jalan

raya. Siswa SMA kota

Tanjungpinang dalam mengemudi

bertujuan untuk memenuhi

kebutuhannya dalam beraktifitas agar

bisa sampai ke tujuan dengan aman,

akan tetapi dalam pencapaian tujuan

ini mereka mengabaikan aturan-

aturan yang berlaku di jalan raya.

Selain itu perilaku mereka dalam

mengemudi tidak mampu

mengintegrasikan antara penyesuaian

dan tujuan mereka. Jadi, mereka

tidak mampu menyesuaikan

kebutuhan dengan aturan yang ada,

serta melakukan pelanggaran demi

mencapai tujuan, hal ini yang

kemudian membuat pola perilaku

mereka dalam mengemudi yang

sebagai pelanggar aturan terus

menerus terjadi secara berulang

karna adanya kebiasaan melanggar

aturan dalam masyarakat.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dipaparkan dan telah

dijabarkan dalam penyajian dan

analisis data mengenai perilaku

mengemudi lalu lintas siswa SMA,

penelitian ini menyimpulkan

beberapa hal yaitu:

1. Pengetahuan siswa SMA kota

Tanjungpinang tentang aturan

hukum lalu lintas hanya

sebatas bentuk-bentuk aturan

secara umum. Mereka tidak

memiliki pemahaman

Page 32: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

32

mendalam mengenai aturan

hukum lalu lintas yang

berlaku.

2. Siswa SMA kota

Tanjungpinang masih belum

menanggapi serius persoalan

mentaati hukum lalu lintas.

Penghargaan mereka terhadap

hukum lalu lintas yang

berlaku masih sangat minim

mengingat sikap mereka

terhadap hukum yang berlaku

tidak mencerminkan sikap

yang taat hukum.

3. Ada beberapa sistem atau

lembaga yang mempengaruhi

bentuk kesadaran hukum lalu

lintas siswa SMA kota

Tanjungpinang, di antaranya

sekolah, keluarga, pihak

kepolisian, masyarakat serta

media massa. Lembaga yang

berhubungan dengan siswa

SMA ini tidak mampu

menjalankan perannya sesuai

status yang dimiliki.

4. Kesadaran hukum dalam

berlalu lintas yang dimiliki

siswa SMA kota

Tanjungpinang dapat

disimpulkan hanya sebatas

mengetahui. Secara umum,

mereka memiliki

pengetahuan mengenai aturan

hukum tentang apa-apa saja

yang dilarang dan diharuskan

dalam mengendarai

kendaraan di jalan raya. Akan

tetapi, mereka belum

memiliki pemahaman yang

mendalam. Hal ini

disebabkan oleh sosialisasi

tentang hukum lalu lintas

yang didapatkan mereka

kurang sempurna yang

dikarenakan oleh kurangnya

Page 33: PERILAKU MENGEMUDI SISWA SMA KOTA TANJUNGPINANGjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · ilmu sosiologi, khususnya mengenai perilaku mengemudi siswa

33

minat mereka terhadap hal

tersebut.

5. Perilaku mengemudi siswa

SMA kota Tanjungpinang

masih belum sesuai dengan

aturan yang berlaku dan

cenderung melanggar aturan.

Kecenderungan siswa SMA

kota Tanjungpinang untuk

mengulang perbuatan

melanggar aturan hukum lalu

lintas dikarenakan anggapan

mereka bahwa melanggar

aturan ini sudah menjadi

semacam kebiasaan dalam

masyarakat.

H. Daftar Pustaka

Ali, Zaenudin. 2008. Sosiologi

Hukum. Jakarta: CV. Sinar

Grafika

Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori

Hukum (Legal Theory) dan Teori

Peradilan (Judicialprudence)

Termasuk Interpretasi Undang-

Undang (Legisprudence). Jakarta:

Kencana

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur

Penelitian; Suatu Pendekatan

Paktek. Jakarta: Rineka Cipta

C.S.T. Kansil. 1992. Pengantar Ilmu

Hukum Dan Tata Hukum

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Manan, Abdul. 2006. Aspek-aspek

Pengubah Hukum. Jakarta:

Kencana

Poloma, Margaret M. 2010.

Sosiologi Kontemporer. Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada

Rahardjo, Satjipto. 2009. Hukum dan

Perilaku, Hidup Baik adalah

Dasar Hukum yang Baik, Jakarta:

Kompas

Ritzer, George. 2012. Teori

Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Terakhir

Postmodern. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Salman, H. R. Otje dan Susanto,

Anthon F. 2004. Beberapa Aspek

Sosiologi Hukum. Bandung: PT

Alumni

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi

Suatu Pengantar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa

Depdiknas

------------- 2005. Memahami

Penelitian Kualitatif. Bandung :

Alfabeta

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar

sosiologi (edisi ketiga). Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Link Terkait:

http://fokus.news.viva.co.id/n

ews/read/476357-mengerikan--