repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · bab i pendahuluan 1.1. latar...

15
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber kekayaan yang tidak ternilai harganya. Sebelum masuknya agama-agama besar ke Indonesia ternyata di Indonesia sendiri telah ada agama yang menjadi nilai luhur yang di pedomani dan di ikuti oleh para pengikutnya dan terbukti mampu mendorong pengikutnya menuju kehidupan yang lebih baik dan ternyata juga ajarannya mampu menggiring para pengikutnya mengikuti perkembangan jaman sehingga para pengikutnya mampu hidup dan bersaing secara sosial dan ekonomi dengan para pemeluk agama besar lainnya. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat kaya akan keberadaan suku bangsa. Secara horizontal dalam struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan agama, adat dan perbedaan kedaerahan (Nasikun, 1993). Salah satu unsur dari keberagaman bangsa Indonesia adalah keberagaman keagamaan. Aliran kepercayaan merupakan suatu ajaran pandangan hidup berkepercayaan kepada Tuhan YME yang tidak bersandarkan sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada. Dengan kata lain, dalam kehidupan moralnya maupun dalam rangka "menyembah kepada Tuhan" penganut paham "aliran Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberagaman suku bangsa dan agama di Indonesia adalah sumber

kekayaan yang tidak ternilai harganya. Sebelum masuknya agama-agama besar ke

Indonesia ternyata di Indonesia sendiri telah ada agama yang menjadi nilai luhur

yang di pedomani dan di ikuti oleh para pengikutnya dan terbukti mampu

mendorong pengikutnya menuju kehidupan yang lebih baik dan ternyata juga

ajarannya mampu menggiring para pengikutnya mengikuti perkembangan jaman

sehingga para pengikutnya mampu hidup dan bersaing secara sosial dan ekonomi

dengan para pemeluk agama besar lainnya.

Indonesia adalah sebuah negara yang sangat kaya akan keberadaan suku

bangsa. Secara horizontal dalam struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh

kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan

agama, adat dan perbedaan kedaerahan (Nasikun, 1993). Salah satu unsur dari

keberagaman bangsa Indonesia adalah keberagaman keagamaan.

Aliran kepercayaan merupakan suatu ajaran pandangan hidup

berkepercayaan kepada Tuhan YME yang tidak bersandarkan sepenuhnya kepada

ajaran agama-agama yang ada. Dengan kata lain, dalam kehidupan moralnya

maupun dalam rangka "menyembah kepada Tuhan" penganut paham "aliran

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

kepercayaan" tidak berpegang ataupun tidak menganut pada suatu ajaran agama

tertentu (http://www.indopubs.com/archives>[email protected]).

Sudah di akui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua masyarakat

yang dikenal di dunia ini, bersifat relijius. Bangsa Indonesia juga merupakan

masyarakat yang relijius yang mana hal ini juga tertulis pada dasar negara yaitu

pancasila, sila ketuhanan yang maha esa. Hal tersebut, tercermin baik dalam

kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Dalam lingkungan

masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan

keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan.

Secara filosofis, sosio- politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia

sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Agama juga telah menjadi

bagian dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi

dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia (WWW.depag.go.id, 19 Februari

2010 : 20: 34 WIB).

Keberadaan agama di Indonesia telah ditetapkan pemerintah yang

mengacu pada ketetapan presiden Nomor 1 tahun 1965. Dalam penjelasannya

disebutkan bahwa agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha

adalah agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia. Selain dari pada

itu agama-agama dan kepercayaan lain boleh tumbuh dan berkembang di

Indonesia. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mendorong dan membantu

perkembangan agama-agama tersebut. Negara memiliki tugas memberikan

perlindungan, pelayanan dan membantu pembangunan dan pemeliharaan sarana

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

peribadatan serta mendorong pemeluk agama yang bersangkutan agar menjadi

pemeluk agama yang baik.

Kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa telah ada sejak dahulu kala.

Sebagian aliran kepercayaan ini membawa dampak, yaitu adanya usaha agar

aliran kepercayaan tersebut disejajarkan sebagai agama. Sebelum agama-agama

resmi masuk ke nusantara, di setiap daerah telah ada agama-agama atau

kepercayaan asli, seperti agama sunda Wiwitan yang kini tersisa pada etnis Baduy

di kanekes (Banten); agama sunda wiwitan aliran madrais, juga dikenal sebagai

agama cigugur di kuningan, jawa barat; agama buhun di jawa barat ; kejawen di

jawa tengah dan jawa timur; agama parmalim, agama asli batak; agama kaaringan

di Kalimantan; keercayaan tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara ; tolottang

di Sulawesi selatan; wetu telu di Lombok; naurus di pulau seram di propinsi

Maluku, dan lain sebagainya ( WWWP.presidenby.info, 21 Februari 2010 : 21:

30).

Agama menurut Yinger, adalah “sistem kepercayaan dan peribadatan yang

digunakan oleh berbagai bangsa dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan-

persoalan tertinggi dalam kehidupan manusia”(Scharf 2004:35). Agama memiliki

peran sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara, agama

mampu mendorong terciptanya sebuah kondisi yang baik melalui ajaran-ajaran

dan dogma-dogma agamanya. Seperti yang telah diuraikan oleh Max Weber

dalam The Protestant Ethic and the The Spirit Capitalisme yang diterbitkan pada

tahun 1904, dimana ditampilkan mengenai bukti-bukti mengenai hubungan antara

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

berbagai bentuk tertentu agama protestan dan perkembangannya yang sangat

cepat menuju kapitalisme. Max Weber menemukan bahwa bagi pemeluk agama

protestan bekerja adalah nilai intrinsic, bukan sekedar konsekuensi dari tuntutan

hukum atas diri Adam. Dalam Calvinisme, bukan ajaran Katholik atau Lutheran,

menekankan kebebasan untuk memilih panggilan, bukan kewajiban untuk

menerima ketetapan yang diberikan kepada manusia ketika dilahirkan. Kedua

aspek dari doktrin panggilan ini , yakni kesungguhan dalam bekerja dan hak serta

tugas individu untuk memilih bidang kegiatannya, jelas akan membantu

perkembangan ekonomi bila keduanya tidak hanya diajarkan, tetapi dipraktekkan

secara actual. Weber berkeyakinan bahwa kedua aspek tersebut secara merata

dipraktekkan di mana saja doktrin Calvinisme tentang takdir dipegang secara

sungguh-sungguh. Konsekuensinya, mereka berada dalam aktivitas yang tiada

henti-hentinya, dalam disiplin pribadi yang kuat, dan dalam meraih tujuan-tujuan

mereka secara metodik, disertai keyakinan bahwa mereka benar-benar termasuk di

antara orang-orang yang terpilih (oleh tuhan untuk diselamatkan) Betty R. Scharf,

2004.

Parmalim adalah salah satu kepercayaan yang di anut oleh masyarakat

yang ada di provinsi sumatera utara. Penganut parmalim menyebutnya sebagai

Ugamo malim yang merupakan agama asli suku batak toba dan merupakan

kelanjutan dari agama lama (Situmorang, 1993: 230). Dasar kepercayaan agama

ini adalah melaksanakan tita-titah yang dipercayai berasala dari tuhan debata

mulajadi nabolon ( tuhan yang maha esa ) sebagai pencipta manusia, langit, bumi,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

dan segala isi alam semesta dan roh nenek moyang. Segala perintah dan ajaran-

ajaran debata mulajadi nabolon disampaikan melalui raja nasiakbagi yaitu

sisingamangaraja yang disebut juga nabi parmalim. Sisingamangaraja adalah

salah satu roh yang diyakini kesaktiannya, karena dialah yang “maningahon adat

dohot uhum” (menyampaikan segala perintah hukum dan adat istiadat kepada

keturunannya).

Agama ini pada saat ini dipimpin oleh seorang oleh seseorang pimpinan

tertinggi yaitu, raja Marnangkok Naipospos dan berpusat di desa pardomuan nauli

dan di bawah pimpinan tertinggi ada juga pimpinan yang ada di luar daerah yaitu

pimpinan di setiap cabang parmalim yang di sebut ulu punguan, yang bertugas

memimpin dan mengontrol penganut parmalim diberbagai daerah. Parmalim

mempunyai keperayaan terhadap ajaran-ajaran ataupun perintah debata mulajadi

nabolon yang harus di amalkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan seputar kapan timbulnya ajaran

kepercayaan parmalim. Menurut karl helbig dan paderson, ajaran kepercayaan

parmalim timbul sekitar tahun 1870 (sidjabat, 1982: 326), dan (hortling, 1913:

163) berpendapat bahwa kepercayaan parmalim timbul sekitar tahun 1892. Dalam

buku sitomorang, agama parmalim didirikan oleh seorang tokoh spiritual yaitu

guru somalaing pardede pada tahun 1890-an yang merupakan penasehat dan

pembantu utama sisingamangaraja XII dlam masa perlawanan penjajahan

Belanda. Dalam hal ini kepercayaan ini menjadikan sisingamnagraja sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

tokoh sentral karena dianggap titisan mulajadi nabolon ( sitomorang, 2004 ; 65-

72).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang berbeda sebenarnya sulit ditentukan

sejak kapan pastinya agama parmalim itu muncul. Apabila kita lihat dari sistem

kepercayaan dan tata aturan yang di jalankan oaleh penginkutnya bahwa ajaran

ini telah ada sejak dahulu, namun belum terlembaga menjadi sebuah agama.

Pusat penyebaran agama ini terdapat di Kabupaten Toba Samosir dan

tersebar 34 cabang di seluruh Indonesia. Jumlah pengikutnya di Kabupaten Toba

Samosir diperkirakan 1000 kk, sedangkan jumlah penganut yang tercatat di

seluruh Indonesia sekitar 500 kk ( Tempo, edisi Hari Kemerdekaan, 2006 hal; 41).

Desa huta tinggi adalah tempat berdirinya salah satu pusat kegiatan dan

peribadatan agama parmalim. Dalam perkembangannya desa hutatinggi itu di

gabung dengan desa-desa kecil menjadi satu kesatuan desa yang besar yang di

sebut desa pardomuan Nauli. Di desa inilah pusat agama parmalim berkembang

yang di pimpin oleh raja marnangkok naipospos. Jumlah pengikut agama

parmalim yang kecil menunjukkan adanya perubahan sistem religi pada

masyarakat batak asli di desa Pardomuan Nauli ini.

Agama parmalim merupakan agama kuno yang hampir dilupakan oleh

negara. Hal tersebut berpengaruh terhadap kehidupan penganutnya dalam

bermasyarakat maupun bernegara. Dimana penganutnya mengalami diskriminasi

sebagai kelompok minorotas dan tidak mendapat pengakuan sebagai agama resmi.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

Tapi walaupun dalam kondisi demikian agama ini sampai sekarang mampu

bertahan dan agama ini melalui lembaga-lembaga sosialnya bisa menaikkan taraf

hidup penganutnya menuju kesejahteraan.

Salah satu lembaga sosial milik masyarakat parmalim adalah lembaga

ugasan torop. Lembaga ugasan torop lahir melalui inisiatif dari dari seorang raja

yang pernah memimpin masyarakat parmalim, raja nasiak bagi mengajarkan

untuk mendirikan Ugasan Torop, setiap tahun masing-masing warga

mengumpulkan sejumlah tertentu padi atau uang dalam lumbung (kas), tujuannya

menyantuni kehidupan warga yang tidak mampu, yatim piatu dan warga miskin

dijamin oleh harta bersama ini. Yang kurang mampu tidak diwajibkan untuk

memberikan sumbangan hingga kehidupannya lebih baik, namun memiliki hak

yang sama.

Parmalim tidak mengenal konsep panti karena dalam budaya batak adat do

palomehon pinahan, alai tihas do palumehon jolma, memliharakan ternak adalah

hal biasa dengan konsep bagi hasil, namun memeliharakan ( karena cacat, miskin

dan jompo) manusia adalah pantangan besar.

Bentuk apapun manusia yang di anugerahkan kepada keluarga adalah

menjadi tanggung jawabnya dan komunitasnya. Konsep itu tetap hidup dalam

parmalim sehingga warga parmalim dalam keadaan apapun tidak dia anjurkan

masuk apnti asuhan dan tidak berusaha membentuk panti. Kehidupan dijamin

dengan adanya ugasan torop.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

Sebuah konsep kelembagaan yang bentuknya mirip dengan Ugasan Torop

adalah Baitul Maal atau balai usaha terpadu, sebuah lembaga yang memadukan

kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Kegiatan ekonomi tersebut

adalah dengan mendorong kegiatan menabung, dan membantu pembiayaan usaha

ekonomi anggota dan masyarakat lingkungan. Sedangkan fungsi sosialnya adalah

dengan menggalang dana titipan sosial untuk kepentingan masyarakat seperti ZIS

(Zakat, Infak, dan Sadaqah).

Bertitik tolak dari kenyataan ini penulis mencoba memaparkan lembaga

Ugasan Torop milik masyarakat Parmalim. Pada kenyataanyya komunitas

pemeluk agama parmalim hanyalah komunitas kecil yang masih berpegang teguh

pada ajaran dan norma adatnya, namun di tengah segala keterbatasan dan

diskriminasi yang di hadapi oleh kepercayaan ini para penganutnya membuktikan

mereka mampu bangkit dan membuktikan eksistensinya di masyarakat. Dari

pengamatan sementara dari penulis di dapat sebuah fenomena yang luar biasa

dimana ugasan torop mampu memberikan bantuan kepada para anak-anak dari

pengikut agama parmalim untuk berkuliah di luar negeri, dan hal ini semakin

menguatkan penulis untuk meneliti seperti apakah sistem yang terdapat di

lembaga ini sehingga mampu membuat agama ini secara perlahan-lahan menuju

kesejahteraannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

1.2. Perumusan Masalah

Mengacu kepada pernyataan moleong (1996:62) bahwa; masalah adalah

suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang

menghasilkan situasi yang membingungkan yaitu suatu yang tidak di pahami atau

tidak dapat diterangkan waktu itu. Berangkat dari latar belakang masalah berikut

uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk menarik

suatu permasalahan agar lebih mengarah pada penelitian yang di maksud yaitu:

1. Bagaimana pengelolaan lembaga ugasan torop dalam masyarakat

parmalim?

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

2. Mengapa lembaga Ugasan Torop tetap eksis dan bertahan sampai sekarang

ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui pengelolaan lembaga Ugasan Torop milik masyarakat

Parmalim.

2. Untuk mengetahui mengapa lembaga Ugasan Torop tetap eksis dan

bertahan sampai sekarang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulis dalam

melakukan penelitian di bidang ilmu sosial, khususnya dalam ilmu

sosiologi.

Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian ilmiah bagi mahasiswa

khususnya mahasiswa sosiologi, masyarakat maupun instansi

terkait pada umumnya dalam mengetahui keberadaan lembaga

Ugasan Torop dan perannya terhadap masyarakat Parmalim.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

2. Manfaat Praktis

Untuk memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi

pihak-pihak yang terkait dalam melihat keberadaan lembaga-

lembaga yang ada di sebuah aliran kepercayaan.

Mensosialisasikan keberadaan lembaga Ugasan Torop dengan

harapan prinsip-prinsip dasar dan kelebian-kelebihan lembaga

tersebut juga dapat diterapkan di komunitas lainnya.

1.5. Definisi konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan polemik

atau kesalahpahaman konsep yang di pakai dalam penelitian, maka di buat

batasan-batasan makna dan arti konsep yang di pakai, yaitu:

1. Agama

Secara sosiologis agama dilihat sebagai pemahaman dan pengalaman

masyarakat, bukan ajaran atau wahyu tuhan ( Sachari, 2003: 12).

Arti agama dapat dilihat sebagai berikut:

Secara eksklusif, agama merupakan seperangkat keprecayaan dan simbolis yang

berkaitan dengan perbedaan antara sumber empiris dan super empiris.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

Secara inklusif, agama adalah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh

praktek-praktek yang bertalian dengan hal-hal yang suci, hal-hal yang dibolehkan

dan dilarang.

Menurut Pemerintah Indonesia parmalim merupakan aliran kepercayaan dan telah

disahkan pada departemen pendidikan dan kebudayaan RI dengan nomor

invebatarisasi: I. 136/F.3/1.1/1980.

2. keyakinan

Kepercayaan mengandung pengertian: kebatinan yang mengandaikan

adanya ruang lingkup di dalam diri manusia yang bersifat kekal; kejiwaan yang

mengajarkan psychotehnik (tekhnik kejiwaan) manusia menyadari apa yang ada

di luar dirinya; kerohanian yang memperhatikan jalan ( Hadikusuma, 1993: 19).

Dalam hal ini konsep kepercayaan yang menyangkut dengan kepercayaan Agama

Parmalim.

3. Lembaga

Lembaga sosial dalam kehidupan sehari-hari biasanya adalah badan ilmiah,

ikatan sarjana atau berbagai bentuk organisasi yang mempunyai tujuan amal atau

memelihara dan memepreluas pengetahuan dan lain sebagainya. Namun dalam

sosiologi, lembaga / social institution yaitu suatu kompleks atau sistem peraturan

– peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai – nilai yang penting.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

Lembaga itu bertujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.

Bruce J. Cohen: “Lembaga sosial merupakan sistem pola sosial yang tersusun

rapi dan secara relatif bersifat permanen serta mengandung perilaku tertentu yang

kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan manusia

Dalam pengertian ini lembaga sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi

peranan yang menjalankann fungsi masyarakat secara terus menerus dan

berulang-ulang. Secara umum lembaga lahir dari cara-cara berbuat (Usage) yang

menjadi kebiasaan ( Folksway ), lalu tumbuh menjadi tata-kelakuan ( mores), dan

apabila tata kelakuan ini bertambah matang, disertai adanya aturan dan pengenaan

sanksi yang relative berat terhadap pelanggar tersebut, maka berarti telah

terbentuk apa yang disebut sebagai adat-istiadat ( Customs). Dengan kata lain

lembaga merupakan kebiasaan berbuat yang dilakukan secara sadar, bersifat

permanen dan rasional ( super folksway) ( www.pdfsearchengine.com).

4. Parmalim

Kata “Parmalim” berasal dari bahasa Batak Toba yang berarti pengikut

ajaran kesucain (Hamalimon), Par adalah pengikut dan dan malim adalah suci,

sedangkan hamalimon berarti kesucian. Agama Parmalim atau disebut juga

Ugamo Malim menurut Guru Somalaing Pardede merupakan kelanjutan dari

agama lama, tetapi cara peribadatannya dipengaruhi agama-agama lain. Mereka

berkumpul uantuk berdoa kepada tuhan yang maha pencipta yang disebut dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

Debata Mulajadi Nabolon. Adakalanya mereka menggunakan istilah “Jahowa”

yang berasal dari Yehowa dalam injil

Agama Parmalim adalah suatu bentuk keyakinan, kepercayaan ( agama)

pada masyarakat batak yang menganggap bahwa manusia tidak lepas dari

eksistensi alam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

leluhur yang dianggap mengawasi kehidupan mereka sehari-hari.

5. Lembaga Ugasan Torop

Pengurus dari ugasan torop tidak mendapat insentif dari perkembangan

harta ini karena berprinsip mengabdikan diri terhadap pesan raja

sisingamangaraja- raja nasiakbagi.

Ugasan torop banyak digunakan sebagai modal awal keluarga baru yang

memulai kehidupan baru sehingga semakin berkembang. Pengelolaannya pun

semakin berkembang, yang semula orientasi sosial semata, namun karena

memberi kehidupan yang lebih baik oleh yang menggunakannya sehingga lajim

memberikan “ginugur” bagian dari laba usahanya yang tidak dipatok.

Target dalam pengertian yang lebih luas, ugasan torop diharapkan mampu

menyantuni warga ( seluruhnya ) bila mengalami kegagalan panen, atau usaha

sehingga terancam kehidupannya dalam satu tahun berjalan.

Ugasan torop memiliki sebuah aplikasi nyata yang dapat membuat

masyarakat parmalim bertahan sampai sekarang, salah satu factor yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalahperan sentral dalam perkembangan sebuah komunitas dan sebuah negara,

melatarbelakangi terciptanya hal ini adalah kuatnya penanaman trust yang

berkembang menjadi modal sosial, modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks

komunitas yang kuat, masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara

bangsa. Modal sosial termasuk elemen-elemen didalamnya seperti keercayaan,

kehesifitas, altruism, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki

pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai

mekanisme, seperti meningkatnya rasa tanggungb jawab terhadap kepentingan

public, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian

masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan ( Barkeley dan

Suggate, 1997 a;Suharto, 2005a;suharto2005b;).

Para Pengelola Ugasan Torop ini disebut juga Suhi Ni Ampang Naopat.

Mereka ada di setiap cabang dan mengelola secara mandiri. Di Pusat disebut juga

Suhi Ni Ampang Naopat, tugasnya mengevaluasi perkembangan Ugasan Torop

dan melakukan kebijakan croos subsidi. Bila di salah satu cabang ada masalah

yang harus disantuni Ugasan Torop dan harta mereka tidak mencukupi, kas dari

cabang lainnya dapat digunakan untuk mengatasi masalah itu.

Universitas Sumatera Utara