repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › chapter ii.pdf... · bab...

36
4 BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri. 1. Konsep Dasar Nyeri a. Defenisi Nyeri Nyeri merupakan respons subjektif terhadap stresor fisik dan psikologis. Semua individu mengalami nyeri pada beberapa tempat selama kehidupan mereka. Diperkirakan terdapat 50 juta penduduk Amerika yang hidup dengan nyeri kronis; nyeri pinggang bawah (low back pain, LBP) adalah salah satu dari jenis nyeri kronis yang paling sering terjadi, disertai dengan migrain atau sakit kepala berat dan nyeri sendi. Sebanyak 25 juta penduduk lainnya mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan atau trauma (American Academy of Pain Management, 2009; Center for Disease Control and Prevention [CDC], 2006). Meskipun nyeri terjadi akibat penurunan kondisi kesehatan dalam pola kesehatan fungsional, baik nyeri akut, kronis, berat, maupun ringan hingga sedang. Meskipun nyeri biasanya dialami sebagai ketidaknyamanan dan ketidakinginan, nyeri juga memberikan peran perlindungan, memberi peringatan terhadap ketidakmungkinan kondisi yang mengancam kesehatan. Untuk alasan ini, nyeri semakin dirujuk sebagai tanda-tanda vital kelima, dengan rekomendasi untuk mengkaji nyeri dengan setiap pengkajian tanda-tanda vital. The Joint Commission (2001) menetapkan standar nyeri yang mengidentifikasi pemulihan nyeri sebagai hak pasien. Standar Joint Commission mewajibkan fasilitas layanan kesehatan untuk mengimplementasikan prosedur khusus, dan pendidikan bagi penyedia layanan kesehatan, pengkajian dan manajemen nyeri. Nyeri pengalaman pribadi dan nyata yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis, kognitif, sosiokultural, dan spiritual. Nyeri merupakan gejala yang paling dikaitkan dengan penjelasan seseorang terhadap penyakit, dan alasan paling umum untuk mencari layanan kesehatan. International Association Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

4

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri.

1. Konsep Dasar Nyeri

a. Defenisi Nyeri

Nyeri merupakan respons subjektif terhadap stresor fisik dan psikologis.

Semua individu mengalami nyeri pada beberapa tempat selama kehidupan

mereka. Diperkirakan terdapat 50 juta penduduk Amerika yang hidup dengan

nyeri kronis; nyeri pinggang bawah (low back pain, LBP) adalah salah satu dari

jenis nyeri kronis yang paling sering terjadi, disertai dengan migrain atau sakit

kepala berat dan nyeri sendi. Sebanyak 25 juta penduduk lainnya mengalami nyeri

akut yang berhubungan dengan pembedahan atau trauma (American Academy of

Pain Management, 2009; Center for Disease Control and Prevention [CDC],

2006). Meskipun nyeri terjadi akibat penurunan kondisi kesehatan dalam pola

kesehatan fungsional, baik nyeri akut, kronis, berat, maupun ringan hingga

sedang. Meskipun nyeri biasanya dialami sebagai ketidaknyamanan dan

ketidakinginan, nyeri juga memberikan peran perlindungan, memberi peringatan

terhadap ketidakmungkinan kondisi yang mengancam kesehatan. Untuk alasan

ini, nyeri semakin dirujuk sebagai tanda-tanda vital kelima, dengan rekomendasi

untuk mengkaji nyeri dengan setiap pengkajian tanda-tanda vital. The Joint

Commission (2001) menetapkan standar nyeri yang mengidentifikasi pemulihan

nyeri sebagai hak pasien. Standar Joint Commission mewajibkan fasilitas layanan

kesehatan untuk mengimplementasikan prosedur khusus, dan pendidikan bagi

penyedia layanan kesehatan, pengkajian dan manajemen nyeri.

Nyeri pengalaman pribadi dan nyata yang dipengaruhi oleh faktor

fisiologis, psikologis, kognitif, sosiokultural, dan spiritual. Nyeri merupakan

gejala yang paling dikaitkan dengan penjelasan seseorang terhadap penyakit, dan

alasan paling umum untuk mencari layanan kesehatan. International Association

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

5

for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori yang

tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan.

Meskipun terdapat banyak defenisi dan orang yang menjelaskan tentang nyeri,

satu yang paling relevan bagi perawat adalah bahwa nyeri adalah “apapun yang

dialami individu sebagai nyeri adalah nyeri dan benar terjadi, dan kapan pun

individu mengatakan nyeri dan benar terjadi, dan kapan pun individu mengatakan

nyeri artinya benar adanya” (McCaferry, 1979). Defenisi ini menunjukkan bahwa

pasien adalah satu-satunya individu yang dapat mendefenisikan dan menjelaskan

nyeri secara akurat yang mereka alami dan berfungsi sebagai dasar untuk

pengkajian keperawatan dan asuhan keperawatan pasien terkait nyeri. Defenisi ini

juga mendukung nilai dan kepercayaan tentang nyeri yang memerlukan asuhan

keperawatan holistik, termasuk :

a. Hanya individu sakit yang dapat merasakan nyeri; yaitu, nyeri memiliki arti

yang personal.

b. Jika pasien mengatakan bahwa ia mengalami nyeri, artinya pasien memang

mengalami nyeri. Seluruh rasa nyeri itu nyata.

c. Nyeri memiliki dimensi fisik, emosional, kognitif, sosiokultural, dan spiritual.

d. Nyeri memengaruhi seluruh tubuh, biasanya secara negatif.

e. Nyeri dapat berfungsi sebagai respons dan peringatan terhadap trauma aktual

atau potensial.

b. Fisiologi Nyeri

Reseptor saraf untuk nyeri disebut dengan nosiseptor. Ujung saraf bebas

ini bergelombang melalui seluruh jaringan tubuh kecuali otak. Nosiseptor

merupakan beberapa bagian yang utama pada kulit dan otot. Nyeri terjadi ketika

jaringan yang mengandung nosiseptor dicederai. Intensitas dan durasi stimulus

menentukan sensasi. Stimulus yang intens dan berlangsung lama menghasilkan

nyeri yang lebih hebat dibandingkan stimulasi yang singkat dan ringan.

Nosiseptor berespons terhadap beberapa jenis stimulus berbahaya yang

berbeda : mekanik, kimia, atau termal. Beberapa nosiseptor hanya berespons

terhadap satu jenis stimulus tunggal, sedangkan nosiseptor lain berespons

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

6

terhadap ketiga jenis stimulus. Persepsi nyeri pada bagian tubuh yang berbeda

dipengaruhi oleh variasi sensitivitas ini terhadap jenis stimulus dan distribusi

nosiseptor pada berbagai jaringan.

Trauma jaringan, inflamasi, dan iskemia cenderung mengeluarkan

sejumlah biokimia. Biokimia ini memiliki beberapa efek. Zat kimia ini seperti

bradikinin, histamin, serotonin, dan ion kalium merangsang nosiseptor secara

langsung, dan menghasilkan nyeri. Zat kimia ini dan zat lainnya (seperti ATP dan

prostaglandin) juga merangsang nosiseptor, meningkatkan respons nyeri dan

menyebabkan stimulus yang normalnya tidak berbahaya (seperti sentuhan)

diterima sebagai nyeri. Mediator kimia juga bekerja untuk memicu inflamasi,

yang akhirnya menyebabkan pengeluaran zat kimia tambahan yang menstimulasi

reseptor nyeri. Selanjutnya, yang disebut dengan nosiseptor silent (misalnya :

reseptor sensori pada usus yang normalnya tidak merespons stimulus mekanik

atau termal) dapat menjadi sensitif terhadap stimulus mekanik karena adanya

mediator inflamasi sehingga menyebabkan nyeri yang parah dan melemahkan

serta nyeri tekan (Fauci, et al, 2008).

c. Klasifikasi Nyeri

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam

tipe nyeri. Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai

mendiskusikan tentang tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyeri dari segi durasi

nyeri, tingkat keparahan dan intensitas, model transmisi, lokasi nyeri, dan kausatif

dari penyebab nyeri itu sendiri (Prasetyo, 2010).

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan

pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya :

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya

pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

7

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah

yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system

saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam

waktu yang lama.

3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang,

kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori,

persepsi dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari

beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan

jaringan dari suatu penyakit seperti pada luka yang diakibatkan oleh

kecelakaan, operasi, atau oleh karena prosedur terapeutik (Lewis, 1983).

Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang

dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat

sembuh secara spontan atau memerlukan pengobatan (Brunner dan

Suddarth, 2002).

2) Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus

yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

8

mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Brunner dan Suddarth,

2002).

d. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi

nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien digunakan untuk

menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien

dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan (Prasetyo,

2010).

Hayward (1975), mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer)

dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk

keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling

hebat). Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang

menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia

rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu.

Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti

tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan

keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan

beberapa kategori, salah satunya adalah (Prasetyo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

9

Tabel 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik

Skala Keterangan

0 Tidak nyeri

1-3 Nyeri ringan

4-6 Nyeri sedang

7-9

Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan

aktivitas yang biasa dilakukan

10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan

memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan

diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok,

dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang

diberikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama

nyeri akut adalah mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul),

menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, dan mengkaji

tingkat keparahan dan kualitas nyeri (Prasetyo, 2010).

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat

dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan &

Girton 1984 (dalam Prasetyo, 2010) mengidentifikasi komponen-komponen yaitu

penentuan ada tidaknya nyeri, karakteristik nyeri, respon fisiologis, respon

perilaku, respon afektif, pengaruh nyeri terhadap kehidupan kita, persepsi klien

tentang nyeri, dan mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

10

a. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai

ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak

menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien

adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru

menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

b. Karakteristik Nyeri (Metode PQRST)

a) Faktor pencetus (P : Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,

dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh

yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik

maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan

perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.

b) Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien,

seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul,

berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain,

dimana tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri

yang dirasakan.

c) Lokasi (R : Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan

semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk

melokalisasikan nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk

melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan

sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

d) Keparahan (S : Severity)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling

subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang

dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

11

e) Durasi (T : Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan

rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”,

“Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi

pada waktu yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau

dengan kata lain yang semakna.

c. Respon Fisiologis

Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan

thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon

stress. Stimulus pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan

respon fisiologis.

d. Respon Perilaku

Perawat perlu belajar dan mengenal berbagai respon perilaku tersebut

untuk memudahkan dan membantu dalam mengidentifikasi masalah nyeri yang di

rasakan klien. Respon perilaku yang biasa di tunjukkan adalahmerubah posisi

tubuh, mengusap bagian yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi

wajah meringis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

e. Respon Afektif

Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat di dalam

melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan rasa nyeri. Ansietas

(kecemasan) perlu di gali dengan menanyakan pada klien seperti: “Apakah anda

saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga ada depresi, ketidak tertarikan

terhadap aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu di

perhatikan.

f. Pengaruh Nyeri terhadap Kehidupan Kita

Klien yang merasakan nyeri setiap hari pasti akan mengalami gangguan

dalam kegitan sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

12

kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat

membantu dalam program aktivitas pasien.

g. Persepsi Klien tentang Nyeri

Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,

bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan proses

penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitarnya.

h. Mekanisme Adaptasi Klien terhadap Nyeri

Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi

terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa

klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara

tersebut dan apakah bisa di gunakan saat klien menjalani perawatan di rumah

sakit. Apabila cara tersebut dapat di gunakan, perawat dapat memasukkannya

dalam rencana tindakan.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status

kesehatan klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri,

dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Prasetyo, 2010).

Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien

terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup

tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Prasetyo, 2010).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di

lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan

keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap

awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapat data

dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien. Selanjutnya data dasar itu di

gunakan untuk menentukan diagnosis kerawatan, merencanakan asuhan

keperawatan, serta tindakan kerawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk rumah sakit, selama klien di rawat

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

13

secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data

(Prasetyo, 2010).

Tujuan Pengumpulan Data

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.

b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

berikutnya.

Tipe Data :

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa di tentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,

kecemasan, mual, perasaan malu.

2. Data Objektif

Adalah data yang dapat di observasi dan di ukur, dapat di peroleh

menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan

fisik. Misalnya frequensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat

kesadaran.

Karakteristik Data

a. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah

klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus

mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-

hal sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau

disengaja?, apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang

patologis?, bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan (Sigit, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

14

b. Akurat dan Nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat dan

nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang di dengar, di lihat, di amati

dan di ukur melalui pemeriksaan. Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang

mengerti terhadap data yang telah di kumpulkan, maka perawat harus

berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.

c. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali

data yang di kumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.

Kondisi seperti ini bisa di antisipasi dengan membuat data komprehensif tapi

singkat dan jelas. Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien,

yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi

khusus (Prasetyo, 2010).

3. Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah gangguan rasa

nyaman nyeri bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain.

Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah gangguan rasa nyaman

nyeri meliputi defisit perawatan diri : makan & minum. Sedangkan label diagnosis

dengan masalah gangguan rasa nyaman nyeri sebagai etiologi bergantung pada

area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Prasetyo, 2010).

Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk klien dengan gangguan nyeri :

1. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis.

2. Nyeri berhubungan dengan :

- Cedera fisik/trauma

- Penurunan suplai darah ke jaringan

- Proses melahirkan

3. Nyeri kronik berhubungan dengan :

- Control nyeri yang tidak adekuat

- Jaringan parut

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

15

- Kanker maligna

4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan :

- Nyeri muskuloskeletal

- Nyeri insisi

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

4. Perencanaan

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan

berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut (Prasetyo, 2010) :

1) Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.

2) Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.

3) Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.

4) Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.

5) Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

16

B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

1. PENGKAJIAN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.K

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 64 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun VIII Kec.Lima Puluh, Batubara

Tanggal Masuk RS : 20 Mei 2016

No. Register : 00.99.82.99

Ruangan / Kamar : Ruangan VIII, Melati III

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2016

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : pre op Benigna Prostat Hiperplasia

II. KELUHAN UTAMA :

Pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen bawah tengah (suprapubik)

dan kesulitan BAK.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

17

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative / palliative

1. Apa penyebabnya :

Nyeri disebabkan oleh pembesaran prostat yang menghambat

pengeluaran urin.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Pasien mengatakan nyeri akan hilang jika pasien beristirahat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan :

Pasien mengatakan merasakan sakit saat BAK, nyeri tajam dan

menusuk.

2. Bagaimana dilihat :

Pasien tampak meringis ketika timbul nyeri saat BAK.

C. Region

1. Dimana lokasinya :

Lokasi nyeri pada abdomen bawah tengah.

2. Apakah menyebar :

Pasien mengatakan jika timbul nyeri menyebar hingga ke punggung

bawah.

D. Saverity

Pasien mengatakan sakit yang dirasakannya menganggu aktivitas. Skala

nyeri : 6.

E. Time

Klien mengatakan nyeri mulai timbul sejak 1 bulan yang lalu. Durasi

nyeri hilang timbul dan frekuensi nyeri hanya pada saat BAK.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

18

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit asam lambung.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan jika penyakit asam lambung kambuh hanya membeli

obat di apotek.

C. Pernah dirawat/operasi

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat maupun operasi sebelumnya.

D. Lama dirawat

Pasien tidak mendapatkan perawatan sebelumnya, sebab pasien belum

pernah di rawat di rumah sakit.

E. Alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan,

cuaca dan obat-obatan.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi Pasien tentang Penyakitnya

Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan saat ini sangat mengganggu

aktivitasnya.

B. Konsep Diri

- Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya

karena itu adalah pemeberian dari Tuhan

- Ideal diri : Pasien mengatakan sangat ingin cepat

sembuh agar dapat berkumpul dengan

keluarganya.

- Harga diri : Pasien merasa bahwa dirinya tidak maksimal

menjalani aktivitasnya sebagai kepala

keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

19

- Peran diri : Setelah sakit pasien mengatakan ia merasa

terganggu dengan perannya sebagai kepala

keluarga.

- Identitas : Pasien berperan sebagai seorang suami dan

seorang ayah.

C. Keadan Emosi

Pasien tampak gelisah dan sering meringis kesakitan.

D. Hubungan Sosial

- Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti adalah

istri dan anak-anaknya.

- Hubungan dengan keluarga : Pasien menjalin hubungan yang baik

dengan keluarga terbukti istri dan anak pasien selalu bergantian datang

untuk menjaga pasien dirumah sakit.

- Hubungan dengan orang lain : Pasien berhubungan baik dengan orang

lain terbukti dengan pasien terlihat berkomunikasi dengan pasien lain, di

sekitar ruangan.

- Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan tidak

memiliki hambatan dengan orang lain.

E. Spiritual

- Nilai dan kenyakinan : Pasien beragama islam dan dalam kehidupan

sehari-hari klien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran dari

kenyakinannya.

- Kegiatan ibadah : Sejak mendapat perawatan di rumah sakit, pasien

melakukan kegiatan ibadah yaitu berdoa.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Compos Mentis dengan Gcs 15 dan pasien tampak lemah dan kesakitan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

20

B. Tanda-tanda Vital

Suhu Tubuh : 36,9°C

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 78x/i

Pernafasan : 22x/i

Skala Nyeri : 6

TB : 160 cm

BB : 60 kg

C. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

Kepala dan Rambut

- Bentuk : Bentuk kepala pasien simetris dan

bulat.

- Ubun - ubun : Tepat di tengah dan tidak ada

benjolan

- Kulit kepala : Kulit kepala bersih, dan tidak ada

ketombe.

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut pasien

merata, tipis dan beruban.

- Bau : Tidak ada bau.

Wajah

- Warna kulit : Normal, warna kulit sawo

matang

- Struktur wajah : Struktur wajah simetris

Mata

- Kelengkapan dan Kesismetrisan : Mata lengkap, simetris mata

kanan dan kiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

21

- Palpebra : Tidak ada oedema

- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva bewarna merah

muda (tidak anemis) dan

sklera bewarna putih (tidak

icterus).

- Pupil : Isokor, dan refleks terhadap c

ahaya ada.

- Kornea dan iris : Tidak ada katarak dan

peradangan. Refleks terhadap

cahaya (+)

Hidung

- Tulang hidung dan

posisi septum nasi : Simetris

- Lubang hidung : Simetris, bersih dan

terdapat rambut

hidung.

- Cuping hidung : Tidak terdapat

pernafasan cuping

hidung.

Telinga

- Bentuk telinga : Simetris antara telinga kanan

dan kiri

- Ukuran telinga : Ukuran telinga simetris kanan

dan kiri

- Lubang telinga : Lubang telinga bersih, tidak

ada sekret.

- Ketajaman pendengaran : Pasien dapat mendengar

dengan baik.

Mulut dan Faring

- Keadaan bibir : Keadaan bibir tampak lembab

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

22

- Keadaan gusi dan gigi : Gigi dan gusi terawat baik

- Keadaan lidah : Medial, berwarna merah muda, tidak

ada sariawan dan pecah-pecah

- Orofaring : Tidak ada peradangan

Leher

- Posisi trachea : Posisi medial/normal

- Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid

- Suara : Suara pasien terdengar jelas dan

tidak serak

- Kelenjar Limfa : Tidak ada pembengkakan kelenjar

limfa

- Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis

- Denyut nadi karotis : Teraba, kuat dan teratur

Pemeriksaan Integumen

- Kebersihan : Kulit bersih, tidak ada kotoran pada

kulit

- Kehangatan : Akral teraba hangat

- Warna : Sawo matang

- Turgor : Turgor kulit kurang < 2 detik

- Kelembapan : Kulit pasien kering

- Kelainan pada kulit : Tidak ada alergi/kelainan pada kulit

Pemeriksaan Thorak/Dada

- Inspeksi thoraks : Simetris kanan dan kiri

- Pernapasan : 22 x/i dan berirama normal

- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

Pemeriksaan Paru

- Palpasi dan getaran suara : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

23

- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada

kardiak.

- Palpasi : Tidak ada pembengkakan

- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Tidak terdapat benjolan

- Auskultasi : Terdapat peristaltik usus 5 kali, tidak

ada suara tambahan

- Palpasi : Teraba massa padat pada abdomen

bawah tengah dan nyeri tekan

- Perkusi : Timpani

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas

Ekstrimitas tampak simetris, terpasang infuse NaCl 0,9% 20 gtt/menit

ekstrimitas atas.

Pemeriksaan Neurologi (Nervus Cranialis)

Tidak dilakukan pemeriksaan

Fungsi Sensorik

Tidak dilakukan pemeriksaan

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola Makan dan Minum

- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari, ditambah dengan makanan

selingan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

24

- Nafsu/selera makan : Sejak masuk rumah sakit, nafsu makan mulai

berkurang karena pasien belum terbiasa mengkonsumsi makanan

yang ada di rumah sakit.

- Nyeri ulu hati : Tidak terdapat masalah pada ulu hati.

- Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan.

- Mual dan muntah : Pasien mengeluh mual dan muntah.

- Waktu pemberian makan : Disesuaikan dari rumah sakit, pagi

(09.00), siang (12.00), malam (20.00)

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi bubur

- Waktu pemberian cairan : Sesuai dengan kebutuhan pasien

- Masalah makan dan minum : Pasien mengeluh mual dan muntah serta

porsi makan tidak habis.

II. Perawatan Diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Pasien tampak bersih dan terawat

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut tampak bersih dan tidak

ada kotoran pada gigi dan mulut.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku sedikit panjang dan bersih.

III. Pola Kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti, pakaian

dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Selama masa perawatan, pasien tidak mampu makan secara

mandiri, dan eliminasi urine pasien membutuhkan bantuan baik dari

keluarga maupun petugas kesehatan. Pasien tidak bisa secara mandiri,

sebab pasien hanya terbaring di atas tempat tidur, sehingga pasien

membutuhkan bantuan dalam memenuhui kebutuhan dasar, begitu

juga dalam hal berpakaian.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama di rawat/sakit

Selama masa perawatan pasien tampak melaksanakan kegiatan

ibadah yaitu berdoa.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

25

VIII. POLA ELIMINASI

1. BAB

- Pola BAB : 2 - 3 x perhari

- Karakter feses : Encer

- Riwayat perdarahan : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami

perdarahan saat BAB

- Diare : Pasien tidak pernah mengalami diare hebat

- Penggunaan laktasif : Pasien tidak menggunakan laktasif

2. BAK

- Pola BAK : Tidak lancar (4 kali/hari) dengan volume > 100 ml

- Karakter urine : Kuning dan berbau khas

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan : Pasien mengalami kesulitan dan nyeri

saat berkemih

- Riwayat penyakit ginjal : Pasien tidak menderita penyakit ginjal

sebelumnya

- Penggunaan diuretik : Pasien menggunakan direutik

- Upaya mengatasi masalah : Memberikan lingkungan yang nyaman dan

pasien dianjurkan untuk istirahat.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

26

IX. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal

SGPT 10,00 U/L 0,00 – 40,00

Alkaline Phospatase 78,00 U/L 30,00 – 142,00

Total Bilirubin 0,37 mg/dL 0,00 – 1,20

Direct Bilirubin 0,16 mg/dL 0,05 – 0,30

Albumin 1,60 g/dL 3,60 – 5,00

Ureum 51,00 mg/ dL 10,00 – 50,00

Creatinin 2,16 mg/dL 0,60 – 1,20

Uric Acid 7,40 mg/dL 3,50 -7,00

Glukosa Adrandon 80,00 mg/dL <140 mg/dL

Natrium 132,00 mmol/L 136,00 – 155,00

Kalium 2,20 mmol/L 3,50 – 5,50

Chlorida 120,00 mmol/L 95,00 – 103,00

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

27

X. TERAPI OBAT-OBATAN

Tabel 2.3 Terapi Obat-obatan

Nama

Terapi/Obat

Dosis Fungsi Efek Samping

NaCl 0,9% 20 gtt/i Untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit

pada dehidrasi.

Reaksi-reaksi yang mungkin

terjadi karena larutannya

atau cara pemberiannya,

termasuk timbulnya panas,

infeksi pada tempat

penyuntikan, thrombosis

vena atau flebitis yang

meluas dari tempat

penyuntikan, ekstravasasi.

Inj. Ketorolac 30 mg / 8

jam

Untuk penatalaksanaan

jangka pendek terhadap

nyeri akut sedang

sampai berat.

Diare, dispepsia, nyeri

gastrointestinal, sakit kepala,

pusing, mengantuk,

berkeringat.

Inj. Ranitidine 50 mg / 12

jam

Tukak lambung dan

usus 12 jari,

hipersekresi patologik

sehubungan dengan

syndrome zollinger-

Ellison.

Diare, nyeri otot, pusing,

timbul ruam pada kulit,

malaise,eosinofila,konstipasi,

penurunan jumlah sel darah

putih, sedikit peningkatan

kadar serum kreatinin.

Harnal ocas

tab

1 x sehari Untuk gejala gangguan

saluran kemih bagian

bawah yang

berhubungan dengan

hiperplasi prostat jinak.

Gangguan fungsi hati,

ikterus. Pesing, sakit kepala

gelisah, penuruna TD,

hipotensi ortostatik,

takikardi, palpitasi, gatal,

ruam kulit, gangguan

gastrointensial (saluran

cerna) ; obstruksi nasal,

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

28

edema, inkontinesia urin,

rasa panas terbakar pada

farings, kelelahan yang

menyeluruh, priapismus,

IFIS.

Cefixime tab 100 mg / 2 x

sehari

Untuk mengobati

berbagai macam infeksi

bakteri. Termasuk obat

antibiotik kelas

cephalosporins, yang

bekerja dengan

menghentikan

pertumbuhan bakteri.

Mual ringan, sakit perut,

sembelit, kehilangan nafsu

makan, sakit kepala, sakit

tenggorokan dan batuk.

Na.

Diclofenac tab

3 x sehari Sebagai anti nyeri

setelah operasi,

mengurangi radang dan

bengkak setelah

pembedahan dan obat

anti-nyeri tambahan

pada infeksi berat yang

sangat sakit seperti

pada infeksi telinga,

hidung dan

tenggorokan.

Mual, muntah, diare,

kembung, penurunan nafsu

makan, peningkatan kadar

enzim hati, nyeri kepala,

vertigo, kemerahan pada

kulit, ulkus peptik,

berdenging pada telinga.

Ranitidine tab 2 x sehari Menurunkan produksi

asam lambung,

pengobatan radang

saluran pencernaan

bagian atas

(kerongkongan) dan

luka lambung.

Sakit kepala, sulit buang air

besar, diare, mual, nyeri

perut, dan gatal-gatal pada

kulit.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

29

Albumin 20% 1 fls / hari Meningkatkan volume

plasma atau tingkat

serum albumin.

Reaksi alergi, kesulitan

bernafas, sesak di dada,

pembengkakan (mulut,

wajah, bibir, atau lidah),

perubahan denyut jantung

atau pernapasan ; panas

dingin, demam, sakit kepala,

mual dan muntah.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

30

2. ANALISA DATA

Tabel 2.4 Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan

1. DS :

P : Nyeri disebabkan oleh

pembesaran prostat yang

menghambat pengeluaran urin.

Q : Klien mengatakan nyeri terasa

tajam dan menusuk.

R : Klien mengatakan nyeri

dirasakan pada daerah abdomen

bawah tengah.

S : Klien mengatakan

sakit yang dirasakannya

mengganggu aktivitas, skala nyeri

: 6

T : Klien mengatakan nyeri mulai

timbul sejak 1 bulan yang lalu.

Durasi nyeri hilang timbul dan

frekuensi nyeri hanya pada saat

BAK.

DO :

Tanda-tanda vital :

TD : 130/80 mmHg

HR : 78 x/i

RR: 22 x/i

T : 36,9 °C

- Klien terlihat meringis

kesakitan terutama saat

berkemih.

- Nyeri tekan dibagian abdomen

Faktor resiko umur

Perubahan hormonal

Hiperplasia jaringan penyangga

Stromal dan glanduler pada prostat

Pembesaran Prostat

Lobus yang hipertropi menyumbat

Kolom vesikal atau uretra prostatik

- Pengosongan urin inkomplit atau

retensi urin

- Retensi urin pada leher buli-buli

prostat

- Otot detrusor menebal dan menegang

Timbul sakulasi atau divertikel

Lama-kelamaan otot detrusor menjadi

lelah dan mengalami dekompensasi

Tidak mampu berkontraksi

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

31

bawah tengah (suprapubik).

2. Retensi Urin

Disfungsi saluran kemih atas

Disuria

1. Nyeri Akut

Pembesaran Prostat

Peningkatan tekanan pada abdomen

Perasaan penuh pada abdomen

dan rasa tidak nyaman pada epigastrik

Ransangan ke nervus vagus

Pengaktifan pusat muntah

(medula oblongata)

Mual disertai muntah yang berlebihan

Anoreksia

3. Ketidakseimbangan Nutrisi :

kurang dari Kebutuhan Tubuh

2. DS :

- Klien mengatakan sulit untuk

berkemih dan harus mengedan

saat berkemih.

- Klien mengatakan tidak puas

sehabis berkemih dan

pancaran urin melemah.

DO :

- Klien tampak kesulitan saat

berkemih

- Klien tampak menahan rasa

sakit.

- Intake cairan : ± 1500cc/hari

- Volume urine ± 1000 cc/hari

3. DS :

- Klien mengatakan mual dan

muntah.

- Klien mengatakan tidak nafsu

makan.

- Klien mengatakan abdomen

terasa penuh.

DO :

- Klien hanya menghabiskan

porsi makan setengah porsi.

- Klien tampak lemah.

- Nilai albumin menurun 1,6

g/dL (01 Juni 2016)

(normal : 3,60-5,00 g/dL)

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

32

3. MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut

2. Retensi Urin

3. Ketidakseimbangan Nutrisi

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

a. Nyeri akut b/d distensi kandung kemih ditandai dengan keluhan nyeri pada

kandung kemih dengan skala nyeri : 6.

b. Retensi urine b/d pembesaran prostat ditandai dengan frekuensi, keragu-

raguan dan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak

nyaman di epigastrik ditandai dengan ketidakadekuatan masukan makanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

33

5. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/Tanggal No.Dx Perencanaan Keperawatan

Senin

30 Mei 2016

1. Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

nyeri berkurang.

Kriteria hasil :

- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

- Tampak rileks.

- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Lakukan hubungan

teraupetik dengan pasien.

1. Membangun hubungan

yang baik terhadap

klien.

2. Kaji skala nyeri yang

dialami pasien.

2. Memberikan informasi

untuk membantu

dalam menentukan

pilihan/keefektifan

intervensi.

3. Berikan lingkungan yang

tenang untuk mengurangi

peningkatan nyeri, yaitu

mengurangi kebisingan

disekitar ruangan.

3. Menurunkan reaksi

terhadap stimulus dari

luar dan meningkatkan

istirahat atau relaksasi.

4. Ukur tanda-tanda vital. 4. Nyeri yang berkelanjut

akan berdampak pada

peningkatan tanda-

tanda vital. Merupakan

indikator/derajat nyeri,

tidak langsung yang

dialami.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

34

5. Bantu klien merubah

posisi semi fowler.

5. Membantu

meningkatkan

kenyamanan lebih

lanjut.

6. Ajarkan teknik relaksasi

untuk tindakan

pengendalian nyeri, yaitu

tarik nafas dalam.

6. Meningkatkan

relaksasi,

memfokuskan kembali

perhatian, dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping.

Kolaborasi

7. Berikan terapi sesuai

indikasi.

Inj. Ketorolac /8 jam

Na. Diclofenac tab 3x1

7. Mempercepat proses

penyembuhan.

2. Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

dapat berkemih dengan jumlah cukup.

Kriteria hasil :

- Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi

kandung kemih.

- Menunjukkan residu pasca-berkemih kurang dari 50ml,

dengan bak adanya tetesan/kelebihan aliran.

Intervensi Rasional

1. Dorong pasien untuk

berkemih tiap 2-4 jam dan

bila tiba-tiba dirasakan.

1. Meminimalkan retensi

urine distensi

berlebihan pada

kandung kemih.

2. Observasi aliran urine,

perhatikan ukuran dan

kekuatan.

2. Berguna untuk

mengevaluasi

obstruksi dan pilihan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

35

intervensi.

3. Awasi dan catat waktu

dan jumlah tiap berkemih.

Perhatikan penurunan

haluaran urine dan

perubahan berat jenis.

3. Retensi urine

meningkatkan tekanan

dalam saluran

perkemihan atas, yang

dapat mempengaruhi

fungsi ginjal.

4. Perkusi/palpasi area

suprapubik.

4. Distensi kandung

kemih dapat dirasakan

diarea suprapubik.

5. Awasi tanda-tanda vital

dengan ketat.

5. Kehilangan fungsi

ginjal mengakibatkan

penurunan eliminasi

cairan dan akumulasi

sisa toksik, dapat

berlanjut ke penurunan

ginjal total.

Kolaborasi

6. Berikan terapi sesuai

indikasi.

Harnal ocas tab 1x1

6. Mempercepat proses

penyembuhan.

3. Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Nafsu makan meningkat.

- Porsi makan habis.

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien

mempertahankan masukan

makanan harian.

1. Membantu pasien

untuk menyadari

gambaran besar dan

memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

36

kesempatan untuk

mengubah pilihan diet

untuk memenuhi

keinginan individu

dalam pembatasan

yang diidentifikasi.

2. Perhatikan adanya mual

dan muntah.

2. Gejala yang menyertai

akumulasi toksin

endogen yang dapat

mengubah/

menurunkan

pemasukan dan

memerlukan

intervensi.

3. Berikan makan sedikit dan

frekuensi sering.

3. Porsi lebih kecil dapat

meningkatkan

masukan.

Kolaborasi

4. Berikan terapi sesuai

indikasi.

Inj. Ranitidine/12 jam

Ranitidine tab 2x1

Cefixime tab 2x1

Albumin 20%

1 fls/hari

4. Mempercepat proses

penyembuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

37

6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Tabel 2.6 Implentasi Keperawatan dan Evaluasi

Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa,

31 Mei 2016

1. 1. Mengkaji nyeri, lokasi

nyeri, karakteristik

nyeri, skala nyeri

klien.

- Lokasi : Abdomen

bawah tengah

(suprapubik)

- Karakteristik : Intensitas

nyeri sedang

- Skala nyeri : 6

2. Mengukur tanda-tanda

vital.

3. Membantu klien

merubah posisi semi

fowler

4. Mengajarkan teknik

relaksasi tarik nafas

dalam untuk tindakan

pengendalian nyeri.

5. Memberikan

lingkungan yang

tenang untuk

mengurangi

peningkatan nyeri.

Kolaborasi

6. Berikan terapi sesuai

indikasi.

S : Pasien mengatakan

nyeri pada abdomen belum

berkurang.

O : Tanda-tanda vital :

TD: 130/80 mmHg

HR : 78 x/i

RR : 22 x/i

T : 36,9 oC

Skala nyeri : 6

O : Klien tampak

kesakitan.

A : Masalah belum

teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan,

yaitu :

- Merubah posisi semi

fowler.

- Mengajarkan teknik

relaksasi tarik nafas

dalam untuk tindakan

pengendalian nyeri.

- Kolaborasi pemberian

terapi sesuai indikasi.

Na. Diclofenac tab 3x1

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

38

- Inj. Ketorolac /8 jam

- Na. Diclofenac tab 3x1

Selasa,

31 Mei 2016

2. 1. Mendorong pasien untuk

berkemih tiap 2-4 jam dan

bila tiba-tiba dirasakan.

2. Mengobservasi aliran

urine, perhatikan ukuran

dan kekuatan.

3. Mengawasi dan mencatat

waktu dan jumlah tiap

berkemih. Perhatikan

penurunan haluaran urine

dan perubahan berat jenis.

4. Memberikan kompres dan

palpasi area suprapubik.

5. Mengawasi tanda-tanda

vital dengan ketat.

Kolaborasi

6. Berikan terapi sesuai

indikasi.

- Harnal ocas tab 1x1

S : Pasien mengatakan

sulit dan tidak puas untuk

berkemih.

O : Tanda-tanda vital :

TD : 130/80 mmHg

HR : 78 x/i

RR: 22 x/i

T : 36,9 °C

- Intake cairan

± 1500 cc/hari

- Volume urine

± 1000 cc/hari

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan,

yaitu :

- Mengawasi dan

mencatat waktu dan

jumlah tiap berkemih.

- Memberikan kompres

dan palpasi area

suprapubik

- Kolaborasi pemberian

terapi sesuai indikasi :

Harnal ocas tab 1x1

Selasa,

31 Mei 2016

3. 1. Menganjurkan pasien

mempertahankan masukan

makanan harian.

2. Memperhatikan adanya

mual dan muntah.

3. Memberikan makan sedikit

S : Klien mengeluh

mual/muntah dan tidak

nafsu makan.

O : Porsi makan hanya

dihabiskan setengah porsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 64570 › Chapter II.pdf... · BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan ...pasien adalah satu-satunya individu

39

dan frekuensi sering.

Kolaborasi

4. Berikan terapi sesuai

indikasi.

- Ranitidine tab 2x1

- Albumin 20%

1 fls/hari

Tanda-tanda vital :

TD : 90/60 mmHg

HR : 70 x/i

RR: 24 x/i

T : 37 °C

A : Masalah belum

teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan,

yaitu :

- Memperhatikan

adanya mual dan

muntah.

- Memberikan makan

sedikit dan frekuensi

sering.

- Kolaborasi pemberian

terapi sesuai indikasi

Ranitidine tab 3x1

Albumin 20%

1 fls/hari

Universitas Sumatera Utara