siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · web viewberdasarkan latar...

24
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang-cabangnya. Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat mati apabila serangan tersebut dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok tumbuhan parasit ini selain menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya (Pitoyo, 1996). Benalu telah lama dikenal sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau pohon. Akan tetapi melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan Ehleringer (1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu adalah benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu berasal dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selaian menggambil mineral, haustoria benalu juga menyerap senyawa organic dari inang. Benalu juga menyerap senyawa organic inang. Benalu sering merugikan secara ekonomis dan mengganggu kehidupan tubuhan inang. Selain dikenal sebagai tumbuhan yang merugikan ternyata benalu telah sejak lama dikenal sebagai sumber

Upload: vonga

Post on 20-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk

dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan

atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang-cabangnya.

Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat mati

apabila serangan tersebut dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok

tumbuhan parasit ini selain menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya

(Pitoyo, 1996).

Benalu telah lama dikenal sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau

pohon. Akan tetapi melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan

Ehleringer (1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu

adalah benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu berasal

dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selaian menggambil mineral,

haustoria benalu juga menyerap senyawa organic dari inang. Benalu juga

menyerap senyawa organic inang. Benalu sering merugikan secara ekonomis dan

mengganggu kehidupan tubuhan inang. Selain dikenal sebagai tumbuhan yang

merugikan ternyata benalu telah sejak lama dikenal sebagai sumber bahan obat

tradisional Indonesia (Kirana, 1996; Chozin dkk, 1998 dan Widandri & Rahajoe,

1998). Di Cina, benalu telah digunakan sebagai obat sejak tahun 1910 (Anderson

and Phillipson, 1992). Karena itu, potensi benalu sebagai sumber bahan obat dan

kandungan kimia benalu bergantung pada jenis tanaman inang yang ditempati

( Anderson & Phillipson, 1992) menunjukkna bahwa alkaloid benalu teh Scurulla

ortiana disintesis oleh tanaman teh. Sebaiknya, berbagai flavonoid justru

dihasilkan oleh benalu, namun, konsentrasinya sangat bervariasi bergantung jenis

inangnya.

Di kawasan Malesia suku Loranthaceae terdiri atas 23 marga dan 193 jenis

(Barlow, 1997) sedangkan di Jawa dilaporkan hanya dapat ditemukan 38 jenis

Page 2: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

2

benalu dari 14 marga (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Berdasarkan

pengamatan terhadap spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium

Bogoriense telah ditemukan 8 jenis tumbuhan benalu di Pulau Bali. Kedelapan

jenis benalu tersebut adalah Amyema cuernosensis (Elmer) Barlow, A. longipes

(Danser) Barlow, A. tristis (Zoll.) Tiegh., Dendrophthoe lanosa (Korth.) Danser,

D. pentandra (L.) Miq., Helixanthera setigera (Korth.) Danser, Scurrula

atropurpurea (Blume) Danser, dan S. parasitica L.

Untuk meningkatkan apresiasi benalu sebagai bahan obat, Soejono (1995)

telah melakukan inventarisasi benalu dan inang di Kebun Raya Purwodadi, Jawa

Timur. Telah berhasil diinventarisasi empat jenis benalu yaitu: Dendrophthoe

pentandra (L) Miq, Scurrula atropurputra (BL) Dans, Viscum articulatum Burm, f

dan Macrosolen tetradans (Bl). Selanjutnya, telah ditemukan jenis-jenis tanaman

inang potensial, kurang potensial, dan tidak potensial bagi kehidupan seuatu jenis

benalu. D.pentandra merupakan benalu yang paling sering dijumpai dan paling

banyak variasi inangnya, sedangkan S. atropupurea dan V. articulatum berturut-

turut mendudduki peringkat dibawahnya. Sementara itu, M. tetragonus hanya

ditemukan pada satu kasus di pohon Ficus sp.

Mengingat bahwa pemanfaatan suatu jenis benalu untuk bahan obat

maupun penelitian fitokimia harus berkaitan dengan jenis inanngnya, sedangkan

tidak semua jenis tumbuhan dapat menjadi inang benalu. Tujuan penelitian adalah

untuk menyediakan data dan informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan

benalu yang menempel tanaman inang famili Anacardiaeae serta untuk panduan

pengenalan jenis-jenis benalu di lapangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa saja jenis-jenis spesis famili Loranthaceae yang

menempel pada tumbuhan inang famili Anacardiaeae ?

2. Bagaimana ciri morfologi akar, batang, daun, bunga

dan biji pada famili Loranthaceae

C. Tujuan Penelitian

Page 3: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

3

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis-jenis spesies tumbuhan famili Loranthaceae yang

menempel pada tumbuhan inang famili Anacardiaeae ?

2. Mengetahui ciri morfologi akar, batang, daun, bunga dan buah pada famili

Loranthaceae

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperkaya informasi taksonomi dan ciri morfologi , batang, daun,

bunga dan buah pada famili Loranthaceae.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan untuk

pengembangan dalam industri jamu ataupun obat.

Page 4: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. KEANEKARAGAMAN

Keanekaragaman adalah ungkapan yang menyatakan adanya berbagai

macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai

tingkatan persekutuan makhluk, yaitu ekosistem, jenis, dan genetika (Sastrapraja,

1989).

a. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem adalah suatu satuan lingkungan yang melibatkan unsure-unsur

biotic (jenis makhluk hidup) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah) serta kimia

(keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi antara satu dengan lainya. Jika

dilihat dari komponen biotanya, jenis yang dapat hidup dalam ekosistem

ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain yang tinggal dalam ekosistem

terkait. Selain itu, keberdayaannya ditentukan juga oleh keadaan lingkungan fisik

dan kimia di sekitarnya.

Karena ekosistem terdiri atas perpaduan berbagai jenis dengan bermacam

kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beraneka ragam juga, maka jika

susunan komponen jenis dan susunan komponen fisik berbeda serta kimianya

berbeda, ekosistem yang dihasilkan tentu berbeda. Dengan demikian satu tipe

ekosistem tertentu akan terdiri atas kombinasi organism dengan unsure

lingkungan yang khas dan berbeda dengan susunan kombinasi ekosistem yang

lain.

b. Keanekaragaman Spesies

Di dalam ekosistem, organism-organisme merupakan anggota keseutuhan

tertentu yang masing-masing mempunyai batasan yang pasti, yang disebut jenis.

Spesies merupakan satu kesatuan yang dapat dikenal dari bentuk dan penampilan

dan terdiri atas pengelompokan populasi atau gabungan individu yang mampu

saling kawin antar sesame secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang

fertile.

Page 5: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

5

Spesies terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetika yang mengatur sifat

kebakaannya dengan lingkungan tempat hidupnya. Karena lingkungan termpat

tinggal jenis itu beranekaragam, jenis yang dihasilkan pasti akan beranekaragam

pula. Faktor genetika suatu jenis itu diturunkan dari suatu generasi ke generasi

berikutnya. Oleh karena itu, anggota jenis yang sama akan memiliki kerangka

dasar komponen genetika yang sama pula. Kerangka dasar komponen genetika

suatu jenis akan memiliki kerangka dasar komponen genetika yang sama pula.

Kerangka dasar komponen genetika suatu jenis akan berbeda dengan jenis yang

lain. Perbedaan ini terjadi dalam rangka penyesuian suatu jenis terhadap

lingkungan tempat hidupnya.

c. Keanekaragaman Genetika

Setiap jenis organisme terdiri dari sekumpulan populasi yang tersusun atas

individu yang banyak sekali. Seluruh warga suatu jenis itu memiliki kerangka

dasar komponen genetika yang sama. Akan tetapi setiap kerangka dasar tadi

tersusun atas ribuan faktor kebakaran. Faktor inilah yang menetukan apakah

misalanya suatu bibit bunga mawar berwarna merah, putih, biru, kuning atau yang

lain.

Sekalipun individu-individu dalam satu jenis itu memiliki kerangka dasar

komponen genetika yang sama, setiap individu ternyata mempunyai komposisi

faktor yang berbeda-beda, bergantung pada penurunannya. Jadi, masing-masing

individu suatu jenis mempunyai susunan faktor genetika yang tidak sama dengan

susunan pada individu yang lain, meskipun dalam jenis yang sama. Selain

ditentukan oleh sifat genetikanya, sifat yang terlihat dari luar pada masing-

masiing individu dapat ditentukan pula oleh keadaan lingkungan atau perpaduan

keduanya.

2. HERBARIUM

a. Definisi Herbarium

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani

yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi

Page 6: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

6

spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi.

(Rizal, 2005:1). Fungsi herbarium secara umum antara lain:

1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi

tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani

jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam

konservasi alam.

2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai

sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan

yang mempunyai nilai ekonomi.

3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk

mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan

ramuan untuk obat kanker, dan

sebagainya.

b. Cara Mengkoleksi Tumbuhan

Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam

praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan

informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata

lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan

harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak

pada spesimen herbarium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi

tumbuhan antara lain:

1) Perlengkapan

Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengkoleksi tumbuhan di

lapangan antara lain: gunting tanaman, buku catatan, label, pensil, lensa tangan,

Koran bekas, penekan/penghimpit, tali pengikat, vasculum, kantong plastik,

alkohol, kantong kertas (untuk cryptogamae, buah dan biji), peta, kamera dan

sebagainya.

2) Pengkoleksian

Apa yang dikoleksi:

a) Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya

Page 7: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

7

b) Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan

panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya

3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu

tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ

generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan

hewan, misalnya beruk.

c) Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi

kuncup (daun baru) karena kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan

brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.

d) Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar

seperti Araceae.

e) Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan

rumah kaca.

3) Catatan Lapangan

Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi

keterangan-keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat

setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara

lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau

ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya.

4) Pengeringan Spesimen

Setelah dilabel (etiket gantung) koleksi dimasukkan ke dalam lipatan

kertas koran dimasukkan ke kantong plastik disiram dengan alkohol 70 % hingga

basah dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrik.

5) Proses Pengeringan

Menurut Hidayat (2005: 5) proses pengeringan specimen sebagai berikut

a) 5-10 spesimen diapit dengan penekan atau sasak ukuran 45 x 35 cm.

Untuk specimen yang banyak, bisa digunakan karton atau aluminium

berombak/beralur untuk mengapit specimen sehingga tidak perlu

mengganti-ganti kertas Koran, diletakkan vertikal.

Page 8: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

8

b) Buah-buah besar dipisah, dimasukkan ke dalam kantong, beri label dan

keringkan terpisah.

c) Tumbuhan yang sangat lunak dimasukkan ke dalam air mendidih beberapa

menit untuk membunuh jaringan dan mempercepat pengeringan.

d) Dibalik-balik secara teratur, kertas diganti beberapa kali terutama hari

pertama, kalau specimen sudah kaku lebih ditekan lagi.

e) 1,5-2 hari specimen akan kering.

6) Pembuatan Herbarium

Menurut Sutisna (1998) Pembuatan herbarium meliputi tiga tahap yaitu:

a) Mounting

Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas karton.

Gunakan kertas yang kuat atau tidak cepat rusak dan kaku, ukuran 29 x 43

cm. Untuk tumbuhan Palmae atau tumbuhan lain yang organnya besar, 1

spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas.

b) Labeling

Label yang berisi keterangan-keterangan tentang tumbuhan tersebut

diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah. Spesimen

dipisahkan sesuai dengan kelompoknya kemudian diidentifikasi.

Dianjurkan membuat lembar label kosong untuk kemungkinan perubahan

nama.

c) Pengasapan dan peracunan (Fumigasi)

Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu harus diasap

dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu. Metode lain dapat

dilakukan dengan menambahkan kristal paradiklorobenzen. Umumnya

herbarium-herbarium melakukan fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun.

Umumnya spesimen disusun ke dalam kotak atau lemari khusus

berdasarkan alphabet.

Page 9: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

9

3. LORANTHACEAE

Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang

termasuk dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya

menyerang pepohonan atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian

ranting dan cabang-cabangnya. Pohon atau pun perdu yang diserang

benalu akan terganggu bahkan dapat mati apabila serangan tersebut dalam

jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok tumbuhan parasit ini selain

menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya (Pitoyo, 1996).

Suku Loranthaceae terdiri atas 65 marga dan 950 jenis yang

sebagian besar tumbuh tersebar di kawasan tropis dan sebagian kecil

lainnya tumbuh di kawasan yang beriklim sedang. Jumlah jenis yang

terbesar adalah di Jawa Barat yaitu 29 jenis. Sedangkan di Jawa Timur dan

Jawa Tengah masing-masing 19 jenis dan 15 jenis tumbuhan benalu

(Samiran, 2005)

Loranthaceae merupakan tanaman setengah parasit yang batangnya

berkayu, tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae dan

Cotyledoneaae yang berkayu, dengan daun-daun tuggal yang kaku seperti

belulang, duduknya bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa daun

penumpu. Kadang-kadang tidak terdapat daun-daun, dalam hal ituruas-

ruas cabangnya berwarna hijau dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi.

Tumbuh-tumbuhan membentuk alat penghisap yang beraneka rupa. Pada

perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu membentuk alat penghisap

yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya. Ada pula yang dari

alat pelekat itu tumbuh tumbuh streng-streng penghisap seperti akar yang

meluas pada permukaan gelam tumbuhan inangnya dan dari streng-streng

tersebut masuk ke dalam kayu alat penghisap yang disebut penyelam, ada

pula yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan penyelam ke

bagian kayu inangnya (Gembong, 1993:122).

Page 10: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

10

4. ANACARDIACEAE

Tanaman berkayu dengan saluran dammar. Daun tersebar, tunggal

atau menyirip ganjil. Daun penumpu tidak ada. Tanaman berumah 1 atau

2. Bunga beraturan atau sedikit tidak beraturan, berkelamin 1 atau 2,

kadang-kadang berkelamin campuran; dalam malai; daun kelopak 4-5,

bersatu atau tidak bersatu. Daun mahkota 4-5, berdaun lepas, atau tidak

berdaun. Benang sari 10 atau 5, jarang lebih, kerapkali mereduksi menjadi

staminodia. Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, beruang 1-

10, kerapkali 3-1, seringkali miring, kadang-kadang bertangkai pendek;

kadang-kadang beberapa bakal buah lepas. Bakal biji per ruang 1. Buah

batu (Van Steenis et al, 2008: 251).

Suku anacardiaceae membawahi kira-kira 500 jenis, terbagi dalam

70 marga yang tersebar dari daerah-daerah beriklim panas sampai daerah-

daerah beriklim sedang. Contoh-contohnya: Anacardium: A. occidentale

(jambu mete), penghasil mete; buah semu yang berasal dari tangkai

bunganya juga dapat dimakan. Mangifera: M. indica (mangga dengan

puluhan varietas budidaya), penghasil buah-buahan; M. odorata (kuweni),

M. foetida (pakel, limus), M.caesia (kemang). Spondias: S. dulcis,

S.pinnata, S.lutea (kedondong), buahnya dimakan. Lannea: L. grandis

(kayu kuda), tumbuh cepat, penghasil kayu bakar dan gom. (Gembong,

1996: 305)

Page 11: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

11

BAB III

METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Januari–Febuari 2011 dengan metode

jelajah (Balgooy, 1987; Rugayah et al., 2004) yaitu dengan cara menjelajahi

seluruh area di Surakarta, serta mengumpulkan spesimen tumbuhan benalu yang

tumbuh pada seluruh jenis tanaman family Anacardiacea.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan antara lain:

Pinset

Loop

Cutter

Sasak

Kertas koran

Rafia

Mikroskop

Deg glass

Obyek glass

Kamera

Deskriptor benalu

Benalu

Page 12: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

C. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode jelajah (Balgooy, 1987; Rugayah et

al., 2004) yaitu dengan cara menjelajahi seluruh area di Surakarta, serta

mengumpulkan spesimen tumbuhan benalu yang tumbuh pada seluruh jenis

tanaman family Anacardiacea. Setiap jenis tanaman family Anacardiacea beserta

benalu yang memarasitinya dikoleksi dan dibuat spesimen herbariumnya. Khusus

untuk spesimen tumbuhan benalu identifikasinya juga dibantu dengan

menggunakan acuan pustaka yang ada.

1. Identifikasi Tanaman

Penelitian dilakukan dengan mencari spesies-spesies Loranthaceae yang

berinang pada famili Anacardiacea serta mengumpulkan spesimen-spesimen

benalu yang tumbuh pada famili Anacardiacea. Kemudian spesimen-spesimen

tersebut di identifikasi dengan deskriptor yang telah dibuat yang di dukung

dengan acuan pustaka yang ada. Identifikasi dapat dilakukan pada saat spesimen

masih segar tetapi dapat juga dilakukan setelah dibuat herbarium bila keadaan

tidak memungkinkan tetapi pada saat di lapangan dicatat sifat-sifat dari spesimen

yang sekiranya dapat berubah setelah menjadi herbarium.

2. Pengamatan Anatomi Akar

Akar haustorium pada benalu disayat tipis dan diusahakan akar yang

digunakan adalah akar yang masih muda. Kemudian diamati di bawah mikroskop.

3. Herbarium

Kegiatan penelitian dalam bidang kehutanan semakin beraneka ragam,

baik dari segi biologi maupun dari segi teknologi. Banyak di antara penelitian

yang dilakukan menggunakan pohon atau tumbuhan lainnya yang ada di dalam

kawasan hutan sebagai objek utama. Objek yang diteliti perlu dikenal oleh

peneliti yang bersangkutan. Untuk keperluan tersebut peneliti dianjurkan agar

membuat herbarium dari pohon atau tumbuhan lain yang sedang diteliti.

a. Bahan dan Perlengkapan

Page 13: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

1. Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau,

gunting stek, galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna

perlu sekop, dan untuk rotan diperlukan sarung tangan anti duri.

2. Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar,

kantong plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan

hekter. Alat pengepres: sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm)

3. Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isian/tally

sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lain

4. Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 – 50 spesimen)

5. Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita

ukur, dll

b. Pengumpulan Material

Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan

herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan

identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga

dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung

ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah

muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga

dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga

dan buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah

dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi

agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat (3 spesimen atau lebih per nomor

koleksi). Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar

dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan,

cukup diambil ranting dengan satu daun-daun dan kuncup utuh dalam satu

kesatuan. Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula

bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula

pencatatan data tumbuhannya, terutama karakter/sifat yang akan hilang jika

diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak

Page 14: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau

blangko isian/tally sheet.

Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan

segera dibuat pula label ganting yang diikat pada material herbarium. Satu label

untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama)

kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama lokal (daerah) tumbuhan yang

dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjurkan agar untuk

penulisan pada label gantung tersebut menggunakan pensil, supaya tulisan tidak

larut bila kena siraman alkohol atau spiritus.

c. Pengolahan dan Pengawetan

1) Di Lokasi Pengumpulan

Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium di lokasi

pengumpulan, yaitu cara basah dan cara kering.

a) Cara basah

Setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian

dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu

spesimen (contoh). Tidak dibenarkan menggabungkan beberapa spesimen di

dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatas kertas koran berisi material

herbarium tersebut ditumpuk satu di atas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan

dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm) yang akan digunakan. Tumpukan

tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70 % atau

spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian

kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol atau

spiritus tidak menguap ke luar kantong.

b) Cara kering

Cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu: Pengeringan langsung,

yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam

Page 15: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

sasak, kemudian dikeringkan di atas tungku pengeringan dengan panas yang

diatur atau di dalam oven (suhu 80 C selama 48 jam). Pengeringan bertahap,

yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3

menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran.

Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku

pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering

diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata.

Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran

bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas yang baru. Kemudian material

herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi.

2) Di Tempat Koleksi Herbarium

a. Material basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan

tumpukannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru. Selanjutnya,

tumpukan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian dimasukkan ke

dalam tungku pengeringan atau oven dengan suhu 80 C selama 48 jam.

b. Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara

berturutturut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa. Hasil

identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini

harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai

dengan nomor koleksi pada label gantung.

d. Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas

gambar yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan

dilakukan pula 3pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini,

perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan

nomor koleksi herbarium yang bersangkutan Material herbarium kering yang

sudah diplak dan memiliki label identifikasi selanjutnya bisa disimpan di ruangan

herbarium.

Page 16: siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/benalu__penelitian.doc · Web viewBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apa saja

DAFTAR PUSTAKA

Backer CA, dan Bakhuizen van den Brink RC, 1965. Flora of Java vol. 2.

Noordhoff, Groningen, The Netherlands, 67–76.

Balgooy van MMJ, 1987. Collecting. In: Vogel (ed.). Mannual of Herbarium

Taxonomy. Theory and Practice. Unesco.

Barlow BA, 1997. Loranthaceae. In: C. Kalkman, D.W. Kirkup, H.P. Nootebom,

P.F. Stevens, W.J.J.O. de Wilde (eds.) Flora Malesiana. Series I, vol. 13.

Rijksherbarium/Hortus Botanicus, The Netherlands, 209–401.

Danser BH, 1930. The Loranthaceae of Nederlands Indies. Bulletin de Jardin

Botanique. III.(XI): 233–519.

Pitoyo S, 1996. Benalu hortikultura: Pengendalian dan pemanfaatan. Trubus

Agriwidya, Ungaran.

Rizal, 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Universitas Sumatera Utara.

Rugayah, Widjaja EA, dan Praptiwi, 2004. Pedoman pengumpulan data

keanekaragaman flora. Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Bogor.

Siregar M, Lugrayasa IN, Arinase IBK, dan Mudiana P (eds.), 2004. An

alphabetical list of plant collection in Eka Karya Botanic Garden, Bali. Published

by Eka Karya Botanic Garden, Bali–Indonesia. 202 halaman.

Sunaryo, Rachman E, dan Uji T, 2006. Kerusakan morfologi tumbuhan koleksi

Kebun Raya Purwodadi oleh benalu (Loranthaceae dan Viscaceae). Berita Biologi

8(2): 129–139.

Uji T, Sunaryo, dan Rachman E, 2006. Keanekaragaman jenis benalu parasit pada

tanaman koleksi di Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur. Jurnal Teknologi

Lingkungan. Edisi khusus “Hari Lingkungan Hidup, 2006: 223–231.

Valkenburg van JLCH, 2003. Dendrophthoe, Scurrula, In: R.H.M.J. Lemmens

and N. Bunyapraphatsara (eds.). Medicinal and poisonous plants 3. PROSEA.

Backhuys Publisher, Leiden. 157–158; 370–372.