swcorner.files.wordpress.com …  · web viewberdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan...

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pekerja sosial perlu mempelajari tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya, karena tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial adalah pengetahuan dasar untuk mempelajari tingkah laku manusia melalui pendidikan ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan pekerjaan sosial. Tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial juga merupakan suatu studi yang mengkaji bagaimana memahami manusia sebagai individu dan sebagai kolektivitas, memahami kondisi yang memengaruhi tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial dan melihat bagaimana interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya. Dapat dikatakan bahwa tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial (Human Behaviour in the Social Environment) memiliki kedudukan penting dalam pekerjaan sosial karena dalam perkembangan pekerjaan sosial (teori dan praktik) senantiasa berhubungan dengan masalah perilaku manusia baik sebagai individu ataupun kelompok serta dikaitkan dengan lingkungan sosialnya. Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan dapat membantu pemerlu pelayanan untuk mengembalikan dan menguatkan 1

Upload: tranduong

Post on 03-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang pekerja sosial perlu mempelajari tingkah laku manusia dalam

lingkungan sosialnya, karena tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial

adalah pengetahuan dasar untuk mempelajari tingkah laku manusia melalui

pendidikan ilmu-ilmu sosial yang relevan dengan pekerjaan sosial. Tingkah laku

manusia dalam lingkungan sosial juga merupakan suatu studi yang mengkaji

bagaimana memahami manusia sebagai individu dan sebagai kolektivitas,

memahami kondisi yang memengaruhi tingkah laku manusia sebagai makhluk

sosial dan melihat bagaimana interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya.

Dapat dikatakan bahwa tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial

(Human Behaviour in the Social Environment) memiliki kedudukan penting

dalam pekerjaan sosial karena dalam perkembangan pekerjaan sosial (teori dan

praktik) senantiasa berhubungan dengan masalah perilaku manusia baik sebagai

individu ataupun kelompok serta dikaitkan dengan lingkungan sosialnya.

Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi pertolongan dapat membantu pemerlu

pelayanan untuk mengembalikan dan menguatkan keberfungsian sosialnya, baik

itu keberfungsian individu maupun situasi sosialnya.

Ketika mempelajari tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya,

salah satu lingkungan sosial individu tersebut adalah keluarga. Keluarga

merupakan awal dari lingkungan manusia hidup dan tinggal. Di dalamnya

merupakan cikal bakal bagi perkembangan perilaku manusia. Peran kedua orang

tua sangat tinggi dalam tumbuh kembang anaknya. Untuk itu dalam makalah yang

berjudul “Keluarga” ini, kami akan menjelaskan apa itu keluarga, hal-hal penting

apa saja yang berhubungan dengan keluarga serta kaitan keluarga dengan tingkah

laku antar anggota keluarganya.

1

Page 2: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keluarga?

1.2.2 Bagaimana struktur keluarga?

1.2.3 Bagaimana relasi dalam keluarga?

1.2.4 Apa yang dimaksud dengan keberfugsian keluarga?

1.2.5 Apa yang dimaksud dengan teori sistem keluarga?

1.2.6 Pendekatan apa saja yang digunakan untuk menganalisis keluarga?

1.2.7 Apa yang dimaksud dengan krisis keluarga?

1.2.8 Bagaimana upaya mengatasi krisis keluarga?

1.2.9 Apa saja karakteristik konflik keluarga?

1.2.10 Bagaimana pegaruh keluarga terhadap perilaku anak?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang

berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga, mengetahui

struktur keluarga, mengetahui bagaimana relasi yang terjalin dalam keluarga,

mengetahui keberfungsian keluarga, mengetahui teori sistem keluarga,

mengetahui pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis

keluarga, mengetahui krisis dan upaya mengatasi krisis dalam keluarga,

mengetahui karakteristik konflik dalam keluarga serta mengetahui bagaimana

pengaruh keluarga terhadap perilaku anak.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul

“Keluarga” ini adalah metode studi pustaka dan melalui internet.

2

Page 3: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

BAB II

KELUARGA

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuan

sosial bersilang pendapat mengenai rumusan definisi keluarga. Pendapat para

ilmuan sosial tersebut antara lain:

Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal

bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi

(Murdock, 1965).

Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian

keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan

tehadap generasi baru (Ira Reiss, 1965).

Keluarga adalah suatu tatanan utama yang mengomunikasikan pola-pola

niai yang bersifat simbolik kepada generasi baru (Weigert dan Thomas

1971).

Menurut Koerner dan Fitzpatrick (2004), definisi tentang keluarga

setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu definisi

struktural, definisi fungsional, dan definisi interaksional.

a. Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau

ketidakhadiran keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya.

Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari

keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga

sebagai asal-usul, keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan, dan

keluarga batih.

b. Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada

terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi tersebut

mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi,

dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada

tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.

3

Page 4: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

c. Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang

mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang

memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi,

pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini

memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.

Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau

perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental

mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang

berada pada suatu jaringan (Hill, 1998). Konsep keluarga tersebut

tampaknya bersesuaian dengan konsep keluarga dalam masyarakat

Indonesia yang memaknai keluarga tidak terbatas pada keluarga inti saja,

tetapi juga keluarga batih.

2.2 Struktur Keluarga

Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka keluarga dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu keluarga inti dan keluarga batih.

Keluarga inti adalah kelurga yang di dalamnya hanya terdapat tiga posisi

sosial, yaitu: suami-ayah, istri-ibu, dan anak-sibling (Lee, 1982). Struktur

keluarga yang demikian menjadikan keluarga sebagai orientasi bagi anak,

yaitu keluarga tempat ia dilahirkan. Adapun orang tua menjadikan keluarga

sebagai wahana prokreasi, karena keluarga inti terbentuk setelah sepasanag

laki-laki dan perempuan menikah dan memiliki anak (Berns, 2004). Dalam

keluarga inti hubungan antara suami istri bersifat saling membutuhkan dan

mendukung layaknya persahabatan, sedangkan anak-anak tergantung pada

orang tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan afeksi dan sosialisasi.

Keluarga inti pada umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan.

Perkawinan menjadi pondasi bagi keluraga, oleh karena itu ketika sepasang

manusia menikah akan lahir keluarga yang baru.

Keluarga batih adalah keluarga yang di dalamnya menyertakan posisi lain

selain ketiga posisi di atas (Lee, 1982). Bentuk pertama dari keluarga batih

yang banyak ditemui di masyarakat adalah keluarga bercabang. Keluarga

4

Page 5: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

bercabang terjadi manakala seorang anak, dan hanya seorang, yang sudah

menikah masih tinggal dalam rumah orang tuanya. Bentuk kedua dari

keluarga batih adalah keluarga berumpun. Bentuk ini terjadi manakala lebih

dari satu anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya.

Bentuk ketiga dari keluraga batih adalah keluarga beranting. Bentuk ini

terjadi manakala di dalam suatu keluarga terjadi generasi ketiga (cucu) yang

sudah menikah dan tetap tinggal bersama. Adapun keluarga batih dibangun

berdasarkan hubungan antargenerasi, bukan antarpasangan. Keluarga batih

biasanya terdapat dalam masyarakat yang memandang penting hubungan

kekerabatan. Hubungan perkawinan berada pada posisi sekunder dibanding

hubungan dengan orang tua.

Dari segi pemegang wewenang utama atas keluarga, misalnya dalam hal

menentukan siapa yang bertanggung jawab atas sosialisasi anak, keluarga

dibedakan menjadi matriarki, patriarki, dan egaliter (Berns, 2004). Keluarga

kerajaan Inggris dan masyarakat Minang merupakan contoh keluarga matriarki,

karena ibu menjadi pemegang utama wewenang atas keluarga. Pada umumnya

keluarga menerapkan pola patriarki dengan ayah sebagai pemegang utama

wewenang atas keluarga. Namun pada masa kini, dengan berkembangnya

pandangan tentang kesetaraan gender dan semakin banyaknya keluarga yang

kedua orang tuanya sama-sama bekerja, telah berkembang pola egaliter.

Selain itu variasi keluarga berdasarkan struktur juga mencakup keluarga

dengan orang tua tunggal, baik karena bercerai maupun meninggal, keluarga yang

salah satu orang tuanya jarang berada di rumah karena bekerja di luar daerah,

keluarga tiri, dan keluarga dengan anak angkat. Bahkan di dunia Barat banyak

ditemui keluarga kohabitasi, yang orang tuanya tidak menikah, dan keluarga

dengan orang tua pasangan sejenis.

Berbagai penelitian menemukan pengaruh struktur keluarga terhadap

kualitas keluarga. Skaggs dan Jodl (1999) menemukan bahwa remaja yang tinggal

bukan pada keluarga tiri lebih kompeten, secara sosial lebih bertanggung jawab,

dan kurang mengalami masalah perilaku daripada remaja yang tinggal pada

keluarga tiri yang kompleks. Hubungan yang kompleks pada keluarga tiri

5

Page 6: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

menghadirkan tantangan-tantangan yang membutuhkan penyesuaian, sehingga

membuat remaja lebih beresiko mengalami penyesuaian.

Koweleski-Jones dan Dunifon (2006) mengungkapkan bahwa pada kaum

muda kulit putih, orang tua tunggal dan kohabitasi berkaitan dengan tingkat

kesejahteraan yang lebih rendah. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Joblonska

dan Lindber (2007), yang menyatakan bahwa remaja dengan orang tua tunggal

memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap perilaku beresiko, menjadi korban dan

mengalami stres mental, daripada remaja dengan orang tua yang lengkap.

Dengan beberapa pengecualian, pada dasarnya keluarga yang utuh dan

dalam perkawinan yang sah lebih menjamin kesejahteraan anak. Walaupun

demikian, sebagaimana diungkapkan Hetherington (1999), proses yang

berlangsung pada keluarga lebih besar dari pada pengaruhnya terhadap akibat-

akibat pada diri anak, seperti rendahnya perilaku bermasalah dan kepuasan hidup.

Proses dalam keluarga tersebut mencakup proses yang terjadi dalam relasi

pasangan, relasi orang tua-anak, supervisi orang tua kepada anak dan perilaku

kontrol dalam pengasuhan (Leiber, Mack, dan Featherstone, 2009).

2.3 Relasi dalam Keluarga

Pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki-laki dan

perempuan dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan

suami istri. Ketika anak pertama lahir muncullah bentuk relasi yang baru, yaitu

relasi orang tua-anak. Ketika anak berikutnya lahir muncul lagi bentuk relasi yang

lain, yaitu relasi sibling (saudara sekandung). Ketiga macam relasi tersebut

merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu keluarga inti. Dalam keluarga

yang lebih luas anggotanya atau keluarga batih, bentuk-bentuk relasi yang terjadi

akan lebih banyak lagi, misalnya kakek/nenek-cucu, mertua-menantu, saudara

ipar, dan paman/bibi-keponakan. Setiap bentuk relasi terjadi dalam keluarga

biasanya memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut dipaparkan karakteristik

relasi tersebut.

6

Page 7: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

a. Relasi Pasangan Suami Istri

Sebagai permulaan bagi relasi yang lain, relasi suami istri memberi

landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga.

Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan relasi suami istri.

Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan

penyesuaian di antara pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan

memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes. Penyesuaian adalah interaksi

yang kontinu dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Calhoun &

Acocella, 1995).

Terdapat tiga indikator bagi proses penyesuaian sebagaimana diungkapkan

Glenn (2003), yakni konflik, komunikas, dan berbagai tugas rumah tangga.

Keberhasilan penyesuaian dalam perkawinan tidak ditandai dengan tiadanya

konflik yang terjadi. Penyesuaian yang berhasil ditandai oleh sikap dan cara

yang konstruktif dalam melakukan resolusi konflik. Komunikasi yang positif

merupakan salah satu komponen dalam melakukan resolusi konflik yang

konstruktif. Walaupun demikian, komunikasi berperan penting dalam segala

aspek kehidupan perkawinan, bukan hanya dalam resolusi konflik. Peran

terpenting komunikasi adalah untuk membangun kedekatan dan keintiman

dengan pasangan. Bila kedekatan dan keintiman suatu pasangan dapat

senantiasa terjaga, maka hal itu menandakan bahwa proses penyesuaian

keduanya telah berlangsung dengan baik. Keberhasilan membangun

kebersamaan dalam pelaksanaan kewajiban keluarga menjadi salah satu

indikasi bagi keberhasilan penyesuaian pasangan.

b. Relasi Orang Tua-Anak

Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang dijalani oleh

pasangan yang memiliki anak. Masa transisi menjadi orang tua pada saat

kelahiran anak pertama terkadang menimbulkan masalah bagi relasi pasangan

dan dipersepsi menurunkan kualitas perkawinan. Anak-anak menjalani proses

tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan dan hubungan

(Thompson,2006). Pengalaman mereka sepanjang waktu bersama orang-orang

yang mengenal mereka dengan baik, serta berbagai karakteristik dan

7

Page 8: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

kecenderungan yang mulai mereka pahami merupakan hal pokok yang

memengaruhi perkembangan konsep dan kepribadian sosial mereka. Menurut

Thompson, hubungan menjadi katalis bagi perkembangan dan merupakan jalur

bagi peningkatan pengetahuan dan informasi, penguasaan keterampilan dan

kompetensi, dukungan emosi, dan berbagai pengaruh lain semenjak dini. Suatu

hubungan dengan kualitas yang baik akan berpengaruh positif bagi

perkembangan, misalnya penyesuaian, kesejahteraan, perilaku prososial, dan

tranmisi nilai. Sebaliknya, kualitas hubungan yang buruk dapat menumbulkan

akibat berupa malasuai, masalah perilaku, atau psikopatologi pada diri anak.

Dalam tinjauan psikologi perkembangan, pandangan tentang relasi orang

tua dan anak pada umumnya merujuk pada teori kelekatan (attachment theory)

yang pertama kali dicetuskan oleh John Bowlby (1969). Bowlby

mengidentifikasikan pengaruh perilaku pengasuhan sebagai faktor kunci dalam

hubungan orang tua-anak yang dibangun sejak usia dini. Pada masa awal

kehidupannya anak mengembangkan hubungan emosi yang mendalam dengan

orang dewasa yang secara teratur merawatnya. Kelekatan merupakan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan hubungan khusus antara bayi dan

pengasuhnya. Kelekatan dicirikan sebagai hubungan timbal balik antara sistem

kelekatan dari anak dan sistem pengasuhan dari orang tua (Tuner,2005).

Pengertian yang lebih luas dari kelekatan diungkapkan oleh Mercer (2006),

yakni sebagai ikatan emosional yang terjadi di antara manusia yang memandu

perasaan dan perilaku.

Selain teori kelekatan, hubungan orang tua-anak juga dapat dijelaskan

dengan pendekatan teori penerimaan dan penolakan orang tua (parental

acceptance-rejection theory) yang dikembangkan oleh Rohner. Penerimaan

dan penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan (warmth dimention)

dalam pengasuhan, yaitu suatu kualitas ikatan afeksi antara orangtua dan anak.

Dimensi kehangatan merupakan suatu rentan kontinum, yang ditandai oleh

penerimaan yang mencakup berbagai perasaan dan perilaku yang menunjukkan

kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, perhatian, perawatan, dukungan,

dan cinta. Adapun sisi yang lain ditandai oleh penolakan yang mencakup

8

Page 9: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

ketiadaan atau penarikan berbagai perasaan atau perilaku tersebut (kehangatan,

afeksi, dan lain-lain), dan adanya berbagai perasaan atau perilaku yang

menyakitkan secara fisik maupun psikolgis (seperti tidak menghargai,

penelantaran, tak acuh, caci maki, dan penyiksaan). Menurut Rohner dkk.,

persepsi anak terhadap penerimaan dan penolakan orang tua atau sosok

signifikan yang lain akan memengaruhi perkembangan kepribadian individu

dan mekanisme yang dikembangkan dalam menghadapi masalah.

Kajian tentang hubungan orang tua-anak dapat dibagi ke dalam dua masa,

yaitu sebelum berkembangnya paham dua arah (bidirectionality) pada akhir

tahun 60-an dan setelahnya (Chen, 2009). Semasa berkembangnya paham satu

arah (unidirectionality), penelitian tentang hubungan orang tua-anak

memfokuskan pada mengenali strategi pengasuhan, praktik-praktik, perilaku,

gaya, dan pembawaan yang memengaruhi akibat pada anak, misalnya

kompetensi perkembangan yang sehat, prestasi akademik, dan problem

perilaku. Setelah era paham dua arah pengaruh imbal balik antara orang tua

dan anak mulai diperhatikan. Para ilmuan mulai mengenali bahwa baik orang

tua maupun anak merupakan agen bagi proses sosialisasi.

Menurut Chen, kualitas hubungan orang tua-anak merefleksikan tingkatan

dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust),

afeksi positif (positive affect), dan ketanggapan (responsiveness) dalam

hubungan mereka. Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubungan

orang tua-anak yang dapat membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan

rasa percaya diri. Mereka memiliki rasa percaya dan menikmati kesetaraan

dalam aktivitas bersama orang tua kehangatan memberi konteks bagi afeksi

positif yang akan meningkatkan mood untuk peduli dan tanggap terhadap satu

sama lain.

Rasa aman merupakan dimensi dalam hubungan yang berkembang karena

interaksi yang berulang yang memperlihatkan adanya kesiagaan, kepekaan, dan

ketanggapan. Interaksi tersebut mengembangkan kelekatan pada masing-

masing pihak yang terlibat dalam hubungan. Rasa percaya diri anak dapat

tumbuh karena adanya rasa aman terhadap lingkungannya dan orang lain. Rasa

9

Page 10: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

aman juga akan mendorong anak untuk berani melakukan eksplorasi yang

bermanfaat bagi perkembangan kompetensi.

Setelah berkembangnya paham dua arah, area penting yang menjadi fokus

penelitian adalah kaitan antara interaksi orang tua-anak dan relasi yang

terbentuk. Interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi relasi

orang tua-anak. Yang dimaksud dengan interaksi adalah suatu rangkaian

peristiwa ketika individu A menunjukkan suatu perilaku X kepada individu B,

atau A memperlihatkan X kepada B yang meresponnya dengan Y. Menurut

Hinde relasi orang tua-anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu :

Interaksi

Orang tua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang menciptakan suatu

hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi

di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di kemudian hari.

Kontribusi mutual

Orang tua dan anak sama-sama memiliki sumbangan dan peran dalam

interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.

Keunikan

Setiap relasi orang tua-anak bersifat unik yang melibatkan dua pihak, dan

karenanya tidak dapat ditirukan dengan orang tua atau anak yang lainnya.

Pengharapan masa lalu

Interaksi orang tua-anak membentuk suatu cetakan pada pengharapan

keduanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, orang tua akan

memahami bagaimana anaknya akan bertindak pada suatu situasi.

Demikian pula sebaliknya anak kepada orang tua.

Antisipasi masa depan

Karena relasi orang tua-anak bersifat kekal, masing-masing membangun

pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan keduanya.

c. Relasi Antarsaudara

Keberadaan saudara baik kandung, tiri, maupun adopsi berpengaruh dalam

kehidupan anak-anak. Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan

yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada

10

Page 11: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa. Hubungan dengan saudara

dapat memengaruhi perkembangan individu secara positif maupun negatif

tergantung pola hubungan yang terjadi.

Pada masa kanak-kanak pola hubungan dengan sibling dipengaruhi oleh

empat karakteristik, yaitu : jumlah saudara, ururan kelahiran, jarak kelahiran,

dan jenis kelamin. Penelitian Powell dan Steelman (1990) menemukan bahwa

kombinasi antara jumlah saudara dan jarak kelahiran yang dekat berpengaruh

negatif terhadap prestasi akademik dibandingkan dengan yang memiliki jarak

kelahiran yang jauh. Pola hubungan antara saudara kandung juga dipengaruhi

oleh cara orang tua dalam memperlakukan mereka. Misalnya, ibu menyediakan

waktu yang lebih sedikit untuk interaksi yang bersifat sosial, afeksi, dan

perawatan terhadap anak kedua dibanding dengan anak pertama, terutama bila

anak kedua perempuan (Jacobs & Moss, 1976). Perlakuan orang tua yang

berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada kecemburuan, gaya kelekatan,

dan harga diri yang pada gilirannya bisa menimbulkan distress pada hubungan

romantis di kemudian hari (Rauer & Voliing, 2007).

Menurut Dunn (2002), pola hubungan antara saudara kandung dicirikan

oleh tiga karakteristik, pertama, kekuatan emosi dan tidak terhambatnya

pengungkapan emosi tersebut. Emosi yang menyertai hubungan dengan

saudara dapat berupa emosi negatif maupun emosi positif. Kedua, keintiman

yang membuat antarsaudara kandung saling mengenal secara pribadi.

Keintiman ini dapat menjadi sumber bagi dukungan maupun konflik. Ketiga,

adanya perbedaan sifat pribadi yang mewarnai hubungan diantara saudara

kandung. Sebagian memperlihatkan afeksi, kepedulian, kerja sama, dan

dukungan. Sebagian yang lain menggambarkan adanya permusuhan, gangguan,

dan perilaku agresif yang memperlihatkan adanya ketidaksukaan satu sama

lain.

Pada satu sisi saudara kandung dapat dianggap sebagai pesaing dalam

memanfaatkan sumber daya dari orang tua. Dalam perfekstif ini seorang anak

dapat mengalami kemunduran perkembangan (regresi) yang disebabkan oleh

kelahiran adiknya. Regresi tersebut menjadi taktik bagi anak untuk

11

Page 12: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

memperoleh bagian sumber daya yang lebih besar. Selain itu, terdapat suatu

kecenderungan bahwa orang tua akan menginvestasikan sumber dayanya

secara lebih besar pada anak sulung daripada anak yang lahir kemudian.

Walaupun berbagai penelitian menunjukkan berbagai hal negatif dalam

hubungan antarsaudara yang dikenal dengan sebutan sibling rivary, namun

keberadaan saudara kandung juga bermanfaat (Ihinger-Tallman & Hsiao,

2003), antara lain :

Sebagai tempat uji coba (testing ground). Saat bereksperimen dengan

perilaku baru, anak akan mencobanya terhadap saudaranya sebelum

menunjukkan pada orang tua atau teman sebayanya.

Sebagai guru. Biasanya anak yang lebih besar, karena memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, akan banyak mengajari

adiknya.

Sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi. Saat melakukan tugas

dari orang tua atau memanfaatkan alokasi sumber daya keluarga, kakak

beradik biasanya akan melakukan negosiasi mengenai bagian masing-

masing.

Sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan

konflik.

Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan.

Sebagai pelindung bagi saudaranya.

Sebagai penerjemah dari maksud orang tua dan teman sebaya terhadap

adiknya.

Sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku dikenalkan

pada keluarga.

2.4 Keberfungsian Keluarga

Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara

fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih

sayang, perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan

fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi ke generasi.

12

Page 13: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

Dari kajian lintas budaya ditemukan dua fungsi utama keluarga, yakni iternal

(memberikan perlindungan psikososial bagi para anggotanya) dan eksternal

(mentransmisikan nilai-nilai budaya pada generasi selanjutnya) menurut Minuchin

(1974).

Menurut Berns (2004) keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu :

a. Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi

yang ada di dalam masyarakat.

b. Sosialisasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,

keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari generasi

sebelumnya ke generasi yang lebih muda.

c. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para

anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.

d. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan,

dan jaminan kehidupan.

e. Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman

interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat

mendalam, mengasuh dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman

pada anak.

Dalam perspektif perkembangan fungsi paling penting dari keluarga

adalah melakukan perawatan dan sosialisasi pada anak. Sosialisasi merupakan

proses yang ditempuh anak untuk memperoleh keyakinan, nilai-nilai dan perilaku

yang dianggap perlu dan pantas oleh anggota keluarga dewasa, terutama orang

tua. Keluarga memang bukan satu-satunya lembaga yang melakukan peran

sosialisasi, melainkan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam

menjalani kehidupannya. Oleh karena berbagai peristiwa, pada awal tahun

kehidupan anak sangat berpengaruh pada perkembangan sosial, emosi, dan

intelektual anak, maka keluarga harus dipandang sebagai instrument sosialisasi

yang utama.

Kajian tentang keberfungsian keluarga merupakan salah satu faktor topik

yang memperoleh perhatian dari para peneliti dan terapis. Secara umum

keberfungsian keluarga merujuk pada kualitas kehidupan keluarga, baik pada

13

Page 14: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

level sistem maupun subsistem, dan berkenaan dengan kesejahteraan, kopetensi,

kekuatan, dan kelemahan keluarga (Shek,2002). Keberfungsian keluarga dapat

dinilai dari tingkat kelentingan (resiliency) atau kekukuhan (strength) keluarga

dalam menghadapi berbagai tantangan.

a. Kelentingan keluarga

Pendekatan kelentingan keluarga bertujuan untuk mengenali dan

membentengi proses interaksi yang menjadi kunci bagi kemampuan keluarga

untuk bertahan dan bangkit dari tantangan kehidupan yang mengganggu

(Walsh,2006). Perspektif kelentingan memandang distress sebagai tantangan

bagi keluarga, bukan hal yang merusak, serta melihat potensi yang dimiliki

keluarga untuk tumbuh dan melakukan perbaikan. Walsh mendefinisikan

kelentingan sebagai kemampuan untuk bangkit dari penderitaan, dengan

menjadi lebih kuat dan lebih memiliki sumber daya. Kelentingan lebih dari

sekedar kemampuan untuk bertahan (survive), Karena kelentingan

memampukan orang untuk sembuh dari luka yang menyakitkan,

mengendalikan kehidupannya dan melanjutkan hidupnya dengan penuh cinta

dan kasih sayang.

Terdapat tiga faktor yang menjadi kunci bagi kelentingan keluarga,

yaitu sistem keyakinan, pola pengorganisasian keluarga, dan proses

komunikasi dalam keluarga. Keyakinan merupakan lensa yang digunakan

untuk memandang dunia dan kehidupan. Sistem keyakinan merupakan inti

dari kelentingan keluarga yang mencakup tiga aspek, yaitu kemampuan untuk

memaknai penderitaan, berpandangan positif yang melahirkan sikap optimis,

dan keberagaman.

Pola pengorganisasian keluarga mengindikasikan adanya struktur

pendukung bagi integrasi dan adaptasi dari unit atau anggota keluarga. Untuk

menghadapi krisis secara efektif, keluarga harus memobilisasi sumber

dayanya dan melakukan reorganisasi untuk menyesuaikan dengan perubahan

yang terjadi. Pola pengorganisasian keluarga mencakup tiga aspek, yaitu

fleksibilitas, keterhubungan (connectedness), serta sumber daya sosial dan

ekonomi.

14

Page 15: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

Komunikasi yang baik merupakan faktor yang penting bagi

keberfungsian dan kelentingan keluarga. Komuikasi mencakup transmisi

keyakinan, pertukaran informasi, pengungkapan perasaan, dan proses

penyelesaian masalah. Keterampilan yang menjadi elemen dari komunikasi

yang baik adalah keterampilan berbicara, mendengar, mengungkapkan diri,

memperjelas pesan, menyinambungkan jejak, menghargai dan menghormati.

Tiga aspek komunikasi yang menjadi kunci bagi kelentingan keluarga adalah:

Kemampuan memperjelas pesan yang memungkinkan anggota keluarga

untuk memperjelas situasi krisis.

Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang memungkinkan

anggota keluarga untuk berbagi, saling berempati, berinteraksi secara

menyenangkan, dan bertanggung jawab terhadap masing-masing

perasaan dan perilakunya.

Kesediaan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah sehingga yang

berat sama dipikul dan yang ringan sama dijinjing.

b. Kekukuhan Keluarga

Selain konsep tentang kelentingan keluarga, terdapat ahli yang

mengajukan konsep kekukuhan keluarga. Kekukuhan keluarga merupakan

kualitas relasi di dalam keluarga yang memberikan sumbangan bagi

kesehatan emosi dan kesejahteraan (well-being) keluarga. Defrain dan

Stinnett (2003) mengidentifikasi enam karakteristik bagi keluarga yang

kukuh, sebagai berikut:

Memiliki komitmen.

Dalam hal ini keberadaan setiap anggota keluarga memiliki komitmen

untuk saling membantu meraih keberhasilan, sehingga semangatnya

adalah “satu untuk semua, semua untuk satu”. Intinya adalah terdapat

suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan keluarga menjadi

prioritas.

Terdapat kesediaan untuk mengungkapkan apresiasi.

Setiap orang menginginkan apa yang dilakukannya diakui dan dihargai.

Ketahanan keluarga akan kukuh manakala ada kebiasaan mengungkapkan

15

Page 16: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

rasa terima kasih. Setiap anggota keluarga dapat melihat sisi baik dari

anggota yang lainnya, dan selalu terbuka untuk mengakui kebaikan

tersebut. Setiap ada keberhasilan dirayakan bersama. Dengan demikian

komunikasi dalam keluarga bersifat positif.

Terdapat waktu untuk berkumpul bersama.

Kuantitas interaksi antara orang tua dan anak di masa kanak-kanak

menjadi pondasi penting untuk membentuk hubungan yang berkualitas di

masa perkembangan anak selanjutnya. Melalui interaksi orang tua-anak

yang frekuensinya sering akan mendukung terbentuknya kelekatan anak

dengan orang tua. Oleh karena itu keluarga yang kukuh memiliki waktu

untuk melakukan kegiatan bersama dan sering melakukannya. Misalnya

makan bersama, bermain bersama, dan melakukan pekerjaan rumah

bersama. Seringnya kebersamaan membantu anggota keluarga untuk

menumbuhkan pengalaman dan kenangan bersama yang akan menyatukan

dan menguatkan mereka.

Mengembangkan spiritualitas.

Bagi sebagian keluarga, komunitas keagaaman menjadi keluarga kedua

yang menjadi sumber dukungan selain keluarganya. Ikatan spiritual

memberikan arahan, tujuan, dan perspektif. Ibarat ungkapan, keluarga-

keluarga yang sering berdoa bersama akan memiliki rasa kebersamaan.

Menyelesaikan konflik serta menghadapi tekanan dan krisis dengan

efektif.

Keluarga yang kukuh akan bersama-sama menghadapi masalah yang

muncul, bukannya bertahan untuk saling berhadapan sehingga masalah

tidak terselesaikan. Konflik diselesaikan dengan cara menghargai sudut

pandang masing-masing terhadap permasalahan. Keluarga yang kukuh

juga mengelola sumber dayanya secara bijaksana dan mempertimbangkan

masa depan, sehingga tekanan dapat diminimalkan. Ketika keluarga

ditimpa krisis, keluarga yang kukuh akan bersatu dan menghadapinnya

bersama-sama dengan saling memberi kekuatan dan dukungan.

16

Page 17: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

Memiliki ritme.

Keluarga yang kukuh memiliki rutinitas, kebiasaan, dan tradisi yang

memberikan arahan, makna, dan struktur terhadap mengalirnya kehidupan

sehari-hari. Mereka memiliki aturan, prinsip yang dijadikan pedoman.

Ritme atau pola-pola dalam keluarga ini akan memantapkan dan

memperjelas peran keluarga dan harapan-harapan yang dibangunnya.

Keberfungsian sosial keluarga juga dapat dilihat dari tiap-tiap peran

anggota keluarganya. Peran di dalam keluarga, mencakup peran sebagai ayah,

sebagai ibu, dan sebagai anak.

a. Peran Ayah

- Bertanggung jawab kepada seluruh anggota keluarga

- Mencari nafkah untuk keluarga

- Pendidik dan memberi nasehat kepada anak-anaknya

- Pelindung dan pemberi rasa aman

- Sebagai kepala keluarga

b. Peran Ibu

- Mengurus keperluan rumah tangga

- Mendampingi ayah daam mengurus anak-anak

- Mengasuh dan mendidik anak-anaknya

- Mengatur gizi makanan keluarga sehari-hari

- Mengatur nafkah yang diberikan ayah

- Pencari nafkah tambahan dalam keluarga

c. Peran Anak Sebagai Kakak dan Adik

- Kakak

Memberi contoh yang baik terhadap adik.

Patuh dan taat terhadap perintah kedua orang tua

Menghormati kedua orang tua

Membantu pekerjaan kedua orang tua

Belajar dengan giat agar tercapai cita-cita

17

Page 18: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

- Adik

Patuh dan taat terhadap perintah kedua orang tua

Menghormati kedua orang tua

Membantu pekerjaan kedua orang tua

Belajar dengan giat agar tercapai cita-cita

Keluarga dapat berfungsi sosial jika peran tiap individu di dalam

keluarga dapat berfungsi sosial dengan baik. Jadi dapat dikatakan, bahwa keluarga

dapat berfungsi sosial tergantung dengan keberfungsian tiap-tiap anggota dalam

keluarga tersebut

2.5 Teori Sistem Keluarga

Teori sistem pertama kalidicetuskan oleh Minuchin (1974) yang

mengajukan skema konsep yang memandang keluarga sebagai sebuah sistem yang

bekerja dalam konteks sosial dan memiliki tiga komponen:

Struktur keluarga berupa sistem sosiokultural yang terbuka dalam

transformasi.

Keluarga senantiasa berkembang melalui sejumlah tahap yang mensyaratkan

penstrukturan.

Keluarga berdaptasi dengan perubahan situasi kondisi dalam usahanya untuk

kontinuitas dan meningkatkan pertumbuhan psikososial tiap anggotanya.

Struktur keluarga adalah serangkaian tuntuan fungsional tidak terlihat

yang mengorganisasi cara-cara anggota keluarga dalam berinteraksi. Sebuah

keluarga merupakan sistem yang beroperasi melalui pola transaksi. Pengulangan

transasksi membentuk pola bagaimana, kapan, dan dengan siapa berelasi, dan pola

tersebut menyokong sistem. Pola transaksi yang meregulasi perilaku anggota

keluarga dipertahankan oleh dua batasan:

Aturan umum yang mengatur organisasi keluarga. Misalnya, dalam keluarga

terdapat hierarki kekuasaan dalam pola hubungan orang tua-anak, dan fungsi

komplementer antara suami dan istri dalam bekerja sebagai tim.

18

Page 19: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

Adanya harapan bersama terhadap anggota keluarga tertentu. Harapan

tersebut berasal dari negosiasieksplisit maupun implisit di antara anggota

keluarga dalam kehidupan sehari-hari

Keluarga menghadapi tekanan dari dalam yang berasal dari perubahan

perkembangan para anggotanya dan tekanan dari luar yang berasal dari kebutuhan

untuk mengakomodasi institusi sosial yang berpengaruh signifikan terhadap

anggota keluarga. Untuk itu dibutuhkan transformasi konstan terhadap posisi

anggota keluarga dalam berelasi, agar anggota tetap dapat tumbuh sementara

sistem keluarga mempertahankan kontinuitasnya. Stres dalam sistem keluarga

dapat datang dari empat sumber:

Kontak salah satu anggota dengan kekuatan di luar keluarga.

Kontak seluruh anggota keluarga dengan kekuatan di luar keluarga.

Stres pada titik transaksi dalam keluarga.

Stress yang timbul di sekitar problem anggota yang berkebutuhan khusus atau

keabnormalan fisik.

Dalam menghadapi stres tersebut keluarga mempertahankan kontinuitas

sambil melakukan restrukturisasi yang dimungkinkan.

Randal D. Day (2010) mengungkapkan bahwa keluarga sebuah sistem memiliki

karaktristik sebagai berikut:

1) Keseluruhan (the family as a whole)

Memahami keluarga tidak dapat dilakukan tanpa memahaminya sebagai

sebuah keseluruhan. Persoalan individu tidak hanya dilihat terbatas pada

individu yang bersangkutan. Dalam pendekatan keluarga sebagai sistem,

perhatian utamanya justru diberikan pada bagaimana kehidupan keluarga,

baru kemudian memberikan fokus pada individu.

2) Struktur (underlying structures)

Suatu kehidupan keluarga berlangsung berdasarkan suatu struktur, misalnya

pola interaksi antara anggota keluarga yang menentukan apa yang terjadi di

dalam keluarga. Seorang peneliti atau terapis keluarga akan berusaha

mengungkap pola-pola di dalam keluarga dengan mengamati bagaimana

19

Page 20: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

keluarga memecahkan masalah, bagaimana anggota keluarga berkomunikasi

satu sama lain, dan bagaimana keluarga mengalokasikan sumber dayanya.

3) Tujuan (families have goals)

Setiap keluarga memiliki tujuan yang ingin diraih, tetapi untuk mengungkap

tujuan keluarga ini, seorang peneliti atau terapis perlu memiliki keterampilan

observasi yang memadaiuntuk dapat melihat pola-pola yang berulang di

dalam keluarga sebelum tujuan terungkap. Tujuan keluarga ini memiliki

rentang yang luas dan bervariasi dari satu keluarga dengan keluarga yang

lainnya. Selain itu efektivitas pencapaian tujuan suatu keluarga tergantung

seberapa besar sumbangan masing-masing anggota keluarga terhadap

pencapaian tujuan.

4) Keseimbangan (equilibrium)

Keluarga merupakan sistem terbuka dan bersifat dinamis. Dalam rangka

meraih tujuannya, keluarga akan menghadapi situasi dan kondisi di luar

dirinya yang berubah dan berkembang. Keluarga akan senantiasa melakukan

adaptasi, menyesuaikan dengan perubahan dan menanggapi situasi dan

kondisi yang dihadapi. Keluarga akan berusaha mencapai tujuannya dengan

menjaga kehidupannya agar tetap seimbang.

5) Kelembaman (morphostatis)

Keluarga mempertahankan aturan dan menjaga kelangsungan kehidupan

sehari-hari agar berlangsung dengan baik. Ada rutinitas dan kebiasaan yang

sudah menetap yang selalu dijaga untuk tetap berlangsung secara sama dari

hari ke hari. Pada umumnya hal ini berkaitan dengan tugas-tugas

kerumahtanggaan, misalnya memasak, menyapu lantai, dan memandikan

anak.

6) Batas-batas (boundaries)

Setiap sistem memiliki batas-batas terluarnya yang membuatnya terpisah atau

berbeda dengan sistem yang lain. Batas-batas ini muncul manakala dua atau

lebih sistem atau subsistem bertemu, berinteraksi, dan bersama-sama. Sebagai

sebuah sistem terbuka, keluarga memiliki batas-batas terluar yang bersifat

mudah tembus (permeable). Batas-batas dari keluarga dapat dilihat dari

20

Page 21: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

aturan-aturanyang dibangun dalam keluarga, misalnya apa saja yang boleh

dan tidak boleh dilakukan oleh anggota keluarga. Apabila batas-batasnya

mudah tembus, berarti keluarga memiliki batas-batas yang tidak rapat.

7) Subsistem

Di dalam sistem keluarga terdapat unit-unit subsistem, misalnya subsistem

pasangan suami istri, subsistem relasi orang tua-anak, subsistem peran orang

tua. Salah satu tuga utama dari subsistem keluarga adalah menjaga batas-

batas keluarga. Bahwa keluarga bukan hanya terdiri dari individu-individu

yang menjadi anggota keluarga, melainkan terdapat berbagai interaksi yang

membentuk subsistem keluarga. Proses saling memengaruhi terjadi antar-

individu, subsistem, atau antara subsistem dan individu.

8) Equifinality dan equipotentiality

Equifinality berarti bahwa permulaan dapat membawa padahasil yang sama,

sementara suatu permulaanyang sama dapat pula membawa pada hasil akhir

yang berbeda. Contohnya, berbagai kajian tentang interaksi orang tua-anak

memperlihatkan bahwa keterlibatan yang berlebihan (overinvolvement) dari

orang tua dapat menyebabkan hasil yang berbeda. Sikap orang tua yang

sangat tanggap (over-responsive) dapat menyebabkan sebagian anak sangat

berprestasi (overachieve) dan dapat pula menjadi kurang berprestasi

(underachieve). Adapun equipotentiality, berarti bahwa suatu sebab dapat

menghasilkan suatu akibat sangat terkait dengan proses apa yang berjalan

mengikuti sebab tersebut.

Pendekatan teori sistem yang memandang keluarga sebagai kelompok

yang memiliki sistem hierarki (Henry, 1994), yang artinya bahwa terdapat

subsistem-subsistem yang membuat kualitas keluarga ditentukan oleh kombinasi

dari kualitas individu atau relasi dua pihak (dyadic). Proses saling memengaruhi

antarbagian di dalam keluarga dapat terjadi secara langsung dan tak langsung

(Shaffer, 2002). Pengaruh secara langsung (direct effect) terjadi dalam hubungan

dua pihak, misalnya antara suami dan istri. Dapun pengaruh tak langsung (indirect

effect) dapat berupa pengaruh satu pihak terhadap hubungan dua pihak lain, atau

21

Page 22: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

pengaruh hubungan dua pihak terhadap pihak yang lain. Misalnya, sikap seorang

suami akan memengaruhi kualitas hubungan ibu dengan bayinya.

Semakin banyak anggota dalam keluarga akan membuat semakin

kompleks sistem sosial yang terbangun, karena setiap anggota keluarga adalah

sosok pribadi yang unik. Keluarga juga merupakan sistem yang dinamik, karena

setiap anggotanya merupakan individu yang berkembang. Sebagai sistem yang

dinamik dan berkembang maka perubahan dan perbaikan dapat dilakukan oleh

keluarga. Keluarga sebagai sistem sosial juga tidak bisa terlepas dari konteks

sosial dan budaya yang lebih besar. Faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi

keluarga dapat berupa agama, komunitas yang lebih besar maupun lingkungan

pertetanggaan.

Keluarga sebagai sebuah sistem memiliki karakteristik yang terkait

dengan kemapuan keluarga dalam beradaptasi untuk meraih kepuasan hidup

keluarga (Henry, 1994). Karakteristk tersebut adalah kelekatan, fleksibilitas, dan

stabilitas. Berbagai penelitian menemukan adanya hubungan antara derajat ikatan

(bonding) yang moderat dan fleksibilitas dengan tingkat kepuasan remaja

terhadap kehidupan keluarga. Ikatan mengindikasikan adanya perasaan dekat

secara emosi dan memiliki waktu bersama. Fleksibilitas menggambarkan adanya

perasaan mampu untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dapat maupun tidak

dapat diperkirakan. Adapun stabilitas merujuk pada pemanfaatan waktu untuk

aktivitas rutin sehari-hari dan adanya perayaan pada waktu-waktu tertentu. Bila

ikatan antaranggota keluarga terbentuk cukup kuat, para anggota keluarga mampu

bersikap luwes dalam berinteraksi serta terpelihara saat-saat kebersamaan dalam

keluarga, maka dimungkinkan untuk terwujud hubungan yang harmonis dalam

keluarga. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan orang tua-anak yang

harmonis mendukung perkembangan harga diri pada anak, perkembangan

penalaran moral, dan pencapaian kebahagiaan pada anak.

Dengan pendekatan teori sistem, para peneliti dan terapis keluarga akan

memberikan fokus perhatian pada tindakan yang dapat dilakukan dalam

menangapi peristiwa sehari-hari, para peneliti dapat menduga nilai-nilai yang

22

Page 23: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

dimiliki keluarga, bagaimana mereka melakukan penyelesaian masalah, serta

bagaimana mereka memandang dunia ini.

2.6 Pendekatan Untuk Menganalisis Keluarga

1) Pendekatan Peranan

Keluarga sebagai sistem peran merupakan gambaran yang mengandung

harapan, kebudayaan terhadap tingkah laku dalam keluarga merupakan tempat

dimana peranan tersebut dipelajari dan diterapkan.

2) Pendekatan Sebab-Akibat

Menurut Nimkof, keluarga dapat dipandang sebagai:

Keluarga sebagai variabel terikat : keluarga merupakan tujuan

terhadap harapan, tuntutan dan keinginan dari sistem sosial yang lebih

besar.

Keluarga sebagai variabel bebas : keluarga merupakan pendukung

kekuatan potensial bagi suatu generasi sebagai gambaran alternatif di

masa yang akan datang.

3) Keluarga Sebagai Sistem Evolusi

a. Trustee Family

Suatu bentuk keluarga dimana anggota-anggota keluarga merupakan

orang-orang yang dipercaya atas nama keluarga. Jadi, yang disebut

dan diakui sebagai anggota suatu keluarga adalah orang-orang yang

mendapat kepercayaan yang sudah dianggap dan dipercaya sebagai

keluarga sendiri.

Anggota keluarga diberikan hak dan kewenangan penuh oleh keluarga

untuk menentukan aktivitas sendiri. Dalam hal ini berlaku hak

prerogratif (hak menentukan diri sendiri) bagi tiap-tiap anggota

keluarga. Keluarga memberikan kebebasan kepada anggota keluarga

untuk melakukan apa yang ingin dilakukan selama kebebasan tersebut

dilakukan dengan tanggung jawab.

23

Page 24: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

b. Domestic Family

Suatu bentuk keluarga antara, yang lambat laun menjadi “Trustee

Family” yaitu suatu kondisi untuk mencapai keleluasaan pengawasan

keluarga terhadap anggota-anggotanya. Dengan adanya kepercayaan,

maka keluarga dapat dengan leluasa melakukan pengawasan terhadap

apa saja yang dilakukan oleh anggota-anggota keluarganya.

Keluarga membagi kekuasaan dan menciptakan konsep hak-hak

individu agar dipelihara sehingga tidak bertentangan dengan

kewenangan keluarga. Terjadi pembagian kekuasaan dan hak-hak

yang disesuaikan sehingga diharapkan tidak terjadi pertentangan

dengan kewenangan keluarga.

c. Atomistic Family

Suatu bentuk keluarga dimana kekuatan dan ruang lingkup

kewenangan anggota keluarga dikurangi hingga batas terendah.

Terjadi pengurangan kekuatan dan ruang lingkup kewenangan

keluarga hingga batas terendah yang disesuaikan dengan kondisi

lingkungan yang ada. Sehingga keluarga dapat fleksibel dalam

menempatkan dirinya, tidak bersifat kaku.

Keluarga menganggap bahwa anggota merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari keluarga. Terjalinya ikatan emosional antar anggota

keluarga membuat anggota-anggota keluarga sulit memisahkan diri

satu sama lain. Mau bagaimanapun dan seperti apapun anggota

keluarga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keluarganya.

4) Pendekatan Struktural

a. The Nuclear Family

Meliputi tiga tipe, yaitu:

- Perintis, keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri.

Awal adanya suatu keluarga yaitu adanya hubungan antara sepasang

laki-laki dan perempuan yang kemudian menikah, hingga akhirnya

menjadi suami dan istri dalam suatu rumah tangga atau yang sering

disebut sebagai inti dari keluarga.

24

Page 25: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

- Bentuk sederhana, terdiri dari pasangan suami istri dengan anak-anak.

Anggota keluarga menjadi bertambah ketika lahir anak-anak dari

sepasang suami istri yang sudah menikah.

- Bentuk berkurang, hanya terdiri dari satu orang tua dan anak-anak.

Kemudian anggota keluarga menjadi berkurang karena adanya

kematian salah satu orang tua, orang tua bercerai, atau suatu hal yang

membuat hanya ada satu orang tua dan anak-anaknya.

b. The Extended Family

Rumah tangga yang terdiri dari orang tua, anak-anak, kakek atau

nenek, paman atau bibi dan saudara-saudara lain, yang masih ada

hubungan keluarga. Keluarga ini juga disebut sebagai keluarga batih,

dimana keluarga ini merupakan bagian yang lebih luas atau cabang

dari keluarga inti. Terdiri dari keturunan yang masih sedarah yang

tinggal dalam satu rumah, contohnya ada nenek-kakek, paman-bibi,

cucu dan lain sebagainya.

c. The Augmented Family

Suatu kondisi atau situasi dimana jumlah anggota keluarga diperluas

dan berkembang dengan anggota keluarga yang tidak memiliki

hubungan keluarga.

5) Pendekatan Fungsional (Fungsi Sistem Keluarga)

a. Goal Attaitment : keluarga sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

b. Pattern Maintanance : keluarga berfungsi sebgai pemelihara pola-pola

hubungan.

c. Integration : keluarga merupakan penyatuan dari kepentingan, tujuan,

hak, dan tanggung jawab dari masing-masing anggota keluarga.

d. Adaptation : keluarga merupakan lingkungan sosial paling kecil yang

bisa melatih adaptasi sosial masing-masing anggotanya.

Dalam pendekatan fungsional ini mengarah pada fungsi sistem keluarga

pada umumya, yakni untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan,

penyatuan kepentingan, tujuan, hak, dan tanggung jawab serta melatih

tiap-tiap anggota keluarga untuk beradaptasi.

25

Page 26: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

6) Deskripsi dan Klasifikasi Disfungsi Keluarga

a. Adequate Family : keluarga yang memadai, dibentuk oleh

pengalaman-pengalaman dalam mengatasi permasalahan hidup dalam

keluarga.

b. Chaostic Family : keluarga yang mengalami masalah tentang harapan-

harapan atau kesadaran tentang tugas dan tujuan-tujuan keluarga.

c. Neurotic Family : keluarga yang selalu dalam kecemasan yang

diakibatkan karena ketidakbahagiaan akibat dari berbagai masalah.

d. Psychotic Family : keluarga yang bisa mengembangkan suatu unsur

psikis dengan baik atau melaksanakannya dalam cata tertentu atau

mempunyai suatu inti persoalan psikis yang menyatakan gejala-gejala

psikis dalam hal-hal tertentu.

e. The perfectionistic Family : keluarga yang selalu berharap dengan

mencapai semua tujuan dan harapan yang selalu diimpikan dengan

sempurna dan terjadi hubungan orang tua dan anak.

f. The Inadequate Family : keluarga yang mempunyai kepercayaan

berlebihan pada satu orang untuk mendukung, memerintah, dan

mengatasi persoalan-persoalan yang sebenarnya dapat diselesaikan

oleh diri mereka sendiri.

g. The Egocentric Family : keluarga yang cenderung menginginkan

anggota keluarganya berprilaku sesuai dengan yang diinginkan.

h. The Unsocial Family : keluarga yang tidak mempunyai hubungan

dengan masyarakat atau lingkungannya secara baik dan wajar.

7) Aspek-aspek Keluarga

a. Struktural

- Tujuan

Tujuan keluarga tidak lain yaitu menciptakan keluarga yang bahagia,

sejahtera, mandiri, memiliki kemampuan untuk membangun diri

sendiri dan lingkungan.

26

Page 27: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

- Boundary

Meliputi batasan-batasan berupa aturan-aturan yang ada pada suatu

keluarga, yang meliputi mana yang boleh dan yang tidak boleh.

- Differensiasi and Specialisasi

Differensiasi meliputi perbedaan-perbedaan (differensiasi) yang

terdapat di dalam keluarga seperti; keturunan, genitas

Specialisasi meliputi hal-hal yang bersifat khusus yang terdapat di

dalam suatu keluarga seperti; sifat, dan sebagainya

- Territoriaality

Meliputi batasan-batasan yang ada pada suatu keluarga, seperti

batasan tempat tinggal yang hanya di tempati oleh keluarga itu

sendiri, dan sebagainya.

b. Bihavioral

- Kontrol Sosial

Keluarga memiliki peran penting untuk melakukan kontrol sosial

kepada anggota-anggota keluarganya, agar anggota keluarga tidak

melakukan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan dan

agar tetap pada jalur yang diharapkan oleh keluarga.

- Sosialisasi

Agen sosialisasi yang paling pertama dan utama setiap diri individu

yaitu keluarga. Bayi lahir di lingkungan keluarga, tumbuh dan

berkembang dilingkungan keluarga dan untuk itu keluarga harus

dapat menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak-anaknya.

- Komunikasi

Komunikasi adalah aspek terpenting dalam keluarga, tanpa

komunikasi keluarga akan mengalami krisis bahkan sampai pada

konflik yang berujung perpecahan atau perceraian yang menjadikan

anak sebagai korban. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik

antar anggota keluarga.

27

Page 28: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

c. Evolusioner

- Stedy State

Stedy state adalah suatu keadaan dimana keluarga ada dalam keadaan

seimbang (stabil). Keluarga selalu berupaya mencapai kondisi

keseimbangan tersebut. Misalnya, ayah akan tetap berperan sebagai

ayah, ibu akan tetap sebagai ibu, dan anak akan tetap berperan sebagai

anak di dalam keluarga.

2.7 Krisis Keluarga

Krisis keluarga adalah kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak

teratur dan terarah, orang tua kehilangan wibawa untuk mengendalikan kehidupan

anak-anaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi

pertengkaran antara suami-istri. Keluarga krisis dapat berujung kepada perceraian.

Dengan kata lain, krisis keluarga merupakan kondisi labil di dalam keluarga,

dimana komunikasi dua arah dalam kondisi demokratis sudah tidak ada. Jika

terjadi perceraian sebagai puncak dari krisis maka pihak yang paling menderita

adalah anak-anak. Terkadang dalam kasus pengadilan perkara perceraian orang

tua hanya mementingkan masalah siapa yang akan mengasuh anak tetapi jarang

memperhatikan kondisi psikologi anak tersebut. Jika saat ini banyak terjadi

kenakalan anak dan remaja, salah satu faktor penyebab adalah kebanyakan bayi

atau anak yang diurus oleh pembantu rumah tangga.

Berikut adalah faktor-faktor penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu:

1) Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga

Faktor kesibukan dan kurangnya kualitas serta kuantitas komunikasi diantara

anggota keluarga menjadi penyebab terjadinya krisis keluarga yang paling

sering muncul. Hal ini dapat menyebabkan anak kurang kasih sayang dan

asuhan dari orang tuanya. Akhirnya, banyak anak atau remaja tidak terurus

dan berujung kepada kenakalan dan penyimpangan perilaku.

2) Sikap egosentrisme

Egosentrisme adalah sifat yang menjadikannya pusat perhatian yang

diusahakan oleh seseorang dengan segala cara. Hal ini sering terjadi pada

28

Page 29: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

pasangan suami-istri. Misalnya ayah bertengkar dengan ibu karena tidak mau

mengurus anak, ayah lebih sering bersenang-senang sendiri tanpa

memperhatikan keadaan rumah tangga. Akhirnya terjadi konflik antara ayah

dan ibu di depan anak-anaknya yang menyebabkan sikap bandel dan nakal

dalam diri anak-anak. Sikap bandel ini merupakan dampak dari kekesalan

anak terhadap orang tuanya yang bersifat egosentrimse.

3) Masalah ekonomi

Ada dua jenis penyabab masalah ekonomi ini yaitu kemiskinan dan gaya

hidup. Kemiskinan jelas berdampak terhadap kehidupan keluarga. Jika

keadaan emosional suami-istri tidak dapat menghadapi dan memechakan

masalah, maka akan timbul pertengkaran. Sebab, istri banyak menuntut hal-

hal di luar makan dan minum padahal pendapatan suami tidak seberapa.

Pertengkaran ini juga akan menimbulkan perceraian apabila emosi suami dan

istri tidak dapat tebendung lagi.Perbedaan gaya hidup antara suami dan istri

akan menimbulkan konflik. Walaupun kondisi ekonomi keluarga sudah

mapan, tetapi apabila suami bergaya hidup sederhana dan tidak senang

dengan gaya hidup istri yang lebih cenderung bersifat hedonisme atau

sebaliknya, maka akan menyebabkan pertengkaran. Mengenai hal ini,

Muhammad Maftuh Basuni-yang saat itu menjabat sebagai menteri agama-

(Republika, 19 Agustus 2008 halaman 7) mengemukakan bahwa disorientasi

tujuan suami-istri dalam membangun rumah tangga, kemampuan mengatasi

masalah, dan pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di

masyarakat menjadi penyebab perceraian.

4) Masalah kesibukan

Kesibukan adalah satu kata yang melekat pada masyarakat modern di daerah

perkotaan. Kesibukan ini berfokus pada pencarian materi yaitu harta dan

uang. Sering terjadi apabila prinsip hidup seseorang telah berubah menjadi

seseorang yang sibuk mengejar harta maupun jawaban maka tanggung

jawabnya dalam mengurus keluarga akan berkurang. Jika pada kenyataannya

seseorang tersebut gagal dalam mencapai kekayaan atau mendapatkan harta

29

Page 30: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

sebanyak-banyaknya maka akan menyebabkan frustrasi. Hal tersebut juga

dapat berpengaruh kepada hubungan terhadap anggota keluarganya.

5) Masalah pendidikan

Jika pasangan suami-istri memiliki kualitas pendidikan yang baik, maka

mereka dapat mengatasi dan siap menghadapi dalam masalah yang terjadi

dalam rumah tangganya. Namun sebaliknya, apabila kualitas pendidikan

kurang baik pada suami, istri, ataupun keduanya maka akan sering terjadi

saling meyalahkan apabila terjadi masalah dalam rumah tangga. Hal ini dapat

menyebabkan pertengkaran antara suami dan istri.

6) Masalah perselingkuhan

Hubungan suami istri yang sudah kehilangan cinta dan kasih, tekanan pihak

ketiga seperti mertua maupun anggota kelurga lain dalam hal ekonomi, dan

adanya kesibukan masing-masing yang menyebabkan kurangnya hubungan

biologis maupun psikologis sering menjadi penyebab utama perselingkuhan.

7) Jauh dari agama

Segala suatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dirinya jauh dari

nilai dan ajaran agama. Semua agama selalu mengajarkan agamanya untuk

berbuat baik dan mencegah dari perbuatan nahi dan mungkar. Keluarga yang

menganut dan mengamalkan nilai dan ajaran agama lebih jarang

mendapatkan masalah dibandingkan dengan keluarga yang jauh dari

agama.Keluarga yang jauh dari agama lebih sering melakukan perbuatan

tidak baik atau menyimpang dari nilai-nilai masyarakat. Hal tersebut dapat

menyebabkan kerontokan hubungan keluarga dan kenakalan pada anak-

anaknya.

2.8 Upaya Mengatasi Krisis Keluarga

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya termasuk masalah pada

keluarga, sekalipun masalah itu sangatlah rumit. Akar masalah keluarga

bersumber pada suami, istri, anak-anak, dan anggota keluarga lain. Apabila

persoalan keluarga bersumber dari keluraga inti maka penyelesaiannya akan lebih

30

Page 31: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

jelas. Namun, apabila masalah tersebut bersumber dari anggota keluarga lain

maka persoalan ini akan akan sulit untuk dipecahkan dan mencari solusinya.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis

keluarga. Mulai dari cara tradisional sampai cara modern atau bersifat ilmiah.

Cara tradisional terbagi menjadi dua bagian, antara lain

a. Kearifan kedua orang tua.

Kearifan disini diartikan sebagai cara penyelesaian krisis dengan kasih sayang

dan bersifat kekeluargaan. Cara ini memerlukan suatu forum keluarga atau

waktu penting keluarga seperti makan malam bersama, rekreasi, maupun

pembicaraan keluarga. Dengan kata lain kearifan keluarga dapat terjadi jika

kedua orang tua memiliki waktu luang di rumah, dapat menciptakan kondisi

keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang, dan memiliki pengetahuan

mengenai kondisi psikologis anak dan remaja serta cara membimbing anak.

b. Bantuan orang bijak.

Bantuan orang bijak dapat diperoleh dari tokoh masyarakat, orang yang

berpengaruh dalam keluarga, maupun tokoh agama. Masalahnya adalah orang

bijak tersebut hanya memiliki cukup wibawa dan kearifan tetapi kurang

memahami mengenai psikologi anak dan cara membimbing keluarga tersebut.

Tugas mereka hanyalah menasehati dan memberi wejangan agar tidak terjadi

penyimpangan nilai kekeluargaan. Nasihat tersebut terkadang dapat

menyinggung perasaan.

Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family counseling). Cara ini

telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua pendekatan

yang dilakukan dalam hal ini yaitu pendekatan menggali emosi, pengalaman, dan

pemikiran klien serta pendekatan kelompok yaitu diskusi dalam keluarga yang

dibimbing oleh konselor keluarga.

Sebelum melakukan konseling keluarga, pendekatan terhadap masing-

masing anggota keluarga sangatlah penting. Hal ini bertujuan agar klien dapat

mengekspresikan perasaan yang mengganjal dan menyedihkan. Setelah muncul

perasaan lega dan tenang maka konselor menggali informasi mengenai

pengalaman keluarga dan hal-hal yang berhubungan perasaan negatif di dalam

31

Page 32: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

keluarga. Tujuannya adalah agar konselor mengetahui hal-hal yang

mempengaruhi perilakunya. Selanjutnya konselor berusaha memunculkan pikiran-

pikiran sehat klien agar tercipta suatu keluarga yang utuh dan bahagia.

Konseling keluarga dilakukan setelah masalah-masalah yang rawan pada

masing-masing anggota keluarga telah diselesaikan melalui konseling individual.

Dengan cara demikian tugas konselor keluarga akan lebih ringan dalam

membantu keluarga menyelesaikan masalahnya dan menciptakan keluarga yang

utuh, setelah lancarnya komunikasi di antara mereka. Di dalam proses konseling

keluarga, konselor berupaya sekuat tenaga agar setiap anggota keluarga yang

terlibat dapat berbicara dengan bebas dalam menyatakan perasaan, pengalaman,

dan pendapat mengenai anggota keluarga yang lain.

2.9 Karakteristik Konflik Keluarga

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang hubungan

antaranggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu,

konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik di dalam keluarga

terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota

keluarga. Prevalensi konflik dalam keluarga berturut-turut adalah konflik sibling,

konflik orang tua-anak, dan konflik pasangan (Sillars dkk., 2004). Tiga aspek

yang membedakan konflik keluarga dengan kelompok sosial adalah intensitas,

kompleksitas, dan durasi (Vuchinich, 2003).

Hubungan dalam keluarga merupakan hubungan yang bersifat kekal.

Maka, seandainya konflik dihentikan dengan mengakhiri hubungan, misalnya

perceraian atau minggat dari rumah, sisa-sisa dampak psikologis dari konflik tetap

membekas.

Konflik di dalam keluarga lebih sering dan mendalam dibandingkan

konflik sosial lainnya (Sillars dkk., 2004). Konflik dengan orang tua lebih sering

dialami oleh remaja dibanding dengan sebaya (Adam & Lauren, 2001). Konflik

dengan sibling meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kontak (Rafaelli,

1997). Selain itu, jumlah waktu yang dihabiskan bersama lebih signifikan

32

Page 33: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

memprediksi konflik sibling dibandingkan faktor usia, jenis kelamin, jumlah

anggota keluarga dan variabel yang lain.

Oleh karena sifat konflik yang tidak bisa dielakkan, maka vitalitas

hubungan dalam keluarga sangat tergantung pada respon masing-masing terhadap

konflik. Frekuensi konflik mencermikan kualitas hubungan, artinya pada

hubungan yang berkualitas, frekuensi konflik lebih sedikit. Walaupun demikian,

banyak keluarga yang sering mengalami konflik, namun tetap dapat berfungsi

dengan baik (Vuchinich, 2003). Faktor yang membuat fungsi keluarga menjadi

baik adalah bagaimana cara menanggapi dan menyelesaikan konflik dengan baik.

Keluarga yang memiliki interaksi hangat menggunakan pemecahan masalah

konstruktif, adapun keluarga dengan interaksi bermusuhan menggunakan

pemecahan masalah yang destruktif (Rueter & Conger, 1995).

2.9 Pengaruh Keluarga Terhadap Perilaku Anak

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang

ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah

anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya

ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam

berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan

pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada

pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.

Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang hidup

terikat dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran

(role relations). Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut

karena proses sosialisasi yang sudah berangsung sejak masa kanak-kanak, yaitu

suatu proses dimana ia belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota

keluarga lain daripadanya, yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang

kebenaran yang dikehendaki.(Goode, 1983).

Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal itu ditandai dengan

banyaknya gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan

waktu,tidak mudah letih, dan cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu

33

Page 34: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

yang besar dan selalu ingin mencoba segala hal yang dianggapnya baru. Anak-

anak hidup dan berpikir untuk saat ini, sehingga ia tidak memikirkan masa lalu

yang jauh dan tidak pula masa depan yang tidak diketahuinya. Oleh sebab itu,

seharusnya orang tua dapat menjadikan realitas masa sekarang sebagai titik tolak

dan metode pembelajaran bagi anak (Zurayk, 1997).

Perkembangan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perlakuan

keluarga terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini

peran keluarga tentu sangat berpengaruh. “Keluarga merupakan kelompok sosial

terkecil dalam masyarakat. Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-

anak) mempunyai proses sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati

budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.” (Mudjijono, et al., 1995)

Bila seorang anak dibesarkan pada keluarga pembunuh, maka ia akan

menjadi pembunuh. Bila seorang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka

ia akan menjadi pemberontak. Akan tetapi, bila seorang anak dibesarkan pada

keluarga yang penuh cinta kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi

cemerlang yang memilki budi pekerti luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung,

merupakan wadah penempaan karakter individu.

Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi

perubahan sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar

terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan

fungsinya dalam pendidikan. Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang

merupakan kesatuan produktif sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi

pada zaman modern sekarang ini mendasarkan pada aturan pembagian kerja yang

terspesialisasi secara lebih ketat, maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih

kepada orang-orang yang menggeluti profesi tertentu.

Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan

keluarga. Pengaruh keluarga dalam penempaan karakter anak sangalah besar.

Dalam sebuah keluarga, seorang anak diasuh, diajarkan bebagai macam hal, diberi

pendidikan mengenai budi pekerti serta budaya. Setiap orang tua yang memiliki

anak tentunya ingin anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia cerdas

yang memiliki budi pekerti baik agar dapat menjaga nama baik keluarga.

34

Page 35: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

Anak bukan lah orang dewasa, ia memiliki sifat-sifat yang khas. Seorang

anak melihat, mendengar, berperasaan, dan berpikir dengan bentuk yang khas,

namun tidak keluar dari logika dan perasaan yang sehat. Misalnya, anak-anak itu

melihat, mendengar, dan berperasaan sebagaimana orang tua melihat, mendengar,

berperasaan, dan berpikir. Karena itu, orang tua seharusnya mempergauli anak-

anak berdasarkan pada anggapan bahwa dia adalah anak-anak. Sebagaimana

dikatakan, “Pemuda tidak akan menjadi pemuda yang sebenarnya selama masa

kanak-kanaknya tidak menjadi anak-anak yang sebenarnya.”

Keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan budi luhur bagi

seorang anak. Salah satu ciri anak yang berbudi luhur adalah selalu menunjukkan

sikap sopan dan hormatnya pada orang tua. Budi luhur yang melekat pada setiap

orang bukan datang dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Terutama

dalam keluarga dan bukan merupakan keturunan. Dengan kata lain, budi luhur

tidak merupakan keturunan melainkan merupakan produk pendidikan dalam

keluarga, merupakan perpaduan antara akal, kehendak, dan rasa.

Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya.

Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak.

Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta

penempaan karakter manusia. Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam

menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam

menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar pelestarian

tradisi, kelurga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua dengan anak,

keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi

tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta

kasih yang tidak akan pernah terputus.

35

Page 36: swcorner.files.wordpress.com …  · Web viewBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah yang berjudul “Keluarga” ini adalah untuk mengetahui definisi keluarga,

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Keluarga di Indonesia umumnya terbentuk oleh suatu perkawinan antara

laki-laki dan perempuan dan yang disebut sebagai anggota keluarga adalah orang-

orang yang terikat oleh hubungan darah. Untuk menjaga keharmonisan keluarga,

agar terhindar dari krisis bahkan konflik yang terjadi, maka tiap-tiap anggota

keluarga harus bisa melakukan komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting kepada anggotanya

sebagai sarana pendidikan, tempat untuk tumbuh kembang, dan sarana

berinteraksi yang dilakukan pada tiap anggota. Di dalam keluarga inilah tempat

meletakkan dasar-dasar kepribadian, keyakinan, agama, nilai budaya, nilai moral,

dan keterampilan-keterampilan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan perilaku tiap anggota.

Dalam hal ini, keberfungsian sosial keluarga dapat pula dipengaruhi oleh

tiap-tiap peran anggota keluarganya. Peran di dalam keluarga, mencakup peran

sebagai ayah, sebagai ibu, dan sebagai anak. Jika peran-peran tersebut terlaksana

dengan baik, maka keberfungsian keluarga juga akan berjalan dengan baik.

3.2 Saran

Keluarga adalah inti dari proses pembentukan sikap dibentuk, karena

individu akan mempunyai sikap dan sifat seperti apa keluarga itu

mencerminkannya. Maka setiap keluarga mempunyai peran penting dalam setiap

anggota keluarganya, dan anggota keluarga juga mempunyai peran penting

terhadap keutuhan keluarganya. Menjadi sebuah keluarga bukanlah suatu hal yang

mudah ataupun sulit karena keluarga selalu memberikan timbal balik terhadap

tiap-tiap anggota keluarga. Maka sebaiknya sebelum membentuk keluarga

pelajarilah baik-baik apa itu keluarga sebenarnya dan bagaimana keluarga dapat

membentuk sebuah sikap dan sifat terhadap individu.

36