75732791-surimi
DESCRIPTION
apa ajaTRANSCRIPT
SURIMI
Surimi merupakan salah satu bentuk produk olahan setengah jadi
(intermediate product) yang memiliki daya guna tinggi dalam pengembangan
produk olahan ikan. Surimi dapat diolah menjadi berbagai macam produk
makanan dan dapat pula digunakan sebagai campuran olahan mulai dari bakso,
sosis, abon dan produk olahan lainnya. Tipe surimi yang biasanya diproduksi
biasanya dibedakan menjadi 2 yaitu surimi yang dibuat tanpa penambahan garam
(mu-en surimi) dan surimi yang ditambah garam (ka-en surimi). Menurut Tanaka
(2000) dalam modul Agustiani, et.al (2006), surimi diproses dari lumatan daging
ikan yang telah mengalami proses pencucian (leaching) secara berulang-ulang,
pengepresan, penambahan bahan tambahan (food additive), pengepakan dan
pembekuan. Surimi mengandung konsentrasi protein myofibril yang sangat tnggi
karena itu bisa menghasilkan produk yang elastis dan kenyal (Agustiani, et.al.,
2006).
Surimi dengan mutu baik adalah yang berwarna putih, mempunyai flavor
(cita rasa) yang baik dan berelastisitas tinggi. Selain itu makin segar ikan yang
digunakan, elastisitas teksturnya makin tinggi. Untuk ikan yang mempunyai
elastisitas yang rendah dapat ditingkatkan elastisitasnya dengan menambahkan
daging ikan dari spesies yang lain, dan dilakukan penambahan gula, pati atau
protein nabati. Untuk memperbaiki elastisitas surimi biasanya digunakan cumi-
cumi. pH ikan yang terbaik untuk surimi adalah 6.5 – 7.0 dan sebaiknya ikan
tersebut berlemak rendah. Untuk ikan yang berlemak tinggi seperti lemuru, lemak
tersebut harus diekstrak atau dikeluarkan lebih dulu. Lemak akan berpengaruh
terhadap daya gelatinisasi dan menyebabkan produk mudah tengik (Koswara,
2008).
Menurut Anggawati (2002), pembuatan surimi harus dilakukan sehigienis
mungkin dan pada suhu rendah. Mesin dan peralatan yang digunakan harus
terbuat dari stainless steel atau bahan bukan logam untuk menghindari karat.
Berbagai mesin otomatis telah diciptakan untuk meningkatkan efisiensi
penanganan ikan, termasuk mesin penyiangan ikan dan pemisah daging yang
dapat diatur sehingga sedikit sekali daging merah yang terikut keluar. Selain itu
telah diciptakan alat decanter yang dapat memisahkan minyak ikan dari air
pencuci, sehingga memudahkan penanganan limbah pengolahan.
Proses Pengolahan Surimi
1. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku untuk pembuatan surimi adalah segala jenis ikan yang sifatnya
memiliki kemampuan pembentukan gel yang besar / kuat, berdaging putih dan
segar. Pada umumnya bahan baku surimi adalah ikan air laut, karena ikan air
laut mempunyai kemampuan pembentukan gel yang baik (Dahar, dkk, 2003).
2. Penyiangan dan pencucian
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam membuat surimi ialah
menyiangi ikan dan membersihkan ikan dari segala macam kotoran. Kepala
dan isi perut ikan di buang, sisik dihilangkan dan dicuci bersih (Peranginangin,
1999).
Dalam proses ini dilakukan pemotongan kepala dan pembuangan isi perut
dengan menggunakan mesin pemotong kepala atau dapat juga dilakukan secara
manual dengan memakai pisau. Kemudian ikan dicuci bersih menggunakan
mesin pembersih ikan atau mesin pencuci ikan atau juga dapat dilakukan
dengan cara manual. Pengerjaan kedua proses ini dilakukan dalam suasana
dingin (suhu chilling), sedangkan air yang digunakan sebagai medium pencuci
harus benar-benar bersih (Anonymous, 1987).
3. Pemisahan daging terhadap tulang dan kulit
Untuk memisahkan daging, terlebih dahulu ikan di fillet kemudian
dagingnya di kerok menggunakan sendok. Pemisahan daging dapat
menggunakan mesin pemisah daging atau meat bone separator. Menurut
Anonymous (1992), ikan di pres pada lempengan logam yang berlubang-
lubang yang berdiameter 3 – 5 mm dimana daging ikan akan terperas keluar
melalui lubang-lubang tersebut, sedangkan kult ikan dan tulang tertinggal pada
lempengan. Selama proses pemisahan ini suhu daging ikan dipertahankan tetap
rendah, ikan yang besar terlebih dahulu di fillet, sedangkan ikan yang kecil
dapat langsung dimasukkan kedalam alat.
4. Leaching
Leaching adalah pencucian yang sudah terpisah dari kulit dan tulang
dalam air dingin dengan tujuan menghilangkan bau, lemak, darah dan kotoran
lainnya. Hancuran daging yang telah didapat dari proses sebelumnya
dimasukkan kedalam bak perendaman yang berisi air, hancuran es dan garam
0,2% - 0,3% agar pengurangan air dari daging lumat berjalan lebih cepat
(Anonymous, 1987).
Peranginagin, dkk (1999) menyatakan bahwa proses ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Daging lumat dicuci didalam air dingin (10C – 50C) dengan volume air 5 –
10 kali volume daging lumat
b. Daging lumat dalam air dingin diaduk sampai homogen.
c. Pengadukan dihentikan untuk memberikan kesempatan daging lumat
mengendap, sedangkan kotoran dan lemak mengembangg di permukaan
air.
d. Kotoran dan lemak yang mengapung di atas air dibuang.
e. Pencucian diulangi 3 – 5 kali
f. Daging lumat yang sudah tercuci (surimi) dipisahkan dari air dan kemudian
ditiriskan
g. Selama proses penirisan dan pencucian suhu air dipertahankan tetap rendah
(10C–50C).
5. Straining
Dahar, dkk (2003) menyatakan bahwa proses straining bertujuan untuk
menghilangkan sisa-sisa sisik, jaringan ikan, membran, duri dan lain-lain agar
diperoleh surimi yang bermutu baik. Untuk proses ini dapat digunakan alat
pemurni (strainer) yang prinsip kerjanya mirip meat bone separator, yaitu
daging yang ditekan melalui silinder yang berlubang-lubang dengan diameter
1- 3 mm.
6. Pengepresan
Pemerasan air dilakukan dengan alat pengepres, sentrifius, atau dengan
screw press, dimana daging ikan sambil dipress diputar dan didorong maju
dalam saringan semacam screw yang berlubang-lubang. Kandungan air harus
diturunkan sampai sekitar 85% (Anonymous, 1992).
7. Penambahan gula dan sodium polyphosphate
Surimi selanjutnya siap untuk digunakan atau disimpan dalam keadaan
beku. Agar tidak terjadi kerusakan struktur protein selama pembekuan dan
penyimpanan beku, perlu ditambahkan suatu bahan yang disebut
cryoprotective agent atau cryoprotectant. Bahan yang sering digunakan
sebagai cryoprotectant adalah jenis gula, misalnya sukrosa. Pada tahap awal
ditambahkan 8% sukrosa. Tetapi penambahan ini menyebabkan surimi menjadi
manis dan warna berubah slama pembekuan. Oleh karena itu sukrosa ditambah
4% dan 4% sorbitol. Penambahan cryoprotectant ini mampu meningkatkan
tingkat N-aktomiosis dari 350 mg% menjadi 520 mg% dan meningkatkan
kekuatan gel dari 400 g menjadi 480 g yang artinya sama dengan
meningkatkan nilai pelipatan (tolding score) dari A menjadi AA.
Sering pula kedalam surimi ditambahakan bahan lain, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat surimi, terutama sifat elastisitas dan kelembutannya.
Bahan yang sering dipakai adalah polifosfat. Polifosfat meskipun bukan
berfungsi sebagai cryoprotectant tetapi sering ditambahkan untuk memperbaiki
daya ikat air (water holding ability) dan memberikan sifat pasta yang lebih
lembut pada produk-produk olahan surimi. Biasanya polifosfat ditambahkan
sebanyak 0,2% - 0,3% dalam bentuk garam natrium tripolifosfat atau natrium
pirofosfat (Anonymous, 2010).
8. Pencetakan dan pembekuan
Menurut Peranginagin,dkk (1999), setelah pencampuran dengan
cryoprotectant dan polifosfat homogen, surimi dicetak menjadi bentuk kotak-
kotank. Caranya adalah dengan memasukkan surimi kedalam pan sambil
sedikit dipadatkan. Ukuran kotak atau blok surimi dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Untuk ukuran komersial biasanya surimi dikemas dalam ukuran 10
kg/blok. Surimi dalam bentuk blok kemudian di bekukan dalam contact freezer
(-350C) atau menggunakan air blast freezer (-250C sampai -350C selama 3
jam).
9. Pengemasan
Untuk menghindari terjadinya kerugian akibat bereaksinya surimi dengan
udara dan untuk tujuan distribusi, surimi di pak dalam kantong plastik dan
divakumkan dengan menggunakan plastik vacuum sealer (Anonymous, 1987).
Surimi adalah produk dengan membutuhkan penyimpanan dingin untuk
mempertahankan mutunya, jadi kemasan yang cocok adalah plastik jenis PE
(polyethylene).
Diagram Alir Pengolahan Surimi
Ikan segar
Pemisahan kepala & isi perut
Pencucian
Pencucian dengan air dingin
Penirisan
Filleting
Pemisahan & pencicangan daging
Pencampuran dengan cryoprotectant
pembekuan
Pengemasan (kantong PE)
Surimi mentah
Mu-en surimi beku
Pengemasan (kantong PE)
Pencampuran dengan cryoprotectant
Penggilingan dengan garam
pembekuan
Ka-en surimi beku
Peralatan yang dipakai dalam proses pengolahan surimi
1. Penerimaan bahan baku
Bahan baku yang datang dalam bentuk drum-drum besar akan dibongkar dan
dimasukkan dalam keranjang. Keranjang ini terbuat dari plastik, berbentuk
persegi panjang berongga-rongga agar mudah dalam pembersihannya.
Gambaran ruang penerimaan bahan baku dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Penerimaan Bahan Baku
2. Mesin pencuci (Rotari)
Mesin pencuci ini berfungsi untuk mencuci ikan dimana ikan akan dimasukkan
dalam mesin yang berputar dan dilewati dengan air sehingga kotoran, sisik, dan
isi perut bisa terlepas saat ikan-ikan masuk mesin ini. Mesin ini terbuat dari
bahan stainless, berbentuk tabung yang didalamnya didesain berulir berbentuk
spiral sehingga apabila berputar akan mendorong ikan yang masuk secara
perlahan-lahan sampai ikan sampai pada ujung mesin yang terlihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Mesin Pencuci (Rotari)
3. Mesin Pemisah Daging
Mesin pemisah daging disebut sebagai mesin 2. Cara keja mesin 2 yaitu mesin
akan berputar untuk memisahkan daging dari kulit dan duri. Daging ikan akan
tertekan dan keluar melalui lubang-lubang kecil tersebut. Daging yang sudah
terpisah secara otomatis tercampur dengan air dingin yang mengalir menuju
bak penampungan. Mesin ini terbuat dari bahan stainless.
Gambar 3. Mesin Pemisah Daging
Gambar 4. Bak Penampungan Daging
4. Mesin Leaching
Mesin Leaching berbentuk bak sebanyak 5 buah dengan masing-masing bagian
bawah yang didesain berbentuk cekung agar tidak ada daging yang menempel /
tertinggal. Karena berjumlah 5 buah, mesin leaching intensitasnya tidak terlalu
tinggi, sehingga apabila salah satu bak leaching ada yang rusak akan dapat
dialihkan ke bak yang lain. Pada bak leaching, daging ikan akan diaduk
menggunakan baling-baling pengaduk. Setelah diaduk dan ditambahkan air
dingin, daging ikan tersebut didiamkan agar lemaknya terangkat dan kemudian
akan dibuang melalui lubang pembuangan lemak yang berbentuk corong yang
terhubung dengan saluran air limbah. Mesin ini terbuat dari bahan stainless.
Gambar 5. Mesin Leaching
5. Mesin Strainer
Mesin strainer berfungsi untuk menghilangkan sisik dan duri yang masih
tersisa pada daging. Mesin strainer berbentuk bulat memanjang dengan
panjang 1 meter dan berlubang-lubang kecil dengan ukuran lubang dengan
diameter kurang dari 3 mm.
Gambar 6. Mesin strainer
6. Mesin Pengepres (Sentrifuse)
Sentrifuse ini berbentuk bulat memanjang dengan panjang 380 cm dan
berdiameter kurang lebih 60 cm yang didalamnya terdapat mesin ulir yang
berfungsi untuk mendorong daging ikan tersebut untuk maju. Mesin Sentrifuse
ini terbuat dari bahan stainles.
Gaambar 7. Mesin Sentrifuse
7. Mesin Pengaduk
Mesin yang pengaduk berbentuk tabung besar yang bagian atasnya terbuka
sebagian dan terdapat baling-baling pengaduk yang dapat berputar dengan
cepat untuk mengaduk daging dan bahan tambahan sampai rata. Mesin
pengaduk ini terbuat dari bahan stainles.
Gambar 8. Mesin Pengaduk
8. Mesin Pencetak
Mesin pencetak berbentuk seperti balok dengan ukuran panjang 77 cm, lebar
45 cm, tinggi 7 cm. Mesin pencetak berfungsi untuk mencetak surimi. Cara
kerja dari mesin ini yaitu pada saat surimi yang telah tercampur dengan bahan
tambahan kemudian naik ke mesin pencetak dengan adanya tekanan dari mesin
pendorong yang berbentuk ulir, kemudian surimi yang keluar dari mesin
pencetak dimasukkan kedalam plastik dengan diberi alas long pan.
Gambar 9. Mesin pengaduk dan Pencetak
9. Contact Plate Freezer
Contact Plate Freezer berfungsi untuk membekukan surimi agar surimi tidak
mengalami kemunduran mutu karena pada suhu beku tersebut bakteri tidak
dapat berkembang biak.
Gambar 10. Contact Plate Freezer
10. Mesin Pengemas Vakum
Mesin pengemas vakum berfungsi untuk mengemas produk secara vakum
yang sebelumnya surimi sudah terbungkus didalam plastik vacuum sealer.
Gambar 11. Plastik vacuum sealer
Gambar 12. Mesin Pengemas Vakum
Sumber gambar : PT. Starfood Internasional (Aringgi, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, T. W., Akhmad, S. F, Ulfah, A. 2006. Modul Diversifikasi Produk Perikanan. Universitas Diponegoro Press. Semarang
Anggawati. A. M. 2002. Kumpulan Hasil-Hasil Penilitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta
Anonymous. 1987. Petunjuk Praktis Pengolahan Surimi. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta
Aringgi, Y. P. 2010. Manajemen Sanitasi dan Hiegine Peralatan Pada Pengolahan Surimi Ikan Di PT Starfood Internasional Desa Kandang Semankon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur [Laporan Praktek Kerja Lapang IV].
Dahar, D, dkk. 2003. Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Produksi Hasil Perikanan. Akademi Perikanan Sidoarjo. Sidoarjo
__________. 1992. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta
__________. 2010. Perubahan Karakter surimi Selama Penyimpanan Beku. http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55711 [2 oktober 2011]
Koswara, S. Surimi Suatu Alternatif Pengolahan Ikan. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/SUMIRI,%20SUATU%20ALTERNATIF%20PENGOLAHAN%20IKAN.pdf. [ 2 Oktober 2011]
Peranginangin, R. Dkk. 1999. Instalasi penelitian Perikanan Laut Sipil. Balai Perikanan Laut. Jakarta