73925434-keracunan-makanan.pdf

11
KERACUNAN MAKANAN I. PENDAHULUAN Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan tanda dan gejala klinis. Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun. Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya kita mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas kita sering mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan, memiliki peluang besar untuk mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara lain makanan cepat saji seperti mie instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap sebagai bahan makanan kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak diolah dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan. Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat sangatlah membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat ini juga akan membantu rumah sakit atau dokter dalam memberikan penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan nyawa korban. Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila : 1. Sakit mendadak. 2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu. 3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar. 4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan. 5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia. Prinsip Penatalaksanaan : 1 Mengatasi penyebab terjadinya keracunan

Upload: mufidah-fida

Post on 02-Jan-2016

1.480 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

keracunan mknn

TRANSCRIPT

Page 1: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

KERACUNAN MAKANAN

I. PENDAHULUAN

Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke

dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang

menimbulkan tanda dan gejala klinis.

Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut tertelan

bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama

setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun

itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun.

Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya kita

mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas kita sering

mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan, memiliki peluang besar untuk

mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara

lain makanan cepat saji seperti mie instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap

sebagai bahan makanan kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak

diolah dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan.

Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat sangatlah

membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat ini juga akan membantu

rumah sakit atau dokter dalam memberikan penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan

nyawa korban.

Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :

1. Sakit mendadak.

2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.

3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.

4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,

pembunuhan atau kecelakaan.

5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan

pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

Prinsip Penatalaksanaan :

1 Mengatasi penyebab terjadinya keracunan

Page 2: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

Mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau menjadikan racun yaang telah

masuk ke dalam tubuh menjadi hilang (dieliminasi) dari daam tubuh.

2. Mengatasi efek yang ditimbukan oleh racun

II. JENIS-JENIS KERACUNAN

a. Keracunan Botulisme

Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan toksin/racun

yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek

yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan

mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat

percabangan akhir dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam

tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium.

Biasanya terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian

akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.

Gejala Klinis

Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang

berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat,

maka keadaannya lebih serius dan berat.

Gejala klinis tersebut dapat berupa:

o Mual dan muntah

o Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)

o Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri

o Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia, kelelahan dan

diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.

Penatalaksanaan

Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan segera

yang kita lakukan adalah:

o Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign

o Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di

tenggorokan), atau pemberian air garam.

Page 3: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa

kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

o Bilas Lambung

o Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan

o Segera rujuk ke RS

b. Keracunan Insektisida

Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun

binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Insektisida

digunakan di negara-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan.

Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas menimbulkan keracunan

pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan antara lain:

1. Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)

Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden keracunan oleh

bahan ini cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak digunakan sebagai

bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di beberapa negara.

Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya paration, malation, systox, TEPP, HEPP,

OMPA, sedangkan yang lain adalah golongan carbonates misalnya dimethan dan matacil.

Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase.

Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat,

ganglion otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan ujung-ujung saraf motorik hambatan

asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-

tempat tersebut.

Gejala Klinis

Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:

o nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,

o Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasan

o Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare

o Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi, banyak keringat

o Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan ekzem

Page 4: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

Penatalaksanaan

o Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit yang terkontaminasi

o Bilas lambung bila racun tertelan

o Beri atropin

o Kontrol vital sign

o Segera rujuk ke rumah sakit terdekat

2. Insektisida Golongan Chlorinated

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama

kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT. Insektisida

golongan Chlorinated ini dibagi menjadi 3 golongan antara lain:

1. Cyclodienes : Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin,

Toxaphen, Kepon, Mirex.

2. Hexachlorocyclohexan : Lindane

3. Derivat Chlorinated-ethan : DDT

Gejala Klinis

Gejala permulaan keracunan akut adalah

o rasa mual dan muntah,

o sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.

Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi :

o hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik

atau tonik.

Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian

Penatalaksanaan

o Control vital sign

o Bilas lambung

o Muntahkan bila perlu

o Rujuk ke rumah sakit

Page 5: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

c. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)

Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut

ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi

dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari

jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak

lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang

di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan

tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.

Gejala Klinis

Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat

tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan

jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol.

Gejala yang terjadi dapat berupa:

o Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah

o Adanya serangan kolik pada waktu berkemih

o Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang

terdapat hematuria.

o Nafas dan urine berbau jengkol.

Penatalaksanaan

o Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu

dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.

Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.

o Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita

perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5

mEq/KgBB selama 4-8 jam

o Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder

o Anjuran untuk tidak memakan jengkol

d. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)

Page 6: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan

daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya

suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat

sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.

Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.

Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua

orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam

cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya

sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air

dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang

oleh karena HCN akan larut dalam air.

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu

oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh

karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif

terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan

terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul

oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan

pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal

(mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN

ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.

Gejala Klinis

Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan

singkong ini antara lain:

o Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.

o Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi

o Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.

o Renjatan (kejang)

o Syok.

Penatalaksanaan

Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:

Page 7: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

o Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah

makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.

o Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.

Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.

o Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.

o Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit

Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

o Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.

e. Keracunan Minyak Tanah

Karakteristik Minyak Tanah :

Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna,

tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam golongan petrolium

terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih 163oC – 204oC, titik beku –

54oC.

Efek Toksik Minyak Tanah

- Efek pada paparan akut minyak tanah :

o Kontak kulit : kering, dapat iritasi, menyebabkan rash

o Absorbsi kulit : jarang

o Kontak mata : iritasi, dapat menyebabkan kerusakan permanen

o Inhalasi : iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi

o Ingesti : sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi

- Efek pada paparan kronis minyak tanah :

o Secara umum : kulit pecah-pecah, dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar

adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit

Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :

o Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.

o Daerah perkotaan > daerah pedesaan

o Pria > wanita

Page 8: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

o Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Patofisiologi :

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada

binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan.

Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah

dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran

melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan

menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun

kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang

bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada

lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi

CNS ringan – sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas

eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak

pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.

Tanda / Gejala Klinis :

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan

CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun

jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk

persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas

pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan

konvulsi.

Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular

fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala

lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum,

pneumothorax, dan subcutaneus emphysema.

Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit.

Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen

mata.

Penatalaksanaan

o Monitor sistem respirasi

Page 9: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

o Inhalasi oksigen

o Jangan muntahkan korban

o Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas

o Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis

o Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan

o Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak

penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi

dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila

jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari

lambung ke paru.

o Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambung

o Pemberian susu atau bahan dilusi lain

o Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi (skin burn)

sekunder

o Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End – Expiratory

Pressure – PEEP)

f. Keracunan Bongkrek

Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas

kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan

Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan Bacterium

cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.

Gejala Klinis

Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga

terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :

o Pusing, diplopia, anorexia

o Merasa lemah, ptosis, strabismus

o Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.

Penatalaksanaan

o Kontrol Vital Sign

Page 10: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

o Bilas Lambung atau muntahkan korban

o Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa

intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini

harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

g. Keracunan Jamur

Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.

Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.

Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau

tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis

jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat,

tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.

Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah

bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian

bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai

(stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui,

berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak

membahayakan.

Gejala Klinis

Gejala klinis keracunan jamur antara lain:

1. Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin

mempunyai gejala-gejala:

o setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.

o penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,

o lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat

menimbulkan kematian.

2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :

o setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.

o sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong

dapat menimbulkan kematian

Page 11: 73925434-KERACUNAN-MAKANAN.pdf

Penatalaksanaan

o Muntahkan korban

o Bilas lambung

o Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin.

Referensi :

Buku Materi Diklat medis dan KAT serta Pengabdian masyarakat Hippocrates

Emergency Team Angkatan XXII

Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi,

EGC, Jakarta 2001 : 98-115.

Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa

Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22.