document
DESCRIPTION
llllllllTRANSCRIPT
1
SKRIPSI
APLIKASI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI BAHAN
PENGAWET MIE BASAH
Oleh :
PRETTY ARINIGORA SIHOMBING
F24102120
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2
Pretty Arinigora Sihombing. F24102120. Aplikasi Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Sebagai Bahan Pengawet Mie Basah. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc dan Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc.
RINGKASAN
Mie basah merupakan salah satu makanan populer di Indonesia yang memiliki umur simpan pendek yaitu 24-36 jam pada suhu ruang. Penggunaan formalin dan boraks untuk memperpanjang umur simpan mie basah dapat membahayakan kesehatan manusia. Pengawet yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan seharusnya memenuhi standar food grade. Formalin dan boraks adalah bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan bahan pengawet lain yang memenuhi standar food grade untuk mengawetkan mie basah. Kunyit adalah salah satu rempah-rempah yang banyak digunakan dalam makanan dan dilaporkan memiliki sifat antimikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode ekstraksi kunyit dan konsentrasi yang ditambahkan untuk memperpanjang umur simpan mie basah.
Tahap pertama pada penelitian ini adalah persiapan kunyit yang dilakukan dengan pencucian air dan klorinasi dengan dosis 2000 ppm, dilanjutkan ekstraksi kunyit dengan cara ekstraksi segar dan ekstraksi rebus. Ekstrak segar diaplikasikan pada mie basah dengan perbandingan 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10% sementara ekstrak rebus dengan perbandingan 100%, 50%, dan 33.33. Mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit juga dibuat sebagai kontrol. Selanjutnya mie basah dikemas dengan menggunakan plastik LDPE pada suhu ruang. Pada aplikasi awal dilakukan uji sensori secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk. Pada setiap tahap dilakukan analisis, baik fisik, kimia, dan mikrobiologi. Analisis yang akan dilakukan adalah kadar air, pengukuran pH, Aw, uji kekerasan dan kelengketan, pengukuran warna, total mikroba, total kapang khamir, total koliform, dan analisis sensori.
Ekstraksi kunyit dengan dua cara yaitu ekstraksi segar dan rebus menghasilkan rendemen tertinggi yaitu ekstrak segar (1 : 1) dengan rendemen 69.4%, sedangkan terendah ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) dengan rendemen 39.8%. Ekstrak kunyit memiliki pH yang tergolong asam dengan kisaran pH 6, dimana ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) memiliki pH tertinggi yaitu 6.78 dan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) memiliki pH terendah yaitu 6.34. Ekstrak segar tanpa klorinasi memiliki total mikroba tertinggi yaitu 6.3 x 104 CFU/g dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki total mikroba terendah 1.69 CFU/g.
Aplikasi ekstrak kunyit pada mie basah mentah maupun matang tidak mempengaruhi rendemen mie basah. Rendemen mie basah mentah yaitu 124.5% dan rendemen mie basah matang yaitu 132.5%. Mie basah kunyit memiliki kisaran pH 8.5-9.5, baik mie basah mentah maupun mie basah matang. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki pH tertinggi adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) yaitu 9.57 dan pH terendah adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% (1 : 5, 10 menit) yaitu 8.82. Mie basah memiliki warna merah kecoklatan, sedangkan mie basah kontrol berwarna kuning.
3
Warna merah kecoklatan ini disebabkan pigmen warna kunyit yaitu kurkumin yang berwarna merah kecoklatan pada pH alkali dan kuning jingga pada pH asam. Mie basah dengan umur simpan terpanjang adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% (57 jam) dan penambahan ekstrak segar 20% (56 jam), mie basah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% (52 jam) dan penambahan ekstrak segar 20% (51 jam).
Umur simpan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar dan rebus menurut SNI dengan memperhatikan jumlah total mikroba adalah 36 jam. Total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% pada jam ke-36 mencapai 9.5 x 105 CFU/g, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.2 x 105 CFU/g. Total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terbaik dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% pada jam ke-36 mencapai 1.2 x 106 CFU/g, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.6 x 105 CFU/g. Untuk total kapang-khamir pada mie basah, baik mentah maupun matang, dengan penambahan ekstrak kunyit tidak melewati batas maksimum menurut SNI yaitu 104 CFU/g. Begitu juga halnya dengan total koliform. Pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit tidak terdapat mikroba koliform. Nilai pH akhir dari mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit masih tergolong basa. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki Aw 0.919, sedangkan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki Aw 0.942.
Mie basah mentah dan matang dengan penambahan ekstrak kunyit diuji kesukaannya melalui uji hedonik. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah hampir seluruhnya netral. Tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna mie basah diperoleh mie basah mentah pasar yang dimatangkan dengan skor 4.21 (suka). Tingkat kesukaan terendah terhadap warna mie basah diperoleh mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% dengan skor 2.40 (tidak suka). Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah hampir selurunya netral. Tingkat kesukaan tertinggi terhadap aroma mie basah diperoleh mie basah mentah kontrol Lab dengan skor 3.87 (netral). Tingkat kesukaan terendah terhadap aroma mie basah diperoleh mie basah matang di pasaran dengan skor 1.98 (sangat tidak suka). Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap tekstur mie basah diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 4.07 (suka), sedangkan yang terendah diperoleh mie basah matang di pasaran dengan skor 2.53 (tidak suka). Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap rasa mie basah diperoleh mie basah mentah di pasaran yang dimatangkan dengan skor 3.83 (netral), sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar dengan skor 2.18 (tidak suka). Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap keseluruhan mie basah diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 3.94 (netral), sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar dengan skor 2.15 (tidak suka).
Kontribusi kunyit pada mie basah mentah untuk mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% adalah Rp.158.2 per kg mie atau sebesar 3.16%, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah Rp. 117.6 per kg mie atau sebesar 2.35%. Kontribusi kunyit pada mie basah matang lebih besar daripada mie basah mentah. Untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% kontribusi kunyit adalah Rp.
4
228.2 per kg mie atau sebesar 9.12%, sedangkan untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% sebesar Rp.113.0 per kg atau 4.52%.
5
APLIKASI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI BAHAN PENGAWET MIE BASAH
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Pretty Arinigora Sihombing
F24102120
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
6
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
APLIKASI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI BAHAN
PENGAWET MIE BASAH
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Pretty Arinigora Sihombing
F24102120
Tanggal ujian :
Menyetujui :
Bogor, Februari 2007
Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc. Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Dahrul Syah
Ketua Departemen ITP
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa, Putera-Nya Yesus Kristus
dan Roh Kudus atas penyertaan, perlindungan dan kasih setia-Nya yang selalu ada
sejak penulis lahir hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang dapat
terucap untuk memuji kebesaranMu. Sungguh tiada yang sepertiMu.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
mendukung penulis selama penyusunan skripsi, antara lain :
1. Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi, MSc., selaku pembimbing akademik dan
pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas saran,
masukan, nasehat yang diberikan kepada penulis selama ini. Penulis
bersyukur berkesempatan menjadi salah satu anak bimbing beliau.
2. Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc, selaku pembimbing II dalam penyusunan
skripsi ini. Terimakasih atas saran, masukan, ide-ide yang diberikan
kepada penulis selama ini.
3. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi, selaku penguji. Terimakasih atas kritik dan
saran yang membangun sehingga penulis tahu letak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini.
4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Christian dan Opung Boru yang selama
ini setia mendengar keluh kesah, mendukung dalam hal materiil dan
moril, kesediaan untuk saling mengerti, terbuka, dan jujur. Penulis
bahagia berkesempatan lahir dalam keluarga ini. Semua yang penulis
lakukan untuk kebahagiaan kalian semua. Love u all.
5. Sahabat-sahabat tercinta : Angelina, Ulina. Terimakasih untuk
persahabatan yang terjalin selama 4 tahun dan kesetiaan untuk
mendengar keluh kesah dan tawa canda penulis selama ini. Terimakasih
atas kesediaannya mewarnai kehidupan penulis. Kalian sangat berarti
bagi penulis.
6. Sahabat-sahabat terhebat yang pernah ada : Shinta ”Armatias”, Ribka
Juliana, dan Nanda Mehuli. Penulis berharap persahabatan ini tidak
pernah berakhir dengan alasan apapun. Terimakasih untuk kesempatan
belajar jujur dengan diri sendiri dan orang lain dalam persahabatan ini.
8
7. Teman-teman selama penelitian : Inggrid, Karen, Elvina, Meilina, dan
Dhenok. Terimakasih buat Inggrid (Tantequ...), Karen (Mamiqu..), dan
Elvina (Nenekqu...) atas pikiran-pikiran positif yang tertular kepada
penulis sehingga bisa menjalani hidup dengan tenang dan semangat!!!
Terimakasih buat Meilina (Miss perfeksionis) atas pelajaran ”bagaimana
memberikan yang terpilih” dan Dhenok atas pelajaran ”bagaimana
tenang dan berserah dalam segala hal”.
8. Teman-teman spesial : ITP 39 Steisianasari Mileiva Sembiring,
Mohung, Fenni Rusli, Hanna Sibarani, Dian Kresnawati, Rizky Nurul,
Yessica, Arvi, Dora, Nui, Fany, Ina, Tissa, Ratry, Farah, Herold, Randy,
Prasna Ruseno, Adjeng, Dadik, Didin, Ulik, Ijal, Kiki, Aponk, Woro,
Stut, Putra, Hana, Risna, Julia, Manto dan teman-teman lainnya.
9. Grethyqu...Terimakasih buat dukungan dan tumpangan kamarnya selama
penyusunan skripsi dan sidang... Berkat melimpah atasmu.
10. Para Laboran : Pak Koko, Teh Ida, Bu Rubiyah, Pak Sobirin, Mas
Edi, Pak Mul, dan Pak Rojak.
11. Pak Daniel dan teman-teman sepelayanan yang selama ini
mendoakan, mendukung, dan memberi semangat kepada penulis.
Terimakasih untuk kesempatan bertumbuh bersama dalam kasih-Nya.
12. Pihak-pihak lain yang sangat membantu dan mendukung penulis
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, 8 Februari 2007
Penulis
9
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
B. TUJUAN ....................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MIE
1. Definisi dan Penggolongan Mie ............................................................... 3
2. Pembuatan Mie Basah .............................................................................. 5
3. Kerusakan Mie Basah ............................................................................... 7
B. KUNYIT
1. Botani Kunyit ........................................................................................... 9
2. Komposisi Kunyit ..................................................................................... 11
3. Kegunaan Kunyit ...................................................................................... 15
4. Sifat Antimikroba Kunyit ......................................................................... 16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT ................................................................................... 19
B. METODE PENELITIAN .............................................................................. 20
1. Persiapan Kunyit ....................................................................................... 21
2. Ekstraksi Kunyit ....................................................................................... 21
a. Ekstraksi Segar ..................................................................................... 21
b. Ekstraksi Rebus .................................................................................... 22
10
c. Ekstrak Kunyit ..................................................................................... 23
3. Pembuatan Mie Basah .............................................................................. 23
4. Aplikasi Ekstrak Kunyit pada Pembuatan Mie Basah
a. Mie Basah ............................................................................................. 25
b. Pengemasan dan Penyimpanan ............................................................ 26
c. Pengamatan ........................................................................................... 26
d. Aplikasi Ekstrak Terpilih ..................................................................... 27
5. Metode Analisis
a. Perhitungan Rendemen ........................................................................ 27
b. Kadar Air .............................................................................................
............................................................................................................... 27
c. Uji Kekerasan dan Kelengketan ........................................................... 28
d. Pengukuran Warna ............................................................................... 28
e. Nilai pH ................................................................................................ 29
f. Total Asam Tertitrasi ........................................................................... 29
g. Aw ......................................................................................................... 29
h. Analisis Mikrobiologi .......................................................................... 30
i. Analisis Sensori ................................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI KUNYIT
1. Kadar Air .................................................................................................. 32
2. Rendemen ................................................................................................. 32
3. Nilai pH .................................................................................................... 34
4. Total Mikroba ........................................................................................... 35
B. APLIKASI EKSTRAK KUNYIT PADA PEMBUATAN MIE BASAH
1. Rendemen ................................................................................................. 36
2. Nilai pH .................................................................................................... 38
3. Warna ........................................................................................................ 39
4. Tekstur ...................................................................................................... 42
5. Umur Simpan ............................................................................................ 46
C. MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT TERPILIH
11
1. Total Mikroba ............................................................................................ 49
2. Total Kapang Khamir ................................................................................ 54
3. Total Koliform ........................................................................................... 56
4. Nilai pH .................................................................................................... 56
5. Aw .............................................................................................................. 59
6. Warna ........................................................................................................ 60
7. Uji Organoleptik ........................................................................................ 64
8. Analisis Biaya ............................................................................................ 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN ...................................................................................................... 81
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Syarat mutu mie basah (SNI 01-2987-1992) ....................................... 4
Tabel 2. Komposisi kimia rimpang kunyit, kunyit kering, dan bubuk kunyit per 100 gram bahan yang dapat dimakan ................................ 12
Tabel 3. Total warna dan identitas komponen pigmen pada rimpang kunyit ... 13
Tabel 4. Sifat-sifat minyak atsiri kunyit ............................................................ 15
Tabel 5. Jenis ekstrak kunyit ............................................................................. 23
Tabel 6. Konsentrasi penambahan ekstrak kunyit pada pembuatan mie basah .. 25
.............................................................................................................................
Tabel 7. Jenis mie basah matang ....................................................................... 25
Tabel 8. Jenis mie basah mentah ....................................................................... 26
Tabel 9. Rendemen ekstrak kunyit .................................................................... 32
Tabel 10. Nilai pH masing-masing ekstrak kunyit ............................................. 34
Tabel 11. Total mikroba masing-masing ekstrak kunyit ................................... 35
Tabel 12. Rendemen mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ......................................................................................... 37
Tabel 13. Umur simpan mie basah mentah dan matang secara subyektif dan mikrobiologi menurut standar SNI selama penyimpanan .......... 52
Tabel 14. Aw rata-rata mie basah ...................................................................... 59
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alir pembuatan mie basah ................................................ 6
Gambar 2. Tanaman kunyit (Curcuma domestica) .......................................... 10
Gambar 3. Rimpang kunyit (Curcuma domestica) ........................................... 11
Gambar 4. Struktur pigmen kurkuminoid ......................................................... 13
Gambar 5. Diagram alir garis besar penelitian ................................................. 20
Gambar 6. Diagram alir pembuatan ekstrak segar ........................................... 22
Gambar 7. Diagram alir pembuatan ekstrak rebus ........................................... 22
Gambar 8. Diagram alir proses pembuatan mie basah ..................................... 24
Gambar 9. Penampakan ekstrak kunyit ............................................................
33
Gambar 10. Nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit pada berbagai konsentrasi ............................................................ 38
Gambar 11. Nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit pada berbagai konsentrasi ............................................................ 39
Gambar 12. Umur simpan rata-rata mie basah mentah yang diamati secara subyektif ............................................................................ 46
Gambar 13. Umur simpan rata-rata mie basah matang yang diamati secara subyektif ............................................................................ 47
Gambar 14. Total mikroba pada mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................. 50
Gambar 15. Total mikroba pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................ 51
Gambar 16. Total kapang-khamir mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................ 54
Gambar 17. Total kapang-khamir mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ........................................... 55
Gambar 18. Perubahan nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................ 57 Gambar 19. Perubahan nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan .............................................
............................................................................................................................. 57
Gambar 20. Perubahan nilai L mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................. 61
14
Gambar 21. Perubahan nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................. 62
Gambar 22. Perubahan nilai oH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................. 63
Gambar 23. Perubahan nilai oH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ............................................. 63
Gambar 24. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 65
Gambar 25. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan ................ 65
Gambar 26. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 65
Gambar 27. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 67
Gambar 28. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan ................ 67
Gambar 29. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 67
Gambar 30. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 69
Gambar 31. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan ................ 69
Gambar 32. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 69
Gambar 33. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan ................ 71
Gambar 34. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit ............................................. 71
Gambar 35. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 72
Gambar 36. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan ............... 72
Gambar 37. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit .............................................. 73
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pengukuran kadar air kunyit segar ..................................... 82
Lampiran 2. Hasil pengukuran rendemen ekstrak kunyit ................................ 82
Lampiran 3. Hasil pengukuran pH ekstrak kunyit ........................................... 83
Lampiran 4. Total mikroba ekstrak kunyit ulangan I ....................................... 83
Lampiran 5. Total mikroba ekstrak kunyit ulangan II ...................................... 84
Lampiran 6. Total mikroba rata-rata ekstrak kunyit ........................................ 85
Lampiran 7. Hasil pengukuran rendemen mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ............................................................ 85
Lampiran 8. Hasil pengukuran pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ........................................................................ 86
Lampiran 9. Hasil pengukuran warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ....................................................................... 87
Lampiran 10. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap warna mie basah kunyit dan kontrol ...................................................................... 93
Lampiran 11. Hasil pengukuran tekstur mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ...................................................................... 96
Lampiran 12. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap tekstur mie basah kunyit dan kontrol ...................................................................... 102
Lampiran 13. Umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol ................................................................................. 106
Lampiran 14. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol .............. 107
Lampiran 15. Total mikroba mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ....................................................................................... 108
Lampiran 16. Total mikroba mie basah kontrol ............................................... 111
Lampiran 17. Total mikroba rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol .......................................................... 114
Lampiran 18. Total kapang khamir mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ............................................................................. 115
Lampiran 19. Total kapang khamir mie basah kontrol .................................... 118
Lampiran 20. Total kapang khamir rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol ............................................. 120
Lampiran 21. Total koliform rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol .......................................................... 121
16
Lampiran 22. Hasil pengukuran pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol .......................................................... 121
Lampiran 23. Hasil pengukuran warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol ......................................................... 122
Lampiran 24. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap warna mie basah kunyit terpilih dan kontrol ................................................ 124
Lampiran 25. Hasil pengukuran aw mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol .......................................................... 128
Lampiran 26. Bentuk formulir pengujian organoleptik mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol ........................ 128
Lampiran 27. Hasil uji hedonik mie basah mentah 33.33% ER ....................... 130
Lampiran 28. Hasil uji hedonik mie basah mentah 20%ES ............................. 131
Lampiran 29. Hasil uji hedonik mie basah mentah 33.33% ER yang dimatangkan ...................................................................... 132
Lampiran 30. Hasil uji hedonik mie basah mentah 20% ES yang dimatangkan ...................................................................... 133
Lampiran 31. Hasil uji hedonik mie basah matang 50% ER ............................ 134
Lampiran 32. Hasil uji hedonik mie basah matang 20% ES ............................ 135
Lampiran 33. Hasil uji hedonik mie basah mentah kontrol Lab ...................... 136
Lampiran 34. Hasil uji hedonik mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan ...................................................................... 137
Lampiran 35. Hasil uji hedonik mie basah matang kontrol Lab ...................... 138
Lampiran 36. Hasil uji hedonik mie basah mentah Pasar ................................ 139
Lampiran 37. Hasil uji hedonik mie basah mentah Pasar yang dimatangkan .. 140
Lampiran 38. Hasil uji hedonik mie basah matang Pasar ................................ 141
Lampiran 39. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah mentah kunyit terpilih dan kontrol ............................ 142
Lampiran 40. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah mentah kunyit terpilih dan kontrol yang dimatangkan ..... 143
Lampiran 41. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah matang kunyit terpilih dan kontrol ............................ 145
Lampiran 42. Analisis biaya mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ........................................................................................ 147
Lampiran 43. Persamaan regresi linier nilai total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ......... 148
Lampiran 44. Persamaan regresi linier nilai total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan ......... 149
17
RIWAYAT HIDUP
18
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keamanan pangan akhir-akhir ini menjadi sorotan besar sebagian
masyarakat. Selain bergizi dan enak, pangan juga dituntut untuk aman
dikonsumsi. Isu formalin dan boraks pada beberapa makanan mendapat
perhatian yang cukup besar sekarang. Upaya penyelidikan makanan
mengandung formalin, boraks dan pewarna tekstil sudah dilakukan BPOM
(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sejak lama, tetapi baru marak
diperbincangkan sekarang. Makanan yang diisukan mengandung formalin
antara lain mie basah, tahu, dan ikan.
Beberapa makanan yang ditemukan mengandung formalin adalah sebagai
berikut : 8 merek mie dan tahu mengandung formalin (Jakarta), 6 pabrik mie
basah positif menggunakan formalin (Yogyakarta), dan ikan segar hasil
tangkapan nelayan di sejumlah pasar tradisional juga mengandung formalin
(Surabaya) (Indarini, 2005 dan Astuti, 2005). Persentase penemuan makanan
yang mengandung formalin pada masing-masing daerah berbeda-beda. Badan
POM di Yogyakarta dan Bandung tidak menemukan tahu yang mengandung
formalin, sedangkan di Jakarta 77.85% tahu mengandung formalin. Untuk
ikan, Badan POM menemukan 52.63% ikan mengandung formalin, demikian
juga di Bandar Lampung sebanyak 36.56%. Untuk mie basah, persentase
ditemukannya sampel yang mengandung formalin cukup tinggi yaitu diatas
60%, kecuali di Makassar 6.45% (Sampurno, 2006).
Mie basah mendapat sorotan terbesar dalam isu formalin. Hal ini
disebabkan mie basah merupakan salah satu makanan populer dan merupakan
bagian yang penting dalam diet di Indonesia. Mie basah memiliki kadar air
yang cukup tinggi yaitu 35-60% sehingga memiliki umur simpan yang pendek
yaitu berkisar 24-36 jam pada suhu ruang. Penyebab kerusakan mie basah
antara lain proses produksi yang memiliki kondisi sanitasi buruk, distribusi,
dan kondisi penyimpanan mie basah yang tidak baik. Penggunaan formalin dan
19
boraks pada mie basah yang beredar di pasaran adalah untuk memperpanjang
umur simpan dan menghasilkan tekstur mie yang lebih baik.
Dengan mencuatnya masalah formalin dan boraks, mengakibatkan
timbulnya keinginan untuk beralih ke bahan pengawet makanan yang lebih
ramah sebagai alternatif. Bahan alami yaitu rempah-rempah dapat menjadi
salah satu alternatif. Beberapa jenis rempah dilaporkan memiliki aktivitas
antimikroba yaitu suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba sehingga makanan menjadi awet. Kunyit merupakan rempah yang
juga memiliki aktivitas antimikroba. Kunyit dilaporkan memiliki sifat
antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk. Ekstrak kunyit dalam etanol
dapat menghambat Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory
Concentrations (MIC) sebesar 500 μg/ml (Huhtanen, 1980). Bubuk kunyit (2
g/l) bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif batang, yaitu Bacillus
subtilis dan Lactobacillus acidophilus (Suwanto, 1983). Selain itu, kunyit juga
memiliki potensi lain yaitu dapat dijadikan zat pewarna alami kuning pada
bahan pangan. Oleh karena kedua jenis sifat ini, maka kunyit dapat dijadikan
bahan pengawet alami sekaligus bahan pewarna alami pada mie basah.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi kunyit dan
konsentrasi yang ditambahkan untuk memperpanjang umur simpan mie basah.
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MIE
1. Definisi dan Penggolongan Mie
Definisi mie menurut Badan Standarisasi Nasional (1992) adalah
produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan
bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk
khas mie. Mie dapat digolongkan menjadi beberapa bagian antara lain
berdasarkan bahan baku, ukuran diameter produk, pembuatannya, serta
kadar air dan tahap pengolahannya.
Berdasarkan bahan bakunya, mie terbagi atas dua macam, yaitu mie
yang terbuat dari tepung terigu dan pati. Mie yang bahan bakunya berasal
dari tepung terigu sudah lazim ditemukan dan biasa dikonsumsi. Mie yang
bahan bakunya berasal dari pati, biasa disebut mie transparan (transparance
noodle), contohnya soun dan bihun. Berbeda lagi dari segi ukuran diameter
produk, mie dibedakan menjadi tiga, yaitu spaghetti (0.11-0.27 inchi), mie
(0.07-0.125 inchi), dan vermicelli (<0.04 inchi).
Berdasarkan pembuatannya, mie dibedakan menjadi mie basah
mentah dan mie basah matang. Menurut Winarno dan Rahayu (1994) mie
berdasarkan kadar air dan tahap pengolahannya, dibagi menjadi lima
golongan, yaitu : (1) mie basah mentah/segar, yang dibuat langsung dari
proses pemotongan lembaran adonan dengan kadar air 35%, (2) mie basah
matang, yaitu mie basah mentah yang telah mengalami perebusan dalam air
mendidih sebelum dipasarkan dengan kadar air 52%, (3) mie kering, yaitu
mie basah mentah yang langsung dikering dengan kadar air 10%, (4) mie
goreng, yaitu mie basah mentah yang lebih dahulu digoreng sebelum
dipasarkan, dan (5) mie instan (mie siap hidang), yaitu mie basah mentah
yang telah mengalami pengukusan dan pengeringan sehingga menjadi mie
instan kering atau digoreng sehingga menjadi mie instan goreng (instant
fried noodle).
21
Jenis mie yang banyak diproduksi dan digunakan dalam rumah tangga
adalah mie basah. Jenis ini juga banyak ditemukan di pasar, tukang bakso,
penjual soto, dan lainnya. Mie basah terbagi atas dua yaitu mie basah
mentah dan matang. Perbedaan kedua jenis mie basah tersebut adalah
adanya tahapan perebusan atau pengukusan pada proses pembuatan mie
basah matang yang menyebabkan kadar airnya meningkat menjadi 52%,
sedangkan pada mie basah mentah tidak melewati tahapan tersebut sehingga
kadar airnya berkisar 35%. Badan Standarisasi Nasional telah menetapkan
syarat mutu mie basah yang tercantum dalam SNI 01-2987-1992. Tabel 1
menunjukkan syarat mutu tersebut.
Tabel 1. Syarat mutu mie basah (SNI 01-2987-1992) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1.
Keadaan : 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna
- Normal Normal Normal
2. Air % b/b 20-35
3. Abu (dihitung atas dasar bahan kering) % b/b Maks. 3
4. Protein (N x 6.25) dihitung atas dasar bahan kering) % b/b Min. 3
5.
Bahan tambahan pangan 5.1 Boraks dan asam sorbat 5.2 Pewarna 5.3 Formalin
-
Tidak boleh ada
Sesuai SNI-0222-M dan Peraturan
MenKes. No.722/MenKes/Per/I
X/88
6.
Cemaran Mikroba 6.1 Angka Lempeng Total 6.2 E. coli 6.3 Kapang
Koloni/g APM/g
Koloni/g
Maks. 1.0 x 106
Maks. 10 Maks. 1.0 x 104
7.
Cemaran Logam: 6.1 Timbal (Pb) 6.2 Tembaga (Cu) 6.3 Seng (Zn) 6.4 Raksa (Hg)
mg/kg
Maks. 1.0 Maks.10.0 Maks. 40.0 Maks. 0.05
8. Arsen (As) mg/kg Maks. 0.05 Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992)
22
2. Pembuatan Mie Basah
Mie basah mentah umumnya terbuat dari tepung gandum (tepung
terigu), air, dan garam dengan/tanpa penambahan garam alkali. Terigu
merupakan bahan utama dalam pembuatan mie basah mentah. Fungsi
terigu adalah sebagai bahan pembentuk struktur, sumber karbohidrat,
sumber protein, dan pembentuk sifat kenyal gluten. Garam berfungsi
memberikan rasa, memperkuat tekstur, dan mengikat air. Garam alkali
berfungsi untuk meningkatkan pH, menyebabkan warna sedikit kuning
dengan flavor yang lebih baik (Astawan, 1999).
Bobot bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan mie basah adalah
100% tepung terigu, 35% air, 10% garam, dan 0,6% Na2CO3 dari bobot
terigu yang akan dibuat (Pahrudin, 2005). Tepung terigu yang biasanya
digunakan adalah tepung terigu dengan kandungan protein yang tinggi (hard
flour). Tepung terigu jenis ini akan menghasilkan adonan yang kuat.
Pada pembuatan mie basah, jumlah air yang ditambahkan memegang
peranan yang sangat penting. Menurut Badrudin (1994), jumlah air yang
ditambahkan adalah sekitar 34-40%. Jika air yang ditambahkan kurang dari
34%, akan menyebabkan adonan menjadi keras, rapuh, dan sulit dibentuk
menjadi lembaran. Sedangkan bila air yang ditambahkan lebih dari 40%,
maka adonan menjadi basah dan lengket.
Proses pembuatan mie basah terdiri atas beberapa tahap, yaitu
penimbangan bahan, pencampuran, pengadukan, pembentukan lembaran,
pengistirahatan, dan pemotongan. Untuk pembuatan mie basah mentah,
dilanjutkan dengan pemupuran dengan tapioka, sedangkan mie basah
matang, dilanjutkan dengan perebusan atau pengukusan dan pelumuran
dengan minyak kelapa. Gambar 1 menunjukkan diagram alir pembuatan mie
basah.
23
Penimbangan bahan
Pencampuran
Pengadukan
Pembentukan lembaran
Pengistirahatan
Pemotongan
Pemupuran dengan tapioka Perebusan/pengukusan
Mie basah mentah Pelumuran minyak kelapa
Mie basah matang
Gambar 1. Diagram alir pembuatan mie basah
Penimbangan bahan merupakan tahap yang pertama kali dilakukan.
Penimbangan bahan sebaiknya dilakukan secara teliti dan sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan. Pencampuran bahan dilakukan secara
bertahap. Pencampuran air, garam, dan Na2CO3 dilakukan terlebih dahulu.
Setelah menjadi larutan, lalu dicampurkan sedikit-sedikit dengan tepung
terigu. Tahap pencampuran bertujuan untuk menghasilkan campuran yang
homogen, menghidrasi tepung dengan air, dan membentuk adonan dari
jaringan gluten, sehingga adonan menjadi elastis dan halus.
Setelah dicampur, semua bahan mengalami pengadukan. Menurut
Badrudin (1994), waktu pengadukan yang terpilih adalah sekitar 15-20
menit. Jika waktu pengadukan kurang dari 15 menit, maka adonan menjadi
lunak dan lengket. Dan bila waktu pengadukan lebih dari 20 menit, maka
adonan menjadi keras, rapuh, dan kering. Adonan yang diharapkan bersifat
24
lunak, lembut, tidak lengket, halus, elastis, dan mengembang dengan
normal.
Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran. Proses ini bertujuan
untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membentuk adonan menjadi
lembaran (Badrudin, 1994). Lembaran yang diharapkan berupa lembaran
yang halus dengan arah serat searah. Lembaran selanjutnya diistirahatkan
selama 15 menit dan sebaiknya dalam keadaan digulung dan dibungkus.
Tujuan pengistirahatan adalah untuk menyempurnakan pembentukan gluten.
Setelah diistirahatkan, pemotongan lembaran dilakukan dengan memotong
mie menjadi untaian benang-benang mie yang memiliki tebal 1-3 mm.
Untuk mie basah mentah, proses selanjutnya adalah pemupuran
dengan menggunakan tapioka. Tujuan pemupuran adalah agar mie tidak
lengket satu sama lain. Sedangkan untuk mie basah matang, mie langsung
direbus/dikukus. Tujuan dari perebusan/pengukusan adalah agar terjadi
proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga mie menjadi kenyal
(Badrudin, 1994). Mie yang telah direbus/dikukus selanjutnya dilumuri
dengan minyak kelapa dengan tujuan untaian mie tidak lengket satu sama
lain, memberikan citarasa, serta meningkatkan warna dan penampakan mie
agar tampak lebih mengkilap (Mugiarti, 2001).
3. Kerusakan Mie Basah
Masa simpan mie basah mentah berkisar 50-60 jam, sedangkan mie
basah matang adalah 40 jam, pada suhu lemari es (Hoseney, 1998). Umur
simpan mie basah matang pada suhu ruang adalah 26 jam (Pahrudin, 2005).
Menurut Chamdani (2005), mie basah mentah memiliki umur simpan 24
jam pada suhu ruang. Kerusakan pada mie basah, baik mentah maupun
matang, biasanya ditandai dengan tumbuhnya kapang. Hal ini disebabkan
oleh kadar air mie basah yang cukup tinggi yaitu 35% (mie basah mentah)
dan 52% (mie basah matang). Tingginya kadar air pada mie basah matang
disebabkan karena mie telah mengalami perebusan atau pengukusan.
25
Pertumbuhan kapang ditandai dengan adanya miselium kapang pada
permukaan mie. Miselium kapang pada mie umumnya berwarna putih atau
hitam (Hoseney, 1998). Mikroba lain yang tumbuh pada mie adalah bakteri
yang ditandai dengan terbentuknya lendir dan diikuti dengan timbulnya bau
asam.
Mikroba yang terdapat pada mie diduga berasal dari bahan baku yaitu
tepung. Selain dari tepung, mikroba juga dapat berasal dari lingkungan,
pekerja dan alat yang digunakan pada pembuatan mie basah.
Mikroorganisme yang terdapat pada tepung yaitu kapang, khamir, dan
bakteri (Christensen, 1974). Bakteri yang terdapat pada tepung yaitu
Pseudomonas, Micrococcus, Lactobacillus serta beberapa spesies
Achromobacterium. Kapang yang ditemukan pada tepung antara lain berasal
dari genus Aspergillus, Rhizopus, Mucor, Fusarium, dan Penicillium.
Selain pertumbuhan kapang dan bakteri, pada mie basah mentah juga
terjadi perubahan warna mie menjadi lebih gelap. Perubahan warna ini
diperkirakan karena adanya enzim polifenoloksidase yaitu enzim yang
menyebabkan terjadinya browning (Hoseney, 1998). Enzim
polifenoloksidase pada mie berasal dari tepung terigu. Tepung terigu dengan
kandungan protein tinggi yaitu yang biasa digunakan untuk pembuatan mie
memiliki aktivitas enzim polifenoloksidase yang tinggi. Sedangkan pada
mie basah matang, tidak terjadi perubahan warna karena enzim
polifenoloksidase telah rusak selama proses perebusan/pengukusan
(Hoseney, 1998). Perubahan-perubahan yang terjadi lainnya adalah
munculnya bau asam, tekstur mie menjadi lengket, hancur, patah-patah, dan
lembek (Gracecia, 2005).
Menurut hasil penelitian Gracecia (2005), penyebab utama kerusakan
mie basah untuk tiap daerah berbeda-beda. Penyebab kerusakan mie basah
mentah untuk daerah Jakarta adalah mie telah kadaluarsa dan kurangnya
pengawet/obat, sedangkan untuk daerah Bogor penyebab utamanya adalah
jamur dan kurangnya pengawet.
Masa simpan mie basah yang cukup singkat menyebabkan banyak
usaha untuk memperpanjang masa simpannya dengan menambahkan
26
pengawet. Pengawet menurut Departemen Kesehatan (1988), adalah bahan
tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasam, dan penguraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Menurut Winarno dan Rahayu (1994), teknik pembuatan
mie basah yang berhasil dan cukup awet adalah dengan menggunakan CMC
atau bahan pengembang mie seperti natrium alginat, natrium kaseinat, gum
guar, dan gum cayana serta zat pengawet kalsium propionat sebanyak
0.38%. Campuran bahan kimia ini sering disebut sebagai obat mie atau
dough improver.
Chamdani (2005) pada penelitiannya mengaplikasikan pengawet
kalsium propionat, metil parabens, natrium asetat, dan monolaurin pada mie
basah mentah. Pemilihan keempat jenis pengawet tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor ekonomis, aman, dan spektrum pH yang luas.
Dari keempat jenis pengawet yang diperoleh, kombinasi Ca-propionat
0.075% + Parabens 0.025% + Na-asetat 2.5% memberikan daya pengawetan
terpilih terhadap umur simpan mie basah mentah yaitu 76 jam. Pahrudin
(2005) menerapkan pengawet tersebut pada mie basah matang. Mie basah
matang yang diproduksi menggunakan kombinasi Monolaurin 0.25% +
Metil-paraben 0.025% + Ca-propionat 0.075% + Na-asetat 2.5% merupakan
mie dengan umur simpan terpanjang yaitu 56 jam.
Keefektifan pengawet tergantung pada jumlah pengawet yang
ditambahkan dan pH atau keasaman produk pangan. Menurut Winarno dan
Rahayu (1994), aktivitas pengawet meningkat bila pH diturunkan. Pengawet
terbagi atas dua jenis yaitu pengawet sintetis dan alami. Jenis pengawet
yang digunakan pada penelitian ini adalah pengawet alami yaitu kunyit.
B. KUNYIT
1. Botani Kunyit
Kunyit adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan
sebagai bumbu dalam berbagai jenis masakan. Kunyit memiliki nama latin
Curcuma domestica yang menggantikan nama sebelumnya yaitu Curcuma
27
longa. Nama latin Curcuma domestica untuk kunyit diperkenalkan oleh
Valeton pada tahun 1918.
Tanaman kunyit termasuk jenis tanaman herba yaitu tanaman tahunan
yang memiliki tinggi hampir mencapai 1 meter, berbatang pendek, dan
berdaun jumbai. Gambar 2 menunjukkan penampakan tanaman kunyit.
Gambar 2. Tanaman kunyit (Curcuma domestica) (Anonim b, 2006)
Tanaman kunyit dapat tumbuh dimana saja, baik dataran rendah
maupun dataran tinggi. Menurut Sinaga (2006), pada dataran tinggi,
tanaman kunyit dapat tumbuh di ketinggian 2000 meter di atas permukaan
laut. Pertumbuhannya didukung oleh tanah yang tata pengairannya baik,
curah hujan 2.000-4.000 mm per tahun, dan di tempat yang sedikit
terlindung (Sumiati dan Adnyana, 2004). Di Indonesia, tanaman kunyit
mudah tumbuh hampir di seluruh wilayah, di pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, lrian, dan lain-lain. Selain di Indonesia,
kunyit juga banyak ditanam di Malaysia, Thailand, Cina, India, dan
Vietnam.
Kunyit biasanya dipanen pada umur berkisar 7-9 bulan setelah
penanaman, yang ditandai dengan batang tumbuhan mulai layu atau
mengering. Kunyit yang baru dipanen biasanya memiliki kadar air sekitar
90% (Sumangat et al., 1994) atau 81.4-81.5% (Jusuf, 1980).
Kunyit memiliki umbi utama yang terletak di dasar batang, berbentuk
elipsoidal, dan berukuran 5 x 2.5 cm. Umbi utama membentuk rimpang
28
yang sangat banyak jumlahnya pada sisi-sisinya. Rimpang-rimpang tersebut
berbentuk pendek, tebal, dan lurus atau melengkung (Sastrapraja, 1977).
Bagian luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, sedangkan di bagian
dalamnya berwarna jingga terang atau kuning. Rimpang memiliki rasa yang
agak getir dan berbau khas (Sinaga, 2006). Gambar 3 menunjukkan
penampakan rimpang kunyit.
Gambar 3. Rimpang kunyit (Curcuma domestica) (Anonim c, 2006)
Tiga bentuk rimpang yang diperdagangkan secara Internasional,
antara lain : umbi (bulb), anak rimpang (fingers), dan belahan (splits)
(Sumangat et al., 1994). Umbi (bulb) adalah rimpang induk yang berbentuk
bulat telur (oval), pendek, tetapi diameternya lebih besar dari anak rimpang.
Anak rimpang adalah rimpang sekunder dengan panjang 2.5-7.5 cm dan
diameter sekitar 1 cm. Sedangkan belahan (splits) adalah rimpang yang
berasal dari umbi yang dibelah dua atau empat.
2. Komposisi Kunyit
Komposisi kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda, tergantung
daerah pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et
al., 1981). Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati, protein,
selulosa, beberapa mineral, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Komponen
yang paling banyak pada kunyit adalah pati yang berkisar 40-50%
29
(Purseglove et al., 1981). Tabel 2 menunjukkan kandungan kimia rimpang
kunyit, kunyit kering, dan bubuk kunyit per 100 gram bahan yang dapat
dimakan.
Tabel 2. Komposisi kimia rimpang kunyit, kunyit kering, dan bubuk kunyit per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Komponen Komposisi
Rimpang kunyit a
Kunyit kering b Bubuk kunyit b
Energi (Kal) 1480 349.0 390.0 Air (gr) 11.4 13.10 5.80 Protein (gr) 7.8 6.30 8.60 Lemak (gr) 9.9 5.10 8.90 Karbohidrat (gr) 64.9 69.40 69.90 Serat (gr) 6.7 2.60 6.90 Abu (gr) 6.0 - 6.80 Kalsium (gr) 182 0.15 0.20 Fosfor (gr) 268 0.28 0.26 Natrium (gr) - 0.03 0.01 Kalium (gr) - 3.30 2.50 Besi (mg) 41 16.60 47.50 Thiamin (mg)
5 0.03 0.09
Riboflavin (mg) - 0.19 Niacin (mg) - 4.80 Asam nikotinat (mg) - 2.30 - Asam askorbat (mg) 26 50.0 49.80 Vitamin A (IU) - 175.0
Sumber : a Farrell (1990) b Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan
pigmennya (kurkumin), nilai organoleptik dan penampakan umum, ukuran,
dan bentuk fisik rimpangnya. Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor
intrinsik kultivar yang ditanam, umur rimpang waktu dipanen, penanganan,
pengolahan dan teknik sortasinya (Purseglove et al., 1981). Kurkuminoid
dan minyak atsiri merupakan komponen utama yang menentukan mutu
kunyit.
30
HO
R1 O O
N
OH
R
R1 R2 OMe OMe : Kurkumin OMe H : Monodesmetoksikurkumin H H : Bisdesmetoksikurkumin
a. Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam
pembentukan warna pada kunyit. Menurut Srinivasan (1953),
kurkuminoid merupakan campuran analog antara kurkumin, desmetoksi
kurkumin, dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit, dimana kurkumin
merupakan komponen yang paling dominan. Gambar 4 menunjukkan
struktur komponen kurkuminoid pada kunyit.
Gambar 4. Struktur pigmen kurkuminoid (Purseglove, 1981)
Kurkumin merupakan zat warna alami yang diperbolehkan sebagai
pewarna makanan dengan nomor indeks 75300 (Anonim a, 1976). Tabel
3 menunjukkan total warna dan identitas komponen warna pada kunyit.
Tabel 3. Total warna dan identitas komponen pigmen pada rimpang kunyit
Nama senyawa Warna Total warna (%)
Kurkumin : bis-(feruloil)-metana Kuning kemerahan 49.6
Desmetoksi kurkumin : p-hidroksi cinnamoil-feruloil metana
Kuning kemerahan 28.7
Bis-desmetoksi kurkumin : Bis-(p-hidroksi cinnamoil) metana
Kuning jingga 22.3
Sumber : Krisnamurthy et al. (1976)
31
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan
berwarna kuning (Anonim a, 1976). Nama trivial kurkumin adalah 1.7-
bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-1.6-heptadiena-3.5 dione, atau di(4-
hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana. Kurkumin memiliki rumus dan
bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 368.37. Titik lebur
kurkumin berkisar 183oC. Kurkumin tidak larut dalam air dan eter, tetapi
larut dalam etanol dan asam asetat glasial. Jacob (1944) menyatakan
bahwa kurkumin sedikit larut dalam air panas. Kurkumin tidak stabil
terhadap cahaya dan kondisi alkali, tetapi tahan terhadap perlakuan
panas.
Menurut Krisnamurthy et al. (1976), kunyit mengandung 2.5-6%
pigmen kurkumin. Sedangkan berdasarkan penelitian Jusuf (1980),
diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa adalah
0.63-0.76% (w/w) dengan menggunakan analisa spektrofotometri
terhadap ekstrak kasar kunyit.
Selain sebagai sumber zat warna, kurkumin juga memberikan
sumbangan terhadap karakter kepedasan yang lembut pada kunyit
(Purseglove et al., 1981). Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai
antioksidan, anti inflamasi, efek pencegah kanker serta menurunkan
risiko serangan jantung (Anonim d, 2006). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Chipault et al. (1955), kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 15.9 (ulangan I) dan 29.6 (ulangan II) pada minyak
jagung yang diuji dengan teknik absorbsi oksigen. Sedangkan Cort
(1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan bahwa indeks antioksidan
pada kunyit sebesar 5.0.
b. Minyak Atsiri
Selain kurkumin, kunyit juga mengandung minyak atsiri yang
menentukan aroma dan cita rasa kunyit. Dalam perdagangan
Internasional, minyak ini dikenal sebagai turmeric oil atau turmerol
(Purseglove, 1981). Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi atau
32
penyulingan dari tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri mempunyai beberapa
sifat yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Sifat-sifat minyak atsiri kunyit Sifat Keterangan
Warna Kuning jingga Bau Aromatik dan peppery
Indeks refraksi 1.5130 pada 24oC Rotasi optik -14o pada 24oC Berat jenis 0.9423 oada 24oC
Kelarutan 1 vol. minyak larut di dalam 1.8 volume 90% etanol
Sumber : Krisnamurthy et al. (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit
kering dihasilkan 1.3-5.5% minyak atsiri dengan bau aromatis dan
berwarna jingga kemerahan. Sedangkan Krisnamurthy et al. (1976)
melaporkan bahwa kandungan minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi
antara 2.5-7.5%, tergantung pada varietas kunyit dan tempat tumbuhnya.
Kandungan lengkap dari minyak atsiri, yaitu (1) monoterpen yang
terdiri dari p-simen, 1:8-sineol, α-feladren, sabinen, borneol dan (2)
sesquiterpen yang terdiri dari turmeron, ar-turmeron, zingiberen, α-
atlanton, γ-atlanton, dan β-sesquifeladren (Purseglove et al., 1981).
Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk yaitu monoterpen
hidrokarbon, monoterpen teroksigenasi, sesquiterpen hidrokarbon, dan
sesquiterpen teroksigenasi. Komponen yang paling dominan adalah
sesquiterpen teroksigenasi. Komponen utama dari minyak atsiri ini
adalah turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau
C14H10O (Purseglove et al., 1981). Turmerol merupakan sesquiterpen
teroksigenasi yang terdiri dari turmeron dan ar-turmeron.
3. Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma, kunyit merupakan jenis yang paling
banyak kegunaannya. Menurut Rukmana (1995), manfaat kunyit antara lain
33
: sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuat ramuan
untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri
jamu dan kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan,
mencegah serangan penyakit pada hewan contohnya penyakit pencernaan
ayam, dan desinfektan untuk mengawetkan benih yang disimpan.
Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988), kunyit mempunyai khasiat
sebagai penghilang gatal, antipasmodikum, obat gingivatis (radang gusi),
obat radang selaput mata, obat sesak nafass, obat sakit perut, astrigentia, dan
analgetika.
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Kunyit
sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak dan rematik,
bengkak karena digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu, dan
memperlancar air susu ibu. Sedangkan sebagai obat dalam, kunyit
digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan, seperti panas
dalam, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis. kencing batu, hepatitis
dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan
maupun setelah mendapat haid (Sinaga, 2006).
4. Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid, 1972).
Dalam hubungannya dengan bahan makanan, zat antimikroba biasa
digunakan sebagai aditif makanan untuk mencegah pertumbuhan mikroba
pembusuk atau perusak.
Beberapa grup senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba antara
lain : fenol dan senyawa fenolik, etanol, halogen, logam berat dan
senyawanya, zat warna, deterjen, senyawa amonium kuarterner, asam dan
basa, dan gas kemosterilan (Pelczar dan Reid, 1972). Ada beberapa cara aksi
zat antimikroba dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba
antara lain : merusak dinding sel yang mengakibatkan lisis atau
menghambat pembentukan komponen dinding sel pada sel yang sedang
34
tumbuh, mengubah permeabilitas memberan sitoplasma sehingga
menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel misalnya, yang disebabkan
oleh senyawa fenolik, deterjen sintetis, sabun dan senyawa kuarterner,
menyebabkan denaturasi protein sel, misalnya oleh etanol, dan menghambat
kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid, 1972).
Dalam hubungannya dengan bahan pangan, zat antimikroba biasa
digunakan sebagai aditif makanan untuk mencegah pertumbuhan mikroba
pembusuk atau perusak. Beberapa aditif makanan yang sering digunakan
sebagai antimikroba antara lain : asam-asam organik dan garamnya
(propionat, benzoat, sorbat, asetat), senyawa nitrit dan nitrat, sulfur oksida
dan sulfit, etilen dan propilen oksida, garam dan gula, etanol, formaldehida,
rempah-rempah dan berbagai senyawa lainnya (Frazier dan Westhoff,
1979).
Pada kunyit, senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah
kurkumin. Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan
bahwa, kurkumin mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap
Micrococcus pyrogenes var. aureus. Kurkumin dalam bentuk natrium
kurkuminat, bersifat bakteristatik terhadap Micrococcus pyrogenes var.
aureus dengan dosis 1 ppm. Hal ini karena kurkumin merupakan senyawa
fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya
yang berfungsi sebagai antimikroba.
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat
bakteristatik dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai
desinfektan. Senyawa fenol berfungsi sebagai antimikroba dengan cara
mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Senyawa fenol bersifat
aktif terhadap sel vegetatif bakteri, tetapi tidak terhadap spora bakteri.
Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran dan reaksi dengan
senyawa organik lain. Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam (Hugo dan
Russel, 1981).
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat.
Shih dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000
35
ppm mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E. coli, dan pada 50
ppm sangat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Menurut
Fardiaz et al. (1988), kunyit bersifat menghambat bakteri gram positif
berbentuk batang karena kandungan kurkuminnya.
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun
bubuk. Menurut Huhtanen (1980), bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat
menghambat Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory
Concentrations (MIC) sebesar 500 μg/ml. Pada penelitian Suwanto (1983)
ditunjukkan bahwa pada konsentrasi sebesar 2 g/l, bubuk kunyit bersifat
bakterisidal terhadap bakteri gram positif batang, yaitu Bacillus subtilis dan
Lactobacillus acidophilus. Lukman (1984) pada penelitiannya
menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal terhadap
semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum,
Lactobacillus bulgaricus, Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 0.5 jam. Bubuk kunyit residu dietil eter
dan etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama
yaitu 168 jam.
36
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga
yaitu bahan ekstraksi kunyit, pembuatan mie basah, dan analisis. Bahan yang
digunakan dalam ekstraksi kunyit adalah kunyit (Curcuma domestica) yang
diperoleh dari BALITRO (Balai Tanaman Rempah dan Obat-obatan) dengan
umur panen 9 bulan dan larutan Na-klorit 10%. Bahan yang digunakan dalam
pembuatan mie adalah tepung terigu merk Segitiga Biru dan Cakra Kembar,
garam dapur, soda abu (Na2CO3), air mentah yang diperoleh keran
Laboratorium, ekstrak kunyit, tepung tapioka, minyak kelapa merk Barco, dan
plastik LDPE. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis fisik, kimia,
mikrobiologis, dan sensori adalah buffer pH 7 dan 10, NaCl jenuh, aquades,
alkohol 70%, larutan pengencer steril NaCl 0.85%, media Plate Count Agar
(PCA), Acidified Potato Dextrose Agar (APDA), Brilliant Green Lactose Bile
Broth (BGLBB), spiritus, dan tissue.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian
yaitu alat ekstraksi kunyit, pembuatan mie dan analisis. Alat-alat yang
digunakan dalam ekstraksi kunyit adalah pisau, talenan, baskom, blender,
panci, oven, loyang, korek api, dan kain saring. Alat-alat yang digunakan
dalam pembuatan mie adalah noodle machine, mixer, timbangan, gelas ukur,
dan gelas piala. Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah cawan
aluminium, desikator, oven, cawan porselin, stomacher, cawan petri steril,
tabung reaksi, tabung Durham, pipet, mikropipet, sudip, inkubator, bunsen,
erlenmeyer, gelas ukur, otoklaf, hot plate, labu takar, refrigerator, sealer,
nampan, gelas sampel, sendok, aluminium foil, sudip, aw-meter, pH-meter,
Texture analyzer, Chromameter, dan refluks.
37
B. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini kunyit diekstrak kemudian diaplikasikan pada
pembuatan mie basah untuk mengetahui kemampuan kunyit dalam
memperpanjang umur simpan mie basah. Metode penelitian yang akan
dilakukan secara garis besar disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir garis besar penelitian
Pembuatan ekstrak kunyit
Ekstrak Kunyit
Aplikasi ekstrak kunyit pada pembuatan mie basah
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
Analisis kimia, mikrobiologi dan
perhitungan rendemen
Kunyit segar Analisis fisik
Penyimpanan dengan plastik LDPE dan penentuan umur simpan dengan pengamatan secara subyektif : parameter bau asam dan lendir
Analisis fisik, kimia, mikrobiologi
dan perhitungan rendemen
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih
Pemilihan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih
Analisis fisik, kimia,
mikrobiologi, organoleptik, dan
biaya
38
NaOClMrHOClMr
1. Persiapan Kunyit
Kunyit dicuci bersih terlebih dahulu. Selanjutnya, kunyit disimpan
pada lemari pendingin (cool room) untuk mencegah kerusakan kunyit.
Kunyit yang akan digunakan dikupas kemudian diklorinasi. Tahap klorinasi
dilakukan hanya pada ekstraksi segar. Klorin yang digunakan adalah Na-
klorit 10% yang diperoleh dari toko kimia. Penggunaan klorin sebanyak
2000 ppm bertujuan mengurangi jumlah mikroba awal. Perhitungan
penggunaan klorin 2000 ppm adalah sebagai berikut :
NaOCl cair 10% (w/v) = 100000 mg/l = 100000 ppm
x ppm HOCL (yang aktif) = 100000 ppm x
= 100000 ppm x
= 70469.7987 ppm
Untuk membuat larutan klorin 2000 ppm dlm 2.5 L (500 gr kunyit) :
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 70469.7987 ppm = 2500 ml x 2000 ppm
V1 = 70.95 ml = 71 ml
Volume NaOCl yang dibutuhkan = 71 ml
2. Ekstraksi Kunyit
Kunyit diperoleh dari BALITRO dengan tujuan mendapatkan mutu
kunyit yang seragam dibandingkan bila diperoleh dari pasar. Sebelum
mengalami proses ekstraksi, kadar air kunyit diukur dengan metode oven.
a. Ekstraksi Segar
Ekstraksi kunyit dilakukan dengan 2 cara yaitu ekstraksi segar dan
ekstraksi rebus. Ekstraksi segar dilakukan tanpa pemanasan, yaitu dengan
cara memblender kunyit. Cara pembuatan ekstrak kunyit segar disajikan
pada Gambar 6.
5.745.52
39
Kunyit segar yang telah dibersihkan dan diklorinasi
Pengirisan memanjang dengan ketebalan 1-2 mm
Penghancuran menggunakan blender
(kunyit : air = 1 : 1)
Penyaringan menggunakan kain saring
Ekstrak Segar
Gambar 6. Diagram alir pembuatan ekstrak segar
b. Ekstraksi Rebus
Ekstraksi rebus dilakukan dengan pemanasan, yaitu dengan cara
merebus kunyit, dimana cara ini juga sekaligus dapat mengurangi jumlah
mikroba awal. Cara pembuatan ekstrak kunyit rebus lebih jelas disajikan
pada Gambar 7.
Kunyit segar yang telah dibersihkan dan diklorinasi
Pengirisan memanjang dengan ketebalan 1-2 mm
Perebusan (kunyit : air = 1 : 3 dan 1 : 5)
dengan masing-masing waktu 10 dan 15 menit
Penyaringan menggunakan kain saring
Ekstrak Rebus
Gambar 7. Diagram alir pembuatan ekstrak rebus
40
c. Ekstrak Kunyit
Dari kedua cara ekstraksi kunyit yaitu ekstraksi segar dan rebus
maka diperoleh ekstrak kunyit disajikan pada Tabel 5. Ekstrak kunyit
dianalisis secara kimia yaitu dengan mengukur pH masing-masing jenis
ekstrak, secara mikrobiologi untuk mengetahui total mikroba awal, dan
perhitungan rendemen ekstrak kunyit. Kelima jenis ekstrak kunyit
tersebut selanjutnya akan diaplikasikan pada pembuatan mie basah
mentah dan matang.
Tabel 5. Jenis ekstrak kunyit No. Ekstrak kunyit 1 Ekstrak segar 2 Ekstrak rebus 1 : 3 (10 menit) 3 Ekstrak rebus 1 : 3 (15 menit) 4 Ekstrak rebus 1 : 5 (10 menit) 5 Ekstrak rebus 1 : 5 (15 menit)
3. Pembuatan Mie Basah
Pembuatan mie basah dilakukan sesuai Pahrudin (2006), dengan
bahan baku tepung terigu (100%), air (34%), garam (1%), dan Na2CO3
(0.6%). Proses pembuatan mie basah, baik mentah maupun matang
disajikan pada Gambar 8.
Pembuatan mie basah mentah dan matang berbeda pada proses akhir.
Mie basah mentah langsung dipupur dengan tapioka, sedangkan mie basah
matang mengalami perebusan, dimana air yang digunakan untuk merebus
dicampur dengan minyak kelapa merk Barco. Jumlah tapioka yang
ditambahkan pada mie basah mentah adalah 3% dari bobot mie, sedangkan
jumlah air yang digunakan untuk merebus adalah 4 kali bobot mie basah
mentah dan jumlah minyak yang dicampur ke dalam air adalah 10% dari
jumlah air.
41
Penimbangan bahan-bahan
Pengadukan bahan-bahan kering dengan menggunakan mixer
selama 1 menit
Pencampuran air sedikit demi sedikit
Pengadukan adonan dengan menggunakan mixer selama 4-5 menit
Pembentukan lembaran pada machine noodle
Pengistirahatan selama 15 menit
Penipisan lembaran
Pemotongan mie
Pemupuran dengan tapioka Perebusan dalam air dicampur minyak
Mie basah mentah Mie basah matang
Gambar 8. Diagram alir proses pembuatan mie basah.
4. Aplikasi Ekstrak Kunyit pada Pembuatan Mie Basah
Ekstrak kunyit tidak mengalami penyimpanan. Ekstrak kunyit yang
digunakan untuk aplikasi harus dalam keadaan segar atau baru dibuat. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh mutu ekstrak kunyit terpilih. Jumlah
ekstrak kunyit yang digunakan pada pembuatan mie basah disajikan pada
Tabel 6. Konsentrasi ekstrak kunyit yang ditambahkan dihitung dari jumlah
air (34%) yang digunakan pada pembuatan mie basah.
42
Tabel 6. Konsentrasi penambahan ekstrak kunyit pada pembuatan mie basah
Jenis ekstrak Konsentrasi ekstrak yang ditambahkan
Ekstrak segar (1 : 1)
10% dari jumlah air 20% dari jumlah air 30% dari jumlah air 40% dari jumlah air 50% dari jumlah air 100% dari jumlah air
Ekstrak rebus (1 : 3 dan 1 : 5) 33.33% dari jumlah air
50% dari jumlah air 100% dari jumlah air
a. Mie Basah
Ekstrak kunyit diaplikasikan pada mie basah mentah maupun mie
basah matang. Formula mie basah yang dibuat pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 7. Selain mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit, mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit (kontrol) juga dibuat
sebagai pembanding. Pada penelitian ini, mie basah kontrol terbagi atas
dua yaitu mie basah kontrol Lab dan mie basah kontrol Pasar. Mie basah
kontrol Lab adalah mie basah yang dibuat di Laboratorium, tempat
penelitian diadakan, sedangkan mie basah kontrol Pasar adalah mie basah
yang diperoleh dari Pasar Bogor.
Tabel 7. Jenis mie basah matang No. Jenis mie basah 1. Mie basah matang 10% ekstrak segar 2. Mie basah matang 20% ekstrak segar3. Mie basah matang 30% ekstrak segar 4. Mie basah matang 40% ekstrak segar 5. Mie basah matang 50% ekstrak segar 6. Mie basah matang 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 7. Mie basah matang 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 8. Mie basah matang 100% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 9. Mie basah mentah kontrol 10. Mie basah matang kontrol
43
Tabel 8. Jenis mie basah mentah No. Jenis mie basah 1. Mie basah mentah 10% ekstrak segar 2. Mie basah mentah 20% ekstrak segar 3. Mie basah mentah 30% ekstrak segar 4. Mie basah mentah 40% ekstrak segar 5. Mie basah mentah 50% ekstrak segar 6. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 7. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 8. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 9. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 10. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 11. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 12. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 13. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 14. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 15. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 16. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 17. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 18. Mie basah mentah kontrol
b. Pengemasan dan Penyimpanan
Mie basah dikemas dalam plastik LDPE dengan bobot 50gr/plastik
untuk mie basah mentah dan 100gr/plastik untuk mie basah matang. Hal
ini disesuaikan dengan bobot 1 porsi mie yang biasa dikonsumsi. Plastik
LDPE merupakan plastik yang umum digunakan untuk kemasan mie
basah yang dijual di pasaran dan memiliki harga yang relatif murah.
c. Pengamatan
Mie basah yang telah dikemas disimpan pada suhu ruang dan
diamati setiap 4 jam sekali. Waktu pengamatan dipersempit menjadi 2
jam sekali setelah melewati 24 jam yang bertujuan untuk mengetahui
umur simpan mie basah yang sebenarnya. Pengamatan terhadap mie
basah dilakukan secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan
lendir yang terbentuk. Umur simpan mie basah ditentukan melalui kedua
parameter tersebut, apabila salah satu atau keduanya sudah terbentuk,
maka itulah batas umur simpan suatu mie basah. Selain pengamatan
44
%100)(
)(Re% xgrterigubobot
grbasahmiebobotbasahmiendemen =
%100)()(
)(Re% xmlairgrkunyitbobot
grkunyitekstrakbobotkunyitekstrakndemen+
=
secara subyektif, mie basah juga dianalisis secara fisik yaitu pengukuran
warna dan tekstur,secara kimia yaitu pengukuran pH pada jam awal atau
jam ke-0 dan perhitungan rendemen mie basah.
d. Aplikasi Ekstrak Terpilih
Pada tahap ini dilakukan pembuatan mie dengan menggunakan
ekstrak kunyit terpilih yang memberikan umur simpan terpanjang.
Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi total mikroba, total
kapang khamir, total koliform, nilai pH, warna, uji kekerasan dan
kelengketan, Aw, uji hedonik, dan analisis biaya.
5. Metode Analisis
A. Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui % perubahan
suatu bahan pangan setelah mengalami proses pengolahan. Perhitungan
rendemen mie basah dan ekstrak kunyit dapat dilihat sebagai berikut :
b. Kadar Air (AOAC, 1995)
Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan metode
oven pada suhu 105oC. Mie basah sejumlah 3-5 gram ditimbang dan
dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui
bobotnya. Kemudian mie basah dan cawan dikeringkan dalam oven
bersuhu 105oC selama 6 jam. Cawan didinginkan dan ditimbang,
kemudian dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air
mie basah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar Air (%) = ((a-(b-c)/a) x 100%
45
Keterangan :
a = berat mie basah awal (g)
b = berat mie basah akhir dan cawan (g)
c = berat cawan (g)
c. Uji Kekerasan dan Kelengketan
Pengukuran kekerasan (firmness), kelengketan (adhesiveness), dan
elastisitas dilakukan dengan Texture analyzer. Untuk mengukur
kekerasan dan kelengketan digunakan Cylinder Probe P/35. Mie basah
diletakkan pada wadah yang telah disediakan kemudian diukur kekerasan
dan kelengketannya. Elastisitas merupakan gaya maksimum yang dapat
menahan sejumlah beban tertentu. Elastisitas diukur menggunakan
Spaghetti/Noodle Tensile Rig A/SPR. Mie basah dililitkan sejajar pada
probe dan bagian dasar (base), kemudian diukur elastisitasnya. Satuan
kekerasan, kelengketan dan elastisitas adalah gram force.
d. Pengukuran Warna
Warna diukur menggunakan alat chromameter Minolta (tipe CR
200, Jepang). Mie basah diletakkan pada wadah yang telah tersedia,
kemudian ditekan tombol start dan akan diperoleh nilai L, a, dan b dari
mie basah dengan kisaran 0 sampai ± 100 (putih). Notasi “a “
menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai “+a”
(positif) dari 0 sampai + 100 untuk warna merah dan nilai “–a “ (negatif)
dari 0 sampai – 80 untuk warna hijau. Notasi “b” menyatakan warna
kromatik campuran biru-kuning dengan nilai nilai “+b” (positif) dari 0
sampai + 70 untuk warna kuning dan nilai “–b “ (negatif) dari 0 sampai –
80 untuk warna biru. Sedangkan L menyatakan kecerahan warna.
Semakin tinggi kecerahan warna, semakin tinggi nilai L. Selanjutnya dari
nilai a dan b dapat dihitung oHue dengan rumus:
oHue = tan-1ab
46
Jika hasil yang diperoleh:
18o – 54o maka produk berwarna red (R)
54 o– 90o maka produk berwarna yellow red (YR)
90o – 126o maka produk berwarna yellow (Y)
126o – 162o maka produk berwarna yellow green (YG)
162o – 198o maka produk berwarna green (G)
198o – 234o maka produk berwarna blue green (BG)
234o – 270o maka produk berwarna blue (B)
270o – 306o maka produk berwarna blue purple (BP)
306o – 342o maka produk berwarna purple (P)
342o – 18o maka produk berwarna red purple (RP)
e. Nilai pH (AOAC, 1984)
Sebelum digunakan, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan buffer pH 7 dan 10. Sebanyak 5 gram mie basah
dihaluskan, ditambahkan sedikit air dan diaduk sampai merata.
Kemudian elektroda ditempatkan dalam mie basah sehingga dapat
terbaca nilai pH yang diukur. Elektroda diangkat dan dibilas dengan
akuades.
f. Total Asam Tertitrasi (Apriyantono et al., 1989)
Sebanyak 10 gram mie basah ditambahkan sedikit air, kemudian
dihancurkan sampai menjadi pulp. Campuran tersebut kemudian
dipanaskan samapi mendidih dan dipindahkan ke labu takar 100 ml.
Ditambahkan akuades sampai tanda tera. Diambil 25 ml larutan dan
ditambahkan fenolftalein 3 tetes. Larutan kemudian dititrasi dengan
NaOH 0,01 N yang telah distandarisasi sampai terbentuk warna merah
muda.
g. Aw
Aktivitas air diukur menggunakan alat Aw-meter Shibaura WA-
360. Sebelum digunakan untuk mengukur mie basah, alat ini dikalibrasi
47
terlebih dahulu dengan NaCl jenuh. Mie basah diletakkan dalam cawan
sensor. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sensor Aw-meter.
Tekan tombol start untuk memulai pengukuran. Nilai Aw dapat dibaca
pada layar setelah ada tulisan complete.
h. Analisis Mikrobiologi (BAM, 2001)
Analisis sifat mikrobiologi yang dilakukan yaitu analisis total
mikroba, total kapang-khamir, dan total bakteri E. coli. Analisis total
mikroba dilakukan dengan metode TPC (Total Plate Count). Sebanyak
10 gram mie basah mie basah dimasukkan dalam plastik tahan panas
steril yang berisi 90 ml larutan pengencer steril. Mie basah tersebut
kemudian dihancurkan dengan menggunakan alat stomacher selama 120
detik sehingga dihasilkan mie basah mie basah dengan pengenceran 1 :
10. Campuran dikocok dan diambil 1 ml kemudian dimasukkan dalam
tabung reaksi berisi 9 ml larutan pengencer steril sehingga diperoleh
pengenceran 10-2. dengan cara yang sama dilakukan 10-3, 10-4, dan
seterusnya.
Dari masing-masing pengenceran dipipet secara aseptis 1 ml
suspensi mie basah dengan menggunakan mikropipet, kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri steril dilakukan secara duplo.
Selanjutnya ditambahkan 15-20 ml medium PCA (Plate Count Agar)
steril bersuhu 45-50oC. Setelah media membeku, cawan petri diinkubasi
dengan posisi terbalik pada inkubator dengan suhu 37oC selama 2 hari.
Perhitungan total mikroba dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : N = Jumlah koloni yang berada dalam kisaran hitung
(TPC : 25-250, kapang-khamir : 10-150)
n = Jumlah cawan yang koloninya dapat dihitung
D = Tingkat pengenceran terendah
CFU/g = Σ N cawan
[(n1 x 1) + (n2 x 0.1)] x D
48
Analisis total kapang-khamir dilakukan dengan menggunakan
media APDA. Perhitungan total kapang-khamir menggunakan metode
yang sama dengan perhitungan untuk total mikroba. Analisis total
koliform dilakukan dengan metode MPN tiga tabung menggunakan
media BGLBB. Inokulasi pada tiga tingkat pengenceran. Inkubasi
dilakukan pada suhu 37oC selama 2 hari. Penilaian positif atau negatifnya
tabung dilihat berdasarkan pembentukan gas. Pembentukan gas sebanyak
10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham atau terbentuknya
kekeruhan dinyatakan sebagai hasil positif. Jika tetap tidak terbentuk gas,
dihitung sebagai tabung negatif, Jumlah tabung yang positif dihitung
pada masing-masing seri. Jumlah tabung positif pada tiap pengenceran
kemudian dicocokkan dengan tabel MPN untuk mendapatkan jumlah
total koliform. Jika terdapat tabung positif, maka selanjutnya dilakukan
uji penguat pada media EMBA untuk mendapatkan jumlah bakteri E. coli
dalam mie basah.
i. Analisis Sensori
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik. Pada uji ini,
mie basah yang diuji ada 3 bagian besar yaitu mie basah mentah, mie
basah mentah yang dimatangkan, dan mie basah matang. Jenis mie basah
yang digunakan adalah mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit,
mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit yang pembuatannya
dilakukan di Laboratorium (kontrol Lab), dan mie basah tanpa
penambahan ekstrak kunyit yang diperoleh dari pasar (kontrol Pasar).
Uji hedonik menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih dan semi
terlatih. Uji hedonik dilakukan dengan 5 (lima) skala yaitu sangat suka
(5), suka (4), netral (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1).
Parameter yang diujikan meliputi atribut warna, aroma, tekstur, rasa, dan
keseluruhan (overall). Data hasil uji organoleptik dianalisis
menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan memakai progaram
SPSS 14.0. Formulir untuk analisis disajikan pada Lampiran 26.
49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI KUNYIT
1. Kadar Air
Kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dari BALITRO (Balai Tanaman Rempah dan Obat-obatan),
berumur 9 bulan, dengan harga Rp 5000/kg. Purseglove et al. (1981)
menyatakan, pemanenan kunyit paling baik dilakukan pada umur 9 bulan
setelah penanaman. Pemilihan kunyit dengan umur tertentu berkaitan
dengan mutu kunyit. Kunyit tua memiliki warna dan daya tahan yang
lebih baik dibandingkan kunyit muda. Pemilihan BALITRO sebagai
pemasok kunyit yang digunakan pada penelitian ini ditujukan untuk
mendapatkan kunyit dengan mutu yang seragam. Kunyit yang diperoleh
dari BALITRO memiliki kadar air rata-rata 82.7%. Tabel kadar air
kunyit disajikan pada Lampiran 1. Persentase kadar air kunyit yang baru
di panen pada penelitian ini, tidak berbeda jauh dengan persentase kadar
air kunyit yang menurut Jusuf (1980) berkisar 81.4-81.5%.
2. Rendemen
Ekstraksi kunyit menghasilkan ekstrak kunyit segar dan rebus.
Rendemen ekstrak kunyit tertinggi diperoleh ekstrak segar yaitu 69.4%
sedangkan rendemen terendah diperoleh ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit)
yaitu 39.8%. Tabel 8 menunjukkan rendemen masing-masing ekstrak
kunyit.
Tabel 9. Rendemen ekstrak kunyit
Jenis Ekstrak Rendemen rata-rata (bb) (%)* Ekstrak Segar (1 : 1) 69.4 Ekstrak Rebus (1 : 3, 10 menit) 39.8 Ekstrak Rebus (1 : 3, 15 menit) 43.0Ekstrak Rebus (1 : 5, 10 menit) 56.6Ekstrak Rebus (1 : 5, 15 menit) 57.3
* Dihitung dari berat total
50
Rendemen ekstrak dipengaruhi oleh jumlah air dan waktu
perebusan. Ekstrak segar memiliki perbandingan air paling sedikit dari
semua jenis ekstrak kunyit yaitu 1 : 1. Akan tetapi, ekstrak segar
memiliki rendemen tertinggi dari ekstrak lainnya. Hal ini disebabkan
karena ekstrak segar tidak mengalami proses pemanasan seperti ekstrak
rebus. Proses pemanasan dapat mengurangi jumlah rendemen ekstrak
kunyit yang larut air akibat penguapan. Ekstrak rebus memiliki
perbandingan air dan waktu perebusan yang bervariasi. Ekstrak rebus (1 :
3, 10 menit) dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki perbandingan
air yang sama yaitu 1 : 3, tetapi memiliki rendemen ekstrak yang
berbeda. Waktu perebusan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) lebih singkat
dibandingkan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit). Semakin lama waktu
perebusan, maka semakin banyak jumlah yang terekstrak, demikian
sebaliknya. Oleh karena itu, ekstrak rebus memiliki rendemen yang lebih
sedikit dari ekstrak segar kunyit.
Ekstrak kunyit memiliki warna kuning kecoklatan. Semua jenis
ekstrak kunyit memiliki warna yang sama dengan kepekatan yang
berbeda. Ekstrak segar memiliki kepekatan tertinggi dari semua jenis
ekstrak. Ekstrak rebus dengan konsentrasi air dan waktu perebusan yang
berbeda memiliki kepekatan yang hampir sama. Gambar 9 menunjukkan
penampakan masing-masing ekstrak kunyit.
Keterangan :
A : Ekstrak Segar (1 : 1) B : Ekstrak Rebus (1 : 3, 10 menit) C : Ekstrak Rebus (1 : 3, 15 menit) D : Ekstrak Rebus (1 : 5, 10 menit) E : Ekstrak Rebus (1 : 5, 15 menit)
Gambar 9. Penampakan ekstrak kunyit
A B C
D E
51
Ekstrak kunyit berwarna kuning kecoklatan disebabkan adanya
pigmen kunyit yaitu kurkuminoid. Menurut Krisnamurthy et al. (1976),
kunyit mengandung 2.5-6% pigmen kurkumin sedangkan berdasarkan
penelitian Jusuf (1980), diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin
kunyit dari Jawa adalah 0.63-0.76% (w/w) dengan menggunakan analisa
spektrofotometri terhadap ekstrak kasar kunyit.
3. Nilai pH
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman atau
kebasaan suatu bahan pangan. Kunyit diketahui memiliki pH asam
dengan kisaran pH yang tidak diketahui. Ekstrak kunyit memiliki pH
yang tergolong asam dengan kisaran pH 6. Tabel 10 menunjukkan pH
dari masing-masing ekstrak kunyit.
Tabel 10. Nilai pH masing-masing ekstrak kunyit Jenis Ekstrak pH rata-rata Ekstrak segar 6.56
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 6.34 Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 6.53 Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 6.40 Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 6.78
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) memiliki pH tertinggi yaitu 6.78 dan
ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) memiliki pH terendah yaitu 6.34. Nilai pH
ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) hampir mendekati netral karena
perbandingan air yang digunakan untuk mengekstrak kunyit lebih banyak
dari jenis ekstrak lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keasaman ekstrak
lebih rendah daripada ekstrak lainnya. Penambahan air yang umumnya
memiliki pH mendekati netral dapat menurunkan tingkat keasaman
bahan yang diekstraknya. Demikian juga berlaku untuk ekstrak rebus (1 :
3, 10 menit) yang memiliki perbandingan air lebih sedikit.
Mikroorganisme tumbuh pada pH yang berbeda-beda.
Mikroorganisme umumnya tumbuh pada kisaran pH 3-6 (Fardiaz, 1992).
52
Bakteri umumnya memiliki pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhan
maksimum, sekitar 6.5-7.5. Pada pH di bawah 5.0 dan diatas 8.0, bakteri
tidak dapat tumbuh dengan baik kecuali bakteri asam dan bakteri
oksidasi sulfur (Fardiaz, 1992). Ekstrak kunyit memiliki kisaran pH yaitu
6.34-6.78 yang memungkinkan mikroorganisme dapat tumbuh dengan
baik. Menurut Fardiaz (1992), bahwa kapang memiliki pH optimum 5-7
dan dapat hidup pada kisaran pH 3-8.5, sementara khamir memiliki pH
optimum 4-5 dan dapat hidup pada pH 2.5-8.5.
4. Total Mikroba
Pengujian total mikroba pada ekstrak kunyit dilakukan hanya pada
jam ke-0. Pengujian total mikroba dilakukan pada kelima jenis ekstrak
yaitu ekstrak segar dengan klorinasi 2000 ppm, ekstrak rebus (1 : 3, 10
menit), ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit), ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit),
ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) dan penambahan kontrol ekstrak segar
tanpa pencucian klorin. Tabel 11 menunjukkan total mikroba dari
masing-masing ekstrak.
Tabel 11. Total mikroba masing-masing ekstrak kunyit Jenis Ekstrak Total mikroba (CFU/g)
Ekstrak segar dengan klorinasi 1.9 x 104 Ekstrak segar tanpa klorinasi 6.3 x 104
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 1.4 x 101 Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 1.6Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 1.9 x 101 Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 9.3
Tabel 11 menunjukkan total mikroba ekstrak segar yang
mengalami klorinasi (1.9 x 104 CFU/g) tidak berbeda 1 log dengan
ekstrak segar tanpa klorinasi (6.3 x 104 CFU/g). Hal ini membuktikan
bahwa kunyit yang mengalami klorinasi tidak mempengaruhi jumlah
mikroba awal sehingga penggunaan klorin 10% sebanyak 2000 ppm
dapat dinyatakan tidak efektif. Hasil penelitian Dalujati (2004)
menyatakan bahwa penggunaan klorin 10% tidak efektif untuk
53
menurunkan total mikroba pada tauge segar. Penggunaan klorin 2000
ppm + asam asetat 3% hanya mampu menurunkan total mikroba 0.66-
log10 CFU/g.
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) memiliki total mikroba terendah
kedua yaitu 9.3 CFU/g setelah ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) yaitu 1.6
CFU/g dari semua jenis ekstrak kunyit. Hal ini disebabkan kedua jenis
ekstrak kunyit tersebut mengalami proses pemanasan dengan waktu yang
cukup lama yaitu 15 menit.. Proses pemanasan dapat membantu
menurunkan jumlah total awal mikroba. Mikroorganisme memiliki suhu
optimum, minimum, dan maksimum yang berbeda-beda. Pada suhu
dibawah minimum atau diatas maksimum biasanya aktivitas enzim
mikrorganisme berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan denaturasi enzim. Mikroorganisme umumnya tidak dapat
tumbuh pada suhu tinggi. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu
tinggi disebut termofil yaitu pada suhu 25-80oC. Mikroorganisme tumbuh
baik pada suhu 30oC (Fardiaz, 1992). Ekstrak rebus mengalami
perebusan hingga mendidih dalam waktu 10-15 menit yang
menyebabkan sebagian besar mikroba mati. Oleh karena itu, total
mikroba pada ekstrak rebus lebih rendah dibandingkan ekstrak segar.
B. APLIKASI EKSTRAK KUNYIT PADA PEMBUATAN MIE BASAH
1. Rendemen
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan
ekstrak segar maupun rebus memiliki rendemen yang tidak berbeda
dengan mie basah kontrol. Mie basah kontrol adalah mie basah, baik mie
basah mentah maupun mie basah matang, tanpa penambahan ekstrak
kunyit. Tabel 12 menunjukkan rendemen mie basah dengan penambahan
ekstrak kunyit dan mie basah kontrol.
54
Tabel 12. Rendemen mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah Rendemen rata-rata
(%) Mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit 124.5
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit 132.5
Mie basah mentah kontrol 125.0 Mie basah matang kontrol 130.0
Mie basah mentah memiliki kadar air lebih rendah daripada mie
basah matang. Mie basah mentah memiliki kadar air sekitar 26-27%
sedangkan mie basah matang sekitar 64-65% (Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, 2005). Kadar air mempengaruhi jumlah rendemen
mie basah. Kadar air mie basah mentah yang rendah menyebabkan
rendemennya lebih sedikit dibandingkan mie basah matang. Hal ini juga
berlaku pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie
basah kontrol. Menurut hasil penelitian Chamdani (2005) dan Pahrudin
(2005), bahwa kadar air mie basah mentah kontrol adalah 31.73%, dan
kadar air mie basah matang kontrol adalah 47.49%.
Menurut Indrawan (2005), pada umumnya mie basah mentah
memiliki rendemen sekitar 120% dan mie basah matang 200-220%. Mie
basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol memiliki
rendemen yang sama dengan mie basah pada umumnya yaitu 124.5-
125%. Akan tetapi, tidak demikian dengan mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit dan kontrol. Mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit dan kontrol memiliki rendemen yang lebih
rendah daripada mie basah matang pada umumnya yaitu 130-132.5%.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengadukan adonan mie yang
bertujuan membuat adonan menjadi mengembang atau rendahnya kadar
air mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
55
9.22 9.24
8.949.04 9.00
9.57
9.459.35
9.54
9.42
9.24
8.828.92
9.01
9.51
9.309.21
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
9.80
Mie basah mentah kunyit
ph ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES 40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 10 menit)50% ER (1 : 3, 10 menit) 100% ER (1 : 3, 10 menit) 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% ER (1 : 5, 10 menit)50% ER (1 : 5, 10 menit) 100% ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% ER (1 : 5, 15 menit)50% ER (1 : 5, 15 menit) 100% ER (1 : 5, 15 menit)
2. Nilai pH
Mie basah memiliki pH basa yaitu 7.32 untuk mie basah mentah
dan 9.22 untuk mie basah matang (Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, 2005). Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki
kisaran pH 8.5-9.5, baik mie basah mentah maupun mie basah matang.
Gambar 10 dan 11 menunjukkan pH masing-masing mie basah mentah
dan matang kunyit.
Gambar 10. Nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit pada berbagai konsentrasi
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang
memiliki pH tertinggi adalah mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) yaitu 9.57 dan pH
terendah adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus
33.33% (1 : 5, 10 menit) yaitu 8.82. Mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit yang memiliki pH tertinggi adalah mie basah
matang dengan penambahan ekstrak segar 10% yaitu 9.18 dan pH
terendah adalah mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar
50% yaitu 8.97. Penambahan ekstrak kunyit tidak berpengaruh terhadap
peningkatan atau penurunan pH mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kunyit yang ditambahkan
tidak membuat pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
semakin rendah. Hal ini mungkin disebabkan fungsi Na2CO3 sebagai
56
9.189.16
9.03
9.00
8.97
9.09
9.15 9.14
8.85
8.90
8.95
9.00
9.05
9.10
9.15
9.20
Mie basah matang kunyit
pH ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES
40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit)
pembentuk suasana alkali pada mie basah lebih dominan dibandingkan
pH ekstrak kunyit. Seperti diketahui diatas, pH ekstrak kunyit hampir
mendekati netral sehingga tidak berpengaruh terhadap keasaman mie
basah.
Gambar 11. Nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit pada berbagai konsentrasi
Mie basah mentah kontrol memiliki pH 8.81 dan mie basah matang
kontrol memiliki pH 9.03. Menurut Chamdani (2005), mie basah mentah
kontrol memiliki pH 8.18, sedangkan mie basah matang kontrol memiliki
pH 9.20 (Pahrudin, 2005). Nilai pH mie basah mentah kontrol lebih
rendah daripada mie basah matang kontrol disebabkan mie basah matang
mengalami perebusan. Perebusan mie basah matang menyebabkan mie
menyerap sejumlah air sehingga menyebabkan peningkatan pH menjadi
lebih basa.
3. Warna
Warna memiliki peranan yang cukup penting dalam pangan. Selain
bergizi, pangan harus memiliki warna yang menarik untuk dapat
dikonsumsi. Mie basah umumnya berwarna putih kekuningan. Warna ini
disebabkan karena kandungan flavonoid yang terdapat pada tepung terigu
(Kruger et al., 1996) Komponen warna terlepas dari pati pada kondisi
alkali sehingga flavonoid berpeluang membentuk warna kuning.
57
Penambahan alkali seperti obat mie dan kansui bertujuan membentuk
warna kuning pada mie basah. Garam-garam alkali yang ditambahkan
menyebabkan pH adonan naik menjadi 9-11.5. Oleh sebab itu, mie basah
memiliki pH basa dan berwarna kuning.
Tidak seperti mie basah kontrol yang berwarna kuning, mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki warna merah kecoklatan.
Warna merah kecoklatan ini disebabkan komponen warna yang terdapat
pada kunyit yaitu kurkuminoid. Pigmen kurkuminoid memiliki gugus
keto-enol yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Gugus keto-enol
menyebabkan pigmen kurkuminoid berwarna kuning jingga pada pH
asam dan berwarna merah kecoklatan pada pH basa (Purseglove et sal.,
1981). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, mie basah memiliki pH basa
karena adanya garam-garam alkali. Oleh karena itu, mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan.
Selain secara subyektif, warna mie basah juga diukur menggunakan
alat Chromameter. Faktor yang diperhatikan adalah L (kecerahan warna)
dan oH (penggolongan warna). Hasil pengukuran warna mie basah
menggunakan alat Chromameter disajikan pada Lampiran 9.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki oH yang
berada pada kisaran 54 o– 90o yang berarti mie basah berwarna yellow
red (kuning kemerahan). oH diperoleh dengan menghitung nilai a dan b
yang terukur pada alat Chromameter. Mie basah dengan penambahan
ekstrak kunyit memiliki L yang berbeda-beda. L menunjukkan intensitas
warna suatu produk. Semakin tinggi nilai L, maka kecerahan warna
semakin tinggi pula. Mie basah kontrol juga berwarna kuning kemerahan
yang ditunjukkan dengan nilai oH mie basah mentah kontrol yaitu 82.93
dan mie basah matang kontrol yaitu 83.78. Pendapat yang sama juga
diungkapkan dalam penelitian Chamdani (2005) dan Pahrudin (2005)
yang menyatakan bahwa mie basah kontrol berwarna kuning kemerahan,
dimana oH mie basah mentah kontrol yaitu 84.44 dan mie basah matang
kontrol yaitu 84.42. Mie basah kontrol memiliki L yang cukup tinggi
yaitu 72.51 untuk mie basah mentah kontrol dan 72.55 untuk mie basah
58
matang kontrol. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lain, dimana
L mie basah mentah kontrol adalah 72.48 dan mie basah matang adalah
71.69 9 (Chamdani, 2005 ; Pahrudin, 2005).
Terjadi perbedaan penilaian warna antara secara subyektif dan
pengukuran dengan menggunakan alat Chromameter. Secara subyektif,
mie basah berwarna kuning tetapi dengan pengukuran menggunakan alat,
mie basah tergolong berwarna kuning kemerahan. Hal ini mungkin
disebabkan perbedaan sensitivitas antara mata dan alat Chromameter.
Chromameter memiliki sensitivitas penilaian terhadap warna yang lebih
baik dibandingkan mata.
Warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit yang terukur
dari alat, selanjutnya di analisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut
Tukey. Analisis lanjut ini bertujuan mengetahui perbedaan nyata atau
tidak nyata antara mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan
mie basah kontrol.
Berdasarkan parameter L (p<0.05), mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah
mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
rebus 100% (1:5, 10 menit), ekstrak rebus 100% (1:3, 15 menit), ekstrak
rebus 100% (1:5, 15 menit), ekstrak segar 20%, ekstrak segar 10%,
ekstrak rebus 100% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 33.33% (1:3, 15
menit), ekstrak rebus 50% (1:3, 15 menit), ekstrak rebus 50% (1:5, 10
menit), ekstrak rebus 50% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 33.33% (1:5, 10
menit), ekstrak rebus 33.33% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 50% (1:5, 15
menit), dan ekstrak rebus 33.33% (1:5, 15 menit). Mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak segar sebanyak 30%, 40% dan 50% berbeda
nyata dengan mie basah kontrol. Ketiga jenis mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit segar ini memiliki warna yang lebih gelap
dari mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter oH (p<0.05), semua mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah
mentah kontrol. Hal ini berarti, meskipun mie basah mentah dengan
59
penambahan ekstrak kunyit dan kontrol berada dalam kisaran warna yang
sama, sesungguhnya keduanya berbeda nyata.
Berdasarkan parameter L (p<0.05), semua mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah
matang kontrol. Hal ini berarti mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit memiliki kecerahan warna yang berbeda dengan mie
basah matang kontrol. Seluruh mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit memiliki warna lebih gelap dari mie matang kontrol.
Berdasarkan parameter oH (p<0.05), mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang
kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 50%,
ekstrak segar 40%, ekstrak segar 30%, ER 100%, ekstrak segar 10%, dan
ekstrak rebus 33.33%. Hal ini berarti, mie basah matang dengan
penambahan ekstrak segar 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 30%,
ER 100%, ekstrak segar 10%, dan ekstrak rebus 33.33% memiliki warna
yang berbeda dengan mie basah matang kontrol. Mie basah matang
dengan penambahan ekstrak segar 20% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15
menit) 50% tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal
ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% dan
ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% memiliki warna yang sama dengan
mie basah matang kontrol.
4. Tekstur
Mie basah diharapkan memiliki tekstur yang lembut dan halus.
Tekstur mie basah berkaitan dengan protein yang berada pada bahan
baku tepung terigu. Tepung terigu yang digunakan mengandung 14%
protein. Semakin tinggi protein pada tepung terigu, maka semakin baik
tekstur mie basah yang dihasilkan, dimana penyerapan air semakin besar
sehingga menurunkan tingkat kekerasan. Daya serap air adonan mie
mempengaruhi tingkat kekerasan mie basah.
60
Tekstur mie basah pada penelitian ini diukur menggunakan Texture
Analyzer. Pengukuran tekstur mie basah dilakukan pada jam ke-0.
Parameter yang diukur antara lain kekerasan, kelengketan, dan elastisitas.
Lampiran 11 menunjukkan hasil pengukuran mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit dan kontrol. Selanjutnya, hasil pengukuran
mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol dianalisis
dengan sidik ragam dan uji lanjut Tukey.
Berdasarkan parameter kekerasan (p<0.05), mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah
mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
rebus (1 : 3, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 50%,
ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 100%, ekstrak segar 50%, ekstrak rebus (1
: 3, 15 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 33.33%, ekstrak
rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 50%, ekstrak
segar 10%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 10
menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak segar 40%,
ekstrak segar 20%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33%. Seluruh
mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang berbeda
nyata memiliki tekstur yang lebih lembek atau lunak daripada mie basah
mentah kontrol. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% tidak berbeda nyata
dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 5,
10 menit) 100% memiliki kekerasan yang sama dengan mie basah
mentah kontrol.
Berdasarkan parameter kelengketan (p<0.05), mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie
basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit memiliki tingkat kelengketan yang sama
dengan mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter elastisitas (p<0.05), mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie
61
basah mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
50%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 15
menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 50%, ekstrak segar 10%,
ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 10
menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 3, 15
menit) 100%, dan ekstrak segar 40%. Seluruh mie basah mentah yang
tidak berbeda nyata berarti memiliki elastisitas yang sama dengan mie
basah mentah kontrol. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit segar 20%, 30%, 50%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100%
berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie
basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 20%, 30%, 50%,
dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% memiliki elastisitas yang
berbeda dengan mie mentah kontrol. Mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit segar 30% kurang elastis, sedangkan mie
basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 20%, 50%, dan
ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% lebih elastis dibandingkan mie
basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter kekerasan (p<0.05), mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah
matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak
segar 30%, ekstrak segar 10%, ekstrak segar 20%, ekstrak segar 40%,
ekstrak segar 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, dan ekstrak
rebus (1 : 3, 15 menit) 50%. Seluruh mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit yang berbeda nyata, memiliki tekstur yang
lebih lunak daripada mie basah matang kontrol. Mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% tidak
berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti, mie
basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33% memiliki tekstur yang sama dengan mie basah matang kontrol.
62
Berdasarkan parameter kelengketan (p<0.05), mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie
basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan
ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%,
ekstrak segar 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 10%, dan ekstrak
segar 20%. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 30%
dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% berbeda nyata dengan mie
basah matang kontrol. Hal ini berarti, mie basah matang dengan
penambahan ekstrak segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33% memiliki tingkat kelengketan yang berbeda dengan mie basah
matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar
30% lebih lengket dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% lebih tidak
lengket daripada mie basah matang kontrol.
Berdasarkan parameter elastisitas (p<0.05), mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie
basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan
ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak segar 20%, ekstrak rebus (1
: 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, dan ekstrak
segar 30%. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan
ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak segar 20%, ekstrak rebus (1
: 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, dan ekstrak
segar 30% memiliki tingkat elastis yang sama dengan mie basah matang
kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit segar
10%, 40%, dan 50% berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol.
Hal ini berarti mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
segar 10%, 40%, dan 50% memiliki elastisitas yang berbeda dengan mie
basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit segar 10%, 40%, dan 50% kurang elastisitas dibandingkan mie
basah matang kontrol.
63
45
56
45 45 45
52 5250
57 57
51
44
52 52
4547
51
44
0
10
20
30
40
50
60
Mie basah mentah
Um
ur s
impa
n ra
ta-r
ata
10% ES 20% ES 30% ES 40% ES
50% ES 33.33% ER (1 : 3, 10 menit) 50% ER (1 : 3, 10 menit) 100% ER (1 : 3, 10 menit)
33.33% ER (1 : 3, 15 menit) 50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% ER (1 : 5, 10 menit)
50% ER (1 : 5, 10 menit) 100% ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% ER (1 : 5, 15 menit) 50% ER (1 : 5, 15 menit)
100% ER (1 : 5, 15 menit) Kontrol
5. Umur Simpan
Pengujian umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit merupakan bagian utama dari penelitian ini untuk mengetahui
kemampuan zat antimikroba pada kunyit. Mie basah dengan penambahan
ekstrak kunyit disimpan dalam plastik LDPE pada suhu ruang.
Pengamatan umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
dilakukan secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir
yang terbentuk. Pengamatan mie basah dilakukan setiap 4 jam sekali
hingga terbentuk bau asam atau lendir yang menjadi indikasi kerusakan
mie basah oleh mikroorganisme. Pemilihan mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit terpilih berdasarkan pada umur simpan
terpanjang. Gambar 12 dan 13 menunjukkan umur simpan mie basah
yang diamati secara subyektif.
Gambar 12. Umur simpan rata-rata mie basah mentah yang diamati secara subyektif
Dengan penambahan ekstrak segar, mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 20% ekstrak segar memiliki
umur simpan terpanjang yaitu 56 jam, dan dengan penambahan ekstrak
rebus, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi
33.33% dan 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki umur simpan
terpanjang yaitu 57 jam. Dengan penambahan ekstrak segar, mie basah
matang dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 20%, 40% dan
64
5051
50
52 52
45
52 52
44
40
42
44
46
48
50
52
54
Mie basah matang
Um
ur s
impa
n ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES
40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) Kontrol
50% ekstrak segar memiliki umur simpan terpanjang yaitu 51 dan 52
jam, dan dengan penambahan ekstrak rebus, mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 50% dan 100% ekstrak rebus (1 :
3, 15 menit) memiliki umur simpan terpanjang yaitu 52 jam. Mie basah
mentah umumnya memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada
mie basah matang. Hal ini disebabkan mie basah matang memiliki kadar
air yang lebih tinggi daripada mie basah mentah. Produk pangan yang
memiliki kadar air lebih tinggi lebih cepat mengalami kerusakan
dibandingkan yang memiliki kadar air rendah.
Mie basah kontrol, baik mentah maupun matang, memiliki umur
simpan yang sama yaitu 44 jam. Menurut Pahrudin (2005), mie basah
matang kontrol memiliki umur simpan 26 jam.
Gambar 13. Umur simpan rata-rata mie basah matang yang diamati secara subyektif
Selanjutnya, umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut Tukey. Umur
simpan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda
nyata dengan mie basah mentah kontrol pada selang kepercayaan 95%,
kecuali mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan
penambahan ekstrak segar 10%, 30%, 40%, 50% dan penambahan
ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33% dan 50% dan ekstrak rebus (1 : 5,
10 menit) 33.33%. Umur simpan mie basah matang dengan penambahan
65
ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol pada
selang kepercayaan 95%, kecuali mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33%.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki umur
simpan yang lebih panjang daripada mie basah kontrol. Hal ini
disebabkan adanya zat antimikroba pada kunyit yang ditambahkan dalam
bentuk ekstrak kunyit. Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba
(Pelczar dan Reid, 1972). Efektifitas antimikroba sebagai pengawet
makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : konsentrasi zat
antimikroba, jenis, jumlah, umur, dan latar belakang kehidupan mikroba,
suhu, waktu, sifat fisika, dan kimia substrat (pH, kadar air, tegangan
permukaan, jenis dan jumlah zat terlarut, koloid yang ada dan senyawa-
senyawa lainnya).
Pada kunyit, kurkumin adalah senyawa yang memiliki aktifitas
antimikroba. Berdasarkan penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956)
menunjukkan bahwa, kurkumin mempunyai sifat antibakteri, terutama
terhadap Micrococcus pyrogenes var. aureus. Kurkumin dalam bentuk
natrium kurkuminat, bersifat bakteristatik terhadap Micrococcus
pyrogenes var. aureus dengan dosis 1 ppm. Hal ini terjadi karena
kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip
dengan senyawa fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba.
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat
bakteristatik dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai
desinfektan. Senyawa fenol berfungsi sebagai antimikroba dengan cara
mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Senyawa fenol
bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri, tetapi tidak terhadap spora
bakteri. Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran dan reaksi
dengan senyawa organik lain. Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel, 1981). Sifat senyawa fenol kurang aktif pada mie
basah karena mie basah memiliki pH basa.
66
Selain zat antimikroba pada kunyit, sanitasi ruangan pada saat
pembuatan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit juga berperan
dalam memperpanjang umur simpan mie basah dengan penambahan
ekstrak kunyit. Pembuatan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
dilakukan di Laboratorium Pengolahan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, IPB. Sanitasi sangat berperan penting dalam memperpanjang
umur simpan suatu bahan pangan. Hanya dengan memperhatikan
kebersihan sanitasi pada saat pembuatan suatu makanan atau minuman
sebenarnya sudah cukup untuk memperpanjang umur simpan tanpa
penggunaan pengawet.
Berdasarkan parameter umur simpan terpanjang dan nilai ekonomis
penggunaan ekstrak kunyit, mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit terpilih yang dipilih adalah mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% dan penambahan
ekstrak segar 20%. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih yang dipilih adalah mie basah matang dengan penambahan
ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% dan penambahan ekstrak segar 20%.
Umur simpan dari keempat jenis mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih ini mungkin dapat lebih panjang lagi bila dilakukan
pengemasan dengan pengemas vakum dan penyimpanan pada suhu
dingin.
B. MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT YANG
MEMILIKI UMUR SIMPAN TERPANJANG
1. Total Mikroba
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih adalah mie
basah dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki umur simpan
terpanjang. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
terpilih memiliki umur simpan 51-52 jam, sedangkan mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih memiliki umur simpan 56-57
jam. Umur simpan ini diamati secara subyektif dengan memperhatikan
67
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie mentah ER 33.33% Mie mentah ES 20%Mie mentah kontrol Standar maks. menurut SNI
bau asam dan lendir yang terbentuk selama penyimpanan. Dari segi
mikrobiologi, umur simpan diamati dengan memperhatikan jumlah total
mikroba yang diizinkan terdapat pada bahan pangan. Menurut SNI 01-
2987-1992, total mikroba yang diizinkan terdapat pada mie basah adalah
106 CFU/g atau 6-log CFU/g. Peraturan ini tertuang dalam SNI 01-2987-
1992. Bila melewati batas tersebut, mie basah sebaiknya tidak
dikonsumsi lagi demi keamanan kesehatan. Berdasarkan pengamatan
secara mikrobiologi, umur simpan mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit terpilih tidak mencapai 51-52 jam begitu juga
halnya dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
terpilih. Hal ini terlihat dari jumlah total mikroba mie basah yang sudah
melewati batas SNI setelah 36 jam. Gambar 14 dan 15 menunjukkan total
mikroba pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
Gambar 14. Total mikroba pada mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Pada Gambar 14 terlihat bahwa total mikroba mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih sudah melewati batas SNI
pada jam ke-39.7 dan 39.3, sedangkan kontrol sudah melewati batas SNI
pada jam ke-35.5. Hal ini menunjukkan umur simpan mie basah dari segi
mikrobiologi lebih pendek daripada umur simpan mie basah yang diamati
secara subyektif. Hal yang sama diamati pada mmie basah matang.
Gamrar 18 menunjukkan bahwa total mikroba mie bash matang terpilih
68
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Mie matang kontrol Standar maks. menurut SNI
sudah melewati batas SNI pada jam ke-39.6 dan 39.9, sementara kontrol
sudah melewati batas SNI pada jam ke-32.7.
Gambar 15. Total mikroba pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33% pada jam ke-36 mencapai 9.5 x 105 CFU/g, sedangkan dengan
penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.2 x 105
CFU/g. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan SNI untuk total
mikroba, pada jam ke-36 mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih sudah mendekati batas tidak layak untuk dikonsumsi.
Nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih
dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% pada jam ke-
36 adalah 8.77, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada
jam ke-36 adalah 8.59. Nilai pH kedua jenis mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit tersebut masih tergolong basa dan
merupakan kisaran pH pertumbuhan bagi berbagai jenis mikroorganisme.
Total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1: 3, 15 menit) 50%
pada jam ke-36 mencapai 1.2 x 106 CFU/g, sedangkan dengan
penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.6 x 105
CFU/g. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi peraturan SNI
mikrobiologi, pada jam ke-36 mie basah matang dengan penambahan
69
ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15
menit) 50% sudah melewati batas, sedangkan mie basah matang dengan
penambahan ekstrak segar 20% sudah mendekati batas tidak layak untuk
dikonsumsi. Nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%
pada jam ke-36 adalah 8.40, sedangkan dengan penambahan ekstrak
segar 20% pada jam ke-36 adalah 8.48. Kisaran pH kedua jenis mie
basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tersebut merupakan
kisaran dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Terdapat perbedaan antara umur simpan berdasarkan pengamatan
subyektif dan analisis total mikroba. Dengan menggunakan perhitungan
dengan persamaan regresi (Lampiran 43 dan 44) jumlah mikroba pada
saat mie tidak diterima secara subyektif dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Umur simpan mie basah mentah dan matang secara subyektif dan mikrobiologi menurut standar SNI selama penyimpanan
Jenis mie
Waktu penyimpanan
supaya dinyatakan rusak secara subyektif
Jumlah mikroba pada saat batas penerimaan mie secara subyektif
(CFU/g)
Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai batas SNI (106 CFU/g)
Mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak rebus 33.33%
57 jam 4.0 x 107 39.7 jam
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20%
56 jam 3.3 x 107 39.3 jam
Mie basah mentah kontrol 44 jam 1.0 x 107 35.5 jam
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%
52 jam 1.6 x 107 39.6 jam
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20%
51 jam 1.3 x 107 39.9 jam
Mie basah matang kontrol 44 jam 1.8 x 107 32.7 jam
70
Penelitian Dhenok (2007), berdasarkan standar SNI total mikroba,
mie mentah dengan penambahan ekstrak kecombrang rebus memiliki
umur simpan 46 jam, sedangkan mie mentah dengan penambahan ekstrak
kecombrang segar memiliki umur simpan 38 jam. Berdasarkan standar
SNI total mikroba, mie matang dengan penambahan ekstrak kecombrang
rebus memiliki umur simpan 41 jam, sedangkan mie matang dengan
penambahan ekstrak kecombrang segar memiliki umur simpan 38 jam.
Penelitian Meilina (2007), berdasarkan standar SNI total mikroba,
mie mentah dengan penambahan ekstrak lengkuas segar (lengkuas : air =
1:2) konsentrasi 10% dan mie mentah dengan penambahan ekstrak salam
rebus 5 menit (salam:air = 1:6) konsentrasi 50% memiliki umur simpan
kurang dari 36 jam. Begitu juga halnya dengan mie matang.
Penelitian Elvina (2007), berdasarkan standar SNI total mikroba,
mie mentah dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 1:1 (100%)
memiliki umur simpan 31.61 jam, sedangkan mie mentah dengan
penambahan ekstrak ekstrak segar 2:1 (100%) memiliki umur
simpan34.14 jam. Pada mie matang dengan penambahan ekstrak ekstrak
segar 1:1 (100%) memiliki umur simpan 21.03 jam, sedangkan mie
matang dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 2:1 (100%) memiliki
umur simpan 28.66 jam.
Dari hasil keempat penelitian dengan menggunakan rempah yang
berbeda yaitu kecombrang, daun salam, lengkuas, bawang putih dan
kunyit, mie basah mentah dan matang dengan penambahan ekstrak
kunyit memiliki umur simpan yang lebih baik berdasarkan standar SNI
total mikroba.
Pertumbuhan bakteri pada bahan pangan dapat menyebabkan
perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan cita rasa
bahan pangan. Perubahan yang dapat terlihat dari luar antara lain
pembentukan lendir dan pembentukan bau asam (Fardiaz, 1992). Dalam
pertumbuhannya, bakteri memerlukan zat organik yaitu karbohidrat,
protein, lemak dan komponen lainnya. Mie basah mengandung berbagai
71
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie mentah ER 33.33% Mie mentah ES 20%
Mie mentah kontrol Standar maks. menurut SNI
zat organik sebagai media pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, bakteri
dapat tumbuh dengan baik pada mie basah.
Kerusakan mie basah disebabkan oleh mikroorganisme yang
tumbuh pada saat penyimpanan. Mikroorganisme dapat berasal dari
bahan baku maupun pengemas yang digunakan. Mikroorganisme yang
banyak tumbuh pada mie basah adalah bakteri. Dilihat dari pertumbuhan
total mikroba, zat antimikroba kunyit hanya mampu bekerja hingga jam
ke-36. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya aktivitas antimikroba
kunyit yaitu kurkumin selama penyimpanan akibat penguraian oleh
mikroba. Kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme
kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya yang berfungsi sebagai
antimikroba. Menurut Fardiaz (1992) bahwa beberapa kapang dan bakteri
dapat merusak komponen fenol.
2. Total Kapang Khamir
Analisis total kapang-khamir berfungsi untuk mengetahui
kemampuan penghambatan zat antimikroba terhadap pertumbuhan
kapang dan khamir. Menurut SNI 01-2987-1992, total kapang-khamir
yang diizinkan pada mie basah adalah 104 CFU/g atau 4-log CFU/g.
Pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah cukup terhambat. Gambar
16 dan 17 menunjukkan pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah.
Gambar 16. Total kapang-khamir mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
72
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Mie matang kontrol Standar maks. menurut SNI
Gambar 16 menunjukkan bahwa mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit tidak melewati batas SNI hingga akhir
pengamatan 60 jam, sedangkan mie basah mentah kontrol melewati batas
SNI pada jam ke-45. Hal ini berarti, zat antimikroba kunyit mampu
menghambat pertumbuhan kapang-khamir pada suhu ruang. Menurut
(Chattopadhyay, 2004), ekstrak kunyit dengan menggunakan eter dan
kloroform memiliki efek antikapang. Selain itu, minyak atsiri pada kunyit
juga dapat menghambat pertumbuhan Aspergillus flavus, A. Parasiticus,
Fusarium moniliforme, dan Penicillium digitatum.
Gambar 17. Total kapang-khamir mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Gambar 17 menunjukkan bahwa mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit tidak melewati batas SNI hingga akhir
pengamatan 60 jam, begitu juga dengan mie basah matang kontrol. Hal
ini berarti, zat antimikroba kunyit mampu menghambat pertumbuhan
kapang-khamir hingga 60 jam penyimpanan pada suhu ruang. Proses
perebusan juga membantu mengurangi kapang-khamir pada mie basah
matang.
Kapang adalah mikroorganisme yang mempunyai filamen. Filamen
kapang sangat mudah terlihat karena penampakannya berserabut seperti
kapas. Kapang memiliki filamen dengan warna yang berbeda-beda
tergantung jenis kapang. Kapang dapat menggunakan berbagai
73
komponen makanan, dari yang sederhana hingga yang kompleks sebagai
media pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Kapang dapat tumbuh pada pH
2-8.5, dan tumbuh dengan sangat baik pada pH rendah atau asam.
Khamir dapat tumbuh dengan baik pada kondisi persediaan air cukup.
Kebanyakan khamir lebih menyukai tumbuh pada keadaan asam, yaitu
pada pH 4.0-4.5 dan tidak dapat tumbuh baik pada kondisi alkali, kecuali
jika telah beradaptasi (Fardiaz, 1992).
3. Total Koliform
Bakteri koliform adalah bakteri indikator sanitasi. Bakteri koliform
terbagi dua yaitu koliform fekal dan non fekal. Bakteri koliform fekal
adalah bakteri yang sering ditemukan pada usus manusia dan hewan.
Bakteri koliform fekal digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran.
Bakteri koliform non fekal adalah bakteri yang sering ditemukan pada
tanaman atau hewan yang telah mati, tidak terdapat pada usus hewan.
Pengujian total koliform bertujuan untuk mengetahui sanitasi
pembuatan mie basah. Apabila ditemukan bakteri koliform, maka
dilanjutkan dengan uji penentuan bakteri koliform fekal atau non fekal.
Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik
yang berbahaya bagi kesehatan.
Lampiran 21 menunjukkan hasil pengujian total koliform pada mie
basah. Hasil pengujian total koliform menunjukkan bahwa tidak terdapat
bakteri koliform pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
maupun kontrol. Hal ini berarti, praktek sanitasi pada pembuatan mie
basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol sudah cukup baik.
4. Nilai pH
Pengukuran pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
terpilih dilakukan setiap 12 jam sekali selama 60 jam untuk mengetahui
74
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
pH ra
ta-r
ata
Mie mentah kunyit 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)Mie mentah kunyit 20% ESMie mentah kontrol
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
pH ra
ta-ra
ta
Mie matang kunyit 50% ER (1 : 3, 15 menit)Mie matang kunyit 20% ESMie matang kontrol
perubahan pH selama penyimpanan. Perubahan pH mie basah berkaitan
erat dengan kerusakan mie basah. Gambar 18 dan 19 menunjukkan
perubahan pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
selama penyimpanan.
Gambar 18. Perubahan nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Gambar 19. Perubahan nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan
penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33% memiliki pH awal
9.43, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki pH
awal 8.98. Keduanya memiliki nilai pH masing-masing 7.69 dan 7.71
setelah 60 jam penyimpanan. Mie basah mentah kontrol memiliki pH
75
awal 8.91 dan pH akhir 7.56. Nilai pH ketiga jenis mie tersebut masih
berkisar pada pH basa.
Pada jam ke-60, nilai total mikroba mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15
menit) 33.33% adalah 3.3 x 107 CFU/g, sedangkan nilai total kapang
khamir adalah 5.0 x 103 CFU/g. Nilai total mikroba mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar
20% adalah 7.7 x 107 CFU/g, sedangkan nilai total kapang-khamir adalah
5.7 x 103 CFU/g. Dengan nilai pH yang masih tergolong basa, jumlah
total mikroba awal kedua jenis mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit terpilih ini sudah melewati batas SNI, sedangkan nilai
total kapang khamir masih dibawah batas SNI.
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan
penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50% memiliki pH awal 9.28,
dan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki pH awal 9.01.
Keduanya memiliki nilai pH masing-masing 7.55 dan 7.24 setelah 60 jam
penyimpanan. Mie basah mentah kontrol memiliki pH awal 9.02 dan pH
akhir 5.55. Nilai pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit masih
tergolong basa, sedangkan pH mie basah matang kontrol sudah tergolong
asam.
Pada jam ke-60, nilai total mikroba mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15
menit) 50% adalah 2.6 x 107 CFU/g, sedangkan kapang khamir tidak
ditemukan. Nilai total mikroba mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah 5.7 x 107
CFU/g, sedangkan kapang-khamir tidak ditemukan. Dengan nilai pH
yang masih tergolong basa, jumlah total mikroba awal kedua jenis mie
basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini sudah
melewati batas SNI, sedangkan nilai total kapang khamir masih dibawah
batas SNI. Hal ini terjadi pada mie basah mentah maupun matang kunyit
terpilih, disebabkan karena bakteri, kapang dan khamir dapat tumbuh
baik pada kisaran pH tersebut. Akan tetapi pertumbuhan kapang dan
76
khamir tidak optimum karena keduanya memiliki pH pertumbuhan
optimum pada pH asam.
Pada mie basah kontrol, baik mentah maupun matang, jumlah total
mikroba dan total kapang khamir sudah melewati batas SNI pada jam ke-
60. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya pengawet yang dapat
menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh pada mie
basah.
5. Aw
Menurut Purnomo (1995), istilah aktifitas air pertama kali
digunakan oleh Scott (1957) sebagai petunjuk akan adanya sejumlah air
dalam bahan pangan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Aw adalah sejumlah air yang tidak terikat pada bahan
pangan yang dapat digunakan mikroba dalam pertumbuhannya. Aw dan
kadar air berbeda. Suatu bahan pangan dapat memiliki aw yang sama
tetapi memiliki kadar air yang berbeda. Hal ini disebabkan sorpsi
isotermis air yang berbeda. Kurva sorpsi kadar air isotermis dapat
menjelaskan hubungan aktifitas air dan kadar air. Tabel 14 menunjukkan
aktivitas air mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
Tabel 14. Aw rata-rata mie basah
Jenis mie Aw rata-rata Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33,33% 0.919
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% 0.919
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50% 0.942
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% 0.942
Mie basah mentah kontrol 0.907 Mie basah matang kontrol 0.970
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit, baik dengan
penambahan ekstrak segar maupun ekstrak rebus, memiliki aw yang
77
sama yaitu 0.919. Begitu juga dengan mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit yang memiliki aw 0.942. Mie basah mentah
kontrol memiliki aw yang lebih rendah dari mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit yaitu 0.907. Mie basah matang kontrol
memiliki aw yang lebih tinggi dari mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit yaitu 9.70. Menurut hasil penelitian Pahrudin
(2005), mie basah matang memiliki aw 0.97. Nilai aw mie basah mentah
kontrol pada penelitian ini lebih tinggi daripada mie basah mentah
kontrol hasil penelitian Chamdani (2005) yaitu 0.895. Mie basah yang
memiliki aw tinggi memiliki kecenderungan cepat rusak yang lebih
besar. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak hanya dalam
media dengan nilai aw tinggi yaitu 0.91-0.99, khamir membutuhkan nilai
aw 0.87-0.91, dan kapang membutuhkan nilai aw yang paling rendah dari
semuanya yaitu 0.80-0.87. Pada mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit dan kontrol dengan nilai aw seperti diatas, maka mikroba yang
paling banyak tumbuh adalah bakteri.
6. Warna
Warna mie basah mentah mengalami perubahan selama
penyimpanan 60 jam. Perubahan warna ini diperkirakan karena adanya
enzim polifenoloksidase yaitu enzim yang menyebabkan terjadinya
browning (Hoseney, 1998). Enzim polifenoloksidase pada mie berasal
dari tepung terigu. Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi yaitu
yang biasa digunakan untuk pembuatan mie memiliki aktivitas enzim
polifenoloksidase yang tinggi. Sedangkan pada mie basah matang, tidak
terjadi perubahan warna karena enzim polifenoloksidase telah rusak
selama proses perebusan/pengukusan (Hoseney, 1998). Perubahan warna
pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah
kontrol disajikan pada Tabel 20 hingga 23.
78
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-L
(Ket
ajam
an w
arna
)
Mie mentahER 33.33%
Mie mentahES 20%
Mie mentahkontrol
Gambar 20. Perubahan nilai L mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Perubahan warna pada mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit ditandai dengan semakin gelapnya warna mie, sedangkan
perubahan warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
ditandai dengan semakin cerahnya warna. Mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan pada jam ke-0.
Seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa warna merah
kecoklatan pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
disebabkan oleh kurkuminoid yang terdapat pada kunyit. Kurkuminoid
mengalami perubahan warna bila berada dalam suasana alkali dari
kuning jingga menjadi merah kecoklatan. Gambar 23 menunjukkan nilai
L atau kecerahan warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit dan kontrol tidak mengalami perubahan yang begitu jauh. Hal ini
terbukti dari hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey bahwa nilai L
(kecerahan warna) mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus
33.33%, dengan penambahan ekstrak segar 20% dan kontrol tidak
berbeda nyata (p<0.05) dari jam ke-0 hingga jam ke-60. Hal ini berarti,
kecerahan warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
dan kontrol tidak mengalami perubahan yang nyata selama penyimpanan
60 jam.
79
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-L
(Ket
ajam
an w
arna
)
Mie matangER 50%Mie matangES 20%Mie matangkontrol
Gambar 21. Perubahan nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Perubahan nilai L pada mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit dan kontrol bervariasi. Nilai L mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit mengalami peningkatan sedangkan nilai L
mie basah matang kontrol mengalami penurunan. Pada mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit nilai L semakin tinggi, dimana warna
mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berubah dari
merah kecoklatan menjadi kuning karena penurunan pH mie. Penurunan
pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit menjadi lebih
asam daripada pH awal mie sehingga menyebabkan warna mie berubah
menjadi kuning. Kurkuminoid kunyit berwarna kuning pada pH asam.
Akan tetapi, nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% tidak berbeda nyata
(p<0.05) dari jam ke-0 hingga jam ke-60. Hal ini berarti, mie basah
matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak
rebus 33.33% tidak mengalami perubahan nilai L. Berbeda dengan mie
basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan
ekstrak segar 20% yang mengalami perubahan nyata (p<0.05) nilai L
mulai dari jam ke-12. Lain halnya dengan mie basah matang kontrol.
Nilai L mie basah matang kontrol berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-12
saja, pada jam berikutnya nilai L tidak berbeda nyata dengan nilai L jam
ke-0.
80
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-H
(Der
ajat
war
na) Mie mentah
ER 33.33%Mie mentahES 20%Mie mentahkontrol
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
H (d
eraj
at w
arna
)
Mie matangER 50%Mie matangES 20%Mie matangkontrol
Gambar 22. Perubahan nilai oH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Semakin tinggi nilai oH berarti penggolongan warna semakin
meningkat. Nilai oH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus
33.33% mengalami perbedaan nyata (p<0.05) dengan nilai oH jam ke-0
mulai dari jam ke 24. Pada mie basah matang dengan penambahan
ekstrak segar 20% perbedaan nyata (p<0.05) nilai oH dimulai dari jam
ke-12. Pada mie basah mentah kontrol, oH tidak berbeda nyata (p<0.05)
dari jam ke-0 hingga jam ke-60.
Gambar 23. Perubahan nilai oH mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Nilai oH menunjukkan derajat warna mie basah. Semakin tinggi
nilai oH menunjukkan warna semakin ke arah yang lebih cerah. Akan
tetapi, oH pada warna mie basah masih berada pada kisaran yang sama
yaitu 54o - 90o, dimana mie masih dinyatakan berwarna kuning
kemerahan dan tidak mengalami perubahan yang begitu nyata. Nilai oH
81
mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan
penambahan ekstrak 33.33% mulai berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-
36, sedangkan pada mie basah dengan penambahan ekstrak segar mulai
berbeda nyata (p<0.05) dengan warna awal dari jam ke-12. Nilai oH mie
basah matang kontrol mulai berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-48.
7. Uji Organoleptik
Organoleptik mie basah dilakukan menggunakan uji hedonik untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap mie basah. Parameter yang
diuji adalah warna, aroma, tekstur, rasa, dan overall (keseluruhan). Skor
tingkat kesukaan yang digunakan pada uji hedonik ini ada lima yaitu : (5)
sangat suka, (4) suka, (3) netral, (2) tidak suka, dan (1) sangat tidak suka.
Mie basah yang diuji ada sembilan jenis yaitu mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit, mie basah mentah kontrol Lab, mie basah
mentah di pasaran, mie basah mentah kunyit yang dimatangkan, mie
basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan, mie basah mentah di
pasaran yang dimatangkan, mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit, mie basah matang kontrol Lab, dan mie basah matang di
pasaran. Data mie basah kontrol Lab dan pasar adalah rata-rata dari data
beberapa penelitian yang saling terkait.
Penilaian paling awal terhadap makanan dilakukan pada
penampakannya. Warna adalah salah satu faktor penting pada
penampakan makanan. Warna makanan yang menarik dapat membuat
panelis tertarik untuk menikmatinya. Warna juga menjadi salah satu
parameter yang diperhatikan pada uji hedonik mie basah ini. Gambar 24,
25, dan 26 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap warna
mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
82
3.71 3.84
3.10
2.33
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
WarnaSk
or ra
ta-ra
ta
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
4.13 4.21
2.47
3.10
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Warna
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
4.19
3.45
2.802.40
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Warna
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 24. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 25. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan
Gambar 26. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 24, 25 dan 26 menunjukkan bahwa skor tingkat kesukaan
terhadap warna mie basah hampir seluruhnya netral, kecuali mie basah
83
mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.33), mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan (2.47), mie
basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50% (2.80), dan mie
basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.40). Tingkat
kesukaan tertinggi terhadap warna mie basah diperoleh mie basah mentah
pasar yang dimatangkan dengan skor 4.21 (suka). Tingkat kesukaan
terendah terhadap warna mie basah diperoleh mie basah matang dengan
penambahan ekstrak segar 20% dengan skor 2.40 (tidak suka). Perebusan
dapat meningkatkan kesukaan panelis terhadap mie basah. Hal ini terjadi
pada mie basah mentah pasar yang awalnya memperoleh skor 3.84
(netral) menjadi 4.21 (suka) setelah mengalami pemasakan. Mie basah
mentah kunyit memperoleh skor dengan kisaran tidak suka-netral. Hal ini
mungkin disebabkan warna mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit yang merah kecoklatan sehingga kurang menarik bagi
panelis. Pendapat panelis mengenai warna mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit adalah penampakan seperti karet gelang dan
kurang menarik.
Berdasarkan analisis dengan uji Duncan, warna mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata (p<0.05) dengan mie
basah mentah kontrol Lab dan pasar, sedangkan warna mie basah mentah
kontrol Lab tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah di
pasaran. Begitu juga dengan mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit yang dimatangkan dan mie basah mentah kontrol Lab dan
pasar yang dimatangkan. Berbeda dengan mie basah matang, mie warna
mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda
nyata (p<0.05) dengan mie basah matang kontrol Lab dan pasar,
sedangkan warna mie basah matang kontrol Lab berbeda nyata (p<0.05)
dengan mie basah matang di pasaran.
Aroma mie basah umumnya berbau tepung. Gambar 27, 28, dan 29
menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap aroma mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
84
3.87
3.113.60
2.20
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
3.77 3.86
2.57
3.47
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
3.63
1.98
3.433.10
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Sko
r rat
a-ra
ta
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 27. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit
Gambar 28. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan
Gambar 29. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 27, 28, dan 29 menunjukkan bahwa skor tingkat kesukaan
terhadap aroma mie basah hampir selurunya netral, kecuali mie basah
mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.20), mie basah mentah
85
dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan (2.57), dan
mie basah matang di pasaran. Tingkat kesukaan tertinggi terhadap aroma
mie basah diperoleh mie basah mentah kontrol Lab dengan skor 3.87
(netral). Tingkat kesukaan terendah terhadap aroma mie basah diperoleh
mie basah matang di pasaran dengan skor 1.98 (sangat tidak suka).
Aroma mie basah matang di pasaran paling tidak disukai karena
beraroma seperti obat. Hal ini mungkin disebabkan penggunaan formalin
sehingga menyebabkan aroma mie basah matang di pasaran berbeda
dengan mie basah kontrol Lab.
Berdasarkan analisis dengan uji Duncan, aroma mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata (p<0.05) dengan mie
basah mentah kontrol Lab dan pasar, sedangkan aroma mie basah mentah
kontrol Lab tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah di
pasaran. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33%
yang dimatangkan memiliki aroma yang berbeda nyata (p<0.05) dengan
mie basah mentah yang dimatangkan dengan penambahan ekstrak segar
20%, kontrol Lab dan pasar, sedangkan aroma ketiganya tidak berbeda
nyata (p<0.05). Pada mie basah matang, aroma mie basah matang dengan
penambahan ekstrak segar 20% berbeda nyata (p<0.05) dengan mie
basah matang kontrol Lab dan pasar, tetapi tidak berbeda nyata dengan
mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%. Aroma mie
basah matang kontrol Lab berbeda nyata (p<0.005) dengan mie basah
kontrol pasar, sedangkan aroma mie basah matang kontrol Lab tidak
berbeda nyata (p<0.005) mie basah matang dengan penambahan ekstrak
rebus 50%.
Tekstur mempengaruhi kualitas mie basah. Tekstur mie basah yang
diinginkan adalah lembut dan halus. Gambar 30, 31, dan 32
menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
86
3.92
2.64
3.43 3.37
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
TeksturS
kor r
ata-
rata
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
3.89 3.85 3.703.43
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tekstur
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
4.07
2.53
4.033.73
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tekstur
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 30. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit
Gambar 31. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan
Gambar 32. Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah umumnya netral
kecuali mie basah mentah di pasaran (2.64) dan mie basah matang di
87
pasaran (2.53). Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap tekstur mie
basah diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 4.07 (suka),
sedangkan yang terendah diperoleh mie basah matang di pasaran dengan
skor 2.53 (tidak suka). Menurut panelis, tekstur mie basah matang di
pasaran agak keras dibandingkan mie basah lain yang diuji. Penggunaan
formalin dapat mempengaruhi tekstur mie basah. Tekstur mie basah
matang di pasaran agak keras mungkin disebabkan penggunaan formalin
dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
berbeda nyata (p<0.05) dengan tekstur mie basah mentah kontrol Lab dan
pasar, sedangkan tekstur mie basah mentah kontrol Lab berbeda nyata
(p<0.05) dengan mie basah mentah di pasaran. Tekstur mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan tidak
berbeda nyata (p<0.05) dengan kedua jenis kontrol yaitu kontrol Lab dan
pasar. Tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20%
yang dimatangkan berbeda nyata (p<0.05) dengan kontrol Lab tetapi
tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie pasar. Tekstur mie basah
matang di pasaran berbeda nyata (p<0.05) dengan tekstur mie basah
matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah matang
kontrol Lab, dimana tekstur mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol
Lab.
Pengujian rasa mie basah hanya dilakukan pada mie basah mentah
yang dimatangkan dan mie basah matang saja. Gambar 33 dan 34
menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap rasa mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
88
3.67 3.83
2.873.43
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
RasaSk
or ra
ta-ra
taMie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
3.73
2.18
3.773.40
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Rasa
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 33. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan
Gambar 34. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap rasa mie basah diperoleh
mie basah mentah di pasaran yang dimatangkan dengan skor 3.83
(netral), sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar
dengan skor 2.18 (tidak suka). Rasa mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan berbeda nyata
(p<0.05) dengan mie basah mentah yang dimatangkan lainnya, dimana
ketiga mie basah mentah dimatangkan lainnya saling tidak berbeda nyata
(p<0.05). Pada mie basah matang, rasa mie basah matang di pasaran
berbeda nyata dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit dan kontrol Lab, dimana rasa ketiganya saling tidak berbeda nyata
(p<0.05).
89
3.87
3.053.47
2.50
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Overall
Sko
r rat
a-ra
ta
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
3.91 3.97
2.803.33
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Overall
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
Penilaian overall (keseluruhan) adalah penilaian yang diberikan
panelis terhadap seluruh parameter yang terdapat pada mie basah.
Gambar 35, 36, dan 37 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis
terhadap overall (keseluruhan) mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit dan kontrol.
Gambar 35. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 36. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan
90
3.94
2.15
3.873.37
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
OverallSk
or ra
ta-ra
taMie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 37. Skor tingkat kesukaan terhadap overall mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap keseluruhan mie basah
diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 3.94 (netral),
sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar dengan skor
2.15 (tidak suka). Berdasarkan parameter overall, mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak segar 20% berbeda nyata (p<0.05) dengan
mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33%, kontrol
Lab dan pasar. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus
33.33% tidak berbeda nyata nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah
kontrol Lab dan pasar. Berbeda dengan mie basah mentah yang
dimatangkan. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
yang dimatangkan berbeda nyata nyata (p<0.05) dengan mie basah
mentah kontrol Lab dan pasar yang dimatangkan. Mie basah matang
dengan penambahan ekstrak rebus 50% berbeda nyata (p<0.05) dengan
kontrol pasar tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol Lab, sedangkan
mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 20% berbeda nyata
(p<0.05) dengan kedua jenis kontrol, baik kontrol Lab maupun kontrol
pasar.
8. Analisis Biaya
Penggunaan ekstrak kunyit mempengaruhi harga jual mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit. Semakin banyak penggunaan ekstrak
91
kunyit, maka akan mempengaruhi harga jual mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit menjadi semakin mahal. Menurut Indrawan
(2005), mie basah mentah di pasaran memiliki harga berkisar Rp. 5.000 -
Rp 7.000 per kg, sedangkan mie basah matang memiliki kisara harga Rp.
2200 - Rp. 2.500 per kg untuk daerah Jabodetabek. Menurut Gracecia
(2005), kisaran harga mie basah mentah di pasaran adalah Rp. 4.300 -
Rp. 8.000 dengan modus harga Rp. 5.000 per kg, sedangkan mie basah
matang adalah Rp. 2200-3000 dengan modus harga Rp. 2500 per kg
untuk daerah Bogor. Harga mie yang dipakai pada analisis biaya mie
basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini adalah harga yang
terdapat pada daerah Bogor yaitu Rp. 5.000 untuk mie basah matang dan
Rp. 2.500 untuk mie basah mentah.
Perhitungan biaya kunyit berdasarkan penggunaan ekstrak kunyit
pada masing-masing mie basah. Kontribusi kunyit pada mie basah
mentah untuk mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 :
3, 15 menit) 33.33% adalah Rp.158.2 per kg mie atau sebesar 3.16%,
sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah Rp. 117.6 per
kg mie atau sebesar 2.35%. Kontribusi kunyit pada mie basah matang
lebih besar daripada mie basah mentah. Untuk mie basah matang dengan
penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% kontribusi kunyit adalah
Rp. 228.2 per kg mie atau sebesar 9.12%, sedangkan untuk mie basah
matang dengan penambahan ekstrak segar 20% sebesar Rp.113.0 per kg
atau 4.52%. Kontribusi kunyit pada mie basah cukup besar. Hal ini
mungkin disebabkan kadar air mie basah yang cukup tinggi. Cara
perhitungan kontribusi biaya kunyit dapat dilihat pada Lampiran 42.
92
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Ekstrak kunyit dengan menggunakan pelarut air mampu memperpanjang
umur simpan mie basah. Ekstrak kunyit terpilih adalah ekstrak kunyit yang
mampu memberikan efek umur simpan terpanjang pada mie basah, baik mie
basah mentah maupun mie basah matang. Ekstrak kunyit terpilih yaitu ekstrak
segar dan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit). Ekstrak kunyit segar memiliki total
mikroba 6.3 x 104 CFU/g sedangkan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) memiliki
total mikroba 1.69 CFU/g.
Ekstrak kunyit terpilih mampu memperpanjang umur simpan mie basah
hingga 57 jam untuk mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 :
3, 15 menit) 33.33%, 56 jam dengan penambahan ekstrak segar 20%, 52 jam
untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit)
50%, dan 51 jam dengan penambahan ekstrak segar 20%. Pengamatan umur
simpan mie basah tersebut secara subyektif dengan memperhatikan bau asam
dan lendir yang terbentuk.
Berdasarkan batas maksimum total mikroba menurut SNI, mie basah
basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33%
memiliki umur simpan 36 jam dengan total mikroba 9.5 x 105 CFU/g dan
dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki umur simpan 36 jam dengan
total mikroba 5.2 x 105 CFU/g. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak
rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50% memiliki umur simpan 24 jam dengan total
mikroba 1.6 x 105 CFU/g dan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki
umur simpan 36 jam dengan total mikroba 5.6 x 105 CFU/g. Mie basah kontrol,
baik mentah maupun matang, memiliki umur simpan yang sama yaitu 44 jam.
Berdasarkan batas maksimum total mikroba menurut SNI, umur simpan
keduanya hanya berkisar 24 jam, dimana total mikroba mie basah mentah
kontrol mencapai 2.6 x 105 CFU/g, sedangkan mie basah matang 1.4 x 104
CFU/g.
Kunyit dapat berfungsi sebagai antikapang pada mie basah. Hal ini
terlihat dari pertumbuhan kapang pada mie basah. Total kapang-khamir pada
93
mie basah tidak melewati batas SNI yaitu 104 CFU/g hingga penyimpanan 60
jam.
Secara subyektif maupun secara mikrobiologi, mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit secara umum mampu memperpanjang umur
simpan mie basah dengan lama penyimpanan yaitu 56-57 jam pada mie basah
mentah dan 51-52 jam pada mie basah matang yang berbeda nyata dengan mie
basah kontrol yaitu 44 jam, baik pada mie basah mentah maupun matang.
Kemampuan kunyit memperpanjang umur simpan mie basah disebabkan
adanya zat antimikroba kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang juga
berperan dalam pembentukan warna mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki penampakan
yang kurang menarik, karena mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit
berwarna merah kecoklatan. Warna merah kecoklatan ini disebabkan
komponen warna kunyit yaitu kurkuminoid. Kurkuminoid berwarna merah
kecoklatan pada pH alkali dan berwarna merah jingga pada pH asam. Seperti
telah diketahui, bahwa mie basah memiliki pH alkali karena terdapat garam-
garam alkali yaitu Na2CO3 yang juga berfungsi dalam pembentukan warna
kuning pada mie basah.
B. SARAN
Perlunya percobaan ekstraksi kunyit dengan menggunakan etanol sebagai
pelarut. Hal ini berkaitan dengan senyawa antimikroba kunyit yaitu kurkumin
yang larut dalam etanol.
94
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Method of Analysis. Association of Official Analytical Chemistry. Washington D.C.
AOAC. 1995. Method of Analysis. Association of Official Analytical Chemistry.
Washington D.C Anonim a. 1976. The Merck Index of Chemicals and Drugs. Merck and Co., Inc.,
New York. Anonim b. 1996. Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Anonim c. 2006. Kunyit. http://www.mardi.my/bdc /herba/bm/Kunyit.html. [10
Februari 2006]. Anonim d. 2006. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. [10 Februari 2006]. Apriyantono, A., D. Fardiaz, Puspitasari N. L., Sedarnawati Y., Budijanto, S.
1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Penerbit IPB Press. Bogor. Astawan, M. 1999. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta Astuti, R. 2005. enam Pabrik mi menggunakan Formalin.
http://www.suarapembaruan.com/News/2005/12/29/Utama/ut01.html. [24 mie 2006]
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2987-1992. Mie Basah. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta. Badrudin, C. 1994. Modifikasi Tepung Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
sebagai Bahan Pembuat Mie Kering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,IPB. Bogor.
Chamdani. 2005. Pemilihan bahan pengawet yang sesuai pada produk mie basah.
Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chattopadhyay, I., K. Bisswas, U. Bandyopadhayay, dan R. K. Banerjee. 2004.
Turmeric and curumin : Biological actions and medicinal applications. Departement of Physiology and Biochemistry. Indian Institute of Chemical Biology and Central Drug Research Institute, India.
Christensen, C. M. 1974. Storage of Cereal Grains and Their Products. Minnesota
: American Assosiation of Cereal Chemists.
95
Dalujati, M.Y. 2004. Inaktivasi Salmonella pada tauge segar dengan menggunakan klorin dan asam asetat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. 2005. Perbaikan Mutu dan Umur
Simpan Mie Basah di Indonesia. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan). Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka, Utama, Jakarta. Farrell, K.T. 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The AVI Publishing
Company Inc. Westport, Connecticut. Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1979. Food Microbiology. Tata Mc Graw Hill
Publishing Company Limited, New Delhi. Gracecia D. 2005. Profil mie basah yang diperdagangkan di Bogor dan Jakarta.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Guenther, E. 1952. The Essential Oils. D. Van Nostrand Reinhold Co., New York. Hugo, W.B. dan A.D. Russel. 1981. Pharmaceutical Microbiology. Blackwell
Scientific Publication, Oxford. Huhtanen, C.N. 1980. Inhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcohols. J. of Food Protect. 43(3) : 195. Hoseney, R. C. 1998. Principles Cereal Science and Technology. Second Edition.
American Association of Cereal Chemists, inc. St. Paul, Minnesota. Indarini, N. 2006. Mie dan tahu yang mengandung Formalin. http://www.mail-
archive.com/[email protected]/msg00477.html. [24 Mie 2006].
Indrawan, I. 2005. Survai manufaktur dalam rangka meningkatkan kualitas mie
basah di Jabodetabek. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jacob, M.B. 1944. The Chemistry and Technology of Food and Food Products.
Vol I, Interscience Publication, Inc., New York. Jenie, B.S.L. dan Fardiaz, S. 1989. Uji Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jusuf, R. 1980. Analisis Kandungan Kurkumin pada Rimpang Beberapa Jenis
Curcuma dari Jawa. Universitas Nasional, Jakarta.
96
Krisnamurthy,N., A.G. Matthew, E.S. Nambudiri, S. Shivashankar, Y.S. Lewis
dan C.P. Natarajan. 1976. Oil and Oleoresin of Turmeric. Tropical Science 18 (1).
Kruger, James E dan Robert B. Matsuo. 1996. Pasta and Noodle Technology.
American Association of Cereal Chemist, Inc. Minnesota. Lukman, A.A.S. 1984. Pengaruh bubuk rimpang kunyit (Curcuma domestica
Val.) dan bubuk residu ekstraknya terhadap pertumbuhan beberapa bakteri basili gram positif. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Maturin, L. dan J.T., Peeler. 2001. Bacteriological Analogical Manual.
http://usfda_cfsan.com/bacteriological_analyticalmanual/apc.htm [3 Februari 2006]
Mugiarti, 2001. Mempelajari pengaruh substitusi tepung kedelai pada pembuatan
mie basah (Boiled Noodle). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Pahrudin, 2005. Aplikasi bahan pengawet untuk memperpanjang umur simpan
mie basah matang. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pelczar, M.J., R.D. Reid. 1972. Microbiology. Mc Graw Hill Book Company,
New York. Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green dan S.R.J. Robbins. 1981. Spices. Vol
2. Longman Inc., New York. Ramprasad, C. dan M. Sirsi. 1956. Indian Medicinal Plants : Curcuma longa - In
Vitro Antibacterial Activity of Curcumin and The Essential Oils. Abstract. J. Sci., India.
Rukmana, R. 1995. Kencur. Kanisius, Jakarta. Sampurno, H. 2006. Keterangan pers badan POM Nomor : KH. 00.01.1.241.002
tentang penyalahgunaan formalin untuk pengawet mie basah, tahu, dan ikan. http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=88&qs_menuid=2 [18 Januari 2007].
Sastrapraja, S. 1977. Ubi-ubian. LBN-LIPI, Bogor. Sastroamidjojo, S. 1988. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat, Jakarta. Shankaracharya, N.B. dan C.P. Natarajan. 1977. Role of Spices in Health. J.
Health Sci. III : 99, India.
97
Shih, A.L. dan N.D. Harris. 1977. Antimicrobial activity of selected antioxidants.
J. Food prot. 40 (8) : 520-522. Sinaga, E. 2006. Curcuma domestica Val..
http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Kunyit.pdf. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS/ P3TO UNAS. [10 Februari 2006].
Srinivasan, K.R. 1953. A chromatography study of the curcuminoids in Curcuma
longa L. J. Pharm. Pharmacol. 5:448-457. Standarisasi Nasional Indonesia. 1992. Syarat mutu mie basah. SNI 01-2987-1992 Sumangat, D., Anggraeni, dan M.P. Laksmanahardja. 1994. Tanaman rempah-
rempah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Edisi Khusus LITTRO. Vol. X No. 2 : 94.
Sumiati, T. dan Adnyana, I.K. 2004. Kunyit, si kuning yang kaya manfaat.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0704/22 /cakrawala/lainnya02.htm. [10 Februari 2006].
Suwanto, A. 1983. Mempelajari aktifitas antibakteri bubuk rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Winarno, F. G. Dan W. S. Rahayu. 1994. Bahan Tambahan untuk Pangan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
98
99
Lampiran 1. Hasil pengukuran kadar air kunyit segar Ulangan Duplo Bobot cawan kering (gr) Bobot mie basah (gr) Bobot cawan + mie basah (gr) Kadar air (%)
1 1 3.1237 5.0067 4.0103 82.3 2 2.6732 5.0022 3.6131 81.2
2 1 2.5508 5.0164 3.3592 83.9 2 2.4540 5.0070 3.2843 83.4
Contoh perhitungan : Kadar air (%) = [Bobot mie basah (gr) – (Bobot cawan + mie basah (gr) – Bobot cawan kering (gr))] x 100% Bobot mie basah (gr) Kadar air (%) = [5.0067 (gr) – ( 4.0103 (gr) – 3.1237 (gr))] x 100% = 82.3% 5.0067 (gr) Lampiran 2. Hasil pengukuran rendemen ekstrak kunyit
Jenis Ekstrak Ulangan Bobot kunyit (gr)
Volume air (ml)
Bobot Ekstrak (gr)
Rendemen (bb) (%)
Rendemen rata-rata (bb) (%)
Ekstrak Segar 1 50 50 63.5 63.5 69.4 2 100 100 150.4 75.2
Ekstrak Rebus (1 : 3, 10 menit) 1 50 150 53.5 26.8
39.8 2 100 300 211.1 52.8
Ekstrak Rebus (1 : 3, 15 menit) 1 50 150 67.5 33.8 43.0 2 100 300 208.8 52.2
Ekstrak Rebus (1 : 5, 10 menit) 1 50 250 112.4 37.5 56.6 2 100 500 454.4 75.7
Ekstrak Rebus (1 : 5, 15 menit) 1 50 250 150.0 50.0
57.3 2 100 500 387.5 64.6 Contoh perhitungan : Rendemen ekstrak kunyit (bb) (%) = Bobot ekstrak (gr) x 100% [Bobot kunyit (gr) + volume air (ml)] Rendemen ekstrak kunyit (bb) (%) = 63.5 (gr) x 100% = 63.5% [50 (gr) + 50 (ml)]
100
Lampiran 3. Hasil pengukuran pH ekstrak kunyit Jenis Ekstrak Duplo pH pH rata-rata
Ekstrak Segar 1 6.56
6.56 2 6.56
Ekstrak Rebus (1 : 3, 10 menit) 1 6.34 6.34 2 6.34
Ekstrak Rebus (1 : 3, 15 menit) 1 6.53
6.53 2 6.53
Ekstrak Rebus (1 : 5, 10 menit) 1 6.40
6.40 2 6.40
Ekstrak Rebus (1 : 5, 15 menit) 1 6.78
6.78 2 6.78
Lampiran 4. Total mikroba ekstrak kunyit ulangan I
Jenis ekstrak Pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 100 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 Ekstrak segar dengan pencucian
klorin 2000 ppm TBUD TBUD 142 36
1.6 x 104 TBUD TBUD 162 18 Ekstrak segar tanpa pencucian
klorin (kontrol) TBUD TBUD TBUD 55
5.1 x 104 TBUD TBUD TBUD 47
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) - 1 1 -
1.8 x 101 6 13 - 1
Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 1 - 1 - 1.9 x 100 2 1 - -
Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) - - - -
2.0 x101 1 1 - -
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 5 4 2 - 8.6 x 100 5 3 - -
101
Cara perhitungan : Jumlah mikroba (CFU/g) = Jumlah mikroba n (1+0.1) x pengenceran terkecil dimana : n = jumlah cawan Nilai jumlah mikroba yang diambil : 25-250 untuk bakteri 15-150 untuk kapang khamir Jumlah mikroba (CFU/g) = 142+162+36 = 1.6 x 104 [2(1) + 1(0.1)] x 10-2 Lampiran 5. Total mikroba ekstrak kunyit ulangan II
Jenis ekstrak Pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 100 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 Ekstrak segar dengan pencucian
klorin 2000 ppm TBUD TBUD 230 48
2.3 x 104 TBUD TBUD 205 39
Ekstrak segar tanpa pencucian klorin (kontrol)
TBUD TBUD TBUD 76 7.8 x 104 TBUD TBUD TBUD 80
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) - - 2 2
1.2 x 101 - 1 1 -
Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 1 - - -
1.5 x 100 2 - - -
Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 2 - 8 - 1.9 x 101 4 1 1 1
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 4 1 1 1
9.9 x 100 - 1 - 4
102
Lampiran 6. Total mikroba rata-rata ekstrak kunyit
Jenis ekstrak Ulangan CFU/g Log CFU/g Rata-rata Log CFU/g
Ekstrak segar dengan pencucian klorin 2000 ppm
1 1.6 x 104 4.20 4.28 2 5.1 x 104 4.36
Ekstrak segar tanpa pencucian klorin (kontrol)
1 2.3 x 104 4.71 4.80 2 7.8 x 104 4.89
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 1 1.8 x 101 1.26
1.17 2 1.2 x 101 1.08
Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 1 1.9 x 100 0.28
0.23 2 1.5 x 100 0.18
Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 1 2.0 x 101 1.30
1.29 2 1.9 x 101 1.28
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 1 9.9 x 100 1.00
0.97 2 8.6 x 100 0.93
Lampiran 7. Hasil pengukuran rendemen mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah Ulangan Bobot terigu (gr)
Bobot mie (gr)
Rendemen (%)
Rata-rata rendemen
(%) Mie basah mentah
ekstrak segar 1 400 453.8 113.5
120.0 2 400 506.3 126.6 Mie basah mentah
ekstrak rebus 1 300 387.1 129.0
129.0 2 300 386.9 129.0
Mie basah mentah kontrol
1 125.0 2
Mie basah matang ekstrak segar
1 300 400.0 133.3 134.8
2 300 409.0 136.3 Mie basah matang
ekstrak rebus 1 500 650.0 130.0 130.3 2 500 652.7 130.5
Mie basah matang kontrol
1 130.0
2 Contoh perhitungan : Rendemen mie basah (%) = Bobot mie (gr) x 100% Bobot terigu (gr) Rendemen mie basah (%) = 453.8 (gr) x 100% = 113.5% 400 (gr)
103
Lampiran 8. Hasil pengukuran pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol Jenis mie basah Ulangan I Ulangan II Rata-rata
Mie basah mentah 10% ES 9.21 9.22 9.22 Mie basah mentah 20% ES 9.23 9.24 9.24 Mie basah mentah 30% ES 8.94 8.93 8.94 Mie basah mentah 40% ES 9.03 9.04 9.04 Mie basah mentah 50% ES 9.00 8.99 9.00 Mie basah matang 10% ES 9.18 9.17 9.18 Mie basah matang 20% ES 9.15 9.16 9.16 Mie basah matang 30% ES 9.03 9.03 9.03 Mie basah matang 40% ES 9.00 9.00 9.00 Mie basah matang 50% ES 8.97 8.96 8.97
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 10 menit) 9.58 9.55 9.57
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 10 menit) 9.46 9.44 9.45 Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 10 menit) 9.34 9.35 9.35
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 15 menit) 9.51 9.56 9.54
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 15 menit) 9.42 9.42 9.42 Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 15 menit) 9.21 9.26 9.24
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 10 menit) 8.82 8.82 8.82
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 10 menit) 8.92 8.92 8.92 Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 10 menit) 9.00 9.01 9.01
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 15 menit) 9.51 9.50 9.51
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 15 menit) 9.30 9.30 9.30 Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 15 menit) 9.21 9.21 9.21
Mie basah matang 33.33% ER (1 : 3, 15 menit) 9.09 9.09 9.09
Mie basah matang 50% ER (1 : 3, 15 menit) 9.15 9.15 9.15 Mie basah matang 100% ER (1 : 3, 15 menit) 9.14 9.13 9.14
Mie basah mentah kontrol 8.81 Mie basah matang kontrol 9.0 9.05 9.03
Keterangan : ES : Ekstrak Segar ER : Ekstrak Rebus
104
Lampiran 9. Hasil pengukuran warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah L a b oHue oHue rata-rata
L rata-rata Warna L c oHue
Mie basah mentah 10% ES
69.50 0.02 53.42 89.98
89.81 68.29 merah kuning
68.07 52.44 90.00 68.44 0.06 52.9 89.94 67.32 52.20 90.20 68.64 0.53 53.6 89.43 66.64 51.67 89.90 67.61 0.17 52.05 89.81 67.62 52.76 89.70 67.26 0.09 51.92 89.90 67.60 52.24 90.00
Mie basah mentah 20% ES
67.00 2.21 50.15 87.48
88.74 67.94 merah kuning
66.90 50.19 87.60 67.22 0.40 48.60 89.53 68.27 49.19 90.50 66.72 1.89 49.76 87.82 67.14 50.03 87.90 68.64 0.54 49.33 89.37 69.28 49.73 90.60 70.13 0.46 50.41 89.48 71.40 51.20 90.60
Mie basah mentah 30% ES
63.69 1.85 46.49 87.72
87.39 62.25 merah kuning
64.42 46.96 87.80 60.23 2.05 44.65 87.37 60.94 45.14 87.40 61.59 2.23 45.49 87.19 62.75 46.33 87.30 62.03 2.34 45.94 87.08 62.54 46.31 87.10 63.70 1.95 46.58 87.60 64.21 46.93 87.70
Mie basah mentah 40% ES
61.11 1.46 45.10 88.15
88.28 62.00 merah kuning
61.91 45.59 88.10 61.89 1.07 45.22 88.64 62.50 45.65 88.70 62.24 1.62 45.99 87.98 63.04 46.51 88.10 63.07 1.47 46.04 88.17 63.66 46.38 88.20 61.70 1.22 45.10 88.45 62.17 45.42 88.50
Mie basah mentah 50% ES
61.19 0.04 45.08 89.95 89.22 63.25 merah
kuning 62.13 45.68 89.80
62.34 0.05 45.69 89.94 63.73 46.44 90.10
105
65.10 1.36 46.64 88.33 66.65 47.64 91.40 61.97 0.35 45.73 89.56 63.16 46.43 89.60 65.64 1.36 46.93 88.34 66.84 47.64 91.50
Mie basah matang 10% ES
59.60 0.41 53.70 89.56
89.11 58.21 merah kuning
61.52 54.94 90.60 61.39 0.55 55.19 89.43 55.96 49.96 91.50 58.46 0.93 52.61 88.99 58.75 52.55 91.10 56.33 1.06 50.80 88.80 61.72 54.89 91.00 55.27 1.09 49.97 88.75 60.82 54.49 90.80
Mie basah matang 20% ES
50.74 6.83 48.81 82.03
81.82 51.38 merah kuning
51.54 50.07 82.10 50.95 7.40 49.23 81.45 54.16 51.95 81.80 51.86 6.58 49.22 82.39 53.65 51.87 81.30 53.87 7.99 51.24 81.14 51.83 49.10 82.70 49.48 6.57 47.29 82.09 51.18 49.91 81.50
Mie basah matang 30% ES
51.95 10.23 50.17 78.48
77.94 47.90 merah kuning
51.34 51.55 77.20 46.64 10.50 46.41 77.25 47.30 48.08 77.10 47.60 11.07 47.38 76.85 47.08 48.51 76.90 46.46 9.69 45.77 78.05 46.98 47.57 77.80 46.86 8.76 45.35 79.07 48.02 48.32 77.90
Mie basah matang 40% ES
38.83 15.71 42.39 69.66
71.78 42.24 merah kuning
44.05 46.25 69.90 42.13 12.49 57.69 77.78 43.58 45.85 70.20 42.12 14.34 41.29 70.85 41.19 43.34 70.30 44.64 14.99 42.83 70.71 42.30 42.62 71.70 43.49 15.79 43.08 69.87 42.15 44.29 70.30
Mie basah matang 50% 36.43 12.27 34.39 70.36 69.31 36.36 merah 34.57 38.89 66.40
106
ES 36.07 16.35 36.80 66.04 kuning 40.18 38.86 70.50 37.01 14.41 36.22 68.31 38.19 40.43 67.70 36.31 16.82 37.20 65.67 37.68 40.63 67.10 35.96 16.06 65.20 76.16 37.36 41.94 65.20
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 10 menit)
73.38 1.94 56.71 88.04
87.74 73.68 merah kuning
73.43 56.46 92.30 74.73 2.84 56.77 87.14 73.33 56.35 92.30 72.39 2.22 55.64 87.72 74.39 56.70 92.60 74.59 1.99 57.39 88.01 72.99 56.66 91.80 73.32 2.19 56.39 87.78 74.29 57.02 92.30
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 10 menit)
73.76 0.41 56.05 89.58
89.25 72.56 merah kuning
71.45 54.90 89.40 70.50 1.18 54.51 88.76 72.15 55.64 88.90 75.16 0.87 57.25 89.13 70.21 54.30 89.10 70.90 0.11 53.82 89.88 71.36 55.45 88.50 72.48 1.07 55.80 88.90 70.97 54.09 89.80
Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 10 menit)
69.24 2.74 52.81 87.03
86.66 68.84 merah kuning
67.77 52.47 86.50 70.92 2.97 53.78 86.84 69.34 53.25 86.90 68.88 3.15 52.91 86.59 65.61 50.61 87.00 66.75 3.36 51.71 86.28 65.10 50.60 86.70 68.42 3.17 52.66 86.56 66.46 51.38 86.90
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
73.19 0.03 55.12 89.97
89.74 70.71 merah kuning
70.74 53.30 90.10 70.44 0.19 53.15 89.80 69.04 52.92 89.40 70.94 0.23 53.79 89.76 68.66 52.49 89.70 68.76 0.56 52.58 89.39 68.81 54.54 89.40 70.21 0.20 53.19 89.78 67.85 52.29 89.10
107
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 15 menit)
70.48 1.48 53.02 88.40
88.38 71.49 merah kuning
71.18 53.84 91.30 72.08 1.66 53.89 88.24 71.18 53.13 91.90 71.72 1.20 54.11 88.73 70.44 53.64 91.00 71.43 1.20 53.90 88.72 70.67 53.09 91.80 71.76 2.03 53.31 87.82 70.94 52.95 92.10
Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 15 menit)
69.41 2.06 53.50 87.79
88.15 67.41 merah kuning
65.54 50.79 88.50 68.47 2.12 53.00 87.71 66.71 51.85 88.10 67.05 1.00 51.42 88.89 67.27 51.37 89.50 67.63 2.08 52.40 87.73 65.75 50.95 88.30 64.48 1.19 50.03 88.64 64.48 51.66 88.20
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 10 menit)
75.53 3.35 57.1 86.64
87.43 73.56 merah kuning
72.96 56.03 92.90 74.60 2.14 58.03 87.89 71.57 55.50 92.40 72.57 2.51 55.89 87.43 74.02 56.89 92.60 73.14 2.45 56.53 87.52 69.85 54.38 92.60 71.97 2.29 55.84 87.65 71.06 54.46 92.20
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 10 menit)
69.75 2.11 52.69 87.71
87.61 72.05 merah kuning
71.93 54.07 92.40 73.68 2.11 55.18 87.81 73.24 54.96 92.20 70.30 2.22 52.92 87.60 72.27 54.25 92.30 73.50 2.36 54.81 87.53 72.11 53.83 92.60 73.01 2.48 54.51 87.40 70.55 53.02 92.40
Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 10 menit)
61.22 0.15 47.75 89.82
89.46 67.34 merah kuning
67.25 51.22 89.40 73.60 0.72 55.50 89.26 66.35 50.44 90.00 69.27 0.46 52.48 89.50 66.02 50.72 89.10 64.72 0.48 49.70 89.45 67.13 51.35 88.80
108
67.89 0.66 51.64 89.27 67.77 51.15 90.00
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 15 menit)
73.94 3.01 55.45 86.89
87.26 73.19 merah kuning
73.74 55.16 93.00 72.98 2.22 55.52 87.71 73.40 55.22 92.90 75.25 2.89 56.26 87.06 70.77 54.15 92.20 72.72 3.09 54.56 86.76 73.90 55.72 92.90 71.05 2.02 54.35 87.87 73.98 55.57 92.90
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 15 menit)
85.47 2.26 63.69 87.97
88.19 77.21 merah kuning
75.45 57.01 91.70 77.80 1.43 58.45 88.60 71.49 53.91 92.00 72.55 1.72 54.67 88.20 73.37 55.47 91.80 77.38 1.71 57.94 88.31 74.34 55.97 91.80 72.86 2.05 54.77 87.86 72.27 54.42 92.00
Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 15 menit)
69.26 0.35 52.79 89.62
89.45 67.46 merah kuning
68.61 52.57 89.50 60.56 0.18 54.21 89.81 67.96 52.75 88.90 69.41 0.74 53.11 89.20 67.13 51.93 89.40 71.51 0.21 54.21 89.78 67.95 52.01 89.90 66.57 1.06 51.69 88.83 67.32 52.24 88.90
Mie basah matang 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
60.52 0.46 55.35 89.52
89.76 60.88 merah kuning
62.90 57.27 90.30 61.98 0.07 56.97 89.93 64.03 58.38 90.10 60.70 0.20 55.69 89.79 58.47 54.09 90.30 61.91 0.37 56.95 89.63 62.71 57.35 90.00 59.27 0.06 54.72 89.94 60.07 55.12 90.00
Mie basah matang 50% ER (1 : 3, 15 menit)
57.99 4.24 55.06 85.60 85.50 59.08 merah
kuning
60.47 56.93 86.20 60.52 3.84 57.09 86.15 61.24 58.20 85.50 58.13 4.19 55.20 85.66 59.01 55.60 86.20
109
59.03 4.97 56.55 84.98 58.96 56.46 85.30 59.73 4.89 57.08 85.10 60.72 57.42 85.90
Mie basah matang 100% ER (1 : 3, 15 menit)
54.69 10.62 54.49 78.97
79.15 53.10 merah kuning
60.14 59.30 79.40 54.22 10.55 54.44 79.03 53.89 54.81 79.10 52.92 9.60 52.66 79.67 53.94 54.06 79.90 51.96 10.19 51.74 78.86 52.80 52.70 80.20 51.72 9.88 51.81 79.20 53.88 54.38 79.50
Mie basah mentah kontrol
73.24 7.89 62.26 82.78
82.93 72.51 merah kuning
79.03 65.05 97.60 72.24 7.76 62.03 82.87 79.38 65.38 97.60 72.50 7.70 61.94 82.91 79.27 64.61 98.00 71.81 7.51 61.84 83.08 77.07 64.02 97.80 72.74 7.65 62.26 83.00 77.67 64.32 97.50
Mie basah matang kontrol
70.63 1.82 22.99 85.47
83.78 72.55 merah kuning
71.98 2.12 24.88 85.13 71.85 2.04 25.50 85.43 75.94 2.56 25.85 84.34 72.36 5.24 25.78 78.51
110
Lampiran 10. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
L (Kecerahan warna) Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 Mie basah mentah
ES 40% 5 62,0020
Mie basah mentah ES 30% 5 62,2480 62,2480
Mie basah mentah ES 50% 5 63,2480 63,2480 63,2480
Mie basah mentah ER 100% (1:5, 10
menit) 5 67,3400 67,3400 67,3400 67,3400
Mie basah mentah ER 100% (1:3, 15
menit) 5 67,4080 67,4080 67,4080
Mie basah mentah ER 100% (1:5, 15
menit) 5 67,4620 67,4620 67,4620
Mie basah mentah ES 20% 5 67,9420 67,9420 67,9420
Mie basah mentah ES 10% 5 68,2900 68,2900 68,2900 68,2900
Mie basah mentah ER 100% (1:3, 10
menit) 5 68,8420 68,8420 68,8420 68,8420
Mie basah mentah ER 33.33% (1:3, 15
menit) 5 70,7080 70,7080 70,7080 70,7080
Mie basah mentah ER 50% (1:3, 15
menit) 5 71,4940 71,4940 71,4940 71,4940
Mie basah mentah ER 50% (1:5, 10
menit) 5 72,0480 72,0480 72,0480 72,0480 72,0480
Mie basah mentah kontrol 5 72,5060 72,5060 72,5060 72,5060 72,5060
Mie basah mentah ER 50% (1:3, 10
menit) 5 72,5600 72,5600 72,5600 72,5600 72,5600
Mie basah mentah ER 33.33% (1:5, 15
menit) 5 73,1880 73,1880 73,1880 73,1880
Mie basah mentah ER 33.33% (1:5, 10
menit) 5 73,5620 73,5620 73,5620
Mie basah mentah ER 33.33% (1:3, 10
menit) 5 73,6820 73,6820
Mie basah mentah ER 50% (1:5, 15
menit) 5 77,2120
Sig. ,051 ,065 ,088 ,064 ,061 ,058 ,124 ,071 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000
111
H (Penggolongan warna) Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 Mie basah mentah
kontrol 5 82,9280
Mie basah mentah ER 100% (1:3, 10
menit) 5 86,6600
Mie basah mentah ER 33.33% (1:5, 15
menit) 5 87,2580 87,2580
Mie basah mentah ES 30% 5 87,3920 87,3920 87,3920
Mie basah mentah ER 33.33% (1:5, 10
menit) 5 87,4260 87,4260 87,4260
Mie basah mentah ER 50% (1:5, 10
menit) 5 87,6100 87,6100 87,6100
Mie basah mentah ER 33.33% (1:3, 10
menit) 5 87,7380 87,7380 87,7380
Mie basah mentah ER 100% (1:3, 15
menit) 5 88,1520 88,1520 88,1520
Mie basah mentah ER 50% (1:5, 15
menit) 5 88,1880 88,1880 88,1880
Mie basah mentah ES 40% 5 88,2780 88,2780 88,2780 88,2780
Mie basah mentah ER 50% (1:3, 15
menit) 5 88,3820 88,3820 88,3820
Mie basah mentah ES 20% 5 88,7360 88,7360 88,7360
Mie basah mentah ES 50% 5 89,2240 89,2240 89,2240
Mie basah mentah ER 50% (1:3, 10
menit) 5 89,2500 89,2500 89,2500
Mie basah mentah ER 100% (1:5, 15
menit) 5 89,4480 89,4480
Mie basah mentah ER 100% (1:5, 10
menit) 5 89,4600 89,4600
Mie basah mentah ER 33.33% (1:3, 15
menit) 5 89,7400 89,7400
Mie basah mentah ES 10% 5 89,8120
Sig. 1,000 ,105 ,055 ,073 ,068 ,086 ,064 ,826 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
112
L (Kecerahan warna) Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 Mie basah matang
ES 50% 5 36,3560
Mie basah matang ES 40% 5 42,2420
Mie basah matang ES 30% 5 47,9020
Mie basah matang ES 20% 5 51,3800 51,3800
Mie basah matang ER 100% 5 53,1020
Mie basah matang ES 10% 5 58,2100
Mie basah matang ER 50% 5 59,0800
Mie basah matang ER 33.33% 5 60,8760
Mie basah matang kontrol 5 72,5520
Sig. 1,000 1,000 ,068 ,815 ,300 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. H (Penggolongan warna) Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 Mie basah matang
ES 50% 5 69,3080
Mie basah matang ES 40% 5 71,7740
Mie basah matang ES 30% 5 77,9400
Mie basah matang ER 100% 5 79,1460
Mie basah matang ES 20% 5 81,8200 81,8200
Mie basah matang kontrol 5 83,7760
Mie basah matang ER 50% 5 85,4980 85,4980
Mie basah matang ES 10% 5 89,1060
Mie basah matang ER 33.33% 5 89,7620
Sig. ,654 ,122 ,166 ,064 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000
113
Lampiran 11. Hasil pengukuran tekstur mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah Ulangan Kekerasan Kelengketan Elastisitas
gr s mm gr s mm gr s mm
Mie basah mentah 10% ES
1 7633,7 14,990 1,497 -533,2 15,145 1,205 13,3 6,555 -19,647 2 7128,4 14,645 1,462 -75,5 14,785 1,190 14,4 6,510 -19,513 3 7299,4 14,510 1,45 -11,8 14,675 1,150 14,3 6,475 -19,410 4 7404,1 14,990 1,497 -28,1 15,145 1,207 14,5 3,895 -11,670 5 6810,5 14,785 1,477 -8,9 14,935 1,202 15,8 3,765 -11,288
Mie basah mentah 20% ES
1 8010,7 14,410 1,440 -9,6 14,565 1,153 22,1 4,790 -14,363 2 8244,0 14,645 1,462 -16,1 14,790 1,178 16,1 3,270 -9,802 3 8663,2 15,545 1,553 -25,1 15,690 1,265 20,4 4,385 -13,148 4 9891,0 14,710 0,470 -3,7 14,950 1,018 16,7 4,195 -12,578 5 8415,0 15,460 1,545 -11,1 15,620 1,247 21,9 4,140 -12,408
Mie basah mentah 30% ES
1 9417,2 14,470 1,445 -13,5 14,650 1,092 -13,5 0,010 -0,023 2 10532,9 14,820 1,480 -20,0 15,030 1,067 -20,0 6,270 -18,795 3 7775,1 15,445 1,545 -8,0 15,610 1,230 -8,0 3,570 -10,693 4 8715,8 15,565 1,555 -6,9 15,750 1,202 -6,9 4,035 -12,100 5 8470,0 15,860 1,585 -3,0 16,035 1,258 -3,0 3,245 -9,717
Mie basah mentah 40% ES
1 9126,1 15,020 1,500 -4,7 15,190 1,165 19,0 7,080 -21,230 2 8715,2 15,240 1,523 -3,4 15,455 1,110 16,4 8,515 -25,535 3 8675,4 15,615 1,560 -2,8 15,790 1,220 16,9 8,165 -24,480 4 8279,3 13,960 1,395 -3,0 14,140 1,058 18,2 5,605 -16,800 5 8252,8 15,020 1,500 -3,4 15,190 1,680 15,4 8,760 -26,265
Mie basah 1 6031,3 13,815 1,380 -7,2 13,935 1,153 20,1 16,705 -50,000
114
mentah 50% ES 2 6783,4 16,590 1,658 -10,8 16,725 1,408 21,0 15,855 -47,557 3 7347,5 18,300 1,830 -3,5 18,450 1,533 19,6 16,595 -49,775 4 7589,1 15,170 1,515 -11,0 15,310 1,242 23,0 15,235 -45,695 5 5177,5 18,410 1,840 -5,8 18,540 1,597 17,0 16,030 -48,075
Mie basah matang 10% ES
1 2202,8 16,290 1,628 -337,6 16,385 1,457 15,1 15,090 -45,263 2 2053,3 15,985 1,597 -278,8 16,205 1,180 14,4 16,210 -48,627 3 2234,0 15,435 1,543 -440,4 15,540 1,357 12,7 11,985 -35,943 4 1951,5 15,160 1,515 -457,6 15,260 1,340 14,9 11,610 -34,820 5 2431,7 18,235 1,822 -331,9 18,455 1,408 16,1 16,735 -49,885
Mie basah matang 20% ES
1 2576,3 16,810 1,680 -338,7 17,025 1,273 14,0 7,800 -23,385 2 1907,8 15,665 1,565 -264,4 15,880 1,153 15,8 13,080 -39,232 3 2128,2 16,360 1,635 -343,6 16,585 1,210 15,3 15,970 -47,895 4 2379,2 16,965 1,695 -246,5 17,220 1,207 14,5 8,680 -26,025 5 2331,1 16,065 1,605 -282,9 16,275 1,200 16,7 11,655 -34,952
Mie basah matang 30% ES
1 1275,7 30,660 3,065 -167,3 31,065 2,273 20,2 4,815 -14,430 2 1445,3 28,135 2,813 -158,6 28,580 1,950 15,6 9,065 -27,190 3 1607,0 27,540 2,753 -169,8 27,940 2,023 17,3 15,285 -45,853 4 1212,7 29,535 2,953 -129,1 29,950 2,142 17,5 16,520 -49,545 5 1346,6 26,290 2,628 -162,1 26,460 2,307 16,4 12,640 -37,912
Mie basah matang 40% ES
1 2686,3 15,490 1,548 -467,9 15,575 1,388 14,7 15,980 -47,932 2 2900,6 15,310 1,530 -378,6 15,505 1,163 15,6 16,705 -50,000 3 2653,2 15,985 1,597 -405,3 16,170 1,253 13,9 15,425 -46,272 4 2923,9 16,360 1,635 -425,8 16,540 1,300 14,2 16,705 -50,000 5 2771,1 16,360 1,635 -437,6 16,540 1,298 14,3 15,480 -46,438
115
Mie basah matang 50% ES
1 3113,5 15,660 1,565 -543,3 15,840 1,225 14,8 16,705 -50,000 2 2912,0 16,065 1,605 -495,7 16,245 1,273 11,1 10,575 -31,710 3 2941,6 14,935 1,492 -519,1 15,100 1,188 12,8 16,735 -49,888 4 2740,7 15,485 1,548 -498,4 15,645 1,255 12,5 16,705 -50,000 5 2825,7 16,015 1,600 -411,4 16,190 1,273 13,9 16,590 -49,757
Mie basah mentah 33.33%
ER (1 : 3, 10 menit)
1 5199,1 14,790 1,477 -10,6 14,900 1,275 10,8 5,225 -15,665 2 5081,0 17,035 1,702 -32,8 17,145 1,508 10,7 7,555 -22,655 3 5401,5 15,115 1,510 -2,4 16,615 -1,470 12,0 8,340 -25,007 4 4421,5 19,185 1,918 -7,4 19,290 1,730 11,7 8,815 -26,433 5 5162,3 15,260 1,525 -5,4 15,375 1,327 11,6 6,850 -20,545
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 10 menit)
1 5729,9 15,460 1,545 -3,2 15,585 1,317 16,9 16,360 -49,075 2 5356,5 15,610 1,560 -5,7 15,730 1,347 13,4 16,035 -48,097 3 5616,5 14,410 1,440 -5,9 14,535 1,215 14,7 14,730 -44,182 4 4755,2 14,840 1,485 -6,4 14,955 1,288 15,5 16,125 -48,370 5 5887,3 16,565 1,655 -5,4 16,690 1,423 15,4 15,850 -47,535
Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 10
menit)
1 7623,3 16,170 1,615 -33,1 16,305 1,355 17,2 16,460 -49,373 2 5616,5 14,410 1,440 -5,9 14,535 1,215 15,3 16,085 -48,240 3 5356,5 15,610 1,560 -5,7 15,730 1,347 14,5 15,135 -45,393 4 4755,2 14,840 1,485 -6,4 14,955 1,288 16,2 14,575 -43,713 5 5887,3 16,565 1,655 -5,4 16,690 1,423 15,5 16,480 -49,432
Mie basah mentah 33.33%
ER (1 : 3, 15 menit)
1 7333,7 14,410 1,440 -2,7 14,600 1,087 14,5 9,460 -28,368 2 7387,2 16,890 1,697 -3,0 17,235 1,222 13,7 13,775 -41,315 3 6763,2 14,490 1,487 -2,8 17,775 -4,265 14,1 8,745 -26,233 4 6414,2 16,090 1,607 -5,4 16,220 1,362 14,7 9,825 -24,460
116
5 6464,4 16,635 1,663 -4,1 16,770 1,413 16,8 11,255 -33,757
Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 15 menit)
1 8231,6 13,910 1,390 -21,9 14,065 1,102 15,2 8,650 -25,945 2 7972,2 15,570 1,555 -9,9 15,720 1,265 13,9 8,945 -26,820 3 7670,4 14,815 1,480 -5,7 14,960 1,207 13,5 6,470 -19,397 4 7943,0 15,970 1,595 -5,5 16,120 1,303 12,6 6,725 -20,163 5 7338,0 15,315 1,530 -5,5 15,455 1,260 13,2 4,400 -13,190
Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 15
menit)
1 7162,6 14,515 1,450 -24,6 14,645 1,202 16,2 16,260 -48,768 2 6163,0 17,565 1,755 -4,8 17,690 1,530 20,5 22,300 -22,055 3 6744,6 16,490 1,650 -2,4 16,650 1,347 14,7 15,845 -47,522 4 8436,9 16,965 1,695 -2,9 17,180 1,280 15,5 13,080 -39,237 5 7072,3 16,640 1,663 -12,6 16,775 1,408 15,7 14,970 -44,900
Mie basah mentah 33.33%
ER (1 : 5, 10 menit)
1 6898,7 14,520 1,450 -40,0 14,665 1,173 12,0 6,800 -20,392 2 7335,0 15,540 1,553 -54,7 15,685 1,283 13,9 6,180 -18,532 3 7028,0 14,870 1,485 -5,2 15,020 1,192 13,9 7,785 -23,347 4 7007,0 16,490 1,648 -6,1 16,650 1,340 13,4 6,175 -18,507 5 7186,3 15,940 1,592 -6,9 16,090 1,305 16,4 6,110 -18,320
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 10 menit)
1 7831,5 15,170 1,515 -4,5 15,335 1,200 15,4 4,405 -13,195 2 7796,1 15,140 1,515 -7,7 15,305 1,205 15,1 3,605 -10,807 3 7581,2 14,790 1,477 -11,0 14,945 1,180 15,0 3,905 -11,708 4 7735,1 14,970 1,495 -16,2 15,120 1,200 15,0 3,610 -10,820 5 8107,4 14,965 1,495 -3,5 15,165 1,105 15,0 4,120 -12,340
Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 10
menit)
1 9924,7 17,220 1,720 -6,1 17,420 1,332 23,4 5,760 -17,270 2 10810,9 17,240 1,722 -21,0 17,440 1,337 22,4 4,930 -14,770 3 11454,8 16,885 1,688 -3,6 17,115 1,250 21,4 3,440 -10,302
117
4 10057,0 17,140 1,712 -3,0 17,390 1,230 24,3 6,275 -18,810 5 10848,5 18,290 1,827 -3,5 18,490 1,435 27,1 3,940 -11,807
Mie basah mentah 33.33%
ER (1 : 5, 15 menit)
1 8078,6 15,465 1,545 -23,2 15,620 1,245 13,9 2,510 -7,515 2 8370,2 15,315 1,530 -13,3 15,490 1,205 13,3 2,830 -8,480 3 8924,1 15,240 1,523 -6,7 15,410 1,195 13,7 2,890 -8,663 4 9535,2 15,020 1,500 -4,5 15,195 1,163 15,9 3,910 -11,717 5 8753,2 15,385 1,538 -2,9 15,600 1,130 16,2 3,050 -9,140
Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 15 menit)
1 6908,1 14,045 1,403 -7,9 14,190 1,117 14,0 2,845 -8,525 2 7670,6 14,720 1,470 -8,9 14,870 1,178 15,3 4,615 -13,835 3 6799,8 14,820 14,820 -2,7 14,995 1,138 14,2 4,115 -12,325 4 6779,9 15,235 15,235 -9,5 15,375 1,265 14,3 3,225 -9,655 5 7836,8 15,345 15,345 -4,4 15,500 1,232 14,3 3,675 -11,005
Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 15
menit)
1 7105,0 15,210 1,520 -11,8 15,360 1,247 13,8 3,035 -9,087 2 6876,7 16,240 1,622 -3,8 16,395 1,322 13,9 5,940 -17,808 3 7287,5 15,910 1,590 -12,7 16,060 1,320 15,2 4,585 -13,748 4 7687,2 15,320 1,530 -2,7 15,540 1,097 13,8 4,570 -13,698 5 7582,1 15,540 1,553 -3,1 15,795 1,058 13,8 5,450 -16,335
Mie basah matang 33.33%
ER (1 : 3, 15 menit)
1 3658,2 16,135 1,612 -1051,6 16,260 1,900 17,1 16,705 -50,000 2 3251,0 17,035 1,702 489,9 17,215 1,372 18,3 16,660 -49,955 3 3371,0 15,760 1,575 548,8 15,945 1,230 17,2 16,660 -49,952 4 3453,4 17,060 1,705 583,9 17,250 1,350 15,0 16,500 -49,498 5 3639,2 15,460 1,545 674,3 15,640 1,215 19,3 16,155 -48,460
Mie basah matang 50% ER
1 3529,4 17,335 1,732 -535,4 17,530 1,362 14,8 9,670 -29,003 2 3186,5 17,260 1,725 -590,9 17,450 1,367 16,3 10,720 -32,153
118
(1 : 3, 15 menit) 3 3758,1 17,085 1,707 -563,8 17,290 1,322 16,8 9,660 -28,972 4 3300,9 17,415 1,740 -494,9 17,605 1,383 16,8 11,210 -33,625 5 3312,6 16,685 1,668 -593,0 16,875 1,308 13,1 11,745 -35,225
Mie basah matang 100% ER (1 : 3, 15
menit)
1 3088,7 16,635 1,663 -455,6 16,815 1,322 16,0 14,210 -42,625 2 3080,8 16,410 1,640 -586,2 16,515 1,452 14,0 13,175 -39,510 3 3240,2 16,335 1,633 -720,2 16,445 1,440 15,0 13,110 -39,313 4 3204,8 16,885 1,688 -424,8 17,085 1,313 14,8 13,535 -40,592 5 3377,8 16,510 1,650 -589,8 16,680 1,330 14,4 11,950 -35,840
Mie basah mentah kontrol
1 9570,3 13,790 1,378 -67,6 13,955 1,063 12,3 0,010 -0,023 2 10751,8 13,515 1,350 -3,7 13,740 0,915 11,9 7,455 -22,350 3 9951,5 14,610 1,460 -6,9 14,795 1,112 11,7 8,645 -25,925 4 10787,0 13,510 1,350 -18,6 13,700 0,993 13,2 6,800 -20,382 5 10277,1 14,335 1,433 -15,6 14,520 1,087 13,1 8,140 -24,405
Mie basah matang kontrol
1 3838,3 15,285 1,528 -789,5 15,400 1,320 17,2 16,610 -449,825 2 3715,5 15,135 1,513 -837,5 15,255 1,298 17,0 15,845 -47,520 3 4049,0 14,960 1,495 -656,9 15,150 1,148 17,2 16,210 -48,627 4 3677,3 15,010 1,500 -620,0 15,195 1,150 16,9 15,975 -47,915 5 3880,4 16,160 1,615 -639,1 16,355 1,253 18,2 16,115 -48,342
119
Lampiran 12. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap tekstur mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Kekerasan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 Mie basah
mentah + ER (1 : 3, 10 menit)
33.33%
5 5053,080
Mie basah mentah + ER (1
: 3, 10 menit) 50%
5 5469,080 5469,080
Mie basah mentah + ER (1
: 3, 10 menit) 100%
5 5847,760 5847,760 5847,760
Mie basah mentah + ES
50% 5 6585,760 6585,760 6585,760
Mie basah mentah + ER (1
: 3, 15 menit) 33.33%
5 6872,540 6872,540 6872,540
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 10 menit) 33.33%
5 7091,000 7091,000
Mie basah mentah + ER (1
: 3, 15 menit) 100%
5 7115,880 7115,880
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 15 menit) 50%
5 7199,040 7199,040
Mie basah mentah + ES
10% 5 7255,220 7255,220
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 15 menit) 100%
5 7307,700 7307,700
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 10 menit) 50%
5 7810,260 7810,260 7810,260
Mie basah mentah + ER (1
: 3, 15 menit) 50%
5 7831,040 7831,040 7831,040
Mie basah mentah + ES
40% 5 8609,760 8609,760
Mie basah mentah + ES
20% 5 8644,780 8644,780
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 15 menit) 33.33%
5 8732,260
Mie basah mentah + ES
30% 5 8982,200 8982,200
Mie basah mentah kontrol
5 10267,540 10267,540
120
Mie basah mentah + ER (1
: 5, 10 menit) 100%
5 10619,180
Sig. ,836 ,051 ,073 ,144 ,056 ,220 ,113 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000 Kelengketan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 Mie basah mentah + ES
10% 5 -131,500
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% 5 -22,580 -22,580
Mie basah mentah kontrol 5 -22,480 -22,480
Mie basah mentah + ES 20% 5 -13,120 -13,120
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 33.33% 5 -11,720 -11,720
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 100% 5 -11,300 -11,300
Mie basah mentah + ES 30% 5 -10,280 -10,280
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 33.33% 5 -10,120 -10,120
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 50% 5 -9,700 -9,700
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 100% 5 -9,460 -9,460
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 50% 5 -8,580 -8,580
Mie basah mentah + ES 50% 5 -7,660 -7,660
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 100% 5 -7,440 -7,440
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 100% 5 -6,820
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 50% 5 -6,680
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 50% 5 -5,320
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% 5 -3,600
Mie basah mentah + ES 40% 5 -3,460
Sig. ,051 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
121
Elastisitas mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 Mie basah mentah + ES
30% 5 -10,280
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 33.33% 5 11,360
Mie basah mentah kontrol 5 12,440 12,440
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 50% 5 13,680 13,680
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% 5 13,920 13,920
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 100% 5 14,100 14,100
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 50% 5 14,420 14,420
Mie basah mentah + ES 10% 5 14,460 14,460
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 15 menit) 33.33% 5 14,600 14,600
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% 5 14,760 14,760 14,760
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 50% 5 15,100 15,100 15,100
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 50% 5 15,180 15,180 15,180
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 10 menit) 100% 5 15,740 15,740 15,740 15,740
Mie basah mentah + ER (1 : 3, 15 menit) 100% 5 16,520 16,520 16,520
Mie basah mentah + ES 40% 5 17,180 17,180 17,180
Mie basah mentah + ES 20% 5 19,440 19,440 19,440
Mie basah mentah + ES 50% 5 20,140 20,140
Mie basah mentah + ER (1 : 5, 10 menit) 100% 5 23,720
Sig. 1,000 ,121 ,060 ,068 ,117 ,145 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
122
Kekerasan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 Mie basah matang + ES
30% 5 1377,460
Mie basah matang + ES 10% 5 2174,660
Mie basah matang + ES 20% 5 2264,520
Mie basah matang + ES 40% 5 2787,020
Mie basah matang + ES 50% 5 2906,700 2906,700
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 100% 5 3198,460 3198,460
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 50% 5 3417,500
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% 5 3474,560 3474,560
Mie basah matang kontrol 5 3832,100
Sig. 1,000 ,996 ,974 ,209 ,269 ,059 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. Kelengketan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 Mie basah matang
kontrol 5 -708,600
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 50% 5 -555,600 -555,600
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 100% 5 -555,320 -555,320
Mie basah matang + ES 50% 5 -493,580 -493,580
Mie basah matang + ES 40% 5 -423,040 -423,040
Mie basah matang + ES 10% 5 -369,260 -369,260
Mie basah matang + ES 20% 5 -295,220 -295,220
Mie basah matang + ES 30% 5 -157,380 -157,380
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% 5 249,060
Sig. ,223 ,265 ,242 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
123
Elastisitas mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 Mie basah matang + ES
50% 5 13,020
Mie basah matang + ES 40% 5 14,540
Mie basah matang + ES 10% 5 14,640
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 100% 5 14,840 14,840
Mie basah matang + ES 20% 5 15,260 15,260
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 50% 5 15,560 15,560
Mie basah matang kontrol 5 17,300
Mie basah matang + ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% 5 17,380
Mie basah matang + ES 30% 5 17,400
Sig. ,062 ,058 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. Lampiran 13. Umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah Ulangan I (Jam)
Ulangan II (Jam)
Rata-rata (Jam)
Mie basah mentah 10% ES 44 46 45 Mie basah mentah 20% ES 56 56 56
Mie basah mentah 30% ES 44 46 45 Mie basah mentah 40% ES 44 46 45 Mie basah mentah 50% ES 44 46 45 Mie basah matang 10% ES 50 50 50
Mie basah matang 20% ES 50 52 51 Mie basah matang 30% ES 50 50 50 Mie basah matang 40% ES 52 52 52 Mie basah matang 50% ES 52 52 52
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 10 menit) 52 52 52 Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 10 menit) 52 52 52 Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 10 menit) 48 52 50
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 3, 15 menit) 56 58 57 Mie basah mentah 50% ER (1 : 3, 15 menit) 56 58 57 Mie basah mentah 100% ER (1 : 3, 15 menit) 52 50 51
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 10 menit) 44 44 44 Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 10 menit) 52 52 52 Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 10 menit) 52 52 52
Mie basah mentah 33.33% ER (1 : 5, 15 menit) 44 46 45 Mie basah mentah 50% ER (1 : 5, 15 menit) 48 46 47
124
Lampiran 14. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
ANOVA Umur Simpan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 704,889 17 41,464 26,655 ,000
Within Groups 28,000 18 1,556
Total 732,889 35
Umur Simpan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5
Mie basah mentah 33.33% ER (1:5, 10 menit) 2 44,00
Mie basah mentah kontrol 2 44,00
Mie basah mentah 10% ES 2 45,00 45,00
Mie basah mentah 30% ES 2 45,00 45,00
Mie basah mentah 40% ES 2 45,00 45,00
Mie basah mentah 50% ES 2 45,00 45,00
Mie basah mentah 33.33% ER (1:5, 15 menit) 2 45,00 45,00
Mie basah mentah 50% ER (1:5, 15 menit) 2 47,00 47,00 47,00
Mie basah mentah 100% ER (1:3, 10 menit) 2 50,00 50,00
Mie basah mentah 100% ER (1:3, 15 menit) 2 51,00 51,00
Mie basah mentah 100% ER (1:5, 15 menit) 2 51,00 51,00
Mie basah mentah 33.33% ER (1:3, 10 menit) 2 52,00 52,00 52,00
Mie basah mentah 50% ER (1:3, 10 menit) 2 52,00 52,00 52,00
Mie basah mentah 50% ER (1:5, 10 menit) 2 52,00 52,00 52,00
Mie basah mentah 100% ER (1:5, 10 menit) 2 52,00 52,00 52,00
Mie basah mentah 20% ES 2 56,00 56,00
Mie basah mentah 33.33% ER (1:3, 15 menit) 2 57,00
Mie basah mentah 50% ER (1:3, 15 menit) 2 57,00
Sig. ,612 ,051 ,051 ,051 ,051 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
Mie basah mentah 100% ER (1 : 5, 15 menit) 52 50 51 Mie basah kontrol 44 44 44
125
ANOVA Umur Simpan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 155,111 8 19,389 43,625 ,000
Within Groups 4,000 9 ,444
Total 159,111 17 Umur Simpan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit Tukey HSD
Sampel N Subset for alpha = .05
1 2
Mie basah matang kontrol 2 44,00
Mie basah matang 33.33% ER 2 45,00
Mie basah matang 10% ES 2 50,00
Mie basah matang 30% ES 2 50,00
Mie basah matang 20% ES 2 51,00
Mie basah matang 40% ES 2 52,00
Mie basah matang 50% ES 2 52,00
Mie basah matang 50% ER 2 52,00
Mie basah matang 100% ER 2 52,00
Sig. ,832 ,181 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000. Lampiran 15. Total mikroba mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih
Mie basah mentah 33.33% ER (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 16 4 - -
1.5 x 102 7 6 - -
12 11 2 1 - 8.5 x 102 3 1 1 -
24 70 48 2 -
9.9 x 104 56 43 8 3
36 136 15 1
9.3 x 105 50 7 -
48 39 3 - 1.2 x 106 51 7 -
60 25 5 -
2.6 x 107 27 - -
126
Mie basah mentah 33.33% ER (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 11 5 - -
1.6 x 102 12 7 - -
12 22 2 - -
1.4 x 103 7 1 - -
24 47 58 15 - 9.3 x 104 49 51 2 1
36 78 21 10
9.6 x 105 74 50 21
48 108 10 1 9.6 x 106 84 4 2
60 50 3 1
4.4 x 107 38 10 1
Mie basah matang 50% ER (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 9 1 - -
8.6 x 101 8 - - -
12 2 - 1 - 3.9 x 102 1 - 4 -
24 111 37 3 -
1.3 x 105 107 25 1 -
36 79 34 2
1.4 x 106 157 37 2
48 54 14 2
5.9 x 106 64 20 6
60 27 3 -
2.6 x 107 26 - -
Mie basah matang 50% ER (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g)10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 7 1 - -
8.1 x 101 8 2 - -
12 8 - 1 -
6.4 x 102 2 - 4 -
24 TBUD 160 49 24
2.1 x 105 TBUD 174 67 25
36 74 62 14 2 1.2 x 106 61 74 14 2
48 TBUD 81 40 6 1.3 x 107 TBUD 108 50 3
60 28 - -
2.7 x 107 26 1 -
127
Mie basah mentah 20% ES (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 24 4 -
2.0 x 102 14 - -
12 32 3 -
3.2 x 103 22 1 -
24 82 8 4 8.4 x 104 87 9 -
36 34 12 -
3.0 x 105 26 13 -
48 60 19 3 5.0 x 106 40 8 2
60 96 14 1
1.1 x 108 129 16 1
Mie basah mentah 20% ES (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 10 4 1
1.5 x 102 18 2 -
12 30 1 2 3.0 x 103 17 1 -
24 93 32 6
1.0 x 105 98 18 2
36 98 15 3
9.0 x 105 82 11 1
48 30 11 3
3.2 x 106 35 6 4
60 44 7 2
5.4 x 107 64 8 -
Mie basah matang 20% ES (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g)10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 1 - -
1.0 x 101 1 - -
12 51 - 2
4.3 x 103 35 5 1
24 247 28 7
2.3 x 105 216 27 5
36 36 4 4 4.7 x 105 58 1 2
48 5 1 - 2.5 x 106 25 1 -
60 42 2 1
4.2 x 107 7 - -
128
Mie basah matang 20% ES (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
0 - - 1
0.5 x 101 - - -
12 22 12 -
1.4 x 104 135 - -
24 96 14 - 7.5 x 104 54 10 -
36 86 11 1
6.8 x 105 50 3 -
48 19 - - 4.4 x 106 44 - -
60 76 7 5
7.9 x 107 83 11 1 Lampiran 16. Total mikroba mie basah kontrol
Mie basah mentah kontrol (Ulangan I)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
0 40 10 - 3.8 x 102 37 - -
4 48 2 1 4.4 x 102 39 8 1
8 26 7 2
2.7 x 102 27 9 1
12 21 3 24
2.8 x 102 28 8 3
16 TBUD 54 10
6.6 x 104 TBUD 79 8
20 TBUD 183 23
1.5 x 105 TBUD 118 22
24 TBUD 21 1 2.8 x 105 TBUD 28 2
28 TBUD 70 10 6.4 x 105 TBUD 57 6
32 TBUD 165 17
1.6 x 106 TBUD 138 26
36 235 39 5
2.3 x 106 208 34 4
40 147 20 2
1.7 x 106 184 37 -
44 TBUD 60 13
5.9 x 106 TBUD 58 14
129
Mie basah mentah kontrol (Ulangan II)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
0 18 - -
1.6 x 102 14 2 1
4 15 3 -
1.1 x 102 5 1 1
8 24 9 1 2.8 x 102 19 8 2
12 27 5 15
2.7 x 103 9 1 -
16 TBUD 40 16 4.0 x 104 TBUD TBUD 8
20 TBUD 114 3
1.1 x 105 TBUD 114 8
24 TBUD 23 1
2.5 x 105 TBUD 25 1
28 TBUD 26 8
3.9 x 105 TBUD 52 9
32 TBUD 164 24
1.7 x 106 TBUD 179 19
36 TBUD 34 -
3.5 x 106 TBUD 37 4
40 TBUD 69 3 6.9 x 106 TBUD 70 1
44 TBUD 48 10 6.2 x 106 TBUD 76 11
Mie basah matang kontrol (Ulangan I)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
0
3.1 x 102
4 1.5 x 102
8
1.4 x 103
12
1.5 x 103
16
1.1 x 104
20
1.7 x 104
24
1.2 x 104
28 1.5 x 105
32
2.0 x 106
130
36
1.3 x 106
40 6.3 x 106
44 1.9 x 107
Mie basah matang kontrol (Ulangan II)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
0
1.5 x 103
4 2.3 x 103
8 1.7 x 103
12
8.4 x 103
16
2.6 x 104
20
3.3 x 104
24
1.7 x 104
28 1.0 x 105
32 2.1 x 106
36
1.5 x 106
40 6.0 x 106
44
1.7 x 107
131
Lampiran 17. Total mikroba rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Jam ke- Rata-rata log CFU/g
Mie basah mentah ER 33.33%
0 2.19 12 3.04 24 4.98 36 5.98 48 6.82 60 7.53
Mie basah mentah ES 20%
0 2.24 12 3.49 24 4.96 36 5.72 48 6.60 60 7.89
Mie basah mentah kontrol
0 1.29 12 2.94 24 5.42 36 6.45 48 7.88 60 8.09
Mie basah matang ER 50%
0 1.92 12 2.70 24 5.22 36 6.11 48 6.94 60 7.42
Mie basah matang ES 20%
0 0.85 12 3.89 24 5.12 36 5.75 48 6.52 60 7.76
Mie basah matang kontrol
0 2.83 12 3.55 24 4.15 36 6.15 48 8.62 60 8.81
132
Lampiran 18. Total kapang khamir mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih
Mie basah mentah 33.33% ER (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - - - 0 - - - -
12 - - - - 0 - - - -
24 - - - -
0 - - - -
36 2 - - -
1.5 x 101 1 - - -
48 3 - - -
3.5 x 102 4 - - -
60 39 2 - 1
4.4 x 103 49 9 2 2
Mie basah mentah 33.33% ER (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - - -
0 - - - -
12 1 - - - 0 - - - -
24 2 - - -
0 1 - - -
36 2 - - -
2.0 x 101 2 - - -
48 9 1 - -
1.3 x 103 13 - - -
60 58 - - -
5.8 x 103 59 - - -
Mie basah matang 50% ER(Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - - -
0 - - - -
12 - - - -
0 - - - -
24 - - - -
0 - - - -
36 3 - - -
0 6 1 - -
48 - - - -
0 - - - -
60 - - - - 0 - - - -
133
Mie basah matang 50% ER (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - - - 0 - - - -
12 - - - -
0 - - - -
24 - - - -
0 - - - -
36 - - - -
0 - - - -
48 - - - -
0 - - - -
60 - - - - 0 - - - -
Mie basah mentah 20% ES (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - -
0 - - -
12 - - -
0 - - -
24 - - -
0 - - -
36 1 - -
0 3 - -
48 3 - - 0 5 - -
60 79 10 2
8.0 x 103 81 9 3
Mie basah mentah 20% ES (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - -
0 - - -
12 - - -
0 1 - -
24 1 - 1
0 - - -
36 1 1 1
0 1 3 -
48 - - - 0 8 - -
60 46 3 3 4.1 x 103 37 8 -
134
Mie basah matang 20% ES (Ulangan I)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - - 0 - - -
12 - - -
0 - - -
24 1 1 -
0 - - -
36 - - -
0 - - -
48 - - -
0 - - -
60 5 1 - 0 8 - -
Mie basah matang 20% ES (Ulangan II)
Jam ke- Tingkat pengenceran Jumlah mikroba
(CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - -
0 - - -
12 - - -
0 - - -
24 1 - -
0 - - -
36 1 - -
0 - - -
48 1 - - 0 1 - -
60 - - -
0 - - -
135
Lampiran 19. Total kapang khamir mie basah kontrol
Mie basah mentah kontrol (Ulangan I)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - -
0 - - -
4 - - -
0 - - -
8 - - -
0 - - -
12 - - 1
0 - - -
16 - - -
0 - - -
20 1 - - 0 - - -
24 2 - -
0 - - -
28 3 - 2
0 1 - 3
32 - - -
0 - - -
36 13 6 -
3.5 x 101 3 - -
40 13 - -
1.0 x 102 9 - -
44 6 - -
1.1 x 102 1 - -
Mie basah mentah kontrol (Ulangan II)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 - - -
0 - - -
4 - - -
0 - - -
8 - - - 0 - - -
12 1 - 2
0 - - 1
16 1 - - 0 - - -
20 - - 1 0 - - -
24 - - -
0 - - -
28 2 - 1
0 5 - 1
32 - - - 0
136
- - -
36 8 1 -
6.0 x 101 5 - -
40 7 - - 6.6 x 101 5 - -
44 10 2 -
1.0 x 102 10 - -
Mie basah matang kontrol (Ulangan I)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0 0
4 0
8
0
12
0
16
0
20
0
24
0
28 0
32
4.8 x 101
36 1.1 x 102
40 1.5 x 101
44
1.5 x 101
137
Mie basah matang kontrol (Ulangan II)
Jam ke- Pengenceran Jumlah
mikroba (CFU/g) 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
0
0
4
0
8 0
12
0
16 0
20
0
24
0
28
0
32
1.5 x 101
36
2.0 x 101
40 1.5 x 101
44 2.2 x 101
Lampiran 20. Total kapang khamir rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Jam ke- Rata-rata Log CFU/g
Mie basah mentah 33.33% ER
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 1.24 48 2.27 60 3.70
Mie basah mentah 20% ES
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 0.00 48 0.00 60 3.76
Mie basah mentah kontrol
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 1.66 48 4.96
138
60 5.22
Mie basah matang 50% ER
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 0.00 48 0.00 60 0.00
Mie basah matang 20% ES
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 0.00 48 0.00 60 0.00
Mie basah matang kontrol
0 0.00 12 0.00 24 0.00 36 1.67 48 3.23 60 3.42
Lampiran 21. Total koliform rata-rata mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Jam ke- Log CFU/g Mie basah mentah ER 33.33% 0 0 Mie basah mentah ES 20% 0 0 Mie basah matang ER 50% 0 0 Mie basah matang ES 20% 0 0 Mie basah mentah kontrol 0 0 Mie basah matang kontrol 0 0
Lampiran 22. Hasil pengukuran pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Jam ke- pH rata-rata
Mie basah mentah 33.33% ER
0 9.43 12 9.12 24 9.03 36 8.77 48 8.11 60 7.69
Mie basah mentah 20% ES
0 8.98 12 8.84 24 8.81 36 8.59 48 7.96 60 7.71
Mie kontrol mentah 0 8.91 12 8.75 24 9.01
139
36 8.59 48 8.12 60 7.56
Mie basah matang 50% ER
0 9.28 12 9.00 24 8.85 36 8.40 48 7.99 60 7.55
Mie basah matang 20% ES
0 9.01 12 8.88 24 8.78 36 8.48 48 7.80 60 7.24
Mie basah matang kontrol
0 9.02 12 9.16 24 8.96 36 8.99 48 6.20 60 5.55
Lampiran 23. Hasil pengukuran warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Ulangan Jam ke- oHue rata-rata L rata-rata
Mie basah mentah 33.33% ER
1
0 55.47 67.97 12 62.71 66.01 24 66.16 66.06 36 67.70 66.25 48 72.25 65.03 60 74.49 61.11
2
0 59.09 68.25 12 60.66 68.64 24 64.59 66.57 36 71.62 68.19 48 71.99 64.44 60 71.87 67.36
Mie basah mentah 20% ES
1
0 33.00 53.64 12 45.99 63.91 24 57.88 64.15 36 62.32 64.05 48 69.71 61.45 60 72.91 64.22
2
0 36.39 64.39 12 48.42 62.14 24 64.96 61.74 36 66.19 60.99 48 70.75 63.32 60 73.40 61.56
Mie basah mentah 1 0 74.22 74.06
140
kontrol 12 73.35 72.76 24 72.31 68.69 36 71.44 71.26 48 73.98 73.98 60 72.98 71.40
2
0 73.00 74.93 12 72.31 73.56 24 68.40 72.16 36 68.74 67.73 48 73.35 73.36 60 71.30 72.54
Mie basah matang 50% ER
1
0 57.51 58.82 12 65.80 57.83 24 69.08 61.70 36 71.40 63.26 48 76.34 65.05 60 81.39 66.78
2
0 63.60 64.49 12 63.34 61.92 24 68.85 65.39 36 73.30 65.08 48 82.45 68.19 60 82.38 69.70
Mie basah matang 20% ES
1
0 48.49 51.88 12 62.48 57.64 24 74.07 68.36 36 76.43 69.07 48 81.78 69.52 60 82.38 70.00
2
0 49.64 51.56 12 62.78 58.43 24 74.22 66.92 36 76.63 67.90 48 80.98 71.38 60 81.24 74.11
Mie basah matang kontrol
1
0 84.07 78.03 12 83.41 69.08 24 83.51 78.70 36 83.45 74.97 48 77.54 73.08 60 76.41 72.09
2
0 83.59 76.08 12 83.27 68.01 24 83.76 73.10 36 83.15 74.34 48 77.64 72.75 60 77.92 73.06
141
Lampiran 24. Hasil sidik ragam dan uji Tukey terhadap warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
L (Ketajaman wana) mie basah mentah 33.33% ER Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1
Jam ke-60 2 64,2350
Jam ke-48 2 64,7200
Jam ke-24 2 66,3150
Jam ke-36 2 67,2200
Jam ke-12 2 67,3250
Jam ke-0 2 68,1100
Sig. ,483 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
H (Penggolongan warna) mie basah mentah 33.33% ER Tukey HSD
Jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4
Jam ke-0 2 57,2800
Jam ke-12 2 61,6850 61,6850
Jam ke-24 2 65,3750 65,3750
Jam ke-36 2 69,6600 69,6600
Jam ke-48 2 72,1200 72,1200
Jam ke-60 2 73,1800
Sig. ,301 ,447 ,075 ,488 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
L (Kecerahan warna) mie basah mentah 20% ES Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1
Jam ke-0 2 59,0150
Jam ke-48 2 62,3850
Jam ke-36 2 62,5200
Jam ke-60 2 62,8900
Jam ke-24 2 62,9450
Jam ke-12 2 63,0250
Sig. ,843 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
142
H (penggolongan warna) mie basah mentah 20% ES Tukey HSD
Jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4
Jam ke-0 2 34,6950
Jam ke-12 2 47,2050
Jam ke-24 2 61,4200
Jam ke-36 2 64,2550 64,2550
Jam ke-48 2 70,2300 70,2300
Jam ke-60 2 73,1550
Sig. 1,000 1,000 ,101 ,097 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
L (Kecerahan warna) mie basah matang 50% ER Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1
Jam ke-12 2 59,8750
Jam ke-0 2 61,6550
Jam ke-24 2 63,5450
Jam ke-36 2 64,1700
Jam ke-48 2 66,6200
Jam ke-60 2 68,2400
Sig. ,123 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
H (Penggolongan warna) mie basah matang 50%ER Tukey HSD
Jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4
Jam ke-0 2 60,5550
Jam ke-12 2 64,5700 64,5700
Jam ke-24 2 68,9650 68,9650 68,9650
Jam ke-36 2 72,3500 72,3500 72,3500
Jam ke-48 2 79,3950 79,3950
Jam ke-60 2 81,8850
Sig. ,123 ,160 ,053 ,077 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
143
L (Kecerahan warna) mie basah matang 20% ES Tukey HSD
Jam N Subset for alpha = .05
1 2 3
Jam ke-0 2 51,7200
Jam ke-12 2 58,0350
Jam ke-24 2 67,6400
Jam ke-36 2 68,4850
Jam ke-48 2 70,4500
Jam ke-60 2 72,0550
Sig. 1,000 1,000 ,133 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
H (Penggolongan warna) mie basah matang 20% ES Tukey HSD
Jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5
Jam ke-0 2 49,0650
Jam ke-12 2 62,6300
Jam ke-24 2 74,1450
Jam ke-36 2 76,5300
Jam ke-48 2 81,3800
Jam ke-60 2 81,8100
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 ,956 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
L (Kecerahan warna) mie basah mentah kontrol Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1
Jam ke-36 2 69,4950
Jam ke-24 2 70,4250
Jam ke-60 2 71,9700
Jam ke-12 2 73,1600
Jam ke-48 2 73,6700
Jam ke-0 2 74,4950
Sig. ,105 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
144
H (Penggolongan warna) mie basah mentah kontrol Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1
Jam ke-36 2 70,0900
Jam ke-24 2 70,3550
Jam ke-60 2 72,1400
Jam ke-12 2 72,8300
Jam ke-0 2 73,6100
Jam ke-48 2 73,6650
Sig. ,310 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
L (Kecerahan warna) mie basah matang kontrol Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1 2 Jam ke-12 2 68,5450 Jam ke-60 2 72,5750 72,5750Jam ke-48 2 72,9150 72,9150Jam ke-36 2 74,6550 74,6550Jam ke-24 2 75,9000Jam ke-0 2 77,0550Sig. ,089 ,249
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.
H (Penggolongan warna) mie basah matang kontrol Tukey HSD
Jam N
Subset for alpha = .05
1 2 Jam ke-60 2 77,1650 Jam ke-48 2 77,5900 Jam ke-36 2 83,3000Jam ke-12 2 83,3400Jam ke-24 2 83,6350Jam ke-0 2 83,8300Sig. ,934 ,858
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000
145
Lampiran 25. Hasil pengukuran aw mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
Jenis mie basah Duplo Aw Aw rata-rata Mie basah mentah 33.33%
ER 1 0.920
0.919 2 0.917
Mie basah mentah 20%ES 1 0.920
0.919 2 0.918
Mie basah matang 50% ES 1 0.940 0.942 2 0.943
Mie basah matang 20% ES 1 0.942
0.942 2 0.942
Mie basah mentah kontrol
1 0.907 0.907 2 0.907 Mie basah matang
kontrol 1 0.970
0.970 2 0.970 Lampiran 26. Bentuk formulir pengujian organoleptik (Hedonik) mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol
UJI HEDONIK
Nama : Tanggal : Jenis mie basah : Mie basah mentah Kode sampel : Instruksi :
Berikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan anda untuk setiap parameter. Jangan membandingkan antar sampel!
Penilaian Warna Aroma Tekstur Keseluruhan
Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka
Komentar :
146
UJI HEDONIK
Nama : Tanggal : Jenis mie basah : Mie basah matang Kode sampel : Instruksi :
1. Netralkan lidah anda dengan air putih yang disediakan (sebelum memulai dan antar sampel).
2. Cicipi sampel (diamkan selama 10 detik) dan berikan penilaian. Berikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan anda untuk setiap parameter. Jangan membandingkan antar sampel!
Penilaian Warna Aroma Tekstur Keseluruhan
Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka
Komentar :
UJI HEDONIK
Nama : Tanggal : Jenis mie basah : Mie basah mentah yang dimatangkan Kode sampel : Instruksi :
1. Netralkan lidah anda dengan air putih yang disediakan (sebelum memulai dan antar sampel).
2. Cicipi sampel (diamkan selama 10 detik) dan berikan penilaian. Berikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan anda untuk setiap parameter. Jangan membandingkan antar sampel!
Penilaian Warna Aroma Tekstur Keseluruhan
Sangat suka Suka Netral Tidak suka Sangat tidak suka
Komentar :
147
Lampiran 27. Hasil uji hedonik mie basah mentah 33.33% ER
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Overall 1 Irmawati 2 4 5 3 2 Nurha 4 4 5 5 3 Dhan 4 3 3 3 4 Ria 2 4 3 3 5 Edy 1 2 3 2 6 Eva 2 1 1 1 7 Dora 2 4 3 3 8 Randy 2 4 4 4 9 Izal 4 2 3 3
10 Zulkipli 2 3 1 3 11 Sari 5 4 4 4 12 Rudy 4 4 4 4 13 Rucitra 3 2 3 3 14 Christine 4 3 4 4 15 Reza 2 2 3 3 16 Ina 3 5 4 4 17 Fany 3 3 4 3 18 Eko 5 5 4 5 19 Vera 2 3 2 2 20 Rina 2 3 4 2 21 Tomie 2 4 4 3 22 Yuliana 5 5 4 5 23 Ofa 4 5 3 4 24 Kiki 4 5 5 5 25 Andrian 4 5 2 4 26 Lasty 4 5 5 5 27 Deddy 3 3 2 3 28 Sukma 5 4 4 4 29 Yunita 2 3 2 3 30 Arif 2 4 5 4
Rata-rata 3.10 3.60 3.43 3.47
148
Lampiran 28. Hasil uji hedonik mie basah mentah 20%ES
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Overall 1 Irmawati 1 2 5 2 2 Nurha 1 2 5 2 3 Dhan 2 2 3 2 4 Ria 1 1 3 2 5 Edy 1 2 2 1 6 Eva 1 1 1 1 7 Dora 4 4 4 4 8 Randy 2 2 4 3 9 Izal 3 2 2 2
10 Zulkipli 2 3 1 3 11 Sari 4 3 4 3 12 Rudy 4 4 3 4 13 Rucitra 2 1 2 2 14 Christine 2 1 3 2 15 Reza 2 2 3 3 16 Ina 2 1 3 2 17 Fany 1 1 2 1 18 Eko 2 1 4 2 19 Vera 1 2 4 1 20 Rina 2 2 4 2 21 Tomie 1 2 5 2 22 Yuliana 5 2 4 3 23 Ofa 3 5 3 4 24 Kiki 3 1 3 2 25 Andrian 3 4 4 4 26 Lasty 5 2 4 5 27 Deddy 2 2 3 2 28 Sukma 4 1 5 4 29 Yunita 2 4 4 2 30 Arif 2 4 4 3
Rata-rata 2.33 2.20 3.37 2.50
149
Lampiran 29. Hasil uji hedonik mie basah mentah 33.33% ER yang dimatangkan
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 Irmawati 2 2 3 2 2 2 Nurha 2 1 5 4 2 3 Dhan 3 2 3 3 3 4 Ria 4 3 4 2 4 5 Edy 1 2 3 4 2 6 Eva 1 1 3 1 1 7 Dora 5 5 5 3 4 8 Randy 1 2 4 2 2 9 Izal 2 3 5 2 4
10 Zulkipli 2 3 2 3 3 11 Sari 3 3 4 2 3 12 Rudy 2 4 3 3 3 13 Rucitra 1 2 3 3 2 14 Christine 2 2 2 2 2 15 Reza 1 3 3 3 2 16 Ina 2 1 3 1 2 17 Fany 4 4 5 3 4 18 Eko 2 1 5 5 4 19 Vera 1 2 3 2 2 20 Rina 1 2 5 4 4 21 Tomie 1 2 3 2 2 22 Yuliana 5 2 4 4 4 23 Ofa 1 1 3 1 1 24 Kiki 3 1 2 2 1 25 Andrian 4 5 5 4 4 26 Lasty 5 4 5 5 5 27 Deddy 3 2 3 2 2 28 Sukma 5 4 5 4 4 29 Yunita 2 4 4 4 3 30 Arif 3 4 4 4 3
Rata-rata 2.47 2.57 3.70 2.87 2.80
150
Lampiran 30. Hasil uji hedonik mie basah mentah 20% ES yang dimatangkan
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 Irmawati 3 3 4 2 2 2 Nurha 4 4 5 5 5 3 Dhan 4 3 4 4 4 4 Ria 2 2 2 3 2 5 Edy 3 3 2 1 3 6 Eva 3 2 4 3 3 7 Dora 5 3 4 3 3 8 Randy 2 4 3 3 3 9 Izal 4 4 5 5 5 10 Zulkipli 3 3 2 3 3 11 Sari 4 3 4 3 4 12 Rudy 3 4 3 3 3 13 Rucitra 2 3 3 3 3 14 Christine 3 5 3 5 3 15 Reza 2 2 4 3 2 16 Ina 3 3 3 5 3 17 Fany 1 2 3 2 2 18 Eko 5 5 5 5 5 19 Vera 2 3 3 2 2 20 Rina 2 4 5 4 4 21 Tomie 2 3 3 2 2 22 Yuliana 3 3 4 4 4 23 Ofa 3 4 1 3 3 24 Kiki 4 5 4 5 5 25 Andrian 4 5 4 5 4 26 Lasty 2 4 1 4 4 27 Deddy 4 3 4 2 3 28 Sukma 2 4 4 4 4 29 Yunita 4 4 2 3 3 30 Arif 5 4 5 4 4
Rata-rata 3.10 3.47 3.43 3.43 3.33
151
Lampiran 31. Hasil uji hedonik mie basah matang 50% ER
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 Karen 2 3 5 3 3 2 Anastasia 2 3 5 3 5 3 Fena 4 4 4 5 5 4 Nurul 4 3 4 3 3 5 Eko 3 4 3 4 4 6 Risna 1 2 4 4 2 7 Sukma 4 5 4 5 5 8 Herold 1 2 2 3 2 9 Kiki 3 4 4 5 5 10 Izal 2 3 4 5 4 11 Eva 4 4 5 5 5 12 Christine 3 3 4 3 4 13 Edy 1 1 4 3 2 14 Ria 2 3 4 3 3 15 Sherly 2 3 4 4 4 16 Willine 3 3 5 3 4 17 Woro 1 2 5 4 4 18 Ribka 2 3 5 5 4 19 Nanda 4 5 5 5 5 20 Rina 3 3 3 3 3 21 Randy 2 3 3 3 3 22 Yuliana 5 5 5 4 5 23 Shinta 4 5 3 5 5 24 Samsul 3 5 5 4 5 25 Putra 2 3 3 3 3 26 Hana 5 4 5 3 5 27 Zulkipli 2 4 2 3 3 28 Andiny 4 2 5 4 5 29 Rucitra 4 5 4 3 3 30 Andal 2 4 3 3 3
Rata-rata 2.80 3.43 4.03 3.77 3.87
152
Lampiran 32. Hasil uji hedonik mie basah matang 20% ES
No. Panelis Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 Karen 2 3 5 4 4 2 Anastasia 2 3 5 3 5 3 Fena 3 4 4 4 5 4 Nurul 4 3 5 3 4 5 Eko 2 4 5 4 4 6 Risna 1 3 5 5 3 7 Sukma 5 1 2 2 2 8 Herold 1 3 3 2 3 9 Kiki 2 2 4 2 2 10 Izal 1 3 4 4 4 11 Eva 4 2 4 5 4 12 Christine 2 4 3 3 4 13 Edy 1 2 4 4 1 14 Ria 2 3 5 3 4 15 Sherly 2 3 3 3 4 16 Willine 2 3 2 4 3 17 Woro 1 1 4 4 3 18 Ribka 1 4 5 5 4 19 Nanda 4 5 5 5 5 20 Rina 2 2 3 3 2 21 Randy 2 1 4 2 2 22 Yuliana 3 3 2 3 3 23 Shinta 2 5 3 3 3 24 Samsul 3 4 5 5 5 25 Putra 2 3 2 2 2 26 Hana 5 4 4 3 4 27 Zulkipli 2 4 2 3 3 28 Andiny 4 5 5 5 5 29 Rucitra 2 4 3 3 2 30 Andal 3 2 2 1 2
Rata-rata 2.40 3.10 3.73 3.40 3.37
153
Lampiran 33. Hasil uji hedonik mie basah mentah kontrol Lab
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Overall 1 3.6 2.8 3.4 3.4 2 3.8 3.6 3.2 3.6 3 3.4 3.6 3.2 2.8 4 4.0 4.2 3.6 4.0 5 3.6 3.2 4.2 4.2 6 4.2 4.0 4.0 4.0 7 4.0 3.8 3.6 3.6 8 3.4 3.6 3.4 3.6 9 3.6 4.4 3.8 4.2
10 2.8 3.6 4.2 3.6 11 4.0 3.8 3.6 3.8 12 4.0 3.2 4.2 4.0 13 3.4 3.6 4.4 3.8 14 3.8 3.6 3.0 3.6 15 4.6 4.6 4.8 4.6 16 3.8 4.4 4.0 4.2 17 4.0 3.8 3.4 3.6 18 4.2 4.2 4.6 4.2 19 4.0 4.2 4.6 4.4 20 3.8 3.6 4.2 4.2 21 4.0 4.2 3.8 3.8 22 3.8 4.6 4.2 4.0 23 2.8 3.4 3.4 3.0 24 3.8 3.8 4.4 4.2 25 3.8 4.6 4.4 4.4 26 3.6 3.8 4.0 3.8 27 3.0 4.0 4.0 4.0 28 3.0 4.2 3.8 3.6 29 4.2 4.4 4.4 4.2 30 3.4 3.2 3.8 3.6
Rata-rata 3.71 3.87 3.92 3.87
154
Lampiran 34. Hasil uji hedonik mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 4.4 2.8 3.8 3.8 3.6 2 4.6 3.6 4.4 3.8 4.0 3 3.2 3.6 3.0 3.0 3.2 4 3.8 3.6 4.2 3.6 4.0 5 4.4 3.4 4.2 4.0 4.2 6 3.2 3.4 3.4 3.6 3.8 7 4.8 4.2 4.6 4.2 4.6 8 4.8 4.8 4.2 3.6 4.4 9 4.4 4.2 3.6 3.6 3.8
10 4.2 3.4 4.0 3.8 3.8 11 4.8 3.8 3.6 3.0 3.8 12 4.4 4.2 4.8 3.8 4.6 13 4.8 4.4 3.8 3.0 3.8 14 4.0 3.4 4.2 3.6 4.0 15 5.0 4.4 4.8 5.0 5.0 16 4.2 3.8 4.0 4.2 4.2 17 4.0 3.6 4.0 4.0 3.8 18 4.2 4.0 4.0 3.6 4.2 19 4.0 4.0 4.2 4.0 4.4 20 4.4 3.4 3.4 2.8 3.6 21 3.4 3.4 3.6 3.4 3.0 22 3.8 4.2 3.0 3.6 3.8 23 4.0 4.0 4.2 3.8 3.8 24 3.4 2.6 3.2 3.2 3.4 25 4.0 3.6 3.4 3.8 3.6 26 4.0 3.8 3.8 3.8 3.8 27 3.6 3.8 3.8 4.0 3.4 28 3.8 4.2 3.0 3.2 3.6 29 4.4 4.2 4.2 3.8 4.4 30 3.8 3.2 4.2 3.6 3.8
Rata-rata 4.13 3.77 3.89 3.67 3.91
155
Lampiran 35. Hasil uji hedonik mie basah matang kontrol Lab
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 4.6 4.2 4.4 4.4 4.6 2 4.0 3.8 4.6 4.2 4.2 3 3.8 3.0 3.6 2.6 3.4 4 5.0 4.4 4.0 4.4 4.4 5 4.8 4.0 5.0 4.4 4.6 6 4.4 3.8 4.0 3.4 3.8 7 5.0 3.4 4.0 3.6 4.2 8 4.6 4.8 4.8 4.6 4.6 9 4.4 3.2 4.2 4.6 4.6
10 3.4 2.8 3.4 3.2 3.2 11 4.0 3.4 4.2 4.2 4.4 12 3.8 3.6 4.0 2.8 3.6 13 3.8 3.6 4.2 3.8 3.6 14 4.2 3.2 4.2 2.8 3.6 15 4.0 3.2 4.2 4.2 3.6 16 4.2 3.6 3.6 4.0 4.2 17 4.6 4.2 4.4 4.2 4.6 18 4.2 3.8 4.0 4.4 4.2 19 4.4 3.8 4.2 3.4 4.2 20 3.8 3.4 3.8 3.4 3.4 21 4.2 3.4 4.4 3.6 4.0 22 4.2 3.8 4.0 3.4 3.8 23 4.0 3.8 3.8 3.2 3.6 24 3.8 3.6 3.6 3.8 3.6 25 4.2 3.6 3.6 3.0 3.6 26 4.0 3.8 4.2 4.0 4.0 27 3.8 3.0 3.8 3.4 3.4 28 4.2 3.6 3.8 4.2 4.0 29 4.0 3.4 4.2 3.6 3.4 30 4.4 3.6 3.8 3.0 3.8
Rata-rata 4.19 3.63 4.07 3.73 3.94
156
Lampiran 36. Hasil uji hedonik mie basah mentah Pasar
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Overall 1 3.8 2.2 2.8 2.6 2 4.0 3.6 1.6 2.8 3 3.4 3.6 3.6 3.4 4 4.4 3.6 3.6 4.0 5 3.8 4.0 2.4 3.0 6 4.6 3.6 4.2 4.4 7 3.8 2.6 3.4 3.2 8 4.4 3.2 2.0 2.0 9 3.8 4.0 2.8 3.8 10 3.2 2.0 2.4 3.0 11 3.2 3.8 3.0 3.4 12 3.6 2.0 3.0 2.6 13 4.2 2.4 3.4 3.4 14 3.2 3.2 1.6 3.0 15 3.8 3.4 2.2 3.4 16 4.0 3.2 1.8 2.6 17 3.8 3.4 3.4 2.6 18 4.8 2.0 2.4 2.2 19 4.6 4.0 3.0 4.6 20 4.4 3.8 2.4 4.0 21 4.2 3.2 2.4 2.8 22 3.6 3.0 1.8 2.0 23 3.0 3.2 1.6 2.8 24 3.4 3.4 2.6 3.0 25 4.2 2.6 2.6 2.6 26 3.6 3.0 1.8 2.6 27 4.2 3.0 2.2 2.8 28 2.8 2.6 2.6 2.2 29 3.8 3.6 3.8 3.8 30 3.6 2.0 2.8 3.0
Rata-rata 3.84 3.11 2.64 3.05
157
Lampiran 37. Hasil uji hedonik mie basah mentah Pasar yang dimatangkan
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 4.2 3.8 3.8 4.6 4.6 2 5.0 4.0 4.4 3.0 4.2 3 4.4 3.4 2.8 3.2 3.6 4 4.4 3.8 3.6 4.4 4.0 5 4.8 3.6 3.8 3.8 4.2 6 3.8 4.0 3.6 4.4 4.2 7 4.0 4.4 3.8 4.0 3.8 8 4.0 3.8 3.4 3.4 3.8 9 4.4 4.4 4.0 4.0 4.4 10 3.8 3.6 3.4 3.8 3.6 11 4.6 3.6 4.4 3.8 3.8 12 4.0 4.2 3.6 4.2 3.8 13 4.6 4.2 4.2 4.0 4.4 14 3.8 4.4 4.2 3.6 3.8 15 4.6 3.6 4.4 4.4 4.0 16 4.4 4.4 3.8 3.6 4.0 17 4.0 4.4 3.6 4.0 4.0 18 2.8 3.0 3.0 3.4 3.0 19 4.2 3.0 3.2 3.0 3.4 20 4.6 4.2 3.6 3.6 4.2 21 4.0 4.2 3.8 4.2 4.2 22 3.8 4.0 3.2 3.8 4.0 23 4.0 3.2 3.8 4.2 3.6 24 4.6 3.4 4.4 4.2 4.2 25 4.6 4.2 4.2 3.6 4.2 26 4.0 3.8 4.4 4.0 4.0 27 4.0 3.0 4.2 4.2 4.4 28 4.4 4.2 4.0 3.6 4.0 29 3.8 3.8 4.4 2.8 3.0 30 4.6 4.2 4.6 4.2 4.6
Rata-rata 4.21 3.86 3.85 3.83 3.97
158
Lampiran 38. Hasil uji hedonik mie basah matang Pasar
No Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa Overall 1 4.0 2.0 3.0 2.2 2.4 2 4.0 2.4 3.6 2.8 2.8 3 4.2 2.4 2.2 2.0 2.4 4 2.6 2.2 1.4 2.4 2.0 5 4.0 2.8 3.0 2.4 2.8 6 4.0 2.0 2.6 2.8 2.6 7 4.0 2.0 2.2 2.8 2.4 8 3.8 2.0 2.6 1.8 2.0 9 5.0 2.4 2.6 2.8 2.8 10 3.6 2.8 2.8 2.6 2.6 11 3.0 1.8 2.2 3.0 2.0 12 3.4 2.0 2.8 2.4 2.4 13 3.0 1.2 1.8 1.2 1.2 14 3.2 1.4 1.8 1.2 1.4 15 4.2 2.2 3.8 2.4 2.4 16 4.0 2.0 2.6 2.4 2.6 17 4.6 1.8 2.0 2.2 2.2 18 3.4 1.8 2.0 2.4 1.8 19 4.2 1.4 2.4 3.0 2.4 20 3.0 1.8 1.6 1.8 1.8 21 3.2 2.6 2.8 2.0 1.8 22 3.8 1.6 2.2 1.6 1.8 23 3.0 1.2 2.4 1.4 1.4 24 2.8 2.4 3.6 2.2 2.6 25 2.0 2.0 1.4 2.0 2.0 26 3.2 1.4 2.4 1.8 2.0 27 3.2 1.6 3.4 2.4 2.4 28 2.2 1.8 2.0 2.0 1.6 29 3.2 2.2 3.8 1.8 2.2 30 1.8 2.2 3.0 1.6 1.6
Rata-rata 3.45 1.98 2.53 2.18 2.15
159
Lampiran 39. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol Skor Warna Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah ES 20% 30 2,3333 mie basah mentah ER 33.33% 30 3,1000
mie basah mentah kontrol Lab 30 3,7133
mie basah mentah Pasar 30 3,8400 Sig. 1,000 1,000 ,578
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,772. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Aroma Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah ES 20% 30 2,2000 mie basah mentah Pasar 30 3,1067 mie basah mentah ER 33.33% 30 3,6000
mie basah mentah kontrol Lab 30 3,8667
Sig. 1,000 1,000 ,256 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,817. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Tekstur Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah Pasar 30 2,6400 mie basah mentah ES 20% 30 3,3667 mie basah mentah ER 33.33% 30 3,4333
mie basah mentah kontrol Lab 30 3,9200
Sig. 1,000 ,775 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,812. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05.
160
Skor Overall Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah ES 20% 30 2,5000 mie basah mentah Pasar 30 3,0533 mie basah mentah ER 33.33% 30 3,4667 3,4667
mie basah mentah kontrol Lab 30 3,8667
Sig. 1,000 ,064 ,072 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,726. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Lampiran 40. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol yang dimatangkan Skor Warna Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah ER 33.33% yang dimatangkan 30 2,4667
mie basah mentah ES 20% yang dimatangkan 30 3,1000
mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan 30 4,1267
mie basah mentah Pasar yang dimatangkan 30 4,2067
Sig. 1,000 1,000 ,739 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,858. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05.
161
Skor Aroma Duncan
Sampel N
Subset
1 2 mie basah mentah ER 33.33% yang dimatangkan 30 2,5667
mie basah mentah ES 20% yang dimatangkan 30 3,4667
mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan 30 3,7667
mie basah mentah Pasar yang dimatangkan 30 3,8600
Sig. 1,000 ,072Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,629. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Tekstur Duncan
Sampel N
Subset
1 2 mie basah mentah ES 20% yang dimatangkan 30 3,4333
mie basah mentah ER 33.33% yang dimatangkan 30 3,7000 3,7000
mie basah mentah Pasar yang dimatangkan 30 3,8533 3,8533
mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan 30 3,8867
Sig. ,060 ,405Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,656. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05.
Skor Rasa Duncan
Sampel N
Subset
1 2 mie basah mentah ER 33.33% yang dimatangkan 30 2,8667
mie basah mentah ES 20% yang dimatangkan 30 3,4333
mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan 30 3,6733
mie basah mentah Pasar yang dimatangkan 30 3,8333
Sig. 1,000 ,099Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,774.
162
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Overall Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah mentah ER 33.33% yang dimatangkan 30 2,8000
mie basah mentah ES 20% yang dimatangkan 30 3,3333
mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan 30 3,9133
mie basah mentah Pasar yang dimatangkan 30 3,9667
Sig. 1,000 1,000 ,791 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,606. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05 Lampiran 41. Hasil sidik ragam dan uji Duncan terhadap uji hedonik mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dan kontrol Skor Warna Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah matang ES 20% 30 2,4000 mie basah matang ER 50% 30 2,8000 mie basah matang Pasar 30 3,4533 mie basah matang kontrol Lab 30 4,1933
Sig. ,068 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,702. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Aroma Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah matang Pasar 30 1,9800 mie basah matang ES 20% 30 3,1000 mie basah matang ER 50% 30 3,4333 3,4333 mie basah matang kontrol Lab 30 3,6267
Sig. 1,000 ,119 ,364 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,672. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05.
163
Skor Tekstur Duncan
Sampel N
Subset
1 2 mie basah matang Pasar 30 2,5333 mie basah matang ES 20% 30 3,7333mie basah matang ER 50% 30 4,0333mie basah matang kontrol Lab 30 4,0667
Sig. 1,000 ,117Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,594. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Rasa Duncan
Sampel N
Subset
1 2 mie basah matang Pasar 30 2,1800 mie basah matang ES 20% 30 3,4000mie basah matang kontrol Lab 30 3,7267
mie basah matang ER 50% 30 3,7667Sig. 1,000 ,054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,477. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05. Skor Overall Duncan
Sampel N
Subset
1 2 3 mie basah matang Pasar 30 2,1467 mie basah matang ES 20% 30 3,3667 mie basah matang ER 50% 30 3,8667 mie basah matang kontrol Lab 30 3,9400
Sig. 1,000 1,000 ,693 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,514. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. b Alpha = ,05.
164
Lampiran 42. Analisis biaya mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih 100 gram terigu = ± 125 gram mie basah mentah (Rendemen ± 125%) 100 gram terigu = ± 130 gram mie basah matang (Rendemen ± 130%) Harga 1 kg mie basah mentah : ± Rp. 5000,- (Gracecia, 2005) Harga 1 kg mie basah mentah : ± Rp. 2500,- (Gracecia, 2005)
Jenis mie basah
Jumlah kunyit yang
digunakan/100g mie basah
Harga kunyit/kg
Harga kunyit/1 kg mie basah
Kontribusi kunyit/1 kg mie basah
Mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak rebus 33.33%
6.59 g Rp. 3000,- Rp. 158.2 3.16%
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20%
4.90 g Rp. 3000,- Rp. 117.6 2.35%
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%
9.89 g Rp. 3000,- Rp. 228.2 9.12%
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20%
4.90 g Rp. 3000,- Rp. 113.0 4.52%
Contoh perhitungan : Harga kunyit untuk 1 kg mie basah mentah ER 33.33% : 6.59 g X Rp. 3000,- = Rp.158.2,- / kg mie basah mentah 125 g mie basah mentah 1000 g Kontribusi kunyit untuk 1 kg mie basah mentah ER 33.33% : Rp. 158.2,- X 100 % = 3.16 % Rp. 5000,-
165
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie mentah ER 33.33% Mie mentah ES 20%Mie mentah kontrol Standar maks. menurut SNILinear (Mie mentah kontrol) Linear (Mie mentah ER 33.33%)Linear (Mie mentah ES 20%)
Lampiran 43. Persamaan regresi linier nilai total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan Persamaan regresi : Mie mentah kontrol y = 0.1187x +1.7843 Mie mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% y = 0.093x + 2.3014 Mie mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% y = 0.0193x + 2.4114 Contoh perhitungan : Contoh perhitungan: 1. Berapa jumlah mikroba pada saat batas penerimaan subyektif mie mentah dengan penambahan
ekstrak rebus 33.33%? Batas penerimaan subyektif = 57 jam Jumlah mikroba = 0.093 (57) + 2.3014
= 7.60 log cfu/g = 4.0 x 107 cfu/g 2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan mie mentah dengan dengan penambahan ekstrak rebus
33.33% mencapai batas SNI (106 cfu/g)? Waktu (jam) = 6 – 2.3014 = 39.7 jam
0.093
166
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%Mie matang kontrol Standar maks. menurut SNILinear (Mie matang kontrol) Linear (Mie matang ES 20%)Linear (Mie matang ER 50%)
Lampiran 44. Persamaan regresi linier nilai total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Persamaan regresi : Mie matang kontrol y = 0.1122x + 2.32 Mie matang dengan penambahan ekstrak rebus 50% y = 0.0979x + 2.1152 Mie matang dengan penambahan ekstrak segar 20% y = 0.1025x + 1.9052 Contoh perhitungan : Contoh perhitungan: 1. Berapa jumlah mikroba pada saat batas penerimaan subyektif mie matang dengan penambahan
ekstrak rebus 50%? Batas penerimaan subyektif = 52 jam Jumlah mikroba = 0.0979 (52) + 2.1152
= 7.60 log cfu/g = 1.6 x 107 cfu/g 2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan mie matang dengan dengan penambahan ekstrak rebus
50% mencapai batas SNI (106 cfu/g)? Waktu (jam) = 6 – 2.1152 = 39.6 jam
0.0979
APLIKASI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI BAHAN PENGAWET
MIE BASAH
(APPLICATION TURMERIC EXTRACT AS PRESERVATIVES WET COOKED NOODLES)
Ratih Dewanti-Hariyadi1), Lilis Nuraida1) dan Pretty Arinigora Sihombing2)
1) Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor 2) Sarjana Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Abstract
Kata kunci : mie basah, kunyit, umur simpan
PENDAHULUAN
Latar belakang
Keamanan pangan akhir-akhir ini menjadi sorotan besar sebagian masyarakat. Selain bergizi dan enak, pangan juga dituntut untuk aman dikonsumsi. Isu formalin dan boraks pada beberapa makanan mendapat perhatian yang cukup besar sekarang. Upaya penyelidikan makanan mengandung formalin, boraks dan pewarna tekstil sudah dilakukan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sejak lama, tetapi baru marak diperbincangkan sekarang. Makanan yang diisukan mengandung formalin antara lain mie basah, tahu, dan ikan.
Beberapa makanan yang ditemukan mengandung formalin adalah sebagai berikut : 8 merek mie dan tahu mengandung formalin (Jakarta), 6 pabrik mie basah positif menggunakan formalin (Yogyakarta), dan ikan segar hasil tangkapan nelayan di sejumlah pasar tradisional juga mengandung formalin (Surabaya) (Indarini, 2005 dan Astuti, 2005). Persentase penemuan makanan yang mengandung formalin pada masing-masing daerah berbeda-beda. Badan POM di Yogyakarta dan Bandung tidak menemukan tahu yang mengandung formalin, sedangkan di Jakarta 77.85% tahu mengandung formalin. Untuk ikan, Badan POM menemukan 52.63% ikan mengandung formalin, demikian juga di Bandar Lampung sebanyak 36.56%.
Untuk mie basah, persentase ditemukannya sampel yang mengandung formalin cukup tinggi yaitu diatas 60%, kecuali di Makassar 6.45% (Sampurno, 2006).
Mie basah mendapat sorotan terbesar dalam isu formalin. Hal ini disebabkan mie basah merupakan salah satu makanan populer dan merupakan bagian yang penting dalam diet di Indonesia. Mie basah memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu 35-60% sehingga memiliki umur simpan yang pendek yaitu berkisar 24-36 jam pada suhu ruang. Penyebab kerusakan mie basah antara lain proses produksi yang memiliki kondisi sanitasi buruk, distribusi, dan kondisi penyimpanan mie basah yang tidak baik. Penggunaan formalin dan boraks pada mie basah yang beredar di pasaran adalah untuk memperpanjang umur simpan dan menghasilkan tekstur mie yang lebih baik. Dengan mencuatnya masalah formalin dan boraks, mengakibatkan timbulnya keinginan untuk beralih ke bahan pengawet makanan yang lebih ramah sebagai alternatif. Bahan alami yaitu rempah-rempah dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa jenis rempah dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba yaitu suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sehingga makanan menjadi awet. Kunyit merupakan rempah yang juga memiliki aktivitas antimikroba. Kunyit dilaporkan memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk. Ekstrak kunyit
dalam etanol dapat menghambat Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar 500 μg/ml (Huhtanen, 1980). Bubuk kunyit (2 g/l) bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif batang, yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus (Suwanto, 1983). Selain itu, kunyit juga memiliki potensi lain yaitu dapat dijadikan zat pewarna alami kuning pada bahan pangan. Oleh karena kedua jenis sifat ini, maka kunyit dapat dijadikan bahan pengawet alami sekaligus bahan pewarna alami pada mie basah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi kunyit dan konsentrasi yang ditambahkan untuk memperpanjang umur simpan mie basah.
METODOLOGI
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu bahan ekstraksi kunyit, pembuatan mie basah, dan analisis. Bahan yang digunakan dalam ekstraksi kunyit adalah kunyit (Curcuma domestica) yang diperoleh dari BALITRO (Balai Tanaman Rempah dan Obat-obatan) dengan umur panen 9 bulan dan larutan Na-klorit 10%. Bahan yang digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu merk Segitiga Biru dan Cakra Kembar, garam dapur, soda abu (Na2CO3), air mentah yang diperoleh keran Laboratorium, ekstrak kunyit, tepung tapioka, minyak kelapa merk Barco, dan plastik LDPE. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis fisik, kimia, mikrobiologis, dan sensori adalah buffer pH 7 dan 10, NaCl jenuh, aquades, alkohol 70%, larutan pengencer steril NaCl 0.85%, media Plate Count Agar (PCA), Acidified Potato Dextrose Agar (APDA), Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB), spiritus, dan tissue.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat ekstraksi kunyit, pembuatan mie dan analisis. Alat-alat yang digunakan dalam ekstraksi kunyit adalah pisau, talenan, baskom, blender, panci, oven, loyang, korek api, dan kain saring. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan mie adalah noodle machine, mixer, timbangan, gelas ukur, dan gelas piala. Alat-alat yang
digunakan untuk analisis adalah cawan aluminium, desikator, oven, cawan porselin, stomacher, cawan petri steril, tabung reaksi, tabung Durham, pipet, mikropipet, sudip, inkubator, bunsen, erlenmeyer, gelas ukur, otoklaf, hot plate, labu takar, refrigerator, sealer, nampan, gelas sampel, sendok, aluminium foil, sudip, aw-meter, pH-meter, Texture analyzer, Chromameter, dan refluks.
Metode
Pada penelitian ini kunyit diekstrak kemudian diaplikasikan pada pembuatan mie basah untuk mengetahui kemampuan kunyit dalam memperpanjang umur simpan mie basah. Metode penelitian yang akan dilakukan secara garis besar disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir garis besar penelitian
Pembuatan ekstrak kunyit
Ekstrak Kunyit
Aplikasi ekstrak kunyit
Mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit
Analisis kimia, mikrobiologi dan
perhitungan rendemen
Kunyit Analisis fisik
Penyimpanan dengan plastik LDPE dan penentuan umur simpan dengan
pengamatan secara subyektif : parameter bau asam dan lendir
Analisis fisik, kimia, mikrobiologi
dan perhitungan rendemen
Mie basah dengan penambahan ekstrak
kunyit terpilih
Pemilihan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih menurut umur simpan terpanjang
Analisis fisik, kimia,
mikrobiologi, organoleptik,
dan biaya
NaOClMrHOClMr
1. Persiapan Kunyit Kunyit dicuci bersih terlebih
dahulu. Selanjutnya, kunyit disimpan pada lemari pendingin (cool room) untuk mencegah kerusakan kunyit. Kunyit yang akan digunakan dikupas kemudian diklorinasi. Tahap klorinasi dilakukan hanya pada ekstraksi segar. Klorin yang digunakan adalah Na-klorit 10% yang diperoleh dari toko kimia. Penggunaan klorin sebanyak 2000 ppm bertujuan mengurangi jumlah mikroba awal. Perhitungan penggunaan klorin 2000 ppm adalah sebagai berikut :
NaOCl cair 10% (w/v) = 100000 mg/l = 100000 ppm x ppm HOCL (yang aktif) = 100000 ppm x = 100000 ppm x = 70469.7987 ppm Untuk membuat larutan klorin 2000 ppm dlm 2.5 L (500 gr kunyit) : V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 70469.7987 ppm = 2500 ml x 2000 ppm V1 = 70.95 ml = 71 ml Volume NaOCl yang dibutuhkan = 71 ml
2. Ekstraksi Kunyit Kunyit diperoleh dari
BALITRO dengan tujuan mendapatkan mutu kunyit yang seragam dibandingkan bila diperoleh dari pasar. Sebelum mengalami proses ekstraksi, kadar air kunyit diukur dengan metode oven.
a. Ekstraksi Segar
Ekstraksi kunyit dilakukan dengan 2 cara yaitu ekstraksi segar dan ekstraksi rebus. Ekstraksi segar dilakukan tanpa pemanasan, yaitu dengan cara memblender kunyit. Cara pembuatan ekstrak kunyit segar disajikan pada Gambar 6.
Kunyit segar yang telah dibersihkan dan diklorinasi
Pengirisan memanjang dengan ketebalan 1-2
mm
Penghancuran menggunakan blender (kunyit : air = 1 : 1)
Penyaringan menggunakan kain saring
Ekstrak Segar
Gambar 6. Diagram alir pembuatan ekstrak
segar
b. Ekstraksi Rebus Ekstraksi rebus dilakukan
dengan pemanasan, yaitu dengan cara merebus kunyit, dimana cara ini juga sekaligus dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Cara pembuatan ekstrak kunyit rebus lebih jelas disajikan pada Gambar 7.
Kunyit segar yang telah dibersihkan dan
diklorinasi
Pengirisan memanjang dengan ketebalan 1-2 mm
Perebusan (kunyit : air = 1 : 3 dan 1 : 5) dengan masing-masing waktu 10 dan 15
menit
Penyaringan menggunakan kain saring
Ekstrak Rebus
Gambar 7. Diagram alir pembuatan ekstrak rebus
c. Ekstrak Kunyit
Dari kedua cara ekstraksi kunyit yaitu ekstraksi segar dan rebus maka diperoleh ekstrak kunyit disajikan pada Tabel 5. Ekstrak kunyit dianalisis secara kimia yaitu dengan mengukur pH masing-masing jenis ekstrak, secara mikrobiologi untuk mengetahui total mikroba awal, dan perhitungan rendemen ekstrak kunyit. Kelima jenis ekstrak kunyit tersebut selanjutnya akan diaplikasikan pada pembuatan mie basah mentah dan matang.
5.745.52
Tabel 5. Jenis ekstrak kunyit No. Ekstrak kunyit 1 Ekstrak segar 2 Ekstrak rebus 1 : 3 (10 menit) 3 Ekstrak rebus 1 : 3 (15 menit) 4 Ekstrak rebus 1 : 5 (10 menit) 5 Ekstrak rebus 1 : 5 (15 menit)
3. Pembuatan Mie Basah
Pembuatan mie basah dilakukan sesuai Pahrudin (2006), dengan bahan baku tepung terigu (100%), air (34%), garam (1%), dan Na2CO3 (0.6%). Proses pembuatan mie basah, baik mentah maupun matang disajikan pada Gambar 8.
Pembuatan mie basah mentah dan matang berbeda pada proses akhir. Mie basah mentah langsung dipupur dengan tapioka, sedangkan mie basah matang mengalami perebusan, dimana air yang digunakan untuk merebus dicampur dengan minyak kelapa merk Barco. Jumlah tapioka yang ditambahkan pada mie basah mentah adalah 3% dari bobot mie, sedangkan jumlah air yang digunakan untuk merebus adalah 4 kali bobot mie basah mentah dan jumlah minyak yang dicampur ke dalam air adalah 10% dari jumlah air.
Penimbangan bahan-bahan
Pengadukan bahan-bahan kering dengan
menggunakan mixer selama 1 menit
Pencampuran air sedikit demi sedikit
Pengadukan adonan dengan menggunakan
mixer selama 4-5 menit
Pembentukan lembaran pada machine noodle
Pengistirahatan selama 15 menit
Penipisan lembaran
Pemotongan mie
Pemupuran Perebusan dalam air dengan tapioka dicampur minyak Mie basah mentah Mie basah matang
Gambar 8. Diagram alir proses pembuatan mie basah.
4. Aplikasi Ekstrak Kunyit pada Pembuatan Mie Basah
Ekstrak kunyit tidak mengalami penyimpanan. Ekstrak kunyit yang digunakan untuk aplikasi harus dalam keadaan segar atau baru dibuat. Hal ini bertujuan untuk memperoleh mutu ekstrak kunyit terpilih. Jumlah ekstrak kunyit yang digunakan pada pembuatan mie basah disajikan pada Tabel 6. Konsentrasi ekstrak kunyit yang ditambahkan dihitung dari jumlah air (34%) yang digunakan pada pembuatan mie basah.
Tabel 6. Konsentrasi penambahan ekstrak kunyit pada pembuatan mie basah
Jenis ekstrak Konsentrasi ekstrak yang ditambahkan
Ekstrak segar (1 : 1)
10% dari jumlah air 20% dari jumlah air 30% dari jumlah air 40% dari jumlah air 50% dari jumlah air
100% dari jumlah air
Ekstrak rebus (1 : 3 dan 1 : 5)
33.33% dari jumlah air 50% dari jumlah air
100% dari jumlah air
a. Mie Basah Ekstrak kunyit diaplikasikan
pada mie basah mentah maupun mie basah matang. Formula mie basah yang dibuat pada penelitian ini disajikan pada Tabel 7. Selain mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit, mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit (kontrol) juga dibuat sebagai pembanding. Pada penelitian ini, mie basah kontrol terbagi atas dua yaitu mie basah kontrol Lab dan mie basah kontrol Pasar. Mie basah kontrol Lab adalah mie basah yang dibuat di Laboratorium, tempat penelitian diadakan, sedangkan mie basah kontrol Pasar adalah mie basah yang diperoleh dari Pasar Bogor.
Tabel 7. Jenis mie basah matang
No. Jenis mie basah 1. Mie basah matang 10% ekstrak segar 2. Mie basah matang 20% ekstrak segar 3. Mie basah matang 30% ekstrak segar
4. Mie basah matang 40% ekstrak segar 5. Mie basah matang 50% ekstrak segar
6. Mie basah matang 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
7. Mie basah matang 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
8. Mie basah matang 100% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
9. Mie basah mentah kontrol 10. Mie basah matang kontrol
Tabel 8. Jenis mie basah mentah
No. Jenis mie basah
1. Mie basah mentah 10% ekstrak segar
2. Mie basah mentah 20% ekstrak segar
3. Mie basah mentah 30% ekstrak segar
4. Mie basah mentah 40% ekstrak segar
5. Mie basah mentah 50% ekstrak segar
6. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit)
7. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit)
8. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit)
9. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
10. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
11. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
12. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit)
13. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit)
14. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit)
15. Mie basah mentah 33.33% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit)
16. Mie basah mentah 50% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit)
17. Mie basah mentah 100% ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit)
18. Mie basah mentah kontrol
b. Pengemasan dan Penyimpanan Mie basah dikemas dalam
plastik LDPE dengan bobot 50gr/plastik untuk mie basah mentah dan 100gr/plastik untuk mie basah matang. Hal ini
disesuaikan dengan bobot 1 porsi mie yang biasa dikonsumsi. Plastik LDPE merupakan plastik yang umum digunakan untuk kemasan mie basah yang dijual di pasaran dan memiliki harga yang relatif murah.
c. Pengamatan
Mie basah yang telah dikemas disimpan pada suhu ruang dan diamati setiap 4 jam sekali. Waktu pengamatan dipersempit menjadi 2 jam sekali setelah melewati 24 jam yang bertujuan untuk mengetahui umur simpan mie basah yang sebenarnya. Pengamatan terhadap mie basah dilakukan secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk. Umur simpan mie basah ditentukan melalui kedua parameter tersebut, apabila salah satu atau keduanya sudah terbentuk, maka itulah batas umur simpan suatu mie basah. Selain pengamatan secara subyektif, mie basah juga dianalisis secara fisik yaitu pengukuran warna dan tekstur,secara kimia yaitu pengukuran pH pada jam awal atau jam ke-0 dan perhitungan rendemen mie basah.
d. Aplikasi Ekstrak Terpilih
Pada tahap ini dilakukan pembuatan mie dengan menggunakan ekstrak kunyit terpilih yang memberikan umur simpan terpanjang. Analisis yang dilakukan pada tahap ini meliputi total mikroba, total kapang khamir, total koliform, nilai pH, warna, uji kekerasan dan kelengketan, Aw, uji hedonik, dan analisis biaya.
5. Metode Analisis
A. Perhitungan Rendemen Perhitungan rendemen
dilakukan untuk mengetahui % perubahan suatu bahan pangan setelah mengalami proses pengolahan. Perhitungan rendemen mie basah dan ekstrak kunyit dapat dilihat sebagai berikut :
%100)(
)(Re% xgrterigubobot
grbasahmiebobotbasahmiendemen =
%100)()(
)(Re% xmlairgrkunyitbobot
grkunyitekstrakbobotkunyitekstrakndemen+
=
b. Kadar Air (AOAC, 1995) Kadar air ditentukan secara
langsung dengan menggunakan metode oven pada suhu 105oC. Mie basah sejumlah 3-5 gram ditimbang dan dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian mie basah dan cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 6 jam. Cawan didinginkan dan ditimbang, kemudian dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air mie basah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
a = berat mie basah awal (g) b = berat mie basah akhir dan cawan (g) c = berat cawan (g)
c. Uji Kekerasan dan Kelengketan
Pengukuran kekerasan (firmness), kelengketan (adhesiveness), dan elastisitas dilakukan dengan Texture analyzer. Untuk mengukur kekerasan dan kelengketan digunakan Cylinder Probe P/35. Mie basah diletakkan pada wadah yang telah disediakan kemudian diukur kekerasan dan kelengketannya. Elastisitas merupakan gaya maksimum yang dapat menahan sejumlah beban tertentu. Elastisitas diukur menggunakan Spaghetti/Noodle Tensile Rig A/SPR. Mie basah dililitkan sejajar pada probe dan bagian dasar (base), kemudian diukur elastisitasnya. Satuan kekerasan, kelengketan dan elastisitas adalah gram force.
d. Pengukuran Warna
Warna diukur menggunakan alat chromameter Minolta (tipe CR 200, Jepang). Mie basah diletakkan pada wadah yang telah tersedia,
kemudian ditekan tombol start dan akan diperoleh nilai L, a, dan b dari mie basah dengan kisaran 0 sampai ± 100 (putih). Notasi “a “ menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai “+a” (positif) dari 0 sampai + 100 untuk warna merah dan nilai “–a “ (negatif) dari 0 sampai – 80 untuk warna hijau. Notasi “b” menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai nilai “+b” (positif) dari 0 sampai + 70 untuk warna kuning dan nilai “–b “ (negatif) dari 0 sampai – 80 untuk warna biru. Sedangkan L menyatakan kecerahan warna. Semakin tinggi kecerahan warna, semakin tinggi nilai L. Selanjutnya dari nilai a dan b dapat dihitung oHue dengan rumus:
Jika hasil yang diperoleh:
18o – 54o maka produk berwarna red (R) 54 o– 90o maka produk berwarna yellow red (YR) 90o – 126o maka produk berwarna yellow (Y) 126o – 162o maka produk berwarna yellow green (YG) 162o – 198o maka produk berwarna green (G) 198o – 234o maka produk berwarna blue green (BG) 234o – 270o maka produk berwarna blue (B) 270o – 306o maka produk berwarna blue purple (BP) 306o – 342o maka produk berwarna purple (P) 342o – 18o maka produk berwarna red purple (RP)
e. Nilai pH (AOAC, 1984)
Sebelum digunakan, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH 7 dan 10. Sebanyak 5 gram mie basah dihaluskan, ditambahkan sedikit air dan diaduk sampai merata. Kemudian elektroda ditempatkan dalam mie basah sehingga dapat terbaca nilai pH yang diukur. Elektroda diangkat dan dibilas dengan akuades.
Kadar Air (%) = ((a-(b-c)/a) x 100% oHue = tan-1
ab
f. Total Asam Tertitrasi (Apriyantono et al., 1989)
Sebanyak 10 gram mie basah ditambahkan sedikit air, kemudian dihancurkan sampai menjadi pulp. Campuran tersebut kemudian dipanaskan samapi mendidih dan dipindahkan ke labu takar 100 ml. Ditambahkan akuades sampai tanda tera. Diambil 25 ml larutan dan ditambahkan fenolftalein 3 tetes. Larutan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,01 N yang telah distandarisasi sampai terbentuk warna merah muda.
g. Aw
Aktivitas air diukur menggunakan alat Aw-meter Shibaura WA-360. Sebelum digunakan untuk mengukur mie basah, alat ini dikalibrasi terlebih dahulu dengan NaCl jenuh. Mie basah diletakkan dalam cawan sensor. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sensor Aw-meter. Tekan tombol start untuk memulai pengukuran. Nilai Aw dapat dibaca pada layar setelah ada tulisan complete.
h. Analisis Mikrobiologi (BAM,
2001) Analisis sifat mikrobiologi
yang dilakukan yaitu analisis total mikroba, total kapang-khamir, dan total bakteri E. coli. Analisis total mikroba dilakukan dengan metode TPC (Total Plate Count). Sebanyak 10 gram mie basah mie basah dimasukkan dalam plastik tahan panas steril yang berisi 90 ml larutan pengencer steril. Mie basah tersebut kemudian dihancurkan dengan menggunakan alat stomacher selama 120 detik sehingga dihasilkan mie basah mie basah dengan pengenceran 1 : 10. Campuran dikocok dan diambil 1 ml kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan pengencer steril sehingga diperoleh pengenceran 10-2. dengan cara yang sama dilakukan 10-3, 10-4, dan seterusnya.
Dari masing-masing pengenceran dipipet secara aseptis
1 ml suspensi mie basah dengan menggunakan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril dilakukan secara duplo. Selanjutnya ditambahkan 15-20 ml medium PCA (Plate Count Agar) steril bersuhu 45-50oC. Setelah media membeku, cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada inkubator dengan suhu 37oC selama 2 hari. Perhitungan total mikroba dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : N = Jumlah koloni yang berada dalam kisaran hitung (TPC : 25-250, kapang-khamir : 10-150) n = Jumlah cawan yang koloninya dapat dihitung D = Tingkat pengenceran terendah
Analisis total kapang-
khamir dilakukan dengan menggunakan media APDA. Perhitungan total kapang-khamir menggunakan metode yang sama dengan perhitungan untuk total mikroba. Analisis total koliform dilakukan dengan metode MPN tiga tabung menggunakan media BGLBB. Inokulasi pada tiga tingkat pengenceran. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 2 hari. Penilaian positif atau negatifnya tabung dilihat berdasarkan pembentukan gas. Pembentukan gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham atau terbentuknya kekeruhan dinyatakan sebagai hasil positif. Jika tetap tidak terbentuk gas, dihitung sebagai tabung negatif, Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. Jumlah tabung positif pada tiap pengenceran kemudian dicocokkan dengan tabel MPN untuk mendapatkan jumlah total koliform. Jika terdapat tabung positif, maka selanjutnya dilakukan uji penguat pada media EMBA
CFU/g = Σ N cawan
[(n1 x 1) + (n2 x 0.1)] x D
untuk mendapatkan jumlah bakteri E. coli dalam mie basah.
i. Analisis Sensori
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik. Pada uji ini, mie basah yang diuji ada 3 bagian besar yaitu mie basah mentah, mie basah mentah yang dimatangkan, dan mie basah matang. Jenis mie basah yang digunakan adalah mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit, mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit yang pembuatannya dilakukan di Laboratorium (kontrol Lab), dan mie basah tanpa penambahan ekstrak kunyit yang diperoleh dari pasar (kontrol Pasar).
Uji hedonik menggunakan 30 orang panelis tidak terlatih dan semi terlatih. Uji hedonik dilakukan dengan 5 (lima) skala yaitu sangat suka (5), suka (4), netral (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Parameter yang diujikan meliputi atribut warna, aroma, tekstur, rasa, dan keseluruhan (overall). Data hasil uji organoleptik dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Duncan memakai progaram SPSS 14.0. Formulir untuk analisis disajikan pada Lampiran 26.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI KUNYIT
1. Kadar Air
Kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari BALITRO (Balai Tanaman Rempah dan Obat-obatan), berumur 9 bulan, dengan harga Rp 5000/kg. Purseglove et al. (1981) menyatakan, pemanenan kunyit paling baik dilakukan pada umur 9 bulan setelah penanaman. Pemilihan kunyit dengan umur tertentu berkaitan dengan mutu kunyit. Kunyit tua memiliki warna dan daya tahan yang lebih baik dibandingkan kunyit muda.
Pemilihan BALITRO sebagai pemasok kunyit yang digunakan pada penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan kunyit dengan mutu yang seragam. Kunyit yang diperoleh dari BALITRO memiliki kadar air rata-rata 82.7%. Tabel kadar air kunyit disajikan pada Lampiran 1. Persentase kadar air kunyit yang baru di panen pada penelitian ini, tidak berbeda jauh dengan persentase kadar air kunyit yang menurut Jusuf (1980) berkisar 81.4-81.5%.
2. Rendemen
Ekstraksi kunyit
menghasilkan ekstrak kunyit segar dan rebus. Rendemen ekstrak kunyit tertinggi diperoleh ekstrak segar yaitu 69.4% sedangkan rendemen terendah diperoleh ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) yaitu 39.8%. Tabel 8 menunjukkan rendemen masing-masing ekstrak kunyit. Tabel 9. Rendemen ekstrak kunyit
Jenis Ekstrak Rendemen
rata-rata (bb) (%)*
Ekstrak Segar (1 : 1) 69.4
Ekstrak Rebus (1 : 3, 10 menit) 39.8
Ekstrak Rebus (1 : 3, 15 menit) 43.0
Ekstrak Rebus (1 : 5, 10 menit) 56.6
Ekstrak Rebus (1 : 5, 15 menit) 57.3
* Dihitung dari berat total Rendemen ekstrak
dipengaruhi oleh jumlah air dan waktu perebusan. Ekstrak segar memiliki perbandingan air paling sedikit dari semua jenis ekstrak kunyit yaitu 1 : 1. Akan tetapi, ekstrak segar memiliki rendemen tertinggi dari ekstrak lainnya. Hal ini disebabkan karena ekstrak segar tidak mengalami proses pemanasan seperti ekstrak rebus. Proses pemanasan dapat mengurangi jumlah rendemen ekstrak kunyit yang larut air akibat penguapan.
Ekstrak rebus memiliki perbandingan air dan waktu perebusan yang bervariasi. Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki perbandingan air yang sama yaitu 1 : 3, tetapi memiliki rendemen ekstrak yang berbeda. Waktu perebusan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) lebih singkat dibandingkan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit). Semakin lama waktu perebusan, maka semakin banyak jumlah yang terekstrak, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, ekstrak rebus memiliki rendemen yang lebih sedikit dari ekstrak segar kunyit.
Ekstrak kunyit memiliki warna kuning kecoklatan. Semua jenis ekstrak kunyit memiliki warna yang sama dengan kepekatan yang berbeda. Ekstrak segar memiliki kepekatan tertinggi dari semua jenis ekstrak. Ekstrak rebus dengan konsentrasi air dan waktu perebusan yang berbeda memiliki kepekatan yang hampir sama.
Ekstrak kunyit berwarna kuning kecoklatan disebabkan adanya pigmen kunyit yaitu kurkuminoid. Menurut Krisnamurthy et al. (1976), kunyit mengandung 2.5-6% pigmen kurkumin sedangkan berdasarkan penelitian Jusuf (1980), diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa adalah 0.63-0.76% (w/w) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap ekstrak kasar kunyit.
3. Nilai pH
Pengukuran pH dilakukan
untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan suatu bahan pangan. Kunyit diketahui memiliki pH asam dengan kisaran pH yang tidak diketahui. Ekstrak kunyit memiliki pH yang tergolong asam dengan kisaran pH 6. Tabel 10 menunjukkan pH dari masing-masing ekstrak kunyit.
Tabel 10. Nilai pH masing-masing ekstrak kunyit
Jenis Ekstrak pH rata-rata
Ekstrak segar 6.56 Ekstrak rebus (1 : 3,
10 menit) 6.34
Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 6.53
Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 6.40
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 6.78
Ekstrak rebus (1 : 5, 15
menit) memiliki pH tertinggi yaitu 6.78 dan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) memiliki pH terendah yaitu 6.34. Nilai pH ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) hampir mendekati netral karena perbandingan air yang digunakan untuk mengekstrak kunyit lebih banyak dari jenis ekstrak lainnya. Hal ini menyebabkan tingkat keasaman ekstrak lebih rendah daripada ekstrak lainnya. Penambahan air yang umumnya memiliki pH mendekati netral dapat menurunkan tingkat keasaman bahan yang diekstraknya. Demikian juga berlaku untuk ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) yang memiliki perbandingan air lebih sedikit.
Mikroorganisme tumbuh pada pH yang berbeda-beda. Mikroorganisme umumnya tumbuh pada kisaran pH 3-6 (Fardiaz, 1992). Bakteri umumnya memiliki pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhan maksimum, sekitar 6.5-7.5. Pada pH di bawah 5.0 dan diatas 8.0, bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik kecuali bakteri asam dan bakteri oksidasi sulfur (Fardiaz, 1992). Ekstrak kunyit memiliki kisaran pH yaitu 6.34-6.78 yang memungkinkan mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Menurut Fardiaz (1992), bahwa kapang memiliki pH optimum 5-7 dan dapat hidup pada kisaran pH 3-8.5, sementara khamir memiliki pH optimum 4-5 dan dapat hidup pada pH 2.5-8.5.
4. Total Mikroba
Pengujian total mikroba pada ekstrak kunyit dilakukan hanya pada jam ke-0. Pengujian total mikroba dilakukan pada kelima jenis ekstrak yaitu ekstrak segar dengan klorinasi 2000 ppm, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit), ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit), ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit), ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) dan penambahan kontrol ekstrak segar tanpa pencucian klorin. Tabel 11 menunjukkan total mikroba dari masing-masing ekstrak.
Tabel 11. Total mikroba masing- masing ekstrak kunyit
Jenis Ekstrak Total
mikroba (CFU/g)
Ekstrak segar dengan klorinasi 1.9 x 104
Ekstrak segar tanpa klorinasi 6.3 x 104
Ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 1.4 x 101
Ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 1.6
Ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 1.9 x 101
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 9.3
Tabel 11 menunjukkan total
mikroba ekstrak segar yang mengalami klorinasi (1.9 x 104 CFU/g) tidak berbeda 1 log dengan ekstrak segar tanpa klorinasi (6.3 x 104 CFU/g). Hal ini membuktikan bahwa kunyit yang mengalami klorinasi tidak mempengaruhi jumlah mikroba awal sehingga penggunaan klorin 10% sebanyak 2000 ppm dapat dinyatakan tidak efektif. Hasil penelitian Dalujati (2004) menyatakan bahwa penggunaan klorin 10% tidak efektif untuk menurunkan total mikroba pada tauge segar. Penggunaan klorin 2000 ppm + asam asetat 3% hanya mampu menurunkan total mikroba 0.66-log10 CFU/g.
Ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) memiliki total mikroba terendah kedua yaitu 9.3 CFU/g
setelah ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) yaitu 1.6 CFU/g dari semua jenis ekstrak kunyit. Hal ini disebabkan kedua jenis ekstrak kunyit tersebut mengalami proses pemanasan dengan waktu yang cukup lama yaitu 15 menit.. Proses pemanasan dapat membantu menurunkan jumlah total awal mikroba. Mikroorganisme memiliki suhu optimum, minimum, dan maksimum yang berbeda-beda. Pada suhu dibawah minimum atau diatas maksimum biasanya aktivitas enzim mikrorganisme berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi enzim. Mikroorganisme umumnya tidak dapat tumbuh pada suhu tinggi. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu tinggi disebut termofil yaitu pada suhu 25-80oC. Mikroorganisme tumbuh baik pada suhu 30oC (Fardiaz, 1992). Ekstrak rebus mengalami perebusan hingga mendidih dalam waktu 10-15 menit yang menyebabkan sebagian besar mikroba mati. Oleh karena itu, total mikroba pada ekstrak rebus lebih rendah dibandingkan ekstrak segar.
B. APLIKASI EKSTRAK KUNYIT PADA PEMBUATAN MIE BASAH
1. Rendemen
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar maupun rebus memiliki rendemen yang tidak berbeda dengan mie basah kontrol. Mie basah kontrol adalah mie basah, baik mie basah mentah maupun mie basah matang, tanpa penambahan ekstrak kunyit. Tabel 12 menunjukkan rendemen mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah kontrol.
Tabel 12. Rendemen mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol
Jenis mie basah
Rendemen rata-rata
(%) Mie basah
mentah dengan penambahan
124.5
9.22 9.24
8.949.04 9.00
9.57
9.459.35
9.54
9.42
9.24
8.828.92
9.01
9.51
9.309.21
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
9.80
Mie basah mentah kunyit
ph ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES 40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 10 menit)50% ER (1 : 3, 10 menit) 100% ER (1 : 3, 10 menit) 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% ER (1 : 5, 10 menit)50% ER (1 : 5, 10 menit) 100% ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% ER (1 : 5, 15 menit)50% ER (1 : 5, 15 menit) 100% ER (1 : 5, 15 menit)
ekstrak kunyit Mie basah
matang dengan penambahan
ekstrak kunyit
132.5
Mie basah mentah kontrol 125.0
Mie basah matang kontrol 130.0
Mie basah mentah memiliki
kadar air lebih rendah daripada mie basah matang. Mie basah mentah memiliki kadar air sekitar 26-27% sedangkan mie basah matang sekitar 64-65% (Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, 2005). Kadar air mempengaruhi jumlah rendemen mie basah. Kadar air mie basah mentah yang rendah menyebabkan rendemennya lebih sedikit dibandingkan mie basah matang. Hal ini juga berlaku pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah kontrol. Menurut hasil penelitian Chamdani (2005) dan Pahrudin (2005), bahwa kadar air mie basah mentah kontrol adalah 31.73%, dan kadar air mie basah matang kontrol adalah 47.49%.
Menurut Indrawan (2005), pada umumnya mie basah mentah memiliki rendemen sekitar 120% dan mie basah matang 200-220%. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol memiliki rendemen yang sama dengan mie basah pada umumnya yaitu 124.5-125%. Akan tetapi, tidak demikian dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol memiliki rendemen yang lebih rendah daripada mie basah matang pada umumnya yaitu 130-132.5%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengadukan adonan mie yang bertujuan membuat adonan menjadi mengembang atau rendahnya kadar air mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
2. Nilai pH
Mie basah memiliki pH basa yaitu 7.32 untuk mie basah mentah dan 9.22 untuk mie basah matang (Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, 2005). Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki kisaran pH 8.5-9.5, baik mie basah mentah maupun mie basah matang. Gambar 10 dan 11 menunjukkan pH masing-masing mie basah mentah dan matang kunyit.
Gambar 10. Nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit pada
berbagai konsentrasi
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki pH tertinggi adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit 33.33% ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) yaitu 9.57 dan pH terendah adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% (1 : 5, 10 menit) yaitu 8.82. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki pH tertinggi adalah mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 10% yaitu 9.18 dan pH terendah adalah mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 50% yaitu 8.97. Penambahan ekstrak kunyit tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kunyit yang ditambahkan tidak membuat pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit semakin rendah. Hal ini mungkin disebabkan fungsi Na2CO3 sebagai pembentuk
9.189.16
9.03
9.00
8.97
9.09
9.15 9.14
8.85
8.90
8.95
9.00
9.05
9.10
9.15
9.20
Mie basah matang kunyit
pH ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES
40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit)
suasana alkali pada mie basah lebih dominan dibandingkan pH ekstrak kunyit. Seperti diketahui diatas, pH ekstrak kunyit hampir mendekati netral sehingga tidak berpengaruh terhadap keasaman mie basah.
Gambar 11. Nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit pada
berbagai konsentrasi
Mie basah mentah kontrol memiliki pH 8.81 dan mie basah matang kontrol memiliki pH 9.03. Menurut Chamdani (2005), mie basah mentah kontrol memiliki pH 8.18, sedangkan mie basah matang kontrol memiliki pH 9.20 (Pahrudin, 2005). Nilai pH mie basah mentah kontrol lebih rendah daripada mie basah matang kontrol disebabkan mie basah matang mengalami perebusan. Perebusan mie basah matang menyebabkan mie menyerap sejumlah air sehingga menyebabkan peningkatan pH menjadi lebih basa.
3. Warna
Warna memiliki peranan
yang cukup penting dalam pangan. Selain bergizi, pangan harus memiliki warna yang menarik untuk dapat dikonsumsi. Mie basah umumnya berwarna putih kekuningan. Warna ini disebabkan karena kandungan flavonoid yang terdapat pada tepung terigu (Kruger et al., 1996) Komponen warna terlepas dari pati pada kondisi alkali sehingga flavonoid berpeluang membentuk warna kuning. Penambahan alkali seperti obat mie dan kansui bertujuan membentuk warna kuning pada mie basah. Garam-garam alkali
yang ditambahkan menyebabkan pH adonan naik menjadi 9-11.5. Oleh sebab itu, mie basah memiliki pH basa dan berwarna kuning.
Tidak seperti mie basah kontrol yang berwarna kuning, mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki warna merah kecoklatan. Warna merah kecoklatan ini disebabkan komponen warna yang terdapat pada kunyit yaitu kurkuminoid. Pigmen kurkuminoid memiliki gugus keto-enol yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Gugus keto-enol menyebabkan pigmen kurkuminoid berwarna kuning jingga pada pH asam dan berwarna merah kecoklatan pada pH basa (Purseglove et sal., 1981). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, mie basah memiliki pH basa karena adanya garam-garam alkali. Oleh karena itu, mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan.
Selain secara subyektif, warna mie basah juga diukur menggunakan alat Chromameter. Faktor yang diperhatikan adalah L (kecerahan warna) dan oH (penggolongan warna). Hasil pengukuran warna mie basah menggunakan alat Chromameter disajikan pada Lampiran 9.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki oH yang berada pada kisaran 54 o– 90o yang berarti mie basah berwarna yellow red (kuning kemerahan). oH diperoleh dengan menghitung nilai a dan b yang terukur pada alat Chromameter. Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki L yang berbeda-beda. L menunjukkan intensitas warna suatu produk. Semakin tinggi nilai L, maka kecerahan warna semakin tinggi pula. Mie basah kontrol juga berwarna kuning kemerahan yang ditunjukkan dengan nilai oH mie basah mentah kontrol yaitu 82.93 dan mie basah matang kontrol yaitu 83.78. Pendapat yang sama juga diungkapkan dalam penelitian Chamdani (2005) dan Pahrudin (2005) yang menyatakan bahwa
mie basah kontrol berwarna kuning kemerahan, dimana oH mie basah mentah kontrol yaitu 84.44 dan mie basah matang kontrol yaitu 84.42. Mie basah kontrol memiliki L yang cukup tinggi yaitu 72.51 untuk mie basah mentah kontrol dan 72.55 untuk mie basah matang kontrol. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian lain, dimana L mie basah mentah kontrol adalah 72.48 dan mie basah matang adalah 71.69 9 (Chamdani, 2005 ; Pahrudin, 2005).
Terjadi perbedaan penilaian warna antara secara subyektif dan pengukuran dengan menggunakan alat Chromameter. Secara subyektif, mie basah berwarna kuning tetapi dengan pengukuran menggunakan alat, mie basah tergolong berwarna kuning kemerahan. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan sensitivitas antara mata dan alat Chromameter. Chromameter memiliki sensitivitas penilaian terhadap warna yang lebih baik dibandingkan mata.
Warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit yang terukur dari alat, selanjutnya di analisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut Tukey. Analisis lanjut ini bertujuan mengetahui perbedaan nyata atau tidak nyata antara mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan mie basah kontrol.
Berdasarkan parameter L (p<0.05), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 100% (1:5, 10 menit), ekstrak rebus 100% (1:3, 15 menit), ekstrak rebus 100% (1:5, 15 menit), ekstrak segar 20%, ekstrak segar 10%, ekstrak rebus 100% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 33.33% (1:3, 15 menit), ekstrak rebus 50% (1:3, 15 menit), ekstrak rebus 50% (1:5, 10 menit), ekstrak rebus 50% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 33.33% (1:5, 10 menit), ekstrak rebus 33.33% (1:3, 10 menit), ekstrak rebus 50% (1:5, 15 menit), dan ekstrak rebus
33.33% (1:5, 15 menit). Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar sebanyak 30%, 40% dan 50% berbeda nyata dengan mie basah kontrol. Ketiga jenis mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar ini memiliki warna yang lebih gelap dari mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter oH (p<0.05), semua mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, meskipun mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol berada dalam kisaran warna yang sama, sesungguhnya keduanya berbeda nyata.
Berdasarkan parameter L (p<0.05), semua mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki kecerahan warna yang berbeda dengan mie basah matang kontrol. Seluruh mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki warna lebih gelap dari mie matang kontrol.
Berdasarkan parameter oH (p<0.05), mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 30%, ER 100%, ekstrak segar 10%, dan ekstrak rebus 33.33%. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 30%, ER 100%, ekstrak segar 10%, dan ekstrak rebus 33.33% memiliki warna yang berbeda dengan mie basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% memiliki warna yang sama dengan mie basah matang kontrol.
4. Tekstur
Mie basah diharapkan memiliki tekstur yang lembut dan halus. Tekstur mie basah berkaitan dengan protein yang berada pada bahan baku tepung terigu. Tepung terigu yang digunakan mengandung 14% protein. Semakin tinggi protein pada tepung terigu, maka semakin baik tekstur mie basah yang dihasilkan, dimana penyerapan air semakin besar sehingga menurunkan tingkat kekerasan. Daya serap air adonan mie mempengaruhi tingkat kekerasan mie basah.
Tekstur mie basah pada penelitian ini diukur menggunakan Texture Analyzer. Pengukuran tekstur mie basah dilakukan pada jam ke-0. Parameter yang diukur antara lain kekerasan, kelengketan, dan elastisitas. Lampiran 11 menunjukkan hasil pengukuran mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol. Selanjutnya, hasil pengukuran mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut Tukey.
Berdasarkan parameter kekerasan (p<0.05), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 100%, ekstrak segar 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 50%, ekstrak segar 10%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 20%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33%. Seluruh mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang berbeda nyata memiliki tekstur yang lebih lembek atau lunak daripada mie basah mentah kontrol. Mie basah mentah
dengan penambahan ekstrak kunyit segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% tidak berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% memiliki kekerasan yang sama dengan mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter kelengketan (p<0.05), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki tingkat kelengketan yang sama dengan mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter elastisitas (p<0.05), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 50%, ekstrak segar 10%, ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 10 menit) 100%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, dan ekstrak segar 40%. Seluruh mie basah mentah yang tidak berbeda nyata berarti memiliki elastisitas yang sama dengan mie basah mentah kontrol. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 20%, 30%, 50%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol. Hal ini berarti, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 20%, 30%, 50%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% memiliki elastisitas yang berbeda dengan mie mentah kontrol. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar
30% kurang elastis, sedangkan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit segar 20%, 50%, dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 100% lebih elastis dibandingkan mie basah mentah kontrol.
Berdasarkan parameter kekerasan (p<0.05), mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 30%, ekstrak segar 10%, ekstrak segar 20%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%. Seluruh mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit yang berbeda nyata, memiliki tekstur yang lebih lunak daripada mie basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% memiliki tekstur yang sama dengan mie basah matang kontrol.
Berdasarkan parameter kelengketan (p<0.05), mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak segar 50%, ekstrak segar 40%, ekstrak segar 10%, dan ekstrak segar 20%. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 30% dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% memiliki tingkat kelengketan yang berbeda dengan mie basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 30% lebih lengket dan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33% lebih tidak lengket daripada mie basah matang kontrol.
Berdasarkan parameter elastisitas (p<0.05), mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol yaitu mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak segar 20%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, dan ekstrak segar 30%. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 100%, ekstrak segar 20%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50%, ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%, dan ekstrak segar 30% memiliki tingkat elastis yang sama dengan mie basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit segar 10%, 40%, dan 50% berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit segar 10%, 40%, dan 50% memiliki elastisitas yang berbeda dengan mie basah matang kontrol. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit segar 10%, 40%, dan 50% kurang elastisitas dibandingkan mie basah matang kontrol.
5. Umur Simpan
Pengujian umur simpan mie
basah dengan penambahan ekstrak kunyit merupakan bagian utama dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan zat antimikroba pada kunyit. Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit disimpan dalam plastik LDPE pada suhu ruang. Pengamatan umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dilakukan secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk. Pengamatan mie basah dilakukan setiap 4 jam sekali hingga terbentuk bau asam atau lendir yang menjadi indikasi kerusakan mie basah oleh mikroorganisme.
45
56
45 45 45
52 5250
57 57
51
44
52 52
4547
51
44
0
10
20
30
40
50
60
Mie basah mentah
Um
ur s
impa
n ra
ta-r
ata
10% ES 20% ES 30% ES 40% ES
50% ES 33.33% ER (1 : 3, 10 menit) 50% ER (1 : 3, 10 menit) 100% ER (1 : 3, 10 menit)
33.33% ER (1 : 3, 15 menit) 50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) 33.33% ER (1 : 5, 10 menit)
50% ER (1 : 5, 10 menit) 100% ER (1 : 5, 10 menit) 33.33% ER (1 : 5, 15 menit) 50% ER (1 : 5, 15 menit)
100% ER (1 : 5, 15 menit) Kontrol
5051
50
52 52
45
52 52
44
40
42
44
46
48
50
52
54
Mie basah matang
Um
ur s
impa
n ra
ta-ra
ta
10% ES 20% ES 30% ES
40% ES 50% ES 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)
50% ER (1 : 3, 15 menit) 100% ER (1 : 3, 15 menit) Kontrol
Pemilihan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih berdasarkan pada umur simpan terpanjang. Gambar 12 dan 13 menunjukkan umur simpan mie basah yang diamati secara subyektif.
Gambar 12. Umur simpan rata-rata mie basah mentah yang diamati secara
subyektif
Dengan penambahan ekstrak segar, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 20% ekstrak segar memiliki umur simpan terpanjang yaitu 56 jam, dan dengan penambahan ekstrak rebus, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 33.33% dan 50% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki umur simpan terpanjang yaitu 57 jam. Dengan penambahan ekstrak segar, mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 20%, 40% dan 50% ekstrak segar memiliki umur simpan terpanjang yaitu 51 dan 52 jam, dan dengan penambahan ekstrak rebus, mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit konsentrasi 50% dan 100% ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) memiliki umur simpan terpanjang yaitu 52 jam. Mie basah mentah umumnya memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada mie basah matang. Hal ini disebabkan mie basah matang memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada mie basah mentah. Produk pangan yang memiliki kadar air lebih tinggi lebih cepat mengalami kerusakan dibandingkan yang memiliki kadar air rendah.
Mie basah kontrol, baik mentah maupun matang, memiliki umur simpan yang sama yaitu 44 jam. Menurut Pahrudin (2005), mie basah matang kontrol memiliki umur simpan 26 jam.
Gambar 13. Umur simpan rata-rata mie basah matang yang diamati secara
subyektif
Selanjutnya, umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut Tukey. Umur simpan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah mentah kontrol pada selang kepercayaan 95%, kecuali mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar 10%, 30%, 40%, 50% dan penambahan ekstrak rebus (1 : 5, 15 menit) 33.33% dan 50% dan ekstrak rebus (1 : 5, 10 menit) 33.33%. Umur simpan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol pada selang kepercayaan 95%, kecuali mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33%.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada mie basah kontrol. Hal ini disebabkan adanya zat antimikroba pada kunyit yang ditambahkan dalam bentuk ekstrak kunyit. Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan
Reid, 1972). Efektifitas antimikroba sebagai pengawet makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : konsentrasi zat antimikroba, jenis, jumlah, umur, dan latar belakang kehidupan mikroba, suhu, waktu, sifat fisika, dan kimia substrat (pH, kadar air, tegangan permukaan, jenis dan jumlah zat terlarut, koloid yang ada dan senyawa-senyawa lainnya).
Pada kunyit, kurkumin adalah senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba. Berdasarkan penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa, kurkumin mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var. aureus. Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat, bersifat bakteristatik terhadap Micrococcus pyrogenes var. aureus dengan dosis 1 ppm. Hal ini terjadi karena kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba. Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan. Senyawa fenol berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri, tetapi tidak terhadap spora bakteri. Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran dan reaksi dengan senyawa organik lain. Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam (Hugo dan Russel, 1981). Sifat senyawa fenol kurang aktif pada mie basah karena mie basah memiliki pH basa.
Selain zat antimikroba pada kunyit, sanitasi ruangan pada saat pembuatan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit juga berperan dalam memperpanjang umur simpan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit. Pembuatan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dilakukan di Laboratorium
Pengolahan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Sanitasi sangat berperan penting dalam memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Hanya dengan memperhatikan kebersihan sanitasi pada saat pembuatan suatu makanan atau minuman sebenarnya sudah cukup untuk memperpanjang umur simpan tanpa penggunaan pengawet.
Berdasarkan parameter umur simpan terpanjang dan nilai ekonomis penggunaan ekstrak kunyit, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih yang dipilih adalah mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% dan penambahan ekstrak segar 20%. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih yang dipilih adalah mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% dan penambahan ekstrak segar 20%. Umur simpan dari keempat jenis mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini mungkin dapat lebih panjang lagi bila dilakukan pengemasan dengan pengemas vakum dan penyimpanan pada suhu dingin.
A. MIE BASAH DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT YANG MEMILIKI UMUR SIMPAN TERPANJANG
1. Total Mikroba
Mie basah dengan
penambahan ekstrak kunyit terpilih adalah mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki umur simpan terpanjang. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih memiliki umur simpan 51-52 jam, sedangkan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih memiliki umur simpan 56-57 jam. Umur simpan ini diamati secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk selama penyimpanan. Dari segi mikrobiologi, umur simpan diamati
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie mentah ER 33.33% Mie mentah ES 20%Mie mentah kontrol Standar maks. menurut SNI
0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Mie matang kontrol Standar maks. menurut SNI
dengan memperhatikan jumlah total mikroba yang diizinkan terdapat pada bahan pangan. Menurut SNI 01-2987-1992, total mikroba yang diizinkan terdapat pada mie basah adalah 106 CFU/g atau 6-log CFU/g. Peraturan ini tertuang dalam SNI 01-2987-1992. Bila melewati batas tersebut, mie basah sebaiknya tidak dikonsumsi lagi demi keamanan kesehatan. Berdasarkan pengamatan secara mikrobiologi, umur simpan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih tidak mencapai 51-52 jam begitu juga halnya dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih. Hal ini terlihat dari jumlah total mikroba mie basah yang sudah melewati batas SNI setelah 36 jam. Gambar 14 dan 15 menunjukkan total mikroba pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
Gambar 14. Total mikroba pada mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan Pada Gambar 14 terlihat
bahwa total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih sudah melewati batas SNI pada jam ke-39.7 dan 39.3, sedangkan kontrol sudah melewati batas SNI pada jam ke-35.5. Hal ini menunjukkan umur simpan mie basah dari segi mikrobiologi lebih pendek daripada umur simpan mie basah yang diamati secara subyektif. Hal yang sama diamati pada mmie basah matang. Gamrar 18 menunjukkan bahwa total mikroba mie bash matang terpilih sudah melewati batas SNI pada jam ke-39.6 dan 39.9, sementara kontrol sudah
melewati batas SNI pada jam ke-32.7.
Gambar 15. Total mikroba pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan Total mikroba mie basah
mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% pada jam ke-36 mencapai 9.5 x 105 CFU/g, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.2 x 105 CFU/g. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan SNI untuk total mikroba, pada jam ke-36 mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih sudah mendekati batas tidak layak untuk dikonsumsi. Nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 33.33% pada jam ke-36 adalah 8.77, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 adalah 8.59. Nilai pH kedua jenis mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit tersebut masih tergolong basa dan merupakan kisaran pH pertumbuhan bagi berbagai jenis mikroorganisme.
Total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1: 3, 15 menit) 50% pada jam ke-36 mencapai 1.2 x 106 CFU/g, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 mencapai 5.6 x 105 CFU/g. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi peraturan SNI mikrobiologi, pada jam ke-36 mie basah matang
dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% sudah melewati batas, sedangkan mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% sudah mendekati batas tidak layak untuk dikonsumsi. Nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% pada jam ke-36 adalah 8.40, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% pada jam ke-36 adalah 8.48. Kisaran pH kedua jenis mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tersebut merupakan kisaran dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Terdapat perbedaan antara umur simpan berdasarkan pengamatan subyektif dan analisis total mikroba. Dengan menggunakan perhitungan dengan persamaan regresi (Lampiran 43 dan 44) jumlah mikroba pada saat mie tidak diterima secara subyektif dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Umur simpan mie basah mentah dan matang secara subyektif dan mikrobiologi menurut standar SNI selama penyimpanan
Jenis mie
Waktu penyimpa
nan supaya
dinyatakan rusak secara
subyektif
Jumlah mikroba
pada saat batas
penerimaan mie secara
subyektif
(CFU/g)
Waktu yang
dibutuhkan
untuk mencapai batas SNI (106 CFU/g)
Mie basah
mentah dengan
penambahan
ekstrak rebus
33.33%
57 jam 4.0 x 107 39.7 jam
Mie basah 56 jam 3.3 x 107 39.3 jam
mentah dengan
penambahan
ekstrak segar 20%Mie
basah mentah kontrol
44 jam 1.0 x 107 35.5 jam
Mie basah
matang dengan
penambahan
ekstrak rebus 50%
52 jam 1.6 x 107 39.6 jam
Mie basah
matang dengan
penambahan
ekstrak segar 20%
51 jam 1.3 x 107 39.9 jam
Mie basah
matang kontrol
44 jam 1.8 x 107 32.7 jam
Penelitian Dhenok (2007),
berdasarkan standar SNI total mikroba, mie mentah dengan penambahan ekstrak kecombrang rebus memiliki umur simpan 46 jam, sedangkan mie mentah dengan penambahan ekstrak kecombrang segar memiliki umur simpan 38 jam. Berdasarkan standar SNI total mikroba, mie matang dengan penambahan ekstrak kecombrang rebus memiliki umur simpan 41 jam, sedangkan mie matang dengan penambahan ekstrak kecombrang segar memiliki umur simpan 38 jam.
Penelitian Meilina (2007), berdasarkan standar SNI total mikroba, mie mentah dengan penambahan ekstrak lengkuas segar (lengkuas : air = 1:2) konsentrasi 10% dan mie mentah dengan penambahan ekstrak salam rebus 5 menit (salam:air = 1:6)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie mentah ER 33.33% Mie mentah ES 20%
Mie mentah kontrol Standar maks. menurut SNI
konsentrasi 50% memiliki umur simpan kurang dari 36 jam. Begitu juga halnya dengan mie matang.
Penelitian Elvina (2007), berdasarkan standar SNI total mikroba, mie mentah dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 1:1 (100%) memiliki umur simpan 31.61 jam, sedangkan mie mentah dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 2:1 (100%) memiliki umur simpan34.14 jam. Pada mie matang dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 1:1 (100%) memiliki umur simpan 21.03 jam, sedangkan mie matang dengan penambahan ekstrak ekstrak segar 2:1 (100%) memiliki umur simpan 28.66 jam.
Dari hasil keempat penelitian dengan menggunakan rempah yang berbeda yaitu kecombrang, daun salam, lengkuas, bawang putih dan kunyit, mie basah mentah dan matang dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki umur simpan yang lebih baik berdasarkan standar SNI total mikroba.
Pertumbuhan bakteri pada bahan pangan dapat menyebabkan perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan cita rasa bahan pangan. Perubahan yang dapat terlihat dari luar antara lain pembentukan lendir dan pembentukan bau asam (Fardiaz, 1992). Dalam pertumbuhannya, bakteri memerlukan zat organik yaitu karbohidrat, protein, lemak dan komponen lainnya. Mie basah mengandung berbagai zat organik sebagai media pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, bakteri dapat tumbuh dengan baik pada mie basah.
Kerusakan mie basah disebabkan oleh mikroorganisme yang tumbuh pada saat penyimpanan. Mikroorganisme dapat berasal dari bahan baku maupun pengemas yang digunakan. Mikroorganisme yang banyak tumbuh pada mie basah adalah bakteri. Dilihat dari pertumbuhan total mikroba, zat antimikroba kunyit hanya mampu bekerja hingga jam ke-36. Hal ini
terjadi seiring dengan menurunnya aktivitas antimikroba kunyit yaitu kurkumin selama penyimpanan akibat penguraian oleh mikroba. Kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba. Menurut Fardiaz (1992) bahwa beberapa kapang dan bakteri dapat merusak komponen fenol.
2. Total Kapang Khamir
Analisis total kapang-
khamir berfungsi untuk mengetahui kemampuan penghambatan zat antimikroba terhadap pertumbuhan kapang dan khamir. Menurut SNI 01-2987-1992, total kapang-khamir yang diizinkan pada mie basah adalah 104 CFU/g atau 4-log CFU/g. Pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah cukup terhambat. Gambar 16 dan 17 menunjukkan pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah.
Gambar 16. Total kapang-khamir mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan Gambar 16 menunjukkan
bahwa mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit tidak melewati batas SNI hingga akhir pengamatan 60 jam, sedangkan mie basah mentah kontrol melewati batas SNI pada jam ke-45. Hal ini berarti, zat antimikroba kunyit mampu menghambat pertumbuhan kapang-khamir pada suhu ruang. Menurut (Chattopadhyay, 2004), ekstrak kunyit dengan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
Log
CFU
/g
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Mie matang kontrol Standar maks. menurut SNI
menggunakan eter dan kloroform memiliki efek antikapang. Selain itu, minyak atsiri pada kunyit juga dapat menghambat pertumbuhan Aspergillus flavus, A. Parasiticus, Fusarium moniliforme, dan Penicillium digitatum.
Gambar 17. Total kapang-khamir mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Gambar 17 menunjukkan bahwa mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak melewati batas SNI hingga akhir pengamatan 60 jam, begitu juga dengan mie basah matang kontrol. Hal ini berarti, zat antimikroba kunyit mampu menghambat pertumbuhan kapang-khamir hingga 60 jam penyimpanan pada suhu ruang. Proses perebusan juga membantu mengurangi kapang-khamir pada mie basah matang.
Kapang adalah mikroorganisme yang mempunyai filamen. Filamen kapang sangat mudah terlihat karena penampakannya berserabut seperti kapas. Kapang memiliki filamen dengan warna yang berbeda-beda tergantung jenis kapang. Kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana hingga yang kompleks sebagai media pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Kapang dapat tumbuh pada pH 2-8.5, dan tumbuh dengan sangat baik pada pH rendah atau asam. Khamir dapat tumbuh dengan baik pada kondisi persediaan air cukup. Kebanyakan khamir lebih menyukai tumbuh pada keadaan asam, yaitu pada pH 4.0-4.5 dan tidak dapat tumbuh baik pada kondisi alkali, kecuali
jika telah beradaptasi (Fardiaz, 1992).
3. Total Koliform
Bakteri koliform adalah
bakteri indikator sanitasi. Bakteri koliform terbagi dua yaitu koliform fekal dan non fekal. Bakteri koliform fekal adalah bakteri yang sering ditemukan pada usus manusia dan hewan. Bakteri koliform fekal digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran. Bakteri koliform non fekal adalah bakteri yang sering ditemukan pada tanaman atau hewan yang telah mati, tidak terdapat pada usus hewan.
Pengujian total koliform bertujuan untuk mengetahui sanitasi pembuatan mie basah. Apabila ditemukan bakteri koliform, maka dilanjutkan dengan uji penentuan bakteri koliform fekal atau non fekal. Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Lampiran 21 menunjukkan hasil pengujian total koliform pada mie basah. Hasil pengujian total koliform menunjukkan bahwa tidak terdapat bakteri koliform pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit maupun kontrol. Hal ini berarti, praktek sanitasi pada pembuatan mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol sudah cukup baik.
4. Nilai pH
Pengukuran pH mie basah
dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih dilakukan setiap 12 jam sekali selama 60 jam untuk mengetahui perubahan pH selama penyimpanan. Perubahan pH mie basah berkaitan erat dengan kerusakan mie basah. Gambar 18 dan 19 menunjukkan perubahan pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol selama penyimpanan.
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
pH ra
ta-ra
ta
Mie mentah kunyit 33.33% ER (1 : 3, 15 menit)Mie mentah kunyit 20% ESMie mentah kontrol
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
pH ra
ta-ra
ta
Mie matang kunyit 50% ER (1 : 3, 15 menit)Mie matang kunyit 20% ESMie matang kontrol
Gambar 18. Perubahan nilai pH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Gambar 19. Perubahan nilai pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33% memiliki pH awal 9.43, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki pH awal 8.98. Keduanya memiliki nilai pH masing-masing 7.69 dan 7.71 setelah 60 jam penyimpanan. Mie basah mentah kontrol memiliki pH awal 8.91 dan pH akhir 7.56. Nilai pH ketiga jenis mie tersebut masih berkisar pada pH basa.
Pada jam ke-60, nilai total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33% adalah 3.3 x 107 CFU/g, sedangkan nilai total kapang khamir adalah 5.0 x 103 CFU/g. Nilai total mikroba mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah 7.7 x 107
CFU/g, sedangkan nilai total kapang-khamir adalah 5.7 x 103 CFU/g. Dengan nilai pH yang masih tergolong basa, jumlah total mikroba awal kedua jenis mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini sudah melewati batas SNI, sedangkan nilai total kapang khamir masih dibawah batas SNI.
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50% memiliki pH awal 9.28, dan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki pH awal 9.01. Keduanya memiliki nilai pH masing-masing 7.55 dan 7.24 setelah 60 jam penyimpanan. Mie basah mentah kontrol memiliki pH awal 9.02 dan pH akhir 5.55. Nilai pH mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit masih tergolong basa, sedangkan pH mie basah matang kontrol sudah tergolong asam.
Pada jam ke-60, nilai total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50% adalah 2.6 x 107 CFU/g, sedangkan kapang khamir tidak ditemukan. Nilai total mikroba mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah 5.7 x 107 CFU/g, sedangkan kapang-khamir tidak ditemukan. Dengan nilai pH yang masih tergolong basa, jumlah total mikroba awal kedua jenis mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini sudah melewati batas SNI, sedangkan nilai total kapang khamir masih dibawah batas SNI. Hal ini terjadi pada mie basah mentah maupun matang kunyit terpilih, disebabkan karena bakteri, kapang dan khamir dapat tumbuh baik pada kisaran pH tersebut. Akan tetapi pertumbuhan kapang dan khamir tidak optimum karena keduanya memiliki pH pertumbuhan optimum pada pH asam.
Pada mie basah kontrol, baik mentah maupun matang, jumlah total mikroba dan total
kapang khamir sudah melewati batas SNI pada jam ke-60. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya pengawet yang dapat menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh pada mie basah.
5. Aw
Menurut Purnomo (1995),
istilah aktifitas air pertama kali digunakan oleh Scott (1957) sebagai petunjuk akan adanya sejumlah air dalam bahan pangan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aw adalah sejumlah air yang tidak terikat pada bahan pangan yang dapat digunakan mikroba dalam pertumbuhannya. Aw dan kadar air berbeda. Suatu bahan pangan dapat memiliki aw yang sama tetapi memiliki kadar air yang berbeda. Hal ini disebabkan sorpsi isotermis air yang berbeda. Kurva sorpsi kadar air isotermis dapat menjelaskan hubungan aktifitas air dan kadar air. Tabel 14 menunjukkan aktivitas air mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol. Tabel 14. Aw rata-rata mie basah
Jenis mie Aw rata-rata
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33,33%
0.919
Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20%
0.919
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%
0.942
Mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20%
0.942
Mie basah mentah kontrol 0.907
Mie basah matang kontrol 0.970
Mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit, baik dengan penambahan ekstrak segar maupun ekstrak rebus, memiliki aw yang sama yaitu 0.919. Begitu juga dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit yang memiliki aw 0.942. Mie basah mentah kontrol memiliki aw yang lebih rendah dari mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yaitu 0.907. Mie basah matang kontrol memiliki aw yang lebih tinggi dari mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit yaitu 9.70. Menurut hasil penelitian Pahrudin (2005), mie basah matang memiliki aw 0.97. Nilai aw mie basah mentah kontrol pada penelitian ini lebih tinggi daripada mie basah mentah kontrol hasil penelitian Chamdani (2005) yaitu 0.895. Mie basah yang memiliki aw tinggi memiliki kecenderungan cepat rusak yang lebih besar. Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak hanya dalam media dengan nilai aw tinggi yaitu 0.91-0.99, khamir membutuhkan nilai aw 0.87-0.91, dan kapang membutuhkan nilai aw yang paling rendah dari semuanya yaitu 0.80-0.87. Pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol dengan nilai aw seperti diatas, maka mikroba yang paling banyak tumbuh adalah bakteri.
6. Warna
Warna mie basah mentah
mengalami perubahan selama penyimpanan 60 jam. Perubahan warna ini diperkirakan karena adanya enzim polifenoloksidase yaitu enzim yang menyebabkan terjadinya browning (Hoseney, 1998). Enzim polifenoloksidase pada mie berasal dari tepung terigu. Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi yaitu yang biasa digunakan untuk pembuatan mie memiliki aktivitas enzim polifenoloksidase yang tinggi. Sedangkan pada mie basah
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
L (K
etaj
aman
war
na)
Mie mentahER 33.33%
Mie mentahES 20%
Mie mentahkontrol
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
L (K
etaj
aman
war
na)
Mie matangER 50%Mie matangES 20%Mie matangkontrol
matang, tidak terjadi perubahan warna karena enzim polifenoloksidase telah rusak selama proses perebusan/pengukusan (Hoseney, 1998). Perubahan warna pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah kontrol disajikan pada Tabel 20 hingga 23.
Gambar 20. Perubahan nilai L mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan Perubahan warna pada mie
basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit ditandai dengan semakin gelapnya warna mie, sedangkan perubahan warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit ditandai dengan semakin cerahnya warna. Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan pada jam ke-0. Seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa warna merah kecoklatan pada mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit disebabkan oleh kurkuminoid yang terdapat pada kunyit. Kurkuminoid mengalami perubahan warna bila berada dalam suasana alkali dari kuning jingga menjadi merah kecoklatan. Gambar 23 menunjukkan nilai L atau kecerahan warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol tidak mengalami perubahan yang begitu jauh. Hal ini terbukti dari hasil sidik ragam dan uji lanjut Tukey bahwa nilai L (kecerahan warna) mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33%, dengan penambahan ekstrak segar 20% dan kontrol tidak berbeda nyata (p<0.05) dari jam ke-0 hingga jam ke-60. Hal ini berarti, kecerahan
warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol tidak mengalami perubahan yang nyata selama penyimpanan 60 jam.
Gambar 21. Perubahan nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Perubahan nilai L pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol bervariasi. Nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit mengalami peningkatan sedangkan nilai L mie basah matang kontrol mengalami penurunan. Pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit nilai L semakin tinggi, dimana warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit berubah dari merah kecoklatan menjadi kuning karena penurunan pH mie. Penurunan pH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit menjadi lebih asam daripada pH awal mie sehingga menyebabkan warna mie berubah menjadi kuning. Kurkuminoid kunyit berwarna kuning pada pH asam. Akan tetapi, nilai L mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% tidak berbeda nyata (p<0.05) dari jam ke-0 hingga jam ke-60. Hal ini berarti, mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% tidak mengalami perubahan nilai L. Berbeda dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak segar 20% yang mengalami perubahan nyata (p<0.05) nilai L mulai dari jam ke-12. Lain halnya dengan mie
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
H (D
eraj
at w
arna
) Mie mentahER 33.33%Mie mentahES 20%Mie mentahkontrol
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 12 24 36 48 60
Jam ke-
H (d
eraj
at w
arna
)
Mie matangER 50%Mie matangES 20%Mie matangkontrol
basah matang kontrol. Nilai L mie basah matang kontrol berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-12 saja, pada jam berikutnya nilai L tidak berbeda nyata dengan nilai L jam ke-0.
Gambar 22. Perubahan nilai oH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak
kunyit selama penyimpanan
Semakin tinggi nilai oH berarti penggolongan warna semakin meningkat. Nilai oH mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% mengalami perbedaan nyata (p<0.05) dengan nilai oH jam ke-0 mulai dari jam ke 24. Pada mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% perbedaan nyata (p<0.05) nilai oH dimulai dari jam ke-12. Pada mie basah mentah kontrol, oH tidak berbeda nyata (p<0.05) dari jam ke-0 hingga jam ke-60.
Gambar 23. Perubahan nilai oH mie basah
matang dengan penambahan ekstrak kunyit selama penyimpanan
Nilai oH menunjukkan
derajat warna mie basah. Semakin tinggi nilai oH menunjukkan warna semakin ke arah yang lebih cerah. Akan tetapi, oH pada warna mie basah masih berada pada kisaran yang sama yaitu 54o - 90o, dimana mie masih dinyatakan berwarna kuning kemerahan dan tidak mengalami perubahan yang begitu
nyata. Nilai oH mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dengan penambahan ekstrak 33.33% mulai berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-36, sedangkan pada mie basah dengan penambahan ekstrak segar mulai berbeda nyata (p<0.05) dengan warna awal dari jam ke-12. Nilai oH mie basah matang kontrol mulai berbeda nyata (p<0.05) pada jam ke-48.
7. Uji Organoleptik
Organoleptik mie basah
dilakukan menggunakan uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap mie basah. Parameter yang diuji adalah warna, aroma, tekstur, rasa, dan overall (keseluruhan). Skor tingkat kesukaan yang digunakan pada uji hedonik ini ada lima yaitu : (5) sangat suka, (4) suka, (3) netral, (2) tidak suka, dan (1) sangat tidak suka. Mie basah yang diuji ada sembilan jenis yaitu mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit, mie basah mentah kontrol Lab, mie basah mentah di pasaran, mie basah mentah kunyit yang dimatangkan, mie basah mentah kontrol Lab yang dimatangkan, mie basah mentah di pasaran yang dimatangkan, mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit, mie basah matang kontrol Lab, dan mie basah matang di pasaran. Data mie basah kontrol Lab dan pasar adalah rata-rata dari data beberapa penelitian yang saling terkait.
Penilaian paling awal terhadap makanan dilakukan pada penampakannya. Warna adalah salah satu faktor penting pada penampakan makanan. Warna makanan yang menarik dapat membuat panelis tertarik untuk menikmatinya. Warna juga menjadi salah satu parameter yang diperhatikan pada uji hedonik mie basah ini. Gambar 24, 25, dan 26 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
3.71 3.84
3.10
2.33
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Warna
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
4.13 4.21
2.47
3.10
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Warna
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
4.19
3.45
2.802.40
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Warna
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 24. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit
Gambar 25. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang
dimatangkan
Gambar 26. Skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit Gambar 24, 25 dan 26
menunjukkan bahwa skor tingkat kesukaan terhadap warna mie basah hampir seluruhnya netral, kecuali mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.33), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan (2.47), mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50% (2.80), dan mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.40). Tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna mie basah diperoleh mie basah mentah pasar yang dimatangkan
dengan skor 4.21 (suka). Tingkat kesukaan terendah terhadap warna mie basah diperoleh mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% dengan skor 2.40 (tidak suka). Perebusan dapat meningkatkan kesukaan panelis terhadap mie basah. Hal ini terjadi pada mie basah mentah pasar yang awalnya memperoleh skor 3.84 (netral) menjadi 4.21 (suka) setelah mengalami pemasakan. Mie basah mentah kunyit memperoleh skor dengan kisaran tidak suka-netral. Hal ini mungkin disebabkan warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang merah kecoklatan sehingga kurang menarik bagi panelis. Pendapat panelis mengenai warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit adalah penampakan seperti karet gelang dan kurang menarik.
Berdasarkan analisis dengan uji Duncan, warna mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah kontrol Lab dan pasar, sedangkan warna mie basah mentah kontrol Lab tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah di pasaran. Begitu juga dengan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan dan mie basah mentah kontrol Lab dan pasar yang dimatangkan. Berbeda dengan mie basah matang, mie warna mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah matang kontrol Lab dan pasar, sedangkan warna mie basah matang kontrol Lab berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah matang di pasaran.
Aroma mie basah umumnya berbau tepung. Gambar 27, 28, dan 29 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap aroma mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
3.87
3.113.60
2.20
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
3.77 3.86
2.57
3.47
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Skor
rata
-rat
a
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
3.63
1.98
3.433.10
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Aroma
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
Gambar 27. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan
penambahan ekstrak kunyit
Gambar 28. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit yang dimatangkan
Gambar 29. Skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah matang dengan
penambahan ekstrak kunyit
Gambar 27, 28, dan 29 menunjukkan bahwa skor tingkat kesukaan terhadap aroma mie basah hampir selurunya netral, kecuali mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% (2.20), mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan (2.57), dan mie basah matang di pasaran. Tingkat kesukaan tertinggi terhadap aroma mie basah diperoleh mie basah mentah kontrol Lab dengan skor 3.87 (netral). Tingkat kesukaan terendah terhadap aroma mie basah diperoleh mie basah matang di pasaran dengan skor 1.98 (sangat
tidak suka). Aroma mie basah matang di pasaran paling tidak disukai karena beraroma seperti obat. Hal ini mungkin disebabkan penggunaan formalin sehingga menyebabkan aroma mie basah matang di pasaran berbeda dengan mie basah kontrol Lab.
Berdasarkan analisis dengan uji Duncan, aroma mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah kontrol Lab dan pasar, sedangkan aroma mie basah mentah kontrol Lab tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah di pasaran. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan memiliki aroma yang berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah yang dimatangkan dengan penambahan ekstrak segar 20%, kontrol Lab dan pasar, sedangkan aroma ketiganya tidak berbeda nyata (p<0.05). Pada mie basah matang, aroma mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah matang kontrol Lab dan pasar, tetapi tidak berbeda nyata dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%. Aroma mie basah matang kontrol Lab berbeda nyata (p<0.005) dengan mie basah kontrol pasar, sedangkan aroma mie basah matang kontrol Lab tidak berbeda nyata (p<0.005) mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50%.
Tekstur mempengaruhi kualitas mie basah. Tekstur mie basah yang diinginkan adalah lembut dan halus. Gambar 30, 31, dan 32 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
3.92
2.64
3.43 3.37
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
TeksturSk
or ra
ta-ra
ta
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
3.89 3.85 3.703.43
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tekstur
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
4.07
2.53
4.033.73
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Tekstur
Skor
rata
-rat
a
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
3.67 3.83
2.873.43
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Rasa
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
Gambar 30. Skor tingkat kesukaan terhadap
tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 31. Skor tingkat kesukaan terhadap
tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang
dimatangkan
Gambar 32. Skor tingkat kesukaan terhadap
tekstur mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Skor tingkat kesukaan terhadap tekstur mie basah umumnya netral kecuali mie basah mentah di pasaran (2.64) dan mie basah matang di pasaran (2.53). Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap tekstur mie basah diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 4.07 (suka), sedangkan yang terendah diperoleh mie basah matang di pasaran dengan skor 2.53 (tidak suka). Menurut panelis, tekstur mie basah matang di pasaran agak keras dibandingkan mie basah lain yang diuji. Penggunaan formalin dapat mempengaruhi tekstur mie basah. Tekstur mie basah matang di
pasaran agak keras mungkin disebabkan penggunaan formalin dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit berbeda nyata (p<0.05) dengan tekstur mie basah mentah kontrol Lab dan pasar, sedangkan tekstur mie basah mentah kontrol Lab berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah di pasaran. Tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan kedua jenis kontrol yaitu kontrol Lab dan pasar. Tekstur mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% yang dimatangkan berbeda nyata (p<0.05) dengan kontrol Lab tetapi tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan mie pasar. Tekstur mie basah matang di pasaran berbeda nyata (p<0.05) dengan tekstur mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan mie basah matang kontrol Lab, dimana tekstur mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit tidak berbeda nyata dengan mie basah matang kontrol Lab.
Pengujian rasa mie basah hanya dilakukan pada mie basah mentah yang dimatangkan dan mie basah matang saja. Gambar 33 dan 34 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap rasa mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
Gambar 33. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah mentah dengan penambahan
ekstrak kunyit yang dimatangkan
3.73
2.18
3.773.40
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Rasa
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
3.91 3.97
2.803.33
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Overall
Skor
rata
-rata
Mie mentah kontrol Lab dimatangkanMie mentah Pasar dimatangkanMie mentah ER 33,33% dimatangkanMie mentah ES 20% dimatangkan
3.94
2.15
3.873.37
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Overall
Skor
rata
-rata
Mie matang kontrol Lab Mie matang Pasar
Mie matang ER 50% Mie matang ES 20%
3.87
3.053.47
2.50
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Overall
Sko
r rat
a-ra
ta
Mie mentah kontrol Lab Mie mentah Pasar
Mie mentah ER 33,33% Mie mentah ES 20%
Gambar 34. Skor tingkat kesukaan terhadap rasa mie basah matang dengan penambahan
ekstrak kunyit Skor tingkat kesukaan
tertinggi terhadap rasa mie basah diperoleh mie basah mentah di pasaran yang dimatangkan dengan skor 3.83 (netral), sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar dengan skor 2.18 (tidak suka). Rasa mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% yang dimatangkan berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah yang dimatangkan lainnya, dimana ketiga mie basah mentah dimatangkan lainnya saling tidak berbeda nyata (p<0.05). Pada mie basah matang, rasa mie basah matang di pasaran berbeda nyata dengan mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol Lab, dimana rasa ketiganya saling tidak berbeda nyata (p<0.05).
Penilaian overall (keseluruhan) adalah penilaian yang diberikan panelis terhadap seluruh parameter yang terdapat pada mie basah. Gambar 35, 36, dan 37 menunjukkan skor tingkat kesukaan panelis terhadap overall (keseluruhan) mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit dan kontrol.
Gambar 35. Skor tingkat kesukaan terhadap
overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit
Gambar 36. Skor tingkat kesukaan terhadap
overall mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang
dimatangkan
Gambar 37. Skor tingkat kesukaan terhadap
overall mie basah matang dengan penambahan ekstrak kunyit
Skor tingkat kesukaan tertinggi terhadap keseluruhan mie basah diperoleh mie basah matang kontrol Lab dengan skor 3.94 (netral), sedangkan skor terendah diperoleh mie basah matang pasar dengan skor 2.15 (tidak suka). Berdasarkan parameter overall, mie basah mentah dengan penambahan ekstrak segar 20% berbeda nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33%, kontrol Lab dan pasar. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus 33.33% tidak berbeda nyata nyata
(p<0.05) dengan mie basah mentah kontrol Lab dan pasar. Berbeda dengan mie basah mentah yang dimatangkan. Mie basah mentah dengan penambahan ekstrak kunyit yang dimatangkan berbeda nyata nyata (p<0.05) dengan mie basah mentah kontrol Lab dan pasar yang dimatangkan. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 50% berbeda nyata (p<0.05) dengan kontrol pasar tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol Lab, sedangkan mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus 20% berbeda nyata (p<0.05) dengan kedua jenis kontrol, baik kontrol Lab maupun kontrol pasar.
8. Analisis Biaya
Penggunaan ekstrak kunyit
mempengaruhi harga jual mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit. Semakin banyak penggunaan ekstrak kunyit, maka akan mempengaruhi harga jual mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit menjadi semakin mahal. Menurut Indrawan (2005), mie basah mentah di pasaran memiliki harga berkisar Rp. 5.000 - Rp 7.000 per kg, sedangkan mie basah matang memiliki kisara harga Rp. 2200 - Rp. 2.500 per kg untuk daerah Jabodetabek. Menurut Gracecia (2005), kisaran harga mie basah mentah di pasaran adalah Rp. 4.300 - Rp. 8.000 dengan modus harga Rp. 5.000 per kg, sedangkan mie basah matang adalah Rp. 2200-3000 dengan modus harga Rp. 2500 per kg untuk daerah Bogor. Harga mie yang dipakai pada analisis biaya mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit terpilih ini adalah harga yang terdapat pada daerah Bogor yaitu Rp. 5.000 untuk mie basah matang dan Rp. 2.500 untuk mie basah mentah.
Perhitungan biaya kunyit berdasarkan penggunaan ekstrak kunyit pada masing-masing mie basah. Kontribusi kunyit pada mie basah mentah untuk mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit)
33.33% adalah Rp.158.2 per kg mie atau sebesar 3.16%, sedangkan dengan penambahan ekstrak segar 20% adalah Rp. 117.6 per kg mie atau sebesar 2.35%. Kontribusi kunyit pada mie basah matang lebih besar daripada mie basah mentah. Untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus (1 : 3, 15 menit) 50% kontribusi kunyit adalah Rp. 228.2 per kg mie atau sebesar 9.12%, sedangkan untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak segar 20% sebesar Rp.113.0 per kg atau 4.52%. Kontribusi kunyit pada mie basah cukup besar. Hal ini mungkin disebabkan kadar air mie basah yang cukup tinggi. Cara perhitungan kontribusi biaya kunyit dapat dilihat pada Lampiran 42.
KESIMPULAN
Ekstrak kunyit dengan menggunakan pelarut air mampu memperpanjang umur simpan mie basah. Ekstrak kunyit terpilih adalah ekstrak kunyit yang mampu memberikan efek umur simpan terpanjang pada mie basah, baik mie basah mentah maupun mie basah matang. Ekstrak kunyit terpilih yaitu ekstrak segar dan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit). Ekstrak kunyit segar memiliki total mikroba 6.3 x 104 CFU/g sedangkan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) memiliki total mikroba 1.69 CFU/g.
Ekstrak kunyit terpilih mampu memperpanjang umur simpan mie basah hingga 57 jam untuk mie basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33%, 56 jam dengan penambahan ekstrak segar 20%, 52 jam untuk mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50%, dan 51 jam dengan penambahan ekstrak segar 20%. Pengamatan umur simpan mie basah tersebut secara subyektif dengan memperhatikan bau asam dan lendir yang terbentuk.
Berdasarkan batas maksimum total mikroba menurut SNI, mie basah basah mentah dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 33.33% memiliki umur simpan 36 jam dengan total mikroba 9.5 x 105 CFU/g dan dengan penambahan
ekstrak segar 20% memiliki umur simpan 36 jam dengan total mikroba 5.2 x 105 CFU/g. Mie basah matang dengan penambahan ekstrak rebus ( 1 : 3, 15 menit) 50% memiliki umur simpan 24 jam dengan total mikroba 1.6 x 105 CFU/g dan dengan penambahan ekstrak segar 20% memiliki umur simpan 36 jam dengan total mikroba 5.6 x 105 CFU/g. Mie basah kontrol, baik mentah maupun matang, memiliki umur simpan yang sama yaitu 44 jam. Berdasarkan batas maksimum total mikroba menurut SNI, umur simpan keduanya hanya berkisar 24 jam, dimana total mikroba mie basah mentah kontrol mencapai 2.6 x 105 CFU/g, sedangkan mie basah matang 1.4 x 104 CFU/g.
Kunyit dapat berfungsi sebagai antikapang pada mie basah. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kapang pada mie basah. Total kapang-khamir pada mie basah tidak melewati batas SNI yaitu 104 CFU/g hingga penyimpanan 60 jam.
Secara subyektif maupun secara mikrobiologi, mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit secara umum mampu memperpanjang umur simpan mie basah dengan lama penyimpanan yaitu 56-57 jam pada mie basah mentah dan 51-52 jam pada mie basah matang yang berbeda nyata dengan mie basah kontrol yaitu 44 jam, baik pada mie basah mentah maupun matang. Kemampuan kunyit memperpanjang umur simpan mie basah disebabkan adanya zat antimikroba kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang juga berperan dalam pembentukan warna mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit.
Mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit memiliki penampakan yang kurang menarik, karena mie basah dengan penambahan ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan. Warna merah kecoklatan ini disebabkan komponen warna kunyit yaitu kurkuminoid. Kurkuminoid berwarna merah kecoklatan pada pH alkali dan berwarna merah jingga pada pH asam. Seperti telah diketahui, bahwa mie basah memiliki pH alkali karena terdapat garam-garam alkali yaitu Na2CO3 yang juga berfungsi dalam pembentukan warna kuning pada mie basah.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Method of Analysis.
Association of Official Analytical Chemistry. Washington D.C.
AOAC. 1995. Method of Analysis.
Association of Official Analytical Chemistry. Washington D.C
Anonim a. 1976. The Merck Index of
Chemicals and Drugs. Merck and Co., Inc., New York.
Anonim b. 1996. Undang-undang RI No. 7
Tahun 1996 tentang Pangan. Anonim c. 2006. Kunyit.
http://www.mardi.my/bdc /herba/bm/Kunyit.html. [10 Februari 2006].
Anonim d. 2006. Kunyit.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. [10 Februari 2006].
Apriyantono, A., D. Fardiaz, Puspitasari N.
L., Sedarnawati Y., Budijanto, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Penerbit IPB Press. Bogor.
Astawan, M. 1999. Membuat Mie dan Bihun.
Penebar Swadaya. Jakarta Astuti, R. 2005. enam Pabrik mi
menggunakan Formalin. http://www.suarapembaruan.com/News/2005/12/29/Utama/ut01.html. [24 mie 2006]
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-
2987-1992. Mie Basah. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badrudin, C. 1994. Modifikasi Tepung Ubi
Kayu (Manihot esculenta Crantz) sebagai Bahan Pembuat Mie Kering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,IPB. Bogor.
Chamdani. 2005. Pemilihan bahan pengawet
yang sesuai pada produk mie basah. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chattopadhyay, I., K. Bisswas, U.
Bandyopadhayay, dan R. K. Banerjee.
2004. Turmeric and curumin : Biological actions and medicinal applications. Departement of Physiology and Biochemistry. Indian Institute of Chemical Biology and Central Drug Research Institute, India.
Christensen, C. M. 1974. Storage of Cereal
Grains and Their Products. Minnesota : American Assosiation of Cereal Chemists.
Dalujati, M.Y. 2004. Inaktivasi Salmonella
pada tauge segar dengan menggunakan klorin dan asam asetat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.
2005. Perbaikan Mutu dan Umur Simpan Mie Basah di Indonesia. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan).
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.
1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT.
Gramedia Pustaka, Utama, Jakarta. Farrell, K.T. 1990. Spices, Condiments, and
Seasonings. The AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1979. Food
Microbiology. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Gracecia D. 2005. Profil mie basah yang
diperdagangkan di Bogor dan Jakarta. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Guenther, E. 1952. The Essential Oils. D. Van
Nostrand Reinhold Co., New York. Hugo, W.B. dan A.D. Russel. 1981.
Pharmaceutical Microbiology. Blackwell Scientific Publication, Oxford.
Huhtanen, C.N. 1980. Inhibition of
Clostridium botulinum by spice extracts and aliphatic alcohols. J. of Food Protect. 43(3) : 195.
Hoseney, R. C. 1998. Principles Cereal Science and Technology. Second Edition. American Association of Cereal Chemists, inc. St. Paul, Minnesota.
Indarini, N. 2006. Mie dan tahu yang
mengandung Formalin. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg00477.html. [24 Mie 2006].
Indrawan, I. 2005. Survai manufaktur dalam
rangka meningkatkan kualitas mie basah di Jabodetabek. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jacob, M.B. 1944. The Chemistry and
Technology of Food and Food Products. Vol I, Interscience Publication, Inc., New York.
Jenie, B.S.L. dan Fardiaz, S. 1989. Uji
Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jusuf, R. 1980. Analisis Kandungan
Kurkumin pada Rimpang Beberapa Jenis Curcuma dari Jawa. Universitas Nasional, Jakarta.
Krisnamurthy,N., A.G. Matthew, E.S.
Nambudiri, S. Shivashankar, Y.S. Lewis dan C.P. Natarajan. 1976. Oil and Oleoresin of Turmeric. Tropical Science 18 (1).
Kruger, James E dan Robert B. Matsuo. 1996.
Pasta and Noodle Technology. American Association of Cereal Chemist, Inc. Minnesota.
Lukman, A.A.S. 1984. Pengaruh bubuk
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bubuk residu ekstraknya terhadap pertumbuhan beberapa bakteri basili gram positif. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Maturin, L. dan J.T., Peeler. 2001.
Bacteriological Analogical Manual. http://usfda_cfsan.com/bacteriological_analyticalmanual/apc.htm [3 Februari 2006]
Mugiarti, 2001. Mempelajari pengaruh
substitusi tepung kedelai pada pembuatan mie basah (Boiled Noodle). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Pahrudin, 2005. Aplikasi bahan pengawet
untuk memperpanjang umur simpan mie basah matang. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pelczar, M.J., R.D. Reid. 1972. Microbiology.
Mc Graw Hill Book Company, New York.
Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green
dan S.R.J. Robbins. 1981. Spices. Vol 2. Longman Inc., New York.
Ramprasad, C. dan M. Sirsi. 1956. Indian
Medicinal Plants : Curcuma longa - In Vitro Antibacterial Activity of Curcumin and The Essential Oils. Abstract. J. Sci., India.
Rukmana, R. 1995. Kencur. Kanisius, Jakarta. Sampurno, H. 2006. Keterangan pers badan
POM Nomor : KH. 00.01.1.241.002 tentang penyalahgunaan formalin untuk pengawet mie basah, tahu, dan ikan. http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=88&qs_menuid=2 [18 Januari 2007].
Sastrapraja, S. 1977. Ubi-ubian. LBN-LIPI,
Bogor. Sastroamidjojo, S. 1988. Obat Asli Indonesia.
Dian Rakyat, Jakarta. Shankaracharya, N.B. dan C.P. Natarajan.
1977. Role of Spices in Health. J. Health Sci. III : 99, India.
Shih, A.L. dan N.D. Harris. 1977.
Antimicrobial activity of selected antioxidants. J. Food prot. 40 (8) : 520-522.
Sinaga, E. 2006. Curcuma domestica Val..
http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Kunyit.pdf. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tumbuhan Obat UNAS/ P3TO UNAS. [10 Februari 2006].
Srinivasan, K.R. 1953. A chromatography
study of the curcuminoids in Curcuma longa L. J. Pharm. Pharmacol. 5:448-457.
Standarisasi Nasional Indonesia. 1992. Syarat
mutu mie basah. SNI 01-2987-1992 Sumangat, D., Anggraeni, dan M.P.
Laksmanahardja. 1994. Tanaman rempah-rempah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Edisi Khusus LITTRO. Vol. X No. 2 : 94.
Sumiati, T. dan Adnyana, I.K. 2004. Kunyit,
si kuning yang kaya manfaat. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0704/22 /cakrawala/lainnya02.htm. [10 Februari 2006].
Suwanto, A. 1983. Mempelajari aktifitas
antibakteri bubuk rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Winarno, F. G. Dan W. S. Rahayu. 1994.
Bahan Tambahan untuk Pangan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.