55169521 makalah agama hindu

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara ethimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "A" dan "gam". "A" berarti tidak dan "gam" berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Agama merupakan sesuatu yang bersifat stagnan, tetap tidak bergerak karena akan dianggap melanggar apabila ada sesuatu yang melenceng dalam perjalanannya. Namun dengan berjalannya roda kehidupan serta adanya perputaran zaman, suatu agama maupun kepercayaan itu sendiri dituntut agar dapat menyesuaikan diri dengan merelevansikan butir-butir beserta nilai-nilai hakikat yang berhubungan umat terhadap Tuhannya, sehingga suatu kepercayaan akan sangat dianggap fleksibel dan memenuhi akan jiwa umatnya yang tengah berada dalam pusaran hidup beserta hal spiritual. Semua filosofi itu dijalankan secara menurut Hindu karena yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula 1

Upload: marid-candra

Post on 24-Nov-2015

152 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGAgama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara ethimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "A" dan "gam". "A" berarti tidak dan "gam" berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Agama merupakan sesuatu yang bersifat stagnan, tetap tidak bergerak karena akan dianggap melanggar apabila ada sesuatu yang melenceng dalam perjalanannya. Namun dengan berjalannya roda kehidupan serta adanya perputaran zaman, suatu agama maupun kepercayaan itu sendiri dituntut agar dapat menyesuaikan diri dengan merelevansikan butir-butir beserta nilai-nilai hakikat yang berhubungan umat terhadap Tuhannya, sehingga suatu kepercayaan akan sangat dianggap fleksibel dan memenuhi akan jiwa umatnya yang tengah berada dalam pusaran hidup beserta hal spiritual. Semua filosofi itu dijalankan secara menurut Hindu karena yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.Agama Hindu berasal dari Bahasa Sanskerta: Santana Dharma yaitu "kebenaran abadi", dan Vaidika-Dharma ("pengetahuan kebenaran") dimana agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jaman dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa. Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d. 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum atau 4 kasta (kelas berbeda) yaitu kasta Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra. Sementara perkembangan Agama Hindu di Indonesia dimulai dengan masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur serta beberapa kerajaan Hindu yang cukup terkenal yaitu Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Perkembangan Agama Hindu yang pesat membuahkan suatu ajaran yang yang bersifat universal dimana tujuan agama Hindu telah dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa. Sementara Pokok-pokok Keimanan Agama Hindu adalah percaya dengan adanya Tuhan, Atman, Karma Phala, Reinkarnasi, dan Moksa. Perkembangan agama Hindu tidak lepas dari keberadaan teknologi dan seni yang saling melengkapi satu sama lain. Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis. Teknologi sebagai barang buatan karena Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi agar kelemahan yang dimiliki manusiapun menjadi sedikit berkurang. Tetapi barang-barang buatan tidak hanya terbatas pada kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang tadinya belum terpikirkan.

Teknologi merupakan salah satu kegiatan manusia yang tidak akan bisa lepas dari seluruh aktivitas manusia itu sendiri. Aktivitas manusia menumbuhkan banyak sekali ide-ide maupun pikiran yang tentunya dapat ditunjang oleh teknologi itu sendiri. Kegiatan membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat (produk) dan ilmu menggunakan (komsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan dari pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber. Pembahasan yang bulat dan menyeluruh akan tercapai kalau teknologi dtinjau sebagai suatu sistem. Ini berarti teknologi dibahas sebagai suatu kebulatan unsur-unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam lingkungan system itu sendiri. Memahami teknologi tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam (nature science) dan rekayasa (engineering). Ilmu pengetahuan alam adalah input bagi proses ilmu rekayasa sedangkan teknologi adalah hasil proses rekayasa. Sedangkan seni adalah ide, gagasan, persasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau di ekspresikan melalui unsur unsur tertentu yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di bawah ini pengertian seni menurut beberapa ahli yaitu :1. Alexander Baum Garton mengatakan Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.2. Emanuel Kant Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.3. Leo Tolstoy Seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.4. Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam. 5. Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni. Teknologi dan seni berkembang sejalan searah dengan agama yang bersifat saling melengkapi satu sama lain. Namun seiring berjalannya waktu perjalanan teknologi dan seni kadang keluar dari lingkaran sifat-sifat welas asih ajaran-Nya yang berupa suatu pengaruh dan bersifat berkelanjutan. Dampak teknologi dan seni begitu kuat mempengaruhi gaya hidup manusia abad ini. Manusia hidup tidak lepas dari keberadaan teknologi yang dapat membuat hidup manusia menjadi jauh lebih efisien. Begitu juga seni manusia hidup dalam lingkaran kehidupan sosial dimana manusia selalu berusaha untuk mengejawantahkan perasaan dan mengungkapkannya dengan jalan ide-ide maupun gagasan yang bersifat indah serta mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia baik untuk dirinya sendiri maupun atau untuk keberadaan orang-orang disekitar lingkungannya. Adanya pengaruh keberadaan teknologi maupun seni dalam kehidupan manusia tentu saja memberi dapat memberikan suatu pengaruh yang dampaknya berbeda-beda pada setiap orang. Manusia hidup menggunakan teknologi dapat terkena dampak positif maupun negatif. Dampak positif tentu saja dapat membuat manusia jauh lebih mudah untuk mengadakan komunikasi dan tentu dapat membuat manusia mampu menjelajahi cakrawala tanpa harus menguras banyak uang. Teknologi mampu membuat sang pemakai jauh lebih berpikir terbuka dan lebih termotivasi untuk selalu mengembangkan wawasan jauh lebih terbuka. Namun dibawah bayang-bayang dampak positif yang ada tentu ada dampak buruk yang mengimbanginya. Dampak negatif tersebut biasanya mengincar seluruh kalanngan pengguna teknologi, terutama bagi mereka yang tidak bijaksana dalam menggunakannya. Dampak negatif teknologi salah satu contohnya adalah malfungsi penggunaan internet, telekomunikasi maupun yang lainnya. Semua dapat menimbulkan kerugian baik bersifat merugikan satu pihak maupun banyak pihak. Sehingga dibutuhkanlah manusia yang mampu untuk menggunakan teknologi secara bijak untuk mengurangi dampak negatif dari teknologi itu sendiri dan memaksimalkan hal-hal positif yang mampu membawa manusia itu sendiri tidak terjebak dalam arus minus teknologi. Lantas seni juga dapat memberikan pengaruh yang sifatnya sama dengan teknologi. Seni juga mampu memberikan pengaruh yang buruk bagi manusia. Zaman ini banyak sekali berita yang mengabarkan adanya beberapa seni yang berupa tari-tarian daerah yang dipergunakan sebagai salah satu sumber penghasil materi yang bersifat besar-besaran diman tari-tarian daerah tersebut disulap menjadi tari-tarian yang berkonotasi negatif. Mirisnya lagi tari-tarian daerah yang dipentaskan tidak hanya pada orang-orang dewasa namun juga anak di bawah umur. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu contoh kasus yang dapat mencirikan bahwa dampak negatif dari hal yang berbau seni juga dapat terjadi secara terang-terangan dan dapat memberikan pengaruh buruk yang sangat luas. Namun segala sesuatunya yang bersifat negatif tentu seni juga menawarkan keberadaan dampak positif yang tetntunya dapat membuat manusia itu sendiri mengalami kepuasaan dari adanya hiburan seni itu sendiri. Seni itu sendiri merupakan hasil ekspresi dari segala ide maupun gagasan yang terdapat dalam diri manusia. Sehingga manusia akan terhibur dengan adanya keberadaan seni yang bersifat mndukung jiwa manusia secara keseluruhan. Tentunya keberadaan seni dan teknologi baik yang berdampak positif maupun negatif harusnya dapat disikapi oleh manusia itu sendiri. Karena baik dampak positif maupun negatif semuanya dapat berjalan seimbang bilamana manusia itu sendiri mampu mengarahkan pikirannya secara logis dan tidak terlepas dengan adanya garis pembatas dalam memulai melakukan suatu hal itu sendiri. Maka perlunya beretika dan berwawasan luas dalam menghadapi pengaruh serta dampak teknologi dan seni yang bersifat negatif haruslah diikuti oleh bekal serta kearifan fondasi agama terutama agama Hindu yang dapat menghantarkan manusia itu sendiri menuju jalan yang lebih yang lebih baik serta menuntun manusia agar selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya yang tidak terlepas dari ajaran agama itu sendiri.

1.2. TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain:1. Untuk mengetahui seberapa besar peran agama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.2. Untuk mengetahui hubungan antara etika, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi.3. Untuk mengetahui manfaat agama dengan fungsinya sebagai pembentuk etika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.3. MANFAATManfaat dari penulisan ini antara lain:1. Bagi akademisi, agar dapat memberikan kontribusi dalam penerapan etika di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.2. Bagi masyarakat, agar dapat memahami dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bijak dan tidak menyimpang dari ajaran etika yang berasaskan agama.

1.4. TINJAUAN PUSTAKA1.4.1. Pengertian Etika secara UmumEtika merupakan ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Tujuan dari mempelajari etika itu sendiri adalah untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu.Etika sebagai bagian dari filsafat berusaha memecahkan beragam persoalan dalam kehidupan secara radikal. Terminologi radikal berasal dari bahasa Inggis radical yang diserap dari Bahasa Yunani radix, yang berarti sampai ke akar-akarnya. Dengan demikian kata radikal dapat dipahami sebagai cara berfikir yang mendalam sampai ke akar persoalan. Tentu berfikir radikal bukan berarti berfikir yang asal kritis, namun juga merupakan corak berfikir yang kritis, metodis dan sistematis. Cara berfikir demikian membedakan cara berfikir dalam filsafat dengan cara berfikir yang lain.Lalu apa yang membedakan filsafat dengan ilmu (science)? Jika ilmu hanya membatasi kajiannya terhadap fenomena yang bersifat empiris, maka filsafat lebih jauh berusaha menyingkap apa yang ada di balik fenomena empiris. Jika kita belajar tentang etika protestan yang dirumuskan oleh Max Weber dari sisi ilmu ekonomi, maka kita hanya melihat bagaimana etika protestan dapat diterapkan dalam masyarakat Kristen Protestan dari mahzab Calvinisme. Namun jika melihatnya dari sisi refleksi filosofis, maka bukan hanya realitas empiris yang ditelaah berkaitan dengan etika protestan. Filsafat akan membongkar, bagaimana pengetahuan ilmiah tersebut dapat dijalankan? Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi agar pengetahuan ilmiah tersebut dapat dilaksanakan?Ciri khas filsafat tersebut juga nampak dalam etika. Etika tidak berhenti pada hal yang empiris atau kongkret, pada hal yang secara faktual dapat dilakukan, tetapi ia bertanya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, tentang yang baik atau buruk untuk dilakukan (Bertens, 2005 : 26). Berita infotainment yang kerapkali menjadi sebuah bentuk pengadilan oleh pers (trial by press) dapat dijadikan sebuah contoh mengenai kekhasan etika. Etika itu sendiri lebih jauh bergerak ke arah pertanyaan yang bernilai normatif dan evaluatif. Relasi antara etika dengan bidang keilmuan yang lain yakni saling komprehensif. Etika tidak dapat eksis, jika tidak dipahami dulu sisi keilmiahnya yang bersifat empiris.1.4.2. Pengertian Etika menurut HinduSalah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya sendiri serta masyarakat, serta umat manusia agar mengenal jati dirinya untuk berusaha menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang secara ideal disebut manusia Dharmika (Manava Madhava). Ajaran etika (Moralitas), atau Tata Susila, yakni tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup, serta keharmonisan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara sesama manusia dengan alam semesta dan ciptaann-Nya.Ajaran etika di dalam Weda mencakup bidang yang sangat luas meliputi: kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebajikan, ketekunan, kemurahan hati, keluhuran budhi pekerti, membenci sifat buruk, pantang berjudi, menjalankan kebajikan, percaya diri, membina hubungan yang serasi, mementingkan persatuan, kewaspadaan, kesucian hati, kemashyuran, kemajuan, pergaulan dengan orang-orang, mengembangkan sifat-sifat ramah dan manis, wiweka (kemampuan membedakan sifat baik dan buruk), mengendalikan diri, dan masih banyak lagi yang lainnya.1.4.3. Etika TeknologiPerkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti revolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berpikir manusia, baik dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan, maupun dalam pengambilan keputusan. Perubahan yang terjadi pada cara berpikir manusia akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik, melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi berkurang.Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Oleh karena itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaan tetap harus berada pada peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi belaka. Ada beberapa dampak pemanfaatan teknologi informasi yang tidak tepat yaitu : Ketakutan terhadap teknologi informasi yang akan menggantikan fungsi manusia sebagai pekerja Tingkat kompleksitas serata kecepatan yang sudah tidak dapat di tangani secara manual Pengangguran dan pemindahan kerja Kurangnya tanggung jawab profesi Adanya golongan minoritas yang miskin informasi mengenai teknologi informasi

Untuk mengatasi beberapa kendala tersebut maka dapat dilakukan : Di rancang sebuah teknologi yang berpusat pada manusia Adanya dukungan dari suatu organisasi, kompleksitas dapat ditangani dengan TeknologiInformasi Adanya pendidikan yang mengenalkan teknologi informasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kemajuan teknologi informasi. Jika adanya peningkatan pendidikan maka akan adanya umpan balik dan imbalan yang diberikan oleh suatu organisasi Perkembangan teknologi akan semakin meningkat namun hal ini harus di sesuaikan dengan hukum yang berlaku sehingga etika dalam berprofesi di bidang teknologi informasi dapat berjalan dengan baik.

Etika Pemanfaatan Teknologi InformasiMenurut James H. Moor ada tiga alasan utama mengapa masyarakat berminat untuk menggunakan komputer yaitu;1. Kelenturan logika (logical malleability),Memiliki kemampuan untuk membuat suatu aplikasi untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh programmer untuk penggunannya.2. Faktor Transformasi (transformation factors)Memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat kemanapun pengguna akan menuju ke suatu tempat.3. Faktor tak kasat mata (invisibility factors).Memiliki kemampuan untuk menyembunyikan semua operasi internal computer sehingga tidak ada peluang bagi penyusup untuk menyalahgunakan operasi tersebut.1.4.4. Hubungan Etika dengan Agama, Ilmu Pengetahuan dan TeknologiIlmu pengetahuan dan teknologi tidak berdiri lepas dari hidup manusia, maka tidak pernah luput dari pengaruh pihak (subjek) yang mengembangkannya serta berniat memanfaatkannya juga. Kebenaran yang dikejar dalam ilmu pengetahuan tetap menuntut suatu sikap akademis yang tinggi, akan tetapi pengaruh atau titipan faktor-faktor pribadi serta sosial tidak mungkin dilenyapkan sama sekali. Itu sebabnya, ilmu dan teknologi itu tetap bergantung pada sikap moral serta konteks sosial manusia yang mengembangkan serta menggunakannya. Tugas filsafat, menurut H. Marcuse, ialah membuat suatu analisis serta kritik sosial atas gejala tersebut agar ilmu dan teknologi bisa benar-benar dijadikan alat pembangunan bagi kemanusiaan yang lebih adil dan beradab.Seperti halnya ciptaan manusia yang tak pernah sempurna, ilmu pengetahuan dan teknologi juga memiliki keterbatasan tersendiri. Keterbatasan itulah yang telah membuka mata manusia pada dimensihidup yang lain, yakni dimensi aksial: nilai-nilai dan norma-norma estetik, etik, dan religius yang akan memurnikan intensitas dan memandu penggunaan kebebasan manusia.Peranan agama, sebagai the love of perfection, ialah meraut kemanusiaan kita agar makin peka dan tanggap pada norma dan nilai hidup yang luhur. Agama berusaha menjembatani ketegngan kratif di antara fakta dan ideal, bahkan menjembatani kehidupn fana dan kehidupan baka tempat manusia akan mencapai kesempurnaan evolusi hidupnya.Henri Bregson (1859-1941), seorang filsuf Prancis, melihat adanya kemungkinan adanya kerja sama yang kental antara ilmu dan teknologi, etika, moral dan agama demi perkembangan umat manusia dan kemanusiaan. Laju perkembangan ilmu dan teknologi, dalam arti yang agak harfiah, telah membuat dunia menjadi sebuah kosmopolis, sebuah kota dunia. Dengan kata lain, ilmu dan teknologi secara teknis telah memungkinkan terwujudnya impian universal umat manusia utnuk hidup bertetangga dan bersaudara satu sama lain.Namun, kemungkinan yang telah dibuka oleh ilmu dan teknologi ini sering kali justru dijegal oleh sikap mental dan moral yang sempit. Oleh karena itu, perlu terjadi suatu perubahan orientasi moral guna mengimbangi laju ilmu teknologi. Teori Bregson tentang moral yang terbuka dan agama yang dinamis adalah suatu model guna mengembangkan sikap mental yang tepat untuk mewujudkan persaudaraan universal antar umat manusia. Singkatnya, ilmu dan teknologi bisa bekerja sama dengan etika, moral, dan agama guna mewujudkan persaudaraan universal dalam dunia yang lebih adil dan damai.

1.5. METODELOGI PENULISAN1.5.1 Sumber dan Jenis DataData data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Validitas dan relevansi sumber data dapat dipertanggungjawabkan.1.5.2 Pengumpulan DataDalam penulisan makalah ini digunakan metode studi / tinjauan pustaka yang didasarkan atas hasil studi dari berbagai literatur, yang terkait satu sama lain, yang mendukung uraian uraian dalam karya tulis ini.1.5.3. Waktu dan Tempat Pengumpulan DataA. Waktu Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penyusunan karya tulis ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2011 sampai 25 Maret 2011.B. Tempat Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penyusunan karya tulis ini dilaksanakan di rumah penulis, serta beberapa sumber diperoleh dari beberapa perpustakaan daerah Denpasar. 1.5.4 Materi Pengumpulan DataMateri-materi yang penulis kumpulkan untuk menyusun karya tulis ini adalah sebagai berikut :1) Kajian mengenai pengertian agama Hindu secara universal2) Kajian mengenai teknologi dan seni3) Kajian mengenai dampak teknologi dan seni4) Kajian mengenai perlunya beretika dalam meminimalisasi dampak negatif teknologi dan seni.1.5.5 Analisis DataData data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian diolah dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif argumentatif, dengan menghasilkan tulisan yang bersifat deskriptif, menggambarkan tentang peranan etika beragama dalam penggunaan teknologi di era globalisasi.1.5.6. Penarikan KesimpulanSetelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun dan menghubungkan latar belakang, tujuan penulisan serta pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

\

BAB IIPEMBAHASAN

Brahmavidya adalah pengetahuan tentang Ketuhanan dalam Agama Hindu, pemahaman tentang Tuhan itu penting dan perlu karena dengan mengenal Tuhan secara tepat dan baik dapat mengantarkan kepada jalan kesempurnaan sampai kepada moksa. Pada dasarnya Veda mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Maha Esa, namun Yang Maha Esa itu dikenal dengan banyak nama dewa-dewa. Pemahaman agama Hindu dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pemahaman tentang tatwa atau filsafat agama, susila atau etika, dan upakara atau upacara.Upanisad mengajarkan tentang dua aspek Tuhan, yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman. Nirguna Brahman disebut juga Para Brahman atau Brahman yang tertinggi, bebas dari guna atau segala bentuk aktivitas. Ia berada di luar jangkauan pikir manusia karenanya disebut Brahman yang transenden. Saguna Brahman adalah Brahman yang sudah terkena pengaruh maya, disebut juga Para Brahman atau Sada Siva, dalam aspek inilah ia dikenal dengan nama banyak dewa, seperti Brahma aspek penciptaan (utphatti), Visnu aspek pemeliharaan (sthiti) dan Siva atau Rudra aspek peleburan (pralina). Ia menjadi objek pemujaan yang distanakan di padmasana pada saat umat memuja-Nya. Ia merupakan sumber segala yang ada, berada di mana-mana dan meliputi segalanya. Masih dalam aspek Ketuhanan, tetapi dinyatakan lebih rendah dari saguna Brahman disebut Atman, ialah Brahman yang sudah dikuasai oleh pengaruh maya. Akibatnya, lupa dengan kesejatiannya sehingga hanyut dalam lingkaran lahir berulang-ulang. Apabila atman telah dapat mencapai kesadaran Brahman barulah dapat menyatu kembali dengan Brahman.Mendekatkan diri kepada Tuhan dilaksanakan dengan mengamalkan catur marga yoga yang terdiri dari Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Ada 2 bentuk bhakti, yaitu apara bhakti, yakni bhakti yang masih disertai dengan permohonan-permohonan dan apara bhakti, yaitu bhakti yang tidak disertai dengan permohonan-permohonan, tetapi disertai dengan penyerahan diri, dengan cara aktif berbuat dengan tulus karena yakin akan mendapat pahala yang baik pula. Raja Marga Yoga diamalkan dengan astangga yoga yang berawal dari suatu disiplin penahanan diri terhadap nafsu dan puncaknya mencapai samadhi penyatuan pikiran pada objek. Dalam keadaan samadhi pikiran menyatu dengan Brahman.Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata manusya, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki sekaligus tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat atau idep wak dan kaya yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma manusia mampu menolong dirinya sendiri mengangkat dari kesengsaraan. Inilah keutamaan lahir menjadi manusia. Martabat adalah harkat kemanusiaan atau harga diri orang yang bermartabat disegani dan dihormati orang banyak karena selalu berperilaku baik. Menjaga perilaku baik perlu selalu diupayakan dengan menghindari keburukan walaupun tidak selalu mudah. Dalam upaya manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu kesejahteran lahir bathin (suka tan pawali dukha), masyarakat Hindu melakukan dengan menjaga hubungan baik dengan alam dan lingkungannya. Demikian pula mereka menjaga hubungan baik dengan Tuhan yang menciptakan dunia dengan segala isinya dan juga dengan sesama manusia. Tiga hubungan baik ini dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. Dalam setiap usahanya untuk mengolah alam perlu diingat bahwa Menguasai Alam, cendrung merusak Menyesuaikan dengan Alam, cendrung melestarikan.Manusia mempunyai Wiweka yang berarti kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan benar dengan yang buruk dan salah. Kecenderungan-kecenderungan sifat manusia dipengaruhi oleh tri guna, yaitu sattwam, rajas dan tamas. Ketiga sifat ini dalam diri setiap manusia dalam keadaan yang berbeda-beda, berpengaruh pada pikiran. Secara garis besar sifat manusia ada dua macam, yaitu sifat-sifat kedewataan atau daiwi sampad dan sifat keraksaan. Kedua sifat ini berdampingan dalam diri manusia. Kecenderungan manusia juga dipengaruhi oleh indriya, yaitu keinginan untuk mendapat kepuasan. Ada Buddhindriya namanya, yaitu indriya penyadar yang menghubungkan alam pikiran dengan objek dunia ini. Ada indriya penggerak disebut panca Karmendriya.Untuk mendapatkan kebahagiaan dan menjaga martabat dalam hidup ini orang harus mampu mengendalikan dirinya, ajaran pengendalian diri tersebar dalam pustaka Hindu. Intinya adalah mengendalikan pikiran agar selalu terarah pada hal-hal kebaikan dan menghindari hal-hal yang mengarah pada keburukan, melalui pengendalian pikiran, perkataan dan perbuatan, serta berpedoman pada bisikan Sang Hyang Atma, yaitu kata hati yang selalu menyuarakan kejujuran dan kebenaran. Dalam setiap perbuatannya ada baiknya setiap manusia selalu mempunyai motto mendasar Bekerja merupakan alat untuk mencapai kepuasan yang maksimum (homoeconomicus) dan Bekerja itu kewajiban dan dharma untuk mencapai moksha. (homotatwamasi)Manusia dalam berbuat hendaknya berpedoman pada tata susila di masyarakat. Tata susila adalah peraturan-peraturan tentang tingkah laku yang baik dan mulia. Pengertian etika pada dasarnya tidak berbeda dengan pengertian tata susila, hanya saja khusus dalam etika, ada etika yang hanya dianut oleh sekelompok masyarakat, seperti etika jurnalistik atau kode etik wartawan, etika bisnis dan lain-lain. Tata susila Hindu berangkat dari ajaran agama bahwa pada hakikatnya jiwatma setiap makhluk adalah sama, demikian pula jiwatma setiap manusia. Penjelasan ini bersumber dan Upanisad yang menyatakan Brahma atma aikyam, artinya Brahma dan Atma pada hakikatnya tunggal, demikian pula uraian dalam Chandogya Upanisad Tat Twam Asi, artinya engkau adalah itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan tata susila untuk membina hubungan yang baik, rukun dan selaras antara seseorang dengan sesama makhluk hidup di sekitarnya, antara keluarga dengan masyarakat, antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dan antara manusia dengan alam sekitar. Ajaran tata susila tersebar dalam pustaka-pustaka Hindu seperti dalam Veda, Manawa dharma sastra, Bhagawadgita, Sarasamuccaya dan lain-lain. Ajaran etika atau moralitas adalah tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup serta keharmonisan hidup antarsesama manusia, antarmanusia dengan alam bahkan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menilai baik buruk tingkah laku tidaklah mudah. Orang yang berperilaku berpegang pada tata susila dan dharma pantas mendapat kehormatan dan disegani, bukan karena kekayaan, kepintaran atau keturunan.Dalam usaha mendapatkan kemuliaan akhlak ada beberapa ajaran yang berkaitan dengan pengendalian diri untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya ajaran Trikaya Parisudha. Kayika perbuatan yang baik dan benar, wacika perkataan yang baik dan benar, dan manacika, yaitu pikiran yang baik dan benar. Kebajikan, yaitu sifat murah hati dan suka menolong berbuat kebaikan, yang lahir dari dalam hati nurani.Orang yang memiliki pengetahuan terutama pengetahuan rohani tentu memiliki kebijaksanaan, mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Orang bijaksana meninggalkan yang buruk dan salah, memilih kebaikan dan kebenaran dalam perilakunya. Umat Hindu yakin bahwa ilmu pengetahuan ditemukan oleh Sang Yang Widhi Wasa adalah untuk menyadarkan umat manusia dan juga untuk pedoman umat manusia dalam membangun kesejahteraan hidupnya. Ada dua jenis ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai ciptaan-Nya yang disebut Avara Vidya seperti ilmu pengetahuan tentang alam semesta dengan segala aspeknya, misalnya bagaimana dan apa penyebab terjadinya gelombang laut atau tsunami Kemudian menjelaskan tentang Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa dengan segala aspeknya, misalnya pengetahuan tentang hakikat Tuhan itu sendiri (Brahman Vidya), pengetahuan tentang surga dan neraka, serta pralaya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi empat syarat yaitu objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Dalam ajaran Hindu ada empat sumber pengetahuan yaitu, Praktyaksa pramana, pengetahuan yang didapat dengan pengamatan langsung, Anumana pramana, pengetahuan yang didapat dengan mengoptimalkan tanda-tanda yang dapat diamati, Upamana pramana adalah pengetahuan dengan cara membandingkan, seperti membandingkan kucing dengan harimau, Agama pramana, yaitu pengetahuan yang diajarkan oleh para guru atau Rsi. Di samping itu, masih ada lagi yang disebut arthapatti, yaitu pengetahuan yang didapat dengan pengambilan kesimpulan bertentangan.Seiring dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan pun semakin banyak diterapkan dalam usahanya menyejahterakan kehidupan manusia. Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam modernisasi agama Hindu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan sraddha dan bhakti dengan berbagai pedoman, seperti trisamaya dan dharma sidhyatha. Sementara itu, aktivis Hindu I Nyoman Mardika mengatakan dalam perkembangan masyarakat Hindu yang semakin terbuka dalam menerima informasi dan komunikasi, mengindikasikan ada perubahan pola kehidupan masyarakat Hindu. Di situ ada perubahan nilai-nilai dan cara pandang orang Bali terhadap hidup dan kehidupan umat Hindu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut diantaranya (a) Kondisi sosial masyarakat yang berkembang pada masyarakat saat ini, bergerak dinamis, ditambah dengan heterogenitas masyarakat, salah satu faktor penyebabnya. (b) Pendidikan masyarakat yang berkembang memunculkan masyarakat menengah yang lebih kritis dalam menyikapi fenomena adat dan agama. Ini merupakan suatu yang positif. Akan tetapi, tidak jarang menimbulkan benturan di antara keyakinan dan rasionalitas masyarakat Bali. (c) Dengan munculnya berbagai macam informasi yang semakin terbuka, masyarakat mencoba menjaga eksistensinya atau jati dirinya sebagai masyarakat kedaerahan. Prinsip ini disebarluaskan dengan menanamkan pemahaman adat dan agama Hindu yang diyakini dalam menghadapi dunia global yang tanpa batas. Manusia Hindu hendaknya mampu berpikir positif terhadap proses perkembangan masyarakat yang dinilai riligius. Sebab, dengan berpikir positif kita dapat melaksanakan dharma agama dan melaksanakan tradisi upacara dengan baik sebagai persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Apabila berpikir Dikatakannya, tantangan masyarakat Hindu pada masa yang akan datang adalah perkembangan global. Jika hal itu tidak diantisipasi akan menggilas nilai-nilai sosial masyarakat. Manusia hendaknya sudah mempersiapkan diri dan mampu berkompetisi dalam dunia global dan tidak terjebak pada pola pikir yang sempit dan lelah bertikai dengan sesama komponen masyarakat itu sendiri. Dalam perkembangan teknologi tersebut perlu dibarengi dengan etos kerja yang dapat diterapkan secara maksimal. Etos kerja adalah sifat-sifat khas yang sudah membudaya dari sekelompok masyarakat dalam menilai suatu aktivitas kerja, secara fisik dan didukung oleh nilai-nilai spiritual keagamaan yang diyakininya. Dalam upaya mencapai tujuan agama dan tujuan hidup manusia dalam praktiknya bentuk-bentuk etos kerja dimulai dari mengerti tentang makna kerja, bekerja atas kehendak hukum alam, bekerja merupakan pangkal kehidupan, kerja tanpa pamrih pribadi semata-mata, bekerja harus sesuai profesi masing-masing, kerja keras, bersikap jujur, dan fair. Dalam bekerja diperlukan pemikiran-pemikiran mantap dan kritis. Berpikir kritis dilaksanakan dengan berpikir logis sesuai dengan pedoman Anumana pramana dan Artha patti pramana, dengan menempatkan pikiran sebagai yang menentukan dan mengendalikan.Setelah menciptakan segala ciptaannya Tuhan Yang Maha Ada menciptakan hukum untuk mengatur hubungan antarpartikel-partikel yang diciptakan-Nya. Hukum itu disebut Rta, yaitu hukum alam yang bersifat absolut tidak ada yang dapat menentangnya dan berlaku seperti itu untuk selama-lamanya. Dari Rta, kemudian lahir dharma yang bersifat hukum untuk mengatur kehidupan makhluk di dunia ini. Dharma juga dapat berupa undang-undang yang diciptakan penguasa sifatnya sangat tergantung pada keadaan tempat setempat, jadi amat relatif. Kepatuhan terhadap hukum berpahala kebahagiaan dan keselamatan, sedangkan pengingkaran berpahala pada kesedihan dan kehancuran. Dengan pemahaman demikian, seharusnya secara sadar orang lebih memilih ketaatan pada hukum.Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama. Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan dengan ciri-ciri kehinduannya. Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran, peran serta dalam penggalangan dana, peran serta dalam penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian berbagai sumber kekayaan. Agama Hindu mengajarkan bahwa kesejahteraan adalah yang menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasar atas dharma artha dan kama yang disebut tri warga, untuk mewujudkan kesejahteraan harus dilaksanakan pembangunan masyarakat. Bentuk-bentuk peran serta umat Hindu di antaranya peran serta dalam pemikiran, penggalangan dana, penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian sumber-sumber kekayaan.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanSimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini diantaranya sebagai berikut.3.1.1 Pencerminan etika beragama dan tata tertib beragama akan sangat berguna dalam setiap perilaku yang manusia lakukan3.1.2 Manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya diperlukan selalu menjaga keseimbangan kehidupan berdasarkan ajaran Tri Hita Karana3.1.3 Manusia dalam bekerja harus berpedoman teguh pada etos kerja.

3.2 Saran3.2.1 Setiap kehidupan pasti memiliki aturan-aturannya tersendiri, oleh sebab itu sebagai makhluk yang beradab, kita wajib menerapkan ajaran etika dalam kehidupan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan akademik guna mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan ini.3.2.2 Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting untuk diterapkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijalankan tanpa etika dapat merusak keberadaan ilmu itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Awanita, I Made. (1992). Materi Pokok, Sila, dan Etika Hindu. Jakarta: Dirjen Bimas Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka. Bantas, I Ketut. (2003). Buku Materi Pokok Agama Hindu. Jakarta: Universitas Terbuka. Mantra, Ida Bagus. (1989). Tata Susila Hindu Dharma. Jakarta: Dharma Sarathi. Pendit, Nyoman S. (1988). Bhagawadgita. Jakarta: Daya Prana Press. Rudia Adi Putra, Gde. (2003). Pengetahuan Dasar Agama Hindu. Jakarta: Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH), Dharma Nusantara. Sura, I Gede. (1993). Pengendalian Diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu. Jakarta: Hanuman Sakti. Tim Dosen Agama Hindu. (2009). Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.22