agama hindu dengan kebudayaan bali

Upload: marid-candra

Post on 14-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang PenulisanBila kita ditanya Apakah agama saudara? Kita pasti akan menjawab Saya

    beragama Hindu? Bila kita ditanya lagi, Apa buktinya saudara beragama Hindu? Kita

    bisa menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kita yang dalam kolom agama tertulis

    "Hindu". Atau kita mengatakan kita lahir dari orang tua Hindu. Atau kita kawin dengan

    seorang laki-laki atau wanita Hindu. Atau kita melakukan ibadah Hindu. Sembahyang

    sesuai dengan agama Hindu. Jawaban-jawaban di atas memang benar. Tapi belum

    seluruhnya. Tapi apakah mungkin mengetahui seorang Hindu dari tingkah lakunya

    dalam kehidupan sehari-hari? Tidak mungkin mengetahui agama seseorang hanyadengan melihat tingkah laku atau sikap hidupnya. Tapi seorang Hindu wajib

    mencerminkan ajaran-ajaran keyakinan dan kepercayaan Hindu dalam kehidupannya.

    Untuk dapat melakukan ini seorang Hindu harus memahami agama Hindu secara baik.

    Bila kita melihat secara garis besar di Indonesia terdapat bermacam-macam

    kebudayaan daerah, maka nampak jelas perbedaan antara budaya atau kebudayaan Bali

    dengan budaya dan kebudayaan daerah lainnya. Populernya Bali di seluruh penjuru

    dunia adalah karena kebudayaannya yang luhur dan indah itu. Bagi pengamat sepintas,

    sulit pula membedakan antara agama Hindu dan budaya Bali, oleh karena itu sering

    terjadi identifikasi bahwa agama Hindu sama dengan kebudayaan Bali. Kerancuan ini

    perlu dijelaskan, bahwa kedudukan agama Hindu dalam hubungannya dengan budaya

    Bali adalah merupakan jiwa dan nafas hidup dari budaya dan kebudayaan.

    Agama Hindu dapat disebut sebagai isi, nafas dan jiwa dari budaya Bali

    sebagai ekspresi atau gerak aktivitasnya. Agama Hindu sesuai dengan sifat ajarannya

    senantiasa mendukung dan mengembangkan budaya setempat. Agama Hindu ibarat

    aliran sungai, kemana sungai mengalir, di sanalah lembah disuburkan. Budaya dapat

    pula dibandingkan sebagai wadah dan agama sebagai air. Warna dan bentuk wadah

    menentukan warna dan bentuk air di dalam wadah itu. Demikianlah hubungannya

    agama Hindu dengan budaya atau kebudayaan Bali. Perbedaan budaya tidak akan

    menimbulkan perbedaan dalam pengamalan ajaran agama oleh umatnya, karena agama

    Hindu di manapun dianut oleh pemeluknya, ajarannya selalu sama, univesal dan

    bersifat abadi.

    Maka dari itu kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk memungkinkan

    terjadinya gesekan antar umat beragama. Gesekan menimbulkan dampak, baik positif

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    2/21

    2

    maupun negatif. Seberapa jauh dampak yang ditimbulkan sangat tergantung pada

    tingkat kesadaran umat beragama.Secara historis, kondisi kehidupan pada masa lampau

    telah terbina kearah terwujudnya kehidupan yang penuh toleransi, rukun dan damai

    antar penganut agama yang satu dengan yang lainnya.

    Seperti kita ketahui dalam ajaran agama hindu kita mengenal lima keyakinan

    dan kepercayaan kepada tuhan yang disebut dengan Panca Sradha. Yang menjadi

    konsep dan keyakinan mendasar bagi setiap umat hindu dalam meyakini

    keberadaannya. Oleh karena itu penulis mengambil tema dengan judul Panca Sradha

    Dalam Konsep Ketuhanan menurut Agama Hindu.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    3/21

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Panca Sradha

    Keyakinan pokok dari agama Hindu terdiri dari 5 (lima) hal yang

    disebut Panca Crada. Panca artinya 5 (lima) Crada berarti keyakinan (creed

    dalam bahasa inggris; credo dalam bahasa latin). Bila dijabarkan menurut

    katanya panca dapat diartikan lima dan sradha dapat diartikan keimanan atau

    kepercayaan. Jadi Panca Sradha adalah lima dasar kepercayaan atau keyakinan

    Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan

    bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya. Usaha

    untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu dari kelima macam

    kepercayaan itu mutlak perlu kita yakini. Akan menjadi sempurna apabila

    penghayatan dan pengamalannya dilandasi dengan cubhakarma (ethika) dan

    yadnya (ketulusan berkorban).

    Bagian-bagian Panca Sradha :

    Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha) Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha) Percaya dengan adanya Karma Phala (Karmaphala Sradha) Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha) Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha)

    Pemujaan Kawitan didasari oleh Atma Tattwa dan Purnabhawa. Bahwa roh

    leluhur akan menjelma kembali menjadi manusia, bisa jadi anak-cucu kita dalam

    kaitan ini pemujaan Kawitan adalah bagian dari Bhakti Marga, mewujudkan kasih

    sayang kepada leluhur dan keturunan kita. Kawitan adalah jenjang leluhur yang

    tertinggi. Pemujaan Kawitan juga dapat didasari oleh Moksa, karena dalam upaya

    mensucikan roh leluhur, salah satu caranya dengan menyembah roh leluhur,

    mendoakan tercapainya Amoring Acintya. Kawitan adalah manusia, leluhur kita yang

    pernah lahir di dunia. Jika Kawitan diartikan sebagai "Wit" atau asal, maka

    Sanghyang Manu, manusia pertama ciptaan Hyang Widhi adalah kawitan manusia

    diseluruh dunia. Oleh karena alam pikiran manusia serba terbatas, ingin ada sesuatu

    batasan yang jelas dalam mewujudkan bhaktinya, berlawanan dengan keadaan Hyang

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    4/21

    4

    Widhi yang tidak terbatas maka umat Hindu di Bali memutuskan bahwa Bhatara

    Kawitan mereka adalah yang pertama kali datang di Bali tidak lagi memikirkan

    leluhur yang dahulunya di Majapahit atau lain-lain.

    2.2 Penjelasan Bagian-Bagian Panca Sradha

    a. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha).

    Widhi Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan tentang kebenaran adanya

    Ida Sang Hyang Widhi. Keyakinan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi

    dapat dilakukan melalui ajaran Tri Pramana yang berarti tiga cara atau jalan untuk

    memperoleh pengetahuan, atau cara bagaimana umat Hindu menjadi tahu tentang

    adanya sesuatu. Yakin ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwasesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya.

    Tuhan Yang Maha Kuasa yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman) adalah ia yang

    kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari kuasanya. Ia sebagai

    pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan

    adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Karena

    Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam

    sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan

    banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu

    sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya

    yang lain. Ia maha tahu berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat

    kita sembunyikan dihadapannya. Orang-orang menyembahnya dengan bermacam-

    macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepadanyalah orang menyerahkan diri

    mohon perlindungan dan petunjuknya agar ia menemukan jalan terang dalam

    mengarungi hidup ini.

    1) Ada pun bagian dari Tri Pramana adalah :(a)Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada kenyataan,

    Dimana para maharesi secara nyata dan jelas dapat menerima dan mendengar wahyu

    Tuhan, orang suci atau maharesi langsung menerima wahyu Tuhan yang di sebut

    sebagai Pratyaksa Pramana.

    (b)Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada logika atau gejalaalam atau rahasia alam yang tidak dapat terpecahkan oleh manusia. Maka berdasarkan

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    5/21

    5

    logika pasti ada penyebab atau sumber dari gejala keanehan alam raya ini. Hal inilah

    yang di sebut sebagai Anumana Pramana.

    (c)Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada pemberitahuanorang lain yang di percaya atau berdasarkan ajaran agama atau Kitab Suci Veda.

    Dengan dasar ajaran Agama umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan. hal ini yang

    disebut Agama Pramana.

    2) Sifat-sifat Brahman antara lain :(a)Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau.

    Dengan kekuatannya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna,

    serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan

    serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan

    bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yangtidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di

    alam semesta ini selain Tuhan.

    (b)Cit: sebagai Maha TahuBeliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama tetapi sumber

    segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan

    berevolusi dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna.

    Dari avidya (absence of knowledge- kekurang tahuan) menuju vidya atau maha

    tahu.

    (c)Ananda.Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya

    yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi namun tidak berpengaruh sedikitpun

    terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran,

    dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada

    Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah

    berwujud kenikmatan insting yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap

    makanan dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang

    bersifat sementara yang kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah

    suka tan pawali duka, kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan

    terhadap benda-benda duniawi.

    Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya ada satu

    Beliau maha besar maha tahu dan ada dimana-mana yang menjadi sumber dari

    segala yang ada di alam raya ini.Tetapi dalam manisfestasinya atau perwujudannya

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    6/21

    6

    sebagai Tri Murti, Tuhan hanya ada satu, yang di percaya mempunyai Tiga wujud

    kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Mukti yang berarti perwujudan. Tiga kekuatan

    atau kebesaran itu yang di maksud adalah :

    (a)Tuhan sebagai maha Pencipta dalam wujudnya sebagai pencipta Tuhan di berinama Dewa Brahma dikatakan sebagai maha pencipta karena Tuhanlah yang

    menciptakan alam semesta beserta isinya, Dewa Brahma di simbolkan dengan

    aksara suci A (Ang).

    (b)Tuhan sebagai maha pemelihara Tuhan sebagai pemelihara yang melindungisegala ciptaannya dalam manisestasinya sebagai pemelihara Umat Hindu

    menyebut Tuhan sebagai Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan aksara suci U

    (ung).

    (c)Tuhan sebagai maha pemralina, pemralina berasal dari kata pralina yang berartikembali pada asalnya, pemrelina berarti mengembalikan kepada asalnya yang

    disebut juga sebagai pelebur, Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut

    Tuhan sebagai Dewa Siwa dan disimbolkan dengan aksara suci M (Mang).

    3) Pengertian Dewa.Pengertian Dewa dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari kata Deva

    atauDaiwadalam bahasa sansekerta yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi

    Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci Tuhan Yang Maha Esa. Disamping Tri

    Murti dalam agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di percaya sebagai manisfestasi

    dari Tuhan seperti di bawah ini :

    (a)Agni (Dewa api)(b)Aswin (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)(c)Candhra (Dewa bulan)(d)Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)(e)Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)(f) Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)(g)Kuwera (Dewa kekayaan)(h)Laksmi(Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)(i) Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahma)(j) Sri (Dewi pangan)(k)Surya (Dewa matahari)(l) Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)(m)Bayu (Dewa angin)(n)Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati).

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    7/21

    7

    4) Pengertian Cadhu SaktiAjaran Widhi Sradha juga dapat diterapkan dalam ajaran Cadhu Sakti. Sang

    Hyang Widhi mempunyai empat sifat ke-Mahakuasaan yang disebut Cadhu Sakti yang

    terdiri dari :

    (a)Wibhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Ada.(b)Prabhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Kuasa.(c)Jnana Sakti yaitu sifat Yang Maha Tahu.(d)Krya Sakti yaitu sifat Yang Maha Karya.

    Selain ajaran tersebut keberadaan Sang Hyang Widhi juga dapat dijelaskan

    oleh keberadaan Dewa dan Awatara. Dewa dalam ajaran Hindu dapat diartikan sebagai

    sinar suci dari Sang Hyang Widhi sedangkan Awatara dapat diartikan penjelmaanTuhan/Dewa ke dunia dalam upaya untuk mencapai kemakmuran dan keselamatan

    dunia. Dalam kitab Reg Weda VIII. 57.2 dan kitab Brhadaranyaka Upanisad 111.9.1

    dijelaskan bahwa seluruh Dewa itu berjumlah 33 menguasai Tri Bhuwana

    (Bhur,Bhuwah,Swah loka). Seluruh Dewa terdiri dari 8 Vasu (Astavasu), 11 Rudra

    (EkadasaRudra), 12 Aditya (Dwadasaditya),serta Indra dan Prajapati. Sedangkan untuk

    Awatara terdapat sepuluh awatara Wisnu yang terdiri dari : Matsya, Kurma, Waraha,

    Narasimha, Wamana, ParasuRama, Rama, Krishna,Buddha, dan Kalki Awatara. Dalam

    ajaran Hindu, Brahman dapat diwujudkan dalam dua sifat yaitu Saguna Brahman

    (Apara Brahman) dan Nirguna Brahman (Para Brahman). Saguna Brahman adalah

    Tuhan Yang Maha Esa digambarkan sebagai pribadi dan dibayangkan dalam wujud

    yang Maha Agung oleh alam pikiran manusia secara empiris. Sedangkan Nirguna

    Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan yang tidak terkondisikan dan

    tanpa sifat tidak dapat dipikirkan karena ada di luar batas pikiran manusia.

    Demikianlah beberapa pernyataan yang menekankan bahwa Ida Sang Hyang

    Widhi memang benar-benar ada dan kita sebagai umat Hindu wajib meyakini ajaran

    Widhi Sradha tersebut.

    b. Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha).Atma Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya Atman. Dalam kitab

    Upanisad disebutkan bahwa Brahman Atman Aikyam yang artinya Brahman dan

    Atman itu adalah tunggal. Oleh karena itu, jelaslah Atma dapat diartikan percikan kecil

    dari Ida Sang Hyang Widhi yang ada di dalam setiap tubuh mahluk hidup. Ida Sang

    Hyang Widhi sebagai sumber dari atma itu maka Beliau disebut Parama Atma, dan

    sebagai intisari dari alam semesta ini disebut Adyatman. Atman di dalam badan manusia

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    8/21

    8

    disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah

    laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah

    badan. Demikian Atman itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini. Oleh

    karena Atman itu merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi, maka Atman pada

    hakekatnya memiliki sifat yang sama dengan sumbernya yakni Brahman itu sendiri.

    Atman bersifat sempurna dan kekal abadi, tidak mengalami kelahiran dan kematian,

    bebas dari suka dan duka.

    1) Atma dan Roh.Dalam tubuh manusia percikan-percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi

    disebut Atman kalau Atma yang menghidupi hewan/binatang disebut Janggama,

    sedangkan yang menghidupi tumbuhan disebut Sthawana. Jadi fungsi atma

    merupakan sumber hidup dari segala mahluk hidup.Sifat-sifat atma :

    (a)Antarjyotih = maha sempurna, sesempurna-sempurnanya.(b)Achodya = tak terlukai oleh senjata.(c)Adahya = tak terbakar oleh api.(d)Akledya = tak terkeringkan oleh angin.(e)Acesyah = tak terbasahi oleh air.(f)Nitya = kekal abadi.(g)Sarwagatah = ada di manamana(h)Sthanu = tak berpindahpindah(i) Acala = tak bergerak(j) Sanatana = selalu dalam keadaan sama(k)Awyakta = tak dilahirkan(l) Achintya = tak terpikirkan.(m)Awikara = tak berubahubah.

    Roh diartikan sebagai suksma sarira atau badan halus yang membungkus jiwatman

    orang yang telah meninggal. Roh inilah yang nantinya akan mengalami Punarbhawa atau

    kelahiran yang berulang-ulang.

    2) Tri Sarira.Tri Sarira artinya tiga lapisan badan. Yang terdiri dari :

    (a)Stula Sarira (badan kasar).Stula Sarira terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu :

    Akasa : ether Bayu : nafas

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    9/21

    9

    Teja : panas badan, cahaya badan, cahaya mata Apah : darah, lemak, kelenjar-kelenjar air badan Pertiwi : daging, tulang belulang.

    Setelah meninggal unsur-unsur Panca Maha Bhuta akan berubah menjadi

    unsur-unsur Panca Tan Matra yakni :

    Sabda Tan Matra : benih suara asal mula dari Akasa Sparsa Tan Matra : benih rasa sentuhan asal mula dari Bayu Rupa Tan Matra : benih penglihatan asal mula dari Teja Rasa Tan Matra : benih rasa asal mula dari Apah Gandha Tan Matra : benih penciuman asal mula dari Pertiwi.

    Watak manusia dibentuk oleh unsur Citta, Budhi dan Ahamkara dan indera

    manusia dibentuk oleh unsur Daseindria.

    (b)Suksma Sarira (badan halus/ roh).Pada saat kita masih hidup atau sedang bermimpi yang merasakan segala

    perasaan sakit,sedih, senang ataupun gembira adalah badan halus ini.

    (c)Antakarana Sarira (badan penyebab).

    Badan inilah yang dapat menyebabkan kita bisa beraktivitas, jadi bisa

    dikatakan bahwa Antakarana Sarira ini adalah jiwatman. Oleh karena itu jiwatman

    berfungsi sebagai sumber hidup. Dari penjabaran di atas bahwa keberadaan atman

    memang benar adanya, manusia dan mahluk hidup lainnya tak akan dapat hidup bila

    tidak ada atman yang ada di dalam dirinya.

    c. Percaya dengan adanya Karma Phala (Karma Phala Sradha).Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa

    Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala.

    Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Kita percaya bahwa

    perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang

    buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik

    pasti baik pula yang akan diterimanya demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk,

    buruk pula yang akan diterimanya. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan

    disengaja atau tidak baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran

    kesemuanya itu disebut Karma.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    10/21

    10

    Karma phala inilah yang akan membawa roh kita setelah meninggal akan

    mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati sebagai Dewa

    Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan perbuatannya selama

    masih hidup di dunia apakah akan mendapat sorga atau neraka. Phala atau hasil dari

    perbuatan itu tidak selalu langsung dapat dirasakan atau dinikmati. Tangan yang

    menyentuh es akan seketika dingin, namun menanam padi harus menunggu

    berbulan-bulan untuk bisa memetik hasilnya. Setiap perbuatan akan meninggalkan

    bekas, ada bekas yang nyata ada bekas dalam angan dan ada yang abstrak. Oleh

    karena itu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat atau pada

    kehidupan sekarang maka akan ia terima setelah di akhirat kelak dan ada kalanya

    pula akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

    Setiap karma yang dilakukan atas dorongan acubha karma akan menimbulkandosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang

    akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau

    menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya.

    Sebaliknya setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan

    mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan

    mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Tetapi sebagai

    umat Hindu tujuan kita yang utama adalah Moksa bukan sorga ataupun neraka

    karena jika kita mendapat sorga atau neraka kita akan dilahirkan kembali di dunia

    tetapi jika kita bisa mencapai moksa kita akan mengalami kebahagiaan yang tertinggi

    karena atma kita telah bersatu dengan Brahman/ Ida Sang Hyang Widhi. Ada cara

    untuk membebaskan diri dari hukum karma yang terlalu mengikat diri kita oleh

    ikatan duniawi yaitu dengan cara mengubah perbuatan dan hasilnya menjadi yoga.

    Maksudnya segala perbuatan dan hasil yang kita lakukan dan kita peroleh wajib

    dipersembahkan dahulu kepada Ida Sang Hyang Widhi, karena kita yakin semua

    yang ada dan akan ada berasal dari Ida Sang Hyang Widhi.

    1) Bagian-bagian dari karma phala yaitu :(a) Sancita Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita yang terdahulu yang belum

    habis dinikmati dan masih merupakan benih-benih yang menentukan

    kehidupan kita yang sekarang.

    (b) Prarabda Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpaada sisanya.

    (c) Kriyamana Karma Phala yaitu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmatipada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    11/21

    11

    Dengan pengertian tiga macam Karmaphala itu maka jelaslah, cepat

    atau lambat dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan

    itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Karmaphala mengantarkan

    roh (atma) masuk Surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu

    berkarma baik maka pahala yang didapat adalah Surga sebaliknya bila

    hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang

    diterimanya.

    Dalam pustaka-pustaka dan ceritera-ceritera keagamaan dijelaskan

    bahwa Surga artinya alam atas, alam suksma, alam kebahagiaan, alam yang

    serba indah dan serba mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman tempat roh

    atau atma mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama masa

    hidupnya. Selesai menikmati Surga atau neraka, roh atau atma akanmendapatkan kesempatan mengalami penjelmaan kembali sebagai karya

    penebusan dalam usaha menuju Moksa.

    d. Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha).Kata punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu "punar" (lagi) dan

    "bhawa" (menjelma). Jadi Punarbhawa ialah keyakinan terhadap kelahiran yang

    berulang- ulang yang disebut juga penitisan atau samsara. Dalam Pustaka suci Weda

    tersebut dinyatakan bahwa penjelmaan jiwatman berulang-ulang di dunia ini atau di

    dunia yang lebih tinggi disebut samsara. Kelahirannya yang berulang-ulang ini

    membawa akibat suka dan duka.Punarbhawa atau samsara terjadi oleh karena jiwatman

    masih dipengaruhi oleh Wisaya dan Awidya sehingga kematiannya akan diikuti oleh

    kelahiran kembali.Segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) pada

    jiwatma. Bekas- bekas perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam- macam, jika yang

    melekat bekas- bekas keduniawian maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang

    ditarik oleh hal- hal keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali.

    2) Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa.Hukum karmaphala dan punarbhawa atau reinkarnasi mempunyai hubungan

    yang amat erat dan timbal balik, karmaphala merupakan hukum hasil perbuatan, bik

    buruknya perbuatan akan menentukan kwalitas kelahiran manusia, demikian pula

    punarbhawa atau reinkarnasi akan berdampak bagi perbuatan seseorang. Dalam hal ini

    seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti maka

    rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia lahir

    kembali atau ber reinkarnasi lagi maka akan menjai hidup serba kecukupan dilingkungan

    orang baik-baik, tapi bila dalam kehidupan sekarang dia bertindak tidak baik maka

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    12/21

    12

    setelah meninggal nanti rohnya akan masuk neraka, demikianlah subha dan asubhakarma

    yang menentukan hasil perbuatan atau karmaphala itu sangat mempengaruhi kehidupan

    jika kita mengalami punarbhawa dikelak kemudian hari.

    Kesimpulannya dengan keyakinan adanya Punarbhawa ini maka orang harus

    sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia

    membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia berbadan sehat dan

    berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir

    menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan

    untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.

    e. Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha).Dalam Weda disebutkan Moksartham Jagadhitaya ca itu dharma maka

    Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman danri pengaruh maya serta bersatu

    kembali dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai

    kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang

    disebut Sat Cit Ananda. Moksa adalah tujuan terakhir bagi umat Hindu. Dengan

    menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik

    dan benar, misalnya dengan menjalankan sembahyang batin dengan menetapkan cipta

    (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia

    berangsur- angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari

    segala ikatan keduniawian untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman.

    1) Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :(a)Samipya : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia.(b)Sarupya (Sadharmya) : suatu kebebasan yang di dapat oleh sesesorang di dunia ini,

    karena kelahirannya, dimana kedududkan Atman merupakan suatu pancaran dari ke-

    Maha Kuasaan Tuhan.

    (c)Salokya : suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiritelah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan.

    (d)Sayujya : suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi, di mana Atman telah benar-benarbersatu dengan Brahman.

    Orang yang telah mencapai moksa, tidak lahir lagi kedunia, karena tidak ada

    apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Paramatman. Bila air sungai telah

    menyatu dengan air laut, maka air sungai yang ada di laut itu akan kehilangan

    identitasnya. Tidak ada perbedaan lagi antara air sungai dengan air laut. Demikianlah

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    13/21

    13

    juga halnya, Atman yang mencapai Moksa. Ia akan kembali dan menyatu dengan

    sumbernya yaitu Brahman.

    2) Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu:(a) Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di

    dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya. Jiwa mukti

    sama sifatnya dengan samipya dan sarupya.

    (b)Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang dapat dicapai semasahidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar, dan kesadarannya

    setaraf dengan Dewa tetapi belum benar-benar bersatu dengan Tuhan karena

    masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha Mukti sama

    sifatnya dengan Salokya.

    (c)Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan yang paling tertinggi dimanaAtman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.

    3) Catur Marga.Catur marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri kepada

    Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu :

    (a)Bhakti MargaBhakti marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida

    Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti menyucikan

    pikiran, mengagungkan kebesarannya dan menghindari diri dari segala perbuatan

    tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu :

    1) Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dandipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang

    tinggi.2) Para bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa

    dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.

    (b) Karma Marga.Karma marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian

    atau kerja tanpa pamrih. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia

    yang hidup di dunia ini dan yang ingin mencapai suatu kebebasan yang tertinggi,

    manusia tersebut seharusnya melakukan kegiatan/kerja yang didasari dengan perasaan

    tulus ikhlas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Istrilah untuk orang yang

    melaksanakan ajaran Karma marga adalah Karmin.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    14/21

    14

    (c) Jnana Marga.Jnana marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan,

    unsur kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini. Seseorang yang menganut

    ajaran jnana marga harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus dipikirkan

    demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksa). Istilah untuk orang yang

    menganut ajaran Jnana marga dapat pula disebut Jnanin.

    (d) Raja marga.Raja marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan

    tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara

    berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan yoga/meditasi yang

    diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal Astangga Yoga terdiri dari :

    1)

    Yama : pengendalian diri tahap pertama.2) Nyama : pengendalian diri tahap lanjut.3) Asana : mengatur sikap badan.4) Pranayama : sikap mengatur nafas.5) Pratyahara : sikap pemusatan indria.

    6) Dharana : sikap pemusatan pikiran.7) Dhyana : sikap pemusatan pikiran yang terpusat8) Semadi : meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan Brahman.

    Selain yang telah disebutkan diatas terdapat empat tujuan hidup yang dijalankan oleh

    ajaran Hindu yang diberi istilah Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama,dan Moksa.

    Selain menjadi tujuan, Catur Purusa Artha merupakan cara/jalan untuk mencapai moksa itu

    sendiri. Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa

    itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena itu

    merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    15/21

    15

    BAB III

    ANALISA DAN IMPLEMENTASI

    3.1. Perspektif Kerukunan Beragama Menurut Ajaran Hindu

    Dalam ajaran Kitab suci Veda, masalah kerukunan dijelaskan secara gamblang

    dalam ajaran: tattwam asi, karma phala, dan ahimsa. Tatwam asi adalah merupakan

    ajaran sosial tanpa batas. Saya adalah kamu, dan sebaliknya kamu adalah saya, dan

    segala makhluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri

    dan menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri (Upadesa, 2002). Antara

    saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup

    diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang

    menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita

    sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung

    makna yang sangat dalam.

    Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau

    menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa

    bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain.

    Dan sebaliknya bantulah orang lain sebisa mungkin kamu membantunya, karena

    sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan

    dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan Brahma

    atman aikhyam yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman sama. Pandangan ini

    mengkristal dalam upaya membina terwujudnya kerukunan hidup beragama yang

    berlandaskan pada prinsip kebenaran ajaran tattwam asi. Oleh karena itu, tiada alasan

    untuk menjelek-jelekkan/ menyakiti orang lain. Maka dari itu berbuat baiklah kepada

    orang lain/ agama lain, bahkan kepada semua makhluk hidup lainnya di muka bumi ini,

    tanpa terkecuali. Ajaran tattwam asi mengajak setiap orang penganut agama untuk turut

    merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Seseorang bila menyakiti orang lain

    sebenarnya ia telah bertindak menyakiti/menyikasa dirinya sendiri, dan sebaliknya bila

    telah membuat orang lain menjadi senang dan bahagia, maka sesungguhnya dirinya

    sendirilah yang ikut merasakan kebahagiaan itu juga.

    Tattwam asi merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalinnya

    hubungan yang serasi atas dasar asah, asih, lan asuh di antara sesama hidup. Orang arifbijaksana melihat semuanya sama, baik kepada brahmana budiman yang rendah hati,

    maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina sekalipun walaupun

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    16/21

    16

    perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu, perbuatan seperti orang sadhu

    hendaknya sebagai balasanmu. Janganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan jahat,

    sebab orang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakekatnya akan menghancurkan

    dirinya sendiri (Sarasamuscaya). Jadi setiap akibat yang timbul tentu ada penyebabnya.

    Tidak mungkin ada akibat tanpa sebab. Demikian juga sebaliknya setiap perbuatan yang

    dilakukan sudah pasti akan menerima akibat baik atau buruk, cepat maupun lambat mau

    tidak mau hasil akan selalu mengikutinya. Ini merupakan dalil yang logis, yaitu setiap

    sebab, pasti menimbulkan akibat dan setiap akibat yang ada pasti ada penyebabnya.

    Antara sebab dan akibat tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya diibaratkan diri kita

    dengan bayangannya, bayangan akan selalu mengikuti kemanapun kita akan pergi.

    Karma phala adalah merupakan sradha (keimanan) ke tiga Panca Sradha.

    Karma berarti perbuatan, dan phala berarti hasil/buah. Perbuatan yang baik yangdilakukan akan mendatangkan hasil yang baik, demikian juga perbuatan yang buruk

    pasti akan mendatangakan hasil yang buruk pula. Batu dengan batu, atau kayu dengan

    kayu bila digosok-gosok menimbulkan akibat yaitu panas. Hukum ini berlaku pada

    semua makhluk hidup, lebih-lebih pada kehidupan manusia sebagai makhluk utama

    tidak perlu disangsikan lagi dampak yang akan ditimbulkannya, cuman waktu untuk

    menerima hasil perbuatan berbeda-beda, ada yang cepat dan ada pula yang lambat, dan

    bahkan bisa pula diterima dalam penjelmaan berikutnya. Oleh karena itu, berlandaskan

    pada keyakinan tersebut, dalam memupuk kerukunan hidup beragama senantiasa berbuat

    baik berlandaskan dharma. Yang dipuji adalah karma. Sesungguhnya yang menjadikan

    orang itu berkeadaan baik adalah perbuatannya yang baik, dan sebaliknya yang

    menjadikan orang berkeadaan buruk adalah perbuatannya yang buruk. Seseorang akan

    menjadi baik, hanya dengan berbuat kebaikan.

    3.2. Hinduisme dan Budaya Bali dalam kaitannya dengan Panca Sradha.

    Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Bali tidak terlepas dengan

    perkembangan agama Hindu di Indonesia. Demikian pula perkembangan agama Hindu

    di Indonesia merupakan kelanjutan dari perkembangan agama Hindu di India. Sejarah

    dan perkembangan Hinduisme di Indonesia, berdasarkan bukti-bukti sejarah telah tiba

    pada abad ke 4 dan 5 Masehi, terutama di Kalimantan Timur (pada beberapa prasasti

    yang dikeluarkan oleh raja Mulawarman dan di Jawa Barat oleh raja Prnawarman) yang

    datang dari India Selatan. Selanjutnya perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah

    ditandai dengan pendirian Lingga oleh raja Sanjaya pada tahun 654 Saka atau 732

    Masehi yang dikenal sebagai pendiri dinasti Matarama Kuno. Agama Hindu sebagai

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    17/21

    17

    agama yang tertua tumbuh dan berkembang tidak terlepas dengan pengaruh dan

    dukungan lingkungan alam dan budaya dari suatu masyarakat pendukungnya.

    Demikianlah kaitannya antara hinduisme budaya bali dengan keyakinan pokok

    dari agama Hindu itu sendiri yaitu Panca Sradha sebagai dasar keyakinan bahwa

    sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan

    Yang Maha Kuasa yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas

    segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasanya. Ia sebagai pencipta,

    sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah

    sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada.BudayaBali

    merupakan ekspresi dari agama Hindu, semua aspek budaya Bali senantiasa diabdikan

    untuk kemuliaan agama Hindu, demikian pula sebaliknya agama Hindu senantiasa

    menjiwai semua aspek budaya tersebut. Hubungan antara agama dan budaya Bali sangatsulit dipisahkan, bagaikan jalinan tenun ikat Bali yang mempesona.

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    18/21

    18

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Dalam hubungannya, Panca Sradha dalam ajaran agama Hindu yang

    merupakan nafas dan dan jiwa dari budaya Bali itu sendiri sebagai ekspresi atau gerak

    aktivitasnya yang sesuai dengan sifat ajarannya senantiasa mendukung dan

    mengembangkan budaya dari suatu masyarakat itu sendiri. Berdasarkan uraian

    tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa kehidupan agama Hindu di Bali sudah

    berkembang sejak lama dan karakteristik Hindu Dharma yang universal sejak awalnya

    tetap dipertahankan, diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang dikenal dengan ajaran

    kepercayaan atau keyakinan (Panca Sradha) dalam Agama Hindu yang harus dipegang

    teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya

    di dunia dan sesudahnya yang mutlak perlu kita yakini. Akan menjadi sempurna

    apabila penghayatan dan pengamalannya dilandasi dengan cubhakarma (ethika) dan

    yadnya (ketulusan berkorban).

    4.2. Saran

    Dari hasil kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut

    Budaya Bali merupakan ekspresi dari agama Hindu, semua aspek budaya Bali

    senantiasa diabadikan untuk kemuliaan agama Hindu, demikian pula sebaliknya

    seorang Hindu wajib mencerminkan ajaran-ajaran dari panca sradha dalam

    kehidupannya yaitu lima macam keyakinan/ kepercayaan atau keimanan yang harus

    dihayati oleh setiap umat hindu dalam hidup dan kehidupannya.

    4.3 DAFTAR PUSTAKA

    1. http://www.google.com/panca sradha dalam konsep ketuhanan.htm/2. Drs.K.M .SuhardanaOka Punia Atmaja, I B. 1970. Paca raddh. Denpasar:

    Parisada Hindu Dharma Pusat.,2009,Panca Saradha Lima Keyakinan Umat

    H indu, Paramita,Surabaya.

    3. Klostermaier, Klaus, K.1990. A Survey of H induism. New Delh i, I ndia: Mushi ramManoharlal.

    4. Anonim. TT. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali No. 06 Tahun 1986Tentang

    Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat Sebagai Satu Kesatuan M asyarakat

    Hukum Adat Dalam Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

    http://www.google.com/panca%20sradha%20dalam%20konsep%20ketuhanan.htm/http://www.google.com/panca%20sradha%20dalam%20konsep%20ketuhanan.htm/
  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    19/21

    19

    Relasi Agama Hindu dan Kebudayaan Bali

    Panca Sradha Dalam Konsep Ketuhanan menurut Agama Hindu.

    Nama : Marid Candra Saputro

    Nim : 311310015

    Teknik Informatika

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Ma Chung

    Juni 2014

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    20/21

    20

    DAFTAR ISI

    HALAMAN DEPAN ........................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1BAB II. PEMBHASAN

    2.1 Pengertian Panca Sradha ................................................................................... 2

    2.2 Penjelasan Bagian-Bagian Panca Sradha ........................................................... 2

    BAB III. ANALISA DAN IMPLEMENTASI

    3.1 Perspektif Kerukunan Beragama Menurut Ajaran Hindu ................................. 113.2 Hinduisme dan Budaya Bali dalam kaitannya dengan Panca Sradha ................ 12

    BAB IV . PENUTUP

    4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13

    4.2 Saran ................................................................................................................. 13

    4.3 Daftar Pustaka .................................................................................................... 13

  • 5/24/2018 Agama Hindu Dengan Kebudayaan Bali

    21/21

    21

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat & Inayah-Nya

    kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Relasi Agama

    Hindu dan Kebudayaan Bali Panca Sradha Dalam Konsep Ketuhanan menurut Agama

    Hindu.

    Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

    menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami masih banyak

    kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi

    kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

    Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun

    para pembaca sekalian.

    Malang, 04 Juni 2014

    Penulis