ringkasan agama hindu

26
1. Tuhan Yang Maha Esa a. Brahmavidya Sang Hyang Widhi sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemralina segala yang ada di alam semesta ini. Dalam Chandogya Upanisad VI.2.1 disebutkan : Ekam Eva Adwityam BrahmanArtinya : “Hanya satu ( Ekam Eva ) tidak ada duanya ( Adwityam ) Hyang Widhi ( Brahman ) itu”. Dalam Catur Weda Sirah disebutkan : Eko Narayana na dwityo sti kaccit Artinya : “Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”. Dalam lontar Sutasoma disebutkan : Bhinneka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa Artinya : “Hanya satu ( Ekam ) Sang Hyang Widhi (sat=hakekat ) hanya orang bijaksana (viprah) menyebutkan (wadanti) dengan banyak nama (bahuda). Sang Hyang Widhi disebut dengan banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau, misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “Brahma”, pada saat memelihara isinya beliau disebut “Wisnu”, sedangkan untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pmralina yang disebut “Siwa”. Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah : “telinga dari semua telinga, pikiran dari semua pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, mata dari segala mata”, ( Kena 1.2 ). Bhagawadgita (VII. 10;11 X;20) Aku adalah bibit dari bibit segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas, dan keperwiraan dari segala yang kuat”. “Aku adalah jiwa yang bersemayam di hati setiap makhluk. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir dari segala yang ada”. Dan Sang Hyang Widhi adalah dimana-mana dan juga di dalam hati setiap makhluk. Dalam Bahasa Jawa Kuno diungkapkan “tan kagrahita dening manah mwang indriya” (tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia).

Upload: mita-puspita

Post on 20-Jan-2016

1.019 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

Page 1: Ringkasan Agama Hindu

1. Tuhan Yang Maha Esa

a. Brahmavidya Sang Hyang Widhi sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemralina segala yang ada di alam

semesta ini. Dalam Chandogya Upanisad VI.2.1 disebutkan :“Ekam Eva Adwityam Brahman”

Artinya :“Hanya satu ( Ekam Eva ) tidak ada duanya ( Adwityam ) Hyang Widhi ( Brahman ) itu”.

Dalam Catur Weda Sirah disebutkan :Eko Narayana na dwityo sti kaccit

Artinya :“Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”.

Dalam lontar Sutasoma disebutkan :Bhinneka Tunggal Ika, tan hana Dharma mangrwa

Artinya :“Hanya satu ( Ekam ) Sang Hyang Widhi (sat=hakekat ) hanya orang bijaksana (viprah)

menyebutkan (wadanti) dengan banyak nama (bahuda).

Sang Hyang Widhi disebut dengan banyak nama karena sesuai dengan fungsi beliau, misalnya pada saat beliau menciptakan alam semesta beserta isinya beliau disebut “Brahma”, pada saat memelihara isinya beliau disebut “Wisnu”, sedangkan untuk lestarinya alam semesta maka Sang Hyang Widhi berfungsi sebagai Dewa Pmralina yang disebut “Siwa”.Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah : “telinga dari semua telinga, pikiran dari semua pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, mata dari segala mata”, ( Kena 1.2 ). Bhagawadgita (VII. 10;11 X;20) Aku adalah bibit dari bibit segala yang hidup. Aku adalah kecerdasan dari segala yang cerdas, dan keperwiraan dari segala yang kuat”. “Aku adalah jiwa yang bersemayam di hati setiap makhluk. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir dari segala yang ada”. Dan Sang Hyang Widhi adalah dimana-mana dan juga di dalam hati setiap makhluk. Dalam Bahasa Jawa Kuno diungkapkan “tan kagrahita dening manah mwang indriya” (tidak terjangkau oleh akal dan indriya manusia). Wiyapi Wiyapaka Nirwikara berarti Tuhan ada dimana-mana dan tidak dapat terpikirkan oleh manusia. Apa yang kjita pikirkan Beliau tetap tahu sehingga tidak perlu berbohong, berpura-pura, membuat-buat, dan berprilaku kejahatan lain. Maha Rsi Vyasa yang dikenal dengan nama Badarayana dalam bukunya “ Brahmasutra Wedantasara ” sebagai berikut :Janmadmadyasya Yatah (1.1.2) yang oleh Swami Siwananda (1977) diterjemahkan sebagai berikut :Brahman adalah asal mula dari alam semesta dan segala isinya. Janmadi berarti asal, awal, penjelmaan, dan sebagainya. Asya berarti dunia/alam semesta. Yatah berarti dari padanya. Jadi, menurut sastra Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Brahman ini adalah asal mula segalanya. Ini sesuai dengan bunyi mantram Purusa Sukta Rgweda sebagai berikut :

Page 2: Ringkasan Agama Hindu

Tuhan sebagai wujud kesadaran Agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada. Ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi yang hidup dan berkembang dengan makanan.

b. Sraddha Yaska dalam bukunya Nighantu (111.10) sebagai berikut :“Kata Sraddha dari akar kata Srat yang berarti kebenaran (satyamnambani)”. Jadi, Sraddha mengandung makna keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Di dalam Brahmasutra (1.1.3) dinyatakan :“ Sastrayonitvat ” yang berarti sastra suci sebagai sumber pengetahuan yang benar. Berkenaan dengan sutra ini, Swami Siwananda menyatakan bahwa sastra yang dimaksud kitab suci Weda atau Sruti adalah sabda Tuhan Yang Maha Esa yang di dalamnya ditemukan berbagai ajaran suci sebagai sumber ajaran Agama Hindu.Kitab-kitab Upanisad yang di dalamnya terkandung ajaran Sraddha yang diajarkan secara mendalam merupakan sumber ajaran filsafat Hindu. Bhagawad Gita (111.31.IV.39,40) menekankan tentang Sraddha sebagai berikut :“Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan ( Sraddha ) serta bebas dari keinginan duniawi, juga akan bebas dari keterikatan”.“Ia yang memiliki keimanan yang mantap ( Sraddha ) memperoleh ilmu pengetahuan, menguasai panca indrianya, setelah memiliki ilmu pengetahuan dengan segera mencapai kedamaian yang abadi”.“Tetapi mereka yang dungu, yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, tidak memiliki keimanan dan diliputi keragu-raguan, orang yang demikian ini tidak dapat memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan dunia lainnya”.Berdasarkan uraian tentang Sraddha di atas, maka dalam buku yang berjudul Panca Sraddha oleh Ida Bagus Oka Pangatmaja dinyatakan adanya lima Sraddha yaitu :1. Widhi Tattwa atau Widhi Sraddha

Merupakan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai manifestasi-Nya sebagai dasar keimanan Hindu.

2. Atma Tattwa atau Atma SraddhaMerupakan keimanan terhadap Atma yang menghidupkan semua makhluk. Atma menurut kitab suci tidak dapat menjelma karena memenuhi alam semesta beserta isinya. Bhagawad Gita menyebutkan bahwa :

Ia tidak pernah lahir, pun juga tidak pernah mati kapan pun, pun juga tidak pernah muncul dan tidak lagi pernah menghilang. Ia adalah tidak mengenal kelahiran, kekal, abadi, dan selalu ada. Ia tidak dapat dibunuh bila badan dibunuh.(Bhagawad Gita. 11.20)

3. Karmaphala Tattwa atau Karmaphala SraddhaMerupskan keimanan terhadap kebenaran hokum sebab akibat atau buah dari perbuatan. Karma berasal dari kata “Kri” yang berarti berbuat segala bentuk perbuatan adalah “Karma” sedangkan “Phala” berarti “Hasil”. kata Karma Phala berarti hasil dari perbuatan karena

Page 3: Ringkasan Agama Hindu

setiap perbuatan ada akibatnya berwujud baik atau buruk, tergantung perbuatan itu sendiri. Pembagian Karma Phala ada 3 bagian, yaitu :a. Sancita Karma Phala

Merupakan hasil perbuatan terdahulu yang belum dapat dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan sekarang.

b. Prarabda Karma PhalaMerupakan hasil perbuatan yang langsung dinikmati pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi.

c. Kriyamana Karma PhalaMerupakan hasil perbuatan yang langsung dinikmati pada saatnya berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

4. Samsara atau Punarbhawa TattwaMerupakan keimanan terhadap kelahiran kembali, menjelma, dan lahir. Punarbhawa merupakan kelahiran yang berulang-ulang.

5. Moksa Tattwa atau Moksa SraddhaMeupakan keimanan terhadap kebebasan yang tertinggi bersatunya Atma dengan Brahma.

Catur Marga adalah empat jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, yaitu :

1. Bhakti MargaMerupakan jalan yang baik ditempuh oleh umat yang masih sangat terbatas kemampuannya. Cukup melalui sujud bhakti yang tulus ikhlas, cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan. Hal ini bisa diaplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandhya, mempersembahkan sesaji sesuai dengan kemampuan umat masing-masing. Bhakti ada dua pengertian yaitu para bhakti dan apara bhakti. Para Bhakti bermakna bhakti yang murni, tulus, dan penyerahan diri secara total. Sedangkan apara bhakti adalah bhakti disertai dengan permohonan. Dalam Kitab Bhagavata Purana (VII.52.53) membedakan 9 jenis bhakti yaitu :a. Sravanam

Mempelajari keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui membaca atau mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci.

b. KirtanamMengucapkan atau menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa.

c. SmaranamMengingat nama-Nya atau bermeditasi tentang-Nya.

d. PadasevanamMemberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai makhluk ciptaanNya.

e. ArcanamMemuja keagunganNya.

f. VandanamSujud dan kebhaktian.

Page 4: Ringkasan Agama Hindu

g. DasyamelayaniNya dalam pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keikhlasan.

h. SakhyaMemandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya.

i. AtmanivedanamPenyerahan diri secara total kepada-Nya.

2. Karma MargaMerupakan jalan melalui perbuatan yang mulia dan tanpa pamerih, penuh pengabdian yang sesuai watak dan kepribadiannya.

3. Jnana MargaMerupakan pendekatan kepada Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Jalan ini dilakukan bagi mereka yang memiliki nalar yang tinggi, seperti melakukan kegiatan dharma tula untuk mendiskusikan pengalaman sloka-sloka Agama.

4. Raja MargaMerupakan jalan yang baik bagi umat Hindu yang sudah berumur melalui kegiatan melaksanakan pranayama secara ketat, tanpa brata dan sambaing semadi. Lebih jauh lagi mempunyai tanggung jawab moral untuk memecahkan masalah adat dan budaya dalam Agama Hindu bagi masyarakat yang membutuhkan.

c. Sarana untuk Memuja TuhanSarana untuk memuja Tuhan lebih diperuntukkan bagi mereka yang belum mampu memusatkan pikirannya menuju beliau, agar pikirannya tidak di awang-awang pada waktu sembahyang kemudian dibuatkan sarana seperti misalnya berbentuk Arca, Pratima, Prativimba, Nyasa Murti, dan lain-lain yang mengandung makna bentuk-bentuk perwujudan-Nya. Dikenal juga adanya Tirtha dan Kstryakni mata air, tepi sungai atau tepi laut dan daratan yang memiliki sebagai tempat kemunculan kekuatan suci, para rsi, dan leluhur adalah Pura, Mandira, Kuil, Kahyangan, dan lain-lain. Pura seperti halnya meru atau candi (dalam peninggalan purbakala kini di Jawa) merupakan symbol dari kosmos atau alam sorga (kahyangan).Sorga atau Kahyangan digambarkan berada di puncak Gunung Mahameru, olek karena itu gambaran Candia atau Pura merupakan replika dari Gunung Mahameru tersebut. Berbagai sumber ajaran Hindu mengungkapkan tentang kahyangan, pura atau mandira, kutipan penjelasan tentang hal tersebut sebagai berikut :

Prasadam yaccahiva saktyatmakamTacchaktyantaih syadvisudhayaistu tatvaihSaivi murtih khalu devalayakhyetyasmadDhyeya prathanam cabhipujya.

Isnasivagurudevapadaddhati, III.12.16.Pura dibangun untuk memohon kehadiran Sang Hyang Siva dan Sakti dan Kekuatan/Prinsip Dasar dan segala manifestasi atau wujud-Nya, dari elemen hakekat yang pokok, Prithivi sampai kepada sakti-Nya. Wujud konkret (materi) Sang Hyang Siva

Page 5: Ringkasan Agama Hindu

merupakan sthana Sang Hyang Vidhi. Hendaknya seseorang melakukan perenungan dan memuja-Nya.

2. Sejarah Agama HinduA. Perkembangan Hindu di India

Pada awalnya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India sebelah barat, tepatnya di Punjab yaitu hulu sungai Sindhu yang bercabang lima. Menurut pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diuraikan pada tahun 6000 SM.Sumber pokok adalah kitab-kitab suci Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti, Smerti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya.Perkembangan Hindu di India oleh Radhakrisnan dibagi menjadi empat peiode, yaitu :1. Zaman Weda (1500 SM – 600 SM)2. Zaman Wiracarita (600 SM – 200 SM)3. Zaman Sutra4. Zaman Scholastik

Zaman Weda meliputi :

a. Zaman Weda Kuno

Dimulai dengan kedatangan bangsa Arya 2500 tahun SM ke India dan menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah aliran lima sungai). Zaman ini merupakan zaman penyusunan buku suci Weda yang pertama (Rg Weda). Pada kehidupan ini banyak menekankan pada pembacaan dan perapalan ayat-ayat Weda secara Oral (Srawana) yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan bersama-sama secara berkelompok. Pendekatan kepada Tuhan cenderung melaksanakan Bhakti Marga dan Karma Marga.

b. Zaman BrahmanaZaman ini ditandai dengan kitab Brahmana. Brahmana berarti doa. Kitab Brahmana merupakan kitab yang memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara yadnya dan

Page 6: Ringkasan Agama Hindu

kewajiban-kewajiban keagamaan. Kitab Brahma merupakan bagian dari Sruti disebut Karma Nanda. Setiap Weda mempunyai kitab Brahmana masing-masing, yaitu :1. Kitab Rg Weda memiliki 2 jenis kitab brahmana yaitu Atriya dan Kausitaki.2. Kitab Sama Weda memiliki kitab Tandya Brahmana atau Panca Wimsa. Kitab ini memuat

legenda kuno yang dikaitkan dengan upacara yadna.3. Yajur Weda memiliki beberapa kitab Brahmana, yaitu

a. Traitrya untuk Yajur Weda hitam (Kresna Yajur Weda).b. Sataphata Brahmana untuk Yajur Weda putih (Sukla Yajur Weda).

Karakteristik keagamaan pada zaman ini adalah

1. Kehidupan keagamaan lebih diwarnai oleh pelaksanaan yadnya upacara (Karma Marga) dan Brahmana mempunyai kedudukan yang amat penting dan menonjol dalam masyarakat.

2. Masyarakat dibelenggu oleh suasana kehidupan yang serba ritual dan aspek Tattwa Darsana dan sila sasan kurang mendapat perhatian.

3. Dari segi filsafat, pada zaman Brahmana merupak pendahuluan dari tumbuhnya pola berpikir metafisis.

4. Pemikiran tentang azas alam semesta, hubungan makrokosmos dengan mikrokosmos, hakekat hidup dan kehidupan, hokum karma telah dimulai dibedakan pada zaman ini, walaaupun belum menampakan formula yang jelas.

4. Atharwa Weda memiliki kitab Gopatha Brahmana.c. Zaman Upanisad

Upanisad berarti duduk dekat dengan guru untuk menerima wejangan-wejangan suci. Kitab Upanisad memuat ajaran spiritual. Jumlah kitab Upanisad 108 buah buku. Inti pokok dari isi Upanisad adalah Jnana Kanda yaitu pengetahuan yang bersifat filosofis. Tujuan hidup yaitu Catur Purusartha (Dharma, Artha, Kama, Moksa) diformulasikan lebih jelas.

Zaman Wiracarita (600 SM – 200 SM)

Kitab Ramayana dan Mahabharata menyebarkan cita-cita baru mengenai kepahlawanan kedewataan dalam hubungannya dengan insane mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup yang sejati.

Zaman Sutra

Ditandai dengan munculnya kitab-kitab yang memuat penjelasan terhadap kitab Weda dan Mantra dalam bentuk prosa. Yang menonjol pada zaman ini adalah munculnya Kalpa Sutra yang membahas tentang yadnya, cara-cara melaksanakan upacara kurban suci. Kemudian timbul dharma sutra yaitu sutra-sutra yang membahas tentang pengertian Dharma yang meliputi tugas dan kewajiban umat sebagaimana yang diuraikan dalam kitab-kitab Weda.

Zaman Shcolastik

Page 7: Ringkasan Agama Hindu

Ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir besar seperti Sankara, Ramanuja, dan Mandhwa. Pemikir-pemikir ini menulis kembali ajaran-ajaran terdahulu dengan menyusun serta memberi interpretasi danpengembangan-pengembangan baru, seperti misalnya ajaran Adaita, Wisista dwaita, ajaran Dwaita, system Siwa Sidanta, Pratyabhijna, ajaran saksi dan lain-lain. Adwaita berpangkal pada ajaran tidak ada dualisme. Tidak ada suatu yang nyata yang lepas dari roh yang mutlak yaitu Brahman.

B. Perkembangan agama Hindu di Indonesia1. Kebudayaan Indonesia Menghadapi Budaya Luar

Masuknya unsur-unsur kebudayaan luar di dalam kebudayaan Indonesia diterima secara selektif dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. Masuknya kebudayaan luar diterima atas dasar kesadarn dan manfaatnya.

2. Proses Perkembangan Agama Hindu di IndonesiaKontak pendahuluan melalui media perdagangan terutama di daerah pesisir. Dari peristiwa tukar-menukar barang dagangan kemudian lebih mendalam lagi pada kontak kebudayaan dari daerah pesisir sampai ke daerah pedalaman.

3. Pengertian Hinduisme di Indonesiaa. Agama Hindu di Indonesia meliputi paham Brahmanaisme, Waisnawaisme, dan

Siwaisme yang tercakup di dalam Tri Murti.b. Buddhisme yang berkembang di Indonesia juga termasuk Hinduisme. Agama Buddha

Hinayana berkembang lebih dahulu dari Agama Buddha Mahayana.c. Ajaran Tantrayana yang tumbuh dari hasil perluluhan (sinkritisme) antara ajaran Tri

Murti dengan ajaran Buddha Mahayana disebut juga Siwa Buddha.C. Peninggalan-peninggalan Agama Hindu di Indonesia

1. Peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan TimurPeninggalan Agama Hindu di Kutai berupa tulisan di atas Batu Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Pengaruh Hinduisme masuk ke Indonesia sekitar abad IV Masehi diduga bersal dari Koromandel yaitu daerah yang terletak di pantai sebelah India. Sedangkan ke Hinduannya di dalam kota “Waprakaswara” yang berarti suatu tempat suci yang berhubungan dengan Iswara. Iswara adalah sebutan lain dari Siwa. Pada salah satu yupa tersebut terdapat tulisan yang bunyinya sebagai berikut :“Srimato wepa amekhyasya Rajnah sri mulawarmanah Danam punyatame Ksetra Yad dattam Waprakeswara,……..”Artinya :Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka telah memberi dana punia 20 ribu ekor lembu kepada para Brahmana yang bertempat di sutau lapangan yang suci Waprakaswara.

2. Peninggalan-peninggalan di Jawa BaratAdanya peninggalan batu tertulis yang terdapat di daerah Bogor di Sungai Citarum. Prasasti ini ditulis dalam Bahasa Sanskerta :Wikratansya wanipatehSrimatah purnawarmanahTarumanagaran drasya

Page 8: Ringkasan Agama Hindu

Wisnor twa padadmayaArtinya :Inilah dua (bekas telapak) kaki yang seperti kaki Wisnu merupakan kaki yang mulia Sang Purnawarman raja di negeri Taruma (Tarumanegara) raja yang gagah berada di dunia.

3. Prasati Canggal di Jawa TengahPrasati ini berangka tahun 732 Masehi yang menyebutkan bahwa pemujaan terhadap Siwa, Brahma, dan Wisnu. Ini menunjukkan bahwa pada abad ke-8 Masehi telah masuk konsep Tri Murti.

4. Prasasti Dinoyo di daerah Malang (Jawa Timur)Prasasti ini berangka tahun 760 Masehi diperoleh keterangan bahwa di daerah itu dilakukan pemujaan secara khusus terhadap Siwa.

5. Prasasti Pereng di Jawa TengahPrasasti ini berangka tahun 863 Masehi. Dalam prasati ini dinyatakan bahwa pemujaan terhadap Agastya yang dipandang sebagai utusan Siwa. Rsi Agastya merupakan tokoh yang banyak diabadikandalam prasati-prasati kesusastraan-kesusastraan dan banyak dibuatkan arca pemujaan untuk menghormatinya.

6. Peninggalan-peninggalan Agama Hindu di BaliDalam lontar Markandya Purana dikatakan bahwa Agama Hindu di Bali disebarkan oleh Rsi Markendya. Beliau datang ke Bali kira-kira abad ke 4-5 Masehi. Kedatangan pertama dengan 400 orang tidak berhasil, sedangkan kedatangan dengan 2000 orang berhasil menanam Pancadatu di lereng Gunung Agung ( Pura Basukian/Besakih ) sekarang. Serta merabas hutan menjadi sawah-sawah yang diberi nama Desa Sarwada/Desa Taro. Di Pura Desa Taro ini terdapat sebuah prasati yang menceritakan tentang kebesaran jwa Rsi Markendya.Di Pura Puseh Bhatara Desa di Bedulu Gianyar ditemukan peninggalan berupa Arca Siwa. Menurut A.J Bernbet Kemper, arca itu berasal dari abda ke-8 Masehi. Berdasarkan tipe arcanya serupa debgan arca di Candi Dieng.Prasati Blanjong yang berangka tahun 913 Masehi, masih ditemukan di Pura Blanjong Sanur, menyebutkan bahwa Raja Putri Mahendrata yang bergelar Sri Gunapriya Dharmapatni, mangkat/wafat di Buruan (dekat Kutri Gianyar), yang diwujudkan dalam bentuk Durga-Mahisa Asura Mardini yaitu Bhatari Durga yang sedang membunuh seekor setan yang di badan seekor kerbau.Pada waktu pemerintahan Marakata di Bali datanglah Empu Kuturan yang mengajarkan konsepsi pemujaan terhadap Dewa Tri Murti yang diproyeksikan dalam bentuk bangunan Kahyangan Tiga di tiap-tiap desa adat (desa pakraman) di Bali meliputi :1) Pura Desa tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa Brahma yaitu Dewa

Pencipta.2) Pura Puseh tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa Wisnu sebagai Dewa

Pemelihara.3) Pura Dalem tempat pemujaan Sang Hyang Widhi sebagai Dewa Siwa yaitu dewa

Pamralina (perubah).

Page 9: Ringkasan Agama Hindu

Empu Kuturan juga mengajarkan untuk pendirian Pura Kahyangan Jagat (Pura Besakih, Pura Lempuyang, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah, Pura Uluwatu, Pura Batur, dan Pura Pusering Tasik) dan “Sanggah atau Merajan” yang disebut “Sanggah Kemulan” di pekarangan rumah.Dalam lontar Dwijendra Tattwa disebutkan tentang perjalanan Danghyang Nirartha atau Danghyang Dwijendra mengelilingi Pulau Bali dan mendirikan kahyangan-kahyangan seperti Pura Rambut Siwi, Pura Purancak, Pura Tanah Lot, Pura Pulaki, Pura Air Jeruk, Pura Batu Klotok, Pura Peti Tenget, dan akhirnya moksah di Pura Uluwatu. Selain sebagai Bhagawanta (Pendeta kerajaan pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong) juga sebagai Guru Loka yaitu sebagai pembimbing masyarakat. Beliau mengajarkan tentang konsepsi pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan pendirian Pelinggih Padmasana. Padmasana adalah lambang alam semesta sebagai media untuk menumbuhkan rasa dekat dengan Tuhan.Disimpulkan bahwa ada 3 Maha Rsi yang datang ke Bali yaitu Rsi Markendya sebagai cikal bakal penyebaran Hindu, Rsi Empu Kuturan sebagai pengembang dalam konsep Tri Murti dan Danghyang Nirartha sebagai pembaharu dengan konsepsi pemujaan terhadap ke-Esaan Tuhan.

BAB III MANUSIA

MATERI

A. KONSEP MANUSIA HINDUSetiap manusia harus mengerti mengenai perbedaannya agar dapat hidup saling berdampingan dengan damai. Dalam kitab Slokantara, Sloka 27 (53), tercantum sebagai berikut: “Ekorasasmutpanna ekanaksatrakanwitah, na bhawanti samacara yatha arabadkantakah”, artinya: lahir dari perut ibu yang sama dan diwaktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan sama.Secara arifiah manusia berarti (ia) yang memiliki pikiran dan senantiasa menggukannya dalam menjalani kehidupan.

B. HAKEKAT MANUSIA HINDUAnaya tatwa dan purusa tatwa dalam hakekat badan jasmani dan jiwa atma manusia yang pada dasarnya merupakan sebuah cara pemahaman yang esensial kosmologi Hindu. Secara Kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan badan jasmaninya) yang sering disebut mikrokosmos (bhuana alit) adalah perwujudan dari (res extansa dan res cogilans) substansi semester atau macrocosmos (bhuana agung).Nilai manusia dan kemanusiaannya tidak saja terkait dengan diri pribadi manusia tetapi berkaitan juga dengan makhluk hidup lainnya dan tidak terpisah dengan realita semesta beserta isinya.Dalam ajaran Smakhya, manusia terbentuk dan tersusun dari 25 unsur, yaitu sebagai berikut: Purusa, Prakirti, Buddhi, Ahamkara, Manah, Cakswindrya, Srotendrya, Ghramendrya,

Page 10: Ringkasan Agama Hindu

Jihwendrya, Tanakindrya, Panindrya, Padendrya, Wakindriya, Upastendriya, Paymaindriya, Sabda tanmatra, Sparsa tanmatra, Rupa tanmatra, Rasa tanmatra, Gardha tanmatra, Akasa, Wayu, Teja, Apah, Pertiwi.

C. MARTABAT MANUSIA HINDUSetiap orang mendambakan dirinya untuk mendapat predikat sebagai seseorang yang memiliki martabat tinggi, namun sebagaian orang masih belum dapat mencapainya karena dipengaruhi oleh Sadripu.Berdasarkan harkat martabat manusia Hindu, yaitu sebagai berikut:1. Jati yaitu kelahiran2. Dharma yaitu kebaikan yang menjadi kewajiban hidup3. Warna yaitu bidang pekerjaan4. Karma yaitu secara luas melingkupi manacika, wacika, kayika5. Guna yaitu melingkupi satwan, rajas, tamas6. Tingkat kebrahmacaryan dan wawasan pengetahuan7. Tingkat keimanan dan kerohaniawanan

Apabila seseorang dapat melaksanakan dharma maka jati dirinya akan menjadi sangat bermakna. Hal ini sesuai dengan kitab Bhagawad Gita II. 34, IV. 13 dan SVIII. 41.

D. TANGGUNG JAWAB MANUSIA HINDUManusia Hindu lebih ditekankan pada tanggung jawab keluarga yang merupakan beban yang menjadi kewajiban untuk membentuk anak yang suputra. Kewajiban ini paling prinsip bagi Umat Hindu karena merupakan yadnya yang paling besar. Apabila sebagian orang tua bisa berhasil membentuk anaknya menjadi suputra maka, sumber daya manusia kita akan sangat kompetitif.Selain itu tanggung jawab manusia secara vertical (hubungan dengan Brahman) yaitu manusia bertanggung jawab mempertinggi derajat dan kesucian kemanusiaannya hingga mencapai tingkat tertinggi dan secara horizontal (tatwam asi) yaitu tanggung jawab yang telah terjabar dalam pawongan dan palemahan.

E. AWATARA DAN ORANG-ORANG SUCIAwatara adalah inkarnasi Tuhan yang turun ke dunia dalam bentuk hidup apapun. Tujuan turunnya Awatara adalah: “Bilamana ada kerusakan Dharma dan kejayaan Adharma, aku akan datang ke dunia untuk melindungi kebaikan, untuk menghancurkan kejahatan dan menegakkan kembali Dharma. Aku lahir dari zaman ke zaman”. Bhagawad Gita IV. 7,7.Awatara Wisnu bertugas melindungi dunia dari keruntuhan, kesengsaraan, maupun penderitaan, serta memberi tuntunan untuk menegakkan Dharma.Pada kitab-kitab Purana dijelaskan adanya Dasa Awatara, yaitu sepuluh penjelmaan Wisnu ke dunia:1. Matsya Awatara, berwujud ikan yang menyelamatkan dunia dan weda2. Kurma Awatara, berwujud kura-kura yang menyangga gunung atau dunia pada

punggungnya

Page 11: Ringkasan Agama Hindu

3. Waraha Awatara, berwujud babi hutan yang bertarung melawan Hranyaka4. Narasingha Awatara, berwujud manusia berkepala singa yang membunuh raksasa

Hiranyakasipu5. Wamana Awatara, berwujud orang kerdil yang memohon sebidang tanah pada raja Bali6. Parasurama, berwujud Ramaparasu yang bersenjata kapak7. Rama yang merupakan Sri Rama putra raja Dasaratha dengan Dewi Kausalya, membunuh

Rahwana8. Krisna yang berhasil mengalahkan raja Kansa serta dapat mengangkat gunung Gowardhana9. Buddha yang merupakan putra Raja Suddhodana dengan Dewi Maha Maya bernama

Siddarta Gautama, yang mengajarkan Catur Arya Satyani (empat kesunyataan mulya)10. Kalki, merupakan Awatara Wisnu yang kesepuluh yang diyakini untuk melenyapkan

penderitaan dunia dari segala macam adharma, dimanan Awatara Kalki diwujudkan menunggang kuda dan membunuh para raksasa.

Adapun mengenai orang-orang suci antara lain:

1. Sapta maharsi penerima wahyu (Cruti)Ketujuh maharsi tersebut adalah: Grtsamada, Visvamitra, Vamadewa, Artri, Bharatwaja, Vasistha dan Kanva.

2. Maharsi VyasaMaharsi yang mengumpulkan serta menyusun kembali ajaran Weda dalam empat himpunan (Samhita) yang dibantu oleh empat muridnya yaitu: Rsi Pulaha (Paila) yang menyusun Rg Weda, Rsi Vasisampayana yang menyusun Yajur Weda, Rsi Jamini yang menyusun Sama Weda, Rsi Sumantu yang menyusun Athara Weda.

3. Adapulan beberapa orang-orang suci dalam perkembangannya adalah sebagai berikut: Rsi Agastya, Bhagawan Wyasa, Empu Tantular, Empu Kuturan, Empu Baradah, Rsi Markendeya, Dang Hyang Dwijendra, Dang Hyang Astapaka, dan orang-orang suci lainnya.

BAB IV ETIKA AGAMA HINDU

MATERI

A. MISI UNTUK MEMPERBAIKI DIRI MENUJU MANUSIA IDEALEtika atau tata susiala adalah peraturan tingkah laku yang baik dan mulai untuk dapat menyelaraskan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi, keharmonisan antara manusia dengan manusia dan lingkungannya.Etika sangat erat kaitannya dengan Catur Guru yang dapat mengajarkan etika yang baik, Tri Kaya Parisudha dimana telah melekat sejak lahir dalam diri manusia dan Tattwam Asi yang merupakan dasar perkembangan dari tata susila dalam Agama Hindu.Pengertian Tattwan Asi adalah: Engkaulah itu, Aham Brahmasmi (Aku adalah Brahman) segala yang ada adalah Brahman.

Page 12: Ringkasan Agama Hindu

Dalam kitab Saramuscaya 4 diungkapkan sebagai berikut, “menjelma sebagai manusia adalah sungguh-sungguh utama, sebab demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungan menjelma sebagai manusia”.Dalam Sarasamuscaya sloka 57 terdapat 12 tapa sang brahmana yaitu sebagai beriku: Dharma, Satya, Tapa, Dama, Wimasawitra, Harih, Titiksa, Anasuya, Yadnya, Dhana, Dhrti, dan Ksama.Dalam Sarasamuscaya sloka 63 memuat tentang catur prawerti yaitu: Arjawa, Anresangsya, Dama, Indriyaningrat.Dalam Sarasamuscaya sloka 259 terdapat brata yang disebut Maya, yaitu: Anresangsta, Ksama, Satya, Ahimsa, Dama, Arjawa, Pritti, Prasada, Madhurya, Mardhawa.Dalam Sarasamuscaya sloka 260 terdapat brata yang disebut Niyama, yaitu: Dana, Ijya, Tapa, Dhyana, Swahyaya, Upasthaningrat, Upawasa, Brata, Mona, Snana.

B. IMPLEMENTASI KEBENARAN, KEBAJIKAN, KASIH SAYANG, KEDAMAIAN DAN TANPA KEBESARAN1. Kejujuran (Satya)

Kejujuran merupakan prinsip dasar dalam menjalani hidup di dunia. Bila senantiasa melakukan satya maka hidup akan selamat, sejahtera, terhindar dari bencana, memperoleh kebaikan dan kemuliaan. Satya akan mudah dilaksanakan apabila mempunyai keyakinan, karena dengan keyakinan kita akan mantap bertindak di jalan menuju kebenaran.

2. KebajikanDalam Reg Weda VII. 32.8 menyatakan: “Tuhan Yang Pemurah memberkahi orang yang penuh kebajikan”. Dalam Sarasamuscaya sloka 12.13 menyatakan: “Jika artha dan kama dituntut maka seharusnya dharma dilaksanakan terlebih dahulu, tak tersanksikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti; tidak ada artinya jika kama dan artha diperoleh menyumpang dari dharma”.

3. Kasih SayangSeseorang mestinya menyayangi dan mengasihi orang lain sama seperti menyayangi dan mengasihi dirinya sendiri.

4. Kedamaian dan Tanpa KekerasanTidak diperkenankan mengganggu dan merugikan orang lain, apalagi mereka yang telah berjasa kepada kita. Setiap manusia dianjurkan tidak membunuh binatang terutama yang berjasa dalam kehidupan.Pada doa puja Trisandya, mantram ke-5 mengatakan, “Sarvaprani Hitangkarah”, yang artinya: semoga semua makhluk sejahtera. Hal ini menunjukkan doa yang universal, tidak hanya untuk umat manusia, namun juga untuk semua makhluk ciptaanNya.

BAB V YADNYA (DALAM AGAMA HINDU)

MATERI

Page 13: Ringkasan Agama Hindu

A. PENGERTIAN YADNYADalam kitab Manawa Dharma Sastra (III. 69-285) diungkapkan sebagai berikut: “untuk mendapatkan kebahagiaan maka umat Hindu wajib melaksanakan Panca Yadnya, yaitu: lima macam persembahan. Bagian-bagian Panca Yandnya adalah sebagai berikut: Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Butha Yadnya. Dalam kelima yadnya tersebut tidak dapat dipisahkan secara tegas.

B. SYARAT-SYARAT YADNYA1. Berdasarkan Dharma2. Tulus ikhlas3. Rasa bhakti kepada Tuhan4. Berdasarkan pikiran yang suci dan cinta kasih yang mendalam5. Dapat menentramkan jiwa6. Pelaksanaannya dengan cara kebaikan dan kebajikan

C. PELAKSANAAN YADNYA DALAM BERBAGAI TINGKATAN1. Yadnya dalam bentuk pelaksanaan memuja ditujukan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan

semua manifestasinya2. Yadnya dalam bentuk penghormatan ditujukan kepada orang tua, para guru, orang suci,

pejabat pemerintahan, dan para tamu

3. Yadnya dalam bentuk pengabdian ditunjukan kepada keluarga, masyarakat, nusa bangsa dan prikemanusiaan

4. Yadnya dalam bentuk cinta kasih ditujukan kepada sesama manusia dan semua ciptaan Tuhan

5. Yadnya dalam bentuk pelaksanaan korban yang berupa pengorbanan benda-benda, tenaga, pikiran, jiwa dan raga.

D. JENIS-JENIS PELAKSANAAN UPACARA YADNYA1. Nitya Karma adalah yadnya yang dilakukan setiap hari2. Naimitika Karma adalah yadnya yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu3. Panca Yadnya

Panca Yadnya berkaitan dengan Tri Rna yang merupakan tiga hutang (Dewa Rna, Pitra Rna dan Rsi Rna) yang telah dibawa dari sejak lahir yang dapat dibayar dengan Panca Yadnya.Dewa Yadnya adalah yadnya yang ditujukan pada Tuhan dan Manifestasinya. Pitra Yadnya adalah upacara pemujaan yang ditujukan pada pitara atau roh leluhur dengan tujuan untuk menyucikan. Pitra Yadnya berarti kelanjutan dari rasa bakti kepada orang tua atau pada leluhur. Dalam kitab Sarasamuscaya diungkapkan anak mempunyai tiga hutang terhadap

Page 14: Ringkasan Agama Hindu

orang tuanya, antara lain: Sarira krea yaitu hutang badan, Anandata yaitu hutang budi, Pranadata yaitu hutang jiwa. Rsi Yadnya adalah punia kepada para Rsi yang berjiwa suci dengan jalan menobatkan calon sulinggih (madiksa). Manusa Yadnya adalah pelaksanaan korban suci untuk hidup keharmonisan seseorang dari mulai bayi, dewasa dan lanjut usia. Bhuta Yadnya adalah upacara korban suci untuk makhluk halus yang dinamai bhuta, kala dengen.

BAB VI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM PERSEPEKTIF HINDU

MATERI

A. SRADHA JNANA DAN KARMA SEBAGAI KESATUAN DALAM YADNYAIlmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1. Ilmu dasar2. Ilmu terapan

Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia.

Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Agama memasuki daerah penjelajahan bersifat transcendental yang berada diluar pengamalan manusia. Agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur tidak berdasarkan kebenaran dan tidak tentu arah. Ilmu akan menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama dan membantu penelitian dalam agama.

Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan jembatan untuk mengejar sradha mencapai kebenaran. Ini merupakan sattwam, namun kalau tidak digerakkan oleh karma untuk berbuat tidak aka nada artinya. Perbuatan tersebut adalah yang tidak terikat oleh hasil (karma yoga).

B. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN MENGAMALKAN ILMUKewajiban menuntut ilmu suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat yang sedang Brahmacari untuk kepentingan kehidupan dalam jenjang Grehastha. Ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap baik ilmu untuk mencari nafkah maupun agama. Sebab semua masalah dapat dipecahkan dengan imu dan agama.

C. TRI HITA KARANA DAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGANTri Hita Karana merupakan tiga jalan atau penyebab menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Dalam Tri Hita Karana terdapat tiga faktor, yaitu:

Page 15: Ringkasan Agama Hindu

1. Parahyangan yaitu keyakinan manusia sendiri terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa2. Pawongan yaitu manusia yang bersifat individu dan makhluk social sehingga memerlukan

hubungan antar manusia3. Palemahan dalam arti luas, sebagai tempat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai

dengan kodratnya termasuk sarwa prani.

Dari uraian konsep Tri Hita Karanan dapat disimak dua pengertian yang saling berkaitan, yaitu:

a. Pengertian Buana Agung1. Purusa: Ida Sang Hyang Widhi Wasa2. Predana: Unsur alam baik yang mati maupun yang hidup

b. Pengertian Buana Alit1. Purusa: unsur Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk Jiwatman2. Predana: berasal dari alam yang mendapat Jiwatman-Panca Maha Butha

Ilmu, Seni dan Teknologi menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat bekerja secara optimal. Dalam hal tanggung jawab Huindu terhadap pelestarian lingkungan hidup sudah sejak zaman dahulu dalam bentuk penentuan hari-hari baik untuk menebang pohon atau kayu.

BAB VII KERUKUNAN HIDUP DALAM BERAGAMA

MATERIA. AGAMA MERUPAKAN RAHMAT BAGI SEMUA

BAB VII

KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

A. AGAMA MERUPAKAN RAHMAT BAGI SEMUA

Di dalam kitab suci weda kita menemukan banyak sabda Tuhan Yang Maha Esa agar kita

hidup saling menghormati antar umat beragama. Di indonesia sendiri sudah ada pancasila dan UUD

1945 pasal 29 yang mengatur tentang toleransi umat beragama. Oleh karena itu kita harus

mengakui, menghormati dan melaksanakan segala perundang-undangan yang berlaku.

Ketaatan kepada negara kita berarti cinta kepada negara seperti ceritanya Kumbakarna

yang berperang membela negaranya bukan membela rahwana kakaknya sendiri sekaligus sebagai

rajanya. Dalam agama Hindu disebut sebagai dharma negara, dalam Catur Guru, Negara dan

pemerintahannya sebagai Guru Wisesa artinya tidak boleh melanggar segala perundang-undangan,

segala peraturan, baik formal maupun informal (aturan adat yang ada pada daeraah masing-

Page 16: Ringkasan Agama Hindu

masing). Dalam sastra Atharwa Weda 11.8.5 disebutkan : “ Aku satukan pikiran dan langkahmu

untuk mewujudkan kerukunan di antara kamu. Akubimbing mereka yang berbuat salah menuju

jalan yang benar”. Pengertian sloka ini bahwa perbuatan salah masih wajar dan akan selalu

dibimbing dan diberikan petunjuk oleh Tuhan.

Dalam Reg Weda X. 191.3 sebagai berikut : “ Wahai umat manusia pikirkanla bersama,

bermusyawarahlah bersama, satukanlah hati dan pikiranmu satu dengan yang lain. Aku anugrahkan

pikiran dan ide yang sama dan fasilitas yang sam juga untuk kerukunan hidupmu”. Atas dasar sloka

ini puja dan doa yang diucapkan umat Hindu adalah “ Sarwa Prani Hitangkara”. Semoga makhluk

(yang bernapas) senantiasa sejahtera demikian juga dengan mantra berikut : “ Sarwa Bhawantu,

Sukhina Sarwe Santuniramayah, Sarwa Badrani Pasyantu Makacid, Duhteka Bhagabahawet”, tegas

menyatakan semua memperoleh kebahagiaan, semua memperoleh kedamaian, semua tumbuh

saling pengertian dan semoga semuanya bebas dari penderitaan.

B. HAKEKAT KEBERSAMAAN DALAM PLURALITAS BERAGAMA

Agama hindu tidak pernah menganggap adanya perbedaan terhadap suku, agama yang

berbeda diindonesia bahkan didunia karena pengaruh ajaran tat twam asi. Aplikasi menyakiti orang

adalah menyakiti diri sendiri. Pengertian ini tercermin dari dalam dasar-dasar budi pekerti.

Kerukunan umat beragama dalamnegara indonesia yang berdasarkan pancasila, serta

“menjungjung tinggi sila 1 yaitu keTuhanan Yang Maha Esa merupakan tugas dan kewajiban kita

bersama. Pemerintah juga sudah menetapkan tri kerukunan hidup beragama yang meliputi :

1) Kerukunan intern umat beragama.

2) Kerukunan antar umat beragama.

3) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

BAB VIII MASYARAKAT

MATERI

A. PERANAN UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT INDONESIA YANG SEJAHTERADalam Atharwa Weda III.30.5: “Wahai umat manusia, dengan berjalan kea rah depan anda seharusnya saling bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama, yang hormat kepada orang tua, yang memiliki pemikiran-pemikiran mulia dan ikut serta dalam pemikiran yang sama. Majulah lebih lanjut bercakap-cakap dengan kata-kata manis. Aku mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pemikiran-pemikiran yang mulia.”

Page 17: Ringkasan Agama Hindu

Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, hendaknya saling menciptakan hubungan yang harmonis, meskipun di negara Indonesia ini terdapat perbedaan suku, adat, budaya dan agama namun kita harus saling menghormati dan menghargai.

B. TANGGUNG JAWAB UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN HAM DAN DEMOKRASIHak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila, hakekat manusia adalah tersusun atas jiwa raga, kedudukan dan kodrat sebagai makhluk individu dan sosial. Hak asasi manusia mempunyai hubungan yang koleratif dengan kewjiban asasi manusia. Dalam Bhagawad Gita menjelaskan, sebagai berikut: “Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajibanmu tanpa terikat pada hasil (sebagai hak), sebab kerja yang bebas dari keterkaitan bila melakukannya, maka orang itu akan mencapai tujuan yang tertinggi”.Tidak ada diskriminasi antara hak asasi pria dan wanita, dimana pria dan wanita harus sama-sama dihormati karena didasari oleh pandangan bahwa atma yang ada pada manusia sama sumbernya.

BAB IX BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI PENGAMALAN AGAMA HINDU

MATERI

A. KETERKAITAN AGAMA SEBAGAI INTI BUDAYA DAN BERBAGAI ASPEKNYAKebudayaan adalah esensi kehidupan bangsa. Mengenal kebudayaan bangsa berarti mengenal aspirasi dalam segala aspek kehidupannya. Kebudayaan merupakan seluruh sistem, gagasan, rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara belajar. Peningkatan kesadaran berbudaya dan menumbuhkan komitmen berbudaya, meningkatkan kemampuan dalam agama dan kesusastraan akan mampu menghadapi arus komunikasi dan menjaring datangnya budaya luar.

B. TANGGUNG JAWAB UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN CARA BERPIKIR KRITS BEKERJA KERAS DAN BERSIKAP FAIRBerpikir merupakan kegiatan abstrak yang sangat penting, dan paling menentukan dalam segala aspek kehidupan. Keberhasilan seseorang tergantung pada bagaimana cara orang tersebut berpikir. Pikiran harus dilatih agar bisa berkonsentrasi pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan pada pengetahuan. Berpikir kritis secara Hindu adalah mengembangkan ide dan konsep untuk pengembangan, pelaksanaan, pelestarian tentang ajaran kebenaran agama Hindu.Sifat satya dapat kita lihat pada ungkapan maupun ajaran dalam agama Hindu, hendaknya kita dapat melakukan satya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat “Satyam evajayate nanrtam” (Hanya kebenaran/kejujuran yang menang bukan kecurangan).

Page 18: Ringkasan Agama Hindu

BAB X POLITIK DALAM PERSEPEKTIF HINDU

MATERI

A. PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN HINDU TENTANG POLITIKSuksesnya pencapaian tujuan suatu organisasi sangat tergantung dari sroses kerjasama dan rasa saling membutuhkan antara anggota dengan pemimpinnya. Nitisastra adalah pengetahuan tentang polotik negara. Etika sosial politik dan tuntunan politik sebagai istilah kata Nitisastra diartikan sebagai Etika politik. Nitisastra dapat bermakna sebagai kebijakan yang berhubungan dengan etika sosial politik untuk menyelenggarakan pemerintahan suatu negara.Banyak penulis Nitisastra diantaranya Bhagawan Manu, Yajnavalkya, Usana, Brhaspati, Visalaksa, Bhagawan Sukra, Bharadwaja, Parasara dan Kautilya atau Bhagawan Canakya.Sumber ajaran Hindu tentang Nitisastra adalah bersumber pada Weda, karena Weda merupakan sumber utama daripada Dharma. Ajaran-ajaran Nitisastra bersumber pada kitab-kitab Weda Sruti, Smerti, Itihasa, Purana, naskah-naskah lainnya yang bersumber dari naskah sansekerta maupun jawa kuno.

BAB XI HUKUM DALAM MENEGAKAN KEADILAN

A. MENUMBUHKAN KESADARAN UNTUK TAAT HUKUM TUHANSupremasi hukum sangat mempengaruhi ketentraman, keamanan, kenyamanan dan ketertiban masyarakat. Penegak hukum haruslah benar-benar memiliki sradha yang kuat terhadap Tuhan. Di dalam ajaran kepemimpinan Hindu, terdapat Catur Naya Sandhi yang merupakan empat sifat dan tindakan yang bijaksana yang hendaknya dilakukan oleh setiap pemimpin, adapun bagiannya adalah sebagai berikut:1. Sama yaitu sikap waspada dan siaga untuk menghadapi segala ancaman dan pengaruh

buruk2. Bheda yaitu sikap adil dalam menjalankan hukum/peraturan3. Dhana yaitu mengutamakan sandang, pangan, pendidikan dan papan guna mewujudkan

kesejahteraan bagi rakyat.4. Danda yaitu menghukum dengan adil kepada semua yang berbuat salah.

Tuhan sebagai pengendali hukum Rta sehingga beliau yang mengatur seluruh alam dan komponennya dimana hukum Rta ini bersifat absolute dan abadi yang adil bagi semua ciptaannya. Rta yang menyatu padukan alam dengan hukum alam merupakan disiplin hidup, dan juga merupakan disiplim untuk menciptakan keindahan dan keharmonisan dalam hidup ini.

Page 19: Ringkasan Agama Hindu

Sesuai dengan ajaran agama yaitu “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma” yang artinya, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat / lahir dan bhatin maka dharmalah sebagai penuntunnya. Sehingga dalam aplikasinya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Swa Dharma yaitu sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing, dimana dalam menjalankan Swa Dharma ini dibedakan empat kelompok tugas yang disebut Catur Warna, yaitu, Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra

2. Para Dharma yaitu peraturan yang berlaku bagi semua orang, apapun profesi dan warnanya, dan jika melanggar aturan ini akan menyebabkan kesengsaraan dalam kehidupan

B. PERAN AGAMA HINDU DALAM MERUMUSKAN DAN MENEGAKAN HUKUM YANG ADILSebagai landasan berpikir bagi pemimpin dalam menegakkan hukum menurut Sri Rama kepada Bharata yang akan dinobatkan menjadi raja Ayodya. Asta Brata disimbolkan dengan sikap-sikap mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin atau penegak hukum, yaitu:1. Indra Brata, seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa membawa

kesejukan demi kesejahteraan rakyatnya.2. Yama Brata, seorang pemimpin hendaknya menegakkan keadilan menurut hukum dan

peraturan yang berlaku.3. Surya Brata, seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan semangat dan kekuatan

pada kehidupan yang penuh dinamika dan sebagai sumber energy.4. Candra Brata, seorang pemimpin hendaknya memberikan penerangan bagi rakyatnya dan

menunjukkan simpati sehingga masyarakat merasa tentram dan nyaman.5. Vayu Brata (Maruta), pemimpin senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat dan

mengenal masyarakatnya secara mendalam.6. Bhumi Brata (Dananda), pemimpin hendaknya bersikap teguh, menjadi landasan untuk

berpijak dan member segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya.7. Varuna Brata, pemimpin haruslah berwawasan luas, mampu mengatasi masalah, dan

bersikap bijaksana.8. Agni Brata, pemimpin mampu mendorong masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam

pembangunan

Menurut Weda, hukum Hindu bersumber pada:

1. Cruti yaitu wahyu yang dihimpun dalam Mantra Samhita2. Smerti adalah himpunan-himpunan yang berisi tentang penafsiran dari Cruti3. Sila artinya tingkah laku dari orang suci4. Acara adalah adat istiadat yang keramat yang berlaku disuatu tempat5. Atmanastuti adalah rasa puas untuk mencapai kepuasan tersebut harus didasarkan pada

kebenaran atau ajaran agama.

Page 20: Ringkasan Agama Hindu

C. FUNGSI PROFETIK AGAMA HINDU DALAM HUKUMAjaran agama adalah ajaran kebenaran, sedangkan hukum adalah penegak kebenaran dan keadilan, yang menjadi dasar pemikiran untuk tegaknya kebenaran dan keadilan.