sejarah agama hindu 1

Upload: hanami-asri

Post on 16-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rrrr

TRANSCRIPT

A. PendahuluanPara ahli berpendapat, bahwa agama Hindu berkembang ke Indonesia melalui kaum Brahmana, kaum Ksatriya, dan kaum pedagang. Sebelum pengaruh Hindu masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh J. Brandes menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah mengenal bermacam-macam unsur kebudayaan asli. Kebudayaan-kebudayaan asli tersebut meliputi sistem berlayar, sistem perbintangan, sistem mata uang, sistem gerabah, sistem membatik, seni wayang, sistem berburu, pola menetap, sistem bertani, dan sistem religi. Bangsa Indonesia telah mengenal dan menganut sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyangnya. Pemujaan terhadap roh nenek moyang menggunakan arca perwujudan. Arca perwujudan tersebut diletakkan pada tanah atau tempat yang lebih tinggi dan dalam bentuk punden berundak-undak. Dengan cara seperti itulah pemujaan terhadap roh leluhur dikalukan.Budaya-budaya tersebut dengan mudah berakulturasi dan diterima oleh masyarakat pada zamannya sehingga dapat berkembang dengan pesat, apalagi dijiwai oleh agama Hindu. Ajaran agama Hindu umumnya dibawa oleh kaum Brahmana bersama kaum pedagang. Kemiripan budaya India dengan budaya Nusantara menyebabkan agama Hindu dapat berkembang dengan pesat pada kerajaan-kerajaan di Nusantara dan diterima secara terbuka sehingga menjadi agama Hindu yang berkarakter bangsa Indonesia.

B. Teori masuknya agama hindu di indonesiaJ. C. Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanya kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Veda. Kedatangan kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan penguasa atau kepala suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.

1. Krom (ahli Belanda), dengan teori waisya Dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanesche Geschiedenis, menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.2. Mookerjee (ahli India tahun 1912)

Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia), mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.

3. Moens dan Bosch (ahli Belanda)

Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatriya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Data peninggalan sejarah disebutkan Rsi Agastya yang menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan pada beberapa prasasti di Jawa dan lontar-lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia melalui. Sungai Gangga, Yamuna, India Selatan, dan India belakang. Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya dalam penyebaran agama Hindu, namanya disucikan dalam prasasti-prasasti seperti berikut. Prasasti Dinoyo (Jawa Timur)Prasasti ini bertahun Caka 628. Prasasti ini berisi tentang seorang patih raja yang bernama Gajah Mada membuat pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan suci dari Beliau. Prasasti Porong (Jawa Tengah)Prasasti yang bertahun Caka 785, juga menyebutkan keagungan dan kemuliaan Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya maka banyak istilah yang diberikan kepada Beliau, di antaranya adalah Agastya Yatra, artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma. Pita Segara, artinya bapak dari lautan karena mengarungi lautan-lautan luas demi untuk Dharma. Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi. Hal ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke-4 Masehi dengan diketemukannya tujuh buah Yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan yadnya pada Vaprakeswara. Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya zaman prasejarah Indonesia, perubahan dari kepercayaan kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab suci Veda, dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Di samping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat. Dari prasasti-prasasti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu. Peta Jalur Perdagangan Laut Asia Tenggara Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, amatilah gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara berikut ini.

C. Kerajaan-kerajaan hindu di indonesia dan peninggalannya1. Kerajaan kutaiKerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia dan diperkirakan sudah ada sejak abad keempat Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti dalam bentuk Yupa. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa berbahasa Sanskrta. Dilihat dari jenis dan bentuk hurufnya, diperkirakan huruf Pallawa ini berasal dari abad keempat Masehi.Salah satu Yupa menyebutkan bahwa raja yang memerintah adalah Raja Mulawarman, anak dari raja Aswawarman, cucu Kudungga. Kepercayaan yang dianut adalah agama Hindu (Siva).

2. Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara diperkirakan berdiri tahun 400-500 Masehi, setelah Kerajaan Kutai. Rajanya adalah Purnawarman. Ada tujuh buah prasasti yang ditemukan, yaitu sebagai berikut;

Prasasti Ciaruteun,

Prasasti Kebon Kopi,

Prasasti Pasir Awi,

Prasasti Jambu,

Prasasti Muara Cianten,

Prasasti Tugu, dan

Prasasti Lebak.

3. Kerajaan PajajaranSetelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, keadaan Jawa Barat sepertinya terlihat vakum (tidak adanya kegiatan politik). Dengan ditemukannya sebuah candi di Desa Cangkuang dekat Leles yang keberadaannya samar-samar, mengingat kurangnya data untuk mengungkapnya. Para ahli berpendapat bahwa selain Kerajaan Tarumanegara terdapat juga sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Pajajaran. Namun tidak dapat dipastikan lokasi kerajaan tersebut. Sumber-sumber sejarah dari Kerajaan Pajajaran yang dapat diketahui melalui prasasti, tulisan-tulisan, dan kitab-kitab cerita sebagai berikut. Prasasti Rakyan Juru Pangambat (923 M) ditemukan di daerah Bogor menggunakan bahasa Jawa Kuno yang isinya pengembalian kekuasaan Raja Pajajaran. Prasasti Horen yang menyebutkan bahwa penduduk dari Kampung Horen sering merasa tidak aman karena adanya gangguan dari barat. Musuh yang dimaksud kemungkinan berasal dari Pajajaran.

Prasasti Astana Gede yang terdapat di Kawali menyebutkan perpindahan pusat kerajaan dari Pakwan Pajajaran ke Kawali.

Kitab kidung Sundayana menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran di Bubat (Majapahit), dan tewasnya Raja Sri Baduga dan putrinya.

Kitab cerita Parahyangan yang menceritakan pengganti Raja Sri Baduga adalah Hyang Wuni Sora.

4. Kerajaan HolingSumber mata air yang airnya jernih dan dingin mengalir dari celah-celah batu pasir, dihiasi dengan bunga tunjung putih dan berkumpul menjadi satu seperti Sungai Gangga.

Selain itu, terdapat pula gambar alat-alat yang biasanya dipakai untuk upacara keagamaan seperti kendi, kapak, kalasangkala, dan lain-lain. Walaupun gambaran tersebut tidak memberikan keterangan yang jelas, dapat dipastikan bahwa orang-orang yang membuat benda-benda tersebut orang yang beragama Hindu, sesuai dengan keterangan dari prasasti Tuk Mas yang berangka tahun 650 Masehi.5. Kerajaan MataramKerajaan Mataram Kuno yang beragama Hindu terletak di Jawa Tengah berdasarkan bukti berupa prasasti yang ditemukan di Desa Canggal (sebelah barat daya Magelang). Prasasti ini berangka tahun 732 Masehi menggunakan huruf Pallawa berbahasa Sanskrta.Isinya tentang didirikannya sebuah lingga (lambang Siva) di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Daerah ini terletak di sebuah pulau yang mulia, Yawadwipa, yang kaya akan hasil bumi terutama padi dan emas. 6. Kerajaan Medang Kamulan

Sejak berdiri dan berkembangnya Kerajaan Medang Kamulan, terdapat beberapa raja yang diketahui memerintah kerajaan ini. Raja-raja tersebut adalah sebagai berikut.

Raja Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu Sindok Isyanatunggadewa.

Raja Dharmawangsa dikenal sebagai salah seorang raja yang memiliki pandangan politik tajam. Semua politiknya ditujukan untuk mengangkat derajat kerajaan.

Dalam Prasasti Calcuta disebutkan bahwa Raja Airlangga (Erlangga) masih termasuk keturunan Raja Mpu Sindok dari pihak ibunya.

7. Kerajaan KediriKerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi S. Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.

8. Kerajaan MajapahitMajapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Sejarah Kerajaan MajapahitSebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" \l "cite_note-11" [11] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. [12] Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.[12] Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[13]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" \l "cite_note-slametmuljana-14" [14] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[15] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[14] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[16]. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[17]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" \l "cite_note-Ricklefs_19-2" [2]Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.[18] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[19] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[20] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[21] Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.9. Kerajaan Hindu di BaliRaja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Bali diperileh terutama dari prasasti Sanur yang berasal dari 835 Saka atau 913. Prasasti Sanur dibuat oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Sri Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari Dinasti Warmadewa. Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman Bali, ia memerintah Kerajaan Bali yang berpusat di Singhamandawa. Pengganti Sri Keariwarmadewa adalah Ugrasena. Selama masa pemerintahannya, Ugrasena membuat beberapa kebijakan, yaitu pembebasan beberapa desa dari pajak sekitar tahun 837 Saka atau 915. Desa-desa tersebut kemudian dijadikan sumber penghasilan kayu kerajaan dibawah pengawasan hulu kayu (kepala kehutanan). Pada sekitar tahun 855 Saka atau 933, dibangun juga tempat-tempat suci dan pesanggrahan bagi peziarah dan perantau yang kemalaman.

Pengganti Ugrasena adalah Tabanendra Warmadewa yang memerintah bersama permaisurinya, ia berhasil membagun pemandian suci Tirta Empul di Manukraya atau Manukaya, dekat Tampak Siring. Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha Warmadewa. Kemudian Jayasadhu Earmadewa. Masa pemerintahan kedua raja ini tidak diketahu secara pasti. Pemerintahan kerajaan Bali selanjutnya dipimpin oleh seorang ratu. Ratu ini bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Ia memerintah pada tahun 905 Saka atau 938. Beberapa ahli memperkirakan ratu ini adalah putrid Mpu Sindok dari kerajaan Mataram Kuno.

Pengganti ratu ini adalah Dharma Udayana Warmadewa. Pada masa pemerintahan Udayana, hubungan Kerajaan Bali dan Mataram Kuno berjalan sangat baik. Hal ini disebabkan oleh adanya pernikahan antara Udayana dengan Gunapriya Dharmapatni, cicit Mpu Sendok yang kemudian dikenal sebagai Mahendradata. Pada masa itu banyak dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan huruf Nagari dan Kawi serta bahasa Bali Kuno dan Sangsekerta. Setelah Udayana wafat, Marakatapangkaja naik tahta sebagai raja Kerajaan Bali. Putra kedua Udayana ini menjadi raja Bali berikutnya karena putra mahkota Airlangga menjadi raja Medang Kemulan. Airlangga menikah dengan putrid Darmawngasa dari kerajaan Medang Kemulan. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan terlihat bahwa Marakatapangkaja sangat menaruh perhatian pada kesejahteraan rakyatnya. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah yang luas termasak Gianjar, Buleleng. Tampaksiring dan Bwahan (Danau Batur). Ia juga mengusahakn pembangunan candi di Gunung Kawi.

Pengganti raja Marakatapangkaja adalah adiknya sendiri yang bernama Anak Wungsu. Ia mengeluarkan 28 buah prasasti yang menunjukkan kegiatan pemerintahannya. Anak Wungsu adalah raja dari Wangsa Warmadewa terakhir yang berkuasa di kerajaan Bali karena ia tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal pada tahun 1080 dan dimakamkan di Gunung Kawi (Tampak Siring). Setelah anak Wungsu, kerajaan Bali dipimpin oleh Sri Sakalendukirana. Raja ini digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa kemudian digantikanJayasakti. Setelah Raja Jayasakti, yang memerintah adalah Ragajaya selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja Jayapangus (1177-1181). Raja terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri Artasura yang bergelar Ratna Bumi banten (Manikan Pulau Bali). Raja ini berusaha mempertahahankan kemerdekaan Bali dari seranggan Majapahit yang di pimpin oleh Gajah Mada. Sayangnya upaya ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1265 Saka tau 1343, Bali dikuasai Majapahit. Pusat kekuasaan mula-mula di Samprang, kemudian dipindah ke Gelgel dan Klungkung.

D. Ciri-ciri Kerajaan Hindu di Indonesia

1. Kerajaan KutaiDari peninggalan kerjaan Kutai ditemukan kata Vaprakeswara, yang berarti daerah (lapangan luas) tempat mengadakan pemujaan terhadap Dewa Siva. Hal ini menunjukkan bahwa agama yang berkembang pada saat itu adalah agama Hindu Siva. (Hindu dari mazab Siva Sidanta). Dalam upacara itu, kaum Brahmana memegang peranan yang sangat penting.

2. Kerajaan Tarumanegara

Dalam Prasasti Ciaruteun ditemukan kalimat yang menyebutkan telapak kaki Sang Maha Raja disamakan dengan telapak kaki Dewa Visnu, terutama Rara Purnawarman yang gagah berani. Bedasarkan data tersebut menunjukkan agama yang berkembang saat itu adalah agama Hindu, dengan lebih menonjolkan pemujaan Dewa Visnu.3. Kerajaan PajajaranDari Kerajaan Pajajaran banyak ditemukan peninggalan-peninggalan yang menunjukkan kehidupan di sana, di antaranya Arca Rajasri, dan juga arca arca Cibuaya yang berasal dari abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Sebagai bukti, di sana telah berkembang agama Hindu dengan pesat.

4. Kerajaan HolingBerdasarkan berita-berita Cina yang berasal dari zaman Dinasti Tang, menyebutkan bahwa Ratu Sima adalah penganut agama yang sangat taat. Beliau disebutkan sangat adil dalam memerintah dan juga sangat jujur dalam menjalankan pemerintahan. Beliau selalu menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam memerintah. Data ini menunjukkan bahwa ajaran agama Hindu pada masa itu sudah berkembang baik.5. Kerajaan Medang Kamulan

Dari Medang Kamulan ada sebuah cerita yang sangat terkenal sampai sekarang, yaitu cerita Calon Arang. Dalam cerita tersebut ada sebuah nama yang amat di segani, yaitu Ratu Dirah. Cerita Calon Arang sampai kini diyakini sebagai presentasi dari pergulatan antara kebenaran melawan kejahatan (dharma melawan adharma). Pergulatan itu dimenangkan oleh kebenaran sebagai simbolis dharma selalu ada diatas adharma.

6. Kerajaan Kediri

Dari Kediri banyak muncul tokoh-tokoh Hindu yang terkemuka, dan Beliau dikenal sebagai penganut Hindu yang taat. Misalnya, Mpu Bharadah, Beliau sering dikaitkan dengan cerita munculnya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali bersama Mpu Kuturan. Beliau banyak meninggalkan karya-karya suci di Bali. Nama lain Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dikenal sebagai ahli kawi sastra, beliau menulis kitab Bharatayudha. Di samping itu, nama Jayabaya sangat populer di kalangan penganut agama hindu terutama melalui ramalan ramalannya yang di sebut ramalan Jayabaya.

7. Kerajaan Majapahit

Selain peninggalan-peninggalanberupa candi dan prasasti sebagai peninggalan Hindu, juga banyak diketemukan hasil karya sastra yang memuat ajaran agama Hindu. Di Bali hingga kini masih dijadikan pedoman dalam melaksanakan bebagai kegiatan agama, seperti kitab Negarakertagama, Kitab Sutasomo, Arjunawiwaha, Usana Jawa, Usana Bali, Pamecangah, dan kitab Tantu Pagelaran.

8. Kerajaan Hindu di Bali

Kerajaan yang bercorak Hindu di Bali diperkirakan sudah ada sejak tahun 882 Masehi, dengan ditemukannya Prasasti Blanjong (Sanur), dan Prasasti Bebetin Malet Gede (Buleleng). Kerajaan Hindu di Bali berkembang pesat hingga tahun 1332 Masehi. Kerajaan-kerajaan yang berkembang sesudah itu tetap mempertahankan keberadaan agama Hindu, bahkan semakin memperluas perkembangannya. Hingga saatini, agama Hindu masih menjadi agama yang penganutnya banyak. Hal ini perlu dilestarikan dan dikembangkan di masa yang akan datang.

1

2

3

4

5

6

7

9

11

12

8

10