5 komplikasi anestesi spinal dan epidural

10
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG A. Praktik anestesi dari waktu ke waktu mencerminkan seni seperti ilmu pengetahuan, dan bisa dikatakan beserta komplikasi yang terjadi. Pada konteks ini popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke tahun, tetapi penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya pemahaman yang membaik dan perkembangan yang progresif pada pelaksanaannnya. sebagai latarbelakang penyajian komplikasi dari jenis anestesi regional ini, berikut adalah sejarah singkat untuk memberikan wawasan mendalam terhadap masalah yang menjadi perhatian kita. B. 5 Komplikasi Anestesi Spinal dan Epidural Praktik anestesi dari waktu ke waktu mencerminkan seni seperti ilmu pengetahuan, dan bisa dikatakan beserta komplikasi yang terjadi. Pada konteks ini popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke tahun, tetapi penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya

Upload: intan-cantika

Post on 26-Sep-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

epidural

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANLATAR BELAKANGA. Praktik anestesi dari waktu ke waktu mencerminkan seni seperti ilmu pengetahuan, dan bisa dikatakan beserta komplikasi yang terjadi. Pada konteks ini popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke tahun, tetapi penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya pemahaman yang membaik dan perkembangan yang progresif pada pelaksanaannnya. sebagai latarbelakang penyajian komplikasi dari jenis anestesi regional ini, berikut adalah sejarah singkat untuk memberikan wawasan mendalam terhadap masalah yang menjadi perhatian kita. B. 5 Komplikasi Anestesi Spinal dan Epidural Praktik anestesi dari waktu ke waktu mencerminkan seni seperti ilmu pengetahuan, dan bisa dikatakan beserta komplikasi yang terjadi. Pada konteks ini popularitas dari anestesi spinal dan epidural telah pasang surut dari tahun ke tahun, tetapi penggunaannya yang meluas sekarang mengindikasikan adanya pemahaman yang membaik dan perkembangan yang progresif pada pelaksanaannnya. sebagai latarbelakang penyajian komplikasi dari jenis anestesi regional ini, berikut adalah sejarah singkat untuk memberikan wawasan mendalam terhadap masalah yang menjadi perhatian kita. Sejarah Anestesi Spinal dan Epidural Pada tahun yang sama saat sifat anestesi lokal kokain didemonstrasikan tahun 1884, Leonard Corning, ahli bedah dari New York mencoba mengurangi gejala pasien dengan keluhan saluran kencing dengan menyuntikan larutan kokain ke daerah urat saraf spinal. Kematian rasa pada setengah bagian bawah tubuh nampak setelah 20 menit. Kita bisa jadi tidak pernah tahu apakah Corning berhasil dalam memberikan anestesi spinal dan epidural karena jarum suntiknya tersumbat oleh spoit, dan Corning tidak berkomentar pada keluarnya cairan cerebrospinal (CSF). Quincke pada tahun 1891 melakukan subarachnoid puncture untuk pertama kali. Tetapi selangkah lebih maju Bier menyuntikan kokain kedalam tempat subarachnoid pada tahun 1898. Setelah beberapa perlakuan pada pasien-pasien, ia sebagai subjek, menjadi yang pertama menderita komplikasi lazim dari anestesi spinal yaitu postural headache. Jumlah copius dari CSF keluar karena spuit tidak cocok dengan jarum. Laporan-laporan berikutnya berisi lebih banyak referensi kepada sakit kepala,mual, dan muntah (karena praktek dari barbotage), dan meningitis. Selanjutnya, serangan tiba-tiba dari arterial hypotension telah tercatat, sehingga telah menjadi kebiasaan untuk mengoperasi pasien memberikan anestesi spinal dengan posisi kepala turun.Pada 1901 Cathelin berhasil melakukan anestesi epidural dengan suntikan melalui sendi sacroccoccygeal kedalam saluran caudial. Pada dekade pertama abad 20, banyak detil dari anestesi spinal seperti yang kita ketahui sekarang diperkenalkan: penggunaan dextrose untuk menekan cairan obat bius, dengan demikian mengijinkan hyperbaric control; menggantikan kokain dengan Novocain yang lebih mudah mensterilkan procain, dan menambahkan epinefrin untuk memperpanjang efek pemblokan syaraf. Sejak 1921, Antoni menganjurkan penggunaan jarum small-gauge lumbar puncture untuk meminimalisir kebocoran CSF dan berkembangnya sakit kepala. Akhirnya, kegegeran pada ilmu penyakit syaraf sequale anestesi spinal lambat laun menguat pada tahun 1940; mencapai puncak pada karya ilmiah milik Thorsen. Ia maupun Kennedy, ahli syaraf terkenal, menyatakan bahwa penyakit syaraf dan kelumpuhan beresiko terlalu tinggi untuk mengendurkan otot dengan anestesi spinal. Pada akhirnya, obat bius baru, pengetahuan dari cara bertindak dan metabolisme, dan memerinci pelajaran tehnik membawa pada kebangkitan dari anestesi epidural pada tahun 1950an dan 1960an

Anatomi fungsional dari anastesi spinal dan epiduralSubarachnoid dan saluran epidural Untuk pencegahan penyakit syaraf berkelanjutan, pengetahuan anatomi dari tulang belakang dan kandungannya sangat perlu dalam pelaksanaan epidural dan subarachnoid puncture. Subarachnoid puncture harus dilakukan dengan baik dibawah antar ruang L2-3 untuk mencegah luka langsung pada urat syaraf tulang belakang, yang biasanya berakhir pada levle tersebut. Sedangkan pada anestesi epidural dapat dilakukan pada titik mana saja pada tulang belakang tergantung pada area bagian yang akan dibius. Jarum dengan stylet ketat diperlukan untuk menghindari pengantar dari potongan epidermis, jaringan subcutaneous, atau periosteum kedalam ruang epidural atau subarachnoid, yang dapat mengakibatkan infeksi transplantasi sel epidermal ke meninges. Ketika jarum berada di ruang subarachnoid, jangan pernah menyuntikan anastesi lokal ketika paresthesia muncul, karena kerusakan permanen kemungkinan akan terjadi. Ruang EpiduralRuang epidural berada didalam tulang belakang melingkupi kantong dural. Perpanjangan dari foramen magnum diatas ke sacrococcygeal ligament dibawah dan bermacam kapasitasnya tergantung pada area tampang melintang dari saluran dan diameter tulang belakang, yang dimana lebih besar dibagian cervical, bagian atas dada, dan daerah lumbar. Ruang ini berisi akar urat syaraf sebagian di meninges, lemak setengah cair, jaringan aerolar, dan akar peridural plexus nadi.Dura Dura adalah membran avascular collagenous dengan urat tegak lurus, dapat dikenal dengan karakteristik kekurangan daya tahan selama membran ditujukan dan dilubangi oleh jarum. Telah direkomendasikan bahwa dura dimasuki dengan jarum menyerong sejajar dengan dengan poros panjang dari urat otot untuk mengurangi ukuran bukaan, tapi tampaknya belum efektif untuk menghindari sakit kepala.Ruang Subdural Ruang subdural adalah ruang diantara dura dan arachnoid yang diamati selama laminectomy, ketika dura diiris dan dasar arachnoid mencegah keluarnya CSF. Penting nya ruang ini bagi anestesi spinal adalah pada kemungkinan anestesi lokal boleh disuntikan disini, daripada kedalam ruang subarachnoid, dan berakibat kegagalan. ArachnoidArachnoid adalah membran seperti jaring yang terdiri dari CSF dan berperan sebagai kerangka untuk pembuluh darah menyuplai tulang belakang. CSF dan obat bius diserap oleh butiran spinal arachnoidal melalui perineural lymphatics dan pada anestesi epidural setelah keluar melalui ruang intervertebral perineural.

Ruang Subarachnoid dan spinal cordpada area lumbar, struktur yang penting dalam ruang subarachnoid terdiri dari anterior dan posterior akar urat syaraf membentuk cauda equina, yang jalan secara menyamping dari asalnya melalui intervertebral foramina, dimana akar dorsal ganglia ditemukan. Suntikan bius lokal yang menggiatkan paresthesia, sakit yang hebat dan terkadang kehilangan kesadaran berakibat pada kerusakan syaraf permanen, karena obat bius menyebar sepanjang urat syaraf sampai tulang belakang, dimana terjadi tekanan ischemia.EFEK PSIKOLOGIS DARI ANESTESI SPINAL DAN EPIDURAL kekurangan pernapasanbanyak pasien yang mengeluh kesulitan bernafas, kemungkinan karena indra proprioceptive dari otot intercostal dan abdominal telah hilang. Kelumpuhan high intercostal disertai dengan rasa sesak napas dan tanda dari kelumpuhan sensor dan gerak di lengan. Pasien tidak dapat berbicara dikarenakan ketidakmampuan menggerakan udara dan kemungkinan hilang kesadaran.Penurunan sistem peredaran darah Arterial hypotension dari anestesi spinal diakibatkan gangguan pembuluh sistemik oleh sympathetic innervation, baik vena maupun arteri, serta gangguan refleks yang mengontrol level tekanan. Dalam menangani hypotension, sebaiknya konsentrasi pada organ perfusion dari pada tekana darah. Hypotension sebagai konsekuensi dari anestesi epidural terjadi dibawah keadaan yang sama seperti hypotension selama anestesi spinal. Baik aliran darah otak maupun jantung bisa jadi tetap tidak berubah selama hypotension anestesi spinal dan epidural dikarenakan vasodilation dan berkurangnya daya tahan untuk mengalir yang artinya sirkulasi biasanya dirawat dalam alas pembuluh darah vascular. Gangguan pencernaan dan kencinggangguan sympathetic innervation terhadap pencernaan menyebabkan urat syaraf parasympathetic tidak terlawan yang diakibatkan kontrkasi otot halus, hyperactive peristalsis, dan relaksasi sphincters. Mual dan MuntahBabcock salahsatu pionir anestesi spinal menemukan 13% pasiennya mengalami muntah dan 18% pasiennya mengalami mual. Ia percaya bahwa mual merupakan suata tanda peringatan hypotension, cyanosis atau penurunan pernapasan. Neurologic sequelae dari anestesi spinal dan epiduralSampai saat ini, ahli syaraf, ahli bedah syarah, dan masyarakat takut pada metode ini, karena mereka percaya bahwa neurologic sequelae tidak dapat terelakkan. Telah terlihat jelas bahwa komplikasi neurologic dari anestesi spinal adalah hasil dari lumbar puncture yang didalamnya atau suntikan setelahnya dari bius lokal. Memperhatikan lumbar puncture, beberapa factor etiologic terlibat. Yang sering dikenal adalah diakibatkan oleh bocornya CSF, membuat naiknya sindrom penurunan tekanan intracranial: sakit kepala, gejala pendengaran dan penglihatan.Komplikasi terkait suntikan bius lokal dua komplikasi basar dari anestesi spinal patut disebutkan spesial karena mengakibatkan sakit kelumpuhan: sindrom cauda equina dan adhesive arachnoiditis kronis. 1. Cauda equina syndromPasien dengan sindrom ini memperlihatkan cacat autonomic, masalah pengosongan kandung kemih dan pencernaan, keringat yang tidak nyaman, pengaturan suhu pada lumbar dan sacral dermatomes.

2. Adhesive arachnoiditis sebuah reaksi phatologic pusat syaraf, yang terjadi jauh sebelum anestesi spinal dilakukan. Adhesive arachnoiditis terjadi setelah anestesi spinal memunculkan ciri-ciri tambahan dari berbagai lokasi dan kekusutan pada tulang belakang dan otak, maka dari itu disebut chronic progressive adhesive arachnoiditis. Hydrocephalus, sryingomyelia, dan keseluruhan paraplegia dan tetraplegia menandakan tingkat akhir proses ini.