40702596 hipertensi longcase kedokteran keluarga

Upload: rezkyjbt

Post on 01-Mar-2016

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kedokteran keluarga

TRANSCRIPT

46

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Tn. Kasno

Alamat lengkap

: Gambarsari RT 04 RW 02 Kec.Kebasen

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family (Keluarga Inti)Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNoNamaKedudukanL/PUmur (th)PendidikanPekerjaanKeterangan

1KasnoKepala keluargaL58Tidak tamat SDPensiunan DPUTB Paru, Penyakit Jantung

2SatiIstri P55SDIRTHipertensi

3WarsoAnak ke-3L24Tidak tamat SD--

Kesimpulan :

Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.II. STATUS PENDERITAA. PENDAHULUANJumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 400%, sehingga jumlahnya lebih di bawah lima tahun (balita). Usia lanjut membawa konsekuensi meningkaNyya berbagai penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan gagal jantung. Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 55 tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Kebasen. Ibu tersebut menderita hipertensi grade II dan hingga saat ini masih rutin menjalani pengobatan serta kontrol ke Puskesmas Kebasen.B. IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny.SUsia: 55 tahun

Jenis Kelamin: PerempuanStatus: Menikah Agama: Islam

Suku Bangsa: Jawa

Kewarganegaraan: Indonesia

Pekerjaan: Ibu rumah tanggaPendidikan Terakhir:SDPenghasilan/bulan: Rp. 1.000.000

Alamat: Gambarsari RT 04 RW 02 Kec. Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

C. ANAMNESIS1. Keluhan Utama

: Nyeri kepala

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Kebasen dengan keluhan nyeri kepala. Keluhan ini dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan terus-terusan sepanjang hari. Keluhan ini membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Jika dinilai dengan tafsiran angka antara 1-10, nyeri kepala pasien dirasa pada angka 7. Keluhan ini sering dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir dan bersifat hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Nyeri kepala berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Jika nyeri kepala dirasakan memberat, pasien biasanya langsung berobat ke Puskesmas dan nyeri kepala berkurang dengan obat yang diberikan dari Puskesmas. Selain nyeri kepala, selama 2 hari ini pasien merasa lehernya tegang atau kaku dan sulit tidur. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau bengkak pada kaki.Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Keluhan ini dirasakan setelah suami pasien sering sakit-sakitan dan membuat pasien sering merasa cemas dengan kondisi suaminya. Suami pasien bahkan pernah hingga dirawat di ICU dengan penyakit Jantung dan TB Paru. Hingga saat ini, suami pasien masih sering mengeluh sesak dan berdebar-debar. Suami pasien juga rutin control ke Puskesmas untuk berobat.3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit

: Hipertensi sejak thun 2008 asam urat disangkal diabetes disangkal penyakit paru disangkal penyakit jantung disangkal maag disangkalb. Riwayat mondok : 1x di Puskesmas Kebasen dengan keluhan utama sulit tidur selama 4 haric. Riwayat kecelakaan: disangkald. Riwayat pengobatan : obat-obatan antihipertensie. Riwayat alergi

: disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: Ada, yaitu ibu dan adik pasienb. Riwayat penyakit jantung: disangkalc. Riwayat hipertensi : disangkal

d. Riwayat diabetes/kencing manis

: disangkale. Riwayat asma

: disangkalf. Riwayat alergi

: disangkal5. Riwayat Sosial dan Exposure

a. Community: daerah pemukiman tidak padat penduduk

b. Home:rumah merupakan bangunan permanen tidak bertingkat, dinding terbuat dari batu bata, lantai rumah dari semen, atap rumah dari genteng, ventilasi kurang dengan tingkat kelembaban tinggi, pencahayaan kurang, halaman rumah sempit, kebersihan dalam rumah cukup bagus, sumber air minum dari mata air, luas rumah 90 m2 dengan jumlah anggota keluarga 3 orang.c. Hobby: beternakd. Occupational: ibu rumah tangga

e. Personal habit: berkumpul dengan keluarga, tidak merokok

f. Diet:sayur-sayuran, tempe, tahu, kadang daging

g. Drug: obat antihipertensi

6. Riwayat Gizi

Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging. Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.

7. Riwayat PsikologisPenderita memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dengan tercermin dari perilaku mudah panik Ny.S jika sang suami sedikit-sedikit mengeluh tentang penyakitnya. Riwayat penyakit suami, Tn.K adalah TB paru dan penyakit jantung. Penyakit Tn.K ini pernah hingga membuat Tn.K mondok berkali-kali baik di Puskesmas Kebasen maupun di RS Banyumas. Tn.K terhitung dirawat di Puskesmas Kebasen sebanyak 8 kali, di RS Banyumas sebanyak 3 kali, dan hingga pernah dirawat di ICU sebanyak 2 kali. Kondisi Tn.K yang sakit-sakitan membuat Ny.S sering nyeri kepala. 8. Riwayat Ekonomi

Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan primer dapat terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sekunder tidak. Dalam berobat, penderita menggunakan asuransi kesehatan.

9. Riwayat DemografiHubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap keadaan orang tua mereka.10. Riwayat Sosial

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.11. Review of System

a. Keluhan Utama: nyeri kepala

b. Kulit: warna kulit sawo matang

c. Kepala: Sakit kepala (+)

d. Mata: penglihatan kabur (-)

e. Hidung: keluar cairan (-)

f. Telinga: pendengaran jelas, keluar cairan (-)

g. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)h. Tenggorokan: sakit menelan (-)

i. Pernafasan: sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)j. Sistem Kardiovaskuler: nyeri dada (-)

k. Sistem Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), kembung (-)l. Sistem Muskuloskeletal: lemas (-)

m. Sistem Genitourinaria: buang air kecil normaln. Ekstremitas :Atas : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)

Bawah : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.2. Tanda Vital

a. Tekanan darah: 180/110 mmHg

b. Nadi

: 88 x /menit, regular

c. RR

: 20 x /menit

d. Suhu

: 36,6O C3. Status gizi

a. BB

: 55 kg

b. TB

: 155 cm

c. IMT

: 55/(1.55)2 = 22.9 (normal)Kesan status gizi baik4. Kulit

: Sianosis (-), turgor kulit kembali S2, regular, bising (-)Palpasi: nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkatPerkusi: batas kanan atas di SIC II LPSD

batas kiri atas di SIC II LPSS

batas kanan bawah di SIC IV LPSD

batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCSPulmo : Inspeksi : bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetrisPalpasi : pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang

tertinggal, vokal fremitus kanan = kiriPerkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)

ronki (-)12. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)13. Abdomen:Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)

Auskultasi : bisung usus (+) normalPalpasi

: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani14. Genitalia: Tidak dilakukan15. Anorektal: Tidak dilakukan16. Ekstremitas:Superior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)Inferior: Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi:

1. Pemeriksaan gula darah

2. Pemeriksaan kolesterol darah

3. Pemeriksaan fungsi ginjal

4. Pemeriksaan fungsi hati

5. Pemeriksaan EKG6. Pemeriksaan mata

F. RESUME

Ny.S berusia 55 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade II. Penderita memiliki stressor yang dihadapinya setiap waktu yaitu kondisi kesehatan suami yang tidak bagus. Penderita tinggal bersama suami dan anak ketiganya. Status ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pendidikan pasien juga rendah. Penderita tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk, dengan kondisi rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang, serta kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. S dengan masyarakat sekitar baik.G. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Biologis: Hipertensi Grade II

2. Diagnosis Psikologis: Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang suami yang memburuk3. Diagnosis Ekonomi: Status ekonomi menengah ke bawah4. Diagnosis Sosial: Hubungan dengan masyarakat baik5. Diagnosis Demografi: Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga

baik.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK1. Aspek Personala. Pasien mengeluh nyeri kepala, leher terasa tegang dan sulit tidur sejak dua hari yang lalu.b. Harapan berobat adalah untuk sembuh (Idea)c. Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit Ny.S, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)

d. Yang diharapkan Ny.S sebagai pasien dan keluarganya adalah kesembuhan. Hal ini dapat terwujud bila pola makan diatur sejak sekarang dan perlunya manajemen stress bagi Ny.S dalam kesehariannya. (Expectacy)e. Ny.S merasa khawatir terhadap penyakitnya karena belum sembuh-sembuh juga (Anxiety)2. Aspek KlinisHipertensi grade II.

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu

Usia : Dari faktor usia, Ny.S berumur 55 tahun yang merupakan kelompok usia risiko tinggi munculnya penyakit hipertensi.

Jenis Kelamin :Ny.S adalah perempuan yang memiliki sifat mudah cemasPerilaku individu: Kebiasaan Ny.S mengkonsumsi makanan yang asin, menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.Psikologis

: Pasien memiliki stressor pikiran yaitu masalah kesehatan yang dihadapi suaminya.4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu

Dilihat dari faktor kedekatan dengan keluarga, Ny.S dekat dengan suami mereka selalu berbagi keluh kesah yang ada dalam kehidupan mereka, serta kedekatan anak ketiga mereka yang selalu menjaga orangtuanya termasuk ketika mereka sakit.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Ny.S dalam dikategorikan dalam skala 1 dalam penilaian fungsi social karena masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit. Ny.S mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah.

I. PENATALAKSANAAN

1. Patient Centered

a. Medikamentosa

1) ACE inhibitor: Captopril 12.5 mg 2 x12) Diuretik: Hidrochlorotiazide (HCT) 25 mg 1x1b. Non Medikamentosa

1) Bed rest tidak total2) Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan latihan fisik secara teratur Istirahat cukup

Manajemen stress Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, serta menurunkan asupan lemak

Hindari makanan tinggi kolesterol

Hindari stressor pikiran

Kontrol tekanan darah secara rutin Hindari makanan yang asin (menurunkan asupan garam), berlemak, bersantan, gorengan dan minum kopi2. Pengobatan Focus Familya. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan Ny.S, makanan yang asin sebaiknya jangan dimakan oleh Ny.S karena akan meningkatkan tekanan darah.

b. Karena Ny.S memiliki riwayat hipertensi, maka sebaiknya suami Ny.S sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu penyakit hipertensi.

3. Pengobatan Focus CommunityUntuk tetangga Ny.S sebaiknya sedini mungkin menghindari makanan yang bisa meningkatkan tekanan darah, seperti makanan asin, kebiasaan minum kopi, olah raga teratur. Dengan kondisi yang dialami Ny. S maka tetangganya akan lebih memperhatikan kesehatannya.

J. FOLLOW UP

Selasa, 28 September 2010 S

: nyeri kepala, leher terasa kaku O

: KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru

vesikuler normal VS : TD : 180/110 mmHgRR : 20 x/menit

Nadi : 88 x/menit

Suhu : 36.6 C

A

: Hipertensi grade II

P

: Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dll.

Rabu, 29 September 2010

S

: nyeri kepala berkurang, leher masih terasa kaku O

: KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru

vesikuler normal

VS : TD : 160/100 mmHgRR : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.7 C

A

: Hipertensi grade II

P

: Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dll.

Jumat, 1 Oktober 2010 S

: Sudah tidak pusing, leher masih terasa sedikit kaku O

: KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru vesikuler normal

VS : TD : 140/80 mmHgRR : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.7 C

A

: Hipertensi grade I P

: Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dllKesimpulan :

Berdasarkan follow up, pasien mengalami sedikit penurunan tekanan darah, namun masih di atas normal. Pasien perlu melakukan modifikasi gaya hidup untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah. Pasien diberikan edukasi mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur. K. FLOW SHEET

Nama:Ny. S

Diagnosis:Hipertensi grade 2 Tabel 2.1. Flow Sheet NoTglProblemTDNBBTBPlanningTarget

128/9/2010nyeri kepala, leher terasa kaku180/1108855155Obat anti hipertensi, diuretik, diet rendah garam, istirahat cukupMenurunkan tensi

229/9/2010nyeri kepala berkurang, leher masih terasa kaku160/1008055155Obat anti hipertensi, diuretik, diet rendah garam, istirahat cukupTekanan darah menjadi 140/80

31/10/2010Sudah tidak pusing, leher masih terasa sedikit kaku140/808055155Modifikasi gaya hidup, istirahat cukupPertahankan tekanan darah

Tabel 2.2. Master Problem ListMASTER PROBLEM LIST

Problem

Number

Approx Date of

OnsetDate

Problem

RecordedActive Problems

Inactive/Resolved

ProblemsDate Resolved

1. 200828/9/2010Hipertensi Grade II (180/110), nyeri kepala, leher terasa kaku-

2.29/9/10Hipertensi grase II (160/100), nyeri kepala berkurang, leher masih terasa kaku

3.1/10/10Hipertensi grade I (140/80), leher masih terasa sedikit kakuNyeri kepala29/9/

2010

III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGAA. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Ny. S dan Tn.K memiliki 3 orang anak, 2 anak telah berkeluarga dan 1 anak belum berkeluarga. Anak ke-3 tinggal bersama Ny.S dan Tn.K. Ny.S memiliki 1 orang anak dari pernikahan sebelumnya dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki 3 orang cucu dari kedua anaknya. Tidak ada anak pasien yang menderita hipertensi. Riwayat penyakit maag, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit paru disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua dan keluarga diterima yaitu ibu dan adik dari Ny.S.2. Fungsi Psikologis

Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling menyayangi dan melindungi. Tn.K sebagai suami telah pensiun dan sakit-sakitan. Selama dua tahun terakhir, Tn.K terhitung opname di RS Banyumas sebanyak 5 kali dan di Puskesmas Kebasen sebanyak 3 kali, bahkan di RS Banyumas pernah hingga dirawat di ICU selama kurang lebih dua minggu. Riwayat penyakit Tn.K adalah TB Paru dan Penyakit Jantung. Tn.K hingga saat ini masih sering mengeluhkan sesak nafas dan berdebar-debar, terutama setelah berjalan agak jauh. Kondisi Tn.K ini dipandang Ny.S sebagai beban sehingga pasien sering cemas memikirkan kondisi kesehatan Tn.K. Bila Tn.K mengalami sedikit keluhan tentang penyakitnya, Ny.S langsung merasa pusing dan sulit tidur.Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Anak ke-3 pasien tidak bekerja dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan kedua orangtuanya.3. Fungsi Sosial

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, seperti pengajian, dasawisma dan PKK. 4. Fungsi Ekonomi

Tn. K sebagai kepala keluarga adalah pensiunan DPU, keuangan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dalam kehidupan sehari-hari. Biaya pengobatan menggunakan asuransi kesehatan.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R. SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = buruk, 5-7 = sedang, dan 8-10 = baik.ADAPTATIONDalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka untuk bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga sering berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga lainnya akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. S meminta sesuatu, maka anggota keluarga lainnya akan berusaha mengabulkannya.

PARTNERSHIP

Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian suatu masalah, dapat dikatakan baik. Ny. S selalu menceritakan perasaannya kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak-anak Ny. S yang tinggal di luar kota masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu anak-anak Ny.S juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah Ny. S beberapa bulan sekali, walaupun secara bergantian.

GROWTH

Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. S. Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. S dengan suka minum kopi, teh dan makanan asin.AFFECTION

Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian. Rasa sayang antar anggota keluarga juga dapat dilihat dari sikap Ny. S yang selalu merawat Tn.K dengan sukarela.

RESOLVE

Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang tidak mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. S sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya.

Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. S

A.P.G.A.R. Ny. S Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 10

Ny. S mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan suami, anak dan cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang sedang dia rasakan kepada suaminya. Tabel 3.2. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn.K

A.P.G.A.R. Tn. K Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 9.

Tn. K sebagai suami dari Ny. S saat ini hanya sebagai pensiunan pekerja DPU. Sehari-harinya suami penderita tinggal di rumah. Tn. K merupakan tipe orang yang suka bercerita apa yang dirasakannya kepada istrinya.Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga An.W

A.P.G.A.R. An.W Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 6An. W sebagai anak dari Ny. S tidak bekerja agar kedua orangtuanya yang sakit bisa diperhatikan olehnya bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu. An. W tidak selalu berbagi masalah kepada orangtuanya. Dia lebih sering bercerita kepada teman-temannya..

A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+6) / 3 = 8.3Kesimpulan : keluarganya dinilai baik.

Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)

Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M.

Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. S

SumberPatologis

SocialMembina hubungan yang baik dengan tetangga sekitarnya. Keluarga Ny. S aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, PKK, dasawisma, kerja bakti, dll.-

CultureKeluarga ini masih menggunakan bahasa jawa dalam percakapan sehari-hari. Adat dan kesopanan Jawa masih dipertahankan, walaupun ada anggota keluarga yang fasih berbahasa Indonesia. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll-

ReligiousDalam keluarga ini pemahaman agama baik. Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian.-

EconomicStatus ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah. Kebutuhan primer dapat tercukupi, walaupun kebutuhan sekunder tidak dapat tercukupi.+

EducationalLatar belakang pendidikan tergolong kurang. Keluarga tidak berlangganan koran, biasanya melihat berita dari acara tv ataupun radio.+

MedicalBila ada anggota keluarga yang sakit, segera dibawa ke puskesmas. Keluarga menggunakan ASKES untuk pembiayaan kesehatan.-

a. Economic (+) artinya status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah. Walaupun kebutuhan pimer sudah terpenuhi, tetapi kebutuhan sekunder belum dapat dipenuhi.

b. Educational (+) artinya status pendidikan keluarga ini tergolong rendah, melihat dari pendidikan terakhir keluarga yang hanya tamat SD. Keluarga juga tidak berlangganan koran untuk mengetahui berita terakhir, biasanya hanya dengan melihat televisi atau mendengar radio.Kesimpulan :

Keluarga Ny. Y memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi dan edukasiD. GENOGRAM

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)Ny. S menikah dengan Tn. K dan mempunyai 3 orang anak dan 3 orang cucu. Suami Ny. S menderita TB Paru dan Penyakit Jantung. Ny. S memiliki 2 anak yang tinggal di luar kota anak ke-3 tinggal bersama Ny S dan suaminya. Ibu Ny. S meninggal karena penyakit jantung dan memiliki riwayat hipertensi. Adik Ny.S juga memiliki penyakit hipertensi.

Kesimpulan: Terdapat intervensi faktor keturunan dalam hipertensi yang diderita Ny. S.

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan:

= hubungan baik

= hubungan kurang baikGambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

Perilaku masing-masing anggota keluarga sangat mendukung untuk kesehatan Ny. S. Pengetahuan anggota keluarga mengenai hipertensi dapat dikatakan cukup. Apabila penderita sudah mengeluhkan pusing, leher kaku, atau sulit tidur, maka penderita akan segera berobat ke Puskesmas. Selain itu anggota keluarga lainnya turut menjaga pola makan penderita untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, ataupun tinggi lemak. Penderita yang sejak muda juga tidak suka mengkonsumsi makanan berlemak, selalu menaati pola makan yang disediakan keluarganya, yaitu tempe, tahu, sayur, dan kadang-kadang daging namun terkadang mengkonsumsi ikan asin dan minum teh. Penderita termasuk orang yang rajin memeriksakan tekanan darah ke puskesmas.

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, arisan, dasawisma, PKK, atau kegiatan pengajian. Dalam hal keagamaan, penderita dan anggota keluarga lainnya termasuk taat dalam menjalankan ibadah. Walaupun tidak selalu shalat dalam masjid, tetapi penderita dan anggota keluarga lainnya selalu menjalankan shalat 5 waktu. Dari segi psikologis, penderita memiliki psikologi yang baik. Namun sebenarnya penderita memiliki stressor pikiran yang cukup berat karena Tn, K, suami Ny.S, memiliki riwayat TB Paru dan Penyakit Jantung. Penyakit Tn.K sering membuatnya masuk untuk dirawat di RS atau di Puskesmas. Ny.S sering merasa cemas dengan keasaan kesehatan Tn.K. bila Tn.K mengeluh sedikit saja, Tn.K akan sangat merasa khawatir dan tidak bisa istirahat bahkan hingga berhari-hari. Pasien tinggal bersama anak ke-3nya, An. W. An. W tidak bekerja sehingga dapat membantu mengurus kesehatan orangtuanya. Stress psikis yang dialami Ny.S terkait kesehatan Tn.K inilah yang dapat memacu munculnya hipertensi pada penderita. Penderita juga selalu berusaha untuk sabar dalam menghadapi masalah ini dan lebih menyerahkan diri kepada Allah SWT.

2. Faktor Non Perilaku

Jika melihat usia Ny. S yang sudah berusia 55 tahun, yaitu kelompok pra-lansia, dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi.

Dari segi genetik Ny. S memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya yaitu pada ibu dan adik pertamanyaDari segi pelayanan kesehatan, keluarga ini segera mencari pertolongan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Jenis pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah puskesmas yang terletak tidak jauh dari rumah. Ny. S rutin memeriksakan tekanan darahnya namun tidak mentaati apa yang dianjurkan dokter untuk menjaga pola makan agar tekanan darahnya tidak tinggi.Dari segi pendidikan, pasien hanya tamat SD. Pasien belum mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.

Dari segi ekonomi, pasien tergolong ekonomi menengah ke bawah. Hal ini tercermin dari keadaan rumah pasien yang tidak sehat dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang. SHAPE \* MERGEFORMAT

Keterangan :

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

1. Gambaran Lingkungan Rumah

Ukuran rumah keluarga Ny. S adalah 90 m2. Lingkungan tempat tinggal merupakan suatu pemukiman tidak padat dengan jalan depan rumah dari batu-batu. Atap rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat dari batu bata, lantai terbuat dari semen. Ventilasi rumah berukuran sekitar 25% dari luas ruangan, pencahayaan yang masuk ke dalam rumah cukup. Begitu juga tingkat kelembapan dalam rumah dapat dikatakan cukup.

Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 1 kamar mandi yang berdekatan dengan sumur. Sedangkan pencahayaan matahari dan ventilasi udara cukup, sehingga udara dapat mengalir cukup dan cahaya matahari masuk cukup banyak. Sumber air bersih adalah sumur.

2. Denah Rumah

Rumah penderita seluas 96 m2. Rumah terdiri dari teras, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah cukup baik. Sumber air berasal dari sumur timba yang terletak di luar rumah. Pasien memiliki jamban yang terbuat dari bambu dan dibuat di atas empang di sebelah rumah penderita.

Gambar 4.2. Denah Rumah Ny.S(Sumber; Data Primer, 2010)V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis

Hipertensi grade IIB. Masalah non medis1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun.

2. Konsumsi teh dan makanan yang asin3. Riwayat keluarga hipertensi4. Pra usia lanjutC. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Gambar 5.1 Diagram Permasalahan Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)D. MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah

NoDaftar MasalahITRJumlah

IxTxR

PSSBMnMoMa

1

1Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun454343411520

2Riwayat keluarga hipertensi 44443336912

3Konsumsi teh dan makanan yang asin43334345184

4Pra usia lanjut34333332916

5Latar belakang pendidikan rendah3332323972

6Ekonomi menengah ke bawah3333222648

Keterangan :

I

: Importancy (pentingnya masalah)

P

: Prevalence (besarnya masalah)

S

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB

: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya

masalah)

T

: Technology (teknologi yang tersedia)

R

: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn

: Man (tenaga yang tersedia)

Mo

: Money (sarana yang tersedia)

Ma

: Material (pentingnya masalah)Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

(Azwar, 1996)E. Prioritas Masalah

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. S adalah sebagai berikut :

1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun2. Riwayat keluarga hipertensi3. Konsumsi teh dan makanan yang asin4. Pra usia lansia5. Latar belakang pendidikan rendah6. Ekonomi menengah ke bawahKesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurunVI. RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGATabel 6.1 Rencana dan Hasil Pembinaan Keluarga

TglKegiatan yang dilakukanAnggota keluarga yang terlibatHasi kegiatanTarget kegiatan

29/920101. Manajemen stress2. Perjanjian untuk pertemuan selanjutnyaPasien dan suaminyaPasien menepati janjinya selalu mentaati manajemen stess1. Pasien tahu akan hal apa saja yang dapat mengurangi beban psikisnya

1/1020101. Edukasi pencegahan hipertensi

Pasien dan suaminyaPengetahuan keluarga bertambah1. Pasien dan akan kontrol secara teratur 2. Menjaga pola makan yang baik untuk penderita hipertensi

a. Tujuan

Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan apa penyakit hipertensi, apa saja yang dapat memacu timbulnya hipertensi, dan bagaimana cara penatalaksanaan hipertensi. Lebih khususnya lagi, pembinaan keluarga ini bertujuan agar pasien dapat lebih bisa mengontrol stress psikis yang dihadapinya.b. Materi

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen stress, misalnya:

a. Membantu pasien untuk mengendalikan emosi, melatih kesabaran, hal ini dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri pada Allah SWT.

b. Bantu pasien untuk melaksanakan terapi meditasi dan relaksasi, dan melakukan olahraga ringan misalnya seperti senam lansia.

c. Meningkatkan harga diri pasien, meyakinkan pada pasien bahwa sakit yang dialami pasien dapat diatasi jika pasien mau mengikuti saran dokter dan petugas kesehatan untuk melaksanakan pola hidup sehat

d. Tetap melibatkan pasien dalam aktivitas sosial sesuai kemampuan

e. Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat berpengaruh terhadap pasien dalam menghadapi penyakitnya

f. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis dan mengurangi timbulnya konflik dengan pasien yang memacu emosi pasien hipertensi

g. Ajarkan pada keluarga agar tetap memperhatikan pasien dan membuat pasien tetap merasa dihargai dengan cara tetap melibatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan

h. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga, sering mengajak pasien ngobrol dan bersenda gurau

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan hipertensi, misalnya:

a. Kurangi konsumsi garam.

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi. Misalnya seperti semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah.c. Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol.

d. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.

e. Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.

f. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.

g. Hindari makanan tinggi kolesterol

h. Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan

i. Hindari stressor pikiran

j. Istirahat cukup

k. Kontrol secara teratur tekanan darahc. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga.

d. Sasaran

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.VII. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSIA. STRESS PSIKIS

Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).

Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome (GAS), (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990; Taylor, 1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan mengulangi atau memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem (wear and tear of the system) (Taylor, 1991).

Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang kehidupan. Kadang-kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan muncul dalam seseoang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik.

B. HIPERTENSI

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang.Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alas an penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna..Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.Tabel 7.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII Tahun 2003SistoleDiastole

Normal 120 mmHg 80 mmHg

Prehipertensi120 139 mmHg80 89 mmHg

Stadium I140 159 mmHg90 99 mmHg

Stadium II 160 mmHg 100 mmHg

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi. Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:

1. Hipertensi primer (Essensial)

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Kira-kira 90% hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari hipertensi ini adalah hipertensi esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara factor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :

a. Faktor resiko seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetic.

b. Sistem saraf simpatis yang terdiri dari tonos simpatis dan variasi diurnal.

c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.

d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit lain. Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah penyakit parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal. Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder adalah sebagai berikut :

a. Penyakit ginjal

1) Sekresi rennin meningkat

2) Retensi natrium dan cairan

3) Sekresi vasodilator (vasipresor)menurun

b. Penyebab endokrin

1) Aldosteronisme

2) Kontrasepsi oral

3) Feokromositoma

4) Tirotoksikosis

c. Penyebab vascular

1) Koarktasio aorta

2) Vaskulitis

d. Penyebab neurogenik

1) Psikogenik

2) Tekanan intracranial meningkatC. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSIPada kenyataannya, faktor stres psikis atau pikiran yang berlebihan merupakan pemicu utama terjadinya hipertensi. Pembuluh darah yang kurang elastis mengakibatkan resistensi (tahanan) perifer yang meningkat berbanding lurus dengan tekanan darah. Pembuluh darah dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya emosi.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor psikis (emosi). Pada saat cemas atau dalam keadaan marah, tubuh melepaskan hormon katekolamin yang berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:

1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)

2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)

3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh

4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darahD. PENATALAKSANAAN HIPERTENSIPengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Hipertensi juga dapat menyebabkan komplikasi pada organ lain. Komplikasi yang paling sering adalah stroke, penyakit jantung koroner, dan akhirnya menjadi gagal jantung dan gagal ginjal. Penyakit stroke dan jantung koroner merupakan penyebab kematian tertinggi.

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi nonmedika mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan nonmedika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan antihipertensi. Misalnya edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan olahraga secara teratur; diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi serat; hindari minum alkohol, rokok, dan kopi; hindari stressor pikiran; istirahat cukup.

1. Sedangkan terapi farmakologi, dengan menggunakan obat-obat antihipertensi. Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:

2. Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung dan tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tidak diragukan lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping yang ditimbulkan antara lain letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-hati bila digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.

3. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.

4. Antagonis kanal kalsium: vasodilator yang menurunkan tekanan darah. Nifedipine (kemungkinan amlodipin) menyebabkan takikardia refleks kecuali bila diberikan juga Blocker. Efek sampingnya muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin)

5. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril, memberikan efek antihipertensi dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner (PJK) bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping diantaranya batuk kering dan angioderma.

6. Antagonis reseptor angiotensin II, seperti losartan dan valsatan, bekerja antagonis terhadap aksis angiotensin II renin. Efikasinya sebanding dengan inhibitor ACE. Indikasinya pada gagal jantung atau gangguan fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE terasa mengganggu. Efeknya dalam fungsi ginjal pada hipertensi renovaskular sama.

7. Antagonis , seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan tekanan darah dengan bekerja antagonis terhadap reseptor -adrenergik pada pembuluh darah perifer.

8. Obat-obat lain misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa, atau moksonidin)

Pengobatan hipertensi bersifat long term therapy. Hal ini karena penyebab pasti belum diketahui sehingga pasien harus rajin minum obat antihipertensi. Apabila tidak teratur, bisa mengakibatkan percepatan komplikasi, salah satunya penyakit jantung koroner.VIII. PENUTUPA. KESIMPULAN

Diagnosis Holistik Ny.S adalah:a. Diagnosis Biologis: Hipertensi Grade II

b. Diagnosis Psikologis: Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang suami yang memburuk

c. Diagnosis Ekonomi: Status ekonomi menengah ke bawah

d. Diagnosis Sosial: Hubungan dengan masyarakat baik

e. Diagnosis Demografi: Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga

baik.

B. SARAN

Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai manajemen stress dan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi. Promotif :

1. Kontrol secara teratur tekanan darah

2. Kontrol berat badan

Preventif :

1. Olahraga secara teratur2. Diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi serat

3. Hindari minum alkohol, rokok, teh dan kopi4. Hindari stressor pikiran5. Istirahat cukupKuratif

Obat antihipertensiRehabilitatif

Tetap rutin untuk konsumsi obat hipertensi, dan secara teratur control tekanan darah ke pelayanan kesehatan.DAFTAR PUSTAKA

Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 2003; 289: 2560-2572.

Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract 2001;50:707-712.

Oparil S, et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med. 2003; 139: 761 - 776.

Neal, MJ. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi keelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197-205.Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gasindo. Jakarta. Hal: 107-8.Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta. Hal: 1654-5.Williams, GH. 1998. Harrison's Principles of Internal Medicine 14th ed vol 1: Approach to the Patient with Hypertension. Hal: 202-5.Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.LAMPIRAN

FOTO 1

Foto pemeriksaan tekanan darah Ny.S saat home visitFOTO 2

Foto dapur rumah Ny.SFOTO 3

Foto dinding rumah Ny.SFOTO 4

Foto kamar mandi Ny.SFOTO 5

Foto jamban Ny.SFOTO 6

Foto bersama Tn.K (kiri) dan Ny.S (tengah)4. Latar belakang pendidikan rendah

Ekonomi :tergolong ekonomi menengah ke bawah

Pelayanan Kesehatan :Segera berobat ke puskesmas bila sakit namun tidak menaati ajuran dokter

Keluarga Ny. S

Tindakan :Penderita tidak memiliki aktivitas berlebihan di usianya yang lanjut.

Keturunan : ada riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga.

keluarga.

Pendidikan :hanya tamat SD, tidak mengetahui bahaya dan komplikasi hipertensi

Usia: Merupakan usia beresiko menderita hipertensi.

menderita hipertensi.

Sikap :Memiliki beban psikis yang besar.

Pola makan: suka makan asin-asin dan minum teh

3. Riwayat keluarga hipertensi.

6. Ekonomi menengah ke bawah

5. Pra usia lanjut

2. Konsumsi teh dan makanan yang asin

1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun

Ny. S

Hipertensi

Kamar tidur

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang makan

Ruang keluarga

Ruang tamu

Dapur

Dapur

Teras

U

PAGE

Tn.K

58 th

Pensiunan

Ny.S

55 th

Ibu Rumah Tangga

Tn.M

30 th

Swasta

Ny. A

28 th

Ibu Rumah Tangga

An.W

26 th

Tidak bekerja

Tn. B

65 th

Tn. D

63 th

Tn. S

61th

Ny. T

59 th

Ny. R

52 th

Tn. Y

49 th

Tn. W

2000

Ny. C

78 th

Tn. D

1995

Ny. M

1999

Keterangan :

: Perempuan sehat

: Meninggal dunia

: Laki- laki sehat

: penderita

: menderita hipertensi

: tinggal dalam 1 rumah

Ny. S

55 tahun

Tn. K

58 tahun

An.W

24 tahun