elli longcase fix

57
Laporan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Long Case “STATUS ASMATIKUSPembimbing dr. Madya Ardhi Wicaksono, Msi. dr. Sugeng Rahadi Disusun Oleh Elli Dwi Ermawati G1A212038 KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

Upload: semba-anggen-rachmani

Post on 24-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Laporan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga

Long Case

“STATUS ASMATIKUS”

Pembimbing dr. Madya Ardhi Wicaksono, Msi.

dr. Sugeng Rahadi

Disusun OlehElli Dwi Ermawati

G1A212038

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASLABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2012

Halaman Pengesahan

Laporan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga

Long Case

“STATUS ASMATIKUS”

Disusun untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jurusan KedokteranFakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh

Elli Dwi Ermawati

G1A212038

Telah diperiksa, disetujui dan disyahkan:

Hari :

Tanggal :

Preseptor Lapangan

dr. S ugeng Rahadi NIP.19601028.198912.1.001

Preseptor Fakultas

dr. Madya Ardhi Wicaksono, MsiNIP. 198105112010121003

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Ny. Sutiyah

Alamat lengkap : Suro, RT 04 RW 04, Kalibagor, Banyumas.

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No Nama Status L/

P

Usia Pendidika

n

Pekerjaan Ket

1 Ny. S KK P 60 SD Tani Pasien

status

asmatikus

2 Nn. R Anak P 30 SD Tani -

Sumber : Data Primer, 3 November 2012

Kesimpulan :

Kesimpulan dari demografi keluarga Ibu Sutiyah yaitu berbentuk nuclear

family, Ibu Sutiyah berjenis kelamin perempuan, umur 60 tahun menderita status

asmatikus.

BAB II

STATUS PENDERITA

A. Pendahuluan

Laporan ini diambil pada tanggal 30 Oktober 2012 dari pasien rawat inap di

Puskesmas I Sokaraja dengan jenis kelamin perempuan, usia 60 tahun yang

datang ke Puskesmas I Sokaraja dengan keluhan utama sesak nafas.

B. Identitas Penderita

Nama : Ny. S

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Tani

Pendidikan : SD

Penghasilan per bulan : Rp.250.000,00

Alamat : Suro, RT 4 RW 4, Kalibagor, Banyumas

Tanggal periksa : 30 Oktober 2012

Pengantar : Anak dan Menantu

C. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Sesak nafas

2. Keluhan tambahan

Batuk berdahak, mengi dan lemas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD Puskesmas 1 Sokaraja tanggal 30 Oktober 2012

dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan

nafasnya berat disertai bunyi ngik- ngik. Pasien merasa sesak nafasnya

semakin memberat dan berlangsung terus- menerus sehingga meganggu

aktifitas dan tidur pasien.

Semakin lama sesak semakin terasa berat terutama jika digunakan untuk

beraktifitas. Sesak berkurang jika digunakan untuk istirahat dan duduk dengan

posisi diganjal dengan bantal.

Sesak nafas yang dikeluhkan pasien tidak sampai menimbulkan nyeri

dada. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu. Batuk

mengeluarkan banyak dahak yang berwana putih. Akan tetapi pasien tidak

pernah minum obat batuk untuk mengatasi keluhannya karena merasa hanya

batuk biasa dan tidak terlalu menganggu aktivitasnya. Beberapa hari sebelum

masuk Puskesmas keluhan batuknya semakin bertambah dan dahak yang

dikeluarkan juga semakin banyak. Hal ini membuat pasien merasa tidak

nyaman dan terganggu aktivitasnya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan yang sama : disangkal

Penyakit jantung : disangkal

Hipertensi : disangkal

Diabetes : disangkal

Asma : disangkal

Riwayat operasi : ada

Riwayat mondok : ada

Riwayat alergi : ada

Riwayat pengobatan : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan yang sama : disangkal

Asma : disangkal

Penyakit jantung : suami Ny.S

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes : disangkal

Tuberkulosis : disangkal

6. Riwayat Sosial dan Exposure

a. Community

Pasien tinggal didaerah lingkungan dengan kepadatan penduduk sedang,

lingkungan rumah lembab dengan dikelilingi pohon bambu, lahan

pertanian dan jauh dari jalan raya.

b. Home

Rumah tinggal pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat. Rumah

pasien dihuni oleh dua orang penghuni, yakni Ny.S dan Nn.R, anak

perempuan Ny.S. Dinding rumah terbuat dari papan kayu dan bambu,

lantai ubin, atap berasal dari genting dan tidak ada langit-langit. Ventilasi

dan pencahayaan yang terdapat pada masing-masing ruangan sangat

kurang. Kamar mandi, jamban dan sumber air bersih tidak ada. Sumber air

bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari- hari diambil dari

sumur milik anaknya yang rumahnya terpisah. Pasien memasak

menggunakan tungku kayu bakar.

c. Occupation

Pekerjaan Ny. S setiap hari adalah petani.

d. Personal Habbit

Pasien tidak pernah berolahraga dikarenakan tidak ada waktu.

e. Drug

-

f. Diet

Setiap hari pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk

(tahu atau tempe)

7. Riwayat Psiko-Sosio-Ekonomi

Pasien termasuk orang yang berkepribadian terbuka. Hubungan pasien

dengan anak- anaknya berjalan dengan baik, hal ini terbukti apabila ada

masalah pasien selalu bercerita dengan anak- anaknya dan menantunya.

Hubungan anatar anggota keluarga sangat dekat. Saat pasien sakit, anak-

anaknya berkumpul menunggu pasien sampai pasien pulih. Pasien cemas

akan penyakitnya, pasien berencana untuk kontrol kembali ke puskesmas

terdekat. Pasien merupakan kepala kelurga di karenakan suaminya telah lama

meninggal akibat sakit jantung. Pasien juga bekerja diluar rumah sebagai

petani. Hubungan pasien dengan lingkungan tetangga sekitar berjalan

harmonis. Paien sering berkumpul dengan tetangga sekedar untuk mengobrol.

Pasien juga mengikuti kegiatan arisan dan kadang ikut pengajian bersama

tetangga lainya. Kebutuhan ekonomi ditopang oleh pasien sendiri yang

bekerja sebagai petani dan anak perempuanya yang tinggal bersama pasien

yang juga bekerja sebagai petani. Ekonomi pasien berasal dari kelas ekonomi

kelas menengah kebawah dengan penghasilan sekitar Rp.250.000,00 perbulan.

Namun penghasilan tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari pasien dikarenakan pasien juga mendapat bantuan dari anak

perempuannya.

8. Riwayat Gizi

Sehari-hari pasien makan 3 kali sehari, konsumsi nasi, sayuran dan lauk pauk

(tahu dan tempe) dengan porsi yang cukup. Kesan status gizi baik.

9. Resume Anamnesis

Pasien Ny. S usia 60 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama anak

perempuanya sehingga bentuk keluarga disebut Nuclear family. Diagnosis

pasien status asmatikus. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama

tetapi pasien memiliki riwayat alergi. Apabila cuaca dingin pasien cepat

terkena batuk. Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan

dirasa memberat dan meganggu aktifitas. Keluhan berkurang jika dibuat

istirahat dan duduk dengan posisi diganjal bantal. Pasien juga mengeluhkan

batuk berdahak dan lemas.

10. Reviev anamnesis sistemik

Keluhan Utama : Sesak nafas

Kulit : Warna kulit sawo matang

Kepala : Sakit kepala (-)

Mata : Penglihatan jelas

Hidung : Sekret hidung (-)

Telinga : Pendengaran baik,

keluar cairan (-)

Mulut : Luka (-)

Tenggorokan : Sakit menelan (-)

Pernafasan : Sesak nafas (+), batuk berdahak (+),

mengi (+)

Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)

Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)

Sistem Muskuloskeletal : Lemas (+)

Sistem Genitourinaria : Buang air kecil (+) normal

Ekstremitas : Atas : bengkak (-), luka (-)

Bawah : bengkak (-), luka (-)

D. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum / kesadaran

Tampak sesak nafas / komposmentis

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 140/80

b. Nadi : 96 x /menit, regular

c. RR : 24x /menit

d. Suhu : 37,7oC

3. Status gizi

a. BB :50 kg

b. TB : 154 cm

c. IMT : 21 kg/m2

Kesan status gizi : normal

4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak

mudah dicabut

5. Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), tugor cukup

6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema

palpebra (-/-)

7. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, cairan sekret (-/-),

8. Hidung : Nafas cuping hidung (+), sekret (-/-)

9. Mulut : Bibir sianosis (-), tanda-tanda radang (-)

10. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)

11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Pembesaran kelenjar limfe (-)

12. Thoraks :

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari lateral LMCS

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat

angkat (-)

Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD

Batas jantung kiri bawah SIC V 2 jari lateral LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler-reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi intercosta (-), retraksi substernal (-),

gerakan paru simetris, benjolan (-), trauma (-),

lesi (-), otot-otot bantu pernafasan (+)

Palpasi : Nyeri tekan (-), ketinggalan gerak (-), vokal fremitus

paru kanan = kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri,

batas paru hepar SIC VI LMCD

Auskultasi : Suara dasar vesikular, RBK (-/-), wheezing(+/+)

13. Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

14. Abdomen

Inspeksi : Datar, venektasi (-), sikatrik (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel, datar, nyeri tekan (-), pekak sisi (-), pekak alih

(-)

tes undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

15. Genitalia : Tidak diperiksa

16. Anorektal : Tidak diperiksa

17. Ekstremitas

Superior : Edema (-/-), trauma (-/-), akral dingin (-/-)

Inferior : Edema (-/-), trauma (-/-), akral dingin (-/-)

18. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF + + RP - -

5 5 N N + + - -

E. Pemeriksaan Penunjang1. Darah rutin

2. Spirometri

3. Tes provokasi bronkial

4. Pemeriksaan tes kulit

5. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam serum

6. Pemeriksaan radiologi rongent thorak

7. Analisis gas darah

8. Pemeriksaan eosinofil dalam darah dan pemeriksaan sputum.

F. ResumeNy. S menderita sesak nafas yang disertai batuk berdahak. Hasil pemeriksaan

fisik pasien di dapatkan bunyi wheezing (+/+) pada auskultasi.

G. Diagnosis Holistik

Ny. S, usia 60 tahun tinggal dalam satu rumah dengan anak perempuannya

sehingga bentuk keluarga nuclear family. Diagnosis status asmatikus. Kondisi

psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari dukungan dan perhatian

keluarga saat pasien sakit. Status ekonomi berasal dari keluarga menengah

kebawah namun dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Rumah

pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat, tetapi pasien merasa cukup untuk

dihuni bersama anggota keluarga.

1. Aspek Personal

Pasien mengeluh sesak nafas.

Idea : pasien berharap penyakitnya segera sembuh.

Concern : pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk

mendukung pengobatannya, mendukung dirinya dalam

mengendalikan penyakitnya .

Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh

dan dapat beraktifitas dengan normal.

Anxiety : pasien takut akan kondisi kesehatannya yang belum

stabil dan pasien khawatir kalau sesak nafasnya akan

kambuh kembali

2. Aspek klinis

Diagnosa differential : Asma bronkial, PPOK, Bronkitis, Gagal jantung

kongestif

Gejala klinis yang muncul : Sesak nafas, batuk berdahak, mengi dan lemas.

3. Aspek Faktor Risiko Internal

a. Pasien memiliki riwayat alergi dingin.

b. Pasien tidak pernah berolahraga.

c. Tingkat pengetahuan pasien tenatang kesehatan dan kebersihan masih

kurang

d. Tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakit asma

masih kurang.

4. Aspek Faktor Risiko Eksternal

a. Pasien tinggal didaerah lingkungan dengan kepadatan penduduk sedang,

lingkungan rumah lembab dengan dikelilingi pohon bambu. Rumah

tinggal pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat. Rumah pasien

dihuni oleh dua orang penghuni, yakni pasien dan anak perempuanya.

Dinding terbuat dari kayu papan dan bamboo, lantai ubin, atap genting

tidak ada langit-langit. Ventilasi dan pencahayaan yang terdapat pada

masing-masing ruangan kurang baik. Kamar mandi, jamban dan sumber

air bersih tidak ada. Sumber air bersih yang digunakan pasien untuk

kebutuhan sehari- hari diambil dari sumur milik anaknya yang rumahnya

terpisah. Pasien memasak menggunakan tungku kayu bakar.

b. Pelayanan kesehatan dirumah pasien sulit dijangkau hal ini dikarenakan

rumah pasien jauh dari jalan raya dengan kondisi jalan yang sudah rusak

berat.

c. Pasien bekerja sebagai petani yang banyak terpajan debu.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Tabel 2.1. Skala Fungsi Ny. S

Skala Fungsional

Akltivitas Menjalankan Fungsi

Kemampuan dalam menjalani kehidupan

untuk tidak tergantung pada orang lain

Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan)

Perawatan diri, bekerja di dalam dan di luar rumah (mandiri)

Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan di luar rumah (sedikit kesulitan)

Mulai mengurangi aktivitas kerja (pekerjaan kantor)

Skala 3 Mampu melakukan perawatan diri, tetapi hanya mampu melakukan pekerjaan ringan

Perawatan diri masih bisa dilakukan, hanya mampu melakukan kerja ringan

Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih mampu merawat diri, namun sebagian besar pekerjaan hanya duduk dan berbaring (banyak kesulitan)

Tidak melakukan aktivitas kerja, tergantung pada keluangan

Skala 5 Perwatan diri dilakukan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa, berbaring pasif

Tergantung pada pelaku rawat

Berdasarkan skala fungsional, skala Ny. S adalah skala 1

H. Penatalaksanaan

Terapi farmakologis

1. Infus RL 16 tetes/menit selang seling dengan dextrose 5% 16 tetes/menit

2. O2 2-4 liter per menit

3. Nebulizer (dexametasone dan fenoterol hidrobromida)

4. Salbutamol 2mg 3x1 tab sehari

5. Aminofilin 10ml drip

6. Ambroxol syrup 3x1 tab sehari

7. Dexametasone 0,5ml injeksi

8. Bufacaril 3x1 tab

Terapi non farmakologis

1. Istirahat cukup

2. Makan makanan bergizi ( nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu)

3. Olahraga aerobik teratur minimal 3 kali seminggu selama ± 30 menit.

4. Kurangi aktifitas fisik yang berat

5. Sering menghirup udara yang bersih

6. Menghidari udara kotor, berdebu dan berasap

7. Pembersihan rumah tinggal supaya pertukaran udara rumah lancar.

8. Pemberian ventilasi rumah yang cukup.

9. Kurangi pajanan terhadap dingin

10. Managemen stress.

Patient Centered Management

1. Suport Psikologis

Dukungan dari keluarga sangat perlu diberikan kepada pasien, mengingat

penyakit asma tidak dapat disembuhkan secara total. Pasien didukung untuk

menghindari alergen yang mungkin dapat memicu kekambuhan.

2. Memberikan ketenangan kepada pasien

Keluarga pasien sangat dianjurkan untuk memberikan ketenangan kepada

pasien supaya pasien tidak terlalu khawatir dengan penyakitnya dan mendorong

untuk melakukan upaya preventif agar tidak kambuh dan menghindari pajanan

udara dingin.

3. Penjelasan mengenai penyakit asma

Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak

dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dihindari dengan menghindari

kecapaian, hidup sehat, dan menghindari alergen-alergen asma. Pasien juga

harus rajin berolahraga dan menghindari stress.

4. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan

berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi, istirahat yang

cukup, ventilasi udara kamar dan ruangan yang cukup, pembukaan jendela tiap

pagi hari, membersihkan rumah setiap hari, membersihkan ventilasi, menutup

jendela dan ventilasi saat malam hari (udara dingin), penggunaan alat masak

yang tidak menyebabkan kepulan asap.

Family focused

Kebersihan rumah pasien merupakan hal yang sangat penting, dimana rumah

pasien masih belum memenuhi kriteria rumah sehat. Lantai dan dinding terlihat

berdebu. Ventilasi sangat kurang, sehingga udara dalam rumah terasa pengap.

Pencahayaan perlu ditambahkan di setiap ruangan. Pasien juga masih memasak

dengan tungku yang mengeluarkan asap yang dapat memicu timbulnya asma.

Selain itu penejelasan mengenai penyakit asma yang dapat menurun ke anak,

dalam bentuk penyakit asma atau dalam bentuk penyakit alergi lain (seperti alergi

makanan tertentu, udara, dan obat).

Community oriented

Menjaga kebersihan lingkungan rumah, usahakan ada sumber air bersih dan

jamban,membuang sampah di tempat pembuangan yang sudah disediakan,

menghindari pembakaran sampah.

I. Follow up pasien

Tanggal 30 November 2012

S : sesak nafas, batuk berdahak, mengi, lemas

O : KU tampak sesak nafas, komposmentis

Tanda vital

T : 140/90 mmHg R : 24 x/menit

N : 95 x/menit S : 37,7 0C

Status lokalis :

Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi intercosta (-), retraksi substernal (-),

gerakan paru simetris, benjolan (-), trauma (-),

lesi (-), otot-otot bantu pernafasan (+)

Palpasi : Nyeri tekan (-), ketinggalan gerak (-), vokal fremitus

paru kanan = kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri,

batas paru hepar SIC VI LMCD

Auskultasi : Suara dasar vesikular, RBK (-/-), wheezing(+/+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari lateral LMCS

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat

angkat (-)

Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD

Batas jantung kiri bawah SIC V 2 jari lateral LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler-reguler, murmur (-), gallop (-)

A : Status asmatikus

P :Terapi medikamentosa, non medikamentosa dan hindari faktor

pencetus

Tanggal 31 November 2012

S : sesak nafas berkurang, batuk berdahak, mengi

O : KU tampak sesak nafas, komposmentis

Tanda vital

T : 120/90 mmHg R : 18 x/menit

N : 78 x/menit S : 36,5 0C

Status lokalis :

Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi intercosta (-), retraksi substernal (-),

gerakan paru simetris, benjolan (-), trauma (-),

lesi (-), otot-otot bantu pernafasan (+)

Palpasi : Nyeri tekan (-), ketinggalan gerak (-), vokal fremitus

paru kanan = kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri,

batas paru hepar SIC VI LMCD

Auskultasi : Suara dasar vesikular, RBK (-/-), wheezing(+/+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari lateral LMCS

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat

angkat (-)

Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD

Batas jantung kiri bawah SIC V 2 jari lateral LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler-reguler, murmur (-), gallop (-)

A : Status asmatikus.

P :Terapi medikamentosa, non medikamentosa dan hindari faktor

pencetus.

J. Flow sheet pasien

Nama : Ny. S

Diagnosis : Status Asmatikus

Hari/

Tanggal

Subjektif Objektif Assessment Plan

Selasa

30/10/

2012

Sesak nafas,

batuk

berdahak,

lemas, mengi.

KU: tampak sesak

TD : 140/90

Suhu: 37,7 °C

Nadi: 96x/mnt

RR: 24x/mnt

Status lokalis :

Thorax :

Paru :

Suara dasar

vesikuler,

wheezing (+/+),

ronki (-/-)

Jantung :

S1>S2, regular,

murmur (-), gallop

(-)

Status

asmatikus

1. Infus RL 16 tetes/menit

selang seling dengan

Dextrose 5% 16

tetes/menit

2. O2 2-4 liter per menit

3. Nebulizer

(dexametasone dan

fenoterol hidrobromida)

4. Salbutamol 2mg 3x1 tab

sehari

5. Aminofilin 10ml drip

6. Ambroxol syrup 3x1 tab

sehari

7. Dexametasone 0,5ml

injeksi

8. Bufacaril 3x1 tab

Rabu

31/10/20

12

Sesak nafas

berkurang,

batuk

berdahak,

mengi.

KU : tampak sesak

TD : 120/90

Suhu: 36,5 °C

Nadi: 78x/mnt

RR: 18x/mnt

Status lokalis :

Thorax :

Paru :

Suara dasar

vesikuler,

wheezing (+/+),

ronki (-/-)

Jantung :

S1>S2, regular,

murmur (-), gallop

(-)

Status

asmatikus

1. Infus RL 16 tetes/menit

selang seling dengan

dextrose 5% 16

tetes/menit

2. Salbutamol 2mg 3x1

sehari

3. Aminofilin 10ml drip

4. Ambroxol syrup 3 x 1

sehari

5. Bufacaril 3x1 tab

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari anak pasien (Nn. R. 30 tahun), Pasien (Ny. S, 60

tahun), Pasien tinggal serumah dengan anak perempuanya, sehingga

keluarga ini merupakan nuclear family dengan jumlah anggota keluarga

dua orang. Pasien mengalami sesak nafas baru pertama kali. Sesak nafas

dirasa semakin memberat sehingga meganggu tidur pasien.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin cukup baik. Pasien

selalu membicarakan masalahnya, termasuk masalah kesehatan dengan anak-

anak dan menantunya. Anak perempuanya selalu menemani setiap waktu.

3. Fungsi Sosial

Dalam bersosialisasi dengan lingkungan, pasien tergolong aktif.

Beberapa kegiatan diikuti oleh pasien, seperti rapat RT, arisan dan pengajian.

Hubungan pasien dengan tetangga sekitar cukup baik. Pasien sering

berkumpul dengan tetangga hanya sekedar untuk mengobrol jika ada waktu

luang.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari Ny. S sebagai petani, dengan

penghasilan Rp. 250.000, 00 perbulan. Walaupun berada pada kelas ekonomi

menengah kebawah, namun dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap

hari. Ekonomi juga dibantu oleh anak perempuanya yang tinggal serumah

dengan pasien yang juga bekerja sebagai petani.

B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score

dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R

Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata

untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata

1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. Penilaian A.P

Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny. S. (Pasien)

A.P.G.A.R Ny. R Hampir selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Ny. S adalah 9

Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Nn. R (Anak pasien)

A.P.G.A.R Tn. S Hampir selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Nn. R adalah 10

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+10)/

= 9,5

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik

Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah

19, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 9,5. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam

keadaan baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Ny. S dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 3.4. Nilai SCREEM dari keluarga pasien

Sumber Patologi Ket

Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga juga dengan masyarakat sekitar. Keluarga pasien sering mengikuti kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar tempat tinggal

-

Cultural Keluarga pasien sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, yasinan, dan lain lain. Menggunakan bahasa jawa dalam percakapan sehari hari

-

Religion Pasien aktif mengikuti kegiatan pengajian yang berada dilingkungan tempat tinggalnya.

-

Economic Ekonomi keluarga berada pada kelas menengah kebawah, sehingga hanya cukup untuk memenuhi keutuhan sehari- hari.

+

Education Pendidikan pasien dan anaknya tergolong rendah. Mereka hanya tamatan SD. Mereka juga kurang paham terhadap cara hidup sehat.

+

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu Jamkesmas untuk berobat.

-

Keterangan :

1. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah,

namun untuk memenuhi kebutuhan primer masih bisa tercukupi.

2. Education (+) artinya keluarg Ny. S masih memiliki pengetahuan yang

kurang, khususnya mengenai permsalahan kesehatan

Kesimpulan :

Dalam keluarga Tn. S fungsi patologis yang positif adalah fungsi Fungsi

Ekonomi dan Edukasi.

D. GENOGRAM

Alamat : Suro RT 4 RW 4

Kec : Kalibagor

Kab : Banyumas

Prop : Jawa Tengah

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Genogram keluarga Ny. S sebagai berikut :

Keterangan:

: Laki-laki: Perempuan: Tinggal dalam satu rumah: Pasien penderita diare akut

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny. S

Ny. S60 th

Ny. S Nn. R

E. Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : hubungan baik

Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny. S

Kesimpulan :

Hubungan antara Ny. S dengan anak perempunnya Nn. R yang tinggal

serumah cukup harmanis.

BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku

Pasien kurang menerapkan hidup bersih dan sehat dengan baik. Pasien

jarang membersihkan rumahnya, sehingga debu yang berada dalam rumah

cukup tebal.

Setiap harinya, pasien memasak dengan menggunakan tungku dan

kayu bakar. Pasien tidak tahu bahwa debu dan asap yang dihasilkan dari

pembakaran kayu dapat memicu timbulnya asma.

Pasien tidak begitu tahu tentang penyakit asma yang dideritanya,

sehingga kurang bisa mencegah faktor pencetus apa saja yang perlu dihindari.

Selain itu pasien dan keluarganya tidak pernah berolahraga.

2. Faktor Non Perilaku

Rumah yang dihuni pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat,

banyak debu dilantai dan dinding yang tidak dibersihkan. Rumahnya juga

terlihat lembab karena ventilasi yang cukup kurang disetiap ruangan.

Pekerjaan pasien sebagai petani juga merupakan faktor risiko

terjadinya asma. Setiap harinya pasien pergi kesawah dan kebun yang

membuat pasien terpapar oleh debu dan dingin.

Status sosial ekonomi pasien yang berasal dari golongan ekonomi

menengah keatas, membuat kebutuhan makan pasien tidak terpenuhi dengan

baik.

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 9 x 12 m2. Depan

rumah pasien merupakan lahan yang sudah dicangkul dan siap ditanami untuk

pertanian. Rumah pasien terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, dan satu

dapur. Rumah pasien memiliki atap genting dan dinding dari papan kayu.

Lantai rumah pasien terbuat dari ubin, sedangkan dapur berlantai tanah

Ny. S 60 tahun menderita asma

Tidak menjaga kebersihan

rumah

Tidak berolahraga

Memasak dengan kayu

bakar

Sosial ekonomi rendah

Kurang mengerti tentang asma

Rumah tidak sehat

Pekerjaan petani

Faktor Perilaku Faktor non perilaku

9 m 2

12 m2

dapur

kamar kamar

Ruang tamu

Lahan pertanian

2. Denah Rumah

Gambar 4.2. Denah Rumah Pasien

BAB V

DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Problem List

MASTER PROBLEM LIST

Prob

lem

Num

ber

Approx.

Date of

Onset

Date

Problem

Recorded

Active Problems Inactive/

Resolved

Problems

Date

Resolved

1 30/ 10/2012 3/10/2012 Asma

2 3/10/2012 Alergi dingin (batuk)

3 1998 3/10/2012 Benjolan

di rahim

1998

4 2000 3/10/2012 Polip 2000

5 2009 3/10/2012 DBD 2009

B. Masalah non medis

1. Kurang pengetahuan tentang penyakit asma.

2. Kondisi rumah yang berdebu dan kurang ventilasi

3. Memasak menggunakan tungku kayu bakar

4. Jarang berolahraga

5. Pekerjaan sebagai petani

6. Ekonomi keluarga rendah

C. Diagram Permasalahan Pasien

Ny. S, 60 tahun

Menderita asma

Memasak dengan tungku dan kayu

Kondisi rumah tidak sehat

Ekonomi keluarga

menengah kebawah

Pekerjaan sebagai petani

Pengetahuan tentang penyakit

kurangJarang

berolahraga

D. Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.

No Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Ny. S. Serta

keluarganya kurang

pengetahuan tentang

penyakit asma.

4 5 2 5 5 5 5 6875

2. Rumah Ny. S yang

belum mrmenuhi

kriteria rumah sehat

4 4 1 2 2 2 5 162

3. Ny. S dan keluarga

memasak

menggunakan tungku

kayu bakar.

4 5 1 4 4 1 4 360

4. Ny. S Tidak pernah

berolahraga.

4 4 1 5 5 5 4 630

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

E. Prioritas MasalahBerdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah :

1. Ny. S. serta keluarganya kurang pengetahuan tentang penyakit asma.

2. Ny. S jarang berolahraga

3. Ny. S dan keluarga memasak menggunakan tungku kayu bakar

4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Ny. S yang lembab, ventilasi dan sirkulasi

udara rumah Ny. S kurang.

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah kurang pengetahuan Ny. S dan

keluarganya tentang penyakit asma. Pasien dan keluarga belum mengetahui faktor

apa saja yang menyebabkan kekambuhan penyakit asmanya.

F. Rencana Pembinaan Keluarga

1. Tujuan

Tujuan Umum

Meningkatkan kesehatan penderitan dan anggota keluarga.

Tujuan Khusus

Meningkatkan pengetahuan mengenai asma dan cara penanganan penyakit.

2. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara memberikan

edukasi pada penderita dan keluarga. Penyuluhan dan edukasi dilakukan

dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah diterima oleh pasien dan

keluarga.

3. Materi Pembinaan

Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan

banyak sel tubuh yang berperan.

Faktor risiko asma dibagi menjadi 2 yaitu genetik dan lingkungan :

Genetik :

1. Alergi

Keadaan genetik yang berhubungan dengan terjadinya asma yaitu alergi.

Apabila seseorang telah mempunyai riwayat alergi sebelumnya, maka akan

lebih mudah terkena asama.

2. Hiperaktifitas bronkus

Hiperaktifitas bronkus merupakan keadaan dimana saluran nafas sensitif

terhadap rangsangan ataupun iritan.

3. Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya asma, mediator tertentu seperti

leptin, berhubungan dengan terjadinya asma.

Lingkungan :

1. Alergen dalam rumah

Contohnya debu, bintang piaraan.

2. Alergen luar rumah

Contohnya serbuk sari, jamur.

Faktor lainya :

1. Makanan, seperi susu, telur, udang, kepiting.

2. Alergi obat- obat tertentu, seperti penisilin.

3. Ekspresi emosi berlebihan, misalnya saja stress yang berlebih.

4. Asap rokok.

5. Perubahan cuaca, cuaca yang dingin dan lembab menjadi faktor pencetus.

6. Ekonomi yang rendah.

Penanganan serangan asma dirumah :

4. Sasaran Pembinaan

Sasaran dari pembinaan yang akan dilakukan adalah pasien beserta

seluruh anggota keluarga pasien, berjumlah 2 orang.

5. Waktu dan Tampat Pembinaan

Sabtu, 10 November 2012 pukul 09.30 bertempat dirumah pasien desa

Suro RT 04 RW 04, Kalibagor, Banyumas.

6. Cara Evaluasi Pembinaan

Tanya jawab seputar definisi penyakit, faktor penyebab dan penangan

penyakit dirumah. Sebelum edukasi dilakukan pretest kepada pasien dan

anaknya yang tinggal serumah. Adapun pertanyaan tersebut adalah

1) Penyakit apakah yang diderita oleh Ny. S?

2) Faktor apasaja yang mempengaruhi munculnya penyakit Ny. S?

Pengobatan Awal

Inhalasi Agonis 2 kerja singkat (salbutamol 5 mg) setiap 20 menit 3 x dalam 1 jam atau Bronkodilator oral

Respon Baik

1. Lanjutkan Agonis 2 kerja inhalasi setiap 3-4 jam untuk 24-48 jam

2. Steroid inhalasi diteruskan dengan dosis tinggi selama 2 minggu, kemudian kembali kedosis sebelumnya

3. Hubungi dokter untuk instruksi selanjutnya

Respon Buruk

1. Tambahkan kortikosteroid oral2. Agonis 2 diulang3. Segera ke dokter/RS

3) Bagaimana penanganan dirumah jika kambuh?

Ketiga pertanyaan yang telah diajukan, Ny. S sama sekali tidak dapat

menjawab. Sedangkan anak perempuannya, Nn. R sedikit dapat menjelaskan

tentang faktor yang mempengaruhi penyakit asma.

Tabel 5.2 Skoring jawaban pertanyaan (pretest)

Pertanyaan Ny. S Nn. R

1 X X

2 X √

3 X X

Skor 0 1

Setelah dilakukan edukasi kepada pasien dan anaknya, kemudian

diajukan pertanyaan yang sama sebelum dilakukan edukasi untuk

mengevaluasi apakah penyampaian edukasi dimengerti oleh seluruh anggota

keluarga sehingga diharapkan dapat merubah perilaku anggota keluarga.

Tabel 5.3 Skoring jawaban pertanyaan (post-test)

Pertanyaan Ny. S Nn. R

1 √ √

2 √ √

3 √ √

Skor 3 3

Perubahan skor dari prêt-est ke post-test menunjukkan bahwa pasien

dan anaknya telah mengerti tentang materi yang disampaikan. Dengan ini,

diharapkan pasien dan keluarga dapat meningkatkan hidup sehat dan bersih,

serta dapat melakukan penangan terhadap penyakit asma apabila terjadi

kekambuhan.

7. Pembinaan Keluarga yang telah dilakukan

Tanggal Kegiatan yang

dilakukan

Anggota

keluarga

yang terlibat

Hasil kegiatan Catatan

untuk

pembinaan

selanjutnya

3

Novembe

r 2010

1. Perkenalan dan

penyampaian

maksud dan tujuan.

2. Mengatur jadwal

pertemuan

selanjutnya

Pasien dan

anak

Pasien

menerima.

10

Novembe

r 2010

1. Mencari tahu

penyebab sesak

nafas .

2. Menilai fungsi

keluarga pasien.

3. Menilai keadaan

pasien dan keluarga

secara menyeluruh.

4. Menilai tempat

tinggal dan

lingkungan pasien.

Pasien dan

anak

Didapatkan

beberapa faktor

risiko yang

berhubungan

dengan sakit

pasien.

Didapatkan

gambaran

kehidupan

pasien sehari-

hari

11

Novembe

r 2010

1. Pre test pasien dan

keluarga secara

lisan.

2. Edukasi tentang

penyakit asma.

3. Post test pasien dan

Pasien dan

anak

Dengan edukasi

yang dilakukan,

pengetahuan

pasien dan

anaknya tentang

penyakit asma

keluarga secara

lisan.

lebih baik.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diagnosis Holistik

1. Aspek Personal

Reason for encounter: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari

yang lalu.

Idea : pasien berharap penyakitnya segera sembuh.

Concern : pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk

mendukung pengobatannya, mendukung dirinya dalam

mengendalikan penyakitnya .

Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh

dan dapat beraktifitas dengan normal.

Anxiety : pasien takut akan kondisi kesehatannya yang belum

stabil dan pasien khawatir kalau sasak nafasnya akan

kambuh kembali.

Aspek Klinis

Diagnosis : Status asmatikus

Diagnosis Banding :Asma bronkial, PPOK, Bronkitis, Gagal jantung

kongestif.

2. Aspek Faktor Risiko Internal

a. Pasien memiliki riwayat alergi dingin.

b. Pasien tidak pernah berolahraga.

c. Tingkat pengetahuan pasien tentang kesehatan dan kebersihan masih

kurang

d. Tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakit asma

masih kurang.

3. Aspek Faktor Risiko Eksternal

a. Rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat.

b. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.

c. Pekerjaan pasien sebagai petani.

4. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan).

Sehingga skala fungsi sosial Ny. S adalah 1.

Saran

Untuk mengatasi kasus yang diderita oleh pasien maka :

1. Keluarga harus memberi dukungan sepenuhnya agar pasien dapat berusaha

menyembuhkan tanpa putus asa.

2. Menjelaskan bahwa penyakit asma tidak dapat di sembuhkan, tetapi dapat

dicegah kejadiannya dengan menghindari alergen, pola hidup sehat dan

istirahat cukup.

3. Perbaikan kondisi ventilasi rumah pasien, agar pertukaran udara di dalam

rumah pasien lancar.

4. Menghentikan penggunaan memasak menggunakan tungku kayu bakar.

5. Menyarankan pasien untuk berolahraga aerobik minimal 3 kali dalam

seminggu selama 30 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Mangunrejo, Hadiarto, dkk. 2004. Asma Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : FKUI.

Meiyanti. Perkembangan patogenesis dan pengobatan Asma Bronkial. Tersedia

di www.univmed.org diakses pada tanggal 1 November 2012.

Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Tersedia di

isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal diakses pada tanggal 1 November 2012.

Sundaru, Heru. 2006. Asma Bronkial. Jakarta :FKUI.